PENGEMBANGAN METODE PERHITUNGAN LAMPU LALULINTAS MKJI (1997) DENGAN MOVEMENT ANALYSIS
TESIS MAGISTER
ALEKSANDER PURBA 250 98 009
BIDANG KHUSUS REKAYASA TRANSPORTASI PROGRAM PASCASARJANA JURUSAN TEKNIK SIPIL INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG JUNI 2001
PENGEMBANGAN METODE PERHITUNGAN LAMPU LALULINTAS MKJI (1997) DENGAN MOVEMENT ANALYSIS Abstrak Metode perhitungan lampu lalu-lintas yang terisolir dalam (Bab 2 Simpang Bersinyal) Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI-1997) yang didasarkan atas fase, oleh sementara kalangan disebut sebagai kurang efektif, terlalu konvensional dan cenderung rumit untuk persimpangan dengan tingkat kompleksitas tinggi. Lampu masih menyala hijau saat pendekat sudah terbebas dari antrian (kosong) atau sebaliknya, merupakan contoh nyata yang kerap terlihat. Tahaptahapan perhitungan juga cukup panjang, ditambah banyaknya parameter yang mempengaruhi. Sedang metode Akcelik dan US-HCM, di mana MKJI juga memakainya sebagai referensi, hingga kini dipandang paling modem lewat filosofi movement based, kendati masih mengandung kelemahan juga. Akcelik selalu mengasumsikan besar waktu siklus ( c) terlebih dahulu, lalu dilakukan koreksi. US-HCM malah mendapatkan parameter penting dan utama persimpangan ini dari hasil analisa komputer di pusat pengendali (urban traffic control). MKJI dengan variabel movement memungkinkan pergerakan sebanyak-banyaknya, mengatasi kendala jumlah fase. Hal ini dilakukan dengan memisahkan konfik-konflik primer dan memasukkan pergerakan-pergerakan lainnya hingga seluruh pergerakan terdistribusi. Sebelumnya, dilakukan analisa sederhana apakah lintasan kritis yang dipilih memiliki Q / S terbesar atau tidakberdasarkan besaran rasio volume lalu-lintas arus jenuh masingmasing pergerakan. Uji coba pada salah satu persimpangan berlengan empat di Jakarta menghasilkan waktu siklus c = 81 detik (movement analysis), sedang MKJI tercatat 88 detik. Sementara persimpangan dengan tipe "T" di Ujung Pandang menghasilkan waktu siklus masing-masing 54 detik dan 42 detik. Kata-kata kunci: MKJI, Akcelik, sinyal, fase, pergerakan, pergerakan kritis.
IMPROVEMENT OF IHCM (1997) TRAFFIC SIGNAL CALCULATION WITH MOVEMENT ANALYSIS Abstract The calculations for isolated signalised intersections in Chapter 2 of the Indonesian Highway Capacity Manual - IHCM (1997) is based on phases, and is in the opinion of some observers not effective, too conventional, and having a tendency to be complicated for some intersections' with high level of complexibility. A signal aspect is still green while the queue has dissipated, or otherwise, are examples which usually occurs. Calculation procedures are also lengthy, and many parameters have to be insidered. Methods by Akcelik and the US-HCM, which are references to the IHCM, are until now considered a most sophisticated with their movement analysis philosophy, although with some shortcomings. Akcelik always assumes an initial cycle time and iterates it subsequenthy. The US-HCM method obtain the major and important parameters from the overall urban traffic control system. With the movement analysis the IHCM method allows optimum movement, thus overcoming the constraints of phase based analysis. This is obtained by separating the primary conflicts, and subsequenthy assigning all the other movements. Initially, a simple analysis is performed to assure that the selected critical movements produce a maximum Q / S ratio or not, based on volume and saturation flow of respective movements. A re-analysis of a four arm intersection in Jakarta produced a reduction in cycle time from 88 seconds to 81 seconds. A re-analysis of "T" intersection in Ujung Pandang produced a reduction from 54 seconds to 42 seconds. However, on intersection with balanced flows, the movement analysis does not produce improvement. Also, the utilisation of the intergreen period during overlapping phases need further analysis. Key words: IHCM, Akcelik, signal, phase, critical movement.