PENGEMBANGAN MODUL SIFAT KOLIGATIF LARUTAN UNTUK SISWA KELAS XII SMA RSBI BERDASARKAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING
Fitria Purwaningtias, Laurent Octaviana, Effendy Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang Jalan Semarang 5 Malang 65145 E-mail:
[email protected]
Abstrak: Pembelajaran materi sifat koligatif larutan di RSBI isinya adalah lebih dalam dan lebih luas dibandingkan pada program regular, berpusat pada siswa, dan mengoptimalkan penggunaan TIK. Untuk memenuhi kriteria tersebut diperlukan bahan ajar yang memenuhi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan bahan ajar Sifat Koligatif Larutan untuk RSBI dalam bentuk modul berdasarkan pendekatan inkuiri terbimbing dan untuk mengetahui kelayakan serta keefektifan dari modul tersebut. Pengembangan modul mengadopsi model pengembangan 4D dari Thiagarajan, dkk., yang meliputi tahap-tahap pendefinisian, perancangan, dan pengembangan. Tahap keempat, yaitu penyebaran, tidak dilakukan. Kelayakan modul ditentukan berdasarkan kelayakan isi, kelayakan bahasa, dan kelayakan penyajian yang dinilai dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan berdasarkan instrumen penilaian bahan ajar yang ditetapkan oleh BSNP. Keefektifan modul didasarkan atas tercapainya KKM. Keefektifan modul diperoleh melalui uji coba pada 31 siswa kelas XII SMAN 8 Malang. Penilaian oleh dosen kimia dan guru kimia SMA menghasilkan 83,0 % kelayakan isi, 87,0 % kelayakan kebahasaan, dan 87,9 % kelayakan penyajian. Skor rata-rata hasil belajar siswa setelah menggunakan modul adalah 84,1 dan 87.1 % siswa mencapai skor di atas KKM. Berdasarkan hasil tersebut, modul hasil pengembangan dapat dianggap layak dan efektif untuk digunakan dalam pembelajaran pada materi Sifat Koligatif Larutan.
Kata-kata kunci: modul Sifat Koligatif Larutan, inkuiri terbimbing, kelayakan, keefektifan Abstract: The content of Colligative Properties of Solutions topic at RSBI program is deeper and broader compared to that in regular program. The teaching of this topic at RSBI program is student centered and using ICT optimally. A proper learning material is required for chemistry teaching at RSBI. The purposes of this research are to develop Colligative Properties of Solutions module based on guided inquiry approach and to find out its appropriateness and effectiveness for chemistry teaching at SMA implementing RSBI program. The development of the module adopts 4-D model of Thiagarajan et al. The development consists of four stages, define, design, and develop. The fourth step, disseminate, isn’t done because the developed module is limited to be used for chemistry teaching at SMA Negeri 8 Malang. The appropriateness of module is based on its content, language, and presentation using an instrument developed based on learning material evaluation instrument formulated by Bureau of National Standard of Education (Badan Standar Nasional Pendidikan = BSNP). The effectiveness of the module is based on achievement of minimum completion criteria. Trying out of the developed module to 31 year XII students of SMA Negeri 8 Malang was done to find out the effectiveness of the module. Chemistry lecturers and chemistry teachers assessment give 83.0% appropriateness of content, 87.0% appropriateness of language, and 87.9% appropriateness of presentation The average score of students’ learning outcome is 84.1 and 87.1% of students achieve minimum completion criteria. Based on this the developed module may be regarded to be appropriate and effective to be used in teaching of Colligative Properties of Solutions topic.
Keywords: colligative propertis of solution module, guided inquiry, appropriateness, effectiveness Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) merupakan suatu program yang ditetapkan pemerintah sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan baik di tingkat nasional maupun internasional. RSBI ditetapkan menjadi Sekolah Bertaraf
Internasional (SBI) jika sudah melampaui seluruh Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang diperkaya melalui proses adaptasi atau adopsi terhadap keunggulan mutu pendidikan sekolah pada negara maju. Materi dalam pembelajaran kimia di Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) adalah lebih dalam dan lebih luas dibandingkan pada program regular. Pembelajaran RSBI berpusat pada siswa, menggunakan bahasa asing, dan mengoptimalkan penggunaan TIK. Untuk memenuhi kriteria tersebut diperlukan bahan ajar yang memenuhi. ICT adalah digunakan secara optimal dalam pembelajaran, terutama untuk menjelaskan fenomena kimia, biasanya dalam bentuk animasi atau video. Penggunaan ICT dapat memberikan waktu agar siswa dapat belajar secara mandiri, efisien biaya dan mudah diakses, serta dapat mengarahkan pembelajaran menjadi student-centered (Georgiou, 2007). Tasker & Dalton (2006), menyebutkan bahwa penggunaan animasi pada pembelajaran kimia dapat membantu mengkomunikasikan pembelajaran tingkat molekuler secara efektif dan dapat menghubungkan level laboratorium ke level simbolik. Proses pembelajaran di RSBI mengacu pada kurikulum KTSP plus, yaitu kurikulum KTSP sebagai kurikulum utama dan diperkaya dengan materi yang terdapat pada kurikulum sekolah di Negara maju yang diyakini memiliki keunggulan dalam bidang pendidikan. Kurikulum tersebut menerapkan pendekatan pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi, interaktif, inspiratif, menyenangkan dan menantang sehingga memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Untuk pembelajaran sains khususnya kimia, pendekatan yang sesuai adalah pendekatan inkuiri terbimbing. Furtak (2006) menyebutkan bahwa inkuiri terbimbing dirancang untuk mengarahkan siswa dalam proses berfikir dan aktifitas seperti para ilmuwan sehingga efektif dalam pembelajaran sains. Menurut Branch & Oberg (2004), pada proses pembelajaran inkuiri siswa dilibatkan dalam membuat pertanyaan, melakukan penyelidikan dan membangun pemahaman mereka sendiri. Moog, dkk. (2009) menyatakan bahwa aktivitas dari pembelajaran inkuiri meliputi eksplorasi data atau studi kasus, menemukan konsep, dan mengaplikasikan konsep tersebut. Pembelajaran dengan pendekatan inkuiri terbimbing terbukti dapat mengembangkan kemampuan intelektual siswa secara optimal, berfikir aktif dan menyimpulkan kesimpulan dari data, sehingga hasil belajar juga meningkat jika dibandingkan dengan cara belajar pasif atau tradisional (Farrell, dkk., 1999; Hanson and Wolfskill, 2000; Lee, dkk., 2009; Minner, dkk., 2009; Moog, dkk., 2009). Kimia sebagai salah satu cabang dari sains dapat direpresentasikan dalam tiga tingkatan yaitu makro, submikro, dan simbolik (Talanquer, 2011). Salah satu contohnya adalah konsep Sifat Koligatif Larutan. Materi-materi dalam Sifat Koligatif Larutan bersifat abstrak, eksperimental, menarik, dan sangat berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu proses pembelajaran RSBI untuk kimia khususnya materi Sifat Koligatif Larutan membutuhkan bahan ajar yang dapat membuat siswa menjadi lebih aktif dan dapat mengkonstruksi sendiri konsep yang dipelajari serta memberi peluang siswa untuk maju sesuai dengan kapasitas belajar masing-masing. Selain itu bahan ajar harus menyajikan representasi makro, mikro, dan simbolik serta menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing. Bahan ajar dalam bentuk modul dengan bahasa Inggris dan dengan pendekatan inkuiri terbimbing diyakini memiliki karakteristik yang memenuhi persyaratan yang diperlukan. Modul dapat digunakan untuk belajar secara mandiri serta dapat mencakup tingkat kemampuan siswa yang berbeda-beda meliputi kecerdasan, kecepatan belajar, serta bakat dan minat yaitu dengan sistem SKS (Sistem Kredit Semester) sesuai dengan kemampuan siswa (BSNP, 2006). Menurut Depdiknas (2004), modul memiliki beberapa karakteristik, yaitu: (1) dirancang untuk sistem pembelajaran mandiri; (2) program pembelajaran yang utuh dan sistematis; (3) mengandung tujuan, bahan/kegiatan dan evaluasi; (4) disajikan
secara komunikatif dua arah; (5) diupayakan agar dapat mengganti beberapa peran pengajar; (6) cakupan bahasa terfokus dan terukur; (7) mementingkan aktifitas belajar pemakai. Berdasarkan uraian di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan modul Sifat Koligatif Larutan berdasarkan pendekatan inkuiri terbimbing, serta mengetahui kelayakan dan keefektifannya untuk digunakan dalam pembelajaran kimia di di sekolah yang melaksanakan program RSBI.
METODE PENELITIAN
i. Pengembangan Modul Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan. Bahan ajar yang dikembangkan adalah dalam bentuk modul. Penelitian ini mengadaptasi model penelitian pengembangan 4-D yang dikembangkan oleh Thiagarajan, dkk. (1974). Tahapan pengembangan meliputi: define, design, develop dan disseminate. Pada penelitian ini hanya mengadaptasi sampai tahap ke-3 (define, design, develop). Tahap Define
Tahap ini meliputi analisis utama dan analisis kebutuhan siswa untuk siswa kelas XII pada pokok bahasan Sifat Koligatif Larutan. Kajian utama yaitu mengkaji kurikulum untuk mengetahui dan memahami pengertian, tujuan, serta ruang lingkup mata pelajaran, standar kompetensi dan kompetensi dasar yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku yaitu KTSP dan A-level Chemistry Cambridge. Sedangkan analisis kebutuhan siswa meliputi analisis materi pokok dan konsep utama yang akan dikembangkan dalam modul. Ruang lingkup pokok bahasan Sifat Koligatif Larutan yang dikembangkan sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar materi Sifat Koligatif Larutan hasil pengayaan kurikulum KTSP dengan kurikulum A-level Cambridge. Pendalaman serta pengayaan dalam proses pengembangan perlu ditingkatkan dengan tetap beracuan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan berdasarkan kurikulum standar tersebut. Tahap Design
Tahap ini meliputi perumusan indikator hasil belajar yang sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar, penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran, penyusunan bahan ajar sesuai kurikulum dan pendekatan inkuiri terbimbing serta penelaahan modul oleh ahli di bidangnya. Tahap Develop
Tahap ini mencakup tahapan validasi bahan ajar oleh dosen ahli dan guru kimia serta uji coba perorangan yaitu penilaian modul berdasarkan kriteria tertentu oleh beberapa siswa SMA kelas XII sebagai pengguna modul. Selanjutnya dilakukan analisis terhadap kritik dan saran untuk dilakukan perbaikan (revisi). Tahap selanjutnya adalah uji coba lapangan terbatas. Pada tahapan ini modul diujicobakan dalam suatu kelas. Nilai hasil belajar siswa, berupa nilai pretes dan postes dianalisis untuk mengetahui keefektifan modul. Tahapan terakhir adalah memproduksi bahan ajar. ii. Uji Kelayakan Hasil Pengembangan Tujuan uji kelayakan ini adalah untuk mengetahui kelayakan isi , kelayakan bahasa, dan kelayakan penyajian dari modul yang dikembangkan. Instrumen penilaian kelayakan yang digunakan adalah dikembangkan berdasarkan instrumen penilaian bahan ajar yang
ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Penilaian kelayakan modul pembelajaran dilakukan oleh dua dosen kimia dan dua orang guru kimia. Data yang diperoleh berupa data kuantitatif yang terdiri atas skor dari validator dan data kualitatif berupa tanggapan/saran dari validator. Modul dianggap layak apabila memperoleh skor kelayakan 76 atau lebih dari skor total 100. iii. Uji Keefektifan Hasil Pengembangan Keefektifan modul didasarkan atas tercapainya kriteria ketuntasan minimal (KKM). Modul dianggap efektif jika minimal 80% siswa mendapatkan skor di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), yaitu memperoleh skor minimal 78. Untuk mengetahui keefektifan modul hasil pengembangan dilakukan uji coba kepada 31 siswa kelas XII SMAN 8 Malang. Data uji efektifitas berupa skor hasil belajar siswa sesudah menggunakan modul, yang dikumpulkan dengan menggunakan tes pilihan ganda yang terdiri dari 23 item dengan validitas isi sebesar 0,96 dan koefisien reliabilitas, diukur dengan menggunakan persamaan Alpha Cronbach, sebesar 0,78. Setelah uji prasyarat dilakukan, data hasil pretes dan postes dianalisis dengan menggunakan uji t sampel berpasangan menggunakan SPSS 16,0 for window untuk mengetahui perbedaan secara signifikansi antara kedua data tersebut. Pengujian dilakukan terhadap hipotesis 0 (H0: tidak ada perbedaan nilai pretes dan postes setelah penggunaan modul Sifat Koligatif Larutan, Ha: ada perbedaan nilai pretes dan postes setelah penggunaan modul Sifat Koligatif Larutan).
HASIL Deskripsi Hasil Pengembangan Hasil pengembangan berupa modul Sifat Koligatif Larutan yang terdiri dari pra pendahuluan, pendahuluan, evaluasi, dan penutup. Pra pendahuluan meliputi halaman depan (cover) dan kata pengantar. Pendahuluan meliputi deskripsi singkat pendekatan pembelajaran inkuiri terbimbing, aktivitas guru dan siswa ketika proses pembelajaran, standar isi, serta daftar isi modul. Bagian inti terdiri dari enam sub bab yaitu units of concentration, boiling point of solution, freezing point of solution, vapor pressure of solution, PT diagram, dan osmotic pressure of solution. Setiap awal sub bab terdapat cover sub bab yang berisi judul, gambar yang berhubungan dengan materi, serta tujuan yang hendak dicapai dalam setiap sub bab. Halaman selanjutnya berisi tahapan-tahapan dalam pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu preface, problem, hypothesis, experiment/data of experiment/picture/curve, analysis, application in the daily life, conclusion, serta exercise. Soal Evaluasi memuat soal-soal objektif yang mencakup keseluruhan sub bab dalam modul. Bagian terakhir adalah penutup meliputi feed back, peta konsep, glosarium, dan daftar referensi. Modul hasil pengembangan menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar, dan dilengkapi dengan ICT yang berupa laboratorium virtual serta animasi mengenai Sifat Koligatif Larutan. Hasil Uji Kelayakan Modul Penilaian kelayakan modul meliputi tiga kriteria, yaitu kelayakan isi , kelayakan bahasa, dan kelayakan penyajian. Adapun rangkuman penilaian validasi secara umum dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Hasil Penilaian oleh Ahli Isi/Materi No Kriteria yang dinilai 1. Kelayakan isi 2. Kelayakan bahasa 3. Kelayakan penyajian
Skor kelayakan 83,0% 87,0% 87,9%
Kriteria penilaian Layak Layak Layak
Data kualitatif hasil uji kelayakan berupa tanggapan/saran dari validator yang digunakan untuk melakukan revisi pada modul hasil pengembangan. Hasil Uji Keefektifan Modul Modul hasil pengembangan dapat dianggap efektif untuk digunakan dalam pembelajaran jika jumlah siswa yang mencapai KKM adalah lebih dari 80%. Berdasarkan hasil pengembangan diperoleh skor rata-rata pretes sebesar 71,0 dan skor rata-rata postes sebesar 84,1. Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa skor pretes dan postes tersebut terdistribusi normal, sehingga data dianggap dapat mewakili populasi. Hasil uji t untuk sampel berpasangan menunjukkan bahwa skor rata-rata pretes dan postes tersebut berbeda secara signifikan.
PEMBAHASAN Kelayakan Bahan Ajar Penilaian dosen kimia dan guru kimia SMA menghasilkan 83,0% kelayakan isi, 87,0% kelayakan kebahasaan, dan 87,9% kelayakan penyajian. Berdasarkan data tersebut modul Sifat Koligatif Larutan yang dikembangkan dapat dianggap layak untuk digunakan dalam pembelajaran kimia. Perbaikan-perbaikan terhadap modul telah dilakukan terhadap bahan ajar berdasarkan saran dari validator meliputi perlunya ditambahkan gambar, animasi, serta evaluasi dalam modul sehingga dapat mempermudah siswa untuk memahami dan mengevaluasi pemahaman siswa. Kelebihan pembelajaran dengan menggunakan modul Sifat Koligatif Larutan adalah: 1) modul yang dikembangkan menggunakan bahasa yang sederhana sehingga siswa lebih mudah memahami materi; 2) meningkatkan dan melatih ketrampilan bahasa Inggris siswa, karena modul dikembangkan dengan pengantar bahasa Inggris; 3) melatih siswa untuk mengkonstruksi konsep atau materi; 4) meningkatkan keaktifan siswa, karena modul yang dikembangkan disajikan secara komunikatif dua arah; 5) mengefektifkan waktu pembelajaran, karena modul dapat mencakup tingkat kemampuan siswa yang berbeda-beda meliputi kecerdasan serta kecepatan belajar, sehingga waktu belajar menjadi lebih fleksibel; 6) lebih memotivasi dan meningkatkan minat siswa untuk mendalami materi, karena modul dilengkapi dengan gambar, percobaan, serta aplikasi materi dalam kehidupan sehari-hari; 7) dapat meningkatkan kemampuan berfikir abstrak siswa, karena selain diberikan gambar-gambar makroskopik juga diberikan gambar-gambar mikroskopik yang berhubungan dengan materi; 8) dilengkapi dengan ICT yang berupa laboratorium virtual serta animasi. Peranan guru masih diperlukan untuk memfasilitasi dan memastikan pembelajaran dengan menggunakan modul dapat berjalan optimal sesuai dengan tujuan pembelajaran karena siswa belum terbiasa melaksanakan pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing. Keefektifan Bahan Ajar Skor rata-rata hasil belajar siswa setelah menggunakan modul adalah 84,1 dan 87.1% siswa mencapai skor di atas kriteria ketuntasan minimal (KKM). Jumlah siswa yang
mencapai KKM adalah lebih dari 80%. Berdasarkan hasil tersebut, modul hasil pengembangan dapat dianggap efektif untuk digunakan dalam pembelajaran pada materi Sifat Koligatif Larutan. Keefektifan modul tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Modul Sifat Koligatif Larutan diususun berdasarkan pendekatan inkuiri terbimbing. Pada pembelajaran dengan pendekatan tersebut upaya siswa dalam membangun konsep adalah melalui beberapa tahap yang sarat dengan stimulasi intelektual. Stimulasi intelektual juga berasal dari pertanyaan-pertanyaan yang diberikan dalam modul yang digunakan untuk membantu siswa dalam membangun atau mengkonstruk konsep-konsep yang mereka pelajari. Stimulasi intelektual akan memacu kemampuan intelek siswa sehingga setelah mengikuti pembelajaran kemampuan intelek siswa dapat dianggap menjadi lebih tinggi. Bruner (dalam Sund dan Trowbridge, 1973) menyatakan bahwa salah satu keuntungan dari pembelajaran inkuiri adalah siswa belajar mengembangkan pikirannya (atau kemampuan inteleknya) dengan jalan menggunakannya. Pendapat tersebut adalah diperkuat dengan hasil penelitian yang dilaporkan oleh McKinnon dan Renner serta Pavelich dan Abraham. McKinnon dan Renner (1971) melaporkan bahwa perkembangan intelek mahasiswa tahun pertama yang mengikuti pembelajaran secara inkuiri adalah lebih tinggi dibandingkan perkembangan intelek mahasiswa yang mengikuti pembelajaran secara verifikasi. Pada pembelajaran secara verifikasi materi pelajaran dijelaskan oleh pengajar kemudian diikuti dengan kegiatan laboratorium atau praktikum. Pavelich dan Abraham (1977 & 1979) melaporkan bahwa perkembangan intelek mahasiswa tahun pertama yang mengikuti pembelajaran secara inkuiri terbimbing adalah lebih tinggi dibandingkan perkembangan intelek mahasiswa yang mengikuti pembelajaran secara verifikasi. Meningkatnya kemampuan intelek siswa sebagai akibat dari pembelajaran secara inkuiri terbimbing menyebabkan mereka cenderung semakin mudah dalam memahami materi pelajaran dan hasil belajarnya cenderung menjadi lebih tinggi.
SIMPULAN DAN SARAN Modul Sifat Koligatif Larutan dalam bahasa Inggris yang dikembangkan berdasarkan pendekatan inkuiri terbimbing memenuhi kelayakan isi , kelayakan bahasa, dan kelayakan penyajian. Di samping itu, modul Sifat Koligatif Larutan memenuhi tuntutan pencapaian Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa modul pembelajaran Sifat Koligatif Larutan yang dikembangkan berdasarkan pendekatan inkuiri terbimbing adalah layak dan efektif digunakan dalam pembelajaran kimia di SMA yang melaksanakan program RSBI. Evaluasi lebih lanjut tentang kelayakan dan keefektifan modul hasil pengembangan tersebut perlu dilakukan untuk penggunaannya dalam lingkup yang lebih luas.
Daftar Rujukan Branch, J., & Oberg, D. 2004. Focus on Inquiry: A Teacher’s Guide to Implementing Inquiry-Based Learning. Canada: Learning Resources Centre. BSNP. 2006. Panduan Penyusunan Bahan Ajar. Jakarta: Depdiknas. Depdiknas. 2004. Pedoman Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah. Depdiknas. 2009. Panduan Penyelenggaraan Program Rintisan SMA Bertaraf Internasional (R-SMA-BI). Jakarta: Depdiknas.
Georgiou, D. K. & Manitsaris, A. 2007. A Virtual Reality Laboratory for Distance Education in Chemistry. International Journal of Social Sciences, 2 (1): 34-41. Farrell, J.J., Moog, R.S., & Spencer, J.N. 1999. A Guided Inquiry General Chemistry Course. Journal of Chemical Education, 76 (4): 570-574. Furtak, E. 2006. The Problem with Answers: An Exploration of Guided Scientific Inquiry Teaching. Wiley Periodicals, Inc. Science Education, 90: 453– 467. Hanson, D. & Wolfskill, T. 2000. Proses Workshops – A New Model for Instruction. Journal of Chemical Education, 77 (1): 120-130. Lee, H.S., Linn, M.C., Varma, K., & Liu, O.L. 2009. How Do Technology-Enhanced Inquiry Science Units Impact Classroom Learning. Journal of research in science teaching, 46: 1-20. McKinnon, J.W. & Renner, J.W. 1971. Are Colleges Concerned with Intellectual Development? American Journal of Physics, Vol. 39 No.11: 1047-1052. Minner, D.D., Levy, A.J., & Century, J.R. 2009. Inquiry-Based Science Instruction—What Is It and Does It Matter? Results from a Research Synthesis Years 1984 to 2002. Journal of research in science teaching, 46: 1-24. Moog, R.S., Creegan, F.J., Hanson, D.M., Spencer, J.N., Straumanis, A., Bunce, D.M., & Wolfskill, T. 2009. POGIL: Process-Oriented Guided-Inquiry Learning. Prentice Hall Series in Educational Innovation, 90-101. Pavelich, M.J. & Abraham, M.R. 1977. Guided Inquiry Laboratories for General Chemistry Students. Journal of College Science Teaching, Vol. VII No. 1: 23-28. Pavelich, M.J. & Abraham, M.R. 1979. An Inquiry Format Laboratory Program for General Chemistry. Journal of Chemical Education, 56 (2): 100-103. Priyatno, D. 2011. Belajar Cepat Olah Data Statistik dengan SPSS. Yogyakarta: C.V Andi Offset. Sund, R.B. & Trowbridge, L.W. 1973. Teaching Science by Inquiry in the Secondary School, 2nd Ed. Ohio: Charles E. Merril Publishing Company. Tasker, R. & Dalton, R. 2006. Visualisation of The Molecular World using Animations. Chemistry Education Research and Practice, 7 (2): 141-159. Thiagarajan, S., Dorothy, S.S., & Melvyn, I.S. 1974. Instructional Development for Training Teachers for Exceptional Children: A Source Book. Indiana: Indiana University.