PENGEMBANGAN STRATEGI INOVATIF INTEGRATIF DALAM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI UNTUK MENCIPTAKAN GENERASI CERDAS DAN BERKARAKTER Oleh:
Wahyu Sukartiningsih Kaprodi Prodi S2 Pendidikan Dasar, Universitas Negeri Surabaya E-mail:
[email protected]
Abstract The purpose of writing this article is to explain the meaning, formulate the principles, and describe the application of integrative innovative strategies in Early Childhood Education to create intelligent and skillfulgeneration. Education and learning strategy is the tactic of teachers in achieving effectiveness educational and learning. An integrative innovative strategy in early childhood education is not in the strategy name of education and learning, but it is an identifier strategy. At least it is called innovative strategy which is characterized by update constantly in accordance with development in educationtechnology and early childhood development contexts. „Integrative' strategy is a strategy used in the form of linkages between programs to stimulate the early childhoodcomprehensive and balanced competence. This strategy is expected to optimize the development of children so that there is a balance between spiritual, social,cognitive, skillsdevelopment. Children who have the basics of integrity and balance development are predicted to be the intelligent and strong characterin the future. Keywords: integrative innovative strategies, child development, intelligence and character of early childhood Abstrak Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk menjelaskan makna, merumuskan prinsip-prinsip, dan memaparkan penerapan strategi inovatif integratif dalam Pendidikan Anak Usia Dini untuk menciptakan generasi yang cerdas dan berkarakter. Strategi pendidikan dan pembelajaran merupakan taktik yang dilakukan guru dalam mencapai efektivitas pendidikan dan pembelajaran. Strategi inovatif integratif dalam pendidikan anak usia dini bukanlah nama strategi dalam pendidikan dan pembelajaran, namun merupakan penciri strategi. Disebut inovatif jika strategi ini minimal berciri selalu update sesuai dengan perkembangan teknologi pendidikan dan konteks perkembangan anak usia dini. Strategi „integratif‟ adalah strategi yang digunakan dalam bentuk keterkaitan antarprogram pengembangan untuk menstimulasi kompetensi komprehensif dan berimbang anak usia dini. Strategi ini diharapkan dapat mengoptimalkan perkembangan anak sehingga terjadi keseimbangan antara perkembangan spiritual, SEMINAR NASIONAL | PGPAUDH-FDA-IHDN DENPASAR 19 AGUSTUS 2016
1
sosial, kognitif, dan keterampilannya. Anak-anak yang memiliki dasar-dasar keutuhan dan keseimbangan perkembangan diprediksi akan menjadi generasi cerdas dan berkarakter kuat di masa mendatang. Kata Kunci: Strategi inovatif integratif, perkembangan anak, kecerdasan dan karakter anak usia dini I.
2
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman yang mulai mengglobal dengan persaingan yang semakin ketat, maka tuntutan kualitas manusia menjadi sangat krusial untuk dapat survive pada kehidupan di masa mendatang. Untuk itu, upaya mempersiapkan generasi yang berkualitas harus benar-benar by design dan berkesinambungan. Penyiapan generasi yang berkualitas perlu dilakukan sejak dini karena usia dini merupakan usia emas (golden ages) bagi perkembangan manusia. Berbagai kajian dan penelitian menunjukkan bahwa genereasi penerus yang berkualitas adalah generasi penerus yang mampu menjawab tantangan zaman dan memiliki daya kreativitas yang tinggi. Generasi yang mampu menjawab tantangan zaman haruslah generasi yang cerdas dan memiliki karakter yang kuat. Untuk menciptakan generasi yang cerdas dan berkarakter ini tidak hanya tanggung jawab lembaga pendidikan, namun juga merupakan tanggung jawab bersama antara orang tua, masyarakat, pemerintah, dan lembaga pendidikan. Bahkan, orang tua merupakan lembaga pendidikan pertama dan utama pada anak, khususnya bagi anak usia dini. Dalam lingkungan keluarga inilah anak mulai tumbuh dan berkembang, baik pertumbuhan fisik, kognitif, agama dan moral, motorik, sosial emosional, dan seni. Masyarakat juga memberikan pengaruh pada perkembangan anak, terutama dalam perkembangan karakter sosial emosional (Periksa: Rukmini, 2015:30-39). Di masyarakat anak belajar bergaul dengan teman sebayanya, mengendalikan emosinya jika terjadi masalah, belajar berbagi, berempati pada penderitaan orang lain, dan sebagainya. Masyarakat dapat mendukung proses perkembangan anak, namun sebaliknya dapat juga menjadi penghambat perkembangan anak, bahkan dapat merusak masa depan anak. Berbagai pemberitaan yang ada di media massa terkait dengan perlakuan yang tidak manusiawi kepada anakanak merupakan kondisi yang sangat memprihatinkan. Hal ini perlu mendapat perhatian semua pihak. Dalam pendidikan anak usia dini, pemerintah memberikan perhatian yang cukup besar. Terbitmya Kurikulum 2013 PAUD merupakan kebijakan pemerintah yang memberikan pengaruh sangat besar dalam sistem PAUD. Dalam kurikulum ini, kompetensi inti (KI) menjadi target kompetensi yang harus dimiliki SEMINAR NASIONAL | PGPAUDH-FDA-IHDN DENPASAR 19 AGUSTUS 2016
oleh anak usia dini, yang terdiri atas kompetensi spiritual (KI 1), kompetensi sosial (KI 2), kompetensi pengetahuan (KI 3), dan kompetensi keterampilan (KI 4). Makna dimunculkannya secara ekspisit keempat KI tersebut merupakan penekanan pengintegrasian keempat kompetensi tersebut dalam mewujudkan perkembangan komprehensif dan berimbang pada anak usia dini. Dengan kata lain, anak usia dini yang memiliki perkembangan komprehensif dan berimbang ini nantinya diharapkan akan berkembang menjadi generasi yang memiliki kecerdasan, kreativitas, dan berkarakter kuat. 1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah yang diuraikan sebelumnya, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut. 1. Apakah makna strategi inovatif integratif dalam Pendidikan Anak Usia Dini? 2. Bagaimanakah prinsip-prinsip pengembangan strategi inovatif integratif dalam Pendidikan Anak Usia Dini? 3. Bagaimanakah penerapan strategi inovatif integratif dalam Pendidikan Anak Usia Dini untuk menciptakan generasi yang cerdas dan berkarakter? 1.3 Tujuan Tujuan penulisan ini adalah: 1. Menjelaskan makna strategi inovatif integratif dalam Pendidikan Anak Usia Dini 2. Merumuskan prinsip-prinsip pengembangan strategi inovatif integratif dalam Pendidikan Anak Usia Dini 3. Memaparkan penerapan strategi inovatif integratif dalam Pendidikan Anak Usia Dini untuk menciptakan generasi yang cerdas dan berkarakter II.
Pembahasan
2.1 Makna Strategi Inovatif Integratif dalam Pendidikan Anak Usia Dini Tidak ada strategi pendidikan dan pembelajaran yang paling tepat untuk semua kondisi. Konsep Montessori (Roopnarine and Johnson, 2011:385) “ikutilah anak” dimaknai bahwa guru dalam menentukan strategi pembelajaran menyesuaikan dengan perkembangan anak. Strategi inovatif integratif dalam pendidikan anak usia dini bukanlah nama strategi dalam pendidikan dan pembelajaran, namun merupakan penciri strategi. Penciri „inovatif‟ dapat dimaknai bahwa (1) strategi yang digunakan dalam proses pendidikan dan pembelajaran harus selalu update sesuai dengan perkembangan teknologi pendidikan, (2) strategi pendidikan dan pembelajaran yang dirancang sesuai dengan konteks muatan perkembangan anak dalam kurikulum, dan (3) strategi yang SEMINAR NASIONAL | PGPAUDH-FDA-IHDN DENPASAR 19 AGUSTUS 2016
3
dirancang sesuai dengan karakteristik anak dan pengelolaan kelas (Rukmi dan Sukartiningsih, 2002; Suryanti, Isnawati, Sukartiningsih, dan Yulianto, 2008). Jika strategi pendidikan dan pembelajaran merupakan taktik yang dilakukan guru dalam mencapai efektivitas pendidikan dan pembelajaran, maka guru harus memiliki pengetahuan yang memadai dan wawasan yang luas tentang strategi pembelajaran dan perkembangan anak. Pengetahuan dan wawasan guru tentang strategi ini sangat dibutuhkan untuk dapat menentukan strategi yang tepat sesuai dengan konteks, muatan materi, dan karakteristik siswa. Kondisi ini yang menyebabkan strategi pembelajaran tertentu tidak lagi disebut strategi inovatif jika setiap hari dan sepanjang tahun digunakan secara monoton dalam proses pendidikan dan pembelajaran. Dengan kata lain inovasi tersebut telah kehilangan makna karena akan berubah menjadi konvensional di kelas tersebut. Strategi „integratif‟ adalah strategi yang digunakan dalam bentuk keterkaitan antarprogram pengembangan untuk menstimulasi kompetensi komprehensif dan berimbang anak PAUD (Permendikbud, 2014). Strategi ini diharapkan dapat mengoptimalkan perkembangan anak sehingga terjadi keseimbangan antara perkembangan spiritual, sosial, kognitif, dan keterampilannya. Anak-anak yang memiliki dasar-dasar keseimbangan perkembangan yang utuh yang diprediksi akan menjadi generasi cerdas dan berkarakter kuat pada masa mendatang
4
2.2 Prinsip-Prinsip Pengembangan Strategi Inovatif Integratif dalam Pendidikan Anak Usia Dini Dalam mengembangkan strategi inovatif integratif dalam proses pendidikan di PAUD, perlu diperhatikan prinsip-prinsip pengembangannya. Prinsip pengembangan strategi inovatif integratif dalam proses pembelajaran didasarkan pada perkembangan teori, prinsip pengembangan kurikulum PAUD (Lampiran III Permendikbud No. 146 Tahun 2014), dan prinsip pengembangan proses pembelajaran (Lampiran IV Permendikbud No. 146 Tahun 2014) A. Berbasis pendekatan kontekstual Pendekatan kontektual ini didasari adanya pandangan bahwa proses pendidikan dan pembelajaran akan lebih mudah dipahami dan dikuasai anak dengan memperhatikan konteks kondisi anak, lingkungan, dan ketersediaan fasilitas. Termasuk ke dalam pendekatan ini adalah basis pendidikan pada keunggulan lokal. B. Bersifat integratif komprehensif Bersifat integratif karena memiliki keterkaitan antarprogram pengembangan untuk menstimulasi kompetensi komprehensif dan berimbang anak PAUD (Permendikbud, 2014). SEMINAR NASIONAL | PGPAUDH-FDA-IHDN DENPASAR 19 AGUSTUS 2016
C.
D. E.
F.
G.
Belajar melalui bermain Anak di bawah usia 6 tahun berada pada masa bermain. Pemberian rangsangan pendidikan dengan cara yang tepat melalui bermain, dapat memberikan pembelajaran yang bermakna pada anak. Berorientasi pada perkembangan anak Pendidik harus mampu mengembangkan semua aspek perkembangan sesuai dengan tahapan usia anak. Berpusat pada anak Pendidik harus menciptakan suasana yang bisa mendorong semangat belajar, motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, inovasi, dan kemandirian sesuai dengan karakteristik, minat, potensi, tingkat perkembangan, dan kebutuhan anak. Berorientasi pada pengembangan nilai-nilai karakter Fasilitasi pendidikan diarahkan untuk mengembangkan nilai-nilai yang membentuk karakter yang positif pada anak. Pengembangan nilai-nilai karakter tidak dengan pembelajaran langsung, akan tetapi melalui pembelajaran untuk mengembangkan kompetensi pengetahuan dan keterampilan serta melalui pembiasaan dan keteladanan. Hubungan antara karakter, budaya, dan pendidikan ini dijelaskan oleh Warsono (2011:154-155) bahwa secara tidak langsung pendidikan karakter merupakan bagian dari kebudayaan dan pendidikan. Tidak ada pendidikan tanpa pembangunan karakter karena salah satu tujuan pendidikan adalah terwujudnya perubahan perilaku (karakter) ke arah yang lebih baik. Dalam tujuan pendidikan nasional, 5 dari 8 potensi peserta didik yang ingin dikembangkan lebih dekat dengan karakter. Pendidikan karakter merupakan bagian integral dari pendidikan nasional. Begitu juga budaya, tidak ada budaya yang tidak berkarakter. Budaya sebagai kumpulan nilai dan norma dibentuk dan disepakati bersama oleh masyarakat untuk mengatur perilaku masyarakat agar menjadi baik. Dari sudut pandang bahasa sebagai bagian penting budaya, Stienberg, Nagata, dan Alien (2001:245-246) mengemukakan 4 prinsip sebagai berikut (1) Prinsp 1: speech is essensial for thougt; (2) language is essensial for thougt; (3) language determines or shape our perception of nature; and (4) language determines or shape our word view. Berorientasi pada pengembangan kecakapan hidup Pendidikan diarahkan untuk mengembangkan kemandirian anak. Pengembangan kecakapan hidup dilakukan secara terpadu baik melalui pembelajaran untuk mengembangkan kompetensi pengetahuan dan keterampilan maupun melalui pembiasaan dan keteladanan.
SEMINAR NASIONAL | PGPAUDH-FDA-IHDN DENPASAR 19 AGUSTUS 2016
5
6
2.3 Penerapan Strategi Inovatif Integratif dalam Pendidikan Anak Usia Dini untuk menciptakan generasi yang cerdas dan berkarakter Uraian sebelumnya menunjukkan bahwa menjadi guru PAUD bukan hal yang mudah. Sepintas orang awam mengira bahwa menjadi guru PAUD mudah dilakukan karena hanya mengajarkan menyanyi, menggambar, senam, jalan-jalan, dan sebagainya yang bermuatan materi ringan. Hal itu yang menyebabkan sebagian masyarakat menganggap bahwa guru PAUD dapat dilakukan oleh siapa saja, asal memiliki waktu untuk mengajar PAUD. Namun jika dikaji dari perkembangan dan pengembangan kompetensi holistik dan berimbang pada anak, maka guru PAUD haruslah memiliki kemampuan mendidik yang baik berdasarkan ilmu paedagogie, memahami hakikat dan perkembangan anak usia dini, berpengetahuan luas dalam muatan dan program pengembangan, berwawasan luas dan berpengalaman dalam strategi mendidik dan mengembangkan kompetensi anak usia dini. Usia dini (0-6 tahun) disebut golden ages karena pada usia ini anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan pesat, terutama pada perkembangan fisik, psikis, dan karakternya. Pertumbuhan fisik pada anak usia dini secara umum tumbuh pesat, khususnya pada pertumbuhan otaknya. Oleh karena itu, stimulasi dan optimalisasi pertumbuhan anak, terutama pertumbuhan otaknya perlu mendapat perhatian khusus karena sedikit kesalahan dalam memperlakukan anak maka akan berdampak besar bagi pertumbuhan otaknya. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa keterhubungan simpul-simpul saraf otak anak akan mengalami kerusakan hanya dengan bentakan atau kekerasan yang dialaminya saat berada pada usia ini. Kekerasan pada otak anak ini bukan hanya dengan kekerasan fisik atau oral, namun juga kekerasan perlakuan pada otaknya, seperti pemaksaan pada anak untuk menggunakan kognisinya secara berlebihan yang sebenarnya belum menjadi kapasitas masukan bagi otaknya. Pemaksaan kognitif ini merupakan bentuk kekerasan pada otak yang menyebabkan otaknya mengalami hambatan pertumbuhan. Oleh karena itu, pemerintah melalui Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat pernah mengeluarkan edaran Nomor 2519/C.C2.1/DU/2015 tentang Penyelenggaraan PAUD bahwa tidak diperkenankan mengajarkan membaca menulis keaksaraan dan angka di luar kemampuan anak karena akan memangkas perkembangan kognisi dan kreativitas anak. Kreativitas pada perkembangan kognisi ini sangat penting karena akan memberikan dampak yang sangat besar bagi kehidupannya di masa mendatang. Posisi kreativitas dalam kemampuan kognisi dapat dijelaskan melalui gambar berikut.
SEMINAR NASIONAL | PGPAUDH-FDA-IHDN DENPASAR 19 AGUSTUS 2016
Di samping perkembangan fisik, perkembangan psikis juga perlu mendapat perhatian khusus dalam upaya mengoptimalkan perkembangan anak usia dini. Perkembangan psikis anak ini akan sangat berpengaruh bagi pertumbuhan fisik maupun perkembangan karakternya. Anak yang mendapat stimulasi psikis yang optimal, misalnya dalam bentuk pujian dan kasih sayang, akan berpengaruh bagi optimalnya pertumbuhan fisik dan akan menjalani masa usia dininya dengan penuh keceriaan, kebahagiaan, dan optimisme. Namun jika secara psikis anak mengalami tekanan, maka akan bepengaruh pada pertumbuhan fisiknya, terutama otaknya, dan pada perkembangan pskisnya, seperti anak senantiasa murung, menganggap dirinya selalu bersalah, mengidentikkan dirinya dengan sifat nakal, dan memiliki pesimisme dalam hidupnya. Selanjutnya perkembangan karakter. Dengan menyadur beberapa bagian dari laporan penelitian yang dilakukan oleh Thomas Lickona & Matthew Davidson (2005) berjudul A Report to the Nation, Smart and Good High School, Integrating excellence and Ethics for Success in School, Work, and Beyond, Nur (2011:15) mengemukakan pemikirannya bahwa karakter memiliki dua bagian besar, yakni karakter kinerja (performance character) dan karakter moral (moral character). Karakter kinerja terdiri atas seluruh kualitas yang memungkinkan individu mencapai potensi tertinggi dalam setiap lingkungan kerjanya (seperti di kelas atau di tempat kerja). Karakter moral terdiri atas seluruh kualitas yang memungkinkan individu menjadi insan beretika terbaik dalam pergaulan sosial dan dalam menjalankan berbagai peran warga negara. Selanjutnya, secara filosofis Nur (2011:17) menyampaikan proposisi bahwa mengalami dan menghayati keunggulankeunggulan merupakan bagian sentral dari pemenuhan manusiawi; dan bahwa karakter–kerja keras, gigih, terus berusaha–perlu untuk mewujudkan keunggulan. Kriteria karakter yang terdiri atas karakter kinerja dan karakter moral yang dikemukakan Nur (2011:17) tersebut lebih implikatif dalam upaya pengembangan pendidikan karakter. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa perkembangan karakter pada anak usia dini memberikan pengaruh besar pada perkembangan karakter selanjutnya (Periksa: McLachlan and Arrow, 2010; Wrotniak, Epstein, Dorn, Jones, and Kondilis, 2013; Bolduc, Jonathan, 2009:27-31). Berbagai penelitian juga melaporkan bahwa keberhasilan dan kesuksesannya seseorang sesuai dengan bidangnya masing-masing lebih banyak dipengaruhi karakternya, dan bukan sekadar dari tingginya tingkat kecerdasan atau IQ-nya. Oleh karena itu, pengembangan karakter ini perlu mendapat perhatian utama dalam penerapan sistem pendidikan di PAUD. Ki Hajar Dewantara misalnya, mengajarkan cara mendidik yang dikenal dengan pendekatan Among yang lebih menyentuh langsung pada tataran etika dan perilaku dengan menggunakan SEMINAR NASIONAL | PGPAUDH-FDA-IHDN DENPASAR 19 AGUSTUS 2016
7
8
"tuntunan" bukan "tontonan". Samani dan Hariyadi (2011:34) menyatakan bahwa ajaran (wewarah) Ki Hajar Dewantara tersebut, menonjolkan kesan positioning karakter dalam pendidikan nasional. Istilah-istilah lawan sastra ngesti dan suci tata ngesti tunggal yang artinya dengan ilmu seseorang dapat mencapai keberhasilan. Di samping itu ada beberapa rangkaian kata yang menjadi dasar pembudayaan karakter bangsa, melalui bahasa, misalnya tetep, mantep, antep; ngandel kendel, bandel, kandel; Neng ning nung nang. Prinsip penanaman karakter telah dituangkan di dalam Permendibud Nomor 146 Tahun 2014 bahwa proses mendidik pada anak usia dini berorientasi pendidikan karakter. Selanjutnya, prinsip ini dimaknai bahwa pemberian rangsangan pendidikan diarahkan untuk mengembangkan nilai-nilai yang membentuk karakter yang positif pada anak. Pengembangan nilainilai karakter tidak dengan pembelajaran langsung, akan tetapi melalui pembelajaran untuk mengembangkan kompetensi pengetahuan dan keterampilan serta melalui pembiasaan dan keteladanan. Uraian tersebut menunjukkan bahwa untuk menjadi guru PAUD bukanlah hal yang mudah. Sebagaimana diuraikan sebelumnya, untuk menjadi guru PAUD diperlukan kompetensi yang memadai dalam berbagai aspek. Namun, di antara sekian kompetensi yang harus dimiliki guru PAUD, pada kesempatan ini hanya akan dibahas tentang strategi mendidik dan mengembangkan potensi anak usia dini. Alasannya adalah karena strategi merupakan aspek utama dalam memperlakukan dan menstimulasi optimalisasi perkembangan anak usia dini. Berikut ini akan dipaparkan beberapa strategi inovatif integratif yang disarikan dari berbagai sumber. A. Strategi berbasis Permainan lokal Pembelajaran berbasis permainan yang diciptakan dengan mengadopsi keunggulan lokal berbagai daerah banyak dikembangkan dalam penelitian PAUD di Indonesia. Permainan Engkle inovatif misalnya, merupakan strategi untuk mengembangkan kemampuan motorik kasar (dalam bentuk jalan, lompat, loncat, keseimbangan diri), pengenalan bentuk geometri sederhana, mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, kemampuan merancang strategi memenangkan permainan, mengenal permainan tradisional yang merupakan keunggulan, mengembangkan kemampuan memperkirakan jarak dan kekuatan energi dalam melempar „gaco‟. Permainan engkle ini merupakan salah satu permainan tradisional sederhana yang dapat diadopsi untuk permainan di PAUD sebagai strategi mengembangkan dan mengoptimalkan tidak hanya pertumbuhan fisik dan kemampuan kognitif dan psikis anak, namun juga merupakan strategi membangun karakter positif, di antaranya karakter jujur, sportif, tanggung jawab, sabar menunggu giliran, dan disiplin. SEMINAR NASIONAL | PGPAUDH-FDA-IHDN DENPASAR 19 AGUSTUS 2016
B.
Model Bermain Peran Model sentra merupakan salah satu model dalam pendidikan PAUD dituangkan di dalam Kurikulum 2014 PAUD. Di samping model sentra yang sudah dikenal selama ini, sentra pasar merupakan pengembangan model sentra yang dikembangkan oleh Setyowati (2015) melalui penelitian yang dilakukannya selama beberapa tahun. Model sentra pasar ini dapat memberikan pengaruh positif bagi perkembangan kecerdasan majemuk (multiple intellegence) anak usia dini. Dalam model sentra pasar ini, anak dapat melakukan bermain peran sebagai penjual dan pembeli seperti kegiatan di pasar. Melalui kegiatan ini anak dapat mengembangkan kecerdasan spiritual, lingustik, personal dan interpersonal, logis, spasial, etis, dan estetis secara komprehensif dan berimbang. Di samping melalui sentra pasar, bermain peran dapat dilakukan dengan fasilitasi dibacakan dulu cerita atau dongeng dan anak yang memerankannya, atau dapat digunakan strategi lain yang bernuansa bermain peran (Periksa: Mucharromah, Sukartiningsih, dan Bachri, 2015:40-48; Septa, Mustaji, dan Setyowati, 2015:49-61). C. Strategi Beorientasi Pengalaman dan Petualang (Field Trip) Strategi berorientasi pengalaman dan petualang ini menstimulasi anak untuk menghargai apa yang sudah dilakukannya dan untuk menghadapi tantangan yang harus dihadapinya. Melalui kegiatan menceritakan pengalamannya, diharapkan anak dapat mengingat peristiwa-peristiwa yang sudah dilaluinya dengan baik dan menjadikan pengalamannya untuk senantiasa memperbaiki dan meningkatkan diri. Adapun melalui berpetualang diharapkan anak dapat memikirkan strategi untuk menghadapi tantangan. Dengan demikian strategi ini melatih anak untuk optimis dalam menyelesaikan masalah dan tidak mudah putus asa. Karakter ini akan sangat dibutuhkan kelas pada saat anak sudah dewasa dan harus menghadapi tantangan kehidupan yang sangat berat. Karakter penting lain yang dapat dibangun melalui pengalaman dan petuang adalah kemandirian anak. Melalui pengalaman dan petualang, siswa dituntut untuk dapat mandiri dan terlepas dari ketergantungan orang-orang sekitar. Dalam konsep literasinya, Cooper (2000: 139) mengemukakan bahwa cara terbaik untuk mengaktifkan dan mengembangkan pengetahuan awal anak adalah menggunakan materi dan pengalaman nyata (Periksa: Dewi, Mustaji, dan Setyowati, 2015:1-11; Hanita, Masitoh, dan Hasibuan, 2015:1219; Miswanti, Sukartiningsih, dan Setyowati, 2015:20-29; Ernawati, Sukartiningsih, dan Hasibuan, 2015:62-76). D. Strategi Berbantuan Media Berbasis Information and Communication Technology (ICT) Pembelajaran berbantuan media ICT ini dapat dilakukan oleh guru yang di sekolahnya telah memiliki perangkat teknologinya. Melalui penggunaan ini guru dapat merancang secara kreatif dan SEMINAR NASIONAL | PGPAUDH-FDA-IHDN DENPASAR 19 AGUSTUS 2016
9
10
menyajikan muatan pembelajaran sehingga menarik bagi anak. Media berbasis ICT ini akan dapat memberikan suasana baru bagi anak (Sukariningsih dan Yermiandhoko, 2008). Oleh karena itu, guru PAUD juga harus memiliki kemampuan dan wawasan yang luas dalam merancang dan menyajikannya bagi anak usia dini. Apalagi dengan berkembangnya teknologi saat ini, guru dapat merancang sendiri media berbasis ICT yang dibutuhkan tanpa mengeluarkan banyak biaya. Yang termasuk dalam media berbasis ICT ini yang sudah dikembangkan, diantaranya media pembelajaran interaktif, puzzle, video, ulang tangga interaktif (Periksa: Chandra, Sukartiningsih, Setyowati, 2015:87-98). Tentunya, pengembangan media ICT edukatif ini dapat dikembangkan lebih lanjut oleh guru sesuai dengan fasilitas yang tersedia, kondisi sekolah, dan perkembangan anak. E. Strategi berbantuan media Lingkungan Sekitar Strategi inovatif dalam mengoptimalkan perkembangan anak usia dini tidak harus menggunakan strategi yang bermedia mahal. Salah satu strategi yang mudah dan murah yang dapat digunakan guru PAUD dalam mengoptimalkan perkembangan anak adalah media lingkungan sekitar. Pada lingkungan sekitar telah tersedia berbagai fasilitas dan stimulan yang dapat dimanfaatkan oleh guru dalam mengoptimalkan perkembangan anak (Periksa: Wahyuningsih, Masitoh, Bachri, 2015:99-111). Misalnya, untuk mengembangkan pertumbuhan fisik dan motorik, spiritual, moral, kognitif, sosial emosional, dan seni, guru dapat menggunakan taman di halaman sekolah dengan langkah utama sebagai berikut: 1. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok 2. Guru menjelaskan permainan menemukan benda yang diminta guru di taman bersama kelompoknya masingmasing. Permainan ini untuk menciptakan nuansa bermain yang menjadi orientasi kegiatan di PAUD. 3. Kelompok yang sudah menemukan benda tersebut (bola berwarna) harus menyerahkan kepada guru. Kelompok yang paling cepat menemukan benda tersebut adalah kelompok yang menang yang akan mendapat hadiah bintang dari guru. 4. Selanjutnya, siswa mencari beberapa benda yang ada di kelas maupun di luar kelas yang memiliki warna seperti warna bola yang ditemukannya. Kelompok yang dapat menemukan benda yang cocok paling banyak sesuai dengan waktu yang diberikan guru (ditandai peluit tanda mulai dan selesainya kegiatan) akan mendapat hadiah bintang 5. Siswa secara individual diminta menemukan benda yang paling disukai yang ada di dalam kelas atau di luar kelas 6. Siswa diminta menyampaikan alasan mengapa dia menyukai benda tersebut dan membuat ungkapan rasa syukur kepada Tuhan karena telah menciptakan benda yang paling disukai yang ada di dalam kelas atau di luar kelas yang dipilihnya.
SEMINAR NASIONAL | PGPAUDH-FDA-IHDN DENPASAR 19 AGUSTUS 2016
7.
Siswa menggambar benda yang disukainya tersebut dan mewarnainya. F. Strategi Bermedia Syair dan Lagu (seni) Syair dan lagu merupakan media yang sangat disukai anakanak. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa media syair dan lagu dapat mengaktifkan otak anak dan menyeimbangkan otak kiri dan kanannya. Aktivasi dan penyeimbangan otak kiri dan kanan ini diyakini akan membawa pengaruh cukup besar dalam kecerdasan dan karakternya. Oleh karena keterbatasan tulisan ini, maka strategi yang dipaparkan hanya beberapa saja di antaranya. Strategi pengembangan dan optimalisasi kompetensi anak usia dini ini pada dasarnya sangat beragam dan dapat senantiasa dikembangkan sesuai dengan kebutuhan anak dan kreativitas guru serta ketersediaan fasilitas. Hanya saja dapat pemilihan dan penentuan strategi pengembangan kompetensi anak perlu dipikirkan keefektifan dan dampaknya bagi kecerdasan dan karakter anak. III. Penutup 3.1 Simpulan Suasana menyenangkan yang dikemas dalam nuansa bermain wajib hadir dalam proses pengembangan dan optimalisasi kompetensi sesuai dengan perkembangan anak usia dini. Berdasarkan konsep bermain sambil belajar, maka proses belajar anak usia dini harus dikemas dalam suasana bermain. Namun untuk menciptakan proses belajar di PAUD yang bernuansa bermain dengan tetap berada pada koridor pencapaian dan optimalisasi perkembangan anak bukanlah kegiatan yang mudah dirancang. Untuk itu diperlukan guru yang memiliki pengetahuan, kemampuan, dan wawasan yang luas tentang strategi inovatif integratif. Referensi strategi inovatif integratif ini cukup banyak baik dari buku-buku yang sudah ditulis oleh para penulis maupun dari kajian dan penelitian di bidang ke-PAUD-an. Namun, guru dapat juga menciptakan sendiri strategi yang paling tepat untuk konteks dan perkembangan anak didiknya. Hal ini sesuai dengan prinsip kontekstual bahwa tidak ada satupun strategi yang paling tepat, namun strategi yang tepat adalah strategi yang sesuai dengan konteks dan kondisi yang ada. Selanjutnya, pemilihan, penentuan, maupun penciptaan strategi yang tepat inilah yang harus dilakukan guru PAUD dengan menganalisis konteks pendidikan di kelasnya, sehingga akan diperoleh hasil yang optimal dalam perkembangan kecerdasan dan karakter anak secara holistik dan seimbang, dengan harapan nantinya akan tumbuh dan berkembang menjadi generasi yang berkualitas.
SEMINAR NASIONAL | PGPAUDH-FDA-IHDN DENPASAR 19 AGUSTUS 2016
11
3.2 Saran Dari uraian sebelumnya disampaikan saran sebagai berikut: 1. Guru PAUD memiliki posisi strategis dalam menghasilkan generasi yang berkualitas. Oleh sebab itu, guru PAUD perlu senantiasa haus ilmu, terutama tentang strategi pendidikan ke-PAUD-an karena strategi ini sangat krusial dalam proses pengembangan dan optimalisasi kompetensi dan perkembangan anak secara holistik dan berimbang. 2. Guru PAUD perlu mempertimbangkan perkembangan, karakteristik, dan minat anak sebelum merencanakan dan melaksanakan proses pendidikan di PAUD agar dapat diplih dan ditentukan strategi yang tepat dan menarik. 3. Di samping perlu memiliki kemampuan dalam pengetahuan global dan teknologi berbasis internet, guru PAUD perlu tetap menggali dan mempertahankan keunggulan lokal dan mengadopsinya dalam proses pengembangan kompetensi anak usia dini agar anak-anak memiliki pengetahuan dan wawasan global, namun tetap tidak tercerabut dari akar budayanya. Daftar Pustaka
12
Bolduc, Jonathan. 2009. Effect of a Music Programme on Kindergartners‟ Phonological Awareness Skill 1 dalam International Journal of Music Education. http://ijm.sagepub.com/content/27/1/37 Candra, Ratnasari Dwi Ade, Sukartiningsih, Wahyu, dan Setyowati, Wati. 2015. Pengembangan Media Video Pembelajaran untuk Mengenalkan Huruf dan Bilangan pada Anak Usia Dini 4-5 tahun dalam Jurnal S2 PAUD: Jurnal Ilmiah S2 Pendidikan Anak Usia Dini. Surabaya: Unesa. Cooper, J.David. 2000. Literacy: Helping Children Construct Meaning. Fourth Edition. Boston: Houghton Mifflin Company. Dewi, Wahyuning Tirto, Mustaji, dan Setyowati, Sri. 2015. Pengembangan Media Kartu Kata Bergambar untuk Meningkatkan Perkembangan Bahasa Anak dalam Mengenal Kata di Taman Kanak-Kanak dalam Jurnal S2 PAUD: Jurnal Ilmiah S2 Pendidikan Anak Usia Dini. Surabaya: Unesa. Ernawati, Sukartiningsih, Wahyu, dan Hasibuan,Rachma. 2015. Penerapan Permainan Outbond untuk Mengembangkan Motorik Kasar dan Kerjasama di Kelompok B TK Yasmin Jember dalam Jurnal S2 PAUD: Jurnal Ilmiah S2 Pendidikan Anak Usia Dini. Surabaya: Unesa. Hanita, Masitoh, dan Hasubian Rachma. 2015. Pengaruh Metode Demonstrasi terhadap Kemampuan Menggunting Sesuai dengan Pola dan Mengenal Perbedaan Berdasarkan Ukuran pada Anak TK Kelompok B di Kota Surabaya dalam Jurnal S2
SEMINAR NASIONAL | PGPAUDH-FDA-IHDN DENPASAR 19 AGUSTUS 2016
PAUD: Jurnal Ilmiah S2 Pendidikan Anak Usia Dini. Surabaya: Unesa. McLachlan, Claire and Arrow, Alison. 2010. Alphabet and Phonological Awareness: Can it be Anhanced in The Early Childhood Setting dalam International Research in Early Childhood Education. Vol 1. No. 1, page 84 Miswanti, Ida, Sukartiningsih, Wahyu, dan Setyowati, Sri. 2015. Pengaruh Scaffolding terhadap Kemampuan Mengenal Lambang huruf dan Meniru Huruf pada Anak TK Kelompok A Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo dalam Jurnal S2 PAUD: Jurnal Ilmiah S2 Pendidikan Anak Usia Dini. Surabaya: Unesa. Mucharromah, Siti, Sukartiningsih, Wahyu, dan Bachri, S. Bachtiar. 2015. Pengaruh Metode Bercerita dengan Media Buku Cerita Terhadap Kemampuan Menyimak dan Berbicara Usia Dini dalam Jurnal S2 PAUD: Jurnal Ilmiah S2 Pendidikan Anak Usia Dini. Surabaya: Unesa. Nur, Mohamad. 2011. Karakter Kinerja dan Karakter Moral dalam Bunga Rampai Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Generasi Masa Depan. Surabaya: Unesa University Press. Permendkbud. 2014. Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini. Pratiwi, Hardiyanti, Mustaji, dan Bachri, S. Bachtiar. 2015. Pengembangan Lembar Kerja Anak dengan Menggunakan Pendekatan Konstruktivistik untuk Meningkatkan Kemampuan Sains bagi Anak TK Kelomopk B dalam Jurnal S2 PAUD: Jurnal Ilmiah S2 Pendidikan Anak Usia Dini. Surabaya: Unesa. Roopnarine, Jaipaul L. and Johnson, James E. 2011. Pendidikan Anak Usia Dini: dalam Berbagai Pendekatan. Diterjemahkan oleh Sari Narulita. Jakarta: Kencana. Rukmi, Asri Susetyo dan Wahyu Sukartiningsih. 2002. Pengembangan Media Kartu Kata Bergambar untuk Pembelajaran Membaca dan Menulis Permulaan di Kelas 1 SD. Laporan Penelitian Tidak Diterbitkan. Surabaya: Lembaga Penelitian UNESA. Rukmini. 2015. Pengaruh Pendapatan Keluarga dan Tingkat Pendidikan Formal Ibu terhadap Perkembangan Anak Usia 24-36 Bulan dalam Jurnal S2 PAUD: Jurnal Ilmiah S2 Pendidikan Anak Usia Dini. Surabaya: Unesa. Samani, Muchlas dan Hariyadi. 2011a. Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Septa, Indri Widyan, Mustaji, dan Setyowati, Sri. 2015. Pengaruh Penggunaan Metode Bermain Peran terhadap Perkembangan Moral dan Sosial pada Anak Kelompok B TK Dewi Sartika Kota Kediri dalam Jurnal S2 PAUD: Jurnal Ilmiah S2 Pendidikan Anak Usia Dini. Surabaya: Unesa.
SEMINAR NASIONAL | PGPAUDH-FDA-IHDN DENPASAR 19 AGUSTUS 2016
13
Setyowati, Sri. 2015. Pengembangan Model Sentra Pasar untuk Menunbuhkan Kecerdasan Majemuk Anak Usia Dini. Laporan Penelitian Tidak Diterbitkan. Steinberg, Danny D., Nagata, Hiroshi, dan Aline, David P. 2001. Psicholinguistics: Language, Mind, and World. Edinburgh Gate: Pearson Education Limited. Sukartiningsih, Wahyu dan Yermiandhoko, Yoyok. 2008. Pengembangan Media CD Interaktif untuk Pembelajaran Membaca Permulaan di kelas 1 Sekolah Dasar. Laporan Penelitian. Tidak Diterbitkan. Surabaya: Lemlit UNESA. Suryanti, Isnawati, Wahyu Sukartiningsih, dan Bambang Yulianto. 2008. Pembelajaran Inovatif. Surabaya: University Press Universitas Negeri Surabaya. Wahyuningsih, Salami Eka, Masitoh, Siti, dan Bachri, S. Bachtiar. 2015. Penggunaan Media Buah-buahan untuk Meningkatkan Kemampuan Bercerita dan Mengungkapkan Pendapat pada Anak Kelompok A TK Dharma Wanita Sidorejo Kecamatan Rowokangkung Kabupaten Lumajang dalam Jurnal S2 PAUD: Jurnal Ilmiah S2 Pendidikan Anak Usia Dini. Surabaya: Unesa. Warsono. 2011. Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa di Sekolah Dasar dalam Bunga Rampai Pendidikan Karakter : Strategi Mendidik Generasi Masa Depan. Surabaya: Unesa University Press. Wrotniak, Brian H, Epstein Leonard H.,Dorn, Joan M., Jones, Katherine E., and Kondilis, Valeria A. 2006. The Relationship Between Motor Proficiiency and Physical Activity in Chledren dalam Official Journnal of The American of Pedriatics. http//pediatrics.appublicatons.ora/conten/118/6/e1758.full .html.
14
SEMINAR NASIONAL | PGPAUDH-FDA-IHDN DENPASAR 19 AGUSTUS 2016