Pengembangan model pembelajaran instruksional design dengan model Addie mata pelajaran PAI pada materi mengulang-ulang hafalan Surah Al Ma’un dan al Fil secara klasikal, kelompok dan individu
Pengembangan model pembelajaran instruksional design dengan model Addie mata pelajaran PAI pada materi mengulang-ulang hafalan Surah Al Ma’un dan al Fil secara klasikal, kelompok dan individu kelas V SDN Gedongan 2 Kota Mojokerto Muhammad Andi Isya' a* aProgram
Studi Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Raden Wijaya Mojokerto *Koresponden penulis:
[email protected] Abstract
Learning Design is the ordinance used to implement the learning process. The concept of learning design was first used in World War II and beyond. According to Jerrold E. Kemp, at that time psychologists introduced new theories about human learning process, including the importance of detailing the tasks to be learned and implemented, and the need for students to play an active role so they actually learn. The purpose of this research development are: 1) to describe instructional instructional model design with Addie model of Islamic Education subject on repetition materials of Surah Al Ma'un and al Fil in classical, group and individual class V SDN Gedongan 2 Kota Mojokerto according to Expert. 2) To describe instructional instructional model design with Addie model of Islamic Education subject on repetition of Surah Al Ma'un and al Fil in classical, group and individual class V SDN Gedongan 2 Kota Mojokerto according to peers 3) To describe learning model Instructional design with Addie model of Islamic Education subject on material repeating Surah Al Ma'un and Al Fil recitation classically, group and individual class V SDN Gedongan 2 Kota Mojokerto according to students. The selection and use of instructional instructional design model with Addie model correctly can streamline and streamline the implementation of learning. For that purpose the instructional instructional model design with Addie model is absolutely necessary. The product of instructional instructional model design with Addie model of Islamic Education subject on the material repeating Surah Al Ma'un and al Fil memorized classically, this group and individual has been perfected based on analysis of trial data. Based on the steps that have been implemented can be concluded as follows. 1). Instructional instruction model design with Addie model of Islamic Education subject on the material repeating the recitation of Surah Al Ma'un and al Fil in classical, group and individual class V SDN Gedongan 2 Kota Mojokerto according to Expert. Got score of 3.95 with enough category 2) instructional model design with model Addie subjects Islamic Religious Education on the material repetition of Surah Al Ma'un and al Fil in classical, group and individual class V SDN Gedongan 2 City Mojokerto according to peers Got a score of 3.9 with enough category.3) instructional instructional model design with Addie model of Islamic Education subjects on the material repetitively recitation Surah Al Ma'un and al Fil in classical, group and individual class V SDN Gedongan 2 Mojokerto according to the students Is 3.61, it is categorized Self by standard intersection of 0.30 points is sufficiently categorized. Keywords: Instructional design, Addie, Islamic Education A. Latar Belakang Desain Pembelajaran adalah tata cara yang dipakai untuk melaksanakan proses pembelajaran. Konsep desain pembelajaran
pertama sekali dimanfaatkan pada perang dunia II dan sesudahnya. Menurut Jerrold E. Kemp, pada waktu itu para psikolog memperkenalkan teori baru tentang proses
71
TA’DIBIA Jurnal Ilmiah Pendidikan Agama Islam
Vol. 7 No. 1 Mei 2017
pembelajaran manusia, termasuk pentingnya merinci tugas yang akan dipelajari dan dilaksanakan, dan kebutuhan siswa untuk berperan aktif agar mereka benar-benar belajar. Pada waktu yang sama, ahli media audi visual menggunakan asas belajar yang diketahui dalam merancang film dan media pengajaran lainnya. (Yamin, 2010) Persoalan bagaimana mengembangkan suatu desain pembelajaran, ternyata bukanlah hal yang mudah, serta tidak sederhana yang kita bayangkan. Dalam skala mikro, model desain pembelajaran berfungsi sebagai salah suatu alat dan pedoman untuk mengantar peserta didik sesuai dengan harapan dan cita– cita masyarakat. Oleh karena itu, proses mendesain dan merancang suatu desain pembelajaran mesti memperhatikan sistem nilai (Value System) yang berlaku beserta perubahan – perubahan yang terjadi di masyarakat itu. Disamping itu, karena model desain pembelajaran juga harus memperhatikan segala aspek yang terjadi pada peserta didik. Persoalan–persoalan tersebut yang mendorong begitu kompleknya proses pengembangan model desain pembelajaran. Salah satu hal penting dalam proses pendidikan adalah pengembangan desain instruksional. Perkembangan teknologi dan budaya masyarakat menjadi alasan mendasar mengapa pengembangan desain instruksional perlu mendapat perhatian serius. Kaitannya dengan pendidikan sangat urgens. Harus diakui bahwa pendidikan memiliki kompleksitas yang sangat rumit jika dilihat dari perspektif evaluasi pendidikan. Di samping sangat sulit untuk diidentifikasikan juga tidak mudah untuk membuat sisem penilaian yang tepat. Namun demikian upaya pengembangan desain intstruksional tentu bukan hal sia-sia untuk dilakukan. Tetapi justru sebuah keharusan dalam rangka menciptakan sebuah system instruksional yang semakin memungkinkan terwujudkan pendidikan sesuai tujuan yang dicita-citakan. Sehingga dalam hal ini guru diharapkan dapat menberikan kemudahan belajar melalui penciptaan iklim yang kondusif dengan
72
menggunakan fasilitas media dan materi pembelajaran yang bervariasi. Pelaksanaan model pembelajaran instruksional design dengan model Addie didukung dengan beberapa metode mengajar diantaranya metode ceramah, Tanya jawab, diskusi, penemuan dan pemecahan masalah. Sesuai fokus penelitian, maka perlu adanya pengembangan model pembelajaran instruksional design dengan model Addie mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada materi mengulang-ulang hafalan Surah Al Ma’un dan al Fil secara klasikal, kelompok dan individu kelas V SDN Gedongan 2 Kota Mojokerto. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, di rumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah model pembelajaran instruksional design dengan model Addie mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada materi mengulang-ulang hafalan Surah Al Ma’un dan al Fil secara klasikal, kelompok dan individu kelas V SDN Gedongan 2 Kota Mojokerto menurut Ahli? 2. Bagaimanakah model pembelajaran instruksional design dengan model Addie mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada materi mengulang-ulang hafalan Surah Al Ma’un dan al Fil secara klasikal, kelompok dan individu kelas V SDN Gedongan 2 Kota Mojokerto menurut teman sejawat? 3. Bagaimanakah model pembelajaran instruksional design dengan model Addie mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada materi mengulang-ulang hafalan Surah Al Ma’un dan al Fil secara klasikal, kelompok dan individu kelas V SDN Gedongan 2 Kota Mojokerto menurut siswa? C. Tujuan Model Tujuan dalam penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan model pembelajaran instruksional design dengan model Addie mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada materi mengulang-ulang hafalan
Pengembangan model pembelajaran instruksional design dengan model Addie mata pelajaran PAI pada materi mengulang-ulang hafalan Surah Al Ma’un dan al Fil secara klasikal, kelompok dan individu
Surah Al Ma’un dan al Fil secara klasikal, kelompok dan individu kelas V SDN Gedongan 2 Kota Mojokerto menurut Ahli. 2. Mendeskripsikan model pembelajaran instruksional design dengan model Addie mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada materi mengulang-ulang hafalan Surah Al Ma’un dan al Fil secara klasikal, kelompok dan individu kelas V SDN Gedongan 2 Kota Mojokerto menurut teman sejawat 3. Mendeskripsikan model pembelajaran instruksional design dengan model Addie mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada materi mengulang-ulang hafalan Surah Al Ma’un dan al Fil secara klasikal, kelompok dan individu kelas V SDN Gedongan 2 Kota Mojokerto menurut siswa D. Kajian Pustaka 1. Model pembelajaran instruksional design Pengembangan instruksional adalah teknik pengelolaan dalam mencari pemecahan masalah-masalah instruksional atau setidak-tidaknya dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumber belajar yang ada untuk memperbaiki pendidikan. Dalam perspektif Twelker dalam Mudhoffir, 1986: 33, yang dimaksud dengan pengembangan instruksional adalah cara yang sistematis dalam mengidentifikasi, mengembangkan dan mengevaluasi seperangkat materi dan strategi yang diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Pengembangan merupakan keseluruhan berkesinambungan yang perencanaan, pengembangan terhadap sistem instruksional dikembangkan tersebut mendapatkan sebuah desain yang efektif dan efisien.
instruksional kegiatan meliputi dan evaluasi yang sedang sehingga instruksional
Pengembangan sistem instruksional meliputi proses "monitoring" interaksi siswa dengan situasi dan pengalaman belajar, agar para penyusun desain instruksional dapat menilai efektifitas suatu desain. Pengembangan sistem instruksional
senantiasa didasarkan atas pengalaman empiris, dan prinsip-prinsip yang telah teruji kebenarannya, dalam arti telah ditentukan berdasar prosedur yang sistematis, pengamatan yang tepat, dan percobaan yang terkontrol. Hal ini berbeda dengan metode atau cara mengajar yang diperoleh secara tradisional dan dikembangkan melalui pengalaman semata. Kegiatan pokok bagi para pengembang sistem dan desain instruksional meliputi: a. Menentukan hasil belajar dalam arti prestasi siswa yang bisa diamati dan diukur (learning outcomes). b. Identifikasi karakteristik siswa yang akan belajar. c. Berdasar 1 dan 2 tersebut, memilih dan menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar bagi para siswa. d. Menentukan tersebut.
media
untuk
kegiatan
e. Menentukan situasi dan kondisi, dalam mana responsi siswa akan diamati dan dipandang sebagai salah satu contoh dari tingkah laku yang diharapkan. f. Menentukan kriteria, seberapa prestasi siswa telah dianggap cukup. g. Memilih metode yang tepat untuk menilai kemampuan siswa untuk mendemonstrasikan tingkah laku seperti tersebut pada angka 1. h. Menentukan metode untuk memonitor responsi siswa- sewaktu i. Berada dalam proses pengajaran dan sewaktu dievaluasi. j. Mengadakan perbaikan yang diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar bila ternyata responsi siswa tidak sesuai dengan hasil yang telah ditentukan. 2. Model Desain Instruksional Model adalah seperangkat prosedur yang berurutan untuk mewujudkan suatu proses, seperti penilaian suatu kebutuhan, pemilihan media, dan evaluasi". (Briggs, 1978). Sedangkan istilah pengembangan sistem instruksional (instructional systems
73
TA’DIBIA Jurnal Ilmiah Pendidikan Agama Islam
Vol. 7 No. 1 Mei 2017
development) dan desain instruksional (instructional design) sering dianggap sama, atau setidak-tidaknya tidak dibedakan secara tegas dalam penggunaannya, meskipun menurut arti katanya ada perbedaan antara "desain" dan "pengembangan". Kata "desain" berarti "membuat sketsa atau pola atau outline atau rencana pendahuluan". Sedang "mengembangkan" berarti "membuat tumbuh secara teratur untuk menjadikan sesuatu lebih besar, lebih baik, lebih efektif, dan sebagainya." Beberapa definisi yang menunjukkan persamaan antara keduanya adalah sebagai berikut: a. Sistem instruksional adalah semua materi pelajarari dan metode yang telah diuji dalam praktek yang dipersiapkan untuk mencapai tujuan dalam keadaan senyatanya (Baker; 1971). b. Pengembangan sistem istruksional adalah suatu proses sedara sistematis dan logis untuk mempelajari problemproblem pengajaran, agar mendapatkan pemecahan yang teruji validitasnya, dan praktis bisa dilaksanakan (Ely, 1979). c. Desain instruksional adalah keseluruhan proses analisis kebutuhan dan tujuan belajar serta pengembangan teknik mengajar dan materi pengajarannya untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Termasuk di dalamnya adalah pengembangan paket pelajaran, kegiatan mengajar, uji coba, revisi, dan kegiatan mengevaluasi hasil belajar (Briggs, 1979,:20). d. Desain sistem instruksional ialah pendekatan secara sistematis dalam perencanaan dan pengembangan sarana serta alat untuk mencapai kebutuhan dan tujuan instruksional. Semua komponen sistem ini (tujuan, materi, media, alat, evaluasi) dalam hubungannya satu sama lain dipandang sebagai kesatuan yang teratur sistematis. Komponen-komponen tersebut terlebih dulu diuji coba efektifitasnya sebelum disebarluaskan penggunaannya (Briggs, 1979).
74
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat diambil sebuah simpulan bahwa yang dimaksud dengan model pengembangan desain instruksional adalah seperangkat prosedur berurutan untuk melaksanakan pengembangan desain instruksional. 3. Model Pembelajaran ADDIE Pada umumnya, merancang sesuatu selalu memiliki tahapan. Sama halnya dengan membuat desain instruksional. Dasar dari penerapan desain instruksional adalah menggunakan prinsip ADDIE. Seperti yang telah dijelaskan di Mengenal Desain Instruksional, ADDIE adalah sebuah rangkaian proses desain instruksional yang terdiri dari lima tahapan, yaitu Analysis, Design, Development, Implementation dan Evaluation. Kelima tahapan tersebut adalah panduan bagi para pembuat konten elearning dalam menciptakan sebuah pembelajaran yang efektif. Model ADDIE awalnya dikembangkan oleh Florida State University untuk menjelaskan proses yang yang terlibat dalam perumusan pengembangan sistem instruksional pada program pelatihan interservis militer yang memadai. Selama bertahun-tahun, tahapan-tahapan ADDIE terus diperbaharuii dan akhirnya model itu sendiri menjadi lebih dinamis dan interaktif, sampai muncul versi yang paling populer di pertengahan 80-an, seperti yang kita mengerti hari ini. Kelima tahapan tersebut adalah: a. Analyze (Analisis): Tahap pertama pembangunan konten adalah Analisis. Analisis mengacu pada pengumpulan informasi tentang trainee, seperti tugas yang harus diselesaikan, bagaimana trainee akan melihat konten, dan tujuan keseluruhan proyek. Desainer instruksional kemudian mengklasifikasikan informasi untuk membuat konten yang lebih aplikatif dan sukses. Sebagai desainer instruksional yang mencari informasi tentang trainee, berikut pertanyaan yang akan muncul:
Pengembangan model pembelajaran instruksional design dengan model Addie mata pelajaran PAI pada materi mengulang-ulang hafalan Surah Al Ma’un dan al Fil secara klasikal, kelompok dan individu
1) Apakah tujuan dari pembuatan bahan ajar berbasis teknologi informasi ini? 2) Apa tujuan pembelajaran yang hendak dicapai? 3) Pengetahuan apa saja yang telah dimiliki oleh trainee mengenai materi yang akan disampaikan? 4) Siapakah yang akan menggunakan bahan ajar berbasis TIK ini dan seperti apa karakteristik mereka? 5) Bagaimana cara penyampaiannya? 6) Dari segi pedagogis, apa yang perlu diperhatikan untuk pembelajaran online? 7) Sampai kapan batas waktu pengerjaan ini? Hasil akhir dari tahap analisis adalah pengetahuan mengenai kondisi awal dan informasi mengenai perencanaan seperti apa yang perlu dibuat. b. Design (Desain) Pada tahap desain, didapatkan seluruh informasi dari tahap analisis dan memulai proses kreatif dari merancang bahan ajar berbasis teknologi informasi untuk mencapai tujuan pembelajaran (training). Kita juga mengidentifikasi materi dan sumber daya yang akan dibutuhkan, merancang kegiatan pembelajaran, dan menentukan bagaimana cara mengukur prestasi belajar trainee. Hasil akhir dari tahap desain adalah sebuah cetak biru (blueprint) atau storyboard pembelajaran berbasis teknologi informasi.
Gambar 1 Bule Print Pembelajaran Model ADDIE
c. Development (Pengembangan) Pada tahap pengembangan, materi pembelajaran dibuat dan disusun sesuai dengan rancangan atau storyboard yang telah dibuat pada tahap desain. Sumber daya yang diperlukan seperti audio, video, grafis dan multimedia lainnya yang mulai dikemas dalam sebuah bahan ajar. Pada tahap ini pula dilakukan ujicoba materi ajar yang telah dibuat kepada beberapa trainee untuk memperoleh feedback dari mereka. Hasil akhir dari tahap pengembangan ini adalah sebuah bahan ajar berbasis TIK. d. Implementation (Pelaksanaan) Pada tahap pelaksanaan, kegiatan belajar mengajar dilaksanakan di kelas, peserta didik dibantu belajar, penampilan mereka dinilai, dan cara-cara untuk meningkatkan hasil belajar diidentifikasi. Pada tahap ini peserta didik dibimbing bagaimana menggunakan teknologi yang dipakai. Perlu dipastikan bahwa pada tahap ini semua teknologi yang dipakai harus dapat berjalan sebagaimana mestinya. Tahap pelaksanaan ini juga merupakan evaluasi dari tahap perencanaan. Perlu dicatat apa saja yang meningkatkan pembelajaran dan apa saja yang menghambat pembelajaran trainee dari materi ajar yang telah dibuat. Hasil akhir dari tahap pelaksanaan adalah terjadinya proses pembelajaran berbasis teknologi informasi yang efektif di dalam maupun di luar ruangan kelas. e. Evaluation (Evaluasi) Pada tahap ini apa yang telah dilakukan direfleksikan dan direvisi yaitu mulai dari tahap analisis, desain, pengembangan, hingga pelaksanaan. Jika terdapat beberapa hal yang perlu diperbaiki, maka perlu diidentifikasi untuk kemudian disempurnakan. Terdapat dua bentuk evaluasi yakni evaluasi formatif, yang dilakukan pada masing-masing tahapan, serta evaluasi sumatif untuk mengukur sampai
75
TA’DIBIA Jurnal Ilmiah Pendidikan Agama Islam
Vol. 7 No. 1 Mei 2017
seberapa jauh trainee mampu belajar dari bahan ajar berbasis teknologi informasi serta memperoleh umpan balik dari trainee. Hasil akhir dari tahap ini adalah laporan evaluasi dan revisi dari masing-masing tahap untuk digunakan sebagai acuan revisi masing-masing tahapan serta feedback secara keseluruhan dari bahan ajar yang telah dibuat.
Desain penelitian ini digunakan untuk meneliti satu kelompok dengan diberi satu atau beberapa kali perlakuan. Efek atau pengaruh perlakuan yang ingin diketahui melalui uji coba produk adalah tingkat kemenarikan produk hasil pengembangan sabagai media pembelajaran. Tingkat kemenarikan tersebut dapat dilihat dari hasil penilaian yang diberikan setelah uji coba penggunaan produk. Adapun langkah dalam pengembangan ini adalah:
penelitian
Gambar 3.1 Langkah-langkah R & D yang digunakan Gambar 2 tahapan serta feedback secara keseluruhan dari bahan ajar berdasarkan ADDIE Gambar di atas memperlihatkan bahwa hasil dari tahap evaluasi dipakai untuk merevisi tahap-tahap sebelumnya. Pada setiap perpindahan tahapan, bisa juga dilakukan penyesuaian untuk tahap sebelumnya. Ya, desain instruksional memang suatu proses dinamis yang dapat berubah-ubah sesuai dengan informasi dan evaluasi yang diterima. Semua perubahan yang dilakukan memiliki satu tujuan, yakni meningkatkan hasil pembelajaran peserta didik. E. Metode Penelitian 1. Model Pengembangan Rancangan penelitian yang digunakan adalah (research and development) atau penelitian pengembangan. Penelitian ini diarahkan pada pengembangan suatu produk model pembelajaran instruksional design dengan model Addie mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
76
2. Subjek Penelitian Subjek uji coba atau sampel untuk uji coba, dilihat dari jumlah dan cara memilih sampel perlu dipaparkan secara jelas. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih sampel. Adapun subjek uji yang dilakukan perlakuan dalam penelitian ini adalah 100 % kelas V SDN Gedongan 2 Kota Mojokerto. Adapun perlakuan subjek uji coba atau sampel untuk uji coba, penulis menggunakan desain eksperiman One-Shot Case Study (Studi Kasus Satu Tembakan) 3. Jenis Data dan Instrumentasi Dalam pengumpulan data dapat digunakan berbagai teknik pengumpulan data atau pengukuran yang disesuaikan dengan karakteristik data yang akan dikumpulkan dan responden penelitian. a. Teknik pengumpulan data seperti observasi, wawancara, dan angket. b. Pengumpulan data dapat menggunakan instrumen yang sudah ada. Untuk ini perlu kejelasan mengenai karateristik
Pengembangan model pembelajaran instruksional design dengan model Addie mata pelajaran PAI pada materi mengulang-ulang hafalan Surah Al Ma’un dan al Fil secara klasikal, kelompok dan individu
instrumen, mencakup kesahihan (validitas), dan kehandalan (reliabilitas). F. Analisis Data 1. Analisis Data Validasi Model pembelajaran instruksional design dengan model Addie Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada materi mengulangulang hafalan Surah Al Ma’un dan al Fil secara klasikal, kelompok dan individu Oleh Ahli Analisis dilakukan dengan membandingkan setiap komponen yang merupakan indikator dengan standar skor minimum. Skor batas minimum tersebut adalah 21. Indikator dengan skor 20 ke bawah harus direvisi. Hasil analisis kualitas Model pembelajaran instruksional design dengan model Addie Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada materi mengulangulang hafalan Surah Al Ma’un dan al Fil secara klasikal, kelompok dan individu di atas dapat disimpulkan bahwa RPP/ Skenario Pembelajaran sudah layak digunakan untuk uji coba sebab skor masing-masing komponen yang merupakan indikator untuk Model pembelajaran instruksional design dengan model Addie Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada materi mengulangulang hafalan Surah Al Ma’un dan al Fil secara klasikal, kelompok dan individu tidak ada yang kurang dari 3,0. Pada peilaian ini tidak ada saran untuk revisi. Hasil analisis kualitas Model pembelajaran instruksional design dengan model Addie Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada materi mengulangulang hafalan Surah Al Ma’un dan al Fil secara klasikal, kelompok dan individu di atas dapat disimpulkan bahwa Modul sudah layak digunakan untuk uji coba sebab skor masing-masing komponen yang merupakan indikator untuk Model pembelajaran instruksional design dengan model Addie Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada materi mengulangulang hafalan Surah Al Ma’un dan al Fil secara klasikal, kelompok dan individu
tidak ada yang kurang dari 3,0. Dan tidak ada saran dan komentar untuk Modul Model pembelajaran instruksional design dengan model Addie Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada materi mengulang-ulang hafalan Surah Al Ma’un dan al Fil secara klasikal, kelompok dan individu 2. Analisis Data Validasi Model pembelajaran instruksional design dengan model Addie Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada materi mengulangulang hafalan Surah Al Ma’un dan al Fil secara klasikal, kelompok dan individu oleh Siswa Hasil pengolahan data angket pembelajaran dengan menggunkan Model pembelajaran instruksional design dengan model Addie Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada materi mengulangulang hafalan Surah Al Ma’un dan al Fil secara klasikal, kelompok dan individu diketahui bahwa rata-rata pilihan siswa adalah 3.61, hal ini dikategorikan Cukup dengan simpang baku 0.30. G. Verifikasi/Revisi Produk 1. Revisi RPP/ Skenario Pembelajaran oleh Ahli Tidak ada revisi 2. Revisi Lembar Kerja Siswa oleh Ahli Tidak ada revisi H. Kesimpulan 1. Model pembelajaran instruksional design dengan model Addie mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada materi mengulang-ulang hafalan Surah Al Ma’un dan al Fil secara klasikal, kelompok dan individu kelas V SDN Gedongan 2 Kota Mojokerto menurut Ahli. Mendapat skor 3.95 dengan kategori cukup 2. model pembelajaran instruksional design dengan model Addie mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada materi mengulang-ulang hafalan Surah Al Ma’un dan al Fil secara klasikal, kelompok dan individu kelas V SDN Gedongan 2 Kota
77
TA’DIBIA Jurnal Ilmiah Pendidikan Agama Islam
Vol. 7 No. 1 Mei 2017
Mojokerto menurut teman sejawat mendapat skor 3.9 dengan kategori cukup. 3. model pembelajaran instruksional design dengan model Addie mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada materi mengulang-ulang hafalan Surah Al Ma’un dan al Fil secara klasikal, kelompok dan individu kelas V SDN Gedongan 2 Kota Mojokerto menurut siswa adalah 3.61, hal ini dikategorikan Cukup dengan simpang baku 0.30 hal in dikategorikan cukup I. Saran Pemanfaatan 1. Dari aspek teoretis, pengembangan ini diharapkan dapat: a. menjadi referensi selanjutnya.
bagi
pengembang
b. menambah khasanah di bidang pendidikan dan pelatihan khususnya yang berkaitan dengan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada materi mengulang-ulang hafalan Surah Al Ma’un dan al Fil secara klasikal, kelompok dan individu. 2. Dari aspek praktis, pengembangan ini diharapkan bermanfaat bagi siswa, guru, dan sekolah: a. Bagi siswa, hasil pengembangan ini diharapkan dapat membantu mereka belajar aktif untuk mencapai kompetensi model pembelajaran instruksional design dengan model Addie Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada materi mengulang-ulang hafalan Surah Al Ma’un dan al Fil secara klasikal, kelompok dan individu. b. Bagi guru, hasil pengembangan ini diharapkan dapat menjadi alternatif model pembelajaran yang membantu memudahkan guru dalam menjelaskan konsep materi kepada siswa. c. Bagi sekolah, dengan meningkatnya kualitas pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan mutu sekolah tersebut. J. Rekomendasi 1. Produk model pembelajaran instruksional design dengan model Addie Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada materi
78
mengulang-ulang hafalan Surah Al Ma’un dan al Fil secara klasikal, kelompok dan individu bisa digunakan untuk pembelajaran mandiri maupun secara klasikal. 2. Produk Model pembelajaran instruksional design dengan model Addie Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada materi mengulang-ulang hafalan Surah Al Ma’un dan al Fil secara klasikal, kelompok dan individu ini dapat dikembangkan dan di diseminasikan kepada para pendidik khususnya guru Sains sehingga pembelajaran menjadi lebih menyenangkan, memotivasi siswa dan meningkatkan ketuntasan belajar siswa. 3. Penggunaan produk ini adalah dapat meringankan beban guru saat mengajar, seperti mengulang materi yang belum bisa dipahami, menulis di papan tulis, maupun menjawab pertanyaan siswa tentang tulisan yang belum jelas. Guru yang memiliki kemampuan penguasaan kelas yang lemah juga akan terbantu dengan pemanfaatan media ini. 4. Pengembangan penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan memanfaatkan Model pembelajaran instruksional design dengan model Addie Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada materi mengulangulang hafalan Surah Al Ma’un dan al Fil secara klasikal, kelompok dan individu yang lebih menarik. K. Daftar Pustaka Akbaba, A. 2008. Competence in Suitably Use and Fullfilling of Psychological Development Files in Primary Schools. World Applied Sciences Journal 41: 50-54, 2008. Anwar, Ilham. 2010. Pengembangan Bahan Ajar. Bahan Kuliah Online. Direktori UPI. Bandung. Arifin, Z. 2009. Evaluasi Pembelajaran, Prinsip, Teknik, Prosedur. Bandung: P.T Remaja Rosdakarya. Arikunto, S. 2010. Manajemen Yogyakarta: Aditya Media.
penelitian.
Asmani. J, M. 2012. Kiat Mengatasi Kenakalan Di
Pengembangan model pembelajaran instruksional design dengan model Addie mata pelajaran PAI pada materi mengulang-ulang hafalan Surah Al Ma’un dan al Fil secara klasikal, kelompok dan individu
Sekolah. Jogjakarta: BUKU BIRU Brandt, D. 2001. Information technology literacy: Task knowledge and mental models. Library Trends, 50(1), 73. Retrieved Friday, May 26, 2006 from the MasterFILE Premier database. BSNP. 2006. Standar Isi. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan. Buhl, Monika 2003. Jugend, Familie, Politik. Familiale Bedingungen und politische Orientierungen im Jugendalter. Opladen: Leske und Budrich. Charsky D, Ressler W. “Games are made for fun”: Lessons on the effects of concept maps in the classroom use of computer games. Computers & Education 2011; 56 (3): 604-615.
dipublikasikan. Gallino, L. 2004. Globalizzazione. In Dizionario di sociologia, (II ed.), Torino, UTET. Gustafson, K. L., & Branch, R. M. 2002b. What is instructional design. In R. A. Reiser & J. V. Dempsey (Eds.), Trends and issues in instructional design and technology. Upper Saddle River, N.J.: Pearson Education. Hellmuth, Thomas/Klepp, Cornelia 2010. Politische Bildung. Geschichte — Modelle — Praxisbeispiele. Wien, Koln, Weimar: UTB Verlag. Hurlock, E. B. 1980. Development Psychology. A Life Span Approach, Fifth Edition. New York: McGraw-Hill, Inc.
Dendy Sugono dkk,, 2008, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.
Isjoni dan Arif Ismail. 2008. Model-Model Pembelajaran Mutakhir. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Depdiknas. 2008. Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Bandung: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional.
Lewis, J. 2008. The Physiological and Psychological Development of the Adolescent. New York: the Yale-New Haven Teachers Institute.
Detjen, Joachim 2007. Politische Bildung. Geschichte und Gegenwart in Deutschland. Munchen. Wien: Oldenbourg. Dwi Rianarwati. 2006. Penggunaan Media Gambar Dalam Pembelajaran Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Pengetahuan Sosial Kelas IV SD Mangun Baru Wates Kulon Progo. Skripsi. UNY: Tidak diterbitkan. Eggen, P., & Kauchak, D. 2004. Educational Psychology, Windows on Classrooms (6th ed). Upper Saddle River, NJ: Pearson Prentice Hall. Federica Cornali, Simona Tirocchi 2012 Globalization, education, information and communication technologies: what relationships and reciprocal influences?. Procedia - Social and Behavioral Sciences 47 2012 2060 – 2069
Majid, Abdul, 2005. Perencanaan Pembelajaran (mengembangkan kompetensi guru), Bandung. Remaja Rosdakarya, Malone T. Heuristics for Designing Enjoyable User Interface: Lessons From Computer Games. In Proceedings of the Conference on Human Factors in Computing Systems, 1982. pp. 6368. New York: ACM. Carroll J. Beyond Fun. Interactions 2004; 11(5: 38-40. Malone TW, Lepper MR. Making learning fun: A taxonomy of intrinsic motivations for learning. Aptitude, learning, and instruction 1987; 3: 223-253. Massing, Peter 1999. Theoretische und normative Grundlagen politischer Bildung. In: Beer, Wolfgang et al. (Hrsg.): Handbuch politische Erwachsenenbildung. Schwalbach: Wochenschau Verlag 1999.
Fitch, S. 2001. Child Development in the 21st Century. Redding, CA: North West Publishing.
Nasukha. Ahyar 2008. Penggunaan Media Sempoa dalam Pembelajaran Matematika Siswa Kelas IV SD N Gondang I Kecamatan Nawangan Pacitan Tahun Pelajaran 2007/2008. tesis. Universitas Sebelas Maret.
Fuad, M. Z. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Matematika Berintregasi Life Skills Pada Materi Bangun Ruang, Tulungagung: Tesis Tidak
Nurna. 2008. Makalah Psikologi Tentang Psikologi Perkembangan "Remaja Dan Pacaran". httD://www.anakciremai.bloasDot.com.
79
TA’DIBIA Jurnal Ilmiah Pendidikan Agama Islam
Vol. 7 No. 1 Mei 2017
diakses tanggal 5 Mei 2015
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
OECD 2001. Learning to Change: ICT in Schools. Paris: OECD.
Surya, Mohamad, 2014, Strategi Kognitif dalam Proses Pembelajaran,Garut: STKIP Garut Press.
Pendidikan Asosiasi Riset Amerika, American Psychological Association, dan Dewan Nasional Pengukuran dalam Pendidikan 1999. Standar Pendidikan dan Psychological Testing. Washington, DC: American Educational Research Association.
Suryadi, Ace, Dasim Budimansyah.2009. Paradigma Pembangunan Pendidikan Nasional Konsep, Teori dan Aplikasi Dalam Analisis Kebijakan Publik. Widya Aksara Press. Bandung.
Prasetya Irawan,. 2007, Teori Belajar, Motivasi dan Ketrampilan Mengajar (Pekerti). Dirjen Dikti Depdikbud. Jakarta. Putra, Asep Sutisna 2009 Perkembangan Pendidikan Agama Islam di Indonesia, https://asepsutisna.wordpress.com/ 26 Oktober 2009. Diakses tanggal 5 Mei 2015. Rahman, Muhammad, dan Sofan. 2013. Strategi dan Desain Pengembangan Sistem Pembelajaran. Jakarta: Prestasi Pustakaraya. Sander, Wolfgang 2002. Von der Volksbelehrung zur modernen Profession. Zur Geschichte der politischen Bildung zwischen Ideologie und Wissenschaft. In: Butterwege, Christoph/Hentges, Gudrun (Hrsg.): Politische Bildung und Globalisierung. Opladen: VS Verlag. Santrock, J. W. 1996. Adolescence 6th Edition. Dallas: Times Mirror Higher Education. Shelton, K., & Saltsman, G. 2004. Tips and tricks for teaching online: How to teach like a pro. International Journal of Instructional Technology & Distance Learning, 1(10), 53-64. Situmorang, S. H., Muda, I., Doli, M., & Fadli, F. S. 2012. Analisis Data untuk Riset Manajemen dan Bisnis. USUpress. Slick, Gloria Appelt, Ed. 1995. Making the Difference for Teachers: The Field Experience in Actual Practice. Corwin Press, Inc., 2455 Teller Road, Sudijono, A. 2005. Pengantar Evaluasi Pendidikan,
80
Suryaningsih, Nunik Setiyo. 2010. Pengembangan media cetak modul sebagai media pembelajaran mandiri pada mata pelajaran teknologi Informasi dan Komunikasi kelas VII semester 1 di SMPN 4 Jombang. Surabaya: Skripsi yang tidak dipublikasikan. Syah, Muhibbin dan Rahayu Kariadinata. 2009. “Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM)”, Bahan Pelatihan, UIN Sunan Gunung Djati, Bandung. Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka. University of Illinois at Urbana-Champaign 2009, February 12. All work and no play makes for troubling trend in early education. ScienceDaily. Retrieved October 7, 2013, from http://www.sciencedaily.com/releases/2009/02/090212125137.htm Walter, D., Carey, L., & Carey, J. 2001. The systematic design of instruction. Pearson Education, Inc., Upper Saddle River, NJ. Winkel. 2009. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi. Yamin, M. 2010. Standarisasi kinerja guru. Jakarta: Gaung Persada Pers