Jurnal Teknologi Pendidikan Vol. 18, No. 3 Desember 2016
Pengembangan Model Pembelajaran Blended Learning pada Pendidikan Kesetaraan Program Paket C dalam Meningkatkan Kemandirian Belajar Anan Sutisna* Abstract: This research aimed at discovering a instructional model to improve self learning of students package C program. Alternative selected to reach the objective of this research to develop a instructional model of Blended Learning, focusing at self learning. The instructional model was developed based on the fact and consideration that the on going instruction process was regarded too conventional. Learning Blended learning model on the package C program is conducted by the method of research and development through three stages: a preliminary study, the preparation of conceptual models and test to determine the effectiveness of the model. The result showed that instructional model of Blended Learning is effective to improve the self learning of students package C program at the Center for Community Learning. Key words: Instructional Model of Blended Learning, and Self Learning Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menemukan suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemandirian belajar peserta didik program paket C. Alternatif yang ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut dengan mengembangkan model pembelajaran Blended Learning yang menitikberatkan pada kemandirian belajar. Pengembangan model pembelajaran ini dilandasi oleh fakta dan pemikiran bahwa proses pembelajaran yang selama ini dilaksanakan cenderung bersifat konvensional. Model pembelajaran Blended Learning pada program paket C ini dilakukan dengan metode penelitian dan pengembangan melalui tiga tahapan yaitu studi pendahuluan, penyusunan konseptual model dan ujicoba untuk menentukan efektivitas model. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran Blended Learning efektif untuk meningkatkan kemandirian belajar peserta didik program paket C di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat. Kata Kunci : Model Pembelajaran Blended Learning dan Kemandirian Belajar PENDAHULUAN
pendidikan kesetaraan memberikan andil yang
Pendidikan kesetaraan adalah pendidikan yang
cukup signifikan dalam menyumbangkan angka
berlangsung di luar sistem persekolahan, namun
partisipasi kasar (APK) dan angka partisipasi murni
kompetensi lulusannya dianggap setara dengan
(APM) pendidikan, baik Paket A setara SD/MI,
kompetensi lulusan pendidikan formal
Paket B setara SMP/MTs,
setelah
dilakukan pengujian oleh lembaga yang memiliki kewenangan yang ditunjuk oleh pemerintah sesuai perintah
Undang-undang.
Walaupun
dan Paket C setara
SMA/MA ( Suryadi, 2006:23) Dalam
situasi
masyarakat
yang
selalu
demikian
berubah, idealnya pendidikan kesetaraan tidak hanya
pendidikan kesetaraan seakan termarginalkan dari
berorientasi pada masa lalu dan masa kini, yang
perhatian publik karena wujud penyelenggaraannya
senantiasa dilaksanakan dengan mengacu pada
di dalam masyarakat tidak begitu popular. Padahal
pendidikan
formal,
yakni
berkelompok,
*
Dosen Program Studi Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta. Jl. Rawamangun Muka Komplek Kampus UNJ, Jakarta 13220, Telp. 021- 4897535, Email:
[email protected]
156
Anan Sutisna, Pengembangan Model Pembelajaran Blended pada …
mempergunakan narasumber dari kalangan guru
sebagaimana hasil penelitian yang dilakukan oleh
formal, serta metode pembelajarannya sentaralistik
Didarul Islam Manik and Charles A. Lubbers, (2016
(teaching center), sebab diketahui bersama bahwa
: 267) tentang penggunaan sumber daya online
karakeristik sasaran pendidikan kesetaraan sangat
informasi oleh petani di Bangladesh. Penelitian ini
beragam ditinjau dari tingkat umur, ekonomi, letak
bertujuan mengeksplorasi akses dan penggunaan
geografis dan keadaan sosial budaya. Peserta didik
informasi oleh petani, dengan mengambil "difusi
pendidikan kesetaraan adalah orang-orang yang
inovasi" model Roger sebagai kerangka teoritis.
memiliki pemikiran kritis rasional, artinya apa yang
Metode
dia lakukan berorientasi pada keuntungan dirinya
menggunakan kuantitatif dan kualitatif. Untuk data
pada
kuantitatif,
saat
itu,
tanpa
memikirkan
bagaimana
pentingnya pendidikan dalam kehidupan. Paradigma
pendidikan
kesetaraan
pengumpulan
kuesioner
mengumpulkan yang
Sedangkan
data
informasi
data
kualitatif,
dalam
penelitian
digunakan dari
untuk responden.
dilakukan
dengan
menganggap sasarannya adalah orang-orang kurang
wawancara di kalangan petani. Beberapa penyuluh
beruntung dan termarginalkan, perlu mengalami
pertanian (penyelia layanan) juga diwawancarai
revolusi dan pencerahan. Bahwa sasaran pendidikan
untuk menilai pola layanan mereka kepada petani.
kesetaraan dewasa ini bukan hanya orang yang
Hasil penelirtian ini menunjukan bahwa sebagian
kurang beruntung dan termarginalkan, tetapi juga
besar petani tidak akrab dengan sumber informasi
melayani orang-orang yang memilih pendidikan
pertanian secara online karena kurangnya fasilitas
kesetaraan, sebagai suatu pilihan artinya bahwa
teknologi, seperti komputer dan koneksi internet.
sasaran pendidikan keseteraan adalah orang-orang
Petani tidak khawatir tentang menggunakan TIK
yang mampu baik secara intelektual maupun secara
atau sumber informasi online. Tetapi
material, hanya karena persoalan kesempatan dan
khawatir tentang harga rendah produk mereka dan
waktu yang dimiliki sangat terbatas. Oleh karena itu
harga tinggi dari benih, pupuk, pestisida, bahan
pemahaman tentang pembelajaran pada pendidikan
bakar serta transportasi. Sumber informasi utama
kesetaraan
hanya
yang petani peroleh dari media televisi, radio, koran,
mempelajari tentang konsep, teori dan fakta, tetapi
sesama petani dan penyelia layanan penyuluhan
lebih mementingkan aplikasi dalam kehidupan
pertanian.
yang
pada
dasarnya
tidak
mereka
sehari-hari, menuntut bagi para penyelenggara
Untuk mendukung terjadinya kemandirian
pendidikan untuk lebih bijaksana memilih tutor yang
belajar peserta didik, maka peran tutor sebagai
memiliki pengetahuan dan pengalaman tentang
fasilitator atau pendamping peserta didik, yang
model-model
didalamnya berperan sebagai catalicator, process
dan
strategi
pembelajaran
yang
berbasis pada Teknologi Informasi dan Komunikasi
helper, resources linker,
(TIK), misalnya pembelajaran program paket C
(Havelock,
melalui internet.
memiliki tujuan (a) membebaskan peserta didik dari
Sebagai
perbandingan
1991: 211). Kemandirian belajar
tentang
pola pembelajaran yang konvensional, (b) membuka
penggunaan pembelajaran yang mengunakan TIK
kesempatan belajar sesuai kemampuan, dan (c)
157
bahan
and solution giver.
Jurnal Teknologi Pendidikan Vol. 18, No. 3 Desember 2016
membangun
suatu
pola
pembelajaran
yang
sering
disebut
sebagai
pembelajaran
blended,
membimbing peserta didik menuju self directed
menggabungkan beberapa jenis pedagogi dengan
learning (Wedemeyer, 1979 : 17 ).
alat yang berbeda untuk interaksi dan diskusi.
Disamping
itu
juga
diperlukan
aspek
Blended learning sebagai campuran kelas tradisional
kehadiran sosial dalam pembelajaran sebagaimana
dan pembelajaran online yang mencakup beberapa
hasil penelitian
kenyamanan dan tanpa menghilangkan makna
Rosemarie Garner and Elizabeth
Rouse (2016 : 25) bahwa di Australia agenda
kontak face to face.
reformasi nasional untuk pendidikan anak usia dini
Blended Learning merupakan metode belajar
dan perawatan telah menyebabkan peningkatan
yang menggabungkan dua atau lebih metode dan
permintaan untuk guru anak usia dini yang
pendekatan dalam pembelajaran untuk mencapai
berkualitas. Sebagai tanggapan, universitas telah
tujuan proses pembelajaran. Menurut Thorne (2003 :
mengembangkan
16)
pendekatan
inovatif
dalam
bahwa
apa
yang
terjadi
dalam
kelas
memberikan program pendidikan guru anak usia dini
konvensional dimana pendidik dan peserta didik
yang dirancang untuk mendukung diploma pendidik
bertemu langsung, dengan pembelajaran
yang berkualitas yang ada untuk mendapatkan
yang bisa diakses kapan dan dimana saja. Adapun
kualifikasi mengajar mereka. Dengan studi yang
bentuk lain dari blended learning adalah pertemuan
dilakukan berbasis masyarakat, on line e-learning
virtual antara pendidik dan peserta didik. Dimana
dan tatap muka tutorial intensif. Penelitian ini
mereka memungkinkan berada di dunia yang
menyimpulkan bahwa dimasukkannya kontak dan
berbeda, namun bisa saling memberi feedback,
kehadiran sosial dalam lingkungan pembelajaran on-
bertanya, menjawab, berinteraksi antara peserta
line sangat berpengaruh.
didik dengan pendidik atau antara peserta didik
Semangat mengembangkan
untuk suatu
mengkaji model
dan
dan strategi
online
dengan peserta didik. Menurut Bersin, (2004 : 15)
Blended
pembelajaran yang memadukan antara pembelajaran
learning is the combination of diffrent training
konvensional
Teknologi
media (technologies, activities, and types of events)
Informasi dan Komunikasi untuk meningkatkan
to create an optimum training program for a specific
kemandirian belajar. Maka salah satu model
audience. The term (blended) mean that tradisional
pembelajaran Blended Learning yaitu pembelajaran
instructur-led training is being supplemented with
tatap muka yang menggunakan CD interaktif dan e-
olther electronic formats. In the contex of the book
book dalam jaringan internet. Sebagaimana hasil
blended learning program use many different forms
penelitian Gillian Lord & Lara Lomicka (2008 :
of e-learning, perhaps complement with instructor-
158) bahwa pengembangan komunitas online tidak
led training in orther live formats.
dengan
menggunakan
hanya dalam pendidikan jarak jauh tetapi juga dalam program hybrid yang menggabungkan
Berdasarkan pendapat Bersin di atas, maka
fitur dari
dapat disimpulkan bahwa blended learning adalah
pendidikan jarak jauh online dengan pembelajaran
kombinasi dari berbagai media teknologi, kegiatan
berbasis kelas tradisional. Hybrid jenis program ini
dan jenis peristiwa untuk menciptakan program
158
Anan Sutisna, Pengembangan Model Pembelajaran Blended pada …
pelatihan yang optimal bag peserta secara spesifik.
utama yang mempengaruhi kepuasan peserta didik
Program pembelajaran ini menggunakan berbagai
di lingkungan blended learning. Ada enam dimensi
bentuk e-learning baik dengan instruktur pelatihan
yaitu (1) pelajar, (2) instruktur, (3) lembaga, (4)
maupun format langsung. Dengan demikian blended
teknologi, (5) desain dan (6) lingkungan, yang
learning
menjadi indikator kepuasan peserta didik khususnya
merupakan suatu model pembelajaran
yang memadukan kekuatan pembelajaran tradisional
pada
tatap
blended learning. Dimana dalam penelitian tersebut
muka
dengan
lingkungan
pembelajaran
elektronik.
komponen
e-learning
dalam lingkungan
disimpulkan bahwa peserta didik (generasi muda)
Sejalan
dengan
pembelajaran
blended
diprioritaskan dimensi desain menjadi faktor yang
learning terdapat hasil penelitian Ibrahim Aly (2016
paling penting dalam kepuasan mereka terhadap e-
: 325) yang relevan yaitu penelitian yang mengambil
learning komponen dalam lingkungan blended
tampilan empiris pada tiga area perbandingan belajar
learning. Oleh karena itu, mungkin lebih strategis
yang berbeda lingkungan yaitu (1) tatap muka, (2)
bagi lembaga pendidikan untuk menekankan pada
on-line dan (3) campuran (blended learning) pada
dimensi desain dalam implementasi e-learning
materi Pengantar Akuntansi Manajerial. Dimana
mereka dalam lingkungan blended learning khusus
penelitian ini membandingkan hasil ujian tengah
untuk peserta didik yang lebih muda.
semester, ujian akhir dan jumlah hasil nilai akhir
Berdasarkan pengertian dan keunggulan
siswa dalam kursus tersebut yang diajarkan oleh
blended learning di atas, maka hasil penelitian
instruktur yang sama dengan menggunakan blended
Yamanto Isa (2015: 83) menunjukkan bahwa
learning, tatap muka, dan penggunaan media online.
pengembangan model blended learning mampu
Dalam analisis uji variance yang digunakan untuk
meningkatkan
menentukan
yang
mudah memahami materi baik melalui pembelajaran
signifikan terhadap hasil kinerja siswa dalam kursus
tradisional maupun menggunakan e-learning. Atas
tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
dasar hasil penelitian tersebut, maka rumusan
tidak ada perbedaan yang signifikan dalam tiga
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
lingkungan belajar yang berbeda. Dengan demikian
(1) Bagaimana model konseptual pembelajaran
penelitian ini menyimpulkan bahwa instruktur dan
blended learning untuk meningkatkan kemaandirian
pedagogi lebih penting untuk belajar siswa dari pada
belajar peserta didik pada program paket C? (2)
jenis media pengiriman dan instruktur harus
Bagaimana penerapan model pembelajaran blended
memfokuskan
learning untuk meningkatkan kemandirian belajar
apakah
pada
terdapat
kualitas
perbedaan
merancang
dan
mengembangkan konten.
hasil belajar mahasiswa dan lebih
peserta didik pada program paket C? dan (3) Apakah
Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian Won
efektif model pembelajaran blended learning untuk
Sun Chen and Adrian Yong Tat Yao (2016 : 1667)
meningkatkan kemandirian belajar peserta didik
bahwa tingkat kepuasan peserta didik dengan
pada program paket C di Pusat Kegiatan Belajar
blended learning memainkan peran penting. Oleh
Masyarakat?
karena itu fokus penelitiannya pada faktor-faktor
159
Jurnal Teknologi Pendidikan Vol. 18, No. 3 Desember 2016
berdasarkan atas tujuan dan karakteristik yang telah
METODE PENELITIAN Untuk mencapai tujuan penelitian ini
ditentukan sebelumnya, (Sukardi, 2003 : 75).
ditempuh pendekatan penelitian dan pengembangan
Prosedur yang ditempuh secara operasinal
pendidikan (educational research and development)
dalam penelitian dan pengembangan ini melalui tiga
sebagaimana yang ditulis oleh Borg dan Gall (2003 :
tahapan
570). Educational research and development (R &
penyusunan model konseptual dan (3) uji efektivitas
D) adalah proses untuk mengembangkan dan
model pembelajaran.
memvalidasi produk pendidikan yang berupa tujuan
Studi
yaitu:
(1)
studi
pendahuluan
dilakukan
untuk
mengetahui
keras, lunak maupun cara atau prosedurnya. Tujuan
pembelajaran yang ada sekarang di beberapa
akhir dari R & D pendidikan adalah lahirnya produk
lembaga penyelenggara pendidikan kesetaraan di
baru untuk meningkatkan performa kerja pendidikan
propinsi DKI Jakarta seperti Pusat Kegiatan Belajar
dan
proses
Masyarakat (PKBM). Persoalan yang dieksplorasi
pembelajaran menjadi lebih efektif dan/atau lebih
dalam studi pendahulaun tersebut meliputi (1) model
efisien, serta sesuai dengan tuntutan kebutuhan.
– model pembelajaran program paket C yang yang
Dalam
Dengan
penelitian
demikian
dan
pengembangan
dilakukan
mendalami
(2)
belajar, metode, kurikulum, evaluasi, baik perangkat
pembelajaran.
dan
pendahuluan,
sekarang. (2) metode
strategi
pembelajaran
evaluatif, dan eksperimen (Sugiyono, 2007: 316).
maupun tutor, (3) aktivitas peserta didik dalam
Survey digunakan dalam penelitian pendahuluan
mengikuti kegiatan pembelajaran, (4) peranan tutor
untuk mengetahui kondisi pendukung dan praktek
dalam pengelolaan dan pengendalian pembelajaran,
yang
akan
(5) kegiatan belajar yang diinginkan oleh peserta
dikembangkan. Sedangkan penggunaan metode
didik, (6) kegiatan penilaian dalam pembelajaran,
eksperimen dalam penelitian ini merujuk pada
(7) tindak lanjut pembelajaran.
dengan
produk
yang
dilakukan
dan
utamanya menggunakan tiga metode, yaitu survey,
terkait
yang
model-model
penyelenggara
desain Pre- eksperimen. Dimana metode penelitian
Pengembangan model konseptual dilakukan
pre-eksperimen, peneliti menggunakan pendekatan
dengan prosedur (1) penentuan komponen model
One Group Pretest-Posttest Design. Hasil yang
berdasarkan informasi teoretik, dan (2) validasi ahli
diukur adalah kemandirian belajar peserta didik
dan praktisi. Penentuan komponen model dilakukan
dengan menilai hasil belajar yang diberikan tes
dengan cara mengkaji secara kritis hasil-hasil studi
sebelum (pretest) dan tes setelah penggunaan media
pendahuluan dan ekplorasi lapangan terdahulu,
CD
dengan
menarik preskripsi dari kajian literatur tentang
menggunakan materi yang sama. Hasil test awal
model pembelajaran, khususnya teori dan praktik
(pretest) akan dibandingkan dengan test akhir
pembelajaran di lembaga penyelenggara program
(posttest) setelah mendapatkan perlakuan. Desain
paket C. Pengembangan perangkat dan substansi
eksperimen
kelompok
model dilakukan dengan prosedur (1) identifikasi
eksperimen
perangkat dan isi model, (2) pengembangan
interaktif
eksperimen.
dan
e-book
(posttest),
terdiri atas satu kelas Pemilihan
kelas
perangkat dan substansi model, dan (3) validasi ahli
160
Anan Sutisna, Pengembangan Model Pembelajaran Blended pada …
dan uji-coba perangkat model. Identifikasi perangkat
dalam analisis data meliputi mengelompokkan data
dan
berdasarkan
substansi
model
dilakukan
dengan
cara
variabel
dan
jenis
responden,
menganalisis karakteristik pembelajaran blended
mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh
learning, dan secara simultan dikaitkan dengan
responden, menyajikan data tiap variabel yang
peningkatan
telah
diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab
disiapkan sebelumnya. Uji-coba perangkat model
rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk
dilakukan dengan metode limited field-trial dengan
menguji hipotesis yang telah diajukan.
kemandirian
bekerjasama
dengan
belajar
beberapa
yang
lembaga
yang
Adapun analisis data yang dimaksud ialah
mengelola pembelajaran paket C yang ada di
dengan
menguji
hipotesis
penelitian
dengan
provinsi DKI Jakarta.
menggunakan pengujian kesamaan dua rata-rata: uji
Uji coba model yang lebih luas untuk
dua pihak, yaitu dengan uji t. Data didapat dari data
mengetahui efektifitas model melalui tindakan
pretest dan posttest melalui angket. Rumus t tersebut
berulang dilakukan dengan berdasar pada pendapat
dibandingkan dengan t1 – α, dimana t1 – α didapat
Hopkins (1993 : 121) yang meliputi kegiatan (1)
dari daftar distribusi t dengan peluang (1- α) dan dk
perencanaan strategi implementasi pembelajaran, (2)
= (n1+n2-2). Untuk menguji hipotesis, yaitu melihat
pelaksanaan pembelajaran, (3) refleksi hasil dan
ada atau tidaknya perbedaan hasil hitung observasi
proses pembelajaran, dan (4) observasi serta
kemandirian belajar sebelum eksperimen dengan
perbaikan
siklus
hasil
siklus
eksperimen digunakan uji t dengan taraf signifikan
proses
pembelajaran
ini
pembelajaran. diperlukan
Dalam
dua
kali
pelaksanaan pembelajaran dengan peserta didik yang
hitung
observasi
kemandirian
setelah
α= 0,05.
berbeda dan lembaga pembelajaran yang berbeda pula. Pertama dilakukan di laboratorium pelatihan
HASIL PENELITIAN
Jurusan PLS yang ada dalam Kampus UNJ, Kedua
Berdasarkan hasil analisis data dan sesuai
dilakukan di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat.
dengan
Sehingga dimungkinkan adanya variasi dan akurasi
pengembangan, maka hasil penelitian menunjukan
data yang lebih lengkap untuk memperbaiki model
bahwa: Pertama aspek perencanaan pembelajaran
pembelajaran
yang meliputi: (1) Mengidentifikasi topik mata
yang
dianggap
efektif
dalam
peningkatan kemandirian belajar yang diharapkan. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara
kualitatif
implementasi
dan
model
langkah-langkah
penelitian
dan
pelajaran yang akan diberikan 60%, (2) Melakukan pembuatan rencana persiapan sebelum pembelajaran
kuantitatif,
terhadap
70%, (3) Menentukan strategi pembelajaran sesuai
pembelajaran.
Analisis
karakteristik peserta didik 50%, (4) Ketepatan
kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan hasil
pemilihan
penelitian pendahuluan, analisis kuantitatif terkait
Sistematika penyusunan materi pembelajaran 40%,
dengan keterlaksanaan dan pengaruh model yang
(6) Ketepatan rumusan tujuan yang akan dicapai
dikembangkan.
50% dan
Analisis
kuantitatif
digunakan
analisis statistic (Iskandar, 2009 : 17). Kegiatan
161
materi
pembelajaran
60%,
(5)
(7) Kesesuaian media pembelajaran
dengan karakteristik peserta didik 10%.
Jurnal Teknologi Pendidikan Vol. 18, No. 3 Desember 2016
Kedua aspek pengorganisasian pembelajaran
disampaikan
70%,
(4)
Penulisan
butir
soal
terdiri dari (1) Pengorganisasian warga belajar
dijabarkan dalam kisi-kisi dan menggunakan bahasa
dalam penggunaan media pembelajaran 60% dan
yang mudah dipahami 50% dan (5) Melaksanakan
(2) Pengaturan kegiatan pembelajaran dengan
penilaian hasil belajar dalam proses pembelajaran
menggunakan CD interaktif dan e-book 20%.
50%.
Ketiga
aspek
pelaksanaan
proses
pembelajaran terdiri dari (1) Penyampaian tujuan
Konseptual Model Pembelajaran
yang akan dicapai ketika membuka pelajaran 50%,
Prosedur
yang
ditempuh
dalam
(2) Penyajian materi secara sistematis dalam
mengimplementasikan model pembelajaran blended
pembelajaran
learning ini, melalui tiga tahapan, yakni: (1)
60%,
(3)
Kesesuaian
media
pembelajaran dengan karakteristik peserta didik
perencanaan,
40%, (4) Ketetapan penggunaan media dalam
Masing-masing tahapan tersebut dapat di jelaskan
pembelajaran 20%, (5) Kesesuaian media dengan
sebagai berikut:
kebutuhan peserta didik 40%, (6) Penggunaan
1) Tahap Perencanaan dalam implementasi model
media sesuai dengan tujuan pembelajaran10%, (7)
ini menempuh beberapa kegiatan antara lain: (1)
Penggunakan
sesuai dengan media
Identifikasi kebutuhan belajar, dimana tutor dan
pembelajaran yang digunakan 40%, (8) Penggunaan
peserta didik menentukan materi apa yang akan
media sesuai dengan karakteristik peserta didik
disampaikan dalam pembelajaran sesuai dengan
50%, (9) Pengunaan waktu secara proporsional
kurikulum program paket C setara SMA. (2)
untuk pembukaan, inti dan penutup 30%, (10)
Menetapkan jenis media pembelajaran yang
Kesesuaian materi pelajaran dengan pengalaman
berbasis TIK yaitu e-book dan CD interaktif.
yang dimiliki warga belajar 50%, (11) Peserta didik
Dimana media e-book berisikan materi tentang
terlibat secara aktif dalam pembelajaran 30%, (12)
Pelajaran Sosiologi dengan pokok bahasan konfik
Adanya penguatan secara bervariasi dengan waktu
sosial, sedangkan media CD interaktif berisikan
yang tepat dan konsisten 30%, (13) Pemberian
materi tentang pelajaran bahasa inggris dengan
kesimpulan pada akhir pembelajaran 60%, (14)
topik tentang Preposition.
metode
Penggunaan bahasa dalam media pembelajaran
2)
Tahap
(2) pelaksanaan, dan (3) evaluasi.
Pelaksanaan pembelajaran blended
mudah dipahami 40%, (15) Media mengandung
learning tutor berperan sebagai fasilitator dan
substansi materi mata pelajaran yang akan diajarkan
bertindak
20% dan (16) Suasana pembelajaran dengan
memfasilitasi
menggunakan media sangat dinamis 60%
pembelajaran
Keempat
aspek
penilaian
sebagai
sumber
terjadinya dengan
belajar kegiatan
untuk proses
langkah-langkah:
(1)
pembelajaran
menyampaikan tujuan (kompetensi) yang akan
terdiri dari (1) Media pembelajaran membantu
dicapai, (2) mendeskripsikan materi secara
memperjelas materi belajar 10%, (2) Ketepatan
singkat;
prosedur dan jenis penilaian hasil belajar 60%, (3)
penggunaan media e-book dan CD interaktif,
Kesesuaian alat penilaian dengan materi yang
sehingga
(3)
menjelaskan
memberikan
langkah-langkah
pengalaman
belajar
162
Anan Sutisna, Pengembangan Model Pembelajaran Blended pada …
kepada peserta didik, dengan penggunaan media
pembelajaran melalui pengujian awal (pre test)
memfasilitasi warga belajar untuk melakukan
untuk mengetahui tingkat penguasaan materi
pembelajaran
melakukan
belajar, dilakukan sebelum implementasi ujicoba
pembelajaran mandiri dengan menggunakan
model, dan pengujian akhir (post test) dilakukan
media
pada akhir keseluruhan proses pembelajaran
mandiri;
e-book
dan
dan
CD
(4)
interaktif
dalam
implementasi pembelajaran paket C.
setelah berakhir, melalui test. Evaluasi proses
Peserta didik program paket C bertindak
pembelajaran
dilakukan
efektivitas
kolaboratif dengan tutor dalam melaksanakan
melalui penyebaran angket tentang pendapat
kegiatan pembelajaran dengan langkah-langkah:
peserta didik dalam model pembelajaraan yang
(1) menyimak uraian materi secara seksama; (2)
dikembangkan. Evaluasi dampak implementasi
melakukan
dengan
model (outcome), dilakukan pada kegiatan
menggunakan media e-book dan CD interaktif
reflektif untuk mengetahui kemandirian belajar,
sesuai materi yang diajarkan oleh tutor; (3)
dilaksanakan melalui penyebaran angket terhadap
melakukan
peserta didik di kelompok belajar paket C.
pembelajaran
pembelajaran
mandiri
dengan
model
mengukur
secara individual maupun kelompok melalukan
kegiatan
penerapan
untuk
pembelajaran,
menggunakan media e-book dan CD interaktif dalam
kegiatan
pembelajaran
ini
melalui
Implementasi Model Pembelajaran
langkah-langkah: (a) menghidupkan komputer,
Implementasi model pembelajaran ini untuk
(b) melaksanakan pembelajaran mandiri, (c)
membuktikan seberapa besar model pembelajaran
mengoperasikan komputer untuk menggunakan
blended learning memberikan pengaruh terhadap
media e-book dan CD interakasi, dan (d)
peningkatan kemandirian belajar peserta didik
merencanakan
program paket C, setelah itu dilakukan uji t dua
pembelajaran
mandiri
tahap
selanjutnya. Langkah-langkah tersebut ditempuh
belahan (two tails), dengan signifikansi α = 0,05.
bertujuan untuk lebih meningkatkan kemandirian
Pengujian
hipotesis
penelitian
yang
belajar peserta didik dalam pembelajaran secara
dilakukan dalam penelitian ini, yakni: Ho: Tidak
aktual.
terdapat pengaruh penggunaan media pembelajaran
3) Tahap evaluasi dilakukan berdasarkan kriteria
CD interaktif dan e-book terhadap peningkatan
dan instrumen yang akan digunakan untuk
kemandirian belajar peserta didik program paket C
menilai efektivitas model pembelajaran. Evaluasi
pada PKBM di DKI Jakarta. H1: Terdapat pengaruh
efektivitas model ditempuh melalui tiga tahap
dalam
penilaian, yaitu (1) penilaian terhadap hasil
interaktif
pembelajaran (outpu)t; (2) evaluasi terhadap
kemandirian belajar peserta didik program paket C
proses implementasi model, dan (3) evaluasi
pada PKBM di DKI Jakarta. Berdasarkan pengajuan
terhadap dampak implementasi model (outcome).
hipotesis tersebut, diperoleh data hasil penelitian
Evaluasi hasil pembelajaran dilakukan untuk
yang menunjukkan bahwa skor rerata posttest lebih
mengukur
besar dari skor rerata pretest ( x1 > x2 ). Adapun
163
tingkat
efektivitas
keberhasilan
penggunaan dan
media
e-book
pembelajaran
terhadap
CD
peningkatan
Jurnal Teknologi Pendidikan Vol. 18, No. 3 Desember 2016
perhitungan pengujian hipotesis tersebut dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 1 Perhitungan Statistik Skor Pretest dan Skor Posttest No. Res. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 𝝨 - x s2 S
Pretest (x2) 17 17 17 14 22 19 19 11 12 11 18 18 12 11 218 15.6 1.40 1.18
Nilai 57 57 57 47 73 63 63 37 40 37 60 60 40 37 728
(x2- x 2)
(x2- x2)2
1.21 1.21 1.21 1.00 1.57 1.36 1.36 0.79 0.86 0.79 1.29 1.29 0.86 0.79
1.47 1.47 1.47 1.00 2.47 1.84 1.84 0.62 0.73 0.62 1.65 1.65 0.73 0.62 18.20
Berdasarkan perhitungan diperoleh thitung =
Posttest (x1) 21 29 20 21 25 24 29 25 19 21 27 25 19 19 324 23.14 3.01 1.73
Nilai 70 97 67 70 83 80 97 83 63 70 90 83 63 63 1079
(x1- x1)
(x1- x1)2
1.50 2.07 1.43 1.50 1.79 1.71 2.07 1.79 1.36 1.50 1.93 1.79 1.36 1.36
2.25 4.29 2.04 2.25 3.19 2.94 4.29 3.19 1.84 2.25 3.72 3.19 1.84 1.84 39.12
Dengan demikian Ho ditolak dan H1 diterima yang
3,57, maka mencari ttabel dengan derajat kebebasan
berarti
terdapat
pengaruh
penggunaan
media
(dk) = n1 + n2–2, yaitu = 14+14–2 = 26. Jadi
pembelajaran CD interaktif dan e-book terhadap
diperoleh ttabel =1.706. Sehingga kesimpulan thitung =
peningkatan kemandirian belajar peserta didik
3.57 > ttabel =1,706 dengan taraf signifikan 0.05.
program paket C pada PKBM di DKI Jakarta.
Tabel 2 Perhitungan Selisih Nilai Pretest dan Nilai Posttest No. Resp
Nilai Pretest
Nilai Posttest
Selisih Nilai
Persentase (%)
1
57
70
13
22.8
2
57
97
40
70.2
3
57
67
10
17.5
4
47
70
23
48.9
5
73
83
10
13.7
6
63
80
17
27.0
7
63
97
34
54.0
8
37
83
46
124.3
9
40
63
23
57.5
10
37
70
33
89.2
11
60
90
30
50.0
12
60
83
23
38.3
13
40
63
23
57.5
14
37
63
26
70.3
Jumlah
728
1079
351
-
Rerata
52
77
25
48.2
164
Anan Sutisna, Pengembangan Model Pembelajaran Blended pada …
Berdasarkan tabel di atas, bahwa nilai rerata
Dalam
pengembangan
pendidikan
luar
pretest dari 14 orang peserta didik kelompok
sekolah, model pembelajaran ini berkontribusi
eksperimen ialah 52 dimana nilai tertinggi 73 dan
memperkuat teori-teori pembelajaran yang dapat
nilai terendah 37. Hal ini menunjukkan bahwa
menambah khasanah pengetahuan dalam dimensi
tingkat kemandirian tergolong Kurang. Sedangkan
pembelajaran pendidikan kesetaraan. Pembelajaran
nilai rerata yang diperoleh kelompok eksperimen
sebagai proses peningkatan sumber daya manusia
ialah 77 dimana nilai tertinggi 97 serta nilai terendah
sangat penting
(human capital), artinya bahwa
63. Secara keseluruhan, kemandirian belajar setelah
program-program
pembelajaran
diberikan perlakuan (treatment) diklasifikasikan ke
dilaksanakan,
dalam kategori Baik. Dengan demikian terjadi
mengembangkan
peningkatan rerata nilai pretest dan posttest peserta
kelampok, agar dapat meningkatkan intelektualnya
didik yakni dari 52 menjadi 77. Jadi kenaikan rerata
(Kamil, 2007: 74).
nilai sebesar 25 poin
atau 48,2% tersebut dapat
dikategorikan dalam kategori penilaian Cukup Baik. Maka
dengan
memperhatikan
pada
Model
dirancang
dan
dasarnya
bertujuan
untuk
kemampuan
individu
atau
pembelajaran
blended
learning
dengan pengembangan media CD interaktif dan e-
hasil
book dijadikan strategi dalam pembelajarannya,
pengujian hipotesis dan hasil selisih nilai pretes dan
secara nyata telah dapat meningkatkan kemandirian
postes dapat disimpulkan bahwa efektif model
belajar peserta didik dalam pendidikan kesetaraan
pembelajaran blended learning dalam meningkatkan
paket C pada PKBM. Sesuai temuan empirik
kemandirian belajar peserta didik program paket C
penerapan model ini menunjukkan efektivitasnya
pada Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat di DKI
bagi terpenuhinya kebutuhan belajar peserta didik
Jakarta.
dalam upaya meningkatkan kemandirian belajarnya, sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar dan kreativitas,
PEMBAHASAN Penelitian pembelajaran
pengembangan
dalam
penerapannya,
sehingga
meningkatkan
prestasi
model
belajarannya dalam memenuhi kebutuhan untuk
telah
meningkatkan kemandirian belajar peserta didik.
memperoleh temuan yang menunjukkan efektivitas
Pada
bagi terpenuhinya kebutuhan belajar peserta didik
implementasi pendidikan kesetaraan khususnya
kesetaraan
paket C di PKBM.
paket
C
dalam
meningkatkan
kemandirian belajarnya. Oleh sebab itu, keberartian
gilirannya
akan
mendukung
efektivitas
Model pembelajaran blended learning yang
hasil studi pengembangan model pembelajaran ini
dikembangkan,
memiliki implikasi baik secara teoretis dalam
menunjukkan
menambah khasanah pengetahuan, maupun secara
kemandirian belajar peserta didik program paket C,
praktis untuk kebijakan operasional yang dapat
dan bisa diterima sebagai alternatif pengembangan
diterapkan
program pembelajaran yang lebih kontektual, efektif
dalam
pelaksanaan
program paket C di PKBM.
pembelajaran
pada efektif
implementasinya dalam
telah
meningkatkan
dan efisien sesuai dengan kondisi peserta didik. Dalam implementasinya, model pembelajaran yang
165
Jurnal Teknologi Pendidikan Vol. 18, No. 3 Desember 2016
dikembangkan
menunjukkan
efektif
dalam
mendasar sampai dengan tingkat keterampilan
meningkatkan kemandirian belajar peserta didik,
berpikir kritis yang lebih tinggi (Mac Kinnon, 2005 :
sehingga dapat dijadikan altematif dalam membantu
111).
meningkatkan kemampuan peserta didik paket C di
Berdasarkan fungsi tersebut menunjukkan
PKBM, agar penyelenggaraan program-program
tutor sebagai agen pembelajaran khususnya dalam
pendidikan luar sekolah berkembang ke arah yang
penyelenggaraan program paket C di PKBM menuju
lebih berkualitas, dan efektif. PKBM umumnya
pada pembelajaran yang lebih baik. Hal ini sesuai
harus didukung oleh tutor dalam jumlah memadai,
dengan salah satu prinsip pendidikan sepanjang
namun secara kualitas pembelajarannya masih
hayat
lemah. Atas dasar hal tersebut, perlu diupayakan
pendidikan luar sekolah dikembangkan berdasarkan
peningkatan kualitas pembelajaran secara lebih baik
pada salah satu prinsip di antaranya, kegiatan belajar
dan efektif.
untuk
menurut
Sudjana
memperoleh,
(2005:
217),
memperbaharui,
bahwa
dan/atau
Merujuk pada model pembelajaran blended
meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan
learning sebagai upaya meningkatkan kemandirian
yang telah dimiliki oleh warga masyarakat sesuai
belajar, maka peran tutor berdasarkan kajian teoretik
dengan perubahan yang terus menerus sepanjang
maupun kajian empirik dalam kegiatan pembelajaran
kehidupan.
berfungsi: (1) menumbuhkan kesadaran peserta didi
Bagaimana
tutor
ada
memberikan
untuk meningkatkan kemandirian dalam belajar; (2)
sehingga PKBM tetap mampu memberi layanan
membantu peserta didik sebagai pembelajar untuk
pembelajaran yang optimal kepada peserta didik,
bisa mengembangkan potensinya, sesuai bakat dan
termasuk pelayanan pendidikan kesetaraan paket C.
minatnya; (3) meningkatkan kesadaran peserta didik
Altematifnya
akan pentingnya kualitas diri secara efisien agar
mengajar dengan menggunakan media secara praktis
mencapai prestasi.
dalam pembelajaran yang inovatif mereka melalui
membekali
berkualitas,
keterampilan
pembelajaran blended learning.
dan Komunikasi dalam konteks pembelajaran di kelas adalah sebagai alat atau sarana
adalah
yang
dapat
sebagai pelaku pembelajar dan pentingnya mereka
Fungsi lain mengenai Teknologi Informasi
pembelajaran
yang
Hasil temuan penelitian ini menunjukkan
yang
bahwa rerata nilai kemandirian belajar peserta didik
perbaikan/
program paket C meningkat cukup baik. Hal ini
penyempurnaan kegiatan pembelajaran (Haddad,
ditandai dengan perolehan hasil belajar yang
2005 : 55). Sehingga para siswa menjadi lebih
menunjukkan
otonom dan kritis dalam menghadapi masalah, yang
menggunakan media CD interaktif dan e-book
pada akhirnya bermuara pada peningkatan hasil
dalam pembelajaran yang dilakukan tutor, serta
belajar siswa (Karsenti, 2005 : 89). Teknologi
respon
Informasi dan Komunikasi dapat dan benar-benar
penerapan model pembelajaran yang dikembangkan.
membantu siswa mengembangkan semua jenis
Atas dasar hasil temuan dalam penelitian ini, maka
keterampilan, mulai dari tingkat yang sangat
model pembelajaran yang dikembangkan dikatakan
digunakan
untuk
melakukan
peserta
peningkatan
didik
yang
positif
antusias
dengan
terhadap
166
Anan Sutisna, Pengembangan Model Pembelajaran Blended pada …
efektif untuk meningkatkan kemandirian belajar peserta didik program paket C di PKBM.
KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan hasil penelitian di atas, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut: (1) Penggunaan media yang berbasis TIK dalam pembelajaran program paket C di PKBM pada umumnya belum optimal, karena terbatasnya sarana perangkat komputer yang dimilikinya. Sehingga pada waktu pembelajaran
tatap muka secara
klasikal. penggunaan media oleh tutor masih lemah. (2)
Model
learning
konseptual
pembelajaran
blended
merupakan sebuah model pembelajaran
yang menggunakan media CD interaktif dan e-book pada proses belajar mengajarnya, dan sekaligus merupakan sebuah alternatif meningkatkan program
paket
pembelajaran
untuk
kemandirian belajar peserta didik C
pada
PKBM.
(3)
Hasil
implementasi model pembelajaran blended learning yang
dikembangkan
berpengaruh
48,2%
cukup
efektif,
terhadap
di
mana
peningkatan
kemandirian belajar peserta didik program paket C
Gall, M.D. Gall J.P. & Borg W.R. Educational Research An Introduction 7th. Edition. Boston: Pearson Education, Inc, 2003. Havelock, R. G. Change The Agent’s Guide. New Jersey, Educational Technologi Publications, Inc, 1991. Haddad, Wadi D. Technology and Teacher Education: Making the Connection. http://www.techknowlogia.org. Diakses tanggal 28 Desember 2005 Hopkins, David. A Theacher’s to Guide Classroom Research. Philladelphia: Open University Press, 1993. Ibrahim Aly, Comparison of Students’ Performance in a Managerial Accounting Course Taught in Blended Learning, Traditional Classroom, & Online Setting, A Journal Of International Academy Of Business Disciplines Volume 2 Number 4, Februari 2016, ISSN 2329-5163 (online). www.iabd.org. Diakses 29 Desember 2016 Iskandar. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial. Jakarta: GP Press, 2009. Isa, Yumanto. Pengembangan Model Blended Learning Mata Kuliah Perencanaan Teknologi Pembelajaran, Teknologi Informasi dan Komunikasi. Jurnal Teknologi Pendidikan Vol. 17 Nomor: 2. Agustus 2015, hal. 73-83, 2015.
pada PKBM.
DAFTAR RUJUKAN Bersin, Josh. The Blended Learning Book Best Practices, Proven Methodologies and Lesson Learned. San Fransisco : John Weley, 2004. Didarul Islam Manik and Charles A. Lubbers. Use of ICT and Traditional Agriculture Information Sources Bangladeshi Farmers, A Journal Of International Academy Of Business Disciplines Volume 2 Number 4, Februari 2016, ISSN 2329-5163 (online). www.iabd.org. Diakses 29 Desember 2016
167
Kamil, M. Teori Andragogi, dalam Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung. Pedagogiana Press, 2007. Karsenti, Thierry. From Blackboard to Mouse Pad: A Case Study of the Effectiveness of ELearning and Technology in Teacher EducationPrograms. http://www.Techknow logia.org. Diakses 19 April 2005 Lord, G. & Lomicka L. Blended Learning in Teacher Education. An Investigation of Clasroom Community Across Media. Comtemporary Issues in Technology and Teacher Education, One way to Make It Effective. http://www.techknowlogia.org. Diakses 9 September 2005
Jurnal Teknologi Pendidikan Vol. 18, No. 3 Desember 2016
Mac
Kinnon, Soledad. (2005). Technology Integration in the Classroom: Is There Only One way to Make It Effective (http://www.techknowlogia.org) Diakses 19 Juni 2005
Rosemarie Garner and Elizabeth Rouse, Social presence – connecting pre-service teachers as learners using a blended learning model, Directory of Open Access Journals (DOAJ), Student Success ISSN: 2205-0795 Volume 7, Issue 1, pp. 25-36 March 2016. https://studentsuccessjournal.org/article/view/ 299/307. Diakses 23 Desember 2016 Sudjana D. Strategi Pembelajaran dalam Pendidikan Luar Sekolah, Bandung: Nusantara Press, 2005. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, Bandung, Alfabeta, 2007.
Suryadi, A. Peningkatan layanan berbagai program pendidikan nonformal. Jakarta: Depdiknas, 2006. Thorn, Kaye. Blended Learning. How to Integrate Online and Tradicional Learning, London : Kogen Page, 2003. Wedemeyer, C.A. Criteria for Constructing a Distance Education System. Canadian J. Univ. Continuing Ed. VI ,Desember 1979. Halaman 9-17. Won Sun Chen1 & Adrian Yong Tat Yao. An Empirical Evaluation of Critical Factors Influencing Learner Satisfaction in Blended Learning: A Pilot Study. Universal Journal of Educational Research 4(7): 1667-1671, 2016. http:// www.hrpub.org DOI: 10.13189/ujer.2016.040719. Diakses 23 Desember 2016.
Sukardi. Metodologi Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Bumi Aksara, 2003.
168