PENGEMBANGAN MODEL TES KETERAMPILAN BOLABASKET UNTUK ANAK SEKOLAH DASAR
Apta Mylsidayu*)
Abstrak:
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model tes keterampilan bolabasket yang sudah ada untuk anak sekolah dasar, kemudian dapat digunakan sebagai pedoman dalam pembibitan olahraga bolabasket untuk anak sekolah dasar. Pengembangan model tes keterampilan bolabasket berdasarkan tes bolabasket STO, Lehten, AAHPER, dan Johnson yang telah digunakan oleh peneliti-peneliti lain. Penelitian ini diawali dengan pembuatan draf model, validasi model oleh para ahli. Tahap selanjutnya adalah ujicoba skala kecil berjumlah 80 siswa dan uji coba skala besar berjumlah 321 siswa. Uji coba skala kecil dilakukan ditiga sekolah. Uji skala besar dilaksanakan dienam sekolah. Validitas menggunakan face validity dan reliabilitas menggunakan test retest dengan hasil reliabilitas shoot 0,435, passing 0,807, dribble satu 0,652, dan dribble dua 0,518. Hasil penelitian dan pengembangan berupa model tes keterampilan bolabasket untuk anak sekolah dasar. Model tes keterampilan yang disusun dinyatakan layak karena data normal dan homogen. Hasil pengembangan model tes keterampilan bolabasket untuk anak sekolah dasar digunakan untuk pedoman dalam pembibitan dan sebagai pedoman guru olahraga dalam pemberian nilai pelajaran bolabasket di sekolah dasar yakni pada kelas V dan VI.
Kata kunci: model tes keterampilan bolabasket, anak sekolah dasar (usia 10-12 tahun)
PENDAHULUAN Pendidikan jasmani yang dilaksanakan di sekolah dasar berorientasi pada kurikulum berbasis kompetensi (KBK) guna mewujudkan peningkatan mutu dan relevansi secara meyeluruh. Adapun beberapa alasan mengapa kurikulum berbasis kompetensi menjadi pilihan dalam upaya perbaikan kondisi pendidikan di tanah air ini, diantaranya (Depdiknas, 2003: 1): (1) potensi siswa berbeda-beda, dan potensi tersebut akan berkembang jika stimulusnya tepat, (2) mutu hasil pendidikan yang masih rendah serta mengabaikan aspek-aspek moral, akhlak, budi pekerti, seni dan olahraga, serta life skill, (3) persaingan global sehingga menyebabkan siswa/anak yang mampu akan berhasil/eksis, dan yang kurang mampu akan gagal, (4) persaingan pada kemampuan sdm (sumber daya manusia) produk lembaga pendidikan, (5) persaingan terjadi pada lembaga pendidikan, sehingga perlu rumusan yang jelas mengenai standar kompetensi lulusan, yang selanjutnya standar kompetensi mata pelajaran perlu dijabarkan menjadi sejumlah kompetensi dasar. Salah satu materi yang tercantum dalam kurikulum 2004 berbasis kompetensi di sekolah dasar adalah permainan bolabasket yang diberikan di kelas V dan kelas VI (Depdiknas, 2003: 10). Tetapi, materi permainan bolabasket belum sepenuhnya diterapkan oleh guru olahraga sekolah dasar karena keterbatasan fasilitas seperti ring dan bolabasket. Cara penilaian dalam melaksanakan kurikulum berbasis kompetensi salah satunya adalah kemampuan gerak, sedangkan alat evaluasi (standar tes keterampilan) yang dipergunakan untuk penilaian kemampuan gerak olahraga bolabasket tersebut tidak dijelaskan secara tegas tentang pelaksanaan dan cara pemberian nilai. Penilaian masih didasarkan pada pengamatan guru sehingga unsur subjektivitas masih sangat dominan, sedangkan untuk melihat kemajuan hasil belajar penjas diperlukan pengukuran yang baik didukung instrumen yang baik pula. Adapun karakteristik anak sekolah dasar antara lain senang bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok, dan senang merasakan atau melakukan/memperagakan sesuatu secara langsung. Tetapi, masih banyaknya orang tua yang menekankan anaknya untuk belajar melalui bimbingan belajar atau les pelajaran setelah selesai sekolah sehingga anak tidak mempunyai waktu untuk bermain. Salah satu olahraga permainan beregu yang diajarkan pada mata pelajaran pendidikan jasmani di sekolah dasar adalah bolabasket. Bolabasket adalah salah satu olahraga popular di dunia
dan digemari oleh semua kalangan baik pria maupun wanita, usia tua ataupun muda. Semakin hari minat siswa sekolah dasar terhadap olahraga bolabasket semakin bertambah sehingga adanya pelajaran olahraga bolabasket di Sekolah Dasar memunculkan klub-klub bolabasket dan pertandingan bolabasket antar Sekolah Dasar untuk anak sekolah dasar (usia 10-12 tahun). Usia umum untuk memulai latihan bolabasket adalah usia 7-8 tahun, pengkhususan atau spesialisasi pada rentang usia 10-12 tahun, dan prestasi tertinggi dicapai pada usia 20-25 tahun. Sukadiyanto (2005: 14-15) menambahkan bahwa latihan bagi olahragawan yunior lebih ditekankan pada pengembangan keterampilan untuk pengayaan gerak dan bersifat menyenangkan, terutama untuk mengembangkan kemampuan fisiologis anak dalam menerima beban latihan. Selanjutnya, wadah pembinaan olahraga bolabasket di Indonesia ditangani oleh KONI dan Depdiknas. Hingga saat ini, KONI maupun Depdiknas belum memiliki standar tes keterampilan bolabasket untuk siswa Sekolah Dasar.
Oleh sebab itu, tes keterampilan bolabasket untuk
siswa sekolah dasar yang valid dan reliabel berdasarkan indikator-indikator keterampilan bolabasket diharapkan dapat
mengembangkan bakat anak dalam olahraga bolabasket,
mengembangkan mutu pendidikan dan pembelajaran di sekolah dasar.
Tes, Pengukuran, dan Evaluasi Belajar gerak merupakan proses belajar dan untuk dapat mengadakan evaluasi perlu suatu pengukuran. Menurut Miller (2002: 55) hal-hal yang harus dipertimbangkan sebelum membuat tes: (1) acuan kriteria norma dan pengukuran harus digunakan, dan (2) harus memiliki kriteria tes yang baik. Pengukuran adalah proses pengumpulan data atau infromasi yang dilakukan secara objektif. Hasil pengukuran dalam penelitian ini dinyatakan dalam bentuk angka yang dapat diolah secara statistik. Sedangkan evaluasi merupakan proses pemberian pertimbangan atau makna mengenai nilai dan arti dari sesuatu yang dipertimbangkan. Begitu pula dalam pembelajaran penjas disekolah, guru penjas yang harus melakukan penilaian. Proses evaluasi (penilaian) di dalamnya terdapat kegiatan tes dan pengukuran. Hubungan timbal balik di antara ketiganya sangat erat karena proses evaluasi (penilaian) hampir selalu menggunakan tes dan pengukuran untuk mengumpulkan informasi yang dibutuhkan pada saat
pemberian nilai. Berdasarkan penjelasan di atas, validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah face validity, dan reliabilitas yang digunakan adalah tes ulang (tes retest).
Bolabasket Menurut Apta Mylsidayu (2009: 13) bolabasket adalah suatu olahraga beregu yang bertujuan untuk mendapatkan angka dengan menggunakan teknik yang benar. Berikut teknik dasar yang harus dikuasai dalam olahraga bolabasket: (1) teknik dasar mengoper (passing), (2) menerima bola (catching), (3) teknik dasar menggiring bola (dribbling, (4) teknik dasar menembak (shooting), (5) teknik dasar olah kaki (footwork), dan (6) teknik dasar pivot (Nuril Ahmadi, 2007: 12-42). Sebelum membuat tes keterampilan, dilakukan dimodifikasi bola dan tinggi ring basket agar sesuai dengan karakter anak sekolah dasar. Bola yang digunakan adalah bola ukuran 5. Tinggi ring basket 2,5 meter. Setelah modifikasi bola dan tinggi ring basket, selanjutnya mengembangkan tes keterampilan bolabasket untuk sekolah dasar. Berikut beberapa acuan tes keterampilan bolabasket yang digunakan untuk pengembangan tes keterampilan bolabasket anak Sekolah Dasar:
Tabel 1. Tes shoot
•
•
•
TES SHOOT
TES SHOOT
(Menurut Johnson dan AAHPER)
(menurut Lehten dan STO)
Mengukur ketepatan, ketelitian, kebenaran
Mengukur ketepatan, ketelitian, kebenaran
memasukkan bola ke dalam keranjan
memasukkan bola ke dalam keranjang
(ring).
(ring). • Alat:
Alat: Bolabasket, stopwatch, alat pencatat, ring
Bolabasket, stopwatch, alat pencatat,
basket, jaring.
keranjang/ring, jaring. • Pelaksanaan:
Pelaksanaan: Anak coba berdiri disekitar bawah
Anak coba berdiri disekitar bawah ring
basket/keranjang dengan membawa bola.
dengan membawa bola. Setelah aba-aba
Setelah aba-aba “ya”, anak coba
“ya” anak coba menembakkan bola ke
menembakkan bola ke basket. Dalam
ring. Dalam menembak anak coba
menembak anak coba diperbolehkan
diperbolehkan menggunakan tangan kanan
menggunakan tangan kanan maupun
maupun tangan kiri, dipantulkan atau
tangan kiri, dipantulkan atau langsung.
langsung. Apabila bola luncas, anak coba
Apabila bola luncas, anak coba harus
harus mengambil dan melanjutkan kembali
mengambil dan melanjutkan kembali
dengan sisa waktu yang tersedia.
dengan sisa waktu yang tersedia.
Dilakukan selama 60 detik
Dilakukan selama 30 detik. •
• Tujuan:
Tujuan:
• Penilaian:
Penilaian:
Banyaknya bola yang dapat masuk dari
Banyaknya bola yang dapat masuk dari
atas, selama waktu yang tersedia.
atas, selama waktu yang tersedia.
Tabel 2.
Tes passing TES PASSING (menurut STO) •
•
Tujuan:
Tujuan: Mengukur kemampuan dan kecepatan
melakukan lempar tangkap dalam waktu tertentu
melakukan lempar tangkap dalam waktu
Alat:
tertentu •
Alat:
stopwatch, alat pencatat.
Bolabasket, tembok, meteran, kapur,
Pelaksanaan:
penghapus, stopwatch, alat pencatat.
Anak coba berdiri dibelakang garis yang telah
•
•
Mengukur kemampuan dan kecepatan
Bolabasket, tembok, meteran, kapur, penghapus, •
TES PASSING (menurut Lehten)
•
Pelaksanaan:
ditentukan dengan jarak 120 cm dari tembok
Anak coba berdiri dibelakang garis yang
yang telah bergambar sasaran berukuran
telah ditentukan dengan jarak 6 feet dari
panjang x lebar = 80cm x 40 cm, sedangkan
tembok sasaran yang berukuran panjang 4
tinggi dari tanah 60 cm. Setelah aba-aba “ya”,
feet dan lebar 2 feet, sedangkan tinggi dari
anak coba memantulkan bola dengan dua tangan
tanah 3 ½ feet. Setelah aba-aba “ya”, anak
ke arah sasaran kemudian menangkap kembali
coba memantulkan bola dengan dua tangan
dengan tidak memantul ke lantai. Dilakukan
ke arah sasaran kemudian menangkap
terus menerus secepat mungkin selama 15
kembali dengan tidak memantul ke lantai.
detik. Apabila terjadi bola luncas, maka anak
Dilakukan terus menerus secepat mungkin
coba mengambil kembali bola yang luncas
selama 10 detik. Apabila terjadi bola
untuk melanjutkan sampai waktu yang
luncas, maka anak coba mengambil kembali
ditentukan.
bola yang luncas untuk melanjutkan sampai
Penilaian:
waktu yang ditentukan.
Banyaknya bola yg dpt dipantulkan dan
•
Penilaian:
ditangkap kembali yg masuk ke dalam sasaran
Banyaknya bola yg dpt dipantulkan dan
selama waktu yang tersedia.
ditangkap kembali yg masuk ke dalam sasaran selama waktu yang tersedia.
Tabel 3. Tes dribble
•
•
•
•
TES DRIBBLE
TES DRIBBLE
(menurut STO)
(menurut AAHPER)
Tujuan:
•
Tujuan:
Mengukur kemampuan kecepatan
Mengukur kemampuan kecepatan
menggiring bola dan kecepatan
menggiring bola dan kecepatan
mengubah arah melalui rintangan
mengubah arah melalui rintangan •
Alat:
Alat:
Bolabasket, stopwatch, alat pencatat,
Bolabasket, stopwatch, alat pencatat,
kursi, kapur, meteran
kursi, kapur, meteran
Pelaksanaan:
•
Pelaksanaan:
Anak coba berdiri dibelakang garis
Anak coba berdiri dibelakang garis
start, setelah aba-aba “ya”, anak coba
start, setelah aba-aba “ya”, anak coba
menggiring bola berbelok-belok
menggiring bola berbelok-belok
mengikuti petunjuk anak panah yang
mengikuti petunjuk anak panah yang
telah dibuat menuju gari finish. Waktu
telah dibuat menuju garis finish.
dicatat dari garis start sampai finish
Waktu dicatat dari garis start sampai
1/100 detik. Apabila terjadi bola
finish 1/100 detik. Apabila terjadi
luncas, anak coba mengambil dan
bola luncas, anak coba mengambil
memulai lagi dari kursi dimana terjadi
dan memulai lagi dari kursi dimana
bola luncas dan melanjutkan sampai
terjadi bola luncas dan melanjutkan
kegaris finish.
sampai kegaris finish.
Penilaian: Waktu yang dicatat pada saat mulai dari garis start-finish
•
Penilaian: Waktu yang dicatat pada saat mulai dari garis start-finish
Keterampilan teknik dan unsur-unsur kebugaran tubuh yang dibutuhkan dalam permainan dan olahraga bolabasket akan tertuang pada tes keterampilan bolabasket untuk siswa sekolah dasar yang dilakukan dalam penelitian ini yang disesuaikan dengan indikator-indikator keterampilan dasar permainan bolabasket antaralain sebagai berikut: (1) indikator keterampilan dasar permainan bolabasket yang dipelajari di kelas V SD meliputi lempar tangkap bola dengan kontrol yang baik, menggiring bola dengan kontrol yang baik, menerima dan mengoper bola dengan berbagai teknik dan kontrol yang baik, menggunakan berbagai keterampilan untuk mengambil posisi, mencetak angka, dan mengoper ke teman (Depdiknas, 2003: 40-41), (2) indikator keterampilan dasar permainan bolabasket lanjutan yang dipelajari di kelas VI SD diantaranya melakukan berbagai keterampilan dasar (melempar, menangkap, menggiring, mengontrol, menembak) permainan bolabasket dengan kecepatan optimal, mengetahui bagaimana menjaga posisi pertahanan dan penyerangan, dan menetapkan formasi sesuai kebutuhan permainan (Depdiknas, 2003: 46). Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa permainan bolabasket adalah suatu olahraga beregu yang bertujuan untuk mendapatkan point dengan menggunakan teknik yang benar dan mencegah lawan untuk melakukan hal yang sama.
Anak Sekolah Dasar Pendidik memberi sebutan anak masa akhir kanak-kanak dengan masa sekolah karena sudah saatnya anak-anak memperoleh dasar-dasar pengetahuan. Menurut Samples (2002: 39), tujuan belajar harus lebih dari sekedar membuat siswa mampu memahami hal-hal mendasar karena siswa dari segala usia harus diizinkan untuk memanfaatkan seluruh daya dan kemampuan dari rancangan otak pikiran. Menurut Sri Rumini & Siti Sundari (2004: 42), perkembangan keterampilan anak tidak dapat terlepas dari perkembangan koordinasi senso motorik, yaitu perkembangan kerjasama antara kemampuan indera dengan perkembangan motorik. Sekitar umur 10-12 tahun, anak dapat menguasai keterampilan yang kompleks, setara orang dewasa, misalnya olahraga. Selain itu, anakanak sekolah dasar lebih senang melakukan berbagai kegiatan fisik seperti bergerak, berlari, melompat-lompat,
memanjat
kemudian
melompat
dan
berlari
lagi.
Oleh
sebab
itu,
guru/pelatih/orang tua harus memberikan kesempatan kepada anak-anak sekolah dasar untuk
melakukan kegiatan fisik agar semua bagian tubuh melakukan aktivitas gerak. Dasar yang penting untuk membangun kemampuan psikomotor yang baik dalam diri seseorang adalah peningkatan keterampilan gerak seseorang, di mana fungsi otak dan perkembangan keterampilan motorik berjalan beriringan pada usia sangat dini. Jago et al. (2010: 2) menyatakan bahwa anak-anak dapat melakukan kegiatan yang bermacam-macam dalam sehari. Sejalan dengan pendapat di atas, Brockman et al. (2011: 1) menyatakan aktivitas fisik dalam bermain memiliki potensi untuk meningkatkan aktivitas fisik anak-anak serta mendukung perkembangan anak secara optimal. Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan kesehatan (Penjaskes) di Sekolah Dasar merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara menyeluruh, yang memfokuskan pada aspek pengembangan kebugaran jasmani, keterampilan motorik, keterampilan berpikir kritis, stabilitas emosional, keterampilan sosial, penalaran dan tindakan moral melalui kegiatan fisik (Supriyadi, 2009: 112). Menurut Yudanto (2005: 70; Sukintaka,1992: 41) pada umur 11-12 tahun, tahap kemampuan motorik siswa sekolah dasar yang dimiliki antara lain; (1) mengembangkan dasar bermain dan keterampilan gerak (movement skill), (2) mengembangkan endurance seperti perkembangan otot dan memperbaiki koordinasi, (3) memperbaiki kecepatan dan ketepatan, (4) mengembangkan perlawanan .terhadap kelelahan, menambah aktivitas yang intensif, (5) mengetahui bagaimana rileks dan menggunakan masa istirahat. Aktivitas bermain pada anak-anak akan lebih banyak dilakukan dengan aktivitas bermain, dan aktivitas jasmani yang dikelola secara cermat merupaka salah satu usaha yang disengaja untuk mengubah keadaan anak (Sukintaka, 1997: 45). Pada umumnya, alasan anak-anak berpartisipasi dalam olahraga karena ingin belajar keterampilan baru, olahraga itu menyenangkan, adanya kerjasama, latihan dan kebugaran, dan adanya tantangan untuk menang (Weinberg & Gould, 2003: 495). Salah satu olahraga permainan yang telah diajarkan pada anak usia 10-12 tahun (kelas V dan VI) di Sekolah Dasar adalah olahraga bolabasket karena merupakan salah satu olahraga yang membangun koordinasi tangan-mata-kaki, meningkatkan pengenalan terhadap bola, dan menyenangkan. Berdasarkan uraian di atas, dalam penelitian ini difokuskan pada anak-anak sekolah dasar usia 10-12 tahun karena anak dapat menguasai keterampilan yang kompleks, setara dengan orang dewasa.
METODE Jenis penelitian adalah Research and Development dengan metode survai melalui tes pengukuran. Produk yang dikembangkan adalah alat evaluasi tes keterampilan bolabasket untuk anak sekolah dasar. Pengembangan tes menggunakan model deksriptif prosedural. Adapun teknik dasar yang harus dikuasai oleh anak sekolah dasar secara umum adalah shoot, passing, dan dribble. Ketiga teknik dasar ini merupakan teknik yang selalu digunakan dalam permainan bolabasket dan sudah mewakili dalam permainan bolabasket. Berkaitan hasil akhir yang diinginkan adalah tes keterampilan bolabasket untuk anak sekolah dasar, maka di lakukan prosedur/langkah-langkah penelitian dan pengembangan yang terdiri atas 10 langkah pelaksanaan yakni sebagai berikut (Borg and Gall, 1983: 775) antara lain: (1) meneliti dan mengumpulkan informasi, (2) perencanaan, (3) mengembangkan produk awal, (4) uji coba awal, (5) revisi produk utama, (6) uji coba lapangan utama, (7) revisi produk operasional, (8) uji coba produk operasional, (9) revisi produk akhir, (10) diseminasi dan implementasi.
Konsep yang mendasari pengembangan produk Keterampilan dikonsepsi sebagai indikator dari tingkat kemahiran, oleh sebab itu penguasaan suatu keterampilan motorik merupakan sebuah proses saat seseorang mengembangkan seperangkat respon ke dalam suatu pola gerak yang terkoordinasi, terorganisir dan terintegrasi. Seseorang disebut terampil apabila memiliki kompetensi untuk memperagakan kemampuannya dalam melaksanakan tugas gerak yang menghasilkan sesuatu dengan kualitas tinggi yaitu cepat, cermat, dan tepat (Hari Amirullah Rachman, 2007: 286). Berikut prosedur pengembangan yang akan dilakukan dalam penelitian ini:
Gambar 1. Langkah/prosedur penelitian dan pengembangan Untuk dapat memainkan olahraga bolabasket dibutuhkan beberapa teknik dasar yang harus dikuasai yaitu: (1) passing (mengoper), (2) catching (menangkap), (3) dribble (menggiring), (4) shooting (menembak), pivot (berporos), dan foot work (olah kaki). Dengan demikian untuk dapat bermain bolabasket, maka diharapkan memiliki kemampuan tersebut.
Studi Pendahuluan 1) Studi Pustaka Beberapa tes keterampilan yang memenuhi syarat antara lain: (1) tes keterampilan AAHPERD 1984 yang diperuntukkan bagi siswa putra dan putri lanjutan tingkat atas, (2) tes keterampilan bermain bolabasket usia junior, (3) alat evaluasi keterampilan bermain bolabasket SLTP, dan (4) pengembangan tes keterampilan bermain bolabasket siswa SMA di Kota Yogyakarta. Tes-tes tersebut sudah mengacu pada tes keterampilan bolabasket menurut Lehten, STO, AAHPERD, dan Johnson. Setelah fokus masalah diketahui, peneliti memilih, menentukan, dan mereview kriteria dari sebuah tes keterampialn bolabasket untuk sekolah dasar yang baik. 2) Studi Lapangan Sasaran tes keterampilan bolabasket untuk anak sekolah dasar terdiri atas teknik dasar bermain bolabasket secara umum yakni tes dribble, passing, dan shooting. Kekuatan dari tes keterampilan bermain bolabasket yang sudah ada adalah alat ukur sudah memenuhi syarat dan sahih. Tetapi kelemahan dari tes-tes tersebut adalah tidak dapat digunakan oleh anak sekolah dasar karena ring yang terlalu tinggi dan bola yang terlalu besar. Oleh sebab itu, dirancang dan dibuat ring basket yang sedikit diperpendek sesuai ukuran tubuh anak-anak Indonesia yang memiliki postur tubuh tidak terlalu tinggi seperti di Negara-negara Barat.
Pengembangan Prototipe Adapun indikator tes keterampilan bolabasket untuk anak sekolah dasar
yang akan
digunakan adalah dribble, passing, dan shooting. Selanjutnya, menyusun butir-butir instrumen berdasarkan indikator yang telah ditentukan untuk pengembangan masing-masing variabel.
Penyusunan butir-butir tersebut disertai dengan penyusunan pelaksanaan atau prosedur pelaksanaan tes yang baku beserta cara penilaian. Dilanjutkan dengan penilaian expert judgment terhadap indikator, susunan butir-butir tes per variabel, dan prosedur pelaksanaan tes yang baku. Berikut indikator tes keterampilan bolabasket untuk anak sekolah dasar dalam penelitian ini disajikan pada tabel 4:
Tabel 4. Indikator tes keterampilan bolabasket untuk anak sekolah dasar Aspek yang
Indikat
Nom
Metode/su
diukur
or
or
mber data
butir Keterampilan
1.
bermain
Dribble
bolabasket
2.
2
review
untuk anak
Passing
3
literatur,
usia 10-12
3.
dan expert
Shootin
judgment
tahun
1
Analisis teknik,
g
Uji Coba Produk Pengukuran dilakukan dengan mencatat setiap tes yang dilakukan oleh testi. Untuk memudahkan testor dalam mencatat penilaian, dibuatlah format pengukuran keterampilan bolabasket yang tersaji pada tabel 5 berikut ini:
Tabel 5. Format pengukuran keterampilan bolabasket uji coba produk No
Nama
Usia
JK T
B
B
B
Shooting
Passing
Dribble 1
Dribble 2
1 2 3 N
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode tes keterampilan olahraga (sport skill test). Jenis data berupa data kuantitatif yang diperoleh dari pemberian skor masing-masing butir dalam tes keterampilan bolabasket yang diuji cobakan. Adapun jumlah petugas pengumpul data terdiri dari 5-7 orang dengan kualifikasi mahasiswa dan alumni FIK minimal sudah mendapatkan mata kuliah dasar gerak bolabasket. Sebelum dan sesudah pengambilan data dilakukan koordinasi tentang penjelasan dan pembagian tugas.
Uji Validasi Ahli Validitas yang digunakan dalam instrumen ini adalah face validity dengan expert judgment. Expert judgment menggunakan dua orang ahli dalam permainan bolabasket. Adapun tim ahli terdiri dari dua orang ahli dalam bolabasket yaitu Hanindito H.H. S.Pd., dan Budi Aryanto, M.Pd.
Uji Coba Skala Kecil Setelah dilakukan uji validasi oleh para ahli, langkah berikutnya adalah melakukan uji coba produk dengan menggunakan 80 siswa. Ujicoba skala kecil ini dilakukan untuk mendapatkan informasi apakah tes tersebut dapat dilaksanakan serta dapat mengumpulkan informasi mengenai keterampilan bolabasket untuk siswa sekolah dasar.
Uji Coba Skala Luas Uji coba skala luas merupaka ujicoba akhir sebelum tes keterampilan bolabasket untuk siswa sekolah dasar dapat digunakan. Berikut format pengukuran keterampilan bolabasket untuk uji coba skala besar.
Tabel 6. Format pengukuran keterampilan bolabasket uji coba skala luas No. Nama
Umur
Sex
TB
BB
Shoot
Passing Dribble 1
Dribble 2
1 2 n
Peneliti menggunakan 321 siswa pada uji coba skala besar ini. Hasil reliabilitas menggunakan test retest antara lain shoot 0,435, passing 0,807, dribble satu 0,652, dan dribble dua 0,518.
HASIL Setelah semua data terkumpul, dilakukan analisis berdasarkan item tes yang dilanjutkan dengan menentukan norma tes keterampilan bolabasket untuk siswa sekolah dasar. Pembuatan norma tes dilakukan dengan cara mengklasifikasi data yang sudah ada yakni berdasarkan klasifikasi/pembagian kelas dengan cara hasil nilai terbesar dikurangi nilai terkecil kemudian dibagi jumlah klasifikasi yaitu lima, tetapi penelitian ini sifatnya belum final karena masih menggunakan pedoman sendiri yang dalam penelitian dan pengembangan ini masih dapat dikembangkan atau disempurnakan kembali. Berikut norma tes skala besar tes keterampilan bolabasket untuk putra dan putri sekolah dasar tersaji pada tabel 9:
Tabel 9. Norma Tes Skala Besar Tes Keterampilan Bolabasket untuk Putra dan Putri Sekolah Dasar No
Jumlah nilai
Klasifikasi
1
21-24
Sangat Baik (SB)
2
18-20
Baik (B)
3
15-17
Sedang (S)
4
12-14
Kurang (K)
5
8-11
Sangat Kurang (SK)
Hasil norma tes uji besar yang dibuat untuk mengetahui hasil tes keseluruhan yang dilakukan siswa dan siswi dari 6 sekolah dasar. Kemudian hasil penelitian yang dilakukan anak berdasarkan nilai norma tes yang ada pada putra pada uji coba skala besar disajikan pada tabel 10 berikut: Tabel 10. Hasil nilai uji skala besar putra No
Jumlah nilai
Klasifikasi
Jumlah siswa
1.
21-24
Baik Sekali (BS)
30
2.
18-20
Baik (B)
56
3.
15-17
Sedang (S)
48
4.
12-14
Kurang (K)
22
5.
8-11
Kurang Sekali (KS)
5
Hasil nilai uji skala besar putra: (a) kategori baik sekali berjumlah 30 siswa; (b) kategori baik berjumlah 56 siswa; (c) kategori sedang berjumlah 48 siswa; (d) kategori kurang berjumlah 22 siswa; (e) kategori kurang sekali berjumlah 5 siswa. Tabel hasil nilai uji skala besar putri tersaji pada tabel 11 berikut: Tabel 11. Hasil nilai uji skala besar putri No
Jumlah nilai
Klasifikasi
Jumlah siswa
1.
21-24
Baik Sekali (BS)
16
2.
18-20
Baik (B)
70
3.
15-17
Sedang (S)
49
4.
12-14
Kurang (K)
22
5.
8-11
Kurang Sekali (KS)
3
Hasil nilai uji skala besar putri: (a) kategori baik sekali berjumlah 16 siswa; (b) kategori baik berjumlah 70 siswa; (c) kategori sedang berjumlah 49 siswa; (d) kategori kurang berjumlah 22 siswa; (e) kategori kurang sekali berjumlah 3 siswa. Uji normalitas menggunakan kolmogorov-smirnov, berikut hasil normalitas uji besar kelompok putra untuk shoot 0,041, passing 0,071, dribble satu 0,115, dan dribble dua 0,000, sedangkan hasil normalitas uji besar kelompok putri untuk shoot 0,005, passing 0,230, dribble satu 0,165, dan dribble dua 0,000, dan hasil distribusi data setelah dikalkulasi adalah normal. Pada uji homogenitas yang di ujikan pada uji besar kelompok putra diperoleh hasil yaitu (a) nilai tes shoot diperoleh signifikasi 0,006; (b) nilai tes passing diperoleh signifikasi 0,130; (c) nilai tes dribble 1 diperoleh signifikasi 0,230; (d) nilai tes dribble 2 diperoleh signifikasi 0,013 sehingga dapat disimpulkan bahwa variansi pada tiap kelompok data ada yang tidak sama (homogen) karena p value (sig.) > 0,05. Sedangkan untuk tes putri setelah diuji homogenitas diperoleh hasil yaitu (a) nilai tes shoot diperoleh signifikasi 0,018; (b) nilai tes passing diperoleh signifikasi 0,138; (c) nilai tes dribble 1
diperoleh signifikasi 0,494; (d) nilai tes dribble 2 diperoleh signifikasi 0,006 sehingga dapat disimpulkan bahwa variansi pada tiap kelompok data ada yang tidak sama (homogen) karena p value (sig.) > 0,05.
PEMBAHASAN Setelah memperolah hasil pengembangan tes keterampilan bolabasket, selanjutnya menyusun norma tes keterampilan bolabasket untuk siswa sekolah dasar. Proses penilaian pada dasarnya merupakan bagian integral dari proses pembelajaran, sehingga tidak terjadi subjektivitas dalam pemberian penilaian. Hasil dari penelitian menghasilkan norma tes keterampilan bolabasket untuk siswa sekolah dasar. Dalam hasil penelitian tidak terdapat perbedaan antara norma tes untuk putra & putri karena pada usia 10 – 12 tahun pertumbuhan fisik putra dan putri relatif masih sama. Perbedaan kekuatan otot dan keterampilan antara anak laki-laki dan perempuan tidak terlihat karena sudah ada modifikasi ring basket yang diperpendek dan bola yang diperkecil yang bertujuan untuk menyesuaikan anatomi anak. Berdasarkan hasil penelitian, tes shoot memiliki tingkat kesulitan yang paling tinggi karena untuk melakukan tembakan anak harus mempunyai koordinasi dan ball feeling yang baik saat menembak/melempar bola ke atas. Kemudian disusul dengan tes dribble yang memiliki tingkat kesulitan sedang karena hanya memerlukan koordinasi antara tangan-mata-kaki saat memantulmantulkan bola sehingga tidak membutuhkan tenaga yang besar. Tes passing memiliki tingkat kesulitan rendah karena anak hanya melakukan gerakan satu arah dan tidak membutuhkan koordinasi yang kompleks. Adapun keunggulan produk ini adalah untuk untuk mempermudah dalam penelusuran/ pemilihan calon bibit atlet, selain itu dapat juga digunakan oleh guru olahraga sekolah dasar dalam menilai keterampilan bolabasket.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian, telah disusun suatu tes keterampilan bolabasket untuk anak sekolah dasar yang memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi. Tes keterampilan bolabasket untuk anak sekolah dasar terdiri atas 3 bentuk tes keterampilan yaitu tes shoot, passing, dan dribble, serta pengukuran antropometri (tinggi badan, berat badan) untuk menentukan tinggi ring.
Hasil akhir penelitian adalah membuat norma nilai yang berbentuk klasifikasi dan norma tes yang digunakan sebagai tes keterampilan bolabasket untuk anak sekolah dasar. Tidak ada perbedaan antara norma tes keterampilan untuk siswa putra maupun putri sekolah dasar karena pada anak sekolah dasar pertumbuhan fisiologis anak masih relatif sama karena kekuatan yang dibutuhkan dalam tes keterampilan ini tidak memerlukan power yang besar sebab tinggi ring basket dan bola sudah dimodifikasi sesuai anatomi anak.
DAFTAR PUSTAKA Apta Mylsidayu. (2009). Efektivitas implementasi teknik pivot dalam pertandingan bolabasket putri LIBAMA nasional 2009. (Skripsi). Yogyakarta: FIK UNY.
Borg, W.R. & Gall, M.D. (1983). Educational research: an introduction. Fourth edition. New York: Longman. Brockman, Rowan et al. (2011). What is the meaning and nature of active play for today’s children in the UK? International journal of behavioral nutrition and phyical activity. Diambil pada tanggal 17 Maret 2011, dari http://www.ijbnpa.org/content/8/1/15.
Depdiknas. (2003). Kurikulum 2004; standar kompetensi mata pelajaran pendidikan jasmani SD dan MI. Jakarta: Balitbang Depdiknas.
Hari Amirullah Rachman. (2007). Pengembangan alat evaluasi keterampilan bermain softball berbasis authentic assessment. Jurnal Majalah Ilmiah Olahraga, Volume 13, Nomor 3, hal. 275-296.
Jago, Russel et al. (2010). Physical activity and sedentary behaviour typologies of 10-11 years old. International journal of behavioral nutrition and physical activity. Diambil pada tanggal 17 September 2010, dari http://www.ijbnpa.org/content/7/1/59
Miller, David K. (2002). Measurement by the physical educator. USA: McGraw-Hill Companies.
Nuril Ahmadi. (2007). Permainan bolabasket. Solo: Era Intermedia.
Samples, Bob. (2002). Revolusi belajar untuk anak: panduan belajar sambil bermain untuk anak membuka pikiran anak-anak anda. (Terjemahan Rahmani Astuti). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sri Rumini & Siti Sundari. (2004). Perkembangan anak dan remaja. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Sukadiyanto. (2005). Pengantar teori dan metodologi melatih fisik. Yogyakarta: PKO FIK UNY.
Sukintaka. (1997). Teori bermain. Yogyakarta: FPOK-IKIP.
Supriyadi. (2009). Development of social skills based mini basketball game model to improve social skills motor and physical fitness in elemntary schools age, International conference on sport, hal. 112-120.
Weinberg, Robert S. & Gould, Daniel. (2003). Foundation of sport and exercise psychology. USA: Human Kinetics.
Yudanto. (2005). Pengembangan Gerak Dasar Lari dan Lompat melalui Pendekatan Bermain di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia, Volume 3, Nomor 1, hal. 70.
*) Apta Mylsidayu, S.Pd.Kor.,M.Or ; Dosen Penjaskesrek FKIP Unisma Bekasi