PENGEMBANGAN CHECKLIST OTOMATIS PADA SISTEM PENELUSURAN PERATURAN PELABELAN
SARAH FIDILAH
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengembangan Checklist Otomatis Pada Sistem Penelusuran Peraturan Pelabelan adalah benar karya saya denganarahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Oktober 2013 Sarah Fidilah NIM F24090140
ABSTRAK SARAH FIDILAH. Pengembangan Checklist Otomatis Pada Sistem Penelusuran Peraturan Pelabelan. Dibimbing oleh M. AMAN WIRAKARTAKUSUMAH dan INDRAWATI TANURDJAJA Compliance secara umum berkaitan dengan kesesuaian perusahaan terhadap hukum, peraturan, standar, dan kode yang mengatur perilaku perusahaan tersebut. Program compliance yang efektif dibutuhkan oleh setiap organisasi/perusahaan untuk meyakinkan bahwa produk, karyawan, dan sistem perusahaan tersebut telah sesuai dengan peraturan yang berlaku khususnya yang terkait dengan pangan. PT Nestlé Indonesia berkomitmen untuk mematuhi peraturan yang berkaitan dengan kegiatan di wilayah usahanya. Untuk memudahkan pelaksanaan program compliance ini maka dibutuhkan suatu sistem yang sistematis untuk menelusuri dan memantau berjalannya kegiatan ini. Tujuan dari magang ini untuk mengembangkan suatu sistem pendukung (tracking tools) yang sistematis yang mampu mendukung kegiatan sistem pengembangan label yang telah diterapkan PT Nestlé. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini terdiri dari tiga tahap, yaitu pengumpulan data dan mengupdate database peraturan yang disesuaikan dengan peraturan yang baru dikeluarkan oleh Menteri Kesehatan dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), mempelajari sistem compliance management perusahaan, dan pembuatan alat pendukung penelusuran kesesuaian antara peraturan pelabelan dan label yang sedang dikembangkan. Sistem pendukung penelusuran peraturan dari hasil studi ini dapat dianjurkan untuk diterapkan di PT. Nestlé Indonesia. Sistem pendukung penelusuran dapat mengevaluasi tiga keterangan pada label tetapi keterangan tersebut belum mencakup seluruh persyaratan keterangan pada pelabelan. Keywords: compliance, peraturan, penelusuran, sistem
ABSTRACT SARAH FIDILAH. Development of Automated Checklist in Labeling Tracking System Supervised by M. AMAN WIRAKARTAKUSUMAH and INDRAWATI TANURDJAJA. Compliance generally refers to the organization adherence to the laws, rules, regulation, standards, and codes of conduct that govern its behavior. An effective compliance program is needed by organizations to ensure that its employees and product and system meet all current legal and regulatory requirements, particularly that of relevant to food. PT Nestlé is committed to comply with the applicable laws that are relevant to its bussiness activities. An effective compliance management needs to have a systematic compliance system. The aims of this study was to develop a tracking tool (an automatic checklist) to support the existing company label artwork development process. The study was carried out in three steps. It started with collecting data and update the database with the regulations recently released by Ministry of Health and BPOM. Second step was to learn the company compliance system. The last step was to develop a simple automatic checklist to support further the existing label development
system. It is suggested that the developed tracking tool can be applied by PT. Nestlé Indonesia. This simple tracking tool was only covering the three requirements as stipulated in the labeling regulation, but has not yet covering the entire requirements of the labeling regulation. Keyword : compliance, regulation, tracking, system
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar PENGEMBANGAN CHECKLIST OTOMATIS PADA SISTEM SarjanaPERATURAN Teknologi Pertanian PENELUSURAN PELABELAN pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan
SARAH FIDILAH
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul Skripsi: Pengembangan Checklist Otomatis Pada Sistem Penelusuran Peraturan Pelabelan Nama : Sarah Fidilah : F24090140 NIM
Disetujui oleh
Prof. Dr. Ir. M . Aman Wirakartakusumah, M. Sc Pembimbing I
Indrawati Tanurdjaja Pembimbing II
an Teknologi Pangan
Tanggal Lulus:
1 6 ocr 2013
Judul Skripsi : Pengembangan Checklist Otomatis Pada Sistem Penelusuran Peraturan Pelabelan Nama : Sarah Fidilah NIM : F24090140
Disetujui oleh
Prof. Dr. Ir. M. Aman Wirakartakusumah, M. Sc Pembimbing I
Diketahui oleh
Dr. Ir. Feri Kusnandar, M. Sc Ketua Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan
Tanggal Lulus:
Indrawati Tanurdjaja Pembimbing II
PRAKATA Puji dan syukur dipanjatkan pada Allah SWT atas karunia dan rahmat-Nya sehingga penyusunan tugas akhir penelitian magang ini berhasil diselesaikan. Penelitian magang dengan judul Pengembangan Checklist Otomatis Pada Sistem Penelusuran Peraturan Pelabelan dilaksanakan sejak bulan April sampai dengan Juli 2013. Tersusunnya tugas akhir ini tidak luput dari dukungan, bantuan, dan doa dari berbagai pihak. Maka dari itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Keluarga tercinta mama, papa, kakak-kakak dan adik yang senantiasa menemani, memberikan dukungan dan kasih sayang serta kekuatan kepada penulis. 2. Bapak Prof. Dr. Ir. M. Aman Wirakartakusumah, M. Sc selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan arahan, masukan, dan bimbingannya selama masa perkuliahan, magang, hingga penyusunan tugas akhir. 3. Ibu Indrawati Tanurdjaja selaku Head of Department Regulatory Scientific Affairs dan pembimbing lapang yang telah memperkenankan penulis untuk menyelesaikan tugas akhir di PT. Nestlé Indonesia serta memberikan bimbingannya selama kegiatan magang berlangsung. 5. Bapak Dr. Ir. Yadi Haryadi, M. Sc selaku dosen penguji atas kesediaan waktu dan masukan yang membangun pada saat persidangan. 6. Seluruh dosen dan staf pengajar Ilmu dan Teknologi Pangan, terima kasih atas ilmu dan pengetahuan yang diberikan selama 3 tahun di ITP. 7. Seluruh staff divisi Technical , PT Nestlé Indonesia, Mba Reni, Ibu Fifi, Mba Aan, Mba Brita, Mba Amel, Mba Sari, Mba Donna, Mbak Mimi, Mbak Fetty, Mba Pingky, Pak Nana, Pak Anas, dan para staf lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu atas segala bimbingan dan pengalaman serta keramahtamahan yang telah diberikan kepada penulis selama magang. 9. Teman-teman magang di PT. Nestlé Indonesia atas kebersamaan dan keceriaannya selama penulis magang. 10. Rekan sebimbingan penulis, Aktri’s Mauliddian dan Kak Sally atas saran dan tukar pikiran baik selama magang maupun semasa kuliah. 11. Sahabat-sahabat terbaik semasa kuliah: Ghesi, Aca, Mila, Anita, Ayash, Hayyu, Vincen, Anan, Richard, Cicil, Charles, Hana, Karen, Royhani dan teman-teman ITP 46 yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas segala kebahagiaan, keceriaan, dan suka duka semasa kuliah Akhirnya penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat dan memberikan kontribusi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan di bidang teknologi pangan.Terima kasih. Bogor, Oktober 2013
Sarah Fidilah
DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN
viii viii 1
Latar Belakang
1
Tujuan
1
METODE
2
Waktu dan Lokasi Magang
2
Langkah Kerja Magang
2
HASIL DAN PEMBAHASAN
4
Update Database
4
Implementasi Internal
4
Pelabelan
6
Pembuatan Sistem Pendukung Penelusuran
8
SIMPULAN DAN SARAN
12
Simpulan
12
Saran
12
DAFTAR PUSTAKA
12
RIWAYAT HIDUP
28
DAFTAR GAMBAR 1 Diagram alir pembuatan database
2
2 Diagram alir tahapan implementasi internal
3
3 Contoh konsep sistem penelusuran
3
4 Diagram alir konsep implementasi internal
5
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Contoh check sheet yang digunakan untuk kegiatan compliance
14
Lampiran 2 Hasil pengecekan syarat pelabelan pada produk
20
Lampiran 3 Data yang dihasilkan dari alat penelusuran sederhana
26
PENDAHULUAN Latar Belakang Compliance umumnya mengacu kepada kepatuhan sebuah organisasi terhadap peraturan, hukum, standar, dan kode etik yang mencerminkan budaya perusahaan. Compliance yang efektif dibutuhkan oleh setiap perusahaan untuk meyakinkan bahwa karyawan, produk, dan sistem telah sesuai dengan seluruh peraturan dan hukum yang berlaku (Silverman 2008). Compliance yang efektif dapat melindungi brand dan reputasi perusahaan dengan mengurangi resiko yang dapat ditimbulkan karena kelalaian dan kegagalan dalam pemenuhan regulasi (Darmowinoto 2011). Selain itu perusahaan juga dapat memastikan dan memantau lebih lanjut kualitas dari produk-produk tersebut. Tersedianya pangan yang cukup, aman, bermutu dan bergizi merupakan prasyarat utama yang harus terpenuhi. Keseluruhan mata rantai harus dijaga melalui sistem pengaturan, pembinaan dan pengawasan yang efektif di bidang keamanan, mutu dan gizi pangan. Oleh karena itu, diperlukan suatu sistem pengaturan pangan berupa aturan normatif untuk melindungi kesehatan masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Peraturan pangan tersebut sebagai landasan hukum bagi pengaturan, pembinaan, dan pengawasan terhadap kegiatan produksi, peredaran, dan perdagangan pangan. Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (2013), selama periode tahun 2005-2009 terdapat 143 peraturan tentang makanan yang telah diterbitkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan. Jumlah peraturan yang banyak dan secara dinamis terus berganti sesuai dengan isu serta permintaan yang beredar di masyarakat mendorong para pelaku usaha untuk terus mencari dan mengupdate informasi mengenai peraturan terbaru yang harus dipenuhi. Nestlé merupakan salah satu pelaku usaha yang berkomitmen tinggi untuk mematuhi peraturan yang berkaitan dengan wilayah perusahaan. Selain peraturan eksternal yang diatur oleh pemerintah, Nestlé juga memiliki peraturan internal yang harus dipenuhi. Komitmen Nestlé ini terencana di dalam compliance management. Dalam penelitian ini objek peraturan lebih difokuskan pada peraturan eksternal yang diatur oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan, yaitu Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan HK.03.1.5.12.11.09955 tahun 2011 tentang Pendaftaran Pangan Olahan lampiran 3 mengenai ketentuan Pelabelan Pangan Olahan. Untuk dapat mendukung proses pengembangan label produk maka dibutuhkan suatu sistem penelusuran sederhana dan praktis. Sistem pendukung penelusuran diperlukan terutama bagi orang-orang teknis yang baru dan orang-orang non-teknis yang masih awam dengan peraturan pelabelan. Dengan adanya sistem ini, orang yang bekerja pada bagian pengembangan label produk dapat bekerja lebih efisien, efektif dan konsisten, serta bisa terus berkreasi dan tetap mematuhi peraturan pelabelan yang berlaku. Tujuan Kegiatan magang ini bertujuan untuk mengembangkan sistem pendukung penelusuran kesesuaian antara peraturan pelabelan dan label produk yang sedang dikembangkan untuk mendukung proses kegiatan pengembangan label. Peraturan
2 tentang pelabelan dituangkan di dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan HK.03.1.5.12.11.09955 tahun 2011 tentang Pendaftaran Pangan pada lampiran 3 mengenai ketentuan pelabelan pangan olahan dan ini merupakan salah satu usaha untuk melakukan perbaikan secara terus-menerus.
METODE Waktu dan Lokasi Magang Magang dilakukan selama empat bulan, mulai dari bulan April hingga Juli 2013. Lokasi magang berada di PT. Nestlé Indonesia yang terletak di Wisma Nestlé Indonesia, Perkantoran Hijau Arkadia, Jl. Letjen TB. Simatupang Kav. 88 Jati Padang – Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12520, Indonesia.Hari kerja magang dimulai dari Senin sampai Jumat pukul 08.30 – 17.00 WIB. Langkah Kerja Magang 1. Update database Tahap pertama merupakan tahap pengumpulan data yang berasal dari dokumen internal dan eksternal PT. Nestlé Indonesia. Dokumen peraturan tersebut kemudian di review untuk mengetahui peraturan mana yang applicable dan tidak. Penentuan applicable atau tidak berdasarkan pada apakah peraturan tersebut berkaitan dengan kegiatan di wilayah usahanya atau tidak. Seluruh data itu dibuat dalam satu database, yang kemudian dihubungkan langsung ke dokumen masing-masing peraturan. Pencarian data peraturan
Peninjauan kembali
Penentuan applicable atau tidak
Update database
Gambar 1. Diagram alir update database 2. Konsep implementasi internal Implementasi secara internal dilakukan dengan mengacu pada tracking tools yang dimiliki oleh PT Nestlé Indonesia. Sistem ini digunakan sebagai suatu cara untuk mengimplementasikan peraturan. Tahapan dalam implementasi internal ini digambarkan dalam diagram alir berikut ini: Peraturan
Pembuatan check sheet Penyebaran ke tiap pabrik melalui sistem
3 Pemantauan pelaksanaan oleh tiap departemen Pelaporan hasil pelaksanaan pada sistem
Hasil
Audit internal dan eksternal Gambar 2. Diagram alir tahapan implementasi internal 3. Pembuatan sistem pendukung untuk penelusuran Penelusuran informasi secara otomatis pada umumnya dilakukan dengan membandingkan secara langsung antara kata kunci yang dimasukkan dengan kata yang ada di dalarn database. Pembuatan alat pendukung penelusuran kesesuaian antara peraturan pelabelan dan label yang sedang dikembangkan ini terbagi menjadi dua tahapan, yaitu pengelompokkan data dan pembuatan system itu sendiri. Secara lebih spesifik, alat ini mengacu pada peraturan mengenai label yang diatur oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan pada Peraturan Kepala Badan POM RI nomor HK.03.1.5.12.11.09955 tahun 2011 tentang Pendaftaran Pangan Olahan lampiran 3 mengenai ketentuan pelabelan pangan olahan. Data dikelompokkan berdasarkan persyaratan masing-masing kategori pada label pangan. Contoh untuk kategori nama jenis, data yang berhubungan dengan nama jenis dikelompokkan secara terpisah, seperti nama jenis yang berdasarkan Standar Nasional Indonesia dibuat terpisah dengan nama jenis berdasarkan Kategori Pangan. Pembuatan alat sederhana ini menggunakan Microsoft Excel dengan kombinasi formula. Contoh pola sistem seperti bagan alir berikut ini: Nama jenis pangan olahan
Pencarian data di kategori SNI
Ada
Lolos
Ada
Lolos
Tidak Ada Pencarian data di kategori pangan Tidak Ada Harus didaftarkan Gambar 3.Contoh konsep sistem penelusuran
4
HASIL DAN PEMBAHASAN Update Database Peraturan tersebut berasal dari pemerintah yang terdiri dari berbagai lembaga, diantaranya Kementerian Kesehatan, Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, Badan Pengawas Obat dan Makanan. Dalam laporan ini akan lebih difokuskan pada peraturan yang diterbitkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Update database ini merupakan salah satu upaya untuk mendukung kegiatan compliance. Database ini berupa kumpulan peraturan yang menjadi acuan bagi perusahaan, untuk mengetahui peraturan yang masih berlaku dan tidak, yang sudah dipenuhi dan yang belum dipenuhi. Peraturan ini disusun dengan menggunakan hyperlinks. Hyperlinks adalah rangkaian penghubung (link) pada suatu dokumen yang menghubungkan antara halaman yang satu dengan yang lain, sehingga saat mengklik suatu link pada suatu halaman maka window akan membawa ke halaman lain berdasarkan struktur hyperlinks yang disusun. Terdapat 113 peraturan eksternal dan 49 peraturan internal, namun jumlah ini belum mencakup keseluruhan peraturan, karena informasi yang didapatkan ini berasal dari website dan belum termasuk dengan peraturan yang diperoleh secara langsung. Sebelum menerapkan sebuah peraturan tentu setiap orang harus mengetahui apakah peraturan ini masih berlaku atau tidak. Untuk itu jumlah peraturan yang tidak sedikit dan terus berubah dari waktu ke waktu, maka industri perlu melakukan suatu tindakan untuk tetap up to date terhadap peraturan. Terdapat beberapa cara agar selalu mendapatkan informasi terbaru mengenai perkembangan peraturan. Salah satu nya dengan melakukan update secara berkala melalui website resmi lembaga yang terkait, dalam hal ini Badan Pengawas Obat dan Makanan. Namun bagi perusahaan langkah itu dinilai masih belum cukup. Perlu usaha yang lebih cepat tanggap lagi untuk mengatasinya. Hal ini karena peraturan baru akan mempengaruhi peredaran produk sehingga perlu dilakukan pencarian informasi mengenai peraturan terbaru dari jauh hari. Beberapa langkah dapat dilakukan untuk mengatasinya lebih dini. Misalnya dengan mempelajari rencana peraturan yang dibuat oleh badan terkait. Dengan menelaah rencana tersebut, maka akan membuat perusahaan dapat memiliki waktu untuk bersiap melakukan perubahan. Adapun langkah yang dilakukan perusahaan untuk lebih meningkatkan efektifitas implementasi compliance management, meliputi (1) Ikut serta dalam proses pembahasan draft peraturan bersama pemerintah, dengan memperhatikan rencana strategis dari badan-badan terkait yang akan menerbitkan peraturan (2) Lebih inisiatif dan proaktif untuk mengajukan dan membahas peraturan yang berkaitan langsung dengan perusahaan, (3) Mengajukan draft peraturan yang berkaitan dengan perusahaan, bersama dengan industri-industri sejenis yang memiliki satu pemikiran di bawah satu asosiasi agar efektif, (4) Membangun networking badan terkait untuk membantu mendapatkan informasi terkini, dan (5) Menempatkan utusan di asosiasi untuk berperan aktif menggali informasi. Sistem Compliance Management Perusahaan Sistem ini akan digunakan untuk mengetahui sejauh mana peraturan telah diterapkan oleh PT. Nestlé Indonesia, baik di kantor maupun di setiap pabriknya. PT
5 Nestlé Indonesia memiliki satu kantor pusat yang terletak di Jakarta dan empat pabrik yang terletak di Kejayaan, Panjang, Karawang, dan Cikupa. Untuk meyakinkan bahwa program compliance ini telah berjalan dengan baik maka diperlukan suatu sistem yang dapat menjangkaunya. Konsep sistem ini dapat digambarkan dengan bagan alir berikut: Peraturan
Pembuatan check sheet Penyebaran ke tiap pabrik melalui sistem Pemantauan pelaksanaan oleh tiap departemen Pelaporan hasil pelaksanaan pada sistem Hasil
Audit internal dan eksternal Gambar 4. Diagram alir konsep implementasi internal Konsep implementasi ini diawali dengan pembuatan check sheet yang merupakan butir-butir persyaratan dari setiap peraturan yang harus dipenuhi. Check sheet berguna untuk membantu memahami situasi yang sebenarnya, menganalisis persoalan, mengendalikan proses, mengambil keputusan, dan membuat rencana (Muhandri dan Kadarisman 2012). Kegunaan check sheet dalam implementasi ini digunakan sebagai alat pengukur sejauh mana peraturan telah diterapkan dan dilakukan. Teknis penggunaan check sheet dengan cara men-check list butir-butir peraturan yang telah sesuai dengan keadaaan produk maupun sistem. Lingkup penelitian dibatasi pada Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan nomor HK.03.1.5.12.11.09955 tahun 2011 tentang Pendaftaran Pangan Olahan dan lebih dikhususkan pada ketentuan pelabelan yang terdapat di lampiran 3 pada peraturan ini. Produk yang digunakan merupakan minuman serbuk kopi instan, krimer & gula dengan merek dagang ―NESCAFE‖ dengan rasa original. Contoh check sheet dapat ditemukan pada lampiran 1 dalam laporan ini. Langkah selanjutnya check sheet yang telah disediakan kemudian disebarkan ke setiap pabrik dan kantor pusat melalui sistem. Pengisian check sheet ini dilakukan oleh orang yang telah ditunjuk sebagai penanggung jawab di setiap departemen. Penanggung jawab bertugas untuk memonitor, mengawasi, dan meng-inputhasil pelaksanaan
6 peraturan. Check sheet yang telah diisi kemudian di-input kembali ke dalam sistem untuk dilaporkan kepada kantor pusat. Contoh pengisian check sheet dapat dilihat pada lampiran 2 dalam laporan ini. Kemudian sistem akan menelusuri apakah pabrik telah melakukan compliance management atau tidak. Dalam periode tertentu pihak kantor pusat akan melakukan audit untuk memeriksa kepastian pelaksanaannya. Audit adalah pengumpulan serta pengevaluasian bukti-bukti atas informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian informasi tersebut dengan kriteriakriteria yang telah ditetapkan (Arens and Loebbecke 1997). Auditing harus dilaksanakan oleh seorang yang kompeten dan independen. Salah satu hal yang membuat audit berbeda dengan inspeksi adalah bahwa individu yang melakukan audit harus mampu melakukannya dengan adil dan obyektif. Ini berarti bahwa orang yang melakukan audit harus independen atau tidak memiliki kepentingan di daerah yang diaudit (Russell 2007). Internal audit adalah sebuah penilaian yang sistematis dan obyektif yang dilakukan auditor internal terhadap operasi dan kontrol yang berbeda-beda dalam organisasi untuk menentukan apakah (1) informasi keuangan dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan; (2) risiko yang dihadapi perusahaan telah diidentifikasi dan diminimalisasi; (3) peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedur internal yang bisa diterima telah diikuti; (4) kriteria operasi yang memuaskan telah dipenuhi; (5) sumber daya telah digunakan secara efisien dan ekonomis; dan (6) tujuan organisasi telah dicapai secara efektif—semua dilakukan dengan tujuan untuk dikonsultasikan dengan manajemen dan membantu anggota organisasi dalam menjalankan tanggung jawabnya secara efektif (Sawyer et al 2005). Sedangkan audit eksternal adalah audit yang dilakukan oleh lembaga yang berada di luar organisasi yang diaudit. Ada beberapa persiapan untuk sebelum melakukan audit seperti memilih anggota tim audit, mempersiapkan rencana audit, memahami tujuan audit, identifikasi kebutuhan, mempersiapkan atau mempersiapkan checklist, dan menentukan rencana koleksi data (Kumar dan Sharma 2005). PT Nestlé Indonesia melakukan audit secara berkala terhadap peraturan yang telah diterapkan. Audit dilakukan dengan pihak internal dan eksternal. Pihak internal ini merupakan karyawan tiap departemen di PT Nestlé Indonesia, tergantung bidang yang akan diaudit. Dalam hal peraturan, khususnya peraturan yang dikoordinasi langsung oleh Regulatory Scientific Affairs, maka auditor internalnya berasal dari bagian Regulatory Scientific Affairs. Sedangkan pihak eksternal biasanya banyak dilakukan oleh pihak pemerintah dan instansi terkait. Sebagai contoh untuk audit sistem jaminan halal, pihak audit internal dilakukan oleh Regulatory Scientific Affairs dan pihak audit eksternal dilakukan oleh Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan KosmetikMajelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI) yang menangani masalah halal. Untuk compliance management system, verifikasi dilakukan oleh lembaga sertifikasi yang independen. Pelabelan Label adalah setiap keterangan mengenai pangan yang berbentuk tulisan, gambar atau kombinasi keduanya yang disertakan pada pangan, dimasukkan ke dalam, ditempelkan, dicetak atau merupakan bagian kemasan (PP no. 69 1999). Tujuan utama pelabelan adalah memberikan informasi tentang identitas produk dalam kemasan sehingga konsumen dapat mengetahuinya tanpa harus membuka kemasan sehingga konsumen terlindung dari pangan yang kadaluarsa maupun yang mengandung bahan
7 berbahaya. Tujuan lainnya label merupakan sarana komunikasi langsung antara produsen dan konsumen. Dasar hukum peraturan perundangan tentang pelabelan pangan adalah UndangUndang Pangan Nomor 18 tahun 2012 Bab VIII pasal 97 ayat 3, Peraturan Pemerintah Nomor 69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan, Peraturan Kepala Badan POM RI no. HK 03.1.5.12.11.09955 tahun 2011 pada lampiran 3 tentang Persyaratan Label Pangan Olahan. Selain itu UU Perlindungan Konsumen Bab III pasal 4 juga menyatakan bahwa konsumen berhak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi barang. Kewajiban pelabelan pangan bagi produsen telah dijelaskan dalam PP No. 69 tahun 1999 Bab II bagian pertama pasal 2 ayat 1. Pasal tersebut menyebutkan bahwa setiap orang yang memproduksi atau memasukkan pangan yang dikemas ke dalam wilayah Indonesia untuk diperdagangkan wajib mencantumkan label pada, di dalam, dan atau di kemasan pangan. Persyaratan umum pelabelan adalah label harus jelas, mudah terlihat, dan berisi informasi yang benar, jujur dan akurat. Sedangkan persyaratan teknis pelabelan adalah dibuat cukup besar agar memuat informasi penting mengenai produk, tidak mudah lepas, luntur atau lekang air, gosokan atau sinar matahari, dan jika ditempelkan dengan lem, lem tidak boleh mempengaruhi mutu kemasan (misalnya menyebabkan karat) dan mutu label. Keterangan minimal yang harus ada dalam label menurut PP no. 69 tahun 1999 dan Peraturan Kepala BPOM tahun 2011 adalah: 1. Nama makanan dan/atau merek dagang 2. Komposisi 3. Berat atau isi netto/bersih 4. Nama dan alamat perusahaan yang memproduksi atau yang mengedarkannya 5. Nomor pendaftaran, bagi produk pangan yang wajib memiliki nomor pendaftaran 6. Tanggal dan atau kode produksi 7. Keterangan kadaluarsa Keterangan atau peringatan yang disebutkan pada label tidak boleh menyesatkan konsumen. Setiap orang yang melanggar ketentuan-ketentuan sebagaimana yang dimaksud dalam Peraturan Pemerintah No. 69 tahun 1999 ini akan dikenai sanksi administratif berupa: 1. Peringatan secara tertulis (sebanyak tiga kali) 2. Larangan untuk mengedarkan untuk sementara waktu dan atau perintah untuk menarik produk pangan dari peredaran 3. Pemusnahan pangan jika terbukti membahayakan kesehatan dan jiwa manusia 4. Penghentian produksi untuk sementara waktu 5. Pengenaan denda paling tinggi Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) dan atau pencabutan izin produksi dan izin usaha. Kewajiban utama pelabelan yang harus dilakukan oleh produsen pangan adalah pencantuman keterangan minimal pada label. ―NESCAFE‖ yang merupakan contoh produk pada laporan ini telah memenuhi persyaratan pelabelan yang tercantum dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan tahun 2011 tentang Pendaftaran Pangan Olahan pada lampiran 3 mengenai ketentuan pelabelan pangan olahan. Nama jenis yang dicantumkan dalam produk ini sesuai dengan nama yang telah ditetapkan pada SNI 7708-2011 , yaitu minuman serbuk kopi instan, krimer & gula. Menurut SNI, minuman serbuk kopi gula krimer merupakan produk berbentuk bubuk, yang terdiri dari campuran kopi bubuk dan atau kopi instan, gula serta krimer, dengan atau tanpa penambahan bahan pangan lain
8 dan bahan tambahan pangan yang diizinkan dan dikemas secara kedap. Nama dagang ―NESCAFE‖ juga telah sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. Nama ―NESCAFE‖ hadir di Indonesia sejak tahun 1979 sebagai produk dari Nestlé dan nama ini bukan merupakan milik umum. ―NESCAFE‖ dicantumkan dengan menyertakan tanda ® pada produknya. Penulisan daftar bahan yang digunakan dicantumkan secara lengkap dan berurutan sesuai dengan jumlah bahan terbanyak. Komposisi yang dicantumkan sebagai berikut: gula, krimer nabati (mengandung protein susu), kopi instan (7.99%), pengental nabati, perisa kopi identik alami, pemanis buatan asesulfam K (0.07%; ADI 15 mg/kg berat badan). Pada kemasan produk ―NESCAFE‖ ini tercantum gambar biji kopi yang menunjukkan jika produk tersebut benar-benar terbuat dari biji kopi asli, maka sesuai dengan peraturan yang berlaku, pada komposisi harus dicantumkan jumlah bahan yang digunakan tersebut dalam persentase, seperti kopi instan (7.99%). Pencantuman nama asal bahan terdapat pada bahan pengental nabati. Di dalam peraturan dijelaskan bahwa untuk bahan tertentu seperti lemak/minyak, protein, ekstrak dan bahan yang berasal dari nabati atau hewani, harus dicantumkan nama jenis dan asal komponen tersebut. Pada label ―NESCAFE‖ terdapat pernyataan yang mengatakan bahwa ―NESCAFE‖ ―terbuat dari biji kopi Robusta ….‖, pencantuman keterangan yang berkaitan dengan asal dan sifat pangan dikategorikan menjadi 6, diantaranya ―Alami‖, ―Murni‖, ―Dibuat dari…‖, ―Dibuat dengan…‖, ―100%‖, dan ―Asli‖. Pencantuman keterangan ―Dibuat dari…‖ hanya dapat digunakan bila produk tersebut seluruhnya terdiri dari satu bahan. Pada label ―NESCAFE‖ pencantuman keterangan ―terbuat dari biji kopi Robusta…‖ menegaskan bahwa produk ini hanya dibuat dengan bahan berupa biji kopi Robusta, tidak ada pencampuran jenis kopi lain, maka hal ini diperbolehkan untuk dicantumkan. Persyaratan pencantuman berat bersih meliputi satuan yang harus dituliskan, satuan ini dapat diketahui melalui jenis produk pangan tersebut.―NESCAFE‖ yang digunakan ini dalam bentuk serbuk yang tergolong ke dalam kategori padat, sehingga satuan yang digunakan adalah gram (g). Penulisan nama dan alamat pihak yang meproduksi atau memasukkan produk ke wilayah Indonesia dicantumkan dengan menuliskan nama dan alamat pihak yang memproduksi dan pihak yang memberikan lisensi atas produk tersebut, yaitu PT. Nestlé Indonesia, Panjang-Bandar Lampung 35243, Indonesia dan Société des Produits Nestlé S.A., Vevey, Switzerland. Tanggal kadaluarsa dan kode produksi yang dicantumkan juga telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan.Nomor pendaftaran yang diperoleh dari Badan POM ditulis dengan tanda ―BPOM RI MD‖, hal ini karena produk ―NESCAFE‖ merupakan produk yang diproduksi di Indonesia. Jika produk berasal dari luar negeri maka tanda yang akan diperoleh berupa ―BPOM RI ML‖. Produk ―NESCAFE‖ juga mencantumkan keterangan tentang saran penyajian dan petunjuk penyimpanan untuk menjaga produk agar tetap memberikan kualitas dan mutu seperti yang ditawarkan. Pembuatan Sistem Pendukung Penelusuran Sederhana Menurut PP No. 69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan dan Peraturan Kepala Badan POM tahun 2011 tentang Pendaftaran Pangan Olahan, bagian utama label sekurang-kurangnya memuat keterangan nama produk, berat bersih atau isi bersih, serta nama dan alamat pihak yang memproduksi atau memasukkan pangan ke dalam wilayah Indonesia. Atas dasar peraturan ini maka sistem pendukung penelusuran kesesuaian antara peraturan pelabelan dan label yang sedang dikembangkan dibuat hanya dengan
9 menggunakan ketiga keterangan tersebut. Tetapi ketiga keterangan tersebut belum mencakup keseluruhan persyaratan dalam pelabelan pangan olahan. Keterangan lain yang harus ditambahkan diantaranya daftar bahan yang digunakan, nomor pendaftaran pangan, keterangan kadaluwarsa, kode produksi, keterangan tentang cara penyimpanan, keterangan tentang saran penyajian, dan berbagai keterangan lainnya. Sistem ini diperlukan terutama bagi orang-orang teknis yang baru dan orang-orang non-teknis yang umumnya masih awam terhadap peraturan pelabelan, sehingga orang yang mendesain pengembangan label dapat berkreasi dengan memperhatikan peraturan pelabelan yang berlaku dan dapat melakukannya lebih efektif, efisien, dan konsisten. Cara pembuatan alat penelusuran ini terdiri dari 2 tahapan, yaitu pembuatan database dan pembuatan sistem penelusuran dengan Microsoft excel. Database pada alat ini berisi kumpulan persyaratan untuk pencantuman nama jenis, berat bersih/isi bersih, serta nama dan alamat pihak yang memproduksi atau memasukkan pangan ke dalam wilayah Indonesia. Persyaratan yang digunakan mengacu pada Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan nomor HK 03.1.5.12.11.09955 tahun 2011 tentang Pendaftaran Pangan Olahan pada lampiran 3 yang mengatur tentang label secara teknis. Pembuatan sistem penelusuran sederhana ini dilakukan dengan menggunakan kombinasi rumus-rumus yang terdapat pada Microsoft Excel. Contoh alat penelusuran sederhana terdapat pada lampiran 3 laporan ini. 1. Nama Pangan Olahan Nama pangan olahan terdiri dari nama jenis dan nama dagang. Nama jenis adalah pernyataan atau keterangan identitas mengenai pangan olahan. Pemberian nama jenis memiliki persyaratan yang diatur dalam peraturan, yaitu nama jenis yang dicantumkan harus sesuai dengan SNI yang telah diberlakukan wajib maupun yang tidak. Saat ini jumlah SNI yang harus diberlakukan wajib untuk penamaan nya ada 5 jenis produk, yaitu tepung terigu, garam beryodium, gula rafinasi, cokelat bubuk, dan air minum dalam kemasan. Bila nama jenis belum diatur di dalam SNI, maka nama jenis harus memenuhi ketentuan kategori pangan. Beberapa produk Nestlé penamaannya diatur dalam kategori pangan, diantaranya kelompok kategori nomor 5, 6, 13, dan 14. Jika nama jenis belum ditetapkan dalam SNI dan/atau Kategori Pangan, maka nama jenis yang akan digunakan harus didaftarkan terlebih dahulu dan dapat digunakan setelah mendapat persetujuan dari Direktorat Standardisasi Produk Pangan. Nama-nama yang terdapat dalam SNI dan Kategori Pangan ini yang menjadi basis data untuk persyaratan dalam pencantuman nama jenis. Untuk melakukan penelusuran nama jenis yang sesuai dengan SNI dan kategori pangan pada sistem, pengguna harus mengetikkan nama jenis yang akan diperiksa, kemudian selanjutnya akan muncul hasil ―lolos‖ jika nama telah sesuai dengan persyaratan dan ―daftar‖ jika nama jenis yang dimasukkan tidak terdapat dalam kelompok nama SNI dan Kategori Pangan. Pada contoh produk ―NESCAFE‖, nama jenis yang digunakan adalah ―minuman serbuk kopi instan, krimer & gula‖. Ketika nama ini dimasukkan ke dalam sistem, maka akan muncul hasil ―Lolos‖, karena nama ―minuman serbuk kopi instan, krimer & gula‖ telah sesuai dengan SNI sehingga nama tersebut dapat digunakan.
10 2. Berat bersih atau isi bersih Berat bersih atau isi bersih merupakan pernyataan pada label yang memberikan keterangan mengenai kuantitas atau jumlah pangan olahan yang terdapat di dalam kemasan atau wadah. Keterangan ini harus dicantumkan pada bagian utama label.Untuk pangan padat harus dinyatakan dalam berat bersih dengan penulisan satuan dalam miligram (mg), gram (g), kilogram (kg). Pangan semi padat dinyatakan dengan berat bersih atau isi bersih dengan penulisan satuan miligram (mg), gram (g), kilogram (kg), mililiter (ml atau mL), atau liter (l atau L) dan untuk pangan cair dinyatakan dengan isi bersih dengan penulisan satuan mililiter (ml atau mL), atau liter (l atau L). Nama pencantuman yang sesuai dengan jenis pangan beserta satuannya ini yang menjadi basis data dalam sistem penelusuran agar dapat mudah dideteksi sesuai jenis pangannya. Penelusuran berat bersih atau isi bersih yang sesuai dengan peraturan dapat dilakukan dengan cara memasukkan jenis pangan yang akan diperiksa. Jika jenis pangan telah dimasukkan, maka akan muncul hasil satuan yang harus dituliskan dan pencantuman keterangan yang sesuai dengan jenis pangan tersebut. Produk ―NESCAFE‖ merupakan produk serbuk sehingga termasuk ke dalam kategori padat, maka ketika kata ―padat‖ dimasukkan ke dalam sistem, hasil yang akan muncul berupa nama pencantuman ―berat bersih‖ dengan satuan yang boleh dipergunakan adalah ―mg/g/kg‖. Apabila kedua hal itu telah sesuai maka akan muncul hasil ―Lolos‖. 3. Keterangan tentang nama dan alamat pihak yang memproduksi atau memasukkan pangan ke wilayah Indonesia Dalam hal pencantuman keterangan ini, pangan dibedakan menjadi tiga berdasarkan asalnya yaitu pangan yang diproduksi di wilayah Indonesia, pangan yang dimasukkan ke wilayah Indonesia, dan pangan impor. Keterangan pokok yang harus dicantumkan untuk masing-masing pangan meliputi nama dan alamat produsen. Untuk pangan olahan yang diproduksi di wilayah Indonesia, alamat perusahaan paling sedikit mencantumkan nama kota, kode pos dan Indonesia. Jika pangan yang diproduksi merupakan pangan olahan lisensi atau pangan olahan yang dikemas kembali, maka harus terdapat informasi yang menghubungkan keduanya. Jika pangan yang diproduksi merupakan pangan olahan yang diproduksi berdasarkan kontrak, maka harus dicantumkan informasi yang menghubungkan antara nama perusahaan yang mengajukan pendaftaran dengan produsennya, seperti ―diproduksi oleh…untuk…‖.Pencantuman keterangan pada pangan olahan yang dimasukkan ke wilayah Indonesia memiliki ketentuan seperti yang dipersyaratkan pada pangan yang diproduksi di wilayah Indonesia. Tetapi terdapat sedikit perbedaan pada pencantuman keterangan nama dan alamat. Nama dan alamat yang dicantumkan merupakan nama dan alamat pihak yang memproduksi di luar negeri, kemudian alamat perusahaan paling sedikit mencantumkan nama kota dan nama negara. Untuk pangan impor, keterangan yang harus dicantumkan meliputi nama dan alamat importir. Jika pihak yang mengajukan pendaftaran pangan bukan merupakan importir, maka nama dan alamat importir dan pihak yang mendaftarkan pangan harus dicantumkan dan disertai informasi yang menghubungkan keduanya, seperti ―diimpor oleh… untuk…‖ atau ―diimpor oleh… dan didistribusikan oleh…‖. Pencantuman keterangan nama dan alamat pihak yang memproduksi atau memasukkan pangan ke wilayah Indonesia yang sesuai dapat ditelusuri dengan menjawab kotak yang disediakan dengan ―ya‖ atau ―tidak‖ sesuai dengan isi kotak sebelumnya. Setelah menjawab kotak,
11 maka akan muncul hasil format yang harus dipenuhi. Pada kotak berikutnya tersedia kotak yang harus diisi untuk menjawab kesesuaian format yang harus dipenuhi dengan format produk yang tersedia. Jika kedua format telah sesuai, maka akan muncul hasil ―lolos‖, tetapi jika sebaliknya maka hasil dari kotak selanjutnya akan menunjukkan bahwa produk ―tidak lolos‖. ―NESCAFE‖ merupakan produk yang di produksi di wilayah Indonesia, yaitu di Panjang-Bandar Lampung, sehingga kolom yang digunakan harus kolom yang diperuntukkan untuk pangan yang diproduksi di wilayah Indonesia. Pada ―NESCAFE‖ hal itu telah terpenuhi, maka muncul hasil ―Lolos‖ dan format yang harus dipenuhi. Jika label telah sesuai dengan format tersebut maka hasilnya adalah ―Lolos‖. Dan ―NESCAFE‖ memiliki hasil akhir ―Lolos‖ untuk syarat nama dan alamat perusahaan.
12
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Sistem yang telah dikembangkan dapat dianjurkan untuk diterapkan pada PT Nestlé Indonesia tetapi perlu dilengkapi dengan beberapa keterangan persyaratan pelabelan lainnya. Secara keseluruhan label produk Nestlé telah sesuai dengan peraturan yang berlaku. Nestlé Indonesia juga telah menerapkan tindakan pencarian informasi peraturan untuk meningkatkan efektifitas implementasi peraturan ke dalam perusahaan. Salah satunya dengan ikut serta memberikan masukan dalam proses pembuatan draft peraturan bersama dengan pemerintah. Saran Untuk meningkatkan proses pencarian informasi, perlu dilakukan ke website resmi seperti BPOM dan GAPMMI (Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia) perlu dilakukan secara berkala selama 1 bulan satu kali. Sistem pendukung penelusuran dapat ditingkatkan akurasi pemeriksaannya dengan menambahkan keterangan mengenai persyaratan pelabelan lainnya, seperti komposisi bahan yang ada pada suatu produk, nomor pedaftaran pangan, kode produksi, tanggal kadaluarsa, saran penyajian, petunjuk penyimpanan, dan sebagainya. Sistem ini juga disarankan agar dapat dilanjutkan dengan pembuatan sistem dengan aplikasi yang lebih canggih untuk dijadikan sebuah software.
DAFTAR PUSTAKA [BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2006. Kategori Pangan. Jakarta: BPOM RI. [BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan.2011. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan tentang Pendaftaran Pangan Olahan. Jakarta: BPOM RI. [KEMENSESNEG] Kementrian Sekretariat Negara. 1999. Peraturan Pemerintah Nomor 69 tentang Label dan Iklan Pangan. Jakarta: KEMENSESNEG. [KEMENSESNEG] Kementerian Sekretariat Negara. 2012. Undang-Undang Nomor 18 tentang Pangan. Jakarta: KEMENSESNEG. [BSN] Badan Standardisasi Nasional 7708-2011.2011. Kopi Gula Krimer dalam Kemasan. Arens A A, Loebbecke J K. 1997. Auditing: An Intergrated Approach. Pennsylvania State University: Prentice Hall. Kumar R and Sharma V. 2005.Auditing Principals and Practice. New Delhi: Prentice Hall of India Private Limited. Muhandri T, Kadarisman D, dan Tim PREMYSIS Consulting. 2012. Sistem Jaminan Mutu Industri Pangan. Bogor: IPB Press.
13 Russell J P. 2007. The Internal Auditing Pocket Guide Second Edition. America: Quality Press Milwaukee 53203. Sawyers L B, Dittenhofer M A, Scheiner J H. 2005. Sawyer’s Internal Auditing 5th Edition. America: The IIA Research Foundation. Silverman MG. 2008.Compliance Management for Public, Private, or Non-Profit Organizations. University States of America: McGraw Hill Professional.
14 Lampiran 1 Contoh check sheet yang digunakan untuk kegiatan compliance No.
Parameter
LABEL COMPLIANCE 1 Nama produk 2 Nama dagang
BPOM Terdiri dari nama jenis dan nama dagang. Tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, moralitas, agama, kesusilaan, atau ketertiban umum. Tidak boleh tidak memiliki daya pembeda. Tidak boleh telah menjadi milik umum. Tidak boleh merupakan keterangan atau berkaitan dengan pangan yang didaftarkan. Tidak boleh menggunakan nama jenis atau nama umum yang mungkin terkait pangan yang bersangkutan.
2
Daftar bahan yang digunakan
Tidak boleh menggunakan kata sifat yang secara langsung ataupun tidak langsung dapat mempengaruhi penafsiran terhadap pangan seperti alami, murni, suci dan kata lain yang semakna. Nama dagang yang digunakan bukan merupakan nama dagang yang telah mempunyai sertifikat merek untuk pangan olahan sejenis atas nama orang atau badan usaha lain. Dicantumkan secara lengkap dan berurutan mulai dari jumlah terbanyak.
PRODUK
15 No.
Parameter
BPOM Pencantuman daftar bahan yang digunakan didahului dengan tulisan "komposisi", "daftar bahan", "bahan yang digunakan" atau "bahan-bahan". Bahan tambahan pangan ikutan dicantumkan setelah bahan yang mengandung BTP tersebut. Contoh: "Komposisi: …., kecap (mengandung pengawet natrium benzoat), …."
3
Pencantuman BTP pada daftar bahan
Pangan olahan yang mengandung BTP harus mencantumkan nama golongan. Khusus pemanis buatan, antioksidan, pengawet, penguat rasa, dan pewarna harus mencantumkan nama jenis bahan tambahan pangan. Khusus pewarna selain harus mencantumkan nama golongan dan nama jenis juga harus mencantumkan nomor indeks. khusus pemanis buatan harus mencantumkan jumlah dalam mg/kg atau persen, kecuali jika label mencantumkan informasi Nilai Gizi, kadar pemanis buatan dicantumkan dalam mg/saji. Khusus perisa sekurang-kurangnya mencantumkan nama kelompok perisa (alami, identik alami dan artifisial).
PRODUK
16 No.
Parameter
BPOM
4
Pencantuman nama asal bahan
Bahan tertentu seperti lemak/minyak, protein, ekstrak dan bahan yang berasal dari nabati atau hewani, harus dicantumkan nama jenis dan asal komponen tesebut. Contoh: pengemulsi lesitin kedelai.
5
Keterangan yang berkaitan dengan asal dan sifat pangan (pilih salah satu atau lebih sesuai dengan spesifikasi produk)
Alami: pernyataan tersebut hanya dapat digunakan untuk pangan olahan yang tidak dicampur dan tidak diproses atau pangan olahan yang diproses secara fisika tetapi tidak merubah sifat dan kandungannya. Murni: pernyataan tersebut hanya dapat digunakan untuk pangan olahan yang tidak ditambahkan sesuatu apapun, misalnya Air Minum Dalam Kemasan. Dibuat dari… (nama bahan): pernyataan tersebut hanya dapat digunakan bila pangan olahan yang bersangkutan seluruhnya terdiri dari satu bahan. Dibuat dengan … (nama bahan): dapat digunakan jika bahan tersebut merupakan salah satu bahan baku utama yang digunakan dalam pangan olahan yang bersangkutan. 100 %: pernyataan tersebut hanya dapat digunakan untuk pangan olahan yang tidak ditambahkan/dicampur dengan bahan lain.
PRODUK
17 No.
Parameter
BPOM Asli: Pernyataan tersebut tidak dapat digunakan untuk pangan olahan yang dicampur dengan bahan yang dapat mengaburkan keasliannya, seperti penggunaan perisa. Misalnya: Susu cokelat yang menggunakan cokelat dan perisa cokelat tidak dapat mencantumkan kata "Dengan Cokelat Asli". Keterangan kuantitas atau jumlah pangan olahan yang terdapat dalam kemasan atau wadah. Keterangan dicantumkan pada bagian utama label. Dicantumkan dalam satuan metrik.
6
Berat bersih
7
Nama dan alamat pihak yang memproduksi atau memasukkan pangan ke dalam wilayah Indonesia
Alamat perusahaan paling sedikit mencantumkan nama kota, kode pos dan Indonesia. Jika pangan yang diproduksi merupakan pangan olahan lisensi, maka harus dicantumkan informasi yang menghubungkan antara pihak yang memproduksi dengan pihak pemberi lisensi.
8 9
Tanggal, bulan, dan tahun kadaluarsa Nomor pendaftaran pangan
10
Kode produksi
Pangan olahan yang daya simpan lebih dari 3 bulan dinyatakan dalam bulan dan tahun. Untuk pangan olahan yang diproduksi di dalam negeri diberi tanda "BPOM RI MD". Untuk pangan olahan yang dimasukkan ke wilayah Indonesia diberi tanda "BPOM RI ML". Dicantumkan dalam bentuk nomor bets dan dapat disertai dengan atau berupa tanggal produksi.
PRODUK
18 No.
Parameter
BPOM
11
Keterangan tentang pangan
Keterangan dan atau pernyataan tentang pangan olahan harus benar dan tidak menyesatkan.
12
Gambar
Gambar harus menunjukkan keadaan sebenarnya, termasuk sifat dan/atau keadaan pangan olahan serta tidak boleh menyesatkan. Gambar buah, daging, ikan atau bahan pangan lainna hanya boleh dicantumkan apabila pangan mengandung bahan tersebut bukan sebagai perisa. Pada bagian komposisi harus dicantumkan jumlah bahan yang digunakan. Mudah dibaca, teratur, tidak berdesak-desakan. Keterangan pada label ditulis dalam bahasa Indonesia, huruf Latin, dan angka Arab.
13
Tulisan
14
Keterangan tentang petunjuk penyimpanan
Untuk pangan olahan yang memerlukan cara penyimpanan khusus dan pangan olahan dalam kemasan yang tidak mungkin dikonsumsi dalam satu kali makan.
15
Keterangan tentang petunjuk atau saran penyajian
Harus dicantumkan pada label pangan yang memerlukan petunjuk tersebut.
PRODUK
19 No.
Parameter
BPOM Untuk pangan yang memerlukan atau mempunyai saran penyajian dapat mencantumkan gambar bahan pangan lainnya sesuai dengan petunjuk/saran penyajian , disertai dengan tulisan "saran penyajian".
16
Logo halal
17
Pangan Olahan yang Mengandung Pemanis Buatan
Hanya dapat dicantumkan pada pangan olahan yang memiliki sertifikat halal. Mencantumkan tulisan "Mengandung Pemanis Buatan". Mencantumkan kadar pemanis buatan yang dinyatakan dalam mg/kg atau persen, kecuali jika label mencantumkan informasi nilai gizi, kadar pemanis buatan dicantumkan dalam mg/saji. Mencantumkan nilai ADI, kecuali yang tidak mempunyai nilai ADI. Mencantumkan tulisan "Mengandung pemanis buatan, disarankan tidak dikonsumsi oleh anak-anak, ibu hamil, dan ibu menyusui".
KESIMPULAN
PRODUK
20 Lampiran 2 Hasil pengecekan syarat pelabelan pada produk No. 1 2
Parameter Nama produk Nama dagang
BPOM Terdiri dari nama jenis dan nama dagang. Tidak bertentangan dengan peraturan perundangundangan yang berlaku, moralitas, agama, kesusilaan, atau ketertiban umum. Tidak boleh tidak memiliki daya pembeda. Tidak boleh telah menjadi milik umum. Tidak boleh merupakan keterangan atau berkaitan dengan pangan yang didaftarkan. Tidak boleh menggunakan nama jenis atau nama umum yang mungkin terkait pangan yang bersangkutan.
2
Daftar bahan yang digunakan
Tidak boleh menggunakan kata sifat yang secara langsung ataupun tidak langsung dapat mempengaruhi penafsiran terhadap pangan seperti alami, murni, suci dan kata lain yang semakna. Nama dagang yang digunakan bukan merupakan nama dagang yang telah mempunyai sertifikat merek untuk pangan olahan sejenis atas nama orang atau badan usaha lain. Dicantumkan secara lengkap dan berurutan mulai dari jumlah terbanyak.
NESCAFЀORIGINAL √ √ √ √ √ √
√
√
√
21 No.
3
Parameter
Pencantuman BTP pada daftar bahan
BPOM
NESCAFЀ ORIGINAL
Pencantuman daftar bahan yang digunakan didahului dengan tulisan ―komposisi‖, ―daftar bahan‖, ―bahan yang digunakan‖ atau ―bahan-bahan‖.
√
Bahan tambahan pangan ikutan dicantumkan setelah bahan yang mengandung BTP tersebut. Contoh: ―Komposisi: …., kecap (mengandung pengawet natrium rtifici), ….‖
√
Pangan olahan yang mengandung BTP harus mencantumkan nama golongan.
√
Khusus pemanis buatan, antioksidan, pengawet, penguat rasa, dan pewarna harus mencantumkan nama jenis bahan tambahan pangan.
√
Khusus pewarna selain harus mencantumkan nama golongan dan nama jenis juga harus mencantumkan nomor indeks.
Tidak menggunakan pewarna
khusus pemanis buatan harus mencantumkan jumlah dalam mg/kg atau persen, kecuali jika label mencantumkan informasi Nilai Gizi, kadar pemanis buatan dicantumkan dalam mg/saji.
√
Khusus perisa sekurang-kurangnya mencantumkan nama kelompok perisa (alami, identik alami dan rtificial). √
22 No. 4
5
Parameter Pencantuman nama asal bahan
Keterangan yang berkaitan dengan asal dan sifat pangan (pilih salah satu atau lebih sesuai dengan spesifikasi produk)
BPOM Bahan tertentu seperti lemak/minyak, protein, ekstrak dan bahan yang berasal dari nabati atau hewani, harus dicantumkan nama jenis dan asal komponen tesebut. Contoh: pengemulsi lesitin kedelai.
NESCAFЀ ORIGINAL √
Alami: pernyataan tersebut hanya dapat digunakan untuk pangan olahan yang tidak dicampur dan tidak diproses atau pangan olahan yang diproses secara fisika tetapi tidak merubah sifat dan kandungannya.
(pilih salah satu)
Murni: pernyataan tersebut hanya dapat digunakan untuk pangan olahan yang tidak ditambahkan sesuatu apapun, misalnya Air Minum Dalam Kemasan.
(pilih salah satu)
Dibuat dari… (nama bahan): pernyataan tersebut hanya dapat digunakan bila pangan olahan yang bersangkutan seluruhnya terdiri dari satu bahan. Dibuat dengan … (nama bahan): dapat digunakan jika bahan tersebut merupakan salah satu bahan baku utama yang digunakan dalam pangan olahan yang bersangkutan. 100 %: pernyataan tersebut hanya dapat digunakan untuk pangan olahan yang tidak ditambahkan/dicampur dengan bahan lain.
√
(pilih salah satu)
(pilih salah satu)
23 No.
6
7
8 9
10
Parameter
Berat bersih
BPOM Asli: Pernyataan tersebut tidak dapat digunakan untuk pangan olahan yang dicampur dengan bahan yang dapat mengaburkan keasliannya, seperti penggunaan perisa. Misalnya : Susu cokelat yang menggunakan cokelat dan perisa cokelat tidak dapat mencantumkan kata "Dengan Cokelat Asli". Keterangan kuantitas atau jumlah pangan olahan yang terdapat dalam kemasan atau wadah. Keterangan dicantumkan pada bagian utama label. Dicantumkan dalam satuan metrik.
Nama dan alamat pihak yang memproduksi atau memasukkan pangan ke dalam wilayah Indonesia
Alamat perusahaan paling sedikit mencantumkan nama kota, kode pos dan Indonesia. Jika pangan yang diproduksi merupakan pangan olahan lisensi, maka harus dicantumkan informasi yang menghubungkan antara pihak yang memproduksi dengan pihak pemberi lisensi.
Tanggal, bulan, dan tahun kadaluarsa Nomor pendaftaran pangan
Pangan olahan yang daya simpan lebih dari 3 bulan dinyatakan dalam bulan dan tahun. Untuk pangan olahan yang diproduksi di dalam negeri diberi tanda "BPOM RI MD". Untuk pangan olahan yang dimasukkan ke wilayah Indonesia diberi tanda "BPOM RI ML". Dicantumkan dalam bentuk nomor bets dan dapat disertai dengan atau berupa tanggal produksi.
Kode produksi
NESCAFЀ ORIGINAL
(pilih salah satu)
√
√
√ √
√
24 No.
Parameter
BPOM
NESCAFЀ ORIGINAL
11
Keterangan tentang pangan
Keterangan dan atau pernyataan tentang pangan olahan harus benar dan tidak menyesatkan.
√
12
Gambar
Gambar harus menunjukkan keadaan sebenarnya, termasuk sifat dan/atau keadaan pangan olahan serta tidak boleh menyesatkan.
√
Gambar buah, daging, ikan atau bahan pangan lainna hanya boleh dicantumkan apabila pangan mengandung bahan tersebut bukan sebagai perisa.
√
Pada bagian komposisi harus dicantumkan jumlah bahan yang digunakan.
√
Mudah dibaca, teratur, tidak berdesak-desakan. Keterangan pada label ditulis dalam bahasa Indonesia, huruf Latin, dan angka Arab.
√
13
Tulisan
14
Keterangan tentang petunjuk penyimpanan
Untuk pangan olahan yang memerlukan cara penyimpanan khusus dan pangan olahan dalam kemasan yang tidak mungkin dikonsumsi dalam satu kali makan.
Keterangan tentang petunjuk atau saran penyajian
Harus dicantumkan pada label pangan yang memerlukan petunjuk tersebut.
15
√
√
25 No.
Parameter
BPOM Untuk pangan yang memerlukan atau mempunyai saran penyajian dapat mencantumkan gambar bahan pangan lainnya sesuai dengan petunjuk/saran penyajian , disertai dengan tulisan "saran penyajian".
16
Logo halal
17
Pangan Olahan yang Mengandung Pemanis Buatan
Hanya dapat dicantumkan pada pangan olahan yang memiliki sertifikat halal. Mencantumkan tulisan "Mengandung Pemanis Buatan". Mencantumkan kadar pemanis buatan yang dinyatakan dalam mg/kg atau persen, kecuali jika label mencantumkan informasi nilai gizi, kadar pemanis buatan dicantumkan dalam mg/saji. Mencantumkan nilai ADI, kecuali yang tidak mempunyai nilai ADI. Mencantumkan tulisan "Mengandung pemanis buatan, disarankan tidak dikonsumsi oleh anak-anak, ibu hamil, dan ibu menyusui".
KESIMPULAN
NESCAFЀ ORIGINAL √
√ √ √
√ √ SESUAI PERATURAN
26 Lampiran 3 Data yang dihasilkan dari alat penelusuran sederhana Nama Jenis Pangan Olahan Minuman serbuk kopi Nama Jenis instan, krimer & gula LOLOS Keterangan
Nama dan Alamat Perusahaan 1. Pangan Dalam Negeri Pangan yang diproduksi di Indonesia Asal Pangan Lisensi
Kontrak
Syarat
Ya/Tidak
Pihak Pemberi Lisensi Pihak yang memproduksi Pihak yang memproduksi Pihak yang memberi kontrak
ya ya
Keterangan
Format yang harus dipatuhi
Ya/Tidak
Keterangan
Lolos
Mencantumkan nama dan alamat kedua pihak
ya
Lolos
-
-
-
-
-
27 2. Pangan Luar Negeri Pangan yang diproduksi di luar negeri dan dimasukkan ke wilayah Indonesia Asal Pangan Lisensi
Kontrak
Pangan Impor Syarat Nama importir Alamat importir Nama pendaftar Alamat pendaftar Berat Bersih Jenis Pangan Pencantuman Satuan Keterangan
Syarat Pihak Pemberi Lisensi Pihak yang memproduksi Pihak yang memproduksi Pihak yang memberi kontrak
Ya/Tidak
Keterangan
Format yang harus dipatuhi
Ya/Tidak
Keterangan
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Ya/Tidak
Keterangan
Format yang harus dipatuhi
Ya/Tidak
Keterangan
-
-
-
-
-
Padat Berat Bersih mg/g/kg Lolos
28
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 13 Agustus 1991. Penulis adalah anak keempat dari lima bersaudara pasangan Bapak H. Nandang Suwarna dan Ibu Hj. Surtika. Penulis memulai pendidikan formalnya pada tahun 1997-2003 di SD Negeri 02 Makasar Jakarta. Pada tahun 2003-2006 penulis melanjutkan pendidikannya di SMP Negeri 20 Jakarta . Selepas SMP, penulis melanjutkan pendidikannya di SMA Negeri 62 Jakarta hingga tahun 2009. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa IPB di Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Selama kuliah penulis aktif di beberapa organisasi kampus, yaitu sebagai Sekretaris KOPMA (Koperasi Mahasiswa) (2010) dan Sekretaris 1 HIMITEPA (Himpunan Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Pangan), penulis juga aktif mengikuti berbagai macam kepanitiaan yang diadakan oleh organisasi-organisasi tersebut, diantaranya sebagai panitia divisi humas pada acara Bazaar Program Kreatifitas Mahasiswa (KOPMA 2011), divisi acara Seminar dan Pelatihan Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP 2011) dan Alumni Sukses (ACCESS 2010), sebagai mentor pada Masa Orientasi Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Pangan (BAUR 2011), dan sebagai panitia divisi konsumsi pada acara Orde dan Malam Keramat: Olahraga Departemen dan Keramahtamahan ITP (2012). Untuk kegiatan akademik, penulis terpilih menjadi Asisten Praktikum Evaluasi Sensori (2012). Penulis dan teman-teman juga Menghasilkan beberapa karya tulis antara lain ―Yogurt Buah Naga Kaya Serat Membantu Melancarkan Pencernaan― (2011), ―Potensi Zat Ekstraktifdari Residu Penyulingan Pohon Suren (Toona sinensis Roemor) Sebagai Pewarna Alami dan Sebagai Sumber Antioksidan‖ (2012), dan ―Pengembangan Produk Pangan SarapanBerbasis Tepung Pisang Modifikasi Kaya Pati Resisten Dan Indeks Glikemik Rendah‖ (2013) dalam kegiatan Program Kreatifitas Mahasiswa yang diadakan oleh Kementrian Pendidikan Nasional Indonesia. Sebagai syarat memperoleh gelar sarjana, penulis melakukan kegiatan magang selama empat bulan di PT.Nestlé Indonesia. Hasil kegiatan tersebut disusun dalam bentuk skripsi dengan judul ―Pengembangan Checklist Otomasi Pada Sistem Penelusuran Peraturan Pelabelan‖ di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir M. Aman Wirakartakusumah, M. Sc dan Indrawati Tanurdjaja.