PENGEMBANGAN MODEL ASESMEN FORMATIF MANDIRI BERBANTUAN KOMPUTER UNTUK MENDUKUNG PEMBELAJARAN FISIKA SMA KELAS X
Novi Arianti *, Sentot Kusairi, dan Widjianto** Universitas Negeri Malang E-mail:
[email protected] ABSTRAK: Waktu yang terbatas dalam pembelajaran menjadi kendala guru dalam melaksanakan asesmen formatif. Selain itu banyaknya jumlah siswa membuat guru kesulitan memberikan balikan pada siswa. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan produk yaitu model formatif berbantuan komputer pada materi kinematika gerak lurus, serta mendeskripsikan kelayakan model formatif tersebut melalui uji validasi.Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian dan pengembangan. Kegiatan validasi meliputi validasi produk pengembangan dan validasi soal pilihan ganda sebagai komponen produk. Validasi dilaksanakan oleh validator yang berasal dari pihak dosen dan guru. Hasil dari analisis data kuantitatif menunjukkan bahwa produk yang dihasilkan termasuk dalam kategori baik sehingga tidak memerlukan revisi. Berdasarkan data kualitatif, produk telah direvisi berdasarkan komentar dan saran validator dan hasil uji coba. Produk yang dihasilkan sudah dikatakan layak namun masih memerlukan penelitian dan pengembangan lebih lanjut, agar lebih bisa dimanfaatkan dalam pembelajaran materi kinematika gerak lurus. Kata kunci: asesmen formatif, model asesmen formatif berbantuan komputer, pembelajaran fisika
Iron (2007:7) menjelaskan asessmen fomatif sebagai tugas atau aktivitas yang menciptakan umpan balik untuk siswa tentang pembelajarannya. Myron dkk (2001:24) mendefinisikan asesmen formatif sebagai asesmen yang menyediakan infomasi kepada siswa dan guru digunakan untuk meningkatkan proses pembelajaran. Dapat disimpulkan bahwa asesmen formatif menciptakan umpan balik untuk memperoleh informasi mengenai kekuatan dan kelemahan pembelajaran yang telah dilakukan serta menggunakan informasi tersebut untuk memperbaiki pembelajaran selanjutnya. Asesmen formatif yang dilakukan dalam suatu pembelajaran dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Black & William (1998:61) dalam Irons (2008:17) meninjau 700 penelitian mengenai asesmen formatif dan mendapatkan hasil bahwa 250 dari penelitian tersebut menyimpulkan bahwa asesmen formatif yang dilakukan dapat meningkatkan proses pembelajaran. Hal ini didukung oleh pernyataan Torrance & Pryor (2002) dalam Irons (2008:17) yang menyatakan * Mahasiswa **Dosen Fisika FMIPA UM
bahwa penilaian formatif memberikan dampak positif dan memberikan perbedaan yang besar pada kualitas pembelajaran siswa. Guru jarang melakukan asesmen formatif dalam pembelajaran fisika. Waktu yang terbatas menjadi kendala guru dalam melaksanakan asesmen formatif. Selain itu banyaknya jumlah siswa membuat guru kesulitan untuk mengkoreksi jawaban dan memberikan balikan pada siswa dalam waktu singkat. Hasil wawancara dengan salah satu siswa SMA didapatkan bahwa
siswa
mendapat balikan berupa paraf, sehingga balikan belum dapat menunjukkan letak kesalahan siswa. Sedangkan balikan berupa pembahasan soal yang biasa didapatkan siswa belum dapat menunjukkan kelebihan dan kelemahan siswa dalam menguasai konsep. Siswa akan lebih termotivasi dalam belajar ketika mereka mendapatkan balikan dari apa yang telah mereka kerjakan (Bull & McKenna, 2004:5). Dengan pemberian umpan balik pada asesmen formatif, siswa diharapkan dapat mengetahui apa saja yang sudah dipahami dan apa yang masih menjadi kekurangan. Guru juga dapat merencanakan pembelajaran selanjutnya yang lebih sesuai.
Nicol (2006:15) mempertegas bahwa balikan yang baik memberikan
kesempatan pada siswa untuk membangun kemampuan belajar sendiri. Melalui pemberian langkah atau petunjuk dalam balikan siswa mendapat pengalaman untuk menurunkan kesenjangan antara pemahaman yang dimiliki dengan diharapkan. Scaffolding memungkinkan siswa untuk belajar dan terlibat dalam pemecahan masalah. Lorie (2005:67) menyebutkan asesmen formatif dan scaffolding merupakan gabungan proses dan melibatkan negosiasi makna antara guru dan siswa dalam harapan dan upaya untuk meningkatkan pemahaman. Scaffolding merupakan pemberikan bantuan belajar pada siswa dalam penyelesain masalah. Scaffolding dapat berupa hints. Shute (2010:18) mendefisinikan hint sebagai balikan yang membantu siswa tentang apa yang harus dillakukan. Di dalam hint tidak mencantumkan jawaban yang benar. Model
asesmen
formatif
mandiri
berbantuan
komputer
yang
dikembangkan dalam penelitian dan pengembangan ini diharapkan menjadi alternatif dan solusi. Martin (2008) dalam Scheuermann & Pereira (2008:9) menyimpulkan dalam penelitiannya, New Possibilities and Challenges for
Assessment through The Use of Technology, bahwa CAA merupakan asesmen berbantuan komputer memiliki kelebihan dibanding paper and pencil test dari segi pengumpulan data dan analisis. Kelebihan ini didukung oleh hasil penelitian dari hasil penelitian dari Ripley (2008) dalam Scheuermann & Pereira (2008:22), Technology in The Service of 21st Century Learning and Assessment, yang mengungkapkan guru dapat memberikan balikan dengan cepat dan tepat bahkan pada proses asesmen yang melibatkan siswa dalam jumlah besar. Kemampuan
CAA
dalam
memberikan
balikan
dengan
segera
memungkinkan tidak hanya digunakan dalam asesmen melainkan untuk pembelajaran. Rawles (2002:9) menyatakan bahwa karakteristik kecepatan pemberian balikan membuat CAA sesuai digunakan untuk melaksanakan asesmen formatif secara regular. Selain itu penjelasan dalam balikan dapat diakses berulang sehingga memperkuat materi yang disampaikan.
METODE Penelitian ini merupakan penelitian & pengembangan yang dirancang untuk menghasilkan produk, yaitu model asesmen formatif mandiri berbantuan komputer pada materi kinematika gerak lurus. Rancangan pengembangan ini menggunakan adaptasi model penelitian dan pengembangan Borg & Gall (dalam Setyosari, 2012:228) sebagai yaitu (1) studi pendahuluan, (2) perancangan draf produk, (3) pengembangan draf produk , (4) uji coba terbatas , (5) revisi produk Subjek coba terdiri dari pihak dosen dan guru sebagai tim ahli serta dari pihak siswa. Pihak dosen dipilih berdasarkan pengalaman dan kemampuan pada bidangnya. Pihak guru dipilih berdasarkan pengalaman mengajar dan disesuaikan dengan materi serta kelas yang akan diteliti. Jenis data meliputi data kuantitatif dan data kualitatif. Instrumen pengumpul data meliputi: (1) angket validasi produk pengembangan, (2) angket validasi soal pilihan ganda, (3) angket uji coba terbatas, (4) instrument wawancara. Data kualitatif berupa komentar dan saran dianalisis menggunakan analisis deskriptif. Analisis deskriptif menggambarkan data dalam bentuk kalimat. Sedangkan teknik analisis data kuantitatif dalam penelitian dan pengembangan ini
adalah perhitungan rata-rata yang digunakan untuk mengetahui tingkat kelayakan dari produk yang dikembangkan. Dengan: = nilai rata-rata =
Σx = jumlah seluruh skor n = jumlah subyek
Berdasarkan nilai rata-rata jawaban yang diperoleh disimpulkan tingkat kelayakan produk yang dikembangkan dengan menggunakan kriteria hasil analisis kelayakan produk berdasarkan Tabel 1. Tabel 1. Kriteria Validasi Analisis Nilai rata-rata Keterangan Baik (Tidak Perlu Revisi) 3.26 – 4.00 Cukup Baik (Perlu Direvisi Sebagian) 2.51 – 3.25 Kurang Baik (Revisi Sebagian dan pengkajian ulang isi/materi) 1.76 – 2.50 Tidak Baik (Revisi Total/ diganti) 1.00 – 1.75 (diadaptasi dari Djali&Muljono, 2008 : 43)
HASIL PENGEMBANGAN Perancangan draft produk pengembangan diawali dengan menyusun story board produk pengembangan. Cuplikan story board produk pengembangan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Story Board Produk Pengembangan No
Scene
1
Menu
Tampilan Scene
Keterangan Terdapat empat menu pilihan bagi pengguna yaitu “Tujuan”, “Profil”, “Petunjuk” ,“Mulai” dan “Close”
Langkah selanjutnya adalah menyusun indikator kinematika gerak lurus. Peneliti menyusun 9 indikator dikembangkan menjadi butir soal pilihan ganda. Setiap indikator yang telah disusun peneliti dikembangkan menjadi 6 butir soal pilihan ganda dengan disertai penjelasan jawaban. Total keseluruhan butir soal yang dikembangkan peneliti berjumlah 54 butir soal. Setiap 3 soal dari 9 indikator berbeda dikelompokkan peneliti menjadi satu paket soal sehingga terdapat dua paket soal dengan jumlah butir soal pada setiap paket soal adalah 27 Langkah terakhir pada perancangan draft produk pengembangan adalah menentukan materi remedial yang sesuai dengan konsep pada indikator yang telah ditentukan. Cuplikan materi remedial dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Pemetaan Materi Remedial
Indikator
Materi Remedial
Menerapkan
Siswa ditunjukkan
persamaan gerak
persamaan pada gerak lurus
lurus beraturan
beraturan
Scene Materi Remedial
Keseluruhan komponen yang telah disusun dalam tahap perancangan draft produk pengembangan kemudian dikembangkan menjadi aplikasi model asesmen formatif berbantuan komputer menggunakan software Adobe Flash CS5. Langkah pertama yang dilakukan adalah membuat movie dan menyusun scene-scene yang telah dibuat di story board. Selanjutnya peneliti memasukkan butir soal pilihan ganda yang telah dikembangkan ke dalam dua paket soal berbeda. Langkah berikutnya adalah menyusun video materi remedia menggunakan program Camtasia. Berikut disajikan cuplikan deskripsi produk yang telah dikembangkan. Scene Paket Soal Pilihan Ganda Pertama Pada Scene paket soal pilihan ganda berisi informasi nomor , kalimat soal serta lima pilihan jawaban. Siswa harus memilih satu pilihan jawaban. Terdapat
tombol A, B, C, D, dan E yang harus ditekan siswa ketika menjawab soal. Jika siswa belum dapat menjawab, maka siswa dapat memilih tombol “Lewati” untuk menuju soal selanjutnya. Tampilan scene paket soal pilihan ganda disajikan pada Gambar 1.
Scene Nomor Soal yang Terlewati Scene berisi nomor soal yang belum dijawab oleh s iswa. Terdapat angka yang harus ditekan siswa untuk kembali menuju scene soal yang belum terjawab. Setelah menjawab pertanyaan siswa akan kembali lagi ke scene nomor soal yang belum dijawab untuk menjawab nomor lain yang masih terlewati. Jika nomor yang terlewati sudah dijawab maka nomor tersebut akan hilang pada pada scene. Jika menekan tombol “Selesai” maka siswa akan menuju scene hasil pekerjaan siswa. Berikut disajikan tampilan scene nomor yang terlewati pada Gambar .2.
Gambar 1 Scene Paket Soal Pilihan Ganda
Gambar 2 Scene Nomor Soal Terlewati
Scene Hasil Pekerjaan Siswa Scene hasil pekerjaan terdapat informasi tanggal pengerjaan, nama siswa dan total nilai yang didapatkan siswa setelah menjawab seluruh soal pilihan ganda pada paket pertama. Dibawah skor siswa, terdapat informasi mengenai tingkat penguasaan dan pemahaman siswa terhadap konsep tertentu. Terdapat sembilan konsep berdasarkan indikator yang telah ditentukan. Terdapat dua tingkatan penguasaan dan pemahaman konsep siswa, yaitu “Sudah menguasai”, dan “Perlu ditingkatkan”. Siswa dapat memilih tombol “cek” disamping komentar untuk membawa siswa menuju scene yang memberi informasi mengenai letak kesalahan siswa. Tombol “coba lagi” pada bagian bawah scene berfungsi membawa siswa
mengulang paket soal pertama. Jika siswa mendapat nilai lebih dari 75 maka siswa dapat mencoba paket soal selanjutnya. Tampilan scene hasil pekerjaan siswa pada gambar 3.
Scene Informasi Letak Kesalahan Siswa Pada scene ini terdapat informasi tentang konsep yang kurang dikuasai siswa. Di bawah konsep yang kurang dikuasai siswa terdapat informasi mengenai nomor soal yang termasuk ke dalam konsep. Informasi letak kesalahan siswa ditunjukkan melalui nomor soal yang muncul. Jika nomor soal dalam kotak berwarna cokelat di klik maka siswa menuju jawaban soal dan penjelasan jawaban. Pada bagian kanan bawah terdapat tombol panah yang berfungsi membawa siswa kembali pada scene hasil pekerjaan siswa, serta tombol “Tutorial” yang berfungsi membawa siswa menuju materi remedial bagi siswa yang mendapat komentar perlu ditingkatkan. Berikut disajikan tampilan scene pada Gambar 4.
Gambar 3. Scene Hasil Pemgerjaan Siswa
Gambar 4. Scene Informasi Letak Kesalahan Siswa
Scene Penjelasan Jawaban Jika nomor soal dalam kotak berwarna cokelat pada scene informasi letak kesalahn siswa di klik maka siswa menuju jawaban soal dan penjelasan jawaban. Pada scene penjelasan jawaban berisi informasi tentang penjelasan jawaban soal yang dijawab salah oleh siswa. Bagian atas ditunjukkan kalimat soal. Di bawah kalimat soal terdapat hint yaitu petunjuk jawaban.Di dalam hint tidak mencantumkan jawaban yang benar. Pada scene ini juga terdapat tombol panah
untuk membawa siswa kembali pada scene Informasi Letak Kesalahan Siswa. Tampilan scene penjelasan jawaban disajikan pada Gambar 5. Scene Tutorial Berisi materi remedial dalam bentuk video yang di-import ke dalam movie flash. Materi remedial yang diberikan dalam scene tutorial sesuai dengan konsep yang kurang dikuasai siswa. Tampilan scene tutorial disajikan pada Gambar 6.
Gambar 5 Scene Penjelasan Jawaban
Gambar 6 Scene Tutorial
Analisis Data Data kuantitatif yang didapatkan dari hasil validasi isi produk pengembangan, validasi isi soal pilihan ganda, dan uji coba terbatas produk pengembangan dianalisis menggunakan teknik perhitungan rata-rata. Berdasarkan hasil analisis secara keseluruhan pada ranah materi, ranah konstruksi, dan ranah bahasa, produk pengembangan beserta soal pilihan ganda telah memenuhi kriteria baik untuk diterapkan. Hal ini didasarkan pada kriteria kelayakan produk pengembangan yang telah dijelaskan pada sub metode. Berdasarkan nilai rata-rata uji coba terbatas, produk model formatif berbantuan komputer yang dihasilkan memiliki kriteria baik dan tidak memerlukan revisi. Hal ini didasarkan pada kriteria kelayakan produk pengembangan yang telah dijelaskan pada sub metode
Revisi Produk Berdasarkan validasi isi butir soal, produk tidak memerlukan revisi pada ranah materi dan bahasa. Namun pada ranah konstruksi terdapat revisi pada pembahasan. Hasil
data
kuantitatif
yang didapatkan dari
validasi
isi
pengembangan produk, produk yang dihasilkan tidak memerlukan revisi. Namun berdasarkan data kualitatif berupa saran dan komentar validator, produk memerlukan revisi dari penggunaan bahasa dalam tombol produk. Sedangkan dari uji coba terbatas berupa saran pengguna, produk memerlukan revisi dari kejelasan grafik dan warna tulisan.
KAJIAN DAN SARAN Kajian Model asesmen formatif mandiri berbantuan komputer yang telah dihasilkan sesuai dengan tujuan asesmen formatif menurut Bell & Cowie (2000:550) yaitu mendukung pembelajaran dengan memberikan balikan. Guru mendapat balikan berupa tingkat penguasaan konsep siswa melalui pelaporan halaman score. Dengan informasi tersebut maka guru dapat memutuskan proses pembelajaran selanjutnya. Balikan yang diterima siswa mampu menunjukkan letak kesalahan dan penjelasan berupa petunjuk jawaban. Produk akhir hasil pengembangan dalam penelitian ini berupa model asesmen formatif mandiri berbantuan komputer dengan spesifikasi yang dikembangkan diantaranya sebagai berikut (1) model asesmen formatif yang dikembangkan berupa soal pilihan ganda isomorphic pada materi kinematika gerak lurus, (2) produk terdiri dari dua paket soal pilihan ganda yang terus berulang hingga siswa mampu meraih skor maksimal, (3) dapat mendeteksi letak kesalahan siswa, (4) menyajikan penjelasan jawaban berupa hint untuk soal yang dijawab salah, (5) produk menyajikan balikan berupa tingkat penguasaan dan pemahaman konsep, (6) produk memberi materi remedial kepada siswa yang penguasaan dan pemahamannya kurang terhadap suatu konsep. Kelebihan dalam asesmen formatif mandiri berbantuan komputer ini adalah (1) mampu memberikan balikan dalam waktu yang singkat, yaitu segera setelah siswa selesai mengerjakan latihan soal. (2) mampu menunjukkan letak kesalahan siswa dan memberi pembahasan soal yang dijawab salah oleh siswa, (3) mampu memberikan materi remedial yang sesuai dengan konsep yang kurang dikuasai siswa, (4) membantu guru dalam melaksanakan asesmen formatif pada kinematika gerak lurus sehingga tidak mengganggu alokasi waktu materi alat
optik, serta (5) membantu siswa dalam memantapkan konsep kinematika gerak lurus. Kekurangan dari asesmen formatif mandiri berbantuan komputer yang dikembangkan adalah (1) terbatas pada materi kinematika gerak lurus, (2) guru tidak dapat memantau siswa mengerjaan soal secara langsung, (3) hanya diujicobakan sekali pada lima siswa kelas X SMA Negeri 5 Malang. Saran Saran yang dapat dikemukakan setelah melakukan penelitian dan pengembangan ini adalah:
Guru disarankan memberi pengertian bahwa produk ini digunakan sebagai asesmen formatif mandiri untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan konsep siswa, sehingga siswa diminta untuk mengerjakan asesmen formatif dengan jujur. Selanjutnya, guru diharapkan meminta siswa mem-printscreen scene yang menunjukkan skor siswa kemudian mencetak dan mengumpulkan ke guru setelah melaksanakan asesmen. Hal ini dimaksudkan untuk menutup kekurangan produk, yakni tidak dapat memberikan laporan kepada guru mengenai sudah atau tidaknya siswa mengerjakan. Selain itu, diharapkan hasil asesmen tidak terlepas begitu saja, melainkan dapat menjadi pertimbangan dalam menentukan proses pembelajaran selanjutnya.
Siswa diharapkan mengerjakan dengan serius dan jujur tanpa perlu mencontek teman. Sehingga tujuan dari asesmen formatif ini dapat terlaksana. Soal yang disajikan pada produk pengembangan befungsi untuk mendeteksi kekurangan dan kelebihan individu dalam penguasaan konsep kinematika gerak lurus. Kejujuran dan keseriusan siswa dalam mengerjakan soal dalam produk sangat membantu dalam memperbaiki pola pembelajaran yang dilaksanakan.
Bagi peneliti lain disarankan untuk melakukan penelitian dan pengembangan lebih lanjut terhadap model asesmen formatif mandiri berbantuan komputer. Peneliti dapat menambah aplikasi agar produk dapat terhubung dengan website sehingga siswa dapat memasukkan hasil pengerjaan asesmen. Dari data yang diperoleh dibuat grafik dengan menggunakan program Micrsoft Excel, sehingga guru dapat mengetahui konsep yang belum dikuasai siswa. Hal ini membantu guru dalam menganalisis hasil pengerjaan asesmen siswa untuk menentukan proses pembelajaran selanjutnya. Selain itu, disarankan
agar soal dalam produk disajikan secara acak untuk menghindari kecurangan saat pelaksanaan asesmen formatif mandiri. DAFTAR RUJUKAN Bull, J. & McKenna, C. 2004. Blueprint for computer-assisted assessment. New York: Taylor & Francis e-Library. Dari BookFinder, (Online), ( http://dl.lux.bookfi.org), diakses 25 November 2012. Djali & Muljono,P. 2008. Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan. Jakarta : Gramedia. Iron, A. 2007. Enhancing Learning Through Formative Assessment . London: Taylor & Francis e-Library. Dari BookFinder, (Online), (http:// en.bookfi.org ), diakses 22 November 2012. Lorie, A. 2005. Linking Formative Assessment to Scaffolding. Educational Leadership. (Online), (http://learnline.cdu.edu.au/), diakses 2 Juni 2013. Martin, Romain. 2008. New Possibilities and Challenges for Assessment through the Use of Technology. Dalam Friedrich Scheuermann & Angela Guimarães Pereira (Eds.), Towards A Research Agenda on ComputerBased Assessment (hlm.9). Italy: European Communities. Nicol, D. & D. Macfarlane-Dick. 2006. Formative Assessment and Self-Regulated Learning: A Model and Seven Principles of Good Feedback Practice. Studies in Higher Education, (Online), 31(2):199-218, (http://reap.ac.uk), diakses 20 Mei 2013. Myron,J. Black,P & Coffey, J. 2001. Commite On Classroom Assessment And National Science Education Standards .(Online), (//http:nap.edu), diakses 21 November2012. Ripley, Martin. 2008. Technology in the Service of 21st Century Learning and Assessment. Dalam Friedrich Scheuermann & Angela Guimarães Pereira (Eds.), Towards A Research Agenda on Computer-Based Assessment (hlm.22). European Communities, (Online), (http:crell.jrc.europa.edu), diakses 7 November 2012. Shute, J. 2007. Focus on Formative Feedback. Educational Testing Service, (Online), (http://www.ets.org/Media/Research/pdf/RR-07-11.pdf ) diakses 3 Juni 2013. Setyosari,P. 2012.Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta: Kencana.
Rawles, S. Joy, M & Evans,M. 2002. Computer-Assisted Assessment in Computer Science: Issues and Software. Thecnical Report CS-RR-387. (Online),(http://eprint.dcs.warwick.ac.uk), diakses 25 November 2012.