PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN FLASH BERORIENTASI PENDEKATAN KONTEKSTUAL KOMPONEN LEARNING COMMUNITY PADA MATERI KOLOID
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk Memenuhi Salah Satu Syarat memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
OLEH: TIWI DESRINA NIM. 1110016200001
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Flash Berorientasi pada Pendekatan Kontekstual Komponen Learning Community pada Materi Koloid disusun oleh Tiwi Desrina, NIM 1110016200001, Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian dihadapan dew an
penguji~
Munaqasah pada tanggal 01 Desember 2016
Karena itu, oenulis berhak memperoleh gelar Sarjana S 1
(S.Pd) dalam bidang Pendidikan Kimia.
Jakarta,"~;.,~.. ~ ,f.~~r.ll~n' ..-:-2016 Panitia Ujian Munaqasah
Ketua Panitia (Ketua Jurusan!Program Studi) Burhanudin Milama, M.Pd NIP.19770201 200801 1 011
Penguji I Dedi Irwandi, M.Si
Tf/ggal
4-l: ?-!?.l.?
~~
NIP .1971 0528 200003 1 002
~
Penguji II Buchori Muslim, M.Pd NIP. '3~ J-0 \.\ .l:l.
gg
l~l~J.Ct ~~ ...~
,-----
r.
""·
>jib )
;'-.-·---··nJ ! UIII
KEMENTERIAN AGAMA UINJAKARTA FITK Jl. /r_H. Jwmda No 95
'
FORM(FR)
Ciputat/5~/2/ndon.sia
No. Dokumen
FITK-FR-AKD-089
Tgl. Terbit
I Maret 2010
No. Revisi :
Ql
Hal
1/1
SURATPERNYATAANKARYASENDIID
----
Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Nama ......................................................... \lVJ\ 0~5tl-\f'Jf\ Tempatffgl.Lahir .................................................. · t~rv~~Pr-t-1~. 0 fo DfSff\.1~f;9- lg~lNIM
· \\toot~"l-OOOM . ·············································
J urns an I Prodi
: ..Y~~?~?~~~~--~?.~...r. -~~-~~~-~-~-~rv ~t.\MH.\
Judul Skripsi
. VG~i~MGftt--~iA~ M~tHe ~fM~tl..f\'~ ~~}J Q,fP..\7A!l~ ............................................................................. f\.Pt~H ';t \'LOf.-1 ~ fVT 1\)\ ffiVt>f'tATAI" ~ol"te~SiUA L it.t>M~ot-J~fJ
Dosen Pembimbing
l-fA\l-N\f'l0 COMMUIVIT1 PMJI't M~\ffl-\
kot..ol-D.
: 1..l~~!~~j ___ .f.~_~qp_,
__ -~- J~ .................... .
f-...1~~£)~ >AP.IP(W \ , M- Si 2 ............................................................................ .
dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya bertanggungjawab secara akademis atas apa yang saya tulis.
Pemyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.
Jakarta, .... bl~~iOO~ tott.. Mahasiswa Ybs.
T\Wl
OE~P.\PA
NIM. \1\ 00\ j, l OOtx> 1
ABSTRAK Tiwi Desrina, “Pengembangkan media pembelajaran berbasis flash berorientasi pada pendekatan kontekstual komponen learning community pada materi koloid”. Skripsi, Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan proses pengembangan mengacu kepada model pengembangan. Subjek penelitian ini adalah media pembelajaran. Instrument yang digunakan untuk memperoleh data yaitu: (1) lembar validasi ahli media, (2) lembar validasi ahli materi, (3) respon siswa, dan (4) respon guru. Hasil dari penelitian ini ditemukan bahwa media pembelajaran berbasis flash dapat dikembangkan menggunakan metode Pengembangan dengan tahapan-tahapan penelitian yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan tahapan yang dikemukakan oleh Bambang Warsita yang terdiri dari tiga tahap besar, yaitu: (1) tahap perancangan, dilakukan dengan analisis kebutuhan yang dilaksanakan di dua sekolah dan pembuatan story board; 2) tahap produksi, dilakukan pembuatan media pembelajran dan dilakukan validasi dengan ahli media dan ahli materi sampai media dinyatakan valid; dan 3) tahap evaluasi, dilakukan uji coba terhadap guru dan siswa dengan rata-rata dari respon guru didapatkan persentase sebesar 82,16% dengan kategori sangat baik dan dari respon murid didapatkan persentase sebesar 79,39% dengan kategori baik. Maka dari penelitian ini dihasilkan media pembelajaran berbasis flash yang berkualitas dan dapat digunakan oleh siswa dengan baik. Kata kunci: Model Pengembangan, Pendekatan Kontekstual Komponen Learning Community, Pengembangan Media Pembelajaran berbasis Flash
i
ABSTRACT Tiwi Desrina, “Developing instructional media using flash based on contextual approach in learning community component on subjects of colloid”. Essay, Chemistry Education Programme, Science Majors, Faculty of Tarbiyah Knowledge and Teachery, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. This research was descriptive research with development. Subjects of this research was instructional media. The instruments used to obtain data for instance: (1) media experts validation, (2) material experts validation, (3) students response and (4) teachers response. The results of this research was said that the instructional media which was created using flash software can be developed with each steps were submitted by Bambang Warsita, consists of three main aspects: (1) planning, potrayed by necessity analysis conducted in two different school and story-board creation; (2) production, showed by creation of instructional media until it was validated by media and material experts; (3) evaluation, illustrated by trials to teachers and students with the results of teachers response average at 82.16% with good category and 79.39% for students response, got a good category, either. As a conclusion, this research has presented a good instructional media using flash that have a good quality and could be used for students aids as well. Keyword: Bambang Warsita’s method, contextual approach, Developing instructional media using flash, , learning community component
KATA PENGANTAR Puji Syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini
sesuai
Pembelajaran
harapan
Flash
dengan
Berorientasi
“Pengembangan
judul pada
Pendekatan
Media
Kontekstual
Komponen Learning Community pada Materi Koloid”. Shalawat serta salam juga tak lupa tercurah kepada baginda Nabi besar kita, Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya yang membawa kita semua dari zaman Jahiliyah menuju zaman yang terang-benderang. Semoga kita selalu berada dalam syafa’at-Nya.Aamiin. Pada dasarnya, banyak kesulitan yang penulis alami selama penyusunan skripsi ini. Tetapi, atas bantuan dan banyak partisipasi dari berbagai pihak, skripsi ini pun dapat selesai. Oleh karena itu, penulis sampaikan terima kasihkepada:
1.
Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A., selaku Dekan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Baiq Hana Susanti, M. Sc., selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPA FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.
Burhanudin Milama, M. Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4.
Tonih Feronika, M.Pd., selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan perhatiannya kepada penulis selama penyusunan skripsi ini
5.
Nanda Saridewi , M.Si., sebagai pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan perhatiannya kepada penulis serta membimbing teknis penulisan selama penyusunan skripsi ini.
6.
Salamah Agung, S.Si, A, Pt, M.A, Dindin Sobirudin, M.Kom, Luki Yunita, M.Pd, Siti Ummie M, M.Sc. dan Buchori Muslim, M.Pd, sebagai Validator Materi dan Validator Media yang sudah bersedia membantu
ii
memberikan kritik dan saran terhadap madia pembelajaran sehingga media pembelajaran dapat terselesaikan. 7.
Doden-dosen Program Studi Kimia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta atas semua ilmu yang telah diberikan.
8.
Keluarga, ibu tercinta, wanita terhebat yang tiada lelah memberi doa restu, perhatian, cinta, kasih dan sayang yang tiada putus dan selalu mengajarkan untuk terus berjuang untuk meraih apa yang di inginkan dan cita-citakan. Bapak, yang selalu memberi dukungan doa dan semangat tiada henti dan putus asa, dan juga kakakku tercinta dan satu-satunya yang tidak pernah lelah menyemangati dan memberi dukungan sehingga penulis mampu mencapai pendidikan di jenjang Universitas.
9.
Teman-teman Pendidikan Kimia angkatan 2010 khususnya Ade Irma Nur, Farhana Iqbalia P, Fauzia Amina, dan Tianur Secha yang saling memberikan motivasi.
10. Moehammad Ramadhoni dan keluarga yang telah senantiasa memberikan dukungan, semangat dan motivasi sehingga penulis mampu berjuang kembali untuk menyelesaikan skripsi ini 11. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu hingga tersusunnya karya ini. Akhirnya, hanya kepada Allah penulis persembahkan semuanya. Ditengah-tengah khasanah ilmu pengetahuan yang sangat luas, penyusun tetap berharap semoga karya ini dapat menjadi sumbangsih dan bermanfaat bagi adik-adik jurusan pendidikan IPA khususnya Program Studi Pendidikan Kimia. Semoga Allah SWT. Membalas semuanya. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun senantiasa penulis harapkan agar dapat menjadi masukkan di waktu mendatang. Semoga karya ini dapat memberikan kontribusi dan motivasi bagi pengembangan IPTEK dan peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia. Amin.
iii
Jakarta, November 2016
Penulis
iv
iv
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRAK .........................................................................................................
i
KATA PENGANTAR ....................................................................................
ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iv DAFTAR TABEL ............................................................................................. vi DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... vii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... viii BAB I PENDAHULUAN ............................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ................................. ...............................
1
B. Identifikasi Masalah .......................................................................
3
C. Pembatasan Masalah ......................................................................
4
D. Perumusan Masalah .......................................................................
4
E. Tujuan Penelitian ...........................................................................
4
F. Manfaat Penelitian .........................................................................
5
BAB II DESKRIPSI TEORITIS, PENELITIAN RELEVAN DAN KERANGKA BERPIKIR.........................................................
6
A. Deskripsi Teoritis................... ........................................................
6
1. Definisi Pembelajaran ...........................................................
6
2. Media Pembelajaran .............................................................
6
a. Media Flash ....................................................................
9
b. Komponen-komponen Flash........................................... 10 3. Pembelajaran Sistem Koloid ................................................. 11 a. Kompetensi ..................................................................... 11 b. Sistem Koloid .................................................................. 11 c. Peranan Koloid dalam kehidupan sehari-hari ................. 17 4. Pendekatan Kontekstual Komponen Learning Community .. 17 a. Pendekatan Kontekstual .................................................. 18 b. Komponen-Komponen Pendekatan Kontekstual ............ 18
v
c. Karakteristik Pendekatan Kontekstual ............................ 20 d. Pendekatan Kontekstual Komponen Learning Community....................................................... 21 5. Teknologi dan Guru .............................................................. 24 6. Multimedia untuk pelatihan dan pembelajaran ..................... 25 B. Kerangka Berpikir.......................................................................... 25 C. Peneltian Relevan .......................................................................... 26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 27 A. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................ 27 B. Metode Penelitian .......................................................................... 27 C. Desain Penelitian ........................................................................... 27 E. Instrumen Penelitian ....................................................................... 30 F. Teknik AnalisisData ....................................................................... 33
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 35 A. Hasil Penelitian ................................................................................ 35 1. Tahap Perancangan…………………………………………… 35 2. Tahap Produksi ..........................................…………………… 37 3. Evaluasi ...........……………………………………………….. 41 B. Pembahasan ...................................................................................... 49 1. Hasil Uji Validasi Produk .......................................................... 49 2. Uji Coba Lapangan .................................................................... 50
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 55 A. Kesimpulan ...................................................................................... 55 B. Saran ................................................................................................ 55
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 56 LAMPIRAN ........ ............................................................................................. 59
vi
DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Perbedaan larutan sejati, koloid, dan suspensi……………………..12 Tabel 3.1 Kisi-kisi lembar observasi penilaian media pembelajaran………...27 Tabel 3.1 Kisi-kisi angket penilaian media pembelajaran untuk ahli media………………………………………………………………..30 Tabel 3.3 Kisi-kisi angket penilaian media pembelajaran untuk ahli materi………………………………………………………………..31 Tabel 3.4 Kisi-kisi angket penilaian media pembelajaran untuk siswa dan guru……………………………………………………………...…..31 Tabel 3.5 Kriteria Interpretasi Skor………………………………………...…33 Tabel 4.1 Observasi penilaian media pembelajaran……………….................34 Tabel 4.2 Storyboard media flash pada materi koloid……………………...…35 Tabel 4.3 Hasil validasi media oleh ahli media……………………………….41 Tabel 4.4 Hasil validasi materi oleh ahli materi………………………………43 Tabel 4.5 Hasil angket respon siswa…………………………………………..44 Tabel 4.6 Hasil angket Respon Guru……………………………………….....44
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Tingkat media sebagai alat pengajar………………………8
Gambar 2.2
Komponen-komponen flash………………………………….10
Gambar 3.1
Desain penelitian…………………………………………29
Gambar 4.2
Media Sebelum di Validasi………………………………40
Gambar 4.3
Media Sesudah di Validasi……………………………….41
vii
Daftar Lampiran Lampiran 1. Kisi-kisi instrumen evaluasi media Lampiran 2. Lembar validasi media Lampiran 3. Kisi-kisi instrumen media oleh ahli materi Lampiran 4. Validasi evaluasi materi Lampiran 5. Angket tanggapan guru Lampiran 6. Angket tanggapan siswa Lampiran 7. Rekap hasil validasi media Lampiran 8. Rekap hasil validasi materi Lampiran 9. Analisis indikator Lampiran 10. Story board Lampiran 11. Pengelolaan data respon guru Lampiran 12. Pengelolaan data respon siswa Lampiran 13. Observasi media pembelajaran Lampiran 14. Hasil persentase analisis kebutuhan SMAN 5 Kota Tangerang Lampiran 15. Hasil persentase analisis kebutuhan SMA Nusantara 1 Tangerang Lampiran 16. Lembar diskusi 1 Lampiran 17. Lembar diskusi 2 Lampiran 18. Lembar diskusi 3 Lampiran 19. Lembar diskusi 4 Lampiran 20. Lembar diskusi 5 Lampiran 21. Surat keterangan riset
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu media yang tepat bagi manusia untuk memiliki pola-pola pikir yang aktif, kreatif, dinamis dan inovatif, karena pendidikan merupakan suatu kebutuhan dan hak asasi manusia dalam rangka mempersiapkan hidup dan kehidupan yang berkualitas dimasa yang akan datang. 1 Oleh karena itu
pendidikan merupakan salah satu bentuk usaha sadar pada
masyarakat dalam mengembangkan potensi sumber daya manusia dan bagian dari upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan dapat meningkatkan kualitas manusia Indonesia. Sejalan dengan Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Pada Bab II Pasal 3 tentang fungsi dari pendidikan nasional, yakni : Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab. 2 Berdasarkan pasal di atas menjelaskan bahwa pemerintah Indonesia memiliki tanggung jawab untuk mewujudkan masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang beriman, bertakwa, cakap dan kreatif dalam berilmu pengetahuan, serta mandiri dan bertanggung jawab dalam kehidupannya. Sebagai bagian dari upaya mewujudkan tujuan dari pendidikan nasional tersebut, maka pemerintah Indonesia menyelenggarakan pendidikan di sekolah. Kegiatan pengajaran tersebut dilakukan pada semua satuan dan tingkat pendidikan. Mulai dari pendidikan tingkat dasar (SD) hingga tingkat pendidikan yang lebih tinggi yakni PT (Perguruan Tinggi). Pendidikan juga dapat menjadi tolak ukur kualitas dari suatu bangsa, semakin baik pendidikan suatu bangsa maka akan semakin baik pula kualitas bangsa tersebut. Pendidikan telah mengalami perkembangan yang sangat pesat, informasi dan komunikasi berkembang setiap saat. Hal ini mengakibatkan adanya persaingan yang sangat ketat di dunia pendidikan.
1
Zulfiani, Tonih Feronika dan Kinkin, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), cet.ke-1, h. 3. 2 Republik Indonesia, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3,2014, h. 3,(www.dikti.go.id)
1
2
Dunia pendidikan media pembelajaran merupakan salah satu yang dibutuhkan sebagai salah satu adanya perkembangan teknologi di dalam kehidupan. Sangatlah penting untuk memudahkan peserta didik dalam melakukan proses pembelajaran dan membantu siswa untuk tidak pasif. karena media pembelajaran selain berfungsi menyampaikan suatu materi juga berfungsi untuk mempermudah peserta didik dalam memahami materi. Menurut Munadi, media pembelajaran merupakan “penyalur atau penghubung pesan ajar yang diadakan dan/atau diciptakan secara terencana oleh para guru atau pendidik”. 3 Kimia merupakan salah satu mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pada umumnya, kimia memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang segala sesuatu yang berkaitan tentang materi serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Metode pembelajaran seperti salah satunya adalah ceramah juga kurang memenuhi prinsip-prinsip yang efektif, memberikan unsur monoton dan kurang memberdayakan potensi siswa. Kegiatan belajar mengajar seharusnya mengoptimalkan secara keseluruhan potensi siswa untuk menguasai kompetensi yang diharapkan. Proses pembelajaran mengajar sebaiknya dilandasi dengan prinsip-prinsip: (1) berpusat pada siswa (2) mengembangkan kreativitas siswa (3) menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang (4) mengembangkan beragam kemampuan yang bermuatan nilai (5) menyediakan pengalaman belajar yang beragam (6) belajar melalui berbuat, dan (7) konsep dibangun melalui pembelajaran. Sistem koloid merupakan salah satu bagian dari sub materi kimia yang dipelajari siswa di tingkat SMA umumnya kelas XI (tingkat 2 SMA). Sistem koloid perlu dipelajari karena berkaitan erat dengan hidup dan kehidupan seharihari. Cairan tubuh seperti darah merupakan salah satu contoh sistem koloid. Bahan makanan seperti keju ialah termasuk sistem koloid. Contoh lainnya seperti jeli (agar-agar), susu, cat, busa, minyak rambut bentuk gel, dan parfum semprot. 4 Berdasarkan penjelasan ini harusnya kimia menjadi mata pelajaran yang disenangi karena sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari. Namun pada kenyataannya masih banyak siswa yang menganggap bahwa pelajaran kimia sulit dipahami dan sulit diaplikasikan dalam kehidupan. Hal tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah karena penggunaan metode atau model pembelajaran di sekolah kurang sesuai dengan pokok bahasan yang akan disampaikan dan 3
Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, (Jakarta: Gunung Persada Press, 2010), h. 5. Sentot Budi Rahardjo, Kimia Berbasis Eksperimen 2, (Jakarta: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2008), h. 251. 4
3
kurangnya penggunaan media pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran. Dunia pendidikan kegiatan pembelajaran dapat disajikan dengan menggunakan alat peraga pembelajaran atau sering dikenal dengan media pembelajaran. Salah satu metode pembelajaran yang saat ini dapat dikembangkan adalah dengan memanfaatkan teknologi komputer sebagai media pembelajaran. Dalam bidang perangkat lunak komputer yang makin pesat ini sangat mendukung dalam penerapannya sebagai media pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran dapat menjadi salah satu upaya yang dilakukan guru untuk mengatasi masalah keterbatasan alat bantu mengajar. Banyak metode dalam pembelajaran kimia, salah satunya adalah penggunaan media flash. Media flash merupakan media pembelajaran yang dapat digunakan untuk membuat gambar seperti hidup yaitu dengan memvisualisasikan simulasi dan animasi. Selain itu, media flash , juga memungkinkan untuk membuat video interaktif dimana user dalam pembelajarannya dapat menggunakan keyboard atau mouse untuk melakukan interaksi. Pembelajaran dengan flash ini diharapkan dapat memotivasi siswa untuk belajar, karena menampilkan penyajian materi secara menarik dan inofatif. Proses pembelajaran kurang memberikan partisipasi siswa terhadap pembelajaran sehingga tidak optimal. Pembelajaran menggunakan media flash memberikan karakteristik yang bisa mengoptimalkan proses belajar dan mengajar. Dalam kegiatan belajar mengajar tidak mengoptimalkan siswa untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Penggunaan pendekatan dalam media sangatlah penting. Pendekatan kontekstual yang bisa memberikan suatu pengetahuan yang diperoleh oleh siswa yang kemudian akan dihubungkan dalam kehidupan seharihari. Dalam suatu pembelajaran, banyak tanggapan yang berbeda dalam pelaksanaan proses belajar dan mengajar, untuk itu diperlukan komponen dari pendektan kontekstual yang dapat menciptakan masyarakat belajar dengan tujuan membenarkan tanggapan satu sama lain, Learning Community merupakan salah satu komponen pendekatan kontekstual yang dapat membantu pembelajaran dikelas dengan diciptakannya masyarakat belajar. Peneliti memfokuskan penelitian pada pengembangan dan pembuatan media pembelajaran berbasis flash sebagai alat bantu mengajar pembelajaran lebih efektif. Sehingga diharapkan dapat membantu siswa dalam memahami materi sistem koloid.
4
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut: 1.
Siswa cendurung pasif dalam
pembelajaran IPA khususnya pada
pelajaran IPA 2.
Metode pembelajaran yang digunakan cenderung monoton seperti metode ceramah
3.
Kurangnya penggunaan media pembelajaran digunakan dalam proses pembelajaran
4.
Partisipasi siswa terhadap pembelajaran tidak optimal
5.
Kegiatan belajar mengajar tidak mengoptimalkan siswa untuk mencapai kompetensi yang diharapkan
C. Pembatasan Masalah Penelitian yang berjudul pengembangan media pembelajaran berbasis flash di SMAN Kota Tangerang dibatasi pada: 1. Materi yang diberikan adalah koloid 2. Media pembelajaran flash yang digunakan adalah adobe flash CS 8 3. Penelitian dilakukan pada terhadap siswa siswi kelas XII SMA Kota Tangerang.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Bagaimana mengembangkan media pembelajaran berbasis flash berorientasi pada pendekatan kontekstual komponen learning community pada materi koloid
2.
Bagaimana respon Guru dan Siswa yang dikembangkan berdasarkan penilaian ahli media, guru SMA dan siswa SMA
E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
5
1. Mengembangkan media pembelajaran bebasis flash
berorientasi pada
pendekatan kontekstual komponen learning community pada materi koloid 2. Mengetahui respon Guru dan Siswa untuk media pembelajaran berbasis flash berorientasi pada pendeketan kontekstual komponen learning community pada materi koloid yang dikembangkan
F. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini diantaranya adalah menghasilkan media pembelajaran pada materi koloid di SMAN tangerang selatan. Selain itu, manfaat dari penilitian juga bisa dirasakan bagi guru dan siswa. 1.
Bagi siswa, memberikan pembelajaran dan pengalaman belajar yang baru yaitu menggunakan media pembelajaran berbasis flash.
2.
Bagi guru, memberikan informasi mengenai pengembangan media pembelajaran berbasis flash sehingga kualitas media pembelajaran kimia dapat terus ditingkatkan
3.
Bagi sekolah, mendapatkan media pembelajaran yang dapat digunakan untuk mendukung proses pembelajaran di sekolah.
4.
Bagi peneliti, mendapatkan banyak pengalaman dan pengetahuan mengenai pengembangan media pembelajaran dan keterampilan dalam mendesain media pembelajaran interaktif dalam pembelajaran kimia.
BAB II DESKRIPSI TEORITIS, PENELITIAN RELEVAN DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Deskripsi Teoritis 1. Definisi Pembelajaran Kata
dasar
“pembelajaran”
adalah
belajar.
Dalam
arti
sempit
pembelajaran yang dapat diartikan sebagai suatu proses atau cara yang dilakukan agar seseorang dapat melakukan suatu kegiatan belajar. Sedangkan menurut Asep, Pembelajaran adalah kegiatan belajar siswa melalui usaha yang terencana dalam meliputi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar, yang terpenting adanya komunikasi timbal balik diantara keduanya, baik secara langsung maupun tidak langsung atau melalui media. 5 Sementara itu, menurut Suryono definisi umum tentang pembelajaran adalah pengalaman yang terjadi berulang kali untuk melahirkan pengetahuan, (knowledge), atau a body of knowledge. 6 Dari berbagai definisi pembelajaran di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran merupakan interaksi antara guru dan siswa dalam memanfaatkan segala potensi yang ada yang dilakukan secara intens dan terarah sehingga terjadi perubahan perilaku yang diharapkan sesuai dengan tujuan belajar. 2. Media Pembelajaran Kata Media yang berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media merupakan perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. 7 Media merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. 8
5
Asep Heri Hermawan, dkk, Belajar dan Pembelajaran SD, (Bandung: UPI Press, 2007), Cet. I, h. 1 6 Prof. Dr. Suryono, M. Pd. Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), Cet. III, h. 9 7 Dr. Arief S. Sadiman, dkk, M. Sc, dkk, Media Pendidikan, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2010), Cet. I, h. 6 8 Ibid, h. 7
6
7
Media pembelajaran dapat dipahami sebagai “segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkupan belajar yang kondusif di mana penerimanya dapat melakukan proses belajar yang kondusif di mana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif.” 9 Media pengajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pengajaran yang pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya ada beberapa alasan, mengapa media pengajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa antara lain (1) pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar (2) bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran lebih baik (3) metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru mengajar untuk setiap jam pelajaran, dan (4) siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, medemonstrasikan dan lain-lain. 10 Definisi ini sejalan dengan definisi yang di antaranya disampaikan oleh Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Association of Education and Communication Technology/AECT) di Amerika, yakni sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan/informasi. 11 Berdasarkan definisi-definisi tersebutkan, tampak bahwa studi tentang media dalam konteks pembelajaran ini, bukanlah studi tentang hal-hal yang menyangkut teknis dan mekanis. Karena pembelajaran bagian dari ilmu pendidikan dan ilmu pengetahuan social, maka dengan sendirinya studi tentang media hanyalah terbatas pada segi social, psikologis, dan pedagogiknya saja, yaitu kaitannya dengan unsur-unsur lainnya dalam keseluruhan unsure pembelajaran. Dengan demikian, tujuan pemanfaatannya media dalam proses pembelajaran
adalah
pembelajaran itu sendiri.
9
mengefektifkan
dan
mengefesiensikan
proses
12
Yudhi munadi, Media pembelajaran. (Cipayung: Gaung Persada (GP) Press, 2008), h. 7 Dr. nana sudjana, dkk, Media pengajaran. (Bandung: sinar baru algensindo offset, 2010), h. 2 11 Yudhi munadi. 2008. Media pembelajaran. Cipayung: Gaung Persada (GP) Press .hlm8 12 Ibid, hlm 8 10
8
Pada dasarnya fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai sumber belajar. Fungsi-fungsi yang lain merupakan hasil pertimbangan dari kajian ciri-ciri umum yang dimilikinya, bahasa yang dipakai menyampaikan pesan dan dampak atau efek yang ditimbulkannya. 13 Ciri-ciri
(karakteristik)
umum
media
yang
dimaksud
adalah
kemampuannya merekam, menyimpan, melestarikan, merekonstruksi, dan mentransportasikan suatu peristiwa atau obyek. Kemudian yang dimaksud bahasa yang dipakai menyampaikan pesan adalah bahasa yang verbal dan nonverbal.Terakhir adalah tentang efek yang ditimbulkannya, bentuk konkrit dari efek ini adalah terjadinya perubahan tingkah laku dan sikap siswa sebagai akibat interakhir antara dia dengan pesan yaitu baik perubahan itu secara individu maupun secara kelompok. 14 Dalam usaha untuk memanfaatkan media sebagai alat bantu mengajar Edgar Dale(1969) dalam bukunya “Audio visual methods in teaching” Edgar Dale membuatklasifikasi menurut tingkat dari yang paling konkret ke yang paling abstrak. 15
Gambar 2.1. Tingkat Media Sebagai Alat Pengajar Klasifikasi tersebut kemudian dikenal dengan nama “kerucut pengalaman” dari Edgar Dale dan pada saat itu dianut secara luas dalam menentukan alat bantu yangpaling sesuai untuk pengalaman belajar.
13
Ibid, hlm 36 Yudhi munadi. 2008. Media pembelajaran. Cipayung: Gaung Persada (GP) Press hlm36 15 Edgar Dale, (1969) Audio Visual Methods in Teaching, New Yorg: Holt, Rinehart and 14
Winston Inc. The Dryden Press. Hlm 38
9
a.
Media Flash 1) Pengenalan Flash Beberapa
software
yang
dapat
dimanfaatkan
untuk
membangun sebuah pembelajaran multimedia, terutama dengan memanfaatkan kualitas software serta dukungan spesifikasi komputer yang dimiliki. Di antara software yang sudah familier sejak tahun 1994 di Indonesia, yang sering digunakan dalam membangun animasi adalah Macromedia Flash. 16 Macromedia flash merupakan salah satu program aplikasi yang digunakan untuk mendesain/merancang animasi yang banyak digunakan saat ini. Saat membuka situs atau halaman internet tertentu, biasanya terdapat animasi objek grafis yang bergerak dari besar menjadi kecil, dari terang menjadi redup, dari bentuk satu menjadi bentuk lain, dan mash banyak lagi yang lain. Adapun animasi-animasi objek grafis tersebut dapat dikerjakan dengan macromedia flash. 17 Macromedia flash juga mengenalkan bagaimana cara membuat movie clip, animasi frame, animasi tween motion, serta perintah
action
script-nya.
Adapun
beberapa
kemampuan
Macromedia flash lainnya adalah sebagai berikut: a) Dapat membuat animasi bergerak (motion tween), perubahan bentuk (shape tween) dan perubahan dan transparansi warna (color effecttween). b) Dapat membuat animasi masking (efek menutupi sebagian objek yang terlihat) dan animasi
motion guide (animasi mengikuti
jalur). c) Dapat membuat tombol interaktif dengan sebuah movie atau objek yang lain. d) Dapat membuat animasi logo, animasi form, presentasi multimedia, game, kuis interaktif, simulasi/visualisasi.
16
Deni Darmawan, Inovasi Pendidikan: Pendekatan Praktik Teknologi Media dan Pembelajaran Online, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), h. 231. 17 Rayandra Asyhar, Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran, (Jakarta: Referensi Jakarta, 2012), h. 187.
10
e) Dapat dikonversi dan di-publish ke dalam beberapa tipe seperti *.swf, *.html, *.gif, *.jpg, *.png, *.exe dan *.mov. 18
b. Komponen-komponen Flash
Gambar 2.2. Komponen-komponen Flash a) Timeline Jika anda membayangkan Movie Flash sebagai sebuah buku, Timeline merupakan table interaktif dari isinya. Setiap adegan seperti sebuah bab, setiap frame seperti halaman, dan layer seperti tumpukan buku. b) Stage (Area Kerja) Stage merupakan tempat bekerja dalam membuat animasi. c) Toolbar Berisi kumpulan tool yang digunakan untuk membuat dan memilih isi di dalam Timeline dan Stage. d) Color Window Flash yang digunakan untuk mengatur warna pada objek yang dibuat. e) Action Frame Window yang digunakan untuk menuliskan ActionScript untuk Flash. Biasanya ActionScript digunakan untuk mengendalikan objek yang dibuat sesuai dengan keinginan si pembuat. f) Properties 18
Ibid., h. 187.
11
Bagian yang digunakan untuk mengatur property dari objek yang dibuat. g) Components Digunakan untuk menambahkan objek-objek yang diperlukan untuk kebutuhan web application maupun media interaktif. 19
3. Pembelajaran Sistem Koloid a.
Kompetensi Kompetensi yang ingin dicapai pada materi Sistem Koloid sesuai dengan KI-KD Kurikulum 2013 adalah sebagai berikut: 20 3.15 Mengelompokkan sifat-sifat koloid dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. 4.14 Membuat berbagai sistem koloid dengan bahan-bahan yang ada disekitarnya serta menganalisis sifat-sifat dari sistem koloid yang dibuat. b. Sistem Koloid Paradigma
masyarakat
masih
minim
akan
pengetahuannya
mengenai ilmu kimia, sehingga ilmu kimia dirasa sangat linear atau berbanding lurus dengan kegiatan-kegiatan yang negatif. Contohnya ialah menggunakan unsur-unsur kimia untuk gencatan senjata dan peperangan di berbagai negara. Bahan-bahan kimia juga banyak di salahgunakan pada produk-produk kosmetik dan makanan secara berlebihan atau melewati batas yang telah ditentukan penggunaannya. Padahal secara faktual, ilmu kimia tidak hanya digunakan untuk hal-hal sesempit itu. Banyak sekali aplikasi ilmu kimia yang dapat kita temukan dalam kehidupan sehari-hari. Seringkali kita melihat air susu, jelly, pelembab kulit, minyak wangi, minyak rambut, cat, buih sabun, asap, kabut, karet busa, mutiara, kaca mata gelap, sebagian getah (karet, nangka) dan sebagainya dalam kehidupan sehari-hari. Di antara benda atau cairan tersebut mungkin anda pernah membuat atau menggunakannya. Benda-benda tersebut mungkin agak sukar untuk dikelompokkan ke dalam campuran homogen (larutan) 19
Darmawan, Deni, Inovasi Pendidikan: Pendekatan Praktik Teknologi Multimedia dan Pembelajaran Online, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), h. 232-237. 20 Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Kurikulum Kompetensi Dasar Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA), 2014, h. 128-129
12
atau campuran heterogen. Untuk membedakan dengan larutan atau campuran
heterogen,
kelompok
benda-benda
tersebut
memiliki
penamaan khusus yang disebut koloid. 1)
Pengertian Sistem Koloid Campuran dua zat disebut larutan sejati jika ukuran partikel yang terdispersi dalam medium pendispersinya lebih kecil dari 1 nm (10-9). Campuran dua zat disebut suspensi jika ukuran partikel yang terdispersi dalam medium pendispersinya lebih besar dari 100 nm dan disebut koloid jika partikel terdispersinya diantara 1-100 nm (10-9m ≤ koloid ≤ 10-7m). 21 Berikut adalah tabel perbedaan antara larutan sejati, koloid dan suspensi. Tabel 2.1 Perbedaan Larutan Sejati, Koloid dan Suspensi Larutan Satu fase
Koloid Dua fase
Homogen, tak dapat Secara makroskopis dibedakan, walaupun bersifat homogen, te-tapi menggunakan mikros-kop heterogen jika diamati ultra. dengan mi-kroskop ultra. Semua partikel berPartikel berdimensi dimensi (panjang, le-bar, antara 1 nm-100 nm. atau tebal) <1 nm Stabil.
Pada umumnya stabil. Tidak dapat disaring. Tidak dapat disaring, kecuali dengan penya-ring ultra. Contoh: larutan gula Contoh: campuran dalam air. su-su dengan air
2)
Suspensi Dua fase Heterogen.
Salah satu atau semua dimensi partikel > 100 nm. Tidak stabil. Tidak dapat disaring. Contoh: campuran te-pung terigu dengan air.
Pembuatan Koloid 22 a)
Pembuatan Koloid dengan Cara Dispersi Pembuatan koloid dengan cara dispersi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara mekanik dan melalui reaksi kimia. Cara mekanik dilakukan dengan menghaluskan partikel
21
E. Kusnawan,Panduan Pembelajaran Kimia Untuk SMA/MA Kelas XI, (Bogor: CV Dian, 2007), h.267-268. 22 Ibid., h. 274.
13
ukuran besar menjadi ukuran koloid melalui penumbukan, penggerusan dan penggilingan zat padat, setelah menjadi partikel koloid, kemudian didispersikan ke dalam medium pendispersi. Sedangkan untuk zat cair dilakukan dengan cara pengocokan. Pembuatan koloid melalui reaksi kimia dilakukan dengan cara mendispersikan suatu suspensi atau gumpalan dan endapan ke dalam suatu larutan elektrolit yang disebut peptisasi. (Peptisasi adalah pendispersian suatu zat dengan membentuk suatu koloid melalui penambahan suatu zat kimia yang dapat menstabilkan sol). Pembuatan
dispersi
koloid
dari
logam
biasanya
dilakukan dengan cara Busur Bredig, misalnya antara logam Pt dengan Au, cara ini dilakukan dengan mencelupkan dua buah elektroda ke dalam air, kemudian dialirkan arus listrik yang kuat. Pada saat terjadi loncatan listrik diantar kedua ujung elektroda, sebagian logam akan berubah menjadi partikel koloid kemudian terdispersi di dalam air. b)
Pembuatan Koloid dengan Cara Kondensasi Pembuatan koloid dengan cara kondensasi merupakan kebalikan dari cara dispersi, yaitu mengubah suatu larutan sejati menjadi partikel berukuran koloid. Pembuatan Koloid dengan cara kondensasi pun dapat dilakukan melalui dua cara yaitu menurunkan kelarutan suatu larutan sejati dan melalui reaksi kimia. Menurunkan kelarutan suatu larutan sejati menjadi suatu koloid
dilakukan
dengan
mengganti
zat
pendispersinya
(pelarutnya) atau pendinginan (menurunkan suhu), misalnya suatu zat tidak larut dalam air tetapi dapat larut dalam alkohol. Untuk
menurunkan
kelarutan
zat
ini
dilakukan
dengan
mencampurkan larutan zat dalam alkohol tersebut ke dalam air sambil dikocok sehingga dihasilkan suatu koloid. Pembuatan koloid dengan cara kondensasi umumnya dilakukan melalui reaksi kimia yang meliputi reaksi pertukaran ion, reaksi hidrolisis dan reaksi redoks. Reaksi-reaksi ini dilakukan dengan cara mendipersikan suatu larutan ke dalam zat
14
tertentu yang dapat mengubah partikel larutan menjadi partikel berukuran koloid.
3)
Sifat-Sifat Koloid a)
Efek Tyndall Efek Tyndall adalah peristiwa penghamburan cahaya oleh partikel koloid. 23 Efek ini dikemukakan oleh John Tyndall, ahli fisika berkebangsaan Inggris. Partikel dalam sistem koloid dapat berupa molekul atau ion yang berukuran cukup besar akan menghamburkan cahaya ke segala arah. Larutan sejati/larutan tidak menunjukkan efek Tyndall, karena ukuran partikelnya terlalu kecil untuk menghamburkan cahaya. Dalam kehidupan sehari-hari, efek Tyndall dijumpai pada peristiwa berikut: 1.
Terjadinya warna biru di langit pada siang hari dan warna merah atau jingga di langit pada saat matahari terbenam di ufuk barat.
2.
Sorot lampu proyektor di gedung bioskop akan tampak jelas ketika ada asap rokok.
3.
Sorot lampu mobil pada malam yang berkabut.
4.
Berkas sinar matahari yang melalui celah daun pepohonan pada pagi hari yang berkabut.
b)
Gerak Brown Gerak brown adalah gerakan partikel koloid terusmenerus dengan membentuk garis-garis lurus yang pendek dan mengubah arahnya secara mendadak (zig-zag), yang diakibatkan oleh adanya tumbukan antara partikel-partikel koloid dengan medium pendispersinya. 24 Gerak brown adalah gerak acak (zigzag)partikel koloid dalam medium pendispersinya. Gerak ini ditemukan oleh Robert Brown. Gerak brown terjadi karena adanya tumbukan yang tidak seimbang antara molekul-molekul medium terhadap partikel koloid. Semakin tinggi suhu semakin cepat gerak brown berlangsung karena energi kinetik molekul
23
Ibid., h. 276. Sentot Budi Rahardjo, Kimia Berbasis Eksperimen 2, (Jakarta: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2008), h. 270. 24
15
medium meningkat sehingga menghasilkan tumbukan yang lebih kuat. Gerak brown dalam sistem koloid menyebabkan partikel koloid tersebar merata dalam medium pendispersinya dan tidak memisah meskipun didiamkan (stabil). c)
Elektroforesis Elektroforesis adalah pergerakan
partikel
koloid
di
bawah pengaruh medan listrik atau potensial listrik. 25 Partikelpartikel koloid dapat bermuatan listrik karena terjadi penyerapan ion pada permukaan koloid. Kestabilan sistem koloid disebabkan adanya muatan listrik pada permukaan partikel koloid, selain karena adanya gerak brown. Pada peristiwa elektroforesis, partikel koloid akan dinetralkan muatannya dan digumpalkan pada elektroda. Kegunaan dari sifat ini adalah untuk menentukan muatan yang dimiliki oleh suatu partikel koloid. Pada elektroforesis ini, ke dalam elektrolit dimasukkan dua batang elektroda kemudian dihubungkan dengan sumber arus searah, maka partikel-partikel koloid akan bergerak ke salah satu elektroda tergantung pada jenis muatannya. Koloid yang bermuatan negatif akan bergerak ke anoda (elektroda positif) sedangkan koloid yang bermuatan positif bergerak ke katoda (elektroda negatif). d)
Adsorpsi (Kemampuan partikel koloid mengikat materi di permukaan) Adsorpsi adalah
proses
penyerapan
suatu
zat
di
permukaan zat lain. Zat yang diserap disebut fase terserap dan zat yang menyerap disebut adsorpen. Peristiwa adsorpsi disebabkan gaya tarik molekul-molekul pada permukaan adsorpen. Contoh pemanfaatan adsorpsi : 1.
Penyembuhan sakit perut yang disebabkan bakteri patogen dengan serbuk karbon atau norit. Di dalam usus, norit akan menjadi koloid yang dapat mengadsorpsi zat racun(bakteri patogen)
25
Ibid., h. 256.
16
2.
Penjernihan air keruh dengan tawas Al2(SO4)3. Dalam air tawas terhidrolisis menjadi Al(OH)3 yang berbentuk koloid dan mampu mengadsorpsi kotoran dalam air khususnya zat warna.
3.
Penjernihan air tebu pada pembuatan gula pasir dengan tanah diatome dan arang tulang (pemutihan gula).Zat warna dalam gula akan diadsorpsi sehingga diperoleh gula yang putih.
4.
Adsorpsi gas oleh zat padat, misalnya pada masker gas.
5.
Adsorpsi keringat oleh alumium stearat yang terdapat dalam rol on deodorant.
6.
Partikel koloid mampu mengadsorpsi ion positif dan ion negatif sehingga koloid menjadi bermuatan listrik. Koloid yang bermuatan positif contohnya Fe(OH)3 dan yang bermuatan negatif contohnya As2S3.
e)
Koagulasi Koagulasi
atau
penggumpalan adalah
peristiwa
pengendapan partikel-partikel koloid sehingga fase terdispersi terpisah dari medium pendispersinya. Koagulasi disebabkan hilangnya kestabilan untuk mempertahankan partikel-partikel agar tetap tersebar di dalam medium pendispersinya. Koagulasi dapat dilakukan secara mekanis, fisis dan kimia. 1.
Mekanik, menggumpalkan koloid dengan pemanasan, penga-dukan,
dan
pendinginan.
Proses
ini
akan
mengurangi air atau ion di sekeliling koloid sehingga koloid akan mengendap. Contohnya:
protein,
agar-agar
dalam
air
akan
menggumpal bila didinginkan. 2.
Fisis, Contoh: penggunakan alat cottrel. Alat Cottrel biasanya dipakai pada cerobong asap di industri-industri besar, untuk menggumpalkan asap dan debu. Hal ini bertujuan untuk me-ngurangi pencemaran asap dan debu yang berbahaya. Caranya dengan melewatkan asap atau debu pada Cottrel sebelum keluar dari cerobong pabrik.
17
Alat ini terdiri dari dua pelat elektrode listrik bertegangan tinggi. Bila sudah jenuh elektrode tersebut dibersihkan. 3.
Kimia, cara ini dilakukan dengan penambahan zat elektrolit ke dalam koloid. Contoh:Proses pengolahan karet dari bahan mentah (lateks) dengan menambahkan asam formiat atau cuka, pembentukan delta di muara sungai dan proses penjernihan air dengan menam-bahkan tawas. Tawas digunakan untuk menggumpalkan partikel koloid dalam air.
c. Peranan Koloid dalam Kehidupan Sehari-hari Sadar maupun tidak disadari, sebenarnya koloid sangat erat kaitannya dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan hal kecil yang terkadang dianggap sepele pun merupakan salah satu bagian dari aplikasi koloid dalam kehidupan sehari-hari. Berikut adalah beberapa contoh dari peranan koloid dalam kehidupan sehari-hari. a)
Mengurangi Polusi Udara
b)
Penggunaan Lateks
c)
Membantu Pasien Gagal Ginjal
d)
Penjernihan Air
e)
Sebagai Deodoran
f)
Sebagai Bahan Makanan dan Obat
g)
Sebagai Bahan Kosmetik
h)
Sebagai Bahan Pencuci
i)
Penggunaan Arang Aktif
j)
Pembuatan Yogurt, dll.
4. Pendekatan kontekstual komponen Learning Community Dalam membahas pendekatan kontekstual, ada beberapa teori yang penulis paparkan, yaitu (1) pendekatan kontekstual, (2) karakteristik pendekatan kontekstual, (3) pendekatan kontekstual komponen Learning Community.
18
a.
Pendekatan Kontekstual Pendekatan
kontekstual
(Contextual
Teaching
and
Learning/CTL) adalah konsep belajar dengan cara guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Sementara siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit, dan dari proses mengkrontruksi sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat. 26 Pendekatan
kontekstual
bisa
membantu
guru
dalam
menghubungkan apa yang telah diajarkan kepada siswa dengan kehidupan di sekitar siswa. Hal ini bertujuan untuk membantu siswa mengaitkan pengetahuan yang dimilikinya dalam kehidupan sehari-hari sebagai anggota masyarakat. Dengan demikian, hasil pembelajaran diharapkan berlangsung alamiah. Dalam kaitannya dengan penelitian ini, pendekatan kontekstual digunakan agar siswa mampu memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai media untuk belajar. b.
Komponen-komponen Pendekatan Kontekstual Pendekatan
pembelajaran
kontekstual
melibatkan
tujuh
komponen utama: 27 1) Konstruktivisme (Constructivism) Konstruktivisme merupakan landasan filosofis pendekatan pembelajaran kontekstual, bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit melalui sebuah proses. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusi harus mengonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Menurut pandangan konstruktivisme, tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan cara: (a) menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa; (b) memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan
26
Senduk dan Nurhadi, Pembelajaran Kontekstual (CTL) dan Penerapannya dalam KBK, (Malang: UM Press, 2003), h. 13 27 Muslich Masnur, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, Jakarta: Penerbit Bumi Aksara, (Jakarta: Penerbit Bumi Aksara, 2010), h. 4-6
19
idenya sendiri; dan (c) menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar. 2) Inkuiri (Inquiry) Inkuiri merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual kontekstual inkuiri artinya proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri 3) Bertanya (Questioning) Bertanya adalah cerminan dalam kondisi berpikir. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya dimaksudkan untuk menggali informasi, mengkomunikasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarah perhatian pada aspek yang belum diketahuinya. Bertanya adalah proses dinamis, aktif, dan produktif serta merupakan fondasi dari interaksi belajar mengajar. 4) Masyarakat Belajar (Learning Community) Konsep masyarakat belajar menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Ketika menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual di dalam kelas, guru disarankan selalu
melaksanakan
pembelajaran
dalam
kelompok-kelompok
belajar. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya heterogen, yang pandai mengajari yang lemah, yang tahu memberi tahu yang belum tahu, yang cepat mendorong temannya yang lambat, yang mempunyai gagasan segera memberi usul, dan seterusnya. 5) Pemodelan (Modeling) Pemodelan adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukanlah satu-satunya model. Pemodelan dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Seseorang bisa ditunjuk dengan memodelkan sesuatu berdasarkan pengelaman yang diketahui. 6) Refleksi (Reflection)
20
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir kebelakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan ketika pembelajaran. Refleksi merupakan respons terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru dipelajari. Nilai hakiki dari komponen ini adalah semangat instropeksi untuk perbaikan pada kegiatan pembelajaran berikutnya. 7) Penilaian Autentik (Authentic assessment) Penilaian autentik adalah upaya pengumpulan berbagai data yang dapat membrikan gambaran perkembangan belajar siswa. Data dikumpulkan dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada satt melakukan pembelajaran.
c.
Karakteristik pendekatan kontekstual Menurut Johnson dalam Nurhadi dan Senduk, Ada delapan karakteristik dalam sistem pembelajaran kontekstual, yaitu: 28 1) Melakukan
hubungan
yang
bermakna
(making
meaningful
connections). Siswa dapat mengembangkan potensinya untuk bekerja sendiri, berkelompok, dan belajar sambil berbuat. 2) Melakukan kegiatan-kegiatan yang signifikan (doing significant work). Siswa menghubungkan pengetahuan yang dimilikinya dengan kehidupan nyata sebagai anggota masyarakat. 3) Biaya yang diatur sendiri (sell-regulated learning). Siswa melakukan pekerjaan yang ada, hasilnya dan sifatnya nyata. 4) Bekerja sama (collaborating). Siswa dapat bekerja sama dengan orang lain dan saling berkomunikasi. 5) Berpikir kritis dan kreatif (critical and creative thinking). Siswa dapat berpikir secara kreatif untuk menganalisis dan memecahkan masalah dengan logika. 6) Mengasuh memelihara pribadi siswa (nurturing the individual). Memberi perhatian dan motivasi kepada siswa agar percaya dengan kemampuan diri sendiri tetapi juga menghormati orang lain. 7) Mencapai standar yang tinggi (reaching high standards). Siswa berusaha untuk mencapai hasil yang maksimal. 28
Senduk dan Nurhadi, Pembelajaran Kontekstual (CTL) dan Penerapannya dalam KBK, (Malang: UM Press, 2003), h. 13-14
21
8) Menggunakan penilaian autentik (using authentic assessment). Siswa menggunakan pengetahuan yang dimilikinya dalam dunia nyata untuk suatu tujuan. The Northwest Regional Education Laboratory USA dalam Nurhadi dan Senduk. Mengidentifikasikan adanya enam kunci dasar dari pembelajaran kontekstual sebagai berikut. 29 1) Pembelajaran bermakna Pembelajaran bermakna dapat dirasakan apabila siswa dapat mengerti manfaat dari apa yang telah dipelajari. 2) Penerapan pengetahuan Penerapan pengetahuan adalah kemampuan siswa untuk menerapkan pengetahauan yang dimiliki dengan kehidupan siswa 3) Berpikir tingkat tinggi Siswa harus berpikir kritis, kreatif, dan peka terhadap masalahmasalah yang ada di lingkungan sekitar siswa 4) Kurikulum yang dikembangkan berdasarkan standar Isi pembelajaran harus disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi 5) Responsive terhadap budaya Guru harus menghargai kepercayaan dan kebudayaan siswa dan masyarakat sekitar tempat ia mengajar. 6) Penilaian autentik Penggunaan berbagai strategi penilaian dapat menjadi pedoman untuk mengetahui hasil pembelajaran Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa karakteristik pendekatan kontekstual adalah melakukan hubungan yang bermakna, penerapan pengetahuan, belajar yang diatur sendiri, bekerja sama, berpikir kritis dan kreatif, memelihara pribadi siswa, mencapai standar yang tinggi, responsive terhadap budaya, dan penilaian autentik.
d.
Pendekatan kontekstual komponen Learning Comminity Tujuh komponen utama pembelajaran kontekstual di kelas, yaitu (a) konstruktivisme (contructivism), (b) menemukan (inquiry), (c) 29
Senduk dan Nurhadi, Pembelajaran Kontekstual (CTL) dan Penerapannya dalam KBK, (Malang: UM Press, 2003), h. 14-15
22
bertanya (questioning), (d) masyarakat belajar (learning community), (e) pemodelan (modeling), (f) refleksi (reflection), dan (g) penilaian yang sebenarnya (authentic assessment). 30 Dalam penelitian ini, hanya akan membahas pendekatan kontekstual komponen learning community. Dalam masyarakat belajar, hasil pembelajaran dapat diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Konsep masyarakat belajar menyarankan hasil pembelajaran diperoleh dari hasil kerjasama dari orang lain. Hasil belajar diperoleh dari kerja sama antarteman, antarkelompok, dan antara yang sudah tahu dan yang belum tahu. 31 Masyarakat belajar terjadi apabila ada komunikasi dua arah dari pihak-pihak yang terlibat dalam pembelajaran tersebut. Kegiatan saling belajar ini bisa terjadi apabila tidak ada pihak yang dominan dalam pembelajaran, tidak ada pihak yang merasa segan untuk bertanya, tidak ada pihak yang menganggap paling tahu, semua pihak saling mendengarkan dan bekerja sama untuk memecahkan suatu masalah. Dalam Nurhadi dan Senduk, learning community atau masyarakat belajar itu mengandung arti sebagai berikut: 32 1)
Adanya kelompok belajar yang berkomunikasi untuk berbagai gagasan dan pengalaman;
2)
Ada kerja sama untuk memecahkan masalah;
3)
Hasil kerja kelompok lebih baik daripada kerja secara individual;
4)
Ada rasa tanggung jawab kelompok, semua anggota dalam kelompok mempunyai tanggung jawab yang sama;
5)
Membangun motivasi belajar bagi anak yang belum mampu;
6)
Menciptakan situasi dan kondisi yang memungkinkan seorang anak belajar dengan anak lainnya;
7)
Ada rasa tanggung jawab dan kerja sama antara anggota kelompok untuk saling memberi dan menerima;
30
Senduk dan Nurhadi, Pembelajaran Kontekstual (CTL) dan Penerapannya dalam KBK, (Malang: UM Press, 2003), h. 31 31
Senduk dan Nurhadi, Pembelajaran Kontekstual (CTL) dan Penerapannya dalam KBK, (Malang: UM Press, 2003), h. 47 32
Senduk dan Nurhadi, Pembelajaran Kontekstual (CTL) dan Penerapannya dalam KBK, (Malang: UM Press, 2003), h. 47-48
23
8)
Ada fasilitator/guru yang memandu proses belajar dalam kelompok;
9)
Ada komunikasi dua arah atau multi arah;
10)
Ada kemauan untuk menerima pendapat yang lebih baik;
11)
Ada kesediaan untuk menghargai pendapat orang lain;
12)
Tidak ada kebenaran yang hanya satu saja;
13)
Tidak ada dominasi siswa-siswa pintar;
14)
Siswa bertanya kepada teman-temannya itu sudah mengandung arti learning community. Dalam masyarakat belajar, guru harus memantau kerja siswa
dalam kelompok. Jangan sampai ada siswa yang dominan dalam kelompok tersebut. Masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada komunikasi dua arah dan tidak ada pihak yang dominan. Jika setiap orang mau belajar dan berbagi pengetahuan dengan orang lain, maka setiap orang akan kaya dengan pengetahuan dan pengalaman. Metode pembelajaran dengan teknik learning community ini sangat membantu proses pembelajaran di kelas, termasuk pembelajaran sistem koloid melalui media pembelajaran flash. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa, learning community adalah salah satu komponen pendekatan kontekstual yang menyarankan hasil pembelajaran diperoleh dari hasil kerja sama dari orang lain. Hasil belajar diperoleh dari kerja sama antarteman, antarkelompok, dan antara yang sudah tahu dan yang belum tahu. Masyarakat belajar terjadi apabila ada komunikasi pembelajaran saling belajar. Ada komponen
beberapa learning
langkah
dalam
community,yaitu
pembelajaran penyampaian
kontekstual tujuan
dan
memotivasi siswa, penjelasan mengenai langkah-langkah pembentukan kelompok, persentasi, dan refleksi. Langkah pertama adalah penyampaian tujuan dan memotivasi siswa. Pada tahap ini guru menyampaikan tujuan pembelajaran, apa yang hendak dicapai pada pembelajaran, dan guru juga memotivasi siswa supaya semangat dalam mengikuti pembelajaran. Langkah kedua adalah pembentukan kelompok.pembentukan kelompok merupakan langkah awal dari konsep learning community.
24
Dalam masyarakat belajar, hasil pembelajaran dapat diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Konsep masyarakat belajar menyarankan hasil pembelajaran diperoleh dari hasil kerja sama dari orang lain. Hasil belajar diperoleh dari kerjasama antarteman, antarkelompok, dan antara yang sudah tahu. Pendekatan ini bertujuan supaya siswa lebih semangat karena bisa saling bertukar pendapat dengan temannya. Masyarakat belajar bisa membantu siswa yang kurang paham terhadap materi pelajaran karena mereka bisa bekerja sama dengan teman mereka yang lebih tahu. Langkah ketiga adalah persentasi kelas. Salah satu siswa maju membacakan hasil pekerjaaannya untuk mengetahui apakah mereka benar-benar melaksanakan masyarakat belajar (learning community). Langkah terakhir adalah refleksi. Pada tahap terakhir ini guru bersama siswa mengadakan refleksi terhadap pembelajaran yang telah berlangsung kemudian simpulan atas pembelajaran yang diperoleh pada hari itu.
5. Teknologi pendidikan dan guru Teknologi pengajaran merupakan pemanfaatan dan pengetahuan spesifik dari perkakas dan keterampilan dalam dunia pendidikan. Teknologi pengajaran biasanya dari pandangan perspektif guru. Ketika guru menggunakan komputer, pengganti keras pendidikan jarak jauh, atau internet untuk pengajaran, pengajaran.
perkakas-perkakas 33
tersebut
dianggap
sebagai
teknologi
Alat-alat teknologi pendidikan dapat mengubah adanya peranan
guru. Disamping guru adanya sumber-sumber pelajaran lainnya. Tetapi peranan guru akan dapat ditiadakan dan akan selalu diperlukan. Menyatukan “teknologi” dengan “pendidikan” dapat mengejutkan profesi guru, karena teknologi diasosiasikan dengan “mesin” yang bisa menimbulkan bahaya “dehumanisasi” pendidikan, yaitu pendidikan yang “mechanical”, yang serba mesin, yang menghilangkan adanya unsur manusiawi yang selalu terdapat dalam interaksi social antara guru dan murid dan antara murid dengan murid dalam pelajaran biasa. Pengalaman dengan alat teknologi pendidian
33
Sharon E. Smaldino, dkk. Instructional Technology & Media For Learning. (Jakarta: Kencana, 2012), Cet, II, h. 4
25
memberikan bukti bahwa dalam proses mengajar-belajar guru tetap memegang peranan yang penting. 34 Banyaknya alat instruksional di Negara-negara yang maju dapat juga membingungkan guru. Sulit bagi guru untuk memilih media yang paling baik dianatara begitu banyak alat yang tersedia. Walaupun banyak penelitian tentang efektifitas berbagai media, tidak ada penelitian yang menjelaskan apabila suatu media dapat atau tidak dapat digunakan dalam situasi belajar tertentu. 35
6. Multimedia untuk pelatihan dan pembelajaran Persentasi multimedia dapat menggunakan beberapa macam teks, chat, audio, video, animasi, simulasi, atau foto. Jika macam-macam komponen tersebut digabungkan dengan baik, maka menghasilkan suatu pembelajaran yang efektif. Siswa dapat memilih materi pembelajaran yang diinginkan, dan komputer dapat memantau kemajuan proses belajar siswa. 36 Di dalam multimedia dalam berbagai bentuk baik dalam bentuk teks, video, animasi, audio, simulasi atau foto. penggabungan dari berbagai bentuk multimedia yang baik dapat menghasilkan pembelajaran yang efektif, sehingga siswa dapat memilih sendiri materi pembelajaran.
B. Kerangka Berfikir Penelitian Pengembangan merupakan suatu penelitian yang bertujuan untuk menghasilkan produk sekaligus mengembangkannya melalui metode penelitian dan pengembangan yang bisa menghasilkan produk dan mengevaluasi produk tersebut. Media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang bisa menjadi perantara atau bisa menyampaikan informasi dari pengirim informasi ke penerima informasi sedangkian media pembelajaran kimia berbasis flash merupakan pembelajaran yang disajikan melaui media flash yang media flash itu sendiri bisa memvisualisasikan materi kimia yang bersikap abstrak terutama sistem koloid sehingga pembelajaran sistem koloid lebih menarik dan bisa menarik perhatian
34
Prof. Dr. Nasution, M.A., Teknologi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011),
h. 100 35
Ibid, hlm 100 Ariesto Hadi Sutopo, Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pendidikan, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), h. 120-121 36
26
siswa dan siswi dalam pembelajrannya. Berikut merupakan gambar 2.3 tentang kerangka dari kerangka berfikir.
Sistem koloid
Pembelajaran Pasif/Monoton
Media Pembelajaran
Optimalisasi proses Belajar/Mengajar
Karakteristik Media Pembelajaran
Pendekatan
Komponen Learning
Kontekstual
Community
Media pembelajaran flash berorientasi pendekatan kontesktual komponen Learning Community Gambar 2.3 Kerangka Berfikir
27
Materi sistem koloid merupakan materi yang berkaitan dengan partikel dan merupakan materi yang erat dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran di kelas tidak sedikit siswa merasa tidak terlalu mengerti dari materi koloid dan menyadari bahwa materi koloid merupakan materi yang berkaitan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini disebabkan pembelajaran pada materi koloid disampaikan secara monoton sehingga siswa pasif dalam proses belajar dan mengajar. Oleh sebab itu, dibutuhkan suatu media pembelajaran yang berfungsi untuk memvisualisasikan materi sistem koloid agar siswa lebih mudah memahami dan lebih menarik untuk mempelajari materi sistem koloid. Proses belajar dan mengajar menggunakan media pembelajaran membuat siswa mendapatkan informasi dari materi sistem koloid yang berbeda antara siswa satu dan siswa lainnya, untuk memberikan suatu informasi tentang materi koloid yang benar, dibutuhkan pendekatan kontekstual komponen Learning Community
yang bertujuan untuk menluruskan informasi yang benar antara
murid dengan murid dan murid dengan guru. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dikembangkan media pembelajaran flash berorientasi pendekatan kontekstual komponen Learning Community. C. Penelitian Relevan Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Regina Tutik Padmaningrum, Endang Widjayanti LFX, dan I Made Sukarna dengan judul “Pengembangan Media Pembelajaran Kimia Berbasis Teori Belajar Kontruktivisme”, hasilnya menunjukan bahwa melalui pembelajaran kimia berbasis Instructional Graphics berdasarkan teori belajar Kontruktivisme dalam bentuk CD, dengan menggunakan model procedural yang bersifat deskriptif melalui tahap perancanaan,
pengorganisasian,
menunjukan hasil yang sangat baik.
pelaksanaan,
dan
penilaian
produk
37
2. Penelitian yang dilakukan oleh Ira Novita Sari, Sulistyo Saputro, dan Ashadi dengan
judul
“Pengembangan
Multimedia
Pembelajaran
Berbasis
Macromedia Flash Sebagai Sumber Belajar Mandiri pada Materi Koloid Kelas XI IPA SMA dan MA”, hasilnya menunjukan bahwa melalui metode 37
Regina Tutik Padmaningrum, Endang Widjayanti LFX, dkk, Pengembangan Media Pembelajaran Kimia Berbasis Teori Belajar Konstruktivisme, vol. 1, 2010, h. 1. (tersedia online: staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Regina Tutik Padmaningrum, Dra., M.Si./Pengembangan_media_pembelajaran_Regina_Tutik_P.pdf)
28
penelitian dan pengembangan (Reasearch and Development) dengan teknik purposive sampling dan teknik pengujian kualitas multimedia menggunakan metode angket dan metode tes, menunjukan hasil yang baik. 38 3. Penelitian
yang
dilakukan
oleh
Luluk
Nur
Annisa
dengan
judul
“pengembangan media pembelajaran keterampilan computer dan pengelolaan informasi (KKPI) berbasis multimedia interaktif menggunakan Adobe Flash CS3 dan XML sebagai sumber belajar bagi siswa kelas X SMK Negeri 5 Yogyakarta”, hasil penelitian dan pengembangan dengan menggunakan empat tahapan analisis kebutuhan dan pengujian Black Box adalah baik dan benar dengan skor keseluruhan dari uji coba sebesar 3.09. 39
38
Ira Novita Sari, Sulistyo Saputro, dkk, Pengembangan Multimedia Pembelajaran Berbasis Macromedia Flash Sebagai Sumber Belajar Mandiri Pada Materi Koloid Kelas XI IPA SMA dan MA, Vol. 2, No. 3, 2013, h. 152, (tersedia online: download.portalgaruda.org/article.php?article=107523&val=4061) 39
Luluk Nur Annisa. pengembangan media pembelajaran keterampilan computer dan pengelolaan informasi (KKPI) berbasis multimedia interaktif menggunakan Adobe Flash CS3 dan XML sebagai sumber belajar bagi siswa kelas X SMK Negeri 5 Yogyakarta, 2012, h. vii
29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Hasil pengembangan diujicobakan di SMA Nusantara 1 Tangerang. Uji coba ini dilakukan untuk mengetahui respon terhadap media pembelajaran yang dibuat. Adapun waktu pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada tanggal 25 Februari semester genap tahun pelajaran 2015/2016
B. Metode penelitian Metode
yang
digunakan
pada
penelitian
ini
adalah
metode
Pengembangan. Adapun tahapan-tahapan penelitian yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan tahapan yang dikemukakan oleh Bambang Warsita yang terdiri dari tiga tahap besar, yaitu: 1) tahap perancangan; 2) tahap produksi; dan 3) tahap evaluasi. 40 Tahap perancangan adalah tahap awal dalam pengembangan media pembelajaran dengan dilakukannya analisis kebutuhan dan pembuatan story board, tahap produksi adalah tahapan dengan melakukan tiga tahapan yaitu persiapan, pelaksanaan dan penyelesaian, dan tahap evaluasi adalah tahap terakhir dalam pengembangan media pembelajaran yang memiliki dua tahapan yaitu uji validasi dan uji coba lapangan.
C. Desain penelitian 1. Tahap perancangan Tahap pertama pada penelitian ini adalah tahap perancangan, tahap perancangan sendiri terdiri dari analisis kebutuhan dan penulisan naskah. a. Analisis kebutuhan Analisis kebutuhan pada penelitian ini digunakan untuk mengentahui keadaan yang sebenarnya terjadi dengan keadaan yang seharusnya. Analisis kebutuhan pada penelitian adalah analisis motivasi belajar siswa.
40
Ibid, h. 220
30
Dalam analisis ketersediaan sarana dan prasarana dalam proses belajar siswa dilakukan dengan cara observasi. Hasil dari observasi ini akan digunakan sebagai acuan dalam proses pengembangan media pembelajaran. Hasil Observasi dapat dilihat pada Lampiran 14 dan Lampiran 15
Tabel 3.1 kisi-kisi Lembar Observasi Penilaian Media Pembelajaran No 1
Aspek Technical Quality
2 3
Usability Elemen Media Visual
4
5
Elemen Media Audio pembelajar an
Indikator a. Probabilitas b. instalasi c. kelancaran pengoperasian d. dokumentasi a. konsistensi a. teks b. keselarasan warna teks dan background c. ilustrasi (gambar, video animasi) a. narasi b. sound effect c. backsound a. keselarasan ilustrasi visual dan deskripsi
Item 1 2 3 4 5 6 7
Jumlah 4
1 3
8
9 10 11 12
3
1
b. Pembuatan Storyboard Storyboard adalah visualisasi ide dari media yang akan dibangun, sehingga dapat memberikan gambaran dari aplikasi yang akan dihasilkam dan dijadikan sebagai acuan dalam pembuatan media pembelajaran ini. Storyboard dapat dilihat di Lampiran 10.
2. Tahap produksi Dalam tahap produksi ini, peneliti melakukan tiga tahapan yaitu persiapan, pelaksanaan dan penyelesaian. a. Persiapan Persiapan yang dilakukan penelitian adalah sebagai berikut: 1) Penentuan Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar dan indikator 2) Penentuan alat dan bahan pembuatan media pembelajaran
31
b. Pelaksanaan 1) Pembuatan struktur navigasi Setelah persiapan selesai maka dilanjutkan pembuatan navigasi yang akan digunakan sebagai penuntun alur dalam pembuatan media pembelajaran ini. 2) Pembuatan desain layout flow screen Pembuatan
desain
lyout
flow
screen
berguna
untuk
menentukan urutan tampilan yang akan ditampilkan dan apa saja yang akan ditampilkan dalam setiap menu dari media pembelajaran yang dibuat berdasarkan storyboard. c. Penyelesaian Setelah tahap persiapan dan pelaksanaan telah dilakukan maka akan dilanjutkan ke tahap penyelesaian yang akan menghasilkan produk awal media. Produk awal ini akan diujikan kelayakannya kepada para ahli media dan materi pada tahap evaluasi 3. Tahap Evaluasi Tahap evaluasi merupakan tahap yang dilakukan untuk memastikan bahwa kualitas media pembelajaran yang sedang dikembangkan mutunya terjamin dengan baik. Pada tahap ini terdiri dari beberapa tahap sebagai berikut: a. Uji validasi Validasi adalah sesuatu yang menunjukan tingkat kevalidan atau kestabilan sesuatu instrument dimana tes itu dapat mengukur apa yang sebenarnya akan diukur. Uji validitas yang dilakukan terhadap media pembelajaran adalah uji validitas isi (content validity), yaitu validitas suatu alat ukur dipandang dari segi “isi” (content) bahan pelajaran yang dicakup oleh alat ukur tersebut dengan pertimbangan para ahli. Sebanyak 5 para ahli yang memvalidasi isi dengan nilai rata-rata CVI (Content Validity Index) sebesar 1. 41 Setelah produk awal media pembelajaran selesai maka akan dilanjutkan ke tahap uji validasi. Tahap ini dilakukan untuk mengetahui kelayakan media pembelajaran yang telah dibuat melalui penilaian para ahli sebagai validator baik ahli media maupun ahli materi yang nantinya hasil dari penilaian para ahli tersebut digunakan untuk mengembangkan 41
C. H. Lawshe. A Quantitative Approach To Content Validity. Pardue University. H. 267-268
32
media pembelajaran yang dibuat sampai media pembelajaran tersebut dinilai layak oleh validator.
b. Uji coba lapangan Setelah media pembelajaran yang dibuat divalidasi dan direvisi maka selanjutnya peneliti akan melakukan uji coba lapangan berupa uji coba terbatas guna untuk mengetahui respon siswa dan respon guru terhadap media pembelajaran yang telah dibuat sebagai data pendukung pembuatan media pembelajaran ini.
33
MATERI KOLOID
ANALISIS KEBUTUHAN
ANALISIS BELAJAR
PEMBUATAN STORYBOARD TIDAK VALIDASI STORYBOARD
YA
PEMBUATAN MEDIA PEMBELAJARAN TIDAK
VALIDASI MEDIA
YA
UJI COBA
PENGAMBILAN DATA
PENGOLAHAN DATA
LAPORAN
Gambar 3.1 Desain Penelitian
D. Instrument penelitian Instrument merupakan alat bantu bagi peneliti dalam menggunakan metode pengumpulan data. Pada penelitian ini terdapat beberapa instrument penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian yaitu:
34
1.
Lembar observasi berbentuk checklist yang digunakan untuk mengumpulkan data dengan teknik observasi
2.
Instrument angket untuk penelitian media pembelajaran media pembelajaran yang dikembangkan dinilai oleh ahli media pembelajaran dan ahli materi kimia berdasarkan kriteria multimedia interaktif yang digunakan oleh Thorn. 42 Selain itu, media pembelajaran juga akan diujicobakan untuk mendapatkan respon pengguna media pembelajaran tersebut yaitu siswa dan guru. Lembar instrument ahli Media dapat dilihat pada Lampiran 2, lembar instrument Materi dapat dilihat pada Lampiran 4, lembar Respon Guru dapat dilihat pada Lampiran 5 dan lembar Respon Siswa dapat dilihat pada Lampiran 6. Berikut merupakan kisi-kisi instrument penilaian media pembelajaran untuk ahli media dan ahli materi serta untuk siswa dan guru.
Tabel 3.2 kisi-kisi angket penilaian media pembelajaran untuk ahli media
No 1
Indikator Kesesuaian media dengan tujuan yang akan dicapai
Jumlah 19
2
Kesesuaian visual dengan materi
7
3
Kesesuaian visual dengan kelompok sasaran
8
4
Kesesuaian caption dengan materi sajian
7
Kisi-kisi angket penilaian media pembelajaran untuk ahli media dengan masingmasing kriteria yang disesuaikan dengan indikator sebanyak 41 kriteria. Angket ini selanjutnya akan digunakan untuk ahli media dalam tahap validasi terhadap ahli media
42
Warwick J. Thorn, “Points to Consider when Evaluation Interactive Multimedia”, The Internet TESL Journal, Vol. 2, No. 4, 1995, h.1
35
Tabel 3.3 kisi-kisi angket penilaian media pembelajaran untuk ahli materi No 1
2
3 4
5
Indikator Ketepatan/keakuratan materi
Jumlah 3
Kedalaman dan keluasan materi
5
Kesesuaian materi dengan indikator
4
Kesesuaian visual dengan materi
17
Kecukupan (sufficiency) materi
5
6
Kemutakhiran
7
Pendekatan Learning Community
2 8
Kisi-kisi angket penilaian media pembelajaran untuk ahli materi dengan masingmasing kriteria yang disesuaikan dengan indikator sebanyak 44 kriteria. Angket ini selanjutnya akan digunakan untuk ahli materi dalam tahap validasi terhadap ahli materi.
Tabel 3.4 kisi-kisi angket penilaian media pembelajaran untuk siswa dan guru Aspek
Kemudahan Navigasi
Kandungan Kognisi
Indikator
Kemudahan pengoprasian Petunjuk penggunaan Kemampuan mengakses kekonsistenan tombol Kemudahan pengoperasian tombol navigasi Fungsi timer Kesesuaian materi dengan SK Kesesuaian materi dengan KI Kesesuaian materi dengan indikator Kesesuaian materi dengan tujuan pembelajaran
Nomor Butir Pertanyaan Siswa Guru 1,2 1,2 3 3 4 4 5
5
6 -
6 7 8 9 10
36
Persentasi informasi
Integrasi
Artistik dan estetika
Fungsi secara keseluruhan
Kemudahan memahami materi Kesesuaian pertanyaan dengan SK Kesesuaian pertanyaan dengan KI Kesesuaian pertanyaan dengan indikator Kemampuan meningkatkan motivasi belajar Kemampuan membantu dalam memahami materi Kemampuan meningkatkan kemahiran penggunaan media flash Kemampuan membantu dalam pemanfaatan media flash Kejelasan teks Kesesuaian gambar Kesesuaian background dengan teks Kesesuaian bahasa yang digunakan dengan EYD Kemampuan membantu siswa belajar mandiri Kemampuan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan Kemampuan memenuhi kebutuhan belajar
7 8
11,12 13 14 15 -
9
16
10
-
11,12
17
13 14 15 16
18 19 20
17
21
18
22
19,20,21
23
Kisi-kisi angket penilaian media pembelajaran untuk siswa dan guru dengan masing-masing indikator pada aspek tertentu memiliki total indikator sebanyak 21 indikator. Selanjutnya, angket ini akan digunakan untuk siswa dan guru untuk mengetahui bagaimana pengembangan media pembelajaran flash
E. Teknik Analisis Data Data yang telah diperoleh dari angket respon siswa dan guru ditabulasikan dan kemudia dicari persentasenya serta dianalisis. Perhitungan persentase menggunakan rumus berikut:
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 =
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ × 100% 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙
Data yang telah dipersentasikan akan diubah dalam bentuk predikat agar mudah dibaca dan dipahami sehingga memudahkan dalam menyimpulkan penilaian media pembelajaran termasuk dalam kategori sangat baik, baik, cukup,
37
kurang atau sangat kurang sesuai dengan pedoman penilaian yang digunakan oleh Ridwa Susanto. 43
Tabel 3.5 kriteria Interprestasi Skor No. 1 2 3 4 5
43
Interval Skor 81-100% 61-80% 41-60% 21-40% 1-20%
Kategori Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang
Ridwan dan Sunarto. Pengantar Statistika untuk Penelitian: Pendidikan, Sosial, Komunikasi, Ekonomi dan Bisnis, (Bandung: Alfabet. 2012), Cet. VII, h.30.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkam dan mengembangkan media pembelajaran kimia berbasis flash pada materi sistem koloid. Tahap pengembangan yang dilakukan pada penelitian ini mengacu pada model yang digunakan oleh Bambang Warsita yang terdiri dari tiga tahap yaitu tahap perancangan, tahap produksi dan tahap evaluasi. 44 1.
Tahap perancangan a. Analisis kebutuhan Tahap analisis kebutuhan yang dilakukan berupa identifikasi awal di SMAN 5 Kota Tangerang dan SMA Nusantara 1 Kota Tangerang terkait keadaan media dan sarana pada proses pembelajaran yang dilakukan. Analisis kebutuhan yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan aspek penilaian berbentuk checklist yang diberikan kepada salah satu guru. Dimana data hasil analisis kebutuhan tersebut dapat dilihat pada Lampiran 2. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari analisis kebutuhan siswa, didapatkan hasil sebagai berikut: Tabel 4.1 Observasi Penilaian Media Pembelajaran No.
1
Technical Quality
81,25
SMA Nusantara 1 Tangerang (%) 37,5
2 3
Usability Elemen Media Visual
75 91,67
25 41,67
4
Elemen Media Audio
75
33,33
5
Pernyataan
SMAN 5 Tangerang (%)
Pembelajaran Rata-rata (%)
100 83.33
44
25 41,67
Bambang Warsita, Teknologi Pembelajaran Landasan & Aplikasinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 227.
38
39
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa persentase rata-rata yang di dapatkan ditiap sekolah memiliki persentase yang berbeda, ratarata persentase yang diperoleh di SMAN 5 Kota Tangerang adalah 83,33% yang termasuk kedalam kategori sangat baik sedangkan rata-rata persentase yang diperoleh di SMA Nusantara 1 Kota Tangerang adalah 35,4% yang termasuk kedalam kategori sangat kurang. Hal ini dapat terjadi karena keterbatasan multimedia yang tersedia di SMAN 5 Kota Tangerang berbeda dengan multimedia yang tersedia di SMA Nusantara 1 Kota Tangerang, dilihat dari persentase yang diperoleh dari hasil observasi terlihat bahwa SMA Nusantara 1 Kota Tangerang memerlukan pengembangan multimedia agar multimedia di SMA Nusantara 1 Kota Tangerang dapat termasuk kedalam katergori baik. b. Pembuatan story board Story board merupakan penjabaran dari alur pembelajaran yang sudah di desain yang berisi informasi pembelajaran dan prosedur serta petunjuk pembelajaran. 45 Berikut merupakan story board yang digunakan pada penelitian ini: Tabel 4.2 Storyboard Media flash pada Materi Koloid No.
Visual Animasi kimia, identitas pembuat, dan identitas instansi 2 Menu Program (on link) Main Menu 1. Larutan, Koloid & Suspensi 2. Koloid 3. Aplikasi Koloid 3 SubMain Menu: Main MenuLarutan, Koloid, 1. Pembuatan dan Suspensi 2. Sifat 4 Sub Main MenuMateri mengenai pembuatan larutan, Pembuatan koloid, dan suspense 5 Sub Main MenuMateri mengenai sifat dari larutan, Sifat koloid, dan suspensi berdasarkan penyaringan, didiamkan, dan disaring 6 Main Menu-Koloid Sub Main Menu: 1. Pembuatan Koloid 2. Sifat-sifat Koloid 3. Jenis-jenis Koloid 7 Sub Main MenuMateri mengenai pembuatan koloid Pembuatan Koloid dengan menggunakan cara kondensasi dan dispersi 8 Sub Main MenuMateri mengenai sifat-sifat koloid 1
45
Keterangan Opening
Audio Back Sound Back Sound
Back Sound
Back Sound Back Sound
Back Sound
Back Sound
Back Sound
Deni Darmawan, Teknologi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosadakarya, 2011), h. 75.
40
Sifat-sifat Koloid
berdasarkan efek tyndall, gerak brown, dialysis, dan koagulasi 9 Sub Main MenuMateri mengenai jenis-jenis koloid Jenis-jenis koloid seperti aerosol, emulsi, busa, dan sol 10 Sub Main Menu: Main MenuAplikasi Koloid 1. Aplikasi 2. Evaluasi 3. Credits 11 Sub Main MenuVideo tentang aplikasi koloid Aplikasi diantaranya video tentang pencucian ginjal, cola cola+milk experiment, flocculation process, globecore colloid mill, dan water treatment process 12 Sub Main MenuSoal soal tentang materi koloid Evaluasi berbentuk pilihan ganda yang terdiri dari 20 soal 13 Sub Main MenuIdentitas pembuatdan instansi Credits
Back Sound Back Sound
Back Sound
Back Sound
Back Sound
Tabel 4.2 dibuat berdasarkan bagian-bagian yang telah dibuat dari media pembelajaran, dari awal sampai akhir. Pada bagian awal terdapat bagian opening atau pembuka kemudian dilanjutkan dengan menu yang didalamnya terdiri dari beberapa menu lagi atau disebut sebagai submenu dan diakhiri dengan penutup.
2.
Tahap Produksi Tahap kedua merupakan tahap produksi, yaitu pembuatan draft produk media pembelajaran kimia interaktif berbasis flash. Tahap ini dilakukan setelah mealkukan analisis kebutuhan tersebut dilakukan sebagai acuan pembuatan media pembelajaran berbasis flash ini. Tahap produksi ini terdiri dari persiapan pembuatan media pembelajaran, pelaksanaan pembuatan media pembelajaran dan penyelesaian pembuatan media pembelajaran. a. Persiapan Pembuatan Media Pembelajaran Langkah yang dilakukan pada persiapan pembuatan media pembelajaran adalah pemilihan materi dan pembuatan soal yang akan dimasukkan kedalam media. Materi dan soal dipilih berdasarkan Standar Kompetensi, Kompetensi Inti dan indicator sesuai silabus mata pelajaran SMA kelas XI. Kemudian dilanjutkan penentuan komponen media beserta alat dan bahan yang digunakan untuk pembuatan media.
41
1)
Penentuan Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, Indikator, pembuatan materi dan pembuatan soal. KI, KD dan indikator yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a) Kompetensi Inti 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya 2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia 3.
Memahami, menerapkan dan menjelaskan pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural
dan
metakognitif
dalam
ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah 4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan diri yang dipelajari di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan b) Kompetensi dasar KD 3.15 Mengelompokkan sifat-sifat koloid dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari KD 4.14 Membuat berbagai sistem koloid dengan bahan-bahan yang ada disekitarnya serta menganalisis sifat-sifat dari sistem koloid yang dibuat c) Indikator 1. Membuat larutan, suspensi, dan koloid 2. Mengidentifikasi sifat-sifat larutan, suspensi, dan koloid 3. Membuat sistem koloid dengan berbagai bahan disekitar 4. Menganalisis sifat-sifat koloid dari animasi flash yang dibuat
42
5. Mengelompokan jenis-jenis koloid berdasarkan animasi flash 6. Menjelaskan penerapan sifat-sifat koloid dalam kehidupan seharihari d) Pembuatan soal Soal yang dibuat akan digunakan pada bagian akhir disetiap materi dan evaluasi di media pembelajaran berbasis flash ini melalui tahap validasi dosen pendidikan kimia. 2) Penentuan Alat dan Bahan Pembuatan Media Pembelajaran Alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan media pembelajaran kimia berbasis flash ini adalah sebagai berikut: a) Personal Computer(PC) atau laptop b) Software Photoshop untuk mengelola gambar dan desain layout aplikasi c) Corel Video Studio: untuk memotong dan memformat konten video d) Adobe Flash untuk membuat konten animasi dan tombol e) Adobe Director 11 untuk menggabungkan semua konten dan member program interaksi antar menu f) Buku-buku pelajaran kimia sebagai literature dalam pembuatan materi dan soal b. Pelaksanaan Pembuatan Media Pembelajaran Pada tahap pelaksanaan pembuatan media pembelajaran, media storyboard yang berguna dalam pembuatan media. 1) Struktur Navigasi Struktur Navigasi ini akan dignakan sebagai acuan dalam pembutan sebuah aplikasi multimedia atau dapat dianalogikan sebagai diagram alur dalam
perancangan
bahasa
pemrograman.
Memiliki
fungsi
untuk
menggambarkan dengan jelas hubungan dan rantai kerja seluruh elemen yang akan digunakan dalam aplikasi. Dengan penggambaran struktur navigasi, pembuat aplikasi dapat sistematis dan mudah. 2) Desain Tampilan Flow Screen Desain Tampilan flow screen ini menampilkan alur tampilan media pembelajaran yang dibuat berdasarkan storyboarddari halaman awal sampai tampilan yang lainnya. Sedangkan untuk urutan materi dibuat berdasarkan indikator yang disajikan pada analisis indikator. Desain Tampilan flow screen dapat dilihat pada gambar 4.1
43
Profile
Main menu
Larutan, koloid, dan suspensi
Koloid
Aplikasi koloid
Aplikasi Pembuatan
Evaluasi
Credit
Sifat
Pembuatan
Sifat-sifat
Jenis-
koloid
koloid
jenis koloid
Gambar. 4.1 Tampilan Flow Screen Pada bagian awal software terdapat tampilan profile, setelah itu masuk ke tampilan main menu yang terdiri dari larutan, koloid dan suspensi, koloid dan aplikasi koloid. Dalam setiap menu terdapat submenu, yang menjelaskan koloid secara keseluruhan. Pada bagian akhir terdapat tampilan credit terdapat identitas peneliti, pembuat software dan instansi. c. Penyelesaian Pembuatan Media Pembelajaran Penyelesaian pembuatan media pembelajaran yang hasilnya adalah produk awal media. Produk awal ini memiliki Tampilan sebagai berikut Profile; Main Menu; Pembuatan larutan ;
Pembuatan
suspense; Pertanyaan; Larutan dengan cara didiamkan
Koloid;
Pembuatan
; Koloid dengan cara
didiamkan; Suspensi dengan cara didiamkan; Larutan dengan cara didiamkan; Koloid dengan cara penyaringan; Suspensi dengan cara penyaringan; pertanyaan; kondensasi; Dispersi; Pertanyaan; Dialysis; Efek Tyndall; Gerak Brown; Dispersi; Pertanyaan; jenis-jenis koloid; pencucian Ginjal; cola-cola and milk; Flocculation process; Globecore Colloid M; Water Treatment Process dan Evaluasi.
44
3. Evaluasi Setelah pembuatan produk awal media telah selesai, maka tahap selanjutnya adalah tahap evaluasi. Tahap evaluasi ini digunakan untuk mengetahui kelayakan media pembelajaran yang telah dibuat. Kelayakan media yang telah dibuat dapat diketahui dari uji validasi oleh para ahli, yang terdiri dari ahli media dan ahli materi kemudia berikutnya dilanjutkan ke tahap uji coba lapangan dengan tujuan untuk mengetahui respon guru dan siswa.
a. Uji Validasi 1) Validasi ahli media I a) Validasi awal Data hasil Validasi awal oleh ahli media pada pengembangan media pembelajaran flash ini dapat dilihat pada lampiran 7 berdasarkan hasil validasi media tersebut diketahui bahwa masih ada kriteria yang belum dinilai layak oleh ahli media yaitu pada aspek kesesuaian visual terhadap kelompok sasaran, sehingga diperlukan uji validasi media kepada ahli media kembali. Berikut gambar media sebelum divalidasi:
Gambar 4.2 Media Sebelum di Validasi I Pada bagian awal menu pembukaan terlihat huruf yang digunakan secara keseluruhan merupakan huruf Kapital, pada bagian
45
dialisis terdapat gambar nanas yang dianggap tidak perlu dan mengganggu, pada bagian akhir tidak ada identitas pembuat media dan pada saat penyaringan koloid sebelum penyaringan dan hasil penyaringan sama. b) Validasi akhir Karena pada hasil validasi awal yang dilakukan oleh ahli media terdapat beberapa kriteria yang tidak layak, maka dilanjutkan validasi selanjutnya dengan data hasil validasi:
Gambar 4.3 Media sesudah di Validasi I Pada bagian awal menu pembukaan sudah diubah sehingga secara keseluruhan tidak menggunakan huruf Kapital, pada bagian dialisis gambar nanas yang dianggap tidak memberikan makna sudah dihilangkan, pada bagian penutup sudah diberikan identintas pembuat media atau credit, dan pada bagian penyaringan koloid sudah dibedakan sebelum penyaringan dan sesudah penyaringan. Setelah media pembelajaran berbasis flash ini dibuat, dilakukan pengecakan dan penyempurnaan media melalui validasi ahli media dan ahli materi. Validasi materi dilakukan oleh dosen kimia UIN Syarif
46
Hidayatullah Jakarta yang berjumlah 2 orang. Hasil validasi dapat dilihat pada Tabel 4.3
Tabel. 4.3 Hasil Validasi ke-1 Media oleh Ahli Media No 1
2
3
4
Aspek Kesesuaian media dengan tujuan yang akan dicapai Kesesuaian visual dengan materi Kesesuaian visual dengan kelompok sasaran Kesesuaian caption dengan materi sajian
Persentase validasi keI (%)
Kategori
Persentase validasi keII (%)
Kategori
84,21
Sangat baik
100
Sangat baik
85,71
Sangat baik
100
Sangat baik
62,50
Baik
100
Sangat baik
71,43
Baik
100
Sangat baik
Berdasarkan Tabel 4.3 yang menunjukan hasil validasi media oleh ahli media menunjukan bahwa persentase terbesar pada validasi pertama ditunjukan pada aspek kesesuaian visual dengan materi yaitu sebesar 85,71% yang termasuk kedalam kategori sangat baik dan persentase terkecil ditunjukan pada aspek kesesuaian visual dengan kelompok sasaran yaitu sebesar 62,50% yang termasuk kedalam kategori baik. Selanjutnya persentase pada validasi kedua semua aspek sudah 100% yaitu dalam kategori sangat baik, yang menunjukan bahwa media yang dibuat sudah dinyatakan valid oleh ahli media. 2) Validasi ahli media II a) Validasi awal Berdasarkan validasi yang dilakukan oleh validator media terdapat beberapa aspek yang dianggap tidak layak, diantaranya adalah kesesuaian efek suara pada setiap interaksi media, kesesuaian pemilihan musik pada aplikasi, paduan warna pada aplikasi serasi, kemenarikan objek animasi dan gambar yang disajikan untuk menentukan jenis-jenis koloid dan layout pada media pembelajaran flash tepat. Secara keseluruhan dari hasil validasi, kekurangan media terletak ditampilan menu utama yang kurang sesuai dengan kaidah interface, dimana
47
baground warna pada bagian slide kurang serasi dan animasi pada bagian sendok harus lebih jelas. Berikut merupakan gambar media sebelum divalidasi:
Gambar 4.4 Media sebelum di Validasi II Pada bagian pembuatan larutan, koloid dan suspensi warna baground pada masing-masing pembuatan larutan, koloid dan suspensi sama b) Validasi akhir Karena pada hasil validasi awal yang dilakukan oleh ahli media terdapat beberapa kriteria yang tidak layak, maka dilanjutkan validasi selanjutnya, dimana kekurangan dari tampilan baground yang warnanya kurang serasi diperbaiki hingga warna dan animasi sesuai dengan desain interface. Berikut merupakan hasil media sesudah di validasi:
48
Gambar 4.5 Media sesudah di Validasi II Pada bagian pembuatan larutan, koloid dan suspensi baground pada masing-masing pembuatan larutan, koloid dan suspensi sudah menunjukan warna baground yang berbeda-beda Setelah media pembelajaran berbasis flash ini dibuat, dilakukan pengecakan dan penyempurnaan media melalui validasi ahli media dan ahli materi. Berikut merupakan tabel 4.4 dari hasil validasi ke-2 oleh ahli media.
Tabel. 4.4 Hasil Validasi ke-2 Media oleh Ahli Media No 1
2
3
4
Aspek Kesesuaian media dengan tujuan yang akan dicapai Kesesuaian visual dengan materi Kesesuaian visual dengan kelompok sasaran Kesesuaian
Persentase validasi keI (%)
Kategori
Persentase validasi keII (%)
Kategori
84,21
Sangat baik
100
Sangat baik
100
Sangat baik
100
Sangat baik
75,00
Baik
100
Sangat baik
100
Sangat
100
Sangat
49
caption dengan materi sajian
baik
baik
Berdasarkan Tabel 4.4 yang menunjukan hasil validasi media oleh ahli media menunjukan bahwa persentase terbesar pada validasi pertama ditunjukan pada dua aspek yaitu pada aspek kesesuaian visual dengan materi dan aspek kesesuaian caption dengan materi sajian yaitu sebesar 100% yang termasuk kedalam kategori sangat baik dan persentase terkecil ditunjukan pada aspek kesesuaian visual dengan kelompok sasaran yaitu sebesar 75,00% yang termasuk kedalam kategori baik. Selanjutnya persentase pada validasi kedua semua aspek sudah 100% yaitu dalam kategori sangat baik, yang menunjukan bahwa media yang dibuat sudah dinyatakan valid oleh ahli media.
3) Validasi ahli materi I a) Validasi awal Data hasil validasi awal oleh ahli materi pada pengembangan media pembelajaran flash ini dapat dilihat pada lampiran 8 berdasarkan hasil validasi materi tersebut diketahui bahwa masih ada kriteri yang belum dinilai layak oleh ahli materi yaitu pada aspek kesesuaian materi dengan indikator, sehingga diperlukan uji validasi materi kepada ahli materi kembali. b) Validasi akhir Karena pada hasil validasi awal yang dilakukan oleh ahli materi terdapat eberapa kriteria yang tidak layak, maka dilanjutkan validasi selanjutnya dengan data validasi tersebut selengkapnya dapat dilihat pada lampiran Setelah media pembelajaran berbasis flash ini dibuat, dilakukan pengecakan dan penyempurnaan materi melalui validasi oleh 2 orang ahli media dan 2 orang ahli materi. Validasi materi dilakukan oleh dosen kimia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berjumlah 2 orang. Hasil validasi dapat dilihat pada Tabel 4.4
Tabel. 4.4 Hasil validasi Materi oleh Ahli Materi No
Aspek
1
Ketepatan/keakurata
Persentasi validasi keI (%) 100
Kategori Sangat
Persentasi validasi keII (%) 100
Kategori Sangat
50
2 3 4 5 6 7
n materi Kedalaman dan keluasan materi Kesesuaian materi dengan indicator Kesesuaian visual dengan materi Kecukupan (sufficiency) Kemukhtahiran Pendekatan learning community
100 0 100 100 100 100
baik Sangat baik Sangat kurang Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik
100 100 100 100 100 100
baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik
Berdasarkan Tabel 4.3 yang menunjukan hasil validasi materi oleh ahli materi yang menunjukan bahwa semua aspek pada validasi pertama memiliki persentase sebesar 100% yang termasuk kedalam kategori sangat baik kecuali pada aspek kesesuaian materi dengan indikator yang memiliki persentase 0% yang termasuk kedalam kategori sangat kurang. Sedangkan, pada validasi kedua semua aspek memiliki persentase sebesar 100% yang termasuk kedalam kategori sangat baik. 4) Validasi ahli materi II a) Validasi awal Data hasil validasi awal oleh ahli materi pada pengembangan media pembelajaran flash diketahui bahwa masih ada kriteri yang belum dinilai layak oleh ahli materi yaitu pada aspek ketepatan dan keakuratan materi, karena pada analisis indikator belum terdapat kompetensi dasar dan tujuan dari pembelajaran disetiap indikator pembelajaran sehingga diperlukan uji validasi materi kepada ahli materi kembali. b) Validasi akhir Karena pada hasil validasi awal yang dilakukan oleh ahli materi terdapat beberapa kriteria yang tidak layak, maka dilanjutkan validasi selanjutnya. Validasi selanjutnya dilakukan untuk menyempurnakan materi dari media pembelajaran flash yaitu dengan menambahkan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran pada setiap indikator pembelajaran. Setelah media pembelajaran berbasis flash ini dibuat, dilakukan pengecakan dan penyempurnaan materi melalui validasi oleh 2 ahli
51
media dan ahli materi. Validasi materi dilakukan oleh dosen kimia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Hasil validasi dapat dilihat pada Tabel 4.4
Tabel. 4.4 Hasil validasi Materi oleh Ahli Materi No
Aspek
1
Ketepatan/keakurata n materi Kedalaman dan keluasan materi Kesesuaian materi dengan indicator Kesesuaian visual dengan materi Kecukupan (sufficiency) Kemukhtahiran
2 3 4 5 6 7
Persentasi validasi keI (%) 66,67
Pendekatan learning community
100 75 94,12 100 100 100
Kategori Baik
Persentasi validasi keII (%) 100
Sangat baik Baik
100
Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik
100
100
100 100 100
Kategori Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik
Berdasarkan Tabel 4.3 yang menunjukan hasil validasi materi oleh ahli materi yang menunjukan bahwa aspek tertinggi yaitu pada aspek kedalaman dan keluasan
materi,
kecukupan,
kemukhtahiran
dan
pendekatan
Learning
Community yang memiliki persentase sebesar 100% yang termasuk kedalam kategori sangat baik kecuali pada aspek ketepatan/keakuratan materi yang memiliki persentase 66,67% yang termasuk kedalam kategori baik. Sedangkan, pada validasi kedua semua aspek memiliki persentase sebesar 100% yang termasuk kedalam kategori sangat baik.
b. Uji Coba Lapangan Karena uji validasi yang sudah dilakukan didapatkan hasil yang layak di setiap aspek dan kriteria maka penelitian ini dapat dilanjutkan ke tahap selanjutnya yaitu tahap implementasi. Pada tahap ini media pembelajaran kimia berbasis flash diimpelmentasikan pada siswa kelas XII SMA Nusantara Tangerang. Uji coba lapangan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui penilaian siswa dan guru terhadap media pembelajaran yang telah dibuat. 1) Analisis Respon Siswa Penilaian media pembelajaran oleh siswa dilakukan dengan meminta siswa mengisi angket respon siswa yang telah diberikan kepada siswa kelas
52
XII IPA SMA Nusantara 1, dimana data dari hasil analisis respon siswa tersebut dapat dilihat pada lampiran. Berdasarkan angket respon siswa didapatkan hasil peniliaian yang dapat dilihat pada Tabel 4.5 dibawah ini
Tabel. 4.5 Hasil Angket Respon Siswa No 1 2 3 4 5 6
Aspek yang dinilai Kemudahan navigasi Kandungan kognisi Persentasi informasi Integrasi media Artistic dan estetika Fungsi secara keseluruhan Rata-rata
Persentase (%) 83,33 86,67 74,58 76,39 73,54 81,83 79,39
Kategori Sangat baik Sangat baik Baik Baik Baik Sangat baik Baik
Kategori yang digunakan pada angket respon siswa ini menggunakan pedoman penilaian yang digunakan oleh Ridwan Sunarto. 46 Berdasarkan hasil angket respon siswa terhadap media pembelajaran flash diketahui bahwa aspek kandungan kognisi mendapatkan persentase tertinggi yaitu sebesar 86,67% dengan kategori sangat baik dan aspek artistic dan estetika mendapatkan persentase terendah yaitu sebesar 73,54% dengan kategori baik. Dan dari persentase rata-rata dapat disimpulkam bahwa penilaian media pembelajaran berbasis flash ini termasuk dalam kategori baik karena memiliki total persentase rata-rata sebesar 79,39% 2) Analisis Respon Guru Penilaian media pembelajaran oleh guru juga dilakukan dengan angket yaitu dengan meminta guru mata pelajaran kimia mengisi angket respon guru yang telah diberikan kepada guru kimi SMA Nusantara 1 Tangerang, dimana data dari hasil analisis respon guru tersebut dapat dilihat pada lampiran. Berdasarkan angket respon guru didapatkan hasil penilaian yang dapat dilihat pada Tabel 4.6
Tabel. 4.6 Hasil Angket Respon Guru No 1 2 3 4 46
Aspek yang Dinilai Kemudahan navigasi Kandungan kognisi Persentasi informasi Integrasi media
Persentase (%) 87,50 88,80 75,00 75,00
Kategori Sangat baik Sangat baik Baik Baik
Ridwan dan Sunarto. Pengantar Statistika untuk Penelitian : Pendidikan, Sosial, Komunikasi, Ekonomi dan Bisnis, (Bandung : Alfabet. 2012), Cet. V, h. 23.
53
5 6
Artistic dan estetika Fungsi secara keseluruhan Rata-rata
75,00 91,67 82,16
Baik Sangat baik Sangat baik
Berdasarkan hasil angket respon guru terhadap media pembelajaran berbasis flash diketahui bahwa aspek fungsi secara keseluruhan mendapatkan persentase tertinggi yaitu sebesar 91,67% dan aspek integrasi media dan artistic dan estetika mendapatkan persentase terendah yaitu sebesar 75%. Dan dari hasil persentase rata-rata angket respon guru dapat disimpulkam bahwa penilaian media pembelajaran berbasis flash ini termasuk dalam kategori sangat baik karena memiliki total persentase rata-rata sebesar 82,16%.
B. Pembahasan 1. Hasil Uji Validasi Produk a. Uji Validasi Ahli Media Berdasarkan hasil uji validasi awal ahli media, telah didapatkan aspek yang dinilai tidak layak yaitu kesesuaian visual dengan kelompok sasaran. yaitu pada kriteria kemenarikan tampilan penutup aplikasi pada media pembelajaran flash, layout pada media pembelajaran flash tepat, dan ukuran tulisan pada media pembelajaran flash tepat. Kriteria kemenarikan tampilan penutup aplikasi pada media pembelajaran flash dinilai tidak layak pada validator, karena pada media pembelajaran flash seharusnya penutupnya adalah identitas penulis dan pembuat media. Kriteria layout pada media pembelajaran flash tepat dinilai tidak layak oleh validator,
karena layout pada tampilan beberapa slide
belum sesuai penempatannya, semua layout
pada tampilan setiap slide
digeser disebelah kiri sehingga tidak mengganggu tampilan animasi atau video pada setiap slidenya. Kriteria selanjutnya yaitu ukuran tulisan pada media pembelajaran flash tepat dinilai tidak layak karena ukuran tulisan pada media terlalu besar atau kurang proposional sehingga perbaikan pada tulisan diubah menjadi lebih proposional. Berdasarkan lembar validasi instrument evaluasi media pada indikator kesesuaian media dengan materi oleh ahli media membuat media pembelajaran berbasis flash ini memiliki kontras warna pada aplikasi tepat dan panduan warna gambar pada aplikasi serasi. jika dibandingkan dengan media pembelajaran berbasis flash lainnya yang sudah ada seperti yang telah
54
dibuat oleh Siti Juriah, dimana komposisi warna kurang menarik, layar terlalu gelap dan kursor yang diikuti animasi mengganggu konsentrasi. Sedangkan pada media pembelajaran berbasis flash yang dibuat oleh peneliti memiliki kontras warna pada aplikasi tepat dan panduan warna gambar pada aplikasi serasi. Validasi yang dilakukan kepada ahli teknologi pembelajaran adalah hal
yang
penting
dilakukan
dalam
proses
pengembangan
media
pembelajaran berbasis flash, untuk meninjau berbagai aktivitas, bahan, metode, media dan teknologi, serta instrument-instrumen penilaian termasuk dalam menilai kesesuaian antara semua komponen yang terbangun dalam rancangan tersebut dengan tinjauan pembelajaran. Adapun berbagai kekeliruan yang berkaitan dengan bahan, konten, dan berbagai aktivitas pembelajaran yang mengiringinya kemudian direvisi dan disempurnakan. 47 b. Uji Validasi Ahli Materi Berdasarkan hasil uji validasi ahli materi, aspek yang dinilai tidak layak yaitu aspek kesesuaian materi dengan indikator yaitu pada kriteria materi perbedaan larutan, koloid, dan suspensi sudah sesuai dengan indikatornya, materi jenis-jenis koloid sudah sesuai dengan indikatornya, materi pembuatan koloid sudah sesuai dengan indikatornya, dan materi sifatsifat dan penerapan koloid sudah sesuai dengan indikatornya. Seharusnya pada indikator membuat larutan, koloid, dan suspensi materinya adalah perbedaan koloid, larutan, dan suspense bukan sistem koloid. Validasi oleh ahli materi dilakukan berdasarkan perhitungan yang dilakukan oleh Lawshe, dimana dari hasil validasi menunjukan bahwa semua aspek pada uji validasi materi media pembelajaran flash sudah valid dengan kategori nilai 1. Nilai tersebut menunjukan bahwa media pembelajaran flash sudah valid. Aspek lain pada validasi ahli materi untuk validasi pertama sudah tergolong dalam kategori sangat baik persentase sebesar 100% aspek tersebut diantaranya adalah ketepatan/keakuratan materi, kedalaman dan keluasan
materi,
kesesuaian
visual
dengan
materi,
kecukupan,
kemukhtahiran, dan pendekatan learning community
47
Dr. Muhammad Yaumi, M.Hum., M.A, Prinsip-prinsip Desain Pembelajaran. (Jakarta:Kencana, 2013), h. 275
55
Berdasarkan lembar validasi instrumen evaluasi materi oleh ahli materi membuat media pembelajaran berbasis flash ini dilihat dari indikatornya,
memiliki
materi
penerapan
sifat-sifat
koloid
dalam
pembelajaran flash yang sudah sesuai dan sudah bisa dipahami. jika dibandingkan dengan media pembelajaran berbasis Instructional Graphics dengan program Macromedia Flash MX 2004 lainnya yang sudah ada seperti yang telah dibuat oleh Siti Juriah, sub-materi pengayaan belum memberikan tambahan pengetahuan terhadap pemanfaatan kimia dalam kehidupan seharihari dan teknologi modern.
2.
Uji Coba Lapangan a. Berdasarkan angket respon siswa Berdasarkan hasil uji coba produk, didapatkan data mengenai persentase penilaian dari angket yang telah diberikan pada siswa. Berdasarkan hasil persentase setiap aspek dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran kimia berbasis flash yang telah dibuat ini termasuk kedalam kategori baik. Beberapa aspek yang memiliki persentase tertinggi berdasarkan hasil tersebut adalah aspek kandungan kognisi yang memiliki persentase sebesar 86,67% yang termasuk kedalam kategori sangat baik menurut Ridwan dan Sunarto. Sedangkan media pembelajaran berbasis flash yang dibuat oleh , Luluk Nur Annisa pada aspek kandungan kognisi masih tergolong dalam kategori baik. 48 Hal ini karena pada materi, ketika air dan pasir dicampurkan seharusnya memisah, pada materi pengertian koloid ketika air dan pasir disaring filtrate seharusnya bewarna bening. Sedangkan pada materi berbasis flash peneliti memberikan animasi yang menunjukan ketika air dan pasir dicampurkan pada bagian sifat larutan, koloid, dan suspense air dan pasir terpisah dan ketika air dan pasir disaring fitratnya bewarna bening. Kriteria pada aspek kandungan kognisi ini dapat membantu meningkatkan kemahiran dalam menggunakan media flash dan memanfaatkan media adobe flash untuk belajar, terlihat dari hasil angket respon siswa dimana kandungan kognisi memiliki persentase tertinggi dibandingkan persentase aspek yang 48
Luluk Nur Annisa. pengembangan media pembelajaran keterampilan computer dan pengelolaan informasi (KKPI) berbasis multimedia interaktif menggunakan Adobe Flash CS3 dan XML sebagai sumber belajar bagi siswa kelas X SMK Negeri 5 Yogyakarta, 2012, h. 82
56
lain. Hal ini sesuai dengan salah satu fungsi media pembelajaran yang dikemukakan oleh Dale dalam Arsyad yaitu menambah wawasan serta pengalaman siswa dalam proses pembelajaran 49. Persentase terendah terdapat pada aspek artistik dan estetika yang memiliki persentase sebesar 73,54% menurut Ridwan dan Sunarto. Kriteria aspek ini terdiri dari tampilan animasi proses system koloid pada media pembelajaran flash jelas, bahasa yang digunakan dalam media pembelajaran flash sudah sesuai dengan EYD, jenis huruf pada media pembelajaran flash tepat, dan tulisan pada media pembelajaran flash dapat dibaca dengan jelas. Hal yang sama juga diperoleh dari penelitian yang dilakukan oleh Luluk Nuarannisa dimana aspek artistic dan estetika memiliki kategori baik dengan persentase sebesar 75,75%. 50 Rendahnya aspek ini dibandingkan aspek lain dapat disebabkan karena rendahnya persentase pada kriteria jenis huruf pada media pembelajaran flash tepat. Hal ini meunjukan bahwa sebagian siswa masih menganggap jenis huruf pada media pembelajaran flash kurang tepat. Menurut Winkel dalam Munadi, perbedaan anggapan tersebut terjadi karena perbedaan karakteristik siswa yang berkenaan dengan perbedaan-perbedaan kepribadian, yakni dalam taraf kemampuan berbahasa 51. b.
Berdasarkan angket respon guru Berdasarkan pengolahan angket respon guru terhadap media pembelajan flash, dapat disimpulkam bahwa penilaian media pembelajaran kimia berbasis flash yang telah dibuat ini juga termasuk dalam kategori baik. Beberapa aspek yang memiliki persentase tertinggi berdasarkan hasil tersebut adalah aspek fungsi secara keseluruhan yang memiliki persentase sebesar 91,67% yang termasuk kedalam kategori sangat baik. Kriteria pada aspek fungsi secara keseluruhan ini terdiri dari animasi koloid pada media pembelajaran flash mempermudah dalam memahami proses sistem koloid, ilustrasi pada media pembelajaran flash berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, dan ilustrasi pada media pembelajaran flash memudahkan dalam
49
Azhar Arsyad. Media Pembelajaran, (Jakarta : PT. Rajawali Pers, 2010), h. 24 Luluk Nur Annisa. pengembangan media pembelajaran keterampilan computer dan pengelolaan informasi (KKPI) berbasis multimedia interaktif menggunakan Adobe Flash CS3 dan XML sebagai sumber belajar bagi siswa kelas X SMK Negeri 5 Yogyakarta, 2012, h. 82 51 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, (Jakarta : Gaung Persada Press, 2008), h.188 50
57
memahami materi sistem koloid. Dari data yang diperoleh menunjukan bahwa media pembelajaran flash yang telah dibuat secara keseluruhan memiliki fungsi yang baik sehingga dapat digunakan dengan baik dan tidak memerlukan keahlian khusus untuk menggunakan media pembelajaran flash ini. Hal ini jauh lebih baik dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ira Novita Sari, dkk., dimana dari angket guru, persentase secara keseluruhan sebesar 70% yang termasuk kedalam kategori baik.52 Tingginya aspek fungsi secara keseluruhan yang diperoleh peneliti dibandingkan penelitian yang dilakukan oleh Ira Novita Sari, dkk, disebabkan karena media pembelajaran yang dibuat peneliti sudah terdapat navigasi bantuan untuk mempermudah penggunaan. Sedangkan, pada media pembelajaran yang dibuat oleh Ira Novita Sari, dkk, penggunaan multimedia berbasis flash belum familiar sehingga perlu ditambahkan navigasi bantuan untuk mempermudah penggunaan. Aspek persentasi informasi, integrasi media, dan artistik dan estetika yang memiliki persentase sebesar 75%. Sama seperti pada angket respon siswa salah satu aspek yang terendah dari angket guru yaitu pada bagian aspek artistik dan estetika, pada aspek persentasi informasi kriteria yang paling rendah yaitu kalimat yang digunakan pada pertanyaan di media pembelajaran flash ini mudah dipahami, masih ada beberapa pertanyaan yang kurang dipahami. Pada aspek integrasi media kriteria yang paling rendah yaitu tampilan animasi proses sistem koloid pada media pembelajaran flash jelas,
masih ada animasi sistem koloid pada media
pembelajaran flash yang masih kurang jelas. Sedangkan pada aspek artistik dan estetika kriteria yang rendah yaitu bahasa yang digunakan dalam media pembelajaran flash sudah sesuai dengan EYD, masih ada bahasa yang digunakan dalam media pembelajaran flash
yang kurang sesuai dengan
EYD, kemudia kriteria selanjutnya adalah jenis dan huruf pada media pembelajaran flash tepat, terdapat beberapa jenis dan huruf pada media pembelajaran flash yang kurang tepat, dan kriteria tulisan pada media pembelajaran flash dapat dibaca dengan jelas, masih ada beberapa tulisan pada media pembelajaran flash yang kurang dibaca dengan jelas. 52
Ira Novita Sari, Sulistyo Saputro, dan Ashadi, Pengembangan Multimedia Pembelajaran Berbasis Macromedia Flash Sebagai Sumber Belajar Mandiri Pada Materi Koloid Kelas XI IPA SMA dan MA, Vol. 2, No. 3, 2013, h. 155, (tersedia online: download.portalgaruda.org/article.php?article=107523&val=4061)
58
Aspek yang digunakan pada penilaian media pembelajaran flash ini mengacu pada kriteria multimedia interaktif yang digunakan oleh Thorn 53. Berdasarkan penilaian yang didapatkan dari angket respon siswa dan guru, media pembelajaran kimia berbasis flash ini memiliki penilaian dengan kategori sangat baik. Aspek pendekatan Learning Community pada media yang dibuat oleh peneliti mencapai angka maksimal yaitu sebesar 100% hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Siti Juriah, yang diketahui bahwa pendekatan dengan adanya learning community dalam media belum terpenuhi. 54 Tingginya aspek ini disebabkan adanya forum diskusi antara murid dengan murid dan murid dengan siswa sedangkan media yang dibuat oleh Siti Juriah belum adanya forum diskusi antara murid dengan murid dan murid dengan guru. Media pembelajaran flash ini memiliki materi yang telah menciptakan learning community sehingga dapat membantu peserta didik untuk meningkatkan kemampuan belajar melalui pembelajaran kelompok, dengan memecahkan masalah secara berkelompok. Selain itu juga media pembelajaran flash ini dapat digunakan secara individu untuk proses belajar dan membantu meningkatkan kemampuan dalam menggunakan media flash sehingga
membuat
siswa lebih
fokus dalam belajar
serta dapat
memanfaatkan media PC/laptop untuk proses pembelajaran. Hal tersebut membuat media pembelajaran kimia interaktif berbasis flash yang dibuat oleh peniliti ini sebagai sumber belajar yang sifatnya konstruktivisme berorientasi pada pendekatan learning community.
53
Warwick J. Thorn, “Points to Consider when Evaluating Interactive Media”, The Internet TEST Journal, Vol. 2, No. 4, 1995, h.1 54 Regina Tutik Padmaningrum, Endang Widjayanti LFX, dan I Made Sukarna, Pengembangan Media Pembelajaran Kimia Berbasis Teori Belajar Konstruktivisme, vol. 1, 2010, h. 7. (tersedia online: staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Regina Tutik Padmaningrum, Dra., M.Si./Pengembangan_media_pembelajaran_Regina_Tutik_P.pdf)
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut: 1.
Media pembelajaran berbasis flash pada materi sistem koloid dapat dikembangkan melalui tahap perancangan, produksi, dan evaluasi.
2.
Berdasarkan hasil angket respon siswa dan guru, kualitas media pembelajaran kimia berbasis flash pada materi sistem koloid yang telah dikembangakan ini termasuk kedalam kategori baik dengan persentase sebesar 80,77%.
B. Saran Sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian ini, maka dapat dikemukakan beberapa saran berikut: 1.
Guru hendaknya dalam menyajikan materi pembelajaran menggunakan media pembelajaran yang menarik, sehingga dapat meningkatkan minat belajar siswa. Media pembelajaran berbasis flash ini dapat digunakan sebagai media pembelajaran yang menarik.
2.
Siswa hendaknya dapat memaksimalkan perangkat seperti computer/PC untuk mendukung kegiatan pembelajaran mereka. Dengan adanya pemngembangan media pembelajaran berbasis flash diharapkan siswa mampu memanfaatkannya untuk kegiatan pembelajaran.
3.
Media pembelajaran berbasis flash ini dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi e-learning sehingga materi dan soal yang ada dapat ditambah ataupun diperbarui dengan lebih mudah dimanapun dan kapanpun.
59
Lampiran 9
Analisis Indikator dan KD Materi Pelajaran
: Kimia
Kelas/ Semester
: XI IPA/ 2
Tahun Pelajaran
: 2014/2015
Kompetensi Inti
: 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya 2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia 3. Memahami, menerapkan dan menjelaskan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dan metakognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah 4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan diri yang dipelajari di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan
Kompetensi Dasar
:1.1
Menyadari keteraturan dan kompleksitas kofigurasi electron dalam atom sebagai wujud kebesaran Tuhan YME
1.2 Mensyukuri kekayaan alam Indonesia berupa minyak bumi, batubara dan gas alam serta bahan tambang lainnya sebagai anugrah Tuhan YME yang dapat digunakan untuk kemakmuran rakyat Indonesia 2.1 Memiliki motivasi internal dan menunjukkan rasa ingin tahu dalam bekerja sama menemukan dan memahami keteraturan atom, unsur dan molekul 2.2
Berperilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, kerjasama dan proaktif dalam melakukan percobaan dan berdiskusi
2.3
Menunjukkan sikap kritis, teliti dan konsisten dalam menyajikan dan menafsirkan data
2.4
Berperilaku menjaga lingkungan dan hemat dalam memanfaatkan sumber daya alam
3.15 Mengelompokkan sifat-sifat koloid dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari 4.14 Membuat berbagai sistem koloid dengan bahan-bahan yang ada disekitarnya serta menganalisis sifat-sifat dari sistem koloid yang dibuat
Indikator
4.14.1.Membuat suspensi, dan koloid
Tujuan pembelajaran
larutan,
1. Untuk meengetahui pembuatan larutan, suspense dan koloid
Materi
Perbedaan larutan, koloid, dan suspense
Deskripsi media
1. Pembuatan larutan, suspensi, dan kolooid, disajikan 3 gelas kimia dalam bentuk animasi. pertama adalah
Komponen Learning Community 2. inquiry
Alat dan Bahan LCD, proyekto r, alat tulis, buku paket kimia, internet
pembuatan larutan dalam gelas kimia, animasi kedua adalah animasi pembuatan koloid dalam 1. bertanya gelas kimia, dan muridanimasi ketiga murid adalah animasi gurupembuatan murid suspensi dalam muridgelas kimia. guru 2. Untuk memberikan komponen learning community terdapat kolom diskusi untuk di diskusikan bersama antara murid-guru, guru-murid,dan murid-murid, terkait tentang pembuatan larutan, koloid, dan suspensi
1. inquiry
4.14.2
Mengidentifikasi
sifat-sifat larutan, koloid, dan suspensi
2. Untuk mengetahui sifatsifat larutan, koloid dan suspensi
Perbedaan larutan, koloid, dan suspense
1. Pada tahap identifikasi sifat-sifat larutan, koloid, dan suspense dibedakan melalui dua mekanisme yaitu didiamkan dan penyaringan: a. Pada tahap didiamkan untuk larutan tidak terjadi perubahan, pada koloid, terjadi perubahan 2. bertanya partikel muridkoloid yang murid tersebar gurumerata, dan murid untuk muridsuspense guru terdapat perubahan partikel yang menumpuk dibagian
bawah b. Pada tahap penyaringan untuk larutan tidak ada partikel pada kertas saring, pada koloid terdapat partikel koloid, dan pada suspense terdapat partikel yang lebih banyak pada kertas saring yang lebih banyak dibandingka n koloid 2. Untuk memberikan komponen learning community terdapat kolom diskusi untuk di diskusikan bersama antara
1. inquiry
2. bertanya muridmurid gurumurid muridguru
1. inquiry
LCD, proyekto r, Laptop
murid-guru, guru-murid,dan murid-murid, terkait tentang identifikasi larutan, koloid, dan suspense berdasarkan penyaringan dan didiamkan.
4.14.3Membuat koloid berbagai disekitar
sistem dengan bahan
3. Untuk membuat sistem koloid dengan berbagai bahan disekitar
Pembuatan koloid
1. Pada tahap pembuatan dengan menggunakan dua metode yaitu kondensasi dan koagulasi yang divisualisasikan dalam bentuk animasi. 2. Untuk memberikan komponen learning community terdapat kolom diskusi untuk di diskusikan bersama antara
2. bertanya muridmurid gurumurid muridguru
1. inquiry
murid-guru, guru-murid,dan murid-murid, terkait tentang pembuatan koloid berdasarkan kondensasi dan koagulasi.
Sifat-sifat koloid 4.14.4 Menganalisis sifatsifat koloid dari animasi flash yang dibuat
4. Untuk mengetahui sifatsifat koloid
1. Sifat-sifat koloid dengan menggunakan mekanisme dialisis, gerak brown, dan efek tyndal yang divisualisasikan dengan menggunakan animasi flash 2. Untuk memberikan komponen learning community terdapat kolom diskusi untuk di diskusikan bersama antara murid-guru,
1. inquiry
guru-murid,dan murid-murid, terkait tentang sifat-sifat koloid Jenis-jenis koloid 3.15.1Mengelompokan jenis-jenis
koloid
berdasarkan animasi flash
5. Untuk mengelompokan jenis-jenis koloid
1. Terdapat table dengan 4 kolom, kolom pertama untuk fase pendispersi, kolom kedua fase terdispersi, kolom ketiga, jenis koloid, dan kolom keempat contoh dari masing-masing jenis koloid, pada bagian kolom jenis koloid dan contohnya sudah terisi semua, kemudian ketika tulisan pada kolom contoh koloid di klik maka akan keluar gambar atau animasi
3.15.2Menjelaskan penerapan koloid
sifat-sifat dalam
kehidupan sehari-hari
6. Untuk mengetahui penerapan sifat-sifat koloid dalam kehidupan sehari-hari
Aplikasi koloid
1. Diberikan video pencucian ginjal dari penerapan sifat-sifat koloid dalam kehidupan sehari-hari
Lampiran 13
OBSERVASI MEDIA PEMBELAJARAN
Nama Produk
: Media Pembelajaran flash pada materi sistem koloid
Peneliti
: Tiwi Desrina
Instansi
: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Nama Responden :………………………….. Sekolah
: ………...............................
Petunjuk Pengisian 1.
Berilah tanda checklist (√) pada kolom yang sesuai dengan pendapatmu untuk setiap pernyataan yang diberikan.
2. KriteriaPenilaian: SS: sangat sesuai / setuju S: sesuai / setuju N: netral TS: tidak sesuai /setuju STS : sangat tidak sesuai /setuju
No.
1.
2.
3. 4. 5.
6. 7. 8. 9.
10.
11.
12.
Pernyataan Multimedia interaktif yang digunakan di sekolah dapat dioperasikan pada lingkungan perangkat keras dan atau perangkat lunak Multimedia interaktif disekolah dapat disinkronkan dengan perangkat keras tanpa penginstalan aplikasi lain Multimedia interaktif dapat berjalan tanpa ada hang, crash atau lag Dalam multimedia interaktif di sekolah terdapat petunjuk penggunaan yang lengkap dan jelas Posisi, bentuk, navigasi dan tombol konsisten serta memiliki warna dan fungsi yang sama pada setiap screen Komposisi teks (ukuran, warna, dan jenis) jelas sehingga mudah dibaca Keterpaduan antara warna teks dan background selaras Kualitas ilustrasi (gambar, video, animasi) baik dalam segi peletakan ukuran dan warna Penyampaian informasi dalam multimedia interaktif di sekolah berupa audio dengan informasi yang jelas dan tempo yang tidak terlalu cepat dan lambat Efek audio dalam multimedia interaktif dapat menarik perhatian dan tidak mengganggu konsentrasi pengguna Efek audio yang muncul pada multimedia interaktif di sekolah dioperasikan tidak mengganggu konsentrasi pengguna dan tidak menutupi narasi Ilustrasi visual (gambar, animasi, video) disertai dengan penjelasan sehingga informasi yang disampaikan dapat dipahami
Kriteria STS
TS
N
S
SS
Tangerang , ................................ 2015
Responden,
(_____________________________)
KISI-KISI INSTRUMEN EVALUASI MEDIA OLEH AHLI MATERI No.
Indikator
No. Soal
Jumlah Butir
1.
Ketepatan/keakuratan materi
1, 2, 3, 4
4 Butir
2.
Kedalaman dan keluasan materi
5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12
8 Butir
3.
Kesesuaian materi dengan indikator
13, 14, 15, 16, 17
5 Butir
4.
Kesesuaian visual dengan materi
18, 19, 20, 21, 22
5 Butir
5.
Kecukupan (sufficiency) materi
23, 24, 25, 26, 27, 28
6 Butir
6.
Kemutakhiran
29, 30, 31, 32, 33, 34, 35
7 Butir
7
Pendekatan learning community
36, 37, 38, 39, 40
5 butir
Total
40 Butir
(Diadopsi dari Bambang Warsita, Pengembangan Media Pembelajaran, 2008)
Lampiran 4 LEMBAR VALIDASI INSTRUMEN EVALUASI MATERI
Indikator
Kriteria
Validasi materi 1
Kompetensi dasar sudah sesuai dengan tujuan pembelajaran Ketepatan/keakuratan materi
Isi media pembelajaran flash sudah sesuai dengan tujuan pembelajaran Isi materi koloid memiliki sumber yang jelas Materi koloid yang disampaikan dalam media pembelajaran flash sudah tuntas Materi perbedaan larutan, koloid, dan suspensi yang disampaikan sudan jelas dan lengkap Materi jenis-jenis koloid
Kedalaman dan keluasan materi
yang disampaikan sudah jelas dan
lengkap Materi pembuatan system koloid yang disampaikan sudah jeelas dan lengkao Materi sifat-sifat penerapan koloid yang disampaikan sudah jelas dan lengkap Materi
Kesesuaian materi dengan indikator
perbedaan larutan, koloid, dan suspense sudah sesuai
dengan indikatornya Materi jenis-jenis koloid sudah sesuai dengan indikatornya
2
perbaikan
Indikator
Kriteria
Validasi materi 1
Materi
pembuatan system koloid sudah sesuai dengan
indikatornya Materi
sifat-sifat dan penerapan koloid sudah sesuai dengan
indikatornya Animasi perbedaan larutan, kolid, dan suspense sudah sesuai dengan partikel yang dihasilkan dari proses penyaringan Animasi perbedaan larutan, koloid, dan suspense sudah sesuai dengan hasil endapan yang dihasilkan setelah didiamkan Animasi contoh jenis koloid sudah sesuai dengan jenis-jenis koloid Animasi proses pembuatan koloid sudah sesuai dengan macammacam pembuatan system koloid Kesesuaian visual dengan materi
Animasi sifat-sifat koloid sudah sesuai dengan macam-macam sifat-sifat koloid Animasi penerapan sifat-sifat koloid sudah sesuai dengan sifatsifat koloid Contoh larutan, koloid, dan suspemsi yang diberikan sudah sesuai Contoh jenis-jenis koloid yang diberikan sudah sesuai Contoh pembuatan system koloid yang diberikan sudah sesuai Contoh sifat-sifat koloid yang diberikan sudah sesuai Contoh penerapan sifat-sifat koloid yang diberikan sudah sesuai
2
perbaikan
Indikator
Kriteria
Validasi materi 1
Gambar perbedaan larutan, koloid, dan suspensi sudah sesuai Gambar contoh jenis-jenis koloid sudah sesuai Gambar pembuatan system koloid sudah sesuai Gambar sifat-sifat koloid sudah sesuai Gambar penerapan sifat-sifat koloid sudah sesuai Video penerapan sifat-sifat koloid sudah sesuai Materi
perbedaan larutan, koloid, dan suspense dalam media
pembelajaran flash sudah bisa dipahami Materi jenis-jenis koloid dalam media pembelajaran flash sudah bisa dipahami Kecukupan (sufficiency) materi
Materi pembuatan system koloid dalam media pembelajaran flash sudah bisa dipahami Materi sifat-sifat koloid dalam media pembelajaran flash sudah bisa diphami Materi penerapan sifat-sifat koloid dalam pembelajaran flash sudah bisa dipahami Media pembelajaran flash untuk mempresentasikan materi koloid
Kemutakhiran
sudah lebih baik dibandingkan media sebelumnya Penggunaan referensi pada media merupakan yang terbaru
Pendekatan learning community
Materi bersifat konstruktivisme Materi bersifat inquiry
2
perbaikan
Indikator
Validasi materi
Kriteria
1
perbaikan
2
Materi bersifat mengembangkan rasa ingijn tahu Materi
telah
menciptakan
masyarakat
belajar
(learning
community) Media sudah sesuai dengan model pembelajaran Media mampu memberikan refleksi diakhir kegiatan Media mampu melakukan penilaian yang sebenarnya Seluruh instruksi yang terdapat di dalam media sudah sesuai dengan aspek learning community (Diadopsi dari Bambang Warsita, Pengembangan Media Pembelajaran, 2008)
Saran ______________________________________________________________________________________________________________________ ______________________________________________________________________________________________________________________ ______________________________________________________________________________________________________________________ ______________________________________________________________________________________________________________________ ______________________________________________________________________________________________________________________ ______________________________________________________________________________________________________________________ ______________________________________________________________________________________________________________________
Tangerang Selatan, ..........................2016 Validator,
_________________________ NIP.
LEMBAR EVALUASI MATERI Mata Pelajaran
: Ikatan Kimia
Sasaran Program
: Siswa SMA Kelas XI di SMAN Tangerang Selatan
Judul Penelitian
: Pengembangan Media Pembelajaranberbasis flash berorientasi pada pendekatan kontekstual komponen learning community pada materi koloid
Peneliti
: Tiwi Desrina
Lembar evaluasi ini dimaksudkan untuk mendapatkan informasi dari Bapak/Ibu sebagai Ahli materi tentang kualitas materi pada media pembelajaran yang sedang dikembangan. Oleh karena itu, pendapat, saran, penilaian dan kritik yang membangun dari Bapak/Ibu sebagai Ahli Materi akan sangat bermanfaat untuk perbaikan dan peningkatan kualitas media pembelajaran yang dikembangkan. Sehubungan dengan hal tersebut, mohon kiranya Bapak/Ibu dapat memberikan tanda “√” untuk setiap pendapat Bapak/Ibu pada kolom Ya/Tidak.
KriteriaPenilaian: Ya
: setuju/sesuai
Tidak
: tidak setuju/ tidak sesuai
No
Pernyataan
Ya
1.
Kompetensi dasar sudah sesuai dengan tujuan pembelajaran
2.
Isi media pembelajaran flash sudah sesuai dengan tujuan pembelajaran
3.
Isi materi koloid memiliki sumber yang jelas
4.
Materi koloid yang disampaikan dalam media pembelajaran flash sudah tuntas Materi perbedaan larutan, koloid, dan suspensi
5.
yang disampaikan terlalu
mendalam
6.
Materi jenis-jenis koloid yang disampaikan terlalu mendalam
7.
Materi pembuatan koloid yang disampaikan terlalu mendalam
8.
Materi sifat-sifat dan penerapan koloid yang disampaikan terlalu mendalam
9.
Materi perbedaan larutan, koloid, dan suspensi yang disampaikan tidak melebar
10.
Materi jenis-jenis koloid yang disampaikan tidak melebar
11.
Materi pembuatan system koloid yang disampaikan tidak melebar
12.
Materi sifat-sifat dan penerapan koloid yang disampaikan tidak melebar
13.
Materi perbedaan larutan, koloid, dan suspensi sudah sesuai dengan indikatornya
14.
Materi jenis-jenis koloid sudah sesuai dengan indikatornya
15.
Materi pembuatan system koloid sudah sesuai dengan indikatornya
16.
Materi sifat-sifat koloid sudah sesuai dengan indikatornya
17.
Materi penerapan sifat-sifat koloid sudah sesuai dengan indikatornya Animasi perbedaan larutan, kolid, dan suspense sudah sesuai dengan partikel yang
18.
dihasilkan dari proses penyaringan Animasi perbedaan larutan, koloid, dan suspense sudah sesuai dengan hasil
19.
endapan yang dihasilkan setelah didiamkan
Tidak
Keterangan
No 20.
Pernyataan Animasi contoh jenis koloid sudah sesuai dengan jenis-jenis koloid Animasi proses pembuatan koloid sudah sesuai dengan macam-macam pembuatan
21.
system koloid
22.
Animasi sifat-sifat koloid sudah sesuai dengan macam-macam sifat-sifat koloid
23.
Animasi penerapan sifat-sifat koloid sudah sesuai dengan sifat-sifat koloid
24
animasi perbedaan larutan, koloid, dan suspensi sudah sesuai dengan materinya
25
animasi jenis-jenis koloid sudah sesuai dengan materinya animasi proses pembuatan koloid sudah sesuai dengan macam-macam pembuatan
26
system koloid sudah sesuai dengan materinya
27
animasi sifat-sifat koloid sudah sesuai dengan materinya
28
animasi penerapan sifat-sifat koloid sudah sesuai dengan materinya Materi
29
perbedaan larutan, koloid, dan suspensi disampaikan dalam media
pembelajaran flash sudah cukup Materi jenis-jenis koloid yang disampaikan dalam media pembelajaran flash sudah
30
cukup
31
Materi proses pembuatan koloid yang disampaikan dalam media pembelajaran flash sudah cukup
32
Materi sifat-sifat koloid yang disampaikan dalam media pembelajaran flash sudah cukup
33
Materi penerapan sifat-sifat koloid yang disampaikan dalam media pembelajaran flash sudah cukup
34
Media pembelajaran flash untuk mempresentasikan materi koloid sudah inovasi
Ya
Tidak
Keterangan
No 35
Pernyataan
Ya
Tidak
Keterangan
Penggunaan referensi pada aplikasi merupakan yang terbaru Materi perbedaan larutan, koloid, dan suspense sudah menunjukan aspek learning
36
community
37
Materi jenis-jenis koloid sudah menunjukan aspek learning community
38
Materi proses pembuatan koloid sudah menunjukan aspek learning community
39
Materi sifat-sifat koloid sudah menunjukan aspek learning community
40
Materi peberapan sifat-sifat koloid sudah menunjukan spek learning community
(Diadopsi dari Bambang Warsita, Pengembangan Media Pembelajaran, 2008)
Saran ______________________________________________________________________________________________________________________ ______________________________________________________________________________________________________________________ ______________________________________________________________________________________________________________________ ______________________________________________________________________________________________________________________
______________________________________________________________________________________________________________________ __________________________________________________
Tangerang Selatan, ..........................2015 Validator,
_________________________ NIP.
Lampiran 10
Storyboard Media flash pada Materi Koloid NO Nama Frame 1 Halaman awal
Visual 1. Halam pembuka pada media diawali dengan adanya penjelasan mengenai, instansi, nama peneliti, berikut animasi yang menunjukan pembelajaran kimia Terdapat perintah “mulai” untuk memulai aplikasi atau memasuki materi system koloid
2. Pada halaman awal terdapat tampilan seperti dibawah ini, jika kursor diarahkan pada bagian tiap menu dibawah ini kemudian di klik makan akan timbul tampilan pada masing-masing menu yang disediakan.
Audio •
Adanya instrumen musik yang digunakan sebagai backsound media
2
Pembuatan Larutan, koloid, dan suspensi
1. Terdapat tampilan menu yang berisi o Larutan, koloid, dan suspensi Pada bagian Larutan, suspensi, dan koloid terdapat bagian menu pembuatan dan sifat jika kursor digerakan pada menu maka menu akan bergerak dan masuk kedalam materi “pembuatan” dan “sifat” ● Pembuatan Pada bagian pembuatan muncul pembuatan larutan, koloid, dan suspense
•
Adanya instrumen musik yang digunakan sebagai backsound media
Jika di klik maka akan muncul pembuatan dari masing-masing larutan, koloid, dan suspensi
•
Terdapat suara efekefek dari animasi yang
dijalankan
Untuk
kembali
ke
menu
selanjutnya
terdapat
menu
•
Adanya instrumen musik yang digunakan sebagai backsound media
● learning community Untuk memberikan komponen learning community terdapat kolom diskusi untuk di diskusikan bersama antara murid-guru, guru-murid,dan murid-murid, terkait tentang pembuatan larutan, koloid, dan suspensi Terdapat kolom timbul tampilan seperti:
jika kolom tersebut di klik akan
•
Terdapat suara efekefek dari animasi yang dijalankan
•
Adanya instrumen musik yang digunakan sebagai backsound media
•
Terdapat suara efekefek dari animasi yang dijalankan
•
Adanya instrumen musik yang digunakan sebagai backsound media
Terdapat tombol untuk kembali ke menu awal. ● Sifat (didiamkan dan penyaringan)
3
Perbedaan larutan, koloid, dan suspensi
Pada bagian sifat terdapat menu reaksi didamkan pada larutan, koloid, dan suspensi.
maka akan muncul
•
Terdapat suara efekefek dari animasi yang dijalankan
•
Adanya instrumen musik yang digunakan sebagai backsound media
•
Kemudian terdapat menu maka akan muncul reaksi penyaringan pada larutan, koloid, dan suspense.
Terdapat suara efekefek dari animasi yang dijalankan
● learning community Untuk memberikan komponen learning community terdapat kolom diskusi untuk di diskusikan bersama antara murid-guru, guru-murid,dan murid-murid, terkait tentang identifikasi larutan, koloid, dan suspense berdasarkan penyaringan dan didiamkan.
Terdapat kolom timbul tampilan seperti:
Terdapat tombol
4
Pembuatan koloid
jika kolom tersebut di klik akan
untuk kembali ke menu awal.
o Koloid Pada bagian Koloid terdapat bagian menu pembuatan koloid, sifa-sifat kolid, dan jenis-jenis koloid, jika kursor digerakan pada menu maka menu akan bergerak dan masuk kedalam materi “pembuatan kolid” dan “sifatsifat koloid” dan “jenis-jenis koloid” ● pembuatan koloid Pada bagian pembuatan koloid terdapat menu
pada
bagian kondensasi terdapat gambar kondensasi. Kemudian terdapat menu terdapat gambar
jika di klik akan muncul reaksi pada bagian dispersi
jika di klik akan muncul reaksi koagulasi.
● learning community Untuk memberikan komponen learning community terdapat kolom diskusi untuk di diskusikan bersama antara murid-guru, guru-murid,dan murid-murid, terkait tentang pembuatan koloid berdasarkan kondensasi dan koagulasi. Terdapat kolom timbul tampilan seperti:
jika kolom tersebut di klik akan
untuk kembali ke menu awal.
Terdapat tombol
5
Sifat-sifat Koloid
● sifat-sifat koloid Pada bagian sifat-sifat koloid terdapat menu bagian dialisis terdapat gambar dialisis. Kemudian terdapat menu tyndall terdapat gambar terdapat menu
pada
jika di klik akan muncul reaksi pada bagian efek
jika di klik akan muncul reaksi efek tyndall. pada bagian gerak brown terdapat
gambar menu
jika di klik akan muncul reaksi gerak brown, dan terdapat pada bagian koagulasi terdapat gambar
jika di klik akan muncul reaksi koagulasi.
● learning community Untuk memberikan komponen learning community terdapat kolom diskusi untuk di diskusikan bersama antara murid-guru, guru-murid,dan
murid-murid, terkait tentang sifat-sifat koloid Terdapat kolom timbul tampilan seperti:
Terdapat tombol
jika kolom tersebut di klik akan
untuk kembali ke menu awal.
6
Jenisjenis koloid
● jenis-jenis koloid Pada bagian jenis-jenis koloid terdapat kolom yang terdiri dari fase terdispersi, medium pendispersi, nama koloid, dan contoh, kolom tersebut terletak dibagian bawah sedangkan dibagian atas terdapat tulisan “klik pada kolom contoh untuk melihat animasi jenis koloid” dengan tujuan untuk melihat contoh koloid dan menganalisis bagian terdispersi dan pendispersi
Dan seterusnya akan timbul contoh dari jenis-jenis koloid dalam bentuk video. Untuk
kembali
ke
menu
selanjutnya
terdapat
menu
7
Aplikasi Koloid
o Aplikasi koloid Pada bagian aplikasi koloid terdapat video tentang aplikasi koloid dimana menu
untuk memulai video tentang aplikasi koloid.
8
Evaluasi
Pada bagian evaluasi berisikan soal-soal tentang koloid, soal-soal terdiri dari 20 soal, user memilih jawaban dengan mengklik bagian jawaban yang dipilih user.
Lampiran 6
ANGKET TANGGAPAN SISWA MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS FLASH PADA MATERI SISTEM KOLOID
Nama Produk
: Media Pembelajaran flash pada materi sistem koloid
Peneliti
: Tiwi Desrina
Instansi
: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Nama Responden :………………………….. Kelas
: ………...............................
Petunjuk Pengisian 1.
Pertimbangkanlah baik-baik setiap pernyataan dalam kaitannya dengan aplikasi media pembelajaran flash yang baru saja kamu pelajari. Berilah tanda checklist (√) pada kolom yang sesuai dengan pendapatmu untuk setiap pernyataan yang diberikan.
2. KriteriaPenilaian: SS: sangat sesuai / setuju S: sesuai / setuju N: netral TS: tidak sesuai /setuju STS : sangat tidak sesuai /setuju
No. 1. 2. 3. 4.
5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
13. 14. 15. 16.
Pernyataan Media pembelajaran flash ini dapat dimulai dengan mudah Media pembelajaran flash ini dapat diakhiri dengan mudah Petunjuk penggunaan pada media pembelajaran flash ini jelas Media pembelajaran flash ini dapat mengulang materi system koloid pada bagian yang anda inginkan (flexibel) Media pembelajaran flash dapat digunakan untuk belajar mandiri Penggunaan media pembelajaran flash dari alokasi waktu pelajaran dikelas Media pembelajaran flash ini membuat materi system koloid cepat tuntas Materi yang disajikan pada media pembelajaran flash ini sesuai dengan Standar Kompetensi Materi yang disajikan pada media pembelajaran flash sesuai dengan kompetensi dasar Materi yang disajikan pada media pembelajaran flash ini sesuai dengan indikator Materi yang disajikan pada media pembelajaran flash ini sesuai dengan tujuan pembelajaran Materi yang disajikan pada media pembelajaran flash ini sesuai perkembangan ilmu pengetahuan kimia (actual) Pertanyaan yang disajikan pada media pembelajaran flash ini sudah sesuai dengan Media pembelajran flash ini membuat anda berinterksi dengan aktif Tampilan animasi proses system koloid pada media pembelajaran flash jelas Animasi koloid pada media pembelajaran flash mempermudah anda memahami proses system koloid
Kriteria STS
TS
N
S
SS
17. 18.
19. 20. 21.
Ilustrasi pada media pembelajatran flash berhubungan dengan kehidupan sehari-hari Ilustrasi pada media pembelajatran flash memudahkan dalam memahami materi system koloid Bahasa yang digunakan dalam media pembelajaran flash sudah sesuai dengan EYD Jenis huruf pada media pembelajaran flash tepat Tulisan pada media pembelajaran flash dapat dibaca dengan jelas
Tangerang , ................................ 2016
Responden,
(_____________________________)
Lampiran 5
ANGKET TANGGAPAN GURU MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS FLASH PADA MATERI SISTEM KOLOID
Nama Produk
: Media Pembelajaran flash pada materi sistem koloid
Peneliti
: Tiwi Desrina
Instansi
: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Nama Responden :………………………….. Sekolah
: ………...............................
Petunjuk Pengisian 1.
Pertimbangkanlah baik-baik setiap pernyataan dalam kaitannya dengan aplikasi media pembelajaran flash yang baru saja kamu pelajari. Berilah tanda checklist (√) pada kolom yang sesuai dengan pendapatmu untuk setiap pernyataan yang diberikan.
2. KriteriaPenilaian: SS: sangat sesuai / setuju S: sesuai / setuju N: netral TS: tidak sesuai /setuju STS : sangat tidak sesuai /setuju
No. 1. 2. 3. 4.
5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
13.
14. 15. 16.
Pernyataan Media pembelajaran flash ini dapat dimulai dengan mudah Media pembelajaran flash ini dapat diakhiri dengan mudah Petunjuk penggunaan pada media pembelajaran flash ini jelas Media pembelajaran flash ini dapat mengulang materi system koloid pada bagian yang diinginkan (flexibel) Media pembelajaran flash dapat digunakan untuk belajar mandiri Penggunaan media pembelajaran flash dari alokasi waktu pelajaran dikelas Media pembelajaran flash ini membuat materi system koloid cepat tuntas Materi yang disajikan pada media pembelajaran flash ini sesuai dengan Standar Kompetensi Materi yang disajikan pada media pembelajaran flash sesuai dengan kompetensi dasar Materi yang disajikan pada media pembelajaran flash ini sesuai dengan indikator Materi yang disajikan pada media pembelajaran flash ini sesuai dengan tujuan pembelajaran Materi yang disajikan pada media pembelajaran flash ini sesuai perkembangan ilmu pengetahuan kimia (actual) Pertanyaan yang disajikan pada media pembelajaran flash ini sudah sesuai dengan Standar Kompetensi Pertanyaan yang disajikan pada media pembelajaran flash ini sesuai dengan kompetensi dasar Pertanyaan yang disajikan pada media pembelajaran flash ini sesuai dengan indikator Kalimat yang digunakan pada pertanyaan di media pembelajaran flash ini mudah dipahami
Kriteria STS
TS
N
S
SS
17. 18.
19. 20.
21. 22. 23.
Tampilan animasi proses system koloid pada media pembelajaran flash jelas Animasi koloid pada media pembelajaran flash mempermudah dalam memahami proses system koloid Ilustrasi pada media pembelajatran flash berhubungan dengan kehidupan sehari-hari Ilustrasi pada media pembelajatran flash memudahkan dalam memahami materi system koloid Bahasa yang digunakan dalam media pembelajaran flash sudah sesuai dengan EYD Jenis huruf pada media pembelajaran flash tepat Tulisan pada media pembelajaran flash dapat dibaca dengan jelas
Tangerang , ................................ 2016
Responden,
(_____________________________)
OBSERVASI MEDIA PEMBELAJARAN
Nama Produk
: Media Pembelajaran flash pada materi sistem koloid
Peneliti
: Tiwi Desrina
Instansi
: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Nama Responden :………………………….. Sekolah
: ………...............................
Petunjuk Pengisian 1.
Berilah tanda checklist (√) pada kolom yang sesuai dengan pendapatmu untuk setiap pernyataan yang diberikan.
2. KriteriaPenilaian: SS: sangat sesuai / setuju S: sesuai / setuju N: netral TS: tidak sesuai /setuju STS : sangat tidak sesuai /setuju
No.
1.
2.
3. 4. 5.
6. 7. 8. 9.
10.
11.
12.
Pernyataan Multimedia interaktif yang digunakan di sekolah dapat dioperasikan pada lingkungan perangkat keras dan atau perangkat lunak Multimedia interaktif disekolah dapat disinkronkan dengan perangkat keras tanpa penginstalan aplikasi lain Multimedia interaktif dapat berjalan tanpa ada hang, crash atau lag Dalam multimedia interaktif di sekolah terdapat petunjuk penggunaan yang lengkap dan jelas Posisi, bentuk, navigasi dan tombol konsisten serta memiliki warna dan fungsi yang sama pada setiap screen Komposisi teks (ukuran, warna, dan jenis) jelas sehingga mudah dibaca Keterpaduan antara warna teks dan background selaras Kualitas ilustrasi (gambar, video, animasi) baik dalam segi peletakan ukuran dan warna Penyampaian informasi dalam multimedia interaktif di sekolah berupa audio dengan informasi yang jelas dan tempo yang tidak terlalu cepat dan lambat Efek audio dalam multimedia interaktif dapat menarik perhatian dan tidak mengganggu konsentrasi pengguna Efek audio yang muncul pada multimedia interaktif di sekolah dioperasikan tidak mengganggu konsentrasi pengguna dan tidak menutupi narasi Ilustrasi visual (gambar, animasi, video) disertai dengan penjelasan sehingga informasi yang disampaikan dapat dipahami
Kriteria STS
TS
N
S
SS √
√
√ √ √
√ √ √ √
√ √
√
Tangerang , ................................ 2015
Responden,
(_____________________________)
OBSERVASI MEDIA PEMBELAJARAN
Nama Produk
: Media Pembelajaran flash pada materi sistem koloid
Peneliti
: Tiwi Desrina
Instansi
: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Nama Responden :………………………….. Sekolah
: ………...............................
Petunjuk Pengisian 1.
Berilah tanda checklist (√) pada kolom yang sesuai dengan pendapatmu untuk setiap pernyataan yang diberikan.
2. KriteriaPenilaian: SS: sangat sesuai / setuju S: sesuai / setuju N: netral TS: tidak sesuai /setuju STS : sangat tidak sesuai /setuju
No.
1.
2.
3. 4. 5.
6. 7. 8. 9.
10.
11.
12.
Pernyataan Multimedia interaktif yang digunakan di sekolah dapat dioperasikan pada lingkungan perangkat keras dan atau perangkat lunak Multimedia interaktif disekolah dapat disinkronkan dengan perangkat keras tanpa penginstalan aplikasi lain Multimedia interaktif dapat berjalan tanpa ada hang, crash atau lag Dalam multimedia interaktif di sekolah terdapat petunjuk penggunaan yang lengkap dan jelas Posisi, bentuk, navigasi dan tombol konsisten serta memiliki warna dan fungsi yang sama pada setiap screen Komposisi teks (ukuran, warna, dan jenis) jelas sehingga mudah dibaca Keterpaduan antara warna teks dan background selaras Kualitas ilustrasi (gambar, video, animasi) baik dalam segi peletakan ukuran dan warna Penyampaian informasi dalam multimedia interaktif di sekolah berupa audio dengan informasi yang jelas dan tempo yang tidak terlalu cepat dan lambat Efek audio dalam multimedia interaktif dapat menarik perhatian dan tidak mengganggu konsentrasi pengguna Efek audio yang muncul pada multimedia interaktif di sekolah dioperasikan tidak mengganggu konsentrasi pengguna dan tidak menutupi narasi Ilustrasi visual (gambar, animasi, video) disertai dengan penjelasan sehingga informasi yang disampaikan dapat dipahami
Kriteria STS
TS
N
S
√
√
√ √ √
√ √ √ √
√ √
√
SS
Tangerang , ................................ 2015
Responden,
(_____________________________)
REKAP HASIL VALIDASI MATERI Indikator
Ketepatan/Keakuratan Materi
Kedalaman dan Keluasan Materi
Kriteria
Validasi Materi 1
2
Kompetensi dasar sudah sesuai dengan tujuan pembelajaran
Sudah sesuai
Sudah sesuai
Isi media pembelajaran flash sudah sesuai dengan tujuan pembelajaran
Sudah sesuai
Sudah sesuai
Iisi materi koloid memiliki sumber yang jelas
Sudah sesuai
Sudah sesuai
Materi koloid yang disampaikan dalam media pembelajaran flash sudah tuntas
Sudah sesuai
Sudah sesuai
Materi perbedaan larutan, koloid, dan suspensi yang disampaikan sudah jelas dan lengkap
Sudah sesuai
Sudah sesuai
Materi jenis-jenis koloid yang disampaikan sudah jelas dan lengkap
Sudah sesuai
Sudah sesuai
Materi pembuatan sistem koloid yang disampaikan sudah jelas dan lengkap
Sudah sesuai
Sudah sesuai
Materi sifat-sifat pernerapan koloid yang disampaikan sudah jelas dan lengkap
Sudah sesuai
Materi yang disajikan pada Materi perbedaan larutan, analisis kebutuhan belum koloid, dan suspensi sudah sesuai terhadap perbedaan sesuai dengan indikatornya larutan, kolid, dan suspensi
Sudah sesuai
Materi yang disajikan pada analisis indikator belum sesuai terhadap jenis-jenis koloid
Sudah sesuai
Materi yang disajikan pada Materi pembuatan sistem analisis indikator belum koloid sudah sesuai dengan sesuai terhadap pembuatan indikatornya sistem koloid
Sudah sesuai
Materi sifat-sifat dan penerapan koloid sudah sesuai dengan indikatorny
Materi yang disajikan pada analisis indikator belum sesuai dengan sifat-sifat koloid dan penerapannya
Sudah sesuai
animasi perbedaan larutan, koloid, dan suspensi sudah sesuai dengan partikel yang dihasilkan dari proses penyaringan
Sudah sesuai
Sudah sesuai
Materi jenis-jenis koloid sudah sesuai dengan indikatornya Kesesuaian Materi dengan Indikator
Sudah sesuai
Pada saat penyaringan, seharusnya hasilnya penyaringan tidak sama dengan sebelum penyaringan
Animasi perbedaan larutan, koloid, dan suspensi sudah sesuai dengan hasil endapan yang dihasilkan setelah didiamkan
Sudah sesuai
Animasi contoh jenis koloid sudah sesuai dengan jenisjenis koloid
Sudah sesuai
Sudah sesuai
Animasi proses pembuatan koloid sudah sesuai dengan macam-macam pembuatan sistem koloid
Sudah sesuai
Sudah sesuai
Sudah sesuai
Sudah sesuai
Sudah sesuai
Sudah sesuai
Sudah sesuai
Sudah sesuai
Contoh pembuatan sistem koloid yang diberikan sudah sesuai
Sudah sesuai
Sudah sesuai
Contoh sifat-sifat koloid yang diberikan sudah sesuai
Sudah sesuai
Sudah sesuai
Contoh penerapan sifatsifat koloid yang diberikan sudah sesuai
Sudah sesuai
Sudah sesuai
Animasi sifat-sifat koloid sudah sesuai dengan sifatsifat koloid Contoh larutan, koloid, dan suspensi yang diberikan Kesesuaian Visual dengan sudah sesuai Materi Contoh jenis-jenis koloid yang diberikan sudah sesuai
Gambar perbedaan larutan, koloid, dan suspensi sudah sesuai
Sudah sesuai
Sudah sesuai
Gambar contoh jenis-jenis koloid sudah sesuai
Sudah sesuai
Sudah sesuai
Gambar pembuatan sistem koloid sudah sesuai
Sudah sesuai
Sudah sesuai
Sudah sesuai
Sudah sesuai
Sudah sesuai
Sudah sesuai
Sudah sesuai
Sudah sesuai
Materi perbedaan larutan, koloid, dan suspensi dalam media pembelajaran flash sudah bisa dipahami
Sudah sesuai
Sudah sesuai
Materi jenis-jenis koloid dalam media pembelajaran flash sudah bisa dipahami
Sudah sesuai
Sudah sesuai
Materi pembuatan sistem koloid dalam media pembelajaran flash sudah bisa dipahami
sudah sesuai
Sudah sesuai
Materi sifat-sifat koloid dalam media pembelajaran flash sudah bisa dipahami
Sudah sesuai
Sudah sesuai
Gambar sifat-sifat koloid sudah sesuai Gambar penerapn sifat-sifat koloid sudah sesuai Video penerapan sifat-sifat koloid sudah sesuai
Kecukupan (Sufficiency )
Kemukhtahiran
Materi penerapan sifat-sifat koloid dalam pembelajaran flash sudah bisa dipahami
Sudah sesuai
Sudah sesuai
Media pembelajaran flash untuk mempersentasikan materi koloid sudah lebih baik dibandingkan media sebelumnya
Sudah sesuai
Sudah sesuai
Tidak ada refrensi pada media
Sudah sesuai
Sudah sesuai
Sudah sesuai
Sudah sesuai
Sudah sesuai
Sudah sesuai
Sudah sesuai
Materi telah menciptakan masyarakat belajar (learning community )
Sudah sesuai
Sudah sesuai
Media sudah sesuai dengan model pembelajaran
Sudah sesuai
Sudah sesuai
Media sudah mampu memberikan refleksi diakhir kegiatan
Sudah sesuai
Sudah sesuai
Media mampu melakukan penilaian yang sebenarnya
Sudah sesuai
Sudah sesuai
Penggunaan refrensi pada media merupakan yang terbaru Materi bersifat kontruksivisme Materi bersifat inquiry Materi bersifat mengembangakan rasa ingin tahu
Pendekatan Learning Community
Seluruh intruksi yang terdapat di dalam media sudah sesuai dengan aspek learning community
Sudah sesuai
Sudah sesuai
Perbaikan Tidak ada perbaikan
Tidak ada perbaikan
Tidak ada perbaikan
Tidak ada perbaikan
Tidak ada perbaikan
Tidak ada perbaikan
Tidak ada perbaikan
Tidak ada perbaikan
Materi telah diubah sesuai dengan indikatornya (perbedaan larutan, kolid, dan suspensi)
Materi telah diubah sesuai dengan indikatornya (jenis-jenis koloid)
Materi telah diubah sesuai dengan indikaornya (pembuatan sistem koloid)
Materi telah diubah sesuai dengan indikatornya (sifat-sifat dan penerapan koloid)
Tidak ada perbaikan
sebelum penyaringan dan sesudah penyaringan dibedakan hasilnya
Tidak ada perbaikan
Tidak ada perbaikan
Tidak ada perbaikan
Tidak ada perbaikan
Tidak ada perbaikan
Tidak ada perbaikan
Tidak ada perbaikan
Tidak ada perbaikan
Tidak ada perbaikan
Tidak ada perbaikan
Tidak ada perbaikan Tidak ada perbaikan Tidak ada perbaikan Tidak ada perbaikan
Tidak ada perbaikan
Tidak ada perbaikan
Tidak ada perbaikan
Tidak ada perbaikan
Tidak ada perbaikan
Tidak ada perbaikan
Sumber telah dicantumkan dalam media Tidak ada perbaikan Tidak ada perbaikan Tidak ada perbaikan
Tidak ada perbaikan
Tidak ada perbaikan
Tidak ada perbaikan
Tidak ada perbaikan
Tidak ada perbaikan
Lampiran 12 Nama
Aspek
Revi Anastasia Gita Zakiyah Imanda Resa Febriana Adelin S. Goltum Desy Dwi R Adi Hidayat Zu Iqbal A Burhanudin JR Firza Riza Dee Sinta Silvia Harya Denis Wira Adelia M. Arman Sarah Veronica Radika Prilly Yuniar Deni Arbanto Rachman Reynaldi. H.S Venny Emia Natasha Destry Arista Agung Setiawan Nurputri A.F.K Tiara w Felia Usfatun Hasanah Marliza Intan F Ullysia Pesria Banu Faridah Izdihar Dinda Anggi Septianti Meutia Rifqi Larasati Yulia Darmawan Prasetyo Herlambang
A 83.33% 75.00% 91.67% 95.83% 70.83% 83.33% 95.83% 100.00% 83.33% 87.50% 66.67% 79.17% 66.67% 100.00% 75.00% 83.33% 75.00% 100.00% 62.50% 70.83% 91.67% 95.83% 75.00% 83.33% 87.50% 79.17% 100.00% 66.67% 75.00% 100.00%
B 100.00% 75.00% 100.00% 50.00% 100.00% 75.00% 100.00% 100.00% 100.00% 75.00% 75.00% 100.00% 75.00% 100.00% 75.00% 100.00% 75.00% 100.00% 75.00% 75.00% 50.00% 100.00% 75.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 75.00% 100.00% 75.00%
C 75.00% 50.00% 87.50% 50.00% 62.50% 75.00% 100.00% 100.00% 62.50% 75.00% 50.00% 62.50% 62.50% 62.50% 75.00% 75.00% 75.00% 100.00% 62.50% 50.00% 62.50% 87.50% 75.00% 100.00% 87.50% 87.50% 100.00% 87.50% 75.00% 62.50%
D 83.33% 41.67% 83.33% 66.67% 58.33% 91.67% 100.00% 91.67% 75.00% 75.00% 83.33% 83.33% 75.00% 58.33% 83.33% 66.67% 66.67% 91.67% 66.67% 50.00% 66.67% 91.67% 91.67% 100.00% 83.33% 66.67% 100.00% 75.00% 66.67% 58.33%
E 75.00% 37.50% 37.50% 43.75% 56.25% 81.25% 87.50% 100.00% 75.00% 75.00% 75.00% 56.25% 56.25% 100.00% 75.00% 75.00% 75.00% 75.00% 87.50% 68.75% 62.50% 68.75% 62.50% 87.50% 93.75% 81.25% 100.00% 93.75% 87.50% 56.25%
F 90.00% 50.00% 100.00% 60.00% 75.00% 85.00% 95.00% 95.00% 70.00% 75.00% 90.00% 90.00% 65.00% 90.00% 75.00% 80.00% 75.00% 95.00% 70.00% 75.00% 75.00% 90.00% 75.00% 100.00% 85.00% 85.00% 100.00% 75.00% 95.00% 75.00%
TOTAL
83.33%
86.67%
74.58% 76.39% 73.54% 81.83%
Rata-Rata 84.44% 54.86% 83.33% 61.04% 70.49% 81.88% 96.39% 97.78% 77.64% 77.08% 73.33% 78.54% 66.74% 85.14% 76.39% 80.00% 73.61% 93.61% 70.69% 64.93% 68.06% 88.96% 75.69% 95.14% 89.51% 83.26% 100.00% 78.82% 83.19% 71.18%
79.39%
Kemudahan Navigasi Kandungan Kognisi Persentasi Informasi Integrasi Media Artistic dan Estetika
Fungsi Secara Keseluruhan
Grafik Data Angket Siswa 90.00%
83.33%
86.67%
80.00%
81.83% 74.58%
76.39%
73.54%
70.00% 60.00% Kemudahan Navigasi
Kandungan Kognisi
Persentasi Informasi
Integrasi Media
Artistic dan Estetika
Fungsi Secara Keseluruhan
%
Lampiran 11
No
Aspek yang Dinilai
1
Kemudahan navigasi
2
Kandungan kognisi
3 4 5 6
Persentasi informasi Integrasi media Artistic dan estetika Fungsi secara keseluruhan
Rata-rata
Persentase kategori (%) 87.50% Sangat baik 88.80% Sangat baik 75.00% Baik 75.00% Baik 75.00% Baik 91.67% Sangat baik 82.16% Sangat baik
100.00%
87.50%
50.00%
0.00% Kem Per Art
Grafik Data Angket Guru %
88.80%
91.67% 75.00%
75.00%
75.00%
mudahan navigasi
Kandungan kognisi
rsentasi informasi
Integrasi media
tistic dan estetika
Fungsi secara keseluruhan
Lampiran 16
AYO DISKUSIKAN… Apa perbedaan antara larutan, koloid, dan suspense berdasarkan pembuatannya?
Lampiran 17
AYO DISKUSIKAN… Perbedaan apa yang terlihat ketika larutan, koloid, dan suspense sesudah disaring?
Lampiran 18
AYO DISKUSIKAN… Jelaskan perbedaan koloid menggunakan cara kondensasi dan dispersi?
Lampiran 19
AYO DISKUSIKAN… Jelaskan perbedaan sifat-sifat koloid berdasarkan dialisi, efek tyndall, gerak brown, dan koagulasi?
Lampiran 20
AYO DISKUSIKAN… Ketika didiamkan, apa yang membedakan antara larutan, koloid, dan suspensi?
117
Lampiran 21 Nilai CVR Media Pembelajaran Flash Nomor Butir Jumlah Panel Pakar Soal (N) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
Jumlah Panel Pakar yang Menyatakan Sesuai (n)
Content Validity Ratio Indeks (CVR)
Catatan
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK