PENGEMBANGAN STRATEGI BISNIS MENU RESTORAN MAKASSAR DALAM MENDUKUNG PENYEDIAAN MAKANAN TRADISIONAL MAKASSAR (Studi Kasus di Restoran Marannu dan Karebosi Kelapa Gading, Jakarta)
AMRULLAH
SEKOLAH PASCASARJANA ISTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan dengan sebenar-benarnya, bahwa semua pernyataan dalam tesis berjudul :
PENGEMBANGAN STRATEGI BISNIS MENU RESTORAN MAKASSAR DALAM MENDUKUNG PENYEDIAAN MAKANAN TRADISIONAL MAKASSAR (Studi Kasus di Restoran Marannu dan Karebosi Kelapa Gading, Jakarta) merupakan hasil karya saya sendiri di bawah bimbingan komisi pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Tesis ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain dan belum pernah dipublikasikan. Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.
Bogor, Januari 2016
Amrullah P054124065
RINGKASAN
Amrullah. Pengembangan Strategi Bisnis Menu Restoran Makassar dalam Mendukung Penyediaan Makanan Tradisional Makassar (Studi Kasus di Restoran Marannu dan Karebosi Kelapa Gading, Jakarta). Dibimbing oleh Musa Hubeis sebagai ketua dan Nurheni S. Palupi sebagai anggota. Bisnis yang tidak mengenal masa dan tidak pernah mati adalah bisnis usaha makanan dan minuman, sehingga bisnis inipun selalu ada, disetiap wilayah atau tempat, setiap usia dan setiap kelas masyarakat selalu membutuhkan makanan dan minuman, baik skala besar maupun kecil, dengan melihat keadaan dan kenyataan yang ada, maka bisnis restoran merupakan bisnis sangat menjanjikan dan akan memberikan keuntungan sangat menggiurkan. Tujuan penelitian ini adalah : (a) mengidentifikasi faktor internal dan eksternal restoran menu makanan khas Makassar yang dapat memengaruhi perkembangan bisnis restoran, (b) menyusun strategi bisnis restoran menu makanan khas Makassar dan (c) menganalisis kepuasan konsumen yang sudah menjadi pelanggan restoran dengan menu makanan khas Makassar. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Data primer berasal dari 50 orang responden dengan alat bantu kuesioner yang terbagi atas 40 orang responden dengan kualifikasi pelanggan atau konsumen, 18 orang responden sebagai karyawan restoran dan 2 orang responden pemilik dari restoran obyek penelitian di Kelapa gading. Pengumpulan data sekunder dilakukan melalui pustaka, dokumen dan laporan dari instansi terkait. Pengolahan dan analisis data menggunakan analisis : (a) deskriptif, yang meliputi informasi prospek pasar, bahan baku, keuangan yang berkaitan dengan pasokan bahan baku, permintaan pasar dan pesaing strategik di bidang bisnis restoran; (b) analisis matriks EFE (External Factor Evaluation) dan IFE (Internal Factor Evaluation), matriks Internal External (IE); (c) matriks IE untuk melakukan pemetaan terhadap skor total matriks IFE dan EFE; (d) analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats) untuk mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan; (e) Customer Satisfaction Index (CSI) untuk menentukan tingkat kepuasan responden secara berdasarkan tingkat kepentingan dari atribut-atribut bisnis restoran tersebut dan (f) Importance Performance Analysis (IPA) untuk menganalisis respon konsumen. Berdasarkan hasil penjumlahan skor total pada matriks IFE (2.659) dan EFE (2,576) mengindikasikan posisi usaha bisnis restoran Makassar stabil dalam merespon situasi eksternal yang dihadapi. Posisi usaha bisnis restoran Makassar berada pada tingkat rataan untuk mampu merespon iklim internal yang dimiliki. Posisi matriks IE menunjukkan posisi strategi pertumbuhan dan stabil untuk mencapai kondisi pertumbuhan penjualan, keuntungan dan aset. Usaha yang dapat dilakukan adalah penetrasi pasar dan pengembangan usaha. Kegiatan untuk peningkatan pemasaran dan pelayanan merupakan salah satu formulasi strategi yang dapat menjadi andalan utama bagi usaha bisnis restoran Makassar. Selain itu juga dilakukan pengembangan kegiatan usaha yang bertujuan untuk mempertahankan usaha, sehingga dapat berlangsung dan terhindar dari kehilangan penjualan dan kehilangan keuntungan. Berdasarkan SWOT didapatkan strategi pengembangan restoran menu makanan khas Makassar, yaitu (a) meningkatkan produktivitas, (b) peningkatan pelayanan, (c) meningkatkan efisiensi waktu dan pengadaan bahan baku, (d) meningkatkan volume penjualan dengan efektifitas pemasaran, (e) mempertahankan dan menjaga mutu produk yang dihasilkan, (f)
meningkatkan loyalitas pelanggan, (g) meningkatkan teknologi produksi dan mutu produk, serta (h) memperbaiki mutu SDM. Nilai indeks kepuasan pelanggan (CSI) adalah sebesar 0.92, nilai tersebut berada pada kisaran 0.81-1.00, yaitu pelanggan merasa sangat puas terhadap Restoran menu makanan khas Makassar. Nilai rataan tingkat kinerja pelayanan (skor Likert) adalah sebesar 4.602 yang berarti mutu pelayanan pada restoran menu makanan khas Makassar adalah baik. Tingkat kepentingan pelayanan konsumen sebesar 4.665, yang berarti sangat penting bagi konsumen. Kata kunci : kualitas produk, loyalitas pelanggan, kinerja pelayanan
SUMMARY
Amrullah. Business Development Strategy Menu Restaurant Makassar In Supporting The Provision Of Traditional Food Makassar (Case Study of Marannu and Karebosi Restaurants Kelapa Gading, Jakarta). Supervised by Musa Hubeis as of supervisory commission and Nurheni S. Palupi as commission member. Businesses that do not know the future and does not die is a business venture of food and drinks, so business even this is always there, in every region or place, every age and every class of society is always in need of food and beverages, both large and small, to see the state and the reality that is, the restaurant business is very promising business, and benefit very tempting. The purpose of this study are: (a) identifying the internal and external factors restaurant food menu is typical of Makassar, which can affect the development of the restaurant business, (b) formulation of business strategy restaurant food menu is typical of Makassar and (c) analyzing customer satisfaction is already a customer of the restaurant with menu typical food Makassar. This study uses primary and secondary data. Primary data from 50 respondents to the questionnaire tools consisting of 40 respondents to qualifying customers or consumers, 18 respondents as the employees of the restaurant and 2 respondents owner of restaurant research object in Kelapa Gading. Secondary data collection is done through literature, documents and reports from relevant agencies. Data processing and analysis using the analysis: (a) descriptive, which includes information market prospects, raw materials, financial matters related to the supply of raw materials, market demand and strategic competitors in the field of the restaurant business; (b) analysis matrix EFE (External Factor Evaluation) and IFE (Internal Factor Evaluation), matrix Internal External (IE); (c) IE matrix for mapping the total score IFE and EFE matrix; (d) a SWOT analysis (Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats) analysis to identify various factors systematically to formulate the company's strategy; (e) Customer Satisfaction Index (CSI) to determine the level of satisfaction of respondents based on the level of importance of the attributes of the restaurant business, and (f) Importance Performance Analysis (IPA) to analyze consumer response. Based on the sum of the total score on the matrix IFE (2.659) and EFE (2.576) indicates the position of Makassar restaurant business stabilized in response to external situations faced. Position Makassar restaurant business is at the average level to be able to respond to internal climate owned. IE matrix position indicates the position and stable growth strategies to achieve sales growth conditions, profits and assets. Effort to do is market penetration and business development. Activities to improve marketing and service is one strategy formulation can be a mainstay for businesses Makassar restaurant. It also conducted a business development activities aimed at keeping the business, so that it can take place and avoid lost sales and lost profits. Based on the SWOT obtained development strategies restaurant food menu is typical of Makassar, namely (a) increased productivity, (b) improvement of service, (c) increasing the efficiency of time and raw material procurement, (d) increasing the volume of sales with marketing effectiveness, (e) maintain and maintain the quality of the product, (f) to increase customer loyalty, (g) improve production technology and product quality, and (h) improving the quality of human resources. The value of customer satisfaction index (CSI) is equal to 0.92, the value is in the range of 0.81-1.00, the customer was very satisfied with the typical Spanish food menu Makassar. The
average value level of service performance (Likert score) amounted to 4.602, which means the quality of service in a typical restaurant food menu is good Makassar. The level of importance of customer service by 4.665, which means it is very important for consumers. Keywords : quality of products, customer loyalty, service performance
@ Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh Karya Tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebut sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepertingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar bagi IPB dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
PENGEMBANGAN STRATEGI BISNIS MENU RESTORAN MAKASSAR DALAM MENDUKUNG PENYEDIAAN MAKANAN TRADISIONAL MAKASSAR (Studi Kasus di Restoran Marannu dan Karebosi Kelapa Gading, Jakarta)
Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Pengembangan Industri Kecil Menengah
SEKOLAH PASCASARJANA ISTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tugas Akhir : Dr. Ir. Suryahadi, DEA
Judul Tesis
: PENGEMBANGAN STRATEGI BISNIS MENU RESTORAN MAKASSAR DALAM MENDUKUNG PENYEDIAAN MAKANAN TRADISIONAL MAKASSAR (Studi Kasus Restoran Marannu dan Karebosi Kelapa Gading, Jakarta)
Nama Mahasiswa Nomor Induk Mahasiswa Program Studi
: Amrullah : P054124065 : Industri Kecil Menengah
Disetujui Komisi Pembimbing
Prof.Dr.Ir.H. Musa Hubeis, MS,Dipl.Ing,DEA
Dr.Ir. Nurheni Sri Palupi, MSi
Diketahui
Ketua Program Studi Industri Kecil Menengah
Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof.Dr.Ir.H. Musa Hubeis, MS,Dipl.Ing,DEA
Dr.Ir. Dahrul Syah, MSc.Agr
Tanggal Ujian : 7 Januari 2016
Tanggal Lulus :
PRAKATA Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmatnya, sehingga tesis berjudul PENGEMBANGAN STRATEGI BISNIS MENU RESTORAN MAKASSAR DALAM MENDUKUNG PENYEDIAAN MAKANAN TRADISIONAL MAKASSAR (Studi Kasus Restoran Marannu dan Karebosi Kelapa Gading, Jakarta) berhasil diselesaikan sebagai salah satu syarat melakukan tugas akhir pada Program Studi Pengembangan Industri Kecil Menengah, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB). Penulisan ini kiranya tidak dapat selesai tanpa bantuan dan dorongan dari beberapa pihak, oleh karena itu melalui prakata ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setulusnya kepada : 1. Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA, selaku pembimbing utama yang telah memberikan dorongan dan motivasi, bimbingan dan pengarahan selama kegiatan kajian dan penulisan tesis ini. 2. Dr. Ir. Nurheni Sri Palupi, MSi, selaku pembimbing anggota yang juga telah memberikan pengarahan dan bimbingan selama penulis melakukan kajian dan penulisan tesis ini. 3. Dr. Ir. Suryahadi, DEA, selaku penguji luar komisi pembimbing atas kritik dan masukan yang memperkaya penulisan tesis ini. 4. Rekan-rekan Magister Pengembangan Industri Kecil Menengah Angkatan 17, dimana penulis banyak mengadakan diskusi dan menerima masukan. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia atas segala kebaikan yang telah diberikan. Atas perhatian dan kerjasamanya saya sampaikan terima kasih
Bogor, Januari 2016
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Kegunaan
viii ix x 1 1 3 3 4
2.
TINJAUAN PUSTAKA Bisnis Restoran Makanan Tradisional Restoran Khas Makassar Kepuasan Pelanggan
5 5 8 9 10
3.
METODE KAJIAN Kerangka Pikir Kajian Lokasi dan Waktu Pengumpulan Data Pengolahan dan Analisa Data a. Metode Diskriptif b. Identifikasi IFE EFE c. Analisis Matriks Internal External (IE) d. Analisis Strengths, Weakness, Opportunities and Threats (SWOT) e. Analisis Customer Satisfaction Index (CSI) f. Analisis Importance Performance Analysis (IPA)
16 16 16 17 17 17 18 20 21 22 23
4.
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Karakteristik Responden Faktor-faktor Internal dan Eksternal Penentuan Strategi IE Perumusan Strategi SWOT Indeks Kepuasan Pelanggan Tingkat Kinerja Layanan Implikasi Manajerial
26 26 27 29 32 33 36 38 40
5.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran
43 43 43
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
44 49 65
vii
DAFTAR TABEL 1. Perspektif dan definisi kepuasan pelanggan 2. Kinerja produk terhadap harapan pelanggan 3. Penilaian bobot faktor strategi eksternal perusahaan 4. Penilaian bobot faktor strategi internal perusahaan 5. Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) 6. Matriks EFE (External Factor Evaluation) 7. Matriks SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats) 8. Kriteria nilai indeks kepuasan pelanggan 9. Skor tingkat kepentingan 10. Skor tingkat pelaksanaan 11. Profil SWOT 12. Perhitungan matriks IFE 13. Perhitungan matriks EFE 14. Perhitungan CSI 15. Tingkat penilaian kinerja dan kepentingan
viii
12 13 18 18 19 19 22 22 23 24 31 31 32 36 38
DAFTAR GAMBAR 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Model kepuasan-ketidakpuasan pelanggan Kerangka berpikir kajian Matriks IE Responden berdasarkan umur Responden berdasarkan pekerjaan Responden berdasarkan pendidikan terakhir Analisis matriks IE Rumusan strategi pemasaran dengan matriks SWOT
ix
11 17 20 28 28 29 33 34
DAFTAR LAMPIRAN 1. Kuesioner kepuasan pelanggan terhadap menu makanan khas Makassar 2. Kuesioner prospek pengembangan usaha bisnis restoran 3. Kuesioner penelitian penilaian bobot dan rating faktor strategik internal dan eksternal 4. Perhitungan bobot faktor strategi internal 5. Perhitungan bobot faktor strategi eksternal 6. Rekapitulasi perhitungan bobot faktor strategi internal dan eksternal 7. Rekapitulasi perhitungan rating faktor strategi internal dan eksternal 8. Perhitungan Matriks IFE dan EFE 9. Berdasarkan tingkat kinerja 10. Berdasarkan tingkat kepentingan
x
49 52 54 58 59 60 61 62 63 64
1. PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan era globalisasi di dunia semakin meningkat pesat yang menyebabkan munculnya berbagai macam bisnis. Bisnis ialah suatu kegiatan badan organisasi yang menjual barang atau jasa kepada konsumen atau rekan bisnis lainnya, untuk mendapatkan keuntungan (Setiawan 2013). Bisnis yang tidak mengenal masa dan tidak pernah mati adalah bisnis usaha makanan dan minuman, sehingga bisnis inipun selalu ada, disetiap wilayah atau tempat, setiap usia dan setiap kelas masyarakat selalu membutuhkan makanan dan minuman, baik skala besar maupun kecil, dengan melihat keadaan dan kenyataan yang ada, maka bisnis restoran merupakan bisnis yang sangat menjanjikan dan akan memberikan keuntungan sangat menggiurkan. Sebagian besar orang sangat ingin memiliki usaha, baik sebagai usaha tetap maupun sebagai usaha sampingan yang bisa dikelola dengan mudah. Rumah makan adalah istilah umum untuk menyebut usaha gastronomi yang menyajikan hidangan kepada masyarakat dan menyediakan tempat untuk menikmati hidangan itu, serta menetapkan tarif tertentu untuk makanan dan pelayanannya. Walaupun umumnya rumah makan menyajikan makanan di tempat, tetapi ada juga rumah makan yang menyediakan layanan take-out dining dan delivery service untuk melayani konsumennya. Rumah makan biasanya memiliki spesialisasi dalam jenis makanan yang dihidangkannya, misalnya rumah makan chinese food, rumah makan padang, rumah makan cepat saji (fast food restaurant) dan sebagainya. Rumah makan di Indonesia disebut juga sebagai restoran. Restoran merupakan kata serapan yang berasal dari bahasa perancis yang diadaptasi oleh bahasa inggris; "restaurant" yang berasal dari kata "restaurer" yang berarti "memulihkan" (Utami 2013). Kesibukan masyarakat modern telah membawa dampak positif bagi bisnis makanan dan minuman, sehingga dengan demikian makan diluar rumah telah menjadi kebiasaan baru. Selain itu perubahan fungsi sebuah restoran atau rumah makan dari yang semula hanya sebagai untuk melepaskan lapar dan haus, kini telah menjelma menjadi tempat untuk bersosialisasi bagi kalangan tertentu, tempat pertemuan bisnis sambil bersantap, tempat berkumpul orang-orang dengan status sosial tertentu,dan lain-lain. Kebutuhan inilah yang banyak ditangkap oleh pengusaha restoran atau café untuk memanjakan para pengunjungnya dengan menyediakan berbagai perangkat, mulai dari makanan dan minuman yang enak, pelayanan yang baik, tempat yang nyaman, hingga yang terjangkau (Raharjo 2008). Banyak outlet yang menawarkan produk makanan dan minuman dalam berbagai bentuk bermunculan. Mulai dari yang sederhana hingga yang mewah. Hal ini disebabkan karena makanan adalah salahsatu kebutuhan pokok yang semua orang harus penuhi. Alasan rasional outlet makanan tumbuh berkembang adalah karena bisnis ini menjanjikan keuntungan yang besar (Mandasari dan Tama 2011).
2
Lupiyoadi (2001) menjelaskan bahwa dalam menentukan tingkat kepuasan pelanggan terdapat lima faktor utama yang harus diperhatikan oleh perusahaan, yaitu faktor mutu produk, faktor mutu pelayanan, faktor emosional, faktor harga dan faktor biaya. Dalam faktor produk, perlu diperhatikan bahwa pelanggan merasa puas jika hasil evaluasinya menunjukkan bahwa produk yang digunakan adalah bermutu. Dalam faktor mutu pelayanan, terutama untuk industri jasa, pelanggan akan merasa puas, jika mendapatkan pelayanan yang baik atau sesuai dengan yang diharapkan. Harapan konsumen dapat diartikan sebagai keyakinan konsumen sebelum mencoba atau membeli suatu produk yang dijadikan standar atau acuan dalam menilai kinerja produk tersebut. Untuk membuktikan baik tidaknya mutu suatu produk, dapat diukur dari tingkat kepuasan konsumen (Jasfar 2005). Kepuasan terhadap suatu jasa adalah perbandingan antara persepsinya terhadap jasa yang diterima dengan harapannya sebelum menggunakan jasa tersebut. Apabila harapannya terlampaui, berarti jasa tersebut telah memberikan suatu mutu yang luar biasa dan juga akan menimbulkan kepuasan sangat tinggi. Sebaliknya, jika harapan itu tidak tercapai, maka diartikan mutu jasa tersebut tidak memenuhi apa yang diinginkannya atau perusahaan tersebut gagal melayani konsumennya. Sumarwan (2003) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai perilaku yang diperlihatkan konsumen untuk mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan menghabiskan produk dan jasa yang diharapkan akan memuaskan kebutuhannya. Keputusan melakukan pembelian merupakan hasil dari suatu hubungan yang saling memengaruhi antara faktor-faktor kebudayaan, sosial, pribadi dan psikologi dari pembeli (Kotler, 2005) 1. Faktor Kebudayaan Kebudayaan merupakan faktor penentu yang paling dasar dari keinginan perilaku seseorang. Setiap kebudayaan terdiri dari sub-budaya lebih kecil yang memberikan identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik untuk para anggotanya 2. Faktor Sosial Perilaku konsumen dipengaruhi oleh faktor sosial seperti kelompok referensi, peran, status sosial dan keluarga. Kelompok referensi seseorang terdiri dari seluruh kelompok yang mempunyai pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap sikap dan perilaku seseorang. Posisi seseorang dalam setiap kelompok dapat diidentifikasikan dalam peran dan status sosial 3. Faktor Pribadi Faktor pribadi seperti umur dan tahapan siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup, kepribadian dan konsep diri, juga memengaruhi perilaku konsumen. Tahapan siklus hidup keluarga terbentuk dari konsumsi seseorang. Pekerjaan seseorang juga menentukan jenis produk yang akan dibelinya. Keadaan ekonomi yang dimaksud adalah terdiri dari pendapatan, tabungan dan hartanya, serta kemampuan untuk menjamin. Gaya hidup merupakan gambaran seseorang secara keseluruhan dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Kepribadian
3
adalah karakteristik psikologis berbeda dalam merespon lingkungan sekitarnya. 4. Faktor Psikologis Secara psikologis keputusan untuk membeli dipengaruhi oleh motivasi, persepsi, proses belajar, kepercayaan dan sikap. Motivasi yaitu sesuatu yang dapat mendorong seseorang melakukan sesuatu, termasuk pembelian. Persepsi merupakan proses dimana seseorang memilih, mengorganisasikan, mengartikan masukan informasi untuk menciptakan suatu gambaran berarti. Proses belajar menjelaskan perubahan dalam perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman. Sedangkan kepercayaan adalah gagasan deskriptif yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu. Proses keputusan pembelian konsumen merupakan urutan-urutan kejadian yang dimulai dari pengenalan kebutuhan kemudian pencarian informasi atas kebutuhan tersebut setelah itu melakukan evaluasi alternatif dan akhirnya melakukan keputusan pembelian serta diakhiri dengan perilaku setelah pembelian. Jadi jelas sekali proses pembelian dimulai jauh sekali sebelum pembelian aktual dilakukan dan mempunyai konsekuensi yang lama setelah pembelian terjadi. Perumusan Masalah Bisnis restoran di Ibu Kota Jakarta dengan tingkat persaingan yang sangat ketat dan penuh strategi, maka untuk meraih pangsa pasar yang diinginkan dan diharapkan memenangkan kompetisi bisnis restoran yang dapat memberikan keuntungan memadai. Dalam hal ini, pihak pengusaha dapat meneliti tingkat kepuasan konsumen terhadap menu makan dan pelayanan yang prima untuk mengantisipasi persaingan dan perkembangan menu makanan restoran yang disajikan. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka dapat dilakukan perumusan masalah berikut : 1. Perkembangan bisnis restoran menu makanan “khas makassar” seperti apakah yang dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal ? 2. Strategi apakah yang harus dilakukan untuk membangun bisnis restoran khas Makassar di kota Jakarta. 3. Bisnis restoran menu makanan “khas Makassar” bagaimanakah yang dapat memberikan kepuasan kepada pelanggan ? Tujuan Kajian 1. Mengidentifikasi faktor internal dan eksternal restoran menu makanan khas Makassar, yang dapat mempengaruhi perkembangan bisnis restoran 2. Menyusun strategi bisnis restoran menu makanan khas Makassar. 3. Mampu menganalisis kepuasan konsumen yang sudah menjadi pelanggan restoran dengan menu makanan khas Makassar.
4
Kegunaan Kajian 1. Memberikan informasi dan masukan bermanfaat bagi pemilik restoran menu makanan khas Makassar untuk meningkatkan kepuasan dan pelayanan kepada pelanggan setia, dalam rangka lebih mengembangkan bisnisnya. 2. Dapat memberikan referensi bagi calon pebisnis restoran menu makanan khas Makassar. 3. Dapat menjadi rujukan bagi instansi dari akademisi, praktisi dan masyarakat pada umumnya yang akan tertarik pada usaha restoran dengan menu khas makanan.
2. TINJAUAN PUSTAKA Bisnis Restoran Menurut Ihsana dan Amir (2013), selama manusia ada dan selama manusia membutuhkan makan, maka bisnis inipun akan selalu ada. Bisnis Restoran atau rumah makan tentunya tidak semudah membuka usaha makanan pinggiran jalan, yang hanya asal buka dimana saja bisa. Membuka usaha restoran memerlukan persiapan dan pengetahuan yang matang. Selain itu perlu jiwa enterpreneurship mumpuni, agar berhasil dan sukses. Menjalankan bisnis restoran banyak yang gagal, dikarenakan usaha bisnis restoran ini dianggap sebagai usaha sampingan. Padahal bisnis ini membutuhkan keseriusan, harus dikelola sepenuh hati, tidak asal-asalan, dilakukan dengan sungguh-sungguh dan serius ingin sukses. Membuka usaha restoran memerlukan modal yang besar, lalu jika ingin memiliki sebuah usaha restoran harus mampu memperhitungkan rangkaian alur bisnis restoran terlebih dahulu (Raharjo 2008) Seorang pengusaha bisnis restoran harus mampu memahami tentang seluk beluk dan pasar yang berkaitan dengan bisnis restoran yang digelutinya, begitu juga dengan pengusaha restoran, dengan demikian bisa melakukan upaya-upaya strategik maupun langkah-langkah operasional yang tepat dan berhasil guna. Pengertian usaha restoran diartikan sebagai suatu usaha komersial yang menyediakan jasa makanan dan minuman bagi umum, dan dikelola secara profesional, maka dari pengertian restoran ini akan dimaknai empat hal (Ihsana dan Amir 2013), yaitu: 1. Usaha komersial 2. Jasa makanan dan minuman 3. Secara profesional 4. Dilandasi jiwa kewirausahaan Bisnis restoran adalah usaha komersial yang harus dilandasi rasa keinginan mendapatkan keuntungan tertentu, sehingga dalam pelaksanaannya selalu menghitung untung-ruginya, sehingga pada akhirnya memang mengharapkan keuntungan. Jadi bisnis restoran dijalankan bukan karena tujuan sosial ataupun gratis. Produk yang ditawarkan di restoran berupa jasa makanan dan minuman plus jasa yang memadai, produk makanan dan minuman sering disebut dengan dengan tangible product, yaitu produk yang bisa dilihat dengan mata. Tetapi restoran juga menyediakan produk tidak terwujud atau sering disebut dengan intangible products, yaitu pelayanan atau servis (Ihsana dan Amir 2013). Restoran yang berhasil dan sukses tidak dikelola secara amatiran atau sekadar untuk kesenangan saja, tetapi harus dengan cara profesional, yaitu profesional pengelolanya dan karyawannya. Menurut Darmaatmadja (2011), bahwa sukses bisnis restoran diperlukan strategi untuk menerapkan manajemen menu, suatu manajemen menu yang membantu
6
mengevaluasi putusan harga, desain menu dan isi menu. Metode ini sering disebut menu engineering. Pengertian restoran adalah suatu usaha komersial yang menyediakan jasa makanan dan minuman bagi umum dan dikelola secara profesional. Produk yang ditawarkan di restoran berupa penyediaan makanan dan minuman. Produk ini yang biasa disebut tangible product, yaitu produk yang bisa dilihat dengan mata (berwujud). Selain tangible product, restoran juga menyediakan produk tidak terwujud, yaitu pelayanan atau service, sehingga bisnis restoran tidak bisa lari dari tamu atau pelanggan setianya (Darmaatmadja 2011). Menurut Ihsana dan Amir (2013), aplikasi menu engineering akan lebih berhasil dalam menyiasati bisnis restoran yang penuh kompetisi. Jika didukung oleh beberapa faktor penunjang, maka bersinergi yang mengarah pada pencapaian sasaran perusahaan. Faktor penunjang yang dimaksud terdiri dari empat faktor yang sering disebut marketing mix (bauran pemasaran) dan kesemuanya harus dilandasi oleh jiwa kewirausahaan atau entrepreneurship. Bauran pemasaran (marketing mix) dapat memengaruhi perjalanan dan hasil bisnis restoran. Perjalanan bisnis restoran dilakukan dengan mengelola komponen bauran pemasaran dengsn baik merupakan bentuk upaya strategik. Upaya dan langkah yang mengarah pada pencapaian sasaran bisnis retoran, sehingga pada akhirnya akan membuahkan keberhasilan sebagai tujuan akhir bisnis restoran. Marketing mix yang dimaksud terdiri dari place (tempat), product (produk), people (orang), price (harga), procedure (tatalaksana) dan promotion (promosi) (Kotler dan Armstrong 1997). Rinciannya sebagai berikut : 1. Place (tempat). Sebelum melakukan operasional, terlebih dahulu memilih dan menetapakan lokasi/tempat restoran berada, dengan pertimbangan tingkat kesulitan daan kemudahan pelanggan mencapai atau menuju lokasi restoran berada, termasuk kebutuhan pelayanan perparkiran. Menurut Ardianto (2012), pemilihan lokasi adalah merupakan keuntungan, sehingga perlu menetapkan lokasi usaha strategik, bebas banjir, aman, parkir luas, halaman luas, sejuk dan hijau, serta banyak pohon diluar ruangan dan sebagainya. Lebih jelas lagi pendapat Hubeis (2012), bahwa lokasi, atau distribusi merupakan kegiatan perusahaan yang membuat produksi tersedia bagi konsumen sasaran, dengan faktor penentu seperti akses, visibilitas, traffic, fasilitas kenyamanan, ekspansi, lingkungan, persaingan dan peraturan pemerintah. 2. Product (produk) bagi sebuah restoran adalah hal yang paling utama meliputi makanan dan minuman, serta menunjang keberhasilan suatu bisnis restoran. Gagal atau suksesnya bisnis restoran ditentukan oleh produk. 3. People (orang) merupakan SDM yang memegang peranan penting dalam mengoperasionalkan bisnis restoran. SDM inilah yang menentukan arah atau tujuan bisnis restoran, termasuk mengendalikan
7
produk (menu makanan) yang dihasilkan, sehingga tetap terjaga mutu dan kuantitasnya. 4. Price (harga). Pelanggan yang datang ke restoran ingin menikmari menu makanan yang disajikan dan merasakan bahwa memang makanan yang dihidangkan benar enak, tetapi orang tersebut setidaknya mempunyai pertimbangan dan peduli terhadap harga yang ditawarkan, sehingga pelanggan menentukan tempat makannya di restoran sesuai dengan kemampuan finansialnya. 5. Procedure (tatalaksana) memegang peranan penting dalam menunjang pelaksanaan operasional bisnis restoran. Selain prosedur administrasi dan manajemen, juga prosedur yang berhubungan dengan tatakelola pelayanan prima. Dalam hal ini, pengelola restoran harus merancang suatu prosedur sederhana, tidak berbelit-belit, mudah dan cepat yang berguna bagi pelanggan maupun petugas/pelayan restoran 6. Promotion (promosi) merupakan salah satu upaya memperkenalkan bisnis retoran, apakah itu dengan in house promotion maupun outdoor promotion. Seorang tamu yang puas atas menu makanan yang disajikan dan sentuhan pelayanan mulai tiba pintu masuk, sampai akhirnya meninggalkan restoran dirasakan begitu care (peduli), akan menjadi promosi sangat bernilai tinggi, sebagai upaya meraih keberhasilan bisnis restoran. Perihal inilah sering disebut in house promotion. Sedangkan promosi berupa neon box, billboard dan baliho yang dipasang ditempat strategik dapat dilihat dengan mudah setiap pada setiap orang yang lalu lalang akan memberikan daya tarik, sehingga menarik perhatian bagi orang yang melihatnya (eye catching) muncul perhatian (attention), kemudian orang tersebut menaruh minat (interest), lalu membangkitkan keinginan (desire), yang pada akhirnya orang tersebut bereaksi atau melakukan sesuatu (action). Langkah pelanggan tersebut disebut AIDA (Attention-Interest-Desire-Action), atau disebut outdoor promotion. Keberhasilan bisnis harus mengetahui kebutuhan pelanggan, memenuhi keinginan dan harapan pelanggan, menyediakan produk/jasa yang sesuai dengan keinginan/kebutuhan pelanggan, menyediakan jasa/produk kebutuhan pelanggan secara berkesinambungan, mengomunikasikan kelebihan yang dimiliki produk/jasa dan bagaimana pelanggan menggunakan atau mengkonsumsi produk/jasa (Holm 2007). Kunci kesuksesan dan keberuntungan bisnis pada perusahaan tidak terlepas dari perencanaan produksi (production controlling), baik yang menyangkut mutu produk (quality), kuantitas produk (quantity), maupun kesinambungan produksi (continuity), maka rencana produksi diperlukan mulai dari pengetahuan bahan baku, proses pembuatan atau pengolahan, pengemasan, penyimpanan, pengiriman dan pendistribusian/penyajian (Ardianto 2011). Manajemen restoran bertujuan mengupayakan kelangsungan hidup organisasi usaha yang dimungkinkan oleh adanya akumulasi modal,
8
penambahan investasi di masa mendatang, diversifikasi produk yang dihasilkan dan daya saing yang lebih wajar. Manajemen bisnis restoran harus memotivasi profit margin yang wajar atas modal yang ditanamkan. Untuk mencapai keuntungan yang wajar bisnis restoran mempunyai (1) organisasi usaha yang berhasil memuaskan kebutuhan para pelanggan; (2) usaha yang berhasil memberikan deviden memuaskan kepada para pemilik modal, serta (3) peluang perluasan usaha dengan reinvestasi modal di masa mendatang dan diversifikasi produk/jasa (Ardianto 2011). Makanan Tradisional Makanan merupakan salah satu karya budaya masyarakat. Semua manusia memerlukan makanan untuk bertahan hidup, siapa pun dia, dari mana asalnya, berapapun umurnya, dan dalam keadaan sehat ataupun sakit. Oleh karena itu, makanan merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi. Pada dasarnya makanan dipengaruhi oleh ketersediaan bahan mentah dari alam sekitar, sehingga setiap daerah memiliki ciri khas makanannya masing- masing. Misalnya, makanan di daerah pegunungan dengan di daerah pesisir pantai. Daerah pegunungan memiliki ketersediaan bahan makanan berupa variasi jenis tumbuhan yang dominan, sebaliknya di daerah pantai ketersediaan bahan makanan lebih dominan dengan variasi ikan. Sebenarnya ciri khas atau “warna” pada makanan juga dipengaruhi oleh cara masyarakat mengolah bahan tersebut (Haryono 2013). Makanan menurut fungsinya dapat digolongkan menjadi makanan pokok, makanan sambilan, makanan jajanan, makanan untuk peristiwa khusus, dan makanan untuk berbagai keperluan upacara (Moertjipto 1993). Makanan pokok merupakan makanan yang dimakan sehari-hari untuk mencukupi keperluan tubuh agar manusia bisa tetap hidup dan sehat. Sedangkan, makanan sambilan dan jajanan merupakan makanan yang berfungsi sebagai selingan makanan pokok. Makanan pokok dan makanan jajanan serta makanan sambilan memiliki fungsi dan peran sebagai unsur penyajian pada peristiwa khusus dan keperluan upacara. Makanan adalah sesuatu benda yang bahan bakunya berasal dari hewan atau tumbuhan, yang dimakan oleh makhluk hidup untuk memberikan tenaga dan nutrisi. Setiap makhluk hidup membutuhkan makanan. Tanpa makanan, makhluk hidup akan sulit dalam mengerjakan aktivitas sehari-hari. Makanan merupakan wujud dari kebudayaan manusia, karena dalam proses pengolahan bahan-bahan mentah sehingga menjadi makanan. Begitu pula dalam perwujudanya, cara penyajiannya dengan mengkonsumsinya sampai menjadi tradisi. Semua hal itu hanya mungkin terjadi karena adanya dukungan dan adanya hubungan yang saling terkait dengan berbagai aspek yang ada dalam kehidupan sosial dan dengan berbagai unsur kebudayaan yang ada dalam masyarakat tertentu. Makanan tradisional adalah makanan dan minuman yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat tertentu, dengan citarasa khas yang diterima oleh
9
masyarakat. Makanan tradisional adalah makanan dan minuman, termasuk makanan jajanan serta bahan campuran atau ingredients yang digunakan secara tradisional dan telah lama berkembang secara spesifik di daerah atau masyarakat Indonesia (Hariyadi dan Nuraida 2001). Coto dan Sop Konro adalah merupakan makanan tradisional khas Makassar yang berbahan baku dari hasil ternak yaitu daging sapi bermutu, sehingga dalam mempersiapkan penyajiannya perlu memperhatikan pedoman gizi seimbang bermutu dan dapat memenuhi kebutuhan gizi yang diperlukan tubuh manusia. Restoran Khas Makassar Restoran Khas Makassar mempunyai menu atas sembilan item makanan khas, yaitu (1) Coto Makassar, (2) Pallu Basa, (3) Sop Konro, (4) Pallu Mara, (5) Pallu Kaloa, (6) Kepiting saus Cili, (7) Ikan Bakar Parape, (8) Kapurung dan (9) Lawa Jantung pisang sebagai menu unggulan khas makassar yang terpopuler dan sudah dimasukkan sebagai Kuliner Nusantara 100 (seratus) makanan tradisional Indonesia. Menurut Winarno (2013), dua menu makanan khas makassar yang paling populer dan memasyarakat yaitu : 1. COTO MAKASSAR adalah soto gagrak Makassar yang unik dan khas, popularitas ”Coto Makassar”, sudah menembus batas wilayah, sehingga terkenal diseantero Nusantara melalui kedai-kedai coto yang telah bertebaran dimana-mana. 2. SOP KONRO adalah soto gagrak yang unik dan khas, Popularitas Sop Konro tidak kalah dengan makanan khas lainnya, sudah menembus batas wilayah, sehingga terkenal diseantero nusantara melalui, kedaikedai coto yang telah bertebaran dimana-mana. Coto Makassar dan Sop Konro adalah sejenis makanan berkuah yang dibuat dengan bahan dasar daging sapi dan jeroan, serta tulang iga yang berasal dari daerah Sulawesi Selatan. Sop Konro dari tulang Iga adalah semua jaringan dan semua produk hasil pengolahan jaringan yang sesuai untuk dimakan serta tidak menimbulkan gangguan kesehatan bagi yang memakannya. Organ-organ hati, ginjal, limpa dan jaringan otot termasuk daging yang biasa dijadikan coto dan sop konro dari tulang iga yang dikenal di daerah Sulawesi Selatan. Selain dari keanekaragaman sumber daya pangan, daging dapat menimbulkan kepuasan atau kenikmatan bagi yang memakannya karena kandungan gizinya lengkap, sehingga keseimbangan gizi untuk hidup dapat terpenuhi (Nurjannah 2006). Bumbu dan rempah yang digunakan dalam pembuatannya, seperti bawang merah, jahe, lengkuas, bawang putih, jintan, dan merica. tidak hanya berfungsi sebagai pembangkit rasa, tetapi telah lama diketahui memiliki fungsi kesehatan bagi tubuh. Saat ini dikembangkan pengolahan rempah-rempah untuk menjadi pangan fungsional. Hal ini disebabkan rempah-rempah mengandung komponen aktif yang diyakini bersifat antioksidan,
10
antikolesterol, antitrombotik, menjaga tekanan darah, dan lain-lain (Prihantini 2003 dan Winiati 2000). Kurkumin dan bawang putih telah lama digunakan secara tradisional untuk menurunkan kolesterol. Hasil penelitian di laboratorium menunjukkan bahwa kurmumin dapat mencegah oksidasi Low Density Lipoprotein (LDL) yang diuji pada kelinci, kurkumin merupakan komponen dalam tanaman rimpang yang dapat menurunkan kolesterol hati yang diuji pada tikus, dapat menurunkan lipid darah, salah satu zat aktifnya adalah alisin yang menunjukkan efek hiperglikemia, hiperkolesterolemia, dan hipertensi. Kombinasi kedua eksrak menunjukkan efek yang besar pada hasil uji antidiabetes dan antihiperlipidemia yang di uji pada tikus (Sukandar 2010). Bawang putih dan ekstraknya dapat menurunkan level kolesterol serum pada manusia dan juga mempunyai efek antitrombotik dengan zak aktif yaitu allyl pepyl dissulfida, diallyl sulfida, dan komponen sulfur lainnya (Rajaram 2003). Pada bawang merah terdapat beberapa zat aktif quercetin dan saponin, quercetin dapat menurunkan kadar kolesterol total dan kadar kolesterol LDL dengan cara menghambat sekresi Aipoprotpolein B100 pada sel CaCo-2 serta dapat menurunkan aktivitas dari MTP, MTP sendiri berperan pada pembentukan lipoprotein dengan mengatalisa perpindahan lipid ke molekul Apo B (Casaschi et al 2002). Kepuasan Pelanggan Sehubungan dengan kepuasaan pelanggan, maka kualitas pelayanan sangat diperlukan, karena pelayanan (service) adalah sesuatu hal komplek, yang terdiri dari lima unsur, yaitu Reliabilitas, Responsiveness, Assurance, Empathy dan Tangible. Buruknya mutu jasa yang diberikan penyedia jasa kepada pelanggan telah disadari mengakibatkan banyaknya kerugian yang dialami oleh perusahaan, sehingga kecewa tidak hanya meninggalkan perusahaan, tetapi juga akan menceritakan keburukan jasa yang diterima kepada orang lain. Selain itu perusahaan akan lebih banyak mengeluarkan biaya untuk mendapatkan satu orang pelanggan baru. Kurangnya mutu jasa dibidang ekonomi merupakan harga tertinggi yang tumbuh sangat cepat, daripada harga produk nyata. Kepuasan pelanggan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara kinerja (hasil) produk yang dipikirkan terhadap kinerja yang diharapkan (Kotler 2005). Sedangkan menurut Sumarwan (2003), kepuasan konsumen merupakan dampak dari perbandingan antara harapan nasabah sebelum pembelian dengan yang sesungguhnya diperoleh konsumen dari produk yang dibeli tersebut. Kaitan antara kepuasan konsumen dan kesetiaan konsumen tidak bersifat proporsional.
11
Produk Perusahaan
Harapan terhadap Mutu Produk
Evaluasi Kinerja Atribut Produk
Pemakaian Produk
Respons kognitif : Kesesuaian atau Ketidak -sesuaian
Respons Emosional
Kepuasan/Ketidakpuas an Gambar 1. Model Kepuasan-Ketidakpuasan Pelanggan (Sumarwan 2003) Kepuasan pelanggan menjadi salah satu tujuan esensial bagi aktivitas bisnis restoran. Konsumen sebagai pelanggan restoran dalam membelanjakan dananya demi mencari dan menikmati kepuasan (satisfaction) yang merupakan suatu konsep yang sudah lama dikenal dalam teori dan aplikasi pemasaran. Peta persaingan bisnis semakin meningkat tajam, preferensi dan perilaku pelanggan berubah, teknologi informasi semakin berkembang lebih cepat telah mendorong organisasi bisnis fokus menanggapi kepuasan pelanggan untuk menjamin pengembangan dan keberlanjutan bisnis. Saat ini persaingan bisnis semakin ketat dimana produsen berusaha memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen dengan menawarkan berbagai jenis produknya, dampak konsumen benyak memiliki peluang pilihan, kekuatan tawar menawar konsumen sebakin besar, yang mendorong setiap produsen akan menempatkan orientasinya pada kepuasan pelanggan sebagai tujuan utamanya (Sumarwan 2003). Produsen semakin yakin, bila : (1) kunci sukses untuk memenangkan persaingan terletak pada kemampuannya memberikan total customer value, untuk memuaskan pelanggan melalui penyampaian produk bermutu dengan harga cukup bersaing, (2) kepuasan akan mengarahkan orang
12
untuk mengulangi pembelian dan melakukan rekomendasi word of mouth (WOM) positive. Jika konsumen puas dengan produk atau layanannya, mereka lebih mungkin akan melakukan pembelian ulang pada waktu berbeda. Di sisi lain, kepuasan pelanggan dianggap sebagai faktor penentu utama dalam mengulangi pembelian. Semakin besar derajat kepuasan konsumen, semakin besar pula peluang konsumen akan meninjau kembali penyedia produk yang sama. Agregasi ukuran kepuasan transaksi spesifik sebelumnya melibatkan komponen kognitif dan afektif menjadi prediktor dominan pada niat pembelian ulang (Hasan 2013). Tabel 1. Perspektif dan Definisi Kepuasan Pelanggan PERSPEKTIF Normative deficit Equity Normative standard Procedural fairness Attributional
DEFINISI KEPUASAN PELANGGAN Perbandingan hasil aktual dengan hasil kultural yang dapat diterima Perbandingan perolehan/keuntungan yang didapatkan dari pertukaran sosial, bila perolehan tersebut tidak sama, maka pihak yang dirugikan akan tidak puas. Perbandingan hasil aktual dengan harapan standar pelanggan (dibentuk dari pengalaman dan keyakinan mengenai tingkat kinerja seharusnya diterima dari merek tertentu) Kepuasan merupakan fungsi dari keyakinan/presepsi konsumen telah diperlakukan secara adil. Kepuasan tidak hanya ditentukan oleh ada tidaknya diskonfirmasi harapan, namun juga oleh sumber penyebab diskonfirmasi
Sumber : (Hasan 2013). Di sisi lain kepuasan pelanggan dianggap sebagai faktor penentu utama dalam mengulangi pembelian. Semakin besar derajat kepuasan konsumen, semakain besar pula probabilitas konsumen akan meninjau kembali penyedia produk yang sama. Agregasi ukuran kepuasan transaksi spesifik sebelumnya melibatkan komponen kognitif dan afektif menjadi prediktor dominan pada niat pembelian ulang (Hasan 2013). Kepuasan pelanggan merupakan fungsi dasar dari sejumlah nilai produk yang persepsikan oleh pelanggan dibandingkan dengan harapan pelanggan sebelum menggunakan. Rumusan diformulasikan sebagai berikut : Kepuasan : f (Harapan terhadap produk : Kinerja produk yang dirasakan) dari faktor tersebut, maka kemungkinan pelanggan akan menyatakan kepuasaan dalam berbagai bentuk perilaku sebagaimana disajikan pada Tabel 2.
13
Tabel 2. Kinerja produk terhadap harapan pelanggan APABILA Kinerja > Harapan Kinerja = Harapan Kinerja < Harapan Sumber (Hasan, 2013)
PELANGGAN Sangat puas Puas Kecewa
DAMPAK Kunjungan ulang, rekomendasi positif
Silence Rekomendasi negatif
Sebagaimana disajikan pada Tabel 2, kinerja produk terhadap harapan pelanggan dikelompokkan (Hasan 2003), sebagai berikut : A. Apabila pelanggan mempersepsikan kinerja produk yang dinikmatinya lebih besar atau lebih tinggi dari yang diharapkan oleh pelanggan, maka pelanggan akan menyatakan bahwa mereka merasa sangat puas. B. Apabila pelanggan mempersepsikan kinerja produk yang dinikmatinya, sama dengan yang diharapkan oleh pelanggan, maka pelanggan akan menyatakan merasa puas. C. Apabila pelanggan mempersepsikan kinerja produk yang dinikmatinya lebih kecil atau lebih rendah dari yang diharapkan oleh pelanggan, maka pelanggan akan menyatakan kecewa. Konsep kepuasan pelanggan merupakan formulasi untuk meningkatkan kepuasan pelanggan dan loyalitas (increased customer satisfaction and loyalty) dapat dilakukan dengan melakukan pekerjaan pertama kali dengan benar (doing the right job on the first time), kemudian menangani komplain dengan efektif (effective complaint handling). Secara konseptual kepuasan dan ketidakpuasan pelanggan dapat dipahami bahwa definisi mengenai kepuasan pelanggan tidak ada yang baku, karena kepuasan pelanggan tergantung pada : (1) type-respons, yaitu respons kognitif, afektif dan emosional terhadap produk yang digunakan, khususnya ketika membandingkan kinerja yang dirasakan dengan harapannya dan intensitas respon seperti sangat kuat, sangat puas, netral, sangat senang, dan sejenisnya; (2) focus-respons yaitu perasaan yang berkaitan dengan jenis produk, konsumsi, keputusan pembelian, staf penjual toko, dan sejenisnya; (3) timing respons, yaitu respons yang muncul setelah mengkonsumsi, setelah pembelian, akumulasi pengalaman, dan sejenisnya (Hasan 2013). Berbagai dampak yang mungkin muncul dari presepsi pelanggan terhadap kinerja produk (Hasan 2013), yaitu : 1. Kinerja produk sangat jelek, berarti kinerja produk sangat jauh dari yang diharapkan oleh pelanggan, pelanggan akan marah-marah mencaci maki dengan sikap negatif lainnya, tidak hanya itu pelanggan akan bercerita kepada orang lain (rekomendasi negatif), kepada media cetak, elektronik tentang kejelekan dan kekecewaan yang dialaminya. 2. Kinerja produk kurang baik, berarti pelanggan merasa kurang puas, yang menilai bahwa produk tidak pantas menjadi alternatif yang
14
mampu memenuhi kebutuhannya. Akibatnya pelanggan akan melarang orang lain, koleganya untuk membeli produk bersangkutan. 3. Kinerja produk cukup baik, berarti kinerja berada di bawah harapan pelanggan, akibatnya pelanggan tidak begitu respek terhadap produk, pelanggan mungkin memilih sifat apatis, jika ada pertanyaan terhadap kinerja produk. 4. Kinerja produk baik atau biasa-biasa saja, berarti pelanggan puas, reaksi pelanggan biasa-biasa saja, umumnya tidak bercerita kepada orang lain (silence) tentang kinerja yang dirasakannya. 5. Kinerja produk sangat baik, jika kondisi ini terjadi berarti kinerja produk melebihi harapan pelanggan, sehingga pelanggan merasa sangat puas, pelanggan akan senang hati menceritakan kepuasannya kepada orang lain mengenai produk yang dirasakannya (rekomendasi positif). Kondisi inilah yang akan mendorong dan memperkuat niat untuk melakukan pembelian ulang, penambahan pelanggan baru dan sebagainya. Keputusan membeli didorong oleh rasa puas dan akan melakukan konsumsi ulang pada waktu yang akan datang, serta memberitahukan orang lain atas kinerja produk yang dirasakan. Oleh karena itu, strategi bisnis yang sukses sangat dipengaruhi oleh kemampuan menciptakan keterikatan yang kuat antara respon kognitif dan afektif (emosional) dalam ragam layanan produk. Strategi meningkatkan kepuasan pelanggan adalah usaha perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan bisnisnya, sehingga perusahaan harus bekerja keras dan sering harus mengeluarkan biaya tinggi dalam usahanya merebut pelanggan. Kepuasan pelanggan bersifat dinamis. Kepuasan pelanggan benar adalah kepuasan yang berlanjut menjadi customer loyalty (loyalitas pelanggan) yang berujung pada peningkatan volume penjualan yang lebih besar, asset lebih produktif dan return on investment (ROI) yang lebih tinggi (Hasan 2013). Dimensi kepuasan pelanggan dapat dinilai pada empat aspek penting berikut (Handi 2002), yaitu : 1. Konfirmasi harapan yaitu kepuasan tidak diukur langsung, namun disimpulkan berdasarkan kesesuaian/ketidaksesuaian antara harapan pelanggan dengan kinerja aktual produk perusahaan. 2. Minat pembelian ulang adalah kepuasan pelanggan diukur secara behavioral dengan jalan menanyakan apakah pelanggan akan berbelanja atau menggunakan produk/jasa perusahaan lagi. 3. Kesediaan merekomendasikan, yaitu kebutuhan pelanggan terhadap produk/jasa sedapat mungkin mau merekomendasikan kepada keluarga dan temannya menjadi ukuran penting untuk dianalisis atau ditindaklanjuti. 4. Ketidakpuasan pelanggan adalah mengetahui ketidak puasan pelanggan harus ditelaah beberapa aspek adalah (1) komplain; (2) pengembalian produk; (3) biaya garansi dan (4) word of mouth (WOM) negative (rekomendasi negatif).
15
Menurut Hasan (2013), kepuasan pelanggan adalah merupakan strategi jangka panjang yang membutuhkan komitmen, dana dan SDM, agar tetap bertahan hidup dan perusahaan mampu dan dapat menciptakan pertukaran yang berkesinambungan yang dibangun melalui : Customer Satisfaction (Cs) = Perceived Value (Pv) > Expected Value (Ev) Andaikan kepuasan konsumen diberi peringkat dengan skala 1-5, maka level kepuasan konsumen yang sangat rendah (level satu), dimana para konsumen cenderung menjauhi perusahaan dengan menyebarkan cerita jelek tentang perusahaan tersebut. Pada level dua sampai empat, konsumen agak puas, tetapi masih merasa mudah untuk beralih ketika tawaran yang lebih baik muncul. Pada level kelima, konsumen sangat cenderung membeli ulang dan bahkan menyampaikan cerita pujian tentang perusahaan. Kepuasan atau rasa senang yang tinggi telah menciptakan ikatan emosional dengan merek atau perusahaan tersebut, tidak sekedar suka berlebihan. Persepsi konsumen mengenai mutu suatu jasa dan kepuasan menyeluruh, memiliki beberapa indikator/petunjuk tertentu (Supranto 2001). Kepuasan pelanggan merupakan hal yang penting dalam persaingan bisnis sekarang ini. Banyak perusahaan berusaha meningkatkan kualitas layanannya dalam usahanya untuk memenuhi harapan dan memuaskan para pelanggannya. Dengan kepuasan yang maksimal diharapkan pelanggan akan menjadi setia terhadap produk dan layanan yang dipasarkannya (Andreani 2010).
3. METODE KAJIAN Kerangka Pikir Kajian Kajian ini menggunakan beberapa alat analisis, yaitu analisis IFE (Internal Factor Evaluation), EFE (External Factor Evaluation), IE( Internal External), analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats), CSI (Customer Satisfaction Index) dan IPA (Importance Performance Analysis) dalam rangka mencari alternatif strategi pengembangan yang dapat diaplikasikan untuk memenangkan persaingan. Analisis internal eksternal merupakan salah satu alat analisis yang digunakan untuk melihat posisi restoran khas Makassar. Analisis SWOT digunakan untuk menggambarkan restoran khas Makassar dari sisi internal dan eksternal. Pada sisi internal, faktor-faktor yang perlu dikaji adalah faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan yang dimiliki, sedangkan pada sisi eksternal dikaji faktor-faktor peluang dan ancaman, kemudian dilakukan pembobotan untuk mengetahui bagaimana pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis restoran khas Makassar. Hal selanjutnya diformulasikan suatu strategi pengembangan yang akan digunakan dengan menggunakan kekuatan dan peluang yang ada untuk mengatasi kelemahan dan ancaman yang akan menghambat pencapaian tujuan. Analisis CSI digunakan untuk mengetahui tingkat kepuasan responden secara menyeluruh dengan melihat tingkat kepentingan dari atribut-atribut bisnis restoran tersebut. Analisis IPA digunakan untuk menganalisis respon konsumen terhadap bisnis restoran khas makassar adalah deskriptif kuantitatif. Respon konsumen dapat dilihat dari penilaian yang diberikan konsumen terhadap karakteristik dari menu makanan khas makassar. Melalui analisis Internal Eksternal, analisis SWOT, CSI dan IPA maka diperoleh hasil yang menggambarkan posisi restoran khas Makassar terhadap lingkungan bisnisnya dan rekomendasi alternatif strategi yang sebaiknya digunakan. Strategi pada masing-masing kondisi akan berbeda sesuai dengan situasi dan kondisi pasar yang akan dihadapi. Untuk dapat lebih mengarahkan pada jalannya kajian dan dapat menghasilkan hasil kajian yang cermat dan teliti, maka dibutuhkan adanya bagan alur penelitian sebagai pedoman dalam pelaksanaannya. Bagan alur meliputi langkah dan hal yang perlu dipersiapkan dan dilengkapi sebagai dasar dalam pelaksanaan, meliputi berbagai hal dan rencana konsep yang ada. Adapun dalam kajian ini konsep perancangan pelaksanaan kajian dijelaskan dalam Gambar 2. Lokasi dan Waktu Lokasi kajian ini dilaksanakan di Restoran Khas Makassar Marannu dan Karebosi Kelapa Gading, dengan waktu pelaksanaan penelitian selama 6 bulan,yaitu mulai dari bulan April hingga Oktober 2015.
17
Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Data primer didapatkan melalui survei lapangan, wawancara dengan pemilik restoran, karyawan, pelanggan dan konsumen. Data primer diperoleh dari 50 orang responden dengan alat bantu kuesioner. Komposisi responden meliputi 40 orang dengan kualifikasi pelanggan atau konsumen (masing-masing restoran 20 orang), 18 orang sebagai karyawan restoran (masing-masing restoran 9 orang) dan 2 orang pemilik dari restoran obyek penelitian di Kelapa gading. Pengumpulan data sekunder dilakukan melalui penelusuran melalui pustaka, dokumen dan laporan dari instansi terkait. Restoran Khas makassar
Pengembangan bisnis restoran untuk mencapai tujuan
Analisis Internal Restoran (IFE)
Importance Performance Analysis (IPA)
Analisis Eksternal Restoran (EFE)
Strengths, Weakness, Opportunities and Threats (SWOT)
Customer Satisfaction Index (CSI)
STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RESTORAN KHAS MAKASSAR
Gambar 2. Kerangka berpikir dalam kajian Pengolahan dan Analisis data Pengolahan dan analisis data menggunakan metode berikut: 1. Metode Diskriptif, yaitu pengumpulan data mengenai informasi prospek pasar, bahan baku dan keuangan yang berkaitan dengan pasokan bahan
18
baku yang telah dikeluarkan oleh bisnis restoran. Data lain yang dibutuhkan adalah permintaan pasar dan pesaing strategik dibidang bisnis restoran. 2. Identifikasi Matriks EFE dan IFE. Matriks EFE digunakan untuk meringkas dan mengevaluasi informasi lingkungan eksternal, yaitu ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, pemerintah, teknologi, dan sebagainya. Sedangkan matriks IFE digunakan untuk meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama yang dihadapi perusahaan (Hendriyani 2010). Ada lima langkah yang diperlukan untuk menyusun matriks EFE dan IFE, seperti dikemukakan Hendriyani (2010), yaitu : a. Faktor eksternal dan internal, seperti peluang, ancaman, kelemahan dan kekuatan, yang berpengaruh terhadap perusahaan dan industrinya. b. Pembobotan untuk setiap faktor yang menunjukkan kepentingan relatif setiap faktor. Pembobotan berkisar antara 0.0 (tidak penting) hingga 1.0 (sangat penting) c. Pada setiap faktor harus menunjukkan efektivitas strategi bisnis restoran dalam merespon faktor-faktor tersebut. Rating tersebut adalah 1 (lemah), 2 (rata-rata), 3 (di atas rata-rata) dan 4 (superior). d. Setiap rating digandakan dengan masing-masing bobot untuk setiap peubahnya. e. Skor yang diperoleh dijumlahkan, sehingga diperoleh total skor organisasi. Total skor berkisar 1.0 – 4.0, dengan rataan 2.5. Dalam matriks IFE, total keseluruhan nilai yang dibobot berkisar 1.0-4.0 dengan nilai rataan 2.5. Nilai di bawah 2.5 menandakan bahwa secara internal perusahaan lemah dan nilai di atas 2.5 menunjukkan posisi internal perusahaan kuat. Total nilai 4.0 menunjukkan perusahaan mampu menggunakan kekuatan yang ada untuk mengantisipasi kelemahan dan total nilai 1.0 berarti perusahaan tidak dapat mengantisipasi kelemahan dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki. Tabel 3. Penilaian bobot faktor strategi eksternal perusahaan Faktor Strategik Eksternal A B C …….. Total
A
B
C
….
Total
Tabel 4. Penilaian bobot faktor strategi internal perusahaan Faktor Strategik Internal A B C …….. Total
A
B
C
….
Total
19
Dalam matriks EFE, total keseluruhan nilai yang dibobot tertinggi adalah 4.0 mengindikasikan perusahaan mampu merespon peluang yang ada dan menghindari ancaman di pasar industri. Nilai terendah 1.0 menunjukkan strategi yang dilakukan perusahaan tidak dapat memanfaatkan peluang atau tidak dapat menghindari ancaman yang ada. Setelah tersusun matriks IFE dan EFE, dilakukan kombinasi alternatif strategi dengan menggunakan matriks IE dan SWOT (Rangkuti 2011).
Tabel 5. Matriks IFE Faktor Strategik Internal
Bobot (a)
Rating (b)
Skor (axb)
Rating (b)
Skor (axb)
A. Kekuatan : 1. 2. . Dst Jumlah (A) B. Kelemahan : 1. 2. . Dst Jumlah (B) Total (A+B)
Tabel 6. Matriks EFE Faktor Strategik Eksternal A. Peluang : 1. 2. . Dst Jumlah (A) B. Ancaman : 1. 2. . Dst Jumlah (B) Total (A+B)
Bobot (a)
20
3. Analisis Matriks Internal External (IE) Matriks IE digunakan untuk melakukan pemetaan terhadap skor total matriks IFE dan EFE yang dihasilkan dari audit eksternal dan internal perusahaan. Matriks IE terdiri atas dua dimensi, yaitu total skor dari matriks IFE dan total skor dari matriks EFE. Total skor matriks IFE dipetakan pada sumbu X dengan skor 1.0-1.99 yang menyatakan posisi internal adalah lemah, skor 2.0-2.99 posisinya rataan, serta skor 3.0-4.0 adalah posisi kuat. Total skor dari matriks EFE pada sumbu Y dengan skor 1.0-1.99 adalah posisi rendah, skor 2.0-2.99 adalah posisi rataan dan skor 3.0-4.0 adalah posisi tinggi. Matriks ini bermanfaat untuk menentukan posisi perusahaan yang terdiri atas sembilan sel. Secara garis besar dibagi menjadi tiga bagian utama yang mempunyai dampak strategi berbeda, yaitu : a. Strategi tumbuh dan kembang yang meliputi sel I, II, atau IV dan strategi yang cocok untuk diterapkan. Antara lain strategi intensif atau strategi integratif. b. Strategi jaga dan pertahankan yang meliputi sel III, V, atau VII, dapat dikelola dengan strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk. c. Strategi tuai dan divestasi yang meliputi sel VI, VIII, atau IX.
Faktor Evaluasi Internal Kuat 4.0
Tinggi
Faktor Evaluasi Sedang Eksternal
Rendah
Gambar 3. Matriks IE (Kotler 2005)
Rataan 3.0
2.0
Lemah 1.0
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
21
4. Analisis SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities and Threats) Menurut Rangkuti (2013), hampir setiap perusahaan maupun pengamat bisnis dalam pendekatannya banyak menggunakan analisis SWOT. Kecenderunagn nampaknya akan semakin meningkat, terutama dalam era perdagangan bebas abad ke-21, yanga satu sama lain saling berhubungan dan saling tergantung. Konsep dasar pendekatan analisis SWOT ini, nampaknya sederhana sekali pemahamannya bahwa “apabila kita telah mengenal kekuatan kekuatan dan kelemahan diri sendiri dan mengetahui kekuatan dan kelemahan lawan, sudah dapat dipastikan bahwa kita akan dapat memenangkan pertempuran”. Analisis SWOT dalam perkembangannya saat ini, tidak hanya dipakai untuk menyusun strategi di medan pertempuran, melainkan banyak diterapkan dalam penyusunan perencanaan strategi bisnis (Strategic Business Planning), yang bertujuan untuk menyusun strategi-strategi jangka panjang, sehingga arah dan tujuan perusahaan dapat dicapai dengan jelas, sehingga dapat segera diambil keputusan, berikut semua perubahannya dalam menghadapi pesaing. Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematik untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika untuk memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats). Proses pengambilan keputusan strategik selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencana strategik (strategic planner) harus menganalisis faktor-faktor strategik perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut dengan Analisis Situasi. Model yang paling populer untuk analisis situasi adalah analisis SWOT (Rangkuti 2011). Kinerja perusahaan dapat ditentukan oleh kombinasi faktor internal dan faktor eksternal dalam analisis SWOT. Analisis SWOT ini membandingkan antara faktor eksternal (peluang dan ancaman) dengan faktor internal (kekuatan dan kelemahan), seperti dimuat pada Tabel 7. Hubeis dan Najib (2008), mengemukakan bahwa matriks SWOT merupakan alat untuk mencocokkan faktor-faktor penting yang akan membantu manajer mengembangkan empat tipe strategi, yaitu SO (Kekuatan-Peluang atau strengths-opportunities), WO (kelemahanpeluang atau weakness-opportunities), ST (kekuatan-ancaman atau strengths-threaths) dan WT (weakness-threaths). Menyusun faktor-faktor strategik pada bisnis restoran matriks SWOT yang dapat dilihat pada Tabel 2. Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan untuk disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya.
22
Tabel 7. Matriks SWOT Faktor Internal
Kekuatan (Strengths)
Kelemahan (Weaknesses)
Strategi (S-O) Ciptakan strategi Menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang Strategi (S-T) Ciptakan strategi Menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman
Strategi (W-O) Ciptakan strategi Meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang
Faktor eksternal
Peluang (Opportunities)
Ancaman (Threats)
Strategi (W-T) Ciptakan strategi Meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman
Sumber : Rangkuti 2011 5. Analisis Customer Satisfaction Index (CSI) CSI diperlukan untuk mengetahui tingkat kepuasan responden secara menyeluruh dengan melihat tingkat kepentingan dari atribut-atribut bisnis restoran tersebut. Menurut Listyari (2006) dan Hendriyani (2010), CSI adalah fungsi dari weighted average (WA) dibagi highest scale (HS/skala maksimum yang dipakai dalam penelitian ini (skala 5) dengan dikalikan 100%. WA CSI =
x 100 % HS
Kriteria indeks kepuasan menggunakan kisaran 0.00-1.00 (tidak puas hingga puas), yang dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Kriteria nilai indeks kepuasan pelanggan NILAI IKP
KRITERIA
0.00-0.34 0.35-0.50 0.51-0.65 0.66-0.80 0.81-1.00
Tidak puas Kurang puas Cukup puas Puas Sangat puas
23
6. Analisis Importance Performance Analysis (IPA) Menurut Umar (2003), IPA merupakan metode yang dapat digunakan untuk menganalisis respon konsumen terhadap “bisnis restoran khas makassar” adalah deskriptif kuantitatif. Respon konsumen dapat dilihat dari penilaian yang diberikan konsumen terhadap karakteristik dari menu makanan khas makassar. Selanjutnya mengukur tingkat harapan dan tingkat kinerja terhadap perusahaan menurut pendapat konsumen, maka digunakan IPA. Tngkat kepentingan dari menu makanan khas makassar adalah seberapa penting suatu dimensi menu makanan bagi konsumen atau seberapa besar harapan konsumen terhadap kinerja suatu karakteristik. Untuk mengetahui tingkat kepentingan secara nyata dari kinerja produk oleh konsumen akan digunakan skala interval. Data skala interval diberi skor secara kuantitatif untuk dipakai dalam perhitungan-perhitungan (Tabel 9). Pada tingkat pelaksanaan/kinerja adalah kinerja aktual dari kinerja yang telah diberikan oleh menu makanan khas makassar dapat dirasakan oleh pelanggannya.
Tabel 9. Skor tingkat kepentingan Kriteria Jawaban Tidak penting Kurang penting Cukup penting Penting Sangat penting Sumber : Umar 2003.
Skor (Nilai) 1 2 3 4 5
Berdasarkan hasil perolehan penilaian tingkat kepentingan dan tingkat pelaksanaan, maka dilakukan perhitungan mengenai tingkat kepentingan dan tingkat pelaksanaan dari produk. Skor rataan kepentingan dikurangi dengan skor rataan pelaksanaan akan diperoleh total skor gap (kesenjangan). Untuk menghitung tingkat kesesuaian konsumen dilakukan. dengan cara menghitung perbandingan rataan skor pelaksanaan dan rataan skor kepentingan yang menunjukkan tingkat kepuasan konsumen terhadap produk menu makanan khas makassar yang dihasilkan. Tingkat kesesuaian ini akan menentukan urutan prioritas peningkatan faktor-faktor yang memengaruhi kepuasan pelanggan. (Supranto 2001). Hal tersebut dimuat pada Tabel 10.
24
Tabel 10. Skor tingkat pelaksanaan. Kriteria jawaban Skor (Nilai) Tidak baik
1
Kurang baik
2
Cukup baik
3
Baik Sangat baik Sumber: Umar, 2003.
4 5
Pembobotan tingkat pelaksanaan/kinerja lebih besar atau sama dengan bobot tingkat kepentingan (harapan), berarti kinerja restoran telah memenuhi harapan konsumen. Jika bobot kinerja lebih kecil dari bobot tingkat harapan, berarti kinerja masih di bawah harapan. Hal ini menunjukkan bahwa kepuasan konsumen belum tercapai. Bobot penilaian kinerja perusahaan dan bobot penilaian kepentingan konsumen diratakan dan diformulasikan ke dalam diagram Kartesius. Masing-masing dimensi diposisikan dalam sebuah diagram, dimana skor rataan penilaian terhadap tingkat pelaksanaan (kinerja) (X) menunjukkan posisi suatu dimensi pada sumbu X, sementara posisi dimensi pada sumbu Y ditunjukkan oleh skor rataan tingkat kepentingan (harapan) konsumen terhadap atribut (Y). Setiap hasil akan menempati salah satu kuadran dalam diagram Kartesius yang terdiri atas : a. Kuadran A (Prioritas Utama) Kinerja suatu dimensi adalah lebih rendah dari keinginan konsumen, sehingga pihak restoran khas makassar, harus meningkatkan kinerjanya agar optimal. b. Kuadran B (Pertahankan Prestasi) Kinerja dan keinginan konsumen pada suatu dimensi berada pada tingkat tinggi dan sesuai, sehingga pihak restoran khas makassar, cukup mempertahankan kinerja dimensi tersebut. c. Kuadran C (Prioritas Rendah) Kinerja dan keinginan konsumen pada suatu dimensi berada pada tingkat rendah, sehingga produk menu makanan khas makassar, belum perlu melakukan perbaikan. d. Kuadran D (Berlebihan) Kinerja perusahaan berada pada tingkat tinggi tetapi keinginan konsumen akan kinerja dari dimensi tersebut rendah, sehingga bisnis restoran tidak perlu lagi meningkatkan kinerja karakteristik ini, sehingga sumber daya perusahaan dapat dialokasikan untuk melaksanakan prioritas utama.
25
Kelebihan menggunakan metode ini adalah lebih efisien, penelitian mengenai kepuasan pelanggan, tidak hanya mendapatkan indeks kepuasan pelanggan, tetapi sekaligus memperoleh informasi yang berhubungan dengan dimensi atau atribut yang perlu diperbaiki. Menurut Handi (2002). Hal ini dimungkinkan karena skor dari setiap dimensi atau skor dari setiap atribut dapat diperoleh.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Nama Restoran Marannu dalam bahasa Bugis Makassar artinya selalu gembira, senang dan menyenangkan, sebagai motivasi manajemen agar semua pelanggan yang mengunjungi selalu disambut dengan senang dan gembira, agar dapat memberikan kesan tidak terlupakan, sehingga para pelanggan diharapkan akan menjadi pelanggan setia setiap saat. Restoran Khas Makassar Marannu Jakarta yang beralamat di jalan Boulevard Raya ETA 2 nomor 27, Kalapa Gading Jakarta Utara, didirikan pertama kali pada tahun 1984 oleh seorang putra alsi Makassar yang lahir di kota Ujung Pandang kala itu yang bernama Daeng Rannu, dengan terobsesi dari nama pendirinya yaitu kata dan istilah Marannu berasal dari kata dasarnya Rannu yang selalu senang dan gembira. Pendiri yang sekaligus pengelola selama 16 tahun lamanya (1984-2000) dimana usia sudah semakin lanjut, maka pada tahun 2000, selanjutnya pengelolaan Restoran Khas Makassar Marannu dilimpahkan tanggungjawab manajerialnya kepada putrinya yang bernama Netty, dimana putrinya ini menerima baik limpahan tanggungjawab orang tuanya untuk mengembangkan warisan usaha dalam rangka membawa prestasi dan hasil yang lebih baik di masa mendatang dan sebagai manajer muda semakin memberikan nuasa baru dalam segi mutu pelayanan karyawannya kepada pelanggan dan menyempurnakan menu makanan khas Makassar yang menjadi andalan khasnya. Pada tahun 2011 pengelolaan manajerial dialihkan kepada Yudhi Samson, SE dan sebagai pewaris keturunan ke 2 (dua), maka dipundaknyalah tanggungjawab yang sangat besar untuk menghadapi persaingan semakin ketat dalam era ekonomi global, khususnya perdagangan bebas Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), maka diperkirakan semua jenis usaha akan merasakan beratnya persaingan, namun demikian Restoran Marannu semakin memperlihatkan geliat kemajuannya dengan memacu pelayanan prima kepada pelanggan dan diversifikasi menu khas Makassar. Yudhi Samson sebagai manajer muda mempunyai visi dan misi ke depan dengan profesional dapat memberikan berbagai terobosan, salah satunya menggunakan bahan baku daging sapi impor bermutu dibandingkan dengan bahan baku daging sapi lokal, serta berusaha menjalin hubungan dan relasi konsisten dengan importir daging yang berasal dari Australia dan New Zealand. Relasi importir daging sapi yang selama ini bekerjasama dengan Restoran Marannu meliputi : PT. Agroboga Utama, PT. Ritha Jaya Beef, PT. Santori, PT. Estetika Beef dan PT. Indopola Utama. Kisaran jumlah pengadaan bahan baku daging sapi lokal dan impor mencapai nilai 150-250 juta rupiah per bulannya. Modal bahan baku tersebut dapat memberikan pendapatan kotor sejumlah 400-500 juta rupiah per bulannya, dengan estimasi keuntungan bersih 100-200 juta rupiah.
27
Restoran Karebosi beralamat di jalan Boulevard Raya Kelapa Gading Jakarta Utara. Menu yang ditawarkan Rumah makan khas Makassar ini menyuguhkan berbagai menu khas seperti coto Makassar, sop konro, konro (iga) bakar, es pisang ijo, atau es pallu butung, maupun menu yang jamak ditemui seperti nasi goreng. Untuk minuman yang disediakan seperti teh botol, es jeruk, dan soft drink. Berawal dari sebuah warung kaki lima yang berdiri pada tahun 1968 di Lapangan Karabosi Makasar, Rumah Makan Sop Konro Karabosi mampu memikat hati para pelanggannya hingga mampu bertahan dan berkembang hingga berdiri beberapa cabangnya di Jakarta, Makassar dan Surabaya. Rumah makan yang dikembangkan sejak tahun 1993 di kawasan Kelapa Gading ini memang luar biasa. Menu andalan sop konro yang memberikan cita rasa khas makasar yang menurut pemiliknya Hj. Hanaping sebagai resep rahasia turun temurun dari keluarganya dan hanya akan diturunkan kepada keluarganya. Selain sop konronya yang begitu nikmat, suasana rumah makannya begitu nyaman, didukung dengan pelayanan yang ramah membuat pelanggannya makin betah dan selalu ingin kembali lagi untuk menikmati berbagai menu makanan yang disajikan. Selain itu Kebersihan ruangan menjadi sangat penting bagi rumah makan. Pelanggan akan mempunyai persepsi yang baik tentang mutu hidangan apabila tempat rumah makan tersebut juga bersih (Nurhayati et al 2007). Karakteristik Responden Karakteristik konsumen yang menjadi responden dalam kajian ini dilihat dari umur, jenis kelamin, pekerjaan, status, tingkat pendidikan dan rataan pengeluaran per bulan. 1. Umur Responden di dominasi oleh konsumen yang berumur 30-40 tahun (57%). Pada umur ini seseorang memiliki umur yang matang, sedangkan dominasi berikutnya di usia 20-30 tahun (20%) merupakan umur produktif. Menurut Lumenta (1997), umur dapat menggambarkan pengalaman seseoarang dalam kehidupan, sehingga terdapat keragaman perilaku berdasarkan umur yang dimilikinya. >40 tahun (14%)
< 20 tahun (9%)
20-30 tahun (20%) 30-40 tahun (57%)
Gambar 4. Reponden berdasarkan umur
28
2. Jenis Kelamin Jenis kelamin merupakan salah satu pedoman dasar dalam melakukan segmentasi pasar, karena perbedaan jenis kelamin menyebabkan pola perilaku berbeda satu sama lain. Sebagian besar (51%) reponden adalah laki-laki dan sisanya perempuan (49%). Perbedaan jenis kelamin dapat menyebabkan perbedaan pemilihan suatu produk (Andriyani 2000). 3. Pekerjaan Responden yang dominan adalah pegawai swasta/negeri (46%) dan paling sedikit belum bekerja (3%). Wiraswasta (11%)
Lainnya (20%)
Belum bekerja (3%)
Pelajar/ mahasiswa (9%) Ibu RT (11%)
Pegawai (46%)
Gambar 5. Responden berdasarkan pekerjaan 4. Status Status merupakan salah satu pedoman dasar dalam melakukan segmentasi pasar, karena status memberikan gambaran responden sudah dewasa atau belum. Sebagian besar reponden (52%) adalah sudah menikah dan sisanya belum menikah (48%). 5. Pendidikan Terakhir Tingkat pendidikan responden terbanyak adalah Sarjana/Pascasarjana 66% dan yang paling sedikit adalah SMA (9%). Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka pola pikirnya semakin sistematis dan ingin mendapatkan sesuatu yang baik dan bermanfaat bagi dirinya (Sumarwan 2003).
29
S1/S2/S3 (66%)
lainnya 0%
SMP (11%)
SMA (9%) Akademi (14%)
Gambar 6. Responden berdasarkan pendidikan terakhir 6. Rataan pengeluaran per bulan Besarnya pengeluaran keluarga responden per bulan di dominasi oleh responden yang memiliki pengeluaran < 250 ribu rupiah sebesar 0% dan 250-500 ribu rupiah sebesar 5%, 500 ribu-1 juta rupiah per bulan sebesar 18%, 1-1,5 juta rupiah per bulan sebesar 25% dan 1,5-2 juta rupiah sebesar 26%, serta lainnya > 2 juta rupiah sebesar 26%.
Faktor-faktor Internal dan Eksternal Analisis SWOT dilakukan untuk merumuskan strategi yang harus diterapkan, dengan menggolongkan faktor-faktor lingkungan yang dihadapi oleh industri sebagai faktor kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities) dan ancaman (threats). Profil kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman ini diperoleh melalui identifikasi terhadap berbagai faktor yang memengaruhi strategi pengembangan strategi bisnis restoran Makassar Kekuatan meliputi tenaga kerja handal dan berpengalaman, sarana dan prasarana yang mendukung, teknologi, jumlah jaringan luas, serta inovasi produk dan layanan. Kekuatan adalah kompetensi khusus yang memberikan keunggulan komparatif bagi perusahaan di pasar. Kekuatan dapat terkandung dalam sumber daya keuangan, citra, kepemimpinan pasar, hubungan pembeli dengan pemasok dan faktor-faktor lain (Pearce and Robinson 1997). Menurut Pearce and Robinson (1997), merupakan keterbatasan atau kekurangan dalam sumber daya, keterampilan, dan kemampuan yang dapat menghambat kinerja efektif perusahaan. Sumber-sumber kelemahan tersebut dapat meliputi kegiatan promosi kurang, biaya terlalu tinggi, SDM kurang bermutu, sistem dan prosedur yang rumit, serta penelitian dan pengembangan (litbang) usaha rendah. Peluang merupakan situasi penting yang menguntungkan dalam lingkungan industri (Pearce and Robinson 1997). Dalam hal ini perkembangan trend merupakan salah satu sumber peluang. Untuk itu, perubahan gaya hidup
30
masyarakat, keinginan untuk menjadi lebih sukses, keadaan perekonomian yang semakin baik, pangsa pasar produk/usaha yang masih luas dan pelanggan/nasabah yang loyal dapat memberikan peluang bagi perusahaan. Ancaman merupakan suatu situasi penting yang tidak menguntungkan dalam lingkungan perusahaan. Ancaman merupakan pengganggu utama bagi posisi perusahaan. Keberadaan perusahaan sejenis, kondisi perekonomian dan politik yang tidak stabil, kenaikan biaya produksi/tenaga kerja, pesaing usaha sejenis dankelangkaan pasokan bahan baku dapat menjadi ancaman bagi keberhasilan perusahaan. Aspek dimensi lingkungan yang dimiliki oleh perusahaan terkait dengan lingkungan luar dimana perusahaan berada. Aspek dimensi lingkungan internal mencakup segala hal yang berhubungan dengan kondisi di dalam usaha. Keseluruhan faktor yang telah diidentifikasi diberikan bobot, rating dan skor yang menggambarkan posisi perusahaan dalam menghadapi kondisi lingkungan eksternal berdasarkan kondisi internal dengan matriks EFE dan matriks IFE. Profil SWOT dapat dimuat pada Tabel 11. Analisis matriks IFE dan EFE dilakukan terhadap lingkungan internal dan eksternal perusahaan, sehingga diperoleh faktor-faktor kunci yang termasuk ke dalam kekuatan, kelemahan, peluang dan ancamannya. Skor yang diperoleh dari matriks ini menunjukkan kemampuan usaha dalam memanfaatkan kekuatan dan mengatasi kelemahan yang dimiliki, serta menunjukkan kemampuan dalam meraih peluang dan mengatasi ancaman eksternalnya. IFE meliputi kekuatan dan kelemahan dilakukan dengan pembobotan dan pemberian rating berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh perusahaan. Matriks IFE dapat dilihat pada Tabel 12. Analisa lingkungan internal terdiri dari fungsi manajemen yang meliputi planning, organizing, actuating, dan controlling (POAC) pada setiap fungsi bisnis yaitu fungsi sumber daya manusia, fungsi keuangan, fungsi produksi dan operasional dan fungsi pemasaran (Ling 2013). EFE meliputi peluang dan ancaman, dilakukan dengan pembobotan dan pemberian rating berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh perusahaan. Penilaian pembobotan dan pemberian rating bersifat subyektif memuat kondisi aktual dan sudut pandang dalam menghadapi berbagai faktor eksternal. Nilai atau skor terbobot total pada evaluasi faktor eksternal akan menentukan posisi perusahaan dalam menghadapi ancaman berdasarkan peluang yang dimiliki. Dalam hal ini, matriks EFE dapat dilihat pada Tabel 13.
31
Tabel 11. Profil SWOT Kekuatan (S) 1. Sistem Manajemen 2. Keuangan yang sehat 3. Produksi optimal Peluang (O) 1. Daya tawar pemasok 2. Data tawar pembeli 3. Fenomena sosial, budaya dan demografi 4. Fenomena teknologi
Kelemahan (W) 1. Pemasaran 2. Litbang usaha 3. Sistem informasi belum optimal Ancaman (T) 1. 2. 3. 4. 5.
Persaingan dalam usaha Ancaman pendatang baru Ancaman produk substitusi Fenomena politik Fenomena ekonomi
Tabel 12. Perhitungan matriks IFE Faktor Internal
Kekuatan Sistem Manajemen kuat Keuangan yang sehat Produksi optimal Kelemahan Pemasaran Litbang usaha Sistem informasi belum optimal Jumlah
Bobot (a)
Rating (b)
Nilai skor terbobot (c = a x b)
0.20 0.16 0.14
4 3.5 4
0.83 0.58 0.56
0.12 0.14 0.14 0.10
2 1.5 1.5
0.25 0.21 0.21 2.65
Penilaian pembobotan dan pemberian rating bersifat subyektif memuat kondisi aktual dan sudut pandang dalam menghadapi berbagai faktor internal. Skor terbobot total pada evaluasi faktor internal akan menentukan posisi perusahaan dalam menghadapi kelemahan berdasarkan kekuatan yang dimiliki.
32
Tabel 13. Perhitungan matriks EFE Faktor Eksternal Bobot Rating (a) (b) Peluang Daya tawar pemasok Daya tawar pembeli Fenomena sosbud dan demografi Fenomena teknologi Ancaman Persaingan dalam industri Ancaman pendatang Ancaman produk substitusi Fenomena politik Fenomena ekonomi Jumlah
Nilai skor terbobot (c = a x b)
0.11 0.11 0.12 0.10
3.5 4 3.5 4
0.39 0.47 0.42 0.40
0.11 0.13 0.11 0.08 0.09 0.10
2 1.5 1.5 1.5 1.5
0.23 0.20 0.17 0.12 0.13 2.57
Berdasarkan analisis lingkungan eksternal dan internal, diperoleh hasil berupa nilai matriks yang menentukan posisi usaha bisnis restoran Makassar untuk dijadikan acuan dalam memformulasikan alternatif strategi yang diperoleh. Perumusan strategi pemasaran ini tidak terlepas dari aspek dimensi lingkungan eksternal dan internal. Berdasarkan hasil penjumlahan skor total pada matriks IFE dan EFE didapatkan nilai masing-masing 2.65 dan 2.57. Skor total yang terdapat pada matriks EFE menggambarkan dan mengindikasikan posisi usaha bisnis restoran Makassar stabil dalam merespon situasi eksternal yang dihadapi. Skor total IFE mengindikasikan posisi usaha bisnis restoran Makassar berada pada tingkat rataan untuk mampu merespon iklim internal yang dimiliki. Nilai skor total kombinasi antara matriks EFE dan IFE digunakan untuk mengetahui posisi usaha bisnis restoran Makassar (Gambar 7). Berdasarkan kombinasi dari nilai EFE dan IFE didapatkan matriks IE. Nilai matriks IE menunjukkan pada posisi sel tengah (Pertumbuhan/Stabil). Penentuan Strategi IE (Internal External) Penentuan posisi strategi perusahaan dalam matriks IE didasarkan pada hasil total nilai matriks IFE yang diberi bobot pada sumbu x dan total nilai matriks EFE pada sumbu y (David 2006). Posisi matriks IE menunjukkan posisi strategi pertumbuhan dan stabilitas. Strategi pertumbuhan ini didesain untuk mencapai kondisi pertumbuhan penjualan, pertumbuhan keuntungan dan pertumbuhan aset. Usaha yang dapat dilakukan adalah penetrasi pasar dan pengembangan usaha. Kegiatan untuk peningkatan pemasaran dan pelayanan merupakan salah satu formulasi strategi yang dapat menjadi andalan utama bagi usaha bisnis restoran Makassar, disamping untuk mengembangkan kegiatan usaha juga bertujuan untuk mempertahankan usaha, agar terus berlangsung dan terhindar
33
dari kehilangan penjualan dan kehilangan keuntungan. Hasil identifikasi dari kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman perusahaan digunakan untuk merumuskan alternatif strategi dengan menggunakan matriks SWOT.
PERTUMBUHAN
PENCIUTAN
IV
V
VI
3.0
MENENGAH
TINGGI
PERTUMBUHAN
PERTUMBUHAN STABILITAS
PENCIUTAN (STABIL)
2.0 RENDAH
TOTAL SKOR STRATEGI EKSTERNAL = 2.57
4.0
TOTAL SKOR FAKTOR STRATEGI INTERNAL = 2.65 KUAT RATAAN LEMAH 3.0 2.0 1.0 I II III
VII
VIII
IX
PERTUMBUHAN
PERTUMBUHAN
LIKUIDASI
1.0
Gambar 7. Analisis Matriks IE
Perumusan Strategi SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats) Perumusan strategi diterapkan melalui identifikasi dan analisis faktorfaktor eksternal yang terdiri dari peluang dan ancaman, serta faktor-faktor internal yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan. Peluang merupakan situasi yang diinginkan atau disukai dalam lingkungan industri. Ancaman merupakan situasi yang tidak diinginkan atau tidak disukai dalam lingkungan industri. Kekuatan merupakan kompensasi khusus yang memberikan keunggulan komperatif bagi usaha bisnis restoran Makassar, sedangkan kelemahan merupakan keterbatasan atau kekurangan dalam sumber daya keterampilan, maupun kemampuan yang dapat menghambat kinerja perusahaan. Perumusan strategi dilakukan dengan mengkombinasikan berbagai faktor yang telah diidentifikasi dan dikelompokkan. Hasil perumusan dikelompokkan menjadi empat kelompok perumusan strategi yang terdiri dari strategi Kekuatan-Peluang (S-O), strategi Kekuatan-Ancaman (S-T), Strategi Kelemahan-Peluang (W-O) dan strategi Kelemahan-Ancaman (W-T), seperti termuat pada Gambar 8.
34
Faktor kekuatan (S) 1. Sistem Manajemen yang kuat 2. Keuangan yang sehat 3. Produksi optimal
Faktor kelemahan (W) 1. Pemasaran 2. Litbang usaha 3. Sistem informasi belum optimal
Faktor peluang (O) 1.Faktor DayaEksternal tawar pemasok 2. Daya tawar pembeli 3. Fenomena sosial, budaya dan demografi 4. Fenomena teknologi
Strategi SO (agresif) 1. Meningkatkan produktivitas (O1,O2,O3,O4 ; S1,S2,S3) 2. Menerapkan standar mutu (O1,O2,O3,O4 ; S1,S2,S3) 3. Peningkatan pelayanan (O3,O4 ; S1,S2)
Strategi WO (diversifikasi) 1. Meningkatkan efisiensi waktu dan pengadaan bahan baku (O1,O2,O3,O4 ; W2,W3) 2. Meningkatkan volume penjualan dengan efektifitas pemasaran (O2,O3,O4 ; W1,W3)
Faktor ancaman (T) 1. Persaingan dalam usaha 2. Ancaman pendatang baru 3. Ancaman produk sustitusi 4. Fenomena politik 5. Fenomena ekonomi
Strategi ST (diferensiasi) Strategi WT (defensif) 1. Mempertahankan dan menjaga 1. Meningkatkan teknologi mutu produk yang dihasilkan produksi dan mutu produk (T1,T2,T3,T4,T5 ; S1,S2,S3) (T1,T2,T3 ; W1,W2,W3) 2. Meningkatkan pelayanan 2. Memperbaiki mutu SDM pelanggan (T1,T2,T3 ; S1,S3) (T1,T2,T3,T4,T5 ; W1,W2)
Faktor Internal
Faktor Eksternal
Keterangan : (Oi ; Si) atau (Oi ; Wi) atau (Ti ; Si) atau (Ti ; Wi) menunjukkan kombinasi lingkungan eksternal dengan internal dalam menghasilkan pilihan strategi. i = 1, 2, ……..n.
Gambar 8. Rumusan strategi pemasaran dengan matriks SWOT Penyusunan mekanisme operasional merupakan batasan kegiatan yang perlu dilakukan oleh perusahaan dalam proses pengembangan usaha jasa pasokan suku cadang dan pemeliharaan pada usaha bisnis restoran Makassar. Formulasi kebijakan kualitatif pada Gambar 8 dapat dirumuskan sebagai berikut : a. Strategi S-O (kombinasi S1-S3 dengan O1-O4) Strategi ini didapatkan dengan memanfaatkan dan memaksimalkan kekuatan yang dimiliki oleh usaha bisnis restoran untuk mengambil atau memanfaatkan peluang yang ada. Berdasarkan hasil analisis diperoleh beberapa formulasi strategi, yaitu meningkatkan produktivitas untuk meningkatkan laba dan peningkatan pelayanan. Kondisi perusahaan saat ini memiliki tingkat penjualan dan distribusi yang belum kuat. Jaringan pemasaran luas tetapi perolehan laba dalam per tahunnya harus terus dioptimalkan. Untuk itu diperlukan upaya untuk meningkatkan produktivitas jaringan distribusi dan peningkatan pelayanan, baik dengan bahan baku maupun hasil industri guna meningkatkan penjualan. Dengan adanya kondisi ini, maka diharapkan usaha bisnis restoran Makassar dapat mengisi peluang dengan adanya saluran pemasaran yang dimilikinya. Disamping itu, perusahaan diharapkan mampu memanfaatkan kebijakan pemerintah saat ini. Perkembangan bisnis usaha makanan merupakan salah satu bisnis yang sangat diminati oleh masyarakat, karena makanan sebagai
35
kebutuhan untuk kelangsungan hidup yang akan terus dicari. Hal ini terbukti bahwa bisnis kuliner telah menjadi lebih kompetitif karena lebih banyak orang mulai masuk ke bisnis yang menguntungkan ini (Maidayanti 2013). b. Strategi S-T (kombinasi S1-S3 dengan T1-T5) Strategi ini didapatkan dengan memaksimalkan kekuatan yang dimiliki perusahaan dalam mengantisipasi ancaman yang ada. Berdasarkan hasil analisis diperoleh beberapa formulasi strategi, yaitu meningkatkan dan menjaga mutu produk yang dihasilkan untuk meningkatkan pelayanan pelanggan dan meningkatkan kerjasama melalui kemitraan yang saling menguntungkan Usaha saat ini kurang menunjukkan kondisi yang kuat untuk menghadapi ancaman yang ada. Oleh karena itu, strategi yang perlu dilakukan untuk menghadapi persaingan dan pengembangan usaha adalah melakukan pemberdayaan secara optimal terhadap sumber daya yang ada, baik modal, tenaga kerja maupun pengelolaan usahanya. Selain itu, komitmen perusahaan dalam meningkatkan mutu bahan baku dan mutu produk yang dihasilkan. c. Strategi W-O (kombinasi W1-W3 dengan O1-O4) Strategi ini didapatkan dengan usaha menekan atau meminimalisasi kelemahan yang dimiliki usaha bisnis restoran Makassar untuk memanfaatkan peluang yang ada saat ini. Berdasarkan hasil analisis diperoleh strategi menekan biaya produksi dengan meningkatkan efisiensi, terutama dalam pengadaan bahan baku dan efektifitas pemasaran untuk meningkatkan laba usaha. Secara umum, usaha bisnis restoran Makassar memiliki kelemahan yang sama dengan usaha lainnya, yaitu pemasaran masih belum optimal. Usaha bisnis restoran Makassar memiliki peluang sangat besar yang seharusnya mampu ditangkap oleh pengusaha, namun demikian strategi yang dapat dilakukan adalah dengan memenuhi tuntutan peluang baik mutu maupun kuantitasnya. Strategi untuk mempertahankan mutu adalah dengan pengendalian bahan baku dan pengawasan mutu produksi secara konsisten. d. Strategi W-T (kombinasi W1-W3 dengan T1-T5) Strategi ini didapatkan melalui upaya meminimalisasi kelemahan yang dimiliki usaha bisnis restoran Makassar untuk mengantisipasi ancaman atau untuk menghadapi kemungkinan ancaman yang ada dari lingkungan eksternal usaha. Berdasarkan hasil analisis diperoleh strategi meningkatkan teknologi produksi dan mutu dengan standar mutu yang diinginkan oleh pasar dan memperbaiki saluran distribusi. Kelemahan utama pada usaha ini selain ketersediaan biaya produksi tinggi, juga jaringan distribusi yang masih bersifat lokal. Oleh karena itu, strategi yang dapat dilakukan adalah memperbaiki mutu SDM dan gencar melakukan promosi melalui website, iklan diberbagai media massa dan elektronik.
36
Indeks Kepuasan Pelanggan Kepuasan pelanggan akan timbul jika kebutuhan dan keinginan pelanggan dapat terpenuhi oleh produk bermutu. Puas atau tidaknya pelanggan terhadap suatu produk ditentukan oleh perilaku yang tampak setelah menggunakan produk tersebut. Pada umumnya bila pelanggan merasa puas terhadap suatu produk, maka akan melakukan pembelian ulang terhadap produk tersebut. Bila hal ini terjadi maka akan menimbulkan kesetiaan dari pelanggan terhadap produk tersebut. Pelanggan yang puas akan memberikan keuntungan bagi perusahaan yaitu akan mengurangi persaingan terhadap barang dan merk yang sejenis (Winarta dan Kunto 2013). Restoran merupakan suatu usaha yang bergerak di bidang jasa kepuasan konsumen sangar dipentingkan oleh para pengusaha restoran (Nikolay, 2014). Diharapkan restoran menu makanan khas Makassar dapat terus berkomitmen untuk terus meningkatkan kepuasan para pelanggan pada tahun-tahun berikutnya, sehingga dapat mencapai kategori sangat puas (100%). Nilai CSI tersebut diharapkan dapat digunakan sebagai acuan oleh restoran menu makanan khas Makassar dalam menentukan kebijakan peningkatan kepuasan pelanggan di masa mendatang. Menurut Atikah dan Setiawan (2014), kepuasan konsumen diketahui dengan cara melakukan penilaian tingkat kepentingan dan kinerja setelah konsumen melakukan pembelian. Dari Tabel 14, didapatkan atribut yang memiliki nilai rataan tingkat kepentingan dengan rating tiga (3) yang tinggi adalah atribut (11) halal, (6) kandungan gizi, (12) keramahan dan kesopanan pelayan. Dalam mengukur kepuasan pelanggan terdapat berbagai hal yang harus diperhatikan selain kualitas produk, yaitu beberapa diantaranya, ciri khas apa yang dimiliki oleh suatu produk sehingga berbeda dengan produk pesaing, bagaimana jasa layanan yang diberikan oleh perusahaan. Disamping itu yang menjadi hal pelengkap untuk mendapatkan kepuasan pelanggan, yaitu keramahan karyawan dalam melayani pelanggan dan penyampaian informasi secara tepat dan jelas, sehingga dapat memudahkan pelanggan untuk mendapatkan pengetahuan mengenai produk yang ditawarkan (Istianto dan Tyra 2011). Tabel 14. Perhitungan CSI Nomor Atribut
1. 2. 3. 4. 5.
Skor rataan Tingkat Kepentingan
Importance Weighting Factor
Importance Weighting Factor (%)
(a) 4.67 4.60 4.55 4.72 4.67
(b) 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05
(c) 5.56 5.47 5.41 5.62 5.56
Skor rataan Tingkat Kinerja (d) 4.52 4.47 4.50 4.60 4.70
Weighted Score
(e) 0.25 0.24 0.24 0.25 0.26
37
Lanjutan Tabel 14 Nomor Atribut
Skor rataan Tingkat Kepentingan
Importance Weighting Factor
Importance Weighting Factor (%)
6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. Total Weighted Total Satisfaction Index
4.77 4.72 4.55 4.52 4.40 4.87 4.75 4.67 4.72 4.62 4.72 4.70 4.70 83.97
0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05
5.68 5.62 5.41 5.38 5.23 5.80 5.65 5.56 5.62 5.50 5.62 5.59 5.59 100
Skor rataan Tingkat Kinerja 4.70 4.65 4.55 4.57 4.45 4.77 4.67 4.60 4.57 4.55 4.62 4.60 4.72
Weighted Score
Nilai rataan tingkat kepentingan dan tingkat kepuasan masing-masing atribut mutu jasa digunakan untuk menghitung CSI. Berdasarkan perhitungan yang terdapat pada Tabel 14 didapatkan hasil CSI 0.92. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat indeks kepuasan pelanggan terletak pada 0.81-1.00, maka pelanggan merasa sangat puas terhadap Restoran menu makanan khas Makassar. Rincian analisis dari masing-masing atribut-atribut yang dikaji pada Tabel 14 adalah : a. Halal Halal artinya dibenarkan. Makanan halal merupakan makanan sesuai tuntutan agama, bermutu dan tidak merusak kesehatan. Penduduk Indonesia mayoritas beragama Islam, maka halal menjadi syarat mutlak dalam makanan. Menu makanan khas Makassar ini menggunakan bahan baku makanan yang halal, sehingga pelanggan merasa yakin dan percaya bahwa makanan khas ini tidak akan merusak kesehatannya. Oleh karena itu, makanan halal menjadi rating tertinggi tingkat kepentingan. Tingkat kepentingan terhadap atribut ini dinilai sangat penting dengan nilai 4.87 dan penilaian kinerja dengan nilai 4.77, dengan skor tertimbang 0.27. Atribut ini menduduki peringkat pertama, sehingga layak untuk dipertahankan.
0.26 0.26 0.24 0.24 0.23 0.27 0.26 0.25 0.25 0.25 0.26 0.25 0.26 4.60 0,92
38
b. Kandungan gizi Gizi adalah unsur yang terdapat dalam makanan dan dapat dimanfaatkan secara langsung oleh tubuh seperti halnya karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air. Menurut Purnomowati, et al (2010), gizi adalah zat yang dibutuhkan oleh tubuh untuk pertumbuhan, mempertahankan dan memperbaiki jaringan tubuh, mengatur proses dalam tubuh, dan menyediakan energi bagi fungsi tubuh, atau bisa juga diartikan sebagai komponen pembangun tubuh manusia. Oleh karena itu, kandungan gizi yang terkandung dalam makanan ini sangat diperhatikan pengelola dalam menyajikan menu makanan khas Makassar. Tingkat kepentingan terhadap atribut ini dinilai penting dengan nilai 4.77 dan penilaian kinerja dengan nilai 4.70, dengan skor tertimbang 0.26. Atribut ini menduduki peringkat kedua sehingga layak untuk dipertahankan. c. Keramahan dan kesopanan pelayan serta penyajian produk Dalam industri makanan, sikap ramah dan senyuman saat pelanggan datang dan membeli, merupakan sikap yang mutlak dilakukan oleh karyawan, terlebih yang berorientasi kepada kepuasan konsumen. Tingkat kepentingan terhadap atribut ini dinilai penting dengan nilai 4.75 dan penilaian kinerja dengan nilai 4.67, dengan skor tertimbang 0.26. Atribut ini menduduki peringkat ketiga, sehingga layak untuk dipertahankan.
Tingkat Kinerja Layanan Dari Tabel 15 diperoleh perhitungan skor Likert, yaitu nilai rataan tingkat kinerja pelayanan 4.60 menunjukkan mutu pelayanan pada restoran menu makanan khas Makassar adalah baik. Sedangkan tingkat kepentingan pelayanan konsumen 4.66, yaitu sangat penting bagi konsumen. Secara garis besar terlihat bahwa kinerja pelayanan pelayan restoran menu makanan khas Makassar telah sesuai dengan apa yang diharapkan konsumen. Tabel 15. Tingkat Penilaian Kinerja dan Kepentingan Daftar Pertanyaan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Penilaian Kinerja 181 179 180 184 188 188 186 182 183 178 191
Penilaian Kepentingan 187 184 182 189 187 191 189 182 181 176 195
X
Y
4.52 4.47 4.50 4.60 4.70 4.70 4.65 4.55 4.57 4.45 4.77
4.67 4.60 4.55 4.72 4.67 4.77 4.72 4.55 4.52 4.40 4.87
Tingkat Kesesuaian 96.79 97.28 98.90 97.35 100.53 98.42 98.41 100 101.10 101.13 97.94
39
Lanjutan Tabel 15 Daftar Pertanyaan 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. Rataan
Penilaian Kinerja 187 184 183 182 185 184 189
Penilaian Kepentingan 190 187 189 185 189 188 188
X
Y
4.67 4.60 4.57 4.55 4.62 4.60 4.72 4.60
4.75 4.67 4.72 4.62 4.72 4.70 4.70 4.66
Tingkat Kesesuaian 98.42 98.39 96.82 98.37 97.88 97.87 100.53 98.66
Berdasarkan tingkat kesesuaiannya dari tabel di atas, terlihat atribut layanan memiliki tingkat kesesuaian paling tinggi dan harus terus terus dipertahankan adalah (10) menu makanan khas Makassar, (9) kemudahan untuk memperoleh produk dan (5) kemasan produk. Sedangkan atribut dengan tingkat kesesuaian paling rendah dan harus diperbaiki dan ditingkatkan, agar memenuhi harapan konsumen, yaitu (18) citrarasa kelezatan, (14) kemudahan menghubungi perusahaan dan (2) bentuk dan ukuran. Bisnis restoran meskipun memiliki prospek cukup bagus, tetapi sangat rentan, khususnya terhadap konsistensi rasa, kontrol mutu dan pelayanan. Untuk itu, pelaku di bidang ini membutuhkan pemahaman kuat tentang bisnis restoran, khususnya yang berkaitan dengan produk, mutu pelayanan, administrasi dan pengawasan (Sari 2012). Rincian analisis dari masing-masing atribut-atribut yang dikaji pada Tabel 15 adalah : a. Menu makanan khas Makassar Dalam daftar menu makanan khas Makassar terdapat menu yang lengkap dan komplit. Selain itu, bahan baku daging sapi impor lebih bermutu dibandingkan dengan bahan baku daging sapi lokal. Atribut ini dianggap sangat penting dalam memberikan kepuasan pelanggan. Hasil perhitungan terhadap tingkat kepentingan pelanggan pada atribut ini 4.45 dan tingkat kinerja 4.40, dengan tingkat kesesuaian 101.13, dimana pelanggan merasa atribut ini dinilai sangat baik, maka perlu dipertahankan dan tetap ditingkatkan. b. Kemudahan memperolah produk Dalam memperoleh produk, pelanggan dapat memperoleh informasi lengkap dan jelas dari brosur, leaflet maupun iklan. Namun informasi yang lengkap dan jelas secara langsung, baik melalui brosur dan leaflet masih menjadi pilihan utama pelanggan. Hasil perhitungan terhadap tingkat kepentingan pelanggan pada atribut ini 4.57 dan tingkat kinerja 4.52. pada tingkat kesesuaian 101.10, dimana pelanggan merasa bahwa atribut ini dinilai sangat baik, maka perlu dipertahankan dan terus ditingkatkan. Konsumen (pelanggan) akan semakin puas apabila merasa mudah, nyaman dan efisien dalam mendapatkan produk atau pelayanan (Prasastono dan Pradapa 2012).
40
c. Kemasan produk Produk yang dikemas atau tampilan produk dalam menu makanan khas Makassar sangat menarik minat pelanggan untuk terus datang di Restoran Makassar. Kemasan dan tampilan yang higienis sangat disukai pelanggan. Hal tersebut menandakan manajemen restoran khas Makassar memperhatikan kebersihan dan kesempurnaan makanan khas Makassar. Hasil perhitungan terhadap tingkat kepentingan pelanggan pada atribut ini 4.70 dan tingkat kinerja 4.67, pada tingkat kesesuaian 100.53, dimana pelanggan merasa bahwa atribut ini dinilai sangat baik, maka perlu dipertahankan dan terus ditingkatkan. Implikasi Manajerial Implikasi manajerial yang dapat diaplikasikan dalam usaha bisnis restoran Makassar dapat dibagi menjadi empat sasaran, yaitu : 1. Pemasaran a. Menciptakan variasi produk yang disukai konsumen, misalnya mengkombinasikan makanan khas Makassar dengan makanan seperti khas daerah lain. Untuk menciptakan variasi produk, dapat melakukan survei ke restoran lainnya yang sejenis ataupun makanan khas lainnya. Melalui penelitian tersebut diharapkan dapat berinovasi untuk mendapatkan variasi produk makanan. Apabila sebuah perusahaan memberikan produk atau jasanya yang bermutu baik, maka diharapkan mampu memenuhi harapan pelanggan dan akhirnya mampu memberikan nilai yang maksimal serta menciptakan kepuasan bagi pelanggan dibanding kompetitor-kompetitor yang ada (Jayanti et al 2013). b. Memperluas jaringan pemasaran dengan melakukan penetrasi pasar, misalnya dengan membuat ritel gerai dan usaha waralaba. Disamping itu jaringan pemasaran dapat pula diperluas dengan menjalin pola kemitraan dengan IKM yang bergerak di bidang makanan atau minuman. c. Meningkatkan pengenalan label/merek produk untuk menjaga eksistensi usaha bisnis restoran Makassar. Apabila merek yang dipilih konsumen itu dapat memuaskan kebutuhan dan keiginannya, maka konsumen akan memiliki suatu ingatan yang dalam terhadap merek tersebut, dalam keadaan semacam ini kesetiaan konsumen akan mulai timbul dan berkembang (Samuel dan Foedjiawati 2005). d. Pemilik usaha bisnis restoran Makassar harus cermat dalam mengelola konsumen loyal dengan cara memperlakukan konsumen dengan layak, menjalin hubungan yang dekat dengan pelanggan, mengukur atau mengelola kepuasan pelanggan dan memberikan ekstra (souvenir, penjelasan produk atau contoh). Mutu pelayanan adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh perusahaan atau instansi yang menawarkan jasa, karena dengan mutu pelayanan kepada konsumen, perusahaan
41
atau instansi dapat mengukur tingkat kinerja yang telah dicapai (Sasongko dan Subagio 2013). e. Mengadakan event-event yang dapat meningkatkan ekuitas bisnis restoran Makassar. Disamping itu, strategi promosi dapat dilakukan dengan mengadakan promosi melalui penyebaran pamflet di pusatpusat perbelanjaan atau di kawasan perumahan, memasang papan reklame di tempat strategik, melalui media lain seperti radio dan surat kabar dan melaksanakan promosi melalui hubungan masyarakat dengan menjadi sponsor perusahaan atau memberikan bonus kepada konsumen yang mereferensikan restoran Makassar kepada konsumen baru dan juga media sosial yang sekarang menjadi media promosi yang sangat efektif (misal dengan berlangganan funpage di media sosial). Strategi diatas merupakan komunikasi pemasaran yang merupakan bagian dari pemasaran. Komunikasi pemasaran merupakan sarana yang digunakan perusahaan dalam upaya untuk menginformasikan, membujuk dan mengingatkan konsumen baik secara langsung maupun tidak langsung tentang produk dan merek yang mereka jual (Darmawan 2012). 2. Keuangan Memperkuat permodalan agar dapat bersaing dengan pesaing untuk menunjang kegiatan usaha restoran Makassar dengan memanfaatkan lembaga perbankan. 3. Produksi Memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan mutu produk dan konsisten dengan mempertahankan produktifitas agar diterima pasar. Produk dalam bisnis restoran sangat bergantung pada pengalaman. Produk dapat berupa paket yang lengkap yang terdiri dari makanan, minuman, servis, atmosfer dan kenyamanan yang memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen dan menciptakan kesan yang tidak terlupakan (Rachmawati 2011). 4. Sumber Daya Manusia Karyawan sebagai SDM yang dimiliki oleh restoran menempati posisi strategis dalam sebuah perusahaan diantara sumber daya lainnya, sehingga untuk dapat menghasilkan output yang sesuai dengan harapan perusahaan, sudah seharusnya SDM dikelola dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya (Kartika dan Kaihatu 2010). Mengadakan pelatihan dan pengetahuan karyawan tentang mutu dalam arti umum dan mutu produk untuk meningkatkan produksi dan eksistensi. Disamping itu diperlukan standar layanan bagi pelanggan/konsumen. Perhatian terhadap konsumen merupakan hal yang harus diperhatikan dan dilaksanakan oleh pengelola usaha bisnis restoran Makassar. Dengan adanya pelayanan yang memuaskan maka konsumen akan merasa dihargai. Pelayanan yang memuaskan, mencakup sikap (kerapian, kesopanan dan keramahan) karyawan dan fasilitas yang memadai, misalnya kebersihan restoran terjaga, parkir kendaraan aman dan mudah didapat. Kemampuan karyawan dalam memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera, akurat dan
42
memuaskan seperti ketepatan waktu, dan kejujuran akan memberikan kepuasan terhadap konsumen (Yansah et al 2013). Strategi jangka pendek (1 - 2 tahun ke depan) dapat dilakukan oleh restoran Makassar adalah melakukan strategi relatif tidak terlalu menuntut banyak biaya penelitian, yaitu strategi produk, harga dan strategi promosi. Strategi produk untuk jangka pendek adalah melakukan diversifikasi produk berupa penambahan variasi produk makanan atau menciptakan variasi makanan atau minuman baru yang dijual pada restoran Makassar. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan kepuasan pelanggan, kepuasan pelanggan menjadi parameter penting sehingga bisnis dapat terus berkelanjutan (Aryani dan Rosinta 2010). Strategi harga untuk jangka pendek adalah menambah paket-paket dengan harga ekonomis, memberikan ekstra atau tambahan makanan untuk transaksi pembelian dalam jumlah tertentu dan melaksanakan potongan harga dengan teratur dalam pembelian dengan harga tertentu. Penilaian konsumen terhadap harga dilakukan untuk mengetahui pengaruh harga yang telah ditentukan oleh pihak manajemen restoran terhadap pembelian (Sukardono et al 2013). Strategi promosi dilakukan dengan mengadakan promosi melalui penyebaran pamflet di pusat-pusat perbelanjaan atau di kawasan perumahan, memasang papan reklame di tempat strategik, melalui media lain seperti radio dan surat kabar dan melaksanakan promosi melalui hubungan masyarakat dengan menjadi sponsor perusahaan atau memberikan bonus kepada konsumen yang mereferensikan restoran Makassar kepada konsumen baru. Kepuasan pelanggan menjadi parameter penting sehingga bisnis dapat terus berkelanjutan. Meningkatkan standar pelayanan berarti juga meningkatkan mutu pelayanan (Solikhan dan Putri 2014). Strategi jangka waktu 3 - 5 tahun ke depan ditargetkan untuk jangka panjang, misalnya pembukaan outlet baru dan membuka cabang restoran Makassar di lokasi strategik. Strategi ini memerlukan biaya, perijinan dan koordinasi khusus dalam penerapannya. Pemilihan lokasi usaha merupakan salah satu keputusan bisnis yang harus dibuat secara hati-hati (Zuliarni dan Hidayat 2013). Selain itu, strategi produk dengan terus melakukan inovasi baru dalam pengembangan produk juga ditujukan untuk jangka panjang, karena memerlukan biaya dan riset khusus. Pada saat ini, usaha bisnis restoran Makassar lebih memprioritaskan upaya memperluas atau mengembangkan pasar, mengingat pelanggan potensial belum terjangkau sepenuhnya. Saat ini, konsumen sebagian besar merupakan pelanggan loyal atau tetap, maka strategi pengembangan pasar ditujukan untuk meningkatkan volume penjualan dan membidik konsumen potensial. Lingkungan yang kompetitif dan semakin ketat, mengharuskan pengusaha untuk membangun dan memperkuat image restoran agar diaukui dan dicari oleh konsumen. Persaingan tersebut memaksa pengusaha untuk berorientasi ke pelanggan. Pelanggan yang puas, cenderung akan menjadi pelanggan yang setia (Widodo 2012).
43 5. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan a.
b.
c.
Berdasarkan kombinasi dari nilai EFE dan IFE didapatkan matriks IE yang menunjukkan posisi Pertumbuhan/Stabil. Hal ini menggambarkan dan mengindikasikan posisi usaha bisnis Restoran menu makanan khas Makassar stabil untuk merespon situasi pasar yang dihadapi Dari hasil SWOT didapatkan strategi pengembangan Restoran menu makanan khas Makassar, yaitu (a) meningkatkan produktivitas, (b) peningkatan pelayanan, (c) meningkatkan efisiensi waktu dan pengadaan bahan baku, (d) meningkatkan volume penjualan dengan efektifitas pemasaran, (e) mempertahankan dan menjaga mutu produk yang dihasilkan, (f) meningkatkan loyalitas pelanggan, (g) meningkatkan teknologi produksi dan mutu produk dan (h) memperbaiki mutu SDM Skor CSI 0.92, ini menunjukkan tingkat indeks kepuasan pelanggan terletak pada 0.811.00, yang berarti pelanggan merasa sangat puas terhadap Restoran menu makanan khas Makassar. Untuk skor IPA 4.66, menunjukkan sangat penting bagi konsumen, yang dijabarkan dengan kinerja pelayanan. Restoran menu makanan khas Makassar dianggap sesuai dengan apa yang diharapkan konsumen.
Saran a.
b.
Untuk meningkatkan optimal strategi pengembangan restoran menu makanan khas Makassar, diperlukan pelatihan dan pengetahuan karyawan tentang mutu bahan dan proses untuk meningkatkan produksi dan menjaga mutu produk yang dihasilkan secara terencana, teratur dan terarah. Perlu memanfaatkan teknologi produksi dan konsistensi produktifitas untuk terus diterima pasar, dengan cara litbang secara berkala.
DAFTAR PUSTAKA Andreani F. 2010. Analisis Kualitas Layanan Bisnis Makanan dan Minuman di Surabaya Ditinjau dari Derajat Pemenuhan Kepuasan Konsumen. Jurnal Manajemen Pemasaran, Vol 5 (1) 1-8. Andriyani R. 2000. “Hubungan antara faktor individu dan lingkungan dengan persepsi konsumen terhadap kafe di kawasan Monumen Nasional DKI Jakarta”. Skripsi Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor. Ardianto G. 2011. 10 Biang Untung Usaha Kecil Menengah. Solo (ID). Metagraf, Creatif Imprint of Tiga Serangkai. . 2012. Gagalnya Perencanaan Bisnis Powerful UKM. Solo (ID). Metagraf, Creatif Imprint of Tiga Serangkai. Aryani D dan Rosinta F. 2010. Pengaruh Kualitas Layanan Terhadap Kepuasan Pelanggan dalam Membentuk Loyalitas Pelanggan. Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi, Vol 17 (2) 114-126. Atikah NS dan Setiawan B. 2014. Analisis Kinerja Penyelenggaraan Makanan dan Tingkat Kepuasan Konsumen Restoran Khas Padang di Bogor. Jurnal Gizi dan Pangan, Vol 9 (1) 59-64. Casaschi A, Wang Q, Dang K, Richards A and Theriault A. 2002. Intestinal Apolipoprotein B Secretion Is Inhibited by the Flavonoid Quersetin : Potensial Role of Micromal Triglycerida Transfer Protein and Diacylglycerol Acyltransferase. Lipids. Vol. 37 (7) 647-52. David F R. 2006. Manajemen Strategi (Terjemahan). PT. Prenhallindo, Jakarta. Darmaatmadja S. 2011. Rahasia Sukses Bisnis Restoran. MedPress, Yogyakarta. Darmawan Y R. 2012. Perancangan Strategi Bauran dan Komunikasi Pemasaran Pada Rumah Makan Ayam Goreng dan Ikan Bakar Bu Cokro Surabaya. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, Vol 1 (1) 1-15. Handi I. 2002. Prinsip Kepuasan Pelanggan. Jakarta (ID). PT. Gramedia. Hariyadi DR dan Nuraida L. 2001. Keamanan Pangan Fungsional dan Suplemen Berbasis Pangan Tradisional. Prosiding Seminar Nasional Pangan Tradisional Basis Bagi Industri Pangan Fungsional dan Suplemen. Pusat Kajian Makanan Tradisional IPB Bogor. Haryono T. 2013. Sejarah Makanan dan Gaya Hidup Nusantara dari Zaman Jawa Kuno hingga Abad 21. Seminar Arus Balik Memori Rempah dan Bahari Nusantara, Kolonial dan Poskolonial. Yogyakarta. Hasan A. 2013. Marketing dan Kasus-Kasus Pilihan. Yogyakarta (ID). Center for Academic Publishing Service (caps). Hendriyani E. 2010. Analisis Kepuasan Konsumen Terhadap Produk Roti “Breadhouse “ Untuk Menentukan Strategi Pengembangan Usaha. Bogor (ID). Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
45
Hubeis M dan M. Najib. 2008. Manajemen Strategik dalam Pengembangan Daya Saing Organisasi. Jakarta (ID). PT. Elex Media Komputindo. Kompas Gramedia. . 2012. Manajemen Ritel Kreatif dan Inovatif Dalam Bisnis. Jakarta (ID). Inti Prima Promosindo. Holm S. 2007. 7 Step Business Plan Langkah Mudah Untuk Memulai dan Memperbaiki Rencana Usaha. Jakarta (ID). PT. Ufuk Publishing House. Ihsana I, Amir S. 2013. Sukses Memiliki Restoran Tanpa Modal. Jakarta (ID). Laksar Aksara. Istianto JH dan Tyra MJ. 2011. Analisis Pengaruh Kualitas Layanan Terhadap Kepuasan Pelanggan Rumah Makan Ketty Resto. Jurnal Ekonomi dan Informasi Akuntansi (Jenius). Vol 1 (3) 275-293. Jasfar F. 2005. Manajemen Jasa-Pendekatan Terpadu. Bogor (ID). Ghalia Indonesia. Jayanti W, Utomo SW dan Murwani J. 2013. Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Tingkap Kepuasan Pelanggan pada Rumah Makan di Kabupaten Ngawi. Jurnal Akuntansi dan Pendidikan, Vol 2 (1) 60-70. Kartika E W dan Kaihatu TS. 2010. Analisis Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kepuasan Kerja (Studi Kasus pada Karyawan Restoran di Pakuwon Food Festival Surabaya). Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol 12 (1) 100112. [Kemenkes] RI. 2013. Peraturan Menteri Kesehatan RI, Nomor 30 Tahun 2013. Pencantuman Informasi Kandungan Gula, Garam, dan Lemak serta Pesan Kesehatan untuk Pangan Olahan dan Pangan Siap Saji. Kemenkes RI. Jakarta. . 2014. Pedoman Gizi Seimbang. Kemenkes RI. Jakarta. Kotler P. 2005. Manajemen Pemasaran. Alih Bahasa Benyamin Mohan. Edisi 11, Jilid 1. Jakarta (ID). PT. Intan Sejati Klaten. . dan Armstrong, 1997. Dasar-dasar Pemasaran (Terjemahan, Jilid 1). Intermedia, Jakarta. Ling A. 2013. Pengelolaan dan Pengembangan Usaha Pada Usaha Mikro Kecil Menengah (Studi Deskriptif Pada Rumah Makan Palem Asri Surabaya). Jurnal Agora Vol 1 (1) 1-8. Listyari NPW. 2006. Analisis Keputusan Pembeli dan Kepuasan Konsumen Coffee Shop De Koffie Pot, Bogor. Skripsi Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Lumenta L. 1997. “Beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan usaha ternak ayam kampong di Kecamatan Cijeruk kabupaten Bogor.” Skripsi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor.
46
Lupiyoadi R. 2001. Manajemen Pemasaran Jasa Teori dan Praktek. Jakarta (ID). Salemba Empat. Mandasari V dan Tama BA. 2011. Analisis Kepuasan Konsumen Terhadap Restoran Cepat Saji Melalui Pendekatan Data Mining : Studi Kasus XYZ. Jurnal Generic, Vol 6 (1) 25-28. Marimin dan Maghfiroh N. 2013 Aplikasi Teknik Pengambilan Keputusan dalam Manajemen Rantai Pasok. Jakarta (ID). PT. Penerbit IPB Press. Maidayanti GH. 2013. SWOT Analysis Usaha Rumah Makan Pondok Ale-Ale Pontianak. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran. Vol 2 (12) 1-9. Moertjipto. 1993. Makanan : Wujud, Variasi dan Fungsinya Serta Cara Penyajiannya Pada Orang Jawa dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Depdikbud. Jakarta. Nikolay FR. 2014. Studi Kelayakan Pendirian Restoran Seafood dengan Mempertimbangkan Kansei Engineering dalam Perancangan Interior Ruangan di Maumere, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya. Vol 3 (2) 1-19. Nurhayati P, Fahrudin A dan Romadhani D. 2007. Tingkat Kepuasan Pelanggan Terhadap Mutu Pelayanan Rumah Makan Pemancingan Lumintu 1001. Jurnal Buletin Ekonomi Perikanan, Vol 7 (2) 1-14. Nurjannah M. 2006. Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Permintaan Konsumen pada Rumah Makan Coto Paraikatte Makassar. Skripsi. Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin. Makassar. Pearce JA dan Robinson RB. 1997. Manajemen Strategik : Formulasi, Implementasi dan Pengendalian (Terjemahan, Jilid I). Bina Rupa Aksara, Jakarta. Prasastono N dan SYF Pradapa. 2012. Kualitas Produk dan Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Konsumen Kentucky Fried Chicken Semarang Candi. Jurnal Dinamika Kepariwisataan, Vol 11 (2) 13-23. Prihantini S. 2003. Formulasi Karakterisasi Kimia dan Uji Aktivitas Antioksidan Produk Minuman Fungsional Tradisional Sari Jahe (Zingiber officinale R), Sari Sereh (Cymbopogon flexuosus), dan Campurannya. Bogor (ID), Institut Pertanian Bogor. Rachmawati R. 2011. Peranan Bauran Pemasaran (Marketing Mix) Terhadap Peningkatan Penjualan (Sebuah Kajian Terhadap Bisnis Restoran). Jurnal Kompetensi Teknik, Vol 2 (2) 143-150. Rajaram S. 2003. The Effect of Vegetarian Diet. Plants Food, and Phytochemical on Hemostatis and Thrombosis. Am J Clin Nuts Vol. 78: 5528-85. Raharjo A. 2008. 5 Rahasia Sukses Bisnis Restoran. Jakarta (ID). Penebar Plus. Rangkuti F. 2011. Marketing Strategy & Competitive Positioning. Jakarta (ID). PT. Gramedia Pustaka Utama.
47
. 2013. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta (ID). PT. Gramedia Pustaka Utama. Sari A I. 2012. Tingkat Kepuasan Konsumen pada Mutu Pelayanan Rumah Makan (Studi pada RM Jawa Deli, RM Putri Minang dan RM Tak Bernama di Kampung Susuk, Kampus USU Medan). Jurnal Keuangan dan Bisnis. Vol 4 (2) 148-159. Samuel H dan Foedjiawati. 2005. Pengaruh Kepuasan Konsumen Terhadap Kesetiaan Merek (Studi Kasus Restoran The Prime Steak & Ribs Surabaya). Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol 7 (1) 74-82. Sasongko F dan Subagio H. 2013. Pengaruh Kualitas Layanan Terhadap Kepuasan Pelanggan Restoran Ayam Penyet Ria. Jurnal Manajemen Pemasaran Petra, Vol 1 (2) 1-7. Setiawan E. 2013. Studi Deskriptif Customer Satisfaction Berdasarkan Food Service Evaluation Factors pada Restoran X.O Chinese Cuisine Surabaya. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, Vol 2 (2) 1-11. Solikhan A dan Putri EDH. 2014. Upaya Meningkatkan Pelayanan Restoran dalam Melayani Tamu di Jogjakarta Plaza Hotel. Jurnal Khasanah Ilmu, Vol 5 (1) 1-7. Sukandar E, Yulinah, Sigit IJ dan Deviana R. 2010. .Antihyperlipidemic and Antidiofabetic Effec of Combination of Carlic and Tumeric Extract in Rats. Jurnal Medika Planta, Vol 1 (1) 1-8. Sukardono E, Sarma M dan Sumantadinata K. 2013. Strategi Pemasaran Restoran Pecel Lele Lela Cabang Pinangranti, Jakarta Timur. Jurnal Manajemen IKM, Vol 8 (2) 170-180. Sumarwan U. 2003. Prilaku Konsumen. Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. Jakarta (ID). Ghalia Indonesia. Supranto. 2001. Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan. Jakarta (ID). PT. Rineka Cipta. Umar H. 2003. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Jakarta (ID). PT. Gramedia Pustaka Utama. Utami NDPA, Citrakesumasari dan Fatimah St. 2013. Kandungan Zat Gizi Makro dan Pengaruh Bumbu terhadap Angka Peroksida per Porsi Coto Makassar. Widodo P. 2012. Hubungan Antara Service Quality dengan Kepuasan Konsumen di Restoran X. Jurnal Agirbisnis dan Pengembangan Wilayah, Vol 3 (2) 5670. Winarno B. 2013. 100 Maknyus Makanan Tradisional Indonesia. Jakarta (ID). Penerbit Buku Kompas. Winarta RC dan Kunto YS. 2013. Pengaruh Kualitas Rumah Makan Bromo Asri Terhadap Kepuasan. Jurnal Manajemen Pemasaran, Vol 1 (1) 1-10.
48
Winiati PR. 2000. Aktivitas Antimikroba Bumbu Masakan Tradisional Hasil Olahan Industri Terhadap Bakteri Patogen dan Perusak. Bulletin Teknologi dan Industri. Jurusan Tekonologi Pangan dan Gizi. IPB. Bogor. Yansah RA, Hartono B dan Hariyono MB. 2013. Analisis Kualitas Pelayanan (Service Quality) terhadap Kepuasan Konsumen pada Rumah Makan Sop Ayam Pak Min Klaten di Malang. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan, Vol 23 (1) 30-34. Zuliarni S dan Hidayat RT. 2013. Analisis Faktor Pertimbangan Pebisnis Restoran Kelas Kecil di Lingkungan Kampus Universitas Riau dalam Pemilihan Lokasi Usaha. Jurnal Aplikasi Bisnis, Vol 3 (2) 100-119.
49 Lampiran 1. Kuesioner kepuasan pelanggan terhadap menu makanan khas makassar
BAGIAN I. DATA RESPONDEN A. Identitas Responden Menu Makanan Khas Makassar Isilah pertanyaan berikut dengan tanda silang (X) pada kolom yang sudah disediakan 1. Berapakah usia Bapak/Ibu/Saudara saat ini ? ............tahun b. < 20 tahun c. 30 – 40 tahun c. 20 – 30 tahun d. > 40 tahun, sebutkan 2. Jenis kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan 3. Pekerjaan Bapak/Ibu/Saudara saat ini adalah : a. Belum bekerja d. Pegawai Negeri/Swasta b. Pelajar/mahasiswa e. Wiraswasta c. Ibu rumah tangga f. Lainnya, sebutkan 4. Status a. Menikah b. Belum menikah 5. Pendidikan terakhir : a. SMP d. Sarjana/Pascasarjana b. SMA e. Lainnya, sebutkan c. Akademi 6. Besar pengeluaran per bulan a. < 250 ribu rupiah b. 250 – 500 ribu rupiah c. 500 ribu – 1 juta rupiah d. 1 – 1,5 juta rupiah e. 1,5 – 2 juta rupiah f. > 2 juta rupiah, sebutkan
50 Lanjutan Lampiran 1. BAGIAN II. TINGKAT KEPENTINGAN PETUNJUK : di bawah ini terdapat pertanyaan atribut yang berkaitan dengan tingkat kepentingan yang diharapkan Anda sebagai pelanggan. Berilah tanda checklist (v) pada Tabel di bawah ini sesuai pilihan Anda
No.
Atribut Tidak penting 1
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18.
Citarasa kelezatan Bentuk dan ukuran Keragaman dan variasi bentuk Harga produk Kemasan produk Kandungan gizi Daya tahan produk Manfaat yang dirasakan Kemudahan untuk memperolah produk Menu makanan khas Makassar Halal Keramahan dan kesopanan pelayan Kemudahan dalam proses pembayaran Kemudahan menghubungi restoran Etika pelayanan Kecepatan pelayanan Usaha promosi Penyajian produk
Alternatif Jawaban Kurang Cukup Penting penting penting 2 3 4
Sangat penting 5
51 Lanjutan Lampiran 1. Hal-hal yang menarik lainnya, sehingga memutuskan menjadi pelanggan menu makanan khas Makassar. Pilihlah jawaban yang paling tepat dengan memberikan tanda checklist (v)
Kecepatan Pelayanan
Usaha Promosi
Penyajian Produk
( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( (
) Sangat Cepat ) Cepat ) Cukup Cepat ) Kurang Cepat ) Tidak Cepat ) Sangat Baik ) Baik ) Cukup Baik ) Tidak Baik ) Sangat Menarik ) Menarik ) Cukup Menarik ) Kurang Menarik ) Tidak Menarik
52 Lampiran 2. Kuesioner Prospek Pengembangan Usaha Bisnis Restoran (Studi Kasus Restoran Khas Makassar Marannu dan Karebosi, Jakarta)
Nama Responden Jabatan
: ...................................... : Manager Umum/Owner
1. Bergerak di bidang apakah usaha yang Bapak/Ibu pimpin ? 2. Bagaimana sejarah berdirinya Restoran Bapak/Ibu dan perkembangannya hingga saat ini ? 3. Apakah visi dan misi Restoran Bapak/Ibu ? 4. Sejauh manakah restoran Bapak/Ibu pada saat ini dapat merealisasikan visi dan misi tersebut ? 5. Bagaimana penerapan proses manajemen di restoran Bapak/Ibu dalam pengorganisasian, pergerakan dan pengawasan ? 6. Bagaimana kondisi usaha persaingan menu makanan khas Makassar ? dan bagaimana posisi restoran Bapak/Ibu ? 7. Seperti apakah rencana pengembangan restoran Bapak/Ibu pada masa yang akan datang ? 8. Hambatan apakah yang Bapak/Ibu temui dan menjadi kendala bagi kemajuan restoran ? 9. Menurut Bapak/Ibu, apakah yang menjadi kekuatan dan kelemahan perusahaan saat ini, khususnya dalam aspek-aspek berikut ini : Aspek Internal Manajemen Keuangan Produksi Pemasaran Litbang usaha Sistem informasi
Kekuatan
Kelemahan
10. Hal-hal apa yang menjadi peluang dan ancaman bagi restoran Bapak/Ibu khususnya dalam hal aspek eksternal berikut ini : Analisis Kompetisi Persaingan dalam industri Ancaman pendatang baru Daya tawar pemasok Daya tawar pembeli Ancaman produk substitusi Sistem Informasi
Peluang
Ancaman
53 Lanjutan Lampiran 2 Analisis Fenomena politik Fenomena ekonomi Fenomena sosial, budaya, demografi Fenomena teknologi
Peluang
Ancaman
Manajemen dan SDM 1. Apakah restoran Bapak/Ibu menggunakan konsep manajemen strategik ? 2. Apakah sasaran dan tujuan restoran Bapak/Ibu ditentukan dan dikomunikasikan dengan baik ? 3. Apakah para manajer dipilih secara obyektif ? 4. Apakah para manajer mendelegasikan wewenang dengan baik ? 5. Apakah struktur organisasi yang ada telah sesuai dengan kebutuhan restoran ? 6. Apakah uraian pekerjaan dan spesifikasi pekerjaan bagi para pekerja di restoran Bapak/Ibu jelas dan tepat ? 7. Apakah para karyawan memiliki modal yang baik untuk bekerja ? 8. Apakah pelaksanaan reward dan mekanismen pengawasannya efektif ?
54
Lampiran 3. Kuesioner penelitian penilaian bobot dan rating faktor strategik internal dan eksternal
Tujuan: Mendapatkan penilaian responden mengenai faktor strategik internal dan eksternal perusahaan dengan pemberian bobot terhadap seberapa besar faktor strategik tersebut untuk memengaruhi atau menentukan keberhasilan analisis perumusan strategi pemasaran. Petunjuk umum: 1. 2. 3.
Pengisian kuesioner dilakukan secara langsung dan tertulis oleh responden. Jawaban merupakan pendapat pribadi dari masing-masing responden. Dalam mengisi kuesioner, responden diharapkan melakukannya secara sekaligus (tidak menunda/sebagian) untuk menghindari inkonsistensi jawaban.
Petunjuk khusus: 1.
Pembobotan dengan metode paired comparison yaitu penilaian bobot (weight) dengan membandingkan setiap faktor strategi internal dan eksternal organisasi, dimana setiap bobot peubah digunakan skala 1, 2 dan 3, dengan keterangan berikut : 1= Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal. 2= Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal. 3= Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal.
2.
Penentuan bobot merupakan pandangan masing-masing responden terhadap setiap faktor strategik internal dan eksternal perusahaan.
55
Lanjutan Lampiran 3. 1.
Pertanyaan untuk mendapatkan bobot faktor strategik internal FAKTOR INTERNAL A. B. C. D. E. F.
A
B
C
D
E
F
Total Bobot
Sistem Manajemen kuat Keuangan yang sehat Produksi optimal Pemasaran Litbang usaha Sistem informasi belum optimal TOTAL
Contoh pengisian : - “Sistem manajeman kuat” (A) pada baris/horizontal lebih penting dari “Keuangan yang sehat” (B) pada kolom vertikal, maka nilainya 3. - “Sistem manajeman kuat” (A) pada baris/horizontal sama penting dari “Keuangan yang sehat” (B) pada kolom vertikal, maka nilainya 2. - “Sistem manajeman kuat” (A) pada baris/horizontal kurang penting dari “Keuangan yang sehat” (B) pada kolom vertikal, maka nilainya 1.
2.
Pertanyaan untuk mendapatkan bobot faktor strategi eksternal
A. B. C. D. E. F. G. H. I.
FAKTOR EKSTERNAL Daya tawar pemasok Daya tawar pembeli Fenomena sosbud dan demografi Fenomena teknologi Persaingan dalam industri Ancaman pendatang Ancaman produk substitusi Fenomena politik Fenomena ekonomi TOTAL
A
B
C D
E
F
G H
I
Total Bobot
Contoh pengisian : - “Daya tawar pemasok” (A) pada baris/horizontal lebih penting dari “Daya tawar pembeli” (B) pada kolom vertikal, maka nilainya 3. - “Daya tawar pemasok” (A) pada baris/horizontal sama penting dari “Daya tawar pembeli” (B) pada kolom vertikal, maka nilainya 2. - “Daya tawar pemasok” (A) pada baris/horizontal kurang penting dari “Daya tawar pembeli” (B) pada kolom vertikal, maka nilainya 1.
56
Lanjutan Lampiran 3. 3.
Pemberian nilai peringkat/rating terhadap faktor-faktor strategi internal Petunjuk pengisian: a. Pemberian nilai peringkat/rating menunjukkan tingkat faktor strategi sebagai kekuatan atau kelemahan. Pemberian nilai peringkat didasarkan pada keterangan berikut : Nilai 4, jika faktor strategi tersebut dinilai menjadi kekuatan utama. Nilai 3, jika faktor strategi tersebut dinilai menjadi kekuatan kecil. Nilai 2, jika faktor strategi tersebut dinilai menjadi kelemahan kecil. Nilai 1, jika faktor strategi tersebut dinilai menjadi kelemahan utama. b. Pengisian kolom penilaian peringkat/rating menggunakan tanda (X)
A. B. C. D. E. F.
4.
KEKUATAN/KELEMAHAN KEKUATAN Sistem Manajemen kuat Keuangan yang sehat Produksi optimal KELEMAHAN Pemasaran Litbang usaha Sistem informasi belum optimal
4
3
2
1
Pemberian nilai peringkat/rating terhadap faktor-faktor strategi eksternal a. Petunjuk Pengisian : 1) Pemberian nilai peringkat/rating didasarkan pada kemampuan organisasi dalam meraih peluang. Pemberian nilai peringkat didasarkan pada keterangan berikut : Nilai 4, jika organisasi mempunyai kemampuan yang sangat baik dalam meraih peluang tersebut Nilai 3, jika organisasi mempunyai kemampuan yang baik dalam meraih peluang tersebut Nilai 2, jika organisasi mempunyai kemampuan yang cukup baik dalam meraih peluang tersebut Nilai 1, jika organisasi mempunyai kemampuan yang tidak baik dalam meraih peluang tersebut
57
Lanjutan Lampiran 3.
2) Pengisian kolom penilaian peringkat/rating menggunakan tanda check list () Faktor Eksternal Peluang A. Daya tawar pemasok B. Daya tawar pembeli C. Fenomena sosbud dan demografi D. Fenomena teknologi
4
3
2
1
. b. Petunjuk Pengisian : 1) Pemberian nilai peringkat/rating didasarkan pada kemampuan organisasi dalam meraih peluang. Pemberian nilai peringkat didasarkan pada keterangan berikut : Nilai 4, jika faktor ancaman memberikan pengaruh yang sangat kuat terhadap organisasi. Nilai 3, jika faktor ancaman memberikan pengaruh kuat terhadap organisasi. Nilai 2, jika faktor ancaman memberikan pengaruh biasa terhadap organisasi. Nilai 1, jika faktor ancaman memberikan tidak memberikan pengaruh terhadap organisasi.
2) Pengisian kolom penilaian/rating menggunakan tanda check list () Faktor Eksternal Ancaman A. Persaingan dalam industri B. Ancaman pendatang C. Ancaman produk substitusi D. Fenomena politik E. Fenomena ekonomi
4
3
2
1
58
Lampiran 4. Perhitungan bobot faktor strategi internal Pakar 1 : owner 1 FAKTOR INTERNAL A. Sistem Manajemen kuat B. Keuangan yang sehat C. Produksi optimal D. Pemasaran E. Litbang usaha F. Sistem informasi belum optimal TOTAL Pakar 2 : owner 2 FAKTOR INTERNAL A. Sistem Manajemen kuat B. Keuangan yang sehat C. Produksi yang optimal D. Pemasaran E. Litbang usaha F. Sistem informasi belum optimal TOTAL
A
B
C
D
E
F
Total
0 1 2 1 2 1 7
3 0 2 2 2 1 10
2 2 0 2 3 2 11
3 2 2 0 3 3 13
2 2 1 1 0 1 7
3 3 2 1 3 0 12
13 10 9 7 13 8 60
A
B
C
D
E
F
Total
0 2 1 1 2 2 8
2 0 2 2 2 2 10
3 2 0 2 3 2 12
3 2 2 0 3 2 12
2 2 1 1 0 1 7
2 2 2 2 3 0 11
12 10 8 8 13 9 60
Bobot
0.21 0.16 0.15 0.11 0.21 0.13 1
Bobot
0.20 0.16 0.13 0.13 0.21 0.15 1
Lampiran 5. Perhitungan bobot faktor strategi eksternal Pakar 1 : owner 1 FAKTOR EKSTERNAL A. Daya tawar pemasok B. Daya tawar pembeli C. Fenomena sosbud dan demografi D. Fenomena teknologi E. Persaingan dalam industri F. Ancaman pendatang G. Ancaman produk substitusi H. Fenomena politik I. Fenomena ekonomi TOTAL
A 0 2 1 2 1 1 2 2 2 13
B 2 0 2 2 1 1 1 2 1 12
C 3 2 0 2 2 1 2 2 2 16
D 2 2 2 0 2 1 2 2 2 15
E 3 3 2 2 0 1 1 3 2 17
F 3 3 3 3 3 0 2 3 2 22
G 2 3 2 2 3 2 0 2 3 19
H 2 2 2 2 3 3 2 0 2 18
I 2 3 2 2 2 2 1 2 0 16
Total 19 20 16 17 17 12 13 18 16 148
Bobot 0.12 0.13 0.10 0.11 0.11 0.08 0.08 0.12 0.10 1
Pakar 2 : owner 2 FAKTOR EKSTERNAL A. Daya tawar pemasok B. Daya tawar pembeli C. Fenomena sosbud dan demografi D. Fenomena teknologi E. Persaingan dalam industri F. Ancaman pendatang G. Ancaman produk substitusi H. Fenomena politik I. Fenomena ekonomi TOTAL
A 0 3 2 2 2 1 2 2 3 17
B 1 0 2 2 1 1 1 2 1 11
C 2 2 0 2 2 1 2 2 2 15
D 2 2 2 0 1 1 2 2 2 14
E 2 3 2 3 0 1 1 3 2 17
F 3 3 3 3 3 0 2 3 1 21
G 2 3 2 2 3 2 0 2 2 18
H 2 2 2 2 3 3 2 0 1 17
I 1 3 2 2 2 3 2 2 0 17
Total 15 21 17 18 17 13 14 18 14 147
Bobot 0.10 0.14 0.11 0.12 0.11 0.08 0.09 0.12 0.09 1
59
60
Lampiran 6. Rekapitulasi perhitungan bobot faktor strategi internal dan eksternal Owner 1
Owner 2
Jumlah
Rataan
0.21 0.16 0.15 0.11 0.21 0.13
0.20 0.16 0.13 0.13 0.21 0.15
0.41 0.33 0.28 0.25 0.43 0.28
TOTAL
1
1
2
0.20 0.16 0.14 0.12 0.14 0.14
FAKTOR EKSTERNAL
Owner 1
Owner 2
Jumlah
Rataan
0.12 0.13 0.10 0.11 0.11 0.08 0.08 0.12 0.10
0.10 0.14 0.11 0.12 0.11 0.08 0.09 0.12 0.09
0.23 0.27 0.22 0.23 0.23 0.16 0.18 0.24 0.20
0.11 0.13 0.11 0.11 0.11 0.08 0.09 0.12 0.10
1
1
2
1
FAKTOR INTERNAL
Sistem Manajemen kuat Keuangan yang sehat Produksi optimal Pemasaran Litbang usaha Sistem informasi belum optimal
Daya tawar pemasok Daya tawar pembeli Fenomena sosbud dan demografi Fenomena teknologi Persaingan dalam industri Ancaman pendatang Ancaman produk substitusi Fenomena politik Fenomena ekonomi TOTAL
1
Lampiran 7. Rekapitulasi perhitungan rating faktor strategi internal dan eksternal FAKTOR INTERNAL
Sistem Manajemen kuat Keuangan yang sehat Produksi optimal Pemasaran Litbang usaha Sistem informasi belum optimal TOTAL
FAKTOR EKSTERNAL
Daya tawar pemasok Daya tawar pembeli Fenomena sosbud dan demografi Fenomena teknologi Persaingan dalam industri Ancaman pendatang Ancaman produk substitusi Fenomena politik Fenomena ekonomi TOTAL
Owner 1
Owner 2
Jumlah
Rataan
4 3 4 2 2 2 17
4 4 4 2 1 1 16
8 7 8 4 3 3 33
4 3.5 4 2 1.5 1.5
Owner 1 2 1 3 4 2 2 1 4 4 23
Owner 2 2 2 4 4 1 1 2 3 4 23
Jumlah 4 3 7 8 3 3 3 7 8 46
Rataan 2 1.5 3.5 4 1.5 1.5 1.5 3.5 4
61
62 Lampiran 8. Perhitungan Matriks IFE dan EFE FAKTOR INTERNAL Sistem Manajemen kuat Keuangan yang sehat Produksi optimal Pemasaran Litbang usaha Sistem informasi belum optimal TOTAL
Bobot 0.20 0.16 0.14 0.12 0.14 0.14 1.00
FAKTOR EKSTERNAL Daya tawar pemasok Daya tawar pembeli Fenomena sosbud dan demografi Fenomena teknologi Persaingan dalam industri Ancaman pendatang Ancaman produk substitusi Fenomena politik Fenomena ekonomi TOTAL
Bobot 0.11 0.13 0.11 0.11 0.11 0.08 0.09 0.12 0.10 1.00
Rating 4 3.5 4 2 1.5 1.5
Rating 2 1.5 3.5 4 1.5 1.5 1.5 3.5 4
Skor 0.36 0.39 0.34 0.24 0.37 0.39 2.65
Skor 0.23 0.20 0.39 0.47 0.17 0.12 0.13 0.42 0.40 2.57
63
Lampiran 9. Berdasarkan tingkat kinerja Skor jawaban No. Buruk Kurang Cukup Baik Sangat Skor jumlah Baik Baik Baik 1 2 3 4 5 1 0 0 5 9 26 181 40 2 0 0 5 11 24 179 40 3 0 0 4 12 24 180 40 4 0 0 3 10 27 184 40 5 0 0 2 8 30 188 40 6 0 0 2 8 30 188 40 7 0 0 3 8 29 186 40 8 0 0 3 12 25 182 40 9 0 0 2 13 25 183 40 10 0 0 4 14 22 178 40 11 0 0 1 7 32 191 40 12 0 0 2 9 29 187 40 13 0 0 3 10 27 184 40 14 0 0 4 9 27 183 40 15 0 0 2 14 24 182 40 16 0 0 3 9 28 185 40 17 0 0 3 10 27 184 40 18 0 0 1 9 30 189 40
d
4.52 4.47 4.5 4.6 4.7 4.7 4.65 4.55 4.57 4.45 4.77 4.67 4.6 4.57 4.55 4.62 4.6 4.72
64
Lampiran 10. Berdasarkan tingkat kepentingan Skor jawaban No. Buruk Kurang Cukup Baik Sangat Skor jumlah d Baik Baik Baik 1 2 3 4 5 1 0 0 2 9 29 187 40 4.67 2 0 0 1 14 25 184 40 4.6 3 0 0 4 10 26 182 40 4.55 4 0 0 1 9 30 189 40 4.72 5 0 0 3 7 30 187 40 4.67 6 0 0 2 5 33 191 40 4.77 7 0 0 1 9 30 189 40 4.72 8 0 0 1 16 23 182 40 4.55 9 0 0 4 11 25 181 40 4.52 10 0 0 4 16 20 176 40 4.4 11 0 0 0 5 35 195 40 4.87 12 0 0 0 10 30 190 40 4.75 13 0 0 1 11 28 187 40 4.67 14 0 0 0 11 29 189 40 4.72 15 0 0 0 15 25 185 40 4.62 16 0 0 1 9 30 189 40 4.72 17 0 0 1 10 29 188 40 4.7 18 0 0 1 10 29 188 40 4.7
65 RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 31 Desember 1958 di Bone, sebagai putra Bone dari 3 (tiga) bersaudara dari pasangan Bapak Tahang Madeali dan Ibu Hajjah Nacca Sahude. Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan pada tahun 1971 di SDN Kading-Bone, Sekolah Menengah Pertama (SMP) diselesaikan pada tahun 1974 di Taccipi-Bone, serta Sekolah Menengah Atas (STM Pertanian) Limbung diselesaikan pada tahun 1977 di Gowa Sulawesi Selatan. Pada tahun 1978 Penulis diterima pada Program Sarjana (S1) Universitas Hasanuddin Fakultas Peternakan, Program Studi Produksi Ternak dan lulus Sarjana Muda Peternakan tahun 1981, pada tahun1983 menyelesaikan studi Program Sarjana (S1) Peternakan. Penulis masuk kuliah di Program Studi Magister Pengembangan Industri Kecil Menengah (MPI) Institut Pertanian Bogor pada bulan April 2013 sebagai angkatan ke 17. Memiliki riwayat pekerjaan sebagai dosen di Universitas Hasanuddin, sejak 3 Maret 1985 sampai dengan sekarang.