perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
METODE BERCERITA UNTUK PENGEMBANGAN PERILAKU ANAK USIA DINI (STUDY KASUS DI PAUD AL-MUNIR DESA GELUNG KECAMATAN PARON KABUPATEN NGAWI)
Skripsi Oleh : FEBRISCA WAHENDRAS TAPRILIA K8408040
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juli 2012
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
METODE BERCERITA UNTUK PENGEMBANGAN PERILAKU ANAK USIA DINI (STUDY KASUS DI DESA GELUNG KECAMATAN PARON KABUPATEN NGAWI)
OLEH : FEBRISCA WAHENDRAS TAPRILIA K8408040
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juli 2012
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Febrisca Wahendras Taprilia. METODE BERCERITA UNTUK PENGEMBANGAN PERILAKU ANAK USIA DINI (Studi Kasus Di PAUD Al-Munir Desa Gelung Kec. Paron - Kab. Ngawi). Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Maret 2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Proses metode bercerita untuk pengembangan perilaku anak usia dini di PAUD Al-Munir, (2) Hambatan yang dialami dalam pengembangan perilaku anak usia dini melalui metode bercerita, (3) Cara mengatasi hambatan untuk pengembangan perilaku anak usia dini melalui metode bercerita. Penelitian ini mengambil lokasi di PAUD AL-MUNIR Desa Gelung Kecamatan Paron Kabupaten Ngawi. Bentuk penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan strategi penelitian studi kasus. Pengumpulan data didapatkan dari hasil wawancara dan observasi. Pengambilan informan menggunakan Purposive Sampling. Yang dijadikan informan adalah orang tua dari siswa dan guru dari PAUD AL-MUNIR. Teknik analisis data menggunakan analisis data interaktif yang terdiri dari reduksi data, analisis dan penarikan kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) Metode bercerita merupakan salah satu metode yang digunakan dalam pembelajaran di PAUD yang bertujuan untuk mengembangkan perilaku anak usia dini. Salah satu PAUD yang rutin menggunakan metode bercerita sebagai salah satu metode pembelajaran adalah PAUD AL-MUNIR yang berada di Desa Gelung. (2) Dalam pelaksanaannya metode bercerita mengalami beberapa hambatan yang berhubungan dengan anak dan orang tua. Diantaranya; (a) usia anak yang masih kecil sehingga sulit memahami cerita yang diberikan. (b) Masih lemahnya daya konsentrasi anak membuat anak sulit berkonsentrasi mendengarkan cerita yang dibacakan. (c) Rendahnya pendidikan orang tua yang membuat orang tua tidak mengetahui fungsi dari metode bercerita. (3) Untuk mengatasi hambatan tersebut guru harus; (a) menjelaskan cerita yang diberikan. (b) Selain itu guru harus mengajak anak berinteraksi dan terlibat dalam cerita yang dibacakan. (c) Kemudian pihak PAUD AL-MUNIR memberikan informasi pada orang tua mengenai perkembangan anak dan metode bercerita. Kata kunci: metode bercerita, pengembangan perilaku, pendidikan anak usia dini
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Febrisca Wahendras Taprilia. STORY TELLING METHOD FOR CHILDS BEHAVIOR DEVELOPMENT (Case Reseach in PAUD Al-Munir Gelung Village Paron-Ngawi. Essay, Surakarta: Teacher Faculty and Education Knowledge. Sebelas Maret surakarta University, Juli 2012. This research aims to find out: (1) Story telling prosess method for childs behavior development in PAUD Al-Munir, (2) The obstruction are happened in childs behavior development by story telling method, (3) Method to solve the obstruction for child behavior development by story telling method. This research take place in PAUD Al-Munir Gelung Village Paron Subdistrict Ngawi Regency. Type of this research is kualitatif research by case research strategy. Data collecting use interview and observation product. Informant chose by purposive sampling. Informants is parent of students and teacher from PAUD Al-Munir. Data analysis tehnique by interactive analysis technique are consist of data reduction, analysis, and conclusion taking. Based from product research can be conclused: (1) Story telling method one of many method are using within learning in PAUD are purpose childs behavior developing. One of many PAUD are routin used telling method as one of method learning is PAUD AL-MUNIR in Gelung Village. (2) In realization of story telling method, have some obstruction are related to childrens and they parents. Consist of: (a) Age of childrens are very young make them hard to understand story wich gived. (b) Consentration weakness of childrens make them hard to listening the story are readed. (c) Parents have low education so they don’t know fungtion of story telling method. (3) To solve the obstruction, teacher must: (a) Explain story are gived. (b) Teacher must ask childrens to interact and deeply involved in story are gived. (c) Side of PAUD AL-MUNIR giving information to parents about childrens development and story telling method. Keyword: story telling method, behavior development, age early children education
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
“Pendidikan adalah senjata paling dahsyat Yang dapat kita gunakan untuk mengubah dunia” (Nelson Madela)
“Karakter tidak dapat dibentuk dengan cara mudah dan murah Dengan mengalami ujian dan penderitaan karakter dikuatkan, Visi dijernihkan dan sukses diraih” (Helen Keller)
“Sikap adalah cermin diri Yang dapat dibentuk melalui kebiasaan” (Penulis)
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Skripsi ini aku persembahkan untuk : 1. Allah SWT yang telah memberikan rahmad serta hidayah-NYA 2. Ayahku Hendik Tejo Susetyo (Alm) dan Ibu tercinta Wahyu Kustiyah, terima kasih atas segala pengertian, kasih sayang, dukungan, bimbingan, kesabaran dan do’amu yang selalu menyertaiku. 3. Kakakku
atas
semangat
yang
selalu
diberikan 4. Keluarga besar Doni mbk Hana, Tiwi, Alin, Lutfi, Erma, Nurul, Reni, Sari, Hermin serta sahabatku Nadia, Dipta, Wahyu, Ika Novita atas dukungannya 5. Teman-teman Prodi Sosiologi Antropologi angkatan 2008 6. Almamater
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Untuk itu atas segala bentuk bantuan, peneliti menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat : 1. Bapak Prof.Dr.H.M. Furqon Hidayatulloh, M.Pd, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2. Bapak Drs. H. Saiful Bachri, M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sebelas Maret Surakarta, 3. Bapak Drs.MH. Sukarno, M.Pd, Ketua Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi Universitas Sebelas Maret Surakarta, 4. Ibu Dra. Siti Rokhani, M.Pd, Pembimbing I dan penasehat akademik yang dengan penuh kesabaran telah memberikan bimbingan dan saran-saran dalam penyusunan skripsi ini. 5. Bapak Yosafat Hermawan T., S.Sos M.A, selaku pembimbing II yang penuh kasih dan kesabaran memberikan masukan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 6. Ibu Chomisah Pengelola dan Kepala Sekolah PAUD AL-MUNIR yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian. Peneliti menyadari bahwa dalam proses penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu segala saran dan kritik dari pembaca yang budiman sangat diharapkan demi perbaikan skripsi ini. Surakarta,
Juli 2012
Peneliti
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI JUDUL ..........................................................................................................
i
PENGAJUAN .................................................................................................
ii
PERSETUJUAN .............................................................................................
iii
PENGESAHAN ..............................................................................................
iv
ABSTRAK ......................................................................................................
v
MOTTO ..........................................................................................................
vi
PERSEMBAHAN ...........................................................................................
vii
KATA PENGANTAR ....................................................................................
viii
DAFTAR ISI ...................................................................................................
xi
DAFTAR TABEL ...........................................................................................
xiii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................
xv
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang .....................................................................
1
B. Perumusan Masalah .............................................................
3
C. Tujuan Penelitian .................................................................
4
D. Manfaat Penelitian ...............................................................
4
KAJIAN TEORI A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian Relevan ..........................
5
1. Kajian Tentang Pendidikan ............................................
5
2. Kajian Tentang PAUD ...................................................
13
3. Perkambangan Anak ......................................................
15
4. Metode Pembelajaran......................................................
21
5. Teori Pembelajaran .........................................................
29
B. Kerangka Berfikir .................................................................
31
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
BAB III
BAB IV
BAB V
digilib.uns.ac.id
METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ..............................................
33
B. Bentuk dan Strategi Penelitian ............................................
34
C. Sumber Data .........................................................................
35
D. Taknik Pengambilan Informan .............................................
35
E. Teknik Pengumpulan Data ...................................................
36
F. Validitas Data........................................................................
37
G. Analisis Data Interaktif .........................................................
37
H. Prosedur Penelitian................................................................
38
HASIL PENELITIAN A. Diskripsi Lokasi Penelitian ..................................................
40
B. Diskripsi Temuan Penelitian ................................................
43
C. Pembahasan...........................................................................
46
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan ..............................................................................
54
B. Implikasi ...............................................................................
55
C. Saran .....................................................................................
56
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
98
LAMPIRAN ....................................................................................................
102
commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Penggunaan Wilayah Administratif Desa Gelung ..........................
40
Tabel 1.2 Mata Pencaharian Penduduk............................................................
41
Tabel 1.3 Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Gelung ...................................
41
Tabel 1.4 Metode yang Digunakan di PAUD Al-Munir..................................
47
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Denah Ruang Kelas PAUD AL-MUNIR .....................................
42
Gambar 1.2 Bagan Proses Pengembangan Perilaku Anak Melalui Metode Bercerita .............................................................
50
commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 Draft Pertanyaan......................................................................
62
LAMPIRAN 2 Susunan Kepengurusan PAUD Al-Munir ...............................
63
LAMPIRAN 3 Tata Tertib PAUD Al-Munir...................................................
64
LAMPIRAN 4 Kurikulum PAUD Al-Munir ...................................................
65
LAMPIRAN 5 Field Note................................................................................
67
LAMPIRAN 6 Foto Kegiatan Belajar Mengajar PAUD Al-Munir .................
78
LAMPIRAN 7 Contoh Cerita yang Digunakan dalam Metode Bercerita .......
81
LAMPIRAN 8 Contoh Format Raport Siswa ..................................................
91
LAMPIRAN 9 Peraturan Menteri Pendidikan RI............................................
93
LAMPIRAN 10 Surat Permohonan Ijin Penyusunan Skripsi ..........................
138
LAMPIRAN 11 Surat Keputusan Ijin Penyusunan Skripsi .............................
139
LAMPIRAN 12 Surat Permohonan Ijin Research ...........................................
140
LAMPIRAN 13 Surat Keterangan Penelitian ..................................................
142
commit to user xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangatlah penting untuk menyiapkan generasi penerus yang berkualitas. Generasi yang berkualitas hendaknya tidak hanya memiliki kecerdasan otak, tetapi juga didukung oleh perilaku yang baik sesuai nilai dan norma dalam masyarakat. Sayangnya pendidikan saat ini kurang menekankan pengembangan perilaku peserta didik. Padahal pengembangan perilaku yang sesuai dengan nilai dan norma dalam masyarakat sangat diperlukan sebagai bekal bagi generasi muda untuk menghadapi krisis kemerosotan moral saat ini. Pengembangan perilaku serta penanaman moral harus dilakukan sejak dini. Itu agar anak terbiasa dengan perilaku yang sesuai dengan nilai dan norma dalam masyarakat. Untuk itulah pendidikan usia dini sangat dibutuhkan. Melalui pendidikan usia dini anak dapat belasjar bersosialisasi dengan teman sebaya dan lingkungannya, juga diberikan pembelajaran serta penanaman moral. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 angka 14: “Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (pasal 1, butir 2:
Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 58 Tahun 2009)”. Pendidikan Anak Usia Dini sangatlah penting bagi perkembangan anak. Karena justru pada saat itulah merupakan saat yang tepat untuk mengajarkan nilai dan norma serta memaksimalkan kemampuan anak. Anggapan bahwa pendidikan yang penting adalah pada saat anak memasuki usia sekolah adalah anggapan yang kurang tepat. Ittihad (2009) berpendapat “Tidaklah benar bahwa proses belajar seorang anak baru dimulai ketika di sekolah dan masa-masa balita adalah tidak lebih daripada "masa bermain" saja
commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
2 digilib.uns.ac.id
(hlm.60)”. Hal ini merupakan pandangan yang keliru. Tony Setiabudhi & Hardywinoto (2002) menyatakan: Riset mutakhir membuktikan bahwa justru usia 5 sampai 6 tahun pertama seorang anak kurang lebih 50% dari sel-sel otak (neuron) berkembang tersambung-sambung. Persambungan antar sel-sel otak yang disebut neuron sangat penting sekali bagi perkembangan mental seseorang. Karena luas dan banyaknya, persambungan antar sel neuron itu merupakan kekuatan dasar utama dari terjaminnya pengembangan proses belajar dan pengembangan potensi mental seluruh hidup pemiliknya. Neuron-neuron adalah sel-sel otak utama dalam otak yang mengelola kegiatan mental otak. Makin banyak serta luas neuronneuron ini saling berhubungan, semakin banyak asosiasi yang dapat terbentuk, dan semakin banyak yang dapat dikombinasikan di dalam otak. Ini menyebabkan anak semakin cerdas dan kreatif. Itulah sebabnya, pendidikan anak hendaknya dimulai sejak dini, jauh sebelum ia masuk sekolah dasar, karena informasi yang diperoleh anak melalui inderanya merupakan rangsangan dan pendorong kuat bagi pengembangan neuron dan sambungan-sambungannya itu (hlm.4). Dengan begitu berarti pendidikan anak usia dini mempunyai peran penting bagi pengembangan anak. Awalnya pendidikan usia dini dilakukan dalam lingkungan keluarga. Seiring perkembangan dalam dunia pendidikan, pendidikan anak usia dini bisa dilaksanakan melalui lembaga PAUD. Bahkan saat ini dikalangan masyarakat, PAUD sangat populer. Pendidikan anak usia dini yang dilaksanakan melalui lembaga PAUD dinilai lebih efektif dalam mengembangkan anak. Menurut Isjoni (2009) ada beberapa metode yang digunakan dalam lembaga PAUD untuk pengembangan anak (hlm.87). Kesemua metode yang digunakan punya cara dan keistimewaan masing-masing serta membawa dampak yang berbeda dalam pengembangan anak. Metode merupakan salah satu fakor yang mempengaruhi pengembangan anak. Dalam lembaga PAUD Al-Munir metode yang lebih sering digunakan adalah metode bercerita. Metode bercerita ini biasanya sangat disukai oleh anak-anak. Anak-anak selalu tertarik dan menyukai cerita atau dongeng yang dibacakan baik oleh guru atau orang tua. Metode bercerita ini merupakan cara untuk meneruskan tradisi dari satu generasi ke generasi commit berikutnya (Gordon & Bbrownwne dalam to user
3 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Moeslichatoen,
1999).
Bercerita
juga
dapat
menjadi
media
untuk
menyampaikan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Dengan bercerita kita dapat mensosialisasikan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Dengan begitu secara tidak langsung perilaku yang sesuai dengan nilai dan norma sudah ditanamkan serta diperkenalkan pada anak. Selain itu metode ini dapat
mengembangkan
kemampuan
anak
dalam
berimajinasi
serta
mengembangkan kemampuan bahasanya juga daya kreatifitasnya dan ingatan saat menerima nasehat dari cerita yang dibacakan. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan metode bercerita. Pertama, Intonasi yaitu nada suara saat membawakan cerita. Kedua, Ekspresi yaitu mimik wajah saat membawakan cerita yang dapat melatih imajinasi dari siswa. Ketiga, Gerak merupakan gerakan tangan ataupun badan saat membacakan cerita. B. Perumusan Masalah Dari latar belakang di atas, maka dapat disimpulkan rumusan masalah mengenai PAUD, yaitu: 1. Bagaimana proses metode bercerita untuk pengembangan perilaku anak usia dini di PAUD Al-Munir? 2. Apa hambatan dan tantangan yang dialami dalam pengembangan perilaku anak usia dini melalui metode bercerita? 3. Bagaimana cara mengatasi hambatan dan tantangan untuk pengembangan perilaku anak usia dini melalui metode bercerita?
C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui proses metode bercerita untuk pengembangan perilaku anak usia dini di PAUD Al-Munir 2. Untuk mengetahui hambatan dan tantangan pengembangan perilaku anak usia dini melalui metode bercerita commit to user
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Untuk mengetahui cara mengatasi hambatan dan tantangan dalam pengembangan perilaku anak usia dini melalui metode bercerita D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Masyarakat a. Memberi informasi dan pemahaman kepada masyarakat berkaitan dengan metode bercerita untuk pengembangan perilaku anak usia dini. b. Mengetahui pentingnya pengembangan perilaku anak usia dini c. Memberikan informasi tentang hambatan dan tantangan yang terjadi dalam pengembangan perilaku anak usia dini melalui metode bercerita d. Mengetahui
cara
mengatasi
hambatan
dan
tantangan
dalam
pengembangan perilaku anak usia dini melalui metode bercerita 2. Bagi Peneliti a. Menambah pengetahuan dan informasi bagi peneliti mengenai metode bercerita untuk pengembangan perilaku anak usia dini. b. Memberikan informasi tentang hambatan dan tantangan yang terjadi dalam pengembangan perilaku anak usia dini melalui metode bercerita c. Mengetahui
cara
mengatasi
hambatan
dan
tantangan
pengembangan perilaku anak usia dini melalui metode bercerita
commit to user
dalam
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Daftar Pustaka Ittihad.Metode Pembelajaran Pada Anak Prasekolah.Jurnal Kopertis Wilayah XI Kalimantan, Volume 7 No.12 Oktober 2009
Drs. Isjoni, M.SI, PH.D.2009.Model Pembelajaran Anak Usia Dini.Bandung : Alfebeta http://www.paud.kemdiknas.go.id/assets/site_inventories/download/peraturan/uud_sisdik nas.pdf diakses tanggal 12 Januari pukul 10.00
Lilis Suryani, S.Pd, Azizah Muis, S.Pd, Winda Gunarti, S.Pd.2008.Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar Anak Usia Dini.Jakarta : Universits Terbuka.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teori Dan Hasil Penelitian Yang Relevan 1. Kajian Tentang Pendidikan a. Pengertian Pendidikan Pendidikan sangatlah penting baik untuk individu maupun masyarakat. Bagi individu, semakin tinggi pendidikannya maka individu tersebut akan memiliki potensi yang semakin baik pula. Begitupun dengan masyarakat. Semakin meratanya pendidikan dalam masyarakat dan semakin tinggi pendidikan maka perkembangan masyarakat ke arah yang lebih maju dapat dengan mudah terjadi. Kemajuan sebuah negara juga tergantung pada tingkat pendidikannya. Bila penduduk suatu negara punya tingkat pendidikan yang memadai maka masyarakatnya akan memiliki pemikiran yang terbuka dan kreatif, sehingga negara akan mengalami perkembangan yang pesat. Ada beberapa pengertian pendidikan menurut para ahli. Berikut adalah beberapa pengertian pendidikan. Crow dan Crow mengemukakan bahwa “pendidikan merupakan proses yang berisi berbagai macam kegiatan yang cocok bagi individu untuk kehidupan sosialnya dan membantu meneruskan adat dan budaya serta kelembagaan sosial dari generasi ke generasi” (Arif Rohman, 2009: hlm.6). Ath Soedomo Hadi (2003) berpendapat bahwa “Pendidikan adalah pengaruh bantuan atau tatanan yang diberikan oleh orang yang bertanggung jawab kepada anak didik” (hlm.18). John Dewey mengartikan “pendidikan adalah suatu proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental baik secara intelektual, maupun emosional ke arah alam dan sesama ilmu manusia” (Arif Rohman, 2009: hlm.6). Sudirman N, Tabrani Rusyan, Zainal Arifin, dan Toto commit to user Fathoni (1987) mengungkapkan bahwa “istilah pendidikan terjemahan dari 5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6
bahasa Yunani yaitu Paedagogie...berarti bimbingan yang diberikan pada anak”(hlm.4).
Langeveld
mengatakan
bahwa
“Mendidik
adalah
mempengaruhi anak dalam usahanya mengembangkan anak menjadi dewasa” (Ath Soedomo Hadi, 2003: hlm.17). dengan kata lain mendidik berarti mendewasakan anak dan menyiapkan anak dengan memberi bekal agar dapat hidup dalam masyarakat. Hoogveld berpendapat bahwa ”Mendidik adalah membantu anak supaya anak itu kelak cakap menyelesaikan tugas hidupnya atas tanggungan sendiri” (Ath Soedomo Hadi, 2003: hlm.17). Sudirman N, Tabrani Rusyan, Zainal Arifin, dan Toto Fathoni (1987) mengungkapkan bahwa “pendidikan adalah suatu keseluruhan karya insani yang terbentuk dari bagian-bagian yang mempunyai hubungan fungsional dalam membantu terjadinya proses trasformssi atau perubahan tingkahlaku seseorang hingga mencapai kualitas hidup yang diharapkan” (hlm.3). Ki Hajar Dewantara mengartikan “pendidikan adalah segala usaha menuntun segenap kekatan kodrat yang ada pada anak baik sebagai individu manusia maupun sebagai anggota masyarakat agar dapat mencapai kesempurnaan hidup” (Arif Rohman, 2009: hlm.8). S. Brojonagoro mengatakan “Mendidik ialah memberi tuntunan kepada manusia yang belum dewasa dalam pertumbuhan dan perkembangan sampai dengan tercapainya kedewasaan dalam arti rohani dan jasmani” (Ath Soedomo Hadi, 2003: h.17). Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 1: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.
Dari kesemua pengertian tersebut dapat kita simpulkan bahwa pendidikan merupakan usaha yang direncanakan untuk mendidik individu commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7
dengan memberikan ilmu pengetahuan maupun nilai dan norma masyarakat serta ketrampilan dengan tujuan mendewasakan manusia dan memanusiakan
manusia
sebagai
bekal
individu
dalam
hidup
untuk
dapat
bermasyarakat. b. Unsur-unsur pendidikan Dalam
pendidikan
diperlukan
unsur-unsur
menjalankan pendidikan. Unsur-unsur pendidikan merupakan komponen penting yang harus dipersiapkan dengan baik untuk mendukung jalannya pendidikan. Kesemua unsur dalam pendidikan saling berkaitan seperti sebuah sistem. Bila salah satu unsur pendidikan tidak ada atau tidak berjalan dengan baik dan terganggu, maka hal itu juga akan mempengaruhi unsur-unsur yang lain juga. Hal itu menyebabkan jalannya pendidikan menjadi terganggu sehingga tujuan dari pendidikan sulit tercapai. Sebaliknya bila kesemua unsur berjalan dengan baik maka pendidikan akan berjalan dengan lancar sesuai dengan yang diharapkan. Dengan begitu tujuan dari pendidikan mudah tercapai. Adapun unsur pendidikan tersebut menurut Umar Tirtarahardja & La Sulo(2005) yaitu: 1. Peserta didik 2. Pendidik 3. Interaksi antara peserta didik dengan pendidik 4. Tujuan pendidikan 5. Materi pendidikan 6. Alat dan metode 7. Lingkungan pendidikan. (hlm.52)
Berikut adalah penjelasan dari unsur-unsur pendidikan. 1) Peserta didik Peserta didik merupakan individu-individu yang dididik dan diberikan ilmu pengetahuan dengan tujuan mendewasakan dan memanusiakan manusia. Usia peserta didik tidak terbatas, kecuali dalam pendidikan formal (SD, SMP, SMA). Ilmu yang diberikan merupakan bekal bagi peserta didik untuk dapat hidup bermasyarakat commit to user dan menyesuaikan diri dalam masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8
2) Pendidik Merupakan
orang
yang
bertanggung
jawab
terhadap
pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik. Pendidik memberikan ilmu dan ketrampilan yang sekiranya dibutuhkan oleh peserta didik untuk hidup dalam masyarakat. Pendidik juga bertanggung jawab mengajarkan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat juga. Saat ini tugas dari peseta didik lebih sulit dan lebih banyak. Pendidik tidak hanya menyampaikan materi pelajaran saja, tetapi juga ikut mengawasi dan membantu siswa yang mempunyai permasalahan dilur kelas. Siswa yang mempunyai masalah diluar kelas baik masalah dengan orang tua atau teman sebaya akan berpengaruh pada proses belajar siswa didalam kelas. Siswa akan sulit berkonsentrasi saat pelajaran berlangsung. Itu menyebabkan proses pembelajaran terganggu. Untuk itu guru harus memberikan saran dan membantu siswa dalam menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi. Disini peran dari orangtua juga penting dalam membantu penyelesaian masalah agar proses pembelajaran berjalan lancar. 3) Interaksi antara peserta didik dengan pendidik Interaksi sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Melalui interaksi individu dapat mempelajari banyak hal dan melakukan sosialisasi ditempat individu tersebut berinteraksi. Umar Tirtarahardja & La Sulo (2005) mengungkapkan bahwa “Interaksi antara peserta didik dengan pendidik disebut juga interaksi edukatif. Yaitu komunikasi timbal balik antara peserta didik dengan pendidik yang terarah pada tujuan pendidikan” (hlm.56). Pencapaian tujuan pendidikan secara optimal ditempuh melalui proses berkomunikasi secara intensif dengan memanipulasi isi, metode serta alat-alat pendidikan. Selain itu interaksi antar peserta didik juga harus diperhatikan, mengingat commit to user peserta didik lebih sering melakukan interaksi dengan teman sebaya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9
atau sesama peserta didik. Melalui interaksi tersebut anak akan belajar bergaul dan bersosialisasi dalam sebuah kelompok. Dari interaksi antar peserta didik kita dapat melihat apakah anak sudah bisa bersosialisasi dengan baik dalam sebuah kelompok atau belum. Ini dapat dilihat dari hubungan antar peserta didik misalnya, apakah anak sudah bisa berbagi mainan dengan temannya atau belum atau apakah anak dapat menjalin hubungan yang baik dengan temannya atau belum. Anak dapat dianggap sudah bisa bersosialisasi dengan baik bila anak dapat berbagi mainan dengan temannya, dan menjalin hubungan yang baik dengan peserta didik lainnya. Sedangkan bila anak masih belum bisa berbagi mainan dengan temannya atau belum dapat menjalin hubungan yang baik dengan teman maka anak dianggap masih belum siap untuk bersosialisasi dalam sebuah kelompok 4) Tujuan pendidikan Tujuan pendidikan merupakan sesuatu yang dirancang dan harus dicapai melalui proses pendidikan.
Karena itu tujuan
pendidikan memiliki dua fungsi yaitu memberi arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan. Ada beberapa macam tujuan dalam pendidikan menurut Umar Tirtarahardja & La Sulo (2005) antara lain: a) Tujuan umum pendidikan nasional Indonesia adalah manusia Pancasila. b) Tujuan institusional yaitu tujuan yang menjadi tugas dari lembaga pendidikan tertentu untuk mencapainya. c) Tujuan kurikuler yaitu tujuan bidang studi atau tujuan mata pelajaran. d) Tujuan instruksional yaitu penguasaan materi pokok bahasan/ subpokok bahasan. (hlm.39)
a) Tujuan umum pendidikan nasional Telah disebutkan bahwa tujuan umum pendidikan commit to user nasional adalah manusia Pancasila. Madksudnya pendidikan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10
nasional bertujuan membentuk manusia yang baik yang sesuai dengan Pancasila. Dengan begitu masyarakat akan memasukkan nilai-nilai pancasila dalam norma dan perilaku yang dilakukan. Hanya saja sekarang pendidikan pancasila kurang diterapkan pada generasi muda. Akibatnya banyak generasi muda malah mengalami kemerosotan moral. b) Tujuan institusional Tujuan institusional biasanya ditentukan oleh lembaga pendidikan tertentu. Karena tujuan ditentukan dan dibuat oleh lembaga pendidikan tertentu maka tujuan pada masing-maing lembaga akan berbeda. Tujuan yang dibuat untuk PAUD akan berbeda dengan tujuan yang dibuat untuk SD, SMP, atau SMA. Masing
masing
lembaga
harus
dapat
mencapai
tujuan
institusional yang telah dibuat agar tujuan nasional dapat tercapai. c) Tujuan kurikuler Tujuan kurikuler ini terdapat dalam bidang studi. Masing-masing bidang studi akan memiliki tujuan yang berbeda dengan bidang studi lainnya. Misalnya saja tujuan dari mata pelajaran IPA kan berbeda dengan tujuan pelajaran IPS. d) Tujuan instruksional Merupakan tujuan yang terdapat pada setiap bab pada mata pelajaran. Masing masing bab pada sebuah mata pelajaran akan memiliki tujuan berbeda yang haris dicapai oleh siswa. Umar Tirtarahardja dan La Sulo (2005) mengugkapkan “tujuan pokok
bahasan
dan
subpokok
bahasan
disebut
tujuan
instriksional...”. 5) Materi pendidikan Materi ini merupakan isi dari pendidikan yang akan disampaikan pada peserta didik. Biasanya telah terdapat dalam commit to user kurikulum sebagai sarana pencapaian tujuan. Umar Tirtarahardja & La
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11
Sulo (2005) menyatakan bahwa “Materi ini meliputi materi inti maupun muatan lokal” (hlm.56). Materi inti biasanya berisi mata pelajaran wajib yang berupa ilmu pengetahuan baik alam maupun sosial yang diberikan pada siswa. Sedangkan muatan lokal
berisi
materi yang dapat mengembangkan kreatifitas dan ketrampilan siswa misalnya tataboga, tatabusana, pelajaran komputer dan masih banyak lagi. 6) Alat dan metode Alat dan metode diartikan sebagai segala sesuatu yang dilakukan dan diadakan dengan sengaja untuk mencapai tujuan pendidikan. Alat merupakan suaru barang yang digunakan untuk mendukung proses pembelajaran. Ada banyak alat yang bisa digunakan misalnya LCD, laptop, gambar, dan masih banyak lagi. Sedangkan metode diperlukan sebagai cara untuk menyampaikan materi pelajaran pada peserta didik. 7) Lingkungan pendidikan Lingkungan pendidikan merupakan tempat dimana peserta didik
mendapatkan
dan
menjalani
proses
pendidikan.
Umar
Tirtarahardja & La Sulo (2005) menyatakan bahwa “Manusia selalu akan menerima pengaruh dari 3 lingkungan pendidikan yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat dan ketiga lingkungan tersebut biasa disebut tri pusat pendidikan”(hlm. 166). Ketiga lingkungan ini berperan penting dalam proses pembelajaran siswa serta mempengarui hasil dari pembelajaran. Bila kesemua lingkungan mendukung dan menyediakan
lingkungan
belajar
yang
kondusif
maka
hasil
pembelajaran juga akan bisa maksimal. Tetapi jika salah satu lingkungan kurang mendukung serta memberikan lingkungan belajar yang kurang kondusif maka hasil pembelajaran akan kulang maksimal dan tujuan pembelajaran akan sulit tercapai. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendidikan Ada beberapa faktor menurut Slameto yang dapat mempengaruhi pendidikan bagi peserta didik. Beberapa faktor tersebut antara lain: 1) Kurikulum Kurikulum
merupakan
cara
untuk
menyampaikan
pembelajaran kepada siswa. Dalam kurikulum terdapat tujuan-tujuan pembelajaran yang telah dirancang dan harus dicapai dari proses pendidikan. Sayangnya tidak semua kurikulum sesuai dan cocok digunkan untuk pembelajaran. Untuk itu kurikulum haruslah dirancang dengan pemikiran yang matang. Dalam dunia pendidikan di Indonesia beberapa waktu lalu, perubahan kurikulum sering terjadi. Sayangnya peserta didik sepertinya belum dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap perubahan kurikulum yang terus terjadi. Karena hal itu tujuan pendidikan akan sulit tercapai. 2) Pendidik Pendidik punya tugas menyampaikan materi pelajaran kepada siswa. Tidak hanya itu, pendidik juga harus menanamkan nilai dan norma pada pesert didik. Saat ini pendidik punya tugas yang cukup banyak terkait dengan peserta didik. Pendidik harus peka terhadap kesulitan ataupun masalah yang dialami peserta didik baik di kelas, di sekolah maupun diluar sekolah. Itu karena masalah yang dialami siswa dapat mempengaruhi konsentrasi siswa saat menerima pelajaran. Siswa yang memiliki masalah-masalah, daya konsentrasinya akan berkurang di dalam kelas sehingga siswa akan lebih sulit menyerap dan memahami pelajarn atau materi yang diberikan. 3) Sarana Prasarana Sarana prasarana merupakan semua fasilitas yang dapat digunakan untuk mendukung kegiatan pembelajaran, dapat berupa ruang kelas ataupun media pembelajaran. Sarana prasarana yang commit to user lengkap dapat membuat proses pembelajaran semakin berjalan baik.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13
Misalnya saja dengan adanya media pembelajaran. Media merupakan benda atau alat yang digunakan untuk membantu menyampaikan materi pelajaran. Dengan adanya media misalnya gambar dan lain sebagainya membuat siswa lebih mudah memahami materi yang diberikan. Atau adanya buku-buku yang berkaitan dengan materi pelajaran juga akan mendukung kegiatan belajar. Dengan begitu proses pembelajaran dapat berjalan secara maksimal. 4) Anggaran dan Administrasi Anggaran
disini
diperlukan
untuk
melengkapi
sarana
prasarana dalam rangka mendukung kegiatan belajar mengajar. Tanpa anggaran yang cukup maka kelengkapan sarana prasarana akan berkurang sehingga proses pembelajaran terkesan kurang maksimal. Tetapi bila anggaran yang ada cukup untuk memberikan sarana prasarana yang layak maka kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan maksimal dan tujuan pendidikan akan tercapai dengan mudah. Administrasi diperlukan untuk mengelola anggaran yang ada agar dapat disalurkan dan digunakan dengan baik dan terencana. Keluar masuknya anggaran akan diprogram dan diatur sedemikian rupa sehingga terencana dengn baik. Tanpa adanya administrasi yang baik maka pemasukan anggaran dan pengeluaran anggaran akan terkesan carut marut dan kurang teratur. Sehingga penyaluran anggaran untuk kelengkapan sarana prasarana atau keperlun lain kurang teratur dan kurang maksimal. 2. Kajian Tentang PAUD Pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan jenjang pendidikan yang diperuntukkan bagi anak usia prasekolah di mana anak belum memasuki pendidikan formal. Pada saat inilah potensi dan kecerdasan anak justru dapat dikembangkan
secara
maksimal.
Isjoni
(2009)
berpendapat
bahwa
“Mengembangkan potensi anak secara terarah pada rentang usia tersebut akan commit to user berdampak pada kehidupan masa depannya. Sebaliknya, pengembangan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14
potensi anak yang asal-asalan akan berakibat pada potensi anak yang jauh dari harapan” (hlm.11). PAUD berfungsi membina peserta didik, mengajarkan serta menanamkan nilai-nilai sosial yang terdapat dalam masyarakat juga memberikan rangsangan yang sesuai dengan tahap tumbuh kembang anak. Dengan begitu perkembangan anak dapat dimaksimalkan. Selain itu anak juga sudah mulai belajar untuk bersosialisasi dengan orang lain selain keluarga dan mempersiapkan siswa untuk memasuki pendidikan lebih lanjut. Seperti dalam pasal 1 butir 14 UU No.20 Tahun 2003: PAUD itu sendiri merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (Isjoni: 2009, hlm.12).
PAUD sudah ada di Indonesia sejak lama. Sejak zaman kerajaan dan penjajahan, PAUD sudah diselenggarakan secara sederhana. Saat itu anak bangsawan belajar hal-hal yang berbeda dengan pendidikan PAUD saat ini. Dulu anak-anak belajar ilmu-ilmu kanuragan, baca, tulis, dan ketrampilan lain pada seorang empu. Pada saat itu yang memiliki kesempatan untuk belajar hanya anak laki-laki saja. Slamet Suyanto (2005) mengungkapkan bahwa “Pada zaman kerajaan, anak-anak raja belajar dari para empu...anak-anak rakyat biasa belajar dipadepokan” (hlm.23). Kemudian PAUD semakin berkembang hingga saat sekarang. Pembelajaran dalam PAUD bersifat fleksibel, tidak seperti pendidikan formal yang terstruktur. Pembelajaran dapat diubah kapan saja sesuai dengan keadaan siswa. Bila siswa sudah mulai bosan dengan materi atau kegiatan yang dilakukan maka pendidik harus segera mengganti kegiatan tersebut dengan kegiatan yang lebih menarik minat siswa. Ini disebabkan karena usia anak masih kecil sehingga daya konsentrasi belum begitu tinggi. Dengan begitu anak akan mudah bosan terhadap kegiatan yang dilakukan. commit to user Bila anak tetap dipaksa untuk menyelesaikan kegiatan tersebut sedangkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15
anak sudah bosan, maka anak akan merasa tertekan dan pengembangan anak tidak akan berjalan maksimal. 3. Perkembangan Anak Perkembangan
anak
tidak
sama
dengan
pertumbuhannya.
Pertumbuhan menjelaskan perubahan dalam ukuran secara fisik sedangkan perkembangan adalah perubahan dalam kompleksitas dan fungsinya juga dalam hal sikap serta kedewasaan individu. Setiap individu memiliki perkembangan yang berbeda antara yang satu dengan yang lain. Dikatakan bahwa semua anak berkembang tetapi beberapa anak berkembang lebih cepat sedangkan yang lain lebih lambat. Agar perkembangan anak bisa maksimal, anak harus diberi rangsangan sesuai dengan tahap perkembangan anak tersebut. Menurut Piaget proses belajar harus disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif yang dilalui anak, yang dalam hal ini dibagi menjadi 4 tahapan, yaitu (a) tahap sensori-motor (ketika anak berumur 02 tahun), (b) tahap pra-operasional (2-7 tahun), (c) tahap operasional konkrit (7-11 tahun), dan (d) tahap operasional formal (11-18 tahun) (Isjoni: 2009, h.77).
Ada perkembangan yang harus dilalui anak. Perkembangan tersebut antara lain sebagai berikut. a. Perkembangan fisik Perkembangan fisik anak sangat penting untuk mendukung aktifitas yang dapat dilakukan anak. Perkembangan fisik anak meliputi bertambahnya tinggi badan, berat badan, otot dan lemak yang semakin bertambah, ukuran tulang, pertumbuhan gigi, berubahnya bentuk tubuh juga semakin berkembangnya fungsi organ tubuh dan organ vital dengan baik. Perkembangan fisik anak dapat dipengaruhi oleh kesehatan anak tersebut, gizi yang didapat dan faktor genetik. Anak yang sehat maka perkembangan fisiknya tidak akan terganggu. Selain itu dalam masa perkembangan, gizi anak harus terpenuhi agar perkembangan fisiknya bisa maksimal. Faktor genetik commit juga punya pengaruh dalam perkembangan fisik to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16
anak. Anak akan mewarisi gen dari orang tua sehingga postur tubuh dan perkembangan fisiknya akan mirip dengan orang tuanya. b. Perkembangan Motorik Perkembangan motorik merupakan perkembangan anak dalam hal menggerakkan dan menggunakan anggota badan seperti tangan dan kaki. Sejak lahir anak akan segera mengembangkan kemampuan motoriknya. Misalnya mengedipkan mata, tersenyum, lama kelamaan anak akan memiringkan badan kemudian tengkurap dan seterusnya. Anak juga mulai belajar memegang benda-benda disekitarnya, merangkak dan mulai belajar berjalan. Kemampuan motorik anak akan terus berkembang sampai semua fungsi bagian tubuh dapat maksimal. Perkembangan motorik juga harus mendapat rangsangan yang tepat agar perkembangan motorik anak dapat maksimal. Tujuan dari perkembangan motorik itu sendiri baik motorik kasar ataupun halus menurut seorang pakar pendidikan dalam bukunya “Pembelajaran Kooperatif Untuk Menigkatkan Ketrampilan Anak TK” (2004) adalah sebagai berikut Tujuan pengembangan motorik kasar 1) Mampu meningkatkan ketrampilan gerak 2) Mampu memelihara dan meningkatkan kebugaran jasmani 3) Mampu menanamkan sikap percaya diri 4) Mampu bekerja sama Tujuan pengembangan motorik halus 1) Mampu memfungsikan otot-otot kecil seperti gerakan jari tangan 2) Mampu mengkoordinasiakna kecepatan tangan dengan mata 3) Mampu mengendalikan emosi. (hlm.143)
Perkembangan motorik baik motorik kasar ataupun halus memiliki fungsi tersendiri bagi perkembangan anak. Berikut adalah fungsi dan tujuan tersebut menurut seorang pakar pendidikan dalam bukunya “Pembelajaran Kooperatif Untuk Menigkatkan Ketrampilan Anak TK” (2004) : a. Fungsi perkembangan motorik kasar 1) Alat pemacu pertumbuhan dan perkembangan jasmani, rohani commit to user dan kesehatan untuk anak
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17
2) Sebagai alat membentuk, membangun, serta memperkuat tubuh anak 3) Melatih ketrampilan dan ketangkasan gerak juga daya pikir 4) Alat meningkatkan perkembangan emosional 5) Alat untuk menumbuhkan perasaan senang dan memahami kesehatan pribadi b. Fungsi perkembangan motorik halus 1) Alat untuk megembangkan ketrampilan gerak kedua tangan 2) Alat mengembangkan koordinasi kecepatan tangan dan gerakan mata 3) Alat untuk melatih penguasaan emosi. (hlm.144) c. Perkembangan Bahasa Bahasa
merupakan
alat
yang
digunakan
manusia
untuk
berkomunikasi dengan manusia lainnya. Individu mempelajari bahasa sejak masih bayi. Hanya saja bahasa yang digunakan berbeda. Bayi menggungkapkan keingginannya dengan cara menangis. Menangis menjadi cara untuk mengungkapkan keinginan dan perasaan sebelum mengenal bahasa secara lisan. Saat merasa tidak nyaman bayipun juga mengungkapkannya dengan cara menangis. Seiring dengan bertambahnya usia anak, anak akan mulai belajar mengucapkan satu kata atau dau kata bahasa lisan. Akhirnya anak akan dapat merangkai kalimat untuk mengungkapkan keinginannya. d. Perkembangan Sosial Emosional Emosi merupakan ungkapan perasaan yang dialami oleh manusia. Manusia memiliki banyak emosi, baik senang, sedih, kecewa, marah dan masih banyak lagi. Goleman (1994) menyatakan bahwa “emosi merujuk pada suatu perasaan atau pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikolgis serta serangkaian kecenderungan untuk bertindak” (Ali Nugraha dkk, 2004: hlm.1.2). Emosi yang dialami oleh manusia membuat manusia terdorong untuk melakukan suatu tindakan. Tindakan yang dilakukan tersebut karena adanya peristiwa yang membuat individu merasakan sebuah emosi. Saat individu merasa sedih individu tersebut commit to user akan terdorong untuk menangis. Atau saat marah, individu akan terdorong
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18
melakukan perilaku seperti berteriak, mengumpat, memukul atau melempar barang. Syamsuddin (1990: hlm.69) mengemukakan bahwa “emosi merupakan suatu suasana yang kompleks dan getaran jiwa yang menyertai atau muncul sebelum atau sesudah terjadinya perilaku” (Ali Nugraha dkk, 2004: hlm.1.2). Syamsuddin berpendapat bahwa emosi manusia bisa muncul karena adanya perilaku yang telah terjadi atau bisa juga emosi memunculkan perilaku tertentu. Emosi yang muncul karena adanya perilaku yang terjadi sebelumnya misalnya seorang anak mainannya direbut oleh anak lain, karena merasa sedih mainannya direbut maka anak tersebut menangis. Disini emosi sedih anak tersebut memunculkan perilaku menangis yang dikarenakan karena adanya perilaku anak lain yang merebut mainannya. Emosi tentunya memiliki fungsi penting dalam pengembangan perilaku anak. Dengan emosi anak akan
belajar
berekspresi
dan
mengungkapkan
perasaan
serta
kebutuhannya. Fungsi dan peran emosi dalam kebutuhan anak menurut Ali Nugraha dkk (2004) adalah sebagai berikut: 1. Merupakan bentuk komunikasi sehingga anak dapat menyatakan segala kebutuhan dan perasaannya pada orang lain. 2. Emosi berperan dalam mempengaruhi kepribadian dan penyesuaian diri anak dengan lingkungan sosialnya, antara lain sebagai berikut. a. Tingkah laku emosi anak yang ditampilkan merupakan sumber penilaian lingkungan sosial terhadap dirinya.... b. Emosi menyenangkan atau tidak menyenangkan dapat mempengaruhi interaksi sosial anak melalui reaksi-reaksi yang ditampilkan lingkungannya.... c. Emosi dapat mempengaruhi iklim psikologis lingkungan....jika seorang anak pemarah dalam suatu kelompok maka dapat mempengaruhi kondisi psikologis lingkungannya saat itu, misalnya permainan jadi tidak menyenangkan, timbul pertengkaran, atau malah bubar. d. Tingkat laku yang sama dan ditampilkan secara berulang dapat menjadi suatu kebiasaan... e. Ketegasan emosi yang dimiliki seorang anak dapat menghambat atau mengganggu aktifitas motorik dan mental anak...anak akan menolak aktifitas finger painting karena takut mengotori bajunya commit to user dan takut dimarahi orang tuanya... (hlm.1.5)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19
Pada masa anak-anak, emosi sangat kuat sehingga anak cenderung sulit diatur. Anak akan lebih mudah merasakan emosi senang, sedih, marah dan ekspresi lain. Biasanya ekspresi tersebut kadang terjadi secara berlebihan. Misalnya saja saat anak mendapat mainan baru, anak akan merasa sangat senang atau saat mainannya diambil oleh temannya ia akan marah dan menangis dengan kerasnya. Dari fungsi diatas dapat kita lihat bahwa pengembangan sosial emosional anak sangat penting bagi perkembangan anak. Pengembangan sosial emosional dibutuhkan anak untuk bersosialisasi dalam lingkungan. Bila sosial emosional anak dapat dikembangkan dengan baik dan maksimal, maka anak akan lebih mudah dalam melakukan sosialisasi dengan lingkungan. Tetapi bila perkembangan sosial emosional anak kurang baik maka anak akan menemui kesulitan dan hambatan dalam bersosialisasi. e. Perkembangan Moral Moral merupakan perilaku yang ditunjukkan oleh individu. Moral individu dipengaruhi oleh pergaulan, perkembangan zaman serta lingkungan. Sayangnya saat ini generasi muda mengalami kemerosotan moral akibat globalisasi. Generasi muda tidak hanya mengadopsi kecanggihan IPTEK tetapi juga mengikuti gaya hidup masyarakat global yang kurang sesuai dengan nilai serta norma bangsa. Untuk itu perkembangan moral individu harus dilakukan sejak dini. Menurut Otib Satibi Hidayat (2004) “Individu pada dasarnya mengalami pola perkembangan yang sama” (hlm.1.4) hanya saja kecepatan perkembangan masing-masing individu berbeda. 3 fase tahap perkembangan moral menurut Otib Satibi Hidayat (2004) 1. Fase Pre Moral atau pre conventional; pada level ini sikap dan perilaku manusia banyak dilandasi oleh impuls biologis dan sosial 2. Tingkat konvensional; perkembangan moral manusia pada tahapan ini banyak didasari oleh sikap kritis kelompoknya. 3. Autonomus; pada tahap ini perkembangan moral manusia banyak commit to user dilandaskan pada pola pikirannya sendiri. (hlm.1.4)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20
Perkembangan moral anak sangat penting dan dibutuhkan dalam bersosialisasi. Perkembangan moral anak yang baik akan mempermudah anak dalam bersosialisasi. Perkembangan moral yang baik tentunya harus sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat serta sesuai dengan nilai-nilai agama. Dengan begitu anak tidak akan mengalalmi hambatan dalam bersosialisasi. f. Perkembangan Sosialisasi Sosialisasi diperlukan anak untuk dapat masuk dalam masyarakat. Orang tua ataupun pendidik punya tugas melatih dan mengajarkan anak cara
sosialisasi.
Sejak
kecil
anak
mempunyai
kecenderungan
bersosialisasi. Anak mulai punya ketertarikan untuk bermain dengan anak lain. Setelah itu anak akan mulai melakukan kontak dengan anak lain. Dari situ lama kelamaan tanpa sadar anak akan melakukan sosialisasi. Dari situ anak akan belajar cara bersosialisasi dengan teman bermain. g. Perkembangan Pengertian Saat anak mulai dapat berkomunikasi anak akan memiliki rasa keingin tahuan yang tinggi pada hal-hal disekitarnya. Mulanya anak mulai penasaran pada hal-hal tertentu kemudian mulai bertanya pada orang tuanya. Bila sudah seperti itu akan akan banyak bertanya, bukan karena dia bodoh tetapi karena rasa keingin tahuan yang tinggi. Saat anak mengajukan pertanyaan, orang tua harus memberi penjelasan dengan baik agar anak mengerti dengan begitu anak akan mengerti banyak hal. Bila orang tua tidak mau menjawab atau bahkan memarahi anak yang terus menerus bertanya maka anak akan malas untuk bertanya lagi sehingga pengertian dan pengetahuannya kurang berkembang maksimal. h. Perkembangan Kepribadian Perkembangan kepribadian anak sangat dipengaruhi oleh pola asuh orang tua. Bila dalam lingkungan keluarga anak cenderung dilarang untuk melakukan ini itu maka anak akan tumbuh sebagai individu yang commit to user penakut dan cenderung kurang mandiri karena membutuhkan persetujuan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21
orang lain untuk melakukan sesuatu. Masih banyak lagi contoh perkembngan kepribadian anak yang dipengaruhi oleh orang tua. Untuk itu orang tua harus benar-benar mempersiapkan perkembangan kepribadian anak karena hal itu akan sangat penting untuk perkembangan anak dimasa yang akan datang. 4. Metode Pembelajaran a. Pengertian Metode pembelajaran merupakan cara yang digunakan oleh pendidik untuk menyampaikan materi kepada peserta didik dengan tujuan mengembangkan potensi atau kemampuan peserta didik. Ketika melakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran pada anak usia dini menurut Isjoni (2009) ada beberapa prinsip metode pembelajaran untuk anak usia dini yang harus diperhatikan antara lain: a. Berpusat pada anak b. Partisipasi aktif c. Bersifat holistik dan integratif d. Fleksibel e. Perbedaan individual. (hlm.84) Berikut adalah penjelasan dari prinsip yang harus diperhatikan untuk kegiatan pembelajaran anak usia dini. 1) Berpusat pada anak Artinya penerapan metode berdasarkan kebutuhan dan kondisi anak, bukan berdasarkan keinginan dan kemampuan pendidik. Disini pendidik harus menyesuaikan pada kebutuhan peserta didik. Pendidik harus memberikan rangsangan sesuai dengan tahapan perkembangan peserta didik. Dengan demikian anak diberi kesempatan untuk terlibat secara aktif baik fisik maupun mentalnya. 2) Partisipasi aktif Maksudnya dalam penerapan metode pembelajaran anak diajak terlibat langsung dalam proses dan kegiatan belajar mengajar.
commit“Anak to useradalah subjek dan pelaku utama Isjoni (2009) mengatakan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22
dalam proses pembelajaran sehinga anak termotifasi dan muncul inisiatif
untuk
berperan
secara
aktif
melaksanakan
kegiatan
belajar”(hlm.84). Disini pendidik berperan sebagai pendamping yang mengarahkan dan mendampingi peserta didik selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Diluar itu kegiatan belajar dilakukan oleh peseerta didik sebagai pelaku utama dalam pembelajaran. 3) Bersifat holistik dan integratif Artinya kegiatan belajar yang diberikan kepada anak bersifat menyeluruh dan saling terkait antara satu bidang dengan bidang lain. “Pembahasan terhadap suatu masalah mengandung materi membaca, berhitung, sejarah, pengetahuan umum dan sebagainya. Selain itu menurut Isjoni (2009) “aktifitas belajar yang dilakukan anak perlu melibatkan aktifitas fisik maupun mental, sehingga potensi anak dapat dikembangkan secara optimal” (hlm.85). 4) Fleksibel Artinya metode pembelajaran yang diterapkan pada anak usia dini bersifat dinamis, tidak terstruktur dan dapat berubah sesuai dengan
situasi
dan
daya
konsentrasi
anak.
Isjoni
(2009)
mengungkapkan bahwa “...kondisi anak cenderung berubah-ubah sesuai dengan daya konsentrasinya yang masih berjangka pendek, sehingga anak akan sering beralih dari satu kegiatan pada kegiatan lain” (hlm.85). Disini pendidik hanya mengarahkan peerta didik sesuai dengan kegiatan yang dipilih oleh peserta didik saat proses pembelajaran berlangsung. Bila pendidik menggunakan pembelajaran yang terstruktur maka peserta didik akan cepat merasa bosan dengan kegiatan pembelajaran. Bila sudah seperti itu peserta didik akan merasa terpaksa dan tertekan dalam melakukan kegiatan pembelajaran sehingga hasil dari proses pembelajaran akan kurang maksimal.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23
5) Perbedaan individual Setiap individu memiliki perbedaan antara satu dengan yang lain. Ada individu yang aktif dan ada yang pasif, ada yang perkembangannya pesat dan ada yang lambat, ada yang pendiam dan ada yang benyak bicara. Pendidik harus peka pada perbedaan peserta didik agar dapat memberikan ramgsangan yang sesuai dengan peserta didik dengan begitu peserta didik akan berkembang secara maksimal. Perlakuan yang diberikan pada masing masing peserta didik juga harus berbeda sesuai dengan masing-masing peserta didik yang juga berbeda. b. Macam Metode Pembelajaran Selain prinsip dari metode bercerita tersebut, pendidik juga harus tahu, mengerti dan memahami macam-macam metode yang digunakan dalam proses pembelajaran. Hal ini penting agar pendidik mengetahui metode mana yang cocok digunakan untuk proses pembelajaran. Metode yang tepat tentunya akan memaksimalkan proses pembelajaran. Ada beberapa metode pembelajaran yang dapat diterapkan di kelompok PAUD menurut Isjoni (2009) antara lain: a. Metode Bermain b. Metode Karyawisata c. Metode Bercakap-cakap d. Metode Bercerita e. Metode Demonstrasi f. Metode Proyek g. Metode Pemberian tugas. (hlm.87) Penjelasan dari macam-macam metode tersebut adalah sebagai berikut. 1) Metode Bermain; merupakan kegiatan pembelajaran yang fleksibel. Kegiatan ini memberikan kesenangan tersendiri pada anak karena belajar dilakuakan oleh anak tanpa sadar saat bermain. 2) Metode Karyawisata; metode ini dilakukan dengan cara membawa
commit user peserta didik ke objek wisatato tertentu misalnya ke kebun binatang.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24
Dengan melihat dan mempelajari binatang yang ada disana anak akan belajar menyayangi binatang. Atau saat anak diajak mengunjungi museum manusia purba, anak akan tertarik dengan benda-benda purba sehingga tanpa sadar anak akan mempelajari sejarah. 3) Metode Bercakap-cakap; merupakan dialog atau percakapan yang dilakukan baik antara guru dengan peserta didik atau sesama peseta didik. Metode ini dapat memperkaya kosa kata anak dan anak akan belajar mengungkapkan atau menceritakan sesuatu yang dialami. Hal ini juga dapat membuat kemampuan berkomunikasi anak semakin berkembang. 4) Metode Bercerita; metode ini dilakukan dengan cara membacakan dongeng yang mengandung nilai dan norma sosial dalam masyarakat. Melalui metode ini anak dapat mengembangkan kemampuan berimajinasi serta mempelajari nilai dan norma dalam masyarakat. 5) Metode
Demonstrasi;
metode
ini
dilakukan
dengan
cara
memperagakan cara melakukan suatu hal atau cara untuk membuat sesuatu misal cara membuat kapal laut dengan kertas lipat. Metode ini dapat melatih siswa untuk mengembangkan kemampuan mengamati dan meniru dengan baik. 6) Metode Proyek; biasanya dikerjakan secara bersama-sama atau berkelompok. Ini dapat melatih siswa untuk dapat bekerja sama dengan teman. 7) Metode Pemberian Tugas; metode ini dilakukan dengan cara memberikan tugas pada siswa. Dengan metode ini dapat melatih siswa memusatkan perhatian dalam waktu tertentu. Dari semua metode tersebut, metode yang sering digunakan pada pembelajaran di PAUD AL-MUNIR adalah metode bercerita. Gordon & Bbrownwne dalam Moeslichatoen (1999) berpendapat bahwa “Bercerita
to userdari satu generasi ke generasi merupakan cara untuk commit meneruskan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25
berikutnya”. Bercerita juga dapat menjadi media untuk menyampaikan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Melalui bercerita juga dapat menjadi media sosialisasi bagi anak dimana anak akan mempelajari peraturan yang berlaku dalam masyarakat, mana yang sebaiknya dilakukan dan yang tidak baik dilakukan serta bagaimana cara bersikap pada teman dan sebagainya. Melalui bercerita kita dapat mengajarkan dan memberi contoh sikap-sikap yang baik dan yang buruk serta akibat yang akan diterima bila melakukannya. Menurut Isjoni (2009) Bercerita mempunyai makna penting bagi perkembangan anak prasekolah/kelompok bermain karena melalui bercerita kita dapat: a) Mengkomunikasikan nilai-nilai budaya b) Mengkomunikasikan nilai-nilai sosial c) Mengkomunikasikan nilai-nilai keagamaan d) Menanamkan etos kerja, etos waktu, etos alam e) Membantu mengembangkan fantasi anak f) Membantu mengembangkan dimendi kognitif anak g) Membantu mengembangkan dimensi bahasa anak. (hlm.90) Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan metode bercerita, antara lain: 1. Intonasi Intonasi saat bercerita sangat mempengaruhi cerita yang dibawakan. Cerita yang dibawakan akan semakin menarik bila intonasinya tepat. Misalnya saja saat membawakan cerita si kancil dan harimau, saat mengucapkan dialog kancil, guru menggunakan suara yang kacil serta nada bicara yang cerdik sedangkan saat mengucapkan dialog harimau, guru menggunakan suara yang besar sehingga terkesan menakutkan. Dengan begitu anak akan tertarik untuk mendengarkan cerita. Selain itu anak dapat berimajinasi dan membayangkan tokoh dalam cerita tersebut. 2. Ekspresi Ekspresi saat membawakan cerita dapat juga melatih imajinasi dari commit to user siswa. Selain itu dapat mengajarkan dan melatih siswa untuk
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26
berekspresi juga. Misalnya saat menceritakan harimau yang sedang marah maka guru memasang ekspresi seperti orang yang sedang marah. Atau saat mencerutakan tentang kancil yang ketakutan maka ekspresi yang harus diperlihatkan oleh guru adalah ekspresi takut. 3. Gerak Saat bercerita selain menggunakan intonasi yang tepat serta ekspresi yang sesuai juga harus didukung dengan gerakan yang dapat mewakili tokoh dalam cerita. Misalnya saat menceritakan tentang kancil yang sedang menangis maka guru melakukan gerakan mengusap matanya dengan tangan seperti sedang menangis. Kemudian saat menceritakan ada harimau besar maka guru membentangkan tangannya lebar-lebar. Dengan begitu siswa dapat membayangkan dan berimajinasi tentang tokoh harimau yang besar atau kancil yang sedang menangis. Semua metode tentunya punya kelebihan masing-masing. Begitu juga dengan metode bercerita itu sendiri juga punya beberapa tujuan. Tujuan tersebut juga dapat menggambarkan kelebihan dari metode bercerita tersebut. Tujuan dari metode bercerita itu sendiri menurut Lilis Suryani, Azizah Muis, Winda Gunarti (2008) antara lain: 1. Mengembangkan kemampuan bahasa diantaranya kemampuan menyimak juga kemampuan dalam berbicara serta menambah kosakata yang dimillikinya. 2. Mengembangkan kemampuan berpikirnya... 3. Menanamkan pesan-pesan moral yang terkandung dalam cerita... 4. Mengembangkan kepekaan sosial emosi anak tentang hal-hal yang terjadi di sekitarnya... 5. Melatih daya ingat atau memori anak... 6. Mengembangkan potensi kreatif anak melalui keragaman ide cerita yang dituturkan. (hlm.5.5) Bentuk-bentuk metode bercerita terbagi dalam 2 jenis menurut Lilis Suryani, Azizah Muis, Winda Gunarti (2008) antara lain : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27
1. Bercerita tanpa alat peraga 2. Bercerita dengan alat peraga. (hlm.5.5) 1.
Bercerita tanpa alat peraga Dalam metode ini guru tidak menggunakan media apapun untuk
menyampaikan
cerita
pada
anak.
Guru
hanya
harus
menghafalkan jalannya cerita yang diberikan oleh anak. Untuk membuat cerita lebih menarik kemampuan guru dalam berekspresi saat menyampaikan cerita sangat diperlukan. Selain itu intonasi atau nada suara serta gerak badan guru akan sangat membantu siswa berimajinasi saat cerita dibacakan. Metode ini memiliki kelebihan dan kekurangan menurut Lilis Suryani, Azizah Muis, Winda Gunarti (2008)antara lain: 1. Kelebihan a. Melatih anak untuk memfokuskan perhatian b. Melatih anak untuk menjadi pendengar yang baik c. Mengembangkan fantasi anak terhadap hal yang tidak nyata d. Mengembangkan kemampuan mengingat anak terhadap hal tertentu yang disampaikan melalui tuturan secara lisan 2. Kekurangan a. Guru atau orang tua terkadang enggan untuk berekspresi dengan sebaik-baiknya karena rasa malu sehingga mempengeruhi fantasi anak b. Terkadang merasa jenuh untuk duduk sejenak karena tidak ada media atau alat peraga yang bisa mempertahankan konsentrasi mereka pada cerita tersebut c. Anak akan pasif menahan banyak hal yang ingin ia ketahui untuk ditanyakan ketika guru atau orang tua bercerita d. Dengan tidak adanya media atau alat peraga sehingga tuturan cerita terkesan menjadi terlalu verbal... (hlm.5.7) 2.
Bercerita dengan alat peraga Metode ini menggunakan alat peraga sebagai pendukung jalannya cerita yang akan disampaikan. Tujuanyya tentu saja untuk menarik perhatian siswa salama cerita dibacakan. Alat peraga haruslah menarik dan dapat mewakili tokoh dalam cerita yang dibacakan. commit to user Bercerita menggunakan alat peraga dibagi menjadi 2 macam yaitu;
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28
a. Bercerita dengan alat peraga langsung Yaitu dengan menggunakan benda mati atau hidup sesuai dengan kenyataan dan cerita yang dibawakan misanya saat membacakan cerita tentang monyet dan singa maka guru membawa boneka monyet dan boneka singa sebagai alat peraga. b. Bercerita dengan menggunakan alat peraga tidak langsung Yaitu alat peraga yang digunakan merupakan benda tiruan misalnya dengan menggunakan gambar yang menyerupai tokoh dalam cerita, buku cerita, papan flanel, dan boneka yang dapat menggambarkan tokoh dalam cerita. Tidak semua dongeng tepat dibacakan untuk anak usia dini. Beberapa dongeng memiliki cerita yang panjang dan terlalu berat sehingga anak akan sulit memahami cerita ada juga dongeng yang kurang bisa memberikan pengajaran yang baik pada anak misalnya dongeng snow white yang bangun setelah dicium oleh sang pangeran. Dongeng tersebut kurang baik diberikan pada anak karena dikhawatirkan akan membuat anak menirukan hal-hal kurang baik yang ada dalam cerita. Selain itu dongeng tersebut kurang memberikan pengajaran yang baik pada anak. Dongeng yang baik hendaknya memuat nilai dan norma sosial dalam masyarakat dan memberikan pengajaran yang baik bagi anak. Ada beberapa dongeng yang cocok untuk disampaikan bagi anak usia dini menrut Ade Kusmiadi, Sriwahyuningsih, dan Yuyun Nurfalah (2008) antara lain: 1. Dongeng tradisional, merupakan dongeng yang berkaitan dengan dongeng rakyat dan biasanya turun menurun. 2. Dongeng futuristik (modern) disebut juga dongeng fantasi. Dongeng ini biasanya bercerita tentang sesuatu yang fantastik misalnya tokohnya tiba-tiba menghilang. 3. Dongeng pendidikan, yaitu dongeng yang diciptakan dengan suatu misi pendidikan bagi dunia anak-anak. Misalnya dongeng monster kuman gigi agar anak rajin gosok gigi. 4. Fabel, adalah dongeng tentang kehidupan binatang yang commit to user digambarkan bisa berbicara seperti manusia.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29
5. Dongeng sejarah, biasanya terkait dengan suatu peristiwa sejarah. Dongeng ini banyak yang bertemakan kepahlawanan. 6. Dongeng terapi, adalah dongeng yang diperuntukkan bagi anakanak korban bencana atau anak-anak yang sakit. ( hlm.199) 5. Teori Pembelajaran Dalam
penelitian
ini
teori
yang
akan
digunakan
adalah
Behaviorisme. ”Behaviorisme merupakan suatu aliran atau pandangan yang menekankan adanya perubahan perilaku pada peserta didik setelah melakukan kegiatan belajar. Sri Anitah (2009) mengungkapkan bahwa dalam aliran behaviorisme, belajar adalah perubahan perilaku” (hlm.4). Dengan kata lain menurut behaviorisme berpendapat melalui proses pendidikan haruslah dapat merubah sikap individu. Perubahan sikap disini maksudnya adalah kedewasaan baik dalam pemikiran, sikap maupun kedewasaan dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah. Pandangan ini menyatakan bahwa perilaku harus dijelaskan melalui pengalaman yang dapat diamati dan dapat diukur. Sri Anitah (2009) mengungkapkan, aliran ini berpendapat bahwa “perilaku adalah segala sesuatu yang dapat dilakukan oleh seseorang yang dapat dilihat secara langsung” (hlm.4). Salah satu tokoh dari teori behaviorisme adalah Burrhus Frederic Skinner. “Skinner membedakan dua jenis perilaku yaitu respondent behavior (perilaku responden) yang ditimbulkan oleh suatu stimulus yang dikenali misalnya gerak reflek, menarik tangan saat tertusuk jarum, kemudian yang kedua adalah operant behavior” (perilaku operan) (B.R. Hergenhahn & Matthew H. Oslon, 2009 ; h.84). Prinsip pengkondisian operan berlaku untuk berbagai situasi. B.R. Hergenhahn & Matthew H. Oslon (2009) menyatakan bahwa “Untuk memodifikasi perilaku seseorang, cukup mencari sesuatu yang dapat menguatkan bagi individu yang perilakunya hendak dimodifikasi, menunggu sampai perilaku yang diinginkan terjadi kemudian segera memperkuatnya”
to user perilaku siswa, pendidik harus (hlm.85). Maksudnya untuk commit dapat merubah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30
memberikan pujian atas apa yang telah dilakukan oleh siswa tersebut. dengan begitu siswa akan merasa termotivasi dan akan melakukannya lagi suatu saat. Saat siswa melakukan hal yang sama lagi pengajar harus memberi pujian dan penguatan kembali. Dengan begitu lama kelamaan siswa akan terbiasa melakukannya.
Disini
kultur
dan
kebudayaan
masyarakat
akan
mempengaruhi modifikasi perilaku individu. “Skinner mendefinisikan kultur sebagai kontingensi penguatan. Kultur yang berbeda akan menguatkan perilaku yang berbeda pula” (B.R. Hergenhahn & Matthew H. Oslon, 2009: hlm.86). Hal ini karena individu selalu melakukan sosialisasi dengan lingkungannya. Dalam lembaga PAUD, anak secara tidak langsung diberikan stimulus melalui metode bercerita untuk melakukan sosialisasi. Proses sosialisasi ini terjadi saat anak dibacakan cerita atau dongeng yang mengandung unsur nilai dan norma yang berlaku di lingkungannya. Dengan begitu anak akan belajar tentang nilai dan norma yang berlaku di masyarakat. Dengan teori pengkodisian operan Skinner, guru yang memberikan stimulus melalui metode bercerita, mengarahkan kemudian menunggu anak melakukan perilaku yang diinginkan yang sesuai dengan nilai dan norma terjadi kemudian memberikan penguatan pada anak. Dengan begitu anak akan melakukan hal yang sama di lain kesempatan untuk mendapatkan penguatan. Dengan begitu perilaku anak bisa dimodifikasi sesuai dengan yang diharapkan dan sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Seperti yang dikatakan oleh Skinner, “organisme bernyawa akan senantisa dikondisikan oleh lingkungan” (B.R. Hergenhahn & Matthew H. Oslon, 2009: hlm.86). 6. Penelitian Relevan Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah jurnal ilmiah VISI PTK-PNF Vol.3 No.2 tahun 2008 dengan judul Strategi Pembelajaran commit to user PAUD Melalui Metode Dongeng Bagi Pendidik PAUD yang ditulis oleh Ade
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31
Kusmiadi, Sriwahyunigsih, dan Yuyun Nurfalah. Jurnal tersebut berisi tentang pentingnya dongeng bagi anak usia dini juga fungsi positif dongeng bagi anak. Dongeng dapat melatih imajinasi dan ekspresi anak usia dini, selain itu juga sebagai salah satu cara sosialisasi. Jurnal tersebut juga menyebutkan beberapa jenis dongeng yang cocok diberikan untuk anak. Karena ternyata tidak semua dongeng cocok diberikan kepada anak. Dongeng yang diberikan pada anak haruslah mengandung pesan moral dan berisi nilai dan norma dalam masyarakat. Dalam jurnal juga dijelaskan langkah-langkah serta teknik untuk melaksanakan metode bercerita. B. KERANGKA BERPIKIR Perkembangan anak usia dini dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satunya adalah metode pengajaran yang digunakan oleh pendidik untuk menyampaikan materi pelajaran yang diberikan. Metode merupakan cara yang digunakan untuk memberikan stimulus kepada anak. Metode yang digunakan disini adalah metode bercerita. Metode bercerita ini merupakan metode yang paling sering digunakan dalam pengajaran di PAUD ALMUNIR. Dengan pembelajaran yang dilakukan dengan metode ini kita dapat melihat bagaimana perkembangan perilaku siswa. Perkembangan yang diharapkan melalui metode bercerita ini merupakan perkembangan dalam aspek bahasa, moral, sosial emosional, agama, dan imajinasi. Dalam aspek bahasa, siswa diharapkan agar mengenal kata baru melalui metode bercerita ini. Selain itu juga perkembangan bahasa harus bertambah pula dengan begitu anak akan lebih mudah berkomunikasi dan bersosialisasi. Pada aspek perkembangan moral, juga dapat dilihat melalui metode ini. Jenis cerita yang diberikan pada peserta didik haruslah yang memuat pesan moral pada anak dan sebaiknya mengandung usur nilai serta norma dalam masyarakat sehingga moral siswa juga ikut berkembang. Dengan berkembangnya moral siswa maka perilaku siswa juga ikut berkembang dan bertambah dewasa. commit to user Dalam aspek sosial emosional, perkembangan dapat dilihat dari emosi anak.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32
Emosi disini digunakan anak dalam bersosialisasi dengan mengungkapkan perasaannya.
Melalui
metode
bercerita
diharapkan
anak
dapat
mengembangkan aspek emosinnya dan mengenal emosinya sehingga anak bisa bersosialisasi dengan baik. Anak dapat bersosialisasi dengan baik bila dapat mengungkapkan perasaannya dengan baik pula. Dalam aspek agama, hampir sama dengan aspek moral, cerita yang diberikan pada anak harus memuat aspek agama. Misalnya saja cerita tentang anak yang rajin menjalankan sholat atau cerita para Nabi yang dapat menjadi tauladan, cerita tersebut dapat mengembangkan aspek agama anak. Dalam hal imajinasi, metode bercerita tentunya harus dapat mengembangkan imajinasi anak. Saat anak dibacakan cerita, anak akan dapat membayangkan tokoh-tokoh dalam cerita dengan melihat gerak tubuh, nada suara dan ekpresi pendidik. Untuk lebih jelasnya dapat digambarkan dalam skema berikut: Materi pembelajaran
Metode bercerita
Peserta didik/ Anak Usia Dini
Bagan kerangka berpikir
commit to user
Perkembangan perilaku anak usia dini dalam hal bahasa, moral, agama, sosial emosional, dan imajinasi