Jurnal Sistem Industri – Volume 7 nomor 1
2013
PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU BAJA MS DI DIREKTORAT PRODUKSI ATMI CIKARANG Siti Rohana Nasution1, Temotius Agung Lukito2 Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Pancasila 1)
[email protected], 2)
[email protected]
1,2)
Abstrak Persediaan bahan baku sebagai aset perusahaan memiliki peranan penting didalam operasi bisnis. Persediaan yang belum terkelola ini menjadi masalah utama di Direktorat Produksi ATMI Cikarang. Metode EOQ dengan safety stock digunakan pada penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan kebutuhan bahan baku Baja MS di Direktorat Produksi ATMI Cikarang pada periode JanuariDesember 2013 dengan metode peramalan deret waktu Double Moving Average (DMA). Hasil penelitian juga menunjukkan jumlah pemesanan ekonomis (Q) untuk kebutuhan tahun 2013 bahan baku material Baja MS sebesar 34.241 kg adalah 1.153,95 kg dengan waktu antar pemesanan (t) selama 9 hari dan frekuensi pemesanan 30 kali dalam 1 tahun. Batas atau titik pemesanan kembali (R) bahan baku yang dibutuhkan institusi adalah 390 kg. Sehingga didapatkan total biaya persediaan (TC) bahan baku material baja MS untuk tahun 2013 adalah sebesar Rp. 620.492.210,-. Dengan menerapkan usulan penelitian ini diperkirakan penghematan akan terjadi sebesar Rp. 14.517.251,-. Kata Kunci : Persediaan, Peramalan, Double Moving Average, Economic Order Quantity
1. PENDAHULUAN Semakin meningkatnya perkembangan industri yang kian pesat di hampir seluruh dunia, maka semakin banyak pula permintaan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam suatu perusahaan manufaktur, sistem persediaan bagi suatu perusahaan sangatlah penting bagi lancarnya proses produksi. Adanya persediaan menimbulkan konsekuensi berupa resiko-resiko tertentu yang harus ditanggung perusahaan akibat adanya persediaan tersebut. Pengawasan persediaan merupakan masalah yang sangat penting, karena jumlah persediaan akan menentukan atau mempengaruhi kelancaran proses produksi serta keefektifan dan efisiensi perusahaan tersebut. Pada dasarnya semua perusahaan mengadakan perencanaan dan pengendalian bahan dengan tujuan pokok meminimumkan biaya dan untuk memaksimumkan laba dalam waktu tertentu. Direktorat Produksi ATMI Cikarang dalam mengerjakan ordernya menggunakan bahan baku utama yaitu baja dengan berbagai jenis untuk proses produksinya, bahan baku yang sering digunakan adalah baja jenis MS, material 58
PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU BAJA MS DI DIREKTORAT PRODUKSI ATMI CIKARANG | [Siti Rohana Nasution]
Jurnal Sistem Industri – Volume 7 nomor 1
2013
jenis MS tersebut harus selalu tersedia untuk kelancaran proses produksi. Oleh sebab itu perlu dilaksanakan perencanaan dan pengendalian bahan baku. Institusi harus bisa mengelola persediaan dengan baik agar dapat memiliki persediaan seoptimal mungkin demi kelancaran operasi dalam jumlah, waktu, dan mutu yang tepat serta dengan biaya yang serendah mungkin. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut : a. Bagaimana menentukan estimasi kebutuhan bahan baku baja MS untuk periode mendatang dengan menggunakan metode peramalan yang tepat. b. Berapa jumlah bahan baku baja MS yang harus dipesan dan kapan waktu pemesanan yang optimal dengan menggunakan metode EOQ Berdasarkan pokok persoalan yang telah diuraikan di atas maka tujuan menjadi bagian penting dalam penelitian ini adalah : a. Dapat menentukan estimasi kebutuhan bahan baku baja MS untuk periode mendatang dengan metode peramalan yang tepat b. Dapat menetapkan jumlah bahan baku baja MS yang harus dipesan dan interval waktu pemesanan yang optimal dengan menggunakan metode EOQ Untuk mencegah meluasnya permasalahan yang ada dan agar lebih terarah, maka dilakukan pembatasan masalah sebagai berikut : Penelitian dilakukan pada Direktorat produksi ATMI Cikarang, Penelitian dilakukan pada saat jam kerja normal, Data permintaan yang diambil adalah data periode Januari 2012 sampai Desember 2012, Bahan baku yang dianalisis adalah baja jenis MS, Pengendalian persediaan bahan baku baja MS dibuat untuk tahun 2013.
2. STUDI PUSTAKA 2.1. Teori tentang Peramalan Peramalan adalah proses untuk memperkirakan beberapa kebutuhan di masa datang yang meliputi kebutuhan dalam ukuran kuantitas, kualitas, waktu dan lokasi yang dibutuhkan dalam rangka memenuhi permintaan barang ataupun jasa. Untuk memilih metode peramalan yang sesuai dengan benar, peramal harus dapat menetapkan sifat dasar masalah peramalan, menjelaskan sifat dasar data yang sedang diteliti, mendeskripsikan kemampuan dan keterbatasan potensial dari teknik-teknik peramalan yang kemungkinan sangat berguna dan mengembangkan sejumlah kriteria yang ditentukan terlebih dahulu sebagai dasar untuk memilih keputusan. Faktor utama yang mempengaruhi pemilihan teknik peramalan adalah identifikasi dan pemahaman pola historis data. Jika didapati trend, siklik atau musiman maka kemudian teknik-teknik yang mampu secara efektif mengekstrapolasi pola ini dapat dipilih. Metode peramalan yang dipilih pada penelitian ini adalah dari kelompok metode peramalan yang berdasarkan deret waktu. a. Metode Moving Average (MA) Moving Average diperoleh dengan merata-rata permintaan berdasarkan beberapa data masa lalu yang terbaru. Tujuan utama dari penggunaan metode [Siti Rohana Nasution] | PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU BAJA MS DI DIREKTORAT PRODUKSI ATMI CIKARANG
59
Jurnal Sistem Industri – Volume 7 nomor 1
2013
ini adalah untuk mengurangi atau menghilangkan variasi acak permintaan dalam hubungannya dengan waktu. Tujuan ini dicapai dengan merata-rata beberapa nilai data secara bersama-sama, dan menggunakan nilai rata-rata tersebut sebagai ramalan permintaan untuk periode yang akan datang. b. Metode Double Moving Average (DMA) Suatu cara peramalan data deret waktu dengan trend linier adalah dengan menggunakan rata-rata bergerak ganda. Metode ini, sebagaimana namanya : satu kelompok rata-rata bergerak dihitung dan kemudian kelompok kedua dihitung rata-rata bergerak hasil pada kelompok pertama. c. Metode Weighted Moving Average (WMA) Pada metode WMA, setiap data permintaan aktual memiliki bobot yang berbeda. Data yang lebih baru akan mempunyai bobot yang tinggi Karena data tersebut mempresentasikan kondisi yang terakhir terjadi. d. Metode Single Exponential Smoothing (SES) Kelemahan teknik MA dalam kebutuhan akan data-data masa lalu yang cukup banyak dapat diatasi dengan teknik SES. e. Metode Double Exponential Smooting (DES) Dengan cara analogi yang dapat dipakai pada waktu memulai dari rata-rata bergerak tunggal ke pemulusan (smoothing) exponensial tunggal kita juga dapat memulai dari rata-rata bergerak ganda ke pemulusan exponential ganda. Ukuran akurasi hasil peramalan merupakan ukuran kesalahan peramalan yaitu tingkat perbedaan antara hasil peramalan dengan permintaan yang sebenarnya terjadi. ukuran yang biasa digunakan yaitu : a. Mean Absolute Deviation (MAD) MAD merupakan rata-rata kesalahan mutlak selama periode tertentu tanpa memperhatikan apakah hasil peramalan lebih besar atau kecil dibandingkan kenyataannya. b. Mean Square Error (MSE) MSE dihitung dengan menjumlahkan kuadrat semua kesalahan peramalan pada setiap periode dan membaginya dengan jumlah periode peramalan. c. Mean Forecast Error (MFE) MFE sangat efektif untuk mengetahui apakah hasil peramalan selama periode tertentu terlalu tinggi atau terlalu rendah. Bila hasil peramalan tidak biasa, maka nilai MFE akan mendekati nol. MFE dihitung dengan menjumlahkan semua kesalahan peramalan selama periode peramalan dan membaginya dengan jumlah periode peramalan.
60
PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU BAJA MS DI DIREKTORAT PRODUKSI ATMI CIKARANG | [Siti Rohana Nasution]
Jurnal Sistem Industri – Volume 7 nomor 1
2013
d. Mean Absolute Percentage Error (MAPE) MAPE merupakan ukuran kesalahan relatif. MAPE menyatakan persentase kesalahan hasil peramalan terhadap permintaan aktual selama periode tertentu yang akan memberikan informasi persentase kesalahan terlalu tinggi atau terlalu rendah. Akurasi peramalan akan semakin tinggi apabila nilai-nilai MAD, MSE, MFE, dan MAPE semakin kecil. Setelah membuat peramalan, langkah selanjutnya adalah memeriksa bahwa hasil peramalan tersebut benar-benar mencerminkan data masa lalu dan sistem sebab akibat yang mendasari permintaan produk. Sepanjang aktualitas peramalan tersebut dapat dipercaya, hasil peramalan akan terus digunakan. Jika selama proses pemeriksaan/verifikasi ditemukan keraguan validitas metode peramalan yang digunakan, harus dicari metode lain yang lebih cocok. Bentuk termudah dari cara pengendali peramalan adalah peta kendali statistik yaitu peta kendali bergerak (Moving Range Chart). MR Chart dirancang untuk membandingkan nilai yang diramalkan dengan nilai permintaan aktual dari suatu permintaan pada periode yang sama. 2.2. Teori tentang Persediaan Persediaan didefinisikan sebagai stok bahan baku yang digunakan untuk memfasilitasi produk atau untuk memuaskan permintaan konsumen. Persediaan dapat membantu fungsi-fungsi penting yang dapat menambah fleksibilitas operasi perusahaan. Tujuan persediaan dapat diartikan sebagai usaha untuk menjaga jangan sampai perusahaan kehabisan persediaan sehingga menyebabkan proses produksi terhenti, menjaga agar penentuan persediaan oleh perusahaan tidak terlalu besar sehingga biaya yang berkaitan dengan persediaan dapat ditekan, menjaga agar pembelian bahan baku secara kecilkecilan dapat dihindari. a. Struktur Biaya Persediaan Biaya persediaan adalah semua pengeluaran dan kerugian yang timbul sebagai akibat persediaan. Biaya tersebut adalah harga pembelian, biaya pemesanan, biaya penyiapan, biaya penyimpanan dan biaya kekurangan persediaan. b. Metode Economic Order Quantity (EOQ) EOQ adalah merupakan volume atau jumlah pembelian yang paling ekonomis untuk dilaksanakan pada setiap kali pembelian. Untuk memenuhi kebutuhan itu maka dapat diperhitungkan pemenuhan kebutuhan (pembeliannya) yang paling ekonomis yaitu sejumlah barang yang akan dapat diperoleh dengan pembelian dengan menggunakan biaya yang minimal. Dasar perhitungan dari EOQ adalah jumlah (total) biaya persediaan termasuk didalamnya biaya-biaya terkait. Total biaya persediaan selama satu semester sama dengan biaya pemesanan selama satu semester ditambah biaya penyimpanan selama satu semester.
[Siti Rohana Nasution] | PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU BAJA MS DI DIREKTORAT PRODUKSI ATMI CIKARANG
61
Jurnal Sistem Industri – Volume 7 nomor 1
-
Rata-rata kebutuhan bahan baku (
2013
) (1)
-
Jumlah pemesanan ekonomis (EOQ) (2)
-
Frekuensi pemesanan (f) (3)
-
Waktu pemesanan optimal (T) (4)
-
Biaya-biaya persediaan
-
Biaya pemesanan
(5)
Biaya penyimpanan
(6)
Total biaya persediaan (TC) (7)
-
Titik pemesanan kembali (R) (8)
Dimana : D =Tingkat kebutuhan bahan baku dalam unit per semester DL = Tingkat kebutuhan bahan baku dalam unit per hari A = Biaya pemesanan dalam rupiah C = Unit cost dalam rupiah I = Biaya penyimpanan dalam rupiah Q = Kuantitas atau jumlah pemesanan TC = Total Cost persediaan f = Frekuensi order per semester W =Jumlah hari kerja dalam satu semester L = Waktu tenggang
3. PENGUMPULAN DATA Data yang diperoleh dari ATMI Cikarang pada Direktorat Produksi adalah sebagai berikut :
62
PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU BAJA MS DI DIREKTORAT PRODUKSI ATMI CIKARANG | [Siti Rohana Nasution]
Jurnal Sistem Industri – Volume 7 nomor 1
2013
a. Harga bahan baku Jenis MS Jenis S45C Jenis SKD11
= Rp.18.000 / Kg = Rp.17.000/ Kg = Rp.63.000 / Kg
Sesuai dengan pembatasan masalah yang disebutkan sebelumnya bahwa bahan baku yang dibahas adalah bahan baku material baja jenis MS karena bahan baku tersebut digunakan dengan jumlah paling banyak dan menyerap biaya yang tinggi yang secara signifikan sangat berpengaruh pada sistem inventory level perusahaan, maka bahan baku yang digunakan sebagai objek penelitian adalah material baja jenis MS. b. Data kebutuhan bahan baku baja jenis MS periode januari sampai desember 2012 Tabel 1. Kebutuhan baja jenis MS Bulan
Permintaan (Kg)
Januari
4.753
Februari
5.054
Maret
3.796
April
2.448
Mei
2.211
Juni
2.077
Juli
5.038
Agustus
2.160
September
2.545
Oktober
5.114
November
3.982
Desember
2.000
Gambar 1. Grafik permintaan tahun 2012 c. Biaya pemesanan adalah Rp.70.000 per pesanan d. Biaya penyimpanan 20% dari harga bahan baku per tahun e. Lead time 3 hari [Siti Rohana Nasution] | PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU BAJA MS DI DIREKTORAT PRODUKSI ATMI CIKARANG
63
Jurnal Sistem Industri – Volume 7 nomor 1
2013
4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Perhitungan Peramalan Dari data permintaan bahan baku baja MS tahun 2012 yang didapat dari Direktorat Produksi ATMI Cikarang, dilakukan peramalan untuk permintaan bahan baku baja MS tahun 2013. Peramalan dilakukan dengan lima metode yaitu Moving Average (MA), Double Moving Average (DMA), Weighted Moving Average (WMA), Single Exponential Smoothing (SES), Double Exponential Smooting (DES). Dan hasil peramalan dari metode-metode tersebut dapat dilihat pada Tabel 2 sebagai berikut : Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Perhitungan No 1
2
3
4
5
Model Peramalan MA n=3 n=4 (terkecil) DMA n=3 n=4 (terkecil dan dipilih) WMA Wt= 0.2, 0.3, 0.5 Wt= 0.1, 0.2, 0.3, 0.4 (terkecil) SES α= 0.5 (terkecil) α= 0.4 DES α= 0.5 α= 0.4 (terkecil)
MAD
MSE
MFE
MAPE
MR Chart
1,458 1,312
2,648,858 2,284,706
-266 -104
51.16% 45.30%
Valid Valid
1,855
4,744,979
277
62.57%
Valid
993
1,554,678
-199
33.37%
Valid
1,420
2,734,685
-251
49.65%
Valid
1,354
2,474,002
-67
46.18%
Valid
1,289 1,315
2,337,159 2,259,675
-323 -374
44.32% 45.88%
Valid Valid
1,380 1,315
2,961,139 2,571,229
-250 -292
45.11% 43.85%
Valid Valid
Dari Tabel 2 diketahui bahwa model peramalan yang akan digunakan untuk meramalkan kebutuhan bahan baku material baja MS untuk satu tahun yang akan datang adalah model peramalan Double Moving Average dengan n = 4bulan, dikarenakan model peramalan ini memiliki relatif kesalahan peramalan yang terkecil yaitu dengan MAPE 33.37%. Dari data kebutuhan bahan baku baja MS tahun 2012 yang digunakan sebagai data untuk peramalan satu tahun kedepan dengan metode Double Moving Average n=4, dihasilkan peramalan kebutuhan bahan baku baja MS untuk tahun 2013. Hasil peramalan dapat dilihat pada tabel 3.
64
PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU BAJA MS DI DIREKTORAT PRODUKSI ATMI CIKARANG | [Siti Rohana Nasution]
Jurnal Sistem Industri – Volume 7 nomor 1
2013
Tabel 3. Hasil Peramalan Tahun 2013 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus
Kebutuhan bahan baku (Kg) 3.457 3.780 3.061 2.603 3.083 3.045 2.703 2.555
September
2.680
Oktober November
2.572 2.391
Desember
2.312
Total
34.241
Bulan
4.2. Perhitungan Pengendalian Persediaan Bahan Baku MS Dengan Metode EOQ Periode Januari - Desember 2013 a. Kebutuhan material MS (D) = 34.241Kg/ thn b. Biaya pemesanan (A) = Rp.70.000 / pesanan c. Biaya penyimpanan (i) = Rp.3.600/Kg/tahun d. Harga material MS (C) = Rp.18.000 / Kg e. Lead time 3 hari f.
Jumlah Pemesanan Ekonomis (Q)
g. Frekuensi Pemesanan (f)
h. Waktu Pemesanan Optimal (t)
i.
Titik Pemesanan Kembali (R) Kebutuhan satu tahun Kebutuhan per bulan
= 34.241 Kg = 34.241 / 12
[Siti Rohana Nasution] | PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU BAJA MS DI DIREKTORAT PRODUKSI ATMI CIKARANG
65
Jurnal Sistem Industri – Volume 7 nomor 1
2013
= 2.853,41 Kg / bulan = 2853.41 / 22 = 129,7 ≈ 130 Kg/hari Jadi, Reorder Point (R) = L < t = L x dL = 3 x 130 = 390 Kg Biaya-Biaya Persediaan Kebutuhan / hari
a. Biaya pemesanan
b. Biaya penyimpanan
c.
Total Biaya Persediaan
Gambar 2. Waktu Siklus Baja MS
66
PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU BAJA MS DI DIREKTORAT PRODUKSI ATMI CIKARANG | [Siti Rohana Nasution]
Jurnal Sistem Industri – Volume 7 nomor 1
2013
Tabel 4. Hasil perhitungan dengan metode EOQ Kebutuhan Bahan Baku 34.241 Kg 1 tahun Jumlah Pemesanan 1.153,95 Kg Ekonomis EOQ Waktu pemesanan
9 hari
Frekuensi 1 tahun
30 Kali
Pemesanan
Reorder Point
390 Kg
Total Biaya Persediaan 1 tahun
Rp. 620.492.210,-
Berdasarkan hasil perhitungan pengendalian bahan baku material baja MS didapat bahwa kebutuhan bahan baku selama periode bulan januari sampai desember 2013 yaitu sebesar 34.241 Kg, dengan jumlah pemesanan ekonomis (EOQ) sebesar 1.153,95 Kg, frekuensi pemesanan sebanyak 30 kali dalam 1 tahun. Institusi melakukan pemesanan kembali (Reorder Point) pada saat posisi stock mencapai 390 Kg. Maka total biaya persediaan bahan baku yang dikeluarkan institusi pada periode januari sampai desember 2013 untuk memenuhi kebutuhan persediaan bahan baku baja MS yang meliputi biaya pemesanan, biaya penyimpanan, dan biaya bahan baku, maka total biaya persediaan yang dikeluarkan adalah sebesar Rp.620.492.210,-. 4.3. Perhitungan Pengendalian Persediaan Bahan Baku Material MS Pada Saat ini Dalam pengendalian persediaan bahan baku material MS, Institusi pada saat ini melakukan pemesanan bahan baku setiap hari kemudian untuk menghitung tingkat kebutuhan bahan baku per hari pada periode januari sampai desember 2013 adalah sebagai berikut : -
Kebutuhan satu tahun
= 34.241 Kg
-
Kebutuhan per bulan
= 34.241 / 12 = 2.853,41 Kg / bulan
-
Kebutuhan per hari
= 2853.41 / 22 =129,7≈ 130 Kg / hari
Berdasarkan hasil perhitungan diatas didapat bahwa kebutuhan bahan baku baja MS setiap hari adalah 130 kg/hari, karena institusi pada saat ini melakukan pemesanan setiap hari maka jumlah pemesanan bahan baku setiap kali pesan adalah 130 kg. Kemudian untuk mengetahui frekuensi pemesanan pada tahun 2013 dengan menggunakan metode yang sudah dilakukan pada saat ini adalah sebagai berikut :
[Siti Rohana Nasution] | PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU BAJA MS DI DIREKTORAT PRODUKSI ATMI CIKARANG
67
Jurnal Sistem Industri – Volume 7 nomor 1
2013
Berdasarkan hasil perhitungan diatas diketahui bahwa frekuensi pemesanan pada tahun 2013 dengan menggunakan metode yang sudah dilakukan pada saat ini adalah sebanyak 264 kali pemesanan. Biaya-Biaya Persediaan a. Biaya pemesanan
b. Biaya penyimpanan
c.
Total pembelian Baja MS
d.
Total Biaya Persediaan
Dari hasil perhitungan pengendalian persediaan dengan cara yang diterapkan institusi pada saat ini dapat dilihat total biaya perusahaan selama 1 periode (tahun) yang harus dikeluarkan institusi adalah sebesar Rp.635.009.461. Sebagai pembanding dalam menentukan penggunaan metode EOQ (Economic Order Quantity) agar dapat diterapkan pada Direktorat Produksi ATMI Cikarang, dapat dilihat dari jumlah pemesanan setiap kali pesan, frekuensi pemesanan dalam 1 periode (tahun), dan besarnya biaya persediaan selama satu tahun karena semakin kecil total biaya persediaan yang dikeluarkan maka semakin baik metode pengendalian persediaan itu dapat digunakan. Tabel 5. Perbandingan Pengendalian persediaan bahan baku material baja MS dengan metode EOQ dan pada saat ini Dengan metode pada saat ini
Dengan metode EOQ
130 kg
1153,95 kg
Waktu Pemesanan (t)
1 Hari
9 Hari
Frekuensi pemesanan (F)
264 kali
30 kali
Total biaya persediaan (TC)
Rp.635.009.461
Rp. 620.492.210
Jumlah Pemesanan kali pesan (q)
setiap
Selisih
Rp. 14.517.251
Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat bahwa dengan perhitungan yang dilakukan pada saat ini jumlah pemesanan setiap kali pesan adalah 130 Kg dengan waktu 68
PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU BAJA MS DI DIREKTORAT PRODUKSI ATMI CIKARANG | [Siti Rohana Nasution]
Jurnal Sistem Industri – Volume 7 nomor 1
2013
pemesanan setiap hari dan frekuensi pemesanan sebanyak 264 kali pemesanan sehingga didapatkan total biaya persediaan yang dikeluarkan selama satu periode (tahun) untuk pengadaan bahan baku adalah sebesar Rp.635.009.461,dan dengan menggunakan metode EOQ jumlah Pemesanan ekonomis (EOQ) adalah 1.153,95 Kg dengan waktu pemesanan 9 hari dan frekuensi pemesanan sebanyak 30 kali pemesanan sehingga didapatkan total biaya persediaan yang dikeluarkan selama satu periode (tahun) untuk pengadaan bahan baku adalah sebesar Rp. 620.492.210,- . Dengan demikian apabila menggunakan metode EOQ, institusi dapat meminimalkan biaya pengadaan bahan baku untuk proses produksi dengan efisiensi biaya sebesar Rp. 14.517.251,-.
5. KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat diambil suatu kesimpulan sebagai berikut : 1) Perhitungan peramalan permintaan bahan baku material Baja MS pada Direktorat Produksi ATMI Cikarang diperoleh hasil yang terbaik menggunakan metode DMA (Double Moving Average) dengan n=4 karena mempunyai tingkat kesalahan peramalan terkecil yaitu dengan MAPE 33,37% dan hasil peramalan tersebut bisa digunakan untuk produksi tahun 2013. 2) Berdasarkan hasil peramalan, kebutuhan bahan baku material baja MS tahun 2013 yaitu sebesar 34.241 Kg 3) Dengan menggunakan metode EOQ (Economic Order Quantity) jumlah pemesanan ekonomis (Q) untuk bahan baku material baja MS adalah sebanyak 1.153,95 Kg dengan waktu antar pemesanan (t) selama 9 hari dan frekuensi pembelian adalah 30 kali pembelian dalam 1 periode (tahun). Titik pemesanan kembali (R) bahan baku yang dibutuhkan adalah 390 Kg. 4) Total biaya persediaan (TC) bahan baku material baja MS untuk bulan januari sampai desember 2013 adalah sebesar Rp. 620.492.210,5) Dengan menggunakan metode EOQ, Direktorat Produksi ATMI Cikarang dapat meminimalkan biaya pengadaan bahan baku untuk proses produksi dengan efisiensi biaya sebesar Rp.14.517.251,-. Adapun saran yang dapat diberikan adalah: 1) Berdasarkan kesimpulan diatas, maka peneliti dapat memberikan saran kepada institusi sebagai bahan pertimbangan adalah : 2) Institusi sebaiknya meninjau kembali kebijakan persediaan bahan baku yang selama ini dilakukan institusi, apakah tahun berikutnya akan melakukan peningkatan jumlah kapasitas produksi untuk meningkatkan margin yang diperoleh perusahaan. Institusi sebaiknya menentukan metode persediaan bahan baku baja MS dengan menggunakan metode EOQ [Siti Rohana Nasution] | PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU BAJA MS DI DIREKTORAT PRODUKSI ATMI CIKARANG
69
Jurnal Sistem Industri – Volume 7 nomor 1
2013
(Economic Order Quantity) supaya dalam melakukan pesediaan bahan baku dapat lebih efisien.
DAFTAR PUSTAKA Arman Hakim Nasution, Perencanaan dan Pengendalian Produksi, Edisi Pertama, Institut Teknologi Sepuluh November, Surabaya, 2003 Baroto,Teguh, Perencanaan dan Pengendalian Produksi, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2002 Krawjewski, Ritzman, Operations Management-Strategy and analysis, AddisonWesley, 1999 Makridakis, S.Steven, C Wheelwright. Victor, Metode dan Aplikasi Peramalan, Erlangga, Jakarta,1991 Manurung, Teknik Peramalan, Rineka Cipta, Jakarta, 1990 Pardede, Pontas, Manajemen Operasi & Produksi, Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Medan, 2003 Yamit, Zulian, Manajemen Persediaan, Ekonisia, Yogyakarta, 2005 Zulfikarijah, Fien, Operation Research, Banyumedia Publishing, Malang, 2004
70
PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU BAJA MS DI DIREKTORAT PRODUKSI ATMI CIKARANG | [Siti Rohana Nasution]