Pengembangan Perbankan Syariah Untuk Meningkatkan Entrepreneurship The Development of Moslem Banking for Increase Enterpreneurship Reniati¹ Universitas Bangka Belitung Abstract Presently the sharia bussines had developed, not only the islamic banking and assurance, but too institutional sharia hotel until sharia ritel. That’s of it prove that islamic economic system is very dynamic and suitable to implemented in bussiness. To use TOWS analysis had found amount of intermediation function of the islamic banking bigger from the conventionale bank. The great of intermediation function is capable to increase economic of growth,to create new entrepreneurs so it can be reduce unemployment and proverty and last but not least to inequality income can be minimilize in society. The strategic of sharia banking inside fourth kuadrant especially in rapid growth strategy, it’s show that in recently the islamic banking is growing and needs all the instruments necessary to speed : the infrastructure available, the fuel, the gas pedal and also the brake. Like a journey, the sharia industry is a new vehicle that stars from terminal. The route of the journey still tretches far ahead. Keyword : the Islamic banking, entrepreneurship, rapid growth strategy, TOWS analysis. Pendahuluan Banyak para pakar ekonomi akhir-akhir ini memprediksikan bahwa tahun 2008 akan terjadi krisis ekonomi jilid II seperti tahun 1998 kemarin. Indikator pertama adalah terlihat dari terus melambungnya cadangan devisa di Bank Indonesia (BI) yang kini mencapai 51 milyar dolar AS atau Rp. 459 trilyun (kurs Rp. 9000 per dolar AS). Padahal posisi cadangan devisa di awal tahun hanya 43,2 miliar dolar AS. Kedua data BI juga menunjukkan nett buy investor asing di pasar modal mencapai Rp. 3.2 triliun. Di pasar surat utang Negara (SUN), investor membukukan nett buy lebih tinggi lagi yaitu Rp. 6,7 trilyun atau naik Rp. 0,2 triliun dibanding triwulan keempat 2006. Agar ancaman krisis ini tidak menjadi nyata, maka dana asing yang ada harus dimanfaatkan untuk menggerakkan sektor riil. Setelah krisis ekonomi jilid pertama sebenarnya ekonomi syariah telah menunjukkan kepiawaiannya sebagai salah satu mazhab ekonomi yang patut diperhitungkan selain kapitalisme dan sosialisme. Keyakinan akan keperkasaan ekonomi kapitalis telah hampir 300
tahun mendominasi perekonomian dunia, apalagi sejak runtuhnya ekonomi sosialis pada tahun 1988, kapitalis seolah menjadi terdepan dan tak terkalahkan. Tetapi bukti nyata menunjukkan bahwa di awal pertengahan tahun 1997, bankbank konvensional banyak yang tumbang. Bank Muamalat Indonesia, satu-satunya bank syariah yang ada di Tanah Air saat itu yang tetap tegar berkibar. Kini bisnis syariah terus berkembang, tidak hanya perbankan dan asuransi, tapi juga lembaga pembiayaan syariah, hotel syariah hingga ritel syariah. Semua itu menunjukkan bahwa sistem ekonomi Islam sangat dinamis dan cocok diterapkan dalam berbagai bisnis. Menjalankan prinsip syariah tak hanya mendatangkan berkah. Lebih dari itu mengoperasikan prinsip syariah juga membuka peluang menangguk untung pada kondisi-kondisi yang tidak normal. Di sisi lain kemampuan perbankan konvensional dalam menghimpun dana masyarakat yang begitu besar tidak diragukan lagi, namun dana masyarakat yang telah terkumpul di situ sebagian besar tidak disalurkan dalam bentuk kredit. Hanya sekitar 40 persen dari dana masyarakat tersebut yang dapat
disalurkan ke sektor riil dalam bentuk kredit, sedangkan selebihnya diinvestasikan dalam bentuk surat berharga. Salah satu surat berharga yang menjadi favorit kalangan perbankan karena resikonya yang nihil adalah Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Dari sisi kualitas kredit juga ada sekitar tujuh persen dari kredit bank konvensional. yang bermasalah, bermasalah, sehingga BI saat ini memberikan kebijakan relaksasi perbankan untuk bank konvensional. Sebagian kalangan perbankan berpendapat masalahnya bukan pada perbankan, tapi dunia usaha yang memang tidak mampu menyerap kredit, tentu saja ini berbeda dengan perbankan syariah. Fungsi intermediasinya berjalan secara optimal. Seluruh dana masyarakat yang dihimpun perbankan syariah disalurkan kembali ke masyarakat dalam bentuk pembiayaan. Dengan jumlah yang bermasalah hanya 4,5 % lebih kecil dibandingkan perbankan konvensional 7% (ini juga belum termasuk yang disudah diserahkan ke BPPN untuk diselesaikan. Optimalisasi dari fungsi intermediasi ini diharapkan mampu menggerakkan sektor riil yang saat ini seakan mati suri, selain itu juga mampu melahirkan entrepreneur-entrepreneur baru di masyarakat, khususnya masyarakat Indonesia yang sering dijustifikasi sebagai bangsa melayu yang malas dan tidak bisa berbisnis. Bila sektor riil bergerak maka permasalahan pengangguran, kemiskinan dan distribusi pendapatan diharapkan juga mampu dieliminasi dalam suatu perekonomian. Dari urutan argumentasi di atas maka sebenarnya ada beberapa permasalahan berikut ini : 1. Seberapa besar fungsi intermediasi perbankan syariah dibandingkan perbankan konvensional sehingga mampu mengakselerasi pertumbuhan ekonomi nasional dan sektor riil di Indonesia. 2. Apakah strategi yang harus dilakukan oleh perbankan syariah dalam rangka meningkatkan entrepreneurship masyarakat. Sehingga tujuan dari penelitian ini adalah : a. Membandingkan dan mengetahui fungsi intermediasi yang dilakukan oleh perbankan
syariah dengan perbankan konvensional di Indonesia. b. Mengukur fungsi intermediasi perbankan syariah untuk menggerakkan sektor riil dan memacu pertumbuhan ekonomi nasional. c. Menyusun strategi pengembangan perbankan syariah dalam rangka meningkatkan entrepreneurship masyarakat. Kerangka Teoritis Strategi Istilah strategi berasal dari bahasa Yunani strategos atau strategus dengan kata jamaknya strategi. Oleh Tatloff (dalam Tavip Agus R. 1998), pengertian strategi diterjemahkan sebagai the art of the general. Tampaknya pengertian awal dari kata strategi berkaitan dengan cara atau teknik yang dipakai oleh para jenderal di dalam upaya memenangkan perang. Dua hal penting yang terdapat di dalam pengertian strategi adalah ketrampilan dan kesempatan yang keduanya merupakan penentu dalam situasi strategik. Selanjutnya dari berbagai literatur dan rumusan tentang pengertian strategi dapat dikemukakan bahwa strategi menyangkut unsur : tujuan dan sasaran, lingkungan, kemampuan internal, kompetisi, pembuat strategi, dan komunikasi. Tujuan (goals) adalah keinginan yang hendak dicapai diwaktu yang akan datang, biasanya digambarkan secara umum dan tidak mengenal batas waktu dan lebih terukur. Lingkungan merupakan unsur penting dalam strategi, terutama strategi dalam organisasi karena betapapun organisasi tidak dapat hidup dalam isolasi. Kemampuan internal adalah apa yang dapat dilakukan oleh organisasi berbekal pada sumber daya yang ada. Kompetisi merupakan situasi yang biasanya dihadapi apabila seorang pengambil keputusan hendak merumuskan suatu strategi. Pembuat strategi sudah barang tentu merupakan aktor yang berkompeten bagi terwujudnya sebuah strategi. Dan terakhir, komunikasi merupakan proses yang vital bagi strategi karena hanya melalui sistem komunikasi yang baik suatu strategi akan berhasil. Dalam kaitan ini manajemen strategik (strategic management) dapat dirumuskan sebagai sekumpulan keputusan dan tindakan yang menghasilkan perumusan (formulation) dan
pelaksanaan (implementation) yang dirancang untuk mencapai sasaran-sasaran organisasi. Manajemen strategik sendiri pada hakekatnya mengandung unsur-unsur sebagai berikut : a. Misi dan harapan organisasi, misi menjelaskan mengapa organisasi didirikan sejak awal sedangkan harapan mengandung makna hasil yang ingin dicapai oleh organisasi. b. Tujuan dan sasaran, keduanya saling mengisi dan mendukung. Tujuan dibangun dengan memperhatikan misi sedangkan sasaran dibuat untuk mendukung tujuan tersebut. Tujuan dan sasaran memberikan target strategi-strategi mana yang harus dibangun. c. Perkiraan situasi strategik, lingkungan luar (external evvironment) terdiri atas beberapa faktor yang secara langsung memberikan sedikit kontrol seperti faktor ekonomi, sosial, politik, hukum dan teknologi. Sebuah organisasi harus memperhatikan peluang dan ancaman dari lingkungan luar tersebut. Kemudian lingkungan internal berdaya sehingga yang perlu diperhatikan adalah bagaimana mengoptimalkan kekuatan dan menekan kelemahan organisasi. d. Strategi formulasi, proses pengambilan keputusan berdasarkan analisis situasi strategik yang ditentukan oleh lingkungan eksternal dan internal. e. Strategi evaluasi dan pilihan-pilihan, umumnya strategi evaluasi akan mengembangkan alternatif-alternatif strategik. Alternatif-alternatif tersebut disistematiskan ke dalam pembatasan dan daftar alternatif terbaik, yang didasari faktor kritis untuk mencapai kesuksesan organisasi. f. Strategi implementasi dan perencanaan. Fase ini sangat penting karena sebaik apapun sebuah strategi belum dikatakan efektif sebelum diimplementasikan. g. Pengendalian strategik, meliputi evaluasi atas strategi implementasi. Salah satu perangkat analisis yang sering digunakan dalam manajemen adalah analisi TOWS (Threast, Opportunities, Weaknesess and Strenghts) yang lebih mudah dipahami dengan menyajikan matriks TOWS. Perbankan Syariah di Indonesia
Bank syariah adalah lembaga keuangan yang dalam operasionalnya menggunakan prinsip-prinsip syariah. Bedanya dengan bank konvensional, bank syariah tidak mengenal sistem bunga. Bagi bank syariah, sistem bunga adalah riba. Kelahiran bank syariah di Indonesia didorong oleh keinginan masyarakat Indonesia (terutama umat Islam) yang memandang bunga haram sehingga dilarang oleh agama. Dari aspek hukum, yang mendasari perkembangan bank syariah di Indonesia adalah UU Nomor 7 Tahun 1992. Dalam UU tersebut prinsip syariah masih samar, yang dinyatakan sebagai prinsip bagi hasil. Fungsi-fungsi bank sebenarnya sudah dipraktikkan oleh para sahabat di zaman Nabi saw, yakni menerima simpanan uang, memberikan pembiayaan dan jasa transfer uang. Namun, biasanya satu orang hanya melakukan satu fungsi saja. Baru kemudian, di zaman Bani Abbasiyah, ketiga fungsi perbankan dilakukan oleh satu individu. Usaha modern pertama untuk mendirikan bank tanpa bunga pertama kali dilakukan di Malaysia pada pertengahan tahun 1940-an, namun usaha tersebut tidak berhasil. Berikutnya, eksperimen dilakukan di Pakistan pada akhir tahun 1950-an. Kini perbankan syariah sudah menyebar ke berbagai Negara, bahkan Negara-negara Barat. The Islamic Bank International of Denmark tercatat sebagai bank syariah pertama yang beroperasi di Eropa, tepatnya Denmark, tahun 1983. (Direktori Syariah, 2007). Di Indonesia, bank syariah pertama baru lahir tahun 1991 dan beroperasi secara resmi tahun 1992. Padahal pemikiran mengenai hal ini sudah terjadi sejak dasawarsa 1970-an. Menurut Dawam Rahardjo, penghalangnya adalah faktor politik, yaitu bahwa pendirian bank Islam dianggap sebagai bagian dari cita-cita mendirikan Negara Islam. Namun, sejak 2000an, setelah terbukti keunggulan bank syariah (bank islam) dibandingkan bank konvensional antara lain. Bank Muamalat tidak memerlukan suntikan dana, ketika bank-bank konvensional menjerit minta Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) ratusan triliun akibat negative spread, bank-bank syariah pun bermunculan di Indonesia.
Hingga saat ini, jumlah bank syariah mencapai 23 buah, terdiri dari tiga Bank Umum Syariah (BUS) dan 20 Unit Usaha Syariah (UUS) dari sejumlah bank nasional dan bank daerah, dengan ratusan jumlah kantor cabangnya di seluruh Indonesia. Di bawah ini akan ditampilkan jumlah Bank Umum Syariah, Bank konvensional yang membuka unit syariah dan Bank Daerah yang membuka unit syariah. Tabel. 1 Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia, 1992-2004 Nama Bank Bank Muamalat Indonesia (BMI) Bank Syariah Mandiri (BSM) Bank Syariah Mega Ind (BSMI) Total Sumber
Tahun Berdiri 1992
Kantor Cabang 154
1999 2004
199 0
362
: Suplemen Direktori Syariah Republika (Maret 2007)
Tabel. 2 Bank Konvensional Yang Membuka Unit Usaha Syariah (UUS) di Indonesia, 2000-2004 Nama Bank BNI Syariah Bank IFI Syariah BRI Syariah Bank Bukopin Syariah Bank Danamon Syariah BII Syariah HSBC Syariah Bank Niaga Syariah Permata Bank Syariah BTN Syariah
Tahun Berdiri
Kantor Cabang
2000 2000 2001 2001 2002 2002 2003 2003 2003 2004
48 2 44 7 11 5 2 8 11 8
Sumber
: Suplemen Direktori Syariah Republika (Maret 2007) Tabel. 3 Bank Daerah Yang Membuka Unit Usaha Syariah (UUS) di Indonesia, 2000-2004 Nama BPD
Bank Jabar Syariah Bank DKI Syariah Bank Riau Syariah BPD Kalsel Syariah BPD Sumut Syariah BPD Aceh Syariah BPD NTB Syariah BPD Kalbar Syariah BPD Sumsel Syariah BPD KALTIM Syariah Sumber
Tahun Berdiri
Kantor Cabang
2000 2003 2003 2003 2003 2003 2004 2004 2004 2006
6 6 3 3 3 2 2 2 2 1
: Suplemen Direktori Syariah Republika (Maret 2007)
Peran intermediasi bank syariah lebih menonjol dari bank konvensional, ibaratnya bank syariah kelebihan air, tapi sulit mencari sawah yang potensial produktivitasnya. Sulitnya mencari demand yang menjanjikan itu membuat perbankan sangat hati-hati dalam menyalurkan pembiayaan. Itu artinya, resiko terjadinya kredit macet besar. Belum lagi tergerusnya rasio kecukupan modal (CAR) bila nyata-nyata pembiayaan itu menjadi macet. Sehingga mudah dimengerti bila perbankan konvensional lebih suka memarkir dananya di SBI daripada menyalurkannya untuk sektor produktif. Sebab selain memberikan bunga lumayan, SBI juga dijamin lebih aman. Bila trend ini yang terus dipelihara, sebetulnya perbankan itu bukannya berperan sebagai “air”, tapi “sawah” atau bergeser dari fungsi sebagai supplier menjadi demand dengan menggantungkan diri kepada Bank Indonesia. Wiraswasta, Entrepreneur
Entrepreneurship
dan
Istilah wiraswasta lahir secara langsung atau tidak langsung karena pengaruh istilah entrepreneurship yang sangat populer di dunia swasta di Negara-negara Maju. Menurut kamus webster menyebutkan arti entrepreneur sebagai who organizes, manages and assumed the risk of a business or enterprise yang kurang lebih artinya adalah seorang yang mengorganisasikan, mengelola dan mengambil resiko atas suatu bisnis atau perusahaan. Sedangkan pengertian entrepreneurship mencakup sikap mental mengambil resiko dalam pengorganisasian dan pengelolaan suatu bisnis yang berarti juga suatu keberanian untuk membuka bisnis baru. Seseorang dikatakan memiliki jiwa entrepreneurship jika terbukti dia sukses menumbuhkembangkan bisnis baru atau menunjukkan kinerja positif pada bidang profesinya. Sedangkan istilah wiraswasta sudah mulai diperbincangkan sekitar tahun tujuhpuluhan pada awal bangsa Indonesia secara sungguh-sungguh membangun kembali perekonomian nasionalnya secara bertahap melalui program PELITA. Dr. Suparman Sumahamijaya (dalam LP-SDM IPB 2000) adalah salah seorang tokoh yang mempopulerkan istilah wiraswasta dalam bukunya berjudul “Membina Sikap Mental Wiraswasta” disebutkan istilah “wiraswasta” yang terdiri dari : Wira = utama,luhur,gagah berani, Teladan Swa = sendiri Sta = berdiri Swasta = kemampuan sendiri Jika wiraswasta adalah sifat-sifat keberanian, keutamaan dan keteladanan dalam mengambil resiko yang bersumber pada kemampuan sendiri. Menurut Meredith et al (dalam LP-SDMIPB 2000) yang menyebutkan beberapa ciri atau sifat yang dimiliki oleh seorang entrepreneur adalah sebagai berikut :
Tabel. 4 Ciri dan Watak Entrepreneur No. 1.
Ciri Kepercayaan diri
2.
Orientasi pada tugas dan hasil
3.
Pengambilan resiko Kepemimpina n
4.
5. Keorisinilan
6. Orientasi ke masa depan
Watak Percaya diri (yakin) Ketidaktegantungan Optimisme Haus akan prestasi Berorientasi laba Tekun dan tabah Tekad kerja keras Dorongan kuat Energetik dan penuh inisiatif Berani mengambil resiko Suka pada tantangan Bertingkah laku pemimpin Dapat bergaul dengan orang lain Menanggapi saran dan kritik Inovatif dan kreatif Luwes Punya banyak sumber Serba bisa dan banyak tahu Pandangan ke depan Perspektif
Sumber : Lembaga Pengembangan Sumber daya Manusia IPB (2000) Dari penjelasan kerangka teoritis di atas ada tiga hipotesis yang diajukan : 1. Fungsi intermediasi perbankan syariah lebih besar dibandingkan perbankan konvensional. 2. Perbankan syariah lebih cepat menggerakkan sektor riil sehingga pertumbuhan ekonomi nasional akan lebih cepat bergerak. 3. Strategi pengembangan perbankan syariah mampu mendorong peningkatan entrepreneurship masyarakat karena perbankan syariah berada pada posisi tumbu.
Gambar. 1 Kerangka Pemikiran Strategi Pengembangan Perbankan Syariah Untuk Meningkatkan Entrepreneurship
Menggerakkan sektor riil (UKM) Mengakselerasi pertumbuhan ekonomi
Perbankan Syariah Fungsi Intermediasi Bank Perbankan Konvensional
Mengurangi Pengangguran
Peningkatan Entrepreneur ship
Mengurangi Jumlah Angka Kemiskinan Perbankan Konvensional
Metodologi Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan menggunakan analisis TOWS. Perlu dijelaskan kenapa digunakan istilah TOWS bukan SWOT seperti dalam penelitian strategic planning yang lain. Argumentasinya bukan hanya sekedar membalik SWOT menjadi TOWS, namun dilandasi oleh substansi bahwa untuk melihat perbankan syariah harus dilihat perkembangan eksternal dulu sebelum meninjau lingkungan internalnya. Ini berarti bahwa pendekatan
Pemerataan distribusi pendapatan yang dipakai adalah outside-in bukan insideout. Menurut Hermawan Kertajaya (2005), untuk melakukan analisis TOWS, langkah pertama adalah harus mengumpulkan berbagai lingkungan eksternal bagi pesaing, investor, perubahan teknologi, politik-regulasi, sosialbudaya, ekonomi dan pasar. Berikut ini langkah-langkah tahapan analisis TOWS yang merupakan modifikasi antara analisis SWOT (Wachid Slamet Ciptono : 2000 dengan Hermawan Kertajaya : 2005).
TAHAPAN ANALISIS TOWS Gambar. 2 Tahapan Analisis TOWS
Butir TOWS Corporate Plan sebelumnya yang masih relevan
IDENTIFIKASI BUTIRBUTIR TOWS
Hasil Analisis company profile dan external environment Hasil questionnaire cabang Aspek penilaian kesehatan bank
PENILAIAN BUTIRBUTIR TOWS (SCORING)
PEMBOBOTAN BUTIR-BUTIR TOWS
Tahap 1 • Membandingkan dengan pesaing utama • Melihat kontribusi terhadap hasil usaha Tahap 2 Pengelompokan dan pemberian nilai sesuai dengan kriteria
• Kurang penting/ menghambat • Cukup penting/ menghambat • Sangat penting/ menghambat
Total Bobot = 1 (100%)
Jangka Pendek SASARAN / OBJECTIVE Jangka Panjang PENENTUAN POSISI PERUSAHAAN/ POSITIONING (BOBOT X NILAI)
Strategi Dasar STRATEGI
Strategi Fungsional
Sumber : Wachid Slamet Ciptono, 2000 dan Hermawan Kertajaya (2005) dimodifikasi.
Sedangkan model analisis kuadran TOWS ini dikembangkan oleh Lembaga Manajemen
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (LMFKUI) yang telah dimodifikasi oleh penulis.
Gambar. 3 Kuadran Analisis TOWS
O II STABILITY
II B
Aggressive Maintenance
I GROWTH
Stable Growth Strategy
II A
IB
Selective Maintenance Strategy
IA
Rapid Growth Strategy
W
S Conglomerate Diversification Strategy
Turn Around Strategy
III A
III B
IV A
Guirella Strategy
IV B
Concentric Diversification Strategy
III SURVIVAL
IV DIVERSIFICATION T
Sumber : Wachid Slamet Ciptono (2000), dimodifikasi
Karena :
(S – W) > (O – T) 2,10 – 0,85 > 2,27 – 1,20 1,25 > 1,07
Maka berarti perbankan syariah berada pada Kuadran I (Growth) dimana (S – W) > (OT) atau berada pada kuadran rapid growth strategy. Apabila suatu institusi berada dalam kuadran ini berarti bahwa perbankan syariah tersebut berada pada posisi menghadapi lingkungan yang secara relatif berpeluang lebih besar dibandingkan dengan ancamannya dan secara intern mempunyai keunggulan yang lebih besar untuk mengatasi kelemahannya. Dengan demikian perbankan syariah mempunyai kemampuan mengubah potensi di pasar menjadi prestasi usaha. Oleh karena perbankan syariah harus memanfaatkan kondisi eksternal dan internal ini untuk pertumbuhan usaha. Pada posisi ini, investasi diperlukan. Dengan kata lain menempuh Strategi Pertumbuhan (Growth Strategy). Growth Strategy memiliki dua kecenderungan yaitu rapid growth strategy dan stable growth strategy dan berdasarkan perhitungan analisis SWOTnya perbankan syariah masuk kedalam rapid growth strategy yang maknanya, dia harus berusaha mengoptimalkan keunggulan internalnya dengan memanfaatkan core competence shariah nya yang dimiliki dalam rangka memanfaatkan keunggulan kesempatan. Untuk itu diperlukan pertumbuhan yang cepat karena peluang yang ada relatif lebih kecil dari kekuatan internalnya. Dengan kata lain, dalam menangkap peluang pasar perbankan syariah harus mampu melayani kelebihan permintaan dengan memilih cara yang tercepat agar peluang yang ada tidak jatuh ke tangan pesaing. Seberapa cepat pertumbuhan ini, sangat tergantung pada seberapa besar keunggulan kekuatan internalnya, apakah sumber daya manusia, teknologi, cost leadership dan lain-lain.
Ada tiga kondisi rapid growth strategy yaitu : • Low level growth, yakni tumbuh pada tingkat pertumbuhan alami (natural growth) untuk memanfaatkan keunggulan kekuatan yang ada. Dalam hal ini pertumbuhan alami adalah sebesar kenaikan laju inflasi. • Medium level growth, yakni tumbuh lebih cepat dari pertumbuhan alami karena keunggulan kekuatan internnya sudah lebih besar. Pada posisi ini perusahaan harus tumbuh pada tingkat pertumbuhan industri yang bersangkutan (industry level growth). • High level growth, dimana perusahaan harus tumbuh dengan cepat untuk mengoptimalkan segala keunggulan kekuatan internal (all resources) yang memang benar-benar kuat. Apabila tidak, berarti terdapat sumber daya yang tidak diberdayakan (waste) dan peluang yang ada akan dimanfaatkan oleh pesaingnya. Perbankan syariah berada pada Medium Level Growth artinya pertumbuhannya pada level pertengahan. Dimana ini mampu menggerakkan sektor-sektor riil yang ada dalam masyarakat. Bila sektor riilnya bergerak, maka kesempatan munculnya entrepreneur-entrepreneur baru yang mampu membuka lapangan kerja. Sehingga dapat mengurangi pengangguran, kemiskinan dan memeratakan distribusi pendapatan. Simpulan Bahwa fungsi intermediasi perbankan syariah lebih besar dibandingkan perbankan konvensional. Perbandingannya adalah 80%100% dibandingkan dengan 40%-45%. Sehingga dapat mengakselerasi pertumbuhan ekonomi nasional dan mampu meningkatkan entrepreneurship dalam masyarakat. Dan strategi pengembangan perbankan syariah saat ini adalah rapid growth strategy dengan tingkatan medium level growth. Dan ini mampu secara signifikan untuk mencetak entrepreneur-entrepreneur baru.
Analisis dan Pembahasan Fungsi Intermediasi Perbankan Syariah Fungsi intermediasi perbankan syariah lebih tinggi dibandingkan dengan perbankan konvensional. Ini dibuktikan dengan jumlah tingkat pembiayaan kepada masyarakat yang mencapai 100% dari jumlah yang dihimpun kepada nasabah. Sedangkan untuk perbankan konvensional hanya maksimum 40%. Industri perbankan syariah di Indonesia lebih hebat juga dibandingkan dengan Malaysia, karena di Malaysia hanya mampu menyalurkan 50% dalam bentuk pembiayaan dari dana yang dihimpun dari masyarakat. Ternyata kebijakan bank sentrallah yang mendorong perbedaan itu. Bank Negara
Malaysia membayar return yang sama untuk setiap kelebihan dana yang ditempatkan perbankan baik konvensional maupun syariah, sehingga perbankan syariah berperilaku sama dengan perbankan konvensional dalam hal memiliki likuiditas. Sedangkan BI membayar return yang sangat kecil untuk kelebihan dana perbankan syariah yang ditempatkan dalam bentuk Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) dan membayar return yang tinggi dua kali lipat atau lebih dibandingkan perbankan konvensional yang membeli SBI. Return yang rendah bagi perbankan syariah inilah yang mendorong perbankan syariah untuk menyalurkan seluruh dana masyarakat kembali ke dunia usaha dalam bentuk pembiayaan.
Tabel. 5 ESFAS (Exsternal Strategic Factors Analysis Summary) Faktor-faktor Strategi Eksternal
Bobot
Rating
Bobot X Rating
Peluang : • Program akselerasi perbankan syariah yang dicanangkan oleh BI.
0,08
4
0,32
• Rencana pemerintah untuk menerbitkan sukuk.
0,15
4
0,60
• Pengembangan wakaf uang, dimana bank syariah akan berperan sebagai bank custodian.
0,07
3
0,21
• Rencana akan diterbitkannya Peraturan atau Undang-undang perbankan syariah th 2007.
0,06
4
0,24
• Pertumbuhan ekonomi dan perkiraan turunnya Inflasi serta turunnya BI rate akan mempercepat Pertumbuhan perbankan syariah.
0,06
3
0,18
• Berkembangnya Malaysia dan Singapura sebagai Pusat keuangan bisnis syariah sehingga membawa Dampak positif terhadap perkembangan perbankan Syariah di Indonesia.
0,18
4
0,72
Total Peluang Ancaman : • Kurangnya dukungan regulasi.
0,60 0,10
2,27 4
0,40
Ket.
• Kurangnya political will dari pemerintah.
0,10
3
0,30
• Kondisi stabilitas nasional yang tidak mendukung.
0,05
2
0,10
• Iklim bisnis dan pertumbuhan ekonomi yang tidak Mendukung.
0,10
3
0,30
• Kenaikan BI rate dan inflasi. Total Ancaman Selisih
0,05 0,40
2
0,10 1,20 1,07
Tabel. 6 ISFAS (Internal Strategic Factors Analysis Summary) Faktor-faktor Strategi Eksternal
Bobot
Rating
Bobot X Rating
0,20
4
0,80
• Menekankan nilai keadilan, distribusi/pemerataan, keseimbangan dan membawa kemaslahatan bagi umat manusia.
0,16
3
0,48
• Lebih stabil terhadap gejolak moneter dan tidak menimbulkan masalah inflasi akibat kenaikan suku bunga.
0,16
4
0,64
• Tersedia qardhul hasan untuk nasabah yang tidak mampu.
0,06
3
0,18
Total Kekuatan Kelemahan : • Keterbatasan sumberdaya insani, padahal pengelolaan perbankan syariah membutuhkan SDM yang handal.
0,58 0,12
3
0,36
• Sebagian besar masih menginduk kepada bank konvensional.
0,05
1
0,05
• Sikap normal dan etika yang sebagian pihak masih belum sesuai dengan norma keislaman.
0,04
1
0,04
• Keterbatasan dalam teknologi informasi.
0,06
2
0,12
• Inovasi dan pengembangan produk yang terbatas
0,08
3
0,24
0,07 0,42
2
0,14 0,85 1,25
Kekuatan : • Perbankan syariah dilandasi oleh Al-qur’an dan Hadist, dasar operasinya adalah nilai-nilai Syariah Islam.
• Skim pembiayaan yang tidak kompetitif. Total Kelemahan Selisih Sumber : Hasil Analisi
2,10
Ket.
Referensi Amin A Riawan, (2004), The Celestial Management, Jakarta, Senayan Abadi Publishing. Ciptono Slamet Wakhid, (2000); Slyabus Strategy Management, Semarang. Direktori Syariah-Republika (2007); Bank Syariah Dari Masa Ke Masa, HURepublika-edisi Maret 2007. Hadinoto Soetanto, Retnadi Djoko; (2006) Micro Credit Challenge, Jakarta, PT Elex Media Komputindo. Hamidi Lutfi M; (2003) Jejak-jejak Ekonomi Syariah, Jakarta, PT Elex Media Komputindo. Lembaga Pengembangan Sumberdaya Manusia IPB, (2000): Materi Pelatihan Kewirausahaan dan Manajemen Bisnis Kecil; Kerjasama PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) dengan LP-SDM IPB. Kertajaya Hermawan dan Yuswohady (2005); Attracting Tourists Traders InvestorsStrategi Memasarkan Daerah di Era Otonomi . Gramedia-Jakarta. Rangkuti, Feddy,(1997); Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis : Reorientasi / Konsep Perencanaan Strategi Untuk Menghadapi Abad 21,Jakarta, PT. Gramedia. Rayanto, Tavip Agus (1998); Manajemen Strategik Badan Usaha Milik Negara (BUMD), Syllabus MM STIE Mitra Indonesia Semarang. Umar Hoesin, (2005); Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada.