Pengendalian Konsumsi BBM Bersubsidi A. Pendahuluan Volume konsumsi BBM bersubsidi dalam beberapa tahun terakhir cenderung mengalami peningkatan. Tahun 2008 realisasi konsumsi BBM bersubsidi1 menjadi 38,2 juta kilo liter, tahun 2012 realisasinya mencapai 43,3 juta kilo liter. Pada APBN-P tahun 20132 volume konsumsi BBM bersubsidi menjadi 48,0 juta kilo liter. Grafik berikut menjelaskan bahwa sejak tahun 2002 hingga tahun 2012 konsumsi energi seperti minyak, gas, batubara, hidro terus meningkat. Trend konsumsi energi minyak (BBM) bersubsidi tahun 2012 sebesar 71,6 juta ton minyak naik sebesar 0,4% dibandingkan tahun 2011. Gambar 1 Konsumsi Energi dan Anggaran Subsidi dalam APBN
Sumber:BP Statistical Review OF World Energy 2013,BI Penyebab meningkatnya konsumsi BBM bersubsidi3 disebabkan oleh meningkatnya jumlah kendaraan bermotor, disparitas harga antara premium dengan pertamax yang mencapai Rp.4.750/liter, target pertumbuhan ekonomi tahun 2014 sebesar 6 persen sehingga membutuhkan BBM. 1
http://mobile.migas.esdm.go.id/?op=Berita&id=3202
2
Nota Keuangan APBN TA 2014
3
http://www.bphmigas.go.id/id/publikasi/berita/763-realisasi-penyaluran-bbm-bersubsidi-hinggamaret-2014-sebesar-236.html Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN-Setjen DPR RI | 1
B. ISI 1.
Penyaluran BBM Bersubsidi
Berdasarkan Nota Keuangan dan RAPBN tahun 2014 tiga jenis bahan bakar yang disubsidi oleh Pemerintah yaitu minyak solar dan BBN, premium dan BBN. dan minyak tanah. Premium dan BBN merupakan jenis BBM yang paling besar mendapatkan subsidi dalam volume subsidi. Berdasarkan APBN tahun 20144, volume subsidi untuk BBM dan Bio BBM adalah 48 juta KL. Kuota volume subsidi untuk Premium dan BBN adalah 32,46 juta KL, kuota volume subsidi untuk solar dan BBN adalah 14,64 juta KL, dan kuota volume subsidi untuk minyak tanah 0,9 juta KL. Realisasi penyaluran BBM subsidi selama triwulan pertama (JanuariMaret) tahun 20145 mencapai 11,2 juta KL atau 23,6% terhadap kuota BBM bersubsidi. Realisasi tersebut menunjukkan pertumbuhan sekitar 1,6% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2013 yang mencapai 11,02 juta KL. a.
Subsidi Premium Berdasarkan tabel dibawah ini menunjukkan trend konsumsi premium dari tahun 2006 sampai tahun 2013 mengalami kenaikan yang signifikan. Dalam tiga tahun terakhir Premium meningkat sekitar 10 persen. Tabel 1 Konsumsi Premium Bersubsidi Tahun
Premium (kl)
2006
16,8
2007
17,9
2008
19,5
2009
21,2
2010
22,9
2011
25,5
2012 2013
28,2 29,2
Sumber: Data diolah berdasarkan Kemenkeu
4
Nota Keuangan APBN TA 2014
5
http://www.pertamina.com/news-room/siaran-pers/realisasi-penyaluran-bbm-bersubsidi-kuartal-i2014-capai-23,6/ Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN-Setjen DPR RI | 2
Penyaluran konsumsi premium bersubsidi Kuota tahun sebesar 30,7 juta KL sedangkan realisasi premium bersubsidi sebesar 29,2 juta KL. Salah satu penyebab penurunan penyaluran premium adalah kenaikan harga BBM pada Juni tahun 2013. 20136
Berdasarkan kuota Premium dan BBN bersubsidi tahun 20147sebesar 32,46 juta KL. Realisasi penyaluran konsumsi premium bersubsidi triwulan pertama (januari–maret) tahun 2014 sebesar 7,1 juta KL atau 22% dari kuota yang ditetapkan. Jatah premium bersubsidi tahun 2014 masih dibawah kuota yang di tetapkan. Realisasi tersebut naik 1,63% dibandingkan dengan periode yang sama 2013 sebanyak 6,98 juta KL. Konsumsi premium masih dibawah kuota APBN 8 disebabkan dampak banjir diseluruh wilayah. Realisasi penyaluran premium bersubsidi untuk tahun 2014 masih bisa tercapai hal tersebut disebabkan konsumsi premium kendaraan pribadi akan berkurang tertekan dengan harga-harga yang meningkat. b.
Solar
Berdasarkan tabel dibawah ini trend bersubsidi tahun 2006 hingga tahun 2013 kenaikan yang signifikan. Hal ini disebabkan nilai tukar dan harga minyak internasional kenaikan yang signifikan.
6
konsumsi solar tidak mengalami karena pengaruh tidak mengalami
http://www.antaranews.com/berita/418832/konsumsi-solar-subsidi-lampaui-kuota-2014
7
http://www.pertamina.com/news-room/siaran-pers/realisasi-penyaluran-bbm-bersubsidi-kuartal-i2014-capai-23,6/ 8
http://www.antaranews.com/berita/418832/konsumsi-solar-subsidi-lampaui-kuota-2014 Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN-Setjen DPR RI | 3
Tabel 2 Konsumsi Solar Bersubsidi Tahun
Solar (dalam KL)
2006
10,7
2007
10,9
2008
11,8
2009
12
2010
13
2011
14,5
2012
15,6
2013
15,9
Sumber: Data diolah Kemenkeu Kuota penyaluran solar dan BBN bersubsidi tahun 20149 sebesar 14,64 juta KL realisasi penyaluran subsidi pada kuartal I (januari-maret)10 sebesar 3,85 juta KL. Realisasi penyaluran Solar bersubsidi menunjukkan kenaikan lebih besar, yaitu 3,91 persen dari 3,7 juta KL pada kuartal I tahun 2013 menjadi 3,85 juta KL pada kuartal I tahun 2014. Realisasi konsumsi solar bersubsidi dikhawatirkan melampaui kuota11 karena kuota solar subsidi tahun 2014 lebih rendah dari realisasi solar subsidi tahun 2013 yang sebesar 15,88 juta KL. Tahun ini hanya diberi 14,14 juta KL turun 1,7 juta KL dibandingkan realisasi konsumsi solar bersubsidi tahun lalu. Oleh karena itu, BPH Migas perlu mengendalikan konsumsi solar bersubsidi dengan membagi kuotanya per kota atau kabupaten. Karena berdasarkan Peraturan Presiden, pemerintah daerah berhak mengeluarkan rekomendasi terhadap konsumen tertentu yang diperbolehkan menggunakan BBM bersubsidi.
9
Nota keuangan APBN TA 2014
10
http://www.pertamina.com/news-room/siaran-pers/realisasi-penyaluran-bbmbersubsidi-kuartal-i-2014-capai-23,6/
11
http://sinarharapan.co/news/read/140416038/Kuota-BBM-Subsidi-Terancam-Jebol-span-spanBiro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN-Setjen DPR RI | 4
c.
Kerosin atau Minyak Tanah Tabel dibawah ini menunjukkan trend subsidi Minyak tanah atau kerosin dari tahun 2006 sampai tahun 2013 mengalami penurunan. Hal ini disebabkan12 oleh program pemerintah untuk konversi minyak tanah ke LPG 3 kg dan dikuranginya subsidi minyak tanah sedikit demi sedikit sehingga harga minya tanah tidak murah lagi. Penurunan konsumsi minyak tanah atau kerosin telah membuat Indonesia sejak tahun 2009 Indonesia tidak melakukan impor minyak tanah atau kerosin lagi. Tabel 3 Konsumsi Minyak Tanah Bersubsidi Tahun
Minyak Tanah (dalam Kl)
2006
10
2007
9,9
2008
7,9
2009
4,7
2010
2,3
2011
1,7
2012
1,2
2013
1,7
Sumber: Data diolah dari Kementerian Keuangan Tahun 2014 kuota kerosin atau minyak tanah13 sebesar 0, 9 juta KL dibandingkan dengan kuota tahun 2013 sebesar 1,7 juta KL menunjukkan penurunan sebesar 47%. Realiasi penyaluran Kerosene14 lebih rendah sekitar 9,89 persen dalam triwulan pertama ( januari-maret) tahun 2014 menjadi 249.099 KL atau 27,7% dari kuota yang ditetapkan.
12
http://www.anggaran.depkeu.go.id/dja/acontent/NK%202014.pdf
13
Nota Keuangan APABN TA 2014
14
http://www.bphmigas.go.id/id/publikasi/berita/763-realisasi-penyaluran-bbm-bersubsidi-hinggamaret-2014-sebesar-236.html Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN-Setjen DPR RI | 5
2.
Dampak BBM Bersubsidi Terhadap APBN
Subsidi BBM memberikan kontribusi terbesar dibandingkan dengan jenis subsidi yang lain pada postur APBN baik dalam APBN Induk, APBN Perubahan, maupun LKPP. Tabel dibawah ini menunjukkan perkembangan subsidi BBM terhadap APBN sejak tahun 2009 hingga tahun 2012 trendnya selalu mengalami kenaikan. Sejak tahun 2009 hingga tahun 2012 persentase subsidi BBM dengan trend kenaikan yang landai berkisar dibawah 15%. Kecenderungan ini mencerminkan bahwa kenaikan jumlah subsidi BBM tidak sampai membuat guncangan yang berlebihan terhadap APBN. Tabel 4. Konsumsi BBM dalam APBN
2009 2010 2011 2012 2013 APBNP 2014 RAPBN
SUBSIDI BBM DALAM APBN Miliar Porsi (%) (Rp) 45.039,4 32,6 82.351,3 42,7 165.161,3 55,9 211.895,7 61,2 199.850,0 57,4 194.893,0
58,0
Sumber:Press Release INDEF Tahun 2013 Pemerintah dalam RAPBN menargetkan mengurangi subsidi BBM sebesar Rp.199,815 triliun atau 199.850,0 milyar namun depresiasi nilai tukar rupiah dan harga pembelian BBM yang terus meningkat membuat pembengkakan anggaran sebesar meningkat 105,1 persen. Realisasi anggaran subsidi bahan bakar minyak (BBM) tahun 201316 sebesar Rp210 triliun melebihi dari pagu Anggaram Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P TAHUN 2013).
15
Nota keuangan APBN TA 2014
16
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2014/01/06/1555539/Subsidi.BBM.2013.Bengkak.Jadi.Rp.201. Triliun Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN-Setjen DPR RI | 6
Tahun 2014 subsidi BBM dalam APBN17 sebesar Rp210.735,5 triliun. Meningkatnya konsumsi BBM membuat defisit APBN. Pemerintah melakukan penyesuaian harga jual BBM bersubsidi yaitu untuk menyelamatkan APBN dan sekaligus menyehatkan APBN ke depan, memperkecil gap antara harga jual BBM bersubsidi dengan non subsidi sebagai akibat tingginya harga minyak dan melemahnya nilai tukar rupiah sehingga dapat mengurangi laju peningkatan volume konsumsi BBM.
C.
PENUTUP
Berkaitan dengan kebutuhan subsidi BBM yang semakin meningkat. volume BBM yang ditetapkan 48 juta kiloliter (KL) harus terus dijaga oleh pemerintah ditengah stabilitas produksi/lifting migas dan perubahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS supaya subsidi BBM yang ditargetkan pada tahun 2014 tercapai sebesar Rp. 210.735,5triliun. Beberapa cara yang telah dilakukan oleh pemerintah 18 untuk mengurangi BBM bersubsidi seperti mengurangi pasokan premium dan solar diperumahan-perumahan dan kawasan elite, melarang mobil pejabat dan instansi pemerintah menggunakan BBM bersubsidi dan pemasangan alat RFID (Radio Frequency Identification) untuk 100 juta kendaraan roda dua dan empat masih perlu dilihat realisasi keberlanjutan program tersebut karena penggunaan konsumsi BBM bersubsidi sangat bergantung dari upaya pengendalian yang dilakukan oleh pemerintah. (MS)
17
Nota Keuangan APBN TA 2014
18
http://illumiarzia.wordpress.com/2012/11/19/cara-alternatif-mengurangi-subsidi-bbm/ Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN-Setjen DPR RI | 7