PENGEMBANGAN MODUL BERCIRIKAN WORK-BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI SISWA SMK PADA MATERI MATEMATIKA KEUANGAN
Mujiati, Bambang Irawan, dan Swasono Raharjo Guru Matematika di SMK Negeri 2 Kota Blitar, Dosen Matematika Universitas Negeri Malang, Dosen Matematika Universitas Negeri Malang ABSTRAK: Penelitian pengembangan ini bertujuan untuk “Menghasilkan produk modul bercirikan work-based learning yang dapat meningkatkan prestasi siswa pada materi matematika keuangan yang valid, praktis dan efektif di kelas XI Akuntansi-4 SMK Negeri 2 Blitar” yang sedang melaksanakan Pendidikan Sistem Ganda (PSG) di Dunia Usaha/Dunia Industri. Dalam penelitian ini instrument yang digunakan adalah Lembar Validasi, angket uji coba dan lembar tes. Berdasarka hasil uji coba menunjukan bahwa modul pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini merupakan bahan ajar yang baik karena telah memiliki nilai validitas, kepraktisan dan keefektifan yang tinggi.Hal ini terlihat dari pendapat validator dan respon siswa pada saat uji coba lapangan. Adapun hasil uji coba pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan modul ini, menunjukan aktivitas dan motivasi yang sangat tinggi sehingga dapat meningkatkan prestasi siswa. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa modul pembelajaran yang bercirikan Work-Based Learning adalah modul yang: 1) dapat mengorientasikan siswa kepada masalah outentik yang dihadapi siswa dalam bidang pekerjaan, 2) Pembelajaran Terintegrasi dalam dunia kerja dan berpusat pada siswa, 3) Masalah/soal pada modul adalah media untuk mengembangkan ketrampilan pemecahan masalah. sehingga disarankan Modul pembelajaran ini sebaiknya digunakan sebagai pendukung sumber belajar siswa yang sedang melaksanakan praktek kerja industri karena dapat membantu siswa dalam meningkatkan prestasi/kompetensinya, pada saat berada di DU/DI. Kata kunci: Pengembangan, modul, Prestasi belajar, Work-Based Learning
Penelitian ini dilatarbelakangi dengan adanya pelaksanaan pembelajaran matematika di SMK yang mengacu pada konsep Pendidikan Sistem Ganda (PSG) yang antara lain bertujuan untuk: 1) Menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keahlian profesional, yaitu Tenaga kerja yang memilki tingkat pengetahuan, ketrampilan dan etos kerja yang sesuai dengan tututan lapangan kerja. 2) Memperkokoh link and match antara sekolah dengan dunia kerja. 3) Meningkatkan efisiensi proses pendidikan dan pelatihan tenaga kerja yang berkualitas profesional. Sehingga Keterkaitan antara materi pelajaran yang diberikan baik Normatif, Adaptif maupun produktif sangat erat
sekali, terutama pada pelajaran matematika yang diajarkan di SMK. Hampir semua topic matematika yang diajarkan merupakan prasyarat penyelesaian perhitungan mata pelajaran lain (bidang kejuruan). Dalam Peraturan Pemerintah (PP) nomor 19 tahun 2005 Pasal 20, disyaratkan bahwa guru diharapkan mengembangkan materi pembelajaran. Kemudian dipertegas melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses, yang antara lain mengatur tentang perencanaan proses pembelajaran yang mensyaratkan bagi pendidik pada satuan pendidikan untuk mengembangkan bahan ajar sebagai salah satu sumber belajar.
390
391, KNPM V, Himpunan Matematika Indonesia, Juni 2013
Salah satu contoh bahan ajar cetak adalah modul. Menurut Saliwangi (1989:38) modul adalah “berupa paket yang berisikan saran-saran untuk guru, materi pelajaran untuk siswa yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan”. Sedangkan menurut Mbulu (2001:90), ) modul adalah salah satu bahan ajar yang membuka kesempatan bagi siswa untuk belajar menurut kecepatannya masingmasing, menurut caranya masing-masing dan menggunakan tehnik yang berbedabeda untuk memecahkan masalah tertentu berdasarkan latar belakang pengetahuan dan kebiasaanya masing-masing. Dari beberapa pendapat tentang pengertian modul, maka menurut penulis dapat simpulkan bahwa modul adalah seperangkat bahan ajar yang disajikan secara sistematis sehingga penggunaanya dapat belajar dengan atau tanpa seorang fasilitator/guru. Dengan demikian maka sebuah modul harus dapat dijadikan sebuah bahan ajar sebagai pengganti fungsi guru. Dalam kurikulun SMK disebutkan bahwa fungsi pelajaran matematika adalah 1) sebagai alat bantu atau penunjang dalam mempelajari mata pelajaran lainya pada aspek perhitungan dan logika penyelesaian masalah, 2) sebagai dasar pengembangan diri untuk kemajuan ilmu dan tehnologi dalam hal penyesuaian diri (Adaptif). Dalam pelaksanaan Pembelajaran matematika di SMK selama ini, guru dalam mengajar matematika hanya berfokus pada materi matematika itu sendiri dan miskin aplikasi sehingga sama dengan pembelajaran pada umumnya, guru menyampaikan materi, kemudian diberi contoh dan pemberian tugas. Jarang sekali guru matematika di SMK dalam mengajar matematika dikaitkan dengan contoh konkrit secara terpadu sesuai dengan bidang kejuruan siswa. Salah satu upaya untuk mengatasi masalah tersebut diatas adalah dengan membuat
model pengembangan pembelajaran yang berorientasi pada pembuatan modul dengan penekanan keterkaitan antara matematika dengan mata pelajaran kejuruan. Hampir semua mata pelajaran di SMK menggunakan matematika dalam aplikasi dan perhitunganya. Apalagi dalam penerapan Pendidikan Sistem anda ( PSG ) yang merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan keahlian professional yang memadukan secara sistematik dan sinkron antara program pendidikan disekolah dan program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan bekerja langsung di dunia kerja yang terarah untuk mencapai suatu tingkat keahlian professional tertentu. Oleh sebab itu berdasarkan hal tersebut diatas sesungguhnya ada beberapa masalah dalam pembelajaran matematika di SMK yang membutuhkan perhatian dan penanganan yang serius. Terutama dengan adanya program prakerin yang wajib dilaksanakan oleh setiap siswa selama kurang lebih 6 bulan (1 semester). Sehingga waktu yang digunakan untuk Kegiatan Belajar Mengajar pada mata pelajaran Normatif dan Adaptif efektifnya hanya terlaksana 5 semester. Maka yang terjadi pada saat siswa sedang berada di Dunia Usaha/Industri penyampaian materi pelajaran dialihkan/dimampatkan ke semester sebelum/sesudahnya. Dengan berdasarkan kondisi tersebut diatas maka penulis ingin mengembangkan bahan ajar yang berupa modul pembelajaran matematika yang dikhususnya untuk siswa yang sedang melakukan praktek kerja di dunia usaha/industry, sehingga di dalam penyampaian materi pelajaran meskipun siswa tidak berada disekolah akan tetap berlangsung. Adapun bahan ajar yang akan dikembangkan dalam penelitian ini bertujuan untuk “Menghasilkan produk modul bercirikan work-based learning yang dapat meningkatkan prestasi siswa pada materi
Mujiati, Pengembangan Modul, 392
matematika keuangan di kelas XI Akuntansi-4 SMK Negeri 2 Blitar yang Valid, Praktis`dan Efektif. Dengan dikembangkanya modul ini diharapkan siswa lebih termotivasi dan lebih mudah mempelajari dan memahami materi, sehingga pemahaman konsep matematika keuangan khususnya tentang bunga tunggal akan menjadi lebih baik. Selain itu apabila seorang siswa telah lulus dari jenjang pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) akan memudahkan mereka mencari pekerjaan karena dunia kerja telah mengetahui/mengenal dan menilai secara langsung kompetensi siswa tersebut selama mereka melaksanakan prakerin di dunia kerja/perusahaan. Menurut Ruseffendi (1979: 267), siswa yang sudah selesai dengan modul tertentu (belum test) mempunyai 3 macam kesempatan, yaitu (1) maju berkelanjutan tanpa pengayaan, (2) maju berkelanjutan dengan pengayaan, dan (3) maju berkelanjutan dalam kelompok yang lebih kecil. Peranan guru yang masih besar dalam pembelajaran dengan modul disampaikan (Hamalik,1991: 60-61), yang mengemukakan bahwa dalam pembelajaran dengan modul, guru dituntut memiliki kemampuan antara lain: (1) menentukan jenis pusat yang hendak dikembangkan (motivasi, konsep, atau proses), (2) menampung dan menyalurkan saran-saran siswa dalam rangka mengembangkan minat-minat dan kebutuhankebutuhan mereka, (3) menyiapkan petunjuk untuk menentukan materi pembelajaran yang bermanfaat bagi pusat dan merancang kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan jenjang siswa, Pembelajaran menggunakan modul memiliki kelebihan, (Mbulu, 2001: 90-92) menjabarkannya sebagai berikut. Kelebihan pengajaran modul bagi siswa antara lain : (1) Memberikan balikan, sehingga
siswa dapat mengetahui hasil belajarnya agar kesalahan segera dapat diperbaiki, (2) Memberikan penguasaan tuntas bagi siswa. Penguasaan bahan pelajaran dengan tuntas siswa mempunyai dasar yang kuat untuk mengikuti pelajaran berikutnya, (3) Tujuan yang disusun secara jelas, spesifik dan dapat dicapai oleh siswa, (4) Membimbing siswa mencapai tujuan dengan langkahlangkah yang teratur sehingga dapat menimbulkan motivasi yang kuat untuk terus belajar, (5) Menyesuaikan perbedaan individual yang ada pada siswa, misalnya: kecepatan belajar dan cara belajar. Work-Based Learning (WBL) adalah pendekatan pembelajaran dimana siswa menggunakan konteks tempat kerja untuk belajar isi materi disekolah dan bagaimana isi materi tersebut dipergunakan di tempat kerja. Work-based learning didesain untuk memberikan kontribusi pada pengembangan intelektual dan karier siswa. Workbased learning terjadi pada saat siswa melakukan kunjungan kerja atau praktek kerja di Dunia Usaha/ Industri dengan harapan siswa dapat memperoleh ketrampilan seperti menulis, berbicara dan membuat keputusan. Rupert Evans (1978), mendefinisikan bahwa pendidikan vokasi adalah merupakan bagian dari sistem pendidikan yang mempersiapkan seseorang agar lebih mampu bekerja pada kelompok pekerjaan atau satu bidang pekerjaan daripada bidang-bidang pekerjaan lainya. Clark & Winch (2008) menyebut ” vocatioanl education is cinfined to preparing young peaple and adulf for working life,a process often regarded as of rather technical and practical nature”. Nampak bahwa pendidikan vokasi adalah pendidikan untuk memasuki lapangan pekerjaan dan diperuntukan bagi siapa saja yang menginginkanya, yang membutuhkanya dan yang dapat untung darinya.
393, KNPM V, Himpunan Matematika Indonesia, Juni 2013
Work-Based Learning (WBL) digunakan sebagai terminologi di berbagai negara untuk program-program pada sekolah atau perguruan tinggi untuk memperoleh pengalaman dari dunia kerja (WBL Guide, 2002) dan untuk para remaja agar siap dalam transisi dari sekolah ke dunia kerja untuk belajar realitas dunia kerja/pekerjaan dan menjadi siap untuk membuat pilihan yang tepat dalam pekerjaan (Paris & Mason, 1995). Raelin (2008) menyatakan bahwa WBL merupakan pembelajaran aksi (action learning) yang tidak dapat dilepaskan dari kontaks pembelajaran organisasi (organisasional learning) maupun organisasi yang belajar (laerning organisation). Boud dan Solomon. (2001) Ditemukan bahwa peserta didik menggunakan pendekatan workbased learning yang belajar dari komunitas mereka praktek di tempat kerja mereka serta rekan-rekan belajar berbasis kerja mereka di university. Poin ini dapat lebih diperkuat oleh Bragg dan Hamm (1996), yang mengidentifikasi seperangkat kriteria untuk keberhasilan program WBL, sebagai berikut: 1) Program kepemimpinan yang kuat, 2) Koneksi eksklusif antara program dan lingkungannya (niche market), 3) Komunikasi sering dan efektif dengan pengusaha local, 4)Keyakinan tentang keunggulan Program, 5) Komponen pembelajaran yang efektif berbasis sekolah. WBL menjadi tren dalam pendidikan, karena mempengaruhi kepuasan pembelajar dan meningkatkan peran tutor dalam pembelajaran (woltering,Herrler,spitzer dan spreckelsen, 2009). Pembelajaran dapat diperluas dengan peralatan/lingkungan yang realistik dan didukung model-model pembelajaran yang luas seperti pembelajaran terkondisi, assosiatif, sistemik, simulasi dan konstruktivistik (Sharpe, 2006). Peran guru dalam work based learning dapat bervariasi dan luas, dan
pengalaman dari beberapa universitas Inggris dan Australia yang terlibat dalam workbased learning menunjukkan bahwa kegiatan akan mencakup: 1) membantu peserta didik untuk menjadi aktif dalam mengidentifikasi kebutuhan dan aspirasi mereka dan mengelola proses pembelajaran (Graham et al 2006), 2) bertindak sebagai konsultan proses (Stephenson 1998a), 3) membantu peserta didik mengembangkan kemampuan mereka refleksi kritis dan penyelidikan (Graham et al 2006), 4) membantu peserta didik mengidentifikasi dan bekerja dengan isu-isu etis (Graham & Rhodes 2007, Moore 2007), 5) membantu pelajar membuat penggunaan efektif sumber daya kerja (Moore 2007), 6) mengembangkan keterampilan akademik peserta didik dan membantu mereka menggunakannya di tempat kerja (Rhodes & Shiel 2007), 7)menyediakan keahlian spesialis (Stephenson 1998a), 8) inspirasi dan mendorong peserta didik (Moore 2007) METODE Dalam pengembangan modul pembelajaran ini model pengembangan yang digunakan adalah model pengembangan ADDIE. Pemilihan model ini didasarkan atas pertimbangan bahwa model ini dikembangkan secara sistematik, dan sistemik. Dalam penelitian ini digunakan 3 langkah yaitu: (1) Analysis, (2) Desaign, (3) Development. Subyek penelitian dilakukan terhadap 12 siswa kelas XI Akuntansi-4 SMK negeri 2 Blitar yang sedang melaksanakan Prakerin di dunia usaha/ industri antara lain : 1) Dua orang siswa yang prakerin di BPR Artha Selaras, 2) Empat orang siswa prakerin di Kantor Pegadaian, 3) Dua orang siswa prakerin di BBG dan empat orang siswa prakerin di kantor Koperasi. Instrumen penelitian yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah
Mujiati, Pengembangan Modul, 394
lembar validasi untuk mengetahui kevalidan modul, Angket uji coba untuk mengetahui kepraktisan modul dan lembar tes untuk melihat prestasi siswa. Sedangkan jenis data pada pengembangan ini berupa data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif berupa informasi yang diperoleh dengan menggunakan angket dan tes. Angket terdiri atas angket uji coba produk yang diisi oleh perancangan pembelajaran, ahli isi mata pelajaran. Tes digunakan untuk mengukur kemampuan awal siswa sebelum menggunakan modul dan tes akhir setelah menggunakan modul pada uji coba perorangan. Data kuantitatif berupa informasi yang diperoleh dari angket , sedangkan data kualitatif berupa masukan, tanggapan, dan saran perbaikan berdasarkan hasil penilaian ahli yang diperoleh melalui angket/konsultasi dengan ahli rancangan pembelajaran, ahli isi mata pelajaran, wawancara dan angket untuk siswa. Pengumpulan data dalam penelitian pengembangan ini menggunakan teknik angket, wawancara dan tes. Angket digunakan untuk mengumpulkan data hasil review dari ahli isi, ahli desain/rancangan pembelajaran. Teknik angket ini dilengkapi dengan instrumen berupa format angket. Wawancara adalah suatu bentuk berkomunikasi verbal atau semacam percakapan yang bertujuan untuk memperoleh informasi (Nasution, 2004). Sedangkan tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa sebelum menggunakan modul pembelajaran (pretes), dan sesudah menggunakan modul pembelajaran (pos-tes). Tehnik Analisa data dengan menggunakan analisa deskriptif kualitatif dan digunakan untuk data yang berupa saran dan masukan dari ahli. Analis deskriptif kuantitatif diperoleh dari skor penilaian lembar validasi, tanggapan/
respon peserta didik dan tes penguasaan materi. Untuk menentukan kevalidan modul dilakukan dengan menggunakan langkah – langkah antara lain, (1) merekap skor untuk semua aspek dari validator, (2) menghitung rata – rata tiap aspek, (3) menghitung rata – rata kesekuruhan, (4) membuat kesimpulan tentang kavalidan modul. Apabila hasil analisis data menunjukan modul yang dikembangkan peneliti adalah cukup valid artinya modul tidak perlu direvisi lagi berdasarkan kevalidanya. Untuk menganalisa kepraktisan modul dilakukan dengan menggunakan langkah – langkah antara lain, (1) merekap skor dari seluruh tanggapan siswa malalui angket , (2) menghitung skor rata – rata untuk tiap aspek, (3) menghitung nilai rata – rata keseluruhan, (4) membuat kesimpulan tentang kepraktisan modul. Apabila hasil analisis data menunjukan bahwa modul pengembangan ini cukup praktis maka tidak perlu direvisi lagi berdasarkan kepraktisanya. Untuk mengetahui keefektifan modul ditentukan oleh hasil tes penguasaan materi. Analisis data hasil tes penguasaan materi untuk menunjukan bahwa modul yang dikembangkan efektif bisa ditentukan dengan hasil tes penguasaan materi yang dilakukan kepada peserta didik setelah mengikuti pembelajaran. Berdasarkan kriteria ketuntasan minimal yang berlaku di SMK Negri 2 Blitar dan menurut buku panduan program kerja guru telah ditetapkan 75%, serta menurut Hobri (2010:58), pembelajaran dengan menggunakan modul hasil pengembangan ini dikatakan tuntas apabila 80% siswa yang mengikuti pembelajaran mampu memiliki tingkat penguasaan materi yang masuk kategori tingkat tinggi atau sangat tinggi. Apabila dalam tes penguasaan materi peserta didik telah
395, KNPM V, Himpunan Matematika Indonesia, Juni 2013
dinyatakan tuntas, maka dapat dikatakan modul hasil pengembangan ini telah efektif. HASIL DAN PEMBAHASAN Uji ahli isi mata pelajaran dan ahli rancangan pembelajaran dimaksudkan untuk mendapatkan data yang dapat digunakan untuk merevisi isi mata pelajaran dan desain/tampilan modul pembelajaran. Adapun data tersebut berupa skala sikap, komentar dan saran terhadap isi atau materi yang disajikan di dalam modul pembelajaran. Pengumpulan data menggunakan angket/instrumen yang berisi pertanyaan-pertanyaan tentang isi dan komponen-komponen modul pembelajaran. Analisis data yang dilakukan yaitu data tentang modul pembelajaran. Hasil validasi modul dengan materi bunga tunggal yang dibuat Peneliti berada pada kriteria skor rata-rata hasil validasi: 75% SR 100% yaitu: valid. Namun demikian berdasarkan masukan dan saran dari validator peneliti perlu melakukan verisi kecil untuk menunjukkan modul yang dibuat Peneliti telah layak digunakan. Kemudian setelah dilakukan revisi, selanjutnya peneliti langsung menggunakannya di dalam Penelitian karena hasil validasinya berada pada kategori valid. Produk modul yang telah direvisi berdasarkan masukan dari ahli isi mata pelajaran, ahli rancangan pembelajaran, selanjutnya diserahkan kepada dua belas orang siswa yang sedang melaksanakan prakerin di dunia kerja. Dalam uji coba perorangan tersebut fokus utama yang ingin diperoleh adalah data tentang isi modul, untuk mengetahui tingkat kesulitan materi yang terdapat dalam modul, untuk memahami konsep yang di aplikasikan kedalam soal-soal dan untuk mengetahui kreatifitas siswa didalam menyelesaikan masalah/soal sesuai dengan cara yang bisa dikembangkan oleh siswa, serta untuk
mengetahui apakah materi maupun soal yang terdapat dalam modul sesuai dengan masalah yang dihadapi oleh siswa saat berada di dunia kerja. Untuk melihat perkembangan belajar siswa, guru melakukan monitor dengan mendatangi ke tempat prakerin. Pada tahap uji coba produk ini hasilnya akan digunakan untuk mengetahui kepraktisan modul. Rerata persentase angket penilaian siswa terhadap modul pembelajaran dalam uji perorangan diperoleh 84,27% yang berarti modul pembelajaran berada dalam kualifikasi praktis. Keefektifan modul pengembangan ini, dapat disajikan berdasarkan hasil penguasaan bahan ajar yang mencakup dua aspek yaitu, nilai pre tes dan nilai post tes yang telah diraih oleh peserta didik. Untuk mengetahui adanya penguasaan konsep tentang materi sebelum mempelajari modul pengembangan siswa diberi pre tes (tes awal). Dari pre tes tersebut telah diperoleh hasil bahwa, peserta didik yang mengikuti tes nilainya masih dibawah KKM. Hal ini dapat di tunjukan dari hasil rata – rata nilai yang diperoleh adalah 6,29 Setelah siswa mempelajari materi modul hasil pengembangan, untuk mengetahui adanya penguasaan hasil belajar siswa, maka perlu diadakan pos tes. Dari hasil pos tes telah diperoleh hasil bahwa banyaknya peserta didik yang tuntas adalah 9 siswa dari 12 siswa dengan nilai ratarata 8,33. Dari penguasaan bahan ajar yang terdapat pada kriteria diatas terlihat bahwa peserta didik telah memenuhi standart ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan, sehingga modul pembelajaran tersebut dikatakan efektif apabila hasil tes penguasaan bahan ajar telah mencapai KKM. Berdasarkan hasil analisis nilai pretes dan postes yang telah dilaksanakan, telah didapatkan nilai rata-rata pretes yaitu 6,29 dan nilai rata-rata postes siswa adalah
Mujiati, Pengembangan Modul, 396
8,33. Dari kenaikan nilai rata-rata yang diperoleh peserta didik tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa siswa dalam mempelajari materi yang terdapat pada modul pembelajaran ini cukup meningkat. Data hasil uji coba dari pre tes dan pos tes dari dua belas siswa kelas XI akutansi-4 yang sedang melaksanakn program prakerin di dunia kerja terhadap produk pengembangan PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa Modul bercirikan Work-Based Learning dikatakan Valid, praktis dan efektif karena, a) materi yang terdapat pada modul mengorientasikan siswa kepada masalah outentik yang dihadapi siswa dalam bidang pekerjaan. b) Materi pada modul dapat membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, mengembangkan ketrampilan intelektual dan mereka belajar berbagai peran orang dewasa/karyawan dengan terlibat dalam pengalaman nyata. c) Siswa dituntut untuk menganalisis dan mengidentifikasi masalah, mengembangkanya, mengumpulkan dan menganalisis informasi, d) PembelajaranTerintegrasi dalam dunia kerja dan berpusat pada siswa, e) Mengajarkan kepada siswa
untuk mampu menerapkan apa yang mereka pelajari disekolah kedalam dunia kerja/usaha, f) Pembelajaran terjadi pada kelompok kecil. Pembelajaran berdasarkan masalah dan dapat dilaksanakan dengan cara bekerja sama satu dengan lainnya secara berpasangan serta bisa dilaksanakan di dunia kerja atau dirumah, g) Guru berperan sebagai tutor dan pembimbing, h) Masalah/soal yang terdapat dalam modul diformulasikan untuk memfokuskan dan merangsang pembelajaran, serta dapat digunakan untuk mengembangkan ketrampilan pemecahan masalah Hasil belajar siswa dengan menggunakan modul pengembangan ini dapat dikatakan meningkat karena secara langsung siswa dituntut untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh DU/DI baik melalui transaksi langsung atau secara administrasi hal ini merupakan implementasi dari materi yang dipelajari untuk diaplikasikan kedalam bidang pekerjaan. Saran Saran dalam pengembangan modul pembelajaran ini sebaiknya digunakan sebagai pendukung sumber belajar siswa yang sedang melaksanakan praktek kerja industri sehingga dapat membantu siswa dalam meningkatkan kompetensinya, pada saat berada di DU/DI.
DAFTAR RUJUKAN Boud and Solomon. (2001) 'Work-Based Learning: A New Higher Education?', Taylor & Francis Inc. An Introduction to Work basedLearning http://www.heacademy.ac.uk/assets/ps/documents/ practice_guides/practice_guides/ work_based_learning.pdf Bragg, D. and Hamm, R. (1996) in 'Linking College and Work: Exemplary Policies and Practices of Two-
Year College Work-Based Learning Programs'. An Introduction to Work based-Learning Dikbud, 1994. KONSEP SISTEM GANDA pada sekolah menengah kejuruan di Indonesia.Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Drektorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen pendidikan dan kebudayaan
397, KNPM V, Himpunan Matematika Indonesia, Juni 2013
Graham, S., Rhodes, G. & Shiel, G.(2006). Reflection through Work Based Learning. In Putting Work Based Learning intoPractice, ed. S. Roodhouse, M. Bowley & C. McKevitt. York: University Vocational Awards Council. Hamalik, O. 1991. Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan CBSA. Bandung: Penerbit C.V. Sinar Baru. Mbulu Joseph. 2001. Pengajaran Individual. Malang: Penerbit Yayasan Elang Mas. Moore, L. J. 2007. Ethical and organisational tensions for work-based learners. Journal of Workplace Learning 18, no. 3: 161-172. Rhodes, G. & Shiel, G. 2007. Meeting the needs of the workplace and the learner through work-based learning. Journal of Workplace Learning 18, no. 3: 173-187. Ruseffendi, E.T. 1979. Pengajaran Matematika Modern untuk Orang Tua
Murid, Guru dan SPG, Buku 1, 2, 3, dan 4. Bandung: Tarsito. Stephenson, J. 1998a. Supporting student autonomy in learning. In Capability and Quality In Higher Education, ed. J. Stephenson & M. Yorke. London: Kogan Page. Sharpe, R Benfield, G, Robert, G, Francis R (2006) The Under graduate experience of blanded learning. A review of Uk literature and research the Hight Education Academy. Paris, K.A & Mason, S.A (1995) Planning and implementingyouth expprerienteces ship and work-based Learning. Winconsin : Center on Education and work university of wiconsin Raelin .J.A 2008, Work-Based Learning , bridging knowledge an action in the woekpleace, new and revised Edition, San Fransisco : John willey and Sons