perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES FORMATIF FISIKA KELAS XI SEMESTER GASAL PROGRAM AKSELERASI
Skripsi
Oleh: Winda Fitrifitanofa K2308060
PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA NOVEMBER 2012 commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES FORMATIF FISIKA KELAS XI SEMESTER GASAL PROGRAM AKSELERASI
Oleh: Winda Fitrifitanofa K2308060
Skripsi Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Fisika Jurusan P. MIPA Universitas Sebelas Maret
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user NOVEMBER 2012
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Pada hari
:
Tanggal
:
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Drs. Sutadi Waskito, M.Pd Dra. Rini Budiharti, M.Pd commit to user NIP. 19500522 197603 1 001 NIP. 19580728 198403 2 003
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi sebagian dari persyaratan guna mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari : Jum’at Tanggal
: 2 November 2012
Tim Penguji Skripsi : Nama Terang
Tanda Tangan
Ketua
: Dyah Fitriana Masithoh, M.Sc
(
)
Sekretaris
: Drs. Pujayanto, M.Si
(
)
Anggota I
: Drs. Sutadi Waskito, M.Pd
(
)
Anggota II
: Dra. Rini Budiharti, M.Pd
(
)
Disahkan oleh Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta Dekan
Prof. Dr. Furqon Hidayatullah, M.Pd NIP. 19600727 198702 1 001 commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Winda Fitrifitanofa. PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES FORMATIF FISIKA KELAS XI SEMESTER GASAL PROGRAM AKSELERASI. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. November. 2012. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Menyusun tes formatif pilihan ganda untuk kelas XI semester gasal Program Akselerasi yang sesuai dengan Standar Kompetensi, dan Kompetensi Dasar yang ada (2 ) Menyusun kisi-kisi instrumen tes formatif pilihan ganda untuk kelas XI semester gasal Program Akselerasi materi Kinematika dengan Analisis Vektor, Gravitasi dan Gerak Harmonik pada Benda Elastik. (3) Menyusun item tes formatif pilihan ganda untuk kelas XI semester gasal Program Akselerasi untuk materi Kinematika dengan Analisis Vektor, Gravitasi dan Gerak Harmonik pada Benda Elastik. (4) Memvalidasi hasil penyusunan instrumen tes formatif pilihan ganda kelas XI semester gasal Program Akselerasi untuk materi Kinematika dengan Analisis Vektor, Gravitasi dan Gerak Harmonik pada Benda Elastik secara kualitatif dan kuantitatif. Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan (Developmental Research), dengan menggunakan metode penelitian dan pengembangan (Research and Development). Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Deskriptif kualitatif pada penelitian merupakan hasil telaah soal oleh ahli, yaitu oleh Drs. Sutadi Waskito selaku ahli materi, Dra. Rini Budiharti, M.Pd sebagai ahli evaluasi, dan Brata,M.Pd serta Drs. Subandrio selaku guru mata pelajaran Fisika Program Akselerasi. Data kuantitatif didapatkan melalui uji coba tes kepada siswa sebanyak 2 kali, yaitu uji kelompok kecil dan uji kelompok besar. Uji kelompok kecil dilakukan dengan subyek coba 24 orang siswa Program Akselerasi SMA N 1 Karanganyar dan uji kelompok besar dilakukan dengan subyek coba 56 orang siswa Program Akselerasi SMA N 3 Surakarta. Hasil tes kemudian diolah dengan menggunakan program Microsoft Excel. Tes formatif Fisika kelas XI semester gasal Program Akselerasi yang dikembangkan ini mencakup 3 materi untuk tengah semester gasal yaitu Kinematika dengan Analisis Vektor, Gravitasi, dan Gerak Harmonik pada Benda Elastik. Penyusunanan instrumen diawali dengan pembuatan kisi-kisi sesuai dengan silabus dari Depdiknas untuk kelas XI. Penyusunan kisi-kisi juga diperlukan untuk memudahkan diberikannya rekam jejak kompetensi siswa (Authentic Assesment). Tes formatif Fisika kelas XI semester gasal Program Akselerasi yang disusun setelah dilakukan validasi didapatkan instrumen tes yang sudah sesuai dengan karakteristik tes Fisika yang baik. Instrumen tes yang dikembangkan memenuhi validitas isi yang baik, reliabilitas soal yang tergolong tinggi, untuk soal materi Kinematika dengan Analisis Vektor (Paket 1) memiliki reliabilitas 0,810701 yang tergolong sangat tinggi, untuk soal materi Gravitasi (Paket 2) memiliki reliabilitas commit 0,6844 to yang usertergolong tinggi, dan untuk soal materi Gerak Harmonik dengan Benda Elastik memiliki reliabilitas 0,824764 yang v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tergolong sangat tinggi. Daya beda yang diukur menggunakan indeks diskriminasi menunjukkan hasil semuanya diterima, yaitu berkisar D > 0,3. Taraf kesukaran semua soal sedang yaitu 0,3 ≤ P ≤ 0,7, dan pengecoh yang masuk kriteria baik. Dari hasil penelitian didapatkan instrumen tes formatif yang disusun berdasarkan Kompetensi Dasar “ Menganalisis gerak lurus, gerak melingkar dan gerak parabola dengan menggunakan vektor “ untuk materi Kinematika dengan analisis vektor, Kompetensi Dasar “Menganalisis keteraturan gerak planet dalam tatasurya berdasarkan hukum-hukum Newton“ untuk materi Gravitasi, dan Kompetensi Dasar “Menganalisis pengaruh gaya pada sifat elastisitas bahan “ untuk materi Gerak Harmonik pada Benda Elastik dan semua kompetensi dasar tersebut merupakan penjabaran dari Standar Kompetensi “Menganalisis gejala alam dan keteraturannya dalam cakupan benda titik”. Dari pengembangan tes Fisika kelas XI semester gasal Program Akselerasi dihasilkan 3 perangkat soal yang seluruhnya berjumlah 64 soal yang berkualitas baik, karena telah memenuhi standar telaah kualitatif, dan telaah kuantitatif mengenai reliabilitas, tingkat kesukaran, daya pembeda dan efektifitas distraktor. Selain itu instrumen tes formatif yang disusun mendukung penilaian otentik yang digunakan pada Program Akselerasi. Kata Kunci: pengembangan, tes formatif, Fisika kelas XI, Program Akselerasi.
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Winda Fitrifitanofa, THE DEVELOPMENT OF PHYSIC FORMATIVE TEST INSTRUMENT FOR THE ODD SEMESTER XI GRADE OF ACCELERATION PROGRAM. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty. November. 2012. This research’s aims to (1) develop a multiple choice formative test for the Odd Semester XI Grade of Acceleration Program corresponding to the existing Standard Competency and Basic Competency, (2) to develop the outline of multiple choice formative test for the Odd Semester XI Grade in Kinematics material with Vector Analysis, Gravitation And Harmonic Movement in Elastic Object, (3) to develop the multiple choice item of for formative test of the Odd Semester XI Grade of Acceleration Program in Kinematics material with Vector Analysis, Gravitation And Harmonic Movement in Elastic Object, and (4) validating the result of formative test instrument development for the Odd Semester XI Grade of Acceleration Program in Kinematics material with Vector Analysis, Gravitation And Harmonic Movement in Elastic Object either qualitatively and quantitatively. This study was a developmental research using Research and Development method. Techniques of analyzing data used were a descriptive qualitative technique by the expert and a quantitative technique using Microsoft Excel program. The test development was done by studying the item by the expert, and then revising its validation. The test instrument consisted of 64 items that had been tried out for its validity. In the small group tryout, 40 items had good quality, and 24 items should be revised. The revision of the items with poor quality (24 items) was done continuously until the expert considered that these had been good for being tried out along with the 40 valid items to the larger group. The physics formative test of odd semester XI grade of Acceleration Program that had been developed consisted of 3 material for mid-semester including Kinematics with Vector Analysis, Gravitation And Harmonic Movement in Elastic Object. The instrument development was initiated by making an outline corresponding to the syllabus of National Education Service for the XI grade. The development of outline was also needed to facilitate the administration of student competency’s track record (authentic assessment). The physics formative test of odd semester XI grader of Acceleration Program that had been validated indicated the test instrument corresponding to the characteristics of good physic test. The test instrument developed had good content validity, high item reliability, for Kinematics with Vector Analysis material (Package 1) had reliability of 0.810710 belonging to very high category, for Gravitation material item (Package 2) had reliability of 0.6844 belonging to high category, and for Harmonic Movement with Elastic Object material had reliability of 0.824764 commit to user belonging to very high category. The variance was measured using discrimination
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
index indicating that all results were supported, D > 0,3. The difficulty level of item fell into moderate category 0,3 ≤ P ≤ 0,7, and confounding coefficient functions well. From the development of physics test of the Odd Semester XI Grade of Acceleration Program, 64 items were obtained with good quality.
Keywords: development, formative test, Physics for XI grade, Acceleration Program
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan) kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. (Q.S.Al-Insyirah : 6-7) “Allah tidak
akan
membebani
seseorang melainkan sesuai
dengan
kesanggupannya………….”. (QS. Al Baqarah : 286) “Be The First, Be Different, Be The Best “ “Do Your Best to get The Best “ “Hai orang-orang yang beriman jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu. Sesungguhnya Allah bersama orang yang sabar”. (Q.S. Al Baqarah 153) “Siapa yang bersungguh – sungguh, dia akan berhasil”.(Man Jadda Wa Jadda)
Bukan karena mudah maka aku yakin bisa, tapi karena aku yakin bisa semuanya menjadi mudah. Bukan karena dunia tersenyum maka aku bahagia, tapi karena aku bahagia maka dunia tersenyum. Orang sukses adalah orang yang meskipun GALAU, tapi tetap melangkah. (Mario Teguh) Wong temen iku bakale tinemu.
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan kepada:
Allah SWT. yang selalu melimpahkan rahmatnya. Bapakku Drs.H.Mukhson,M.Pd dan Ibuku Hj. Murdani, S.Pd. Adik-adikku Faisal Muhammad Hasan, Hafeid Rozaq Rais, dan Azzam Ibrahim My advisors R. Wahyu Suryanto dan Arkan Hoeda Dediana Sahabat-sahabatku All B-One Crew, KPKC, HRD 2010, PHT 2010 Teman-teman seperjuangan Fisika 2008
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Puji Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusunan Skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulis menyadari bahwa penyusunan Skripsi ini dapat diselesaikan berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Furqon Hidayatullah, M.Pd. Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Bapak Sukarmin, S.Pd, M.Si, Ph.D. Selaku Ketua Jurusan P. MIPA FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Bapak Drs. Supurwoko, M.Si. Selaku Ketua Program Fisika Jurusan P. MIPA FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Ibu Rini Budiharti, M.Pd. Selaku Koordinator Skripsi Program Fisika Jurusan P. MIPA FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta.. 5. Bapak Drs. Sutadi Waskito, M.Pd Selaku Pembimbing I atas bimbingannya dalam menyelesaikan Skripsi ini. 6. Ibu Dra. Rini Budiharti, M.Pd. Selaku Pembimbing II atas bimbingannya dalam menyelesaikan Skripsi ini. 7. Keluarga dan sahabat yang selalu menyemangati dan mendoakanku 8. Bapak Brata, M.Pd Selaku guru Fisika kelas XI Program Akselerasi SMA Negeri 1 Karanganyar, dan Bapak Drs. Subandrio Selaku guru Fisika kelas XI Program Akselerasi SMA Negeri 3 Surakarta
atas bantuannya dalam
penelitian. 9. Adik-adik kelas XI Program Akselerasi SMA Negeri 1 Karanganyar dan SMA Negeri 3 Surakarta atas bantuannya dalam penelitian. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Skripsi ini masih banyak kekurangan. Namun demikian besar harapan penulis semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dunia pendidikan. Amin. Surakarta, November 2012 commit to user
xi
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI hal. HALAMAN JUDUL..........................................................................................
I
HALAMAN PENGAJUAN...............................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN...........................................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................
iv
ABSTRAK…………………………………………………………….............
v
HALAMAN MOTTO…………………………………………………............
ix
HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………............
x
KATA PENGANTAR………………………………………………………...
xi
DAFTAR ISI…………………………………………………………………..
xii
DAFTAR TABEL …………………………………………………………...
xv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................
xvi
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................
xvii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1 B. Identifikasi Masalah .................................................................................. 5 C. Pembatasan Masalah ................................................................................. 5 D. Rumusan Masalah ..................................................................................... 5 E. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 6 F. Spesifikasi Produk Yang dikembangkan ................................................... 6 G. Manfaat Penelitian .................................................................................... 7 H. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan…………………………..
7
BAB II LANDASAN TEORI ..................................................................................... 9 A .Tinjauan Pustaka ....................................................................................... 9 1. Sekolah Program Akselerasi……………………………...........
9
a. Sekolah Menengah Atas Program Akselerasi .............................. 99 b. Landasan Pelaksanaan Program Akselerasi .................................21 21 c. Prinsip Penyelenggaraan Sekolah Program Akselerasi ................32 32 2. Karekteristik Mata Pelajaran Fisika…………………………..... commit dan to user 3. Pengukuran, Assesmen, Evaluasi.....................................
xii
35 36
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. Pengukuran…………………………………………………..
37
b. Assesmen………………………………………………….....
38
c. Evaluasi ........................................................................................41 38 4.
Pengembangan Tes Hasil Belajar .............................................................. 44 40
B. Kajian Penelitian yang Relevan ..............................................................54 50 C. Kerangka Berfikir ....................................................................................57 53 D. Pertanyaan Penelitian ..............................................................................59 55 BAB III METODE PENELITIAN..............................................................................60 56 A. Model Pengembangan ............................................................................60 56 B. Prosedur Pengembangan ........................................................................61 57 C. Uji Coba Produk ....................................................................................66 65 1. Desain Uji Coba ...............................................................................66 65 2. Subjek Coba, Waktu dan Tempat Penelitian.....................................67 66 3. Jenis Data ..........................................................................................71 67 4. Instrumen Pengumpulan Data ...........................................................71 67 5. Teknik Analisa Data.........................................................................71 68 BAB IV HASIL PENELITIAN A.
Deskripsi Data. ................................................................................
77
B.
Hasil Penelitian……………........................................................................
78
1. Studi Pendahuluan…....................................................................
78
2. Merencanakan Penelitian. ...........................................................
80
3. Pengembangan Desain…………………………………………..
80
4. Melakukan Uji Kualitatif………………………………………..
82
5. Melakukan Revisi Soal Hasil Telaah Kualitatif…………………
83
6. Melakukan Uji Coba Kelompok Kecil………………………….
84
7. Melakukan Revisi Hasil uji Kelompok Kecil…………………...
91
8. Melakukan Uji Coba Kelompok Besar……………………….....
91
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
100
A.
Kesimpulan .................................................................................
100
B.
Keterbatasan Penelitian………………………………………… commit to user Saran Pemanfaatan dan pengembangan produk Lebih lanjut......
101
C.
xiii
101
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………
commit to user
xiv
103
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL hal. Tabel 2.1
Layanan Pendidikan Bagi Peserta Didik Cerdas Istimewa
30
Tabel 2.2
Hasil Analisis Penelitian
56
Tabel 4.1
Nama Sekolah dan Jumlah Peserta Tes
78
Tabel 4.2
Hasil Keputusan Telaah Kualitatif Desain Soal
83
Tabel 4.3
Hasil Analisis Reliabilitas Instrumen Tes Uji Kelompok Kecil
85
Tabel 4.4
Hasil Analisis tingkat Kesukaran Instrumen Tes Uji Kelompok
86
Kecil Tabel 4.5
Hasil Analisis Daya Beda Instrumen Tes Uji Kelompok Kecil
88
Tabel 4.6
Rekapitulasi Hasil Analisis Efektifitas Distraktor Uji Kelompok
89
Kecil Tabel 4.7
Rincian Hasil Analisis Kuantitatif Uji Kelompok Kecil
90
Tabel 4.8
Hasil Analisis Reliabilitas Instrumen Tes Uji Kelompok Besar
92
Tabel 4.9
Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Instrumen Tes Uji Kelompok
93
Besar Tabel 4.10
Hasil Analisis Daya Beda Instrumen Tes Uji Kelompok Besar
94
Tabel 4.11
Rekapitulasi Hasil Analisis Efektifitas Distraktor Uji Kelompok
96
Besar Tabel 4.12
Keputusan Hasil Uji Kelompok Besar
commit to user
xv
97
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR hal. Gambar 2.1
Kerangka Berpikir
58
Gambar 3.1
Alur Pengembangan Tes
69
commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN hal. Lampiran 1
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Fisika SMA
103
Lampiran 2
Silabus SMA kelas XI Semester Gasal
104
Lampiran 3
Dokumen Hasil Observasi SMA Program Akselerasi
113
Lampiran 4
Kisi-kisi Instrumen Tes
125
Lampiran 5
Desain awal Instrumen Tes
158
Lampiran 6
Deskripsi Telaah Kualitatif
188
Lampiran 7
Lembar Penelaahan Ahli
200
Lampiran 8
Instrumen Tes untuk Uji Kelompok Kecil
227
Lampiran 9
Analisis Kuantitatif Uji Kelompok Kecil
276
Lampiran 10
Revisi Soal Hasil Uji Kelompok Kecil
322
Lampiran 11
Lembar Penelaahan Ahli sebelum Uji Kelompok Besar
340
Lampiran 12
Instrumen Tes untuk Uji Kelompok Besar
345
Lampiran 13
Analisis Kuantitatif Uji Kelompok besar
409
Lampiran 14
Dokumentasi Pelaksanaan Tes
434
Lampiran 15
Surat-surat Penelitian
436
commit to user
xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Fenomena pertumbuhan kehidupan masyarakat maju, semakin lama semakin menunjukkan bahwa kunci perkembangan dan pertumbuhan yang terjadi ternyata bergantung pada sumber daya manusia yang berkualitas. Menghadapi persaingan global akan kebutuhan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas merupakan kebutuhan mendesak bagi suatu negara agar dapat sejajar dengan warga dunia lainnya. Indonesia harus menyiapkan sumber daya manusia yang proaktif, kreatif, inovatif, mandiri dan memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif untuk menghadapi persaingan global. Salah satu upaya untuk mengantisipasi kondisi persaingan tersebut adalah melalui pengembangan pendidikan yang berdimensi keunggulan. Pendidikan yang berdimensi keunggulan dalam hal ini adalah pendidikan bagi anak-anak Cerdas Istimewa Bakat Istimewa (CIBI). Di Indonesia sendiri sebenarnya sudah ada perhatian untuk memberikan layanan pendidikan bagi CIBI hal ini terbukti mulai tahun 2000 yakni pada saat Mendiknas dipimpin oleh Yahya Muhaimin Indonesia meluncurkan Program Percepatan Belajar (PPB) atau lebih dikenal program akselerasi pada SD, SMP, dan SMA (Rusman, 2008 : 929). Program akselerasi dilatarbelakangi oleh realitas hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh Balitbang Depdiknas(1986). Dari penelitian tersebut diperoleh temuan bahwa pada 20 SMA unggulan di Indonesia terdapat 21,75 % siswa dengan kecerdasan umum prestasinya di bawah rerata, sedangkan para siswa yang tergolong berkemampuan dan berkecerdasan luar biasa sebesar 9,7 %. Pada hasil temuan sebelumnya telah diungkapkan, bahwa masih terdapat siswa yang dikategorikan berbakat istimewa mengalami underachiever masih tinggi, yaitu menurut Depdikbud (1997) pada SD dan SMP sebesar 2-5 % dan SMA sebesar 8 %. Kemudian riset – riset independen juga menyebutkan demikian, seperti menurut Yaumil Achir (1990) pada SMA di DKI Jakarta ditemukan 39 % userWidyastono (1997) menemukan siswa mengalami underachiever,commit Yusuftodan
1
2 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
masih terdapat 13,5 % sampai 20% siswa SMP mengalami underachievement (Rusman, 2008 : 928-929). Negara-negara maju dan berkembang seperti Amerika, Singapura, Cina, dan Korea sudah mulai melihat potensi anak-anak CIBI. Negara tersebut mulai menarik perhatian anak CIBI dengan memberikan beasiswa di perguruan tinggi yang bagus dan bahkan menjamin pekerjaan hingga usia 55 tahun, negara-negara tersebut yakin bahwa anak CIBI mempunyai tingkat kreativitas yang tinggi dan mempunyai komitmen serta kerja keras yang tinggi, ini merupakan keunggulan yang dibutuhkan oleh banyak negara di tengah semakin tingginya persaingan perekonomian. Demikian pentingnya pendidikan yang berdimensi keunggulan dalam menjawab tantangan masa depan, maka sangat beralasan apabila pengembangan CIBI di Indonesia perlu mendapatkan perhatian dari berbagai pihak, baik pemerintah, sekolah dan orang tua siswa, agar CIBI tidak mengalami underachiever.. Seperti yang kita ketahui underachievement mengakibatkan tidak maksimalnya kemampuan yang CIBI miliki. Harapannya dimasa yang akan datang CIBI dapat mewakili bangsa Indonesia pada era globalisasi sekaligus dapat memenangkan persaingan global yang semakin tinggi. Seperti halnya pada program sekolah reguler, pada sekolah akselerasi pun pembelajaran juga dilaksanakan melalui beberapa tahap, yaitu persiapan (preparation), implementasi (implementation), dan evaluasi (evaluation). Pada tahap
persiapan
(preparation)
adalah
tahapan
dimana
seorang
guru
mempersiapkan Bahan Ajar, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Silabus dan Media Pembelajaran. Tahap Implementasi adalah tahapan penggunaan segala sesuatu yang sudah dipersiapkan guru pada tahap persiapan. Sedangkan tahap evaluasi adalah tahapan dimana seorang guru melakukan penilaian terhadap hasil belajar peserta didik. Menurut Nana Sudjana “dalam suatu proses pembelajaran ada 3 komponen penting di dalamnya, yaitu tujuan instruksional, pengalaman belajar (proses belajar mengajar), dan hasil belajar” (2006 : 2). Ketiga komponen tersebut bagaikan mata rantai yang tak terpisahkan satu sama lain. Suatu kegiatan belajar commitdilihat to user dari kesesuaian antara tujuan mengajar dikatakan berhasil dapat
3 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
instruksional dan hasil belajar siswa, dan tentu saja harus melalui suatu pengalaman belajar (proses belajar mengajar). Hasil belajar
siswa dapat diketahui melalui suatu kegiatan penilaian.
Kegiatan penilaian yakni suatu tindakan atau kegiatan untuk melihat sejauh mana tujuan – tujuan instruksional telah dapat dicapai dan dikuasai oleh siswa dalam bentuk hasil belajar yang diperilhatkannya setelah peserta didik menempuh pengalaman belajar (proses belajar mengajar) (Suharsimi,2009:34). Untuk melakukan suatu kegiatan penilaian dan melihat apakah hasilnya sudah sesuai tujuan instruksional atau belum, maka diperlukan suatu instrumen tes. Instrumen tes diperlukan agar didapatkan suatu hasil penilaian yang memiliki akurasi tinggi dalam mengukur kemampuan siswa, oleh karena itu diperlukan suatu instrumen tes yang baku. Instrumen tes baku adalah suatu instrumen tes yang telah melalui beberapa percobaan dan telah diuji akurasinya baik secara kualitatif maupun kuantitatif (Suharsimi, 2009 : 35). Pada umumnya penilaian hasil belajar di sekolah menggunakan tes buatan guru pada setiap bidang studinya. Sekolah jarang menggunakan tes baku karena meskipun tes baku lebih baik daripada tes buatan guru, namun jumlahnya di dunia pendidikan masih sangat jarang. Hal ini menyebabkan kurang akuratnya penilaian guru terhadap kemampuan siswa dalam memahami suatu materi. Serupa dengan hal tersebut pada program akselerasi, rata-rata guru juga memberikan soal evaluasi dengan menggunakan suatu instrumen tes yang belum teruji atau belum memenuhi standar baku suatu tes karena belum melalui serangkaian uji tes. Selama ini kebanyakan guru baru mengira-ira tentang tingkat kesulitan soal yang diberikan,kebanyakan belum memprtimbangkan patokan tingkat kesulitan kognitif tes (C1-C6 Taksonomi Bloom). Pada program akselerasi yang pada pembelajarannya menuntut high level thinking menuntut pula guru memberikan soal dengan tingkat kesulitan C4(analisis), C5(sintesis) dan C6 (evalusi) agar sesuai dengan tingkat kemampuan siswa tersebut (tidak mengalami underarchiever) sekaligus juga dapat mengukur kemampuan siswa terhadap suatu commit to userBisa jadi suatu tes yang dinilai materi dengan akurat (Depdiknas, 2009:55).
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
gurunya akan sulit dikerjakan siswa, ternyata dianggap mudah oleh siswa yang diberikan tes tersebut. Tes yang mudah dan ditujukan kepada sekelompok subjek yang kemampuannya tinggi, tidak akan menghasilkan akurasi karena tidak sesuai dengan levelnya. Begitu juga sebaliknya, tes yang sulit tidak akan cocok untuk sekelompok subjek yang kemampuannya rendah. Jadi, tes yang baik adalah tes yang mampu mengukur tingkat kemampuan subjek sasaran Pada program akselerasi penilaian yang digunakan dalam pendidikan khusus bagi CIBI adalah penilaian otentik (Autentic Assement), yaitu proses pengumpulan data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa (Depdiknas, 2009:56). Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Salah satu cara untuk melakukan penilaian otentik ini adalah dengan melakukan tes formatif. Apabila tes sudah dipersiapkan dan dilaksanakan dengan secermat mungkin, maka informasi yang dihasilkan dapat menunjukkan sejauh mana tujuan-tujuan instruktusional yang telah ditetapkan itu tercapai. Informasi yang dihasilkan dari suatu hasil tes dapat dijadikan balikan untuk meningkatkan dan menyempurnakan proses pembelajaran. Oleh karena itu, perlu adanya suatu pengembangan instrumen tes formatif
untuk program
akselerasi agar didapatkan suatu tes baku yang cocok untuk mengukur kemampuan siswa program akselerasi dengan karakter khas siswa CIBI dan siap pakai sehingga guru bisa menggunakan instrumen tes tersebut untuk mengevaluasi kemampuan siswa apabila guru belum membuat/memiliki instrumen tes yang baku, atau tes baku tersebut bisa juga dijadikan patokan (acuan) guru dalam membuat instrumen tes. Berdasarkan dari pemikiran di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES FORMATIF
FISIKA KELAS XI SEMESTER GASAL PROGRAM AKSELERASI ”
commit to user
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B.Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang, ada beberapa permasalahan yang muncul. Permasalahan tersebut antara lain: 1. Dibutuhkannya
profesionalisme
seorang
guru
dalam
penyelenggaraan
pendidikan dan evaluasi hasil belajar siswa. Evaluasi sangatlah penting karena merupakan bagian integral dari proses pembelajaran 2. Perlunya instrument tes yang baku dan siap pakai, untuk mengevaluasi hasil belajar siswa di sekolah Program Akselerasi. 3. Instrumen tes
yang sesuai dengan autentic assessment dibutuhkan guna
mendukung evaluasi pembelajaran di Program Akselerasi.
C. Pembatasan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang dan identifikasi masalah yang muncul, maka dalam penelitian ini dibatasi permasalahnya agar tujuan dalam penelitian ini dapat tercapai secara optimal. Adapun pembatasan masalah tersebut adalah sebagai berikut : 1. Penyusunan tes formatif
Program Akselerasi sesuai dengan Standar
Kompetensi, dan Kompetensi Dasar yang ada. 2. Penyusunan instrumen tes kelas XI tengah semester gasal pada materi Kinematika dengan Analisis Vektor, Gravitasi, dan Gerak Harmonik pada Benda Elastik. 3. Bentuk penulisan item tes adalah pilihan ganda. 4. Analisis hasil penulisan item tes secara kualitatif dan kuantitatif.
D. Rumusan Masalah Adapun masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana merancang tes formatif bentuk pilihan ganda untuk kelas XI tengah semester gasal sekolah program akselerasi untuk mendukung autentic assesment? commit to user
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Apakah instrumen tes formatif yang dirancang sesuai dengan kriteria kualitatif suatu instrumen tes yang baku? 3. Apakah instrumen tes formatif yang dirancang sesuai dengan kriteria kuantitatif suatu instrumen tes yang baku ?
E. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menyusun tes formatif pilihan ganda untuk kelas XI semester gasal Program Akselerasi yang sesuai dengan Standar Kompetensi, dan Kompetensi Dasar yang ada 2. Menyusun kisi-kisi instrumen tes formatif pilihan ganda untuk kelas XI semester gasal materi Kinematika dengan Analisis Vektor, Gravitasi dan Gerak Harmonik pada Benda Elastik 3. Menyusun item soal pilihan ganda untuk tes formatif kelas XI semester gasal Program Akselerasi untuk materi Kinematika dengan Analisis Vektor, Gravitasi dan Gerak Harmonik pada Benda Elastik 4. Memvalidasi hasil penyusunan instrumen tes formatif kelas XI semester gasal Program Akselerasi untuk materi Kinematika dengan Analisis Vektor, Gravitasi dan Gerak Harmonik pada Benda Elastik secara kualitatif dan kuantitatif.
F. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan Dalam penelitian ini akan dikembangkan seperangkat instumen tes untuk SMA Kelas XI semester gasal Program Akselerasi, dengan ketentuan sebagai berikut: 1. pengembangan instrumen tes tengah semester gasal berdasarkan pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. (sesuai Lampiran 1) 2. pengembangan tes berdasarkan indikator yang mengacu pada Standar commit to user Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. tes formatif yang dapat mengukur kemampuan kognitif siswa 4. bentuk tes berupa tes pilihan ganda yang terdiri dari stem, key, dan distarktor 5. tiap soal terdapat 5 options jawaban 6. Kompetensi Dasar yang ada dijabarkan dalam materi Kinematika dengan Analisis Vektor, Gravitasi dan Gerak Harmonik pada Benda Elastik
G. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi Peneliti : Untuk memecahkan masalah yang diteliti. 2. Bagi Guru: a. Menyajikan sebuah pilihan untuk mengatasi kesulitan dalam penyusunan instrumen tes terutama tes pilihan ganda kelas XI tengah semester gasal Program Akselerasi. b. Memberikan masukan tentang alternatif model
pengembangan tes
pembelajaran yang layak dan mampu mengukur ketercapaian indikator dari suatu pembelajaran Program Akselerasi. c. Membangkitkan kinerja guru dalam meningkatkan kualitas kegiatan evaluasi pembelajaran Program Akselerasi. 3. Bagi Siswa a. Mempersempit lingkup belajar siswa karena tes yang diujikan mengacu pada indikator sesuai tahapan proses pembelajaran. b. Mengetahui hasil prestasi belajarnya secara bertahap. 4. Bagi sekolah Memberi masukan yang dapat digunakan untuk alternatif perbaikan kualitas pelaksanaan evaluasi pembelajaran pada masa yang akan datang.
commit to user
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
H. Asumsi Dan Keterbatasan Pengembangan Adapun asumsi dan keterbatasan dalam pengembangan perangkat pembelajaran ini adalah : 1. Pengembangan instrumen terbatas pada bidang studi fisika untuk SMA kelas XI tengah semester gasal Program Akselerasi. 2. Pengembangan instrumen tes terbatas pada tes pilhan ganda. 3. Pengembangan tes dilakukan pada sekolah yang memiliki kelas Program Akselerasi. 4. Proses validasi dilakukan melalui tahapan yaitu : a. Uji Ahli b. Uji coba terbatas dengan jumlah subjek 24 siswa. c. Uji coba skala besar dengan jumlah subjek 56 siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Sekolah Program Akselerasi a. Sekolah Menengah Atas Program Akselerasi 1). Pengertian Sekolah Menengah Atas (SMA) Program Akselerasi adalah sekolah yang memberikan layanan pendidikan untuk peserta didik cerdas istimewa. SMA Program Akselerasi memberikan pelayanan pendidikan kepada peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan/ atau bakat istimewa untuk dapat menyelesaikan program reguler dalam jangka waktu yang lebih singkat dibanding siswa lain yang tidak mengambil program tersebut. Peserta didik kelompok ini dapat menyelesaikan pendidikan dalam hal ini SMA dalam jangka waktu 2 tahun. Menurut Semiawan, C.(1997) menyatakan: Dalam program ini, peserta didik tidak semata – mata memperoleh percepatan waktu penyelesaian studi di sekolah, tetapi sekaligus memperoleh eskalasi atau pengayaan materi dengan penyediaan kesempatan dan fasilitas belajar tambahan yang bersifat perluasan/ pendalaman. Pemberian layanan akselerasi tanpa memberikan eskalasi atau pengayaan materi pada dasarnya sangat merugikan peserta didik. (Depdiknas ,2009:34) Menurut Feldusen, Proctor, dan Black(1998) secara umum berikut ini adalah pedoman sekolah yang melaksanakan program akselerasi, yaitu sebagai berikut : a) Perlu dilakukan evaluasi secara komprehensif yang meliputi aspek – aspek: kecerdasan, akademis, penyesuaian sosial dan emosional. Evaluasi hendaknya melibatkan psikolog, guru, orang tua dan peserta didik yang bersangkutan untuk menilai potensi yang dimiliki peserta didik. commit to user
9
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b) Peserta didik yang direkrut harus memiliki prestasi akademis di atas rata – rata anak – anak pada tingkatan kelas seusianya. c) Perlu
dilakukan
tes
untuk
memastikan
penguasaan
seluruh
kemampuan dasar yang diperlukan untuk mempelajari materi pada tingkatan kelas yang diambil. d) Peserta didik tidak mengalami masalah sosial dan emosional yang serius serta memiliki ketekunan dan motivasi belajar yang tinggi e) Peserta didik tidak merasakan ada tekanan atau takut gagal dalam mengikuti program percepatan belajar. Peserta didik bersangkutan harus memiliki keinginan yang kuat untuk mengikuti program tersebut. f) Peserta didik memiliki kesehatan yang baik. g) Guru pada kelas akselerasi harus memiliki sikap positif dan membantu proses penyesuaian peserta didik dalam menghadapi program pembelajaran yang dipercepat. h) Perlu dilakukan proses identifikasi yang cermat dan objektif serta pengambilan keputusan yang objektif untuk menentukan peserta program percepatan belajar. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi kesalahan dalam menempatkan peserta didik sehingga apabila terjadi kesalahan tidak berakibat tekanan psikis jika peserta didik tersebut seharusnya bukan peserta didik berbakat intelektual. i) Percepatan belajar sebaiknya dilakukan pada awal tahun pelajaran, namun tidak menutup kemungkinan untuk dilakukan pada tengah ataupun menjelang akhir tahun pelajaran. j) Setiap kasus percepatan belajar harus diberi kesempatan untuk melakukan tahap percobaan minimal 6 minggu. Peserta didik hendaknya menyadari bahwa jika tahap percobaan tidak berhasil dilewati dapat membuatnya kembali ke kelas reguler. Penting untuk diciptakan situasi yang membuat anak tidak merasa gagal. (Depdiknas ,2009:34-36) commit to user
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Depdiknas (2009:37) menjelaskan bahwa Sekolah Program Akselerasi
apapun
jenjangnya
diselenggarakan
dalam
upaya
mengoptimalkan pengembangan potensi kecerdasan istimewa peserta didik sehingga menghasilkan keluaran (output) yang unggul (high achievement). Untuk mencapai keunggulan tersebut, maka masukan (input/intake) seperti : peserta didik, guru, layanan pendidikan, sarana penunjang, manajemen serta proses pendidikan diarahkan untuk mencapai tujuan tersebut. Beberapa ciri – ciri yang harus terbentuk dalam penyelenggaraan sekolah dengan peserta didik cerdas istimewa dan atau bakat istimewa yang dirangkum sebagai berikut : a) Masukan (input/intake) berupa peserta didik, diseleksi dengan kriteria tertentu. Peralatan seleksi yang digunakan, antara lain : tes intelligensi menggunakan Wechesler Adult Intelligence Scale dengan skor 130, tes kreativitas, dan skala Task Commitment. Untuk program akselerasi pada tahap ini diberikan juga tes proyektif sebagai tes penunjang untuk mengetahui aspek emosi dan sosial calon peserta didik anak berbakat. b) Sarana dan prasarana yang menunjang untuk memenuhi kebutuhan belajar peserta didik seperti ketersediaan laboratorium MIPA yang memadai, komputer yang tersambung dalam jaringan secara internal maupun eksternal (internet), serta perangkat pendukung dalam upaya pengembangan kecerdasan/ bakat non akademik melalui kegiatan ekstra kurikuler. c) Lingkungan belajar (secara fisik maupun sosial psikologis) yang kondusif untuk berkembangnya potensi kecerdasan dan/ atau bakat istimewa menjadi keistimewaan yang nyata. d) Pendidikan untuk anak cerdas istimewa membutuhkan diferensiasi kurikulum yaitu memberikan tugas dan kegiatan belajar yang berbeda dari rata – rata anak sesuai dengan kebutuhan belajarnya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
12 digilib.uns.ac.id
Diferensiasi kurikulum hendaknya dilakukan pada segenap elemen yang terdiri dari materi, proses, produk, dan lingkungan belajar. e) Dalam pembelajaran yang diperuntukkan bagi peserta didik cerdas istimewa tidak cukup hanya dengan menu
sumber isi maupun
standar kompetensi yang saat ini ada. Kegiatan pembelajaran dapat difungsikan sebagai sarana penguatan menuju level berfikir tinggi melalui rekayasa model pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang menantang dan menghasilkan level berpikir tinggi untuk kelas akselerasi dikembangkan oleh Dave (2000). f) Rentang waktu belajar di sekolah lebih lama dengan program sekolah reguler. Hal ini disebabkan peserta didik mendapatkan materi pengayaan maupun kegiatan–kegiatan lain seperti praktek di laboratorium. Dengan demikian sekolah dapat diselenggarakan dengan sistem fullday atau boarding. Untuk itu, sekolah dapat dilengkapi dengan asrama dalam mengoptimalkan pembinaan serta menampung peserta didik yang berasal dari berbagai lokasi geografis. g) Pendidikan khusus bagi Peserta Didik Cerdas Istimewa Bakat Istimewa (PDCI / BI) merupakan bagian (inklusif) dari sistem pendidikan nasional dan tidak bersifat eksklusif. Konsekuensinya program ini tunduk kepada peraturan perundang -undangan yang ada, meskipun memiliki keleluasaan sesuai dengan misi dan tujuannya serta status pengelolaannya. h) Sekolah yang menyelenggarakan pendidikan khusus bagi PDCI / BI diproyeksikan sebagai pusat keunggulan bagi sekolah–sekolah disekitarnya. Artinya sekolah ini tidak hanya memberi manfaat kepada peserta didik yang mengikuti pendidikan khusus bagi PDCI/BI, tetapi juga mereka yang tidak termasuk program serta sekolah lainnya. Dengan demikian sekolah yang menyelenggarakan pendidikan khusus bagi PDCI / BI memiliki resonansi sosial kepada commit to user(2009:37) lingkungan sekitarnya. Depdiknas
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2). Kurikulum Menurut Depdiknas (2009 : 44) Kurikulum Program Akselerasi dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah serta melibatkan tenaga ahli dan lingkungan perguruan tinggi, berpedoman pada standar kompetensi lulusan dan standar isi serta panduan penyusunan kurikulum yang dibuat BSNP. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip–prinsip berikut : a) Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya. b) Beragam dan Terpadu Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis pendidikan, tanpa membedakan agama, suku, budaya dan adat istiadat, serta status sosial ekonomi dan gender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat antarsubstansi. c) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan , teknologi, dan seni Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni berkembang secara dinamis, dan oleh karena itu semangat dan isi kurikulum mendorong peserta didik
untuk
mengikuti
dan
memanfaatkan
secara
tepat
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. d) Relevan dengan kebutuhan kehidupan Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk didalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. commit to user e) Menyeluruh dan berkesinambungan
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan
secara
berkesinambungan
antarsemua
jenjang
pendidikan. f) Belajar sepanjang hayat Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur – unsur pendidikan
formal,
nonformal
dan
informal,
dengan
memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya. g) Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan memberdayakan hal ini sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. (Depdiknas, 2009 : 44) Dalam pelaksanaan kurikulum
di setiap satuan pendidikan
menggunakan prinsip – prinsip yang dirangkum sebagai berikut : a) Pelaksanaan kurikulum didasarkan pada potensi, perkembangan dan kondisi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya. Dalam hal ini peserta didik harus mendapatkan
pelayanan
pendidikan
yang
bermutu,
serta
memperoleh kesempatan untuk mengekspresikan dirinya secara bebas, dinamis dan menyenangkan. b) Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan kelima pilar belajar, yaitu : (1) Belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa commit to user (2) Belajar untuk memahami dan menghayati
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(3) Belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif (4) Belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain (5) Belajar untuk membangun dan menemukan jati diri, melalui proses
pembelajaran
yang
aktif,
kreatif,
efektif,
dan
menyenangkan. c). Pelaksanaan kurikulum memungkinkan peserta didik mendapat pelayanan yang bersifat perbaikan, pengayaan, dan /atau percepatan sesuai potensinya, tahap perkembangan, dan kondisi peserta didik dengan tetap memperhatikan keterpaduan pengembangan pribadi peserta
didik
yang
berdimensi
ke-Tuhanan,
keindividuan,
kesosialan, dan kemoralan. d). Kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik dan pendidik yang saling menerima dan menghargai, akrab, terbuka, dan hangat, dengan prinsip tut wuri handayani, ing madya mangun karsa, ing ngarsa sung tulada ( dibelakang memberikan daya dan kekuatan, ditengah membangun semangat dan prakarsa
, di depan
memberikann contoh dan teladan ) e).
Kurikulum
dilaksanakan
dengan
menggunakan
pendekatan
multistrategi dan multimedia, sumber belajar dan teknologi yang memadai, dan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar, dengan prinsip semua yang terjadi, tergelar
dan
berkembang di masyarakat dan lingkungan alam semesta dijadikan sumber belajar, contoh dan teladan. f). Kurikulum dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam, sosial, dan budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan pendidikan dengan muatan seluruh bahan kajian secara optimal. g). Kurikulum yang mencakup seluruh komponen kompetensi mata pelajaran , muatan lokal dan pengembangan diri diselenggarakan dalam keseimbangan, keterkaitan, dan kesinambungan yang cocok dan memadai antarkelas dan jenis serta jenjang pendidikan. commit to user (Depdiknas, 2009 :38)
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Depdiknas
(2009:42)
menyatakan
bahwa
kurikulum
pendidikan khusus bagi PDCI/BI adalah kurikulum tingkat satuan pendidikan,
yang
berdeferensiasi
dan
termodifikasi
serta
dikembangkan melalui sistem pembelajaran yang dapat memacu dan mewadahi integrasi antara pengembangan spiritual, logika, nilai-nilai, etika, dan estetika, serta dapat mengembangkan kemampuan berpikir holistik, kreatif, sistemik dan sistematis, linear, dan konvergen, untuk memenuhi tuntutan masa kini dan masa mendatang. Kurikulum pendidikan PDCI / BI termasuk di dalamnya untuk Program Akselerasi dikembangkan secara berdiferensiasi, mencakup 4 (empat) dimensi yang berintegrasi dan dirangkum sebagai berikut : a) Dimensi umum Merupakan bagian inti kurikulum yang memberikan pengetahuan, keterampilan dasar, pemahaman nilai, dan sikap yang memungkinkan peserta didik berfungsi sesuai dengan tuntutan masyarakat atau tuntutan jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Kurikulum inti merupakan kurikulum dasar yang diberikan pula kepada peserta didik lain dalam jenjang pendidikan tersebut. b) Dimensi Diferensiasi Merupakan bagian kurikulum yang erat dengan ciri khas perkembangan peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan istimewa, yang merupakan program khusus dan pilihan terhadap bidang
studi
tertentu
serta
diberi
kesempatan
untuk
mengembangkan bakat tertentu lainnya. Diferensiasi kurikulum bagi peserta didik cerdas istimewa dapat dilakukan melalui tiga jalur : (a) Enrichment (pengayaan).(b) Extension (pendalaman). (c). Accelleration (percepatan). Peserta didik memilih bidang studi / bidang pengembangan bakat yang diminati untuk dikuasai secara luas dan mendalam. commit to user
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c) Dimensi Media Pembelajaran Implementasi kurikulum berdiferensiasi bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan istimewa menuntut adanya penggunaan media pembelajaran seperti belajar melalui radio, televisi, internet, CD-ROM, Pusat Belajar dan Riset Guru (Teacher Research and Resource Centre), wawancara pakar, dan sebagainya. d) Dimensi suasana belajar Pengalaman belajar yang dijabarkan dari lingkungan keluarga dan sekolah harus mampu menciptakan iklim akademis yang menyenangkan dan menantang, sistem pemberian apresiasi hubungan antar peserta didik, antrara guru dan peserta didik, antara guru dan orang tua peserta didik, dan antara orang tua dan peserta didik yang saling menerima dan menghargai, akrab, terbuka serta hangat dengan prinsip tut wuri handayani. e) Dimensi co-kurikuler Sekolah
memberi
kesempatan
kepada
siswa
untuk
menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman di luar sekolah, misalnya kujungan ke museum sejarah dan budaya, panti asuhan, pusat kajian ilmu pengetahuan, cagar alam dan lain – lain. (Depdiknas,2009:43) Menurut Depdiknas (2009 : 49-50) diferensiasi kurikulum hendaknya dikembangkan dengan berfokus pada : a) Kecepatan belajar yang dipercepat dengan pengulangan (repetisi) minimal b) Penguasaan kurikulum nasional dalam waktu lebih singkat c) Materi lebih abstrak, lebih kompleks, lebih mendalam d) Penggunaan keterampilan belajar dan menerapkan strategi pemecahan masalah e) Berorientasi pada peserta didik f) Belajar berkelanjutan serta menerapkan strategi pemecahan masalah g) Berorientasi pada peserta didik h) Belajar berkelanjutan serta menerapkan keterampilan penelitian i) Bekerjasama secara mandiri user j) Adanya interaksicommit dengantopakar
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Diferensiasi kurikulum hendaknya dilakukan pada segenap elemen yang terdiri dari materi, proses, produk, dan lingkungan belajar. Menurut Depdiknas (2009 : 51) uraiannya adalah sebagai berikut : a) Diferensiasi materi dilakukan dengan melakukan penyesuaian kebutuhan belajar peserta didik dengan mempertimbangkan, yaitu : (1) Tingkat abstraksi materi. (2) Tingkat kompleksitas materi. (3) Tingkat variasi materi. (4) Melibatkan pengorganisasian nilai belajar. (5) Memasukkan unsur studi tentang manusia, yakni tidak sekedar mempelajari teori, tapi juga tokoh yang menemukan atau mengembangkan suatu teori. (6) Studi tentang metode misalnya metode belajar dan metode penelitian b) Diferensiasi proses dilakukan dengan melakukan penyesuaian kebutuhan belajar peserta didik dengan mempertimbangkan beberapa hal, yaitu : (1) Penggunaan ranah kognitif tingkat tinggi. (2) Tugas yang bersifat divergen. (3) Memungkinkan penemuan-penemuan. (4) Menuntut bukti penalaran. (5) Memberikan kebebasan untuk memilih pada peserta didik. (6) Melibatkan interaksi kelompok. (7) Menerapkan berbagai variasi kecepatan belajar sesuai kebutuhan peserta didik. c) Diferensiasi produk dilakukan dengan melakukan penyesuaian kebutuhan belajar peserta didik dengan mempertimbangkan beberapa hal, yaitu : (1) Produk yang terkait dengan pemecahan masalah nyata dalam kehidupan. (2) Produk disajikan untuk narasumber yang nyata, misalnya topik tentang hutan dapat mengundang narasumber dari dinas kehutanan. (3) Transformasi produk dari satu bentuk ke bentuk lain, misalnya produk verbal berupa tulisan diubah menjadi berupa drama atau gambar. (4) Perlu dipertimbangkan produk dengan berbagai variasi, format produk dapat ditentukan sendiri oleh peserta didik. (5) Dilakukan evaluasi produk yang tepat. d) Diferensiasi lingkungan perlu dilakukan, karena lingkungan memberikan pengaruh terhadap optimalisasi pengembangan potensi peserta didik cerdas istimewa. Diferensiasi lingkungan belajar mencakup beberapa hal, yaitu : (1) Belajar dalam lingkungan yang aktual yakni belajar di lapangan sesuai topik yang dipelajari. (2) Adanya batasan waktu yang fleksibel. (3) Lingkungan belajar hendaknya memungkinkan penelitian yang mendalam. (4) Jika dimungkinkan peserta didik dapat bekerja bersama dengan mentor. 3). Pembelajaran Program Akselerasi Pendidikan khusus bagi PDCI/BI untuk satuan SMA / MA menggunakan sistem kredit semester. Sistem kredit semester adalah commit to user sistem penyelenggaraan program pendidikan yang peserta didiknya
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menentukan sendiri beban belajar dan mata pelajaran yang diikuti setiap semester pada satuan pendidikan. Beban belajar setiap mata pelajaran pada sistem kredit semester dinyatakan dalam satuan kredit semester (sks). Beban belajar satu sks meliputi satu jam pembelajaran tatap muka, satu jam penugasan, dan satu jam kegiatan mandiri tidak terstruktur. ( Depdiknas, 2009 :53-54) Kegiatan
pembelajaran
menurut
Dave
(2009)
dapat
difungsikan sebagai sarana penguatan menuju level berpikir tinggi melalui rekayasa model pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang menantang dan menghasilkan level berpikir tinggi selalu melibatkan pemikiran dan pemecahan masalah. Model pembelajaran yang dikembangkan oleh Dave khusus untuk akselerasi ini dinamakan SAVI (somatic, auditory,visual and, Intelektual) approach to learning. Depdiknas(2009:54) Model SAVI approach to learning menurut Dave(2009) memiliki ciri khas yang yang dimunculkan pada model SAVI adalah pembelajaran yang selalu mengandung kegiatan yang selalu bergerak dinamis (mobile) dan selalu memberi peluang bagi peserta didik untuk mencoba mengerjakannya, demikian pula peserta didik diberi pengalaman pembelajaran melalui kombinasi pemberian pembelajaran yang dikomunikasikan secara verbal dan pembelajaran diperdengarkan,
observasi
serta
pemecahan
yang
masalah.
Depdiknas(2009:53) Penetapan kegiatan pembelajaran bagi peserta didik cerdas istemewa membawa konsekuensi kepada guru untuk memodifikasi kegiatan pembelajaran bagi peserta didik reguler ke corak kegiatan pembelajaran yang menuntut corak berpikir tingkat tinggi. Pola pembelajaran yang banyak digunakan adalah pola pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) dan mengutamakan produk/ proyek yang lebih banyak digunakan. Menurut Depdiknas commit to user (2009 :55) sebagai konsekuensi dari pemilihan tipe problem solving
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang demikian selanjutnya mengharuskan guru untuk menetapkan bobot materi juga harus bertipe setidaknya C4 (analisis) dan jika dimungkinkan sampai C6 (evaluasi) yang mendorong peserta didik berfikir tingkat tinggi dan kritis.
4). Penilaian Program Akselerasi Menurut Depdiknas (2009:56) penilaian yang digunakan dalam pendidikan khusus bagi PDCI/BI adalah penilaian otentik (Authentic Assesment), yaitu proses pengumpulan data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa, hal ini diperlukan agar guru bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Penilaian otentik menekankan pada proses pembelajaran, data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata
yang
dikerjakan
siswa
pada
saat
melakukan
proses
pembelajaran, bukan pada saat siswa mengerjakan suatu tes. Alat penilaian yang digunakan : 1. Hasil karya (product), berupa karya seni,, laporan, gambar, bagan, tulisan, dan benda. 2. Penugasan (Project), yaitu bagaimana siswa bekerja dalam kelompok atau individual untuk menyelesaikan sebuah proyek. 3. Unjuk kerja (performance), yaitu penampilan diri dalam kelompok maupun
individual,
dalam
bentuk
kedisiplinan,
kerjasama,
kepemimpinan, inisiatif, dan penampilan di depan umum. 4. Tes tertulis (paper and pencil test), yaitu penilaian yang didasarkan pada hasil ulangan harian, smester, atau akhir program. 5. Kumpulan hasil kerja siswa (portofolio), yaitu kumpulan karya siswa berupa laporan, gambar, peta, benda – benda, karya tulis, isian, tabel – tabel, dan sebagainya. 5). Peserta Didik Program Akselerasi Menurut Depdiknas (2009:76) jumlah peserta didik program to user – banyaknya 20 orang. Peserta akselerasi untuk setiap commit kelas sebanyak
perpustakaan.uns.ac.id
21 digilib.uns.ac.id
didik SD /MI dapat berusia di luar batas yang berlaku bagi peserta didik biasa dan / atau dapat dilakukan atas dasar rekomendasi tertulis dari psikolog profesional. Peserta didik pada SMP / MTS adalah lulusan SD/MI atau bentuk lainnya yang sederajat. Peserta didik pada SMA / MA adalah lulusan SMP / MTS atau bentuk lain yang sederajat. Untuk bisa mengikuti program akselerasi peserta didik harus mengikuti seleksi secara ketat, dengan menerapkan tahapan sebagai berikut : 1. Seleksi Administrasi, meliputi : a. Hasil Ujian Nasional dari sekolah sebelumnya dengan nilai ratarata 8,0. b.Tes kemampuan akademik, dengan nilai rata – rata minimal 8,0. 2. Psikologis Setelah peserta didik diiidentifikasi sebagai nominasi melalui proses seleksi administratif, selanjutnya dilakukan tes penilaian dari guru, orang tua, atau konselor yang lebih memahami dengan pasti tingkat keberbakatannya. Pada tahap ini, calon yang lolos pada tahap penjaringan diberikan tes yang dilakukan secara kelompok maupun secara individual, yaitu tes intelegensi, tes kreativitas, dan skala Task Commitment. Selain itu diberikan juga tes proyektif sebagai tes penunjang untuk mengetahui aspek emosi dan sosial calon siswa aksel. Dengan demikian ada tiga jenis tes yang dilakukan dalam aspek psikologis calon peserta didik yaitu : a. Kemampuan Intelektual (IQ) b. Kreativitas c. Keterikatan dengan tugas (task commitment) b. Landasan Pelaksanaan Program Akselerasi 1) Landasan Hukum Program Akselerasi Penyelenggaraan pendidikan khusus bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan atau bakat istimewa (selanjutnya disingkat menjadi pendidikan khusus bagi peserta didik CI/BI ) di commit tohukum user sebagai berikut : Indonesia menggunakan landasab
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a) Undang – undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional : (1) Pasal
3,
”
Pendidikan
Nasional
berfungsi
mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (2) Pasal 5 ayat 4 ” warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus. (3) Pasal 32 ayat 1, ” pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. (4) UU No. 23/ 2002tentang Perlindungan Anak pasal 52, ” anak yang memiliki keunggulan diberikan kesempatan dan aksesbilitas untuk memperoleh pendidikan khusus. ” (5) PP No 72/91, tentang Pendidikan Luar Biasa (6) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan Tugas, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementrian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Peraturan (7) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementrian Negara Republik Indonesia; (8) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 187 / M Tahun 2004 mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 171/ M Tahun 2005; (9) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 25 Tahun 2005 commit to userDirektorat Jenderal Manajemen Tentang Organisasi dan Tata Kerja
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pendidikan
Dasar
dan
Menengah
Departemen
Pendidikan
Nasional (10) Keputusan Penyusunan
Mendiknas Standar
No.
053/
Pelayanan
2001 Minimal
tentang
Pedoman
Penyelenggaraan
Persekolahan Bidang Pendidikan Dasar dan Menengah. (11) Peraturan Pemerintah No.19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. (12) Peraturan Mendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi (13) Peraturan Mendiknas No. 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan. (14) Peraturan Mendiknas No. 24 tahun 2006 tentang Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menegah dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasioanal Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. (15) Permendiknas No. 34 / 2006 tentang Pembinaan Prestasi Peserta Didik yang memiliki Potensi Kecerdasan dan/ atau
bakat
Istimewa. (16) Rancangan Peraturan Pemerintah ( RPP) tentang Pengelolaan Pendidikan. (Depdiknas,2009 :4-6) 2) Landasan Teoritis Menurut Feldhusen (1994) yang dikutip oleh Depdiknas (2009:8) penggunaan istilah potensi kecerdasan dan atau bakat istimewa berkait erat dengan latar belakang teoritis yang digunakan. Potensi kecerdasan berhubungan dengan kemampuan intelektual, sedangkan bakat tidak hanya terbatas pada kemampuan intelektual. Anak berbakat adalah anak yang diidentifikasi oleh orang dengan kualifikasi profesional yaitu anak yang telah mampu menunjukkan prestasinya dan atau berupa potensi kemampuan pada beberapa bidang seperti : commit to user a) kemampuan intelegensi umum
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b) kemampuan akademik khusus ( specific academic aptitude) c) berpikir produktif atau kreatif d) kemampuan kepemimpinan e) kemampuan di bidang seni f) kemampuan psikomotorik Prinsip mengidentifikasi peserta didik cerdas istimewa dilakukan dengan menggunakan pendekatan multidimensional, artinya kriteria yang digunakan lebih dari satu, yaitu bukan sekedar batasan peserta didik memiliki dimensi kemampuan umum pada taraf kecerdasan skor IQ 130 ke atas dengan menggunakan skala Wechesler. Menurut Depdiknas (2009:18) Konsepsi Tiga Cincin Keberbakatan dari Renzulli (1978,2005) banyak digunakan dalam menyusun pendidikan untuk anak cerdas istimewa, dan merupakan teori yang mendasari pengembangan pendidikan anak cerdas istimewa dan berbakat istimewa (Gifted and Talented children). Berdasarkan Konsepsi Tiga Cincin Keberbakatan tersebut ditentukan giftedness saling keterkaitan antara tiga komponen yang penting yaitu : a) Kemampuan umum ( kapasitas intelektual ) dan atau kemampuan khusus diatas rata – rata. b) Kreativitas yang tinggi c) Komitmen terhadap tugas yang tinggi Penggunaan model Konsepsi Tiga Cincin Keberbakatan dari Renzulli lebih berorientasi pada psikotes dan prestasi, masih belum menyentuh seluruh populasi anak cerdas istimewa dan berbakat istimewa (gifted and talented). Menurut
Adinugroho-Horstman
(2007)
yang
dikutip
oleh
Depdiknas (2009 :19) ada beberapa kelompok anak berbakat yang kemungkinan besar terlewatkan dengan model identifikasi semacam itu, seperti : anak – anak yang cerdas istimewa namun memiliki kesenjangan tinggi antara kemampuan dan kinerja atau prestasinya (underarchiever), commit to user anak – anak cerdas istimewa yang memiliki kesenjangan tinggi diantara
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
domain kemampuannya berdasarkan tes – tes kecerdasan yang baku, prestasi maupun bakat dengan ketimpangan kemampuan kognisi dan kemampuan adaptif serta prestasi di lapangan. Menurut Monks dan Ypenburg (1995) yang dikutip dalam Depdiknas (2009:19) untuk mengatasi
masalah belum mendapat
tempatnya beberapa kategori anak berbakat dalam Konsepsi Tiga Cincin Keberbakatan muncullah konsep The Triadich dari Renzulli-monks yang merupakan pengembangan dari Konsepsi Tiga Cincin Keberbakatan dan disebut sebagai model multifaktor yang melengkapi Konsepsi Tiga Cincin Keberbakatan. Konsep The Triadich menyebutkan bahwa potensi kecerdasan istimewa (giftedness) yang dikemukakan Renzulli itu tidak akan terwujud jika tidak mendapatkan dukungan yang baik dari sekolah, keluarga, dan lingkungan di mana si anak tinggal. Model multifaktor merupakan model pendidikan anak cerdas istimewa tidak dapat dilepaskan dari peran orang tua dan lingkungan dalam menanggapi gejala – gejala kecerdasan istimewa (giftedness), toleran terhadap berbagai karakteristik yang ditampilkannya baik yang positif maupun berbagai gangguan tumbuh kembangnya yang menjadi penyulit baginya, serta dalam mengupayakan layanan pendidikannya, model pendekatan ini menuntut keterlibatan berbagai pihak yakni sistem pendidikan, keluarga, dan lingkungan untuk dapat memberikan dukungan yang baik dan mengupayakan agar anak didik dapat mencapai prestasi istimewanya, sehingga diharapkan tidak akan terjadi adanya kondisi berprestasi rendah (underarchiever) pada seorang anak cerdas istimewa. Dengan model pendekatan teori ini juga, maka anak – anak yang mempunyai ciri – ciri berkecerdasan istimewa sekalipun (underarchiever) masih dapat terdeteksi sebagai anak berkecerdasan istimewa yang memerlukan dukungan dari sekolah, keluarga dan lingkungan agar ia dapat mencapai prestasi yang istimewa sesuai potensinya. Model pendekatan multifaktor lebih fleksibel dalam melakukan commit user deteksi dan diagnosis anak cerdastoistimewa, terutama dalam menghadapi
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
anak-anak
dengan
kondisi
tumbuh
kembang
yang
mengalami
disinkronitas yang besar dan penting, berkesulitan dan bergangguan belajar (learning difficulties dan learning disabilities), serta yang mengalami komorbiditas dengan gangguan lainnya (gangguan emosi dan perilaku yang patologis). Fleksibilitas dalam melakukan deteksi yang dimaksud adalah dimungkinkannya penggunaan daftar dan alat – alat ukur asesmen yang lebih beragam. Model multifaktor ini kemudian dikembangkan oleh Heller (2004) dalam Depdiknas (2009 :20). Model yang
dikembangkan
Heller
merupakan
modifikasi
dari
Triadic
Interdependence Model Monks (Model pendekatan Multifaktor) serta Multiple Intelligences dari Howard Gardner. Konsep keberbakatan Heller (2004) ini dapat ditinjau berdasarkan empat dimensi multifaktor yang saling terkait satu sama lain, yaitu (1) faktor talenta (talent) yang relatif mandiri. (2) faktor kinerja (performance). (3)faktor kepribadian. (4) faktor lingkungan. Faktor kepribadian dan faktor lingkungan menjadi perantara utnuk terjadinya transisi dari talenta menjadi kinerja. Faktor bakat (talent) sebagai potensi yang ada dalam individu dapat meramalkan aktualisasi kinerja (performance) dalam area yang spesifik. Bakat ini mencakup tujuh area yang masing – masing berdiri sendiri, yaitu (1) kemampuan intelektual, (2) kemampuan kreatif, (3) kompetensi sosial, (4) kecerdasan praktis, (5) kemampuan artistik, (6) musikalitas, (7) keterampilan psikomotor. Faktor kinerja (performance) meliputi delapan area kinerja, yaitu (1) Matematika, (2) Ilmu Pengetahuan Alam, (3) Teknologi Komputer, (4) Seni (musik,lukis), (5) Bahasa, (6) Olah Raga, (7) Relasi Sosial Bakat (talent) dapat berkembang menjadi kinerja dengan dipengaruhi oleh dua faktor yaitu : (1) karakteristik kepribadian yang mencakup : cara mengatasi stres, motivasi berprestasi, strategi belajar dan strategi kerja, harapan – commit to user harapan akan pengendalian, harapan akan keberhasilan atau
perpustakaan.uns.ac.id
27 digilib.uns.ac.id
kegagalan, dan kehausan akan pengetahuan dan kehausan akan pengetahuan (2) kondisi – kondisi lingkungan yang mencakup : iklim keluarga, jumlah saudara dan kedudukan dalam keluarga, tingkat pendidikan orang tua, stimulasi lingkungan rumah, tuntutan dan kinerja yang ada di rumah, lingkungan belajar, kualitas pembelajaran, iklim kelas, dan peristiwa – peristiwa kritis. Dalam proses terwujudnya bakat menjadi kinerja, bakat juga dapat mempengaruhi faktor kepribadian dan kondisi lingkungan, misalnya bakat yang ada pada anak dapat mempengaruhi perlakuan orang tua dan guru pada anak tersebut. Pada dasarnya, ciri-ciri yang dimiliki peserta didik cerdas dan atau berbakat istimewa serupa dengan peserta didik pada umumnya, yaitu ada sisi positif dan sisi negatif. Sebagaimana anak pada umumnya, anak yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa mempunyai kebutuhan pokok akan pengertian, penghargaan, dan perwujudan diri. Apabila kebutuhan – kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, mereka akan menderita kecemasan dan keragu – raguan. Jika minat, tujuan, dan cara laku mereka yang berbeda dengan peserta didik pada umumnya, tidak memperoleh pengakuan, maka mereka walaupun memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa akan mengalami kesulitan. Ciri – ciri tertentu dari peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa dapat atau mungkin mengakibatkan timbulnya masalah – masalah tertentu seperti yang disebutkan oleh Martinson (1974) yang dikutip oleh Depdiknas(2009:22), yakni sebagai berikut : a) kemampuan berpikir kritis dapat mengarah ke arah sikap meragukan (skeptis), baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain b) kemampuan kreatif dan minat untuk melakukan hal – hal yang baru, bisa menyebabkan mereka tidak menyukai atau lekas bosan terhadap tugas tugas rutin commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
28 digilib.uns.ac.id
c) perilaku yang ulet dan terarah pada tujuan, dapat menjurus keinginan untuk memaksakan atau mempertahankan pendapatnya d) kepekaan yang tinggi, dapat membuat mereka menjadi mudah tersinggung atau peka terhadap kritik e) semangat, kesiagaan mental, dan inisiatifnya yang tinggi, dapat membuat kurang sabar dan kurang tenggang rasa jika tidak ada kegiatan atau jika kurang tampak kemajuan dalam kegiatan yang sedang berlangsung f) dengan kemampuan dan minatnya yang beraneka ragam, mereka membutuhkan keluwesan serta dukungan untuk dapat menjajaki dan mengembangkan minatnya g) keinginan mereka untuk mandiri dalam belajar dan bekerja, serta kebutuhannya dan kebebasan, dapat menimbulkan konflik karena tidak mudah menyesuaikan diri atau tunduk terhadap tekanan dari orang tua, sekolah atau teman – temannya. Ia juga bisa merasa ditolak atau kurang dimengerti oleh lingkungannya h) sikap acuh tak acuh dan malas, dapat timbul karena pengajaran yang diberikan di sekolah kurang mengundang tantangan bagi mereka. Selain hal – hal yang diungkapkan oleh Martinson (1974) diatas, berdasarkan penelitian Henry (1993) yang dikutip dalam Depdiknas (2009 : 23), mereka juga suka mengganggu teman – teman sekelasnya, karena kecerdasannya dengan sekali penjelasan dari guru peserta didik cerdas dan berbakat istimewa sudah mampu memahami materi yang disampaikan sehingga ia memiliki banyak waktu luang, yang apabila tidak diantisipasi gurunya akan melakukan hal – hal usil. Akibat lebih lanjut, mereka dapat menjadi anak yang berprestasi rendah (underachiever) atau bahkan malah mungkin menjadi anak yang bermasalah (mengalami kesulitan belajar). Menurut Henry(1996) dalam
Depdiknas (2009:23) terhadap
peserta didik SD di provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, Ampung, dan Kalimantan Barat, yang menunjukkan bahwa 22 % dari peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa beresiko tinggal kelas (nilai rata-rata rapornya kurang dari 6,00). Demikian pula peserta didik SLTP di empat provinsi yang sama menunjukkan bahwa 20 % dari peserta didik SLTP yang memiliki kecerdasan dan bakat istimewa juga beresiko user tinggal kelas. Sementara commit itu, hasilto penelitian Yaumil Achir (1990) yang
perpustakaan.uns.ac.id
29 digilib.uns.ac.id
dikutip oleh Rusman (2008 :929) di Jakarta terhadap peserta didik SMA yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa menunjukkan bahwa sekitar 38,7 % dari sampel tergolong underachiever. Underachiever tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi juga terjadi di negara lain. Beberapa penelitian di negara maju, seperti Amerika Serikat menunjukkan bahwa sekitar 15-50 % dari peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa tergolong underachiever sedangkan di Inggris sekitar 25 % ( Utami Munandar, 1999 :20). Sementara itu hasil penelitian Balitbang Diknas (1998) dalam Depdiknas (2009 :25) menyimpulkan ada dua faktor yang menyebabkan peserta didik cerdas istimewa mengalami gejala prestasi kurang ( underachiever), yaitu: a) lingkungan belajar yang kurang menantang mereka untuk mewujudkan potensinya secara optimal b) model pembelajaran yang kurang kondusif. 3) Landasan Filosofis Menurut Depdikbud (1994) yang dikutip oleh Depdiknas (2009 : 26) penyelenggaraan pendidikan khusus bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan istimewa, salah satu bentuk atau model layanannya adalah program percepatan (akselerasi) belajar dan didasari filosofi yang berkenaan dengan : a) Hakekat manusia b) Hakekat pembangunan nasional c) Tujuan pendidikan d) Usaha untuk mencapai tujuan pendidikan. 4) Landasan historis Menurut Depdiknas (2009:27) upaya pemerintah memberikan pelayanan pendidikan khusus bagi PDCI/BI telah dilakukan sejak tahun 1974 dalam beberapa bentuk layanan dengan model : a) PPSP dengan pendekatan maju berkelanjutan dan belajar tuntas b) Kelas – kelas khusus dan unggulan commitditosejumlah user c) Sekolah – sekolah unggulan propinsi
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d) Sekolah – sekolah swasta dengan kurikulum plusnya e) Pondok pesantren modern dengan pola asrama f) Pemberian beasiswa kepada peserta didik yang cerdas Secara historis kebijakan pemerintah yang terkait dengan layanan pendidikan bagi peserta didik cerdas istimewa dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut ini : Tabel 2.1 Layanan Pendidikan Bagi Peserta Didik Cerdas Istimewa Tahun 1974
1982
1984
1989
Bentuk Kebijakan / Program Pemberian beasiswa bagi peserta didik Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang berbakat dan berprestasi tinggi tetapi lemah kemampuan ekonomi keluarganya. Balitbang Dikbud membentuk Kelompok Kerja Pengembangan Pendidikan Anak Berbakat (KKPPAB). Kelompok ini terdiri dari individu – individu yang mewakili unsur – unsur struktural serta unsur – unsur keahlian seperti Balitbang Dikbud, Ditjen Dikdasmen, Ditjen Dikti, Perguruan Tinggi, serta unsur keahlian di bidang sains, matematika, teknologi (elektronika, otomotif, dan pertanian ), bahasa, dan humaniora, serta psikologi. Balitbang Dikbud menyelenggarakan perintisan pelayanan pendidikan anak berbakat dari tingkat SD, SMP, SMA di satu daerah perkotaan (Jakarta) dan satu daerah pedesaan (Kabupaten Cianjur). Program pelayanan yang diberikan berupa pengayaan (enrichment) dalam bidang sains (Fisika, Kimia, Biologi, dan Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa, matematika, teknologi (elektronika, otomotif, dan pertanian), bahasa (Inggris dan Indonesia), humaniora, serta keterampilan membaca, menulis dan meneliti. Pelayanan Pendidikan dilakukan di kelas khusus di luar program kelas reguler pada waktu – waktu tertentu. Perintisan pelayanan pendidikan bagi anak berbakat ini pada tahun 1986 dihentikan seiring dengan pergantian pimpinan dan kebijakan di jajaran Depdikbud. Di dalam UU no.2 tahun 1989 tentang Undang – Undang commit to user Sistem Pendidikan Nasional pasal 8 ayat 2 dikemukakan
perpustakaan.uns.ac.id
1993
1994
1998/1999
2000
2001/2002
2003
31 digilib.uns.ac.id
bahwa warga negara yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa berhak memperoleh perhatian khusus. Pasal 24, setiap peserta didik pada satuan pendidikan mempunyai hak – hak sebagai berikut : (1) mendapat perlakuan yang sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya, (2) menyelesaikan program pendidikan lebih awal dari waktu yang telah ditentukan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menerbitkan kebijakan tentang Sistem Penyelenggaraan Sekolah Unggul ( Schools of Excellence) dan membukanya di seluruh provinsi sebagai langkah awal kembali untuk menyediakan program pelayanan khusus bagi peserta didik dengan cara mengembangkan aneka bakat dan kreativitas siswa. Depdikbud mengeluarkan dokumen tentang ” Pengembangan Sekolah Plus ” yang menjadi naskah induk tentang ” Sistem Penyelenggaraan Sekolah Menengah Umum Unggul ”. Dua sekolah swasta di DKI Jakarta dan satu sekolah swasta di Jawa Barat melakukan ujicoba pelayanan pendidikan bagi anak berpotensi kecerdasan dan bakat istimewa dalam bentuk program percepatan belajar (akselerasi), yang mendapat arahan dari Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah. Program percepatan belajar dicanangkan oleh Menteri Pendidikan Nasional pada Rakernas Depdiknas menjadi Program Pendidikan Nasional. Dirjen Dikdasmen menyampaikan Surat Keputusan (SK) Mendiknas tentang Penentapan Sekolah Penyelenggara Program Percepatan Belajar kepada 11 sekolah terdiri dari 1 SD, 5 SMP, dan 5 SMA di DKI Jakarta dan Jawa Barat. Diputuskan penetapan kebijakan diseminasi program percepatann belajar pada beberapa sekolah di beberapa provinsi di Indonesia. UU no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 5 ayat (4) menyebutkan warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus. commit to user Pasal 32 ayat (1) Pendidikan khusus merupakan
perpustakaan.uns.ac.id
32 digilib.uns.ac.id
pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikutii proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan /atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. 2006 Diterbitkan Permendiknas no 34/2006 tentang Pembinaan Prestasi Peserta Didik yang memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa. Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan, Pasal 115 sampai dengan pasal 118 tentang pendidikan khusus bagi peserta didik yang memiliki potensi dan/atau bakat istimewa. (Sumber : Depdiknas, 2009 : 31-32)
c. Prinsip prinsip Penyelenggaraan Sekolah Program Akselerasi 1). Otonomi Prinsip otonomi memberikan implikasi bahwa penyelenggaran Pendidikan Khusus bagi PDCI/BI, memiliki keleluasaan untuk mengelola program dan keuangan secara mandiri. Prinsip otonomi ini dapat dipahami dengan memahami karakteristik desentralisasi pendidikan. Prinsip – prinsip desentralisasi pendidikan dalam mengefektifkan kebijakan otonomi sekolah, antara lain :
Bersifat multidimensional dan bersifat luwes terhadap perubahan dan perkembangan
Mencakup multi pemangku kepentingan (stakeholder) dan mendorong partisipasi mereka.
Manajemen program harus dilakukan secara demokratis , transparan, sesuai dengan kondisi sekolah serta tersedianya sumber daya manusia yang berkualitas
Tidak bersifat lokal, sempir, primordial dan sentimen kelompok tertentu, tetapi senantiasa mengacu pada tujuan pendidikan nasional
Pengembangan lembaga dan program secara bottom-up melalui pemanfaatan sumber daya secara optimal. commit to user
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dengan
demikian,
prinsip
otonomi
melalui
desentralisasi
pendidikan adalah pemberian keleluasaan (independency) dan kemandirian kepada sekolah penyelenggara Pendidikan Khusus bagi PDCI / BI untuk melakukan perbaikan secara terus menerus (continouse improvement). 2). Partisipasi Partisipasi artinya keterlibatan mental dan emosional orang – orang dalam suatu kelompok yang mendorong mereka untuk memberikan kontribusi pada tujuan kelompok dengan berbagai tanggung jawab pencapaian tujuan itu. Penyelenggaran Pendidikan Khusus bagi PDCI/BI memerlukan partisipasi anggota masyarakat. Melalui partisipasi ini, masyarakat
diharapkan
dengan
sukarela
memberikan
perhatian,
pengorbanan, dan kerjasama untuk meningkatkan kualitas penyelenggaran program akselerasi. Penyelenggaraan
Pendidikan
Khusus
bagi
PDCI/BI
dapat
melibatkan instansi atau lembaga terkait yang memiliki program pembinaan dan pengembangan keilmuwan. Melalui kerjasama ini, penyelenggaraan Pendidikan Khusus bagi PDCI/BI diharapkan menjadi lebih
optimal.
keberlangsungan
Partisipasi
ini
(sustanbility).
akan Hal
dapat ini
mendorong
akan
penting
terjadi karena
keberlangsungan penyelenggaraan Pendidikan Khusus bagi PDCI/BI memerlukan dukungan moral, teknis, dan finansial dari pemerintah dan masyarakat setempat. Hal ini mengingat tidak semua peserta didik berkecerdasan istimewa memiliki kemampuan ekonomis yang memadai untuk mengikuti Pendidikan Khusus bagi PDCI/BI secara optimal. 3). Akuntabilitas Akuntabilitas adalah kewajiban seseorang atau pimpinan kolektif suatu organisasi untuk mempertanggung jawabkan dan menjelaskan kinerja kepada pihak – pihak untuk meminta jawaban dan penjelasan atas hasil seluruh tindakannya. Akuntabilitas kinerja Pendidikan Khusus bagi PDCI/BI merupakan bentuk pertanggung jawaban yang harus dilakukan commit to user penyelenggara program terhadap keberhasilan fungsi manajerial, prosess,
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dan program yang telah dilaksanakan Akuntabilitas ini berbentuk laporan atas hasil dan prestasi yang dicapai dan dilaporkan kepada pemerintah (Direktorat PSLB , Dinas Pendidikan), masyarakat (komite sekolah), dan stakeholders lainnya. 4). Jaminan Mutu Jaminan mutu (quality assurance) adalah penetapan mutu berdasarkan standar–standar yang dibuat oleh pemerintah maupun sekolah penyelenggara program akselerasi. Jaminan mutu ini harus memiliki sistem audit yang berfungsi mengecek apakah semua Pendidikan Khusus bagi PDCI/BI terlaksana sebagaimana mestinya, dan sejalan
dengan
itu,
terdapat
sistem
perbaikan
ven
berfungsi
memperbaikan kesalahan yang ditemukan . Jaminan mutu merupakan penetapan mutu berdasarkan suatu standar yang mencakup indikator–indikator, yakni input, proses, dan output. Dalam penyelenggaraan Pendidikan Khusus bagi PDCI / BI keseluruhan indikator tersebut melingkupi : pengorganisasian kurikulum, peserta didik, guru, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana pendidikan, pembiayaan, peran serta masyarakat, dan evaluasi. 5). Evaluasi yang Transparan Evaluasi adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan informasi yang diperoleh. Maksud evaluasi adalah memberi nilai tentang kualitas sesuatu. Evaluasi tidak sekedar mencari jawaban terhadap pertanyaan tentang apa, tetapi lebih diarahkan kepada menjawab pertanyaan tentang bagaimana suatu proses penyelenggaraan Pendidikan Khusus bagi PDCI/ BI dilakukan atau bagaimana hasil akhir program itu diperoleh/didapatkan. Evaluasi merupakan suatu proses sistematis dalam mengumpulkan, menganalisis, dan menginterpretasikan informasi untuk mengetahui tingkat keberhasilan pelaksanaan Pendidikan Khusus bagi PDCI/BI dengan kriteria tertentu untuk pengambilan keputusan. Informasi hasil commit sasaran to user yang telah ditetapkan. Seluruh evaluasi dibandingkan dengan
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
rangkaian Pendidikan Khusus bagi PDCI / BI dilakukan secara terbuka atau transparan. Yaitu suatu keadaan dimana mulai dari perencanaan, proses maupun hasil evaluasi diinformasikan kepada masyarakat. Artinya mekanisme penilaian, kriteria penilaian, dan hasil penilaian dapat diketahui masyarakat pada saat evaluasi berlangsung. Di sisi lain hasil evaluasi mengimplikasikan perlunya pembinaan yang dilakukan oleh pemerintah dalam hal ini Direktorat PSLB, Pengawas Sekolah, serta lembaga terkait. Pembinaan dilakukan dalam upaya menjamin bahwa penyelenggaraan Pendidikan Khusus bagi PDCI / BI berjalan sesuai dengan ketentuan – ketentuan yang telah ditetapkan dan berorientasi pada peningkatan mutu pendidikan.
2. Karakteristik Mata Pelajaran Fisika Mata pelajaran fisika adalah cabang dari ilmu pengetahuan yang menguraikan dan menjelaskan tentang unsur-unsur dalam alam serta fenomenanya secara empiris, logis, sistematis dan rasional. Pada mata pelajaran fisika, siswa banyak mempelajari tentang zat, energi, dan gerakan. Pelajaran fisika juga merupakan ilmu pengetahuan kuantitatif atau ilmu pengetahuan tentang pengukuran, dan percobaan. (Siregar, 2003:6). Pada dasarnya, pelajaran Fisika
sebagai salah satu cabang Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) yang bertujuan untuk mempelajari dan menganalisis pemahaman kuantitatif gejala atau proses alam dan sifat-sifat zat serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Kesuksesan dalam belajar mata pelajaran fisika dapat dicapai jika siswa memiliki kemampuan untuk memahami tiga hal pokok fisika yaitu konsep-konsep / pengertian, hukum-hukum / asas-asas, dan teori-teori (Siregar, 2003:6). Menurut
Subratha (2007: 8) disebutkan bahwa ruang lingkup mata
pelajaran Fisika di Sekolah Menengah Atas (SMA) meliputi aspek – aspek sebagai berikut: commit to user
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Pengukuran berbagai besaran, karakteristik gerak, penerapan hukum Newton, alat-alat optik, kalor, konsep dasar listrik dinamis, dan konsep dasar gelombang elektromagnetik b. Gerak dengan analisis vektor, hukum Newton tentang gerak dan gravitasi, gerak getaran, energi, usaha, dan daya, impuls dan momentum, momentum sudut dan rotasi benda tegar, fluida, termodinamika c. Gejala gelombang, gelombang bunyi, gaya listrik, medan listrik, potensial dan energi potensial, medan magnet, gaya magnetik, induksi elektromagnetik dan arus bolak-balik, gelombang elektromagnetik, radiasi benda hitam, teori atom, relativitas, radioaktivitas. Pembelajaran Fisika pada Program Akselerasi menurut Depdiknas (2009 : 63) dituntut menggunakan level tinggi dalam konsep yang digunakan, level tinggi dalam isi pelajaran, dan bercorak interdisciplinary study. Dengan demikian seharusnya tidak ada dalam penyelenggaraan akselerasi yang menerapkan level materi yang standar atau rerata bobotnya. Materi harus advanced level content. Menjadi
tidak
penyelenggaraan
logis
apabila
pendidikan
materi akselerasi
pelajaran
yang
menggunakan
diterapkan standar
isi
dalam dari
Kepmendiknas 22 yang masih standar.
3. Pengukuran, Assesmen dan Evaluasi Dalam melakukan penilaian ada tiga istilah yang biasa digunakan. Ketiga istilah tersebut saling berkaitan, yaitu pengukuran, assesmen, dan evaluasi. Ketiganya dilakukan dengan cara pengumpulan data, menganalis data kemudian mengambil keputusan. Menurut Norman E. Gronlund (1981:5) dijelaskan bahwa “…there is some confusion concerning the meaning of the term evaluation as it applies to classroom instruction. In some instances it is used as a synonym for the term measurement”. Pernyataan tersebut berarti terdapat sedikit kebingungan mengenai arti dari istilah evaluasi yang digunakan pada pengajaran di kelas. Pada beberapa kasus evaluasi digunakan sebagai sinonim dari istilah pengukuran. Gronlund commit to melanjutkan “In other case evaluation is user used as a collective term for those
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
appraisal methods that do not depend on measurement. It use of the two term distinguishes “evaluations qualitative descriptios of pupil behavior” (e.g., anecdotal records of behavior) from “measurement,”which are quantitative descriptions (e.g., test score)”. Artinya, pada kasus lain evaluasi digunakan sebagai istilah pada metode - metode penilaian yang tidak tergantung pada pengukuran. Kedua istilah tersebut digunakan secara berbeda. Evaluasi mendiskripsikan secara kualitatif dari perilaku siswa (misalnya catatan anekdot perilaku) dan pengukuran yang mendeskripsikan secara kuantitatif (misalnya: nilai tes). Berikut ini penjelasan mengenai ketiga istilah di atas . a. Pengukuran Pengukuran didefinisikan berbeda-beda oleh para ahli. Victor H Noll(1965:7) menyatakan bahwa “…measurement is a quantitative process, the result of measurement are always expressed in numbers…”. Pendapat Noll di atas dapat disimpulkan bahwa pengukuran merupakan proses kuantitatif, hasil dari pengukuran selalu dinyatakan dengan angka. Pendapat Noll di atas sejalan dengan pendapat Remmers, Gage dan Rummel (1960 :7) yaitu “ Measurement refers to observation that can be expressed quantitatively and answer the question how much”. Pernyataan di atas dapat diartikan
pengukuran berkenaan dengan
pengamatan yang dinyatakan secara kuantitatif dan menjawab pertanyaan “berapa banyak”. Sedangkan Anas Sudijono (2005 : 4) mengungkapkan bahwa “ Pengukuran yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan measurement dan dalam bahasa arabnya adalah muqayasah, dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan untuk “mengukur” sesuatu. Berdasarkan ketiga pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengukuran merupakan kegiatan membandingkan sesuatu dengan atau atas dasar ukuran tertentu yang berhubungan dengan pengamatan secara kuantitatif dan hasilnya dinyatakan dengan angka Pengukuran juga diterapkan dalam dunia pendidikan. Mimin Haryati (2007 :14) menyatakan ” Pengukuran adalah proses pemberian angka atau usaha memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan dimana seorang peserta didik telah mencapai karakteristik tertentu”. Di sekolah istilah pengukuran sering commit to userbelajar. Hal ini disebabkan karena diganti dengan tes, sebagai contoh tes prestasi
perpustakaan.uns.ac.id
38 digilib.uns.ac.id
tes dianggap lebih formal, tertib dan terencana bila dibandingkan dengan pengukuran. Pengukuran pada proses pembelajaran dilakukan secara tidak langsung dan hasilnya biasanya dinyatakan dengan skor. Sebagai contoh siswa diberi skor oleh guru dengan terlebih dahulu mengerjakan serangkaian tes yang hasilnya dikoreksi, kemudian diambil keputusan untuk pemberian skor sesuai dengan hasil tes yang dikerjakan. Skor tersebut dinyatakan dalam angka. b. Asesmen Joanne Caldwell (2008:22) mengemukakan pendapat mengenai asesmen yaitu “When we assess, we collect evidence and we analyze this evidence. As a result of our analysis, we make a judgment that leads to a decision or to some form of action”. Kalimat tersebut kurang lebih berarti : ketika melakukan asesmen, fakta-fakta dikumpulkan kemudian dianalisis,dari hasil analisis dibuat keputusan yang digunakan untuk menentukan tindakan selanjutnya. Joanne Caldwell(2008 :23) menjelaskan lebih lanjut bahwa dalam proses asesmen terdapat empat langkah yang harus ditempuh yaitu : 1). Mengidentifikasi hal yang akan dinilai. 2). Mengumpulkan informasi atau fakta-fakta. 3). Menganalisis fakta-fakta. 4). Mengambil keputusan. Dalam dunia pendidikan menurut TGAT (Task Group on Assesment and Testing) yang dikutip Djemari Mardapi (2008:1) adalah: Asesmen mencakup semua cara yang digunakan untuk menilai unjuk kerja individu atau kelompok. Proses asesmen meliputi pengumpulan bukti-bukti tentang pencapaian belajar peserta didik. Bukti ini tidak selalu diperoleh melalui tes saja, tetapi juga bisa dikumpulkan melalui pengamatan atau laporan diri. Definisi asesmen berkaitan dengan semua proses pendidikan, seperti karakteristik peserta didik, karakteristik metode mengajar, kurikulum, fasilitas, dan administrasi. Assesmen yang efektif seharusnya dapat membantu siswa untuk mengerti apa yang dibutuhkan ketika mengerjakan tugas. Hal ini seperti apa yang dinyatakan oleh Milne, Heinrich dan Morrison (2008:491) menyatakan bahwa ”Effective assesment should help commit studentstotouser understand what is required of them
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
when submitting assignments and appreciate what high quality works looks like.” Artinya, asesmen yang efektif
membantu siswa untuk mengerti apa yang
dibutuhkan ketika mengerjakan tugas dan menghargai pekerjaan berkualitas yang telah dilakukan. Asesmen seharusnya menjadi bagian dari pembelajaran, merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses pembelajaran. Assesmen (penilaian) pada program akselerasi menerapkan authentic assesment (penilaian otentik). Penilaian otentik adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan oleh peserta
didik
melalui
berbagai
teknik
yang
mampu
mengungkapkan,
membuktikan atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran telah benar-benar dikuasai dan dicapai (Nurhadi, 2004: 172). Hakikat penilaian pendidikan menurut konsep authentic assesment adalah proses
pengumpulan
berbagai
data
yang
bisa
memberikan
gambaran
perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran
dengan
benar.
Apabila
data
yang
dikumpulkan
guru
mengindikasikan bahwa siswa mengalami kemacetan dalam belajar, guru segera bisa mengambil tindakan yang tepat. Karena gambaran tentang kemajuan belajar itu diperlukan di sepanjang proses pembelajaran, asesmen tidak hanya dilakukan di akhir periode (semester) pembelajaran seperti pada kegiatan evaluasi hasil belajar (seperti UAN), tetapi dilakukan bersama dan secara terintegrasi (tidak terpisahkan) dari kegiatan pembelajaran (Nurhadi, 2004: 168). Data yang dikumpulkan melalui kegiatan penilaian bukanlah untuk mencari informasi tentang belajar siswa. Pembelajaran yang benar seharusnya ditekankan pada upaya membantu siswa agar mampu mempelajari (learning how to learn) bukan ditekankan pada diperolehnya sebanyak mungkin informasi di akhir periode pembelajaran (Nurhadi, 2004: 168). Penilaian otentik menurut Santoso (2004 : 15) memiliki beberapa karakteristik, yaitu : 1) penilaian merupakan bagian dari proses pembelajaran. to userpada kehidupan nyata. 2) penilaian mencerminkan hasilcommit proses belajar
perpustakaan.uns.ac.id
40 digilib.uns.ac.id
3) menggunakan bermacam-macam instrumen, pengukuran, dan metode yang sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar. 4) penilaian harus bersifat komprehensif dan holistik yang mencakup semua aspek dari tujuan pembelajaran. Sedangkan Nurhadi (2004 :173) mengemukakan bahwa karakteristik authentic assesment adalah sebagai berikut: 1) melibatkan pengalaman nyata (involves real-world experience) 2) dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung 3) mencakup penilaian pribadi (self assesment) dan refleksi 4) yang diukur keterampilan dan performansi, bukan mengingat fakta 5) berkesinambungan 6) terintegrasi 7) dapat digunakan sebagai umpan balik 8) kriteria keberhasilan dan kegagalan diketahui siswa dengan jelas Dalam pelaksanaan dari penilaian otentik menurut Santoso (2004:17) memiliki beberapa prinsip adalah sebagai berikut: 1) Keeping track, yaitu harus mampu menelusuri dan melacak kemajuan siswa sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah ditetapkan. 2) Checking up, yaitu harus mampu mengecek ketercapaian kemampuan peserta didik dalam proses pembelajaran. 3) Finding out, yaitu penilaian harus mampu mencari dan menemukan serta mendeteksi kesalahan-kesalahan yang menyebabkan terjadinya kelemahan dalam proses pembelajaran. 4) Summing up, yaitu penilaian harus mampu menyimpulkan apakah peserta didik telah mencapai kompetensi yang ditetapkan atau belum. Menurut Santoso (2004:20) Pada pelaksanaannya penilaian otentik ini dapat menggunakan berbagai jenis penilaian diantaranya adalah: 1) tes standar prestasi, 2) tes buatan guru, 3) catatan kegiatan, 4) catatan anekdot, 5) skala sikap, 6) catatan tindakan, 7) konsep pekerjaan, 8) tugas individu, 9) tugas kelompok atau kelas, 10) diskusi, 11) wawancara, 12) catatan pengamatan, 13) peta perilaku, 14) to user portofolio, 15) kuesioner, dan 16)commit pengukuran sosiometri.
perpustakaan.uns.ac.id
41 digilib.uns.ac.id
Sedangkan menurut Nurhadi (2004 :174) hal-hal yang bisa digunakan sebagai dasar penilaian prestasi siswa sesuai penilaian otentik adalah sebagai berikut: 1) proyek/kegiatan dan laporannya 2) hasil tes tulis (ulangan harian, semester, atau akhir jenjang pendidikan) 3) portofolio (kumpulan karya siswa selama satu semester atau satu tahun) 4) pekerjaan rumah 5) kuis 6) karya siswa 7) presentasi atau penampilan siswa 8) demonstrasi 9) laporan 10) jurnal 11) karya tulis 12) kelompok diskusi 13) wawancara c. Evaluasi Evaluasi memliki pengertian yang berbeda-beda menurut beberapa ahli. Evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti penilaian atau penaksiran (John M.Echols dan Hasan Shadily,1983:220). Pendapat lain mengatakan bahwa ditinjau dari sudut bahasa, penilaian diartiakan sebagai proses menentukan nilai suatu objek (Nana Sudjana,1989:3). Sedangkan menurut Edwind dan Gerald W.Brown dalam bukunya Essentials of Educational dikatakan bahwa: Evaluation refer to the act or process to determining the value of something (Wand and Brown,1957:1). Evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. Dari pengertian yang berbedabeda tersebut dapat disimpulkan bahwa evaluasi merupakan suatu proses untuk menafsirkan suatu nilai dengan melalui tindakan mengukur atau menaksir dan menilai. Evaluasi digunakan hampir diseluruh ranah kehidupan, tidak luput juga commit user beberapa hal tentang evaluasi dalam dunia pendidikan. Berikut ini to adalah
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pendidikan, mulai dari pengertian, macam – macam tekhnik evaluasi pendidikan, penentuan hasil evaluasi pendidikan : 1) Evaluasi Pendidikan Di Indonesia sendiri Lembaga Administrasi Negara mengemukakan batasan mengenai evaluasi pendidikan sebagai berikut: a) Proses/kegiatan untuk menentukan kemajuan pendidikan, dibandingkan dengan tujuan yang telah ditentukan. b) Usaha untuk memperoleh informasi berupa umpan balik (feedback) bagi penyempurnaan pendidikan Dalam dunia pendidikan evaluasi pun ada bermacam – macam, ada yang mengevaluasi kebijakan – kebijakan yang diambil oleh pemerintah, evaluasi terhadap administrasi sekolah,
dan evaluasi terhadap hasil pembelajaran.
Dilihat dari fungsi dan tujuannya evaluasi hasil belajar memiliki fungsi sebagai berikut (Suharno, dkk, 2000:76-78) a) Untuk diagnostik dan pengembangan / remidi Tidak semua siswa dapat mengikuti dan menguasai/ memahami seluruh materi pelajaran yang diberikan guru. Salah satu cara untuk mengetahui kesulitan yang dihadapi siswa terhadap bagian-bagian pelajaran yang yang telah diberikan maka guru dapat mengguanakn tes diagnostik. Dengan demikian tes diagnostik bertujuan untuk mengetahui kesulitan atau hal-hal yang belum dikuasai siswa terhadap suatu pelajaran. Informasi tentang berbagai kesulitan yang diperoleh melalui tes diagnostic dapat digunakan oleh guru untuk melakukan remidiasi atau pembinaan. Guru memberikan pembenaran kepada siswa yang gagal dalam tes diagnostik, sementara yang lainnya dapat melakukan pendalaman atau pengayaan. b) Untuk seleksi Sering sekolah dihadapkan pada suatu situasi dimana fasilitas yang dimiliki tidak sesuai dengan yang membutuhkan, seperti penerimaan siswa baru, pemberian beasiswa, pemilihan siswa teladan, dan sebagainya. commit userdan dapat diterima semua pihak Untuk membuat keputusan yangtoadil
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
maka dilakukan tes, sehingga diketahui siapa yang berhak untuk dipilih dan siapa yang gagal. c) Untuk kenaikan kelas (promotion) Tes hasil belajar merupakan faktor penentu dalam hal penentuan siswa untuk mengikuti pelajaran berikutnya. Penentuan seseorang layak untuk naik atau tinggal kelas adalah melalui tes hasil belajar yang tertuang dalam bentuk rapor. d) Untuk penempatan (placement) Dalam suatu program pembelajaran sering ditemui adanya variasi kemampuan siswa terhadap suatu mata pelajaaran. Pada situasi demikian guru dapat mengelompokan siswa berdasarkan kemampuannya yang dilihat dari tes hasil belajar mereka. Dengan adanya kelompok-kelompok tersebut maka guru dapat memberikan pelayanan sesuai degan kemampuan anak sehingga diperoleh hasil yang lebih baik. 2) Teknik evaluasi Ada dua teknik evaluasi yang dikenal yakni teknik nontes dan tes, yang tergolong teknik nontes adalah skala bertingkat (rating scale), kuisioner (questionair), daftar cocok (check list), wawancara (interview), pengamatan (observation), dan riwayat hidup. Sedangkan untuk teknik tes bisa ditinjau dari peserta tes yakni tes individual dan tes kelompok. Ditinjau dari pembuatannya yakni tes standar dan tes buatan guru. Ditunjau dari bentuk soalnya yakni tes objektif dan subjektif serta ditinjau dari kegunaannya yakni tes formatis, sumatif, diagnostik dan penempatan. (Suharsimi Arikunto, 1995: 29-30) 3) Evaluasi Hasil Belajar Siswa Program Akselerasi Evaluasi hasil belajar siswa program akselerasi pada dasarnya sama dengan program regular, hanya saja jika dilihat dari kegiatan pembelajarannya yang menerapkan problem based learning pada pembelajarannya yang mengacu pada tingkat masalah tingkat tinggi yang disebut types of problem situation dan lebih
banyak
mengutamakan
produk
atau
proyek
sehingga
sebagai
konsekuensinya guru harus menetapkan bobot soal setidaknya C4 (analisis) dan commit to user
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
jika dimungkinkan sampai C6 (evaluasi) yang mendorong peserta didik berfikir tinggi dan kritis. 4. Pengembangan Tes Hasil Belajar Dalam program penilaian pendidikan di sekolah pentestingan lebih dominan digunakan oleh guru untuk mengukur hasil belajar siswa. Menurut (Mudjio, 1995: 3) tes memiliki kegunaan-kegunaan tertentu yang mungkin sulit dicapai oleh teknik-teknik lainnya. Tuckman mengatakan kegunaan-kegunaan itu sebagai berikut : a. Untuk mendukung obyektivitas pengamatan yang dilakukan guru. b. Untuk menimbulkan perilaku di bawah kondisi yang relatif terkontrol. c. Untuk mengukur sampel kemampuan individu (siswa). d. Untuk memperoleh kemampuan-kemampuan dan mengukur hasil yang sesuai dengan tujuan dan tolok ukurnya. e. Untuk mengungkapkan perilaku yang tidak kelihatan. f. Untuk mendeteksi karakteristik dan komponen-komponen perilaku. g. Untuk meramalkan perilaku yang akan datang. h. Untuk menyediakan data sebagai umpan balik dan membuat keputusan. Di sekolah seringkali digunakan tes buatan guru yang disebut teacher made test. Tes yang dibuat oleh guru terutama untuk menilai kemajuan siswa dalam pencapaian hal yang dipelajari. Sebelum menuliskan sebuah tes menurut Depdiknas(2008 :9) ada beberapa langkah yang harus disiapkan oleh setiap guru agar menghasilkan suatu tes yang handal dan sahih, yaitu : (1)menentukan tujuan tes, (2) memperhatikan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD), (3) menentukan jenis alat ukurnya, (4) menyusun kisi-kisinya dan menulis butir soal beserta pedoman penskorannya. Berikut ini adalah penjelasan dari langkahlangkah tersebut : a. Menentukan tujuan penilaian. Tujuan penilaian sangat penting karena setiap tujuan memiliki penekanan yang berbeda-beda. Misalnya untuk tujuan tes prestasi belajar, diagnostik, atau seleksi. commit(SK) to user b. Memperhatikan standar kompetensi dan Kompetensi Dasar (KD).
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kompetensi merupakan acuan/target utama yang harus dipenuhi atau yang harus diukur melalui setiap kompetensi dasar yang ada atau melalui gabungan kompetensi dasar. c. Menentukan jenis alat ukurnya. Menentukan jenis alat ukur disini adalah, jenis alat ukur apa yang sebaiknya digunakan apakah alat ukur yang berupa tes ataukah non tes. Penggunaan materi dilakukan sebagai pendukung kompetensi dasar. Syaratnya adalah materi yang diujikan harus mempertimbangkan urgensi (wajib dikuasai peserta didik), kontinuitas (merupakan materi lanjutan), relevansi (bermanfaat terhadap mata pelajaran yang lain), dan keterpakaian dalam kehidupan seharihari tinggi (UKRK). Setelah menentukan jenis tes apa yang digunakan maka kemudian ditentukanlah bentuk tes yang sebaiknya digunakan. Menurut Djemari Mardapi (2008 : 69) “ Bentuk tes yang digunakan di lembaga pendidikan dapat dikategorikan menjadi dua jenis, yaitu tes objektif dan tes non objektif . Objektif
dapat dilihat dari system penskorannya,
siapapun tester yang memeriksa lembar jawaban akan menghasilkan skor yang sama. Sedangkan tes non objektif
adalah tes yang system penskorannya
dipengaruhi subjektifitas pembuat skor. Menurut Djemari Mardapi (2008 : 73) “Bentuk tes ini menuntut kemampuan peserta didik untuk menyampaikan, memilih, dan memadukan gagasan atau ide yang telah dimilikinya dengan menggunakan kata- katanya sendiri “. Tes objektif ada bermacam-macam jenisnya, yaitu menjodohkan benar-salah, dan pilihan ganda. Tes pilihan ganda sering digunakan pada mata pelajaran eksak. Menurut Djemari Mardapi (2008 : 70) “Soal pada tes ini jawabannya hanya satu, mulai dari memilih rumus yang tepat, memasukkan angka dalam rumus, menghitung hasil dan menafsirkan hasilnya”. Tes pilihan ganda merupakan salah satu jenis tes obyektif. Tes jenis pilihan ganda menghadapkan kepada siswa sejumlah alternatif jawaban, umumnya antara 3 sampai 5 alternatif untuk setiap soal. Siswa diharuskan memilih salah satu dari beberapa alternatif jawaban tersebut yang dianggap to user benar berdasarkan suatu dasarcommit pemikiran tertentu. Ada beberapa istilah yang
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
seringkali terdapat dalam tes jenis ini antara lain stem, options, key, dan distractors. Stem adalah bagian pokok dari soal yang merumuskan isi soal. Stem bisa berbentuk pertanyaan, perintah maupun kalimat tidak sempurna. Alternatif-alternatif jawaban yang menyertainya dinamakan options atau kalau diterjemahkan secara langsung pilihan-pilihan. Alternatif yang benar dinamakan key ataau kunci, sedangkan alternatif-alternatif lainnya yang bertujuan mempersulit proses pencapaian jawaban yang benar dinamakan distractors,
atau
kalau
secara
langsung
diterjemahkan
penganggu-
pengganggu/ pengecoh (Slameto, 2001: 59). Tes pilihan ganda dikatakan baik apabila murid-murid yang menguasai bahan pelajaran dapat menunjukkan secara jelas jawaban mana yang benar dan dapat memlihnya. Sebaliknya murid-murid yang tidak menguasai bahanbahannya akan mendapat kesulitan untuk mengidentifikasi jawaban yang benar. Hal ini disebabkan berfungsinya distactor pada item tersebut. Distractor tersebut cukup dapat menarik perhatian untuk dijadikan pilihan yang benar (Moh Kasiram, 1984: 24). Tes pilihan ganda saat ini banyak dipakai dan dikembangkan untuk ujian sekolah terutama pada ulangan harian maupun akhir semester dan ujian akhir sekolah serta ujian masuk perguruan tinggi. Tes pilihan ganda dianggap mempunyai tingkat validitas dan reliabilitas yang tinggi, selain itu tes ini juga bersifat fleksibel . T Raka Joni (Mudjio, 1995: 2) menyatakan bahwa jenis tes bentuk multiple choice merupakan bentuk tes yang sangat fleksibel. Demikian fleksibelnya sehingga batas kemungkinan pemakaiannya itu adalah ditentukan oleh daya pikir dan cipta penyusunnya (Mudjio, 1995: 3). Adapun untuk mengolah skor dalam tes bentuk pilihan ganda digunakan 2 macam rumus : 1) Dengan denda
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
47 digilib.uns.ac.id
Keterangan : S = skor yang diperoleh (Raw Score) R = jawaban yang betul W = jawaban yang salah O = banyaknya option 1 = bilangan tetap 2) Tanpa denda S=R Keterangan : S = skor yang diperoleh (Raw Score) R = jawaban yang betul Pada pengembangan instrumen tes ini, skor penilaian siswa adalah tanpa denda. Kaidah penulisan soal bentuk pilihan ganda seperti yang dikemukakan oleh Sumarna Surapranata (2005: 243-244) meliputi enam belas hal sebagai berikut 1) Materi soal yang disajikan minimal mencerminkan jabaran substansi materi yang terkandung dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. 2) Pengecoh harus berfungsi. 3) Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar atau paling benar. 4) Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas. 5) Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan pernyataan yang diperlukan. 6) Pokok soal jangan memberi petunjuk kearah jawaban benar. 7) Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat negatif ganda. 8) Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi. 9) Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama. 10) Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus disusun berdasarkan urutan besar kecilnya nilai angka tersebut atau kronologis waktunya. 11) Gambar, grafik, tabel, diagram dan sejenisnya yang terdapat pada soal harus jelas dan berfungsi. 12) Butir soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya. 13) Pilihan jawaban jangan kata atau frase yang bukan commitmengulang to user merupakan satu kesatuan pengertian.
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
14) Menggunakan bahasa yang komunikatif sehingga mudah dimengerti. 15) Setiap soal harus menggunakan bahasa yag sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. 16) Jangan menggunakan bahasa daerah setempat jika soal akan digunakan untuk daerah lain atau nasional. Sebuah tes dikatakan baik sebagai alat pengukur harus memenuhi persyaratan tes, yaitu memiliki :1) validitas, 2) reliabilitas, 3) obyektivitas, 4) praktikabilitas, 5) ekonomis (Suharsimi Arikunto, 1995:56). Keterangan dari masing-masing ciri akan diberikan dengan lebih terperinci sebagai berikut: 1). Validitas Sebuah tes disebut valid apabila tes itu dapat tepat mengukur apa yang hendak diukur. Ada beberapa macam validitas yaitu validitas logis (logical validity), validitas ramalan (predictive validity), dan validitas kesejajaran (concurrent validity). 2). Reliabilitas Tes dikatakan dapat dipercaya (reliabel) jika memberikan hasil yang tetap apabila diteskan berkali-kali. sebuah tes dikatakan reliable apabila hasil-hasi tes tersebut menunujukkan ketetapan. Jika kepada para siswa diberikan tes yang sama pada waktu yang berlainan, maka setiap siswa akan tetap berada pada urutan (rangking) yang sama dalam kelompoknya. 3). Objektivitas Sebuah tes dikatakan memiliki objektivitas apabila dalam melaksanakan tes itu tidak ada faktor subyektivitas yang mempengaruhi. apabiladikaitka dengan reiliabilitas, maka objektivitas menekankan ketetapan (consistency) dalam scoring sedangkan reliabilitas menekankan tetetapan dalam hasil tes. 4). Praktikabilitas Sebuah tes dikatakan memiliki praktikabilitas tinggi apabila tes tersebut bersifat praktis, tes yang praktis adalah tes yang sebagai berikut : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
49 digilib.uns.ac.id
a) Mudah dilaksanakan, misalnya tidak menuntut peralatan yang banyak dan memberi kebebasan kepada siswa untuk mengerjakan terlebih dahulu bagian yang dianggap mudah oleh siswa. b) Mudah pemeriksaannya, artinya tes itu dilengkapi dengan kunci jawaban maupun pedoman skoringnya. Untuk soal bentuk objektif, pemeriksaan akan lebih mudah dialkukan jika dikerjakan oleh siswa dalam lembar jawaban. c) Dilengkapi dengan petunjuk-petunjuk yang jelas sehingga dapat diberikan oleh orang lain. 5). Ekonomis Ekonomis yang dimaksudkan disini ialah pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan biaya yang mahal, tenaga yang banyak dan waktu yang lama.(Suharsimi Arikunto, 1995:56-61) Secara umum ada beberapa prinsip dasar yang perlu dicermati dalam menyusun tes hasil belajar agar tes tersebut dapat mengukur tujuan instruksional khusus untuk mata pelajaran yang telah diajarkan atau mengukur kemampuan dan keterampilan peserta didik yang diharapkan, setelah mereka menyelesaikan suatu unit pengajaran tertentu, yaitu : 1) Tes hasil belajar harus dapat mengukur secara jelas hasil belajar (learning outcomes) yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan instruksional. 2) Butir-butir soal tes harus merupakan sampel yang representatif dari populasi bahan pelajaran yang telah diajarkan. 3) Bentuk soal yang dikeluarkan dalam tes hasil belajar harus dibuat bervariasi. 4) Tes hasil belajar harus didesain sesuai dengan kegunaannya untuk memperoleh hasil yang diinginkan. 5) Tes hasil belajar harus memiliki reliabilitas yang dapat diandalkan. 6) Tes hasil belajar disamping harus dapat dijadikan alat pengukur keberhasilan belajar siswa, juga harus dapat dijadikan alat untuk mencari informasi yang berguna untuk memperbaiki cara belajar siswa dan cara to user 2005: 97-98 ) mengajar guru itu sendiri. commit (Anas Sudijono,
perpustakaan.uns.ac.id
50 digilib.uns.ac.id
Langkah awal dalam perencanaan pengembangan tes adalah menetapkan spesifikasi tes yaitu suatu uraian yang menunjukkan keseluruhan kualitas dan ciri-ciri yang harus dimiliki oleh tes yang akan dikembangkan (Sumadi,1987:5). Kegiatan merencanakan spesifikasi tes merupakan proses pengambilan keputusan. Keputusan yang diambil berupa keputusan yang berdasarkan pertimbangan berbagai hal. Berikut beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam merencanakan spesifikasi tes menurut Sumadi Suryabrata (1987:5) : 1) Menentukan tujuan-tujuan umum serta persyaratan tes 2) Menyusun “blue print” atau kisi-kisi tes yang memuat secara khusus ruang lingkup serta tekanan tes dan bagian-bagiannya. 3) Memilih tipe-tipe soal 4) Menentukan taraf kesukaran soal dan distribusinya 5) Menentukan banyaknya soal untuk seluruh tes dan untuk masing-masing bagiannya 6) Menentukan cara mengkompilasikan soal-soal dalam bentuk akhirnya, dan 7) Menyiapkan penulisan soal (item writing) dan penelaahan soal (item review). Jika sebuah instrumen tes sudah memenuhi kaidah – kaidah seperti diatas, maka untuk melihat kevalidan sebuah tes maka tes tersebut perlu diujikan untuk bisa melihat apakah tes tersebut baku atau tidak. Kriteria yang harus terpenuhi dari sebuah tes baku adalah sebagai berikut : 1) Taraf kesukaran Tingkat kesukaran adalah angka yang menunjukan proporsi siswa yang menjawab betul suatu soal (Slameto,2001). Makin besar tingkat kesukaran berarti soal itu makin mudah demikian juga sebaliknya yaitu makin rendah tingkat kesukaran berarti soal itu makin sukar. Menurut Suharsimi Arikunto (2001 : 207), “Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak teralu sulit”. Oleh karena itu, dapat dinyatakan bahwa soal yang baik adalah soal dengan taraf kesukaran yang sedang. commit to user
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Untuk menentukan taraf kesukaran dari tiap-tiap item soal digunakan rumus :
Keterangan : P : indeks kesukaran B : banyaknya siswa yang menjawab soal betul Js : jumlah seluruh siswa peserta tes Taraf kesukaran soal
dapat ditentukan berdasarkan hasil
perhitungan indeks kesukaran dengan ketentuannya sebagai berikut : a) Soal sukar jika
: 0,00 ≤ P < 0,30
b) Soal sedang jika : 0,30 ≤ P 0,70 c) Soal mudah jika
: 0,70 P 1,00
(Allen & Yen, 1979 : 121) Menurut Elvin & Surantoro (2010 :185) tingkat kesukaran yang berada di sekitar 0,5 dianggap yang terbaik, asumsi yang digunakan yaitu bahwa soal yang terlalu mudah atau cenderung mudah lebih tepat digunakan untuk tes diagnostik. Sedangkan soal yang terlalu sulit atau cenderung sulit lebih tepat digunakan untuk tes seleksi. Oleh karena itu, untuk keperluan tes yang mengukur hasil belajar (kompetensi) siswa tertentu akan dianggap baik bila termasuk dalam interval sedang. 2) Daya Beda Daya beda item adalah kemampuan suatu butir item tes hasil belajar untuk dapat membedakan antara testee yang berkemampuan tinggi dengan testee yang kemampuannya rendah demikian rupa sehingga sebagian besar testee yang memiliki kemampuan yang tinggi untuk menjawab butir item tersebut lebih banyak menjawab butir item tersebut lebih banyak yang menjawab betul, sementara testee yang kemampuannya rendah untuk menjwab butir item tersebut sebagian besar tidak dapat menjawab item dengan betul (Anas sudijono, 2001). Untuk menghitung commit to user
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
daya pembeda setiap soal, dapat digunakan rumusan menurut Azwar (2007 :138) sebagai berikut :
Keterangan : niT : Jumlah peserta tes yang menjawab benar dari kelompok tinggi NT : Jumlah peserta tes kelompok atas niR :Jumlah peserta tes yang menjawab benar dari kelompok rendah NR : Jumlah peserta tes kelompok rendah D : Daya Pembeda, rumus daya pembeda Daya pembeda soal (nilai D) diklasifikasikan sebagi berikut menurut Djemari (2005 :5) : a)
D < 0,1
b)
0,1
c)
D > 0,3
: ditolak
D 0,3 : direvisi : diterima
3) Efisiensi Pengecoh (Distraktor) Pada tes pilihan ganda terdapat beberapa pilihan jawaban, dan hanya ada satu pilihan jawaban yang benar. Penyebaran pilihan jawaban dijadikan dasar dalam penelaahan soal. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui berfungsi tidaknya jawaban yang tersedia. Pilihan jawaban selain kunci jawaban disebut pengecoh (distraktor). Menurut Elvin & Surantoro (2010 :186) “Efektifitas pengecoh merupakan seberapa baik pilihan jawaban yang salah dapat mengecoh peserta tes yang memang tidak mengetahui kunci jawaban yang tersedia “.Oleh karena itu semakin banyak peserta tes yang memilih pengecoh maka semakin baik pula pengecoh menjalankan tugasnya. Menurut Azwar (2007 :142) efektifitas distraktor dapat dilihat dari dua criteria, yaitu; 1) distraktor dipilih oleh peserta tes dari kelompok rendah, dan 2) pemilih distraktor tersebar relative proporsional pada masing-masing distraktor yang ada. Sedangkan menurut Suharsimi (2001 : 211) soal pilihan jawabancommit (pengecoh) dapat dikatakan berfungsi apabila to user
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pengecoh: 1) paling tidak dipilih oleh 5 % peserta tes atau siswa , 2) lebih banyak dipilih oleh kelompok siswa yang yang belum paham materi. 4) Reliabilitas Reliabilitas suatu tes adalah kemampuan suatu tes untuk memberikan hasil yang relatif ajeg atau tetap bila digunakan pada waktu atau tempat yang berlainan. Untuk menghitung reliabilitas digunakan rumus yang dikemukakan oleh Kuder dan Richardson (rumus K-R 20) sebagai berikut: 2 n S Σpq r11 2 n 1 S
Keterangan : r11 : reliabilitas tes secara keseluruhan p q
: proporsi subyek yang menjawab item dengan benar : proporsi subyek yang menjawab item dengan salah (q = 1-p)
Σpq : jumlah hasil perkalian antara p dan q n
: banyaknya item
S
: standar deviasi dari tes Hasil
perhitungan
tingkat
reliabilitas
tersebut
kemudian
dikonsultasikan dengan tabel r product moment. Apabila harga rhitung > rtabel , maka dapat ditarik kesimpulan bahwa instrumen tes reliabel. Selain itu, terdapat beberapa kriteria nilai reliabilitas sebagai berikut : 1. 0,800 ≤ r11 ≤ 1,00
: sangat tinggi
2. 0,600 ≤ r11 < 0,800
: tinggi
3. 0,400 ≤ r11 < 0,600
: cukup
4. 0,200 ≤ r11 < 0,400
: rendah
5. 0,000 ≤ r11 < 0,200
: sangat rendah (Slameto, 2001:215)
d. Menyusun Kisi-kisi tes. Menurut Depdiknas (2008 :15) “kisi-kisi(test blue print atau table of specification) merupakan deskripsi kompetensi dan materi yang akan diujikan. commit to user Tujuan penyusunan kisi-kisi adalah untuk menentukan ruang lingkup dan
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tekanan tes yang setepat-tepatnya, sehingga dapat menjadi petunjuk dalam menulis soal”. Kisi-kisi ini perlu dibuat terlebih dahulu agar seandainya soal ini dibuat oleh siapa pun dapat memiliki bobot yang sama, meskipun dibuat oleh orang yang berbeda. Menurut Depdiknas (2008:15) kisi-kisi yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan berikut ini: 1). Kisi-kisi harus dapat mewakili isi silabus /kurikulum atau materi yang telah diajarkan secara tepat dan proporsional. 2). Komponen-komponennya diuraikan secara jelas dan mudah dipahami. 3). Materi yang hendak ditanyakan dapat dibuatkan soalnya. Dalam
pembuatan
kisi-kisi
diawali
dengan
penjabaran
Standar
Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) menjadi indicator. Menurut Depdiknas (2008 : 15) “Indikator dalam kisi-kisi merupakan pedoman dalam merumuskan soal yang dikehendaki”. Untuk merumuskan indikator dengan tepat, para tutor/guru harus memperhatikan isi kolom dalam kisi-kisi yaitu : materi
yang akan
diujikan,
hasil
belajar/pengalaman
belajar/indikator
pembelajaran, dan kompetensi dasar. Indikator yang baik adalah indikator yang dirumuskan secara singkat dan jelas. Menurut Depdiknas(2008:15-16) syarat indikator yang baik adalah : 1). Menggunakan kata kerja operasional (perilaku khusus) yang tepat, 2). Menggunakan satu kata kerja operasional untuk soal objektif, dan satu atau lebih kata kerja operasional untuk soal uraian/ tes perbuatan, 3). Dapat dibuatkan soal atau pengecohnya (untuk soal objektif).
B. Kajian Penelitian yang Relevan Beberapa penelitian yang relevan adalah sebagai berikut : 1. Judul Penelitian : Pengembangan Instrumen Evaluasi IPA Terpadu untuk Mengukur Prestasi Belajar Siswa SMP pada Tema Energi Kalor dalam Kehidupan. Penelitian ini dilakukan oleh Nikmah Choiriyatun dari Universitas Negeri commit to user Malang. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan instrumen evaluasi sesuai
perpustakaan.uns.ac.id
55 digilib.uns.ac.id
dengan karakteristik IPA terpadu untuk mengukur prestasi belajar siswa SMP pada tema energi kalor dalam kehidupan dan untuk menemukan kelebihan dan kekurangan instrumen evaluasi IPA terpadu yang dikembangkan. Penelitian ini berdasarkan langkah-langkah penelitian dan pengembangan (research and development, R&D) yang dikemukakan oleh Borg dan Gall yang telah dimodifikasi. Kegiatan pada langkah-langkah penelitian pengembangan ini adalah (1) studi pendahuluan yang meliputi studi pustaka, survey lapangan dan penyusunan draf instrumen evaluasi, dan (2) pengembangan, meliputi judgement, revisi draf instrumen evaluasi, ujicoba terbatas, analisis butir soal dan produk hasil pengembangan. Produk pengembangan ini adalah instrumen evaluasi IPA terpadu untuk mengukur prestasi belajar siswa pada ranah kognitif dalam bentuk pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban. Hasil evaluasi oleh evaluator menunjukkan bahwa instrumen evaluasi yang dikembangkan memenuhi kriteria baik dengan persentase rata-rata 96,52%. Berdasarkan hasil analisis butir soal yang meliputi validitas, taraf kesukaran, daya beda dan reliabilitas, diketahui bahwa dari 40 butir soal yang dibuat, 80%(32 butir soal) diterima tanpa revisi, sedangkan butir soal yang diterima dengan revisi sebanyak 12,5% (5 butir soal) dan sebanyak 7,5% (3 butir soal) ditolak. Kelebihan instrumen evaluasi ini diantaranya adalah dapat digunakan sebagai instrumen evaluasi untuk mengukur pada prestasi belajar siswa pada ranah kognitif, sebagai pelengkap instrumen evaluasi dalam pembelajaran terpadu. Selain itu, pemeriksaan hasil tes dapat dibantu oleh orang lain sehingga dapat dilakukan dengan lebih cepat dan mudah. Kekurangannya adalah instrumen evaluasi ini hanya bisa digunakan untuk mengukur prestasi belajar pada ranah kognitif saja, belum dapat mengukur prestasi belajar pada ranah psikomotor. 2. Judul penelitian : Pengembangan Tes Pemahaman Konsep Fisika SMA. Penelitian ini dilakukan oleh I Komang Werdiana dan kawan-kawan dari Universitas Tadulako. Penelitian ini bertujuan mengembangkan tes pemahaman konsep yang bermanfaat menguji pemahaman konsep siswa SMA tentang listrik arus searah. Pengembangkan tes dilakukan dengan cara menyusun dua tes, yakni to user(TH). tes pemahaman konsep (TPK) dancommit tes hitungan
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Analisis tes meliputi indeks kesukaran, indeks pembeda, koefisien korelasi biserial, validitas dan reliabilitas. Indeks kesukaran adalah ukuran tingkat kesukaran tiap butir soal dan indeks pembeda adalah ukuran daya pembeda masing-masing item dalam tes. Koefisien korelasi biserial (kadang-kadang disebut sebagai indeks relibilitas item) adalah ukuran konsistensi item tes dengan keseluruhan tes. Validitas yang dimaksud di sini adalah validitas isi, yakni kesesuaian antara butir soal dengan konsep yang diukur. Selain analisis item juga dilakukan analsis pilihan jawaban siswa dan analisis perbedaan hasil TPK dengan hasil TH. Uji validitas isi dilakukan dengan meminta pertimbangan dari tiga orang pakar. Ketiga pakar diminta untuk menilai kedua tes (TPK dan TH), mengenai kesuaian antara butir soal dengan konsep dan tujuan yang akan diukur. Hasil penilain ketiga pakar menunjukan bahwa semua butir soal TPK dan TH memenuhi validitas isi. Hasil analisisnya dapat dilihat pada Tabel 2.2. Tabel 2.2. Hasil Analisis Penelitian Uji
Jumlah Jumlah Indeks
Daya
Koefisien
Koefisien
tes
soal
kesukaran
pembeda
korelasi
reliabilitas
rata-rata
rata-rata
Biserial(rpbs)
siswa
Rata-rata TPK TH Tahap 34
TPK TH
TPK
TH
TPK TH
354
0,31
0,29 0,24
0,28 0,23
0,29
0,45
0,61
605
0,24
0,27 0,27
0,27 0,25
0,27
0,55
0,48
I Tahap 28 II Tabel 2.2 Hasil Analisis Penelitian Indeks kesukaran rata-rata P TPK hasil uji tahap I > 0,30, ini berarti TPK masuk kategori sedang. Sedangkan P TPK hasil uji tahap II < 0,30, ini berarti TPK masuk kategori sukar. Dari tabel di atas nampak koefisien reliabilitas tes, pbs r dan D TPK pengujian tahap II lebih besar daripada pengujian tahap I. Namun P TPK pengujian tahap II lebih kecil dibandingkan sebelumnya. commit to user
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tes pemahaman konsep yang dikembangkan tersebut valid dan reliabel. Koefiseian reliabilitas tes ini rendah.TPK dapat digunakan untuk menguji pemahaman konsep siswa dan juga miskonsepsi yang dialami siswa terhadap arus listrik serah. Hasil uji perbedaan antara TPK dan TH, menunjukkan ada perbedaan yang siginifikan antara hasil TPK dan TH. C. Kerangka Berfikir Evaluasi Hasil belajar merupakan kegiatan yang tak terpisahkan dalam kegiatan pembelajaran. Salah satu teknik evaluasi hasil belajar yang sering digunakan yaitu teknik tes. Tes dapat digunakan sebagai alat ukur untuk mengetahui seberapa jauh tujuan pembelajaran telah tercapai. Pada pembelajaran program akselerasi evaluasi pembelajaran dilakukan dengan model autentic assessment, yaitu proses pengumpulan data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Salah satu cara untuk melakukan penilaian otentik ini adalah dengan melakukan tes formatif. Apabila tes sudah dipersiapkan dan dilaksanakan dengan secermat mungkin, maka informasi yang dihasilkan dapat menunjukkan sejauh mana tujuan-tujuan instruktusional yang telah ditetapkan itu tercapai. Program akselerasi adalah program belajar yang menuntut high level thinking pada pembelajaran maupun evaluasinya, namun dewasa ini belum banyak dikembangkan intrumen tes yang sesuai dengan cirri khas program akselerasi tersebut sehingga perlu adanya pengembangan instrument tes untuk program akselerasi. Saat ini tes pilihan ganda banyak digunakan pada tes formatif maupun tes sumatif. Hal ini dikarenakan tes pilihan ganda dianggap lebih efektif dibanding tes uraian. Selain itu penggunaan tes pilihan ganda juga memudahkan guru dalam hal pengoreksian, dan hasilnya lebih obyektif meski dikoreksi oleh siapa pun. Tetapi tes pilihan ganda memiliki tingkat kesulitan yang tinggi dalam penyusunannya. Dalam penyusunan tes pilihan ganda terdapat beberapa aturan yang harus diikuti dalam penyusunan tes jenis ini. Penyusunannya tidak boleh secara acak commit to user
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
karena harus tiap langkah berdasarkan langkah sebelumnya dan menjadi dasar langkah berikutnya. Karena penyusunannya yang rumit, terkadang guru mengalami kendala dalam proses penyusunannya. Keterbatasan waktu juga menyebabkan guru tidak sempat menguji instrumen tes tersebut sebelum digunakan sehingga kualitas tes yang dihasilkan tidak memenuhi kriteria tes yang baik. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu pengembangan tes yang mampu menghasilkan suatu tes yang baik. Untuk mengetahui bahwa instrumen tes yang dikembangkan telah memenuhi kriteria baik, maka dilakukan analisis baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan dengan melibatkan para ahli baik ahli materi, ahli evaluasi maupun ahli bahasa untuk menelaah tes secara isi maupun konstruksi, sedangkan analisa kuantitatif dilakukan dengan menganalisis hasil tes siswa menggunakan teori tes klasik. Skema kerangka berpikir penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.1. Wawancara
Identifikasi Masalah
Studi Pustaka
adanya kesulitan dalam penyusunan tes Pengembangan tes
Validasi Ahli
Uji coba Kelompok Kecil
Revisi Persetujuan ahli
Uji coba Kelompok Besar
Produk Akhir toKerangka user Gambar 2.1commit Skema Berpikir
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D. Pertanyaan Penelitian Dari keramgka berpikir yang telah dibuat, didapatkanlah pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana penyusunan instrumen tes formatif pilihan ganda untuk kelas XI semester gasal mata pelajaran Fisika sekolah Program Akselerasi ? 2. Apakah instrument tes formatif pilihan ganda untuk kelas XI semester gasal mata pelajaran Fisika sekolah Program Akselerasi telah memenuhi kriteria baik ?
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian dan pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Untuk dapat menghasilkan produk tertentu digunakan penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan untuk menguji keefektifan produk tersebut supaya dapat berfungsi di masyarakat luas, maka diperlukan penelitian untuk menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2010 : 297). Metode penelitian dalam penelitian ini termasuk jenis penelitian research and development. Penelitian
research
and
development
mengungkapkan
pola
dan
perurutannya melalui tahapan perubahan sebagai fungsi waktu. Alasan penggunaan jenis ini didasarkan pada pemikiran bahwa research and development ditunjukkan untuk menentukan pola pembahasan dalam rangka meramalkan produk di masa yang akan datang. Metode pengembangan yang digunakan adalah versi Borg and Gall (1989). Menurut Borg and Gall (1989 :782), yang dimaksud dengan model penelitian dan pengembangan adalah “a process used develop and validate educational product “. Kadang- kadang penelitian ini juga disebut ‘research based development’, yang muncul sebagai strategi dan bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, Research and Development juga bertujuan untuk menemukan pengetahuan – pengetahuan baru melalui ‘basic research’, atau untuk menjawab pertanyaan – pertanyaan khusus tentang masalah – masalah yang bersifat praktis melalui ‘applied research’, yang digunakan untuk meningkatkan praktik-praktik pendidikan. Dalam penelitian ini, perolehan produk lewat uji coba merupakan bagian penting dalam penelitian pengembangan yang dilakukan. Tujuannya agar model yang dibuat dapat diuji coba dan diperbaiki sehingga dapat digunakan di sekolah yaitu produk yang efektif dan siap pakai. Pada penelitian kali ini, produk yang dikembangkan berupa instrumen tes formatif Fisika kelas XI semester gasal untuk Program Akselerasi.
commit to user
60
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
A. Model Pengembangan Model Pengembangan merupakan dasar untuk mengembangkan produk yang akan dihasilkan. Model pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah model penelitian prosedural. Model penelitian prosedural adalah model yang bersifat diskriptif yang menunjukkan langkah-langkah yang harus diikuti untuk menghasilkan produk.
B. Prosedur Pengembangan Penelitian ini menggunakan metode pengembangan research and development versi Borg and Gall (1989) yang dikutip oleh Nana Syaodih (2007 : 169) yang meliputi sepuluh langkah yaitu : (1) Studi Pendahuluan, (2) Perencanaan (planning), (3) Pengembangan draf produk (develop preliminary form of product), (4) Uji Produk Terbatas ( Preliminery Field Test ), (5) Revisi Hasil Uji Terbatas, (6) Uji Kelompok Kecil, (7) Revisi Hasil Uji Kelompok Kecil, (8) Uji Kelompok Besar, (9) Penyempurnaan produk akhir (final product revision) (10) Desiminasi dan Implementasi Produk Akhir. Pada penelitian ini dilakukan langkah 1-8 karena adanya keterbatasan peneliti. Berikut ini penjelasan lebih rinci pengembangan yang dilakukan dalam penelitian ini. 1. Studi Pendahuluan Langkah pertama ini meliputi analisis kebutuhan, studi pustaka, studi literatur, penelitian skala kecil dan standar laporan yang dibutuhkan. Pada penelitian ini studi pendahuluan dilakukan sebagai berikut : a. Analisis Kebutuhan Menurut Syaodih (2007 :171) ada beberapa kriteria yang harus dipertimbangkan dalam memilih produk yang akan dikembangkan, yaitu : 1) Apakah produk yang akan dibuat penting untuk bidang pendidikan ? 2) Apakah produk yang akan dikembangkan memiliki nilai ilmu, keindahan dan kepraktisan? 3) Apakah para pengembang memiliki pengetahuan, keterampilan dan pengalaman dalam mengembangkan commit toproduk user ini ?
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4) Dapatkah produk tersebut dikembangkan dalam jangka waktu yang tersedia? Kriteria pertama juga merupakan kriteria utama, produk pendidikan yang akan dihasilkan harus betul-betul yang penting dan dibutuhkan dalam pendidikan. Suatu produk banyak digunakan karena banyak membawa hasil dan mudah digunakan. Produk yang dikembangkan hendaknya akan memberikan sumbangan bagi peningkatan mutu pendidikan, kurikulum, dan pembelajaran. Pemilihan suatu produk yang akan dikembangkan sebaiknya didasarkan atas pengukuran atau pengumpulan data kebutuhan. Sebelum menentukan pilihan produk apa yang akan dikembangkan sebaiknya diadakan pengukuran atau pengumpulan data kebutuhan dulu. b. Studi Literatur Studi literatur dilakukan untuk pengenalan sementara terhadap produk yang akan dikembangkan. Studi literatur pada penelitian ini dilakukan dengan studi teoritik yakni mengkaji teori – teori yang relevan sehinga dapat digunakan sebagai dasar pengembangan. Studi literatur juga diperlukan untuk mengetahui langkah-langkah yang paling tepat dalam pengembangan suatu produk. Suatu produk pendidikan kemungkinan bukan hal yang sama sekali baru. Produk sejenis atau produk yang mirip telah dikembangkan oleh pengembang lain di tempat lain. Hal-hal tersebut dikaji melalui studi literatur berbentuk dokumen-dokumen hasil penelitian atau hasil evaluasi. 2. Merencanakan Penelitian Setelah melakukan studi pendahuluan, penelitian dapat dilanjutkan pada langkah kedua, yaitu merencanakan penelitian. Perencanaan penelitian ini disusun dalam bentuk proposal penelitian yang meliputi kemampuan-kemampuan yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian, rumusan yang hendak dicapai dengan penelitian tersebut, desain atau langkah-langkah penelitian.
3. Pengembangan Desain Langkah pengembangan desain meliputi : commit to user 1) Menentukan desain produk yang akan dikembangkan (desain hipotetik)
perpustakaan.uns.ac.id
63 digilib.uns.ac.id
2) Menentukan sarana dan prasarana penelitian yang dibutuhkan selama proses penenlitian dan pengembangan 3) Menentukan tahap – tahap pelaksanaan uji desain di lapangan; 4) Menentukan deskripsi tugas pihak – pihak yang terlibat dalam penelitian. Namun, karena langkah pengembangan desain tersebut dirasa masih terlalu umum untuk mengembangkan suatu instrumen tes maka peneliti menggunakan alur pengembangan tes menurut Djemari Mardapi (2004:88) dalam menyusun instrumen tes, yaitu : (a) menyusun spesifikasi tes, (b) menulis soal tes, (c) menelaah soal tes, (d) melakukan ujicoba tes, (e) menganalisis butir soal, (f) memperbaiki tes, (g) merakit tes. Pada bagian pengembangan desain ini dari alur pengembangan tes menurut Djemari Mardapi tersebut diambil cara menyusun spesifikasi tes dan menulis soal tes. Berikut ini penjelasan secara lebih terperinci mengenai langkah pengembangan tes: a. Menyusun spesifikasi tes Langkah awal dalam mengembangkan tes adalah menetapkan spesifikasi tes yang berisi tentang uraian yang menunjukkan keseluruhan karakteristik yang harus dimiliki suatu tes. Penyusunan spesifikasi tes mencakup kegiatan berikut : 1). Menentukan tujuan tes Ditinjau dari tujuannya ada empat macam tes yang banyak digunakan di lembaga pendidikan yaitu tes penempatan, tes diagnostik, tes formatif, dan tes sumatif. Dari empat macam tes tersebut dipilihlah satu tes yang cocok dalam pelaksanaan autentic assesmen , selain itu juga tepat dilaksanakan dalam waktu yang terbatas,mengingat untuk Program Akselerasi waktunya sangat padat. . 2). Penulisan kisi – kisi soal Kisi – kisi merupakan tabel matrik yang berisi spesifikasi soal-soal yang akan dibuat. Kisi – kisi ini merupakan acuan bagi penulis soal, sehingga to user siapapun yang menulis soal commit akan menghasilkan soal yang memiliki isi dan
perpustakaan.uns.ac.id
64 digilib.uns.ac.id
tingkat kesulitan relatife sama. Berikut ini adalah langkah – langkah dalam mengembangkan kisi – kisi tes, yaitu : a)
Menentukan Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), materi pokok yang akan diujikan (Lampiran 1)
b)
Menentukan indikator (Lampiran 4)
c)
Menentukan jumlah soal tiap pokok bahasan dan sub pokok bahasan (Lampiran 4)
3). Menentukan bentuk tes Pemilihan bentuk tes yang tepat ditentukan oleh tujuan tes, jumlah peserta tes, waktu yang tersedia untuk memeriksa lembar jawaban tes, cakupan materi tes, dan karakteristik mata pelajaran yang diujikan. Penelitian ini menggunakan bentuk tes objektif pilihan ganda kerena jumlah peserta tes banyak, sehingga waktu koreksi lebih singkat dan cakupan materinya lebih menyeluruh. 4). Menentukan panjang tes Penentuan panjang tes bedasarkan pada cakup materi ujian dan kelelahan peserta tes. Pada umumnya tes tertulis menggunakan waktu 90-50 menit. Pada umumnya waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan tes bentuk pilihan ganda adalah 2-3 menit untuk tiap butir soal. Pada penelitian ini dibuat tes sebanyak 24 butir pada materi Kinematika dengan waktu 75 menit, 15 butir pada materi Gravitasi dengan waktu 45 menit, dan 25 butir pada materi Gerak Harmonis pada Benda Elastik dengan waktu 75 menit. b. Menulis soal tes Penulisan tes dilakukan setelah langkah pertama, yaitu menyusun spesifikasi tes, dilakukan. Penulisan soal merupakan langkah menjabarkan indikator menjadi pertanyaan – pertanyaan yang karakteristiknya sesuai dengan perincian pada kisi-kisi (Lampiran 2) yang telah dibuat. Pedoman utama dalam pembuatan tes pilihan ganda adalah: 1) Pokok soal harus jelas 2) Pilihan jawaban homogen commitrelatif to user 3) Panjang kalimat pilihan jawaban sama
65 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4) Tidak ada petunjuk jawaban benar 5) Hindari penggunaan pilihan jawaban: semua benar atau semua salah 6) Pilihan jawaban angka diurutkan 7) Semua pilihan jawaban logis 8) Jangan menggunakan negatif ganda 9) Kalimat yang digunakan sesuai tingkat perkembangan peserta tes 10) Bahasa yang digunakan baku 11) Letak pilihan jawaban benar ditentukan secara acak Soal yang telah dibuat tercantum pada Lampiran 3.
4. Preliminary Field Test Langkah ini merupakan uji produk secara terbatas. Langkah ini meliputi a) Melakukan uji awal terhadap desain produk b) Bersifat terbatas, baik substansi desain maupun pihak-pihak yang terlibat c) Uji lapangan awal dilakukan secara berulang-ulang sehingga diperoleh desain layak, baik substansi maupun metodologinya. Pada penelitian ini, uji awal terhadap desain produk dilakukan oleh ahli, yakni dosen pembimbing dan guru bidang studi Fisika. Uji awal ini dilakukan dengan menganalisis secara kualitatif desain instrumen tes yang dibuat. Analisis ini dilakukan untuk memperbaiki soal tes sehingga soal tes yang dibuat memiliki kualitas yang baik dilihat dari materi, konstruksi, dan bahasa. Dalam penelaahan butir soal ini digunakan lembar penelaahan berupa daftar cek. a) Materi Pada telaah ini point pertama yang dikaji adalah materi. Soal yang telah dibuat sudah sesuai dengan materi yang terdapat dalam kisi-kisi atau belum. Materi harus memenuhi standar kualifikasi sebagai berikut : (1) Soal harus sesuai dengan indikator yang telah disusun (2) Pengecoh soal berfungsi, artinya setiap pilihan jawaban harus homogen dan logis sehingga ada kemungkinan untuk dipilih oleh siswa (3) Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar atau yang paling commit to user benar
perpustakaan.uns.ac.id
66 digilib.uns.ac.id
(4) Isi materi sesuai dengan jenjang, jenis sekolah , dan tingkatan kelas
b) Konstruksi Telaah yang lain adalah dikaji kontruksi instrument soal yang telah dibuat. Instrumen soal yang baik harus memenuhi standar kualifikasi sebagai berikut : (1) Dirumuskan secara jelas dan tegas (2) Dirumuskan dengan singkat dan jelas (3) Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan pernyataan yang diperlukan saja (4) Tidak memberi petunjuk ke arah jawaban benar (5) Tidak mengandung pernyataan yang bersifat negatif ganda (6) Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi (7) Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama (8) Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan, “ Semua pilihan jawaban di atas salah “ atau “ Semua pilihan jawaban di atas benar “ (9) Untuk soal hitungan pilihan jawaban merupakan modifikasi rumus pokok (10) Gambar, grafik, table, diagram, dan sejenisnya yang terdapat pada soal harus jelas dan berfungsi (11) Butir soal tidak bergantung pada jawaban soal sebelumnya c). Bahasa Soal yang baku jika dilihat dari segi kebahasaanny harus memenuhi standar kualifikasi baik sebagai berikut : (1) Kalimat menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang baku (2) Menggunakan bahasa yang komunikatif, sehingga mudah dimengerti (3) Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat (4) Pilihan jawaban tidak mengulang kata atau frase yang terdapat pada pokok soal (5) Rumusan soal tidak mengandung kata atau frase yang tidak etis atau kurang commit toperasaan user peserta didik. sopan sehingga dapat menyinggung
67 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5. Revisi Hasil Uji Ahli Revisi hasil uji ahli disini adalah perbaikan dari hasil uji terbatas yang dilakukan oleh ahli, yakni dosen pembimbing dan guru bidang studi sesuai dengan hasil uji dari ahli tersebut. Revisi ini dilakukan sampai instrumen tes yang telah dibuat dinyatakan layak oleh ahli. Soal hasil revisi tercantum pada Lampiran 5.
6. Uji Coba Terbatas Langkah ini merupakan uji produk yakni instrumen tes pada kelompok kecil untuk mendapatkan hasil uji secara kuantitatif. Uji secara kuantitatif ini dilakukan agar didapatkan data empiris tingkat kebaikan soal yang disusun. Uji coba terbatas ini dilakukan pada kelas XI program akselerasi SMA N 1 Karanganyar dengan jumlah siswa 24 orang. Dari hasil uji akan didapatkan data mengenai taraf kesukaran, daya pembeda, efisiensi distraktor, reliabilitas. Apabila hasil dari nilai taraf kesukaran, daya pembeda, efisiensi distraktor, dan reliabilitas telah memenuhi standar baik, maka instrumen tes yang telah dibuat bisa langsung diujikan pada kelompok yang lebih besar populasinya, namun jika belum memenuhi kualifikasi standar maka instrumen tes perlu dilakukan revisi lagi. dengan dikonsultasikan dengan dosen pembimbing dan guru mata pelajaran Fisika kelas XI Program Akselerasi SMA Negeri 1 Karanganyar dan SMA Negeri 3 Surakarta. 7. Revisi Hasil Uji Coba Terbatas. Dari hasil uji coba terbatas maka akan didapatkan kesimpulan bahwa pada instrumen tes yang dibuat perlu dilakukan revisi atau tidak. Revisi soal dilakukan dengan dikonsultasikan dengan dosen pembimbing dan guru mata pelajaran Fisika kelas XI Program Akselerasi SMA Negeri 1 Karanganyar dan SMA Negeri 3 Surakarta. Revisi dilakukan sampai ahli menyatakan soal siap untuk digunakan. Setelah revisi selesai dilakukan maka tes siap diujicobakan pada kelompok yang lebih luas. Soal hasil revisi tercantum pada Lampiran 6.
commit to user
68 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
8. Uji Coba Lapangan Kelompok Besar Langkah ini merupakan uji coba produk pada subyek yang lebih banyak dan lebih heterogen. Uji coba ini akan dilakukan pada semua kelas XI Program Akselerasi SMA Negeri 3 Surakarta. Di SMA Negeri 3 Surakarta kelas XI terdiri dari 3 kelas dimana setiap kelas terdiri dari 18-19 orang siswa. Setelah dilakukan uji coba lapangan kelompok besar, kemudian hasilnya dianalisis kembali secara kuantiatif untuk mengetahui apakah instrumen tes yang dibuat telah memenuhi standar atau belum. Jika soal telah memenuhi standar hal itu menunjukkan bahwa produk akhir telah selesai, namun jika belum memenuhi standar maka tidak akan dilakukan revisi lagi dan insttrumen tes yang dibuat akan dikumpulkan dalam suatu bank soal. Penelitian hanya behenti pada uji coba lapangan kelompok besar, karena jika dilanjutkan lagi pada kelompok yang lebih luas hal itu peneliti belum mampu karena keterbatasan biaya, tenaga, dan lain-lain. Uraian langkah penelitian menurut Barg and Gall (1989) di atas dapat digambarkan secara sisngkat pada diagram alur penelitian Gambar 3.1 sebagai berikut .
commit to user
69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Studi Pendahuluan :Analisis kebutuhan,Studi literatur
Perencanaan Penenlitian : Disusun dalam bentuk proposal penelitian
Pengembangan desain adalah penyususnan tes sesuai spesifikasi yang terdiri dari: Tujuan tes, Kisi – kisi tes, Bentuk tes, Panjang tes
Uji ahli (Dosen pembimbing dan Guru) secara kualitatif tes, yang meliputi :Materi, Konstruksi, Kebahasaan
Revisi hasil uji ahli
Uji Coba Kelompok Kecil
Revisi hasil uji coba kelompok kecil
Uji coba kelompok besar
Instrumen Tes Formatif Kelas XI Semester Gasal Program Akselerasi
Gambar 3.1 Langkah Penelitian (Nana Syaodih, 2007 :169-170) C. Uji Coba Produk 1. Uji Coba Desain Desain uji coba yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut : 1. Uji ahli atau Validasi, dilakukan dengan responden para ahli perancangan commit todan userguru bidang studi. Kegiatan ini produk , yakni dosen pembimbing
70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dilakukan untuk mereview produk awal, memberikan masukan untuk perbaikan. Proses validasi ini disebut dengan Expert Judgement atau Teknik Delphi. Pada uji ahli ini, para ahli akan menyoroti kualitatif tes yang dikembangkan, yaitu materi,konstruksi ,kebahasaan dan validitas isi. 2. Uji Coba Kelompok Kecil, atau Uji Terbatas Uji coba ini dilakukan terhadap kelompok kecil sebagai pengguna produk. Terdiri dari siswa program akselerasi kelas XI SMA Negeri 1 Karanganyar sebanyak 24 siswa . SMA Negeri 1 Karanganyar dipilih untuk mengujikan tes kelompok kecil karena susunan materinya masih sama dengan susunan materi dari Depdiknas, sehingga mempermudah pengujian, karena ada sekolah akselerasi yang susunan materinya tidak sama dengan Depdiknas, sehingga sulit untuk menentukan waktu pengujiannya. Kelompok kecil ini akan mengerjakan instrumen tes yang dibuat, kemudian hasilnya akan di analisis. Apabila hasilnya sudah baik maka langsung bisa dilakukan Uji Kelompok Besar,namun apabila belum memenuhi kualifikasi maka akan dilakukan revisi lagi terhadap instrumen tes. 3. Uji Coba Lapangan (field testing) Uji coba lapangan (Uji coba kelompok besar) dilakukan pada subyek penelitian yang lebih besar dan lebih beragam. Uji coba kelompok besar ini dilakukan pada semua kelas
XI
SMA Negeri 3 Surakarta Program
Akselerasi. SMA Negeri 3 Surakarta memiliki 3 kelas program akselerasi dengan satu kelasnya terdiri dari 18 orang siswa. Di Surakarta terdapat 2 sekolah yang memiliki program akselerasi yaitu SMA Negeri 1 Surakarta dan SMA Negeri 3 Surakarta. SMA Negeri 3 Surakarta lebih dipilih karena susunan materinya sama dengan susunan materi dari Depdiknas sehingga lebih mudah dalam penentuan waktu pengujiannya, dan jumlah siswanya juga lebih banyak sehingga datanya lebih heterogen.
2. Subjek Coba, Waktu dan Tempat Penelitian Subjek yang akan menjadi subyek uji coba dalam penelitian ini adalah commit user 1 Karanganyar dan SMA Negeri siswa kelas XI Program Akselerasi SMAtoNegeri
71 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3 Surakarta. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan April 2012-Juli 2012. Tempat penelitian secara kualitatif (telaah ahli) dilaksanakan di Kampus UNS, SMA Negeri 1 Karanganyar, dan SMA Negeri 3 Surakarta, sedangkan untuk penelitian kuantitatifnya dilaksanakan di SMA Negeri 1 Karanganyar dan SMA Negeri 3 Surakarta. SMA Negeri 1 Karanganyar dan SMA Negeri 3 Surakarta memiliki silabus yang sama dengan Depdiknas untuk kelas XI sehingga mempermudah untuk pelaksanaan uji coba. SMA N 1 Karanganyar untuk Program Akselerasinya terdiri dari 1 kelas dimana 1 kelasnya terdiri dari 24 siswa, sedangkan SMA Negeri 3 Surakarta terdiri dari 3 kelas, dimana setiap kelas terdiri dari 18-19 siswa.
3. Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. a. Data kualitatif Data kualitatif diperoleh dari hasil penelaahan butir tes oleh ahli yang terdiri dari ahli materi dan ahli evaluasi. b. Data kuantitatif Data yang dikumpulkan berupa hasil tes formatif semester gasal pada materi Kinematika Gerak, Gravitasi, dan Gerak Harmonis pada benda Elastik untuk kemudian dianalisis agar diketahui reliabilitas, daya pembeda, tingkat kesukaran, dan keefektifan distraktor.
4.Instrumen Pengumpulan Data Pengambilan data dalam penelitian dilakukan dengan 2 instrumen sebagai berikut: a. Instrumen non tes berupa daftar cek. Daftar cek
ini digunakan dalam
penelaahan butir soal. Daftar cek disini berisi pernyataan mengenai ranah materi, konstruksi, dan bahasa dari butir soal. Penelaah hanya memberi tanda commit to user pada nomor soal yang sesuai dengan pernyataan yang diberikan.
72 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Instrumen tes berupa soal tes formatif pilihan ganda, yang terdiri dari 3 paket tes. Paket 1 merupakan tes dengan materi Kinematika dengan Analisis Vektor yang terdiri dari 24 soal, Paket 2 merupakan tes dengan materi Gravitasi yang terdiri dari 15 soal, Paket 3 merupakan tes dengan materi Gerak Harmonik pada Benda Elastik yang terdiri dari 25 soal.
5.
Teknik Analisis Data
Setelah instrumen tes selesai dibuat kemudian instumen tersebut akan diujicobakan untuk kemudian dianalisis tiap butir itemnya. Teknik analisis data dalam penelitian ini yaitu analisis kualitatif oleh ahli yang dilakukan sebelum instrumen tes diuji cobakan kepada siswa dan analisis kuantitatif yang datanya baru diperoleh setelah instrument tes tersebut diuji cobakan ( dari hasil jawaban siswa). Berikut ini adalah penjelasannya : a. Analisis Kualitatif meliputi analisis terhadap : 1) Isi atau materi Instrumen tes yang berkualitas baik harus memenuhi kriteria sebagai berikut: a) Soal harus sesuai dengan indikator b) Pengecoh soal berfungsi, artinya setiap pilihan jawaban harus homogeny dan logis sehingga ada kemungkinan untuk dipilih oleh siswa c) Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar atau yang paling benar d) Isi materi sesuai dengan jenjang, jenis sekolah , dan tingkatan kelas 2) Kontruksi Instrumen tes yang berkualitas baik harus memenuhi kriteria sebagai berikut: a) Dirumuskan secara jelas dan tegas b) Dirumuskan dengan singkat dan jelas c) Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan pernyataan yang diperlukan saja d) Tidak member petunjuk kea rah jawaban benar e) Tidak mengandung pernyataan bersifat negative ganda commityang to user
73 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
f) Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi g) Panjang rumusan pilihan jawaban harus relative sama h) Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan, “ Semua pilihan jawaban di atas salah “ atau “ Semua pilihan jawaban di atas benar “ i) Untuk soal hitungan pilihan jawaban merupakan modifikasi rumus pokok j) Gambar, grafik, table, diagram, dan sejenisnya yang terdapat pada soal harus jelas dan berfungsi k) Butir soal tidak bergantung pada jawaban soal sebelumnya 3) Bahasa Instrumen tes yang berkualitas baik harus memenuhi kriteria sebagai berikut: a) Kalimat menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia b) Menggunakan bahasa yang komunikatif, sehingga mudah dimengerti c) Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat d) Pilihan jawaban tidak mengulang kata atau frase yang terdapat pada pokok soal e) Rumusan soal tidak mengandung kata atau frase yang tidak etis. 4) Validitas Isi Analisis validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis validitas isi. Cara yang ditempuh dengan analisis rasional yaitu apakah butir – butir dalam tes yang ditulis sesuai dengan indicator yang dibuat atau belum. Analisis dilakukan denagn cara mengandalkan telaah soal oleh suatu panel ahli dalam bidang mata pelajaran fisika yaitu dosen penguji dan guru bidang studi. Cara yang dilakukan adalah dengan jalan pencocokan antara table spesifikasi dengan butir soal dan masing – masing butir di analisis berdasarkan pedoman yang telah diterbitkan oleh pusjian Depdikbud, bila butir tes telah mewakili bahan pelajaran. b. Analisis kuantitatif meliputi analisis terhadap : 1). Taraf kesukaran commit to user
74 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tingkat kesukaran adalah angka yang menunjukan proporsi siswa yang menjawab betul suatu soal (Slameto,2001:215). Makin besar tingkat kesukaran berarti soal itu makin mudah demikian juga sebaliknya yaitu makin rendah tingkat kesukaran berarti soal itu makin sukar. Menurut Suharsimi Arikunto (2001 : 207), “Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak teralu sulit”. Oleh karena itu, dapat dinyatakan bahwa soal yang baik adalah soal dengan taraf kesukaran yang sedang. Untuk menentukan taraf kesukaran dari tiap-tiap item soal digunakan rumus : P
B Js
Keterangan : P : indeks kesukaran B : banyaknya siswa yang menjawab soal betul Js : jumlah seluruh siswa peserta tes Taraf kesukaran soal dapat ditentukan berdasarkan hasil perhitungan indeks kesukaran dengan ketentuannya sebagai berikut : a) Soal sukar jika
: 0,00 ≤ P < 0,30
b) Soal sedang jika : 0,30 ≤ P 0,70 c) Soal mudah jika
: 0,70 P 1,00 (Allen & Yen, 1979 : 121)
2). Daya Beda Daya pembeda item adalah kemampuan suatu butir item tes hasil belajar untuk dapat membedakan antara testee yang berkemampuan tinggi dengan testee yang kemampuannya rendah demikian rupa sehingga sebagian besar testee yang memiliki kemampuan yang tinggi untuk menjawab butir item tersebut lebih banyak menjawab butir item tersebut lebih banyak yang menjawab betul, sementara testee yang kemampuannya rendah untuk menjwab butir item tersebut sebagian besar tidak dapat menjawab item dengan betul (Anas sudijono, 2001). Untuk menghitung daya pembeda setiap soal, dapat digunakan rumus sebagai berikut : D
BA BB PA PB commit to user JA JB
75 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Keterangan : J
: jumlah peserta tes
JA : banyaknya siswa kelompok atas JB : banyaknya siswa kelompok bawah BA : banyaknya siswa kelompok atas yang menjawab benar BB : banyaknya siswa kelompok bawah yang menjawab benar PA : proporsi siswa kelompok atas yang menjawab benar PB : proporsi siswa kelompok bawah yang menjawab benar Daya pembeda soal (nilai D) diklasifikasikan sebagi berikut menurut Djemari (2005 :5) : a) D < 0,1
: soal ditolak
b) 0,1
: soal direvisi
D 0,3
c) D > 0,3
: soal diterima
3). Penyebaran (Distribusi) Jawaban Penyebaran pilihan jawaban dijadikan dasar dalam penelaahan soal. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui berfungsi tidaknya jawaban yang tersedia. Soal pilihan jawaban (pengecoh) dapat dikatakan berfungsi apabila penegcoh: (a) paling tidak dipilih oleh 5 % peserta tes atau siswa (b) lebih banyak dipilih oleh kelompok siswa yang yang belum paham materi (Depdiknas, 2009: 14) 4). Reliabilitas Reliabilitas suatu tes adalah kemampuan suatu tes untuk memberikan hasil yang relatif ajeg atau tetap bila digunakan pada waktu atau tempat yang berlainan. Untuk menghitung reliabilitas digunakan rumus yang dikemukakan oleh Kuder dan Richardson (rumus KR-20) sebagai berikut : 2 n S Σpq r11 2 n 1 S
Keterangan : r11
commit to user : reliabilitas tes secara keseluruhan
76 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
p
: proporsi subyek yang menjawab item dengan benar
q
: proporsi subyek yang menjawab item dengan salah (q = 1-p)
Σpq : jumlah hasil perkalian antara p dan q n
: banyaknya item
S
: standar deviasi dari tes (Suharsimi Arikunto, 2001 : 100-101) Hasil
perhitungan
tingkat
reliabilitas
tersebut
kemudian
dikonsultasikan dengan tabel r product moment. Apabila harga rhitung > rtabel , maka dapat ditarik kesimpulan bahwa instrumen tes reliabel. Selain itu, terdapat beberapa kriteria nilai reliabilitas sebagai berikut : 1.
0,800 ≤ r11 < 1,00 : sangat tinggi
2.
0,600 ≤ r11 < 0,800: tinggi
3.
0,400 ≤ r11 < 0,600 : cukup
4.
0,200 ≤ r11 < 0,400: rendah
5.
0,000 ≤ r11 < 0,200: sangat rendah (Slameto, 2001:215)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data Instrumen tes formatif yang disusun berjumlah 64 butir soal, dengan rincian 24 butir soal untuk materi Kinematika dengan Analisis Vektor, 15 butir soal untuk materi Gravitasi, dan Gerak Harmonik pada Benda Elastik berjumlah 25 butir soal. Ketiga materi ini merupakan penjabaran dari satu Standar Kompetensi yaitu mendeskrepsikan gejala alam dalam cakupan mekanika klasik sistem diskret (partikel). Instrumen tes ini dijabarkan dari satu kesatuan standar kompetensi agar terjadi kesinambungan antar materi agar dapat mendukung pelaksanaan autentic assessment. Waktu pelakasanaan tes dilaksanakan pada hari yang berbeda sebanyak 3 kali sesuai jumlah pokok bahasan. Untuk materi Kinematika dengan Analisis Vektor waktu pelaksanaanya 75 menit, sedangkan Gravitasi dilaksanakan selama 45 menit, untuk materi Gerak Harmonik pada Benda Elastik dilaksanakan selama 75 menit. Pelaksanaan uji tes secara kualitatif dilaksanakan di Program Studi Fisika Universitas Sebelas Maret, SMA Negeri 1 Karanganyar dan SMA Negeri 3 Surakarta. Pelaksanaan uji kuantitatif dilaksanakan di dua SMA yang menyelenggarakan Program Akselerasi, yaitu SMA Negeri 1 Karanganyar, dan
SMA Negeri 3
Surakarta. Lokasi kedua SMA ini sangat setrategis untuk kegiatan belajar mengajar. Kedua SMA ini dipilih sebagai lokasi penelitian dikarenakan kedua sekolah ini masih menerapkan pembelajaran dengan susunan materinya pada silabus sama seperti susunan materi dari Depdiknas untuk kelas XI pada umumnya, sehingga lebih mudah dalam pelaksanaan uji instrumen tes secara kuantitatif. Pelaksanaan ujicoba kelompok kecil dilaksanakan di SMA Negeri 1 Karanganyar dengan 24 siswa. Uji coba kelompok besar dilaksanakan di SMA Negeri 3 Surakarta dengan jumlah siswa 56. Peserta penelitian dapat dilihat sesuai tabel 4.1. commit to user 77
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 78
Tabel 4.1 Nama Sekolah dan Jumlah Peserta Tes Nama Sekolah SMA N 1 Karanganyar
Jumlah Peserta Ujicoba Pertama Ujicoba Kedua 24
SMA N 3 Surakarta
56
B. Hasil Penelitian Model pengembangan yang dipakai dalam penelitian ini adalah model prosedural yaitu model yang bersifat deskriptif, menunjukkan langkah-langkah yang harus diikuti untuk menghasilkan produk berupa instrument tes untuk evaluasi pembelajaran. Langkah langkah yang dilakukan dalam pengembangan instrumen tes ini adalah sebagai berikut : 1. Studi Pendahuluan Langkah
ini
adalah
langkah
awal
yang
harus
dilakukan
dalam
pengembangan tes. Langkah ini meliputi: a. Analisis Kebutuhan Permasalahan pada penelitian dan pengembangan ini adalah masih sedikitnya guru yang menggunakan instrumen evaluasi yang berkualitas baik. Instrumen tes yang valid diperlukan agar mampu mengukur kemampuan penguasaan materi siswa dengan akurat. Masih minimnya guru yang menggunakan instrumen tes akurat, disebabkan karena untuk mendapatkan suatu instrumen yang akurat diperlukan banyak sekali pengujian baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif yang cukup memakan waktu. Penelitian menemukan masalah pada saat melakukan observasi di beberapa Sekolah Menengah Atas Program Akselerasi, yaitu SMA Negeri 1 Surakarta, SMA Negeri 3 Surakarta, dan SMA Negeri 1 Karanganyar. Wawancara dilakukan dengan bapak Sriyanto,S.Pd selaku guru Fisika Program Akselerasi SMA Negeri 1 Surakarta, Bapak Drs.Subandrio selaku guru Fisika Program Akselerasi SMA N 3 Surakarta dan dengan Bapak Brata, M.Pd Selaku guru Fisika Program Akselerasi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 79
SMA N 1 Karanganyar. Dokumen hasil observasi dapat dilihat pada Lampiran 3. Rata-rata guru memberikan soal evaluasi dengan menggunakan suatu instrumen tes buatan guru sendiri yang belum teruji atau belum memenuhi standar baku suatu tes karena belum melalui serangkaian uji tes. Selama ini kebanyakan guru menggunakan soal yang dinilai sulit oleh guru tersebut tanpa melihat tingkat kesulitan kognitif tes (C1-C6 Taksonomi Bloom), padahal sesuai pedoman dari Depdiknas(2009 : 55) untuk Program Akselerasi yang pada pembelajarannya menuntut high level thinking menuntut pula guru memberikan soal dengan tingkat kesulitan C4 (analisis), C5(sintesis) dan C6 (evaluasi). Hal ini diperlukan agar terjadi keseimbangan antara kecerdasan siswa, proses pembelajaran, dan evaluasinya. Suatu tes yang dinilai gurunya akan sulit dikerjakan siswa, bisa jadi dianggap mudah oleh siswanya. Tes yang sulit dan ditujukan kepada sekelompok subjek yang kemampuannya rendah, tidak akan menghasilkan akurasi. Begitu juga sebaliknya, tes yang mudah tidak akan cocok untuk sekelompok subjek yang kemampuannya tinggi karena tidak sesuai dengan levelnya. Jadi, tes yang baik adalah tes yang mampu mengukur tingkat kemampuan subjek sasaran. Oleh karena itu diperlukan adanya instrumen tes yang baku (standar) sehingga guru bisa menggunakan instrumen tes tersebut apabila guru belum membuat instrumen tes yang baku. Selain itu instrumen tes yang dihasilkan dari penelitian ini dapat juga dijadikan referensi guru dalam membuat instrumen tes. Penelitian pengembangan instrumen tes untuk kelas XI Program Akselerasi ini tidak membutuhkan waktu yang lama seperti halnya pengembangan produk pendidikan yang lain, karena kekhususan dari program yang dikembangkan. b. Studi Literatur Studi literatur dilakukan untuk pengenalan sementara terhadap produk yang akan dikembangkan. Studi literatur pada penelitian ini dilakukan dengan studi teoritik yakni mengkaji teori-teori yang relevan sehinga dapat digunakan sebagai dasar pengembangan. Studi literatur juga diperlukan untuk mengetahui commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 80
langkah-langkah yang paling tepat dalam pengembangan suatu produk. Suatu produk pendidikan kemungkinan bukan hal yang sama sekali baru. Produk sejenis atau produk yang mirip telah dikembangkan oleh pengembang lain di tempat lain. Hal-hal tersebut dikaji melalui studi literatur berbentuk dokumen-dokumen hasil penelitian atau hasil evaluasi tentang pengembangan instrumen tes formatif, tentang asesmen, dan juga tentang sekolah program Akselerasi. 2. Merencanakan Penelitian Setelah melakukan studi pendahuluan, peneliti dapat melanjutkan langkah kedua, yaitu merencanakan penelitian. Perencanaan penelitian ini disusun dalam bentuk proposal penelitian yang meliputi kemampuan-kemampuan yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian, rumusan yang hendak dicapai dengan penelitian tersebut, desain atau langkah-langkah penelitian. Perencanaan penelitian ini dilakukan dengan arahan dari
pembimbing dan beberapa ahli pada saat
dilaksanakannya seminar proposal. 3. Pengembangan Desain Langkah pengembangan desain produk pendidikan dalam penelitian ini menggunakan alur pengembangan tes menurut Djemari Mardapi (2004:88) dalam menyusun instrumen tes yaitu : a. Menyusun spesifikasi tes Langkah awal dalam mengembangkan tes adalah menetapkan spesifikasi tes yang berisi tentang uraian yang menunjukkan keseluruhan karakteristik yang harus dimiliki suatu tes. Penyusunan spesifikasi tes mencakup kegiatan berikut : 1). Menentukan tujuan tes Ditinjau dari tujuannya ada empat macam tes yang banyak digunakan di lembaga pendidikan yaitu tes penempatan, tes diagnostik, tes formatif, dan tes sumatif. Pada penelitian ini , tes yang dikembangkan adalah tes formatif. Tes formatif pada umumnya dilakukan pada akhir setiap Satuan Acara Pelajaran (SAP) dan terutama diarahkan pada ranah kognitif siswa. Dari hasil penilaian commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 81
menggunakan tes formatif guru akan melihat sejauh mana siswa telah memahami suatu materi pelajaran yang diajarkan guru, dalam penelitian ini akan dilakukan penyusunan (pengembangan) instrumen tes formatif Fisika
untuk kelas XI
semester gasal Program Akselerasi dengan spesifikasi materi Kinematika dengan Analisis Vektor, Gravitasi, dan Gerak Harmonik pada Benda Elastik. Tes formatif dipilih karena dengan tes formatif dapat mendukung terlaksananya autentic assesment , selanjutnya mampu memberikan informasi rekam jejak siswa dalam penguasaan materi. 2). Penulisan kisi – kisi soal Kisi – kisi merupakan tabel matrik yang berisi spesifikasi soal-soal yang akan dibuat. Kisi – kisi ini merupakan acuan bagi penulis soal, sehingga siapapun yang menulis soal akan menghasilkan soal yang memiliki isi dan tingkat kesulitan relatif sama. Berikut ini adalah langkah – langkah dalam mengembangkan kisi – kisi tes, yaitu : a)
Menentukan Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), materi pokok yang akan diujikan (Lampiran 1)
b)
Menentukan indikator (Lampiran 4)
c)
Menentukan jumlah soal tiap pokok bahasan dan sub pokok bahasan (Lampiran 4)
Dalam pembuatan kisi-kisi dilakukan konsultasi dengan dosen pembimbing dan guru sekolah Program Akselerasi kelas XI tempat dilakukannya penelitian. 3). Menentukan bentuk tes Pemilihan bentuk tes yang tepat ditentukan sesuai tujuan tes, jumlah peserta tes, waktu yang tersedia untuk memeriksa lembar jawaban tes, cakupan materi tes, dan karakteristik mata pelajaran yang diujikan. Penelitian ini menggunakan bentuk tes objektif pilihan ganda karena jumlah peserta tes banyak, sehingga waktu koreksi lebih singkat dan cakupan materinya lebih menyeluruh, selain itu dari pihak sekolah hanya memberikan sedikit waktu untuk melakukan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 82
uji tes pada siswa mengingat waktu Program Akselerasi yang terbatas namun dengan materi yang banyak, yaitu materi 1 semester hanya dilaksanakan 4 bulan. 4). Menentukan panjang tes Penentuan panjang tes bedasarkan pada cakup materi ujian dan kelelahan peserta tes. Pada umumnya tes tertulis menggunakan waktu 90-150 menit. Pada umumnya waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan tes bentuk pilihan ganda adalah 2-3 menit untuk tiap butir soal. Pada penelitian ini dibuat tes sebanyak 25 butir pada materi Kinematika dengan waktu 75 menit, 15 butir pada materi Gravitasi dengan waktu 45 menit, dan 25 butir pada materi Gerak Harmonis pada Benda Elastik dengan waktu 75 menit. b. Menulis soal tes Penulisan tes dilakukan setelah langkah pertama, yaitu menyusun spesifikasi tes, dilakukan. Penulisan soal merupakan langkah menjabarkan indikator menjadi pertanyaan – pertanyaan yang karakteristiknya sesuai dengan perincian pada kisi-kisi (Lampiran 4) yang telah dibuat. Soal yang telah ditulis sebelum di uji coba kualitatif dapat dilihat di Lampiran 5. 4. Melakukan Uji Kualitatif Pada penelitian ini, uji awal terhadap desain produk dilakukan oleh ahli, yakni dosen pembimbing dan guru bidang studi Fisika SMA Negeri 1 Karangnyar. Uji awal ini dilakukan dengan menganalisis secara kualitatif desain instrumen tes yang dibuat. Analisis ini dilakukan untuk memperbaiki soal tes yang telah disusun sehingga soal tes yang dibuat memiliki kualitas yang baik dilihat dari materi, konstruksi, dan bahasa. Dalam penelaahan butir soal ini digunakan lembar penelaahan berupa daftar cek. Pada telaah dari para ahli ini poin pertama yang dikaji adalah materi. Soal yang telah dibuat sudah sesuai dengan materi yang terdapat dalam kisi-kisi atau belum. Pada telaah materi ini peran yang paling utama adalah guru bidang studi, karena guru bidang studi yang memberikan materi secara langsung. Dari telaah secara commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 83
materi ini semua soal sudah sesuai dengan materi, karena
sebelum dilakukan
penyusunan soal dilakukan terlebih dahulu telaah materi berdasarkan silabus yang berasal dari diknas dan dari sekolah. Pada telaah secara kontruksi dan bahasa dari soal yang dibuat. Pada kontruksi soal yang direvisi bervariasi penyebabnya. Secara konstruksi ada soal yang kurang lengkap dalam penulisannya, misalnya dalam menuliskan satuan atau ada pokok soal yang belum tercantum. Selain itu mengenai pilihan jawaban juga menjadi bahan revisi, pilihan jawaban pada awalnya belum merupakan hasil dari penggunaan rumus yang salah. Dengan konstruksi yang demikian pengecoh akan tidak berfungsi dan jawaban mudah ditebak. Oleh sebab itu ,untuk pilihan jawaban dibuat dengan memperkirakan pilihan jawaban apabila terjadi kombinasi rumus yang salah, sehingga walaupun rumus yang digunakan salah, tetap terdapat opsi jawabannya. Dalam hal bahasa yang ditelaah adalah tentang pemilihan kata, dan penulisan soalnya. Kebanyakan soal yang telah dibuat banyak menimbulkan penafsiran yang berbeda dengan maksud soal sebenarnya dan agak membingungkan siswa oleh karena itu perlu diperbaiki. Diskripsi telaah soal secara kualitatif dapat dilihat di Lampiran 6 dan Lembar validasi ahli di Lampiran 7. Dari hasil telaah kualitatif di dapatkan hasil sesuai Tabel 4.2 sebagai berikut : Tabel 4.2. Hasil Telaah Kualitatif Desain Soal Instrumen tes
Soal yang harus direvisi
Kinematika dengan Analisis Vektor (Paket 1)
1,7,10,13,16,17,24
Gravitasi (Paket 2)
8,11,14,15
Gerak Harmonik pada benda Elastik (Paket 3)
15
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 84
5. Melakukan Revisi Soal Hasil Telaah Kualitatif Revisi instrumen tes hasil telaah kualitatif dilakukan dengan berdasarkan koreksi dari ahli yang mencakup aspek materi, konstruksi, dan bahasa. Dalam pelaksanaannya revisi instrumen tes ini dilakukan dengan saran dari para ahli. Revisi akan terus dilakukan sampai para ahli menilai instrumen tes tersebut layak untuk diujicobakan. Instrumen tes hasil revisi dan merupakan soal uji kelompok kecil dapat dilihat di Lampiran 6. 6. Melaksanakan Uji Coba Kelompok Kecil Uji coba kelompok kecil dilakukan setelah instrumen tes yang telah dibuat mendapat persetujuan untuk diujicobakan dari para ahli. Ujicoba ini dilakukan untuk mendapatkan data empiris awal tentang kualitas tes. Soal yang dibuat ini menggunakan teori tes klasik yaitu tes yang hasil tesnya tergantung pada kemampuan siswanya. Instrumen tes pada saat diujikan pada siswa yang kemampuannya rendah maka taraf kesukaran soal seharusnya bernilai rendah/soal tergolong sulit dan sebaliknya apabila soal diujikan pada siswa dengan kemampuan yang tinggi maka taraf kesukaran soal seharusnya menjadi tinggi/soal tergolong mudah. Dalam pembuatan soal ini dispesifikkan untuk mengevaluasi pemahaman materi siswa program akselerasi, sehingga kemampuan siswanya homogen yang tergolong siswa CIBI. Untuk tes formatif digunakan tes dengan tingkat kesukaran sedang. Soal yang telah dibuat, dirancang dengan jenjang tingkat kemampuan kognitif siswa C4-C5-C6 (high level thinking). Ujicoba kelompok kecil dilakukan di SMA Negeri 1 Karanganyar dengan subyek coba 24 siswa kelas XI Program Akselerasi. Setelah ujicoba tes kelompok kecil dilakukan, hasil tes kemudian dianalisis secara kuantitatif menggunakan program microsof excel untuk mengetahui reliabilitas tes, tingkat kesukaran item soal, daya beda soal, dan efektifitas distraktor tiap item soal. Hasil analisis secara kuantitatif dapat dilihat di Lampiran 8. Dari analisis kuantitatif ujicoba kelompok kecil di SMA Negeri 1 Karanganyar didapatkan hasil sebagai berikut : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 85
a. Reliabilitas Instrumen tes Reliabilitas dihitung dengan rumus Kuder Richardson 20 atau KR-20. Kriteria realibilitas yang digunakan dalan menganalisis instrumen tes yang dibuat berdasarkan kriteria reliabilitas dari Slameto (2001:215)
yaitu kriteria sangat tinggi untuk
reliabilitas 0,800 ≤ r11 < 1,00 , tinggi untuk reliabilitas 0,600 ≤ r11 < 0,800, cukup tinggi untuk reliabilitas 0,400 ≤ r11 < 0,600 , rendah untuk reliabilitas 0,200 ≤ r11 < 0,400
,dan sangat rendah untuk reliabilitas 0,000 ≤ r11 < 0,200. Semakin tinggi
reliabilitas suatu tes, menunjukkan bahwa tes tersebut semakin ajeg dalam mengukur kemampuan siswa, artinya tes tersebut memberikan hasil yang relatife tidak berbeda apabila di lakukan tes pada subyek yang sama meskipun dalam waktu yang berbeda. Hasil analisis reliabilitas uji kelompok kecil dapat dilihat pada Tabel 4.3. Tabel 4.3. Hasil Analisis Reliabilitas Instrumen Tes Uji Kelompok Kecil.
Instrumen Tes Kinematika dengan Analisis Vektor (Paket 1) Gravitasi (Paket 2) Gerak Harmonik pada Benda Elastik (Paket 3)
Reliabilitas
Kriteria Reliabilitas
0.69398
Tinggi
0.62755102
Tinggi
0.769453
Tinggi
Dari hasil analisis reliabilitas tes didapatkan hasil instrumen tes paket 1 memiliki niliai reliabilitas 0.69398 atau kriteria tinggi, paket 2 memiliki nilai reliabilitas 0.62755102 atau kriteria tinggi, dan paket 3 memiliki nilai 0.769453 atau kriteria tinggi. Ketiga paket instrumen tes yang dibuat memiliki kriteria tinggi yang berarti memiliki konsistensi yang tinggi dalam mengukur kemampuan siswa yang sama, meskipun diujikan dalam waktu yang berbeda. b. Tingkat Kesukaran Tingkat kesukaran adalah angka yang menunjukan proporsi siswa yang menjawab betul suatu soal (Slameto,2001:215). Makin besar tingkat kesukaran berarti soal itu makin mudah demikian juga sebaliknya yaitu makin rendah tingkat kesukaran berarti soal itu makin sukar. Menurut Suharsimi Arikunto (2001 : 207), “Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak teralu sulit”. Oleh karena itu, dapat dinyatakan bahwa soal yang baik adalah soal dengan taraf kesukaran commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 86
yang sedang.Tingkat kesukaran item tes dihitung dengan menggunakan rumus Du Bois, yaitu
. Perhitungan analisis tingkat kesukaran item tes berada pada
Lampiran 7. Ada beberapa klasifikasi tingkat kesukaran suatu tes menurut Allen & Yen (1979 :120), yaitu suatu soal termasuk dalam kategori sukar jika P kurang dari 0,30, suatu soal termasuk dalam kategori sedang jika tingkat kesukaran soal berada pada interval 0,30 sampai 0,70, dan termasuk kategori soal mudah jika nilai tingkat kesukaran soal lebih dari 0,70. Hasil analisis kuantitatif instrumen tes dari hasil uji coba kelompok kecil dapat dilihat pada Tabel 4.4. Tabel 4.4. Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Instrumen Tes. No 1
2.
3.
Instrumen Tes
Kriteria Tingkat Kesukaran Kinematika dengan Analisis Vektor Sukar (Paket 1) Sedang
Gravitasi (Paket 2)
Gerak Harmonik pada Benda Elastik (Paket 3)
Mudah Sukar Sedang Mudah Sukar Sedang
Mudah
Nomer Soal
Jumlah
19,20 2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12, 13,14,15,16,17,18,21,22, 23,24 1 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11, 12,13,14,15 18 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11, 12,13,14,15,16,17,19,20, 21,22,23,24,25 -
2 21
Dari hasil analisis instrumen tes secara kuantitatif didapatkan hasil bahwa tuntuk materi Paket 1 terdapat 2 soal tergolong mudah, 21 soal tergolong sedang, dan 1 soal tergolong mudah. Pada Paket 2 semua soal tergolong sedang. Pada Paket 3 terdapat 1 soal tergolong sukar, 24 soal tergolong sedang, dan tidak terdapat soal yang tergolong mudah. Hasil analisis tingkat kesukaran tes ini kemudian akan dipadukan dengan hasil analisis daya pembeda item tes, dan efektivitas distraktor untuk melihat kualitas tiap-tiap soal, setelah itu akan diambil keputusan mana soal yang diterima, direvisi, dan ditolak.
commit to user
1 0 15 0 1 24
0
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 87
Dalam pembuatan instrumen tes ini, soal yang akan dipertahankan adalah soal dengan tingkat kesukaran sedang. Hal ini disebabkan karena tujuan dari pembuatan instrumen tes ini adalah untuk keperluan pegukuran hasil belajar (kompetensi) sehingga soal yang dianggap baik adalah yang termasuk kategori sedang. Keputusan ini diambil berdasarkan teori Allen & Yen (1979 :121) dalam Elvin &Surantoro (2010:185) yang menyatakan “…soal yang terlalu atau cenderung mudah lebih tepat digunakan untuk diagnostik, sedangkan soal yang terlalu sulit atau cenderung sulit lebih tepat digunakan untuk tes seleksi. Oleh karena itu untuk keperluan tes yang mengukur hasil belajar (kompetensi) siswa tertentu akan dianggap baik bila termasuk dalam interval soal yang sedang “. c. Daya Beda Daya beda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang mempunyai kemampuan tinggi dengan siswa yang mempunyai kemampuan rendah. Daya beda instrumen tes ini dilakukan dengan rumus indeks diskriminasi yaitu dengan menghitung perbedaan proporsi kelas atas yang menjawab benar dengan proporsi kelas bawah yang menjawab benar. Untuk menghitung daya pembeda setiap soal, dapat digunakan rumusan menurut Azwar (2007 :138) yaitu . Dimana niT merupakan jumlah siswa yang menjawab benar dari kelompok atas, NT merupakan jumlah siswa pada kelompok atas, niR merupakan jumlah siswa yang menjawab benar dari kelompok bawah, NR merupakan jumlah siswa pada kelompok bawah. Kelompok atas dan kelompok bawah dibagi dengan terlebih dahulu menghitung skor siswa kemudian mengurutkannya berdasarkan peringkat siswa. Setelah didapatkan peringkat siswa dan diurutkan berdasarkan peringkatnya siswa dibagi menjadi 2 kelompok, peringkat 1-12 masuk dalam kelompok atas, dan 13-24 masuk dalam kelompok bawah. Perhitungan analisis daya beda soal dapat dilihat di Lampiran 8. Nilai daya beda soal dapat dikategorikan menjadi beberapa menurut Djemari (2005 :5), yaitu soal yang memiliki D < 0,1 ditolak, soal yang direvisi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 88
memiliki daya beda 0,1
D
0,3, dan soal yang diterima memiliki daya beda D >
0,3. Hasil analisis daya beda instrumen tes ini dapat dilihat pada Tabel 4.4. Tabel 4.4.Hasil Analisis Daya Beda Instrumen Tes No
Instrumen Tes
Kriteria
Nomer Soal
Jumlah
Daya Beda 1
2.
Kinematika dengan Analisis Diterima Vektor (Paket 1)
Gravitasi (Paket 2)
2,3,4,5,6,7,9,11,14,16,
11
21
Direvisi
1,8,12,17,18,20,22,23,24
9
Ditolak
10,13,15,19
4
Diterima
1,2,3,4,5,6,7,11,12,13,14,
12
15
3.
Direvisi
8,9,10
3
Ditolak
-
-
Gerak Harmonik pada Benda Diterima Elastik (Paket 3)
1,3,4,5,6,8,9,11,12,13,14,
22
15,16,17,18,19,20,21,22,23, 24,25
Direvisi
2,10,
2
Ditolak
7
1
Dari hasil analisis kuantitatif terdapat 11 soal diterima, 9 soal direvisi, dan 4 soal ditolak pada paket 1. Pada paket 2 terdapat 12 soal diterima dan 3 soal direvisi, sedangkan pada paket 3 tedapat 22 soal diterima, 2 soal direvisi, dan 1 soal ditolak. Hasil analisis daya beda ini kemudian akan dianalisis dengan tingkat kesukaran, efektifitas distraktor, dan reliabilitasnya untuk mengetahui keterterimaannya. d. Efektifitas Distraktor Efektifitas distraktor merupakan seberapa baik pilihan jawaban salah yang tersedia dapat mengecoh peserta tes yang tidak mengetahui kenci jawaban yang tersedia. Semakin banyak suatu jawaban salah dipillih maka semakin baik pula pengecoh menjalankan tugasnya. Menurut Azwar (2007 :142) efektifitas distraktor dapat dilihat dari dua criteria, yaitu; (a) distraktor dipilih oleh peserta tes dari commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 89
kelompok rendah, dan (b) pemilih distraktor tersebar relatif proporsional pada masing-masing distraktor yang ada. Menurut Suharsimi (2001 : 211) soal pilihan jawaban (pengecoh) dapat dikatakan berfungsi apabila pengecoh : (1) paling tidak dipilih oleh 5 % peserta tes atau siswa ,dan (2) lebih banyak dipilih oleh kelompok siswa yang yang belum paham materi. Pada uji kelompok kecil ini peserta tes ada 24 orang siswa, jadi 5 % dari 24 siswa adalah 1.2, berarti dalam tes ini suati distraktor dapat dikatakan efektif apabila dipilih minimal dua orang. Distraktor yang baik terutama dipilih dari kelompok bawah, akan tetapi distraktor kurang maksimal jika hanya dipilih oleh kelompok bawah saja, sebaiknya dipilih pula oleh kelompok atas. Distraktor sebaiknya dipilih lebih banyak oleh kelompok bawah, jika dipilih lebih banyak oleh kelompok atas maka berarti distraktor tersebut menyesatkan dan sebaiknya diganti dengan distraktor lain. Distraktor dikatakan berfungsi apabila semua distraktor pada tiap soal berfungsi baik, apabila dalam satu soal ada distraktor yang belum berfungsi,atau menyesatkan maka distraktor pada soal tersebut dikatakan belum maksimal berfungsi maka distraktor tersebut sebaiknya direvisi. Penyebaran distraktor dapat dilihat di Lampiran 8. Tabel 4.5 menunjukkan hasil rekapitulasi efektifitas distraktor. Tabel 4.5 Rekapitulasi Hasil Analisis Efektifitas Distraktor No
1
2.
3.
Instrumen Tes
Kriteria Efektifitas Distraktor Kinematika dengan Analisis Vektor Berfungsi (Paket 1) Belum maksimal Gravitasi (Paket 2) Berfungsi
Gerak Harmonik pada Benda Elastik (Paket 3)
Belum maksimal Berfungsi Belum maksimal
commit to user
Nomer Soal
Jumlah
2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14, 15,16,17,18,19,20,21,22,23,24 1
23
1,2,3,5,6,7,8,10,11,12,13, 14,15 4,9
13
1,3,4,6,10,11,12,14,15,16, 17,18,19,20,21,22,23,24,25 2,5,7,8,9,13
19
1
2
6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 90
Dari 64 soal yang telah dibuat terdapat 55 soal yang sudah memiliki distraktor yang telah berfungsi baik, dan 9 soal yang distraktornya belum maksimal. Soal yang distraktornya belum maksimal sebaiknya direvisi sebelum digunakan untuk ujicoba selanjutnya. Setelah didapatkan hasil analisis reliabilitas, tingkat kesukaran, daya beda, dan efektifitas distraktor, kemudian dari masing-masing soal diputuskanlah soal yang sudah baik, dan soal yang perlu direvisi, atau soal mana yang ditolak sehingga perlu diganti dengan soal yang baru. Menurut Elvin & Surantoro (2010 :187) suatu soal dapat dimasukkan dalam kriteria soal diterima, direvisi, atau ditolak jika memenuhi kriteria keputusan untuk penilaian item soal sebagai berikut : (1) item soal diterima, apabila karakteristik item soal memenuhi semua kriteria. Item soal yang terlalu sukar atau terlalu mudah, tetapi memiliki daya beda dan distribusi pengecoh item yang memenuhi criteria, butir soal tersebut dapat diterima atau dipilih; (2) item soal direvisi, apabila salah satu atau lebih dari ketiga criteria karakteristik item soal tidak memenuhi kriteria ; (3) item soal ditolak, jika item soal memiliki karakteristik yang tidak memnuhi semua kriteria. Dari 64 soal yang telah dibuat didapatkan 40 soal ddikatakan berkualitas baik atau diterimma dan 24 soal direvisi. Perinciannya dapat dilihat pada Tabel 4.6 . Tabel 4.6. Rincian Hasil Analisis Kuantitatif Uji Kelompok Kecil Instrumen tes Kriteria Kinematika dengan Analisis Vektor Soal yang diterima (Paket 1) Soal yang direvisi
Gravitasi (Paket 2)
Soal yang ditolak Soal yang diterima
Soal yang direvisi Soal yang ditolak Gerak Harmonik pada Benda Elastik Soal yang diterima (Paket 3) Soal yang direvisi Soal yang ditolak
commit to user
Nomer Soal 2,5,6,8,9,11,14,16,22,23 1,3,4,7,10,12,13,15,17 18,19,20,21,24 1,2,3,5,6,7,11,12,13,14, 15 4,8,9,10 1,3,4,6,10,11,12,14,15, 16,17,18,19,20,21,22,23,24, 25 2,5,7,8,9,13 -
Jumlah 10 14 11 4 19
6 -
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 91
7.
Melaksanakan Revisi Hasil Uji Kelompok Kecil
Setelah dilakukan uji kelompok kecil dan dilakukan analisis secara kuantitatif mengenai reliabilitas, tingkat kesukaran, daya pembeda, dan efektifitas distraktor kemudian dilakukanlah revisi terhadap soal yang belum baik kualitasnya. Soal yang harus direvisi berjumlah 24 item. Revisi soal dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan analisis kemungkinan faktor yang menyebabkan soal harus direvisi. Revisi soal dilakukan dengan masukan dari ahli evaluasi, ahli materi, dan guru Fisika SMA Negeri 3 Surakarta. Dalam pembuatan instrumen ini tidak menggunakan ahli bahasa secara khusus karena aspek kebahasaan soal sudah sekaligus masuk dalam penelaahan ketiga ahli tersebut. Revisi soal selesai setelah para ahli menilai soal yang direvisis layak untuk digunakan untuk ujicoba selanjutnya. Hasil revisi dapat dilihat di Lampiran 9 dan soal uji kelompok besar dapat dilihat di Lampiran 10. 8. Melaksanakan Uji Coba Kelompok Besar Uji coba kelompok besar dilakukan di kelas XI Program Akselerasi SMA Negeri 3 Surakarta dengan subyek coba 56 siswa. Uji coba kelompok besar ini hanya dilakukan di SMA N 3 Surakarta, karena di SMA N 3 Surakarta masih digunakan susunan materi yang sama sesuai dengan pedoman untuk kelas XI dari Depdiknas. Tidak semua sekolah Program Akselerasi masih mengikuti pedoman susunan materi dari Depdiknas, ada materi yang seharusnya diajarkan di kelas XI tetapi diajarkan di kelas X. Hal ini menyebabkan kesulitan menentukan waktu ujicoba jika melihat jadwal siswa akselerasi sendiri yang sudah sangat padat selain itu juga kurang maksimal karena materi tersebut sudah sangat lama dipelajari oleh siswa, kemungkinan besar banyak siswa yang sudah lupa dengan materi tersebut. Seandainya tetap dilakukan ujicoba bisa dilakukan di siang hari setelah pulang sekolah, dan siswa terlebih dahulu diberi tahu bahwa akan dilakukan tes, tetapi kemungkinan besar mood siswa untuk mengerjakan akan berkurang karena harus belajar lagi materi yang bukan menjadi beban belajar di kelas XI.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 92
Uji coba kelompok besar dilakukan untuk mendapatkan data empiris tentang kualitas soal, setelah melalui beberapa tahap. Berikut ini adalah hasil analisis uji kelompok besar secara kuantitatif soal : a. Reliabilitas Instrumen Tes Sama halnya dengan analisis kuantitatif pada uji coba kelompok kecil reliabilitas dihitung dengan rumus Kuder Richardson 20 atau KR-20. Kriteria reliabilitas yang digunakan dalan menganalisis instrumen tes adalah kriteria reliabilitas dari Slameto (2001 :215) yaitu kriteria sangat tinggi untuk reliabilitas 0,800 ≤ r11 < 1,00 , tinggi untuk reliabilitas 0,600 ≤ r11 < 0,800, cukup tinggi untuk reliabilitas 0,400 ≤ r11 < 0,600, rendah untuk reliabilitas 0,200 ≤ r11 < 0,400 ,dan sangat rendah untuk reliabilitas 0,000 ≤ r11 < 0,200. Semakin tinggi reliabilitas suatu tes, menunjukkan bahwa tes tersebut semakin ajeg dalam mengukur kemampuan siswa, artinya tes tersebut memberikan hasil yang relatif tidak berbeda apabila tes dilakukan pada subyek yang sama dalam waktu yang berbeda. Hasil analisis reliabilitas uji kelompok besar dapat dilihat pada Tabel 4.7, sedangkan perhitungannya dapat dilihat di Lampiran 13.
Tabel 4.7 Hasil Analisis Reliabilitas Instrumen Tes Uji Kelompok Kecil. Instrumen Tes Kinematika dengan Analisis Vektor (Paket 1) Gravitasi (Paket 2) Gerak Harmonik pada Benda Elastik (Paket 3)
Reliabilitas 0.810701 0.6844 0.824764
Kriteria Reliabilitas Sangat tinggi Tinggi Sangat tinggi
Dari hasil analisis reliabilitas tes didapatkan hasil instrumen tes paket 1 memiliki niliai reliabilitas 0.810701 atau kriteria sangat tinggi, paket 2 memiliki nilai reliabilitas 0.6844 atau kriteria tinggi, dan paket 3 memiliki nilai 0.824764 atau kriteria sangat tinggi. Paket instrumen tes yang dibuat memiliki kriteria reliabilitas yang berbeda paket 1, dan 3 dengan kriteria sangat tinggi, sedangkan paket 2 memiliki kriteria tinggi dari kriteria-kriteria ini dapat disimpulkan bahwa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 93
instrument tes yang dibuati memiliki konsistensi yang tinggi dalam mengukur kemampuan siswa yang sama, meskipun diujikan dalam waktu yang berbeda. b. Tingkat Kesukaran Tingkat kesukaran item tes dihitung dengan menggunakan rumus Du Bois, yaitu
. Perhitungan analisis tingkat kesukaran item tes dapat dilihat pada
lampiran 7. Ada beberapa klasifikasi tingkat kesukaran suatu tes menurut Allen & Yen (1979 :120), yaitu suatu soal termasuk dalam kategori sukar jika P kurang dari 0,30, suatu soal termasuk dalam kategori sedang jika tingkat kesukaran soal berada pada interval 0,30 sampai 0,70, dan termasuk kategori soal mudah jika nilai tingkat kesukaran soal lebih dari 0,70. Hasil analisis kuantitatif tingkat kesukaran instrumen tes dari hasil uji coba kelompok besar dapat dilihat pada Tabel 4.8 dan perhitungan pada Lampiran 13.
Tabel 4.8. Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Instrumen Tes. No 1
2.
3.
Instrumen Tes
Kriteria Tingkat Kesukaran Kinematika dengan Analisis Vektor Sukar (Paket 1) Sedang
Gravitasi (Paket 2)
Gerak Harmonik pada Benda Elastik (Paket 3)
Mudah Sukar Sedang Mudah Sukar Sedang
Mudah
Nomer Soal 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11, 12,13,14,15,16,17,18,19 20,21,22,23,24 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11, 12,13,14,15 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11, 12,13,14,15,16,17,18,19 20,21,22,23,24,25 -
Dari hasil analisis instrumen tes secara kuantitatif didapatkan hasil bahwa tuntuk materi Paket 1 24 soal tergolong sedang dan tidak ada soal yang tergolong sukar commit to user
Jumlah 0 24
0 0 15 0 0 25
0
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 94
atau mudah. Pada Paket 2 tidak ada soal yang tergolong mudah atau sukar. Pada Paket 3 semua soal tergolong sedang. Dari tingkat kesukaran item tes ini semua soal tergolong criteria sedang, hal ini menunjukkan bahwa item tes yang dibuat sudah tepat jika ditujukan untuk mengukur hasil belajar siswa. c. Daya Beda Daya beda instrumen tes ini dilakukan dengan rumus indeks diskriminasi yaitu dengan menghitung perbedaan proporsi kelas atas yang menjawab benar dengan proporsi kelas bawah yang menjawab benar. Untuk menghitung daya pembeda setiap soal, dapat digunakan rumusan menurut Azwar (2007 :138) yaitu
. Dimana niT merupakan jumlah siswa yang
menjawab benar dari kelompok atas, NT merupakan jumlah siswa pada kelompok atas, niR merupakan jumlah siswa yang menjawab benar dari kelompok bawah, NR merupakan jumlah siswa pada kelompok bawah. Kelompok atas dan kelompok bawah dibagi dengan terlebih dahulu menghitung skor siswa kemudian mengurutkannya berdasarkan peringkat siswa. Setelah didapatkan peringkat siswa dan diurutkan berdasarkan peringkatnya siswa dibagi menjadi 2 kelompok, peringkat 1-28 masuk dalam kelompok atas, dan 29-56 masuk dalam kelompok bawah. Perhitungan analisis daya beda soal dapat dilihat di lampiran 13. Nilai daya beda soal dapat dikategorikan menjadi beberapa menurut Djemari (2005 :5), yaitu soal yang memiliki D < 0,1 ditolak, soal yang direvisi memiliki daya beda 0,1
D
0,3, dan soal yang diterima memiliki daya beda D >
0,3 . Hasil analisis daya beda instrumen tes ini dapat dilihat pada Tabel 4.8.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 95
Tabel 4.8.Hasil Analisis Daya Beda Instrumen Tes No 1
2.
3.
Instrumen Tes
Kriteria Daya Beda
Kinematika dengan Analisis Vektor (Paket 1)
Gravitasi (Paket 2)
Gerak Harmonik pada Benda Elastik (Paket 3)
Nomer Soal
Jumlah
Diterima
1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13 ,14,15,16,17,18,19,20,21,22, 23, 24
24
Direvisi Ditolak Diterima
1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13 ,14,15
0 0 15
Direvisi Ditolak Diterima
1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13 ,14,15,16,17,18,19,20,21,22, 23,24,25
0 0 25
Direvisi Ditolak
-
0 0
Dari hasil analisis kuantitatif dapat diketahui bahwa semua soal yang diujikan pada uji kelompok besar ini memiliki criteria daya beda diterima. Kriteria diterima menunjukkan soal tersebut sudah mampu membedakan kemampuan siswa kelompok atas dan siswa kelompok bawah. d. Efektifitas Distraktor Efektifitas distraktor merupakan kriteria seberapa baik pilihan jawaban salah yang tersedia dapat mengecoh peserta tes yang tidak mengetahui kunci jawaban yang tersedia. Semakin banyak suatu jawaban salah dipillih maka semakin baik pula pengecoh menjalankan tugasnya. Menurut Azwar (2007 :142) efektifitas distraktor dapat dilihat dari dua kriteria, yaitu; (a) distraktor dipilih oleh peserta tes dari kelompok rendah, dan (b) pemilih distraktor tersebar relatif proporsional pada masing-masing distraktor yang ada. Menurut Suharsimi (2001 : 211) soal pilihan jawaban (pengecoh) dapat dikatakan berfungsi apabila pengecoh
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 96
: (1) paling tidak dipilih oleh 5 % peserta tes atau siswa ,dan (2) lebih banyak dipilih oleh kelompok siswa yang yang belum paham materi. Pada uji kelompok kecil ini peserta tes ada 56 orang siswa, jadi 5 % dari 56 siswa adalah 2.8, berarti dalam tes ini suatu distraktor dapat dikatakan efektif apabila dipilih minimal 3 orang, terutama dari kelompok bawah, akan tetapi distraktor kurang maksimal jika hanya dipilih oleh kelompok bawah saja, sebaiknya dipilih pula oleh kelompok atas. Distraktor sebaiknya dipilih lebih banyak oleh kelompok bawah, jika dipilih lebih banyak oleh kelompok atas maka distraktor tersebut menyesatkan dan sebaiknya diganti dengan distraktor lain. Distraktor dikatakan berfungsi apabila semua distraktor pada tiap soal berfungsi baik, apabila dalam satu soal ada distraktor yang belum berfungsi,atau menyesatkan maka distraktor pada soal tersebut dikatakan belum maksimal berfungsi sebaiknya distraktor tersebut direvisi. Penyebaran distraktor dapat dilihat di Lampiran 13. Tabel 4.9 menunjukkan hasil rekapitulasi efektifitas distraktor. Tabel 4.9 Rekapitulasi Hasil Analisis Efektifitas Distraktor No
1
2.
3.
Instrumen Tes
Kriteria Efektifitas Distraktor Kinematika dengan Analisis Vektor Berfungsi (Paket 1)
Gravitasi (Paket 2)
Gerak Harmonik pada Benda Elastik (Paket 3)
Belum maksimal Berfungsi Belum maksimal Berfungsi
Belum maksimal
commit to user
Nomer Soal
Jumlah
1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13, 14,15,16,17,18,19,20,21,22,2 3,24,25 -
24
1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13, 14,15 -
15
1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12, 13,14,15,16,17,18,19,20,21,2 2,23,24,25 -
25
0
0
0
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 97
Dari hasil analisis efektifitas distraktor dapat diketahui bahwa semua distraktor sudah berfungsi dengan baik. Setelah didapatkan hasil analisis reliabilitas, tingkat kesukaran, daya beda, dan efektifitas distraktor, kemudian dari masing-masing soal diputuskanlah soal yang sudah baik, dan soal yang perlu direvisi, atau soal mana yang ditolak sehingga perlu diganti dengan soal yang baru. Menurut Elvin & Surantoro (2010 :187) suatu soal dapat dimasukkan dalam kriteria soal diterima, direvisi, atau ditolak jika memenuhi kriteria keputusan untuk penilaian item soal sebagai berikut : (1) item soal diterima, apabila karakteristik item soal memenuhi semua criteria. Item soal yang terlalu sukar atau terlalu mudah, tetapi memiliki daya beda dan distribusi pengecoh item yang memenuhi kriteria, butir soal tersebut dapat diterima atau dipilih; (2) item soal direvisi, apabila salah satu atau lebih dari ketiga kriteria karakteristik item soal tidak memenuhi kriteria ; (3) item soal ditolak, jika item soal memiliki karakteristik yang tidak memnuhi semua kriteria. Dari 64 soal yang telah dibuat didapatkan bahwa semua
soal dikatakan
berkualitas baik atau diterima. Perinciannya dapat dilihat pada Tabel 4.8 . Instrumen tes Kinematika dengan Analisis Vektor (Paket 1)
Gravitasi (Paket 2)
Gerak Harmonik pada Benda Elastik (Paket 3)
Kriteria Diterima Direvisi Ditolak Diterima Direvisi Ditolak Diterima Direvisi Ditolak
Nomer Soal 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13 14,15,16,17,18,19,20,21,22,23,24,25 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14, 15 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15 16,17,18,19,20,21,22,23,24,25 -
Jumlah 24
. Berdasarkan prinsip pelaksanaan penilaian otentik instrumen tes formatif yang disusun sudah mampu untuk mendukung pelaksanaan penilaian otentik karena commit to user
0 0 15 0 0 25 0 0
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 98
dengan adanya tes formatif yang dilaksanakan sebanyak 3 kali dapat dilihat kemajuan perkembangan belajar siswa, apakah naik atau turun (prinsip Keeping track). Selain itu hasil dari tes formatif yang dilaksanakan mampu menunjukkan ketercapaian kemampuan peserta didik karena dari skor yang dihasilkan dapat dilihat apakah nilai siswa mencapai kriteria ketuntasan minimum (KKM) atau tidak (prinsip Checking Up) . Tes formatif ini digunakan diakhir suatu pokok materi, dari hasil tes tersebut dapat dilihat rata-rata nilai siswa apabila masih banyak yang mendapat nilai di bawah KKM dapat sebagai bahan evaluasi terhadap pelaksanaan pembelajaran (prinsip Finding Out). Tes formatif yang disusun merupakan penjabaran dari suatu Standar Kompetensi, dari 3 kali tes tersebut dapat diambil kesimpulan sementara (melalui rata-rata skor tes formatif) apakah siswa tersebut sudah mencapai KKM atau belum (prinsip Summing Up). Penilaian otentik memiliki beberapa karakteristik, yaitu : 1) penilaian merupakan bagian dari proses pembelajaran. 2) penilaian mencerminkan hasil proses belajar pada kehidupan nyata. 3) menggunakan bermacam-macam instrumen, pengukuran, dan metode yang sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar. 4) penilaian harus bersifat komprehensif dan holistik yang mencakup semua aspek dari tujuan pembelajaran. Dari karakteristik tersebut dapat diketahui bahwa instrumen tes yang disusun mampu mendukung pelaksanaan penilaian otentik meskipun tidak semua karakteristik tetapi hanya pada karakteristik nomor satu dan empat, karena pada penilaian otentik yang menilai proses pembelajaran memerlukan banyak metode yang tidak hanya paper and pencil (bentuk tes) tetapi juga hasil karya (product), penugasan (project), unjuk kerja (performance), dan kumpulan hasil kerja (portofolio).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data secara kualitatif dan secara kuantitatif hasil penelitian mengenai pengembangan instrumen tes formatif kelas XI Program Akselerasi adalah : 1. Tes formatif pilihan ganda untuk kelas XI semester gasal Program Akselerasi disusun berdasarkan Standar Kompetensi “Mendeskripsikan gejala alam dalam cakupan mekanika klasik system diskret (partikel) sehingga
mampu
mendukung pelaksanaan authentic assessment jenis paper and pencil karena ketersinambungan materinya . 2. Tes formatif pilihan ganda untuk kelas XI semester gasal Program Akselerasi telah memenuhi kriteria kualitatif suatu instrumen yang baku karena telah ditelaah oleh ahli evaluasi, ahli bahasa, dan ahli materi dan memenuhi kriteria baik pada aspek konstruksi soal, materi dan bahasa. 3. Tes Fisika yang dikembangkan memenuhi kriteria baik secara kualitatif karena telah ditelaah oleh tim ahli. Secara kuantitatif memiliki reliabilitas soal yaitu 0,810701 untuk Paket 1 yang tergolong sangat tinggi, Paket 2 0,6844 yang tergolong tinggi , dan paket 3 0,824764 yang tergolong sangat tinggi. Daya beda soal diterima, yaitu D > 0,3, taraf kesukaran sedang yaitu 0,3 ≤ P ≤ 0,7, dan pengecoh yang berfungsi dengan baik.
B. Keterbatasan Penelitian Berdasarkan hasil analisis secara kualitatif dan kuantitatif penelitian pengembangan tes formatif kelas XI pilihan ganda untuk Program Akselerasi ini memiliki beberapa keterbatasan sebagai berikut. 1. Penyusunan tes memerlukan waktu yang lama karena penyusunan instrumen tes pilihan ganda tidak semudah penyusunan tes uraian. Tester dituntut untuk kreatif memikirkan kemungkinan pilihan jawaban sehingga distraktor berfungsi dengan baik.
commit to user 99
100 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Penyusunan instrumen tes dikembangkan untuk kelas khusus yaitu Program Akselerasi sehingga subyek cobanya sangat terbatas karena di daerah Surakarta dan sekitarnya hanya sekolah tertentu yang membuka kelas Program Akselerasi. 3. Penyusunan instrumen tes terbatas pada penyusunan instrumen tes untuk mendukung penilaian otentik jenis paper and pencil saja.
C. Saran Pemanfaatan dan Pengembangan Produk Lebih Lanjut Berdasarkan hasil analisis secara kualitatif dan kuantitatif penelitian pengembangan tes formatif kelas XI pilihan ganda untuk Program Akselerasi ini memiliki saran pemanfaatan dan pengembangan produk lebih lanjut adalah sebagai berikut . 1. Saran Pemanfaatan Tes yang sudah diujicobakan dan dianalisis ini dapat dimanfaatkan sebagai bank soal . 2. Pengembangan Produk Lebih Lanjut Dari instrumen tes formatif kelas XI Program Akselerasi dapat dikembangkan produk lebih lanjut, yaitu sebagai berikut : a. Dilakukan pengembangan soal tes formatif untuk materi lain, dan jenjang kelas yang lain, yaitu kelas X, dan kelas XII. b. Dilakukan pengembangan instrumen penilaian otentik tidak hanya jenis paper and pencil tetapi juga jenis yang lain. c. Uji Coba tes sebaiknya dikembangkan untuk subyek coba yang lebih banyak, agar didapatkan hasil yang lebih baik lagi.
commit to user