perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS INQUIRY LAB PADA MATERI SISTEM GERAK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI SMAN 1 MEJAYAN
Andrias Marstanto Setyo Pranoto1, Sajidan2 dan Baskoro Adi Prayitno3 1
Program Studi Magister Pendidikan Sains, FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta,57126, Indonesia
[email protected]
2
Program Studi Magister Pendidikan Sains, FKIP, Universitas Sebelas Maret Surakarta,57126, Indonesia
[email protected]
3
Program Studi Magister Pendidikan Sains, FKIP, Universitas Sebelas Maret Surakarta,57126, Indonesia
[email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengembangkan modul berbasis Inquiry Lab untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi sistem gerak, 2) menguji kelayakan modul berbasis Inquiry Lab untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi sistem gerak, 3) menguji keefektivan modul berbasis Inquiry Lab untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi sistem gerak di SMA Negeri 1 Mejayan. Pengembangan modul berbasis Inquiry Lab mengacu pada 9 langkah model Research and development (R&D) dari Borg and Gall (1983) meliputi: 1) penelitian dan pengumpulan data, 2) perencanaan, 3) pengembangan produk, 4) uji coba produk awal, 5) revisi produk I, 6) uji coba lapangan, 7) revisi produk II, 8) uji coba lapangan operasional, 9) revisi produk akhir. Analisis hasil penelitian menggunakan dua teknik yaitu deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif (suwastono, 2011). Hasil penelitian menunjukkan: a) Karakteristik Modul Biologi Inquiry Lab pada Materi Sistem Gerak yang dikembangkan menggunakan sintak Inquiry Lab, meliputi observasi, manipulasi, generalisasi, verifikasi dan aplikasi. Setiap kegiatan pembelajaran siswa di arahkan untuk menemukan konsep melalui aktivitas laboratorium, b) Kelayakan modul berbasis Inquiry Lab sebagai berikut: a) Uji validasi ahli materi 93,00% dengan kualifikasi sangat baik, b) Validasi ahli pengembangan desain 82,90% dengan kualifikasi sangat baik, c) Validasi ahli perangkat 95,70% dengan kualifikasi sangat baik, d) Uji kelompok kecil pengguna lapangan (guru dan siswa), validator praktisi (guru) 92,00% dengan kualifikasi sangat baik, e) Uji lapangan terbatas 83,82% dengan kualifikasi sangat baik. 3) Keefektifan Modul Biologi berbasis Inquiry Lab pada materi sistem gerak efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa karena menunjukkan adanya perbedaan hasil posttest antara kelas modul berbasis Inquiry Lab dan kelas modul sekolah dengan nilai Sig.=0.000 < α=0.05
Kata Kunci: Modul, Inquiry Lab, Hasil Belajar penalaran yang logis, sistematis, kritis, cermat, dan kreatif serta memiliki kompetensi Tantangan di era pengetahuan yang sikap yang baik dalam mengkomuni- kasikan semakin dinamis, berkembang, dan semakin gagasan dan memecahkan masalah. maju memerlukan sumber daya manusia yang Kemampuan-kemampuan yang membekali memiliki keterampilan intelektual tingkat intelektual peserta didik tersebut dapat tinggi Galbreath (1999) . Keterampilan melalui pendidikan. Pada era commit to dikembangkan user intelektual tinggi ditandai kemampuan pengetahuan, modal intelektual, khususnya
Pendahuluan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang meliputi standar isi, standar proses, kecakapan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking) merupakan kebutuhan sebagai tenaga standar kompetensi lulusan, standar pendidik kerja yang andal di abad 21(Snyder dan Snyder, dan tenaga kependidikan, standar sarana dan 2008). prasarana, standar pengelolaan, standar Pembelajaran sains pada hakikatnya terdiri pembiayaan dan standar penilaian diperoleh gap atas produk, proses, dan sikap yang menuntut antara skor ideal dan skor ketercapaian sebesar siswa melakukan penemuan dan pemecahan 12,78 %. Skor gap tersebut berasal dar beberapa masalah. Sains memiliki fungsi yang strategis komponen SNP yang memperoleh skor 1 dan 2. karena dapat dipergunakan untuk Komponen standar proses memiliki gap 2.77%. mengembangkan potensi dan kemampuanStandar proses berkaitan dengan aktifitas antara kemampuan siswa baik aspek kognitif, peserta didik dengan pendidik serta psikomotorik, maupun afektif (Mundilarto, lingkunganya selama proses pembelajaran. 2005). Hasil belajar merupakan salah satu Rendahnya standar proses dipengaruhi oleh tujuan proses pembelajaran. Merujuk pada kurang optimalnya proses pembelajaran yang Anderson & Krathwol (2010) menyatakan berlangsung di dalam kelas. bahwa hasil belajar mencakup tiga ranah yaitu Hasil wawancara dengan siswa kognitif, psikomotorik, dan afektif. menggunakan kuesioner diketahui bahwa guru Kemampuan intelektual siswa menjadi menggunakan metode ceramah, sehingga hal ini tolak ukur keberhasilan dalam proses menyebabkan kurangnya motivasi siswa untuk pembelajaran pada ranah kognitif. Ranah mengikuti pembelajaran Biologi. Permasalan kognitif memiliki enam indikator jenjang lain yang sering terjadi adalah kurangnya kognitif yaitu kemampuan mengingat perhatian siswa terhadap materi yang (remember), memahami (understand), disampaikan oleh guru. Hal ini karena siswa menerapkan (apply), menganalisis (analyze), mengalami kesulitan dalam mempelajari mengevaluasi (evaluation), dan mencipta materi-materi Biologi yang bersifat abstrak dan (create). Keterampilan motorik siswa menjadi siswa juga sering lupa terhadap materi yang tolak ukur keberhasilan dalam proses telah disampaikan oleh guru, sehingga hal ini pembelajaran pada ranah psikomotor. Ranah menjadi masalah yang serius bagi sekolah psikomotor terindikasi melalui lima indikator khususnya para guru yang mengajar disana. Hal meliputi pengenalan (initiation), manipulasi ini diperkuat dengan nilai mid semester siswa (manipulation), ketelitian (precision), artikulasi tahun pelajaran 2013/2014 yang dirangkum (articulation), dan naturalisasi (naturalization). pada Tabel 1.1 Sikap siswa menjadi tolak ukur keberhasilan Tabel 1.1 Ketuntasan Belajar Siswa Pada dalam proses pembelajaran pada ranah afektif. Materi Sistem Gerak Pada Manusia Tahun Ranah afektif terindikasi melalui lima kriteria Pelajaran 2013/2014 Kelas Jumlah Siswa Tuntas (%) Tidak Tuntas (%) meliputi sikap menerima (receive), memberikan XIIPA11 34 68 32 respon (respond), memberikan nilai (value), XIIPA2 35 64 36 konseptualisasi nilai (conseptualize value), dan XIIPA3 35 64 34 internalisasi nilai (internalize value). (Sumber: Dokumen SMA Negeri 1 Mejayan (Sungkono, 2013) 2014) Tinggi rendahnya kemampuan siswa berpengaruh terhadap hasil belajar. Hal ini Berdasarkan analisis buku ajar di sekolah senada dengan penelitian yang dilakukan oleh SMA Negeri 1 Mejayan diperoleh aspek pada Nursanti (2014) bahwa Inquiry Lab dapat indikator hasil belajar yang mencakup tiga meningkatkan hasil belajar peserta didik. ranah hasil belajar yaitu ranah pengetahuan, berdasarkan hasil Ujian Nasional (UN) sikap, dan keterampilan. Ranah pengetahuan 2013/2014 menunjukkan persentase penguasaan menunjukan sebesar 18.51%, sikap sebesar soal materi sistem gerak manusia SMA Negeri 22.22%, dan ranah keterampilan sebesar 1 Mejayan baru mencapai 49,09, untuk tingkat 11.11%. Dapat disimpulkan bahwa buku ajar Kota nilainya 55,95, dan untuk tingkat provinsi yang digunakan disekolah SMA Negeri 1 33,97, (BSNP, 2013). Mejayan yang menggunakan indikator hasil commit to belajar user Hasil observasi analisis 8 Standar Nasional belum optimal meningkatkan hasil Pendidikan (SNP) di SMA Negeri 1 Mejayan belajar siswa
2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(1983) dengan tahapan sebagai berikut: 1) penelitian dan pengumpulan data, 2) perencanaan, 3) pengembangan produk awal, 4) uji coba lapangan awal, 5) revisi produk I, 6) uji coba lapangan utama, 7) revisi produk II, 8) uji lapangan operasional, 9) revisi akhir, 10) penyebaran dan implementasi. Dalam penelitian ini dapat menggunakan sampel yang tidak terlalu besar dan diperbolehkan mengembangkan sampai tahapan tertentu sesuai dengan kebutuhan peneliti (Emzir, 2012). Studi lapangan dilakukan melalui observasi di SMA Negeri 1 Mejayan untuk mengetahui kondisi buku dan modul yang biologi yang digunakan dan informasi tentang materi yang sulit diserap siswa. Informasi terkait buku dan modul yang diperoleh mencakup isinya terdiri dari tujuan, materi, kegiatan, dan soal evaluasi. Analisis buku dan modul di SMA Negeri 1 Mejayan dilakukan dengan cara menilai kesesuaian isi dengan indikator pembelajaran yang dikembangkan dari aspek Inquiry Lab dan dimensi pengetahuan melalui wawancara dengan guru, pemberian angket pendapat siswa. Subyek uji coba awal dilakukan oleh masing-masing satu orang ahli materi, ahli pengembang desain, Ahli perangkat. Data hasil uji validasi ahli berupa data kualitatif yang kemudian dianalisis secara deskriptif untuk dasar revisi draft modul. Kriteria penilaian dari Depdiknas (2008). Tahap pengembangan modul awal berfokus pada kesesuaian karakteristik modul. Pengembangan modul memperhatikan model Inquiry Lab dan hasil belajar dilanjutkan dengan penentuan desain. Draft modul dilengkapi dengan perangkat pembelajaran yang mencakup silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan instrumen penilaian yang mengacu pada aspek model Inquiry Lab. Tahap uji coba lapangan awal validasi dilakukan oleh validator ahli materi modul, ahli validasi pengembangan desain, dan ahli perangkat pembelajaran. Hasil uji validasi ahli dianalisis secara deskriptif kualitatif untuk data pendapat dan saran serta deskriptif kuantitatif untuk analisis dapat dilihat ditabel 1. Tahap uji coba lapangan terbatas Metode Penelitian dilakukan sebelum modul digunakan dalam Model penelitian dan pengembangan skala lebih luas. Uji coba lapangan terbatas (Research & Development) yang diterapkan oleh validasi perorangan praktisi commit to dilakukan user mengacu pada tahapan menurut Borg & Gall Pembelajaran berbasis inkuiri laboratorium menekankan pada aktivitas dalam membantu siswa belajar dan memahami proses dan keterampilan berpikir layaknya ilmuan dan memahami karakteristik penelitian ilmiah (Wenning, 2010 & Khan, et al., 2011). Model pembelajaran inkuiri laboratorium memiliki sejumlah langkah termasuk aktif mengidentifikasi suatu topik atau masalah, menghasilkan pertanyaan yang akan diteliti, menyelidiki masalah dengan melakukan penelitian yang relevan, berpikir kritis tentang masalah yang akan dipecahkan, menjawab pertanyaan yang diajukan, menarik kesimpulan dan merefleksikan pada proses penyelidikan (Vajoczki, S. et al., 2011). Modul merupakan solusi untuk permasalahan bahan ajar di SMA Negeri 1 Mejayan karena memuat serangkaian kegiatan sistematis yang dapat dipelajari melalui instruksi dan praktek yang dirancang secara khusus. Modul yang berpotensi dapat meningkatkan hasil belajar adalah modul yang dilengkapi dengan rangkaian kegiatan siswa untuk memecahkan permasalahan berdasarkan fakta yang ditemukan untuk mendapatkan pemahaman konseptual, salah satunya yang mengintegrasikan aktifitas pembelajaran pembelajaran ke dalam modul (Rusche & Jason, 2011). Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh swiden (2013), Mundilarto (2010) menunjukan bahwa model pembelajaran Inquiry Lab dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar peserta didik, serta hasil penelitian Adam (2011) dan Tajudin (2013). menunjukan bahwa model pembelajaran Inquiry Lab dapat meningkatkan hasil belajar dan pemahaman sains peserta didik. Penelitian ini bertujuan: 1) Menyusun produk pengembangan modul Biologi berbasis Inquiry Lab materi Sistem Gerak manusia; 2) Mengetahui kelayakan modul Biologi berbasis Inquiry Lab materi Sistem Gerak manusia; 3) Mengetahui efektivitas modul Biologi berbasis Inquiry Lab materi Sistem Gerak manusia terhadap kemampuan hasil belajar.
3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pendidikan (guru Biologi) dan uji kelompok kecil (peserta didik).
Gerak untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Tahap penelitian dan pengumpulan data dalam pengembangan modul berbasis Inquiry Lab untuk meningkatkan hasil belajar mencakup beberapa tahap meliputi studi pustaka, studi lapangan, dan analisis kebutuhan. Studi pustaka yang dilakukan meliputi modul, model pembelajaran Inquiry Lab, modul berbasis Inquiry Lab dan hasil belajar. Studi lapangan yang dilakukan meliputi kegiatan observasi, wawancara dan pemberian angket. Tahap wawancara ditujukan kepada peserta didik dan guru mata pelajaran Biologi, sedangkan angket penguasaan kelompok materi Biologi dan observasi awal kemampuan berpikir kritis ditujukan kepada peserta didik. Hasil observasi awal hasil belajar pada peserta didik di SMA Negeri 1 Mejayan dapat dilihat di Tabel 3.
Tabel 1. Pengambilan Keputusan Revisi (Suwastono, 2011) Tingkat Kualifikasi Keterangan Pencapaian 81-100 Sangat Baik Tidak Perlu 61-80 Baik Direvisi 41-60 Cukup Tidak Perlu 21-40 Kurang Baik Direvisi 0-20 Sangat Kurang Direvisi Direvisi Direvisi
Tahap uji coba lapangan terbatas dilakukan sebelum modul digunakan dalam skala lebih luas. Uji coba lapangan terbatas dilakukan oleh validasi perorangan praktisi pendidikan (guru Biologi) dan uji kelompok kecil (peserta didik). Uji lapangan operasional dilakukan untuk mengetahui keefektivitasan produk berupa modul yang dibuat yaitu modul berbasis Inquiry Lab kelas pada materi Sistem Gerak yang diterapkan dalam kuasi eksperimen dengan penjelasan (Sugiyono, 2013) sebagai berikut :
Tabel 3. hasil belajar siswa Kelas XIIPA1 XIIPA2 XIIPA3
Pretes
Perlakuan
Postes
Kelas Modul Inquiry lab
O1
X1
O2
O3
X2
O4
Kelas Modul Sekolah
Tuntas (%) 68 64 64
Tidak Tuntas (%) 32 36 34
Berdasarkan Tabel 3 hasil belajar siswa menunjukan bahwa Berdasarkan hasil nilai MID semester SMA Negeri 1 Mejayan didapatkan data bahwa hasil belajar peserta didik masih rendah, dari 34 peserta didik, hasil belajar siswa hanya sebesar 68% yang mencapai KKM 77 dari hasil belajar siswa masih rendah karena 32% hasil belajar siswa masih dibawah KKM. Hasil observasi analisis 8 Standar Nasional Pendidikan (SNP) di SMA Negeri 1 Mejayan yang meliputi standar isi, standar proses, standar kompetisi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan dan standar penilaian dapat dilihat di gambar 1
Tabel 2 Desain Penelitian“Pretest-Postes Nonequivalent Control Group Desaign”( sugiyono, 2013) Kelompok
Jumlah Siswa 34 35 35
Keterangan: O1 : pelaksanaan pretes kelas perlakuan O2 : pelaksanaan postes kelas perlakuan X1 : pembelajaran dengan modul Inquiry Lab X2 : pembelajaran tanpa modul Inquiry Lab O3 : pelaksanaan pretest kelas kontrol O4 : pelaksanaan ppostest kelas kontrol
Gambar 1. Skor Implementasi 8 SNP di SMA Negeri 1 Mejayan
Hasil Penelitian dan Pembahasan a. Karakteristik Modul Inquiry Lab untuk meningkatkan Hasil Belajar Hasil dari penelitian pengembangan yang telah dilaksanakan berupa modul pembelajaran biologi berbasis Inquiry Lab pada materi sistem commit to user
4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hasil 8 SNP menunjukkan adanya ketercapaian sebesar 2,78 %. Skor gap tersebut berasal dari beberapa komponen SNP yang memperoleh skor 1 dan 2. Komponen standar proses memiliki gap 2.77%. Standar proses berkaitan dengan aktifitas antara peserta didik dengan pendidik serta lingkunganya selama proses pembelajaran. Rendahnya standar proses dipengaruhi oleh kurang optimalnya proses pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas. Hasil persentase observasi pembelajaran biologi menunjukan bahwa komponen guru menduduki persentase paling rendah yaitu 58.25%, sedangkan persentase paling tinggi komponen lingkungan yaitu 81%. Presentase setiap komponen dapat di lihat di Tabel 4.
Depdiknas (2008), yang mengemukakan bahwa Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 mengatur tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru, yaitu bagi guru pada satuan pendidikan jenjang SMA, baik dalam tuntutan kompetensi pedagogik maupun profesional berkaitan erat dengan kemampuan guru dalam mengembangkan sumber belajar dan bahan ajar. Hasil pemberian angket pendapat secara umum guru peserta didik adalah belajar dengan cara hafalan, metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru cenderung menggunakan metode ceramah, diskusi, dan tanya jawab, peserta didik tidak diwajibkan memiliki buku wajib pelajaran biologi, modul yang digunakan disekolah biasa dan kurang lengkap dan soal yang digunakan hanya sebatas C1-C3. Hasil analisis Ujian Nasional (UN) Tahun Ajaran 2013/2014 pada materi Sistem Gerak khususnya, rata- rata skor yang diperoleh peserta didik SMA Negeri 1 Mejayan adalah 49,09, untuk tingkat Kota nilainya 55,95, dan untuk tingkat provinsi 33,97. (BSNP, 2013).
Tabel 4. Persentase Lembar Observasi Pembelajaran Biologi SMAN 1 Mejayan Komponen
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Peserta didik Keterampilan guru Materi Guru Pengelolaan Kelas Saran Lingkungan
Ratarata (%) 2.55 2.85 2.83 2.33 2.83 3.08 3.24
Persentase
63.75 71.25 70.75 58.25 70.75 77 81
100 SKOR UN
No.
80 60
49,09
55,95 52,23
40 Hasil wawancara dengan guru dan 20 siswa terkait proses pembelajaran biologi adalah model atau metode yang digunakan 0 guru dalam proses pembelajaran masih metode SMA Negeri Tingkat Tingkat ceramah yang diselingi diskusi dan tanya 1 Mejayan Kabupaten Provinsi jawab. Respon peserta didik terhadap model Madiun atau pembelajaran yang digunakan peserta didik Gambar 2. Histogram Persentase Hasil UN kurang aktif, tidak memperhatikan, dan bosan. 2013/2014 SMA Negeri 1 Mejayan Bahan ajar yang digunakan kurang menarik 1. Analisis kebutuhan yang dilakukan perhatian peserta didik karena gambar tidak meliputi analisis bahan ajar. Hasil analisis menarik dan tidak jelas, materi sangat sedikit bahan ajar di SMA Negeri 1 Mejayan dan tidak kompleks, tidak ada kegiatan dalam khususnya KD “Sistem Gerak” menunjukan modul dan belum mengarahkan peserta didik bahwa isi buku hanya berisi kumpulan materi untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal. dan latihan soal-soal yang kurang Triyanto (2009), mengemukakan bahwa meningkatkan hasil belajar materi sistem pembelajaran yang bermakna tidak akan gerak manusia diperoleh 18,51 untuk terwujud jika siswa hanya mendengarkan indikator pengetahuan, Sikap sebesar 22,22 ceramah dari guru. Guru biasanya menggunakan modul dan buku ajar yang dan keterampilan sebesar 11,11.dapat dilihat berasal dari pasaran. Menurut Sungkono ditabel 5. (2003), salah satu kompetensi yang perlu Dari hasil analisi diatas bahwa mproses dimiliki seorang guru dalam melaksanakan pembelajaran yang digunakan oleh guru biologi tugasnya adalah mengembangkan bahan commit ajar. to di userSMA Negeri 1 Wera belum optimal Hal tersebut diperkuat oleh pernyataan meningkatkan hasil belajar siswa.
5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dibandingkan pembelajaran konvensional, karena menggunakan modul siswa dapat belajar secara mandiri, sehingga siswa dapat mengembangkan langkah, kebutuhan, dan kemampuan dalam belajar yang berpengaruh pada hasil belajar siswa di kelas yang diterapkan pembelajaran menggunakan modul sebagai bahan ajar siswa.
Data yang diperoleh pada tahap uji lapangan operasional meliputi data keterlaksanaan sintaks inkuiri terbimbing dan hasil belajar siswa. Hasil keterlaksanaan sintaks inkuiri terbimbing dan hasil belajar siswa secara rinci sebagai berikut. Tabel.5.Keterlaksanaan sintak Inquiry Lab Keterlaksanaan Sintaks Inkuiri Terbimbing Sub materi Rata-rata
Tulang (%)
76.70
Sendi (%)
77.14
Otot (%)
b. Kelayakan Modul Berbasis Inquiry Lab untuk Meningkatkan Hasil Belajar
75.71
Tahap perencanaan disusun berdasarkan hasil tahap penelitian dan Berdasarkan Tabel di atas menunjukkan pengumpulan informasi. Tahap perencanaan bahwa keterlaksanaan sintaks Inquiry Lab pada digunakan sebagai dasar penyiapan rancangan setiap sub materi ajar terjadi sedikit penurunan, awal penyusunan modul berbasis Inquiry Lab diduga siswa mulai jenuh dengan pembelajaran dan menyiapkan prosedur penelitian untuk uji yang menggunakan modul berbasis Inquiry kelayakan produk. Kegiatan yang dilakukan Lab, karena siswa baru merasakan proses pada tahap perencanaan yaitu menyusun pembelajaran Biologi menggunakan modul dan matriks, menentukan format modul berbasis model Inquiry Lab. Inquiry Lab, melakukan analisis kurikulum, Sedangkan hasil belajar kognitif dilihat menyusun tujuan pembelajaran, menentukan pada tabel 6: format perangkat pembelajaran yang Tabel.6. Hasil Pengetahuan Siswa digunakan, dan menentukan prosedur Kelas Renta Nilai Nilai RataStanda pengembangan modul ajar. Indikator hasil ng minim maksi rata r belajar. um mum Devias Hasil pengembangan draft awal modul i Pretes 30 36 66 53,12 7,69 terdiri dari modul siswa dan modul guru. Untuk XI IPA spesifikasi modul siswa yang dikembangkan 1 meliputi judul, karateristik modul berbasis Postes 26 60 86 72,76 5,81 Inquiry Lab, pedoman penggunaan modul XI IPA 1 siswa, kegiatan pembelajaran yang berisi materi pembelajaran sistem gerak yang disesuaikan Pretes 43 30 73 55,11 9,94 dengan sintaks Inquiry Lab, rangkuman materi, XI IPA latihan soal tiap bab, uji kompetensi akhir, 2 lembar penilaian diri, kunci jawaban, daftar Postes 33 43 76 60,82 7,73 XI IPA pustaka dan glosarium. 2 Hasil validasi ahli materi modul siswa diperoleh nilai rata-rata tiap aspek sebesar 93.00% menunjukkan kualifikasi sangat baik Berdasarkan Tabel diatas menunjukkan bahwa dan dinyatakan tidak perlu direvisi. Menurut kelas XI IPA 1 (kelas kontrol) memperoleh Mehrens (1984), strategi diartikan sebagai rata-rata pretes yang rendah dibandingkan kelas strategi yang mengacu kepada cara untuk XI IPA 2 (kelas eksperimen). Kesimpulkan membuat urutan dan mensintesis fakta, bahwa kelas yang menggunakan model konsep, prosedur, dan prinsip-prinsip yang pembelajaran Inquiry Lab memperoleh rata-rata berkaitan. pretes yang tinggi dibandingkan kelas yang Hasil validasi ahli pengembangan desain menggunakan modul sekolah dan rata-rata dan keterbacaan modul guru dan modul siswa postes lebih tinggi kelas XI MIA 2 (kelas diperoleh nilai rata-rata sebesar 82.90% yang eksperimen). menunjukkan kualifikasi sangat baik. Hal Ali (2007:135) menyatakan bahwa commit to tersebut user sesuai dengan pendapat Prastowo pembelajaran menggunakan modul lebih efektif (2012), mengemukakan bahwa gambar-gambar
6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan hasil data di samping dapat dilihat adanya peningkatan hasil belajar siswa setelah pembelajaran pada kelas pelakuan lebih tinggi dari kelas modul sekolah. Nilai standar deviasi yang cukup besar (dari mean/rata-rata) menunjukkan adanya variasi yang cukup besar, begitu pula sebaliknya (Santoso, 2012). Kelas perlakuan nilai tertinggi pre-test 66 dan nilai terendah pre-test 36 dari nilai maksimal 100 sehingga memiliki rata-rata 72 dan standar deviasi 7, nilai tertinggi post-test 90 dan nilai terendah post-test 65 dari nilai maksimal 100 sehingga memiliki rata-rata 76 dan standar deviasi 6. Kontrol memiliki nilai tertinggi pretest 73 dan nilai terendah pre-test 43 dari nilai maksimal 100 dan memiliki rata-rata 60, standar deviasi 9, nilai tertinggi post-tes 76 dan terendah 43 dari nilai maksimal 100 sehingga memiliki rata-rata 60 dan standar deviasi Hal itu berarti bahwa rata-rata post-test yang tinggi pada kelas perlakuan dan standar deviasi yang mengindikasikan sebaran nilai siswa mendekati nilai rata-rata sehingga scaffolding yang diharapkan terlaksana.
yang dapat mendukung dan memperjelas isi materi sangat dibutuhkan karena selain memperjelas uraian materi, gambar atau simbol juga dapat menambah daya tarik, serta mengurangi kebosanan peserta didik untuk mempelajari modul. Hasil validasi ahli perangkat pembelajaran diperoleh rata-rata semua aspek sebesar 95.70% yang menunjukkan kualifikasi sangat baik dan dinyatakan tidak perlu melakukan revisi. Berdasarkan hasil validasi ahli perangkat pembelajaran dan evaluasi modul guru dan modul siswa dapat disimpulkan bahwa tidak diperlukan revisi. Namun ada beberapa saran dari ahli seperti penyebaran soal di ratakan, latihan soal dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari. Hasil validasi guru diperoleh rata-rata sebesar 92.00% menunjukkan kualifikasi sangat baik dan tidak perlu direvisi. Hasil uji kelompok kecil diperoleh rata-rata semua capaian sebesar 83.82% menunjukkan kualifikasi baik dan tidak perlu direvisi. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Prastowo (2012), mengemukakan bahwa gambar-gambar yang dapat mendukung dan memperjelas isi materi sangat dibutuhkan karena selain memperjelas uraian materi, gambar atau simbol juga dapat menambah daya tarik, serta mengurangi kebosanan peserta didik untuk mempelajari modul. Ciri-ciri modul yang dianggap layak menurut Santyasa (2009), antara lain: 1) Didahului oleh pernyataan sasaran belajar; 2) Pengetahuan disusun sedemikian rupa, sehingga dapat menggiring partisipasi peserta didik secara aktif; 3) Memuat sistem penilaian berdasarkan penguasaan; 4) Memuat semua unsur bahan pelajaran dan semua tugas pelajaran; 5) Memberi peluang bagi perbedaan antar individu peserta didik; dan 6) Mengarah pada suatu tujuan belajar tuntas.
Tabel 6. Hasil deskritif Statistik nilai pretest dan postest kelas XI IPA 1 Dan IPA Kelas
Renta ng
Nilai minim um
Nilai maksi mum
Ratarata
Standar Deviasi
Pretes XI IPA 1 Postes XI IPA 1
30
36
66
53,12
7,69
26
60
86
72,76
5,81
Pretes XI IPA 2 Postes XI IPA 2
43
30
73
55,11
9,94
33
43
76
60,82
7,73
Berdasarkan hasil data kemampuan berpikir kritis siswa dapat digunakan untuk mengetahui keefektifan pembelajaran menggunakan modul biologi berbasis inquiry Lab dengan perhitungan mennggunakan program SPSS 20 yang diawali oleh uji normalitas dan uji homogenitas. c. Keefektivan Modul Berbasis Inquiry Lab Berdasarkan ringkasan mengenai hasil untuk Meningkatkan Hasil Belajar nilai kemampuan berpikir kritis siswa diketahui bahwa normalitas data yang diuji menggunakan Berdasarkan uji deskriptif statistik lelas Kolmogorov-Smirnov diperoleh taraf signifikasi yang menggunakan modul berbasis Inquiry Lab pre-test sebesar 0,174 dan post-test 0,022 untuk memperoleh rata-rata pretes dan postes yang nilai Kelas perlakuan dan diperoleh taraf tinggi dibandingkan kelas yang menggunakan signifikasi sebesar pre-test 0,200 dan post-test commit to 0,133 user untuk kelas modul sekolah, dan kedua modul sekolah dapat dilihat di Tabel 6.
7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
nilai pre-test dan Post-test Kelas perlakuanKelas kontrol lebih besar dari α=0,05, sehingga H0 diterima dan mempunyai arti nilai Kelas Modul-Kelas kontrol berdistribusi normal. Berdasarkan hasil uji homogenitas dengan taraf signifikasi sebesar pre-test 0,195 dan post-test 0,143 keduanya lebih besar dari α =0,05, sehingga H0 diterima yang berarti variasi setiap sampel homogen. perhitungan diperoleh hasil pre-test = 0,585 > α =0,05, sehingga H0 diterima. Data menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pre-test Kelas perlakuan dengan pre-test modul sekolah artinya kemampuan kedua kelas setara, dan perhitungan diperoleh hasil pre-test = 0,000 < α =0,05, sehingga H0 ditolak. Data menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara post-test Kelas perlakuan dengan kelas modul sekolah dengan rata-rata post-test kelas modul lebih tinggi berarti modul berbasis Inquiry Lab efektif untuk meningkatkan kemampuan menganalisis siswa. Ali (2007:135) menyatakan bahwa pembelajaran menggunakan modul lebih efektif dibandingkan pembelajaran konvensional, karena menggunakan modul siswa dapat belajar secara mandiri, sehingga siswa dapat mengembangkan langkah, kebutuhan, dan kemampuan dalam belajar yang berpengaruh pada hasil belajar siswa di kelas yang diterapkan pembelajaran menggunakan modul sebagai bahan ajar siswa.
eksperimen Kelas kontrol
Tabel 7. Uji Anacova Variabel
F
Kelas 50,22 eksperime n, kontrol
Taraf signifik asi 0.000 (sig < 0.05)
Partial eta Squared
Keputusan
0.432
H0 ditolak
Hasil estimasi parameter menunjukan bahwa kelas kontrol yang tidak menggunakan modul berbasis Inquiry Lab mendapatkan nilai postest yang lebih rendah 11,93 dibanding kelas modul sekolah (Tabel 7). Tabel 8. Parameter Estimasi Kelas Eksperimen Nilai Rata-rata postest Estimasi
Kelas Kelas eksperimen Kelas kontrol Kelas
Hasil 71,70 61,04 11,93
Sig -commit 0,00(<0,05)
to user
8
0,00
-
Berdasarkan hasil uji coba lapangan operasional menunjukan bahwa kelas yang menggunakan modul berbasis Inquiry Lab efektif melatihkan kemampuan berpikir kritis peserta didik sebesar 51,7% dibandingkan kelas modul sekolah. Menggunakan pembelajaran berbasis Inquiry Lab siswa dapat meningkatkan hasil belajar. Pernyataan ini sejalan dengan penelitian Berkmen, (2014) dalam yang menyatakan siswa terlibat dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa di dalam kursus laboratorium saat mereka memiliki kesempatan untuk merancang dan melakukan inquiry berbasis eksperimen yang dapat menghasilkan suatu hasil yang baru. Sejalan dengan penelitian Nuangchalerm dan Thammasena (2009) yang menyatakan bahwa kegiatan pembelajaran berbasis penyelidikan dapat dipromosikan siswa baik dari segi kognitif, analitis, berpikir, dan kepuasan belajar. Harus disarankan untuk persiapan pedagogis dan memasukkan ke dalam kurikulum sains. Pembelajaran dengan berbasis Inquiry Lab dapat membuat siswa lebih aktif dalam pembelajaran di kelas, sejalan dengan penelitian dari Hanson (2000) yang menyatakan penting, ditemukan bahwa siswa dalam kelompok inkuiri yang memiliki pengalaman dalam mengajukan pertanyaan di laboratorium kimia mengungguli kelompok kontrol dalam kemampuan mereka baik pertanyaan maupun lebih banyak lagi. Pembelajaran dengan berbasis Inquiry Lab lebih menyenangkan, sejalan dengan penelitian Prasart, (2013) menyatakan bahwa pembelajaran laboratorium lebih menarik dan menyenangkan serta dapat meningkatkan penilaian siswa. Pembelajaran menggunakan berbasis Inquiry Lab dapat menghubungkan antara teori dan eksperimen. Sejalan dengan penelitian dari Waters (2012) yang menyatakan bahwa inkuiri berbasis labolatorium dapat membuat siswa menjembatani kesenjangan antara teori dan praktek, menggambarkan materi yang diajarkan di kuliah, meningkatkan antusiasme dan mendorong sikap ilmiah, dan untuk mengembangkan keterampilan observasi, penalaran dan berpikir kritis.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Borg, W.R., Gall, M.D. 1983. Educational Research an Introduction (Revision Edition). USA: Von Hoffman Press.
Kesimpulan Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian dan pengembangan modul berbasis Inquiry Lab pada materi Sistem Gerak adalah: Produk modul berbasis Inquiry Lab untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis pada materi sistem gerak kelas XI SMA Negeri 1 Mejayan dikembangkan sesuai prosedur pengembangan Borg and Gall yang dimodifikasi menjadi 9 tahapan, dengan menggunakan sintaks Inquiry Lab dan indikator berpikir kritis Fascione Karakteristik Modul
BSNP. 2013. Laporan Hasil Ujian Nasional. Jakarta: Puslitbang Kemdikbud. Depdiknas. 2008.Standar Penilaian Buku Pelajaran Sains. Jakarta: Pusat Perbukuan.
Emzir. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kualitatif dan Kuantitatif. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Biologi Inquiry Lab pada Materi Sistem Gerak yang dikembangkan menggunakan sintak Inquiry Lab meliputi observasi, manipulasi, generalisasi, verifikasi dan aplikasi serta enam aspek berpikir kritis yaitu Interprestasi, analisis, evaluasi, kesimpulan, penjelasan dan pengaturan diri. Setiap kegiatan pembelajaran siswa di arahkan untuk menemukan konsep melalui aktivitas laboratorium yang divisualisasikan pada tujuan, materi, kegiatan, dan soal evaluasi.
Gagne, R. 1980. Learnabel Aspects of Human Thinking. New York: The Eric Science, Mathematics and Environmental Education Clearing House . Galbreath, J. 1999. Preparing the 21st Century Worker : The Link Between Computer Based Technology and Future Skill Sets. Educational Technology, 39 (6): 4-22. Hanson, D., Wolfskill, T. 2000. Process WorkshopA New Model for Instruction. Journal of Chemical Educatiuon, 75(1) : 120-130.
Kelayakan modul berbasis Inquiry Lab untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis pada materi sistem gerak kelas XI SMA Negeri 1 Mejayan telah diuji melalui uji validasi ahli, validasi praktisi pendidikan, uji kelompok kecil dan uji lapangan operasional berkualifikasi baik sampai dengan sangat baik. Modul berbasis Inquiry Lab efektif untuk memberdayakan kemampuan berpikir kritis pada materi ajar sistem Gerak dibandingkan kelas yang menggunakan modul sekolah kelas XI SMA Negeri 1 Mejayan karena menunjukkan nilai postes dengan nilai sig = 0.0000 < α 0.05
Johnson, L., Adams, S. 2011. Inquiry Lab: The Report from the Implementation Project. Texas: The New Media Consortium. Johnson, L., Smith, R., Smythe, J., et al. Johnson, L., Smith, R., Smythe, J., et al. 2009. Challenge-Based Learning: An Approach for Our Time. Austin, Texas: The New Media Consortium. Prasart Nuangchalerm dan Benjaporn Thammasena (2009). Cognitive Development, Analytical Thinking and Learning Satisfaction of Second Grade Students Learned through Inquiry-Based Learning Prastowo. 2012. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta: Diva Press.
Daftar Pustaka Ali, Muhammad. 2007. Guru dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung : Percetakan Sinar Baru
Ricketts, J.C., Rudd, R.D. 2005. Critical Thinking Skills Of Selected Youth Leaders: The Efficacy Of Critical Thinking Dispositions, Leadership, And Academic Performance. Journal of Agricultural Education, 46, ( 1).
Berkmen, M.B., Murthy, C.A., and Broulidakis, M.P.. (2014) An Inquiry-Based Laboratory Module to Promote Understanding of the Scientific Method and Bacterial Conjugation.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.
commit to Santyasa, user
I.W. 2009. Metologi Penelitian Pengembangan dan Teori Pengembangan
9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Modul. Makalah disajikan dalam penelitian bagi SD, SMP, SMA, dan SMK di Kecamatan Nusa Penida Kabupaten Klungkung, 12-14 Januari 2009. Suryadi.
2005. Penggunaan Pendekatan Pembelajaran Tidak Langsung Serta Pendekatan Gabungan Langsung dan Tidak Langsung dalam Rangka meningkatkan Kemampuan Berpikir Matematika Tingkat Tinggi Siswa SLTP. Tesis tidak diterbitkan. Bandung :SPS UPI.
Snyder, L.G., Snyder. M.J. 2008. Teaching Critical Thinking and Problem Solving Skills. The Delta Epselon Journal, 50 ( 2): 90-99. Stobaugh, R. 2013. Assessing Critical Thinking in Elementary School Meeting the Common Core. New York: Routledge. Swiden, C.L. 2013. Effects Of Inquiry Lab On Student Motivation And Achievement. Montana : Montana State University Vajoczki, S., Watt, S., Vine, M.M., Liao, Xueqing (Rose). 2011. Inquiry Learning : Level, Discipline, Class Size, What Matters?. International Journal for the Scholarship of Teacing and Learning. Volume 5(1).
Waters, Norman C. (2012) The Advantages of Inquiry-Based Laboratory Exercises within the Life Sciences. Wenning, 2010 & Khan 2011. “Sample Learning Sequences Based on The Levels of Inquiry Model of Science Teaching.
commit to user
10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
11
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. rer. nat Sajidan, M.Si.
Dr. Baskoro Adi Prayitno, M.Pd.
NIP 196604151991031002
NIP.19770125 200801 1 008
Reviewer
Dr. Baskoro Adi Prayitno, M.Pd. NIP.19770125 200801 1 008
commit to user
12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. rer. nat Sajidan, M.Si. NIP 19660415 199103 1 002
Dr. Baskoro Adi Prayitno, M.Pd. NIP.19770125 200801 1 008
Kepala Program Studi Magister Pendidikan Sains FKIP UNS
Dr. Mohammad Masykuri, M.Si. NIP.19681124 199403 1 001
commit to user
13