Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 – ISBN : 978-979-028-550-7 Surabaya, 25 Pebruari 2012
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN KUANTUM - THINK PAIR SHARE (TPS) PADA MATERI REAKSI REDOKS. Christina Triharyanti Guru SMA Negeri 7 Surabaya ABSTRAK Penelitian ini adalah penelitian pengembangan yang bertujuan untuk mengetahui kelayakan perangkat pembelajaran reaksi redoks menggunakan pembelajaran kuantum – Think Pair Share (TPS). Perangkat yang dikembangkan meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kegiatan Siswa (LKS), Buku Ajar Siswa (BAS) dan Lembar Penilaian Tes Hasil Belajar (LP THB). Pengembangan perangkat pembelajaran mengacu pada model 4-D (Four D Models) dan implementasi perangkat pada siswa SMA Negeri 7 Surabaya kelas X Tahun Ajaran 2010-2011 dengan menggunakan rancangan penelitian One group pretest posttest design. Hasil temuan penelitian menunjukkan bahwa 1) Perangkat dan instrumen pembelajaran yang dikembangkan berkategori baik, rata-rata tingkat keterbacaan buku ajar siswa 82%, 2) Keterlaksanaan pembelajaran dikategorikan baik. Respon siswa berupa minat dan motivasi terhadap pembelajaran berkategori baik. Analisis hasil belajar siswa berkisar antara 61 sampai 93,9 ketuntasan hasil belajar klasikal 90% dengan ketercapaian indikator 100%. Dari hasil penelitian disimpulkan, bahwa perangkat pembelajaran kuantum – Think Pair Share (TPS) pada materi reaksi redoks yang dikembangkan dikategorikan baik dan layak untuk digunakan. Kata Kunci : Pembelajaran kuantum, Think Pair Share (TPS), Four-D Models, belajar.
hasil
Proses pembelajaran pada satuan pendidikan hendaknya diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik (PPNo.19 ,2005). Dalam implementasinya guru merupakan komponen yang sangat penting, yang memiliki peran dalam menyiapkan siswa untuk membantu mengembangkan diri dalam menghadapi kehidupannya kelak. Oleh karena itu upaya peningkatan kualitas pendidikan seharusnya dimulai dari peningkatan kemampuan guru. Menurut Dimyati (1994: 31) bahwa: “dalam proses pembelajaran ada empat komponen penting yang berpengaruh bagi keberhasilan belajar siswa, yaitu bahan
PENDAHULUAN Seiring dengan pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, dunia pendidikan menghadapi banyak tantangan dalam rangka menyiapkan sumber daya manusia berkualitas yang diharapkan mampu bersaing dalam situasi masyarakat yang terus berkembang. Untuk mewujudkannya, pemerintah telah berupaya melakukan perbaikan-perbaikan dan peningkatan mutu pendidikan pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan. Diantaranya dengan meningkatkan kualifikasi, kompetensi, dan profesionalisme tenaga pendidik dan kependidikan, meningkatkan penyediaan dan pemerataan sarana pendidikan, meningkatkan kualitas kurikulum dan pelaksanaannya yang bertujuan membentuk karakter dan kecakapan hidup (life skill), sehingga siswa mampu menjadi manusia yang inovatif dan produktif. B - 189
Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 – ISBN : 978-979-028-550-7 Surabaya, 25 Pebruari 2012
belajar, suasana belajar, media dan sumber belajar, serta guru sebagai subyek pembelajaran”. Pengaturan proses pembelajaran, pemilihan model dan strategi mengajar harus dipertimbangkan dengan baik. Hasil pra-penelitian yang dilakukan penulis terhadap pembelajaran kimia di kelas X-5 SMA Negeri 7 Surabaya pada semester gasal tahun pelajaran 2010-2011 diperoleh data bahwa 22 dari 39 siswa menyatakan pembelajaran kimia yang mereka peroleh kurang menyenangkan dan membosankan, karena penyampaian materi yang dilakukan kurang bervariasi. Apa yang dialami di ruang kelas berbanding terbalik dengan kenyataan yang dialaminya. Kegembiraan, warnawarni kehidupan tidak lagi ditemukan di ruang kelas, yang ada hanya buku, catatan dan sederet perintah guru. Kondisi ini akan melahirkan kebosanan sehingga dapat berpengaruh terhadap aktivitas belajar siswa. Oleh karena itu suasana belajar harus dibuat sedemikian rupa agar siswa dapat menikmati suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan. Dengan kurangnya minat dan sikap siswa tersebut berdampak terhadap prestasi belajar secara umum kurang memuaskan. Kondisi seperti ini perlu diperbaiki. Salah satu di antaranya dengan menyediakan perangkat pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi siswa. Pembelajaran kuantum diduga sesuai dengan kondisi yang demikian karena pembelajaran ini mempunyai asas utama “ Bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia mereka”. Dengan membawa dunia mereka yang bebas gembira dan menyenangkan ke dalam suasana belajar (suasana guru) akan memungkinkan siswa untuk bergairah belajar. Kerangka pembelajaran kuantum berupa Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasi, Ulangi dan Rayakan
(TANDUR) mampu memberikan perubahan pada proses belajar mengajar dan hasil belajar (DePotter, 2003). Pembelajaran Kuantum membantu dalam menciptakan lingkungan belajar yang efektif dengan cara memanfaatkan unsurunsur yang ada pada siswa dan lingkungan belajarnya melalui interaksi-interaksi yang terjadi di dalam kelas. Think pair share (TPS) merupakan salah satu teknik mengajar dalam model pembelajaran kooperatif dimana pada teknik ini mempunyai keunggulan antara lain siswa dapat belajar mengenai konsep atau topik dengan bekerja berpasangan. Teknik ini dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan semua tingkatan usia anak didik (Suryanti, 2010:104). Teknik TPS juga memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri dan bekerjasama dengan orang lain untuk menanamkan suatu konsep. Model pembelajaran kooperatif tipe TPS akan lebih menarik bila disampaikan dengan strategi pembelajaran kuantum. Hal ini juga sejalan dengan penelitian Mawarindah (2009) yang menyatakan ada perbedaan yang signifikan antara Quantum Teaching-Snowball throwing dan metode ceramah bermakna terhadap motivasi dan hasil belajar kognitif siswa. Selain sebagai variasi dalam proses pembelajaran , penelitian ini juga untuk mengusahakan agar minat dan motivasi siswa tetap terjaga, menjadi dasar pemikiran penulis memadukan model pembelajaran dengan harapan dapat memperbaiki strategi dalam suatu proses pembelajaran. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka perlu dilakukan penelitian pengembangan perangkat pembelajaran kuantum – TPS pada pokok bahasan reaksi redoks. B - 190
Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 – ISBN : 978-979-028-550-7 Surabaya, 25 Pebruari 2012
Prosedur penelitian ini terdiri dari 2 tahap, yaitu pengembangan perangkat menggunakan model 4-D, dan implementasi perangkat yang diujicobakan pada 30 siswa kelas X-8 SMA Negeri 7 Surabaya Tahun Pelajaran 2010-2011 . Rancangan penelitian Pelaksanaan implementasi penelitian digunakan one group pretest - posttest design.
METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan yang mengembangkan perangkat pembelajaran berupa RPP, BAS, LKS dan LP THB. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah perangkat pembelajaran kuantum -TPS pada materi reaksi redoks. Prosedur Penelitian Kelas Ujicoba
Pretest T1
Perlakuan X
Keterangan : T1 = Pretest, yaitu uji coba awal untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap sebelum uji coba perangkat pembelajaran kuantumTPS T2 = Postest, yaitu uji akhir untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi sesudah uji coba perangkat pembelajaran kuantum TPS X = Perlakuan, adalah penerapan pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran kuantum -. Instrumen Penelitian Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini berupa: 1. Lembar Validasi Perangkat Pembelajaran yang meliputi lembar validasi RPP, lembar validasi BAS, lembar validasi LKS, lembar validasi LP THB 2. Lembar Uji Keterbacaan BAS 3. Lembar Pengamatan Keterlaksanaan RPP 4. Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa 5. Lembar Angket Respon Siswa 6. Lembar observasi kendala-kendala dalam KBM Teknik Pengumpulan data
Postest T2
1.
Observasi, dilakukan untuk mengumpulkan data tentang keterlaksanaan perangkat pembelajaran, aktivitas siswa dan penemuan kendala–kendala dalam proses pembelajaran. 2. Pemberian angket untuk memperoleh informasi respon siswa terhadap pembelajaran dan Tingkat keterbacaan BAS. 3. Pemberian tes digunakan untuk memperoleh data tentang sensitivitas setiap butir soal , hasil belajar siswa secara individu dan klasikal dan pencapaian indikator. Teknik Analisis Data Analisis data dilakukan dengan deskriptif kualitatif yaitu dengan merata-rata skor masing-masing komponen. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian pengembangan ini dilakukan untuk mengetahui kelayakan perangkat pembelajaran dan efektivitas penerapan perangkat yang dikembangkan. Berikut ini diuraikan hasil pengembangan perangkat dan implementasinya. Pengembangan Perangkat Pengembangan hasil perangkat pembelajaran didasarkan pada telaah validator. Berdasarkan hasil validasi secara umum, maka perangkat pembelajaran dapat B - 191
Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 – ISBN : 978-979-028-550-7 Surabaya, 25 Pebruari 2012
digunakan setelah melewati beberapa kali revisi. Revisi dilakukan karena terdapat kekurangan yang terdapat pada RPP, BAS, LKS dan THB baik dari segi penulisan, kesesuaian tujuan belajar dengan indikator. Rata-rata skor hasil validasi RPP , BAS, LKS adalah 3dan 4 dan secara umum berkategori baik artinya RPP, BAS dan LKS bisa digunakan dalam proses pembelajaran dengan revisi. Hal ini dikarenakan dalam penyusunannya telah mengikuti tahapan pembelajaran sesuai dengan pembelajaran kuantum dalam model pembelajaran kooperatif tipe TPS sedangkan BAS dan LKS yang dibuat sesuai kriteria penilaian yang diadaptasi dari BSNP. Dari ketiga perangkat tersebut didapatkan reliabititas untuk RPP 91,2%, reliabilitas BAS 93,2% reliabilitas LKS 94,1% berkategori baik (Raturmanan, 2003) artinya perangkat bisa digunakan dengan revisi . Sedangkan berdasarkan hasil penilaian kelayakan LP THB, setelah direvisi LP THB yang dikembangkan sudah dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa. Tingkat Keterbacaan BAS. Berdasarkan hasil angket uji keterbacaan BAS didapat rata-rata skor tingkat keterbacaan sebesar 82% menunjukkan materi mudah dan pembaca mengerti isi bacaan (Taylor, 1953), artinya siswa mampu membaca apa yang tertulis pada BAS sehingga BAS tersebut dapat digunakan dalam menunjang kegiatan belajar mengajar di kelas. Efektivitas Penerapan Perangkat Pembelajaran Untuk mengetahui efektivitas perangkat pembelajaran kuantum - TPS dapat dilihat dari beberapa aspek sebagai berikut: 1. Keterlaksanaan RPP Kegiatan pendahuluan, diperoleh skor rata-rata 3,81. Pada pertemuan pertama penilaian kedua pengamat
lebih tinggi dibandingkan dengan pertemuan selanjutnya, hal ini terjadi karena pembelajaran yang diberikan merupakan hal yang belum terbiasa dilakukan dikelas, sehingga telihat lebih menarik perhatian. Pada kegiatan inti, diperoleh skor ratarata 3,71. Pada kegiatan inti terdapat penilaian yang stabil pada setiap pertemuan , menunjukkan bahwa proses belajar mengajar dengan pembelajaran kuantum -TPS dapat berlangsung dengan baik. Kegiatan penutup, secara umum penilaian pengamat diperoleh skor rata-rata 3,50. Pengelolaan waktu memperoleh skor 3,63 dengan kategori baik, ini menunjukkan guru dapat mengatur dan memperhitungkan waktu secara efektif, sehingga langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang terdapat dalam RPP dapat terlaksana dengan baik. Sedangkan suasana kelas yaitu antusias guru mengajar dan siswa yang belajar diperoleh nilai rata-rata 3,63 dengan kategori baik. Hal ini menunjukkan guru mampu menciptakan suasana belajar yang diinginkan dalam pembelajaran kuantum –TPS yaitu menciptakan proses belajar dengan suasana yang menyenangkan dan siswa dapat belajar tanpa merasa bosan. Berdasarkan diskripsi hasil penelitian, mengacu pada skala penilaian (Kardi, 2002), maka pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran kuantum -TPS secara keseluruhan sudah terlaksana dengan baik. Guru dapat mengoperasikan perangkat pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kuantum -TPS yang meliputi kegiatan menumbuhkan motivasi siswa, menyampaikan informasi, mengorganisasikan siswa dalam kelompok belajar, membimbing B - 192
Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 – ISBN : 978-979-028-550-7 Surabaya, 25 Pebruari 2012
dan mengawasi siswa selama proses belajar, memberikan penghargaan pada siswa/kelompok dan menyimpulkan hasil pembelajaran sesuai dengan waktu dan mampu membuat siswa antusias dalam mengikuti pembelajaran. 2. Aktivitas Siswa. Berdasarkan analisis aktivitas siswa selama pembelajaran dari 12 aktivitas terdapat 4 aktivitas siswa yang dominan yaitu (1) menyampaikan keberhasilan individu/ kelas dengan tepuk tangan dan yel-yel 12,25%, (2) mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru dengan antusias 12,22%, (3) memahami dan menyelesaikan LKS 11,10% , (4) menjawab pertanyaan yang diajukan oleh teman/ guru 9,95%. Aktivitas paling menonjol adalah menyampaikan keberhasilan individu/kelompok dengan tepuk tangan dan yel-yel. Aktivitas ini dominan dalam pertemuan ke 2 dan ke 3. Hal ini menunjukkan adanya kesesuaian pembelajaran kuantum -TPS yang memberikan pengakuan kepada siswa dengan menghormati usaha, ketekunan dan kesuksesan juga untuk menciptakan dan menumbuhkan keaktifan siswa selama proses belajar. Dengan kelompok kecil dapat mendorong setiap anggotanya untuk terlibat lebih aktif sehingga siswa jarang berbicara dan terbentuk sikap kerjasama yang cukup baik pada siswa. Dari aktivitas tersebut juga nampak bahwa pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru melainkan berpusat pada siswa. Rata-rata koefisien realibilitas instrumen pengamatan aktivitas siswa sebesar 0,94. Menurut kriteria Borich, instrumen pengamatan aktivitas siswa ini memiliki realibilitas atau konsekuensi yang baik (> 0,75). Dengan demikian, instrumen pengamatan
aktivitas siswa yang digunakan dalam penelitian ini berkategori baik dan layak dipergunakan sebagai pengamatan. 3. Respon Siswa Dari hasil angket respon siswa terhadap pembelajaran kuantum -TPS bahwa rata-rata minat siswa terhadap pembelajaran ini adalah 3,51 dan kategori baik.. Respon siswa dilihat dari pengisian angket motivasi rata-rata 3,64 berkategori baik. Kenyataan ini menunjukkan pula bahwa prinsip-prinsip pembelajaran kuantum dapat membangkitkan minat dan motivasi siswa untuk belajar. 4. Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Ketuntasan hasil belajar siswa digunakan untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran yang diberikan. Hasil nilai rata-rata siswa pada pretest (T1) 19,33 dan pada saat postest (T2) 81,85 menunjukkan ada perubahan yang signifikan setelah siswa mengalami perlakuan yaitu menggunakan pembelajaran kuantum dalam model pembelajaran kooperatif tipe TPS. Sensitivitas butir soal antara 0,33 sampai 0,83. Dilihat dari kritria Gronlund maka butir butir soal tersebut peka terhadap efek efek pembelajaran, sehingga dapat dikatakan secara rata- rata butir soal yang dikembangkan cukup peka terhadap efek- efek pembelajaran. Ketuntasan hasil THB menunjukkan bahwa untuk pretest siswa mempunyai nilai antara 11,0 sampai 46,3 sedangkan ketuntasan individu dan klasikal siswa pada pretes dikategorikan 0% tidak ada yang tuntas , hal ini disebabkan karena siswa belum diberi pengetahuan tentang konsep reaksi redoks sehingga pengetahuan siswa tentang konsep tersebut rendah. Nilai siswa pada B - 193
Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 – ISBN : 978-979-028-550-7 Surabaya, 25 Pebruari 2012
postes antara 61 sampai 93,9 dan siswa yang mencapai ketuntasan 27 orang dan 3 orang tidak tuntas. Ketercapaian ketuntasan siswa secara klasikal 90%, hal ini disebabkan siswa yang tidak tuntas belum menguasai persamaan reaksi dan rumus kimia senyawa sehingga kesulitan dalam mendeskripsikan perkembangan reaksi oksidasi-reduksi, memahami konsep reaksi redoks dan tata nama senyawa. Ketuntasan indikator pembelajaran 100%. Ketuntasan hasil belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran kuantum -TPS disebabkan karena adanya keterlibatan siswa secara langsung dalam proses pembelajaran tersebut baik secara kelompok maupun individu, terbukti dengan adanya minat dan motivasi siswa yang baik sehingga materi yang diperoleh dapat dengan mudah dipahami. Hal tersebut didukung oleh teori Vygotsky bahwa belajar melalui interaksi dengan teman sebaya yang lebih mampu siswa mampu memecahkan masalah yang sulit dengan jalan pikiran dan pendekatan teman sebaya (Nur, 2004:14). Keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran, mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam membangun pengetahuannya, meningkatkan kemampuan menemukan konsep dan menurut teori Ausubel pembelajaran menjadi lebih bermakna. Suasana yang menyenangkan dan didukung dengan penggunaan musik instrumen selama proses pembelajaran juga berpengaruh terhadap tingkat pehamaman siswa, karena relaksasi dengan musik mampu membuat pikiran siswa berkonsentrasi. Menurut Diamon (dalam De Porter,2000) penggunaan musik dapat menyeimbangkan fungsi
otak kanan dan kiri siswa dalam belajar sehingga siswa dapat belajar optimal dan akan berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa. 5. Kendala-kendala selama proses pembelajaran Kendala-kendala yang ditemui selama proses pembelajaran adalah siswa membutuhkan waktu yang relatif lebih lama dalam menyelesaikan LKS. Dalam hal ini guru meningkatkan perhatian dan bimbingan kepada siswa agar jawaban penyelesaian LKS lebih terarah. Adanya siswa yang melakukan kegiatan tidak relevan dengan kegiatan belajar mengajar, guru memberikan arahan pada siswa agar lebih fokus dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran kuantum -TPS pada materi reaksi redoks dikategorikan layak untuk digunakan. DAFTAR PUSTAKA A’la, M. 2010. Quntum Teaching. Jogjakarta : Diva Press Arends, R. 2008. Learning to Teach. New York :Mc Graw hill Companiecs Inc Arikunto, S. 1999. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineke Cipta Arikunto, S. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara Borich, G.D.1994. Observation Skill of Effective Teaching. New York: MacMillan Publishing Company BSNP. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan. De Potter, B. 2009. Quantum Teaching Orchestrating Student Success. Bandung : Kaifa B - 194
Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 – ISBN : 978-979-028-550-7 Surabaya, 25 Pebruari 2012
Ibrahim, M. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya :UNESA Kusno. Purwanto, J. 2011. Effectiveness of Quantum Learning for Teaching linear Program. International Journal for Educational studies. Vol.4(1). Lie, A. 2008. Cooperatif Learning, Mempraktekkan Cooperatif Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: PT Gramedia Petrucci, R.H, Harwood, W.S & Herring, G.F. 2002. General Chemistry, Principles and Modern Applications, New Jersey: Prentice-Hall, Inc Raturmanan, TG., dan Laurens, T. 2003. Evaluasi Hasil Belajar yang Relevan
dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Surabaya : Unesa University Pers Septiana, N. 2008. Penerapan TPS dalam Pembelajaran Kooperatif untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Geografi. Pendidikan Inovatif. Vol 2, No.1, Sept 2008 Sugiono. 2010. Metode penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta Suryanti, RD. 2010. Strategi Pembelajaran Kimia. Yogjakarta : Graha Ilmu Yamin, M. 2009. Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP. Jakarta : Gaung Persada Press
B - 195