PENGEMBANGAN KAPASITAS KElEMBAGAAN KOPERASI PENYANDANG TUNA NETRA (Studi kasus di Kelurahan Pasirkaliki Kecamatan Cicendo Kota Bandung Propinsi Jawa Barat)
MUlYATI
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006
•
PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir Pengembangan Kapasitas Kelembagaan Koperasi Penyandang Tuna Netra (Studi Kasus
di
Kelurahan Pasirkaliki Kecamatan Cicendo Kola Bandung) adalah karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan linggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
dilerbilkan maupun tidak dilerbilkan dari penulis lain lelah disebulkan dalam leks dan dicanlumkan dalam Daftar Puslaka di bag ian akhir lugas akhir ini.
Bogor, Desember 2006
MULYATI NRP .A.154050075
ABSTRAK
Mulyati, Pengembangan Kapasitas Kelembagaan Koperasi Penyandang Tuna Netra di Kelurahan Pasirkaliki Kecamatan Cicendo Kota Bandung. Dibimbing oleh Dr. Edi Suharto, M.Sc sebagai ketua dan Dr.lr. Titik Sumarli,MS sebagai anggota komisi pernbimbing. Pemerintah dalam hal ini Deparlemen Sosial telah berusaha memberdayakan penyandang tuna netra melalui berbagai program, diantaranya adalah memberikan program rehabilitasi kepada penyandang tuna netra yang dilaksanakan oleh Panti Sosial Bina Netra Wyata Guns Bandung. Setelah hidup di !"!!~~~8r3kat, penyandang tuna netra telah dapat memanfaatkan keterampilannya untuk mencari nafkah, tetapi karena tingginya biaya hidup dan ketatnya persaingan kerja membuat banyak diantara mereka yang masih hidup dalam keadaan miskin. Untuk menanggulangi permasalahan keuangan yang selama ini dirasakan berat oleh penyandang tuna netra, mereka membentuk lembaga koperasi. Secara konseptual, koperasi mempunyai fungsi yang sangat ideal, yaitu mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota, serla memperlinggi kualitas kehidupan anggota. Namun pada kenyataannya koperasi penyandahtl tuna netra yang ada di kelurahan Pasirkaliki baru sebagai tempat untuk membantu memenuhi kebutuhan konsumsi saja belum kepada peningkatan tarap hidup anggotanya. Sehingga proses pemberdayaan yang diharapkan terjadi melalui media kelembagaan koperasi belum terwlljud. Dengan demikian, koperasi yang sudah ada tersebut harus dikembangkan agar dapat berfungsi seperli yang diharapkan. Tujuan utama dari kajian ini adalah menyusun program pengembangan kapasitas kelembagaan koperasi secara parlisipatif. Namun demikiSn, sebelum sam~ai pada tujuan utama tersebut, kajian ini juga berlujuan nienganalisis keragaan dan permasalahan koperasi serla mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keragaan koperasi. Kajian ini bersifat kualilatif dan data diperoleh dengan metode non survey. Data dalam kajian ini meliputi data primer dan data sekunder. Dala sekunder dipt:ltoleh dari laporan kegiatan dan data desa. Sementara data primer diperoleh melEllui observasi, wawancara mendalam dan FGD (Focus G/-oup Discussion ). Adabun yang menjadi sumber data primer dalam kajian ini adiliah petlgurus dan ang!;jota kOJjerasi, aparat Kelurahan Pasirkaliki, tokoh masyarakat, pengurus BKM P2KP, Dinas Koperasi Kota Bandung, PT Bio Farms, serla PSBN Wyata Guna. Ada tiga macam kegiatan yang berhasil disusun dalam kaji.an ini, yaitu: (1) kegiatan pelatihan, (2) kegiatan pendampingah, dan (3) kegiatan kemitraan.
ABSTRACT
Mulyati, Institutional Capacity Building of Cooperation for the Blind Clients at Kelurahan Pasirkaliki, Kecamatan Cicendo, Bandung City. Advisor team: Dr Edi Suharto, M.Sc, as the Chairman, and Dr. Ir. Titik Sumarti, MS, as the Member of Advisor Commission. On behalf of the government, the Department of Social Affairs has attempted to empower the blind clients through several programs, which is one of them the provision of rehabilitation program implemented at Social Institution "Bina Netra Wyata Guna Bandung". After following any programs facilitated by the :~st:tution, the blind clients are expected to be able to practice and utilize their skills in the society to earn a living. Because of the height of living cost and the tightness of work competition, however they are still living in poor condition. In order to handle financial problem they feel so hard to fulfill, they create cooperation institution. Cooperation has conceptually highly ideal function which is developing potential and economy capacity of rnembers as well as enhancing the life quality. In fact, however the cooperation organized by the blind clients at Kelurahan Pasirkaliki still has limited function, only on the availability of daily rheal not on adequate lite level of their members so that the expected empowerment through cooperation institution is not manifested yet. Therefore, the existing cooperation should be developed in order to do its function as expected by the members. The main purpose of this study is to design the institutional capacity blJildln!1 program of cooperation in participatory way. In addition, this study aims to analyze the performance and the problems encountered by cooperation, and to know any factors influencing the performance of cooperation as well. the present study is qualitative in nature, and data were through nonsurvey method. The data collected coverinfj the primary and secondary data. The secondary data were taken from the activity report and data of desa. Meanwhile the primary ones were obtained from obsetvations, in-depth interviews and focus group discussion (FGD). The primary sources in this study were the caretakers and members of cooperation, the personnel of Kelurahan Pasirkaliki, key people, the caretakers or BKM P2KP, Cooperation Service of Bandung City, PT. Bio Farma, and also PSBN Wyata Guna. There were three activities cesigned in this study, namely: (1) the activities of training, (2) the activities of !issistahce, and (3) the activities of partnership.
© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2006 Hak Cipta dilindung
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa ijin tertu/is dari IT/stitut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam Bentuk apapun, baik cetak, fotocopy, mikrofilm dan sebagainya
PENGEMBANGAN KAPASITAS KELEMBAGAAN KOPERASIPENYANDANG TUNA NETRA (Studi Kasus di Kelurahan Pasirkaliki Kecamatan Cicendo Kota Bandung Propinsi Jawa Barat)
Mulyati
Tugas Akhir Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesior1al pada Program Studi Magister Profesional Pengembangan Masyarakat
SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
2006
Judul Tugas Akhir
Pengembangan Kapasitas Kelembagaan Koperasi Penyandang Tuna Netra (Studi Kasus di Kelurahan Pasirkaliki Kecamatan Cicendo Kota Bandung Propinsi Jawa Barat )
Nama
Mulyati
NRP
A.154050075
Disetujui Komisi Pembimbing
D~EdiSuharto,M.Sc
Dr.lr.
Ketua
Diketahui
Tanggal Ujian: 28 Desember 2006
Tanggal Lulus:
o7 FEB
2007
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada A!!ah SWT atas segala kasih sayang dan karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2006 ini adalah Penguatan Kapasitas Kelembagaan I(operasi Dalam Memberdayakan Penyandang Tuna Netra. Terima kasih penulis ucapkan kepada Departemen Sosial Republik Indonesia yang telah memberikan beasiswa kepada penuluis, Bapak Dr. Edi Suharto, M.Sc dan Ibu Dr.Ir.Titik Sumarti MS selaku pembimbing, serta Dr. Djuara P. Lubis yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Kasno beserta jajaran pengurus dan anggbta koperasi Indera Raba, Bapak Drs.H. Hadi AI Ustad beserta staf dari PSBN Wyata QlJna, Bapak Soni dari Dinas Koperasi, Bapak Hasan beserta slaf dari PT Ilio Farma, serta BaRak Harun dari P2KP kelurahan Pasitkaliki yang telah membanlu selama perltJumpulan data. Ungkapan tl:!tir1la kasih juga disatnpaikan kepada ibu serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayan~nya.
Setnoga karya ilmiah ini berrnanfaat.
Bogor, DesemtJer 2006
Mulyati
RIWAYAT HIDUP
Mulyati dilahirkan di Bandung pad a tanggal 16 Oesember 1967 dari Ayah Mangun Karyo, (aim) dan Ibu Suwatni. Penulis merupakan putri pertama dari lima bersaudara. Tahun 1995 menikah dengan Rusmana dan telah memiliki dua orang anak, yaitu Alma Rifdah Oesiyana serta Naila Fadilah. Pendidikan SO hingga SLTA ditempuh di Bandung dan menyelesaikan pendidikan sarjana di Fakultas Pendidikan Institut Keguruan IImu Pendidikan Bandung pada tahun 1991. Pada Iahun 1992 diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipll dan saat ini bertugas sebagai Pekerja Sosial di Panti Sosial Bina Netra Wyata Guna Bandung.
DAFTARISI
Halaman Daftar Tabel. .................................................................. '....... ................... Bab I
Bab II
xii
Pendahuluan................................................................................
1
1.1. Latar Belakang........................ .............................................
1
1.2. Rumusan Masalah...............................................................
4
1.3. Tujuan..................................................................................
5
Tinjauan Pustaka.........................................................................
6
2.1. Konsepsi Pengembangan Kapasitas................... ...............
6
2.2. Konsepsi Per1gembangan Kelembagaan ............................
8
2.3. Konsepsi Koperasi..............................................................
9
2.4. Pemberdayaan Penyandang Tuna Netra............................
13
2.5. Kerangka Pemikiran Pengembangan Kapasitas KelembagaanKoperasi.........................................................
17
Bllb III Metodologi....................................................................................
20
3.1. Metode Kajian......................................................................
20
3.2. Lokasi dan Waktu Kajian.....................................................
20
3.3. Teknik Pengumpulan Data...................................................
21
3.4. Pengolahan Data.................................................................
25
3.5. Metode Perancangan Program............................................
25
Bab IV Peta Sosial Masyarakat Kelurahan Pasirkaliki........... ........... .......
27
4.1. Kondisi Geografi dan Potensi Sumber Daya Alam..............
27
4.2. Kondisi Demografis..............................................................
29
4.3. Sistem Ekonomi...................................................................
33
4.4. Struktur Komunitas...............................................................
36
4.4.1. Pelapisan sosial.......................................................
36
4.4.2. Kepemimpinan.........................................................
37
4.5. Kelembagaan dan Organisasi..............................................
38
4.6. Ikhtisar..................................................................................
41
Bab V
HasH dan Pembahasan..............................................................
44
5.1. Gambaran Mengenai Koperasi Penyandang Tuna Netra..
44
5.2. Pengembangan Ekonomi Komunitas Penyandang Tuna Netra Melalui Koperasi ........... .... ........ .............. ... ..... .... .....
47
5.3. Pengembangan Modal So sial Dalam KoperasL...............
49
5.4. Analisis Keragaan dan Permasalahan Koperasi................
49
5.4.1. ModaL................. ..... ........ .... ................. ...............
50
5.4.2. Manajemen.............................................................
52
5.4.3. Keragaan Usaha.....................................................
54
5.4.4. Jaringan..................................................................
56
5.5. Faktor-Faktor yang berpengaruh dalam Keragaan Koperasi... ....... ............... .... ........ ......... ......... ................ ......
58
5.5.1. Kapasitas Pen gurus................................................
59
5.5.2. Kapasitas Anggota..................................................
61
5.5.3. Dukungan dari Pihak Luar.......................................
63
5.6. Ikhtisar................................................................................
65
Bab VI Rancangan Program Pengembangan Kapasitas Kelembagaan Koperasi...................................................... ........
67
6.1. Latar Belakang Penyusunan Program...............................
67
6.2. Langkah-Iangkah strategis dan Prinsip Pengembangan Koperasi..............................................................................
68
6.3. Potensi dan Hambatan dalam Pengembangan Koperasi...
69
6.4. Proses Penyusunan Program Pengembangan Kapasitas Kelembagaan Koperasi......................................................
71
6.5. Program AI<si... ........................................... ".....................
74
6.5.1. Kegiatan Pelatihan..................................................
74
6.5.2. Kegiatan Pendampingan.........................................
75
6.5.3. Kegiatan Kemitraan.................................................
75
Bab VII Kesimpulan dan Rekomendasi... ....... ................. ........... ............
77
7.1. Kesimpulan... .............................. .......................................
77
7.2. Rekomendasi........................... .......................... .....
79
Daftar Pustaka ................................................................. ·..........
81
Lampiran................................................................................ ........ ...........
83
Xl
DAFTAR T ABEL
Halaman 1. Tujuan, variabel, parameter, sumber, teknik dan instrumen pengumpulan data...............................................................................
23
2. Jumlah penduduk kelurahan Pasirkaliki menurut umur dan jenis kelamin pada tahun2005................................................ ............
28
3. Jumlah penduduk penyandang tuna netra menurut umur dan jenis kelamin di kelurahan Pasirkaliki pad a tahun 2005......................
29
4. Jumlah penduduk kelurahan Pasirkaliki menurut tingkat pendidikan pada tahun 2005..................................................................................
31
5. Jumlah penduduk penyandang tuna netra menurut tingkat pendidikan di kelurahan Pasirkaliki pad a tahun 2005..........................
31
6. Jumlah penduduk kelurahan Pasirkaliki berdasarkan mata pencaharian pada tahun 2005....................................................
32
7. Jumlah penduduk penyandang tuna netra berdasarkan mata pencaharian di kelurahan Pasirkaliki pad a tahun 2005..............
33
8.
Keragaan dan Permasalahan Koperasi........... .... .... ....................... ....
57
9.
Faktor-Faktor yang mempengaruhi keragaan Koperasi......................
63
10. Potensi, Permasalahan dan Harapan dalam Pengembangan Koperasi..............................................................................................
69
11. Masalah, prioritas masalah dan alternatif pemecahan masalah.........
71
12. Program aksi penguatan kapasitas kelembagaan koperasi................
76
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman 1. Kegiatan Wawancara.......................................................................
84
2. Kegiatan Diskusi Kelompok ............ .................... ... ........... ...............
85
3. Kegiatan Kemitraan dan Pelatihan...................................................
86
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Paradigma baru dalam pemberdayaan memberikan pemahaman, bahwa sebenarnya
masyarakat
memiliki
kemauan
dan
kemampuan
melaksanakan pembangunan serta mewujudkan kesejahteraannya.
untuk
Berbagai
bentuk hubungan sosial, kepercayaan dan jaringan kerjasama yang tumbuh dalam masyarakat merupakan modal bagi masyarakat untuk melaksanakan pembangunan secara mandiri. masyarakat menghadapi
termasuk dan
Hal ini berarti menjadikan seluruh warga
penyandang
mengatasi
cacat
memiliki
permasalahannya.
kemamp~an
Setiap
masyarakat memperoleh dan diberi kesempatan
individu
dalam warga
untuk mengembangkan
l,apasltasnya termasuk warga penyandang cacat sebagai bag ian dari kelompok
yang kurang beruntung yang merupakan bag ian penting dalam masyarakat untuk diberdayakan. Penanganan masalah sosial ponyandang cacat merupakan serangkaian kegiatan yang bersifat pengembangan pelayanan kesejahteraan sosial sebagai upaya untuk memberdayakan para penyandang cacat sehingga mampu melaksanakan lungsl sosialnya dalam kehidupan masyarakat.
Penyandang
cacat berdasarkan UU RI no. 4 Tahun 1997 tentang penyandang cacat, adalah setiap orang yang mempunyai kelainan fisik dan/atau mental yang dapat mengganggu
atau
merupakan
rintangan
dan
hambatan
baginya
untllk
melakukan kegiatan secara selayaknya, yang terdiri dari: (a) penyandang cacat fisik, (b) penyanclang cacat mental dan (c) penyandang cacat fisik dan mental. Telah banyak upaya pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penyandang cacat, salah satunya adalah melalui
sistem rehabilitasi sosial
"Dalam Panti". Rehabilitasi sosial "Dalam Panti" dimaksudkan adalah rehabilitasi yang diberikan kepada para pe"yandang cacat
dalam suatu tempat yang
disebut panti. Klien tinggal dan menginap di asrama yang sudah disediakan. Tujuannya untuk memulihkan dan mengembangkan kemauan dan kemampuan penyandang cacat agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara optimal dalam hidup bermasyarakat.
Rehabilitasi sosial dilakukan dengan pemberian
pelayanan sosial secara utuh dan terpadu melalui kegiatan pendekatan fisik, mental
dan sosial yang berupa: (a) motivasi dan
diagnosa
pSikososial,
(b) bimbingan mental, (e) bimbingan fisik, (d) bimbingan sosial, (e) bimbingan keterampilan, (f) terapi penunjang, (g) bimbingan resosialisasi, (h) bimbingan dan pembinaan usaha, serta (i) bimbingan lanjut. Penyandang tuna netra yang banyak terdapat
di Kelurahan Pasirkaliki
merupakan penyandang tuna netra yang telah mengikuti Rehabilitasi di Panti SO$ial Bina Netra Wyata Guna Bandung. Jumlah penyandang tuna netra yang ada di Ke!urahan Pasir!
Dari jumlah tersebut 35 orang sudah
tercatat sebagai penduduk tetap, sedangkan sisanya yang berjumlah 67 orang belum tercatat sebagai penduduk tetap dan hidup dalam keadaan miskin. Dawam Raha~o sebagaimana dikutip oleh Jamasy (2004) menyebutkan bahwa ada tujuh falctor penyebab kemiskinan yang terkait satu sama lain. Faktor-falctor tersebut adalah: (1) kecilnya kesempatan ke~a
sehingga masyarakat ti:lak
memiliki penghasilan tetap, (2) upah/gaji di bawah standar minimum, sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar, (3) produktivitas kerja yang rendah, (4) keadaan aset, misalnya lahan untuk bertani dan modal untuk melakukan usaha, (5) diskriminasi dalam jenis kelamin dan kelas sosial, (6) tekanan harga, misalnya karena mekanisme permintaan dan penawaran beba,;, dan (7) penjualan tanah yang berpotensi untuk masa depan keluarga. Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 1998 tentang Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Penyandang Cacat dijelaskan bahwa penyandang cacat merupakan bag ian dari masyarakat Indonesia yang mempunyai kedudukan,
hak, kewajiban dan peran yang sama dengan
masyarakat Indonesia lainnya di segala aspek kehidupan dan penghidupan. Pemerintah dan/atau masyarakat berkewajiban mengupayakan terwujudnya hakhak penyandang cac",t. Sehubungan dengan hal tersebut, maka strategi pemberdayaan masyarakat harus diarahkan kepada akar persoalannya, yaitu meningkatkan kemampuan masyarakat. Peningkatan kemampuan masyarakat itulah yang dikenal dengan pengembangan kapasitas. Keberadaan lembaga dalam bentuk kelembagaan koperasi penyandang tuna netra secara mandiri merupakan bulcti bahwa komunitas penyandang tuna netra mau dan mampu mengelola sumberdaya untuk meningkatkan perbaikan kualitas hidup mereka. Koperasi ini adalah sebuah lembaga yang bergerak di bidang simpan pinjam untuk pemenuhan kebutuhan ekonomi bagi penyandang tuna netra yang ada di Kelurahan Pasirkaliki.
Pad a awalnya, tujuan 2
pembentukan koperasi ini adalah untuk membantu sesama penyandang tuna netra dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
Tetapi dengan berjalannya
waktu, tUjuanpun berkembang untuk pengembangan usaha anggota. Merujuk pada Undang-Undang Republik Indonesia No 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian, koperasi yang dibentuk oleh penyandang tuna netra itu belum dapat disebut koperasi karena belul'1 memenuhi ketentuan-ketentuan yang harus ada, seperti adanya anggaran dasar, berbadan hukum serta melaksanakan rapat anggota tahunan sesuai dengan ketentuan.
Walaupun
demikian keberadaan koperasi yang mereka bentuk dirasakan telah banyak memberi
manfaat bagi
para penyandang tuna
netra
karena
sebagian
permasalahan mereka dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari dapat terbantu melalui koperasi. Selain permasalahan keabsahan sebagai lembaga koperasi, kegiatan yang mereka namakan koperasi juga mengalam. beberapa hambatan untuk dapat berkembang, di antaranya kekurangan modal untuk pengembangan usaha serta rendahnya pengetahuan dan keterampilan pengurus dalam hal manajerial koperasi. Nasdian
(2005)
berpendapat bahwa
pengembangan
usaha-usaha
produktif skala kecil dan menengah seringkali mengabaikan kemampuan kelembagaan, karena hampir semua kelembagaan yang mendukung sektor ini lemah dalam: (a) merancang rencana kegiatan yang luwes, (b) manajemen dan administrasi secara profesional,
(c) mengoperasionalkan dan melaksanakan
tugas kelembagaan secara efektif, dan (d) melanjutkan pendanaan secara efisien dan mandiri. Kajian ini dirasakan penting bagi komunitas penyandang tuna netra di Kelurahan Pasirkaliki.
Diharapkan dengan kajian ini dapat membantu
mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapi secara partisipatif, artinya dari proses
menentukan
masalah
sampai
kepada
rencana
kegiatan
untuk
menyelesClikan masalah dilakukan dengan melibatkan komunitas penyandang tuna netra dan melibatkan stakeholder secara aktif. Koperasi penyandang cacat tidak hanya terdapat di Kelurahan Pasirkaliki tetapi terdapat juga di tempat-tempat lain. Jika model pengembangan kelembagaan koperasi ini berhasil meningkatkan kesejahteraan penyandang cacat khususnya penyandang tuna netra, maka Pemerintah Daerah dapat menerapkan program-program terse but di wilayah lain yang mempunyai
3
karakteristik permasalahan sama, tentunya dengan modifikasi sesuai dengan jenis kecacatan dan daerah masing-masing. Berdasarkan hal tersebut di atas diperlukan berbagai strategi untuk penguatan kapasitas kelembagaan koperasi agar dapat lebih baik dan lebih banyak memberikan
manfaat
kepada para penyandang tuna netra selaku
aggota koperasi sehingga para peJ1yandang tuna netra tersebut dapat lebih berdaya. Oleh karena itu perlanyaan pokok kajian ini adalah upaya-upaya atau strategi apa yang dapat dilakukan untuk dapat menguatkan
kelembagaan
koperasi agar dapat memberdayakan penyandang tuna netra?
1.2. Rumusan Masalah Studi ini difokuskan pada penguatan kelembagaan koperasi dalam memberdayakan penyandang tuna netra.
Dengan penguatan kelembagaan
diharapkan dapat meningkatkan kapasitas perorangan dan institusional mereka dalam memobilisasi dan mengelola sumberdaya untuk menghasilkan perbaikanperbaikan sesuai dengan aspirasi mereka sendiri. Berhasil tidaknya sebuah koperasi bukan hanya ditentukan oleh faktor dari dalam koperasi, tetapi dipengaruhi juga oleh fai
Bagaimana pihak luar ini dapat mengakomodir kebutuhan-
kebutuhan dan harapan-harapan koperasi serta bagaimana koperasi dapat mengakses terhadap pemerintah, swasta maupun masyarakat merupakan fai
yang dihadapi oleh kelembagaan koperasi dalam
memberdayakan penyandang tuna netra adalah lemahnya lembaga tersebut 4
dalam mengembangkan kemampuan untuk
menyediakan pelayanan dalam
pemenuhan kebutuhan anggota, pengelolalan kegiatan yang belum tertata rapih serta belum terbukanya jejaring dengan pihak luar. Penguatan kelembagaan tidak saja membahas hal-hal yang berkaitan dengan lembaga terse but, tetapi juga menyangkut individu-individu sebagai pengurus dan anggota koperasi terse but serta mengenai dukungan pihak luar. Ketiganya saling mempengaruhi terhadap perkembangan kelembagaan koperasi. Oleh karena itu untuk mengkaji upaya
pengembangan
kelembagaan
koperasi
dalam
memberdayakan
penyandang tuna netra maka terlebih dahulu dipelajari hal-hal sebagai bertkut: 1. Bagaimana keragaan dar penmasalahan yang dihadapi koperasi? 2. Faktor-faktor apa l'aja yang berpengaruh dalam keragaan koperasi? 3. Strategi apa yang dapai dilakukan untuk mE:ngembangkan kelembagaan koperasi sehingga dapat memberdayakan penyandang tuna netra?
1.3. Tujuan Sesuai dengan latar belakang dan rtncian masalah tersebut di atas maka tujuan yang diharapkan dart kajian ini adalah mengkaji kapasitas kelembagaan koperasi dan bagaimana cara menguatkannya. Secara khusus tujuan dart kajian ini adalah : 1. Mempelajari keragaan dan permasalahan yang dihadapi koperasi. 2. Mengkaji faktor-faktor yang berpengaruh dalam keragaan koperasi. 3. Merumuskan strategi dan program yang dapat dilakukan untuk dapat mengembangkan kapasitas I
1.4. Kegunaan Kajian Hasil dart kajian ini diharapkan dapat membertkan sumbangan pemikiran bagi upaya pemberdayaan penyandang tuna netra, yaitu : 1. Memberikan masukan tentang
program
pengembangan kelembagaan
koperasi bagi penyandang tuna netra. 2. Memberikan
masukan
tentang
program
pemberdayaan
penyandang
tuna netra bagi aparat pemertntahan di Kelurahan Pasirkaliki. 3. Memberikan masukan untuk kepentingan penelitian lebih lanjut.
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsepsi Pengembangan Kapasitas
Menurut Eade (1977) dalam Tonny dan Utomo (2005), pengembangan kapasitas merupakan suatu pendekatan pembangunan dimana semua orang memiliki hak yang sama terhadap sumberdaya, dan menjadi perencana pembangunan
bagi
diri mereka.
Pengembangan kapasitas
masyarakat
bertujuan untuk mengkombinasikan fokus yang lebih rind pad a setiap situasi dengan visi strategi yang luas dalam jangka panjang.
Oari sumber yang sama
juga disebutkan bahwa kapasitas masyarakat merupakan suatu pendekatan pembangunan yang berbasis pada kekuatan-kekuatan dari bawah secara nyata. Kekuatan-kekuatan itu adalah kekuatan sumberdaya alam, sumberdaya ekonomi dan ~i..ijjjbGrdaya manusia sehingga menjadi suatu local capacity.
Kapasitas
lokal
kapasitas
yang
dimaksud
adalah
kapasitas
pemerintah
daerah,
kelembagaan swasta dan kapasitas masyarakat. Sementara it!..! Pras~dj~ (2001!)
mengemukakan bahwa penguatan adal1::h suatu proses upaya yang sistematis menjadikan ketahanan sosial suatu masyarakat menjadi lebih baik, dinamis, berdaya dan kuat dalam menghadapi berbagai pemenuhan kebutuhan dan tantangan-tantangan atau hambatan yang dapat mempengaruhi eksistensinya. Pengembangan kapasitas erat kaitannya dengan konsep pemberdayaan, karena pada intinya pengembangan kapasitas adalah juga pemberdayaan. Sedang konsep pengembangan kapasitas dan pemberdayaan, berkaitan dengan konsep pembangunan popular (popular development).
I?oon) \""" v
I
pnp,,/-.::.rrlollo/opmonf IDnl Oil v .... , ..... , ......... ".", / . .... ,IL I' '-"I "m..... .1
simn/ll "~.r
ho
0.,; ....
Menurut Oharmawan
Ilnriorcof""ori u.' .... V ' ..... LV' .....
as a
do,u!>/I"\nrnon' .... .. v/vl·n" ..... ' L
that involves a considerable number of people who participate voluntarily and they reflect a value of solidarity where mutual shares, egalitarian, and democracy are appreciated as cultural basis used to pursue common prosperity.
Popular Oepelopment (PO) secara sederhana dapat dipahami sebagai suatu pendekatan pembangunan yang melibatkan warga masyarakat berpartisipasi secara sukarela yang mencerminkan suatu nilai kesetiakawanan secara timbal baiik, egaiiter dan demokrasi, sebagai basis budaya yang digunakan uniuk mewujudkan kemakmuran bersama. Pengembangan kapasitas ada!ah mencakup pengembangan kapasitas
institusi dan kapasitas sumberdaya man usia. (Sumarjo dan Saharudin, 2005).
Lebih rinci Supeno (2002) menjelaskan bahwa penguatan kapasitas
adalah
perubahan perilaku individu, organisasi dan sistem masyarakat dalam mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Penguatan kapasitas berarti adanya perubahan perilaku
untuk: (1)
meningkatkan kemampuan individu dalam pengetahuan,
keterampilan dan sikap, (2) meningkatkan
kemampuan kelembagaan dalam
organisasi dan manajemen,
keuangan dan budaya.
kemampuan
dalam
perubahan.
masyarakat
kemandirian,
(3) meningkatkan dan mengantisipasi
Sedangkan menurut Eade yang dikutip oleh Nasdian dan Utomo
(2005), menyatakan bahwa pengembangan kapasitas mencakup pengembangan pendidikan, pelatihan dan keterampilan, membangun kerjasama kelompok dan pengembangan jejaring. Dalam upaya meningkatkan kapasitas individu maupun kelompok, maka Suharto (2005) m&njelaskan bahwa pekerjaan sosial adalah aktivitas profesion31 untuk menolong individu, kelompok dan masyarakat dalam meningkatkan atau memperibaiki kapasitas mereka agar berfungsi sQsial dan menciptakan kondisi· kondisi masyarakat yang kondusif untuk mencapai tujuan tersebut.
Menurut
sumber yang sama disebutkan bahwa kinerja pekerja sosial dalam meningkatkan keberfungsian sosial dapat dilihat dari beribagai strategi pekerjaan sosial, yaitu: (1)
meningkatkan
kemampuan
dialaminya, (2) menghubungkan sosial
orang
dalam
orang
menghadapi
dengan
masalah
sistem
yang
dan Janngan
yang memungkinkan mereka menjangkau atau memperoleh beribagai
sumber, pelayanan dan kesempatan, (3)
meningkatkan kinerja lembaga·
lembaga SOSi31, sehingga mampu memberikan pelayanan sosial secara efektif, berkualitas dan berperikemanusiaan, (4) merumuskan dan mengembangkan perangkat hukum dan peraturan yang mampu mencipt'lkan situasi yang kondusif bagi tercapainya kemerataan ekonomi dan keadilan sosial. Dari berbagai pendapat tersebut di atas dapat dipahami ,bahwa pengembangan kapasitas adalah bagaimana mendorong kekuatan yang ada pada komunitas, baik itu kekuatan sumberdaya alam, sumberdaya ekonomi maupun sumberdaya manusia agar terjadi perubahan kearah yang lebih baik sehingga tujuan dapat dicapai secara efektif dan efisien. Terkait dengan kajian bagaimana meningkatkan pengembangan kapasitas koperasi maka unsur kapasitas yang harus diperhatikan meliputi pengembangan pendidikan, pelatihan dan keterampilan, membangun kerja kelompok dan pengembangan jejaring. Pengembangan kapasitas sumberdaya manusia berarti mengupayakan adanya
7
perubahan ke arah yang lebih baik dari segi keterampilan, pengetahuan, serta sikap dalam mengelola suatu organisasi. Dalam hal manajemen dan keuangan adalah bagaimana koperasi tersebut dapat dike!ola dengan baik serta dapat memanfaatkan sumber-sumber ekonomi yang ada, baik yang berasal dan penghimpunan modal dan dalam maupun yang berasal dan pihak luar untuk meningkatkan kualitas hidup para anggotanya. Hubungan dengan pi~lak luar adalah berkaitan dengan kelembagaan yang mampu mengembangkan jejaring so sial
demi
kemajuan
pengembangan kapasitas
anggota
dan
organisasi.
Dengan
demikian
koperasi tidak bisa hanya dilakukan dalam hal
perbaikan sumberdaya manusianya saja tetapi harus ada perbaikan dalam lembaganya dengan memanfaatkan berbagai sumber yang ada di masyarakat, pemerintah maupun swasta. ~.2.
Konsepsi Pengembangan Kelembagaan Nasdian dan Utomo (2005) mengungkapkan bahwa
perspektif tentang
kelembagaan
sosial.
Pertama,
yaitu
terdapat dua perspektif yang
memandang baik kelembagaan maupun asosiasi sebagai bentuk organisasi sosial, yakni sebagai kelompok-kelompok, hanya saja kelembagaan bersifat lebih universal dan penting, sedangkan asosiasi bersifat kurang penting dan bertujuan lebih spesifik. Kedua, perspektif yang memandang kelembagaan sebagai kompleks peraturan dan peranan sosial secara abstrak dan me man dang asosiasi sebagai bentuk organisasi yang konkrit. Sumber yang sama juga menyebutkan bahwa suatu kelembagaan adalah suatu kompleks peraturan-peraturan dan peranan-peranan sosial, dengan demikian kelembagaan memiliki aspek dan struktural.
ku~ural
Segi kultural berupa norma-norma dan nilai-nilai, dan segi
struktural berupa pelbagai peranan so sial. Soekanto (1999) menjelaskan bahwa kelembagaan berfungsi untuk: (1) membenkan pedoman, bagaimana harus bertingkah laku dan bersikap dalam menghadapi masalah dalam hidup, (2) menjaga keutuhan masyarakat, serta (3) memberikan pegangan kepada masyarakat untuk pengendalian sosial, atau menjadi sistem pengawasan tingkah laku. Sedangkan untuk memahami aspek internal dari kelembagaan, maka kita harus masuk ke dalamnya untuk melihat bagian demi bagian. Brinkerhoff sebagaimana dikutip oleh Israel (1992) mengemukakan bahwa pengembangan kelembagaan adalah proses menciptakan pola baru
8
kegiatan dan perilaku yang berlahan dan waktu ke waktu karena didukung oleh norma stan dar dan nilai-nilai dan dalam.
Dengan demikian pengembangan
kapasitas
upaya
kelembagaan
merupakan
atau
proses
untuk
mengubah/memperbaiki kemampuan lembaga dengan cara mengefektifkan penggunaan
sumberdaya
manusia
menciptakan pola baru kegiatan dan
dan
keuangan
yang
tersedia,
dan
penl~ku.
Syahyuti (2003) menjelaskan bahwa untuk menguatkan kelembagaan pertu diurai terlebih dahulu dan dianalisa vanabel-variabel yang ada di dalam kelembagaan tersebut,. Dengart demikian kita dqpat menentukan indikatorindikator yang menunjukan kelemahan dan kelembagaan tersebut, sekaligus potensi dan kesempatan untuk ditingkatkan kapasitasnya.
Vanabel-vanabel
dalam keltlmbagaan yang perlu dianalisa adalah nilai, norma yang bertaku dan group atmosphere (berkaitan dengan pelilaku kolektif). Nilai yang bertaku dan
system tata nilai, jenis nilai dan orientasi dali nilai tersebut. Sedangkan norma dilihat berupa aturan-aturan yang merupakan kesepakatan bersama dan dilakukan oleh masyarakat dalam kelembagaan tersebut.
Sementara group
atmosphere lebih menyangkut kine~a kelembagaan tersebut dan masyarakat
yang ada di dalamnya. Dari beberapa pendapat diatas dapat dipahami bahwa mengembangkan kelembagaan
berlujuan untuk memperbaiki kemampuan lembaga. Untuk
menguatkannya, terlebih dahulu harus diurai apa yang menjadi indikatorindikator kelemahan maupun kekuatan dalam kelembagaan tersebut. Upaya mengubah atau memperbaiki kemampuan lembaga dengan cara mengefektifkan sumberdaya manusia dan keuangan yang tersedia. Sehingga kajianpun akan difokuskan kepada
bagaimana upaya untuk dapat mengembangkan koperasi
dengan kekuatan dan kelemahan yang ada. 2.3. Konsepsi Koperasi Koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat maupun sebagai badan usaha berperan serla untuk mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur. Dalam melaksanakan usahanya koperasi tidak semata-mata berorientasi bisnis tetapi bagaimana membangun suatu perekonomian yang disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekelurgaan dan demokrasi ekonomi. Sehingga segala usahanya ditujukan untuk kesejahteraan anggota.
Sumarli (2005)
menjelaskan bahwa koperasi merupakan salah satu contoh organisasi ekonomi
9
lokal yang digolongkan kepada sektor keswadayaan masyarakat yaitu tumbuh dan digiatkan oleh warga masyarakat secara sukarela untuk kepentingan bersama. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian
menjelaskan
bahwa
Koperasi
bertujuan
memajukan
kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UndangUndang Dasar 1945. Sebagai suatu lembaga koperasi mempunyai peran dan fungsi, yaitu: a. Membangun dan men~embangkan anggota
pada khususnya
potensi dan kemampuan ekonomi
dan masyarakat
pad a
umumnya
untuk
meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya. b. Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat. c. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai sokogurunya. d. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi Untuk membentuk suatu koperasi maka ada ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi. Hal tersebut dijelaskan dalam Undang-Undang No 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian yang menyebutkan, bahwa
syarat pembentukan
koperasi adalah: (1) dibentuk oleh sekurang-kurangnya dua puluh orang, (2) dilakukan dengan akta pendirian yang memuat Anggaran Dasar, (3) memperoleh status badan hukum setelah akta pendiriannya disyahkan oleh pemerintah. Landasan hukum koperasi ada pada Undang-Undang Dasar 1945 dalam pasal 33 ayat 1 beserta penjelasannya yang menyatakan bahwa perekonomian disuslln sebagai usaha bersama berdasarkan atas dasar kekeluargaan dan koperasi
adalah
satu
bangunan
usaha
yang
sesuai
dengan
susunan
perekonomian Indonesia. Cita-cita koperasi yang terkandung dalam pasal 33 UUD 45
bahwa arah kebijakan pemerintah dalam pembangunan ekonomi
adalah terwujudnya demokrasi ekonomi dimana masyarakat harus memegang peranan aktif dalam kegiatan pembangunan tersebut. Alas dasar inilah koperasi diharapkan akan dapal tumbuh.
10
Salah satu masalah yang menjadi perhatian bagi koperasi adalah akses terhadap sumber-sumber modal dari luar serta masih lemahnya kemampuan untuk mGmanfaatkan berbagai peluang yang ada, termasuk untuk memanfaatkan modal untuk tujuan suatu usaha yang benar-benar mampu bersaing dan memberikan keuntungan ekonomis yang memadai.
Ismail dan Jauhari (1995)
menjelaskan bahwa permasalahan modal pada koperasi
pada intinya
disebabkan oleh tiga faktor utama, yaitu: 1. Akses koperasi terhadap modal luar relatif sangat keeil. Hal ini boleh jadi disebabkan oleh rendahnya return on investment dan usaha-usaha yang dikerjakan oleh koperasi
dan atau karena biaya administrasi yang relatif
terlalu cesar dan atau efisiensi manajemen yang masih rendah, sehingga tidak proporsional dengan jumlah kredit yang dikelola.
2. Umumnya koperasi juga tidak mampu menghimpun modal sendiri melalui penyisihan seeara berarti melalui akumulasi keuntungan usahanya, karena usaha yang dike lola masih dalam tingkatan yang sederhana dengan skala usaha yang relatif keeil pula. 3. Meskipun pemerintah telah menyeciakan berbagai skim kredit khusus yang menu nut ukuran dunia usaha pada umumnya sebenamya dapat dijadikan sebagai keunggulan komparatif bagi koperasi dan tidak dimiliki oleh dunia usaha yang lain.
Namun dalam kenyataannya kesempatan impun maslh
relatif sulit dimanfaatkan oleh koperasi secara maksimal. Hal ini terbukti dari rendahnya realisasi pencairan kredit dari skim-skim kredit khusus ini. Disini terlihat bahwa profesionalisme manajemen koperasi dengan berbag2i interaksinya dengan masalah-masalah lain belum mampu seeara optimal menangkap peluang yang ada. Khusus untuk koperasi, upaya pemupukan modal yang bersumber dari para anggota dengan mengaeu kepada prinsip dasarnya juga masih belum dapat diharapkan seeara berarti untuk menggerakan usaha-usaha koperasi. Untuk dapat membentuk suatu koperasi yang sehat, 8adan Litbang Koperasi dan Pengusaha Keeil (1998) menjelaskan bahwa ada beberapa persyaratan yang harus ada dan dilaksanakan dalam kegiatan tersebut, yaitu: (1) permodalan, (2) sumberdaya manusia dan penguasaan teknologi, (3) manajemen, (4) jenis usaha dan keragaannya, serta (5) jaringan usaha. Pada lembaga ekonomi termasuk koperasi dikenal adanya dua jenis modal, yaitu modal dalam/modal sendiri dan modal luar/modal pinjaman dari pihak lain. 11
Khusus untuk lembaga koperasi yang dimaksud dengan modal send in adalah modal yang
dihimpun dan
dalam koperasi atau anggotanya dalam bentuk:
(1) simpanan pokok, (2) simpanan wajib, (3) simpanan sukarela, (4) simpanan lainnya,
(5) hibah dan (6) cadangan.
Lembaga ekonomi yang memerlukan
suatu kegiatan usaha sangat memerlukan kehadiran sumberdaya manusia yang handal, artinya adalah bahwa lembaga ekonomi seperti koperasi memerlukan sumberdaya manusia yang mengetahui: (1) tata cara kehidupan berkoperasi, (2) tata cara berbisnis yang baik dan (3) cara mengembangkan satu atau beberapa kegiatan produksi. Kebijaksanaan manajemen usaha koperasi dapat dilakukan langsung oleh pengurus dapat juga diserahkan kepada manajer. Sebenamya prinsip penerapan sistem manajer
d~ujukan
agar pengembangan
usaha koperasi dapat berjalan lebih agresif, efisien dan efektif.
Sedangkan
pengurus dalam hal ini cukup hanya menetapkan kebijaksanaan umum yang perlu dijalankan manajer. Pengurus diharapkan dapat lebih mengkonsentrasikan din pad a aspek pengembangan dan pembinaan anggota. Oleh sebab itu, dalam pengembangan koperasi maka aspek manajemen usaha menjadi penting, karena kunci sukses dari lembaga usaha sangat tergantung kepada kehandalan manajemen. Disamping berbagai penataan manajemen perlu pula diperhatikan aspek pelayanan kepada anggota mengingat kedudukan anggota di dalam koperasi, disamping sebagai pemilik
juga sekaligus sebagai pengguna.
Mengenai keragaan usaha koperasi dinyatakan sebagai
be~alan
atau tidaknya
sebuah koperasi serta menyangkut keuntungan atau kerugian yang dialami oleh koperasi. ismail
dan
Jauhari
(1995)
mengungkapkan
bahwa
upaya
mengembangkan janngan usaha koperasi perlu dikaitkan dengan upaya untuk memperbesar peluang usaha, rneningkatkan kemampuan menangkap peluang serta terciptanya ke~asama usaha yang beronentasi jangka panjang. Untuk itu beberapa hal yang perlu diperhatikan
diantaranya adalah
diperlukan peran
pihak lain, termasuk peran para tokoh-tokoh yang berikepentingan unluk mengembangkan koperasi. Untuk itu jaringan para tokoh yang berikepentingan dengan pengembangan koperasi perlu untuk dimanfaatkan dalam membangun jaringan usaha koperasi.
12
2.4. Konsepsi Pemberdayaan Penyandang Tuna Netra Dalam Petunjuk Teknis Direktorat Rehabilitasi Penyandang Cacat (1992) dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan penyandang cacat netra adalah orang yang tidak dapat menghitung jari-jari tangan pada jarak satu meter di depannya dengan menggunakan indera penglihatan.
Secara umum cacat netra dapat
dibagi ke dalam dua katagori, yaitu: (1) Penyandang car-at netra yang tidak bisa melihat sarna sekali (buta total) dan (2) penyandang cacat netra yang masih mempunyai sisa penglihatan (low vision). Sutjihati (1996) berpendapat bahwa dibandingkan dengan orang awas, orang tuna netra relatif lebih banyak menghadapi masalah dalam perkembangan sosial. Hambatan-hambatan tersebut terutama muncul sebagai akibat langsung maupun tidak langsung dari ketunanetraannya. Kurangnya motivasi, ketakutan menghadapi lingkungan sosial yang lebih luas atau baru, perasaan-perasaan rendah diri, malu, khawatir, cemas yang beriebihan. menjelaskan
bahwa
sikap-sikap
masyarakat
Sumber yang sarna
yang
sering
menguntungkan seperti penolakan, penghinaan, tak acuh,
kali
tidak
serta terbatasnya
kesempatan bagi para tuna netra untuk belajar tentang pola-pola tingkah laku yang diterima, merupakan kecenderungan tuna nelra yang dapat mengakibalkan perkembangan
sosialnya
menjadi
terhambat.
Kesulitan
lain
dalam
melaksanakan tugas perkembangan sosial ini ialah keterbatasan tuna netra untuk dapat belajar sosial melalui proses identifikasi dan imitasi. Suharto (2005) menyebutkan bahwa terdapat sikap dan perilaku masyarakat yang dapat menjadi sumber utama
te~adinya
konf!ik, di antaranya
adalah handicapism yaitu prasangka atau sikap-siKap negatif terhadap orang yang memiliki kecacatan adalah manifestasi dari handicapism atau cacatisme. Orang yang memiliki kecacatan (tubuh,mental) secara otomatis sering dianggap berbeda dan tidak mampu melakukan tugas-tugas kehidupan sebagaimana orang normal. Orang dengan kecacatan kerap dipandang sebagai orang yang secara sosial tidak "matang" dan tidak mampu dalam segala hal. Sumarti (2005) menjelaskan bahwa pemberdayaan merupakan upaya memperkuat lapisan bawah secara ekonomi, sosial dan politik agar dapat memperbaiki posisinya dalam berhadapan dengan kelompok lain atau dengan kata lain melalui upaya pemenuhan kebutuhan praktis (ekonomi) dan kebutuhan strategis (kemampuan untuk membuat pilihan dan melakukan kontrol)
13
Suharto (2005) mengemukakan bahwa pemberdayaan menunjuk pad a kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiHki kekuatan atau kemampuan dalam: (a) memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan (freedom), dalam arti bukan saja be bas mengemukakan
pendapat,
melainkan be bas dan kelaparan,
kebodohan, bebas dari kesakitan, yang
memungkinkan
mereka
bebas dan
(b) Menjangkau sumber-sumber produktif
dapat
meningkatkan
pendapatannya
dan
memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka perlukan, dan (c) berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka. Sunyoto (2004) berpendapat setidak-tidaknya ada dua macam perspektif yang relevan untuk mendei
melalui
pemberdayaan
pengalaman
lang sung.
masyarakat adalah:
(1)
Sasaran
pokok
kebijaksanaan
untuk meningkatkan pendapatan
masyarakat di tingkat bawah dan menurunnya jumlah penduduk di bawah garis kemiskinan, (2) berkembangnya masyarakat untuk meningkatkan kegiatan sosial ekonomi produktif masyarakat, dan (3) berkembangnya kemampuan masyarakat dan meningkatnya kapasitas kelembagaan masyarakat. Tujuan
pemberdayaan
lembaga dan
pengintegrasian serta pengemb,mgan kapasitas
komunitas
ditekankan
pada
dalam upaya memecahkan
masalah mereka secara kooperatif berdasarkan kemauan dan kemampuan menolong diri sendiri sesuai dengan prinsip-pnnsip demokratis. Strategi yang digunakan untuk mengadakan perubahan dasar adalah dengan pelibatan berbagai kelompok warga dalam menentukan dan memecahkan masalah mereka sendiri (Sumodiningrat dkk: 1998). Ciri-ciri masyarakat berdaya adalah: (1) mampu memahami din dan potensinya. (2) mampu merencanakan (mengantisipasi kondisi perubahan ke depan) dan mengarahkan dirinya sendin, (3) memiliki kekuatan untuk berunding.
14
bekejasama secara saling menguntungkan dengan bargaining power yang memadai, dan (4) bertanggung jawab atas tindakannya sendiri (Suma~o dan Saharudin, 2005). Kerangka pikir pada proses pemberdayaan mengandung tiga tujuan penting, yaitu: (1) menciptakan suasana dan iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang, masyarakat atau
(2) memperkuat potensi atau daya yang dimiliki
kelompok yang
akan
diberdayakan,
misalnya
melalui
peningkatan taraf pendidikan, peningkatan derajat kesehatan, peningkatan akses terhadap sumber-sumber kemajuan, dan (3) upaya melindungi atau mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang, menciptakan keadilan, serta menciptakan kebersamaan dan kemitraan antara yang sudah maju dan yang belum berkembang (Jamasy, 2004) Prijono (1996) berpendapat bahwa masyarakat dianggap berdaya bila ia mampu meningkatkan kesejahteraan sosial ekonominya melalui peningkatan kualitas
sumberdaya
manusia,
peningkatan
kemampuan
permodalan,
pengembangan usaha dan pengembangan kelembagaan usaha bersama dengan menerapkan prinsip gotong royong, koswadayaan dan partisipasi. Pemberdayaan masyarakat dapai dilakukan secara bertahap dari tingkat individu, keluarga, kelompok, komunitas sampai pada tingkat institusi atau kelembagaan. menghasilkan
Partlslpasl aktlf dari seluruh masyarakat diharapkan dapat pembangunan
yang
berkelanjutan.
Salah
satu
upaya
membangkitkan inisiatif dan partisipasi masyarakat dapat dilakukan dengan menggunakan medium kelompok. Menurut Friedmann yang dikutip oleh Prijono (1996) menjelaskan bahwa proses pemberdayaan dapat dilakukan secara individual maupun kolel<:tif (kelompok).
Tetapi
karena proses ini merupakan
wujud perubahan sosial yang menyangkut relasi atau hubungan antara lapisan sosial atau status hirarki lain yang dicirikan dengan adanya polarisasi ekonomi, maka kemampuan individu senasib untuk saling berkumpul dalam suatu kelompok cenderung dinilai sebagai bentuk pemberdayaan yang paling efektif. Melalui kehidupan kelompok, masing-masing individu belajar untuk menganalisis secara kritis situasi total mereka.
Individu dalam kelompok belajar untuk
mendeskripsikan opini dan emosi mereka, atau dengan kata lain mereka belajar untuk mendefinisikan masalah, menganalisisnya, serta merancang suatu solusi dalam memecahkan masalah tersebut.
15
Prijono (1996) menjelaskan bahwa pembentukan kelompok menyediakan suatu dasar bagi terciptanya kohesi sosial anggota kelompok,
Adanya
kedekatan dan mutual interest dari anggota kelompok membantu kelompok untuk membentuk semangat sukarela,
Kondisi ini akan membantu kelompok untuk
mengurangi kerentanan individu dalam menghadapi goncangan mendadak dan kesengsaraan.
Akibat sinergetik dari ikatan kelompok ini nantinya akan
membantu mengatasi masalah mereka. Menurut Schaefer yang dikutif oleh Garvin dalam Prijono (2003) kelompok adalah sejumlah orang yang memiliki kesamaan norma, nilai dan harapanharapan serta melakukan interaksi secara sadar dan teratur. Suatu kelompok menjadi kelompok (dalam arti bukan sekedar kumpulan orang) bila kelompok itu membentuk suatu pola relasi, ikatan atau kekuatan tertentu yang memberikan kepada individu anggota suatu perasaan kebersamaan dan ikut memiliki. Agar kelompok dapat berjalan baik dan menjadi mandiri, maka di dalam perjalanannya diperlukan pendamping yang akan membantu kelompok tersebut menuju kepada tujuan yang diinginkan. Peran pendamping akan sangat penting gun a memperlancar proses dialog antar individu di dalam kelompok tadi. Karena proses pemberdayaan mementingkan pematahan dari relasi subyek dan obyek, maka pendamping tidak berfungsi sebagai orang yang mengajari atau menggurui individu dalam kelompok, tetapi ikut berfungsi sebagai orang yang belajar dari kelompok.
Pendamping diharapkan menjadi pihak yang membantu kelompok
untuk suatu masa tertentu dan diharapkan nantinya kelompok akan dapat berfungsi secara mandiri. (Norman, 1977 dalam Prijono, 1996). Untuk melaksanakan kegiatan pendampingan,
menu rut Ife (1995)
setidaknya seorang pend am ping harus melaksanakan peranan-peranan yang telah dikelompokkan ke dalam empat kelompok besar yang harus dijalankan, dimana masing-masing terdapat peran-peran yang lebih spesifik yang mengarah pada teknik-teknik. roles),
Peran-peran tersebut adalah peran fasilitatif (fasilitative
peran edukasional (educational roles), peran sebagai perwakilan
masyarakat (representative roles) dan peran teknis (technical roles). Berdasarkan pendapat-pendapat di atas mengenai pemberdayaan dapat disimpulkan bahwa untuk memberdayakan penyandang tuna netra dapat dilakukan melalui lembaga yang dibentuknya yaitu
koperasi. Mereka dapat
dikatakan telah berdaya apabila anggotanya sudah dapat meningkatkan pendapatannya,
mengembangkan
potensi yang ada
pada dirinya,
serta
16
mengembangkan usahanya. Demikian halnya dengan lembaga koperasi telah dapat meningkatkan modalnya, meningkatkan usahanya serta telah dapat menjalin keljasama yang baik dengan pihak luar. 2.5. Kerangka Pemiklran Setiap komunitas termasuk di dalamnya komunitas penyandarg tuna netra mempunyai potensi atau kekuatan yang dapat didayagunakan untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Tidak semua komunitas menyadan hal tersebut termasuk
komunttas
keterbatasan.
penyandang
tuna
netra
yang
memiliki
berbagai
Oleh karena itu diperlukan dorongan dan pihak luar untuk
memberdayakan komunttas penyandang tuna netra. Untuk memberdayakan penyandang tuna netra maka dapat diupayakan dengan eara meningkatkan kapasitas kelembagaan koperasi yang saat ini dijadikan tempat bagi mereka untuk mengaspirasikan kehendak-kehendak mereka. Disisi lain walaupun koperasi yang mereka bentuk selama ini telah dapat membenkan manfaat bagi penyandang tuna netra namun sayangnya koperasi ini belum dapat mengembangkan usahanya sehingga masih banyak tujuan yang belum dapat telaksanakan.
Oleh karena ttu diperlukan suatu lembaga yang
efektif. Efektifitas lembaga dapat ditingkatkan melalui pengembangan kapasitas indlvldu maupun kapasltas kelembagaan.
Umumnya keterbatasan individu
dipengaruhi oleh aspek pengetahuan, keterampilan mengelola usaha dan sikap terhadap program yang ada.
Keterbatasan kapasitas ini akan berpengaruh
terhadap kapasitas lembaga dengan lemahnya modal, manajemen, usaha dan janngan. Koperasi yang sehat adalah koperasi yang memiliki modal yang eukup untuk dapat mengembangkan usahanya, baik modal yang berasal dan dalam maupun dan luar, manajemen dalam kegiatan koperasi dilaksanakan dengan baik, jenis usaha beragam sehingga dapat memberikan keuntungan lebih banyak serta dapat membuat janngan dengan pihak luar untuk dapat mengembangkan usahanya. Untuk mewujudkan koperasi yang dapat memberdayakan para penyandang tuna netra maka diperlukan program pengembangan masyarakat. Oleh karena itu dalam tulisan ini akan mengkaji dan menyusun sebuah program penguatan kapasitas kelembagaan koperasi dengan memperhatikan
faktor-
faktor yang mempengaruhi koperasi baik dan pengurus, anggola, kelembagaan maupun dukungan dari pihak luar. 17
Diharapkan dengan adanya program tersebut koperasi menjadi kuat dan mampu memberdayakan komunitas penyandang tuna netra secara individual maupun institusional. Dengan demikian alur kerangka pemikiran yang digunakan dapat dilihai pada Gambar 1 berikut ini :
18
Gambar 1 : Alur Pemikiran Pengembangan Kapasitas Kelembagaan KoperCisi Untuk Memberdayakan Penyandang Tuna Netra Kapasitas Pengurus
- Pengetahuan -
-
Keberdayaan Lembaga
Keterampilan Sikap
Keragaan Koperasi Kapasitas Anggota - Pengetahuan - Sikap
Dukullgall dari Pihak Luar - Masyarakat - Pemerilltah - Swasta
- Modal
- Manajemen - Usaha - Jaringan dengan pihak luar
Program Pengembangan KelembagaRn
t
-
I,
I
-
Modal meningkat Usaha berkembang Dapat menjalin kerjasama dengan pihak luar
Keberdayaan Individu - Pendapatan meningkat - Potensi diri berkembang - Usaha lebih berkembang
19
BAB III METODOLOGI 3.1. Metode Kajian ivieiode kajian yang digullakan adaiah kajian komuniias ekspianasi, yaiiu pencarian pengetahuan dan pemahaman yang benar tentang berbagai aspek C'nc:-i"::)l ..... v ...... ,..... ,
"'~V"' .... rY'Illni+~S ... '''<....
i mo'a'u I , ..... , , I
'moniolaskan) fa"'or pon"obab sua'" , ..... ,'J .... , \ .u .... '7...... U."
.ovsnl~nas; ..... ,~ pIa. '\
kejadian/gejala sosial yang dipertanyakan, atau mengidentifikasi jaringan sebab akibat berkenaan dengan suatu kejadian atau gejala sosial melaui data kualitatif. Kajian
ini
difokuskan
bagaimana
pengelolaan organisasi dan
penguatan
kapasitas
koperasi
kerjasama yang lebih optimal,
dalam
baik dalam
pengelolaan, penambahan modal dan kemitraan, yang mendukung penguatan kapasitas koperasi untuk memberdayakan penyandang tuna netra di Kelurahan Pasirkaliki. Dalam kajian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan harapan dapat memperoleh informasi seeara mendalam dan mengetahu: per:st!wa peristiwa yang terjadi dalam komunitas penyandang tuna netra.
Pendekatan
kualitatif untuk memperoleh gambaran yang utuh dan menyeluruh dari pola perilaku, tindakan dan interaksi anggota dan pengurus koperasi terse but serta dukungan pihak luar terhadap koperasi. Dengan mempertimbangkan aras kajian tersebut, maka tipe kajian ini lTlenggunakan aras kajian subyektif-mikro, yaitu upaya memahami sikap, pola perilaku dan upaya-upaya yang ada berkaitan dengan masalah yang dipertanyakan, dengan menggunakan strategi studi kasus (Sitorus dan Agusta, 2005) 3.2. Lokasi dan Waktu Kajian Kajian pengembangan kapasitas kelembagaan koperasi penyandang tuna netra dilakukan di Kelurahan Pasirkaliki, Keo::amatan Cieendo, Kota Bandung, Propinsi Jawa Bara!. Pemilihan terhadap kelurahan tersebu! dilakukan seeara sengaja dengan maksud menemukan tempa! yang relevan dengan tujuan penelitian. Dasar pertimbangan dari pemilihan Kelurahan Pasirkaliki sebagai lokasi kajian antara lain sebagai beriku! : (1)
Kelurahan tersebut merupakan kelurahan yang banyak tempat
diminati untuk
tinggal penyandang tuna netra. Berdasarkan hasil wawancara
dengan
informan,
terdapat
102 penyandang tuna netra tinggal
dikelurahan Pasirkaliki. (2)
Koperasi penyandang tuna netra merupakan koperasi yang dibentuk mumi dari a3pirasi dan dorongan kominitas penyandang tuna netra yang ada pada kelurahan tersebut.
(3)
Penulis mempunyai pengalaman yang cukup dalam mengenal wilayah serta komunitas penyandang tuna netra yang ada di kelurahan tersebut sehubungan dengan pekeljaan penulis sebagai Pekelja So sial di Panti Sosial Sina Netra Wyata Guna yang berdomisili di kelurahan Pasirkaliki. Waktu kajian dHakl!kan secara bertahap dan telah diawali cfengan
pemetaan so sial masyarakat Kelurahan Pasirkaliki pada bulan Nopember 2005 dilanjutkan dengan kegiatan evaluasi program pengembangan masyarakat yang berkenaan
dengan pengembangan kelembagaan koperasi penyandang tuna
netra pad a bulan Maret 2006.
Sedangkan kajian
mendalam tentang
pengembangan kelembagaan koperasi serta penyusunan program kegiatan dilaksanakan pad a bulan Juli sampai Agustus 2006.
3.3. Teknik Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam kajian lapangan adalah data primer dan sekunder.
Data primer adalah data yang diperoleh dali informan dan hasil
pengamatan lapangan.
Data sekunder adalah data yang diperoleh dali data
statistik, dokumenllaporan atau publikasi yang diperoleh dali kelurahan atau instansi teknis terkait serta kcperasi, seperti monografi kelurahan, laporan tahunan dan dokumen lainnya.
3.3.1. Pengamatan atau Observasi Pengamatan langsung di lapangan yaitu mengamati kondisi fisik saran a dan prasarana koperasi, pengelolaan organisasi, serta aktivitas pengurus dan anggota dalam berkoperasi. Observasi langsung menu rut Adimihalja dan Hikmat (2004),
merupakan
metode
perolehan
informasi
yang
mengandalkan
pengamatan langsung di lapangan, baik menyangkut objek, kejadian, proses, hubungan maupun kondisi masyarakat dan lingkungan alam yang berkaitan dengan proses dialog.
Observasi langsung ke lokasi penelitian dilaksanakan
hingga data dirasakan cukup terpenuhi.
21
Melalui kegiatan observasi pengkaji dapat memperoleh data bahwa hubungan sosial yang terjadi antara pengurus dan anggota telah be~alan dengan baik. Ada kepercayaan yang kuat dari anggota kepada pengurus demikian juga dari pengurus kepada anggola. Koperasi penyandang tuna netra ini belum bisa berfungsi dan berjalan dengan baik dikarenakan adanya masalah-rnasalah yang belum dapat teratasi baik masalah yang berasal dari dalam koperasi maupun yang berasal dari luar koperasi. Masalah-masalah tersebut diantaranya kesulitan pen gurus untuk bisa meningkatkan modal baik yang bersumber dari dalam maupun dari luar.
Manajemen koperasi belum bisa dikerjakan dengan benar
karena keterbatasan pengetahuan pengurus. Kegiatan usaha koperasi hanya satu jenis yaitu simpan pinjam sedangkan untuk membuka
us~ha
lain masih sulit
untuk dapat direalisasikan. Jaringan pengurus dengan pihak luar belum dapat dilakukan karena keterbatasan pengurus dalam memperoleh informasi untuk dapat menjangkau akses. 3.3.2. Wawancara Wawancara mendalam, yaitu cara pengumpulan data yang berkaitan dengan permasalahan kajian melalui temu muka atau temu wicara yang dilakukan pengkaji dengan tineliti
~nforman).
Pertanyaan yang diajukan tidak
berdasarkan struktur tertentu tetapi terpusat pada satu pokOk tertentu. Menurut Sitorus dan Agusta (2005), wawancara mendalam merupakan proses temu muka berulang antara peneliti dan subyek tineliti. Melalui wawancara mendalam yakni menggali informasi secara mendalam dari subyek informan yang dipilih sehingga mendapat data yang lengkap.
Untuk melaksanakan hal tersebut, pengkaji
terjebih dahulu mempersiapkan pedoman wawancara yang berkenaan dengan informasi yang ingin diperoleh dari subyek kajian. Wawancara mendalam dilaksanakan kepada penyandang tuna netra selaku
anggota
dan
pengurus
koperasi,
masyarakat
yang
mempunyai
pengalaman dalam berkoperasi, lembaga-Iembaga baik yang ada di masyarakat, pemerintah maupun swasta yang terkait dengan usaha pengembangan koperasi. Seperti dengan Kelurahan Pasirkaliki,
P2KP Kelurahan Pasirka.liki, Dinas
Koperasi, Dinas Sosial, PT Bio Farma, BK3S Propinsi Jawa Barat, Koperasi PSBN Wyata Guna, Hotel Griya Indah dan Koperasi PERTUNI Jawa Barat. Kegiatan wawancara dilaksanakan oleh pengkaji dengan cara kelompok maupun individual.
Pelaksanaan
secara kelompok dimaksudkan untuk
22
memperoleh informasi secara kasar atau mengecek informasi yang telah diperoleh dari pihak lain.
Sedangkan secara individual dimaksudkan untuk
memperoleh informasi lebih dalam yang tidak didapat pad a wawancara kelompok.
3.3.3. Diskusi KeJompok Terarah Saharudin (2005) menjelaskan bahwa diskus; kelompok terarah atau Focus Group Discussion merupakan suatu forum yang dibentuk untuk saling
membagi informasi dan sebagai pengalaman diantara para peserta diskusi dalam satu kelompok untuk membahas masalah khusus. Kegiatan
diskusi
kelompok
terarah
diiaksanakan
berdasarkan
permasalahan yang ditemukan pada saat wawancara. Dalam kajian ini FGD dilaksanakan sebanyak dua kali. Yang pertanra diskusi kelompok terarah yang diikuti oleh pengurus dan anggota koperasi.
Kegiatan ini dipandu oleh salah
seorang peserta diskusi yattu ketua koperasi Indera Raba. Yang menjadi topik bahasan dalam diskusi ini adalah: (1) bagaimana keragaan koperasi saat ini, (2) permasalahan-permasalahan yang ada baik yang dihadapi oleh anggota maupun oleh pengurus, serta (3) harapan-harapan dari anggota maupun pengurus tentang koperasi di masa yang akan datang. Topik bahasan dalam diskusi kedua adalah: (1) pengungkapan kembali apa yang menjadi permasalahan dan harapan yang ingin dicapai baik oleh anggota, pengurus koperasi maupun stakeholder,
(2) membuat rumusan
masalah dan prioritas masalah, dan (3) me:mbuat rencana pemecahan masalah. Setelah kegiatan diskusi kedua berakhir kegiatan dilanjutkan dengan mengadakan lokakarya yang menghadirkan stakeholder.
Dalam kegiatan
lokakarya ini dipaparkan apa yang menjadi masalah dan solusi pemecahan masalah
dalam
pengembangan
koperasi.
Dengan
adanya
lokakarya
stakeholder dapat memahami rencana pemecahan dan peranan mereka dalam
rencana program tersebut, sehingga kemungkinan program dapat diwujudkan lebih memungkinkan. Rincian data, sumber data, teknik yang digunakan instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data dapat dilihat pad a Tabel 1, berikut ini:
23
Tabel 1: Tujuan, Variabel, Parameter, Sumber, Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data. No
Tujuan
1.
Mengetahui
~
permasalahan dan keragaan
- Manajemen - Kegiatan
Variabel
koperasi
Modal
usaha
- Jaringan
Parameter
Sumber Data
Teknik
Instrumen
- Pengumpulan,
Pengurus
- Observasi
penggunaan
Anggota
- WalN'ancara
Pedoman wawancara
-
modal
Perencanaan, pengorganisasjan dan pengawasan
- Jenis dan perkembangan usaha - jejaring dengan
pihak luar
2.
-
faktor-faktar
- Kapasitas pengurus
yang
- Kapasitas
Pengetahuan, keterampilan dan sikap
anggota
pengurus dim
Dukungan
mengelola
Mengetahui
mempengaruhi keragaan koperasi
-
pemerlntah, masyarakat
dan swasta
koperasi
- Pengetahuan dan sikap anggota
dalam
-
3.
Menyusun program aksi pengembangan kelembagaan koperasi
-
Data patensl dan masalah pengurus dan an9gota - Potensi dan masalah koperasi - Rencana ke~a
mengikuti koperasi Partisipasi dan bantuan yang diberikan oleh pemerintah, masyarakat dan swasta
- Malisis
patensi dan masalah pengurus dan ang90ta - Penetapan alternatif masalah - Analisis atternatif program - Penentuan program aksi - Pelaksanaan program aksi
- Pengurus
- Observasi
Pedoman
- Anggota
-Wawancara
Wawancara
Diskusi Kelompok Terarah
Pedoman diskusi
- Kelurahan Pasirkaliki - Dinas Koperasi
- PSBN Wyata Guna
- PTBio Farma -
BKM
P2KP
- Pengurus - anggota - Pegawai kelurahan - Ketua
P2KP - Staf Dinas Koperasl - Pengurus Koperasi
PSBN Wyata Guna - Pengurus Koperasi masyarakat - Pegawai PTBio Farma
24
3.5. Pengolahan Data Pengolahan data adalah memasukan data ke tabuiasi atau komputer serta dibuat tabel frekuensi dan tabel silang.
Sebelumnya data sudah harus
diedi: baik pad a tahap pengisian kuesioner, pengkodean, maupun pada tahap pemindahan lembaran kode ke komputer (Sitorus dan Agusta, 2005). Dengan demikian pengolahan data disesuaikan dengan kebutuhan dari kajian.
Untuk
menganalisis penguatan kapasitas koperasi digunakan metode kualitatif dan kuantitatif.
Metode analisi kualitatif akan menghasilkan data deskriptif berupa
data tertulis atau lisan dan orang-orang atau perilaku yang dapat diamati di lapangan.
Pendekatan kuantitatif adalah dengan mengolah dan menganalisis
data dengan menggunakan tabulasi frekwensi, seperti data jumlah penduduk menurut umur, tingkat pendidikan, disajikan menggunakan tabel. Sitorus dan Agusta (2004) menjelaskan bahwa
analisis data kualitatif
meliputi tiga jalur, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Dalam melakukan reduksi data pengkaji berusaha memilah dari data-data yang terkumpul dengan cara menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, serta membuang atau mengabaikan data yang tidak perlu. Pemilihan ini didasarkan kepada tujuan dari pen gada an penelitian. Dengan melakukan reduksi data maka pengorganisasian data dan kesimpulan akhir dapat diambil. Dalam melakukan
membuat
verifikasi
penarikan
kesimpulan
atas kesimpulan.
pengkaji
tenebih
Kesimpulan-kesimpulan
dahulu tersebut
diverifikasi selama penelitian berlangsung dengan cara: (1) memikir ulang selama penulisan, (2) tinjauan ulang pad a catatan-catatan lapangan, (3) peninjauan
kembali
dan
tukar
pikiran
antar
teman
sejawat
untuk
mengembangkan kesepakatan intersubyektif.
3.6. Metode Perancangan Program Metode perancangan program dalam kajian ini menggunakan metode Logical Framework Analysis (LFA), seperti yang dikemukakan oleh Sumardjo dan
Saharudin (2005) dengan tahapan kegiatan yang dilakukan, sebagai berikut: Tahap pertama: Melaksanakan analisis masalah melalui wawancara mendalam,
diskusi
kelompok terarah
dan
menghasilkan prioritas masalah.
Partisipatory Assesment
Method
yang
Pada tahap ini dilakukan identifikasi potensi
dan penmasalahan yang dihadapi pengurus, anggota dan pihak luar (pemerintah, masyarakat dan swasta).
Pertemuan dilakukan secara terpisah antara
25
pengurus,anggota, tokoh masyarakat, aparat pemerintah kelurahan, pihak Dinas Koperasi, pihak PT BIO Farma dan pihak Hotel Grya Indah. Selanjutnya data yang sudah terkumpul diutarakan pad a saat diskusi kelompok sGsuai dengan identifikasi masalah tersebut. Tahap kedua: Melaksanakan analisis tujuan. Analisis yang telah dirumuskan,
maka langkah selanjutnya melaksanakan analisis tujuan melalui Partisipatory Assesment Method dan diskusi kelompok parsial serta diskusi kelompok seluruh
anggota dan pengurus, sehingga memperoleh analisis tujuan yang akan dirumuskan bersama. Tahap ketiga: Melaksanakan analisis alternatif berdasarkan anaiisis tL~juan yang
dirumuskan pada tahap pendahuluan. pengurus dan anggota.
Pada tahap ini dirancang bersama
Analisis alternatif untuk memilih beberapa pokok
kegiatan penting dari beberapa aHematif yang ada. Kegiatan dilakukan melalui diskusi
kelompok yang
selanjutnya dilaksanakan
melalui
Partisipatory
Assesment Method . Tahap keempat: Menyusun analisis stakeholder berdasarkan identifikasi yang
sudah dilakukan pada tahap wawancara.
Pada tahap ini disusun matrik
mengenai siapa saja pihak terkait (stakeholder) yang dimanfaatkan dan dilibatkan dalam perancangan program serta dianalisis mengenai kekuatan masing-masaing stakeholder. Tahap kelima: Menyusun perencanaan program berdasarkan hasil diskusi dan
tanggapan hasil diskusi tersebut.
Penyusunan program dilakukan dengan
menggunakan metode diskusi yang melibatkan pengurus, anggota, tokoh masyarakat, Dinas Sosial, Dinas Koperasi, PT Bio Fanma dan BKM P2KP Kelurahan Pasirkaliki.
Kegiatan diskusi dilaksanakan sebanyak dua kali yaitu
pertama dilaksanakan di Panti Pijat Indera Raba pad a hari kamis, 22 Juli 2005, kedua dilaksanakan hari Sabtu, 14 Agustus 2005 di gedung pertemuan PSBN Wyata Guna.
Dalam pertemuan ini peserta diberi kesempatan untuk
menanggapi topik pembahasan kemudia'l dilanjutkan dengan kegiatan diskusi kelompok terarah.
Dalam forum tersebut peserta diminta mengungkapkan
kegiatan yang diinginkan sehubungan dengan penguatan kapasitas koperasi. Setelah
kegiatan teridentifikasi kemudian merancang waktu pelaksanaan
program dan sumber biaya kegiatan. Dalam melaksanakan kajian ini pengkaji berperan sebagai fasilitator untuk menghimpun data dan informasi serta menganalisis secara bersama.
26
BAB IV PETA SOSIAL MASYARAKAT KELURAHAN PASIRKALIKI Pada Praktek Lapangan I telah dilakukan Pemetaan Sosial di Kelurahan Pasirkaliki dan telah diperoleh sejumlah data dan informasi mengenai kondisi dan permasalahan umum yang dirasakan oleh masyarakat maupun oleh komunitas penyandang tuna netra di Ke!urahan Pasirkaliki. Salah satu permasalahan yang sangat dirasakan oleh komunitas penyandang tuna netra dan diharapkan akan mengalami perubahan ke arah yang lebih baik yaitu permasalahan keberdayaan penyandang tuna netra.
Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal sebagai
berikut:
4.1. Kondisi Geografi d"n Potensi Sumber Daya Alam Kelurahan Pasirkaliki merupakan salah satu kelurahan yang berada di wilayah Kecamatan Cicendo, Kota Bandung, Propinsi Jawa Barat. Kelurahan ini terletak di bagian utara Kota Bandung.
Adapun
batas-batas dar! Ke!uraha!'!
Pasirkaliki adalah sebelah barat dibatasi oleh Kelurahan Arjuna, sebelah timur dibatasi Kelurahan Babakan Ciamis, sebelah utara dibatasi Kelurahan Sukaj&di dan sebelah Selatan dibatasi Kelurahan Kebon Jukut. Jarak Kelurahan Pasirkaliki dan pusat pemerintahan Kecamatan Cicendo sekitar satu kilometer dan dapat ditempuh dengan berjalan kaki maupun menggunakan angkutan Kota selama lima menit. Dari pusat pemerintahan kota Bandung sejauh due kilometer dan dapat ditempuh dengan Angkutan Kota selama 10 menit. Dari pusat pemerintahan Propinsi Jawa Barat sekitar tiga kilometer yang dapat ditempuh dengan Angkutan Kota selama 15 menit. Kelurahan ini dilalui jalan raya yang sangat ramai lalu lintasnya, seperli jalan Pajajaran, Jalan Pasirkaliki, Jalan Pasteur, Jalan Cihampelas serla jalan Kebon Jati. Jenis kendaraan umum yang melintasi lokasi ini adalah angkutan kota, taxi dan bis kota. Kendaraan umum angkutan kota dan taxi beroperasi melewati jalan-jalan tersebut hampir 24 jam sehari. Hal ini memudahkan masyarakat maupun penyandang tuna netra yang mau pergi kemanapun dengan menggunakan alat transporlasi umum. Dengan letaknya yang berdekatan dengan Stasion Kereta Api Bandung dan pusat pemerintahan, membuat di sepanjang jalan ini banyak berdiri hotel, bank, perlokoan, dan rumah makan. Tercatat ada sepuluh buah hotel yang
beroperasi di kelurahan ini, yailu: Holel Muliara, Hotel Selecta Permai, Hotel Serena, Hotel Patra Disa, Hotel Griya Indah,Hotel Nugraha, Hotel Laksana, Hotel Petra Plaza, Hotel Pelangi Indah, Hotel cemeJiang dan Hotel Permata Indah. Keadaan lokasi yang strategis
banyak dimanfaatkan oleh penduduk
setempat untuk membuka usaha, baik ilu usaha warung makanan, usaha wartel maupun usaha mengontrakan rumah.
Demikian halnya dengan komunitas
penyandang tuna netra mereka memanfaatkan lokasi ini untuk membuka Panti Pijat baik yang dike lola secara perorangan maupun secara berkelompok. Dikarenakan banyaknya orang yang masih melakukan aktivitas hingga larut malam membuat lokasi ini banyak digunakan untuk berjualan makanan hingga dini hari.
Sehingga pad a malam
hari banyak yang berjualan
nasi
goreng, pecel lele, ikan dan ayam bakar dengan menggunakan tenda-tenda untuk berjualan. Kehadiran para pedagang yang menjual mal;anan hingga dini hari banyak dimanfaatkan oleh para pendatang yang tinggal di kelurahan tersebut, seperti: mahasiswa, karyawan swasta maupun para penyandang tuna netra. Membuka usaha hingga dini hari bukan hanya dilakukan oleh masyarakat biasa, tetapi dilakukan juga oleh komunitas penyandang tuna netra.
Mereka
bekerja atau membuka usaha pijat ada yang sampai 24 jam.
Sistem
pelayananan pun disesuaikan dengan keinginan orang yang ingin dipija!. Bisa dengan pasen mendatangi panli pijat atau pemijat yang mendatangi pasen. Kelurahan tuna netra
untuk
Pasirkaliki tempat
banyak diminati tinggal
maupun
oleh komunitas penyandang untl2k
tempat
bekerja,
dikarenakan: (1) lokasinya sangat strategis, dekat ke jalan raya serta dilewati angkot ke berbagai tujuan sehingga memudahkan mereka untuk melakukan perjalanan baik dalam kota maupun ke luar kota, (2) dengan banyaknya hotel dan tempat penginapan membuat banyak orang yang menggunakan jasa pijat mereka, (3) dekat dengan PSBN Wyala Guna sehingga mereka masih dapat mengadakan kontak dengan teman-temannya yang masih menjadi kHen binaan, (4) dekat dengan Rumah Sakit Mata Cicendo sehingga apabila ada keluhan dengan matanya dapat segera berobat ke tempat tersebut,
(5) mudah
mendapatkan rumah kontrakan.
28
4.2. Kondisi Demografis Secara demografis, kelurahan Pasirkaiiki memiliki luas wilayah 109 ha, terdiri dari 10 Rukun Warga (RW) dan 62 Rukun Tetangga (RT). Jumlah penduduk Kelurahan Pasirkaliki menurul dala yang dibuat pada lahun 2004 adalah 9.515 jiwa, yang terdiri alas 4831 jiwa laki-Iaki dan 4684 jiwa perempuan. Dari jumlah penduduk dialas lerdapal 2076 kepala kelu'lrga (KK) warga Negara Indonesia, 825 kepala keluarga warga negara Indonesia keturunan etnis Cina dan 14 kepala keluarga warga negara asing 0NNA). Data mengenai komposisi umur dan jenis kelamin dapat dilihat dalam Tabel 2 berikut ini: Tabel2: Jumlah Penduduk Kelurahan Pasirkaliki Menurut Umur, Jenis Kelamin Pada lahun 2005 No
01 02 03. 04. 05. 06. 07. 08. 09. 10. 11. 12. 13. 14.
Golongan Umur (Tahun)
jenis kelamin
Jumlah
%
Laki-Iaki
%
perempuan
%
0- 4 5- 9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65+
360 256 390 360 399 440 462 406 380 296 240 253 116 380
7,45 5,30 8,07 7,45 8,26 9,11 9,56 8,40 7,87 6,13 4,97 5,24 2,40 7,87
306 304 310 294 407 389 440 447 399 407 265 239 123 354
6,53 6,49 6,62 6,28 8,69 8,30 9,39 9,54 8,52 8,69 5,66 5,10 2,63 7,56
666 560 700 654 806 829 902 853 779 703 503 592 239 734
6,10 5,89 7,36 6,87 8,47 8,71 9,48 8,96 8,19 7,39 5,29 6,22 2,51 7,71
Jumlah
4831
50,77
4684
49,22
9515
100
Sumber : Monografi Kelurahan Tahun 2005 Berdasarkan label di alas dapal dilihat bahwa penduduk kelurahan Pasirkaliki termasuk penduduk struklur umur muda. Hal ini disebabkan jumlah penduduk muda lebih banyak dari jumlah penduduk lua. Penduduk yang berusia muda yailu yang berusia 0 tahun sampai 45 tahun ada 6744 jiwa sedangkan penduduk usia tua yang berusia 45 lahun ke alas ada 2771 jiwa.
Lebih
banyaknya penduduk yang berumur muda ini dapat dijadikan sebagai potensi dalam pemanfaatan tenaga kerja. Sedangkan dilihat dari perhilungan rasio jenis
29
kelamin diperoleh angka 94 persen artinya jumlah penduduk perempuan hampir sama dengan jumlah penduduk laki-Iaki. Selain masyarakal yang tidak mempunyai hambalan dalam fungsi lubuhnya pada Kelurahan Pasirkaliki juga banyak lerdapat penyandang tuna nelra. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, jumlah penyandang luna nelra
yang ada di Kelurahan Pasirkaliki berjumlah 102 orang.
Jumlah
penyandang luna nelra berdasarkan umur dan jenis kelamin dapal dilihal pada Tabel 3 berikut ini: Tabel 3. Jumlah Penduduk Penyandang Tuna Neira Menunul Umur dan Jenis Kelamin di Kelurahan Pasirkaliki Pada Tahun 2005
No
Golongan Umur (Ihn)
L
%
P
%
Jumlah
%
1, 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59
22 21 18 7 5 3 2 1
21,56 20,58 17,64 6,86 4,90 2,94 1,96 0,98
4 9 3 4 1 1 1
3,92 8,82 2,94 3,92 0,98 0,98 0 0,98
26 30 21 11 6 4 2 2
25,49 29,41 20,58 10,78 5,88 0,98 1,96 1,96
79
77,45
23
22,54
102
100
-
I Jumlah Sumber: Informan Dari label di alas dapal dikelahui bahwa jumlah penyandang tuna nelra yang ada di Kelurahan Pasirkaliki
be~umlah
102 jiwa. Terdiri alas 79 jiwa laki-
laki dan 23 jiwa perempuan. Sedangkan yang lelah memiliki kartu keluarga ada 23 KK. Tidak seperti halnya komposisi pad a masyarakal secara umum yang biasa dimulai dari usia 0 - 4 lahun, pad a penyandang luna nelra yang ada di Kelurahan Pasirkaliki komposisi penduduk dimulai pada usia 20 - 24 lahun. Hal ini dimungkinkan karena balas usia minimal kelayan yang dilerima unluk mengikuti program rehabililasi di PSBN Wyata Guna berusia 16 lahun kealas sehingga pad a saal mereka selesai mengikuti program,
usia paling muda
mereka berkisar anlara 20 - 25 tahun.
30
Keadaan penduduk tuna netra yang lebih banyak ada pad a kelompok umur muda dapat menunjukan bahwa komunitas penyandang tuna netra yang ada
di kelurahan
Pasirkaliki merupakan penduduk usia produktif yang
mempunyai potensi untuk dapat dikembangkan. Dari jumlah 102 jiwa penyandang tuna netra yang ada di kelurahan Pasirkaliki. baru sekitar 35 orang yang sudah tercatat sebagai penduduk tetap. Umumnya mereka mempunyai taraf hidup yang lebih baik daripada yang belum mempunyai KTP. Mata pencaharian mereka ada yang sebagai pemijat. pengelola panti pijat. PNS dan guru. Lama mereka tingga di wilayah tersebut sudah lebih dari lima tahun. Sedangkan sisanya yang berjumlah 67 orang umumnya merupakan penyandang tuna netra yang baru lulus dari PSBN Wyata Guna. Lama tinggal di wilayah itu kurang dari dua tahun. Hampir seluruhnya mempunyai mata penca;,arian sebagai pemijat.
Mereka biasanya tidak lama
tinggal di wilayah tersebut. Karena apabila mereka merasa sudah cukup mampu untuk mendirikan sebuah panti secara berkelompok. mereka akan pindah ke luar untuk mencari rumah kontrakan yang lebih murah guna dijadikan tempat panti pijat.
Itulah sebabnya mereka tidak merasa terlah,l penting untuk mempunyai
KTP di tempatnya tinggal sekarang karena selain biaya pembuatan KTP dianggap mahal juga tidak selamanya mereka akan tinggal di situ. Gerak penduduk masuk di Kelurahan Pasirkaliki lebih besar dari gerak penduduk keluar. hal ini disebabkan banyaknya pendatang yang menetap di wilayah ini baik untuk
beke~a
maupun untuk melanjutkan pendidikannya.
Kontribusi keberadaan PSBN Wyata Guna dalam mempengaruhi adanya gerak masuk cukup besar. Hal ini disebabkan: 1. Setiap tahun PSBN Wyata Guna mengeluarkan kelayan binaannya yang telah
tamat mengikuti program rehabilita:;i sebanyak 40 sampai dengan
60 orang. 2. Lulusan yang sudah tamat dari PSBN Wyata Guna banyak yang tidak kembali kedaerah asalnya karena sebagian besar dari mereka berasal ciari pelosok pedesaan. sehingga sulit untuk mencari
peke~aan
di sana. Latar
belakang ekonomi keluarganyapun sebagian besar dari keluarga yang tidak mampu sehingga tidak memungkinkan untuk dapat membuka usaha pijat sendiri.
31
3. Pertemanan antara eks klien dengan teman yang masih menjadi klien PSBN Wyata Guna sangat kuat, sehingga mereka lebih memilih tempat kontrakan
yang dekat dengan PSBN Wyata Guna. Dilihat dari tingkat pendidikan, maka Tingkat pendidikan masyarakat Kelurahan Pasir Kaliki cukup bagus, seperti yang terlihat pada Tabel 4, berikut:
i--
Tabel 4: Jumlah Penduduk Kelurahan Pasirkaliki Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pada Tahun 2005 Tingkat Pendidikan
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Tidaklbelum Sekolah Tidak Samal SO Belum Tarnal SO Tarnal SO Tarnal SLTP TamalSLTA Akademi (01 - 0111) Sa~ana (S.1 - S.3)
Jumlah
%
953 356 1116 1130 2083 2068 764 1045
10,01 3,74 11,72 11,87 21,89 21,73 8,02
10,98
Jumlah 9515 .. Sumber . Monografi Kelurahan Paslrkahkl Tahun 2005
100
Data di atas menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang mempunyai latar belakang pendidikan akademi ke atas bahwa selain kesadaran akan
ada 19 persen. Hal ini membuktikan
pentingnya pendidikan cukup tinggi juga
kemampuan ekonomi untuk mengikuti pendidikan cukup tinggi pula. Sedangkan
mengenai
tingkat
pendidikan
penyandang
tuna
netra
berdasarkan hasil wawancara dengan ir.forman dapat dilihat pad a Tabel 5, berikut ini: Tabel 5 : Jumlah Penduduk Penyandang Tuna Netra Menurut Tingkat Pendidikan di Kelurahan Pasirkaliki Pada Tahun 2005 No
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Tingkat Pendidikan Tidak Tamat SD TamatSD TamatSLTP TamatSLTA Tamat Akademi Sa~ana
Jumlah
Jumlah
%
16 29 23 27 2 5
15,68 28,43 22,54 26,47 1,96 0,98
102
100
Sumber: Informan
32
Berdasarkan Tabel di atas dapat dilihat bahwa penyandang tuna netra yang bertatar belakang pendidikan tamat SD ke bawah cukup banyak yaitu mencapai 45 %. Hal ini dikarenakan sebagian besar dari mereka berasal dari keluarga kurang mampu yang tinggal di pelosok-pelosok pedesaan, sehingga tidak cukup biaya untuk bisa menyekolahkan anggota keluarga yang tuna netra ke Sekolah Luar Biasa. Akibatnya beberapa diantara mereka dibiarkan tinggal di rumah dengan kondisi yang seringkali memprihatinkan.
Adapun yang dapat
menamatkan sekolah menengah umum (SLTA) bahkan perguruan tinggi selain karena keluarganya ada yang mampu juga karena mereka yang tinggal di PSBN Wyata Guna yang mengambil jalur pendidikan formal mendapat beasiswa dari donatur. Latar
beiakang
pendidikan
penyandang
tuna
netra
ini
sangat
mempengaruhi jenis peke~aan yang akan ditekuninya. Bagi yang mempunyai pendidikan SLTAke bawah lebih banyak yang mempunyai peke~aan sebagai pemijat. Sedangkan untuk yang mempunyai latar belakang pendidikan SLTA ke atas, mereka lebih cenderung untuk memilih dapat menjadi pegawai negeri.
4.3. Sistem Ekonomi
Dalam rangka memenuhi kebutuhan sehari-hari penduduk kelurahan Pasirkaliki memiliki mata pencaharian yang beragam. Hal ini dapat dilihat dari Tabel 6 berikut ini: Tabel 6: Jumlah Penduduk Kelurahan Pasirkaliki Berdasarkan Mata Pencaharian pada Tahun 2005
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Mata Pencaharian
Pegawai Negeri Sipil ABRI Pegawai Swasta Pedagang Pengusaha Jasa Pensiunan
Jumlah
Jumlah
%
427 20 999 1112 60 756 177
12,02 0,56 28,13 31,31 1,68 21,28 4,98
3551
100
.. Sumber : Monografl Kelurahan Paslrkahki Tahun 2005
33
Data di atas menunjukan bahwa mata pencaharian yang paling besar jumlahnya adalah sebagai pedagang (31,3 persen).
Pedagang ini terdiri atas
pedagang pemilik toko, pemilik warung makanan, pemilik warung kios dan pedagang makanan I:eliling. Informasi yang diperoleh dari aparat kelurahan dan tokoh masyarakat menyebutkan bahwa salah satu faktor penyebab banyaknya penduduk yang mempunyai mata pencaharian sebagai pedagang adalah adanya masyarakat yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja yang memanfaatkan pesangon yang diperolehnya unluk berdagang serta benyaknya pendalang yang menghuni rumah-rumah koso Hal itu mendorong masyarakat unluk membuka warung nasi ataupun kios kecil yang dapat memenuhi kebutuhan para pendatang tersebut. Mata peneaharian lain yang eukup besar jumlahnya adalah pegawai swasta (28,1 persen), yang meliputi para karyawan yang beke~a di kantor swasta alaupun perusahaan. Kehadiran hotel, tempat hiburan, showroom mobil, agen pe~alanan maupun pusat perbelanjaan yang besar disekitar kelurahan Pasirkaliki telah turut andil dalam menyerap tenaga kerja masyarakat setempat. Sehingga jumlah pengangguran yang ada di Kelurahan Pasirkaliki relatip keeil. Masyarakat Pasirkaliki banyak yang mempunyai usaha kontrakan rumah, hal ini dipengaruhi oleh sekolah ataupun
banyaknya pendatang yang tinggal disini untuk melanjutkan beke~a.
Termasuk di dalamnya para penyandang tuna netra
yang tinggal di sini untuk bekelJa. Di Kelurahan Pasirkaliki terdapat 12 panti pijat yang dikelola dan mempeke~akan
penyandang tuna nelra. Seliap panli mempunyai jumlah pemijal
yang berbeda lerganlung dan besar kecilnya panti. Selain sebagai pemijal alau pengelola panli pijal mala pencahanan yang dimiliki oleh komunilas penyandang luna nelrapun eukup beragam. Kelerangan ini diperoleh dan hasil wawancara dengan informan, seperti yang lerlihal pada Tabel7 benkut ini: Tabel7: Jumlah Penduduk Penyandang Tuna Netra Berdasarkan Mala P en cahanan di Kelurahan Pasirkaliki Pad a Tahun 2005 % No Mala Pencaharian Jumlah 1. 2. 3. 4. 5.
Pengelola Panli Pijal Pemijal Pegawai Negeri Sipil Pegawai honorer Tidak Beke~a
7 71 11 4 9
6,86 69,60 10,78 3,92 8,82
Jumlah
102
100
Sumber: Informan
34
Dari tabel di atas terlihat bahwa jenis mata pencaharian yang bisa ditekuni oleh komunitas penyandang tuna netra tidak banyak. Hal ini disebabkan terbatasnya kcsempatan bagi mereka untuk dapat bekerja di luar bidang yang tercantum pada tabel di atas. Pekerjaan yang paling banyak ditekuni oleh penyandang tuna netra adalah sebagai pemijat yang mencapai 69,60 persen. Mereka bekerja dengan sistem bagi hasil. Apabila pemijat tinggal di tempat yang telah disediakan oleh pengelola maka pemijat memperoleh hasil 40 persen dari pendapatannya. Apabila pemijat tinggal di luar maka mereka memperoleh hasil 50 persen dari pendapatannya. Apabila pemijat kekurangan pasen atau mengalami masalah keuangan biasanya pengelola memberikan pinjaman uang yang nantinya dipotong dari penghasilan pemijat apabila telah mendapat pasien, sehingga ada unsur tolong menolong antara majikan dan pekerja. Mata pencaharian lain yang cukup banyak ditekuni olch para penyandang tuna netra adalah sebagai pegawai negeri sipil (PNS), Instansi yang banyak memberikan kesempatan kepada mereka untuk bisa diterima bekerja adalah Departemen Sosial dan Departemen Pendidikan. Mereka bekerja sebagai guru bidang studi atau sebagai instruktur kesenian dan ketemmpilan.
Walaupun di Kelurahan
Pasirkaliki terdapat 12 panti pijat hanya tujuh buah yang pengelolanya penyandang tuna netra,
selebihnya adalah milik orang awas.
Mereka
mengalami kesulitan untuk blsa membuka usaha panti pljat di wilayah ini mengingat mahalnya harga rumah kontrakan yang dapat dijadikan untuk panti pijat.
Pegawai honor penyandang tuna netra umumnya mereka yang telah
memiliki pendidikan perguruan tinggi.
Sambil menungggu kesempatan untuk
bisa diterima sebagai PNS mereka bekerja sebagai honorer di Sekolah Luar Biasa dan di PSBN Wyata Guna. Penyandang tuna netra yang tidak bekerja kebanyakan perempuan yang telah menikah tidak mendapat ijin dari suaminya untuk bekerja sebagai pemijat. Ada juga yang belum mendapat pekerjaan di tempat baru setelah keluar bekerja di tempat yang lama. Hampir seluruh lulusan PSBN Wyata Guna mendapat pekerjaan karena menempatkan kelayan untuk bekerja pada panti-panti pijat merupakan salah satu program kerja PSBN Wyata Guna.
35
4.4. Struktur Komunitas 4.4.1. Pelapisan Sosial Dalam suatu masyarakat. ada sesuatu yang dihargai oleh masyarakat tersebut yang merupakan bibit yang menumbuhkan adanya sistem berlapis-Iapis. Sesuatu yang dihargai tersebut bisa berupa uangiharta benda. tanah. kekuasaan dan i1mu pengetahuan. Menurut Soekanto (1990). ukuran yang digunakan untuk menentukan pelapisan sosial adalah: (1) ukuran kekayaan.
(2) ukuran
kekuasaan. (3) ukuran i<.ehormatan. dan (4) ukuran i1mu pengetahuan. Namun demikian go long an yang berada di lapisan atas biasanya tidak hanya memiliki satu macam dari apa yang dihargai masyarakat.
Sebagai contoh seseorang
yang memiliki kekayaan pada umumnya juga memiliki ilmu pengelahuan yang luas karena rnampu mencapai pendidikan yang tinggi. yang pada akhirnya memiliki
kekuasaan
dan
ke;'ormatan.
Masyarakat
Kelurahan
Pasirkaliki
memandang status sosial seseorang berdasarkan keaktifan dalam kegiatan kemasyarakalan atau keagamaan. kekayaan yang dimiliki oleh seseorang. jenis peke~aan.
senioritas dan keahlianlilmu pengetahuan baik yang sifatnya formal
maupun informal. Pelapisan sosial juga
te~adi
di Kelurahan Pasirkaliki.
Lapisan pertama
ditempati oleh orang-orang yang mempunyai tingkat kekayaan tinggi. pengusaha dan orang-orang yang memiliki profesi sebagai pengacara dan dokter. Mereka dianggap lebih terpandang dan dihargai karena banyak diantara mereka yang mempunyai usaha yang dijadikan tempat untuk masyarakat.
beke~a
bagi sebagian warga
Mereka juga dianggap lebih dermawan karena setiap ada
pembangunan di wilayah tersebut mereka sering dijadikan sebagai donatur. Lapisan kedua ditempati oleh tokoh masyarakat. aparat kelurahan. pegawai negeri sipil (PNS). Kyai (tokoh agama). Tokoh masyarakat yang kebanyakan berasal dari pegawai negeri ataupun pensiunan memiliki status yang baik di masyarakat. karena perannya dalam masyarakal.
Para tokoh masyarakat ini
biasanya dilunjuk sebagai ketua RW. pengurus lembaga yang ada di tingkat kelurahan seperti LKMD.dan sebagainya. demikian halnya pula dengan para tokoh agama (Kyai) mempunyai penghargaan yang sama dalam masyarakat seperti tokoh-tokoh masyarakat lainnya. Mereka dihormati karena mempunyai pengetahuan yang tinggi dalam i1mu agama. mereka sering dijadikan panutan karena perannya menyebarlkan i1mu agama kepada masyarakat.
Sedangkan
aparat kelurahan mempunyai posisi yang cukup baik di masyarakat. karena
36
peran dan tugasnya di masyarakat. Lapisan ketiga ditempati oleh masyarakat biasa, mereka merupakan masyarakat kebanyakan. Mata pencaharian mereka lebih banyak bergerak pad a sektor informal dengan skala usaha kecil, seperti pedagang warungan, buruh, karyawan pertokoan dan para pemijat. Dalam kehidupan sehari-hari pelapisan sosial tersebut tidak menimbulkan adanya konflik diantara warga masyarakat, kecuali adanya kesenjangan yang sangat nyata antara kehidupan orang kaya dengan orang miskin. 8agi orang kaya yang tinggal di Kelurahan Pasirkaliki bisa mempunyai mobil lebih dari satu, rumah yang besar dan mewah, serta tinggal di pinggir jalan besar atau pinggir jalan protokol. Sebagian besar dari orang kaya tersebut adalah etnis Cina yang sudah menjadi warga Negara Indonesia yang mempunyai mata pencaharian utama sebagai pedagang atau pengusaha.
Biasanya mereka jarang keluar
rumah untuk mengadakan sosialisasi dengan masyarakat atau tetangga sekitamya.
Sedangkan orang miskin di Kelurahan ini tampak dari tempat
tinggalnya yang tidak layak huni, mereka banyak yang tinggal dipinggir sungai, mengontrak rumah atau tinggal diatas tanah negara. Mata pencaharian mereka berpariasi sebagai tukang parkir, buruh, penjual jasa dan
peke~aan
yang tidak
menetap. Para penyandang tuna netra banyak yang termasuk ke dalam katagori orang miskin karena mereka hanya mampu mengontrak sebuah kamar kecH dengan penghasilan yang tidak dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.
4.4.2. Kepemimpinan Selain adanya pelapisan sosial dalam masyarakat, ada juga offing-orang yang dijadikan pemimpin baik pemimpin formal maupun informal. Kepemimpinan yang muncul dikelurahan Pasirkaliki didasarkan kepada: (1) pad a segmen mana tokoh tersebut berada (Pemuda, Agama, Profesi), (2) posisi apa yang sa at ini sedang dijabat oleh seseorang, (3) adanya para pendukung yang menokohkan seseorang, serta (4) seberapa banyak aset yang dimiliki oleh seseorang. Dari sumber-sumber diatas, maka lahirlah tokoh-tokoh masyarakat atau sebagai berikut: (1) tokoh agama, (2)
pemimpin
tokoh masyarakat, (3) tokoh pemuda,
(4) tokoh formal. Pada komunitas penyandang tuna netra, mereka mempunyai seseorang yang dijadikan tokoh berdasarkan kep<;ida: (1) lamanya dia tinggal di wilayah tersebut, (2) latar belakang pendidikan yang disandangnya, serta (3) keaktifannya dalam mengikuti organisasi ketunanetraan.
37
Keberadaan pemimpin formal di Kelurahan Pasirkaliki memiliki peranan yang cukup penting.
Kepatuhan warga terhadap Lurah dan perangkatnya
biasanya menyangkut hal-hal yang bersipat administratif dan prosedural seperti pembuatan KTP, Kartu keluarga, surat rujukan, surat pindah, surat kenai lahir, keterangan tidak mampu dan sebagainya. Sementara pemimpin informal yang banyak berperan di masyarakat adalah tokoh-tokoh aktif dalam kegiatan kemasyarakatan dan keagamaan.
Keberadaan mereka dianggap cukup
berperan dalam pengembangan dan pembangunan wilayah baik secara fisik maupun mental. Dalam musyawarah rencana pembangunan, sumbang saran dari tokoh-tokoh masyarakat sangat diperlukan guna menentukan skala pncntas bidang pembangunan yang nantinya akan diusulkan ketingkat kecamatan. Respon masyarakat teriladap kepemimpinan cukup baik, hal ini dapat dilihat dan adanya partisipasi masyarakat dalam setiap kegiatan kemasyarakatan yang digerakan oleh tokoh-tokoh pemimpin di wilayah ini. Hal ini dibuktikan dengan diraihnya gelar sebagi Juara I Swadaya Mumi tingkat Kotamadya Bandung pada tahun 2004 lalu.
4.5. Kelembagaan dan Organisasi Organisasi dan kelembagaan yang terdapat di Kelurahan Pasirkaliki bersifat formal maupun informal. Bersifat formal yaitu memiliki identitas kolektif, struktur kompleks dan memiliki tata aturan yang jelas. Sedangkan yang bersifat informal, dibangun berdasar sentimen kelompok untuk mengatasi masalah antar sesama atau berdasar aktifitas keagamaan. Organisasi atau lembaga formal yang terdapat di Kelurahan Pasirkaliki meliputi Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) yang juga merupakan mitra Lurah dalam melaksanakan tugas-tugas pemenntahan, pembangunan dan kemasyarakatan. Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), Dasa Wisma dan organisasi kepemudaan seperti Karang Taruna kesemuanya dibentuk berdasarkan peraturan pemerintah dan bersifat homogen dengan lembaga-Iembaga serupa di tempat lain.
Rukun
Warga (RW) dan Rukun Tetangga (RT) merupakan perpanjangan tangan dari pemenntahan kelurahan yang mengatur kehidupan masyarakat dalam wilayah yang lebih sempit. Di Kelurahan Pasirkaliki juga terdapat bentuk hubungan yang mengarah kepada bentuk kelembagaan informal. Bentuk lembaga-Iembaga informal yang paling menonjol adalah di bidang keagamaan, berupa perkumpulan pengajian
38
ibu-ibu, pengajian bapak-bapak dan remaja mesjid.
Kegiatannya antara lain
adalah mengaji di mesjid atau secara bergilir dari rumah ke rumah. Lembaga informal lair. yang berhubungan dengan kegiatan penyandang tuna netra di Kelurahan Pasirkaliki adalah perkumpulan pemijat, kegiatan yang mereka lakukan antara lain mengadakan arisan dan menabung untuk dibagikan pad a saat hari raya ledul Fitri. Perkumpulan kesenian degung merupakan kegiatan kesenian yang dibentuk oleh penyandang tuna netra yang mempunyai minat dan bakat dalam kesenian sunda.
Persatuan orang seberang. yaitu perkumpulan
yang dibentuk oleh penyandang tuna netra yang berasal dari luar Pulau Jawa khususnya dar! Sulawesi. Mereka mengontrak satu rumah yang cukup besar secara bersama atau mengontrak sebuah kamar yang berdekatan. Keberadaan kelompok ini sangat membantu anggotanya. Sebagai contoh apabila ada salah seorang dari mereka yang akan melangsungkan pemikahan tetapi keluarganya tidak bisa datang.
Segala persiapan untuk pelaksanaan akad nikah yang
menyangkut tempa!. dan mal
Biasanya
mereka meminjam tempat di PSBN Wyata Guna. Lembaga ekonomi formal yang ada di Kelurahan Pasirkaliki diantaranya adalah dua buah Bank swasta yaitu Bank Ekonomi dan Bank Perkreditan Rakyat Dana Putra Mandiri. yang penYlmpanan
dan
melayanai
pengambilan
uang
kepentingan Juga
nasabah baik untuk
berfungsi
sebagai
tempat
pembayaran listrik, air dan telepon. Penyandang tuna netra tidak menggunakan jasa kedua bank swasta tersebut, bagi mereka yang menggunakan jasa perbanl
Hal ini disebabkan bagi mereka yang sudah
menjadi penduduk tetap dan memiliki KTP dianggap sudah mampu sehingga tidak berhak mendapat kredit P2KP.
Sedangkan bagi yang tidak mempunyai
KTP dianggap bukan warga Kelurahan Pasirkaliki sehingga tidak mungkin untuk mendapatkan program tersebut.
39
Lembaga pendidikan yang ada di kelurahan Pasirkaliki adalah
empat
buah TK, lima buah SO, satu buah Sekolah Luar Biasa untuk tuna netra, dua buah SLTP, satu buah SL TA, dua buah Akademi Perawat dan dua buah Perguruan Tinggi. Semua lembaga tersebut bersifat formal. Tersedianya berbagai sarana tersebut membuat masyarakat Pasirkaliki tidak mengalami kendala
untuk
kemampuannya.
melanjutkan
pendidikan
sesuai
dengan
minat
dan
Bagi penyandang tuna netra yang tinggal di PSBN Wyata
Guna tetapi masih usia wajib belajar mereka bersekolah di SLB. Sedangkan yang mengikuti pendidikan SLTP ke alas mereka bersekolah bersatu dengan orang awas.
Sekolah mereka tidak pada sekolah yang berada di kelurahan
Pasirkaliki tetapi di sekolah yang berada di luar wilayah tersebut. Lembaga formal yang bergerak di bidang kesehatan adalah adanya Pos Pelayanan Terpadu (POSYANOU) di tiap RW, sebuah Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) serta Rumah Sakit Bersalin Melinda. PUSKESMAS letaknya sangat strategis dan mudah dijangkau dengan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum.
Keberadaan PUSKESMAS ini sangat membantu
para penyandang tuna netra yang mengalami sakit.
Karena selain biayanya
murah tempatnya juga mudah untuk dijangkau. Pengguna jasa Rumah Sa kit Bersalin Melinda lebih banyak digunakan oleh orang-orang kaya. Semenara itu apabila ada penyandang tuna netra yang sedang hamil dan mau melahirkan biasanya mereka pulang tertebih dahulu ke rumah orang tuanya. Mereka baru kembali setelah bayinya berusia 40 hari atau lebih. Oi Kelurahan Pasirkaliki juga terdapat beberapa lembaga formal yang bergerak dalam bidang sosial budaya yang berkaitan dengan kegiatan penyandang cacat, diantaranya: 1. Persatuan Tuna
Netra
Indonesia
(PERTUNI)
merupakan organisasi
masyarakat yang bertujuan untuk membina, mengembangkan, meningkatkan meningkatkan tingkat kesejahteraan serta melindungi para tuna netra. Yang menjadi pen gurus bukan hanya penyandang tuna netra tetapi terdapat juga orang awas yang mempunyai kepedulian terhadap mereka. Organisasi ini berada sampai tingkat nasion ai, sementara yang ada di kelurahan Pasirkaliki merupakan PERTUNI tingkat propinsi. 2. Persatuan Penyandang Cacat Indonesia (PPCI) merupakan organisasi masyarakat untuk membina dan meningkatkan taraf hidup para penyandang caca!. Yang menjadi anggota organisasi ini bukan hanya penyandang cacat
40
nelra lelapi juga penyandang eaeal fisik lainnya seperti eaeal lubuh, luna rungu wieara dan luna grahila. Yang menjadi pengurus lidak hany'l orang eaea! lelapi juga orang yang lidak eaea!. 3. Badan Pembina Olah raga Caeal (BPOC), merupakan organisasi masyarakal yang menghimpun seluruh akivilas olah raga para penyandang caeal sebagai upaya dalam menggali polensi para penyandang caca!.
Bagi penyandang
eacal nelra yang mempunyai bakal dan kemampuan dalam olah raga mengikuli organisasi ini banyak manfaalnya.
Mereka bisa diikut sertakan
dalam kegialan Pekan Olah Raga Daerah (PORDA) dan Pekan Olah Raga Nasional (PORNAS) khusus untuk orang eaea!. 4. Persatuan Tuna Neira Ahli Pijat (PERTAPI) merupakan organisasi yang mengusahakan peningkalan keterampilan pijat sebagai suatu profesi dan meningkatl
Organisasi ini
dibentuk oleh penyandang tuna netra yang bekelja sebagai pemija!. Dalam kegiatannya senngkali bekelja sama dengan PSBN Wyata Guna. Terutama untuk mengadakan pelatihan-pelatihan yang menu rut mereka dianggap penting 5. Ikatan Tuna Netra Muslim Indonesia (ITMI) merupakan organisasi masyarakat yang bertujuan mengembangkan, membina dan meningkatkan kesejahteraan para tuna netra muslim.
4.6. Ikhtisar Kelurahan Pasirkaliki memiliki lokasi yang sangat strategis, letaknya yang berdekatan dengan pusat pemerintahan baik
Kota maupun Propinsi serta
bersebelahan dengan Stasion Kereta Api Bandung, membuat
di wilayah ini
banyak didirikan, hOlel, penginapan, pusat perdagangan dan tempat-tempat hiburan.
Penduduk Kelurahan Pasirkaliki tennasuk kedalam struktur muda,
karena jumlah penduduk yang berumur muda lebih banyak dari yang berumur tua.
PenduQuk yang berusia 0 sampai 45 tahun mencapai 70,03 persen.
Tingkat pendidikan penduduk Kelurahan Pasirkaliki cukup baik, sebanyak 40,73 persen penduduknya memiliki latar belakang pendidikan SLTA ke atas. Banyaknya penduduk muda yang ditunjang dengan pendidikan yang memadai dapat menjadi potensi yang dapat dikembangkan sebagai tenaga kelja yang potensial. Mata peneaharian penduduk Kelurahan Pasirkaliki beragam, namun mata pencaharian yang paling banyak dimiliki penduduk adalah sebagai 41
pedagang yang mencapai 31,31 persen.
Hal ini sangat terkait dengan
banyaknya pendatang yang ada di wilayah tersebut baik yang pennanen maupun yang sementara.
Seperti di tempat-tempat lain, pada Kelurahan Pasirkaliki
terjadi pelapisan sosial. Pelapisan sosial ini dapat didasarkan kepada kekayaan, kekuasaan, kehormatan maupun ilmu pengetahuan.
Selain itu terdapat juga
orang-orang yang dijadikan pemimpin baik pemimpin formal maupun pemimpin informs/. Salah satu penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) yang ada di Kelurahan Pasirkaliki adalah keberadaan penyandang tuna netra. Dari jumlah 102 orang yang ada, yang diperoleh dari hasil wawancara dengan informan, 67 orang diantaranya tidak tercatat sebagai penduduk tetap dan masih hidup dalam keadaan miskin. Kemiskinan tersebut antara lain disebabkan oleh rendahnya latar belakang pendidikan yang dimiliki serta rendahnya pendapatan. Peke~aan sebagai pemijat dengan upah yang rendah dan pendapatan yang tidak menetap menyebabkan mereka sulit untuk meningkatkan taraf kehidupan ke tingkat yang lebih baik. Jumlah penyandang tuna netra yang ada di ktllurahan Pasirkaliki atau daera-daerah lain di kota Bandung kemungkinan besar akan terus bertambah. Hal ini disebabkan setiap tahun Panti Sosial Bina Netra Wyata Guna meluluskan kllen binaannya yang telah selesal mengikutl program rehabilitasi antara 50 sampai dengan 60 orang. Sementara itu dengan kapasitas tampung 250 orang klien, PSBN Wyata Guna setiap tahun menerima klien baru dari seluruh Indonesia antara 50 sampai 60 orang.
Komunitas penyandang tuna netra
banyak yang lebih suka tinggal di Kelurahan Pasirkaliki karena berbagai falctor. Banyaknya hotel yang beroperasi serta adanya Gelanggang Olah Raga yang terietak di jalan Pajajaran telah memberikan pengaruh banyaknya orang yang menggunakan jasa pijat penyandang tuna netra. Falctor lain yang juga menjadi pertimbangan adalah lokasi mudah dijangkau, dekat ke jalan raya, serta de kat dengan PSBN Wyata Guna. Jenis pekerjaan yang dapat
dike~akan
oleh komunitas penyandang tuna
netra adalah pemijat, pengelola panti pijat, guru, pegawai negeri sipil, dan menjadi honorer di PSBN Wyata Guna atau di Sekolah Luar Biasa. Sebagai pemijat mereka mempunyai keinginan untuk bisa membuka usaha pijat sendiri sehingga dapat meningkatkan pendapatan mereka. Tetapi keinginan untuk itu sulit diwujudkan mengingat harga sewa rumah yang memadai urituk dijadikan -12
sebuah panli pijal harganya sangal mahal. Sehingga apabila mereka hendak membuka panli pijal secara berkelompok biasanya mereka akan pindah ke lempal lain unluk mencari rumah yang harganya lebih murah. Kehadiran komunilas penyandang tuna netra di kelurahan Pasirkaliki lurul mempengaruhi jenis usaha yang dilakukan oleh masyarakat selempal. Hal ini ditunjukan dengan semakin maraknya masyarakal membuka usaha rumah konlrakan. membuka warung nasi.
dan membuka wartel.
Kegialan usaha
lersebul banyak dimanfaalkan oleh penyandang luna nelra untuk memenuhi kebuluhan sehari-hari mereka. Toleransi dan sikap lolong menolong dianlara komunitas penyandang luna nelra sangal baik. Mereka saling membanlu pada saal mereka mengalami suatu masalah. Tolong menolong tersebut bukan hanya dilakukan oleh sesama penyandang tuna netra yang belum berdaya lelapi juga oleh yang sudah berdaya kepada yang beium berdaya contohnya pinjaman yang diberikan oleh pengelola panli pijat kepada para pemijal. Telah banyak organisasi yang ada di kelurahan Pasirkaliki yang bertujuan unluk meningkalkan kesejahleraan para menyandang tuna nelra maupun unluk cacal tubuh lainnya. Orang
cacat
Organisasi-organisasi lersebut seperti
Sadan Pembina
(SPOC). Persatuan Penyandang Caca! Indonesia
(PPCI).
Persatuan Tuna Netra Indonesia (PERTUNI). Persatuan Tuna netra Ahli Pijal (PERTAPI) dan Ikalan Tuna Neira Muslim Indonesia (ITMI). Orgamsaslorganisasi lersebul belum mengarah pada kegialan ekonomis sehingga lidak dapal secara langsung meningkalkan pendapalan para penyandang tuna netra.
43
BABV HASIL DAN PEMBAHASAN Pembangunan semestinya ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan dan memberi kesempatan yang sam a untuk mencapai kehidupan yang lebih baik bagi seluruh masyarakat. Tetapi masih banyak masyarakat yang belum dapat menikmati dan menjadi subyek dalam pembangunan.
Hal tersebut sang at
dirasakan oJeh komunitas penyandang tuna netra. Mereka mengalami kesulitan untuk dapat meningkatkan kualitas hidupnya guna bisa memenuhi kebutuhan dasar dan menanggulangi permasalahan yang dihadapinya.
Apabila dikaitkan
dengan semakin banyaknya penyandang tuna netra yang dapat dilayani oleh PSBN Wyata Guna dari seluruh pelosok Indonesia. Maka seiring berjalannya waktu akan semakin banyak penyandang tuna netra yang akan tinggal di kola 8~!idung.
Untuk :tu pcilu pc~h~ti:::m don dukungan yang cukup terhadap upaya-
upaya mereka agar mereka dapat hidup mandiri di masyarakat. Salah salu Program Pengembangan masyarakat yang telah dievaluasi dan dianalisis pada saat pelaksanaan Praktek Lapangan " adalah kegiatan Koperasi penyandang tuna netra Indra Raba yang didirikan oleh komunitas penyandang tuna netra di kelurahan Pasirkaliki.
Kegiatan usaha koperasi ini
dilakukan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kesejahteraan dan usaha mereka.
5.1. Gambaran Mengenai Koperasi Penyandang Tuna Netra Koperasi Indra Raba dirintis sejak bulan Maret 1999, namun mulai berdiri pada bulan Januari tahun 2000. Pad a awalnya Koperasi ini dibentuk oJeh 18 orang penyandang tuna netra yang bekerja sebagai pemijat di Panti Pijat Indra Raba. Tujuan dari pembentukan koperasi ini adalah: (1) untuk menghimpun dana guna membantu penyandang tuna netra dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, (2) mengembangkan usaha yang dimiliki oleh anggota, (3) belajar berorganisasi yang sekiranya memberikan manfaat kepada seluruh anggotanya, serta (4) mempererat hubungan para pemijat yang bekerja atau pernah bekerja di Panti Pijat Indra Raba. Koperasi Indera Raba terletak di jalan Pajajaran No 52 Bandung. Dalam melakukan kegiatannya koperasi ini belum mempunyai tempat sendiri tetapi memanfaatkan ruang istirahat bagi pemijat yang ada di Panti Pijat Indera Raba. Adapun sarana yang dapat menunjang kegiatan koperasi adalah
tersedianya: (1) satu buah lemari untuk arsip, (2) satu set meja tulis kantor, dan (3) satu set kursi tamu. Untuk mengumpulkan modal awal mereka sepakat menghimpun dana dengan cara membayar simpanan pokok sebesar Rp. 280.000,- per anggota. Pembayaran
simpanan pokok dilakukan dengan
cara
diangsur melalui
pemotongan pendapatan sebf'sar Rp 1.000,- setiap kali mereka mendapatkan pasen. Pengumpulan modal awal ini berlangsung 11 bulan. Modal awal yang dapat terhimpun saat itu sebesar Rp 5.040.000,-. Dalam menghimpun modal untuk mengembangkan usahanya, koperasi dalam anggota saja. Untuk mendapatkan
masih mengandalkan modal dari modal dari luar
belum coba
dilaksanakan. Hal ini disebabkan mereka belum dapat membuka akses untuk dapat mengadakan kerjasama dengan pihak luar, baik menjalin ke~asama dengan lembaga-Iembaga yang ada di masyarakat maupun dengan tingkat yang lebih tinggi yaitu pemerintah ataupun swasta.
Hal ini dikarenakan kurangnya
infonnasi mengenai akses yang dapat dijangkau juga kurangnya keberanian untuk membuka akses dengan pihak lain. Dilihat dari perkembangan modal dan perkembangan anggota maka koperasi ini mengalami perkembangan yang lambat. Setelah berjalan enam tahun penambahan modal baru sebesar Rp 2.510.000,- yaitu dari modal awal Rp 5.040.000,- sekarang menjadi Rp 7.550.000,-. Sementara dalam perkembangan anggota dari 18 orang anggota sekarang menjadi 22 orang,
hanya bertambah
empat orang.
Dalam
keanggotaan ini banyak anggota lama yang keluar dikarenakan setelah tidak bekerja di Panti Pijat Indera Raba, mereka mendapat jauh
dari
Kelurahan
Pasirkaliki
sehingga
peke~aan
tidak
yang tempatnya
dapat
melanjutkan
keanggotaannya. Jenis usaha yang dikembangkan sampai saat ini adalah usaha simpan pinjam. Setiap bulan koperasi hanya dapat meminjamkan kepada tiga sampai empat orang anggota dengan jumlah pinjaman Rp 500.000,- per anggota. Tetapi kalau uang sedang ada maka jumlah pinjaman bisa mencapai satu juta rupiah. Sebelumnya pernah juga dirintis usaha jualan minuman dan makanan ringan tetapi tidak dapat dipertahankan karena mengalami kerugian. Menjadi anggota Koperasi Indra Raba ada syarat-syarat yang harus dipenuhi, yaitu: (1) menjadi pemijat di Panti Pijat Indera Raba atau pemah bekerja di PP Indera Raba, (2) bertempat tinggal di kelurahan Pasirkaliki (3) sanggup membayar simpanan pokok, simpanan wajib dan simpanan sukarela,
45
serta (4) mau mengikuti aturan-aturan yang ada pada koperasi.
Persyaratan
untuk menjadi anggota ini dibuat untuk memudahkan pelaksanaan koperasi, seperti syamt tempat tinggal atau tempat bekerja menjadi perhatian utalna karena seandainya tempat tinggal atau tempat beke~a anggota jauh maka hal ini akan menyulitkan pengurus untuk menagih iuran anggota. Pengurus koperasi dipilih secara
langsung oleh seluruh anggotannya, dengan terlebih dahulu
diajukan calon yang sekiranya cocok untuk dijadikan pengurus koperasi. Adapun kriteria untuk menjadi ketua maupun pengurus adalah: (1)
berdasarkan
seniontas, jadi yang dianggap telah lama bekerja di panti Indera Raba biasanya diprioritaskan untuk menjadi ketua,
(2) memiliki jiwa sosial yang tinggi,
(3)
mempunyai kedekatan kepada anggota, serta (4) mempunyai pengetahuan atau pengalaman dalam berorganisasi. Dalam melaksanakan kegiatan usahanya koperasi ini telah membentuk kepengurusan yang terdiri dan ketua, sekretaris dan bendahara. Tugas ketua adalah mengawasi, mengevaluasi serta menetukan arah kebijakan kegiatan koperasi.
Ketua bertanggung jawab untuk dapat mengarahkan anggota agar
dapat melaksanakan hak dan kewajibannya,
memberikan peringatan atau
teguran kepada anggota yang melanggar peraturan serta menyampaikan perkembangan koperasi kepada anggota. Tugas sekretaris adalah melakukan pencatatan terhadap Keanggotaan,
mewaKili tugas
Ketua
apabila ketua
berhalangan hadir, membantu tug as ketua dalam memotivasi anggota. Adapun tugas bendahara adalah menyimpan dan mengeluarkan keuangan serta membuat catatan pengeluaran dan pemasukan. Kinerja pengurus dalam mengelola kegiatan koperasi masih rendah hal ini terlihat dari tidak adanya pembukuan yang lengkap yeng menunjukan perkembangan koperasi dari tahun ketahun. Buku kas, buku simpanan anggota maupun buku pinjaman anggota tidak dibuat secara terpisah sehingga membuat ketidakjelasan. Walaupun setiap pengurus sudah mempunyai tugas pokok dan kewajibannya masing-masing namun dalam kenyataanya tugas dan kewajiban itu belum dapat dilaksanakan sesuai dengan apa yang seharusnya dike~akan. Hal ini disebabkan karena diantara pengurus yang ada belum satupun yang pernah
rnengikuti
pelatihan koperasi, sehingga kurang
mengetahui dan
memahami tugas yang seharusnya dikerjakan. Akibatnya pengurus mengerjakan pengadministrasian secara asal sesuai dengan kemampuannya, yang penting dimengerti oleh pengurus maupun oleh anggota itu sendiri.
46
Motivasi pengurus maupun anggota untuk dapat mempertahankan dan mengembangkan koperasi ini cukup kuat. Hal ini tampak dari kerelaan pengurus maupun anggota untuk tidak menerima dulu hasil keuntungan koperasi yang semestinya dibagikan pada saat RAT dilaksanakan. Keuntungan koperasi yang belum dibagikan be~umlah Rp 2.378.000,-. modal
Uang tersebut disatukan dengan
untuk dipinjamkan kepada anggota. Mereka beranggapan apabila sisa
hasil usaha (SHU) dibagikan modal koperasi menjadi berkurang. Pertemuan antara pengurus dan anggota dilakukan tiga bulan sekali. Kegiatan ini dilakukan untuk membicarakan masalah-masalah yang ada pada koperasi. Dalam penanganan terhadap anggota yang mer.galami kredit macet pengurus dan anggota mencarikan solusi yang teri:'aik agar anggota tersebut dapat memenuhi kewjibannya.
Cara yang ditempuh adalah menghapuskan
kewajibannya untuk merr.bayar bunga pinjaman apabila anggota tersebut dianggap memang sudah tidak mempunyai kemampuan lagi untuk membayar. Pengurus dan anggota setiap tahun mengadakan rapat a.nggota tahunan (RAT) yang membahas tentang laporan pengurus dalam perkembangan koperasi baik mengenai keuangan, keanggotaan maupun rencana kedepan.
Pemilihan
ketua dan pengurus baru, dilaksanakan dua tahun sekali pad a saat RAT. Koperasi ini belum mempunyai anggaran dasar dan belum berbadan hukum. Sehingga apabila mengacu kepada Undang-Undang Perkoperasian No 25 Tahun 1992 koperasi ini belum dapat disebut koperasi.
5.2. Pengembangan Ekonomi Komunitas Penyandang Tuna Netra Melalui Koperasi Seperti telah dijelaskan di atas bahwa kelurahan Pasirkaliki mempunyai lokasi strategis yang dapat dijadikan potensi untuk dijadikan tempat berusaha. Peluang ini dimanfaatkan oleh komunitas penyandang tuna netra guna membuka usaha atau beke~a sebagai pemijat di kawasan ini. Karena banyaknya jumlah pemijat maka persainganpun menjadi lebih ketal. Hal ini berdampak terhadap rendahnya pendapatan yang didapat oleh mereka. Sehingga dan hasil pijatnya tersebut tidak cukup untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup sehan-hari apalagi untuk membuka usaha sendiri. Dengan
adanya
koperasi,
penyandang tuna
netra
yang
bekerja
memperoleh upah harian dapat menyisihkan dananya untuk kegiatan rr.enabung. Dari dana anggota yang terkumpul tersebut dimanfaatkan untuk memberikan
47
pinjaman kepada anggota yang membutuhkan. Bunga yang dikenakan kepada peminjam dua persen dengan lama angsuran sampai sepuluh bulan. Pinjaman ini dimanfaatkan oleh anggota untuk membeli kebutuhan konsumtif atau untuk membayar sewa kos sehingga mereka masih bisa bertahan di tempat itu. Bagi anggota yang mempunyai usaha dagang baik itu pakaian atau makanan dapat menitipkan barang dagangannya kepada koperasi. Sistem yang digunakan adalah sistem konsinyasi yaitu dibayar kalau barang sudah laku.
Hal ini cukup
membantu karena dengan demikian anggota yang punya barang tidak pertu menjajakannya dan usaha mereka dapat bertanjut. Sampai saat ini koperasi baru bisa membantu melayani kebutuhan anggota yang sifatnya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hart saja belum kepada pengembangan usaha. Padahal dengan banyaknya hotel yang ada di lokasi terse but pihak anggota berharap bahwa koperasi dapat r.1embuat ke~asama
tiengan pihak hotel untuk menyediakan jasa pijat di hotel terse but. Hal
ini merupakan harapan sebagian besar anggota yang sudah tidak lagi
beke~a
di
Panti Pijat Indera Raba. Dengan sistem jemput bola seperti ini maka diharapkan jumlah pasen pijat semakin banyak. pendapatan dapat meningkat dan usaha merekapun dapat berlanjut. Potensi lain yang dapat dikembangkan pada penyandang tuna netra adalah memanfaatkan keterampilan lain yang dimiliki oleh mereka. Selain keterampilan pijat mereka memiliki keterampilan untuk membuat map. membuat telur asin dan membuat anyaman dart bahan injuk untuk dibuat kesed. Mengingat banyaknya waktu luang yang mereka miliki pada saat menunggu pasen maka ada harapan dart anggota agar pihak koperasi dapat memanfaatkan waktu mereka untuk kegiatan yang lebih produktif.
Untuk merealisasikan hal
tersebut pihak koperasi harus menghubungi PSBN Wyata Guna agar dapat menampung hasil produksi mereka.
Namun hal ini belum dapat dilakukan
mengingat masih terbatasnya modal koperasi yang dapat dijadikan untuk modal usaha. Sampai saat ini pengembangan koperasi masih dilakukan dengan memanfaatkan kekuatan dari dalam. Belum diupayakan mengadakan
ke~asama
dengan pihak luar untuk penambahan modal dan peningkatan sumberdaya man usia.
Harapan mereka ada pihak luar yang dapat membantu sehingga
koperasi ini dapat terus
be~alan
dengan memberi banyak manfaat sesuai
dengan apa yang mereka harapkan.
48
5.3. Pengembangan Modal Sosial dalam Koperasi Menurut Woolcock sebagaimana dikutip oleh Nasdian dan Utomo (2005), modal sosial didefinisikan sebagai info nnasi , kepercayaan dan norma-norma timbal balik yang melekat dalam suatu jaringan sosial. Komunitas membangun modal sosial melalui pengembangan hubungan-hubungan aktif, partisipasi, demokrasi, penguatan pemiJikan komunitas serta kepercayaan.
Sumber dari
modal sosial adalah: (1) nilai-nilai yang hidL!p dalam masyarakat, (2) ikatan solidantas, (3) adanya pertukaran timbal balik yang saling menguntungkan serta, (4) kewajiban masing-masing. Berdasarkan pendapat di atas dengan merujuk kepada konsep modal sosial, maka dalam kegiatan evalusi temadap koperasi dapat dikatakan bahwa: 1. Koperasi Indera Raba terbentuk karena adanya ikatan solidantas yang kuat dan komunitas penyandang tuna netra yang me,'asa perlu untuk melakukan suatu aktivitas bersama guna meningkatkan kesejahteraan mereka. 2. Koperasi
dapat terus
be~alan
dan
dipertahankan
karena
adanya
kepercayaan penuh dan anggota kepada pengurus. Dengan kejujuran yang diperlihatkan oleh para pengurus, anggota merasa yakin bahwa koperasi dapat dijadikan tempat yang dapat membantu memenuhi kebutuhan mereka. 3. Baik anggota maupun pengurus merasakan adanya perukaran timbal balik yang saling menguntungkan dengan masuknya mereka menjadi anggota koperasi. 4. Koperasi dapat dijadikan sebagai wadah untuk memberdayakan komunitas penyandang tuna netra. Melalui kegiatan k:lperasi, penyandang tuna netra belajar memahami ap'l yang menjadi masalahnya dan bagaimana upaya untuk menanggulangi masalahnya. 5.4. Analisis Keragaan dan Permasalahan Koperasi Analisis terhadap kapasitas kelembagaan koperasi perlu dilakukan sebelum merancang program pengembangan kapasitas kelembagaan koperasi yang menjadi subyek kajian.
Sebagaimana telah dikemukakan dalam Bab 3
bahwa kapasitas kelembagaan dapat diJihat dari empat aspek, yaitu modal, manajemen, usaha dan
pembentukan janngan. Kajian temadap kapasitas
kelembagaan koperasi dilakukan dengan wawancara mendalam dan diskusi terarah.
49
5.4.1. Modal Seperti yang telah dikemukakan dalam bab terdahulu bahwa pada lembaga koperasi dikenal adanya dua jenis modal, yaitu modal dalam atau rr.odal sendiri dan modal luar atau modal pinjaman dari pihak lain.
Pad a
koperasi Indra Raba modal sendiri masih hanya terbatas pada modal yang dihimpun dari anggota, dalam bentuk simpanan pokok dan simpanan wajib. Pengumpulan modal dari dalam perkembangannya masih sangat lambat. Dan modal awal sebesar Rp 5.040.000 pada tahun 2000 menjadi
Rp 7.550.000,·
pada tahun 2006. Ke!erbatasan modal yang ada telah membuat usaha koperasi kurang berkernbang dan mengalami kesulitan untuk membuka usaha yang lain. Demikian halnya dengan pinjarnan anggota senngkali tidak sesuai dengan yang diajukan, baik dari waktu peminjaman maupun dan besamya jumlah pinjaman. Masalah kurang modal dalam koperasi membuat pengurus menjadi kesulttan untuk memenuhi permohonan anggota serta sulit mengembangkan usaha yang sudah ada. Hal tersebut disampaikan oleh Bapak Egr, berikut ini: ".. kami sebagai pengurus merasa kesulitan untuk bisa memajukan koperasi dikarenakan masih sedikitnya modal yang ada. Mau diperbesar jumlah simpanan wajib anggota kasihan takut memberatkan. Dengan adanya modal yang keeil ini maka kami tidak dapat memenuhi seluruh keinginan anggota. Demikian juga kami tidak dapat merintis usaha-usaha lain yang dapat lebih dikembangkan. Gerak kami menjadi terbatas". Masalah yang diakibatkan kurangnya
modal koperasi sangat dirasakan juga
oleh anggota. Hal ini telah mengakibatkan terbatasnya jumlah anggota yang dapat meminjam kepada koperasi serta kesulitan dalam merintis usaha yang lain. Hal tersebut disampaikan oleh Bapak Smt berikut ini: "... setiap bulan koperasi hanya dapat memberi pinjaman kepada tiga orang pad aha I yang mengajukan pinjaman bisa lebih dari lima orang. Kalau tidak sedang benar-benar butuh tidak masalah tidak kebagian juga. Tapi kalau pas butuh ternyata di koperasi sedang tidak ada uang ttu yang sering ktta sebagai anggota merasa dikeeewakan. Sebenarnya banyak kesempatan yang bisa dijadikan untuk meningkatkan usaha koperasi misalnya be~ualan sembako untuk memenuhi kebutuhan anggota setiap bulannya. Saya yakin usaha ini bisa mendatangkan keuntungan tambahan bagi koperasi. Tapi ya ttu tadi modalnya tidak ada. Bagusnya koperasi jangan hanya mengandalkan keuntungan dari jasa simpan pinjam saja. Kalau hanya mengandalkan jasa yang dua persen sebulan kapan majunya koperasi". Lambatnya perkembangan modal koperasi disebabkan masih keeilnya modal yang dapat dihimpun oleh koperasi dari simpanan pokok dan simpanan
50
wajib anggota.
Hal ini tereermin dan apa yang disampaikan oleh bapak Kno
selaku ketua koperasi, benkut ini: "..modal koperasi kita biarpun sudah berjalan enam tahun tetapi masih keeil, karena simpanan wajib anggota setiap bulan hanya lima nbu rupiah. Mau ditingkatkan menjadi lebih besar susah juga karena kita tahu sendin Sebetulnya pemah masalah kenaikan pendapatan mereka keeil. simpanan wajib ini diusulkan untuk dinaikan menjadi sepuluh nbu sebulan, tetapi lebih banyak anggota yang tidak setuju daripada yang setujunya" . Walaupun modal dari dalam dirasakan masih sangat kurang namun sampai saat ini koperasi belum dapat mengakses modal dari luar. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya mereka takut mau pinjam ke luar karena tanggung jawabnya besar. Hal tersebut dikemukakan oleh Bapak Atg sebagai pen gurus benkut ini : " .. saya tidak berani mau mencari pinjarnan untuk menambah modal koperasi karena siapa nanti yang akan bertanggungjawab kalau terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Yang saya tahu untuk pinjam uang ke bank memer1ukan jaminan berupa sertifikat yang dapat diagunkan, sementara koperasi kita ini tidak mempunyai surat berharga apapun yang bisa untuk dipakai jaminan .." Faktor lain yang mengakibatkan pengurus belum dapat menghimpun modal dan luar adalah karena sampai saat ini belum ada informasi mengenai keberadaan lembaga yang dapat membantu penambahan modal koperasi, ditambah kurangnya pengetahuan pengurus untuk dapat menjangkau akses tersebut. Hal ini diungkapkan oleh Bapak Egr benkut ini: "..Selama saya menjadi pengurus koperasi saya belum pernah mendapatkan informasi dari siapapun mengenai adanya lembaga pemerintah ataupun dari perusahaan-perusahaan yang dapat membantu memberikan pinjaman modal kepada koperasi. Saya tidak tahu harus kemana atau menghubungi siapa agar koperasi kita dapat pinjaman modal dengan bunga rendah seperti yang sudah dialami oleh koperasikoperasi lain. Padahal apabila koperasi kita mendapat tambahan modal maka kebutuhan anggota akan dapat lebih terpenuhi dan usaha koperasi akan dapat lebih berkembang".
Berdasarkan uraian di atas maka masalah-masalah yang berhubungan dengan kurangnya modal koperasi adalah: 1. Modal yang berasal dari anggota berupa simpanan pokok dan simpanan wajib jumlahnya masih relatif keeil. 2. Modal dari luar berupa hibah maupun pinjaman belum ada.
51
3. Pen gurus tidak mempunyai keterampilan ataupun pengelahuan yang cukup untuk dapat mengakses modal dari luar. 4. Informasi mengenai pinjaman yang dapal dimanfaatkan oleh koperasi lidak sampai kepada pengurus koperasi. 5.4.2. Manajemen Pengslolaan sebuah koperasi dapat diserahkan kepada seorang manajer atau dikelola langsung oleh pengurusnya.
Pada koperasi penyandang tuna
neira, pengelolaan usaha sepenuhnya ditangani oleh para anggota yang diberi Untuk pengelolaan suatu usaha yang balk
kepercayaan sebagai pengurus.
maka tugas, tanggung jawab dan wewenang masing-masing pengurus harus jelas dan tegas, sehingga masing-masing dapat
beke~a
secara profesional
menangani bidangnya masing-masing. Berdasarkan wawancara
dengan
pengamatan pengurus
lang sung dan
di
anggota,
lapangan kegiatan
maupun koperasi
hasil dalam
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan sumberdaya organlsasl belum dilaksanakan dengan balk.
Untuk memb!.lat suatu kegiatan
tidak dibuat perencanaan secara matang terlebih dahuiu. Sebagai contoh pada saat hendak membuka usaha dagang, tidak dibuat perencanaan mengenai pendanaan, tempat, pengawasan.
konsumen yang akan dituju, petugas jaga, sistem
Kegiatan berjalan begitu saja sehingga usahapun kurang
lerkonlrol dan men gal ami kerugian. Pengorganisasian kegiatan koperasi oleh pengurus masih kurang tepa!. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan dan keterampilan pengurus dalam mengorganisasi sebuah usaha. Untuk membuat pengadministrasian keuangan yang benar seorang bendahara diharapkan mengetahui dasar-dasar mengenai pembukuan. Kurangnya pengetahuan ini membuat pengurus kurang terampil melaksanakan tugas pokoknya.
Hal ini sangat dirasakan oleh salah seorang
pen gurus yang mempunyai tug as sebagai bendahara. Dia mengalami kesulitan dalam menjalankan tugasnya dikarenakan kurangnya pengetahuan, seperti yang disampaikan oleh Bapak Hd berikut ini: •.. hambatan saya dalam melaksanakan tugas saya sebagai bendahara adalah saya tidak tau bagaimana cara melakukan pembukuan yang baik. Sehingga catatan yang saya buat berdasarkan yang saya tahu saja, yang penting bisa dimengerli oleh ketua dan pengurus yang lain. Makanya kalau misalnya ada kemungkinan kita mengadakan ke~asama dengan
52
pihak lain dan harus dipenksa masalah pembukuannya saya tidak tahu harus bagaimana". Dalam ketentuan penerimaan anggota koperasi, pengurus dan anggota sepakat bahwa yang dapat menjadi anggota koperasi adalah penyandang tuna netra yang beke~a atau pemah beke~a di Panti Pijat Indera Raba. Ketentuan ini telah mengakibatkan perkembangan jumlah anggota dan tahun ke tahun be~alan sangat lambat. Alasan pengurus dan anggota menetapkan peraturan ini adalah untuk memudahkan pengurus dalam pengumpulan setoran anggota.
Hal
tersebut sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Bapak Hmn, benkut ini: " .. kami selaku pengurus atas masukan dari anggota sepakat bahwa yang dapat menjadi anggota koperasi Ini adalah penyandang tuna netra yang beke~a di Panli Pijat Indera Raba atau pemah bekrja di Panti Pijat Indera Raba tetapi tinggalnya masih di wilayah Paiskaliki. Ketentuan ini kami buat untuk memudahkan pengurus dalarr. menarik setoran wajib anggota ataupun setoran pinjaman a,nggota. Apabila anggota tempatnya jauh atau tidak beke~a lagi di Indera Raba maka siapa yang akan menagih bila anggota tersebut mengalami kemacetan dalam setoran".
Dalam pengelolaan usaha simpan pinjam, pengadministrasian mengenai peminjam, buku kas keluar dan masuk uang, catatan mengenai keuntungan koperasi tiap bulan dibuat sangat sederhana dan hanya dapat dipahami oleh pen gurus dan anggota saja. Keadaan ini diakui oleh pengurus maupun anggota seperti yang diungkapkan oleh Saudara yto, bahwa: ".. Saya tidak tahu jelas mengenai perkembangan modal maupun keuntungan koperasi, karena sampai saat ini saya belum pemah menenma laporan perkembangan koperasi secara tertulis Bagi saya yang penting koperasi ini dapat terus berjalan, dapat memenuhi kebutuhan anggota, dan tidak ada yang dirugikan. Lagipula saya yakin tidak ada unsur penyalahgunaan apapun oleh pengurus" Dari hasil pengamatan maupun wawancara dengan para pengurus terdapat
beberapa
masalah
yang
menyebabkan
menejemen
koperasi
penyandang tuna netra dirasakan masih kurang, yaitu: 1. Kegiatan organisasi masih berada dalam lingkup yang terbatas, yaitu hanya ditujukan bagi orang-orang yang
beke~a
atau pernah bekerja di panti pijat
Indera Raba saja, belum ada upaya untuk mengembangkan keanggotaan kepada yang lebih luas. 2. Pengelolaan dalam organisasi baik mengenai pengadministrasian, pelaporan, pengarahan maupun pengawasan masih dilakukan secara sederhana.
53
Kondisi ini disebabkan masih lemahnya sumberdaya manusia, baik dari segi pendidikan maupun keterampilan.
6.4.3. Keragaarl Uasaha Jenis usaha yang telah dilaksanakan oleh koperasi penyandang tuna netra hingga saat ini ada dlJa jenis usaha, yaitu usaha simpan pinjam dan usaha perdagangan.
Usaha simpan pinjam sampai saat ini masih dapat be~alan,
sementara usaha perdagangan tidak dapat bertangsung lama dikeranakan mengalami kerugian. Untuk usaha simpan pinjam, setiap anggota mempunyai hak untuk meminjam uang maksimal Rp 500.000 dengan waktu pengembalian maksimal sepuluh kali angsuran, bung a dua persen tetap. Setiap bulannya pihak pengurus hanya dapat meminjamkan uang kepada tiga sampai empat orang anggota. Dari keseluruhan peminjam tidak semuannya dapat melunasi pinjaman sesuai dengan pe~anjian teiapi ada juga beberapa anggota yang sering mengalami ketertambatan dalam pembayaran ataupun yang mengalami kredit macet. Walaupun jumlah anggota yang mengalami kredit macet tidak banyak tetapi hal ini sangat berpengaruh terhadap perputaran uang yang digunakan untuk usaha tersebut.
Keterangan tersebut sesuai dengan apa yang
disampaikan oleh Bapak Egr berikut ini: " Masalah yang dihadapi oleh pengurus sehubungan dengan usaha simpan pinjam ini adalah adanya anggota yang tidak dapat membayar angsuran pi;]jaman tepat pada waktunya. Ini mengakibatkan semakin berkurangnya dana yang dapat disalurkan untuk dipinjamkan kepada anggota yang lain. Maklum modal koperasi kita ini kan masih kecil, jadi kalau ada yang menunggak apalagi sampai macet pengaruhnya cukup besar terhadap usaha koperasi". Usaha koperasi untuk menjual barang kebutuhan anggota temyata tidak dapat bertahan lama. Usaha itu hanya dapat
be~alan
4 buian saja. Modal yang
digunakan untuk usaha dagang sebesar Rp.500.000,- diambil dari uang kas yang berasal dari keuntungan koperasi yang belum dibagikan kepada anggota. Yang menjadi kendala sehingga membuat usaha dagang tidak berjalan adalah:
(1)
tidak mempunyai tempat yang cukup aman untuk menyimpan barang dagangan sehingga keamanan barang kurang terjaga, (2) tidak ada petugas tetap yang terus menerus menjaga barang dagangan, karena bisa saja pada saat petugas menjaga dagangan tiba-tiba dia harus memijat karena gilirannya untuk memijat sudah tiba. Pada saat menitipkan barang dagangan kepada petugas lain tidak ada serah terima yang jelas dalam perhitungan barang dan uang, (3) anggota
54
lebih suka membeli rokok ataupun minuman dengan cara meminjam tidak secara tunai sehingga perputaran uang menjadi lambat. Seperti yang diungkapkan oleh Saudara Nsh (28) berikut ini : "... Jualannya sebenarnya laku, banyak orang yang beli baik dari anggota maupun para tamu. Lama-lama anggota jadi banyak yang ngutang, sehingga modal untuk belanja barang dagangan besok semakin berkurang. Selain itu barang-barang juga banyak yang hilang, kita mau nuduh ke siapa ngga ada yang tahu, habis terlalu banyak orang masuk sih, mana petugas jaganya juga ngga tetap tergantung siapa yang piket oi panti", Kegiatan usaha dagang akhimya dihentikan dengan jumlah kerugian Rp 100.000,- yang ditanggung oleh semua anggota dengan berkurangnya jumlah hasil usaha koperasi yang rencananya akan dibagikan pada rapat anggota tahun depan. Berdasarkan hasil wawancara dengan anggota, banyak peluang usaha yang ada di PSBN Wyaia Guna maupun di lingkungan Kelurahan Pasirkaliki yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan usaha anggota maupun pengembnngan usaha koperasi. Hal ini terungkap dari pembicaraan Bpak Hs benkut ini: " Sebenamya saya dan temen-teman sudah mempunyai rencana untuk membuka usaha guna mengisi waktu luang kami. Kami ingin mmbuat telur asin yang hasilnya bisa dijual ke Wyata Guna. Modalnya dari koperasi nanti keuntungannya kita bagi dua. Selain cara pembuatannya mudah, kami juga bisa menambah pendapatan. Seandainya saja setiap minggu Wyata Guna membeli telur asin sebanyak 250 buah untuk kiien di asrama, berapa keuntungan yang bisa kita dapat setiap bulannya, lumayankan. Tapi niat ini samp&i sekarang belum dapat terlaksana karena pengurus belum dapat mengadakan ke~asama dengan Wyata Guna". Dan uraian di atas maka yang menjadi masalah belum berkembangnya usaha yang ada pada koperasi, adalah: 1. Jenis usaha yang ditangani hanya simpan pinjam dalam skala usaha yang masih sangat keeil. Hal ini disebabkan pengurus belum dapat menangkap peluang-peluang usaha yang dapat diambil untuk menambail jenis usaha yang telah ada. 2. Usaha koperasi cenderung hanya memenuhi kepeliuan interen anggota, belum beroreantasi ke luar anggota, seperti memenuhi kebutuhan panti pijat ataupun keb"tufian para pasen pijat yang datang.
55
3. Modal yang ada masih sangat terbatas sehingga suitt untuk mengembangkan usaha yang sudah ada maupun membuka usaha baru. 4. Masih ada anggota yang tidak tepat waktu dalam pengembalian cicilan sehingga mempengaruhi jalannya usaha. 5.4.4. Jaringan Hubungan antara koperasi Indra Raba dengan pihak luar masih sangat kurang.
Upaya kerjasama baru dirintis dengan pihak koperasi PSBN Wyata
Guna untuk mendaftar menjadi anggota koperasi Wyata Guna itupun tidak berhasil karena adanya penolakan dari ketua Koperasi Wyata Guna, seperti yang dikemukakan oleh Bapak Smt, berikut ini : "... memang pernah datang kepada kami beberapa orang pengurus dan anggota dari koperasi Indra Raba bahkan sampai tiga kali mereka memaksa ingin menjadi anggota koperasi kita, tapi ya kita tidak bisa mengabulkan permohonan mereka sebab di dalam AD/ART kita kan sudah jelas bahwa yang menjadi anggota koperasi PSBN Wyata Guna adalah pegawai PSBN Wyata Guna, kalau kita menerima mereka sebagai anggota, berarti kita harus merubah AD/ART, kalau memberikan bantuan tenaga untuk mendampingi kegiatan koperasi sih kita siap bantu". Pengurus mengalami kesulitan dalam melakukan jaringan dengan pihak luar karana pengetahuan mereka untuk membuka akses dengan pihak luar masih sangat kurang. Hal tersebut diungkapkan oleh bapak Kn berikut ini : "... sampai saat ini belum terpikirkan untuk mengadakan kerjasama dengan pihak lain baik untuk meningkatkan pengetahuan kami mengenai berkoperasi maupun dalam penambahan modal karena kita tidak tau harus menghubungi kemana dan kepada siapa, kalaupun kami tau kemana harus pergi tidak ada yang bisa mengantar, kalau sendirian sementara belum tahu arah-arahnya nanti bisa nyasar-nyasar". Alasan pihak luar selama ini belum dapat membantu komunitas penyandang tuna netra karena berbagai macam faktor. Salah satu diantaranya karena kehadi,an penyandang tuna netra di Kelurahan Pasirkaliki banyak yang tidak terdaftar sebagai penduduk setempat. Hal ini mengakibatkan keberadaan mereka kurang mendapat perhatian pemerintah dan tidak tersentuh oleh program-program
yang
bertujuan
untuk
meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat. Selain itu adapula yang beralasan bahwa masyarakat tidak tahu apa yang dapat dilakukan untuk membantu penyandang tuna netra
sebab
setahu mereka semua masalah yang berkenaan dengan penyandang tuna netra
56
sudah ditangani oleh Departemen Sosial. Pendapat tersebut disampaikan oleh bapak Mm seorang petugas kelurahan berikut ini : "... dari program-program yang sudah dilaksanakan di kelurahan seperti Program Pengentasan Kemiskinan Perkotaan (P2KP) ataupun Bantuan Langsung Tunai (BLT) semuanya ditujukan untuk keluarga miskin yang sudah tercatat sebagai warga miskin di kelurahan. Bagi mereka yang tidak terdaftar sebagai keluarga miskin dan tidak bisa menunjukan bukti KTP ataupun KK maaf saja, kita tidak bisa membantu biarpun mereka itu memang tinggal di Kelurahan Pasirkaliki. Lagi pula untuk masalah tuna netra kan sudah ada yang menangani yaitu DEPSOS jadi kita prioritaskan untuk masyarakat biasa saja dulu". Faktor lain yang menyebabkan koperasi belum dapat membangun jejaring dengan pihak luar adalah masih adanya perasaan kurang percaya dari pihak luar terhadap
kemampuan
penyandang
tuna
netra
sehingga
kalaupun
ada
kemungkinan untuk diadakan kemitraan maka dalam pelaksar.aannya harus didampingi oleh orang awas. Hal ini terungkap dart pembicaraan dengan Bpak Hsn dari PT Bio Farma, berikut ini: ".. kalau koperasi tuna netra ini mau maju, tentunya mereka harus dapat dengan orang awas untuk dapat mendampingi usaha mereka. Apalagi sebetulnya peluang untuk mendapat pinjaman modal koperasi bukan hanya dari PT Bio Farma saja, tetapi dari PERUMTEL dan PLN juga sama mempunyai program seperti ini. Kalau tanpa didampingi orang awas mana bisa mereka sampai kepada akses tersebut. Di lembaga manapun kalau yang namanya urusan pinjaman modal pasti harus melaporkan perkembangan usaha yang dapat dibaca dan dipahami oleh orang awas". beke~asama
Dart uraian di atas yang menjadi masalah dalam pengembangan jaringan koperasi, adalah: 1. Kurangnya pengetahuan dan keberanian pengurus untuk mengadakan kerjasama dengan pihak luar. 2. Kurangnya pengetahuan pihak luar mengenai masalah yang dihadapi oleh penyandang tunanetra serta adanya anggapan bahwa penanganan penyandang tuna netra adalah tanggungjawab DEPSOS. 3. Masih
adanya perasaan kurang
percaya
dart pihak
luar terhadap
kemampuan yang dimiliki oleh penyandang tuna netra. Untuk dapat lebih menjelaskan mengenai keragaan dan permasalahan yang ada pada koperasi dapat dilihat pada Tabel 8 berikut ini:
57
Tabel 8: Keragaan dan Permasalahan Koperasi dalam Kondisi di Lapangan Aspek-aspek No
dalam koperas;
1.
Modal
Keragaan
Masalah
- Perkembangan modal lambat
- Simpanan wajib dan simpanan
- Jumlah modal keen
sukarela an990ta keeil
- Penghimpunan modal baru dari dalam koperasi, belum
2.
I
diupayakan modal dan Iuar
J Manajemen
,
- Sudah ada pembagian kerja tetapi
- Pengetahuan dan keterampifan
belum bekerja seeara efektif
pengurus mengenai
- Pengadministrasian be/urn teratur
pengelolaan
koperasi masih
kurang
- Belum ada pembukuan yang
menje/askan mengenai perkembangan modal dan keuntungan koperasi dari tahun ke tahun 3.
Keragaan usaha
- Usaha yang dikeloJa hanya
simpan
- Pengurus beJum dapat menagkap peluang usaha yang
pinjam
ada
- Perkembangan usaha lambat - Keuntungan yang dihasilkan dari usaha
- Modal untuk mengembangkan usaha masih terbatas
masih keciJ
- Masih ada anggota yang tidak tepat waktu dalam pengembaUan cicUan
4.
Jaringan
- Belum ada jaringan dengan pihak luar
- Kurangnya pengetahuan dan keberanian pengurus untuk membuka kerjasama dengan pihak luar
-
Kurangnya pengetahuan pihak luar mengenai masalah penyandang tuna netra
.
Masih adanya perasaan kurang percaya dari pihak luar pada kemampuan penyandang tuna I1E=tra
Sumber. Wawancara dan observasr
5.5. Faktor-Faktor yang Berpengaruh dalam Keragaan Koperasi Terdapat berbagai faktor yang berpengaruh dalam keragaan koperasi sehingga dapat menentukan keberfanjutan dan perkembangan koperasi. Dalam kajian ini yang menjadi faktor pengaruh dalam perkembangan koperasi adalah kapasitas pengurus, kapasitas anggota dan dukungan dan luar baik yang berasal dari masyarakat, pemenntah maupun swasta. Pembahasan terhadap faktorfaktor yang
berpengaruh
dalam
keragaan
koperasi
dilaksanakan
untuk
mengetahui sejauh mana faktor-faktor terse but mampu memberikan dorongan
58
terhadap keberlanjutan koperasi sehingga dapat memberdayakan penyandang tuna netra sebagai anggotanya. 5.5.1. Kapasitas Pengurus Maju mundumya koperasi sangat dipengaruhi oleh kinerja pengurus dalam menjalankan usahanya. Koperasi yang mulai dibentuk tahun 2000 masih tetap dapat bertahan sampai sekarang karena adanya dorongan yang kuat dari para pengurus untuk tetap berusaha menjalankan koperasi.
Untuk mengelola
koperasi telah terbentuk susunan pengurus yang terdio dari ketua, wakil ketua, sekretaris dan bendahara.
Dalam pelaksanaanya kerjasama mereka cukup
bagus dalam arti mereka sudah berusaha untuk melaksanakan perannya masing-masing sebatas pengetahuan dan kemampuan mereka. Da'am menjalankan misinya untuk meningkatkan kesejahteraan anggota, para pengurus mempertlihatkan sikap berusaha untuk terbuka, jujur dan mengutamakan kepentingan bersama. Mereka mempunyai motivasi untuk bisa mengembangkan usaha koperasi sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan anggot3. Seperti yang diungkapkan oleh bapak Kno beokut ini: ".. Motivasi saya menjadi pengurus adalah saya ingin bisa membantu teman-teman senasib membentuk sebuah koperasi yang bisa meningkatkan kesejahteraan kami. Walaupun pengetahuan saya mengenai koperasi masih sanga! kurang tapi saya yakin dengan adanya kepercayaan dan dukungan dari teman-teman sebagai anggota, koperasi ini dapat terus berjalan". Pengetahuan pengurus mengenai kope:asi masih sangat terbatas. Hal ini disebabkan dari lima orang pengurusnya yang ada, belum satupun yang pernah mendapat pelatihan mengenai koperasi atau pelatihan lain yang berhubungan dengan manajerial sebuah organisasi. Mereka hanya mengetahui sedikit tentang koperasi pada saat mereka masih me njadi klien PSBN Wyata Guna atau bagi yang mempunyai pekerjaan lain sebagai pemijat mereka mempunyai psngalaman
berkoperasi
ditempatnya
bekerja.
Seperti yang
diungkapkan oleh bapak Kn berikut ini : " .. saya tahu mengenai cara berkoperasi dan pen gala man saya menjadi anggota koperasi di rumah sakit Boromeus tempat saya bekerja sekarang maupun pen gala man saat menjadi pengurus sewaktu menjadi klien binaan Wyata. Guna. Dengan pengetahuan itu saya menerapkan dalam koperasi yang sekarang kita bangun bersama. Namun begitu saya masih mengalami hambatan karena saya tidak tahu bagaimana cara membukukan yang benar sehingga catatan-catatn yang kita buat masih sangat sederhana "
59
Kurangnya
pengetahuan
yang
dimiliki
oleh
mempengaruhi keterampilan dan hasil kelja mereka.
pengurus
sangat
Keadaan demikian
mengakibatkan koperasi yang telah dibentuk selama enam tahun
kurang
berkembang. Hal ini ditunjukkan dengan perkembangan modal yang lambat, usaha yang masih terbatas pada simpan pinjam serta kegiatan yang kurang terorganisir. Sampai saat ini
pengurus belum dapat merumuskan anggaran
dasar, belum dapat melaksanakan Rapat Anggota Tahunan yang bena; serta belum dapat melengkapi usahanya dengan pembukuan yang jelas.
Padahal
untuk benar-benar menjadi sebuah koperasi, kegiatan-kegiatan tersebut mutiak harus dilaksanakan. Untuk itu pengurus mempunyai harapan ada pihak luar yang dapat membantu menangani permasalahan yang dirasakan oIeh pengurus. Hal ini terungkap dari pembicaraan Bapak Hdi berikut ini: ".. Sebagai pen gurus saya mengharapkan adanya suatu pelatihan mengenai koperasi yang diberikan kepada kami baik dari dinas koperasi maupun dari PSBN Wyata Guna. Sehingga saya dapat menjalankan tugas saya sebagai bendahara dengan baik, dapat mengerjakan pembukuan yang benar". Harapan lain adalah adanya bantu an dart lembaga keuangan yang dapat memberikan pinjaman modal dengan bunga rendah kepada koperasi sehingga dapat meningkatkan usaha koperasi. Hal ini disampaikan oleh bapak Egr berikut ini: ".. Untuk dapat memajukan usaha koperasi ini, maka saya mengharapkan adanya pinjaman yang dapat kami manfaatkan dengan bunga pinjaman yang rendah dan waktu pengembalian yang tidak terlalu cepat. Sehingga penambahan modal terse but akcin sangat membantu bagi kami untuk mengembangkan usaha kami ke depan". Har3pan lain adalah dapat dilakukan kemitraan antara koperasi dengan pihak PSBN Wyata Guna dan per'lotelan untuk membuka usaha baru. Hal ini disampaikan oleh bapak Kno bertkut ini: ".. Untuk meambah penghasilan koperasi maka caya mengharapakan adanya suatu kerjasama yang dapat dilakukan oleh pihak kami dengan pihak PSBN Wyata Guna. Bentuk keljasamanya dalam perdagangan dimana kami diberi kesempatan untuk mengisi kebutuhan panti pijat berupa deterjen, pembersih lantai, pengharum ruangan, bedak powder dan obat nyamuk yang biasa dipake sehari-hari dibeli dan koperasi kami. Saya juga mempunyai angan-angan agar koperasi dapat bekerjasama dengan hotel-hotel yang ada di sini agar dapat menyalurkan anggota kami yang sedang tidak mempunyai pekerjaan".
60
Walaupun pengetahuan dan keterampilan pen gurus masih banyak keterbatasan tetapi mereka terus berusaha dan optimis bahwa koperasi yang dilakukannya dapat maju dan memberikan manfaat kepada anggotanya. Hal ini dapat dijadikan potensi untuk pengembangan koperasi, agar koperasi lebih mampu memenuhi kebutuhan ang90ta. 5.5.2 Kapasitas Anggota Jumlah anggota koperasi saat ini ada 22 orang.
Dari jurnlah tersebut
hampir semuanya menjadi anggota aiM koperasi. Hal ini ditunjukkan dengan keaktifan mereka dalam membayar simpanan wajib dan pokok, memanfaatkan pinjaman dari koperasi serta keaktifannya dalam mengembalikan uang pinjaman. Pengetahuan anggota mengenai berkoperasi sangat beraneka ragam. Ada yang sama sekali belum pemah berkoperasi, ada yang pernah menjadi anggota
koperasi
ada juga
yang
pemah
menjadi
pen gurus koperasi.
Pengalaman ini mempengaruhi pengetahuan mereka dalam mengembangkan koperasi. Seperti yang disampaikan oleh ibu Nd yang sebelumnya tidak pernah menjadi anggota koperasi, berikut ini: ".. saya selalu menghadiri undangan pertemuan yang diadakan oleh pengurus koperasi. Bapak ketua suka meminta saran dari anggota usaha apa yang kira-kiranya untuk memajukan koperasi. Bagi saya terserah aja gimana pengurus. Pen gurus labih tahu dari saya, mereka kan sudah berpengalaman kalau saya kan bslum ..' Kurangnya pengetahuan anggota mengakibatkan mereka menyerahkan segala sesuatu mengenai perkembangan kopersi kepada pengurus.
Hal ini
diungkapkan oleh Bapak Wm berikut ini: " .. koperasi ini memang agak lambat berkembang dan belum sesuai dengan apa yang seharusnya dilakukan oleh koperasi pada umumnya. Karena untuk kemajuan koperasi kita hanya menyerahkan sepenuhnya kepada para pengurus. Sebagai anggota paling kita hanya mendukung apa yang menjadi ketentuan pengurus karena anggota sendiri banyak yang tidak tahu bagaimana cara untuk bisa memajukan koperasi ini. Kita tidak bisa berbuat banyak untuk ikut memikirkan bagaimana caranya agar koperasi ini bisa maju seperti halnya koperasi orang lain. Saya dengar koperasi PERTUNI sekarang banyak kemajuan. Ya maklum saja sebagian anggotanyakan guru jadi mereka lebih tahu apa yang harus dilakukan untuk memajukan koperasinya". Sikap anggota terhadap koperasi dapat dilihat dari kepercayaan anggota terhadap pengurus sangat besar sehingga mereka beusaha agar koperasi ini dapat terus berlanjut. Anggota merasakan bahwa koperasi yang diikutinya
61
belum sepenuhnya dapat memenuhi apa yang menjadi harapan mereka. Namun demikian anggota tetap mempunyai penilaian yang positif terhadap usaha pengurus. Sampai saat ini belum ada keuntungan koperasi yang dibagikan kepada anggota. Tetapi itu tidak menjadi masalah karena mereka yakin uang keuntungan itu ada dan aman tidak terpakai oleh pengurus. Hal ini terungkap dari isi percakapan bapak Dd berikut ini: ".. saya ingin sampai kapanpun koperasi ini jangan sampai bubar. Memang kalau saya rasakan koperasi ini belum bisa memenuhi semua kebutuhan anggota. Tapi saya menyadari bahwa itu bukan karena kesalahan pengurus tapi karena modal koperasinya aja yang masih keeil. Makanya biarpun sampai saat ini saya belum pemah diberi keuntungan koperasi tidak apa-apa sebab uangnya juga kan ada pad a pinjaman anggota bukan dimaka'l oleh pengurus. kalau uang itu dibagikan nanti buat ngasih pinjaman darimana .." Partisipasi anggota dalam mengikuti kegiatan koperasi tidak terlepas dari adanya penghormatan mereka terhadap pigur pimpinan yang dianggapnya melindungi. Anggota menaruh hormat kepada ketua karena selama ini ketua dianggap pimpinan yang eukup adil dan terbuka dalam menerima aspirasi dari 2nggota. Setiap ada permasalahan, anggota selalu diajak untuk berunding. Hal tersebut disampaikan oleh bapak Mk berikut ini: "... sebagai anggota saya berusaha untuk selalu hadir dalam pertemuan dan mematuhi apa yang telah dipuluskan dalam koperasi. Kalau sampai tidak demikian rasanya tidak enak. Saya malu sama pa ketua karena dia itu baik sekali. Selama dia menjadi ketua, anggota merasa lebih diperhatikan. Jika mengadakan pertemuan, anggota diberi keleluasaan berbicara apa saja untuk kebaikan koperasi. Dia tidak pemah marah kalau ada anggota yang tidak sependapat dengannya .." Setelah dikaji lebih dalam bahwa anggota memang mempunyai kelemahan yang membuat mereka sulit untuk turut memajukan memajukan f:operasi. Kelemahan tersebut adalah masih rendahnya pengetahuan mereka dalam melakukan kegiatan koperasi, sehingga lebih banyak menyerahkan usaha memajukan koperasi kepada pengurus saja. Tetapi yang menjadi faktor positif dari anggota untuk bisa koperasai tetap berlanjut juga eukup banyak. Seperti adanya rasa percaya yang linggi kepada pengurus, rasa hormat kepada ketua serta adanya keinginan untuk melakukan apa yang terbaik bagi koperasi. Hal tersebut dapat dikembangkan untuk menjadi potensi dalam pengembangan koperasi.
62
6.5.3. Dukungan dari pihak luar Keberhasilan sebuah koperasi tidak dapat terlepas dari dukungan pihak luar.
Dukungan ini dapat berupa dukungan permodalan, bimbingan
berupa kebijakan.
maup~n
Dukungan dari luar dapat berasal dari masyarakat dimana
komunitas penyandang tuna netra itu berada, dari pemerintah yang terkait dengan usaha koperasi yang mereka kelola maupun dari pihak swasta yang dapat membantu pengembangan usaha koperasi. Dukungan pihak luar terhadap koperasi penyandang tuna netra masih terbilang rendah. Hal ini dibuktikan dengan be~alannya koperasi selama en am tahun belum ada pihak manapun yang memberikan bimbigan ataupun bantuClp. kepada koperasi. Keberadaan koperasi masih tidak banyak diketahui oleh pihak luar baik itu oleh pemerintah setempat maupun oleh masyarakat. Kurangnya dukungan dari pihak luar kepada koperasi dapat disebabkan oleh ketidak tahuan mereka akan adanya koperasi yang dikelola oleh penyandang tuna netra. Seperti yang diungkapkan oleh salah seorang pegawai Dinas Koperasi, bapak Sn berikut ini: " .. baru saat ini saya tahu' bahwa di kelurahan ini ada koperasi yang dibentuk oleh para penyandang tuna netra. Kalau saya tahu pasti sudah dari dulu koperasi ini saya kunjungi untuk diberikan bimbingan mengenai cara berkoperasi. Padahal saya sering datang ke daerah Pajajaran. Setiap liga bulan sekali saya mengunjungi koperasi karyawan Wyala Guna untuk mengadakan monitoring." Sebagaimana telah dijelaskan bahwa kendala utama yang saal ini dihadapi oleh koperasi adalah masalah pengelolaan dan permodalan. mengatasi
masalah terse but,
Untuk
pihak luar ada yang bersedia membantu
memberikan pinjaman modal. Hal tersebut disampaikan oleh bapak Hm, ketua P2KP berikul ini: ".. Kalau memang koperasi tuna netm mengalami masalah modal, Insya Allah kita bisa banlu. Tapi pengajuannya tidak bisa besar dulu paling hanya dua jula rupiah. Nanti kalau kedepannya ada kemajuan, baru besar pinjaman bisa dilingkatkan .. ." Sementara ilu dalam memberi dukungan kepada koperasi, pihak luar masih ada keraguan alas kemampuan komunitas penyandang tuna netra. Hal ini dimungkinkan karena masih adanya pandangan dari masyarakat bahwa penyandang luna nelra merupakan bagian dari orang lemah yang tidak berdaya . Hal tersebut disampaikan oleh bapak Dm dari
koperasi PRIMKOPTAMA
Cicendo berikul ini:
63
" .. untuk berbagi pen gala man dan mengajari bagaimana cara mengelola kcperasi saya siap untuk membantu. Tapi saya masih belum yakin, apa mereka nanti bisa mengerti apa yang saya ajarkan. Menurut saya koperasi netra akan sulit untuk berkembang kalal,J tidak didampingi terus oleh orang awas.." Besarnya dukungan dari pihak luar dapat diperoleh dengan
adanya
komunikasi yang baik antara penyandang tuna netra dengan pihak luar. Hal tersebut dapat membantu pengembangan usaha yang selama ini menjadi salah satu permasalahan dalam koperasi.
Hal ini diungkapkan oleh ibu Ij sebagai
penanggung jawab panti pijat Indera Raba, benkut ini: ".. beberapa han yang lalu bapak At berbicara kepada saya untuk mengadakan usaha kedasama antara koperasi dengan panti pijat. Pada dasarnya saya sih setuju-setuju saja. Nanti kita pikirkan bersama kirakiranya kedasama apa yang bisa dikerjakan untuk bisa menambah penghasilan bagi anggota. Bagi saya kalau dengan usaha itu pendapatan mereka bisa meningkat, pasti akan saya bantu." Setelah dikaji lebih dalam banyak peluang yang bisa dimanfaatkan untuk mengembangkan koperasi agar dapat memberdayakan penyandang tuna netra. Adapun alasan kurangnya perhatian pihak luar kepada penyandang tuna netra karena kurangnya informasi rnengenai permasalahan penyandang tuna netra. Untuk lebih memudahkan menganalisis bagaimana faklor kapasitas pengurus, kapasitas anggota dan dukungan dari pihak luar dapat mempengaruhi keragaan koperasi dapat di iihat pada Tabel 9, benkut ini: Tabel9: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keragaanan Koperasi Faktor yang No 1.
mempengaruhi Kapasitas Pengurus
Positif a. Mengelota usaha secara terbuka dan jujur
a. Pengetahuan berkoperasi kurang
b. Mengutamakan kepentingan bersama
b. Mengelola usaha kurang
c. Mempunyai "einainan
c. Belum mampu melaksanakan RAT d. Be[um dapat melakukan jaringan
kuat untuk memajukan
koperasi d. Bersikap demokratis
2.
Kapasitas Anggota
Negatif
a. Mau bekerjasama
b. Aktif mengikuti kegiatan
terorganlsir
a. Pengetahuan berkoperasi kurang
c. Percaya penuh kepada pengurus
3.
Dukungan pihak luar
a. Ada keinginan untuk membantu b. Ada peluang untuk
a. Kurang percaya b. Kurang memahami
masalah tuna netra
menambah jenis usaha c. Mau bekerja sarna
Sumber: Hast! wawancara dan observasl
64
5.6. Ikhtisar
Bab ini membahas tetang gambaran mengenai koperasi, keragaan dan permasalahan
koperasi
serta fakto-faktor yang
mempengaruhi
koperasi.
Pembahasan tentang gambaran koperasi bertujuan untuk mengetahui gambaran koperasi penyandang tuna netra yang ada di Kelurahan Pasirkaliki.
Analisis
terhadap keragaan koperasi dan permasalahan koperasi untuk mengetahui tentang kapasltas kelembagaan koperasi yang menjadi subyek kajian. Anaiisis faktor-faktor yang mempengaruhi koperasi
untuk memberikan masukan bagi
penyusunan program pengembangan kapasitas kelembagaan koperasi. Gambaran mengenai koperasi penyandang tuna netra yang ada di Kelurahan Pasirkaliki adalah koperasi ini dibentuk mumi dari keinginan sendiri bukan atas dorongan atau pengaruh dari orang lain.
Tujuan pembentukan
koperasi untuk meningkatkan kesejahteraan dan mengembangkan usaha anggota. Dalam menjalankan kegiatannya koperasi belum mempunyai tempat sendiri tetapi masih menumpang kepada panti pijal Indera Raba. Koperasi baru dapat memenuhi kebutuhan anggota terkait untuk memenuhi kebutuhan seharihari
(konsumtif),
sedangkan
untuk
pengembangan
usah",
belum
bisa
dilaksanakan. Analisis terhadap kapasitas kelembagaan koperasi meliputi empat aspek, yaitu:: modal, manaJemen, keragaan usaha, dan jaringan.
Modal koperasl
sampai saat ini berasal dari anggota berupa simpanan pokok dan simpanan wajib. Perkembangan modal yang terjadi pada koperasi masih sangat lambat dik~renakan
adanya masalah-masalah berupa besar simpanan anggota keeil,
sementara modal yang berasal dari luar untuk dapat menambah modal koperasi belum dapat diupayakan.
Hal ini mengakibatkan terbatasnya pelayanan yang
dapat diberikan kepada anggoia serta terbatasnya gerak pengurus untuk dapat mengembangkan usahanya.
Manajemen koperasi masih dilaksanakan oleh
pen gurus seeara sederhana sebatas
penget~huan
dan kemampuan mereka. Hal
ini mengakibatkan pengadministrasian tidak teratur serta pengelolaar. usaha kurang berjalan dengan baik. Masalah yang menyebabkan manejemen koperasi kurang dapat ditangani dengan baik, adalah rendahnya pengetahuan dan keterampilan pengurus dalam berkoperasi.
Jenis usaha yang selama ini telah
dikerjakan oleh koperasi adalah usaha dagang dan usaha simpan pinjam, tetapi usaha dagang tidak bisa dipertahankan karena mengalami kerugian.
Untuk
usaha simpan pinjam perkembangannya masih lambat, hal ini disebabkan
65
kurangnya modal dan rendahnya pengetahuan dan keterampilan pengurus dalam mengelola usaha yang sudah ada. Jaringan koperasi dengan pihak luar sampai saat ini belum bisa dilaksanakan, sehingga untuk menyelesikan semua masalah yang ada selama ini belum mendapat jalan keluamya. Hal ini te~adi disebabkan adanya masalah-masalah berupa kurangnya pengetahuan dan kemampuan pengurus untuk membuka akses kepada pihak luar yang dapat membantu, kurangnya pengetahuan pihak luar mengenai permasalahan yang dihadapi oleh penyandang tuna netra serta masih adanya rasa kurang percaya pihak luar terhadap kemampuan penyandang tuna netra Analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi koperasi bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai aspek positif dan aspek negatif dari faktor pengaruh dalam keberlanjutan dan perkembangan koperasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi koperasi dalam hal ini adalah faktor kapasitas pen gurus, kapasitas anggota dan dukungan pihak luar. Kapasitas pengurus mempunyai aspek positif yang
dapat dikembangkan untuk dapat terus
membantu
keberlajutan koperasi. Aspek positif tersebut adalah pen gurus telah mengelola kegiatan secara terbuka dan jujur, mengutamakan kepentingan bersama serta bersikap demokratis. Sementara aspek-aspek negatif yang ada pad a pengurus yang dapat menghambat kebertanjutan koperasi adalah pengetahuan mereka kurang,
melakukan
kegiatan
usaha
kurang
melaksanakan RAT serta belum dapat
terorganisir,
beke~a
belum
mampu
sarna dengan pihak luar.
Kapasitas anggota mempunyai aspek positif yang dapat menunjang terhadap kebertanjutan koperasi.
Aspek positif terse but yaitu dapat bekerjasama, aktif
mengikuti kegia!an serta mempunyai kepercayaan yang tinggi kepada pen gurus. Sementara aspek negatif yang juga dapat menghambat keber1anjutan koper'l.si adalah pengetahuan mereka mengenai koperasi kurang. Dukungan pihak luar terhadap koperasi mempunyai aspek terhadap perkembangan koperasi.
positif yang juga dapat membantu
Aspek tersebut adalah ada keinginan dart
pihak luar untuk membantu koperasi
baik membantu penambahan modal
maupun membantu meningkatkan pengetahuan angota koperasi, juga adanya peluang usaha yang dapat dimanfaatkan oleh koperasi. Sementara itu aspek negatif dari pihak luar yang dapat menghambat adalah masih adanya perasaan kurang percaya terhadap kemampuan penyandang tuna netra serta kurang memahami permasalahan yang ada pada penyandang tuna netra.
66
BABVI RANCANGANPROGRAMPENGEMBANGAN KELEMBAGAAN KOPERASI 6.1. Latar Belakang
Penyusunan
Program
Pengembangan
Kapasitas
Kelembagaan Koperasi Sebagaimana telah dikemukakan bahwa koperasi penyandang tuna netra Indra Raba yang menjadi subjek kajian belum berfungsi seperli yang diharapkan dalam meningkatkan kesejahteraan para anggotanya. Hal ini dikarenakan fungsi koperasi masih sekedar sebagai sarana untuk memperoleh pinjaman guna memenuhi kebutuhan konsumtif. Keterbatasan akan sumberdaya manusia dan sumber dana yang ada membuat koperasi belum dapat berkembang secara optimal.
Sehingga apa yang
diharapkan
dari pendirian
koperasi
untuk
mensejahterakan dan mengembangkan perekonomian anggota belum dapat terwujud. Secara konseptu3! kopc:-:::.:::;:
mcmlm~;
bert:::;::: f:..::-:g::, 3:it:::::-::: !::::::i
sebagai sarana untuk membangun kemampuan ekonomi anggota, memperlinggi kualitas
kehidupan
manusia,
memperkokoh
perekonomian
serla
mengembangkan perekonomian atas asas kekeluargaan dan demokrasi.
Bila
fungsi koperasi tersebut dapat berjalan, maka diharapkan dapat membantu meningkatkan usaha para anggota yang tergabung di dalamnya. Pengembangan koperasi dapat dicapai antara lain melalui program penguatan kapasitas kelembagaan koperasi yang melibatkan berbagai pihak seperli
anggota,
pengurus,
lembaga
pemerintah,
sektor
swasta
serla
masyarakal. Tanpa keterlibatan mereka pengembangan kapasitas kelembagaan koperasi mustahil dilakukan. Berdasarkan hasil wawancara, pengamatan dan pelaksanaan diskusi secara terfokus tampak beberapa kelemahan pada kapasitas koperasi penyandang tuna netra, sehingga perlu dirancang program penguatan kapasitas kelembagaan koperasi. Program tersebut memperhatikan potensi-potensi yang ada pad a koperasi maupun dukungan dari luar. Sehingga dengan menggabungkan potensi-potensi tersebut diharapakan dapat terbentuk suatu program yang dapat mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu terbentuknya koperasi yang kuat yang dapat memberdayakan para penyandang tuna netra. Sebagaimana
telah
disebutkan
pada
bab
sebelumnya
bahwa
pen gem bang an kapasitas kelembagaan koperasi meliputi beberapa aspek, yaitu
modal, sumberdaya manusia, manajemen, keragaan usaha dan jaringan. Karena aspek yang akan dilakukan dalam program pengembangan kapasitas kelembagaan cukup banyak, maka perlu dilakukan secara prioritas dan bertahap sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anggota dan pengurJs koperasi yang terlibat di dalamnya.
6.2. Langkah-Iangkah Strategis dan Prinsip Pengembangan Koperasi Koperasi Indera Raba merupakan kegiatan usaha yang dibentuk oleh komunitas penyandang tuna netra sebagai wadah kesejahteraan mereka.
untuk meningkatkan
Diharapkan koperasi dapat dijadikan sarana untuk
meningkatkan pendapatan dan mengembangkan usaha yang dimiliki anggota. Dengan memperhatikan potensi, permasalahan, harapan serta faktor-falctor yang mempengaruhi keberhasilan koperasi maka disusun sebuah program yang lebih mengutamakan kepada partisipasi anggota, masyarakat, swasta dan pemerintah. Program tersebut adalah • Pengembangan Kapasitas Kelembagaan Koperasi Penyandang Tuna Netra di Kelurahan Pasirkaliki Kota Bandung •. Dalam proses penyusunan program tersebut dilakukan langkah-Iangkah mengidentifikasi masalah dan keragaan koperasi serta mengidentifikasl falctorfaktor yang
dapat mendukung dan menghambat perkembangan koperasi.
Langkah-Iangkah tersebut dilakukan melalui kegiatan wawancara dan diskusi kelompok yang diikuti oleh anggota dan pengurus. Setelah dilakukan identifikasi terhadap aspek-aspek terse but maka langkah berikutnya adalah menetapkan prioritas masa!ah, menentukan alternatif pemecahan masalah, menyusun rancangan program pemberdayaan serta me nyu sun program aksi. Agar program penguatan kelembagaan koperasi dapat benar-benar memberdayakan komunita:; penyandang tuna netra, maka program
harus
mengacu kepada prinsip-prinsip keberpihakan, keberlanjutan dan kebersamaan. Pemberdayaan berpihak kepada komunitas penyandang tuna netra, artinya segala upaya dicurahkan agar kegiatan yang dilakukan dapat menin!lkatkan kualitas kehidupan penyandang tuna netra. Dengan
cara meningkatkan
pendapatan, mengembangkan potensi yang ada pada diri anggota, serta mengembangkan usaha. Keberlanjutan dapat diartikan bagaimana koperasi ini dapat terus eksis menjalankan kegiatan usahanya. Keberlanjutan ini tentu saja dapat terwujud apabila ditopang oleh sumberdaya manusia dan sumber dana yang memadai. Kebersamaan artinya untuk mengembangkan usaha koperasi
68
tidak dapat dilakukan hanya oleh anggota aiau pengurus saja. Tetapi harus ada suatu ke~asama yang baik antara pengurus, anggota, masyarakat, pemerintah dan swasta. Sehingga unsur-unsur tersebut dapat manjadi kekuatan yang dapat mengatasi pennasalahan yang ada.
6.3. Potensi dan Hambatan dalam Pengembangan Koperasi Berdasarkan hasil kajian di lapangan terhadap koperasi diketahui bahwa koperasi mempunyai potensi yang dapat untuk lebih dikembangkan.
Potensi-
potensi tersebut antara lain: 1. Adanya dorongan dan motivasi yang kuat dari pengurus dan anggota untuk memajukan dan mempertahankan keberadaan koperasi. 2. Tingginya solidantas dan ke~asama pengurus dan anggota. 3. Adanya peluang usaha untuk menambah jenis usaha anggota maupun usaha koperasi. 4. Adanya lembaga keuangan yang bersedia memberikan bantuan modal. 5. Adanya instansi pemerintah yang bersedia meningkatkan pengetahuan dan keterampilan anggota. 6. Adanya kemauan dari masyarakat untuk manjadi pendamping. Sedangkan yang manjadi masalah dan penyebab masalah dalam koperasi adalah: 1. Pengelolaan koperasi belum dilaksanakan dengan baik. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan dan keterampilan pengurus
dalam
mengelola
koperasi mengingat mereka belum pernah mendapatkar. pelatihan mengenai koperasi. 2. Kurangnya modal yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan anggota maupun untuk pengembangan usaha.
Hal ini disebabkan karena
modal yang ada baru modal yang berasal dari anggota saja dengan jumlah yang relatif masih kecil, sementara modal dan luar belum bisa diupayakan. 3. Belum dapat melaksanakan Rapat Anggota Tahunan yang sesuai dengan ketentuan. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan anggota mengenai pelaksanaan RAT yang sebenarnya. 4. Belum mempunyai Anggran dasar. Hal ini disebabkan pen gurus tidak tahu cara merumuskan anggran dasar.
69
5. Kurang
beragamnya jenis usaha yang dikelola sehingga keuntungan
koperasipun menjadi kecil. Hal ini disebabkan belum adanya keberanian untuk mengadakan kemitraan dengan pihak lain. 6. Kurangnya dukungan dari pihak luar.
Hal ini disebabkan kurangnya
pengetahuan pengurus untuk dapat akses kepada pihak luar, serta kurangnya pengetahuan pihak luar mengenai masalah penyandang tuna netra dan masih adanya perasaan kurang percaya terhadap kemampuan penyandang tuna netra. Berkaitan dengan masalah tersebut di atas, maka untuk perkembangan koperasi di masa depan tentu ad" harapan-harapan yang ingin dicapai, antara lain: 1. Dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilall pengurus maupun anggota sehingga koperasi dapat dikelola dengan baik. 2. Dapat menambah modal koperasi
sehingga dapat
memenuhi kebutuhan
anggota serta jenis usaha dapat bertambah. 3. Dapat menjalin kemitraan dengan pihak lain sahingga peluang yang ada bisa dimanfaatkan. 4. Adanya
orang awas
yang
bersedia
manjadi
pendamping
dalam
mengembangkan usaha koperasi. 6. Adanya perhatian dan dukungan dari pihak luar sehingga dapat membantu mengatasi penmasalahan yang dihadapi oleh koperasi. Untuk dapat lebih jelas mengenai potensi, penmasalahan dan harapan yang ada pad a koperasi dapat di lihat pada Tabel 10, belikut ini: Tabel10: Potensi, Penmasalahan dan Harapan dalam Pengembangan Koperasi
No 1.
Uraian Potensi
Keterangan 1. Pengurus dan anggota mempunyai motivasi yang kuat
untuk mempertahankan dan memajukan koperasi 2.
Solidaritas dan kerjasama pengurus dan anggota tinggi
3. Adanya peluang untuk menambah jenis usaha 4. Adanya lembaga yang bersedia memberikan
bantuan modal. 5. Adanya instansi pemerintah yang bersedia meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan anggota. 6. Adanya kesedian masyarakat untuk manjadi
pendamping.
70
2.
Masalah
1. Kurangnya penge!ahuan dalam mengelola koperasi
2. Kurang modal 3. Usaha kurang berkembang
4. Belum dapa! melaksanakan Rapa! Anggo!a Tahunan 5. Belum mempunyai Anggaran Dasar 6. Kurang dukungan dari pihak luar
3.
Harapan
1. Dapa! menambah penge!ahuan
2. Dapa! menambah modal 3. Dapa! menjalin kemi!raan
4. Dapa! didampingi oleh orang awas 5. Mendapa! dukungan dari pihak luar
6.4.
Proses Penyusunan Program Pengembangan Kapasitas kelembagaan Koperasi. Penyusunan program pengembangan kapasitas kelembagaan koperasi
dilakukan bersama-sama dengan anggota dan pengurus koperasi yang menjadi subyek kajian dengan melakukan diskusi kelompok terfokus (FGD).
Sebelum
dilakukan FGD, terlebih dahulu dilakukan wawancara mendalam dengan pengurus koperasi. Tujuannya adalah
untuk meminta persetujuan dilakukan
FGD dan memperoleh informasi tentang kapasitas kelembagaan koperasi yang dilihat dari empat aspek, yaitu aspek modal, manajemen, keragaan usaha dan janngan. Kemudian hasil wawancara terse but dikonfinmasikan kepada seluruh anggota koperasi dalam FGD berikutnya. Pelaksanaan FGD dilakukan sebanyak dua kali. Diskusi perlama berlujuan untuk mengetahui kapasitas kelembagaan koperasi dan mengenali penmasalahan yang dihadapi para pengurus dan anggota koperasi.
Setelah
diskusi perlama, dilakukan wawancara mendalam k6pada beberapa anggota koperasi untuk menggali lebih dalam penmasalahan yang dihadapi oleh anggota. Diskusi kedua berlujuan untuk merumuskan rencana program sebagai upaya mengatasi permasalahan yang dihadapi koperasi baikdi tingkat individu maupun di tingkat lembaga. Pada diskusi kedua disampaikan terlebih dahulu hasil diskusi perlama dan wawancara mendalam yang berlujuan untuk klarifikasi. Setelah itu setiap anggota diskusi diberi kesempatan mengemukakan pendapat dalam upaya mengatasi penmasalahan yang ada. Pendapat yang dikemukakan para anggota kemudian diinventaris dan menjadi bahan rencana program penguatan kapasitas
kelembagaan
koperasi.
Dan
hasil
kegiatan
FGD
temyata
71
permasalahan yang dihadapi oleh koperasi cukup banyak. Dan masalah yang ada tersebut tidak mung kin bersamaan.
akan
dapat diselesaikan
sekaligus secara
Oleh karena itu dipilih masalah yang diprioritaskan untuk segera
diselesaikan dan dicarikan altematif pemecahan masalahnya yang sekiranya mampu untuk dilaksanakan. Secara rinci mengenai masalah, prioritas masalah dan alternatif pemecahannya dapat di lihat pada Tabel 11, berikut ini:
Tabel 11: Masalah, Prioritas Masalah dan A1tematif Pemecahan Masalah Alternatif Pemecahan Masalah
1. Kurangnya pengetahuan 2. Belum dapat
Prioritas Masalah 1. Kurang pengetahuan
1. Mengadakan
2. Belum dapat mengelola
pelatihan
dengan baik
mengelola dengan
3. Kurarg modal
baik
4. Kurang dukungan dari
3. Kurang modal
Masalah
2. Mengadakan pendampingan 3. Mengadakan
pihak luar
kemitraan
4. Usaha kurang berkembangan 5. Belum dapat
melaksanakan RAT
6. Belum mempunyal Anggaran Dasar 7. Kurang dukungan dan pihak luar
Prioritas masalah dan alternatif pemecahan masalah sebagaimana tabel tersebut di atas merupakan perumusan yang telah disepakati bersama oleh seluruh anggota. Selanjutnya dari prioritas masalah yang telah ditetapkan dirumuskan dan direncanakan upaya pemecahan masalahnya. Peningkatan pengetahuan pengurus dan anggota koperasi dirasakan sang at penting dalam upaya pengembangan koperasi.
Hal ini disebabkan
kinelja pengurus masih
kurang sehingga apa yang dilakukan dalam mengelola koperasi belum berhasil dengan baik. Sebagai contoh, dalam menjalankan kegiatan usaha tidak ditunjang dengan administrasi yang baik sehingga tidak ada data yang jelas yang dapat
72
menggambarkan perkembangan koperasi dari tahun ketahun. Perkembangan usahapun tidak menunjukan kemajuan yang berarti karena pengetahuan, modal dan dukungan dan luar. a~ematif
pemecahannya
adalah
dengan
kurangnya
Serdasarkan hasil diskusi,
mengadakan
pelatihan
dan
pendampingan. Dengan adanya pelatihan koperasi yang ditujukan kepada pen gurus dan seluruh anggota, diharapkan dapat meningkatkan kine~a pengurus serta meningkatkan partisipasi anggota. Kegiatan pelatihan dapat dilaksanakan dengan melibatkan pihak Dinas Koperasi serta beberapa pengurus koperasi PSSN Wyata Guna yang telah bersedia manjadi pendamping tetap. Kahadiran pendamping orang awas akan sangat memantu penyandang tuna netra untuk dapat sampai kepada sumber-sumber yang di maksud. Hal ini dirasakan sangat perfu karena pihak penyandang tuna netra belum mempunyai pen gala man dalam mengadakan
kerjasama
pendampingan, diharapkan
dengan
pihak
lain.
Dengan
adanya
program
dapat membuka peluang-peluang yang dapat
diambil untuk meningkatkan usaha. Penambahan modal merupakan masalah yang harus segera dicarikan jalan pemeeahannya.
Hal ini dikarenakan modal koperasi masih sangat keeil
sehingga tidak semua kebutuhan anggota dapat terfayani. Disamping itu dengan kurangnya modal, maka koperasi tidak dapat membantu mewujudkan keinginan usaha yang dimiliki oleh anggota maupun mengembangkan usaha koperasi yang sudah ada. Dalam diskusi tersebut disepakati bahwa untuk menambah modal harus mengajukan pinjaman yang memberikan bunga rendah dan pengembalian dalam jangka waktu yang lama. Untuk itu perfu dilakukan kemitraan dengan pihak PT Sio Fanna dan P2KP kelurahan Pasirkaliki yang dapat memberikan pinjaman dengan bunga rendah dan jangka waktu pengembalian yang cukup lama. Masalah yang juga dirasakan mendesak untuk segera diatasi adalah kurangnya dukungan dari pihak luar. Hal tersebut telah mengakibatkan pennasalahan yang ada selama ini terus berfarut-Iarut dan tidak ada jalan keluamya. Dukungan pihak luar ini sangat diperfukan oleh koperasi baik berupa dukungan dana, penambahan pengetahuan dan keterampilan, serta keljasama dalam usaha. Dalam diskusi disepakati bahwa untuk mengatasi hal terse but dipenukan adanya kemitraan dan meningkatkan keljasama dengan Dinas Koperasi, Kelurahan Pasirkaliki, Dinas Sosial, PT Sio Farma, PKP Kelurahan Pasirkaliki, serta PSSN Wyata Guna.
73
6.5. Program Aksi Program aksi dilaksanakan dalam rangka menyelesaikan permasalahanpermasalahan yang sedang dihadapi oleh koperasi. Dalam merancang program tersebut dilakukan analisis terhadap stakeholder. Hal ini pertu dilakukan karena untuk mengembangkan koperasi harus melibatkan partisipasi dan berbagai sumber baik itu dan anggota, pengurus, pemenntah, masyarakat maupun swasta. Analisis stakeholder persepsi
bertujuan untuk menggali dan menyamakan
diantara mereka. Sehingga mereka dapat memahami secara jelas
terhadap upaya yang akan dilakukan dalam mengembangkan koperasi agar dapat memberdayakan komunitas penyandang tuna netra. Analisis stakeholder dan rencana program aksi disusun dan dilaksanakan melalui kegiatan lokakarya yang melibatkan seluruh komponen tertkait. Program aksi
bertujuan untuk merealisasikan rencana program yang
telah disusun tertebih dahulu, serta mendapat tanggapan dan semua pihak. Sesuai dengan permasalahan yang dipriontaskan untuk segera di cankan jalan keluamya, maka terdapat tiga kegiatan yang dapat segera dilaksanakan, yattu kegiatan pelatihan, kemitraan dan pendampingan. 6.5.1. Kegiatan pelatihan Pelatihan mengenai koperasi sangat dibutuhkan bagi pengurus maupun anggota karena untuk dapat mengelola koperasi dengan baik diperlukan sumberdaya manusia yang cakap. Pelatihan !ni perJu dibenkan kepada seluruh anggota bukan hanya kepada pengurus saja,
disebabkan
setiap anggota
mempunyai kesempatan untuk manjadi pengurus dan untuk mengembangkan koperasi dipertukan partisipasi penuh dari seluruh anggota. Untuk pengurus, pelatihan ini dapat menambah pengetahuan dan keterampilan
dalam
melaksanakan
pembukuan
yang
baik,
pengelolaan
keuangan yang benar, menumbuhkan jiwa berusaha serta dapat merencanakan dan melaksanakan program yang dapat memenuhi kebutuhan anggotanya. Sedangkan bagi anggota, pelatihan koperasi dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai cara bertkoperasi sehingga dapat lebih aktif dalam mengembangkan koperasi.
74
6.5.2. Kegiatan pendampingan Pendampingan oleh orang awas merupakan kebutuhan yang dirasakan oleh pengurus maupun anggota koperasi untuk dapat membantu meningkatkan usaha koperasi serta menjangkau akses luar.
8elain itu pendampingan juga
dapat membantu membentuk koperasi yang saat ini masih pra koperasi menjadi koperasi yang sesuai dengan ketentuan. Pendampingan perlu dilakukan mengingat untuk dapat mengembangkan koperasi yang ada diperlukan banyak campur tang an dari pihak luar. Kegiatan
yang
diharapkan
dapat
dilaksanakan
dalam
kegiatan
pendampingan ini, adalah: 1. Memfasilitasi pen gurus untuk bisa sampai kepada stakeholder yang bisa membantu meningkatkan modal dan kegiatan usaha koperasi. Baik dengan pihak yang ada di masyarakat, pemerintah maupun swasta. 2. Membantu pengurus mengelola koperasi dengan baik. 3. Membantu pengurus untuk dapat mengadakan kerjasama dengan pihak luar. 6.5.3. KeGiatan Kemitraan Kemitraan merupakan suatu cara
ke~asama
dengan menggunakan tidak
hanya prinsif-prinsif ekonomi tetapi juga adanya aspek sosial antara pihak-pihak yang bermitra yang dibuat untuk menguntungkan semua pihak yang bermitra dengan
tujuan
pendapatan, kelompok
tertentu.
Tujuan
kesinambungan
mitra,
peningkatan
kemitraan
usaha, skala
adalah
meningkatkan usaha
serta
untuk kualitas
meningkatkan sumberdaya
menumbuhkan
dan
meningkatkan kemampuan usaha mandiri. Program kemitraan dapat dilaksanakan oleh koperasi penyandang tuna netra dengan Dinas Koperasi, PT Bio Farma, P8BN Wyata Guna, BKM P2KP, Kelurahan Pasirkaliki serta Hotel Griya Indah. kemitraan
Dengan diadakannya program
diharapkan permasalahan yang ada pada
modal, 8DM,
men~jemen,
koperasi dalam aspek,
kegiatan usaha, dan jaringan dapat teratasi dengan
baik. Kegiatan yang akan dilaksanakan dalam Program kemitraan adalah : 1. Peminjaman Modal untuk Pengembangan Usaha. Penambahan modal koperasi yang berasal dari luar mutlak diperlukan. Dengan hanya mengandalkan modal dan dalam, pihak pengurus tidak dapat mengembangkan jenis usaha yang ada serta tidak dapat memenuhi
75
kebutuhan anggota yang semakin han semakin bertambah.
Peminjaman
modal akan dilakukan terhadap PT. Sio Farma dan P2KP
yang dapat
memberikan pinjaman dalam jangka waktu per:gembalian cukup lama dengan bunga rendah. 2. Mengadakan
ke~asama
dalam usaha.
Untuk langkah awal kerjasama akan dilaksanakan dengan PSSN Wyata Guna dan
Hotel Griya Indah.
dilaksanakan
Ke~asama
dalam bentuk membuka
barang - barang
dengan
PSSN Wyata Guna
usaha perdagangan. Kebutuhan
untuk kegiatan panti pijat yang selama ini dipenuhi oleh
lembaga dapat diambil alih oleh koperasi. Sedangka:l keljasama dengan hotel Griya Indah untuk membuka uS;lha jasa pijat. Secara rinci mengenai rencana aksi dapat dilihat pada Tabel 12, berikut:
76
Tabel12
Program Aksi Pengembangan Kapasitas Kelembagaan Koperasi di Kelurahan Pasirkaliki Renena Aksi
No
Nama Program
Tujuan
1
Program pelatihan
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan anggota
Indikator Kinerja
-
2 hari ( dari tgl 4 dan 5 Januari 2007)
- Studi banding kepada koperasi PERTUNI
1 hari tanggal6 Januari 2007
- Mengadakan bimbingan dalam kegiatan koperasi - Mengadakan penjajagan terhadap dibukanya usaha bar" - Menjalin relasi dengan pihak IUar
kerjasama dengan pihak luar
- Dapat memantaatka peluang usaha
-
2
Program pendampingan
- Membantu membuka
-
akses
- Mengadakan perbaikan dalm peneglolaan
3.
Program Kemttraan
- Memperluas jaringan
Wak!u
- Mengadakan pelatihan mengenai koperasi dan wira usaha
-
Meningkatnya kemampuan dalam mengelola usaha Dapat melaksanakan manajemen dengan baik Dapat menyusun anggaran dasar Dapat melaksanakan rapat anggota tahunan Menghubungkan pengurus dengan stakeholder
Kegia!an
- Terbukanya peluang usaha
-
Te~adihubungan
Sumber dana
- Anggota - Pengurus - Dinas Koperasi
- Kas Koperasi - Dinas Koperasi
Januari sid Desember 2007
- Pendamping - Dinas Koperasi - Kelurahan Pasirkaliki - PT Sio Farma
- Kas koperasi - Dinas Koperasi
- Mengadakan kerjasma dalam bidang perdagangan
Januari sid Desemser 2007
- Kas koperasi
- Mengadakan kerjasama dalam usahajasa pijat
Februari sid Desember 2007
- Pengurus - Anggota - PSBN Wyata Guna - Hotel Griya Indah . PT Bio Farma - P2KP
- Menambah jenis usaha
Pelaksana
- Pinjaman modal dengan bunga rendah
Nopember 2006 sid Ok! 2009
- Kas koperasi
dan pihak hotel - PT Sio
Farma dan P2KP
77
BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 1.1. Kesimpulan Upaya untuk memberdayakan penyandang tuna netra telah banyak dilakukan oleh pemerintah khususnya Deparlemen Sosial. Selah satunya adalah dengan memberikan rehabilitasi sosial sisiem panti, yang bertujuan untuk memulihkan dan mengembangkan kemauan dan kemampuan penyandang tuna netra agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara optimal dalam hidup bermasyamkat.
Penyandang tuna netra yang banyak terdapat di Kelurahan
Pasirkaliki adalah eks klien Panti Sosial Sina Netra Wyata Guna.
Selama
mengikuti rehabilitasi sosial, penyandang tuna netra telah diberi berbagai pengetahuan dan keterampilan yang dapat dipakai bekal untuk hidup di ;-:-:::~J'or:Jkzt.
P::;~t;ct:::hu~n
don
~ctcr:::mpjlan
yang mereka miliki ternyata tidak
cukup untuk bisa hidup layak di masyarakat, mengingat banyaknya saingan, tingginya
biaya
hidup
serta
tidak
menentunya
pendapatan.
Hal
ini
mengakibatkan masih banyak penyandang tuna netra yang ada di Kelurahan Pasirkaliki hidup dalam keadaan miskin. Untuk menanggulangi masalah keuangan yang sering dihadapi oleh penyanaarig lUna netra,
mereka sepakat membentuk lembaga koperasi.
Tujuannya adalah membantu mengatasi masalah keuangan serla memajukan usaha para anggota.
Pad a kenyataannya, setelah enam tahun koperasi ini
berjalan tujuan tersebut belum bisa diwujudkan sepenuhnya. modal maupun perkembangan usaha berjalan lambat.
Perkembangan
Hal ini disebabkan
kurangnya pengetahuan dan keterampilan pengurus dalam mengelola usaha koperasi serta belum terbukanya jaringan kerja dengan pihak luar. Analisis terhadap kapasitas kelembagaan koperasi me lip uti empat aspek, yaitu modal, manajemen, usaha dan jaringan.
Serdasarkan hasil wawancara,
pengamatan dan diskusi, modal koperasi masih kecil dan perkembangannya berjalan lambat. Hal ini dikarenakan modal yang ada pada koperasi hanya mengandalkan dari simpanan pokok dan simpanan wajib anggota. Penambahan modal yang berasl dari luar belum bisa diupayakan karena keterbatasan pengurus untuk bisa akses kepada sumber yang dapat membantu penambahan modal. Manajemen koperasi baik dalam proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan belum terlaksana dengan baik. Hal ini disebabkan
kurangnya pengetahuan dan keterampilan pengurus dalam mengelola usaha dan mengelola organisasi.
Usaha koperasi yang masih berjalan hingga saat ini
adalah usaha simpan pinjam sementara usaha dagang yang pernah dinntis hanya bisa bertahan selama empat bulan karena mengalami kerugian. Penyebab masalah
belum berekembangnya us aha sirnpan pinjam maupun
gagalnya usaha perdagangan dikarenakan pengetahuan dan keterampilan pen gurus mengenai usaha masih rendah,
modal untuk usaha masih terbatas
serta masih ada anggota yang kurang disiplin. Sampai saat ini koperasi belum bisa membuat janngan dengan pihak lain.
Hal ini disebabkan kurangnya
pengetahuan dan keberanian pengurus untuk biss akses kepada stakeholder, sementara dan pihak stakeholder sendiri kurang memahami penmasalahan yang dihadapai oleh penyandang tuna netra serta masih adanya perasaan kurang percaya terhadap I<emampuan penyandang tuna netra. Sebagai
suatu
kelembagaan,
koperasi
permasalahan dalam mengembangkan usahanya.
ini memiliki
potensi
dan
Faktor-faktor yang menjadi
potensi dalam koperasi adalah: (1) pengurus dan anggota mempunyai motivasi yang kuat
un~uk
berkoperasi, (2) solidantas dan
ke~asama
pengurus dan
anggota tinggi, (3) adanya peluang untuk menambah jenis usaha, (4) adanya lembaga yang bersedia memberikan pinjaman modal, (5) adanya lembaga yang dapat meningkatkan pengetahuan an9901a, dan (6, adanya k.esedian masyarak.at untuk menjadi pendamping. Adapun yang menjadi permasalahan dalam koperasi adalah: (1) kurangnya pengetahuan dan keterampilan pengurus dalam mengelola koperasi, (2) kurangnya modal, (3) usaha kurang berkembang. (4) belum mampu melaksanakan rapat anggota lahunan, (5) belum memiliki anggaran dasar, dan (6) kurang mendapal dukungan dan pihak luar. Dari penmasalahan yang ada tidak semuanya dapat diatasi sekaligus tetapi ada masalah-masalah yang harus dipnorttaskan untuk segera dicarikan solusinya. Masalah terse but adalah masalah kurangnya pengetahuan, masalah modal, masalah kurang baiknya pengelolaan dan masalah dukungan dari pihak luar. Program pengembangan kapasitas kelembagaan koperasi diharapkan dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi koperasi,
baik di tingkat
kelembagaan maupun di tingkat individu (pengurus dan anggota). pengembangan
kapasitas
kelembagaan
koperasi
disusun
Program
bersama-sama
dengan pengurus dan anggota koperasi serta dengan melibatkan stakeholder,
79
sehingga menghasilkan beberapa kegiatan yang diharapkan dapat mengatasi permasalahan yang ada.
Program
yang telah disepakati untuk dapat
mengembangan kapasitas kelembagaan koperasi meliputi beberapa kegiatan, yaitu kegiatan pelatihan, kegiatan pendampingan dan kegiatan kemitraan. 7.2. Rekomendasi Program pengembangan kapasitas kelembagaan koperasi yang telah disusun tidak akan memberi manfaat apapun bila tidak ada keinginan dan motivasi yang kuat dari pengurus, anggota serta pihak-pihak yang terkait untuk melaksanakan program tersebut.
Rekomendasi yang dapat diberikan kepada
berbagai pihak terkait dengan program pengembangan kapasitas kelembagaan koperasi, adalah: 1. Kepada pemerintah Kelurahan Pasirkaliki agar dapat lebih memperhatikan penyandang tuna netra yang ada di wilayahnya. Pemberian KTP dengan proses yang mudah akan sangat membantu mereka untuk dapat tercatat sebagai penduduk tetap. Pihak kelurahan juga diharapkan dapat membantu memberdayakan penyandang tuna netra dengan cara turut memajukan koperasi mereka. 2. Kepada Dinas So sial diharapkan dapat lebih memberikan tindakan-tindakan lang sung
yang
dapat meningkatkan
keterampllan
dan
keseJahteraan
penyandang tuna netra. Dengan demikian mereka dapat melaksanakan fungsi sosialnya dengan baik ditengah-tengah masyarakat
seperti warga
masyarakat lainnya. Perhatian yang cukup terhadap upaya-upaya yang telah dilakukan oleh penyandang tuna netra dapat meningkatkan rasa percaya diri mereka sehingga memunculkan motivasi mereka untuk dapat lebih aktif melakukakan usaha-usaha peningkatan kesejahteraan bagi mereka sendiri. 3. Kepada Dinas Koperasi agar dapat memberikan bimbingan dan keterampilan mengenai koperasi sesuai dengan karakteristik dan kemampuan yang ada pada penyandang tuna netra.
Pemberian pengetahuan dan keterampilan
sebaiknya silakukan secara bertahap dan berkelanjutan. 4. Kepada PT Bio Farma sebagai pihak yang dapat memberikan pinjaman modal agar tidak hanya memberikan pinjaman saja tetapi juga memberikan bimbingan bagaimana cara pengembangan usaha kepada mereka. 5. Kepada Pengurus BKM P2KP Kelurahan Pasirkaliki agar dapat lebih menjalin relasi yang baik dengan pihak koperasi penyandang tuna netra sehingga
80
keberadaan mereka lebih dikenal dan diakui oleh masyarakat serta dapat saling bertukar pengalaman dalam menjalankan suatu usaha sehingga bisa berhasil. 6. Kepada Panti So sial Bina netra Wyata Guna Bandung agar dapat memberikan kesempatan kepada pengurus koperasi ke~asama
untuk mengadakan
(kemitraan) dalam bidang perdagangan. Diharapkan juga dapat
membantu mencarikan peluang-peluang yang bisa dimar.faatkan oleh pihak pengurus untuk pengembangan usahanya serta memanfaatkan potensipotensi yang ada di luar untuk peningkatan usaha koperasi. 7.
Kepada pihak pendamping agar mempunyai pengetahuan yang memadai mengenai koperasi serta dapat membantu melaksanakc:n kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan menajemen koperasi. Pihak pendamping juga diharapkan dapat menjadi mediator antara pengurus dengan stakeholder, yang dapat membantu mencarikan peluang-peluang yang bisa dimanfaatkan oleh pihak pengurus untuk pengembangan usahanya.
8. Kepada pihak hotel Griya Indah agar dapat memberikan kesempatan kepada penyandang tuna netra untuk dapat membuka panti pijat dengan sistem bagi hasil yang menguntungkan kedua belah pihak.
81
Daftar Pustaka
Anonim, 2005. Format Laporan Profil Kelurahan Pasir Kaliki, Kecamatan Cicendo Kota Bandung. Adimiharja, K dan Hikmat,H, 2004, Strategi Pemberdayaan Masyarakat, Humaniora Utama Press, Bandung. Badan Litbang Koperasi dan Pengusaha Kecil, 1998. Usaha koperasi pondok pesantren.
Kajian Pengembangan
Britha, Mikkelsen, 2003. Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya-Upaya Pemberdayaan , Matheos Nalle, penerjemah: Yayasan Obor Indonesia, Jakarta: terjemahan dari: Methods for Development Work and Research: A Guide for Practitioners. DEPSOS RI, 1992, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Bidang Tugas Bina Rehabsos, Jakarta. _____ , 1992, Petunjuk Teknis Pelaksanaan Penanganan Masalah Sosial Penyandang Cacat Netra Sistem Dalam Panti, Direktorat Rehabilitasi Penyandang Cacat, Jakarta. Dharmawan, Arya Hadi, 2000. Poverty, Powerlessness, and Poor People Empowerment: A Conceptual Analysis with Special Reference to the Case of Indonesia, Makalah Workshop on Rural Institutional Empowerment Held in the Indonesian Consulate General of the Republic of Indonesia in Frankfurt am Main Germany. Goethe Institut, 1992. Kemitraan sosial sebagai kunci keberhasilan perekonomian pasar. Laporan ten tang seminar yang diselenggarakan oleh Institut Manajemen Prasetya Mulya Fredrich-Ebert-Stiffurg (FES), Jakarta. Gerungan W, 1964. Psikologi Sosial, Rafika Aditama, Jakarta. Israel A, 1992. Pengembangan Kelembagaan, LP3ES, Jakarta. Lubis Djuara, 2005, Pedoman Penyusunan Kajian Pengembangan Masyarakat, Jurusan IImu-lImu Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian IPB dan Sekolah Pascasarjana IPB Kartasasmita,G, 1996, Pembangunan Untuk Rakyat: Memadukan Pertumbuhan Dan Pemerataan, PT Pustaka, Jakarta.
Kebudayaan, Koentjaraningrat, 1997. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Mentalitas dan Pembangunan,
PT
Kantor Menteri Negara Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah, (2001), Pembinaan Sektor Informal Melalui Pendekatan Sekior Informal melalui Pendekatan Kelompok, Jakarta
Linton I, 1997. Kemitraan. Sularno Ciptowardoyo, penerjemah; Halirang, Jakarta: Terjemahan dari: Partnership for Profit. Midgley, JD, 1995, Pembangunan Sosial, Perspektif Pembangunan dalam Kesejahteraan Sosial, Dorita Setiawan, Sirojudin Abbas, penerjemah: Ditperta Depag RI, Jakarta: Terjemahan dari: Social Development: The Developmental Perspective in Social Welfare. Prijono dan Pranaka, 1996, Pemberdayaan: Konsep, Kebijakan Implementasi Centre Strategic and Intemational Studies, Jakarta.
dan
Prasodjo, Imam, 2004, Pengembangan Jaringan Pranata Sosial dalam Penguatan Ketahanan Sosial Masyarakat Perspektif Empiris, Pusbang Tansosmas (BPPS) DEPSOS RI, Jakarta Purwaka, TH, 2003, Dasar-Dasar Pemahaman Peningkatan dan Pengembangan Kapasitas Kelembagaan, Insiitusional Support Service Institute. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Rusli S, Wahyuni ES, 2005. Kependudukan, Modul Kuliah Magister Profesional Pengembangan Masyarakat Depertemen IImu-IImu So sial Ekonomi Fakultas Pertanian, IPB dan Sekolah Pascasarjana IPB Suharto E, 2006. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerja Sosial, PT Refika Aditama, Bandung. _--::-:-...-.,' 2005. Analisis Kebijakan Publik, Model dan Panduan Praktisi Mengkaji Masa/ah dan Kebijakan Sosial, Alfabeta, Bandung.
Sumarti, T dan Syaukat,Y, 2005, Analisis Ekonomi Lokal, Departemen IImu-IImu Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian, IPB dan Sekolah Pascasarjana IPB Sumardjo dan Saharudin, 2005. Metode-Metode Partisipatif dalam Pengembangan Masyarakat, Depertemen IImu-IImu So sial Ekonomi Fakultas Pertanian IPB dan Sekolah Pascasarjana IPB. Sunyoto Usman (2004), Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat, Pustaka Pelajar, Jakarta. Suljihati, S, 1996. Psikologi Anak Luar Biasa, Jakarta. Tonny F dan Utomo B, 2005. Pengembangan Kelembagaan dan Modal Sosial, Depertemen IImu-IImu Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian IPB dan Sekolah Pasca Sarjana IPB. Wirosardjono Soetjipto (1992), Pengembangan Swadaya Nasional, Pusta LP3ES, Jakarta.
83
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran I : 1'010 Kgialan Wawancara
Wawancar dcngan Kctua Kopcnlsi PERTUNi (Pcrsatuan 'I 'una Neira Indonesia)
Wawancara dengun Pcngurus BK3S
Wllwaocara dcngan Kellla BKM P2KI) KcJ. Pasirkllliki
~ ·Wawancara Dengan Pcgawai Dim~s Kopettrasi
Propinsi Jawa Bamt
Kola Baodung
Wawancal'dcngan Pcgawai PT. Bin Funna
Wawancara dcngan Anggola Kopcrasi
Wawancara dcngan Pengurus Kopcrasi
B4
Lampiran 2: Foto-Folo Kcgiatan Diskusi Kclompok
85
Lampiran 3 : FolD-FolD Kegialan Kemitraan dan Pelatihan
86