No.20/Th.3/Jumadil Akhir 1430H/ Mei 2009
Jum’at – III
PENGERTIAN dan HUKUM ILMU TAJWID (Bagian-2) Pengertian Tajwid menurut bahasa (ethimologi) adalah: memperindah sesuatu. Sedangkan menurut istilah, Ilmu Tajwid adalah pengetahuan tentang kaidah serta caracara membaca Al-Quran dengan sebaik-baiknya. Tujuan ilmu tajwid adalah memelihara bacaan Al-Quran dari kesalahan dan perubahan serta memelihara lisan (mulut) dari kesalahan membaca. Belajar ilmu tajwid itu hukumnya fardlu kifayah, sedang membaca Al-Quran dengan baik (sesuai dengan ilmu tajwid) itu hukumnya Fardlu ‘Ain. Dalil Wajib Mempraktekkan Tajwid Dalam Setiap Pembacaan Al-Qur’an: 1. Dalil dari Al-Qur’an. Firman Allah SWT :
Artinya: “Dan bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan/tartil (bertajwid)”[QS:AlMuzzammil (73): 4]. Ayat ini jelas menunjukkan bahwa Allah SWT memerintahkan Nabi SAW untuk membaca Al-Qur’an yang diturunkan kepadanya dengan tartil, yaitu memperindah pengucapan setiap huruf-hurufnya (bertajwid). Firman Allah s.w.t. yang lain:
Artinya: “Dan Kami (Allah) telah bacakan (Al-Qur’an itu) kepada (Muhammad s.a.w.) secara tartil (bertajwid)”[Q.S. Al-Furqaan (25): 32]. 2. Dalil dari As-Sunnah. Dalam hadits yang diriwayatkan dari Ummu Salamah r.a. (istri Nabi SAW), ketika beliau ditanya tentang bagaiman bacaan dan sholat Rasulullah SAW, maka beliau menjawab:
Artinya: "Ketahuilah bahwa Baginda s.a.w. sholat kemudian tidur yang lamanya sama seperti ketika beliau sholat tadi, kemudian Baginda kembali sholat yang lamanya sama seperti ketika beliau tidur tadi, kemudian tidur lagi yang lamanya sama seperti ketika beliau sholat tadi hingga menjelang shubuh. Kemudian dia (Ummu Salamah) mencontohkan cara bacaan Rasulullah s.a.w. dengan menunjukkan (satu) bacaan yang 1
menjelaskan (ucapan) huruf-hurufnya satu persatu." (Hadits 2847 Jamik At-Tirmizi). Dalam hadits yang diriwayatkan dari Abdullah Ibnu ‘Amr, Rasulullah SAW bersabda:
Artinya: "Ambillah bacaan Al-Qur’an dari empat orang, yaitu: Abdullah Ibnu Mas’ud, Salim, Mu’az bin Jabal dan Ubai bin Ka’ad." (Hadits ke 4615 dari Sahih Al-Bukhari). 3. Dalil dari Ijma' Ulama. Telah sepakat para ulama sepanjang zaman sejak dari zaman Rasulullah SAW sampai sekarang dalam menyatakan bahwa membaca Al-Qur’an secara bertajwid adalah suatu yang fardhu dan wajib. Pengarang kitab Nihayah menyatakan: "Sesungguhnya telah ijma’ (sepakat) semua imam dari kalangan ulama yang dipercaya bahwa tajwid adalah suatu hal yang wajib sejak zaman Nabi SAW sampai dengan sekarang dan tiada seorangpun yang mempertikaikan kewajiban ini." BENTUK-BENTUK HURUF Belakang Tengah Depan Asas
Belakang Tengah Depan Asas
2
LAM-ALIF, HAMZAH, TA MARBUTHAH & ALIF MAKSURAH 1. Lam-alif ( ). Huruf merupakan kombinasi dari 2 huruf yaitu: huruf oleh huruf (alif). 2. Hamzah ( ). Huruf bisa ditulis secara: a. Berdiri sendiri: (hamzah) b. Di atas atau di bawah huruf (alif): (alif hamzah atas) atau bawah) c. Di atas huruf (ya) tanpa dua titik di bawahnya: (ya hamzah) d. Di atas huruf (wau): (wau hamzah).
(lam) diikuti
(alif hamzah
e. Di atas atau di bawah huruf (lam-alif): (lam-alif hamzah atas) atau (lamalif hamzah bawah) 3. Ta marbuthah ( ). Huruf hanya muncul di akhir kata. Jika bacaan berhenti pada kata itu maka huruf tersebut dibaca seperti huruf (ha’). Jika bacaan tidak berhenti pada kata itu maka huruf tersebut dibaca seperti huruf (ta).
(QS:Al-Israa’ (17): 39) 4. Alif Maksurah ( ). Huruf yaitu huruf (alif) yang ditulis seperti huruf (ya) namun tanpa dua titik di bawahnya. Huruf hanya muncul di akhir kata dan berfungsi sebagai tanda baca panjang, sebagaimana huruf (alif) juga bisa berfungsi seperti itu
3
EMPAT TINGKATAN KEIMANAN DALAM DIRI MANUSIA Ust. Ir. Al-Bahra, M.Kom
1. Iman Nurul fitroh, yakni iman sebagai potensi dasar atau benih. "Benih" keimanan ini berupa fitrah yang dimiliki oleh setiap manusia. Setiap manusia memiliki potensi/ benih iman (fitrah) dalam dirinya, yang dengan fitrah ini ia selalu cenderung kepada Islam (din Qoyyim). Benih keimanan (Fitrah) ini bisa tumbuh dan berkembang atau sebaliknya mengalami "kematian" (tetutup) tergantung perawatan dan pemeliharaannya. Seperti halnya benih suatu pohon yang harus selalu di pupuk, fitrah-ini jika dipupuk dan dipelihara dengan baik, maka akan tumbuh berkembang menjadi tunas dan akar berupa Iman yang hakiki. Adapun cara memelihara dan "memupuk" fitrah adalah dengan melakukan aktivitas qiro'ah .hingga menemukan Al Quran dalam arti / wujud Risalah. Pertemuan antara fitrah sebagai benih keimanan yang ada dalam diri dan Al-Quran yang bersumber dari cahaya Alloh inilah yang disebut dengan hidayah (atau iman yang hakiki). (lihat QS 30:30,dan 16:78) 2. Iman Asasul Amal, yakni iman sebagai landasan dari suatu amal. Iman asasul amal akan lahir dari fitrah yang terpelihara dan terjaga. Dari fitrah ini kemudian berkembang menjadi sebuah keimanan. Seperti akar pada sebuah pohon, di mana akar lahir dari benih yang baik; jika dipupuk dengan baik. Keimanan ini tumbuh dari pertemuan antara fitrah dan dinulqoyyim (Islam). Iman ini yang akan melandasi dan menjadi dasar dari setiap amal. Orang yang memelihara fitrahnya dengan Al- Quran (Risalah) secara baik, maka akan lahir dalam dirinya suatu keimanan terhadap kebenaran Dinul Islam tersebut, dan keimanan ini yang menjadi dasar dari segala amaliyahnya. Sedangkan perwujudan dari keimanan tersebut dinyatakan dalam iqror syahadah. iqror syahadah adalah wujud pernyataan keimanan seseorang. Iman ini yang akan menentukan diterima tidaknya suatu amal. Suatu amal yang bernilai ‘ibadah mestilah lahir dari tuntutan iman tersebut agar ia dapat bernilai dan diterima di sisi Alloh SWT. (lihat QS:4:124, 5:5, 33:19, dan 40:40) 3. Iman Bunyanul Islam, yakni iman sebagai dasar dari bangunan Islam. Pada iman asasul amal akan lahir kesadaran untuk mengamalkan Islam secara sempurna. Iman adalah dasar daripada Islam. Tidak akan lahir praktek keislaman yang sempurna jika tidak dilandasai iman. Oleh karena itu para ulama mendefinisikan iman dan Islam sebagai berikut : "iman adalah membenarkan dangan hati dan Islam adalah mengerjakan kewajiban dan amalan-amalan yang dhohir/nyata". Seorang yang marnpu memelihara fitrahnya dengan baik, maka ia akan tumbuh menjadi keimanan yang hakiki, dari keimanan ini akan lahir tuntutan untuk beramal sesuai dengan apa yang diimaninya. Sedangkan wadah bagi suatu amal adalah dinul Islam. Islam adalah sesuatu yang terstruktur seperti sebuah bangunan, atau dengan kata lain Islam adalah bangunan yang terstruktur. Adapun perwujudan dari bangunan Islam adalah jarna'ah/organisasi. Sedangkan Iman adalah sesuatu 4
menjadi landasan dalam kehidupan berjama'ah/beroraganisasi tersebut (QS:4:59, 3:164, 2:257, 98:5) 4. Iman Natijutul Islam, yakni iman, sebagai buah keislaman. Maksudnya iman yang tumbuh dan dibangun dari. mulai benih (fitrah) kemudian berkembang menjadi iman yang hakiki dan dari iman ini melandasi seseorang untuk terikat kedalam bangunan Islam berupa jama'ah/organisasi. seseorang yang hidup berjama'ah/berorganisasi dengan dasar keimanan akan melahirkan natijahnatijah (buah-buahan) dari keimanannya tersebut. Jadi Iman natijaful Islam adalah proses kesempurnaan pembinanaan keimanan yang manifestasinya melahirkan buah-buahan dalam bentuk faqwa, lawakkal, shobar, dan ikhlas: 1). Taqwa, (0s.3:102, 2:179, 7:26,96, 8:29 d1l), 2). Tawakal (Qs. 10:84, 12:67, 14:12, 8:2, 3:159). 3). Shobar, (16:2, 31:17, 3:200, 2:177 d1l). 4). Ikhlas, (Qs. 4:146, 98:5, 39:2).
“Waktu Shalat Dhuhur adalah 11:51”
5