Pengembangan Sistem Bantuan Operasional Sekolah Berbasis Client-Server Dalam Rangka Efisiensi SDM dan Penerapan TIK Di Sekolah Oleh : Rasim, Muh. Nursalam, Fajar Sandi Rodiyansyah Pendidikan Ilmu Komputer FPMIPA UPI
ABSTRAK Dana Bantuan Operasional Sekolah perlu dikelola dengan baik, tetapi terkadang pengelola dana tersebut masih merangkap dengan tugas-tugas yang lain yang ada disekolah. Sehingga pengolahan dana tersebut tidak efektif dan efisien. System BOS merupakan system untuk mengelola dana BOS terutama pengolahan RKAS dan RPD. System ini dikembangkan berbasis web dengan arsitektur client/server. Server berisi basis data dan web service sedangkan client berisi web browser yang digunakan oleh pengguna untuk mengolah dana BOS tersebut. Pengembangan system ini menggunakan pendekatan terstruktur dengan tool pengembangan yaitu: ERD, Context Diagram, DFD, KD dan P-Spec. Sistem BOS dapat membantu mempermudah penglelola dana BOS di sekolah sehingga penggunaan sumber daya manusia menjadi efisien. Kata kunci : BOS, Sistem Informasi, Client Server
1. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan bahwa setiap warga negara yang berusia 7-15 tahun wajib mengikuti pendidikan dasar. Konsekuensi dari amanat undang-undang tersebut maka pemerintah wajib memberikan layanan pendidikan bagi seluruh peserta didik pada tingkat pendidikan dasar (SD/MI dan SMP/MTs serta satuan pendidikan yang sederajat) Untuk pemerintah mencanangkan program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang merupakan program pemerintah yang terkait dengan pembiayaan operasional pendidikan dasar 9 tahun yang ditanggung oleh pemerintah. Program ini bertujuan untuk membebaskan biaya pendidikan bagi siswa yang tidak mampu agar mereka memperoleh layanan pendidikan dasar yang lebih bermutu sampai tamat dalam rangka penuntasan wajib belajar 9 tahun. Tetapi pengolahan dana tersebut mendapat kendala dalam hal penugasan sumber daya manusia di sekolah tersebut. Selain masih dilakukan dengan cara manual baik dalam proses transaksi sehari-hari sampai dengan pelaporan penggunaan dana BOS kepada pihak terkait, petugas yang ditunjuk juga merangkap dengan tugas-tugas yang lain
1
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH Salah satu indikator penuntasan wajib belajar 9 tahun diukur dengan Angka Partisipasi Kasar (APK). Pada tahun 2005, APK tingkat SMP sebesar 85,22% dan pada akhir 2006 telah mencapai 88,68%. Dengan demikian, pada saat ini masih ada sekitar 1,5 juta anak usia 13-15 tahun yang masih belum mendapatkan layanan pendidikan dasar. Masalah lain selain APK adalah masih rendahnya mutu pendidikan yang antara lain mencakup masalah tenaga kependidikan, fasilitas, manajemen, proses pembelajaran dan prestasi siswa. Dengan adanya pengurangan subsidi bahan bakar minyak, amanat undang-undang dan upaya percepatan penuntasan wajib belajar 9 tahun yang bermutu, maka pemerintah melanjutkan pemberian Bantuan Operasional Sekolah (BOS) bagi SD/MI/SDLB/SMP/MTs/SMPLB negeri/swasta dan pesantren salafiah serta sekolah keagamaan non islam setara SD dan SMP yang menyelenggarakan wajib pendidikan dasar 9 tahun. Bantuan Operasional Sekolah (BOS) secara konsep mencakup komponen untuk biaya operasional non personil. Menurut hasil studi Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional (Balitbang Depdiknas), BOS adalah program pemerintah untuk penyediaan pendanaan biaya non personalia bagi satuan pendidikan dasar sebagai pelaksana program wajib belajar. Bantuan operasional Sekolah (BOS) bertujuan untuk membebaskan biaya pendidikan bagi siswa tidak mampu dan meringankan bagi siswa yang lain, agar mereka memperolah layanan pendidikan dasar lebih bermutu sampai tamat dalam rangka penuntasan wajib belajar 9 tahun. Adapun tujuan khusus dari pelaksanaan BOS antara lain: a. Menggratiskan seluruh siswa miskin tingkat pendidikan dasar dari beban biaya operasional sekolah baik di sekolah negeri maupun swasta. b. Menggratiskan seluruh siswa SD negeri dan SMP negeri terhadap biaya operasional sekolah, kecuali rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI) dan sekolah bertaraf internasional (SBI). c. Meringankan beban operasional sekolah bagi siswa di sekolah negeri dan swasta. Sasaran dari pelaksanaan program bantuan operasional sekolah adalah semua sekolah SD dan SMP termasuk SMP Terbuka dan Tempat Kegiatan Belajar Mandiri yang diselenggarakan oleh masyarakat baik negeri maupun swasta. Sekolah yang kaya/mapan yang mampu secara ekonomi yang memiliki penerimaan dana lebih besar dari BOS berhak untuk menolak menerima BOS. Namun jika ada siswa miskin di sekolah tersebut maka sekolah harus menjamin kelangsungan pendidikan siswa tersebut. Jumlah dana yang diterima oleh sekolah untuk melaksanakan operasional sekolah adalah sebagai berikut : a. SD/SDLB kota mendapatkan Rp. 400.000,- /siswa/tahun b. SD/SDLB kabupaten mendapatkan Rp. 397.000,- /siswa/tahun c. SMP/SMPLB kota mendapatkan Rp. 575.000,- /siswa/tahun d. SMP/SMPLB kabupaten mendapatkan Rp. 570.000,- /siswa/tahun Dalam program BOS, dana diterima oleh sekolah secara utuh, dan dikelola secara mandiri oleh sekolah dengan melibatkan dewan guru dan komite sekolah tanpa intervensi pihak lain. Dengan demikian program BOS sangat mendukung implementasi penerapan manajemen berbasis 2
sekolah, yang secara umum bertujuan untuk memberdayakan sekolah melalui pemberian kewenangan (otonomi), pemberian fleksibilitas yang besar untuk mengelola sumber daya sekolah dan mendorong partisipasi warga sekolah dan masyarakat untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah. Dengan demikian, BOS harus menjadi sarana penting untuk meningkatkan pemberdayaan sekolah dalam rangka peningkatan akses, mutu dan manajemen sekolah, bagi siswa yang tidak mampu akan menjadi tiket masuk untuk mengakses layanan pendidikan dengan dibebaskan dari segala pungutan namun demikian masyarakat dan orang tua siswa yang mampu diharapkan tetap berpartisipasi dalam mengembangkan sekolah. Dan pada akhirnya sekolah dapat melaksanakan operasional sekolah secara lebih profesional, transparan, mandiri dan dapat dipertanggungjawabkan. 2.2 MODEL CLIENT SERVER Dengan makin berkembangnya teknologi jaringan komputer, sekarang ini ada kecenderungan sebuah sistem yang menggunakan jaringan untuk saling berhubungan. Dalam jaringan tersebut, biasanya terdapat sebuah komputer yang disebut server, dan beberapa komputer yang disebut client. Server adalah komputer yang dapat memberikan service ke client, sedangkan client adalah komputer yang mengakses beberapa service yang ada di server. Ketika client membutuhkan suatu serviceyang ada di server, dia akan mengirim request kepada server lewat jaringan. Jika request tersebut dapat dilaksanakan, maka server akan mengirim balasan berupa service yang dibutuhkan untuk saling berhubungan menggunakan socket. Socket adalah sebuah endpoint untuk komunikasi didalam jaringan. Sepasang proses atau thread berkomunikasi dengan membangun sepasang socket, yang masingmasing proses memilikinya. Socket dibuat dengan menyambungkan dua buah alamat IP melalui port tertentu. Secara umum socket digunakan dalamclient/server system, dimana sebuah server akan menunggu client pada port tertentu. Begitu ada client yang menghubungi server maka server akan menyetujui komunikasi dengan client melalui socket yang dibangun. 2.3 MODEL PROSES PEMBANGUNAN PERANGKAT LUNAK Model proses ini sering kita sebut sebagai classic life cycle atau waterfall model. Classic life cycle adalah suatu paradigma pembangunan perangkat lunak yang menuntut suatu sistem yang sistematis dari mulai suatu level kemudian maju ke level berikutnya. Model ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan sistematis dan sekuensial dalam membangun perangkat lunak. Pengembangan ini dimulai dari analysis, design, coding dan testing . Adapun proses ini dapat dilihat dari gambar dibawah ini :
System/information engineering Analysis
Design
Code
Test
Gambar 1: Model sekuensial linear/waterfall 3
a. System/information engineering adalah bagian dari sistem besar, kegiatan dimulai dengan menentukan kebutuhan sistem dan kemudian mengalokasikan sub kebutuhan tersebut untuk perangkat lunak. System/information engineering menekankan pada mendapatkan kebutuhan proses bisnis yang akan dibagun ke dalam perangkat lunak. b. Analysis, dilakukan terhadap data yang ada serta mengumpulkan kebutuhankebutuhan perangkat lunak yang akan dibangun. Merupakan tahap dikerjakannya pendefinisian masalah untuk menyelesaikan teknis pengembangan perangkat lunak yang akan dilakukan. Dikerjakan oleh analis system yang harus mengerti domain informasi perangkat lunak yang akan dibangun, mengerti kebutuhan fungsi, kelakukan, keandalan dan antar muka perangkat lunak. c. Design, tahap perancangan perangkat lunak yang memfokuskan pada empat atribut program yaitu : struktur data, arsitektur perangkat lunak, representasi perangkat lunak dan algoritma detail. Dilakukan pengubahan kebutuhan-kebutuhan menjadi bentuk-bentuk karakteristik yang dimengerti perangkat lunak sebelum dilakukan penulisan program. Adapun proses yang dilakukan tahap ini adalah: mendekomposisi modul sistem, penetapan rancangan masukan dan keluaran, penetapan struktur data dan penetapan formula yang digunakan untuk pengolahan data. d. Code, merupakan prosen mentranslasikan hasil perancangan perangkat lunak menjadi bentuk yang dapat dibaca oleh mesin. Pada tahap ini dilakukan konversi hasil rancangan menjadi source code. e. Testing, proses testing dilakukan setelah coding, berfokus pada logika internal pada perangkat lunak, memastikan bahwa semua pernyataan program telah diuji pada fungsi eksternal dan mencari segala kemungkinan permasalahan. Kemudian memastikan apakah perangkat lunak sudah sesuai yang diharapkan atau belum. 3. HASIL PENELITIAN 3.1 ANALISIS SISTEM Analisis sistem merupakan pemodelan sistem yang akan dibangun disesuaikan dengan kebutuhan dari pengguna. Analisis sistem yang akan dibangun yang terdiri dari model data dan model fungsi. 3.1.2.1 CONTEXT DIAGRAM Context diagram adalah diagram yang engambarkan inteaksi level atas antara sistem dengan pengguna sistem tersebut. Context Diagram sistem BOS ini dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 2. Context Diagram Sistem BOS
4
3.1.2.2 DATA FLOW DIAGRAM Data Flow Diagram adalah diagram yang menggambarkan aliran data dan transformasi data dari sati proses ke proses lain. Penggambaran DFD dilakukan secara hirarki karena DFD merupakan penjabaran lebih detail dari Context Diagram. DFD sistem BOS dapat dilihat pada gambar 3.
Gambar 3: DFD Level 1 Sistem BOS Sistem pengolahan BOS terdiri dari lima modul utama yaitu Login, User, BOS, RPD, RKAS. Masing-masing modul dapat dijabarkan menjadi fungsi lebih detail pada level berikutnya kecuali modul Login. Modul Login merupakan fungsi akhir yang menangani otentikasi dan otoritas pengguna. Sedangkan modul Data User, modul RPD, modul RKAS dan modul BOS dapat dijabarkan lebih detail secara berturut pada gambar 9, gambar 10, gambar 11 dan gambar 12 dibawah ini. 4. Perancangan Sistem Perancangan Antarmuka untuk pengguna Admin terdiri dari fitur beranda, RKAS, RPD dan Logout. Tampilan layout halaman untuk Admin dapat dilihat untuk halaman utama dapat dilihat pada gambar 4. sedangkan rancangan antarmuka yang lainnya dapat dilihat pada laporan penelitian. Bagian Judul Bagian Menu
Beranda RKAS
RPD
Logout
Bagian Isi Web
Data User
Gambar 4. Rancangan Hal Utama 5. IMPLEMENTASI Implementasi sistem untuk antarmuka halaman utama sesuai dengan rancangannya dapat dilihat pada gambar 5. implementasi ini mengunakan PHP dengan basis data MySql.
5
Gambar 5. Implementasi Hal Utama 6. KESIMPULAN Sistem ini membantu pengguna dalam pengolahan dana BOS sehingga kinerja pegawai menjadi efisien dari segi waktu 7. DAFTAR PUSTAKA 1. Depdiknas, Buku Panduan BOS 2007. Depdiknas, Jakarta : 2007 2. Jogiyanto, H.M. Analisis dan Desain Sistem Informasi Pendekatan Terstruktur dan Praktek Aplikasi Bisnis, Andi, Yogyakarta: 1999 3. Pressman, Roger S., Software Engineering (A Practicional’s Approach), Mc.Graw Hill, 1997 4. Whitten, Bentley & Dittman, Metode Desain dan Analisis Sistem. Penerbit Andi & McGraw Hill Education, 2004.
6
7