1
PENGEMBANGAN KIT EKSPERIMEN MEKANISME KONTRAKSI OTOT PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI KELAS XI IPA Oleh: Sadina, Agus Suyatna, Baharudin Risyak FKIP UNILA, Jl. Prof. Dr. Sumantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung e-mail:
[email protected] 081369222017 ABSTRACT: The Development of Experimental kit muscle contraction mechanism in learning biology at XI IPA (the 11th of science class). This research aims to develop experimental kits of biology, particularly to improve the effectiveness and the attraction of learning biology at mechanism of muscle contraction. The research and development of experimental kit refers to the model of R & D Borg and Gall, which is conducted through two phases of research (7 steps) in SMAN 1 Kotagajah. Phase 1 of research conducted to produce the main products, and phase 2 of research conducted to test the effectiveness and attractiveness of the main products which are designed by using post test-only control design.The results showed that the experimental kit that comes from the development of LKS has a very interesting category with the acquisition 3.62 from maximum score of 4.0 or 90%, while the effectiveness the control class with an experimental class (experiment kit users) of 7.5. Keywords: experimental kit, muscle contraction mechanism, learning biology.
ABSTRAK: pengembangan kit eksperimen mekanisme kontraksi otot pada pembelajaran biologi XI IPAPenelitian ini bertujuan untuk mengembangkan sebuah kit eksperimen biologi khususnya untuk meningkatkan efektivitas, dan daya tarik pembelajaran biologi pada materi mekanisme kontraksi otot.Penelitian dan pengembangan kit eksperimen ini mengacu pada model R & D Borg and Gall, yang dilakukan melalui dua tahap penelitian (7 langkah) di SMAN 1 Kotagajah. Penelitian tahap 1 dilakukan sampai menghasilkan produk awal, dan penelitian tahap 2 dilakukan untuk menguji efektivitas dan daya tarik produk awal yang dirancang dengan desain eksperimen post test-only control design.Hasil penelitian menunjukkan bahwa kit eksperimen hasil pengembangan yang dilengkapi LKS memiliki kategori sangat menarik dengan perolehan skor 3,62 dari skor maksimal 4,0 atau sebesar 90%, sedangkan dari hasil uji efektivitas antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen (pengguna kit eksperimen) sebesar 7,5 . Kata kunci: kit eksperimen, mekanisme kontraksi otot, pembelajaran biologi.
2
eksperimen yang ada, berimplikasi
PENDAHULUAN
pada hasil belajar siswa. Dari hasil Kegiatan pembelajaran di la-
angket untuk mengungkap kebutuhan
boratorium merupakan bagian inte-
guru yang ditujukan kepada 4 orang
gral dari pembelajaran biologi. Hal ini
guru biologi SMAN 1 kotagajah
menunjukkan betapa pentingnya pe-
dan10 orang guru biologi anggota
ranan kegiatan laboratorium untuk
MGMP biologi Lampung Tengah,
mencapai tujuan pembelajaran bio-
diperoleh skor angket sebesar 164
logi.
dari skor maksimal 224 (kategori Woolnough & Allsop dalam
sangat diperlukan).
Nuryani Y. Rustaman (2005: 136),
Media/
alat
bantu
pem-
mengemukakan empat alasan menge-
belajaran pada dasarnya dibuat untuk
nai pentingnya kegiatan prak-tikum
memudahkan guru maupun siswa
sains sebagai berikut, 1) praktikum
dalam proses belajar mengajar. Akan
membangkitkan
tetapi
sains,
2)
motivasi
ke-giatan
belajar
praktikum
media
pembelajaran
yang
mampu mem-bangkitkan minat dan
mengembangkan keterampilan dasar
motivasi bagi
melakukan eks-perimen, 3) praktikum
buktikan konsep-konsep yang telah
menjadi wa-hana belajar pendekatan
dipelajari tidak selalu tersedia di
ilmiah,
sekolah.
4)
praktikum
menunjang
materi pelajaran.
Salah
Berdasarkan
siswa untuk mem-
satunya
adalah
alat
hasil observasi
bantu eksperimen biologi yang berupa
di SMAN 1 Kotagajah, kegiatan
kit eksperimen yang biasa digunakan
praktikum
khususnya untuk materi
untuk membuktikan otot sebagai alat
mekanisme kontraksi otot dilakukan
gerak aktif. Percobaan menggunakan
menggunakan
otot
alat
bantu
yang
betis
katak
yang diberikan
sederhana yang penggunaannya me-
rangsangan dengan selang waktu
nyulitkan
tertentu
siswa
sehingga
pem-
belajaran belum efektif dan efisien.
kontraksi
pembelajaran otot
mekanisme
menggunakan
masih
menyulitkan siswa maupun guru,
Kesulitan dan ketidak menarikan
pelaksanaannya
kit
terutama dalam hal pemberian rangsangan yang memerlukan interval waktu tertentu dengan tingkat akurasi
3
yang tinggi.
Menurut Dick and Carrey
Pentingnya eksperimen meka-
dalam Suparman (2001: 165) strategi
nisme kerja otot sebagai alat gerak
pem-belajaran
aktif, dan untuk mencapai tujuan
komponen umum dari suatu set
pembelajaran, telah dilakukan pe-
materi dan prosedur pembelajaran
ngembangan
yang akan dipergunakan bersama-
kit eksperimen meka-
adalah
nisme kontraksi otot di SMAN 1
sama materi tersebut.
Kotagajah, agar pembelajaran men-
Dick
jadi lebih mudah, efektif dan menarik. Kata media secara etimologis
and
mengemukakan utama
dari
komponen-
Carrey lima
suatu
(1985)
komponen
strategi
pem-
berasal dari bahasa Latin medium
belajaran yaitu;1) kegiatan prapem-
yang secara harfiah berarti tengah,
belajaran, 2) presentasi informasi, 3)
perantara atau pengantar menyatakan
partisipasi siswa, pengujian, dan
bahwa media apabila dipahami secara
kegiatan lanjutan.
garis besar adalah manusia,
materi
Kekuatan dan kelemahan dari
membangun
media pembelajaran yang telah dibuat
kondisi yang membuat siswa mampu
oleh guru biasanya dapat diketahui
memperoleh pengetahuan, keteram-
dengan jelas setelah program tersebut
pilan atau sikap.
di-laksanakan di kelas dan dievaluasi
atau
kejadian
yang
Dalam upaya memanfaatkan media sebagai alat bantu belajar,
dengan seksama. Tahapan evaluasi media pem-
Edgar Dale dalam Susilana dan
belajaran adalah sebagai berikut:
Riyana (2007:7) mengadakan klasi-
1) Evaluasi Satu Lawan Satu
fikasi menurut tingkatan dari yang
Evaluasi media tahap satu lawan satu
paling konkrit ke yang paling abstrak,
yang disebut dengan istilah one to one
yang dikenal dengan nama kerucut
evaluation, dilaksanakan dengan me-
pengalaman Edgar Dale.
milih dua orang atau lebih siswa yang
Menurut Sudirjo dan Siregar dalam
Prawiradilaga
dan
Siregar
dapat mewakili populasi target dari media yang dibuat.
(2007: 5) media pembelajaran dipan-
2) Evaluasi Kelompok Kecil
dang sebagai pilihan dalam strategi
Pada tahap ini media perlu dicobakan
pembelajaran.
kepada 10-20 orang siswa yang
4
dapat mewakili populasi target.
berkontraksi dan kembali ke ukuran
3) Evaluasi Lapangan
semula jika sedang relaksasi. Kon-
Evaluasi
lapangan
field
traksi otot terjadi jika sedang me-
tahap akhir dari
lakukan kegiatan. Relaksasi otot ter-
evaluasi formatif yang perlu anda
jadi jika otot sedang beristirahat. Otot
lakukan. Pilih sekitar 30 siswa dengan
tersusun atas dua macam filamen
berbagai karakteristik (tingkat kepan-
dasar yaitu filamen aktin dan filamen
daian, kelas, latar belakang, jenis
miosin. Kedua filamen ini menyusun
kelamin, usia, kemajuan belajar dan
miofibril, miofibril menyusun sera-
sebagainya) sesuai dengan karakter-
but otot, dan serabut otot menyusun
istik populasi sasaran.
satu otot. Berdasarkan bentuknya sis-
evaluation adalah
Untuk
atau
memperoleh
hasil
tem kerja dan lokasinya dalam tubuh
pembelajaran yang optimal, salah satu
otot dibedakan menjadi tiga, yaitu
tugas guru yang sangat penting adalah
otot lurik, otot polos dan otot jantung.
membuat persiapan pembel-ajaran,
Mekanisme kontraksi otot ber-
sedangkan untuk membuat persiapan
langsung
pembelajaran yang ideal seorang guru
berikut.
dituntut memiliki sejumlah kom-
a) Pusat motorik di otak mengirimkan
petensi.
impuls/rangsang menuju otot melalui
Agar
proses
pembelajaran
dengan
saraf motorik,
urutan
sebagai
b) Sesampainya di
dapat berjalan secara optimal, maka
ujung akson saraf motorik, rangsang
seorang guru perlu membuat strategi
di-lanjutkan oleh neurohumor (hor-
pembelajaran. Strategi pembelajaran
mon saraf) berupa asetilkolin atau
(teaching strategy) merupakan pola
epinefrin (adrenalin) menuju ke otot
kegiatan pembelajaran yang berurutan
(reseptor pada otot) yang mempunyai
yang diterapkan dari waktu ke waktu
aktin, c) Setelah rangsang sampai
dan diarahkan untuk mencapai suatu
di reseptor, energi dilepaskan, maka
hasil belajar siswa yang diinginkan”
aktin akan bergeser, zona H mengecil
(Costa, 1985)
bahkan menghilang dan sarkomer
Otot merupakan alat gerak
memendek.
aktif karena kemampuannya berkon-
Garis saling mendekat dan
traksi. Otot memendek jika sedang
otot berkontraksi (berkerut). Jarak
5
antara garis Z satu dan garis Z yang
Heinich et al (2005) model ini terdiri
lainnya disebut sarkomer.
atas enam langkah kegiatan yaitu:
Woolnough & Allsop dalam Nuryani Y. Rustaman (2005: 136) mengemukakan empat alasan mengenai pentingnya kegiatan prak-
a. Analisis Siswa (Analyze Learners) b. Merumuskan Tujuan (States Objectives) c. Pemilihan Metode, media dan
tikum sains sebagai berikut; 1) prak-
bahan (Select Methods, Media, and
tikum
Material)
membangkitkan
motivasi
belajar sains. 2) kegiatan praktikum
d. Penggunaan Media dan bahan Ajar
mengembangkan keterampilan dasar
(Utilize Media and materials)
melakukan eksperimen. 3) praktikum
e. Partisipasi Siswa di dalam kelas
menjadi wahana belajar pendekatan
(Require Learner Participation)
ilmiah.
4)
praktikum
menunjang
materi pelajaran.
f. Penilaian dan Revisi (Evaluate and Revise)
Pengalaman langsung siswa
Model pengembangan berba-
ter-hadap fenomena alam menjadi
sis produk yang dikelompokkan oleh
prasarat penting untuk mendalami dan
Gustafson dan Branch (2002: 30-44)
memahami materi pelajaran. Contoh-
diantaranya adalah Model Bergman
contoh
yang
and moore (1990), Model de Hoog,
diantaranya
de jong and de Vries (1994), Model
adalah : mempelajari dan menyayat
Bates (1995), Model Nieveen (1997),
bagian tumbuhan, mengamati kon-
dan Model seels and Glasgow (1998).
traksi otot betis katak yang diberi
Selain model-model pengembangan
rangsang listrik, memperhatikan ge-
berbasis produk tersebut, terdapat
rakan organism sederhana (misalnya
model pengembangan berbasis pro-
Amoeba), eksplorasi respons fisio-
duk yang lain yaitu model pengem-
logis untuk latihan, menumbuhkan
bangan produk Borg and Gall (1993).
praktikum
bersifat
pengalaman
biologi
dan memelihara tanaman tertentu. Model ASSURE merupakan
Reigeluth
dalam
Miarso
(2004: 244) menyatakan kerangka
suatu model berupa sebuah formulasi
teori
pembelajaran
meliputi
tiga
untuk pembelajaran atau disebut juga
variabel, yaitu kondisi pembelajaran,
model berorientasi kelas. Menurut
perlakuan pembelajaran, dan hasil
6
pembelajaran.
pembelajaran
juga pada pengetahuan awal siswa.
menurut teori Reigeluth meliputi tiga
Menurut West dan Pines (1985)
variabel, yaitu efektivitas, efisiensi,
dalam Nuryani (2005: 171) belajar
dan daya tarik. Menurut Miarso
melibatkan pembentukan “makna”
(2004:
oleh siswa dari apa yang mereka
546)
Hasil
pembelajaran
yang
efektif adalah pembelajaran yang
lakukan, lihat, dan dengar.
bermanfaat dan bertujuan kepada
Menurut
Fensham
(1994)
peserta didik melalui prosedur yang
dalam Nuryani (2005: 171) penganut
tepat. Sedangkan menurut Wotruba
konstruktivis
and Wright dalam Miarso (2004: 546)
tentang belajar bahwa orang mem-
pembelajaran yang efektif memiliki
bangun makna tentang hal-hal yang
beberapa indikator:
dialami atau diceritakan secara aktif
1) Pengorganisasian
memiliki
pandangan
pembelajaran
oleh diri mereka sendiri. Makna yang
baik, 2) komunikasi secara
dibangun bergantung pada penge-
efektif, 3) penguasaan dan antuiasme
tahuan sudah ada pada diri seseorang.
dalam pembelajaran, 4) sikap yang
Piaget dalam Nuryani (2005:
positif terhadap peserta didik, 5) pem-
171) bahwa belajar sains merupakan
berian tes dan nilai yang adil,
proses konstruktif yang menghendaki
keluwesan dalam pendekatan pem-
partisipasi aktif dari siswa. Berarti di
belajaran, dan 7) hasil belajar peserta
sini peran guru berubah dari sumber
didik yang baik.
dan
yang
Efisiensi
menurut
Miarso
(2004: 258) meliputi penghematan waktu, tenaga, dan biaya. Sedangkan
pemberi
informasi
menjadi
pendiagnosa dan fasilitator belajar siswa. Berdasarkan
permasalahan
daya tarik menurut Miarso (2004:
yang telah dirumuskan, maka tujuan
257) adalah kemudahan memperoleh,
yang ingin dicapai dalam penelitian
mencerna, ketepatsasaran pesan, dan
ini adalah:
keterandalan yang tinggi.
1) Mendeskripsikan
Menurut
pandangan
kons-
potensi dan
kondisi media pembelajaran biologi.
truktivisme keberhasilan belajar ber-
2) Mendeskripsikan
gantung bukan hanya pada ling-
eksperimen
kungan atau kondisi belajar, tetapi
otot yang menggunakan kit elektro-
mekanisme
desain
kit
kontraksi
7
nik pengatur interval waktu yang
guru Biologi dan siswa kelas XI IPA1
efektif, murah. 3) Mendeskripsikan
sebagai
kit eksperimen mekanisme kontraksi
tingkat kemenarikan, kemudahan dan
otot yang lebih efektif pada pem-
kemanfaatan kit eksperimen hasil
belajaran biologi. 4) Mendeskripsikan
pengembangan.
kit eksperimen mekanisme kontraksi
Langkah-langkah Penelitian:
otot yang lebih menarik.
Tahap pra-pengembangan model,
pengguna
yang
menilai
terdiri dari dua langkah. Tahap pengembangan model, terdiri
METODE PENELITIAN
dari tiga langkah. Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan (Research
Tahap penerapan model, terdiri dari dua langkah.
and Development), dan penelitian ini mengacu pada model penelitian dan pengembangan Borg and Gall. Menurut
Borg
and
Populasi pada penelitian pendahuluan adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMAN 1
Gall
(2003), penelitian dan pengembangan pedidikan adalah suatu strategi untuk mengembangkan produk pendidikan yang efektif yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah belajar. Penelitian Pengembangan ini dilakukan di SMAN 1 Kotagajah Lampung Tengah.. Berdasarkan analisis kebutuhan, guru dan siswa sangat membutuhkan kit eksperimen yang khusus digunakan untuk melakukan percobaan mekanisme kontraksi otot. Subyek dalam penelitian ini adalah para ahli yang melakukan validasi produk yang terdiri dari Pakar Biologi dan 2 orang guru inti Biologi di Lampung Tengah, serta 17 orang
Kotagajah TP.
2010/2011 yang berjumlah 192 siswa, dan siswa kelas XI IPA SMAN 1 seputih banyak berjumlah 49 siswa , dan guru Biologi SMAN 1 Kotagajah serta guru biologi anggota MGMP biologi
SMA
Lampung
tengah.
Sampel terdiri dari 62 siswa dari kelas XI IPA1 dan XI IPA2 SMAN 1 Kotagajah dan 49 siswa kelas XI IPA3 dan IPA4 SMAN 1Seputih Banyak, serta 4 orang guru biologi SMAN 1 Kotagajah
dan
10
guru
biologi
anggota MGMP Biologi SMA se Lampung Tengah. Pada
tahap
pengembangan
model, langkah keempat adalah uji lapangan
produk
awal,
subyek
8
penelitian adalah sebagai berikut: 1)
eksperimen Posttest-only Control
bertindak sebagai ahli materi dalam
design (Sugiono, 2008). Populasi
pengembangan kit eksperimen meka-
dalam uji lapangan produk utama
nisme kontraksi otot adala Candra
adalah seluruh siswa kelas XI SMAN
Puasati, S.Pd. M.Pd seorang guru inti
1 Kotagajah TP. 2012/2013. Sampel
di MGMP Biologi Lampung Tengah
diambil dengan teknik cluster random
dan seorang guru biologi SMAN 1
sampling.
Kotagajah yaitu Edi Purwanto, M.Si.
Data
mengenai
efektivitas
2) sedangkan yang bertindak sebagai
diperoleh dari tes kognitif yaitu soal
uji ahli media yang dikembangkan
tes formatif berupa soal pilihan ganda
adalah 2 orang yaitu Candra Puasati,
yang diberikan pada kelas eksperimen
M.Pd dan Drs. Kanedi, M.Si seorang
dan kelas kontrol.
dosen biologi di FMIPA Universitas
Data
mengenai
efektivitas
Lampung. 3) Uji coba perseorangan
yang diperoleh dengan instrumen tes
(satu lawan satu) subyek penelitian
formatif berupa soal pilihan ganda
adalah 12 orang siswa yang memiliki
pada
kemampuan
dan
dianalisis menggunakan SPSS yaitu
eksperimen
Independent sampel test untuk me-
(populasi dan sampel penelitian tahap
ngetahui apakah pembelajaran yang
II). 4) Uji coba kelompok kecil
menggunakan Kit eksperimen Meka-
subyek penelitian adalah 30 orang
nisme Kontraksi Otot lebih efektif
siswa dengan kemampuan tinggi,
dibandingkan dengan pembelajaran
sedang, dan rendah.
yang tidak menggunakan kit. Adapun
rendah
pada
Data pada
tinggi,
sedang
kelas
mengenai
penelitian
penelitian
langkah
keenam
kebutuhan
uji statistik yang dilakukan adalah uji
pendahuluan
perbedaan dua rata-rata satu pihak
diperoleh melalui instrumen angket
dengan hipotesis sebagai berikut :
dan refleksi bersama guru biologi
Ho :
kelas XI IPA SMAN 1 Kotagajah.
formatif pada siswa
Kisi-kisi instrumen yang digu-
1
≤
2
:
Rata-rata hasil tes yang pem-
belajarannya menggunakan Kit Eks-
nakan pada penelitia pendahuluan
perimen MKO lebih kecil atau sama
diadaptasi dari Nurharini (2006).
dengan rata-rata hasil tes formatif
Uji lapangan dirancang dengan desain
pada siswa yang pembelajarannya ti-
9
dak menggunakan Kit Eksperimen
hubungkan otot betis katak dengan
MKO.
baterai sebagai sumber rangsang. Rata-rata hasil tes
Kondisi yang seperti yang
formatif pada siswa yang pembel-
disebutkan di atas, menjadi salah satu
ajarannya menggunakan kit Eks-
alasan keinginan untuk dikembang-
perimen MKO lebih besar diban-
kannya kit eksperimen yang lebih
dingkan dengan rata-rata hasil tes
mudah untuk dioperasikan baik bagi
formatif pada siswa yang pembel-
siswa maupun guru.
ajarannya tidak menggunakan Kit
Desain Kit EksperimeMKO.
H1
:
1
>
2:
Setelah teridentifikasi bahwa
eksperimen MKO. Dengan
1
=
rata-rata hasil tes
formatif pada kelas eksperimen. rata-rata hasil tes formatif 2 = pada kelas kontrol. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Potensi dan Kondisi Kit MKO Analisis kebutuhan dilakukan dengan menggunakan instrumen angket. Analisis kebutuhan ini dilakukan untuk mengetahui kebutuhan belajar siswa yang berupa alat bantu ajar untuk guru maupun siswa yang mendukung kegiatan pembelajaran di sekolah tersebut. Kit eksperimen mekanisme kontraksi otot yang digunakan untuk memahami mekanisme kontrakso otot berupa statif dan sepasang klem yang berfungsi sebagai penopang otot betis katak, kabel yang terhubung dengan jarum pentul/ peniti untuk meng-
kit eksperimen mekanisme Kontraksi Otot dibutuhkan, maka langkah selanjutnya yaitu merumuskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Kit eksperimen yang dikembangkan berupa alat yang dapat memberikan rangsang berupa aliran listrik yang merangsang otot untuk berkontraksi. Validasi mengenai kesesuaian desain dengan spesifikasi yang direncanakan dilakukan oleh pakar biologi (Drs. M. Kanedi, M.Si), dosen biologi fakultas MIPA Universitas Lampung. Validasi kesesuaian LKS dengan produk yang dikembangkan oleh guru mata pelajaran biologi SMA Negeri 1 Kotagajah. Pada uji coba satu lawan satu dilakukan kepada 3 siswa pada setiap kelas XI IPA1, XI IPA2, XI IPA3, dan XI IPA4. Pada tahap uji coba satu
10
lawan satu, 3 siswa dipilih secara
perimen mekanisme kontraksi otot
acak dari masing-masing kelas. Dua
menarik
belas siswa yang terpilih kemudian
angket, hasil pengamatan peneliti
diberi perlakuan dengan memberikan
selama pembelajaran menggunakan
pembelajaran materi mekanisme kon-
kit eksperimen mekanisme kontraksi
traksi menggunakan media kit eks-
otot, siswa sangat antusias, semangat,
perimen hasil pengembangan.
dan mengulang 2 sampai 3 kali untuk
Tentang kemenarikan produk, 63% siswa menyatakan sangat me-
digunakan.
Selain
hasil
melakukan kegiatan praktikum pengamatan kontraksi otot tersebut.
narik, dan 37% menyatakan menarik. Sedangkan terhadap pertanyaan “ apakah kit eksperimen dan LKS mekanisme
kontraksi
otot
mudah
Pembahasan Potensi dan Kondisi Kit Eksperimen MKO. Kit eksperimen mekanisme
digunakan” 87,5% menjawab sangat
kontraksi
mudah, dan 12,5% menjawab mudah.
digunakan untuk memahami meka-
Efektivitas Kit Eksperimen MKO.
nisme kontraksi otot berupa statif dan
otot
yang
selama
ini
Untuk mengetahui efektivitas
sepasang klem yang berfungsi sebagai
produk, pada uji coba lapang terha-
penopang otot betis katak, kabel yang
dap kelas eksperimen, peneliti mem-
terhubung dengan jarum pentul/ peniti
berikan tes formatif menggunakan
untuk meng-hubungkan otot betis
instrumen tes yang sama baik pada
katak dengan baterai sebagai sumber
kelas eksperimen maupun kelas kon-
rangsang. Siswa dihadapkan pada dua
trol.
hal yang menyulitkan, yaitu mela-
Selanjutnya hasil tes ini di-
analisis menggunakan SPSS 15 .
kukan pengamatan bagaimana respon
Kemenarikan Kit Eksperimen MKO
otot
Berdasarkan angket daya tarik
terhadap
diberikan,
kit mekanisme kontraksi otot, ter-
rangsang
dapat 62% siswa menyatakan bahwa
tertentu.
kit eksperimen mekanisme kontraksi
rangsang
sekaligus dengan
yang
memberikan
interval
waktu
Kondisi kit eksperimen seperti
otot sangat menarik untuk digunakan
yang
dalam pembelajaran, dan 38% siswa
gunaanya sangat menyulitkan para
yang lainnya menyatakan kit eks-
siswa, mereka merasa kekurangan
dijelaskan
di
atas,
peng-
11
waktu untuk lebih memahami konsep
yang ada, namun paling tidak ada tiga
kontraksi otot karena waktunya tersita
hal penting yang dapat dilakukan
untuk
untuk mengenal siswa yaitu; ber-
melakukan
perakitan
dan
pengamatan yang cukup sulit. Pembelajaran
dasarkan ciri-ciri umum, ketrampilan
biologi
pada
awal khusus, dan gaya belajar siswa.
konsep mekanisme kontraksi belum
Mengembangkan sebuah kit
menarik karena belum adanya kit
eksperimen yang memenuhi kriteria
eksperimen yang merupakan ham-
tersebut, memerlukan sebuah peren-
batan dalam pembelajaran, sehingga
canaan dan desain yang benar-benar
perlu dilakukan kegiatan pembel-
sesuai dengan tujuan pembelajaran
ajaran dengan meng-gunakan kit eks-
yang ingin dicapai. Diawali dengan
perimen hasil pe-ngembangan seba-
membuat sebuah skenario pengem-
gai perlakuan pem-belajaran yang
bangan kit eksperimen, desain kit
meliputi
bahan
eksperimen mekanisme kontraksi otot
ajar, strategi penyampaian yang digu-
dibuat untuk memecahkan masalah
nakan,
yang dihadapi oleh siswa maupun
peng-organisasian
dan
pengelolaan
pembelajaran,
agar
kegiatan
pembelajaran
menjadi menarik, lebih mudah dan
guru. Efektivitas Kit Eksperimen MKO
lebih efektif yang dapat dilihat dari
Berdasarkan hasil analisis uji
hasil pembelajaran siswa.
perbedaan dua rata-rata antara kelas
Desain Kit Eksperimen MKO
eksperimen dan kelas kontrol yang
Idelanya
sebuah
kit
eks-
dilakukan dengan Independent Sam-
perimen sebagai salah satu alat bantu
ple Test
yaitu t-test for quality of
pembelajaran adalah mampu mem-
mean diketahui bahwa ada perbedaan
berikan kemudahan bagi siswa, ka-
nilai rata-rata tes formatif antara kelas
rena pada desain pembelajaran, siswa
eksperimen dan kelas kontrol yaitu
adalah hal terpenting. Ini sesuai de-
sebesar 7,5 dan rata-rata nilai tes
ngan apa yang menjadi point pertama
formatif kelas eksperimen lebih besar
pada model pengembangan berbasis
dari rata-rata nilai tes formatif kelas
kelas “ASSURE”, walaupun Heinich
kontrol sehingga dapat disimpulkan
menyatakan bahwa sukar untuk me-
bahwa rata-rata prestasi belajar siswa
nganalisis semua karakteristik siswa
yang
menggunakan
produk
Kit
12
Eksperimen Mekanisme Kontraksi
dengan
Otot lebih besar dibandingkan dengan
Nuryani (2005:171) bahwa belajar
siswa
menggunakan
sains merupakan proses konstruktif
produk Kit Eksperimen Mekanisme
yang menghendaki partisipasi aktif
Kontraksi Otot.
dari siswa, yang berarti mengubah
yang
tidak
Adanya peningkatan kemampuan ini berkaitan dengan media pembelajaran
yang
pendapat
Piaget
dalam
peran guru dari narasumber menjadi fasilitator.
digunakan.
Gagne dan memperkuat
Prawiradilaga dan Siregar (2007)
dengan adanya umpan balik atau
media pembelajaran dipandang seba-
respon
gai pilihan bahkan sebagai suatu
kemampuan Kit Eksperimen Meka-
keharusan dalam strategi pembel-
nisme Kontraksi Otot ketika siswa
ajaran karena media memiliki fungsi
mengamati fenomena kontraksi otot
komunikasi.
yang bervariasi saat rangsang dengan
memberikan
yang
ini
(1979)
Menurut Sudirjo dan Siregar dalam
Produk
hasil
Briggs
berkaitan
diberikan
pengalaman nyata adalah upaya untuk
selang waktu
memahami konsep kontraksi otot. Hal
diberikan dan direspon otot.
ini sesuai dengan kerucut pengalaman
Kemenarikan Kit Eksperimen MKO
Edgar Dale, bahwa siswa akan lebih
Indikator lain dari keber-hasilan suatu
mengingat 90% dari apa yang mereka
pembelajaran adalah daya tarik dan
lakukan dan kerjakan. Menurut West
kemudahan belajar. Daya tarik dapat
dan Pines penganut konstruktivisme
di-ukur
(1985) dalam Nuryani (2005:171)
kecenderungan
belajar melibatkan pembentukan “ma-
belajar serta tergantung pada kualitas
kna” oleh siswa dari apa yang mereka
pembelajaran (Degeng, 1989: 174).
lakukan, lihat, dan dengar.
Dari hasil angket daya tarik dengan
Kemenarikan
yang
terhadap
dengan
berbeda-beda
mengamati
siswa ingin terus
pengamatan
merujuk pada indikator kualitas daya
kontraksi otot menggunakan kit hasil
tarik dapat disimpulkan bahwa Kit
pengembangan memberikan penga-
Eksperimen Mekanisme Kontraksi
laman nyata kepada siswa sehingga
Otot SMA kelas XI IPA ini memiliki
mereka tidak sekedar belajar teori
daya tarik yang baik. Kemudahan
yang sifatnya abstrak. Ini senada
dalam menggunakan kit eksperimen
13
mekanisme kontraksi otot, tentu siswa
kelas kontrol dan kelas eksperimen
dapat menghemat waktu (efisien)
4. Dari hasil angket, Kit Eksperimen
untuk mempelajari konsep kontraksi
Mekanisme Kontraksi Otot ini
otot, sehingga mereka lebih punya
memiliki daya tarik yang baik.
banyak waktu pula untuk mempelajari konsep-konsep
yang
lain.
Sesuai
Saran 1. Bagi Guru biologi
yang akan
dengan yang dikatakan oleh Miarso
menggunakan
(2004:258) yang mengatakan bahwa
mekanisme
efisiensi
hendaknya menjadi fasilitator dan
meliputi
penghematan
waktu, tenaga, dan biaya.
mediator
SIMPULAN DAN SARAN
praktikum 2. Bagi
Simpulan 1. Potensi dan kondisi kit eksperimen
menggunakan
vensional dahkan
siswa
otot,
diskusi
pasca
yang
akan
siswa
mekanisme
eksperimen
kontraksi
dalam
mekanisme kontraksi otot konyang
kit
kit
eksperimen
kontraksi
otot,
belum
memu-
disarankan membaca buku teks
untuk
belajar,
biologi
menjadi dasar utama dikembang-
kelas
XI
materi
otot
sebagai alat gerak aktif.
meka-
3. Bagi kepala sekolah, hendaknya
nisme kontraksi otot yang lebih
memberi dukungan baik berupa
menarik,
sarana prasarana, maupun materi
kannya
kit
eksperimen
mudah
dioperasikan,
efisien, dan efektif.
pendukung lainya.
2. Desain kit eksperimen mekanisme kontraksi otot hasil pengembangan
DAFTAR PUSTAKA
ini memiliki beberapa kelebihan baik
secara
internal
maupun
eksternal. 3. Kit
eksperimen
mekanisme
kontraksi otot efektif digunakan sebagai media pembelajaran biologi karena mampu meningkatkan hasil belajar dengan perbedaan rata-rata sebesar 7,5 antara
Aryulina Diah, Muslim Choirul, 2007. Biologi 2 SMA.Esis Erlangga Jakarta Asyhar, Rayanda. 2011. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada (GP) Press Jakarta. Borg, Walter.R, Meredith D. Gall.2003. Educational Research: An Introduction. Seven Edition.
14
Boston. New York, Sanfrancisco. Dick Walter, Lou Carey and James Carey. 2001. The Systematic Design of Instruction: Fifth Edition. Longman Dimyati dan Mudjiono.2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta, Jakarta Elsaid, Fairuz. 2011. Pengertian Alat Peraga Pendidikan. http://fairuzelsaid. wordpress.com/2011/05/24/pe ngertian-dan-tujuan-alatperaga-pendidikan/. 25 November 2011, pukul 06.37 WIB. Gagne, Robert M and Leslie J. Briggs. 1994. Principles of Instructional Design, Fourth Edition. San Diego: Harcourt Brace Jovanovich College Publisher
Smaldino (1996). Instructional Media and Technologies for Learning (5thed). Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall, Inc. Herlina, Cici. 2010. Alat Peraga. http://pendidikanmatematika.fi les.wordpress. com. 18 November 2011, pukul 14.24 WIB. Laria,
Kartika. 2011. Media Pembelajaran. http://www.infoskripsi.com/ Article/Kajian-Pustaka-MediaPembelajaran.html. 24 November 2011, pukul 16.00 WIB.
Miarso, Yusufhadi 2004. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Kencana, Jakarta Mardalis. 2009. Metode Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara. Nuryani. 2005. Strategi belajar Mengajar Biologi. Universitas Negeri malang
Gustafson and Branch.2002. Survey of Instructional development Models. Newyork: Eric Clearinghouse on information and technology, syracuse University.
Bishop Owen. 2008. Dasar-dasar Elektronika. Erlangga jakarta
Hartati.B. 2010. Pengembangan Alat Peraga Gaya Gesek untuk Meningkatkan Ketrampilan Berfikir Kritis Siswa SMA. https://www.google.com/url?q =http://journal.unnes.ac.id/nju/ index.php/JPFI/article/downlo ad/1125/1045&sa=U&ei=QG UZUrPgMMLVrQeB_4HICQ &ved=0CAkQFjAB&usg=AF QjCNE1hRHRAWiwPh3G7 WFieniJj6KanQ
Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
Heinich, Robert, Michael Molenda, James D Russell, Sharon E
Peraturan Pemerintah No. 19. 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan
Permendiknas No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses Rosalina Indah Pramesty, Prabowo. 2013. Pengembangan Alat Peraga Kit Fluida Statis Sebagai Media Pembelajaran Pada Sub Materi Fluida Statis Di Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Mojosari,Mojokerto. https://www.google.com/url?q =http://ejournal.unesa.ac.id/art icle/5873/32/article.pdf&sa=U
15
&ei=92cZUs31GororQfZj4Do AQ&ved=0CAcQFjAA&usg= AFQjCNGlSlIFpb4dthluv_2x oWA2fXTFgA Prawiradilaga, Dewi Salma dan Eveline Siregar. 2007. Mozaik Teknologi Pendidikan. Kencana UNJ Prawiradilaga, Dewi Salma. 2007. Prinsip Desain Pembelajaran. Jakarta: Kencana, Prenada Media Qomarudin, Ma’sum. 2007. Desain Experiment One-Shot Case study. http://www. scribd. com/doc/60836925/27/Gamba r-14-Desain-Experiment-OneShot-Case-Study. 1 Desember 2011, pukul 09.38 WIB. Reiser, Robert A, and John V. Dempsey. 2007. Trends and Issues in Intsruktional Design and Technology; Second Edition. Pearson Merrill Prentice Hall. Upper Sadle River, New Jesey Columbus, Ohio Sanjaya, Wina. 2010. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media Group. Seels and Glasgow. 1998. Making Instructional Designe Decisions. New Jersey: Merril an imprint of prentice Hall Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Alfabeta Bandung Sumitro, Bambang, Herpratiwi, dan Siti Samhati. 2008. Pedoman Penulisan Tesis Program Pascasarjana Teknologi Pendidikan Universitas Lampung. FKIP Universitas Lampung. Bandarlampung
Suparman, M. Atwi. 2001. Desain Instruksional. Pusat Antar Universitas untuk Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Instruksional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Susetyo, Budi. 2010. Statistika Untuk Analisis Data Penelitian; Dilengkapi Cara Perhitungan dengan SPSS dan MS Office Excel. Refika Aditama. Bandung Susilana, Rudi, & Cepi Riyana. 2007. Media Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima. Suyanto, Eko. 2009. Pengembangan Contoh Lembar Kerja Fisika Siswa dengan Latar Penuntasan Bekal Awal Ajar Tugas Studi Pustaka dan Keterampilan Proses Untuk SMA Negeri 3 Bandarlampung. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan 2009. Lampung: Unila. Woolkfolk, Anita. 2004. Educational Psychology. Pearson
16