Seminar Nasional Peternakan don Yeteriner 1997
PENGENALAN KERACUNAN PESTISIDA GOLONGAN ORGANOFOSFAT PADA RUMINANSIA INDRANINGSIH
Balai Penelitian Veleriner Jalan RE Alartadinata 30, P.O. Box 151, Bogor 16114
RINGKASAN Penggunaan pestisida di bidang pertanian terutama golongan organofosfat sangat tinggi clibandingkan dengan pestisida golongan organoklorin . Efek samping penggunaan pestisida yaitu adanya residu pada produk pertanian ataupun pada limballnya yang dijadikan pakan ternak . Keracunan pada ternak nlminansia dapat terjadi karena pakan atau sumber air minum yang digunakan terkontaminasi ataupun over dosis pada pengobatan endoparasit . Keracunan pestisida golongan organofosfat sifatnya akut clan berakibat fatal . Gejala yang timbul adalah hypersalivasi clan meningkatnya peristaltik yang dapat menimbulkan rasa mual dan muntah diikuti kejang abdomen . Tcrlihat juga aclanya kembung, dehidrasi, temperatur normal sampai subnormal . Disamping gejala klinik diagnosis keracunan dapat dideteksi dengan rendahnya kadar enzim asetilkholinesterase yaitu kurang dari 25%. Pada kasus yang ticlak terlalu berat dengan pemberian atropin sulfat 0,25 sampai 0,5 mg/kg b.b. dengan pemberian 1/4 intravena clan sisanya subkutan dengan interval 2 sampai 6 jam ternak dapat diselamatkan . Kata kunci : diagnosis, keracunan, organofosfat, nlminansia PENDAHULUAN Penggunaan insektisida golongan organofosfat dibidang pertanian maupun peternakan lebili tinggi penggunaanya dibanding dengan insektisida golongan organoklorin . Hal ini disebabkan beberapa insektisida golongan organoklorin lelah banyak yang dilarang penggilnaannya sehubungan dengan sifatnya yang ticlak muclah terurai difngkungan dan menimbulkan residu dalam produk pertanian maupun peternakan (OSWEILER et al., 1976-. SAX41JDRA clan SIITRISNO 1991) . Namun demikian penggunaan insektisida golongan organofosfat juga banyak dilaporkan berakibat fatal yaitu terjadinya kematian ternak karena keractman . Kejadian keracunan dapat terjadi karena beberapa organofosfat digunakan di bidang peternakan sebagai obat untuk pemberantasan ekto maupun endoparasit . Disamping itu penyebab keracunan dapat terjadi karena ternak diberi pakan produk pertanian ataupun limbahnya yang mengandung residu organofosfat. Kasus keracunan organofosfat berakibat fatal yaitu terjadi kematian pada sapi holstein 4 ekor karena keracuman terbufos (PRrrc1IARD, 1989). Hasil observasi pada tahun 1977 sampai 1978 di Tanzania Utara terjadi kasus keracunan dari populasi-1061 ekor sapi, 128 ekor mati . Dilaporkan dari jumlah tersebut kematian yang disebabkan olch keracuan insektisida organofosfat sebesar 23,43% clan sisanya disebabkan keracunan organoklorin (NJAU, 1988) . Kasus terjadinya keracunan karena pemberian llaloxon pacla sapi dengan dosis 2 kali lipat dari dosis yang disarankan menimbulkan terdepresnya kadar asetilkholinesterase darah sampai 45% (FORD dan AHDUSALAM, 1983) . Sehubungan dengan akibat fatal yang disebabkan oleh keracunan insektisida golongan organofosfat pada ternak, maka cliperlukan pengetalman tentang gejala dini, cara diagnosis clan cara penanggifangan secara cepat clan terarah sehingga ternak dapat diselamatkan. 104
SeminarNasional Peternakan don Veteriner 1997
RANGKUMAN HASIL Insektisida golongan organofofat Insektisida golongan organofosfat merupakan insektisida yang secara luas xligunakan cl alam bidang pertanian dan peternakan (DEPARTEMEN PERTANIAN, 1997) . MATsumuRA (1976) "embagi organofosfat menjadi 4 grup yaitu : (1) pirofosfat; (2) fosforoholida clan sianida; (3) dialkitfosfat, fosforothioate dan fosforodithioate; (4) trialkilfosfat dan thiofosfat . Berdasarkan cara kerjanya, maka insektisida golongan organofosfat ini dibagi menjadi 2 macam yaitu kontak langsung dan sistemik . Efek kontak langsung terjadi ketika insektisida kontak pada mukosa atau kulit sehingga terjadi iritasi atau perubahan pada daerah tersebut. Sedangkan yang sistemik kejadian dapat dengan cara penetrasi . Insektisida ini terlebih dalnilu diabsorbsi kemudian ikut aliran -d h sampai beberapa organ sehingga terjadi gangguan fungsi dari organ tersebut (BARTIK and PISKAc, 1981). Pada penelitian dengan penyemprotan dichlorvos 1 dan 2% pada sapi maka dalam waktu 3 hari terlihat adanya penunman plasma cholinesterase sampai 15-21% . Jika dosis tersebut diulang maka hambatan dapat mencapai 80 sampai 91% pada hari ke 21 clan 28 sesudah penyemprotan . Pada hewan yang sembuli sesudah 14 hari dilakukan pemeriksaan histopatologi maka terlihat adanya kerusakan sel yang bersifat reversible (RAINA et al., 1990) . Peneliti lain (AWAL, 1992) melaporkan bahwa dengan konsentrasi yang lebih tinggi yaitu 3 clan 6% maka gejala keracunan timbul setelah 25 sampai 35 menit sesudah penyemprotan . Sedangkan pada keiompok hewan yang disemprot dengan konsentrasi 6% kematian terjadi dalatn waktu 70 sampai 80 menit sedangkan yang disemprot dengan konsentrasi 3% hewan mati dalam waktu 12-18 jam setelah penyemprotan . CLEMENT (1985) melaporkan dalam penelitiannya bahwa pada sapi yang keracunan dalam tingkat yang tidak mematikan terjadi perubahan pada hormon corticosteroid, tyroxin clan triidothyronin yahu lebih tinggi dari kontrol dalam waktu 3, 6, 9 jam setelah terjadi keracunan. Pada kasus keracunan yang disebabkan oleh dimegron pada kambing yang diberikan peroral dengan dosis tunggal antara 3 sampai 2500 mg/kg bobot badan menimbulkan naiknya kadar aspartat aminotransferase, urea dan amonia. Diamati juga berkurangnya enzim acetylcho linesterase clan adanya gejala keracunan antara lain adanya hypersalivasi clan sesak nafas (ABDELSALAM and SALAM, 1982). Mckanisme keracunan Menunit OSWEILER et al., (1976) keracunan organofosfat sifatnya akut menyebabkan terjadinya hambatan enzim asethilkholineterase yang sifatnya irreversible sehingga sering terjadi kematian dalam waktu yang sangat cepat . Acetylcholin adalah zat atau mediator kimia yang bertanggung jawab tcrhadap transmisi fisiologis dari: preganglion ke post ganglion dari neuron syaraf simpatetik dan parasimpatetik pada ujung syaraf pusat, postganglion dari parasimpatetik ke efektor organ clan dari post ganglion syaraf simpatik ke kelenjar keringat motor dari syaraf pada muskulus anggota gerak beberapa ujung akhir syaraf pusat
105
SeminarNosional Petennakan daaJ(etwaer.1997
Dalam keadaan normal asetilkholin -setelah- -menyztpaikan dihidrolisis menjadi kholin oleh enzim asetilkholinesterase.
pul pada -_celah sinopsis
Adanya insektisida golongan organofosfat -yang berfungsi zktif lam memblokir -enzim asethilkholineterase maka terjadi hambatan enzim tersebut . :1A1ubat-wdari+ Aerhambatuya 4enz m asethilkholineterase maka terjadi akumulasi aeety1cholin pada Vostsy& apsisamaubran yang muma bisa menjadi tetap atau tidak mampu mengembelikan kepada kondisi t aalQtau
Kctegori gejala muskarinik meliputi salivasi yang berlebihan (hipersalivasi), kram bagian abdominal, muntah, diare, lakrimasi yang berlebihan, cyanosis, urinasi clan defekasi berkali-kali .
2.
Kctegori nikotinik adalah adanya stimulasi yang berlebihan dari muskulus secara umun sehingga terjadi perubahan pada muka, lidah, dan mata. 3ika akumulasi acetylcholin makin bertambah maka gejala makin parch dengan timbulnya hiperaktif yang kemudian diikuti paralisis (lumpuh) .
3.
Kctegori gangguan sistim syaraf pusat menyebabkan terjadinya kejang-kejang, ataxia clan koma .
Menurut AwAL (1992) gejala keracunan dapat terlihat setelah 25 scmpai 35 menit setelah kontak dengan insektisida yang melebihi closis yang disarankan, dan gejala kategori muskarinik mencapai puncaknya setelah 100 menit . Necropsi Dari hasil pemeriksaan patologi anatonti hewan yang mati disebabkan olch keractman organofosfat terlihat adanya gastroenteritis, perdarahan pada mukosa saluran pencernaan, pembesaran dari hati dan dapat pula terjadi nekrosis yang Ant dengan perdarahan atau hati menjadi kekuningan . Sedangkan pada jaringan yang lain tidak terlihat tanda yang spesifik (BLooD et al., 1981) . Diagnosis Untuk mendeteksi apakah hewan keractman organofosfat maka BLOOD el al., (1981) dan (1990) melaporkan bahiva gejala klinik yang terlihat dengan mendadak dapat dijadikan pedoman untuk segera curiga aclanya keracunan . MAYER
Disamping itu pada kasus keractman oganofosfat diperlukan diagnosis yang cepat clan tepat. Dalam hal ini pemeriksaan enzim acetlnvlcholinesterase dalam darah akan sangat menolong untuk 106
SeminarNosional Peternakan dan Veteriner 1997
rnenegakkan diagnosis . Pemeriksaan yang menunjukkan hasil konsentrasi sampai mendekati-stau kurang dari 25% merupakan indikasi adanya keracunan organofosfat . Untuk lebih memperkuat :,dugaan keracunan oleh organofosfat maka jika ada hewan yang mdah mati perlu segera diperiksa isi rumen dan sisa makanan terhadap adanya residu organofosfat (PRITCHARD, 1989) .
Diferensial,diagnosis Untuk memastikan penyebab keracunan maka pada kasus keracunan yang diduga disebabkan oleh organofosfat perlu disebbkan dengan keracunan yang disebabkan oleh karbainat . Menurut MAYER (1990), pada keracunan yang disebabkan oleh insektisida golongan karbamat pemeriksaan enzim Asethilkholineterase menunjukkan kondisi yang reversible artinya masih dapat cepat diperbaiki menjadi normal kembali . Sedangkan pada kasus keracunan yang disebabkab oleh organofosfat sifatnya irreversible. Pada keracunan yang disebabkan oleh insektisida golongan organoklorin berbeda pada gejala klinik. Pada keracunan yang disebabkan oleli organoklorin gejala lebih mengarah pada eksitasi yang berlebilian clan gejala pada syaraf parasimpatetik tidak terlihat . Hambatan enzim aethylcholinesterase juga tidak terlihat pada keracunan yang disebabkan oleh insektisida golongan organoklorin . Penanggulangan Jika pemeriksaan sisa makanan positif mengandung residu organofosfat, sebaiknya pakan segera diganti. Untuk menyelamatkan hewan keracunan dapat dilakukan dengan pemberian Atropin sulfat dengan dosis 0,25 sampai 0,5 mg/kg berat badan untuk domba clan sapi . Diberikan 25% dengan aplikasi intravena dengan perlalhan-lalian clan sisanya diberikan subcutan. Dosis ini bisa diulang dengan interval waktu 3 sampai 6 jam . Jika hewan sudah berkurang salivasinya maka pemberian atropin dapat dikurangi . Pemberian atropin sifatnya tidak meblokir efek muscarinic tetapi hanya membantu kondisi tubuh (OSWEILER et al., 1976, MAYER, 1990) . Cara lain yang sudah biasa dilakukan dalam kasus keracunan adalah dengan pemberian arang aktif dengan dosis antara 0,5 sampai 1 kg perekor untuk domba, kambing clan sapi (OSWEILER et al., 1976 ; PRIDCHARD, 1989). Kontra indikasi Beberapa obat-obatan yang harus dihindari dalam penanggulangan keracunan organofosfat antara lain adalah morphin, succinylcholin, theophylin, tranquiliser golongan plicnothiazin clan derivatnya. KESIMPULAN 1.
Dari beberapa kasus yang telah dilaporkan terlihat bahwa keracunan yang disebabkan oleh organofosfat sifatnya sangat akut sehingga sangat sedikit hewan yang dapat diselamatkan. 107
SeminarNasional Peternakan dan Veteriner J997
2.
Dilihat dari gejala rnaka kategori muscarinic lebih jelas mengaralikan pada keracunan yang disebabkan oleh organofosfat .
3.
Pengobatan yang paling mudah dilakukan dilapangan adalah dengan pemberian arang aktif. Jika mungkin baru diberikan atropin sulfat . SARAN
Untuk menghindari timbulnya keracunan yang disebabkan oleh pestisida golongan organofosfat maka disarankan untuk waspada pada pemberian pakan hijauan limbah pertanian yang kemungkinan mengandung residu insektisida organofosfat . Jika limbah pertanian harus diberikan, maka untuk niengurangi residu organofosfat disarankan untuk dijernur terlebih dahulu sebelum diberikan pada ternak . Pada pengobatan dengan nienggilnakan balian aktif yang mengandung organofosfat perlu diperhatikan dosis yang tepat dan aplikasi yang benar sehingga hewan terhindar dari bahaya keracunan . DAFTAR PUSTAKA ABDEL-SALAM,E.B . and SALAM, E .B .A . 1982 . Toxicit y of dimecron to goats . Sudan Jountal of Veterinary Science and anintal Hushandary 23 (1): 54 . AwAL, MD. M ., 1992 . Tlie influence of single topical application of dichlorvos on blood esterase and toxicity in male calves . Vet. Hunt . Toxicol. 3 4 (3): 229-231 . BARTIK, M . and A . PisKAc 1981 . Veterinary Toxicology. Elsevier Scientific Publishing Company Amsterdam 144-152 . BLOOD, D .C ., J .A . HERDERSON and O.M . RADOSTITS 1981 . Veterinary Aledicine 5th Ed . Bailliere Tindall, London 949 . CLEMENT, J.G .
1985 .
Hormonal consequences of organofosfat poisoning . Fundamental and Applied
Toxicology 5,561-S77.
DEPARTE1vIEN PERTANIAN 1997 . Pestisida untuk pertanian dan kehutanan. Kondsi Pestisida 1997. FEST, C . and K .J . SCHMIDT 1982 . The Chemistry of Organophosphorus Pesticides. 2nd Springer-Verlag Berlin 183-206 . FORD, E.J. and E .B.ABDELSALAM 1983 . Combined effects levainisole and organophosphonts compounds on calves . Vet. Record 112 : 106 . MAYER, S . 1990 . Organophosphates poison . In Practice 17 :250 . MATSUIvAJRA, F . 1976 . Toxicology of Insectisides 2nd Ed. Plenum Press ., New York :64 . NIAU, B .C . 1988 . Pesticide poisoning in livestock in Northern Tanzania :cases investigated 1977-1978 . Bull. ofAninial Health andProduction in Africa 36 (2): 170. OSWEILER, G .D ., T.L . CARSON, W .B . BUCK 1976 . Clinical and Diagnostic Veterinary Toxicology. 3rd Kendall/ Hunt Publishing Company 298-317. PRITCHARD, J . 1989 . Organopliospliate toxicity in dairy cattle . Can. Vet. J. 30 : 179 . RADELEFF, R .D. 1970 . Veterinary Toxicology 2nd Ed . Lea& Fabiger, Pliiladelpliia :209.
108
SeminarNasional Peternakon don Veteriner 1997
and J.K . MALIK 1990. Effect of repeated topical application of dichlorvos on blood enzymes and its toxicity in buffalo calves (Bubalis bubalis) . Br. Vet. J. 146: 264.
RAINA, R., A.K . SRIVASTAVA
SAMuDRA, I.M . 560 .
dan
Si1TRISNO . 1991 .
Seminar Hasil Penelitian
Tanantan Pangan
BAL17TAN Bogor. : 554-
DISKUSI Tanya Jawab Beriajaya : Apakah siurta gejala keracunan organofosfat dengan organochlorine, mengingat penggunaan pestisida jenis organochlorine juga banyak di lapangan . Bagaimana penanggtfaugan di lapangan yang cepat. Indraningsih : Keracunan organofosfat sangat akut dan fatal, sedangkan keracunan organocldorine gejala agak lama; Kondisi lapangan, keractinan dapat diatasi dengan arang aktifdengan dosisd;5 - I kg per ekor untuk domba, kambing dan sapi. Sjamsul Bahii : Apakah ada saran yang dapat diusulkan misalnya berapa laina setelah penyetnprotan pestisida pada komoditi pertanian kemudian limbah baru dapat dipakai untuk pakan ternak ? Indruningcih : Penggiuman organofosfat 15 h<ari sebelum panen hanis dihentikan. Organofosfat selarna penjemuran selama 15 hari akan terurai menjadi metabolis yang fdak berbahaya sehingga limbah pertanian atau balian pakan pertanian sebaiknya digunakan setelah dilakttka» penjemuran selama + 15 Sukardi Hastiono : Penyultthan kearah penggunaan pestisida masih kurang, perlu lebilt ditingkatkan dan ini merupakan togas dari bidang penytilultan. Indraningsih : Settiju dengan pendapat Bapak .