DAFTAR ISI Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir PTNBR – BATAN Bandung, 22 Juni 2011
Tema : Peran Sains dan Teknologi Nuklir di Bidang Kesehatan, Lingkungan, Industri dan Pendidikan dalam Mendukung Pembangunan Nasional
PENGENALAN NUKLIR DI SEKOLAH: ANALISIS MATERI NUKLIR DI KTSP FISIKA SMA DAN MATA KULIAH PENDAHULUAN FISIKA INTI PADA CALON GURU FISIKA Arif Hidayat Jurusan Pendidikan Fisika, Universitas Pendidikan Indonesia
ABSTRAK PENGENALAN NUKLIR DI SEKOLAH : ANALISIS MATERI NUKLIR DI KTSP FISIKA SMA DAN MATA KULIAH PENDAHULUAN FISIKA INTI PADA CALON GURU FISIKA. Pengenalan nuklir di masyarakat sudah menjadi keperluan mendesak seiring dengan semakin pentingnya pengalihan orientasi energi di masa depan. Sekolah, sebagai basis mencerdaskan generasi, sekaligus pintu untuk mengenalkan pengetahuan dan pemahaman yang tepat tentang nuklir, energi nuklir dan kemanfaatannya; tentunya dengan level adaptasi materi yang sesuai bagi warga sekolah. Selain mengenalkan pengetahuan dan pemahaman itu kepada siswa, penting untuk melakukan hal yang sama bagi calon guru, yang merupakan ujung tombak di kelas. Kajian pada kurikulum nasional, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), menunjukkan bahwa pengenalan nuklir di sekolah tidak harus melalui muatan lokal, karena sudah terakomodasi di KTSP fisika SMA yang meliputi gejala radioaktifitas, peluruhan, reaksi fisi dan reaksi fusi serta pengenalan reaktor nuklir. Sedangkan untuk calon guru, kajian pada salah satu Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) menunjukkan bahwa pembekalan materi terkait dengan nuklir secara spesifik ada di Mata Kuliah Pendahuluan Fisika Inti yang merupakan mata kuliah wajib untuk calon guru fisika pada tahun ketiga. Materi yang diajarkan meliputi: pendahuluan teori atom, karakteristik inti atom, kestabilan inti, gejala radioaktifitas, peluruhan, model-model inti, peluruhan alfa, beta dan gamma, pendahuluan partikel penyusun inti, reaksi inti, reaksi berantai, fisi dan fusi, reaktor nuklir dan keselamatan nuklir. Makalah ini membahas komparasi materi yang diajarkan di sekolah dan materi yang dibekalkan kepada calon guru fisika. Analisis dilakukan dalam hal konten serta kedalaman materi untuk konten yang sama. Hasil analisis dan kesimpulannya diharapkan menjadi bahan awal dalam merumuskan model pembelajaran yang membekalkan pengetahuan nuklir kepada calon guru fisika, yang dapat menuntun untuk mengembangkan model pembelajaran ini kepada siswa di sekolah. Kata kunci : Pengenalan Nuklir, Pendahuluan Fisika Inti, Calon Guru Fisika
1.
fisika nuklir ini membawa dampak yang luar kepada masyarakat. Metode nuklir secara luas telah dan masih akan digunakan dalam bahan penelitian dan manufaktur. Beberapa contoh dari daftar panjang adalah: pengujian non-destruktif melalui computerized tomography atau radiografi neutron, produksi microchip padat oleh implantasi ion, dan sterilisasi panas-sensitif bahan dengan radiasi pengion. Selain itu aplikasinya juga terdapat di analisis bahan menggunakan reaksi nuklir dan hamburan Rutherford sebagai alat utama penelitian untuk analisis permukaan, katalisis, manufaktur semikonduktor, dan arkeologi. Balok partikel
PENDAHULUAN
Tujuan fundamental dari fisika nuklir adalah untuk memahami karakteristik dari materi nuklir, inti atom dan bagaimana inti tersusun atas konsituen yang lebih dasar. Fisika nuklir melibatkan penelitian fenomena beragam pada skala yang jauh berbeda, dari interaksi entitas dasar (kuark dan gluon) di dalam nukleon atau inti, pembentukan elemen melalui sintesis nuklir di bintang-bintang dan supernova, atau karakteristik panas, masalah nuklir padat seperti yang terjadi di alam semesta awal. Metode dan manfaat adanya kajian tentang
357
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir PTNBR – BATAN Bandung, 22 Juni 2011
dari akselerator penelitian digunakan untuk menganalisis kerusakan sirkuit mikro-elektronik disebabkan oleh radiasi kosmik atau radioaktivitas alam yang penting untuk lebih meningkatkan miniaturisasi elektronik. Teknik ultra-sensitif akselerator spektrometri massa (AMS) memainkan peran peningkatan untuk penelitian lingkungan, menyediakan data untuk studi perubahan iklim, global udara dan pola sirkulasi air, penipisan ozon stratosfir, dan pemantauan udara dan kualitas air. Teknologi nuklir juga sangat diperlukan untuk monitoring limbah radioaktif yang ada repositori. Aplikasi reaktor fisi nuklir sediakan saat ini sekitar 17 persen dari listrik dunia, sehingga mengurangi pelepasan polutan CO2 dan lainnya. Teknik Nuklir memiliki dampak pada bentukbentuk energi lainnya produksi, termasuk eksplorasi dan pemanfaatan cadangan minyak. Teknik neutron secara rutin digunakan untuk memantau komposisi kimia dari batubara di tambang, pabrik batu bara persiapan, dan penentuan air, belerang, abu, dan kadar energi batubara. Dalam jangka panjang, termonuklir fusi masih memegang menjanjikan pasokan energi bersih yang tak akan habis, dan merupakan area yang sangat aktif penelitian dan pengembangannya. Teknik nuklir adalah dari minat khusus dalam bidang kedokteran dan biologi. Radioaktif isotop yang dihasilkan oleh akselerator atau reaktor nuklir banyak digunakan untuk pengobatan dan diagnosis, dan dalam biomedis penelitian. Pendidikan terkait dengan fisika nuklir sangat penting bukan saja dalam ranah ilmiah danrekayasa disiplin ilmu, tetapi juga nilai untuk non-ilmuwan. Pemahaman tentang nuklir dasar fisika konsep dalam kaitannya dengan dunia di sekitar membantu mempersiapkan masyarakat untuk berpartisipasi dalam kritis diskusi di berbagai bidang seperti kebijakan energi, perlindungan lingkungan, dan keamanan nasional (OECD: 2009).
2.
Tema : Peran Sains dan Teknologi Nuklir di Bidang Kesehatan, Lingkungan, Industri dan Pendidikan dalam Mendukung Pembangunan Nasional
sekolah. Materi KTSP yang dianalisis adalah materi fisika SMA kelas XII, sedangkan materi perkuliahan terkait dengan pembekalan pemahaman terkait fisika nuklir adalah materi di mata kuliah Pendahuluan Fisika Inti (FI-396) untuk mahasiswa calon guru fisika yang berada di semester VI. Komparasi konten materi dilakukan pada mata kuliah dan KTSP Fisika SMU untuk melihat kesesuaian konten dan kedalamannya, sedangkan analisis dilakukan pada pembekalan kemampuan pada Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) di KTSP serta kemampuan calon guru yang dirumuskan di deskripsi dan silabus mata kuliah.
3.
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Mata Kuliah Calon Guru Fisika Dalam kurikulum calon guru fisika di salah satu LPTK di Indonesia menunjukkan bahwa mata kuliah terkait dengan pengenalan nuklir dan pemahamannya terdapat pada semester VII khususnya di Mata Kuliah Pendahuluan Fisika Inti (FI-396, 3 SKS). Selesai mengikuti perkuliahan ini mahasiswa diharapkan memiliki pengetahuan dan wawasan yang lebih luas tentang sifat-sifat inti atom, pengantar teori hamburan dan analisis spektroskopi, karakterisitik umum inti atom, karakteristik interaksi antar nukleon, model-model inti atom yang didasarkan pada karakteristik inti atom, teori peluruhan alfa, teori peluruhan beta dan teori peluruhan gamma, reaksi fisi nuklir, reaksi fusi nuklir, dan pemercepat partikel serta aplikasinya, yang pada gilirannya dapat menjadi bekal untuk memahami materi perkuliahan yang lebih lanjut. Isi dari mata kuliah ini membahas: sifatsifat inti atom yang meliputi jari-jari inti, massa dan kelimpahan, energi ikat inti, penemuan inti atom, radioaktifitas alamiah atau spontan, teori peluruhan spontan atau alamiah, potensial antar nukleon, model tetesan cair, model cangkang, magic number dalam model cangkang, sebabsebab peluruhan alfa dan konservasi energi dan momentum peluruhan alfa, identifikasi peluruhan beta, teori fermi tentang peluruhan beta dan penemuan interaksi lemah, identifikasi peluruhan gamma, transmutasi inti, karakteristik reaksi fisi terkendali dan alamiah, karakteristik fusi di matahari dan reaktor fusi dan reaktor fisi, dan synclhroton serta cyclotron. Pendekatan pembelajaran yang dilakukan menggunakan pendekatan historis, lingkungan, inkuiri, diskusi dan tanya jawab, dan pemecahan
METODOLOGI
Penelitian ini bertujuan menganalisis konten materi KTSP dan konten materi untuk calon guru fisika di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) di Indonesia sebagai bagian dari mengenalkan nuklir di sekolah. Focus group discussion di pilih sebagai metode penelitian dengan melibatkan guru fisika SMA, mahasiswa calon guru yang mengambil mata kuliah terkait dengan pengenalan nuklir di
358
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir PTNBR – BATAN Bandung, 22 Juni 2011
masalah;dengan slide powerpoint, software simulasi model fenomena inti atom, peluruhan, reaksi inti dan interaksi inti dan kunjungan ilmiah di akhir mata kuliah digunakan sebagai media pembelajarannya. Layaknya suatu mata kuliah maka kehadiran mahasiswa, tugas-tugas mahasiswa (rangkuman perkuliahan, jawaban soal-soal, makalah, presentasi, laporan kuliah lapangan, UTS dan UAS digunakan sebagai alat evaluasi yang pembobotannya disesuaikan dengan komitmen. Mata Kuliah ini dilaksanakan dalam waktui 1 semester, 16 kali pertemuan efektif (tatap muka) dengan lamanya tatap muka maksimal adalah 3 x 55 menit dengan detail pertemuan sebagai berikut: Pertemuan ke-1 : Tinjauan umum sifat-sifat inti; Pertemuan ke2: Penemuan Inti atom (analisis spektroskopi, scattering tinjauan klasik). Pertemuan ke-3 : Persamaan Schroodinger dalam dinamika inti atom; Pertemuan ke-4 : Radioaktifitas alamiah atau spontan ; Pertemuan ke-5 : Hukum dan Hasil Peluruhan radioaktif (aktivitas inti anak, energi ikat inti, penentuan umur berdasarkan aktifitas radioaktif); Pertemuan ke-6 : Hasil Peluruhan radioaktif (deret peluruhan dan jenis-jenis peluruhan); Pertemuan ke-7 : model-model inti (model tetesan cair dan cangkang) serta karakteristik interkasi antar nukleon; Pertemuan ke-8 : UTS; Pertemuan ke-9 : Peluruhan alfa (sebab-sebab, sistematisasi peluruhan, konservasi energi dan momentum serta detektor radioaktif ; Pertemuan ke-10 : Peluruhan β (momentum angular dan paritas, aturan seleksi, perbandingan waktu paruh dan peluruhan terlarang, serta Peluruhan β ganda); Pertemuan ke-11 : Peluruhan γ (energetika, transisi pada kuantum mekanik, momentum anguler dan aturan seleksi, , pengukuran distribusi sudut dan polarisasi) ; Pertemuan ke-12 : Interaksi si nar γ dengan materi ( radiasi elektromagnet klasik, waktu hidup emisi γ, efek fotolistrik, efek compton dan produksi pasangan); Pertemuan ke-13 : Reaksi Inti (Jenis-jenis reaksi dan hukum-hukum kekekaan, Mekanisme reaksi inti, kinematika reaksi inti, parameter reaksi , teknik eksperimen hamburan coulomb dan hamburan inti); Pertemuan ke-14: Reaksi Fisi (Karakteristik Fisi, Energi fisi, Reaksi fisi terkendali, dan Reaktor fisi); Pertemuan ke-15 : Reaksi Fusi(Proses dasar Fusi,Karakteristik Fusi, Fusi di matahari, Reaksi Fusi terkendali) dan pemercepat Partikel; Pertemuan ke-16 : UAS dan kunjungan ilmiah. Sedangkan referensi yang digunakan adalah Kenneth S. Krane (1988). Introductory Nuclear Physics .,2nd
Tema : Peran Sains dan Teknologi Nuklir di Bidang Kesehatan, Lingkungan, Industri dan Pendidikan dalam Mendukung Pembangunan Nasional
edition , Toronto: John Willey & Son ; Irving Kaplan. The Atomic Nucleus; Atam P.A. (1966), Fundamentals of Nuclear Physics., Boston Allyn and Bacon, Inc; Robley D Evans (1982), The Atomic Nuleus., New Delhi., Tata Mc Graw Hill- Publishing Company; Muslim Zahara M, 1994, Pengantar Fisika Inti., Yogyakarta FMIPA UGM; dan Hodgson, P E, Gadioli, E, and Gadioli Erba (1997), Intruductory Nuclear Physics., London.,Clarendon Press, Oxford Mata Pelajaran Fisika SMA kelas XIIKTSP 2010 Materi pengenalan nuklir secara khusus merupakan bagian dari KTSP Fisika SMA di kelas XII SMA. Materi ini menurut KTSP 2010 dengan tujuan Membentuk sikap positif terhadap fisika dengan menyadari keteraturan dan keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa; Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, obyektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat bekerjasama dengan orang lain; Mengembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan merakit instrumen percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis; Mengembangkan kemampuan bernalar dalam berpikir analisis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam dan menyelesaian masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif; Menguasai konsep dan prinsip fisika serta mempunyai keterampilan mengembangkan pengetahuan, dan sikap percaya diri sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ruang lingkupnya merupakan pengkhususan IPA di SMP/MTs yang menekankan pada fenomena alam dan pengukurannya dengan perluasan pada konsep abstrak yang meliputi aspek terkait pengenalan nuklir adalah teori atom dan radioaktifitas, dengan Standar Kompetensi : Nomor 11. menunjukkan penerapan konsep fisika inti dan radioaktifitas dalam teknologi dan kehidupan sehari-hari, sementara Kompetensi Dasarnya terdiri atas dua bagian yaitu: 1. Mengidentifikasi karakteristik inti atom dan radioaktifitas 2. Mendeskripsikan pemanfaatan radioaktif dalam teknologi dan kehidupan sehari-hari. (lihat table 1)
359
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir PTNBR – BATAN Bandung, 22 Juni 2011
Tema : Peran Sains dan Teknologi Nuklir di Bidang Kesehatan, Lingkungan, Industri dan Pendidikan dalam Mendukung Pembangunan Nasional
Kemampuan matematis dalam fisika juga memiliki posisi yang penting, akan tetapi porsi matematika ini dalam perannya diharapkan tidak menghilangkan pemahaman konsep atau mempersiulit pemahaman konsep, karena pada dasarnya rumusan matematika bertujuan untuk mempermudah pemahaman konsep. Porsi rumusan matematika dalam KTSP dan Mata Kuliah disajikan pada Gambar 3. Grafik Perbandingan konsep dan perumusan matematis konten fisika nuklir SMA-Calon Guru Gambar 3 menunjukkan bahwa untuk calon guru lebih banyak konten matematis. Hal ini sebanding dengan konten yang lebih banyak pada calon guru dibandingkan siswa SMU. sebagai contoh, pada materi peluruhan yang melibatkan waktu paru, pada siswa SMA materi dibatasi pada peluruhan satu kali, yaitu perumusan sederhana. Hal ini sebenarnya tidak selalu terjadi di alam dimana suatu materi radioaktif meluruh sekali saja dan menghasilkan unsur stabil, yang terjadi justru sebaliknya, yaitu peluruhan merupakan deret, yang meluruh berkali-kali. Rumusan untuk peluruhan lebih dari sekali ini tidak disyarakatkan di KTSP akan tetapi dibekalkan kepada calon guru dengan melibatkan Persamaan Differensial Biasa orde satu, yang metode linear sudah cukup memecahkannya. Pada kasus ini, diharapkan dapat menjadi salah satu pembekalan pengayaan kepada siswa SMA yang memiliki minat lebih mendalami fisika inti.
3.2. Perbandiangan Konten Perbandingan konten yang didalami untuk siswa SMA dan calon guru fisika berdasarkan komparasi deskripsi mata kuliah Pendahuluan Fisika Inti (FI396) dan KTSP Fisika SMA disajikan dalam Gambar 1 Grafik perbandingan konten tentang fisika nuklir untuk SMA dan Calon Guru Fisika Terlihat dari Gambar 1 bahwa konten untuk calon guru hampir lima kali lipat lebih banyak daripada konten untuk siswa SMA, ini menunjukkan calon guru fisika SMA dibekali dengan pemahaman keilmuan mengenai nuklir yang lebih mapan. Hal ini penting bagi guru untuk membimbing kelas dan memfasilitas diskusi yang didalamnya terdapat ruang tanyajawab siswa, terutama tentang aplikasi nuklir. Materi nuklir pada jenjang sebelumnya belum pernah ada, sehingga pada materi ini sangat dimungkinkan siswa untuk menggali pertanyaan yang multidisipliner, sehingga penting bagi guru untuk memiliki kedalaman konten yang lebih baik. Beberapa konten yang lebih dalam adalah 1. Analisis spektroskopi 2. Review persamaan schroodinger, yang sebenarnya sudah dibahas pada materi kuliah fisika modern dan pendahuluan fisika kuantum. Konten ini disarankan untuk direvisi dan diganti dengan sekilas artau review tentang partikelpartikel elementer dan familinya. Ini terkait untuk memberikan pemahaman yang utuh kepada calon guru tentang konsituen penyusun inti. 3. Peluruhan alfa, beta dan gamma yang hingga menyentuh persamaan matematis 4. Peluruhan yang menggunakan waktu paruh lebih dari satu peluruhan 5. Model-model inti, yang sama sekali tidak ada di KTSP Fisika SMA, padahal dari model-model inti inilah asumsi reaksi berantai dan massa defek dapat dijelaskan dengan baik Terkait dengan materi yang multidisipliner, khususnya pada materi aplikasi radiaoaktif dan energi nuklir dalam kehidupan sehari-hari, diperoleh dalam Gambar 2. Materi multidiscipline : Aplikasi Fisika Nuklir SMA dan Calon Guru. Dari Gambar 2 juga menunjukkan bahwa kemampuan multidisipliner yang diberikan kepada calon guru lebih dalam dari pada kepada siswa SMA. Kemampuan ini penting dalam memfasilitas lintasan belajar siswa (learning trajectories) terkait dengan pemanfaatan atau aplikasi nuklir dalam kehidupan sehari-hari.
3.3. Analisis Rambu-Rambu Metode Pembelajaran
KTSP
dan
Berdasarkan rambu-rambu yang ada dalam KTSP, bahwa : 1. Pengalaman bekerja ilmiah perlu diberikan sehingga siswa dapat mengembangkan keterampilan proses, bersikap ilmiah, dan menguasai konsep fisika untuk memecahkan masalah memahami konsep fisika dan mampu menyelesaikan masalah. Untuk memudahkan guru menyajikan kerja ilmiah disusun kompetensi dasar dan indikator kerja ilmiah yang pada pelaksanaannya terintegrasi dengan materi pokok. Pada suatu kegiatan pembelajaran misalnya penelitian atau percobaan tidak semua indikator kerja ilmiah harus dilakukan. Guru dapat memilih sesuai dengan kebutuhan ketersediaan alat/ bahan, kemampuan siswa, ketersediaan alokasi waktu, serta kemampuan guru. Rambu-rambu ini mengindikasikan untuk materi tertentu yang sulit dilakukan eksperimen atau praktikum semisal fisika inti dan radioaktiftas bahkan
360
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir PTNBR – BATAN Bandung, 22 Juni 2011
relatif menuju kearah tidak disarankan khususnya pada materi radioaktifitas. Guru dapat mensiasati dengan melakukan demonstrasi virtual lab atau Multimedia Interaktif. Sedangkan untuk calon guru fisika masih dapat diupayakan pengukuran radioaktif menggunakan detektor yang tersedua di laboratorium fisika lanjutan dengan tingkat keamanan yang dapat dipertanggungjawabkan, 2. Kegiatan pembelajaran lebih diarahkan pada “belajar” daripada mengajar. Kondisi ini mendudukkan guru sebagai fasilitator sehingga proses belajar dapat berlangsung dengan siswa lebih aktif. Semua siswa diajak terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. rambu-rambu ini mengindikasikan bahwa pembelajaran di materi fisika inti dan radioaktifitas diarahkan untuk membuat siswa menggali sebanyak-banyaknya pengalaman belajar bukan pengalaman di ajar. Ini menuntut guru sebagai fasilitator menyediakan media pembelajaran / virtual lab /
Tema : Peran Sains dan Teknologi Nuklir di Bidang Kesehatan, Lingkungan, Industri dan Pendidikan dalam Mendukung Pembangunan Nasional
simulasi yang membuat siswa dapat lebih aktif dan lebih memperdalam konsep. 3. Pada akhir semester, guru dapat memberikan tugas proyek yang perlu dikerjakan serta ditinjau ulang untuk senantiasa menyempurnakan hasil. Tugas proyek ini diharapkan menyangkut Sains, Lingkungan, Teknologi, dan Masyarakat (Salingtemas) secara nyata dalam konteks pengembangan teknologi sederhana, penelitian dan pengujian, pembuatan sari bacaan, pembuatan kliping, penulisan gagasan ilmiah atau sejenisnya. Terkait dengan rambu-rambu yang ini, guru dapat menguji kemampuan siswa dalam melakukan penalaran ilmiah, mengumpulkan informasi dan mengkomunikasikan gagasan tentang nuklir, pemanfataan energy nuklir, hingga kepada upaya edukasi masyarakat dalam memanfaatkan energy nuklir secara luas, dapat di terima dan bijak.
Tabel 1. Dekripsi dan Materi Dasar Pengenalan Nuklir di Sekolah
361
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir PTNBR – BATAN Bandung, 22 Juni 2011
Tema : Peran Sains dan Teknologi Nuklir di Bidang Kesehatan, Lingkungan, Industri dan Pendidikan dalam Mendukung Pembangunan Nasional
Gambar 1. Grafik perbandingan konten tentang fisika nuklir untuk SMA dan Calon Guru Fisika.
Gambar 2. Materi multidiscipline: Aplikasi Fisika Nuklir SMA dan Calon Guru.
Gambar 3. Grafik Perbandingan konsep dan perumusan matematis konten fisika nuklir SMA-Calon Guru.
362
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir PTNBR – BATAN Bandung, 22 Juni 2011
4.
Tema : Peran Sains dan Teknologi Nuklir di Bidang Kesehatan, Lingkungan, Industri dan Pendidikan dalam Mendukung Pembangunan Nasional
bagian dari mempersiapkan siswa dan calon guru untuk berpartisipasi dalam kritis diskusi di berbagai bidang seperti kebijakan energi, perlindungan lingkungan, dan keamanan nasional.
KESIMPULAN
Pengenalan nuklir di sekolah memiliki peran yang penting untuk mempersiapkan masyarakat untuk berpartisipasi dalam kritis diskusi di berbagai bidang seperti kebijakan energi, perlindungan lingkungan, dan keamanan nasional. Pengenalan melalui kurikulum sekolah (KTSP) khususnya di jenjang SMA menjadi vital, sementara pembekalan kepada calon guru sebagai fasilitator belajar siswa tidak kalah pentingnya. Disimpulkan bahwa perlu sinkronisasi antara pembekalan materi pengenalan dan pemahaman nuklir antara calon guru fisika SMA dan kurikulum fisika SMA sebagai bagian utuh dari pembelajaran di sekolah tentang pengenalan nuklir. Materi pada calon guru cenderung lebih diarahkan pada pemanfaatan energy nuklir secara bijak, aplikasi nuklir pada berbagai aspek, serta dasar fisika yang membangun pemahaman nuklir secara utuh. Sementara itu, visualisasi dalam bentuk simulasi komputer dan kunjungan ilmiah perlu digunakan sebagai media pembelajaran teori nuklir yang relative abstrak sehingga menarik minat siswa dan meningkatkan pemahaman baik untuk siswa maupun calon guru fisika. Dari hasil kajian ini perlu untuk merumuskan model pembelajaran pengenalan nuklir baik untuk calon guru fisika dan juga siswa SMA sebagai
6.
5.
DAFTAR PUSTAKA
1. OECD, The OECD Megascience Forum Report of The Working Group on Nuclear Physics, OECD Press, Paris (2009). 2. JURDIK FISIKA, Deksripsi dan Silabus Mata Kuliah: FI396 Pendahuluan Fisika Inti (2010). 3. KEMENDIKNAS, KTSP SMA : Fisika, Jakarta (2010). 4. HIDAYAT, A., Modul Pendahuluan Fisika Inti, Bandung (2010). 5. KENNETH S. K., “Introductory Nuclear Physics”, 2nd ed., John Willey & Son, Irving Kaplan, Toronto (1988). 6. THE ATOMIC NUCLEUS, ATAM, P.A., “Fundamentals of Nuclear Physics”, Allyn and Bacon, Inc, Boston (1966). 7. ROBLEY, D.E., “The Atomic Nucleus”, Tata Mc Graw Hill- Publishing Company, New Delhi (1982).
DISKUSI
Widi Setiawan : Dari perbandingan antar fenomena riil tentang public acceptance terhadap teknologi nuklir tampak bahwa ada kemungkinan materi yang terlewat dalam proses pendidikan fisika nuklir, yaitu konsep pemanfaatan agar dampak negatif seminimal mungkin. Konsep tersebut dapat dikembangkan mulai dari kecelakaan terparah yang mungkin terjadi dalam reaksi fisi. Pendidik harus mengarah pada solusi untuk mengantisipasi hal tersebut diawali dengan konsep. Arif Hidayat : Terima kasih masukkannya, konsep dampak kecelakaan nuklir belum masuk di deskripsi mata kuliah
363
DAFTAR ISI