Pengetahuan Life Guard Tentang Bantuan Hidup Dasar Pada Wisatawan Tenggelam Di Pantai Klayar, Pacitan 1)
Egar Rahardiantomo 2)Anita Istiningtyas, 3)Sunardi,
1) Mahasiswa STIKes Kusuma Husada Surakarta 2), 3) Dosen STIKes Kusuma Husada Surakarta
ABSTRAK
Hampir 90% kejadian tenggelam di Indonesia tidak mendapat pertolongan secara cepat dari penjaga pantai. Hal ini banyak disebabkan oleh beberapa faktor, seperti kurangnya tingkat pengetahuan life guard terhadap pertologan pertama pada korban tenggelam, kurangnya sosialisasi tentang manfaat pertolongan pertama pada korban tenggelam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan life guard tentang bantuan hidup dasar pada wisatawan tenggelam di pantai Klayar Pacitan. Penelitian kualitatif ini menggunakan analisa Colaizzi karena dalam penelitian ini menggunakan metode fenomenologis deskriptif. Penelitian ini menggunakan desain penelitian fenomenologi karena menjelaskan pengetahuan tentang pentingnya BHD bagi para life guard untuk wisatawan tenggelam. Jumlah informan dalam penelitaian ini tiga orang Hasil penelitian menunjukkan bahwa definisi BHD merupakan tindakan penyelamatan yang diberikan kepada korban tenggelam yang mengalami henti jantung sebelum mendapatkan pertologan. Tujuan BHD menyelamatkan korban tenggelam. Prosedur BHD melakukan evakuasi korban ke tepi pantai, kemudian melakukan airway, breathing, dan circuation. Evaluasi tindakan BHD ialah memposisikan korban pada posisi recovery kemudian merujuk ke puskesmas atau rumah sakit terdekat untuk penaganan lebih lanjut. Hambatan pelaksanaan BHD berupa keadaan laut, keadaan geografis serta sarana yang kurang atau tidak memadahi. Kesimpulan penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan lifg uard sesuai, dan yang evaluasi BHD belum sepenuhnya sesuai degan teori. Kata kunci
: Pengetahuan, Life guard, Bantuan Hidup Dasar, Tenggelam
1
Pengetahuan Life Guard Tentang Bantuan Hidup Dasar Pada Wisatawan Tenggelam Di Pantai Klayar, Pacitan 1)
Egar Rahardiantomo 2)Anita Istiningtyas, 3)Sunardi,
1) Mahasiswa STIKes Kusuma Husada Surakarta 2), 3) Dosen STIKes Kusuma Husada Surakarta
ABSTRACT
Almost 90% incidences of drowning in Indonesia do not get a help quickly from the beach life guard. This is often caused by several factors, such as the lack knowledges of the first aid in handling the drowning victims by the life guard, and the lack guidances of the benefits of the first aid to the victims drowned. This study aims to determine the knowledge life guard on basic life support or help on tourists drowning in Klayar Beach, Pacitan. This qualitative study uses analysis Colaizzi because in this study using a descriptive phenomenological method. This study uses a phenomenological research design because it describes the knowledge about the importance of BHD for the life guard for tourists drowned. The number of informants in this research is three people. The results show that BHD definition of an act of salvation given to the drowning victim who suffered cardiac arrest before getting help. The aim of BHD is to save drowning victims. The procedures of BHD are first, evacuate the victim to the beach, then do the airway, breathing, and circulation. The evaluation of BHD action is positioned the victim in recovery position and then accompany them to the clinic or the nearest hospital for further treatment. The lacks of BHD action are sea conditions, geographic and the less facilities. The conclucion of the study shows that knowledge of life guard is appropriate, and the evaluation of BHD is not fully in accordance with the theory. Key word : knowledge, life guard, basic life help, drowning
2
PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Wisatawan adalah semua orang yanng melakukan perjalanan menuju suatu tempat untuk wisata, dan bukan bertujuan untuk menetap dan mencari nafkah. Pariwisata yang paling diminati oleh wisatawan biasanya berkunjung ke daerah pantai. Wisatawan bisa melakukan berbagai aktifitas di pantai, misalnya berenang atau sekedar bermain dengan ombak (Murdiyastomo, 2010). Wisatawan yang bermain di pantai mempunyai resiko tenggelam yang disebabkan oleh banyak hal, antara lain menurut resiko tenggelam biasanya wisatawan tidak mematuhi peringatan yang berada di sekitar pantai, dan berenang terlalu jauh dari bibir pantai. (djulfikar, 2011) Diseluruh dunia, kasus tenggelam adalah kasus kematian terbanyak nomor 2 dan nomor 3 yang menimpa anak-anak dan remaja. Pada umumnya kasus tenggelam ini sering terjadi di negara-negara yang beriklim panas dan beriklim tropis. Tenggelam merupakan salah satu kecelakaan yang dapat berujung pada kematian jika terlambat mendapat pertolongan. (Soegondo, 2010). Tenggelam adalah suatu peristiwa dimana terbenamnya seluruh atau sebagian tubuh ke dalam cairan. Pada umumnya tenggelam merupakan kasus kecelakaan, baik secara langsung maupun karena ada faktor-faktor tertentu seperti korban dalam keadaan mabuk atau dibawah pengaruh obat, bahkan bisa saja dikarenakan akibat dari suatu peristiwa pembunuhan (Idries, 2011). Badan Kesehatan Dunia (WHO), mencatat tahun 2011 di seluruh dunia ada 400.000 kejadian tidak sengaja. Artinya, angka ini menempati urutan kedua setelah kecelakaan lalu lintas. Bahkan 2
Global Burden of Disease (GBD) menyatakan bahwa angka tersebut sebenarnya lebih kecil dibanding seluruh kematian akibat tenggelam yang disebabkan oleh banjir, kecelakaan angkutan air dan bencana lainnya. Ditaksir selama tahun 2011, 10 persen kematian di seluruh dunia adalah akibat kecelakaan, dan 8 persen akibat tenggelam tidak sengaja (unintentional) yang sebagian besar terjadi di negaranegara berkembang (Soegondo, 2010). Setiap tahun, sekitar 150.000 kematian dilaporkan di seluruh dunia akibat tenggelam, dengan kejadian tahunan mungkin lebih dekat ke 500.000. beberapa negara terdapat di dunia gagal untuk melaporkan insiden hampir tenggelam. Ini, menyatakan bahwa banyak kasus tidak pernah dibawa ke perhatian medis, kejadian di seluruh dunia membuat pendekatan akurat yang hampir mustahil (Shepherd, 2010). Hampir 90% kejadian tenggelam di Indonesia tidak mendapat pertologan secara cepat dari penjaga pantai. Ini banyak disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya kurangnya tingat pegetahun life guard terhadap pertologan pertama pada korban tenggelam, kurangnya sosialisasi tentang manfaat pertologan pertama pada korban tenggelam. Padahal kita ketahui bahwa pertologan cepat BHD (bantuan hidup dasar) pada korban kemungkinan selamat berkurang 34% tiap menit. Tindakan BHD yang cepat dan tepat akan memperbesar kemungkinan korban selamat (MERC, 2014). Pulau Jawa kejadian tenggelam juga banyak terjadi. Lima tahun terakir terdapat kurang lebih 50 wisatawan tenggelam di bagian Pulau Jawa. Seperti yang kita tahu, perairan pantai selatan yang
mempunyai ombak cukup besar dan merupakan salah satu tempat wisata laut yang banyak sekali memakan korban. Ini banyak dipengaruhi oleh kurangnya kontrol dari pengelola pantai.(Tempo, 2010). Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. (Notoadmodjo, 2007:139). Pengetahun bantuan hidup dasar life guard di uji saat ada wisatawan yang tenggelam saat berada di pantai dengan air yang sangat besar. Di Pacitan sendiri terdapat sebuah Pantai Klayar yang terbiasa digunakan sebagai tempat rekreasi keluarga. Pantai yang terletak di Dusun Kalak, Kecamatan Donorojo, Kabupaten Pacitan, ini merupakan salah satu tempat wisata yang digemari oleh masyarakat di Daerah Istimewa Pacitan dan sekitarnya. Pantai ini terletak di 27 kilometer dari pusat Kota Pacitan dan dilengkapi dengan sarana bermain untuk para wisatawan, seperti permainanATV(-) pantai tersebut, sehingga pantai ini sangat ramai ketika hari libur tiba atau weekend (Kecamatan Pacitan, 2012). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 3 Juli 2015 pada Pengelola Tim SAR bahwa di area wisata Pantai Klayar masih membutuhkan tenaga kesehatan untuk mengantisipasi berbagai macam kecelakaan laut, salah satunya membantu life guard untuk memberikan bantuan hidup dasar pada korban yang tenggelam.
Para wisatawan berpendapat bahwa, area wisata Pantai Klayar mempunyai life guard tapi hanya nuntuk membatu wisatawan tenggelam ke daratan bukan memberikan pertologan pertama pada kecelakaan laut. Peneliti telah mendapatkan data bahwa tiap tahun korban kecelakaan laut meningkat selama 5 tahun terakhir. Tahun 2010 (1 korban jiwa), tahun 2011 (2 korban jiwa), tahun 2012 (6 korban jiwa), tahun 2013 (7 korban jiwa), dan terakhir tahun 2014 (8 korban jiwa). Wisatawan juga mengharapkan bahwa life guard dapat memberikan pertologan pertama saat wisatawan tenggelam. Hasil wawancara life guard yang bertugas di pantai Klayar bahwa semua life guard yang bertugas belum mempunyai skill khusus tentang bantuan hidup dasar. Berdasarkan data-data tersebut, maka peneliti tertarik melakukan penelitian yang berjudul “pengetahuan life guard tentang bantuan hidup dasar pada wisatawan tenggelam di pantai Klayar, Pacitan”. RUMUSAN MASALAH Pengetahuan tentang BHD sanggat pentinng buat life guard. Pertologan cepat BHD pada korban tenggelam kemungkinan dapat memperbesar wisatwan selamat. Tindakan BHD yang cepat dan tepat akan memperbesar kemungkinan korban selamat. Maka pertanyaan pada penelitian ini adalah bagaimana pengetahuan life guard tentang bantuan hidup dasar pada wisatawan tenggelam di pantai Klayar, Pacitan”. TUJUAN PENELITIAN Tujuan umum pada penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengetahuan Life guard tentang 3
bantuan hidup dasar pada wisatawan tenggelam di pantai Klayar, Pacitan. Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi 1. Definisi BHD oleh life guard di pantai Klayar. 2. Tujuan BHD oleh life guard di pantai Klayar 3. Prosedur BHD oleh life guard di pantai Klayar 4. Evaluasi tindakan BHD oleh life guard di pantai Klayar 5. Hambatan tindakan BHD oleh life guard di pantai Klayar
dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat dan ide-idenya. Alat perekam (camera recorder / digital) berguna sebagai alat bantu pada saat wawancara agar peneliti dapat berkonsentrasi saat proses pengambilan data tanpa harus berhenti untuk mencatat jawabanjawaban dari partisipan. Pada proses pengumpulan data, alat perekam dapat dipergunakan setelah mendapat ijin dari partisipan untuk mempergunakan alat tersebut pada saat wawancara berlangsung. Alat Tulis : buku tulis, pensil, ball point, dan penghapus.
METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilakukan pada kelompok life guard di Pantai Klayar, Pacitan.Penelitian dilakukan pada periode bulan September 2015 sampai dengan November 2015. Populasi dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh Spradley dinamakan “social situation” atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen yaitu tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis (Sugiyono, 2010).Subyek dalam penelitian ini adalah para life guarddi Obyek Wisata Pantai Klayar Pacitan. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 7 orang Instrumen utama yang digunakan pada penelitian ini adalah peneliti itu sendiri. Karena peneliti yang lebih mengetahui tentang selukbeluk, medan, dan fakta yang berada di lapangan. Pedoman Wawancara semi terstruktur. Wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in depth interview, di mana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari semi terstruktur adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka,
Tehnik Pengumpulan Data Instrumen kunci dalam penelitian kualitatif ini yaitu peneliti sendiri dengan melakukan wawancara secara mendalam (indepth interview), dengan bantuan pedoman wawancara mendalam, alat pencatat, dan alat perekam serta membuat catatan lapangan saat wawancara. Analisa data dalam penelitian ini menggunakan metode fenomenologis deskriptif dengan metode Colaizzi (Polit & Back, 2006), Metode Coalizzi dinilai efektif digunakan dalam penelitian ini, dikarenakan dengan metode Coalizzi fenomena-fenomena dapat terungkap dengan jelas sesuai dengan makna-makna yang didapat. Adapun langkah-langkah analisa data adalah sebagai berikut: 1. Peneliti mendengarkan hasil rekaman dan membaca seluruh hasil penelitian (transkrip) untuk memahami maksud dari setiap pernyataan partisipan. 2. Peneliti membaca ulang dan mendapatkan kata kunci. 3. Peneliti mencari arti atau makna dari setiap kata kunci.
4
4. Kemudian peneliti mencari makna dan dirumuskan ke dalam tema. a. Mengumpulkan kata-kata kunci yang memiliki makna yang sama ke dalam sebuah subtema. b. Mengelompokan subtema yang sama ke dalam sebuah tema. 5. Peneliti mengintegrasikan tema yang didapat kedalam fenomena yang diteliti. 6. Merumuskan gambaran hubungan antar tema dan sesuai dengan fenomena yang diteliti. 7. Memvalidasi tema data yang diperoleh pada partisipan. HASIL DAN PEMBAHASAN Peneliti telah mengidentifikasi tujuan yang sesuai degan tujuan dalam penelitian ini yaitu 1) definisi BHD, 2) tujuan BHD, 3) prosedur BHD, 4) evaluasi tindakan BHD, 5) hambatan dalam tindakan BHD. Definisi Bantuan Hidup Dasar Penjaga pantai (life guard) merupakan pemberi pertolongan pertama khususnya dalam pemberian bantuan hidup dasar pada korban tenggelam.Dalam definisi bantuan hidup dasar dihasilkan 4tema yaitu : 1)akronim, 2) indikasi, 3) waktu, 4)kegiatan. Akronim Dalam tema akronim didapatkan satu kategori yaitu bantuan hidup dasar.Tiga informan mengatakan definisi BHD berupa akronim yaitu: “… Bantuan hidup dasar…” (I.1) “… Bantuan hidup dasar…”(I.2) “… Bantuan hidup dasar…”(I.3) Hasil analisis dari 3 informan menghasilkan bahwa BHD merupakan singkatan dari bantuan
hidup dasar. Indikasi Bantuan Hidup Dasar Dalam tema indikasi bantuan hidup dasar di dapatkan dua kategori yaitu : 1) pertolongan dini, 2) kondisi fisiologis. Satu informan mengatakan indikasi BHD adalah pertologan diniyaitu : “…kalau ada orang ya segera penolong – penolong kita segera menolong…”(I.1) Hasil analisis dari satu informan menghasilkan bahwa bantuan hidup dasar adalah pemberian pertolongan pada korban yang tenggelam. Dua informan mengatakan indikasi BHD adalah kondisi fisiologis berupa: “…yang mengalami henti jantung …”(I.2) “…korban yang mengalami henti jantung …”(I3) Hasil analisis dari dua informan ditemukan bahwa BHD dilakukan pada kondisi fisiologis yang henti jantung. Waktu Dalam tema waktu untuk melakukan BHD didapatkan satu kategori yaitu peristiwa terjadinya tenggelam. Satu informan mengatakan waktu untuk melakukan BHD ialah ketika ada peristiwa berupa: “…bila mana terjadi tenggelam itu langsung dilaksanakan…”(I.1) “…kejadian tenggelam…”(I.2) Hasil analisis dari dua informan menghasilkan bahwa BHD dilakukan jika ada peristiwa tenggelam. Kegiatan Dalam tema kegiatan BHD didapatkan satu kategori yaitu tindakan penyelamatan.Satu informan mengatakan kegiatan bantuan hidup dasar berupa tindakan penyelamatan yaitu:
5
“…tindakan penyelamatan untuk meningkatkan kelangsungan hidup…” (I3) Hasil analisis dari satu informan ditemukan bahwa bantuan hidup dasar merupakan tindakan penyelamatan untuk meningkatkan kelangsungan hidup. Tujuan Bantuan Hidup Dasar Tujuan bantuan hidup dasar oleh life guard di pantai Klayar dilakukan untuk memberika bantuan hidup dasar degan cepat dan mempertahankan kehidupan wisatawan.Dalam tujuan bantuan hidup dasar dihasilkan 1 tema yaitu menyelamatkan pengunjung atau pasien. Tiga informan mengatakan tujuan BHD berupa: “…menyelamatkan pengunjung…” (I.1) “…menyelamatkan nyawa pasien…” (I.2) “…menyelamatkan nyawa pasien…” (I.3) Hasil analisis dari ketiga informan tersebut menghasilkan bahwa tujuan bantuan hidup dasar pada wisatawan ialah untuk menyelamatkan pengunjung atau nyawa pasien yang membutuhkan bantuan. Prosedur Tindakan Bantuan Hidup Dasar Prosedur BHD oleh life guard di Pantai Klayar ialah serangkaian tindakan penyelamatan yang dilakun oleh penjaga pantai kepada wisatawan yang untuk mempertahankan hidup sebelum mendapatakan pertologan lebih lanjut dari petugas paramedis. Dalam prosedur BHD terdapat 2 tema yaitu : 1)evakuasi, 2) fase pelaksanaan. Dalam tema evakuasi di dapatkan 3 kategori yaitu : 1) penyelamatan, 2) evakuasi, 3) sarana. Dua informan mengatakan evakuasi BHD berupa penyelamatan korban tenggelamyaitu : “…kita langsung terjun kelaut bila mana ombak nya tidak berbahaya…”(I.1) “Ya kita turun terjun ke laut, langsung menolong”(I.3) 6
Hasil analisis dari dua informan ini didapatkan hasil bahwa dalam penyelamatan korban tenggelam, penolong dapat langsung terjun ke laut bila ombak tidak membahayakan penolong. Satu informan mengatakan evakuasi BHD berupa : “…langsung kita bawa ke pinggir…”(I.1) Hasil analisis dari informan tersebut bahwa evakuasi tindakan BHD dapat dilakukan dengan membawa korban ke pinggir atau tepi pantai. Satu informan mengatakan evakuasi BHD memerlukan sarana untuk melakukan pertolongan yaitu : “…sementara kita lempari peralatan dulu seperti pelampung segala macem…”(I.1) Hasil analisis dari satu informan diperoleh hasil bahwa prosedur pertolongan diperlukan untuk melempari alat bantu korban untuk pertolongan sementara. Dalam tema fase pelaksanaan BHD di dapatkan 4 kategori yaitu : 1) airway, 2) breathing, 3) oksigenasi, 4) kompresi. Tiga informan mengatakan fase pelaksanaan BHD berupa airway yaitu : “…angkat kepala korban…”(I.1) “…angkat kepala korban…” (I.2) “…ya angkat kepala korban…”(I.3) Hasil analisis dari ketiga informan didapatkan hasil bahwa pada tahap airway adalah mengangkat kepala korban. Dua informan mengatakan fase pelaksanaan BHD berupa airway yaitu : “Bersihkan jalan nafas secukupnya… kalau ada apa itu pasir yang di depan hidung harus dibersihin, trus biasanya didalam mulut kan ada pasir ya, langsung dibersihkan” (I.2) “…membersihkan jalan nafas secukupnya …Ya kalau ada pasir di mulut, hidung kita bersihkan”(I.3) Hasil analisis dari informan didapatkan hasil bahwa pada tahap airway juga dilakukan kegiatan membersihkan jalan nafas dengan membebaskan jalan nafas
yaitu hidung dan mulut dari sumabatan seperti pasir. Tiga informan mengatakan fase pelaksanaan BHD berupa breathing yaitu : “…lalu kita kasih nafas buatan…” (I.1) “Berikan nafas buatan”(I.2) “…berikan nafas bantuan…”(I.3) Hasil analisis dari ketiga informan mngahsilkan bahwa prosedur breathing adalah dengan memberikan nafas buatan pada korban. Dua informan mengatakan fase pelaksanaan BHD berupa oksigenasi yaitu: “Berikan oksigen kalau ada”(I.2) “…berikan oksigen kalau ada”(I.3) Hasil analisis dari kedua informan menghasilkan bahwa pelaksanaan BHD juga diperlukan oksigenasi atau memberikan oksigen bila tersedia. Dua informan mengatakan fase pelaksanaan BHD berupa kompresi yaitu : “…kita RJP setelah itu…”(I.1) “…langsung di RJP…”(I.2) Hasil analisa dari kedua informan tersebut ialah fase pelaksanaan BHD juga meliputi kompresi atau melakukan RJP pada korban. Evaluasi Tindakan Bantuan Hidup Dasar Evaluasi tindakan BHD oleh life guard merupakan kegiatan dalam menilai tindakan BHD yang telah dilakukan oleh life guarduntuk mengetahui hasil yang berfokus pada respon korban. Dalam evaluasi tindakan bantuan hidup dasar dihasilkan2 tema yaitu : 1) monitoring posisi, 2) rencana tindak lanjut. Monitoring posisi dalam tindakan BHD di dapatkan 2 kategori yaitu : 1) recovery, 2) tanda. Satu informan mengatakan monitoring posisi BHD berupa recovery yaitu : “... dan di miringkan…”(I.1) Hasil analisa dalam penelitian ini di hasilkan bahwa tindakan evaluasi yang
dilakukan setelah terdapat nafas dan jantung adekuat maka korban perlu dimiringkan untuk mempertahankan keadaan korban. Dua informan mengatakan monitoring posisi dalam tindaka BHD yaitu tanda berupa : “…setelah itu uda bernafas…”(I.1) “…setelah itu jantung nya berdetak…”(I.2) Hasil analisa dalam penelitian ini dihasilkan bahwa tanda yang di maksudkan dalam tindakan evaluasi keberhasilan BHD ialah adanya nafas dan jantung yang berdetak pada korban. Dalam rencana tindak lanjut BHD di dapatkan kategori rujukan. Tiga informan mengatakan rencana tindak lanjut dalam tindaka BHD yaitu rujukanberupa : “…di panggil kan rumah sakit…”(I.1) “Langsung dibawa ke Puskesmas”(I.2)“… ya di bawa ke rumah sakit”(I.3) Hasil analisis dari ketiga informan di dapatkan hasil bahwa dalam evaluasi tindakan bantuan hidup dasar ialah melakukan rujukan segera di bawa ke fasilitas kesehatan terdekat untuk memperoleh perawatan lebih lanjut. Hambatan Tindakan Bantuan Hidup Dasar Hambatan life guard dalam melakukan tindakan bantuan hidup dasar diperoleh tema yaitu : 1) keadaan, 2) sarana, 3) geografis. Dua informan mengatakan hambatan dalam tindakan BHD yaitu keadaan yang berupa : “…tapi pas ombak besar tidak mungkin petugas itu bisa masuk kedalam…”(I.1)
7
“…tergantung kondisi ombak, kalau ombaknya tinggi kadang – kadang ya sering.”(I.2) Hasil analisis dari kedua informan di dapatkan hasil bahwa keadaan yang dapat menghambat tindakan bantuan hidup dasar ialah kondisi ombak yang besar sehingga tidak memungkinkan penolong untuk terjun ke pantai.
2. 3.
4.
Tiga informan mengatakan hambatan dalam tindakan BHD dapat berupasaranayaitu : “…peralatan nya itu belum lengkap, itu kesulitan sekali…”(I.1) “…peralatan kurang mencukupi, cuman peralatan sederhana, cuma pelampung, baju renang”(I.2) “Hambatan nya ya kesulitan nya peralatan mas”… …”Terutama tambang ada gitu …Sudah ada tapi kan cuman seadanya tempatnya cuma satu titik”(I.3) Hasil analisis dari ketiga informan didapatkan hasil bahwa sarana atau peralatan yang kurang memadai juga menghambat pelaksanaan tindakan bantuan hidup dasar. Satu informan mengatakan hambatan tindakan BHD berupa keadaan geografis yaitu : “…pasir nya pasir putih jalan nya susah diinjak itu terlambat jadi susah…” (I.1) Hasil analisis dari informan tersebut menunjukkan bahwa kondisi geografis yang dapat menghambat pelaksanaan pertolongan pada korban tenggelam di pantai ialah jalan yang berpasir. SIMPULAN 1. Definisi BHD atau bantuan hidup dasar merupakan tindakan penyelamatan yang diberikan kepada korban tenggelam yang 8
5.
mengalami henti jantung sebelum mendapatkan pertologan. Tujuan bantuan hidup dasar ialah menyelamatkan korban tenggelam. Prosedur bantuan hidup dasar ialah melakukan evakuasi korban ke tepi pantai, kemudian melakukan airway, breathing, dan circuation. Evaluasi tindakan bantuan hidup dasar ialah memposisikan korban pada posisi recovery kemudian merujuk ke puskesmas atau rumah sakit terdekat untuk penaganan lebih lanjut. Hambatan dalam pelaksanaan bantuan hidup dasar meliputi keadaan laut berupa ombak yang besar, keadaan geografis pantai berpasir serta sarana seperti pelampung yang kurang atau tidak memadai. Saran 1.Bagi life guard Dapat memberikan pengalaman dan meningkatkan pelatihan kemampuan dalam memberikan pertolongan pertama pada wisatawan tenggelam. 2.Perawat puskesmas Dapat memberikan pendidikan kesehatan bagi life guard untuk meningkatakan keahlian dalam melakukan bantuan hidup dasar, serta memfasilitasi rujukan bagi korban tengelam. 3.Peneliti selanjutnya Dapat melakukan penelitian selanjutnya tentang prosedur penyelamatan wisatawan di pantai. 4.Bagi Institusi Pendidikan Dapat memberikan sumbangan materi mengenai pengetahuan life guard tentang bantuan hidup dasar pada wisatawan tennggelam 5.Bagi Peneliti
Dapat memberikan pengalaman secara langsung bagi peneliti dalam melaksanakan penelitian serta mengaplikasikan berbagai teori dan konsep yang di dapatkan dari bangku kuliah dan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Colquhoun MC, Handley AJ and Evans TR. ABC of Resuscitation. Fifth Edition.London: BMJ. 2004. Chapter 1&15 Drowning and near-drowning. Pediatric clinics of North America 40(2): 321. Drs. Saebani, Beni ahmad, 2008, Metode Penelitian, Bandung: CV. Pusaka Seti. Dzulfikar, DLH (2012). Hampir tenggelam (near drowing) Hardi, Malcolm Pengantar Psikologi. Erlangga; 2005. Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Medika; 2003. Frame, Scottn B.(2003).PHTLS:basic and advance prehospital trauma life support. (5th ed). Missouri: Mosby Haryati, Sri dan Zaili Rusli. (2011). Efektifitas BASRNAS dalam Penanggulangan Bencana dan Musibah diPekanbaru. Riau FISIP Universitas Riau: Hutapea, EL. (2012). Gambaran Tingkat Pengetahuan Polis Lalu Lintas Tentang Bantuan Hidup Dasar di Kota Depok. Skripsi. Jakarta : Fakultas Keperawatan Universitas Indonesia Kusnanto. (2004). Pengatur Profesi Dan Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta : EGC Levin, D. L., F. C. Morriss, L. O. Toro, L. W. Brink and G. R. Turner (1993).
Maleong, Lexi J. (2009). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya. Murdiyastomo. A. (2011). Sadar wisata , sapta pesona. hal.4 Notoatmodjo, Soekidijo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam, Sisi Parini. Metodologi Riset Penelitian. Cetakan pertama. Jakarta Sagung Seto; 2001. Onyekwelu, E. (2008). Drowning and Near Drowning. Internet Journal of Health8(2). Poseidon. The Lifeguard’s Third Eyes. Drowning statistics – Drowning facts file. 2006. Purwoko.2012. Bantuan Hidup Dasar.Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Sebelas Maret Ronald, C. (2002). Drowning and near drowning. International Child Health Care: Apractical manual for hospitals worldwide: 541. Saryono. (2008). Metodologi Penelitian Kesehatan, Penentun Praktis Bagi Pemula. Yogyakarta : Mitra Cendekia. Sheperd, Suzanne Moore, 2003. Drowning. Available from: (http://emedicine.medscape.com/arti cle/772753). (Accessed: April 1st, 2009). Tarwoto & Wartonah. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Vanden Hoek TL et. al. Part 12: Cardiac Arrest in Special Situations: 2010 American Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary Rescucitation and Emergency Cardiovascular Care. Circulation 2010;122;S829-S8616. Journal of American Heart Association. Part 3: Overview of CPR. 9
Varon J, Marik PE. Complete neurological recovery following delayed initiation of hypothermia in a victim of warm water neardrowning. Resuscitation. Mar 2006;68(3):421-3. Walgito, B. Pengantar Psikologi Umum. Edisi 3. Yogyakarta: Andi Offset; 2002. Wawan, A dan Dewi. 2010. Teori Dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Manusia. Yogyakarta : Nuha Medika. www.eMedicine – Drowning : Article by
Suzanne Moore Shepherd. Feb, 11 2008. www.farmacia.com.Tatalaksana Penderita Tenggelam, GERAI – Edisi April 2007 (Vol.6 No.9).
10