JISIP: Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik ISSN. 2442-6962 Vol. 5, No. 3 (2016)
PENGEMBANGAN USAHA BAKSO KAMPUNG MEKAR JAYA DI KELURAHAN TLOGOMAS, KECAMATAN LOWOKWARU, KOTA MALANG Sumarno dan Nonok Supartini Universitas Tribhuwana Tunggadewi, Jalan Telaga Warna, Tlogomas, Malang e-mail :
[email protected]
Abstract : The aim of this programme is to develop micro meatball business at Malang which is Malang’s icon. The development programme is directed to applicated science and technology of meat processed and environmental management with economic autonomy and empowerement. This programme used FGD (Focussed Group Discussion), PLA (Participatory Learning Action) and Market Joined as the methods. The target of this programme is optimalization of production and quality product. The result of this programme are (1) the business partner start to applied meatball clean production and meatball partnership cooperation design; (2) development of meatball production by using meat and chicken carcass with appropriate technology. Recommendation from this programme are (1) appropriate technology are needed to develop micro meatball business; (2) material tested need for meatball partnership cooperation design with market penetration as the focus. Keywords : Meatball, Meat, Chicken Carcass and Partnership Design Abstrak : Tujuan dari pelaksanaan program ini adalah mengembangan usaha ekonomi masyarakat kota Malang berbasis Bakso yang merupakan ikon kota Malang. Upaya pengembangan tersebut diarahkan kepada kegiatan aplikasi IPTEK bidang pengolahan daging dan lingkungan hidup dengan pendekatan kemandirian ekonomi dan pemberdayaan. Pada program ini digunakan metode FGD (Focussed Group Discussion), PLA (Participatory Learning Action) dan Market Joined. Sasaran akhir dari program ini adalah optimalisasi produksi dan kualitas bakso berorientasi lingkungan. Hasil yang dicapai dari pelaksanaan program ini adalah : (1) Masyarakat mitra yang menjadi fokus pemberdayaan program ini mulai mengaplikasikan produksi bersih bakso dan tersusunnya desain kemitraan produksi bakso; (2) Usaha produksi bakso yang berbahan baku daging bakso dan ayam tersebut dikembangkan dengan adanya alat teknologi tepat guna. Dengan demikian dapat disarankan sebagai berikut : (1) Penggunaan alat teknologi tepat guna untuk mengembangkan produksi bakso secara sederhana; (2) Perlunya uji materi desain kemitraan produksi bakso yang mengedepankan penetrasi pasar sebagai fokus pelaksanaan pengembangan produk khas kota Malang. Kata kunci : Bakso, daging sapi, daging ayam dan desain kemitraan
PENDAHULUAN Kota Malang dengan Tri Bina Cita Sesanti-nya meletakkan sisi perdagangan, pendidikan dan pariwisata sebagai sendi dasar perekonomiannya. Pada sisi perdagangan, kota Malang ditinjau sebagai wilayah yang “seksi” pada sisi kuliner. Hal ini mengingat, kondisi kota Malang yang cukup sejuk menjadikan siapapun yang berada di kota ini ingin memanjakan perutnya dengan variasi kuliner. Kota Malang dengan salah satu ikonnya adalah “Bakso” menjadikan kuliner ini menjadi idola dalam kehidupan perekonomian masyarakat kota Malang, baik oleh masyarakat konsumen maupun oleh produsen. Bakso dengan bahan bahan dasar daging sapi merupakan idola publik. Namun, eksistensi produk bakso daging sapi terancam turun dalam kurun waktu 2 tahun terakhir. Hal ini disebabkan 168 www.publikasi.unitri.ac.id
JISIP: Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik ISSN. 2442-6962 Vol. 5, No. 3 (2016) melambungnya harga daging sapi yang tidak terbeli oleh produsen dan pedagang bakso dalam skala usaha yang kecil. Kota Malang merupakan gudangnya produsen dan pedagang bakso dengan skala usaha kecil. Namun, data yang tercatat (tidak resmi) oleh pemerintah kota Malang dalam kurun 5 tahun terakhir terjadi penurunan jumlah produsen dan pedagang bakso dengan titik tertinggi penurunannya pada 2 tahun terakhir. Hal tersebut berdampak pada “terancamnya” citra dan ikon bakso kota Malang, yang selama ini terbentuk secara sosial dari prilaku konsumen dan produsen bakso di kota Malang. Upaya pengembangan dan diversifikasi usaha bakso bagi produsen dan pedagang baksomerupakan salah satu solusi pengembalian citra kota Malang sebagai “Kota Bakso”. Bakso merupakan produk pangan yang terbuat dari olehan daging berbentuk bola-bola. Bakso kampung sendiri merupakan “merk dagang” usaha bakso milik bapak Ponimin Beliau memberi merk dagang ini karena beliau menjual bakso di halaman depan rumahnya yang berada di dalam kampung, tepatnya beralamat di Jl. Simpang Batu Permata 111, Tlogomas. Bakso beliau cukup disukai konsumen, ditinjau dari omzet produksi beliau yang rata-rata menghabiskan tidak kurang dari 500 bakso tiap hari. Keistimewaan bakso kampung ini terletak pada rasa dan paduan yang pas antara daging ayam dan daging bakso dalam adonannya. Paduan ini dilakukan untuk menyiasati harga daging yang cukup mahal dan juga untuk menjaga bentuk bakso yang bagus dilihat sebagai salah satu daya tarik konsumen. Namun, skala usaha dan lokasi yang berada di dalam kampung merupakan permasalahan dalam pengembangan usahanya. Selain itu, variasi produk bakso yang ingin ditambah juga menjadi permasalahan mengingat teknologi pengolahan yang dilakukan masih sederhana. Kondisi bakso kampung tersebut berbeda terbalik dengan diversifikasi usaha milik Perusahaan Daerah (PD) Rumah Potong Hewan (RPH) kota Malang yang juga menghasilkan bakso sebagai salah satu produk olahannya. Hal ini dikarenakan pada usaha PD RPH kota Malang telah mampu menghasilkan produk bakso yang menggunakan teknologi pengolahan yang baik dan dari bahan daging sapi 100%, namun terkendala dari pemasaran. Akselerasi pasar yang ingin dilakukan oleh PD. RPH masih terkendala dengan teknis pelaksanaan pemasaran, pada sisi operasionalisasi pemasaran langsung kepada konsumen dan perluasan outlet pemasaran produk. Berdasarkan permasalahan kedua mitra tersebut maka melalui program IPTEK bagi Masyarakat (IbM) DITLITABMAS (Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat) Kemenristekdikti (Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi) Republik Indonesia ini, diharapkan bisa terjalin transfer IPTEK dari perguruan tinggi yang mampu memacu dan mengembangkan usaha bakso yang dijalankan oleh kedua mitra melalui jaringan bina mitra dan jaringan pasar sehingga mampu meningkatkan tingkat pendapatan serta perluasan lapangan kerja yang berujung pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. METODE PELAKSANAAN Program IbM Bakso Kampung Mayasari ini dilakukan dengan metode PLA (Participatory Learning Action) dan Market Joined. Pada metode PLA tersebut, dilakukan pendampingan produksi mitra pertama oleh tim IbM Bakso Kampung Mayasari pada aspek pelatihan penggunaan mesin pembuat bakso dengan melibatkan mahasiswa Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang dan mitra kedua. Selain itu, juga dilakukan pendampingan pasar dan pemasaran pada aspek perbaikan outlet dan penataan manajemen pemasaran usaha bakso kampung. Pada metode Market Joined, dilakukan dengan metode FGD (Focussed Group Discussion) untuk menetapkan sistem kemitraan pasar dan informasi pasar yang dipilih serta bersama-sama melakukan review dan penetrasi pasar dari sistem yang dipilih tersebut. Selain itu juga dilakukan perbaikan desain produk (kemasan) sebagai upaya untuk menarik minat konsumen.
169 www.publikasi.unitri.ac.id
JISIP: Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik ISSN. 2442-6962 Vol. 5, No. 3 (2016) HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Pelaksanaan Pelaksanaan program ini dimulai dengan rapat koordinasi internal tim setelah adanya pengumuman lolos pendanaan DITLITABMAS. Pada rapat koordinasi internal ini dihadiri oleh semua anggota tim dan dibahas tentang teknis pelaksanaan programterkait dengan jadwal dan agenda pelaksanaan. Rapat koordinasi internal ini dilaksanakan di Universitas Tribhuwana Tunggadewi. Rapat koordinasi ini dihadiri lengkap oleh tim dan 2 orang yang akan dilibatkan dalam kegiatan ini, yaitu 1 orang dosen dan 1 orang mahasiswa. Pada rapat koordinasi dihasilkan beberapa kesepakatan yang terkait dengan rencana pelaksanaan program. Salah satu butir kesepakatan dalam rapat koordinasi internal ini adalah tanggal 2 Maret 2016, dilakukan survey ke lokasi mitra 1 untuk koordinasi terkait dengan agenda selanjutnya pelaksanaan kegiatan IbM. Pada kegiatan survey tanggal 2 Maret 2016 merupakan kegiatan survey lanjutan, dimana pada kegiatan survey sebelumnya dilakukan dengan agenda pemetaan dan koordinasi awal dengan mitra 1, dalam hal ini adalah dengan Bapak Ponimin selaku pemilik. Kegiatan survey pada tanggal 2 Maret 2016 ini difokuskan pada koordinasi dengan pemilik untuk sosialisasi dan koordinasi selanjutnya. Kegiatan ini dilakukan di outlet (warung) mitra 1 dan dapat diidentifikasi beberapa kebutuhan untuk menyelesaikan permasalahan dalam pengembangan usaha mitra 1. Permasalahan pengembangan usaha mitra 1 yang teridentifikasi dari kegiatan ini adalah terkait dengan lokasi baru outlet mitra 1 yang masih dalam fase edukasi pasar, baik untuk pelanggan maupun konsumen baru, dan terkendalanya peningkatan produksi akibat kurangnya peralatan akibat pencurian terhadap peralatan yang dimiliki mitra 1 di lokasi outlet baru. Hal ini menyebabkan, mitra 1 memproduksi bakso sesuai dengan kapasitas peralatan bekas yang masih dimiliki. Kegiatan ini kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan koordinasi dengan mitra 2 sesuai dengan kesepakatan rapat koordinasi internal tanggal 23 Pebruari 2016, dalam hal ini adalah pengelola Rumah Potong Hewan (RPH) kota Malang. Koordinasi ini dilaksanakan pada tanggal 23 Maret 2016 dengan agenda utama sosialisasi dan koordinasi pelaksanaan program IbM. Pada rapat ini dihadiri oleh semua tim IbM dan dari mitra 2 terdiri dari direktur, serta staf yang bertanggungjawab terhadap program ini. Pada rapat ini dihadiri total 4 orang. Setelah pelaksanaan koordinasi ini, tim IbM langsung melanjutkan ke lokasi produksi mitra 1 untuk sosialisasi rapat koordinasi dan merencanakan teknis pelaksanaan program IbM selanjutnya. Kegiatan lanjutan yang menjadi teknis pelaksanaan program IbM ini adalah pelatihan dan pendampingan pertama di mitra 1 dan mitra 2. Kegiatan pendampingan di mitra 1 berupa produksi bersih bakso berbahan dasar daging sapi dan daging ayam. Pada kegiatan ini difokuskan pada proses produksi bersih bakso, yang meliputi : bahan baku berupa daging memenuhi syarat ASUH (Aman, Sehat, Utuh dan Halal), bersih peralatan dan bersih ruang produksi. Pada kegiatan produksi bersih ini tim IbM mengunggulkan “resep” mitra 1. Jadi, pada kegiatan ini tidak merubah bahan dan cara pembuatan bakso yang telah dilakukan oleh mitra 1 selama ini. Tim IbM bersepakat bahwasanya dari segi tekstur dan rasa, produk bakso mitra 1 cukup baik dan enak dengan harga terjangkau pula. Hal tersebut dikarenakan, mitra 1 telah menggunakan campuran daging sapi dan daging ayam dalam produk bakso buatannya. Tinjauan terhadap penggunaan daging ayam dalam campuran adonan bakso sapi diyakini mampu memperbaiki tekstur bakso menjadi lebih halus dan warnanya menjadi lebih cerah. Selain itu, rasa sedikit lebih “ringan” dalam artian menghilangkan “eneg” dalam rasa bakso dan harga produksi bisa ditekan. Tinjauan tersebut merupakan hasil uji organoleptik yang dilakukan terhadap semua konsumen mitra 1 dengan menggunakan metode kuisioner dalam jangka waktu 5 (lima) hari. Metode ini dilakukan dengan menitipkan kuisioner oleh tim IbM kepada mitra 1 untuk diisi
170 www.publikasi.unitri.ac.id
JISIP: Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik ISSN. 2442-6962 Vol. 5, No. 3 (2016) oleh semua konsumennya, baik yang dimakan di outlet maupun yang dibawa pulang. Hasil kuisioner tersebut kemudian ditabulasi dan disajikan dalam tabel 7 berikut ini. Tabel 7. Hasil Kuisioner Uji Organoleptik Konsumen Mitra 1 Item Uji Organoleptik Jumlah Responden Persentase 1. Total Responden 160 100% 2. Rasa Bakso : Khas Bakso & Tidak Eneg 132 82,5% 3. Tampilan Bakso : a. Tekstur : Lebih Halus 144 90% b. Warna : Lebih Cerah 138 86,25% c. Kekenyalan : Lebih Empuk 142 88,75% d. Bau : Khas Bakso 156 97,5% Keterangan : Rataan Jumlah Responden Tiap Hari adalah 32 orang Tabel 7 selain menyajikan data hasil uji organoleptik konsumen mitra 1 terhadap produk baksonya juga menunjukkan rataan jumlah konsumen mitra 1, yaitu 32 orang. Konsumen mitra 1 terkelompokkan menjadi 2, yaitu : konsumen yang makan di outlet dan konsumen yang produknya dibawa pulang. Konsumen mitra 1 mempunyai variasi produk makanan yang bisa dibeli adalah bakso dan pangsit mi ayam. Namun, 90% diantaranya selalu membeli produk bakso mitra 1, baik untuk pangsit mi ayam maupun untuk paket bakso. Paket bakso adalah bakso komplit yang terdiri dari produk bakso, tahu, gorengan dan mi. Oleh karenanya, yang diunggulkan dalam penjualan mitra 1 adalah produk bakso, sekalipun itu sebagai pelengkap pangsit mi ayam maupun sebagai inti produk dalam paket bakso. Hal ini secara umum, dapat disimpulkan bahwasanya produk bakso mitra 1 sudah dikenal dan disukai oleh konsumen. Produk bakso mitra 1 merupakan keunggulan kompetitif dalam pasar bakso secara umum. Tindaklanjut dari pelaksanaan kegiatan pelatihan dan pendampingan pertama adalah pengadaan alat dan rekomendasi pengadaan alat. Pengadaan alat dikhususkan pada mitra 1 untuk menunjang produksi bersih. Pada mitra 1 diberikan peralatan produksi berupa : peralatan masak, kopas angin, mesin pembuat bakso, dan freezer. Pengadaan alat ini dilakukan pada tanggal 14 – 15 Juni 2016. Pengadaan ini berupa kegiatan pembelian, untuk peralatan masak, kipas angin dan freezer, serta kegiatan pemesanan untuk mesin pembuat bakso. Pemesanan alat selama 1,5 bulan dan selesai pada minggu pertama bulan Agustus 2016. Pada pengadaan alat ini kemudian dilanjutkan dengan acara serah terima peralatan serta pelatihan untuk operasionalisasi dan perawatan peralatan, terutama mesin pembuat bakso. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 20 Agustus 2016 dan bertempat di rumah mitra 1. Pada kegiatan ini dimulai dengan penyerahan mesin pembuat bakso kepada mitra 1 dan kemudian dilanjutkan dengan pelatihan operasionalisasi dan perawatan mesin tersebut oleh tim IbM. Pengadaan mesin ini dilakukan dengan tujuan untuk mempercepat proses produksi mitra 1, dimana mitra 1 biasanya membutuhkan waktu 6 jam untuk proses produksi, dari mulai pengadaan dan penyiapan bahan, pemasakan sampai kemudian siap di-display di outlet. Lamanya waktu tersebut dikarenakan saat proses penyiapan bahan seringkali bergantian dan bergiliran. Hal tersebut berimbas pada waktu penjualan, yang baru dapat dilakukan pukul 13.00 – 21.00 WIB. Pengadaan mesin pembuat bakso tersebut diharapkan dapat mempersingkat proses produksi sekitar 2 – 3 jam, sehingga waktu penjualan pun bisa dipercepat antara pukul 11.00 – 21.00 WIB. Lamanya waktu penjualan diharapkan dapat meningkatkan jumlah konsumen dan omzet penjualan. Kegiatan pelatihan di mitra 2 tentang produksi bakso instan sebagai diversifikasi produk bakso. Kegiatan pelatihan ini sebagai inisiasi pengembangan program oleh RPH kota Malang dalam mengembangkan produk dan pasarnya. Kegiatan ini dilaksanakan tanggal 23 – 25 Mei 2016 bertempat 171 www.publikasi.unitri.ac.id
JISIP: Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik ISSN. 2442-6962 Vol. 5, No. 3 (2016) di ruang rapat dan ruang produksi bakso RPH Kota Malang. Pada kegiatan ini tim IbM dipandu oleh penanggung jawab produksi bakso RPH kota Malang dan diikuti oleh 5 orang staf produksi. Kegiatan ini menghadirkan pemateri dari UNITRI yang memiliki kompetensi dalam hal industri pangan, dalam hal ini adalah ibu Wahyu Musholaeni, S.Pi.,MP. Narasumber ini dipilih karena kompetensi beliau dalam penanganan industri pangan. Pelatihan ini dilakukan seiring dengan rencana mitra 2 untuk pengembangan diversifikasi produknya, yaitu bakso “murni” daging sapi. Produk mitra 2 adalah produk bakso yang terbuat dari bahan baku daging sapi murni dan adonan baksonya. Hal ini diangkat sebagai keunggulan kompetitif produk mitra 2 dalam pasar. Keunggulan ini berdampak pada kelas produk premium, yang tersegmen untuk konsumen dengan tingkat ekonomi menengah keatas. Oleh karenanya, diversifikasi produk ke arah bakso instan menjadi hal yang potensial untuk dikembangkan secara bisnis. Rekomendasi pengadaan alat dilakukan untuk mitra 2 mengingat alat produksi utama bagi mitra 1 sudah tersedia, sehingga direkomendasikan beberapa peralatan tambahan untuk diversifikasi produk bakso instan. Rekomendasi ini dibutuhkan oleh mitra 2 untuk pengajuan anggaran pada RAPBD (Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) Kota Malang tahun 2016. Pengembangan potensi bisnis mitra 2 ini didukung dengan keberadaan 2 outlet yang telah dimiliki, yaitu 1 outlet di komplek RPH kota Malang dan 1 outlet lagi di salah satu pusat jajanan kota Malang di Jalan Kawi Atas. Kedua outlet ini mempunyai fungsi yang sama, yaitu sebagai outlet warung. Hal ini dipandang oleh tim IbM sebagai kelemahan dan tantangan yang harus diperbaiki dalam upaya pengembangan bisnis mitra 2. Berdasarkan hal tersebut, tim IbM menyusun draf konsep untuk dijadikan materi dalam kegiatan FGD (Focussed Group Discussion) yang menjadi agenda selanjutnya. Kegiatan selanjutnya adalah pelatihan dan pendampingan kedua, yang dilaksanakan pada tanggal 28 Juni 2016. Pada kegiatan ini dilakukan pelatihan melalui metode FGD dengan mitra 1 terkait dengan manajemen pemasaran, sedangkan dengan mitra 2 tema FGD adalah penetrasi pasar bakso melalui “product branding”. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari yang sama, tetapi dengan waktu dan tempat yang berbeda. Kegiatan dengan mitra 1 dilakukan di rumah mitra 1 pada pukul 08.00 – 09.30 WIB, sedangkan kegiatan dengan mitra 2 dilakukan di kantor RPH pada pukul 11.00 – 12.30 WIB. Hal ini dilakukan dikarenakan kesibukan produksi masing-masing mitra yang tidak sama dan diupayakan tidak mengganggu waktu produksi mereka. Pada kegiatan FGD ini dihasilkan beberapa kesepakatan dalam membangun sistem kemitraan kerjasama pasar antara mitra 1, mitra 2 dan stakeholder dengan difasilitasi oleh tim IbM. Kesepakatan tersebut diantaranya adalah kesepakatan pengelolaan outlet kedua milik mitra 2 dan kemitraan kerjasama produksi bakso mitra 1 dengan stakeholder. Untuk pengelolaan outlet 2 mitra 2, disepakati untuk alih fungsi menjadi display frozen bakso dan warung bakso produk Bakso RPH dengan “Brand Baru”. Kerjasama kemitraan mitra 1 berupa perluasan pasar produk bakso mitra 1 melalui penambahan outlet yang dikelola oleh stakeholder dengan lokasi di dalam kampus UNITRI.
172 www.publikasi.unitri.ac.id
JISIP: Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik ISSN. 2442-6962 Vol. 5, No. 3 (2016) Pemberdayaan dan Responsi Masyarakat Pemberdayaan masyarakat yang pendekatan pelaksanaannya dalam program IbM ini dilakukan dengan metode pelaksanaan pelatihan dengan mengkombinasikan Participatory Learning Action (PLA) dan Focus Group Discussion (FGD) dengan peran tim IbM Bakso Kampung Mayasari sebagai persona inisiator pemberdayaan masyarakat. Pendekatan melalui sosio kultural dan transfer IPTEK yang dikombinasikan dalam pelaksanaan kegiatan ini. Kegiatan tersebut kemudian diukur dan terukur melalui penyebaran quisioner sebelum dan setelah pelatihan untuk mengetahui tingkat responsi dan adopsi transfer IPTEK yang dilakukan. Tingkat responsi juga diidentifikasi dari peran serta masyarakat sasaran dlam metode pendekatan PLA dan FGD yang dilakukan. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat diketahui bahwa mitra 1 dan 2 cukup responsif terhadap kegiatan ini serta memiliki antusiasme yang cukup tinggi. Hal ini mengingat produksi bakso merupakan kegiatan ekonomi produktif yang diupayakan sebagai pilar kehidupan ekonomi masyarakat sehari-hari dan butuh penyegaran informasi dan IPTEK untuk mengembangkan usahanya. Tingkat adopsi dan adaptasi IPTEK pada masyarakat mitra terukur dari hasil quisioner yang dikerjakan sebelum dan sesudah pelatihan, khususnya pada tema aplikasi IPTEK. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat diketahui bahwa tingkat adopsi IPTEK para mitra cukup baik, karena “kehausan” mereka akan inovasi IPTEK cukup tinggi yang terekspresikan dari mayoritas nilai quisioner setelah pelatihan lebih tinggi dibandingkan sebelum pelatihan. Adaptasi IPTEK mitra sementara belum dapat terukur secara obyektif. Hal ini dikarenakan indikator yang ditetapkan tim berupa utilisasi alat teknologi tepat guna belum dapat dilaksanakan, mengingat baru terlaksananya distribusi alat teknologi tepat guna kepada mitra, terutama mitra 1. Pada sisi yang lain, responsi masyarakat, terutama pelanggan, di mitra 1 terukur dari indikator tanggapan akan inisiasi program yang telah dilakukan. Responsi ini dilakukan dengan metode pendekatan survey dengan kuisioner. Secara umum, pelanggan di mitra 1 merasakan suasana tambah nyaman dengan adanya inisiasi program, terutama terkait dengan adanya perbaikan stand berorientasi “branding”. Pada kegiatan akhir program ini memang diinisasi branding stand sebagai tindaklanjut pendampingan pemasaran yang sudah dilakukan. Pada bagian akhir program, tim IbM Bakso Kampung Mayasari mencoba menyusun skema kerjasama sistem kemitraan pasar bakso. Skema kerjasama sistem kemitraan pasar bakso ini dengan menggunakan ilustrasi mitra 1 dan mitra 2. Asumsi yang digunakan adalah mitra 1 mewakili pengusaha UMK Bakso dan mitra 2 mewakili pengusaha Bakso menengah. Skema kerjasama sistem kemitraan pasar bakso tersebut disajikan pada gambar 8 berikut ini. Varian Diversifikasi Produk
Mitra 1
penjualan
Konsumen/Pasar
Mitra 2 penjualan
Share Area Penjualan & Informasi Pasar
Gambar 8. Skema Kerjasama Sistem Kemitraan Pasar Bakso
173 www.publikasi.unitri.ac.id
JISIP: Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik ISSN. 2442-6962 Vol. 5, No. 3 (2016) Gambar 8 menunjukkan bahwasanya kerjasama sistem kemitraan pasar bakso yang dijalin antara mitra 1 dan mitra 2 pada sisi pengkayaan produk dan area jangkauan pasar dengan terintegrasi pada pola informasi pasar. Mitra 1 dan mitra 2 diyakini mempnyai produk unggulan yang menjadi idola konsumen. Kondisi tersebut dipandang sebagai potensi pasar bagi mitra 1 dan mitra 2 dalam mengembangkan usahanya dan meningkatkan pendapatan. Share yang dilakukan pada aspek ini adalah dilakukan barter produk yang menjadi idola konsumen dan terhitung secara ekonomi. Artinya, barter dilakukan dengan melihat segmen pasar yang berbeda dan mempengaruhi ukuran dan harga produk yang dibarter. Barter dilakukan dengan sistem transaksional konsinyasi, sehingga mitra 1 dan mitra 2 tetap mendapatkan hasil dari barter tersebut. Keuntungan dari sistem ini adalah kedua mitra dapat meningkatkan jumlah varian produknya dan menekan biaya produksi yang berarti meningkatkan pendapatan dan omzet penjualan. Share area penjualan disini lebih mengarah pada menjaga pasar dari tingkat kejenuhan diakibatkan persaingan. Kerjasama sistem kemitraan pasar bakso yang demikian diharapkan mampu membagi segmentasi konsumen antara mitra 1 dan mitra 2. Adanya pembagian segmen tersebut diharapkan mampu menguasai pasar dalam semua segmen melalui penetrasi produk yang berbeda. Dengan demikian, informasi pasar terkait dengan kondisi konsumen dari segmen berbeda tetap termonitor dan terjalin komunikasi masif antara mitra 1 dan mitra 2. Dasar informasi itulah yang nantinya memungkinkan menjadi pengembangan pasar dan kualitas produk yang dituntut oleh konsumen. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Hasil yang dicapai dan pembahasan tersebut, melandasi kesimpulan dari pelaksanaan IbM Bakso Kampung Mayasari, yaitu : 1. Masyarakat mitra yang menjadi fokus pemberdayaan program ini mulai mengaplikasikan produksi bersih bakso dan tersusunnya desain kemitraan produksi bakso 2. Usaha produksi bakso yang berbahan baku daging bakso dan ayam tersebut dikembangkan dengan adanya alat teknologi tepat guna Saran 1. 2.
Kesimpulan tersebut menjadi dasar penyusunan saran sebagai berikut : Penggunaan alat teknologi tepat guna untuk mengembangkan produksi bakso secara sederhana Perlunya uji materi desain kemitraan produksi bakso yang mengedepankan penetrasi pasar sebagai fokus pelaksanaan pengembangan produk khas kota Malang.
DAFTAR PUSTAKA BPS, 2014. Kota Malang dalam Angka Rahardi dan Hartono, 2003. Agribisnis Peternakan. Penebar Swadaya. Jakarta Hasan, E.S. 2001. Strategi Menciptakan Manusia yang Bersumber Daya Unggul. www.Depdiknas. Go.id Mardikanto, T., Prof.Dr.Ir., dan Poerwoko S., Dr.Ir.H.MSi. 2012. Pemberdayaan Masyarakat dalam Perspektif Kebijakan Publik. Penerbit Alfabeta. Bandung Sumarno. 2000. Dasar Perencanaan Pengembangan Wilayah Dan Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Pertanian : Model Dan Metode. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Malang
174 www.publikasi.unitri.ac.id