DASAR DASAR ILMU Teknologi semakin berkembang dan zaman semakin maju,maka filsafat disini sangat berperan penting, karena filsafat merupakan suatu pengetahuan yang diperoleh dengan cara berpikir manusia. Dengan demikian adanya teknologi yang semakin berkembang tersebut karena adanya filsafat yang erat kaitannya dengan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh manusia tersebut. Filsafat adalah ilmu yang bersifat logis,mengapa disebut demikian karena filsafat bersifat tidak mengada-ada dan dapat diterima oleh manusia dengan akal pikirannya serta dapat dipahami oleh manusia dengan baik. Filsafat dan ilmu, keduanya menggunakan metode berpikir reflektif ( refflectife thinking ) dalam menghadapi faktafakta dunia dan hidup. Filsafat dan ilmu, keduanya tertarik terhadap pengetahuan yang terorganisasi dan tersusun secara sistematis. Ilmu juga membantu filsafat dalam mengembangkan sejumlah bahan- bahan deskriktif dan faktual serta esensial bagi pemikiran filsafat. Filsafat merangkum pengetahuan yang terpotong-potong, dan menjadikan beraneka macam ilmu dan yang berbeda serta menyusun bahan-bahan tersebut kedalam suatu pandangan tentang hidup dan dunia dan menyeluruh dan terpadu. Didalam filsafat tersebut terdapat dasar-dasar ilmu yang mencakup epistimologi,ontologi dan aksiologi. Dan ketiga aspek tersebut berperan untuk berjalannya filsafat dan ilmu. Epistimologi yakni sebagai cara,ontology sebagai hakikat dan aksiologi sebagai nila atau guna. Dasar-dasar Ilmu Dalam menghadapi suatu kehidupan seorang manusia membutuhkan ilmu untuk mengatur maupun menjalani kehidupannya,termasuk dalam proses pendidikan yang dijalani manusia tersebut. Proses pendidikan membutuhkan pemahaman yang luas bagi seorang mahasiswa,dalam hal itu mahasiswa membutuhkan pengetahuan dan ilmu-ilmu tertentu untuk mendukung proses pendidikan atau untuk menghadapi zaman yang semakin maju. Proses pendidikan akan menuntut seorang manusia untuk berpikir lebih kritis dan logis,untuk itu dasar-dasar ilmu sangat penting dalam mempelajari filsafat ilmu. Ilmu pengetahuan merupakan sesuatu yang dinamis, tersusun sebagai teori-teori yang saling mendukung dan bertumpu untuk mendekati kebenaran. Teori merupakan pengetahuan ilmiah mencakup penjelasan mengenai bidang tertentu dari suatu disiplin ilmu dan diakui kebenarannya. Filsafat merangkum beberapa ilmu yang kemudian disusunnya menjadi suatu ilmu yang membahas pandangan tentang kehidupan di dunia yang menyeluruh. Pengertian Ilmu Kata” ilmu” dalam bahasa Arab kata al-‘ilm berarti pengetahuan (knowledge),sedangkan kata “ilmu” dalam bahasa Indonesia biasanya merupakan terjemahan science. Ilmu dalam arti science itu hanya sebagian dari al-‘ilm dalam bahasa Arab. Karena itu kata science seharusnya diterjemahkan sains saja. Maksudnya agar orang yang mengerti bahasa Arab tidak bingung membedakan kata ilmu (sains) dengan kata al-‘ilm yang berarti knowledge. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia(Depdikbud 1988) ilmu memiliki dua pengertian yaitu : 1
Ilmu diartikan sebagai suatu pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerapkan gejala-gejala tertentu dibidang (pengetahuan) tersebut, seperti ilmu hukum, ilmu pendidikan, ilmu ekonomi dan sebagainya. Ilmu diartikan sebagai pengetahuan atau kepandaian, tentang soal duniawi, akhirat, lahir, bathin, dan sebagainya, seperti ilmu akhirat, ilmu akhlak, ilmu bathin, ilmu sihir, dan sebagainya. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan : Ilmu : merupakan kumpulan pengetahuan yang disusun secara sistematis, dengan menggunakan metode-metode tertentu. Karakteristik Ilmu Menurut Randall dan Buchker (1942) mengemukakan beberapa ciri atau karakteristik umum ilmu diantaranya : Hasil ilmu bersifat akumulatif dan merupakan milik bersama. Hasil ilmu kebenarannya tidak mutlak dan bisa terjadi kekeliruan karena yang menyelidiki adalah manusia. Ilmu bersifat obyektif, artinya prosedur kerja atau cara penggunaan metode ilmu tidak tergantung kepada yang menggunakan, tidak tergantung pada pemahaman secara pribadi. Menurut Ernest van den Haag (Harsojo, 1977), mengemukakan ciri-ciri ilmu, yaitu Bersifat rasional, karena hasil dari proses berpikir dengan menggunakan akal (rasio). Bersifat empiris, karena ilmu diperoleh dari dan sekitar pengalaman oleh panca indera. Bersifat umum, hasil ilmu dapat dipergunakan oleh manusia tanpa terkecuali. Bersifat akumulatif, hasil ilmu dapat dipergunakan untuk dijadikan objek penelitian selanjutnya. Menurut Aristoteles ilmu diklarifikasikan berdasarkan tujuan dan objeknya. Berdasarkan tujuan ilmu dapat dibedakan menjadi 2 kelompok besar yaitu : Ilmu – ilmu teoritis yang penyelidikannya bertujuan memperoleh pengetahuan tentang kenyataan. Ilmu – ilmu praktis atau produktif yang penyelidikannya bertujuan menjelaskan perbuatan yang berdasarkan pada pengetahuan. Pengertian Ontologi Keilmuan Ontologi adalah ilmu yang mempelajari tentang hakikat sesuatu yang terwujud(yang ada) dengan berdasarkan logika semata. Ontologi adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang yang ada.Dalam kaitan dengan ilmu,landasan ontologi mempertanyakan tentang objek apa yang ditelaah ilmu,bagaimana wujud yang hakiki dari objek tersebut dan bagaimana hubungan antara objek tersebut dengan daya tangkap manusia sperti berpikir,merasa dan mengindra yang menghasilkan pengetahuan. Tokoh yang membuat istilah ontologi populer adalah Christian Wolff. Istilah ontology berasal dari bahasa Yunani yaitu : ta onta berarti “yang berada”,dan logi berarti : ilmu pengetahuan; ajaran. Dengan demikian ontology adalah ilmu pengetahuan atau ajaran tentang yang berada. Di dalam ontology terdapat beberapa aliran yang penting yaitu : Dualisme yang memandang alam terdiri dari dua macam hakikat sebagai sumbernya. Sedangkan monisme (materialisme) memandang bahwa sumber yang asal itu hanya tunggal. Idealisme memandang segala sesuatu serba cita 2
atau serba roh. Sedangkan faham yang mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui hakikat seperti yang dikehendaki oleh ilmu metafisika disebut aguosticisme. Secara ontologis ilmu membatasi lingkup penelaahan keilmuan hanya peralatan yang berada dalam batas pra-pengalaman dan pasca-pengalaman diserahkan ilmu kepada pengetahuan lain. Ilmu hanya merupakan salah satu pengetahuan dari sekian banyak pengetahuan yang mencoba menelaah keilm uan yang bersifat empiris ini adalah konsisten dengan asas epistimologi keilmuan yang mensyaratkan adanya verifikasi secara empiris dalam proses penemuan dan penyusunan pernyataan yang bersifat benar secara ilmiah. Ontology disebut juga sebagai metafisika (meta ta physika, hal-hal sesudah fisika). Metafisika adalah hal yang sebenarnya dari sekedar hal-hal yang nampak secara fisik Ontologi adalah sesuatu yang nyata (the real) adalah suatu tangkapan yang dapat dipercaya. Yang nyata adalah ada, tapi yang ada tidak harus nyata Ontologi dapat dijelaskan pengertiannya dengan beberapa cara deduktif, probabilistik, teleologis, dan genetic : 1. Penjelasan deduktif adalah menjelaskan gejala dengan menarik kesimpulan secara logis dari premis yang ditetapkan. 2. Penjelasan probabilistik adalah menjelaskan secara induktif dari sejumlah kasus dan bersifat kemungkinan. 3. Penjelasan teleologis adalah penjelasan yang bersifat fungsional dengan meletakkan unsur-unsur dalam sistem 4. Penjelasan genetik adalah penjelasan tentang gejala yang muncul dengan mempergunakan faktor yang timbul sebelumnya. Dalam ontologi terdapat dua objek yang bisa dikaji, pertama, objek material, adalah yang ada, meliputi yang ada sebagai wujud konkrit dan abstrak. Kedua, objek formal adalah memberikan dasar yang paling umum tiap masalah yang menyangkut manusia, dunia dan Tuhan. Titik tolak dan dasar ontologi adalah refleksi terhadap kenyataan yang paling dekat yaitu manusia sendiri dan dunianya .
Aspek Peninjauan Ilmu Untuk memperoleh kebenaran, perlu dipelajari teori-teori kebenaran. Beberapa alat/tools untuk memperoleh atau mengukur kebenaran ilmu pengetahuan adalah sbb. : Rationalism; Penalaran manusia yang merupakan alat utama untuk mencari kebenaran Empirism; alat untuk mencari kebenaran dengan mengandalkan pengalaman indera sebagai pemegang peranan utama Logical Positivism; Menggunakan logika untuk menumbuhkan kesimpulan yang positif benar Pragmatism; Nilai akhir dari suatu ide atau kebenaran yang disepakati adalah kegunaannya untuk menyelesaikan masalah-masalah praktis. Ilmu pengetahuan merupakan sesuatu yang dinamis , tersusun sebagai teori-teori yang saling mengeritik, mendukung dan bertumpu untuk mendekati kebenaran. Pengertian Epistimologi Keilmuan Masalah epistemologi bersangkutan dengan pertanyaan-pertanyaan tentang pengetahuan. Sebelum dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan kefilsafatan, perlu 3
diperhatikan bagaimana dan dengan sarana apakah kita dapat memperoleh pengetahuan. Istilah “epistimologi” di dalam bahasa inggris dikenal dengan istilah “Theory of knowledge”. Epistimologi berasal dari kata “episteme” dan “logos”. Epistime berarti pengetahuan,dan logos berarti teori. Dalam rumusan yang lebih rinci disebut bahwa efistimologi merupakan salah satu cabang filsafat yang mengkaji secara mendalam dan radikal tentang asal mula pengetahuan,struktur,metode, dan validitas pengetahuan. Disamping itu terdapat beberapa istilah yang maksudnya sama dengan epistimologi ialah : 1. Gnosiologi 2. Logika material 3. Criteriologi Keseluruhan istilah tersebut diatas di dalam bahasa Indonesia pada umumnya disebut filsafat pengetahuan. Dalam rumusan lain disebutkan bahwa epistimologi adalah cabang filsafat yang mempelajari soal tentang watak,batas-batas dan berlakunya ilmu pengetahuan,demikian yang diajukan oleh J.A.N. Mulder. Terjadinya Pengetahuan Proses terjadinya pengetahuan menjadi masalah mendasar dalam epistimologi sebab hal ini akan mewarnai pemikiran kefilsafatan. Pandangan yang sederhana dalam memikirkan proses terjadinya pengetahuan yaitu dalam sifatnya baik a priori dan a porteriori. Pengetahuan a priori adalah pengetahuan yang terjadi tanpa adanya atau melalui pengalaman baik pengalaman indera maupun pengalaman bathin. Sedangkan a posteriori adalah pengetahuan yang terjadi karena adanya pengalaman. Di dalam mengetahui ilmu atau pengetahuan memerlukan alat yaitu : pengalaman indera (sense experience); nalar (intuition); otoritas (authority); nalar (reason); intuisi (intuition); wahyu (revelation); dan keyakinan (faith). Sepanjang sejarah kefilsafatan alat-alat untuk mengetahui tersebut memiliki peranan masing-masing baik secara sendiri-sendiri maupun berpasangan satu sama lain tergantung pada filsuf atau paham yang dianutnya. Metode-Metode Untuk Memperoleh Pengetahuan Empirisme Empirisme adalah suatu cara/metode dalam filsafat yang mendasarkan cara memperoleh pengetahuan dengan melalui pengalaman. John Locke, bapak empirisme Britania, mengatakan bahwa pada waktu manusia di lahirkan akalnya merupakan jenis catatan yang kosong (tabula rasa),dan di dalam buku catatan itulah dicatat pengalaman-pengalaman inderawi. Rasionalisme Rasionalisme berpendirian bahwa sumber pengetahuan terletak pada akal. Bukan karena rasionalisme mengingkari nilai pengalaman, melainkan pengalaman palingpaling dipandang sebagai sejenis perangsang bagi pikiran. Para penganut rasionalisme yakin bahwa kebenaran dan kesesatan terletak di dalam ide kita, dan bukannya di dalam diri barang sesuatu. Jika kebenaran mengandung makna mempunyai ide yang sesuai dengan atau menunjuk kepada kenyataan, maka kebenaran hanya dapat ada di dalam pikiran kita dan hanya dapat diperoleh dengan akal budi saja. Fenomenalisme Bapak Fenomenalisme adalah Immanuel Kant. Kant membuat uraian tentang pengalaman. Baran sesuatu sebagaimana terdapat dalam dirinyan sendiri merangsang alat inderawi kita 4
dan diterima oleh akal kita dalam bentuk-bentuk pengalaman dan disusun secara
sistematis dengan jalan penalaran. Karena itu kita tidak pernah mempunyai pengetahuan tentang barang sesuatu seperti keadaanya sendiri, melainkan hanya tentang sesuatu seperti yang menampak kepada kita, artinya, pengetahuan tentang gejala (Phenomenon).Bagi Kant para penganut empirisme benar bila berpendapat bahwa semua pengetahuan di dasarkan pada pengalaman-meskipun benar hanya untuk sebagian. Tetapi para penganut rasionalisme juga benar, karena akal memaksakan bentuk-bentuknya sendiri terhadap barang sesuatu serta pengalaman. Intusionisme Menurut Bergson, intuisi adalah suau sarana untuk mengetahui secara langsung dan seketika. Analisa, atau pengetahuan yang diperoleh dengan jalan pelukisan, tidak akan dapat menggantikan hasil pengenalan secara langsung dari pengetahuan intuitif. Pengertian Aksiologi Keilmuan Pengertian aksiologi berasal dari perkataan axios (Yunani) yang berarti nilai dan logos yang berarti teori. Jadi aksiologi adalah “Teori tentang nilai”. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai. Teori tentang nilai yang dalam filsafat mengacu pada permasalahan etika dan estetika Aksiologi adalah cabang filsafat yang mempelajari tentang nilai secara umum. Sebagai landasan ilmu,aksiologi mempertanyakan untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan,bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral,bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral,bagaimana kaitan antara teknik,procedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral atau profesional. Secara istilah, aksiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat nilai yang ditinjau dari sudut kefilsafatan (Kattsoff, 1992:327). Definisi lain mengatakan bahwa aksiologi adalah suatu pendidikan yang menguji dan mengintegrasikan semua nilai tersebut dalam kehidupan manusia dan menjaganya, membinanya di dalam kepribadian peserta didik (Jalaluddin, 1997:69) Dengan demikian aksiologi adalah salah satu cabang filsafat yang mempelajari tentang nilai-nilai atau norma-norma terhadap suatu ilmu. Aspek aksiologi tujuan dasarnya adalah sebagai berikut. Menemukan kebenaran atas fakta “yang ada” atau sedapat mungkin ada kepastian kebenaran ilmiah Contohnya : Pada Ilmu Mekanika Tanah dikatakan bahwa kadar air tanah mempengaruhi tingkat kepadatan tanah tersebut. Setelah dilakukan pengujian laboratorium dengan simulasi berbagai variasi kadar air ternyata terbukti bahwa teori tersebut benar. Kegunaan Pengetahuan Filsafat Untuk mengetahui kegunaan filsafat,kita dapat memulainya dengan melihat filsafat sebagai tiga hal,pertama filsafat sebagai kumpulan teori filsafat,kedua filsafat sebagai metode pemecahan masalah, ketiga, filsafat sebagai pandangan hidup (philosophy of life) Kegunaan Filsafat bagi Akidah Akidah adalah bagian dari ajaran islam yang mengatur cara berkeyakinan. Pusatnya adalah keyakinan kepada Tuhan. Posisinya dalam keseluruhan ajaran Islam sangat penting, merupakan fondasi ajaran Islam secara keseluruhan, diatas akidah itulah keseluruhan ajaran Islam berdiri dan didirikan. Keterangan seperti ini berlaku juga bagi agama selain Islam. 5
Karena kedudukan akidah seperti itu,maka akidah seorang muslim haruslah kuat, dengan kuat akidah akan kuat pula keislamannya secara keseluruhan. Untuk memperkuat akidah perlu dilakukan sekurang-kurangnya dua hal, pertama, mengamalkan keseluruhan ajaran Islam secara sungguh-sungguh, kedua, mempertajam pengertian ajaran Islam itu. Jadi, akidah dapat diperkuat dengan pengalaman dan pemahaman (ajaran Islam). Kegunaan Filsafat bagi Hukum Istilah hukum islami sering rancau. Kadang-kadang hokum islami itu diartikan syari’ah, kadang-kadang fikih (fiqh). Yng dimaksud ialah fikih. Fikih secara bahasa berarti mengetahui. Al-Qur’an menggunakan kata al-fiqh dalam pengertian memahami atau paham. Pada zaman Nabi Muhammad SAW kata alfiqh itu tidak hanya berarti paham tentang hukum tetapi paham dalam arti umum. Faqiha artinya paham, mengerti, tahu. Dalam perkembangan terakhir fikih dipahami oleh kalangan pakar ushul al-fiqh sebagai hukum praktis hasil ijtihad. Sementara di kalangan pakar fikih, al-fiqh dipahami sebagai kumpulan hukum islami yang mencakup semua aspek syar’iy baik yang tertuang secara tekstual maupun hasil penalaran terhadap sesuatu teks. Itulah sebabnya dikalangan ahli ushul al-fiqh konsep syariah dipahami sebagai teks syar’iy yakni AlQur’an dan al-Sunah yang tetap dan tidak pernah mengalami perubahan. Butir-butir aturan dan ketentuan hukum yang ada dalam fikih pada garis besarnya mencakup tiga unsur pokok. Pertama, perintah seperti shalat, zakat , puasa dan sebagainya. Kedua, larangan, seperti larangan musyrik, zina dan sebagainya. Ketiga, petunjuk, seperti cara shalat, cara puasa, dan sebagainya. Keseluruhan unsur pokok diatas bila dilihat dari sudut sifatnya, ia dapat dibagi dua. Pertama bersifat tetap, tidak terpengaruh oleh kondisi tertentu, seperti sebagian aqidah dan seluruh ibadah mahdhah; dalam hal ini ijtihad tidak berlaku padanya. Kedua, yang bersifat dapat berubah sesuai dengan kondisi tertentu, inilah bidang ijtihad. Tujuan utama diturunkannya hukum islami (fikih) ialah untuk menciptakan kemaslahatan hidup manusia, yang dimaksud kemaslahatan ialah kebaikan. Jelasnya, pembentukan fikih itu sejalan dengan tuntutan kemaslahatan manusia. Untuk menjamin kemaslahatan itu ditetapkan beberapa asas hukum islami, yaitu: ‘Adam al-haraj, artinya tidak sulit melaksanakannya (QS.7: 157); Al-Takhlif, ringan serta mampu dilaksanakan (QS. 2:286;4: 28); Al-Taysir, mudah sesuai dengan kemampuan (QS. 2:185; 22: 78) Itu berarti hukum islami dibentuk atas dasar prinsip menghilangkan kesempitan karena kesempitan itu menyebabkan kesulitan. Hukum islami dijadikan aturan beramal ada didalam fikih sebagai kumpulan hukum. Fikih (dalam arti kumpulan hukum) itu dibuat berdasarkan kaidah-kaidah hukum (yang berfungsi sebagai teori) yang dipergunakan dalam menetapkan hukum tersebut. Ternyata kaidah-kaidah pembuatan hukum (ushul al-fiqh) itu dibuat berdasarkan teori-teori filsafat. Karena itu manthiq (mantik,logika) amat penting bagi ulama ushul al-fiqh. Selain itu ushul al-fiqh filsafat berguna juga dalam menafsirkan teks dan memberikan kritik ideologi. Dalam memberikan kritik ideologi, yakni menggunakan fungsi kritis filsafat. Pemikiran cara filsafat amat diperlukan dalam mengalisis ideologi secara kritis, mempertanyakan dasarnya, memperlihatkan implikasinya dan membuka kedok yang mungkin berada di belakangnya. Dalam hal ini filsafat itu dapat melakukan dua hal. Pertama, kritik terhadap ideologi saingan yang akan merusak Islam atau masyarakat Islam,kedua kritik terhadap hukum islami, misalnya mempertanyakan apakah benar itu seperti itu, apakah itu sesuai dengan esensi yang dikandung oleh teks yang dijadikan dasar hukum tersebut. 6
Kesimpulannya, memang benar, filsafat, khususnya filsafat sebagai metodologi, berguna bagi pengembangan hukum dalam hal ini bukan islami. Kegunaan Filsafat bagi Bahasa Disepakati oleh para ahli bahwa bahasa berfungsi sebagai alat mengekpresikan perasaan dan pikiran. Terlihat adanya hubungan yang erat antara bahasa dan pikiran. Ahmad Abdulrahman Hamad (Al-‘Alaqah bayn al-Lughah wa al-Fikr, dan al-Ma’rifah al-Jami’iyyah,1985: 17) menggambarkan hubungan itu bagaikan satu mata uang yang memiliki dua sisi. Aristoteles, sebagaimana dikutip Hamad (1985: 32) menggambarkan hubungan antara bahasa dan pemikiran (logika) sebagai hubungan antara hitungan dan angka, hubungan itu adalah hubungan interdependen. Tatkala bahasa berfungsi sebagai alat berpikir ilmiah muncul problem yang serius. Diantara problem yang dihadapi bahasa ialah dalam pemeliharaanya. Bahasa sering tidak mampu membebaskan diri dari gangguan pemakainya. Orang awam sering merusak bahasa, mereka menggunakan bahasa tanpa mengikuti kaidah yang benar. Kerusakan bahasa tersebut biasanya disebabkan oleh tidak digunakannya kaidah logika. Logika itu filsafat. Filosof adalah “prototype” orang bijaksana. Orang bijaksana tentu harus menggunakan bahasa yang benar. Bahasa yang benar itu akan mampu mewakili konsep logis yang dibawakannya. Karena itu pada Logika-lah kita menemukan kaitan erat antara bahasa dan filsafat. Dan pada Logika pula kita temukan manfaat konkret bahasa. Peran Logika dalam bahasa ialah memperbaiki bahasa, Logika dapat mengetahui kesalahan bahasa. Kekeliruan dalam berbahasa melahirkan kekeliruan dalam berpikir. Berikut beberapa contohnya (lihat Mundiri, Logika, 1994: 194). Pertama, kekeliruan karena komposisi. Misalnya kekeliruan dalam menetapkan sifat pada bagian untuk menyifati keseluruhan, seperti “Setiap kapal perang suatu Negara telah siap tempur, maka keseluruhan angkatan laut telah siap tempur” atau “Mur ini sangat ringan karena itu mesin ini sangat ringan pula”, Kedua, kekeliruan dalam pembagian atau devisi, yaitu kekeliruan karena menetapkan sifat bagian. Kesimpulannya ialah filsafat sangat berperan dalam menetukan kualitas bahasa. Tanpa peran serta filsafat (logika) kekeliruan dalam bahasa tidak mungkin dapat diperbaiki. Selain itu perkembangan berpikir atau filsafat akan diikuti oleh perkembangan bahasa. Kata al-muru’ah asalnya ialah al-mar’u yang berarti seorang lelaki tulen (al-mar’u al-muktamil). Jadi kata itu hanya menunjukkan pada seseorang. Tetapi dalam filsafat kata itu sudah mengandung banyak arti seperti potensi, kekuatan, semangat, perasaan lelaki, pemberani, amanah, dan lain-lain. Cara Filsafat Menyelesaikan Masalah Kegunaan filsafat yang lain ialah sebagai methodology, maksudnya sebagai metode dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah bahkan sebagai metode dalam memandang dunia (word view). Dalam hidup kita, kita menghadapi banyak masalah. Masalah artinya kesulitan. Kehidupan akan dijalani lebih enak bila masalah itu terselesaikan. Ada banyak cara dalam menyelesaikan masalah, mulai dari yang amat sederhana sampai rumit. Ada rapat di sebuah RT. Yang dibicarakan masalah keamanan. Pak RT menyatakan bahwa akhir-akhir ini dikampung kita banyak pencurian, tidak seperti biasanya. Menanggapi itu hamper semua orang yang hadir mengusulkan agar ronda malam dipergiat. Inilah kira-kira cara orang awam menyelesaikan masalah. Di situ ada seseorang yang berpendapat lain. Ia bertanya apa saja barang yang biasanya dicuri, sejak bulan apa, pada pukul berapa biasanya terjadi. Lantas ia 7
mengusulkan selain menggiatkan ronda, sebaiknya digiatkan pengajian. Ia melakukan identifikasi lebih dahulu, lantas ia melihat penyebab lebih mendasar. Ia piker, bila perondanya bermoral buruk,bisa-bisa peronda itu sendiri yang mencuri. Orang itu ilmuwan. Kira-kira beginilah penyelesaian Sain. Filsafat pun memiliki cara tersendiri dalam menyelesaikan masalah. Sesuai dengan sifatnya, filsafat menyelesaikan masalah secara mendalam dan universal. Penyelesaian filsafat bersifat mendalam, artinya ia ingin mencari asal masalah. Universal, artinya filsafat ingin masalah itu dilihat dalam hubungan seluasluasnya agar nantinya penyelesaian itu cepat dan berakibat seluas mungkin. Banyak orang Islam tidak menyenangi sebagian budaya Barat, khususnya tentang kebebasan seks. Mereka mengatakan kebebasan seks harus diberantas. Ini penyelesaian langsung. Sedikit mendalam bila kita mengusulkan perketat masuknya informasi dari Barat terutama yang menyangkut kebebasan seks, atau kita mengusulkan sensor film diperberat. Filsafat mempelajari asal usul kebebasan seks itu. Ditemukan, itu muncul pula paham Hedonisme. Maka kita perangi paham itu. Filosof lain belum juga puas, karena menurutnya Hedonisme itu sebenarnya turunan Pragmatisme. Pragmatisme itu bersama dengan Liberalisme lahir dari Rasionalisme. Karena itu filosof ini mengatakan yang paling strategis ialah memerangi Rasionalisme itu. Apakah Rasionalisme itu penyebab pertama munculnya kebebasan seks? Untuk sementara, agaknya ya. Maka untuk memberantas kebebasan seks kita harus menjelskan bahwa Rasionalisme itu adalah pemikiran yang salah. Penyelesaian ini mendalam, karena telah menemukan penyebab yang paling asal. Penyelesaian itu juga universal, karena yang akan diperbaiki pada akhirnya kelak bukan hanya persoalan kebebasan seks, hal-hal lain yang merupakan turunan Rasionalisme juga akan dengan sendirinya hilang. Kesimpulan Berdasarkan rumusan masalah yang ada maka penulis dapat menyimpulkan bahwa apabila dilihat dan sisi obyeknya, maka filsafat ilmu merupakan cabang dan filsafat yang secara khusus membahas proses keilmuan manusia. Dengan bahasa lain dapat dikatakan bahwa obyek dalam filsafat ilmu tersebut di atas pada dasarnya merupakan obyek material, sedangkan obyek instrumentatif adalah obyek formal. Filsafat adalah usaha untuk memahami atau mengerti dunia dalam hal makna dan nilai-nilai. Pengertian filsafat disederhanakan sebagai proses dan produk, yang mencakup pengertian filsafat sebagai jenis pengetahuan, ilmu, konsep dan para filsuf pada zaman dahulu, teori, sistem tertentu yang merupakan hasil dan proses berfilsafat dan yang mempunyai ciri-ciri tertentu, dan filsafat sebagai problema yang dihadapi manusia. Filsafat berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang asal mula dan sifat dasar alam semesta tempat manusia hidup serta apa yang menjadi tujuan hidupnya. Dengan belajar filsafat, tidak menyebabkan kita untuk berhenti belajar, karena dalam filsafat tidak akan pernah akan dapat mengatakan selesai belajar. Daftar Pustaka Surajiyo, Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia,( Jakarta: Bumi Aksara,2010) Tafsir Ahmad, Filsafat Mengurai Ontologi, Epistimologi, dan Aksiologi Pengetahuan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010) 8
http://bebasbaca2.blogspot.com/2012/08/dasar-dasar-ilmu-filsafat-dan-definisi.html diakses tanggal 15 April 2013 http://ponda-samarkand.blogspot.com/2013/01/dasar-dasar-ilmu.html diakses tanggal 14 April 2013
___________
Fera Setia Rosiana (Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu dengan dosen Afid Burhanuddin, M.Pd.)
9