LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol. 9 No 1 (2014) 44-55
ISSN: 0216-7433
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA BILINGUAL UNTUK SMA KELAS X Mayang Gadih Ranti1 1. Program Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI Banjarmasin
[email protected] (085248471668) ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan perangkat pembelajaran matematika bilingual yang berkualitas dan layak untuk digunakan dalam pembelajaran matematika bilingual. Kriteria kualitas yang digunakan mengacu pada kriteria Nieveen, yaitu valid, praktis dan efektif. Materi yang dikembangkan adalah materi Trigonometri. Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan (Development research). Penelitian ini mengembangkan perangkat pembelajaran matematika bilingual dengan menggunakan model pengembangan yang diadaptasi dari model pengembangan Dick & Carey. Tahap-tahap yang dilalui sampai diperoleh perangkat pembelajaran matematika bilingual yang valid, praktis dan efektif adalah analisis kebutuhan dan perumusan tujuan, desain/pengembangan produk, uji coba, revisi dan kajian produk akhir. Uji coba yang dilakukan meliputi ujicoba ahli/validasi ahli (expert judgement), uji coba kelompok kecil (small group try- out) dan uji coba lapangan (field try-out). Uji coba lapangan (field try-out) dilakukan pada tiga kelas X di SMAN 1 Martapura. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar validasi, lembar penilaian guru, lembar penilaian siswa, lembar observasi dan keterlaksanaan pembelajaran dan tes hasil belajar. Penelitian ini menghasilkan perangkat pembelajaran matematika bilingual yang meliputi silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang berkualitas dan layak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing silabus, RPP dan LKS sangat valid, sangat praktis dan efektif. Kata kunci: pengembangan, perangkat pembelajaran, matematika bilingual PENDAHULUAN Kemajuan IPTEK dan adanya era globalisasi seperti saat ini memungkinkan adanya tingkat interaksi antarnegara yang tinggi serta mendorong individu untuk berpikir lebih maju. Di samping menguasai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi muktahir, kompetensi lain yang tidak kalah penting dan pada akhirnya menjadi kebutuhan bagi setiap individu adalah kemampuan menggunakan bahasa internasional, yaitu bahasa Inggris. Sekarang dan di masa yang akan datang bahasa 44
Ranti G M/ LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol. 9 No 1 (2014) 44-55
Inggris menjadi kompetensi global. Kecakapan berbahasa Inggris menjadi tak terelakkan, serta didukung dengan penguasaan matematika dan ilmu pengetahuan lainnya. Patel (2009: 1) menyatakan bahwa “kemampuan kognitif anak akan meningkat karena berpikir dan bekerja dalam bahasa lain. Begitu lulus, mereka akan lebih siap dalam dunia kerja atau ketika ingin melanjutkan studi”. Lambert (Takatuwa, 2000: 1) menyatakan bahwa anak-anak yang belajar secara bilingual memiliki intelegensi lebih tinggi daripada anak yang belajar secara monolingual. Saat ini banyak negara-negara yang menerapkan pembelajaran bilingual, yaitu EBE (English Bilingual Education) guna menyiapkan generasi yang mampu bersaing menghadapi tantangan global. Pembelajaran bilingual adalah pembelajaran yang materi pelajaran, proses belajar mengajar, dan penilaiannya disampaikan dalam dua bahasa (bilingual), dalam hal ini bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Dalam pembelajaran matematika bilingual, penyampaian materi pelajaran, proses belajar mengajar dan penilaiannya dilakukan dalam dua bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Akan tetapi, dalam penerapannya, pembelajaran matematika bilingual sampai saat ini belum dapat terlaksana seperti yang diharapkan. Guru dan siswa masih mengalami kesulitan dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas menggunakan bahasa Inggris, serta masih kurang tersedianya sumber belajar matematika bilingual yang memadai. Kesulitan utama yang dihadapi oleh guru adalah menyiapkan atau merancang perangkat pembelajaran matematika secara bilingual dan mengimplementasikannya dalam pembelajaran di kelas. Guru belum terbiasa menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dalam pembelajaran. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh British Council pada tahun 2010 mengenai pelaksanaan English Bilingual Education (EBE) di Indonesia, diperoleh bahwa guru-guru masih mengalami kesalahan-kesalahan (inaccuracies) dan tidak percaya diri dalam menggunakan bahasa Inggris dalam pembelajaran di kelas. (Stephen Bax, 2010: 46). Permasalahan lain yang tidak kalah penting adalah kurang tersedianya media atau sumber belajar untuk pembelajaran matematika bilingual. Perangkat pembelajaran matematika bilingual yang tersedia di lapangan masih sangat terbatas dan penggunaannya belum optimal. Kebanyakan sumber-sumber atau media belajar yang ada hanyalah buku teks matematika bilingual yang berisi uraian materi dan latihan-latihan soal. Belum ada untuk matematika dalam bahasa Inggris atau bilingual. Sumber atau media belajar yang beredar di lapangan, termasuk Lembar Kegiatan Siswa (LKS) lebih banyak diperuntukkan untuk kelas reguler (kelas berbahasa Indonesia) saja. Disamping itu, sumber atau media belajar yang ada di lapangan, seperti Lembar Kegiatan Siswa (LKS) kebanyakan hanya berisi ringkasan materi yang kemudian disusul dengan latihan-latihan soal. Siswa tidak dituntun untuk menemukan sendiri pengetahuannya dan hanya bertugas sebagai penerima informasi. Hal ini tentu belum sesuai dengan fungsi Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang sebenarnya. Fungsi Lembar Kegiatan Siswa (LKS) seharusnya lebih ditujukan untuk memberi panduan bagi siswa 45
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Bilingual untuk SMA Kelas X
untuk membangun konsep atau pemahaman mereka sendiri. Oleh karena itu, diperlukan sumber atau media belajar, seperti LKS yang disusun secara bilingual dan dirancang sedemikian sehingga memberikan ruang dan kesempatan yang cukup bagi siswa untuk mengungkapkan ide atau gagasan mereka dalam menemukan sendiri suatu konsep. Secara garis besar, sekolah-sekolah yang sudah atau sedang menyiapkan program kelas bilingual menghadapi masalah yang cukup serius, antara lain belum tersedianya buku ajar dalam bahasa Inggris yang cocok dengan kebutuhan sekolah, belum tersedianya silabus dalam bahasa Inggris, belum siapnya guru mengajar dengan pengantar bahasa Inggris, dan belum adanya model pembelajaran bilingual yang efektif. Model pembelajaran yang efektif diperlukan guna mendukung terlaksananya hakikat pembelajaran yang sebenarnya. Muijs & Reynold (2011, 79) menyatakan bahwa “Learning is an active process. The learner actively construct her/his learning from various input s/he receive.” Pembelajaran adalah proses aktif, dimana pembelajar membangun secara aktif pembelajaran mereka dari berbagai sumber yang mereka terima. Hal senada juga diungkapkan oleh Cambourne (Killen: 2009, 3), yaitu bahwa “Learning is a process that involves making connenctions, identifying patterns, and organizing previously unrelated bits of knowledge, behavior and action into patterned wholes”. Pembelajaran adalah proses yang meliputi membuat suatu hubungan, mengidentifikasi pola dan menghubungkan pengetahuan, perilaku dan tindakan sebelumnya menjadi suatu pola secara keseluruhan. Proses pembelajaran akan sangat efektif apabila pengetahuan baru diperoleh oleh oleh siswa berdasarkan pengalaman atau pengetahuan yang sudah dimiliki oleh siswa sebelumnya. Pengetahuan yang diberikan hendaknya ada hubungan yang erat dengan pengalaman siswa sesungguhnya atau merupakan pengalaman nyata. Pentingnya pemecahan masalah-masalah yang menjadi hambatan dalam penyelenggaraan pembelajaran matematika bilingual di atas serta dengan memperhatikan karakteristik-karakteristik pembelajaran matematika yang mengutamakan keterlibatan dan partisipasi aktif, serta kreativitas dari siswa mendorong perlunya pengembangan perangkat pembelajaran yang mampu mendukung terlaksananya pembelajaran matematika bilingual seperti yang tidak hanya dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam matematika, tetapi juga kemampuan berbahasa Inggris siswa. Dalam pembelajaran bahasa, negosiasi makna perlu dilakukan dalam interaksi di kelas dan masyarakat sehingga guru perlu menekankan adanya konteks sosial dalam pembelajaran bahasa. Siswa akan lebih mudah mengungkapkan ide yang bersumber dari pengalaman nyata. Adanya konteks kehidupan nyata yang dihadirkan membuat siswa menjadi lebih tertarik dalam pembelajaran dan mendorong mereka untuk mengungkapkan ide-ide mereka. Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran matematika bilingual guna meningkatkan kemampuan matematika siswa dan juga kemampuan berbahasa siswa adalah pendekatan Contextual Teaching & Learning (CTL). Karakteristik dalam pembelajaran menggunakan pendekatan Contextual Teaching & Learning (CTL) antara lain adanya pengaitan materi dengan situasi dalam kehidupan sehari-hari, siswa membangun pengetahuan mereka sendiri 46
Ranti G M/ LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol. 9 No 1 (2014) 44-55
melalui proses menemukan dan dsikusi kelompok, siswa aktif bertanya dan melakukan presentasi, dan adanya proses refleksi serta penilaian autentik. Pendekatan Contextual Teaching & Learning (CTL) juga dapat meningkatkan kemampuan berbahasa siswa karena memberikan kesempatan yang luas untuk berkomunikasi baik antar siswa maupun antara guru dan siswa, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan ide-ide mereka. Pada akhirnya pembelajaran matematika akan menjadi menarik bagi siswa karena menyadari bahwa apa yang mereka pelajari sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari mereka. Salah satu materi dalam pembelajaran matematika yang memiliki aplikasi yang sangat luas dalam kehidupan sehari-hari adalah materi trigonometri. Aplikasi trigonometri tidak hanya terbatas pada matematika, tetapi juga digunakan dalam fisika, pertanahan, permesinan, navigasi dan aplikasi-aplikasi lainnya. Akan tetapi, sampai saat ini belum ada sumber atau media belajar materi trigonometri yang mendorong siswa untuk menemukan dan mengaplikasikan konsep trigonometri dalam menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Development Research). Pada penelitian ini yang dilakukan adalah mengembangkan perangkat pembelajaran matematika bilingual untuk SMA kelas X pada materi Trigonometri. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan meliputi Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) lengkap dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS). Model pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini diadaptasi dari model pengembangan Dick & Carey. Adapun model pengembangan yang digunakan dapat dilihat pada gambar 1 berikut:
47
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Bilingual untuk SMA Kelas X
Pengembangan Materi
ya
Analisis Kebutuhan Perumusan alat pengukur keberhasilan Perumusan Tujuan
Revisi
Pengembangan Perangkat Pembelajaran
tidak Produk Akhir
Tes Uji Coba - Uji ahli / validasi ahli (expert judgement) - Uji coba kelompok kecil (small group try-out)
Gambar 1
- Uji coba lapangan (field try-out)
Gambar 1 Model Pengembangan Penelitian Prosedur-prosedur dalam pengembangan yang digunakan yaitu: (1) analisis kebutuhan dan perumusan tujuan, (2) desain/pengembangan produk, (3) uji coba, (4) revisi dan (5) kajian produk akhir. Uji coba terdiri atas tiga tahap yaitu validasi ahli (expert judgement), Uji coba kelompok kecil (small group try-out) dan Uji coba lapangan (field try-out). Validasi ahli (expert judgement) dilakukan dengan melibatkan empat orang ahli dalam bidang pendidikan matematika dan bahasa Inggris (linguistik) untuk memvalidasi dari segi tata bahasa Inggris/grammar, serta tiga orang guru mata pelajaran matematika. Uji coba kelompok kecil (small group try-out) dan Uji coba lapangan (field try-out) dilaksanakan di tiga kelas di SMAN 1 Martapura. Instrumen penelitian dalam penelitian ini digunakan untuk menentukan kualitas perangkat pembelajaran yang dihasilkan. Untuk menentukan kualitas perangkat pembelajaran dilakukan berdasarkan tiga kriteria kualitas produk hasil pengembangan yang dikemukakan oleh Nieeven (1999, 127) yaitu: kevalidan (validity), kepraktisan (practically) dan keefektifan (effectivenes). Adapun instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah (1) lembar validasi, (2) lembar penilaian guru, (3) lembar penilaian siswa, (4) lembar observasi keterlaksanaan
48
Ranti G M/ LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol. 9 No 1 (2014) 44-55
pembelajaran dan (5) tes hasil belajar. Instrumen yang digunakan untuk menilai kevalidan adalah lembar validasi, untuk menilai kepraktisan adalah lembar penilaian guru, lembar penilaian siswa dan lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran dan untuk menilai keefektikan adalah tes hasil belajar. Data yang diperoleh dianalisis untuk menentukan kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan perangkat pembelajaran matematika bilingual. Data yang berupa skor tanggapan ahli, guru, dan siswa yang berupa data kuantitatif di konversi menjadi data kualitatif dengan acuan rumus yang dikutip dari acuan rumus yang diadaptasi dari Azwar (2010: 163). Perangkat pembelajaran matematika bilingual yang dihasilkan dikatakan valid jika minimal tingkat validitas untuk masing-masing tiap perangkat pembelajaran yang dicapai adalah kategori valid. Untuk kepraktisan perangkat pembelajaran, perangkat pembelajaran dikatakan praktis jika penilaian kepraktisan perangkat pembelajaran oleh guru dan siswa minimal berada pada kategori baik, dan keterlaksanaan pembelajaran minimal berada pada kategori baik. Keefektifan perangkat pembelajaran diperoleh dari analisis hasil tes belajar siswa. Hasil belajar dikatakan efektif jika paling sedikit 75% siswa subjek uji coba mencapai kriteria ketuntasan individual, yaitu mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 75. HASIL PENELITIAN Penelitian menghasilkan perangkat pembelajaran matematika bilingual yang diperoleh dengan melalui tahapan analisis kebutuhan dan perumusan tujuan, desain/pengembangan produk, uji coba, revisi dan kajian produk akhir. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran matematika bilingual yang dihasilkan telah memenuhi kriteria valid, praktis dan efektif. 1. Hasil Uji Coba Ahli/validasi Ahli (expert judgement) Adapun hasil yang diperoleh dari hasil validasi ahli (expert judgement) dapat dilihat pada tabel 2 berikut: Tabel 1. Skor validasi perangkat pembelajaran
No. 1 2 3 4 5 6 7
Validator I II III IV V VI VII Total Skor
Total Skor Perangkat yang Divalidasi Silabus RPP LKS 110 193 112 118 197 117 99 156 98 129 220 129 104 175 105 130 218 127 690 1115 688
*) Validator III hanya memvalidasi dari segi tata bahasa Inggris, tidak memberikan skor penilaian pada lembar validasi silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
49
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Bilingual untuk SMA Kelas X
Berdasarkan hasil analisis data di atas, diperoleh bahwa perangkat pembelajaran matematika bilingual yang dihasilkan termasuk kategori sangat valid. Selain memperoleh skor penilaian terhadap perangkat pembelajaran yang dihasilkan, juga diperoleh masukan-masukan atau komentar dari validator ahli yang akan dijadikan bahan untuk merevisi perangkat pembelajaran matematika bilingual yang dihasilkan. Berdasarkan saran-saran atau masukan dari para validator dilakukan revisirevisi terhadap perangkat pembelajaran matematika bilingual sebagai berikut: Tabel 2. Revisi silabus, RPP dan LKS berdasarkan masukan validator No. Silabus RPP LKS 1 Penulisan disesuaikan Penulisan disesuaikan Konteks masalah yang dengan tata tulis bahasa dengan tata tulis bahasa disajikan di awal LKS Inggris (grammar) yang Inggris (Grammar) dengan konsep yang akan baik dan benar yang baik dan benar dipelajari diperjelas hubungannya. 2
Pencantuman karakter dikembangkan setiap KD
unsur Penulisan kalimat- Penambahan bantuan yang kalimat (matematika) terjemahan kata-kata pada dalam RPP diperbaiki. tertentu di LKS untuk membantu siswa menterjemahkan isi LKS.
3
Kegiatan pembelajaran Kegiatan pembelajaran Penulisan kalimat lebih berpusat pada dipusatkan pada (matematika) dan gambarsiswa (student-centered) kegiatan siswa gambar pada LKS dilengkapi/diperbaiki lagi
4
Redaksi kalimat petunjuk pengerjaan diperjelas
2. Hasil Uji Coba Kelompok Kecil (small-group try-out) Uji coba kelompok kecil (small-group try out) dilakukan dengan melibatkan lima orang siswa kelas X SMAN 1 Martapura yang dipilih berdasarkan keheterogenan kemampuan akademik. Kelima siswa tersebut kemudian dimintai komentar atau masukan tentang perangkat pembelajaran matematika bilingual yang mereka baca atau amati. Berdasarkan masukan-masukan atau saran dari siswa, diperoleh rangkuman kelebihan dan kekurangan dari perangkat pembelajaran matematika bilingual yang dihasilkan seperti pada tabel 4 berikut:
50
Ranti G M/ LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol. 9 No 1 (2014) 44-55
Tabel 3. Kelebihan dan kekurangan perangkat pembelajaran berdasarkan hasil uji coba kelompok kecil (small group try-out) Kelebihan Kekurangan 1. Tampilan LKS menarik karena 1. Masih kesulitan dipahami bahasa disertai gambar-gambar sesuai Inggrisnya. konteks yang berwarna-warni 2. Waktu yang diperlukan 2. Langkah-langkah yang ada pada mengerjakan LKS agak LKS memacu siswa untuk lebih seimbang/tidak cukup banyak bekerja, sehingga siswa lebih termotivasi dalam belajar 3. Soal-soal tes yang diberikan cukup menantang dan menarik
untuk kurang
3. Data Uji Coba Lapangan (field try-out) Pada uji coba lapangan (field try out) diperoleh data untuk mengetahui kepraktisan (practicality) dan keefektifan (effectiveness) perangkat pembelajaran matematika bilingual yang dihasilkan. Data kepraktisan (practicality) meliputi data penilaian guru, penilaian siswa dan data hasil observasi keterlaksanaan perangkat pembelajaran, sedangkan data keefektifan (effectiveness) meliputi data tes hasil belajar. Hasil penilaian guru dan siswa terhadap perangkat pembelajaran matematika bilingual berdasarkan masing-masing komponen untuk ketiga kelas uji coba dapat dilihat masing-masing pada tabel 4 dan 5 berikut: Tabel 4. Hasil skor penilaian guru mengenai kepraktisan perangkat pembelajaran No. 1 2 3
Guru Kelas Uji Coba I II III Total Skor
Silabus 35 29 35 96
Skor Penilaian RPP 45 35 43 123
LKS 40 27 40 107
Total skor penilaian 115 91 120 326
Tabel 5. Hasil skor penilaian siswa mengenai kepraktisan perangkat pembelajaran No. 1 2 3
Kelas Uji Coba I II III Total Skor
RataJumlah rata skor siswa 57,59 32 57,53 32 57,35 31 95
Jumlah siswa yang memberi skor > 52.5 30 30 25 85
Berdasarkan data di atas diperoleh bahwa penilain guru dan siswa termasuk kategori sangat baik. Selama pelaksanaan pembelajaran, dilakukan observasi untuk 51
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Bilingual untuk SMA Kelas X
mengetahui keterlaksanaan langkah-langkah pembelajaran matematika bilingual sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran yang tercantum pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Observasi dilakukan oleh satu orang observer untuk mengamati keterlaksanaan pembelajaran matematika bilingual menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL). Adapun hasil observasi yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 7 berikut: Tabel 7. Tabel hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran No. 1 2 3
Kelas Uji Coba
Rata-rata Presentase keterlaksanaan (%)
I II III Rata-rata
85,23 88,07 90,34 87,87
Berdasarkan data di atas diperoleh bahwa keterlaksanaan perangkat pembelajaran matematika bilingual termasuk kategori sangat tinggi. Oleh karena itu perangkat pembelajaran matematika bilingual yang dihasilkan termasuk ke dalam kategori sangat praktis. Hasil tes belajar siswa dari ketiga kelas dapat dilihat pada tabel 8 berikut: Tabel 8. Data tes hasil belajar Nilai Jumlah Jumlah siswa yang nilainya No. Kelas Uji Rata-rata siswa > 75 (mencapai KKM) Coba 1 I 84,25 32 29 2 II 84,50 32 28 3 III 81,03 31 27 Total 95 84 Berdasarkan data di atas diperoleh bahwa pada maisng-masing kelas jumlah siswa yang mencapai nilai KKM > 75 %. Jadi perangkat pembelajaran matematika bilingual dikatakan efektif. KESIMPULAN Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Penelitian telah mengembangkan suatu produk yaitu perangkat pembelajaran matematika bilingual untuk SMA kelas X yang dikembangkan dengan melalui tahapan-tahapan: (1) analisis kebutuhan, (2) desain/pengembangan produk, (3) uji coba, (4) revisi dan (5) kajian produk akhir. Hasil pengembangan adalah produk berupa perangkat pembelajaran matematika bilingual untuk SMA kelas X, yang
52
Ranti G M/ LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol. 9 No 1 (2014) 44-55
meliputi silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang valid dan layak untuk digunakan. 2. Perangkat pembelajaran matematika bilingual untuk SMA kelas X yang dihasilkan, yang terdiri atas silabus, RPP dan LKS masing-masing termasuk ke dalam kategori sangat valid. 3. Perangkat pembelajaran matematika bilingual untuk SMA kelas X yang dihasilkan, yang terdiri atas silabus, RPP dan LKS masing-masing termasuk ke dalam kategori sangat praktis. 4. Perangkat pembelajaran matematika bilingual untuk SMA kelas X yang dihasilkan, yang terdiri atas silabus, RPP dan LKS efektif dilihat dari hasil tes belajar siswa.
53
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Bilingual untuk SMA Kelas X
DAFTAR RUJUKAN Anik Ghufron, dkk. (2007). Penelitian dan Pengembangan Bidang Pendidikan dan Pembelajaran. Lembaga Penelitian: Universitas Negeri Yogyakarta. Barwell, Richard. (2009). Multilingualism in mathematics classroom, Global perspective. Wales: Bilingual education and Bilingualism. Bell, Frederick H. (1978). Teaching and learning mathematics (in secondary school). USA : Brown Company Publishers Berns & Errickson. (2001). Contextual teaching and learning: preparing students for the new economy.http://www.cord.org/uploadedfiles/NCCTE_Highlight05ContextualTeachingLearning.pdf Booker, George et al. (2009). Teaching primary mathematics. Australis: Prentice Hall. Borg, W. R & Gall, M. D. (1983). Educational research an introduction (4 th ed). New York : Longman. Chambers, Paul. (2008). Teaching Mathematics Developing as a Reflective Seconday Teacher. London : SAGE. Coggins, Debra, et al. (2007). English language learners in mathematics classroom. SAGE: CORWIN PRESS Depdiknas. (2002). Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning (CTL)). Dick, W dan Lou, Carey. (1978). The systemic design of instruction. Florida : Florida State University. Gracia, Eugene E. (2005). Teaching and learning in two languanges, bilingualism and schooling in United States. New York : Teachers College Press. Joice, Bruce dan Weil, Marsha. (1996). Models of teaching. USA : Allyn & Bacon. Johnson, Elaine B. (2002). Contextual teaching and learning: what it is and why it’s here to stay. Thousand Oaks: Corwin Press. Killen, Roy. (2009). Effective teaching strategies, lesson from research and practice. Melbourne: Lee, Clare. (2006). Language for learning mathematics, assesment for learning in practice. New York : Open University Press.
54
Ranti G M/ LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol. 9 No 1 (2014) 44-55
Montis, K. K. (2000). Languange development and concept flexibility in dyscalculia: a case study. Journal for research in mathematics education, 31, 541 – 556. Moschkovich. (2007). Bilingual Mathematics Learners : How views of Language, Bilingual Learners and mathematical communication impact instruction. http://math.arizona.edu/~cemela/spanish/content/workingpapers/BilingualMat hematicsLearners.pdf Muijs, Daniel dan Reynold, David. (2011). Effective teaching, evidence and practice. London: SAGE. Newby, T.J., Stepich, D.A., Lehman, J.D., Russell, J.D. (2000). Instructional technology for teaching and learning. designing instruction, integrating computers, and using media (second edition). New Jersey: Prentice-Hall, Inc. Nieveen, N. (1999). Prototyping to Reach Product Quality dalam Plomp, T; Nieveen, N., Gustafson, K., Branch, R. M., & van den Akker, J (eds). Design approaches and tools in education and training. London: Kluwer Academic Publisher. Patel. (2009). Simposium English bilingual education, pendidikan bilingual : kesempatan dan tantangan. http://www.britishcouncil.org/id/indonesia-prebe-ind.pdf Sanjaya, Wina. (2011). Strategi pembelajaran beorientasi standar proses pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media. Stephen Bax. (2010). Researching English bilingual education in Thailand, Indonesia and South Korea. Malaysia: British Council. Syaifuddin Azwar. (2010). Tes prestasi (fungsi pengembangan pengukuran prestasi belajar). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Takatuwa, M. (2000). “What's wrong with the concept of cognitive development in studies of bilingualism”. http://www.questia.com Thiagarajan, S; Semmel, D. S, dan Semmel, M. I. 1974. Instructional development for training teachers of exceptional childern. Indiana : Indiana University. Wang, Min. (2011). Learning a second language dalam Mayer, Richard E & Alexander, Patricia A (eds). Handbook of Teaching and Learning. New York: Rotledge. Watson & Mason. (2005). Mathematics as constructive activity, learners generating examples. New Jersey : Lawrence Erlbaum Associates.
55