Prosiding Seminar Nasional LP3M (Lembaga Pengembangan, Pembelajaran, dan penjaminan Mutu) Surabaya, 5 November 2016 Membangun Karakter untuk Memperkokoh Persatuan dan kesatuan Bangsa
PENGEMBANGAN NILAI-NILAI KONSERVASI SEBAGAI AFIRMASI KARAKTER MAHASISWA PGSD FIP UNNES Susilo Tri Widodo Email :
[email protected] PGSD FIP Universitas Negeri Semarang Isa Ansori Email :
[email protected] PGSD FIP Universitas Negeri Semarang ABSTRAK Pembangunan karakter merupakan satu hal penting yang harus dibangun oleh bangsa ini dalam menghadapi berbagai tantangan yang selalu hadir secara dinamis. Fenomena yang tampak baik secara langsung maupun tidak langsung membuktikan bahwa karakter bangsa yang dilandasi oleh nilai-nilai dasar atau nilai ideologis bangsa ini perlu dikuatkan kembali. Hal tersebut sebagai bentuk upaya mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional bangsa Indonesia yang telah kita sepakati dan secara eksplisit dalam Pembukaan UUD 1945. Perguruan Tinggi sebagai salah satu elemen dan sarana yang strategis dalam upaya membangun karakter bangsa. Komponen yang berada dalam elemen tersebut terdapat para kaum cendekia baik golongan muda maupun golongan tua. Hal tersebut setidaknya akan menginspirasi semua perguruan tinggi untuk menguatkan dan mengembangkan karakter bangsa dengan berbagai strategi. Universitas Negeri Semarang (Unnes) sebagai salah satu perguruan tinggi yang membangun karakter civitas akademika melalui pengembangan nilai-nilia konservasi. Ada delapan nilai konservasi meliputi inspiratif, humanis, peduli, inovatif, sportif, kreatif, jujur, dan adil yang dikembangkan untuk di implementasikan dalam praktek kehidupan kampus Unnes. Hal itu menjadi landasan bagi jurusan PGSD FIP UNNES untuk melakukan upaya mengembangkan nilai-nilai tersebut dalam rangka afirmasi karakter para mahasiswanya. Afirmasi karakter kepada mahasiswa dilakukan dengan tiga pola yaitu inovasi desain pembelajaran, inovasi kegiatan mahasiswa melalui UKM, dan pembentukan budaya kampus. Pola tersebut diharapkan memberikan keefektifan dalam membangun karakter bagi para mahasiswa sebagai generasi muda penerus bangsa dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional bangsa ini. Kata Kunci :nilai-nilai konservasi, karakter, mahasiswa PENDAHULUAN Bangsa Indonesia memiliki karakteristik khas yaitu sebagai bangsa yang majemuk yang memiliki bermacam-macam identitas lokal baik budaya, adat istiadat, suku bangsa, agama, kepercayaan, maupun RAS. Identitas lokal tersebut memiliki sifat askriptif atau bawaan sejak lahir, primer, dan etnik sehingga tidak mudah dihilangkan. Kemajemukan tersebut akan berpengaruh di dalam pembentukan karakter pada diri setiap individu yang berada dalam bangsa ini. Heterogenitas tampak dari bangsa yang besar ini,sehingga tidak dapat kita tolak pasti dengan adanya identitas lokal tersebut akan memunculkan loyalitas lokal dan berbagai kepentingan. Kita sadari pula ada aspek-aspek politis tertentu yang memberikan dorongan kepada suku-suku bangsa yang majemuk ini untuk bersatu dan menjadi satu bangsa dengan sebutan Bangsa Indonesia serta menundukkan pada kedaulatan negara Indonesia. Kondisi tersebut sebagai bentuk realita proses dari bangsa ini. AT Soegito (2004) menyebutkan bahwa bangsa memiliki dua arti yaitu dalam pengertian 123
Prosiding Seminar Nasional LP3M (Lembaga Pengembangan, Pembelajaran, dan penjaminan Mutu) Surabaya, 5 November 2016 Membangun Karakter untuk Memperkokoh Persatuan dan kesatuan Bangsa
kebudayaan (cultural unity) dan bangsa dalam pengertian politik kenegaraan (political unity). Hal itu menunjukkan bahwa istilah bangsa Indonesia termasuk dalam pengertian political unity. Bangsa Indonesia terbentuk melalui proses yang tidak pendek sehingga melalui proses yang panjang. Ramlan Surbakti (1999) menyebutkan ada dua proses pembentukan bangsa secara ortodoks dan mutkahir. Bangsa Indonesia termasuk bangsa yang proses pembentukan secara mutakhir. Konsensus bersama untuk menjadi bangsa Indonesia telah jelas dengan dibuktikan adanya cita-cita dan tujuan nasional bangsa Indonesia di Pembukaan UUD 1945. Cita-cita nasional bangsa Indonesia ini terdapat dalam alenia kedua Pembukaan UUD 1945 yaitu...” Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmu”. Sedangkan tujuan nasional Bangsa Indonesia terdapat dalam alenia keempat
Pembukaan UUD 1945 yaitu.. “melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial...”. Seiring dengan hal tersebut maka bangsa Indonesia memiliki identitas nasional bangsa sebagai bentuk alat pemersatu dan untuk menjaga keutuhan bangsa. Identitas nasional tersebut diharapkan dapat dijadikan sebagai pegangan dalam mengembangkan loyalitas nasional dan nasional character building. Pengembangan nilai dan karakter bangsa melalui nasional character building merupakan satu hal penting yang harus dilakukan bangsa ini. Nilai-nilai tersebut diambil dari nilai-nilai nasional yang bersumber dari nilai-nilai lokal. Proses internalisasi nilai tersebut yang sampai hari ini masih perlu untuk dikuatkan sebab fenomena yang ada di negeri ini masih menunjukkan karakter bangsa yang sesuai dengan nilai-nilai luhur bangsa ini semakin lama tidak semakin menguat tetapi semakin lama semakin terdistorsi dan tidak tampak pada individu bangsa ini. Hal itu dibuktikan dengan pola kehidupan dan aktivitas kehidupan warga negara ini dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pengembangan nilai dan karakter bangsa ini dapat dilakukan diberbagai elemen baik keluarga, masyarakat, pendidikan, maupun pemerintahan. Perguruan Tinggi merupakan salah satu elemen penting dalam membangun nilai dan karakter bangsa tersebut. Pembangunan nilai dan karakter bangsa di perguruan tinggi dapat dilakukan oleh civitas akademika dengan berbagai strategi yang dikembangkan. Universitas Negeri Semarang (Unnes) sebagai salah satu perguruan tinggi yang berupaya mengembangakan nilai-nilai konservasi yang bersumber dari nilai-nilai luhur bangsa. Nilai konservasi tersebut diupayakan untuk dapat dinternalisasi warga Unnes dalam kehidupan kampus. Proses internalisasi tersebut melalui waktu yang tidak pendek sehingga dioptimalkan dari waktu ke waktu. Penguatan karakter pada mahasiswa di Unnes tidak lepas dengan pengembangan nilai-nilai konservasi tersebut. Mahasiswa sebagai golongan muda yang memiliki semangat luar biasa diharapkan menjadi generasi penerus bagi bangsa ini. Karakter yang terbentuk dalam diri setiap mahasiswa harus bersifat alamiah bukan buatan yang terpaksa. Nah, ini menjadi penting bagi 124
Prosiding Seminar Nasional LP3M (Lembaga Pengembangan, Pembelajaran, dan penjaminan Mutu) Surabaya, 5 November 2016 Membangun Karakter untuk Memperkokoh Persatuan dan kesatuan Bangsa
perguruan tinggi untuk mengembangkan strategi yang tepat. Jurusan PGSD FIP Unnes sebagai salah satu institusi bagian dari Unnes yang berupaya untuk mengembangkan nilai-nilai konservasi guna membangun karakter mahasiswa agar menjadi seorang individu warga negara yang tidak hanya memiliki knowledge saja, tetapi juga memiliki disposition dan skills.
NILAI DAN KARAKTER Konsep Nilai Nilai atau value (bahasa Inggris) berasal dari kata valere (bahasa Latin) dapat diartikan kuat, baik, berharga. Sedangkan secara terminologis nilai dapat diartikan sesuatu yang berguna, bermanfaat, atau baik bagi manusia.Winarno (2009) menyebutkan nilai adalah suatu penghargaan atau suatu kualitas terhadap suatu hal yang dapat menjadi dasar penentu tingkah laku manusia, karena suatu itu : berguna (useful), keyakinan (belife), memuaskan (satisfying), menarik (intersting), menguntungkan (profitable), menyenangkan (pleasant). Ciri-ciri nilai antara lain : 1. Nilai bersifat abstrak Sebuah ide yang tidak dapat ditangkap dengan indera, yang dapat ditangkap adalah objek yang memiliki nilai. Contoh : beras akan memiliki nilai kesejahteraan jika rakyat menerima beras tersebut secara merata. Kesejahteraan bersifat abstrak, tetapi beras bersifat riil. 2. Nilai bersifat normatif Harapan yang diinginkan manusia. Jadi nilai itu sesuatu yang seharusnya (dassolen) yang harus diwujudkan dalam tingkah laku atau perbuatan. 3. Nilai sebagai motivator manusia dalam bertindak Tindakan manusia digerakkan oleh nilai. Contoh : Ketertiban. Manusia meninginkan hidupnya tertib maka berbagai perilaku yang dilakukan berusaha menunjukkan ketertiban Kaelan (2004) menyatakan berdasarkan derivasi atau penjabarannya nilai dapat dibedakan menjadi tiga tingkatan : 1. Nilai Dasar Nilai yang bersifat mutlak dan kita menerima sebagai sesuatu yang tidak perlu dipertanyakan kembali. Nilai Dasar sebagai dasar bagi nilai instrumental. 2. Nilai instrumental Nilai pelaksana dadri nilai dasar yang biasanya berbentuk norma yang terkristalisasi dalam bentuk peraturan 3. Nilai Praksis Perwujudan dari nilai instrumental Berdasarkan
uraian di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa nilai perlu untuk
direalisasikan dengan patokan-patokan tertentu sesuai dengan kesepakatan bersama, sehingga nilai 125
Prosiding Seminar Nasional LP3M (Lembaga Pengembangan, Pembelajaran, dan penjaminan Mutu) Surabaya, 5 November 2016 Membangun Karakter untuk Memperkokoh Persatuan dan kesatuan Bangsa
akan dapat termanifestasi dalam perilaku yang tampak pada diri setiap individu. Perilaku yang sesuai dengan nilai yang diharapkan sebaiknya dilakukan secara terus menerus sehingga menjadi kebiasaan yang melekat. Kebiasaan yang melekat tersebut akan membentuk karakter pada diri seseorang.
Konsep Karakter Karakter secara etiomologis berasal dari bahasa Yunani ”krasso” berarti cetak biru , format dasar. Karakter dapat diartikan menjadi dua hal yaitu Pertama, sebagai sekumpulan kondisi yang telah diberikan begitu saja atau telah ada begitu saja, yang lebih kurang dipaksakan dalam diri kita. Karakter yang demikian ini dianggap sebagai sesuatu yang telah ada dari sononya (given).Kedua, karakter juga dapa dipahami sebagai tingkat kekuatan melalui mana seorang individu mampu menguasai kondisi tersebut. Karakter yang demikian ini disebut sebagai sebuah proses yang dikehendaki (willed). Proses pembentukan karakter baik secara given maupun willed harus diperhatikan. Hal tersebut dilakukan karena untuk mewaspadai apabila ada kepribadian yang tidak baik yang berkembang pada diri setiap individu. Dasim Budimansyah (2010) berpendapat bahwa karakter individual merupakan nilai-nilai yang uni-baik yang terpatri dalam diri dan terejawantahkan dalam perilaku seseorang. Hal ini menunjukkan bahwa karakter lebih dominan melihat dari sisi nilai-nilai kebajikan yang melekat pada diri seseorang dan termanifestasi dalam perilakunya. Karakter sebagai hasil yang memancar dari olah pikir, olah hati, olah rasa dan karsa, dan olah raga. Menurut Mounier, karakter sebagai struktur dasar antropologis manusia terbuka pada yang transenden. Karakter membuat manusia mampu membuat proyek dan setia pada proyek hidupnya untuk mengarah ke masa depan. FR. Paulhan menganggap karakter sebagai apa yang membuatseorang pribadi itu dirinya sendiri dan bukan yang lain. Spranger mendesfinisikan karakter sebagai perilaku tipikal berbeda yang diyakini oleh pribadi berhadapan dengan nilai-nilai estetis, ekonomis, politis, sosial dan religius. A Nicefaro mendefinisikan karakter sebagai ada aku di dalam masyarakat. R Diana mengatakan bahwa karakter merupakan keseluruhan disposisi kodrati congetine dan disposisi yang telah dikuasai secara stabil yang mendefinisikan sesorang individu dalam keseluruhan tata perilaku psikisnya yang menjadikannya tipikal dalam cara berpikir dan bertindak.( Doni Koesoemo A, 2007) Berdasarkan uraian di atas perlu dipahami bahwa karakter sebagai nilai-nilai yang baik yang berkembang dalam diri setiap individu sehingga berpengaruh terhadap perilaku individu tersebut. Setiap individu dapat mengembangkan karakter melalui proses secara terus menerus dengan menginternalisasi nilai-nilai kebajikan dan mengaktualisasikan dalam perilakunya.
126
Prosiding Seminar Nasional LP3M (Lembaga Pengembangan, Pembelajaran, dan penjaminan Mutu) Surabaya, 5 November 2016 Membangun Karakter untuk Memperkokoh Persatuan dan kesatuan Bangsa
Hubungan Nilai dan Karakter Nilai memiliki hubungan erat dengan karakter. Hal tersebut dapat dilihat dari bagaimana karakter individual terbentuk. Nilai menjadi dasar penting dalam membentuk karakter seseorang. Individu atau warga negara diharapkan mengembnagkan tiga komponen penting yaitu pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), karakter kewarganegaraan (civic disposition) dan ketrampilan kewarganegaraan (civic skill). Ketigannya saling terkait dan saling mendukung. Apabila seseorang memiliki pengetahuan dengan nilai keadilan maka seharusnya nilai keadilan tersebut dapat diwujudkan dalam karakter dan ketrampilan yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Konsistensi antara pengetahuan, karakter, dan ketrampilan tersebut menjadi hal penting, problematika akan muncul jika ketiganya tidak berjalan konsisten. Contoh nyata yang dapat kita perhatikan dalam kehidupan antara lain : Ketika kita berkendara sepeda motor dan kebetulan akan melewati traffic light, pada saat mau sampai traffic light kita melihat lampu hijau menyala dengan waktu detikan yang menunjukkan angka 5, 4, 3, dan seterusnya. Nah, kebiasaan apa yang kita lakukan? Apakah kita berhenti ataukah tancap gas ? Hal tersebut contoh kasusistis yang dapat digunakan untuk menguji konsistensi kita mengembangkan pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), karakter kewarganegaraan (civic disposition) dan ketrampilan kewarganegaraan (civic skill). Hal tersebut menunjukan bahwa nilai dan karakter memiliki hubungan yang saling berpengaruh. Jika kita selalu mengembangkan nilai-nilai kebajiikan sesuai pengetahuan yang kita dapat maka kita akan memiliki karakter dan perilaku sesuai dengan nilai-nilai kebajikan tersebut, akan tetapi sebaliknya jika kita tidak menghiraukan nilai-nilai kebajikan yang ada maka karakter dan perilaku kita tidak akan terbentuk dengan baik. Udin Winataputra (2006) menyampaikan bahwa terdapat skema komponen dan sasaran pembentukan untuk menjadi warga negara yang smart and good citizenship, sebagai berikut :
Sumber : diolah dari Udin Winataputra, 2001 Berdasarkan uraian diatas maka nilai menjadi pondasi dalam membentuk karakter sesorang atau individu. Nilai-nilai kebajikan yang lebih tinggi derajatnya wajib untuk dikembangkan agar individu memiliki karakter yang lebih baik. 127
Prosiding Seminar Nasional LP3M (Lembaga Pengembangan, Pembelajaran, dan penjaminan Mutu) Surabaya, 5 November 2016 Membangun Karakter untuk Memperkokoh Persatuan dan kesatuan Bangsa
NILAI-NILAI KONSERVASI UNNES
Universitas Negeri Semarang menyelenggarakan pendidikan tinggi, bertanggung jawab secara vertikal kepada Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi dalam hal ini Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Dalam penyelenggaraan pendidikan tinggi Unnes menyelenggarakan berbagai jenjang pendidikan dari Diploma, Strata 1, Strata 2 dan program Doktoral di berbagai disiplin ilmu. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Unnes merumuskan Visi atas dasar empat komitmen kuat seluruh sivitas akademika Unnes. Empat komitmen tersebut adalah: (1) Komitmen Konservasi, (2) Komitmen untuk membangun organisasi yang sehat, (3) Komitmen untuk mencapai keunggulan dalam era kompetisi global yang semakin kuat, dan (4) Komitmen untuk mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh sivitas akademika, alumni, masyarakat, bangsa dan negara, dengan berbasis pada kinerja layanan publik yang prima. Empat Komitmen ini diharapkan dapat bermuara pada terwujudnya Unnes yang mampu berprestasi pada taraf internasional, dan menghantarkan Unnes ke dalam jajaran World Class University. Atas dasar pemikiran di atas, maka VisiUnnes seperti tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2011 tentang Statuta Universitas Negeri Semarang adalah: “Menjadi Universitas Konservasi, Bertaraf Internasional, Yang Sehat, Unggul dan Sejahtera Pada Tahun 2020” Implementasi operasional Visi Unnes diuraikan dalam Peraturan Rektor Universitas Negeri SemarangNomor 38Tahun 2011tentang Rencana Induk PengembanganUniversitas Negeri Semarang 2010–2034 sebagai berikut : Konservasi
:
Tahun
2010,
Unnes
mendeklarasikan
sebagai
Universitas
konservasi.Dengan deklarasi ini Unnes mempunyai komitmen untuk menjaga lingkungan dengan berbagai program diantaranya penyelamatan keaneragaman hayati yang sangat berfungsi secara ekologis dan produktif yang sangat penting untuk menjaga keseimbangan alam yang berpengaruh terhadap kehidupan manusia. Sedangkan program konservasi Sumber daya alam Unnes berkomitmen untuk memperhatian penghijauan dan berkomitmen mengijaukan kembali Indonesia (regreening Indonesia) diawali mewujudkan dengan lima pilar (Green campus, Biodiversitas, pengolahan sampah, solar cell, dan paperless policy). Sedangkan untuk menyikapi terjadinya degradasi karakter bangsa mempunyai komitmen untuk melakukan konservasi budaya. Sehat : Anak tangga pertama dari visi sutera adalah sehat. Dipahami bersama bahwa eksistensi sebuah Perguruan Tinggi tidak bisa dilepaskan dari tiga fungsi utamanya, 128
Prosiding Seminar Nasional LP3M (Lembaga Pengembangan, Pembelajaran, dan penjaminan Mutu) Surabaya, 5 November 2016 Membangun Karakter untuk Memperkokoh Persatuan dan kesatuan Bangsa
sebagaimana terangkum dalam konsep Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu: 1) pendidikan dan pengajaran; 2) penelitian dan pengembangan; dan 3) pengabdian kepada masyarakat. Ketiga fungsi ini bersifat universal dan harus dilakukan secara simultan. Universal artinya bahwa fungsi-fungsi tersebut pada dasarnya tidak hanya menjadi kewajiban perguruan tinggi di Indonesia, namun juga menjadi kewajiban perguruan tinggi di luar negeri. Secara simultan artinya pelaksanaan pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengembangan, serta pengabdian kepada masyarakat harus dilakukan secara bersama-sama dan tidak terpisah satu sama lain. Unggul : Anak tangga kedua setelah sehat adalah unggul (excellent). Unnes yang unggul hanya bisa dicapai manakala Unnes yang sehat telah diraih. Dimensi keunggulan yang dikembangkan Unnes mengarah kepada lima pilar keunggulan yakni: (a) akademik; (b) penelitian; (c) pengabdian pada masyarakat; (d) kemahasiswaan; dan (e) kelembagaan. Setiap pilar didorong untuk memiliki keunggulan spesifik sehingga memiliki nilai competitiveness yang tinggi. Tekad Unnes adalah setiap pilar memiliki keunggulankeunggulan kompetitif (competitive advantages) dengan indikator pencapaian jelas serta dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat. Sejahtera:buah manis yang dapat dipetik, tatkala upaya sehat telah dilakukan, dan predikat unggul telah diraih. Sejahtera adalah sebuah konsekuensi dari upaya, usaha, yang telah dilakukan. “Sopo nandur mesthi ngundhuh, Sopo nggawe mesthi nganggo, sopo wutah bakal wutuh”. Namun demikian, sekalipun sejatera adalah sebuah konsekuensi, bukan berarti untuk meraihnya tanpa upaya. Sejahtera harus diambil, dipetik, diupayakan, melalui langkah yang terencana, sistematis, taat asas, dan memperhatikan aspek norma dan kepatutan. Pada hakekatnya kesejahteraan merujuk pada derajat kualitas psikologis, sebagai kondisi terpenuhinya sejumlah kebutuhan, baik kebutuhan jasmani, rohani maupun sosial. Sekalipun derajat keterpenuhan kebutuhan rokhani amat bersifat relative bagi tiap individu, namun kesejahteraan menggambarkan terpenuhinya batas standar yang diharapkan oleh individu. Kesejahteraan yang baik menggambarkan ketercapaian kualiatas psikologis yang baik pula. Dalam perspektif fungsional, sejahtera adalah kondisi atau keadaan yang memungkinkan bagi setiap individu untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya yang bersifat jasmani, rohani dan sosial sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaannya sehingga mampu mengembangkan potensi dirinya, keluarga dan masyarakatnya untuk berkembang lebih optimal. Delapan Nilai Konservasi UNNES yang dikembangkan sebagai berikut : 129
Prosiding Seminar Nasional LP3M (Lembaga Pengembangan, Pembelajaran, dan penjaminan Mutu) Surabaya, 5 November 2016 Membangun Karakter untuk Memperkokoh Persatuan dan kesatuan Bangsa
1. Inspiratif : memiliki ide atau gagasan untuk bertindak melakukan sesuatu yang secara sengaja maupun tidak sengaja datang ke otak kita tanpa mengenal tempat, waktu, kondisi apapun. 2. Humanis : sikap sesorang yang menghargai orang lain, mengharapkan dan memperjuangkan terwujudnya pergaulan hidup yang lebih baik berdasarkan asas kemanusiaan 3. Peduli : kemampuan mengindahkan, memperhatikan, menghiraukan. Peduli lingkungan hidup, peduli sosial 4. Inovatif : Kemampuan mendayagunakan pemikiran,imajinasi, stimulan, dan lingkungan dalam produk baru (bersifat pembaharuan) 5. Sportif : Bersifat kesatria, bersikap adil terhadap lawan, bersedia mengakui leunggulan, kekuatan, kebenaran, kekalahan, kelemahan, kesalahan sendiri. 6. Kreatif : kemampuan berfikir atau bertindak untuk menyelesaikan masalah secara cerdas dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang dimiliki 7. Jujur : Perilaku yang di dasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan 8. Adil : perbuatan yang tidak berpihak, berpihak pada yang benar
POLA AFIRMASI KARAKTER MAHASISWA PGSD FIP UNNES Afirmasi atau penguatan karakter mahasiswa PGSD FIP UNNES dilakukan dengan mengembangkan nilai-nilai konservasi seiring dengan nilai-nilai Pancasila yang merupakan nilai dasar bagi bangsa ini. Menurut Moh. Jafar Hafsah (2013) menyampaikan bahwa Nilai Pancasila merupakan nilai yang bersumber dari nilai luhur, moral, dan budaya bangsa yang disepakati oleh para founding father pada saat itu. Nilai-nilai konservasi sebagai nilai instrumental dan praksis dalam mengembangkan nilai-nilai dasar yang bekembang dalam diri bangsa ini. Adapun beberapa upaya untuk afirmasi karakter melalui pengembangan nilai-nilai konservasi dengan tujuan membentuk mahasiswa PGSD FIP UNNES yang berkarakter dikembangkan dengan beberapa pola sebagai berikut : 1. Inovasi Desain Pembelajaran a. Desain pembelajaran yang dilakukan pada setiap mata kuliah di PGSD FIP UNNES dengan
memasukkan
capaian
pembelajaran
sikap
dan
keterampilan
yang
mengimplementasikan 8 nilai karakter konservasi. b. Pembelajaran untuk mahasiswa
berorientasi dengan stategi keteladanan (modeling),
penguatan (reinforcing),dan pembiasaan(habituating). 2. Inovasi Kegiatan Mahasiswa melalui UKM Aktivitas kegiatan mahasiswa di kampus dikembangkan dengan memperhatikan nilai-nilai konservasi yang dikembangkan. Unit Kegiatan Mahasiswa yang dikembangkan antara lain :
130
Prosiding Seminar Nasional LP3M (Lembaga Pengembangan, Pembelajaran, dan penjaminan Mutu) Surabaya, 5 November 2016 Membangun Karakter untuk Memperkokoh Persatuan dan kesatuan Bangsa
Himpunan Mahasiswa (HIMA), Pramuka, KSR, dan Kerokhanian. Selain itu masih banyak club-club yang berada di bawah naungan UKM tersebut antara lain : Club Seni Tari, Seni Musik, Olah Raga, Pecinta Alam, dan Kajian Ilmiah. Bentuk inovasi kegiatan yang telah dilakukan berdasarkan nilai-nilai konservasi tersebut : Penanaman pohon oleh HIMA, Diklat SAR oleh KSR, Bakti Sosial oleh Pramuka, Kajian kerokhanian setiap malam jumat di Asrama. 3. Pembentukan budaya kampus Pembentukan budaya kampus ini melalui berbagai aktivitas rutin yang wajib dilakukan oleh setiap mahasiswa, diantaranya : Upacara tiap hari Senin, Senam sehat tiap hari Jumat, Saresehan dosen dan mahasiswa tiap semester.
KESIMPULAN Pengembangan nilai dan afirmasi karakter mahasiswa dilakukan melalui berbagai aktivitas abik dalam pembelajaran maupun di luar pembelajaran. Aktivitas tersebut dalam bentuk inovasiinovasi yang dapat dilakukan oleh elemen institusi dalam rangka membentuk mahasiswa PGSD FIP UNNES yang berkarakter konservasi. Delapan nilai konservasi yang meliputi inspiratif, humanis, peduli, inovatif, kreatif,sportif, jujur, dan adil bukan hanya sebagai simbolik saja tetapi dimplementasikan oleh mahasiswa dan seluruh elemen institusi dalam kehidupan kampus.
SARAN Implementasi penguatan karakter dikembangkan seluruh civitas akademika di pendidikan tinggi dengan desain penguatan karakter sesuai dengan kebutuhan masisng-masing institusi. Implentasi tersebut dilakukan dengan tetap berorientasi pada budaya bangsa yang mencirikan identitas bangsa dan nilai-nilai dasar bangsa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA AT Soegito. 2004. “Nasionalisme Indonesia”. Makalah untuk Pelatihan Dosen Pengembang Kepribadian Pendidikan Pancasila di Denpasar, 2-4 Oktober 2004 Dasim Budimansyah. “Penguatan Pendidikan Kewarganegaraan untuk Membangun Karakter Bangsa “. Bandung : Widya Aksara Press Doni Koesoemo A. 2007. “Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman Global”. Jakarta: Grasindo Kaelan MS. 2004. “Pendidikan Pancasila”. Yogyakarta : Paradigma Moh. Jafar Hafsah. 2013. “Konggres Pancasila V Strategi Pembudayaan Nilai-Nilai Pancasila dalam Menguatkan Semangat ke- Indonesia-an”. Yogyakarta : Prosiding Ramlan Surbakti. 1999. “Memahami Ilmu Politik”. Jakarta : Grasindo 131
Prosiding Seminar Nasional LP3M (Lembaga Pengembangan, Pembelajaran, dan penjaminan Mutu) Surabaya, 5 November 2016 Membangun Karakter untuk Memperkokoh Persatuan dan kesatuan Bangsa
Udin Winataputra. 2001.“Jatidiri Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Wahana Sistematik Pendidikan Demokrasi”. Desertasi S3 IPS . Bandung : PPS UPI. Tidak diterbitkan Winarno. 2009. “Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan”. Jakarta : Bumi Aksara _______. 2013. “ Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Isi, Strategi, dan Penilaian)”. Jakarta : Bumi Aksara Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen
132