Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Multimedia 2015
ISSN : 2302-3805
STMIK AMIKOM Yogyakarta, 6-8 Februari 2015
Pengembangan Model dan Arsitektur Pengajaran Online Menggunakan Teknologi Komputasi Awan Kosasih Ali Abu Bakar 1) 1)
Pusat Penelitian Kebijakan, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kemendikbud; Komplek Kemdikbud, Gedung E, lt. 19, Jl. Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta Email :
[email protected] Abstrak
Komputasi awan telah menawarkan berbagai kelebihan dalam dunia pendidikan, selain diyakini sebagai solusi dalam masalah mahalnya nilai investasi informasi teknologi dan komunikasi dalam rangka melakukan percepatan untuk meningkatkan kualitas pendidikan juga melahirkan cara baru dalam melakukan pembelajaran. Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan sebuah model dan arsitektur pengajaran online yang berbasiskan teknologi komputasi awan sesuai dengan karakteristiknya serta mengkaji keuntungan yang didapat bagi seluruh pengguna dan pemangku kepentingan pengajaran online ini. Kata Kunci: model, pengajaran, online, arsitektur, komputasi awan. 1. Pendahuluan Cloud computing atau komputasi awan telah banyak digunakan dalam dunia pendidikan. Salah satu sebabnya karena diketahui komputasi awan mempunyai kelebihan dan kemudahan dalam berbagi penggunaan infrastruktur dan aplikasi sehingga menjadikan investasi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) menjadi lebih efektif dan efisien. Bila dioptimalkan kelebihan ini bisa sebagai jawaban atas hambatan-hambatan yang ada dalam peningkatan kualitas pendidikan, seperti dana yang terbatas sehingga menyebabkan kesulitan dalam membangun infrastruktur pendukung pendidikan. [1, 2]. Komputasi awan juga memberikan keamanan, kecepatan dan kenyamanan dalam penyimpanan data serta menggunakan jaringan layanan berbasiskan internet yang tingkat aksesibilitasnya begitu terbuka [3]. Selain itu, pengguna dapat menggunakan berbagai macam peralatan mengakses internet serta mengakses data dan layanan dengan flesibelitas waktu dan tempat selama masih berada dalam lingkungan komputasi awan atau terknoeksi dengan internet. Sistem ini menyediakan sumber daya komputer secara dinamis dan terukur dalam penyediaan informasi secara virtual pada setiap layanan pada Internet, sehingga dalam menggunakannya pengguna tidak perlu memiliki pengetahuan secara teknis dalam mengontrol infrastruktur teknologi pada komputasi awan yang mendukungnya [4]. Peradaban manusia yang semakin maju akibat dari penggunaan teknologi komputer dalam setiap aspek
kehidupannya, oleh karena itu dunia pendidikan perlu untuk memahami dan mengantisipasi perubahan ini terhadap dampak cara belajar dalam pembelajaran. Bagi pelajar, pembelajaran menggunakan komputasi awan berakibat mereka memiliki lebih banyak kebebasan dan kemandirian serta memberikan kesempatan dalam melakukan eksplorasi secara mandiri dalam pembelajaran. Hal ini menjadikan proses belajar mengajar menjadi lebih bermakna, karena proses menemukan dan membangun sebuah pengetahuan berdasarkan informasi dan pengalaman yang dilakukan secara mandiri akan mempengaruhi persepsi unik, pikiran dan perasaan setiap pelajar [5, 6]. Komputasi awan memberikan keuntungan tentang pendidikan yang murah dan aksesibilitas yang begitu luas. Selain itu, dalam penerapannya harus dipastikan juga karakter dari komputasi awan bagi dunia pendidikan, yaitu otonomi dari pembelajar dengan tidak melupakan keefektifan pembelajaran. Hal ini sesuai dengan empat prinsip-prinsip dasarnya, yaitu pembelajar sebagai pusat pembelajaran, efektivitas sumber-sumber pengajaran, rasionalitas pengaturan navigasi dan kolaborasi dan berbagi e-learning. Namun demikian, pembelajar perlu mengembangkan rasa identitas mereka masing-masing dalam memperoleh keterampilan ketika bertindak secara independen dan memiliki kontrol atas lingkungannya [7, 8]. Cloud Education atau penggunaan teknologi komputasi awan dalam dunia pendidikan dapat menghasilkan skenario atau cara belajar yang baru akibat keberadaan sumber dan sarana belajar yang mudah dijangkau, penggunaan alat-alat komunikasi dan kemudahan penggunaannya akan menciptakan kesempatan sebuah inovasi baru dalam pembelajaran. Di sisi lain, komputasi awan membawa risiko baru bila dibandingkan dengan model konvensional seperti keamanan, kinerja, atau interoperabilitas, hal ini juga perlu dipertimbangkan [9]. Berbasis kepada literatur-literatur di atas sebagai hasil dari studi pustaka, kemudian peneliti melakukan sebuah kajian analisis mengenai karakter teknologi komputasi awan, guna membangun sebuah model pengajaran online yang sesuai dengan karakter dari komputasi awan tersebut. Artikel ini mempunyai sistematika penulisan sebagai berikut, bab pertama berisikan literatur-literatur pendukung penelitian dan tujuan penelitian. Bab kedua, membahas model pengajaran online berbasiskan komputasi awan, arsitektur komputasi awan serta
3.5-61
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Multimedia 2015
ISSN : 2302-3805
STMIK AMIKOM Yogyakarta, 6-8 Februari 2015
kelebihan dari model ini. Dan terakhir, bab ketiga akan menyimpulkan hasil dari penelitian ini. 2. Pembahasan Perbedaan Model Pembelajaran Tradisional hingga Model Pembelajaran e-learning berbasis Cloud Computing Seperti dalam tabel 1 [10] menjelaskan bahwa dalam metode pembelajaran secara tradisional antara pembelajar dengan instruktur biasanya saling berhadapan, dalam metode konvensional ini segala aktifitas belajar dan perencanaan pembelajaran berasal dari guru. Sedangkan untuk e-learning, pengetahuan di dapat dari sistem pendidikan dengan menggunakan internet sebagai alat komunikasi. Untuk penilaian juga terdapat perbedaan antara metode tradisional dengan e-learning, ketika dalam metode tradisional penilaian dilakukan hanya oleh guru, maka dalam e-learning yang melakukan penilaian adalah sistem dan guru itu sendiri. Begitu juga dengan kualitas pendidikan, metode tradisional amat bergantung kepada kualitas guru, penguasaan ilmu pengetahuan dan kemampuan dalam membagi ilmu pengetahuan. Sedangkan e-learning tergantung kepada kualitas sumber bahan belajar dalam bentuk elektronik atau digital serta tampilannya. Tabel 1. Perbandingan model pembelajaran tradisional dan e-learning Indikator Sumber Utama Belajar Sumber Belajar Tambahan Sistem Penilaian
Kualitas Pendidikan
Model Pembelajaran Tradisional e-learning Guru Pengetahuan yang berasal dari sistem pendidikan yang berbasiskan internet buku, panduan, Sumber dari guru, materi berbentuk sesama siswa suara dan video Hanya oleh guru Sistem dan guru yang bertanggung jawab dalam penilaian final Tergantung kepada Tergantung kepada kualitas guru, kualitas dari sumber tingkat pemahaman pengetahuan berbasis ilmu pengetahuan, elektronik dan materi dan kemampuan didaktis lainnya membagi ilmu
komputasi. Bagi providers, teknologi ini memberikan kemudahan dalam mengelola instalasi perangkat lunak, pemeliharaan dan pemuktahiran versi dari aplikasi secara terpusat. Pengguna juga dapat mengakses aplikasi kapan saja, dimana saja, penggunaan data bersama menjadi lebih mudah, dan penyimpanan data pada infastruktur lebih aman dan mudah. Selain itu, institusi juga menggunakan teknologi ini, komputasi awan sebagai solusi untuk efisiensi harga untuk meningkatkan pelayanan, penyimpanan data, dan meningkatkan pengguna internet tanpa harus melakukan investasi terhadap perangkat keras yang harus dipelihara dan dimuktahirkan. Model pembelajaran e-learning tradisional yang menggunakan web dengan sistem konstruksi dan pemeliharaan yang ada pada internal institusi pendidikan atau perusahaan bisa menimbulkan permasalahanpermasalahan, seperti kebutuhan investasi yang besar dengan modal tetap yang tidak mencukupi sehingga berakibat tidak tercapainya harapan yang sebenarnya dalam penggunaan teknologi ini [11]. E-learning menggunakan teknologi komputasi awan menyediakan model mekanisme efisiensi seperti penanganan konstruksi sistem e-learning dipercayakan kepada providers, sehingga akan menghasilkan sebuah kondisi yang saling menguntungkan antara providers dan pengguna. Lingkungan komputasi awan juga telah mendukung lahirnya sebuah generasi baru sistem e-learning dengan perangkat kerasnya mempunyai kemampuan untuk melayani dengan jangkauan yang lebih luas sekaligus layanan penyimpanan data di awan. Terjadinya efisiensi biaya, teknologi komputasi awan telah meminialisir biaya yang diakibatkan oleh mahalnya biaya dalam melakukan integrasi sesama sistem e-learning dan kesinambungan program lanjutan sistem e-learning yang dikembangkan sifatnya sudah dinamis terukur. Model Sistem Pengajaran Online
Namun demikian, sistem e-learning yang tradisonal dan konvensional saat ini mempunyai keterbatasan kemampuan dalam melakukan sinergi, karena kurangnya penggunaan kembali bahan belajar, portabilitas, dan interoperabilitas. Keterbatasan ini mengakibatkan lahirnya sebuah model e-learning baru yang menggunakan teknologi komputasi awan.[11] Teknologi komputasi awan membuat institusi tidak diharuskan mempunyai pakar teknis untuk mendukung infrastruktur mereka guna memenuhi permintaan
Terdapat tiga sistem pendidikan awan atau cloud educational system (CES) yaitu: (i) sistem pendidikan awan terpusat atau centralized cloud educational system, dalam sistem ini keterhubungan antara pusat data di sekolah-sekolah seperti tersebar akan tetapi sebenarnya tetap dalam sebuah kesatuan pada sebuah pusat data sebuah provider. (ii) sistem pendidikan awan terdistribusi atau distributed cloud educational system, banyak pusat data di sekolah-sekolah terhubung secara langsung satu dengan dengan lainnya akan tetapi tidak dalam satu pusat data sebuah provider; and (iii) sistem pendidikan awan hybrid atau hybrid cloud educational system, pusat data sekolah-sekolah dan beberapa pusat data provider saling berhubungan satu dengan yang lain, sebuah sekolah dapat membagi sumber informasi dengan yang lain dengan menggunakan pusat data provider yang berbeda [12].
3.5-62
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Multimedia 2015
ISSN : 2302-3805
STMIK AMIKOM Yogyakarta, 6-8 Februari 2015
Dalam bahasan kali ini, peneliti ingin meyakini konsep hybrid cloud educational system yang dikontrol oleh pemerintah. Dengan konsep seperti ini, pemerintah diharapkan membangun sebuah arsitektur utama yang kemudian digunakan oleh institusi-institusi pendidikan seperti sekolah, universitas dan lain sebagainya. Dalam proses belajar mengajar, komputasi awan
Bagian publikasi, bagian ini menjadi penting sebagai pusat informasi bagi pemerintah, sekolah, guru, siswa dan orang tua dalam perkembangan proses pembelajaran, bahkan masyarakat yang ingin mengetahui proses pembelajaran. Bagian dukungan pembelajaran, bagian ini menjadi tempat untuk aplikasi-aplikasi pendukung bagi
Gambar 1: Kerangka Model Sistem Pengajaran Online berbasis Cloud dengan kepraktisannya akan sangat membantu guru dan siswa. Teknologi ini memungkinkan mereka mengakses layanan dan sumber daya yang tersedia dimanapun dan kapanpun ketika membutuhkannya, termasuk berbagai aplikasi-aplikasi, layanan-layanan dan alat-alat yang disediakan secara bebas dan terbuka serta mudah digunakan [13].
sistem pengajaran online, seperti forum diskusi, aplikasi berbagi informasi dan pengetahuan diantara guru, informasi umpan balik bagi pemerintah, masukan atau saran dan lain sebagainya. Model ini juga membutuhkan peran dari pemangku kepentingan atau pengguna agar sistem ini bisa berjalan sesuai dengan yang diinginkan.
Bagian-bagian Model Pengajaran Online
Peran dan Keuntungan Pengguna Sistem Pengajaran Online Berbasis Komputasi Awan
Seperti terlihat pada gambar 1, terdapat tiga bagian utama dari model ini, yaitu: (i) bagian utama yang diperuntukkan untuk proses pembelajaran; (ii) bagian publikasi sebagai pusat informasi terhadap pemangku kepentingan dan (iii) bagian pendukung lainnya, seperti tempat untuk melakukan interaksi antara pengguna. Bagian utama, bagian ini menjadi jembatan antara sekolah, guru dan murid dalam melaksanakan pembelajaran sekaligus melakukan evaluasi pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang diberikan oleh pemerintah dengan memperhatikan kebijakan atau potensi lokal.
Dukungan dan tanggung jawab pemerintah, Pemerintah dapat menggunakan pengaruhnya dari segi pendanaan, pembangunan infrastruktur pendukung, pelatihan pendukung, peraturan pendukung, dan kebijakan pendukung sambil memastikan sistem ini akan berjalan sesuai perencanaan dengan membangung sistem evaluasi yang baik. Sekolah sebagai pusat layanan pendidikan, sekolah sebagai pusat layanan pendidikan dalam model ini melakukan tugas untuk mengelola sumber daya
3.5-63
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Multimedia 2015
ISSN : 2302-3805
STMIK AMIKOM Yogyakarta, 6-8 Februari 2015
pendidikan sekaligus melakukan penjaminan kualitas mutu pendidikan menjadi lebih efektif dan efisien. Selain membantu program pemerintah, peran sekolah juga melakukan kontrol dalam proses pembelajaran antara guru dan siswa serta membangun sebuah sistem informasi dengan orang tua dan masyarakat terkait dengan proses pembelajaran. Guru yang berkualitas, sistem ini memperlihatkan tugas seorang guru untuk mengisi konten sistem pengajaran online sesuai dengan permintaan siswa, mengevaluasi proses belajar, mempersiapkan laporan kinerja proses belajar mengajar, berbagi informasi dan pengetahuan dengan sesama guru dalam rangka meningkatkan keahlian dan berinteraksi dengan siswa, orang tua dan masyarakat. Siswa sebagai pusat pembelajaran, siswa sebagai pusat pembelajaran merupakan prinsip dasar dari karakter cloud education atau pendidikan awan. Seperti siswa berkesempatan untuk “mengatur sendiri” proses pembelajarannya. Arti “mengatur sendiri” ini dari sisi waktu dan materi pembelajaran sesuai dengan kurikulum dan kondisi serta persyaratan yang diatur oleh sekolah. Perhatian orangtua, komputasi awan akan memberikan kemudahan bagi orang tua untuk terus mengetahui perkembangan proses pembelajaran anaknnya dengan cara yang mudah. Tentunya dengan kemudahan ini orang tua akan lebih aktif dalam membantu proses pembelajaran menjadi lebih baik lagi. Kontrol dari masyarakat, dengan sistem yang berbasiskan internet ini maka masyarakat akan dengan mudah mengontrol perkembangan pendidikan pada sebuah sekolah. Peran serta masyarakat amat penting dalam pendidikan, tidak saja pemerintah, karena pendidikan yang baik adalah pendidikan yang sepenuhnya didukung oleh masyarakat. Arsitektur Pengajaran Online Pembangunan model ini, perlu adanya sebuah arsitektur komputasi awan sebagai landasan dasar untuk mengimplementasikan model ini. Komputasi awan menpunyai tiga lapisan, yaitu: IaaS atau infrastructure as a services (infrastruktur sebagai layanan), PaaS atau platform as a service (platform sebagai layanan), SaaS atau software as a service (software sebagai sebuah layanan). Untuk menyesuaikan dengan pendidikan yang terbuka seseuai dengan karakteristik mengajar secara online, maka lapisan program aplikasi dalam model ini terdapat dalam layanan SaaS, lapisan virtualisasi terdapt pada layanan pelengkap pada lapisan PaaS, dan layanan yang bergantung pada hardware fisik layer menyediakan layanan pada layanan SaaS. [14]. Gambar 2 yang menerangkan enam lapisan pendukung arsitektur pengajaran online, yaitu user interface layer, multi access layer, application program interface layer, education middleware layer, virtualization layer dan physical hardware layer.
Lapisan C6, user interface layer atau lapisan antarmuka pengguna, merupakan titik masuk ke dalam sistem pengajaran online di awan, lapisan ini menyediakan fungsi antarmuka dan interaksi antarmuka, termasuk perangkat lunak Web UIs dan pengguna. Lapisan C5, multi access layer atau lapisan multi akses, lapisan yang mengelola akses ke sistem pengajaran online, sifatnya multi akses berdasarkan jenis perangkat dan model presentasi. Sebuah konsep yang memungkinkan berbagai model layanan dapat mengakses semua layanan melalui berbagai perangkat (seperti: ponsel, smartphone, komputer, dll) dan berbagai macam model presentasi (seperti: aplikasi mobile, aplikasi desktop, dll) [15]. Tujuan dari konsep ini untuk meningkatkan ketersediaan layanan model pendidikan awan sampai pengguna dapat mengkonsumsi layanan tanpa batasanbatasan seperti waktu dan tempat serta sistem pada perangkat [16]. Lapisan C4, application program interface layer atau lapisan antar muka program aplikasi, lapisan ini berfungsi untuk menjamin model skalabilitas. Karena keragaman sistem aplikasi yang ada, beberapa sistem aplikasi tidak bisa memenuhi semua harapan pengguna, maka perlu disediakan sebuah lapisan antarmuka untuk memperpanjang proses dan waktu dalam rangka kesempurnaan fitur tersebut sesuai harapan pengguna. Lapisan C3, education middleware layer atau lapisan middleware pendidikan, merupakan lapisan inti yang merupakan platform fungsi dasar yang berfungsi sebagai penyatuan. Lapisan ini berbeda dengan lapisan lain karena semua informasi yang melekat padanya melekat pada node komputasi yang berbeda, termasuk untuk file dan database. Hal ini menyebabkan semua sistem aplikasi yang ada pada lapisan ini memiliki fitur yang terdistribusikan, sehingga berakibat kepada adanya toleransi terhadap kesalahan dan ekspansi yang tinggi untuk mempermudah penyatuan yang akan dilakukan. Lapisan C2, virtualization layer atau lapisan virtualisasi, lapisan dengan fitur [17]: konfigurasi yang dinamis, penyebaran yang terdistribusi, dan pengukuran biaya pengukuran sesuai dengan lima karakteristik komputasi awan. Tujuan dari lapisan virtualisasi adalah membentuk kerangka informasi berdasarkan batasan-batasan yang sudah ditentukan dengan cara menggunakan teknologi distribusi dan teknologi virtualisasi. Lapisan ini juga terdiri dari tiga bagian, yaitu server maya, penyimpanan maya dan database maya. Server maya adalah unit logika untuk server fisik, untuk memenuhi permintaan komputasi, tingkat ketersediaan yang tinggi dan pemulihan data berbasiskan sumber daya komputasi. Penyimpanan maya adalah bentuk abstrak perangkat keras penyimpanan, dan sebuah cara untuk memisahkan penyimpanan perangkat keras dengan menyadari penyimpanan maya yang berfungsi sebagai duplikasi secara otomatis dan adanya toleransi terhadap kegagalan.
3.5-64
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Multimedia 2015
ISSN : 2302-3805
STMIK AMIKOM Yogyakarta, 6-8 Februari 2015
Gambar 2: Arsitektur Sistem Pengajaran Online permintaan untuk data Database maya memenuhi set melalui layanan Web. Database maya bukan merupakan database keterhubungan secara tradisional, akan tapi mesin penyimpanan dengan tingkat ketersediaan yang tinggi, untuk memastikan konsistensi ini maka sebagai sebuah prasyarat maka perlu diperpanjang dengan sistem ketersediaan dan ekspansi. Lapisan C1, physical hardware layer atau lapisan perangkat keras adalah platform dasar model, termasuk server, penyimpanan peralatan dan peralatan jaringan. Selain keenam lapisan tersebut, gambar 2 juga memperlihatkan sebuah perangkat pendukung lain terhadap arsitektur sistem pengajaran ini. Sistem manajemen, terutama pengamatan terhadap kondisi fisik, virtualisasi perangkat lunak, perangkat keras dan perangkat lunak, open API. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan keamanan platform dari perangkat lunak. Sistem keamanan, termasuk mengidentifikasi otentikasi dan otorisasi, login dengan identitas tunggal, virtualisasi perangkat lunak, akses kontrol dan audit perangkat keras, middleware pendidikan dan akses kontrol membuka API. Kebijakan dan dukungan pemerintah, dalam rangka pengembangan arsitektur ini peran dan dukungan pemerintah amat diperlukan, selain karena sistem ini bersifat sentralistik terkait dengan pembangunan infrastruktur utama, seperti pada lapisan C1, C2, dan C3, kemudian hybrid pada lapisan C3, C4 dan C5. Sehinga peran pemerintah dalam bentuk kebijakan yang tertuang dalam peraturan dan dukungan dana amat diperlukan. Keuntungan Pengajaran Komputasi Awan
Online
berbasiskan
Sentralisasi infrastruktur dan layanan-layanan, seperti diketahui bersama teknologi ini mampu untuk membagi penggunaan infrastruktur secara virtual sehingga pemerintah pusat cukup membangun sebuah arsitektur komputasi awan di pusat, sedangkan pengguna lainnya seperti sekolah, guru, murid, orang tua dan
masyarakat hanya menggunakan aplikasinya dengan segala kemudahannya pada level web saja. Aplikasi-aplikasi pembelajaran yang digunakan juga sifatnya mudah digunakan dan bersifat terpusat dengan kebebasan dalam melakukan proses pembelajaran yang diinginkan (pemerintah pusat membuat sebuah template-template pembelajaran yang mudah digunakan dalam proses pembelajaran), seperti halnya pengisian materi pembelajaran, sistem interaksi, sistem evaluasi, dan lain sebagainya. Efisiensi anggaran TIK bagi pendidikan, selama ini investasi yang diperuntukkan untuk TIK bidang pendidikan identik dengan kemahalan, atau sebuah alasan sebagai investasi jangka panjang. Namun, teknologi komputasi awan telah merubah semua anggapan itu, penghematan anggaran akan menjadi kelebihannya yang disebabkan oleh kemudahan dalam pembagian sumber daya, seperti infrastruktur dan layanan-layanan. Selain itu, penggunaan peralatan minimal dalam mengakses internet untuk menggunakan layanan bagi pengguna tanpa perlu kuatir untuk update atau membayar untuk generasi atau tingkatan selanjutnya dalam layanan yang diberikan, karena semuanya sudah dilakukan di pusat. Untuk perangkat keras juga cukup dibangun dengan baik dipusat, tidak diperlukan lagi server-server di masing-masing daerah atau cabang-cabang lainnya. Kemudian, apabila diperlukan sebuah pelatihan maka sifatnya merupakan operasional dengan level operasional aplikatif yang bisa dilakukan oleh sekolah atau saling belajar atau belajar sendiri. Efektifitas sumber-sumber belajar, seperti diketahui bahwa sebagian besar proses pembelajaran dilakukan di awan. Sebagai contoh untuk bahan-bahan sumber belajar semua dimasukkan ke dalam awan, proses evaluasi pembelajaran, laporan kemajuan belajar siswa, berbagi pengetahuan dengan orang lain guru, dan seterusnya. Sehingga sekolah bisa mengelola materi pembelajaran yang membutuhkan ruang kelas atau ruang praktek, mengelola sumber-sumber belajar, mengelola waktu pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan kondisi, serta mengoptimalkan keuntungan dalam fleksibilitas waktu dan tempat. Hal yang sama dengan guru sebagai sumber utama belajar, akan mempunyai waktu lebih dalam meningkatkan kemampuannya karena waktu belajar mengajar menjadi lebih ringan serta pembagian sumber pembelajaran antara sesama guru maupun siswa. Kerjasama dan berbagi e-learning, saling bekerja sama dan berbagi merupakan konsep inti lingkungan komputasi awan. Teknologi ini menawarkan kemudahan kerjasama antara institusi, interaksi dan saling berbagi antara pemangku kepentingan pendidikan serta kemudahan evaluasi karena setiap pekerjaan terdokumentasi dengan baik. Oleh karena itu, dalam setiap pembangunan lingkungan komputasi awan, harus didesain berdasarkan
3.5-65
ISSN : 2302-3805
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Multimedia 2015 STMIK AMIKOM Yogyakarta, 6-8 Februari 2015
konsep kemudahan untuk saling berbagi dan bekerja sama sebagai karakteristik dari teknologi ini. Rasionalitas pengaturan navigasi, dalam penggunaannya maka diperlukan sebuah antarmuka dengan menggunakan struktur modul yang jelas dan mudah dimengerti agar aplikasinya mudah digunakan oleh pengguna, serta mudah dipelajari, tidak mempersulit karena inilah inti dari penggunaan teknologi komputasi awan.
[4]
[5]
[6] [7]
3. Kesimpulan Dari hasil penelitian ini, bisa disimpulkan bahwa pengajaran online berbasis komputasi awan akan menjadi solusi terhadap berbagai persoalan yang menimpa dunia pendidikan, khususnya untuk pembelajaran, seperti kekurangan sumber daya pendidikan, jangkauan sasaran layanan pendidikan yang luas, keterbatasan dana pendidikan, minimnya infrastruktur pendidikan, dan kesulitan dalam pengelolaan waktu dan sarana prasarana pembelajaran bagi guru dan siswa guna meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam rangka peningkatan kualitas mutu pendidikan. Selain itu, komputasi awan dengan segala kelebihannya telah melahirkan cara baru dalam dunia pembelajaran, seperti memberikan ruang lebih kepada siswa untuk berperan sebagai pusat pembelajaran. Siswa mempunyai kesempatan untuk mengatur rencana studi sesuai dengan kemampuan dan sumber daya yang ada pada mereka. Siswa juga dalam melakukan pembelajaran akan merasa lebih nyaman, terbuka dan bahagia dengan kebebasan yang dimilikinya, serta merasa terperhatikan dan lebih bermakna dalam proses pembelajarannya karena adanya kesempatan pihak lain (orang tua, sekolah, dsb) untuk tetap bisa mengawasi hasil belajarnya secara lebih aktif dan mudah. Pengajaran online berbasiskan komputasi awan juga menginisiasi terbentuknya sebuah model kerjasama antara para pemangku kepentingan dan pengguna untuk keberhasilan proses pembelajaran yang dilakukan, guna meningkatkan mutu pendidikan. Karena model pembelajaran ini telah membuka ruang lebih luas bagi pemangku kepentingan dan pengguna berperan lebih aktif dalam proses pembelajaran sesuai dengan mengoptimalkan perannya masing-masing.
[8] [9]
[10] [11]
[12]
[13]
[14]
[15]
[16]
[17]
Teng F., Magoules F., “Resource Pricing and Equilibrium Allocation Policy in Cloud Computing”, In Proceeding of The 10th International Conference Computer and Information Technology (CIT), IEEE Publication, pp. 195-202, 2010. Alonso, D. (1999), “Forms of control and interaction as determinants of lecture effectiveness in the electronic classroom”, 1999 [On-line]. http://www.lap.umd.edu/LAPFolder/Papers/dianesthesis/page1.h tml [March 25, 2001] McCombs, B. L., & Whisler, J. S., “The learner-centered classroom and school”, San Francisco: Jossey-Bass, 1997 Hui Ma, Zhongmei Zheng, Fei Ye, Sanhong Tong, “The Applied Research of Cloud Computing in the Construction of Collaborative Learning Platform under E-learning Environment”, In Proceeding of The International Conference on System Science, Engineering Design and Manufacturing Informatization (ICSEM), IEEE Publication, vol. 1, pp. 190192, 2010 Berliner, B., & Benard, B. , “How schools can foster resiliency in children”, Western Central News, pp. 1, 6, September, 1995 Jose A, Gonzalez-Martinez, Miguel L. Bote-Lorenzo, Eduardo Gomez-Sanchez, Rafael Cano-Parra, “Cloud Computing and Education: A State-of-the-art survey”, An International Journal Computer and Education, Elseiver Publication, vol. 80, pp. 132151, January 2015. Mao, L. W., and Chen L. H., “Mastery Learning”, Psychological Publishing Co., Ltd. Taipei, China, 1987 Mohammed Al-Zoube, “E-Learning on the Cloud”, International Arab Journal of e-Technology, vol. 1, No. 2, pp. 58-64, June 2009 Yuhua Liu, Lilong Chen, Kaihua Xu and Yi Zang, “Application Modes, Architecture and Challenges for Cloud Educational System”, In Proceeding of The 2nd International Conference on Computer Research and Development, IEEE Publication, pp. 331-334, 2010 Jou, M., & Wang, J. J., “Observations of achievement and motivation in using cloud computing driven CAD: Comparison of college students with high school and vocational high school backgrounds”, Computers in Human Behavior, Elseiver Publication, vol. 29, no. 2, pp. 364–369, 2013 Xiao Jun Wang, Daohua Huang, “Research on the Architecture of Open Education based on Cloud Computing”, In Proceeding of The International Symposium IT in Medicine and Education (ITME), IEEE, pp. 531-535, 2011. Arthana, I. K, “Multi-Channel Access on Multimedia Information Retrieval System”, Thesis, Computer Science University of Indonesia, 2011 Baginda Anggun Nan Cenka and Zaenal A. Hasibuan, “Enhancing Educational Services Using Cloud Technology”, In Proceeding International Conference of Information and Communication Technology, IEEE Publication, pp. 155-160, 2013 Lizhe Wang, G. Von Laszewski, Dan Chen, Jie Tao, M. Kunze, “Provide Virtual Machine Information for Grid Computing”. Systems, Man and Cybernetics, Part A: Systems and Humans, IEEE Journals and Magazines, vol. 40, no. 6, pp.1362-1374, 2010
Daftar Pustaka
Riwayat Penulis
[1]
Kosasih Ali Abu Bakar, memperoleh gelar Sarjana Komputer (S.Kom), Jurusan Teknik Komputer Universitas Gunadarma Jakarta, lulus tahun 2000. Memperoleh gelar Magister Manajemen Sistem Informati (MMSi) Program Pasca Sarjana Magister Management Universitas Gunadarma Jakarta, lulus tahun 2004. Saat ini sedang tugas belajar untuk Jurusan Information System and Management Information pada School of Management Hefei University of Technology dan bekerja di Pusat Penelitian Kebijakan, Balitbang, Kemdikbud.
[2]
[3]
Wen-Wei Liao and Rong-Guey Ho, “Applying Observational Learning in the Cloud Education System of Art Education in an Elementary School”, In Proceeding of The 11th International Conference on Advanced Learning Technology, IEEE Publication, pp. 131-135, 2011. Kosasih Ali Abu Bakar and Minglun Ren, “Edubase: Solving Educational Problem in Developing Countries with Cloud Education”, International Journal for Research and Innovation, AICIT Publication, vol. 6, no. 1, pp. 1-11, 2014. Baocong Jiao, Hongyun Wang, Sufang An, and Haiguang Fang, “Research on Distance Collaborative Activities for Teacher Education based on Online Video and Cloud Computing Environment”, In Proceeding of The 6th International Conference Computer Science and Education, IEEE Publication, pp. 180-185, 2011.
3.5-66