PENGEMBANGAN BASIS PENGETAHUAN BUDIDAYA BROILER CLOSED HOUSE
SKRIPSI
MOH. ZAIFUL ARIFIN F14080030
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013
i
Knowledge Base Development System Of Cultivation Broiler Closed House Moh. Zaiful Arifin1, Kudang Boro Seminar2, Rudi Afnan3 1,2
Department of Mechanical and Biosystem Engineering, Faculty of Agricultural Technology, 3 Department of Animal Production and Technology, Faculty of Animal Science Bogor Agricultural University, PO BOX 220, Bogor, West Java, Indonesia. Phone +62 857 1658 2965, e-mail:
[email protected]
ABSTRACT Protein requirement of Indonesian people is increasing due to the increase of population. Broiler is popular meat, cheap, and easy to obtain. However, broiler production still does not to fulfill the needs of the people of Indonesia flesh. The main cause of inadequate broiler production is still conventional farming systems. This research aims to design and build a knowledge base broiler farming management using a variety of computer-based application system that provides knowledge in the form of stages - stages of cultivation which include DOC management, the management of food and drink, environmental management, and agriculture-based disease management precision and stored in the system database. DBMS closed cultivation broiler house to be built will be concentrated on the four points which include DOC (Day Old Chick), food, environment, and disease. DOC will be informed at the point related guidance in the selection and management of initial DOC. In the feed point will be informed about the density of the cage, feed system and drinking system. Point environment will provide information related to litter, temperature, ventilation, and lighting. Point of disease is the last point to be discussed, the point will be informed of the name of a possible disease suffered by broiler chickens, the cause of the disease, prevention and treatment.
Keywords : broilers, broiler production, cultivation, disease.
DBMS, DOC, environment, feed, and
ii
Moh. Zaiful Arifin. F14080030. Sistem Pengembangan Basis Pengetahuan Budidaya Ayam Broiler Closed House. Di bawah bimbingan Kudang Boro Seminar dan Rudi Afnan. 2013
RINGKASAN Kebutuhan protein manusia semakin meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Dengan adanya peningkatan kebutuhan akan daging tersebut, diperlukan adanya usaha usaha pemenuhan kebutuhan dengan cara meningkatkan produksi daging hewan ternak sebagai sumber protein hewani. Salah satu penghasil protein hewani adalah daging ayam broiler. Dengan nilai gizi yang tidak kalah dan harga yang relatif lebih murah dibandingkan dengan daging dari hewan ternak jenis lain, selain itu daging ayam broiler mudah didapat karena pemeliharaannya relative singkat yaitu 35 hari. Namun pasokan daging ayam broiler tidak mencukupi kebutuhan konsumen dikarenakan manajemaen budidaya broiler yang kurang baik. Hanya sebagian kecil dari peternakan rakyat yang sudah menerapkan manajemen pemeliharaan yang sesuai dan diikuti dengan penerapan teknologi. Penelitian ini bertujuan untuk merancang dan membangun basis pengetahuan (Knowledge Base) manajemen budidaya ayam broiler dengan menggununakan berbagai sistem aplikasi berbasis komputer yang menyediakan pengetahuan berupa tahapan – tahapan budidaya yang mencangkup manajemen DOC, manajemen pakan dan minum, manajemen lingkungan, dan manajemen penyakit yang berbasiskan pertanian presisi serta tersimpan dalam sistem basisdata. Penelitian dilakukan di Layanan Sumber Informasi IPB dan Lab Teknik Bioinformatika, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Metode penelitian ini mengacu pada tahapan pengembangan sistem pakar yang meliputi tahapan identifikasi masalah, pencarian sumber pengetahuan secara tacic maupun eksplisit, akuisisi pengetahuan dari literatur dan dari pakar yang telah ditentukan seblumnya, representasi pengetahuan, implementasi sistem basis pengetahuan, serta tahap pengujian atau validasi pengetahuan dan DBMS (Database Management System). Berdasarkan hasil wawancara dengan pakar maka terdapat empat poin yang akan dibahas dalama DBMS yang akan dibangun. Hal ini meliputi DOC (Day Old Chick), manajement pakan, manajement lingkungan, dan penyakit. DOC merupakan anak ayam yang masih kecil dan berusia sekitar sehari, pemilihan dan perawatan awal DOC adalah hal yang sangat penting untuk memperoleh DOC yang baik sehingga kedua bagian inilah yang akan dibahas dalam web localhost. Pada point pakan terdapat tiga bagian yang akan dibahas , pertama penentuan kepadatan kandang broiler berdasarkan berat panen yang diinginkan, bagian kedua yaitu sistem peminuman untuk menetukan kapasitas nipple, jumlah nipple yang dibutuhkan, serta jumlah air yang harus diminum oleh broiler tiap ekor, dan bagian ketiga adalah sistem pakan berguna untuk menentukan konsumsi pakan harian, konsumsi pakan komulatif, berat broiler yang ideal, serta perbandingan antara pakan dan air yang harus disiapkan oleh peternak. Pada point manajement lingkungan terdapat empat point yang dibahas. Pentuan tinggi dan jumlah litter merupakan bagian pertama dibagian ini, bagian kedua yaitu suhu yang berguna untuk mentukan suhu dan kelembapan (RH) yang optimal berdasarkan umur broiler. Ventilasi merupakan bagian ketiga dari point ini, pada bagian ventilasi akan dibahas kecepatan udara dan batas kandungan udara, bagian terahir dari point manajemen lingkungan adalah pencahayaan yang berguna untuk menentukan lama penggelapan penyinaran serta tipe pencahayaan yang harus digunakan oleh peternak. Penyakit merupakan point terakhir di DBMS budidaya broiler ini, pada point ini akan ditentukan nama penyakit yang kemungkinan di derita broiler berdasarkan gejala – gejala yang tampak, sehingga peternak bisa mengetahui penyebab terjadinya penyakit, serta tindakan pencegahan dan pengobatannya.
iii
PENGEMBANGAN BASIS PENGETAHUAN BUDIDAYA AYAM BROILER CLOSED HOUSE
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknik Mesin dan Biosistem Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh: MOH ZAIFUL ARIFIN F14080030
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013
iv
Judul Skripsi
:
Nama NIM
: :
Pengembagan Basis Pengetahuan Budidaya Ayam Broiler Closed House Moh. Zaiful Arifin F14080030
Menyetujui, Pembimbing I
Pembimbing II
(Prof. Dr. Ir. Kudang Boro Seminar, M.Sc.) NIP. 19591118 198503 1 004
(Dr. Rudi Afnan, S.Pt, M.Sc.Agr) NIP. 19680625 200801 1 010
Mengetahui : Ketua Departemen,
(Dr. Ir. Desrial, M.Eng) NIP 19661201 199103 1 004
Tanggal lulus
:
v
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul Pengembangan Basis Pengetahuan Budidaya Broiler Closed House adalah hasil karya saya sendiri dengan arahan Dosen Pembimbing Skripsi dan Pembimbing Akademik, dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, April 2013 Yang membuat pernyataan
Moh. Zaiful Arifin NIM F14080030
vi
© Hak cipta milik Moh Zaiful Arifin, tahun 2013 Hak cipta dilindungi Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, microfilm dan sebagainya
vii
Kata Pengantar Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Pengembangan Basis Pengetahuan Budidaya Ayam Broiler Closed House” ini dapat diselesaikan. Penelitian ini dilaksanakan di Perpustakaan IPB sejak bulan September hingga Desember 2012. Dengan selesainya penelitian dan penulisan tulisan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih antara lain kepada: 1. Bapak, Ibu, serta adik yang selalu memberikan dorongan motivasi dan doa. 2. Prof. Dr. Ir. Kudang Boro Seminar, M.Sc. sebagai dosen pembimbing utama yang telah memberikan bimbingan. Beliau bukan hanya membimbing dalam hal akademik, tapi juga memberikan didikan dalam pembentukan karakter terutama dalam Hafalan Al Qur’an 3. Dr. Rudi Afnan, S.Pt. M.Sc.Agr sebagai dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan 4. Fachry Adi Tanjung sebagai guru spiritual yang selalu mendoakan, memberikan arahan, dan motivasinya yang tak pernah putus selama ini 6. Teman-teman satu bimbingan, Arief F, Arif K, Faiz, dan Rizka, serta seluruh teman-teman TEP 45 (Magenta45) atas kebersamaannya selama ini. 7. Teman – teman satu group halaqoh, Abas, edy, mirza, susilo, revi, ahmadun, soleh, dika, dan fair 8. Semua pengurus LDK Al Hurriyyah 2011, ISC Al Hurriyyah 2012, dan Marboth Al Hurriyyah 2009 - 2013 9. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan kontribusi yang nyata pada perkembangan ilmu pengetahuan di bidang teknik bio-informatika terutama penerapannya untuk bidang peternakan.
Bogor, April 2013
Penulis
ix
Daftar Isi
Halaman Kata Pengantar ............................................................................................................................. ix Daftar Isi ....................................................................................................................................... x Daftar Tabel .................................................................................................................................xi Daftar Gambar .............................................................................................................................xii Daftar Lampiran ........................................................................................................................ xiii I.
PENDAHULUAN ................................................................................................................. 1 A. Latar Belakang ....................................................................................................................... 1 B. Tujuan ................................................................................................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................................ 3 A. Ayam Broiler ........................................................................................................................ 3 B. Basis Data ............................................................................................................................ 21 C. Proses Perancangan Basis Data ............................................................................................ 24 D. Pengembangan Basis Pengetahuan ....................................................................................... 26 III. METODE PENELITIAN ....................................................................................................... 30 A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan .......................................................................................... 30 B. Alat dan Bahan .................................................................................................................... 30 C. Tahapan Penelitian .............................................................................................................. 30 IV. PEMBAHASAN ................................................................................................................... 33 A. Pertanian Presisi Dalam Pengendalian Budidaya Broiler Closed House ............................... 33 B. Pengembangan Basis Pengetahuan ...................................................................................... 34 C. Sistem Pembangunan Basis Data ......................................................................................... 40 D. Imlpementasi ....................................................................................................................... 43 E. Validasi ............................................................................................................................... 48 V. SIMPULAN DAN SARAN .................................................................................................... 49 Daftar Pustaka ............................................................................................................................. 50 L A M P I R A N ......................................................................................................................... 52
x
Daftar Tabel Tabel 1. Produksi Ayam Broiler di Indonesia Tahun 2000-2009 ................................................... 1 Tabel 2. Kepadatan Broiler ............................................................................................................ 5 Tabel 3. Rasio Air Pakan ............................................................................................................... 6 Tabel 4. Jumlah Baris Pan Bersarkan Lebar Kandang .................................................................... 7 Tabel 5. Tinggi Litter Berdasarkan Bahan ...................................................................................... 7 Tabel 6. Suhu dan RH Berdasarkan Umur...................................................................................... 8 Tabel 7. Pencahayaan Standard 1 Berdasarkan Umur ..................................................................... 9 Tabel 8. Pencahayaan Standard 2 Berdasarkan Umur ..................................................................... 9 Tabel 9. Pencahayaan Standard 3 Berdasarkan Umur ................................................................... 10 Tabel 10. Kandungan Udara ........................................................................................................ 11 Tabel 11. Kecepatan Ventilasi ..................................................................................................... 11 Tabel 12. Standard Kebutuhan Pakan (Broiler Jumbo 747 ) ......................................................... 14 Tabel 13. Fitur Dalam Tahap Perancangan (Annisa, 2011)........................................................... 26 Tabel 14. Form Pengetahuan Budidaya ........................................................................................ 35 Tabel 15. Contoh Hasil Akuisisi Penyakit Broiler ........................................................................ 36 Tabel 16. Contoh Hasil Akuisisi Standard Pakan Broiler ............................................................. 36 Tabel 17. Contoh Hasil Akuisisi Pencahayaan Broiler ................................................................. 37
xi
Daftar Gambar Gambar 1. Ayam Broiler di Closed House ..................................................................................... 3 Gambar 2. Contoh CRD............................................................................................................... 16 Gambar 3. Penyakit Newcastle Disease ....................................................................................... 16 Gambar 4. Gumboro .................................................................................................................... 17 Gambar 5. Berak Darah ............................................................................................................... 18 Gambar 6. Coryza ........................................................................................................................ 19 Gambar 7. Data, Informasi, dan Pengetahuan (Turban, 2005) ...................................................... 21 Gambar 8. Gambar Perbedaan Lemari Arsip dengan Basis Data (Fathansyah. 2004).................... 22 Gambar 9. Contoh Diagram E-R (Fathansyah. 2004) ................................................................... 24 Gambar 10. Contoh Merubah dari E-R ke Tabel (Fathansyah. 2004)............................................ 25 Gambar 11. Contoh Perancangan Fisik(Fathansyah. 2004) .......................................................... 25 Gambar 12. Representasi Pengetahuan dalam Jaringan Semantik (Marimin, 2005) ...................... 27 Gambar 13. Contoh Representasi Pengetahuan pada Metode Frame (Turban et al, 2005) ............ 28 Gambar 14. Contoh Diagram Pohon untuk Diagnosa Mobil yang Tidak Berfungsi (Turban, 2005) .................................................................................................................................................... 29 Gambar 15. Tahapan Penelitian ................................................................................................... 32 Gambar 16. Faktor Pemiliahn DOC dengan Menggunakan Decition Tree .................................... 39 Gambar 17. Decition Tree Lingkungan Ideal Budidaya Broiler .................................................... 40 Gambar 18. ERD Budidaya Broiler Closed House ....................................................................... 41 Gambar 19. Hubungan Antar Tabel Lingkungan Ideal ................................................................. 42 Gambar 20. Contoh 1NF.............................................................................................................. 43 Gambar 21. Menu Utama Web ..................................................................................................... 43 Gambar 22. Bagian Home ............................................................................................................ 44 Gambar 23. Bagian Pedoman DOC.............................................................................................. 44 Gambar 24. Bagian Pakan Keseluruhan ....................................................................................... 45 Gambar 25. Penentuan Suhu Pada Bagian Pakan ......................................................................... 45 Gambar 26. Penentuan Jumlah Air ............................................................................................... 45 Gambar 27. Bagian Keseluruhan Lingkungan Ideal ..................................................................... 46 Gambar 28. Contoh Penentuan Suhu dan RH ............................................................................... 46 Gambar 29. Contoh Ventilasi Baik .............................................................................................. 47 Gambar 30. Identifikasi Gejala Penyakit ...................................................................................... 47 Gambar 31. Contoh Hasil Penyakit .............................................................................................. 48
xii
Daftar Lampiran Lampiran 1. Bentuk Decision Table Lama Penggelapan .............................................................. 53 Lampiran 2. Flowcat Database Management System ................................................................... 54 Lampiran 3. Macam - Macam Tabel di Postgress ........................................................................ 55 Lampiran 4. Hopper .................................................................................................................... 56 Lampiran 5. Gambar Temtron...................................................................................................... 57 Lampiran 6. Gambar Blower ........................................................................................................ 58 Lampiran 7. Gambar Cooling Pad ............................................................................................... 59
xiii
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kebutuhan protein manusia semakin meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Dengan adanya peningkatan kebutuhan akan daging tersebut, diperlukan adanya usaha-usaha pemenuhan kebutuhan dengan cara meningkatkan produksi daging ternak sebagai sumber protein hewani. Salah satu penghasil protein hewani adalah daging ayam broiler. Selain nilai gizi yang tidak kalah dan harga yang relatif lebih murah dibandingkan dengan daging ternak jenis lain, penyediaan daging ayam broiler juga sangat tinggi karena pemeliharaannya relatif singkat yaitu 35 hari. Tingkat konsumsi daging masyarakat Indonesia masih digolongkan rendah. Hal itu dikarenakan pasokan daging ayam broiler tidak mampu menyamai tingkat pertumbuhan populasi penduduk Indonesia. Populasi penduduk setiap tahun cenderung meningkat sedangkan populasi ayam broiler di Indonesia menurut data dari Ditjen Peternakan pada tahun 2009 adalah sebagai berikut: Tabel 1. Produksi Ayam Broiler di Indonesia Tahun 2000-2009 Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006
Produksi (dalam ton ekor) 530.874 621.870 865.075 847.744 778.970 779.108 861.263
2007 941.786 2008 1.018.734 2009 1.101.000 Sumber: Ditjen Peternakan, 2010 Tingkat konsumsi daging ayam di Indonesia adalah 1.108.800 ton per tahun. Dengan demikian, bila dianalisa lebih lanjut masih ada kekurangan sebanyak 91.124 ton (45.962.000 ekor dengan berat panen sekitar 2 kg). Untuk memproduksi ayam sejumlah tersebut, diperlukan 383 kandang tertutup (Closed House) dengan kapasitas kandang 20160 ekor dan 6 kali panen dalam 1 tahun (Alimudin, 2012). Penyebab utama kurangnya pasokan ayam broiler tersebut adalah karena manajemen pemeliharaan yang belum baik. Hanya sebagian kecil dari peternakan rakyat yang sudah menerapkan manajemen pemeliharaan yang sesuai dan diikuti dengan penerapan teknologi. Ini merupakan salah satu hambatan dalam peningkatan populasi ayam broiler. Kemungkinan besar hal ini terjadi karena kurang informasi mengenai budidaya yang baik. Upaya meningkatkan produktivitas ayam broiler, membutuhkan teknik budidaya yang baik, seperti manajemen DOC, manajemen pakan, manajemen lingkungan dan manajemen penyakit. Keempat poin ini harus mendapatkan penanganan yang tepat sehingga harus dilakukan oleh orang – orang yang mempunyai pengalaman dan pengetahuan. Pengalaman dan pengetahuan biasanya berasal dari pakar, golongan praktisi, akademisi, atau peternak broiler yang sudah ahli. Pengetahuan pakar agar bisa dimanfaatkan oleh banyak orang perlu diekstraksi, diakuisisi, dan
1
dikembangkan dalam bentuk basis pengetahuan (knowledge base). Basis pengetahuan dikembangkan untuk membantu para peternak ayam broiler dalam kegiatan budidaya menjadi efisien, efektif dan produktivitas optimal. Sekarang ini pengetahuan mengenai budidaya ayam broiler belum terintegrasi dengan baik. Banyak pengetahuan dipunyai oleh pakar yang biasanya belum terstruktur dengan baik dan bersifat implisit sehingga orang yang membutuhkan informasi kesulitan mengakses. Kemajuan sains dan teknologi komputer sekarang ini memungkinkan seseorang yang punya banyak pengetahuan dan pengalaman khususnya dari pakar, serta pengetahuan yang berasal dari buku, jurnal, studi pustaka yang relevan dapat dipindahkan ke dalam sebuah basis pengetahuan (knowledge base) sehingga tidak berserakan di berbagai media melainkan terintegrasi dalam satu sistem repository pengetahuan. Oleh karena itu pengetahuan budidaya ayam broiler ini dikembangkan untuk mendokumentasikan semua pengetahuan agar terintegrasi sehingga mudah diakses dan bermanfaat bagi orang banyak. Kemajuan teknologi komputer banyak memberikan kemudahan bagi manusia, salah satu contohnya adalah kemudahan dalam mengakses informasi tidak terbatas oleh waktu. Pengguna tidak hanya dapat memperoleh informasi pada saat sekarang, bahkan dimungkinkan dapat mengakses informasi hari kemarin atau bahkan setahun yang lalu selama informasi yang diinginkan tersedia dalam sebuah sistem basisdata (database). Adanya sistem ini memberikan kesempatan pengembangan sistem basisdata yang dapat menyimpan kumpulan informasi berupa pengetahuan serta metode dalam pelaksanaan budidaya ayam broiler Closed House. Sistem basisdata tersebut dapat dikembangkan menjadi basis pengetahuan (knowledge-base) yang dapat diimplementasikan lebih luas penggunaanya, misalnya menjadi sistem pakar atau untuk penggunaan dan pengembangan robot. Selain itu dengan pemanfaatan sistem informasi, masyarakat bisa lebih mudah untuk memahami dan melakukan konsultasi ketika ada permasalahan dalam proses budidaya. Sistem informasi ini berupa basis data yang mempunyai keuntungan antara lain. Basis pengetahuan ini bisa disimpan dalam jangka waktu yang relatif lama dan dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan serta bisa sebagai bahan baku untuk pembangunan sistem yang lebih besar seperti pembangunan sistem pakar (expert system), Decision Support System (DSS), dan sistem aplikasi yang lain.
B. Tujuan Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk merancang dan membangun basis pengetahuan (Knowledge Base) manajemen budidaya ayam broiler dengan menggunakan aplikasi berbasis komputer yang menyediakan pengetahuan berupa tahapan – tahapan budidaya yang mencangkup manajemen DOC, manajemen pakan dan minum, manajemen lingkungan, dan manajemen penyakit yang berbasiskan pertanian presisi serta tersimpan dalam sistem basisdata.
2
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Broiler 1. Klasifikasi Menurut Ensminger (1991), ayam broiler merupakan ayam yang telah mengalami seleksi genetik (breeding) sebagai penghasil daging dengan pertumbuhan yang cepat sehingga waktu pemeliharaannya lebih singkat, pakan lebih efisien dan produksi daging tinggi. Ayam broiler adalah ayam yang mempunyai ciri khas yaitu tingkat pertumbuhannya yang cepat sehingga dalam waktu singkat sudah dapat dipasarkan kepada konsumen (Amrullah, 2004). Ayam broiler adalah ayam hasil persilangan ayam tipe berat dan tipe sedang yang bertujuan untuk menghasilkan pertumbuhan yang cepat dengan umur yang relatif muda. Ayam broiler mulai populer di Indonesia sejak tahun 1980-an. Hardjoswaro dan Rukminasih (2000) menyatakan bahwa ayam broiler dapat digolongkan kedalam kelompok unggas penghasil daging artinya dipelihara khusus untuk menghasilkan daging. Umumnya ayam broiler memiliki ciri-ciri sebagai berikut: kerangka tubuh besar, pertumbuhan badan cepat, pertumbuhan bulu yang cepat, lebih efisien dalam mengubah ransum menjadi daging. Berikut klasifikasi ayam.
Kerajaan:
Animalia
Filum
:
Chodata
Kelas Ordo
: :
Aves Galliformes
Famili : Genus :
Phasianidae Gallus
Spesies :
G. gallus
Gambar 1. Ayam Broiler di Closed House Pada umur 4 minggu, ayam sudah dapat dipasarkan dengan bobot badan kira-kira 0,8-1,0 kg, bahkan terkadang bisa lebih dari itu. Bobot hidup 2,1 kg dicapai pada umur 6 minggu untuk ayam broiler jantan dan 1,7 kg untuk ayam broiler betina (data tahun 1994). Sedangkan berdasarkan data pada tahun 1984, bobot badan tersebut dicapai pada umur 7 minggu pada program pemberian ransum yang sama (NRC, 1984 dan 1994). Ayam broiler jantan dan betina dipasarkan dengan bobot 1,8-2,0 kg (umur < 8 minggu) dalam bentuk karkas atau potongan komersial karkas dan juga
3
dijual hidup (NRC, 1994). Keunggulan dari ayam broiler tersebut dipengaruhi oleh sifat genetik dan keadaan lingkungan, meliputi pakan, temperatur lingkungan dan cara pemeliharaan atau menajemen. Berdasarkan tujuan pemeliharaan dan tipenya ayam dapat dikelompokan menjadi tiga kelompok. Ayam petelur, ayam pedaging, dan ayam dwiguna. Berikut penjelasan ketiga kelompok ayam ini. 1. Tipe petelur Ayam tipe petelur memiliki karakteristik bersifat nervous atau mudah terkejut, bentuk tubuh ramping, Kuping telinga bewarna putih dan kerabang telur bewarna putih. Karakteristik lainnya yaitu produksi telur tinggi (200 butir/ekor/tahun), efisien dalam penggunaan ransum untuk membentuk telur, dan tidak memiliki sifat mengeram. 2. Tipe pedaging Karakteristik ayam tipe pedaging bersifat tenang, bentuk tubuh besar, pertumbuhan cepat, bulu merapat ke tubuh, kulit putih dan produksi telur rendah. 3. Tipe Dwiguna Ayam tipe dwiguna memiliki karakteristik sifat tenang, bentuk tubuh sedang, produksi telur sedang, pertumbuhan ssedang dan kulit bewarna coklat. Dengan berdabagai macam strain ayam ras pedaging yang telah banyak beredar dipasaran. Peternak tidak perlu risau dalam menentukan macam strain ayamnya. Sebab semua jenis ayam broiler memilika sifat dan produktivitas yang relatif sama. Artinya seandainya terdapat perbedaan sifat, maka perbedaannya tidak terlalu mencolok atau sangat kecil sekali. Dalam menentukan pilihan strain yang akan dipelihari, peternak dapat meminta daftar produktifitas atau prestasi bibit yang dijual di Poultry Shoup. Berikut adalah daftar jenis strain yang banyak breedar dipasaran: Super 77, Tegel 70, ISA, Kim cross, Lohman 202, Hyline, Vdett, Missouri, Hubbard, Shaver Starbro, Pilch, Yabro, Goto, Arbor arcres, Tatum, Indian river, Hybro, Cornish, Brahma, Langshans, Hypeco-Broiler, Ross, Marshall”m”, Euribrid, A.A 70, H&N, Sussex, Bromo, CP 707 (Bambang, 1995). Penelitian ini membahas Sistem Pengembangan Basis Pengetahuan Budidaya Ayam Broiler Pada Closed House yang mencangkup manajemen DOC, manajemen pakan, manajemen lingkungan ideal, dan manajemen penyakit.
2. DOC (Day Old Chick) a. Pemilihan DOC DOC (Day Old Chick) adalah anak ayam broiler yang masih berusia sehari dan ukurannya kecil Kualitas DOC sangat menentukan hasil panen budidaya ayam broiler, semakin bagus DOC yang didapat maka semakin mudah bagi peternak dalam memanajemen budidaya ayam broilernya. Ada beberapa pedoman yang harus dilakukan oleh peternak dalam memilih DOC : - DOC harus berasal dari induk yang sehat agar tidak membawa penyakit bawaan. Apabila baru tiga hari sudah banyak yang mati sedangkan dari penanganan tidak ada masalah, maka penyebab kematiaanya yaitu kualitas DOC yang buruk, - Ukuran atau bobot, jika ukuran atau bobot DOC relatif kecil maka sumber penyebabnya adalah telur tetas ayam itu. Telur tetas yang besar akan menghasilkan ukuran atau bobot DOC yang relatif besar begitu pula sebaliknya, sehingga telur harus ditetaskan pada ukuran dan bobot rata-rata, - DOC memperlihatkan mata yang cerah dan bercahaya aktif sehingga tampak tegar. Kecerahan mata ini adalah hal yang paling mudah untuk mendeteksi apakah DOC itu bagus atau tidak, - DOC tidak memperlihatkan cacat fisik seperti kaki bengkok, mata buta atau kelainan fisiklainnya. Berikut ini beberapa ciri DOC yang baik : - Bulu putih, kering dan bersih
4
-
Mata cerah dan bercahaya bobot minimal ± 39 gr/ekor kaki gemuk dan kokoh lincah tidak mempunyai cacat tubuh
b. Manajemen Awal DOC Bibit yang baik membutuhkan pemeliharaan yang baik pula. Apabila DOC ayam broiler dipelihara secara sembarangan seperti ayam di desa – desa, maka keunggulan ayam broiler tidak akan tampak. Perawatan yang paling penting untuk DOC diantaranya vaksinasi yang baik dan benar, persipan kandang seperti pengaturan kepadatan, persipan sistem pakan, persiapan peminuman, dan manajemen litter. Hal ini akan dibahas secara detail di sub-bab selanjutnya. Setelah mendapatkan DOC yang bagus, maka hal yang harus diperhatikan selanjutnya yaitu perawatan DOC saat baru tiba dari pihak suplier. Berikut adalah beberapa langkah yang harus dilakukan oleh peternak: 1. DOC yang baru tiba dikeluarkan dari dalam dus kemasannya sambil dihitung. Biasanya untuk setiap dus berisi 100 ekor DOC ditambah 2 ekor untuk bonus ekstra bilamana ada DOC yang mati atau cacat selama dalam perjalanan. Setelah itu DOC dimasukkan kedalam kandang mini (chick guard) 2. DOC diberi air gula dengan perbandingan 1 sendok gula dengan 1 liter air, hal ini berguna untuk penyediaan energi agar daya tahan tubuh tidak terjadi penurunan 3. Selanjutnya DOC diberi air yang dicampur obat antistres yang mengandung vitamin, mineral, dan antibiotik. Pemberian obat antistres diberikan dari hari pertama hingga hari kedua. 4. Selanjutnya ayam diistirahatkan dan baru diberi makan dengan ketentuan yang telah dietapakan berdasarkan umur.
3. Kepadatan Kandang Densitas yang baik sangat mendukung keberhasilan sistem produksi ayam broiler, meningkatkan pengoptimalan kinerja ruangan, serta penting untuk menjamin keamanan ayam. Sedangkan densitas yang salah dapat menyebabkan kaki sakit, memar, dan menyebabkan kematian, serta menyulitkan pembersihan kotoran atau sampah. Banyak perbedaan pendapat mengenai densitas dibeberapa negara di seluruh dunia, tapi pada umumnya di negara yang mempunyai suhu tinggi atau negara tropis densitas ideal sekitar 28 - 30 kg/ . Berikut adalah tabel perbandingan kepadatan (kg/ ) dengan Berat Panen (kg) Yang diinginkan pada umur sekitar 35 – 38 hari. Tabel 2. Kepadatan Broiler Berat Panen (kg) 1.0 – 1.2 1.2 – 1.4 1.4 – 1.8 1.8 – 2.2 2.2 – 2.7 2.7 – 3.2 3.2 – lebih 3.2 Sumber : Cobb Broiler, 2010
Kepadatan Optimum (kg/ 26 – 28 23 – 25 19 – 21 14 -16
)
12 – 14 10 – 12 10 – 12
5
Misalkan kita memakai - Berat Panen = 2. 2 kg maka densitasnya 14 ekor/ atau 30 kg/ - Ukuran kandang 12 m x 120 m (saran dari dosen)= 1440 - Maka kapasaitas kandangnya = 1440 x 14 ekor/ = 20160 ekor
4. Sistem Pemberian Air Minum (Dringking System) Penyediaan air minum dengan laju yang memadai merupakan hal mendasar dalam produksi unggas. Tampa asupan air minum yang cukup maka konsumsi pakan akan menurun dan pertumbuhan unggas khususnya ayam broiler akan lambat. Sistem pemberian air minum yang umum digunakan yaitu sistem terbuka dan system tertutup. Ada dua tipe peminuman sistem tertutup yang umum digunakan yaitu: Nipel cepat yang beroperasi pada 80 – 90 ml/min. Jenis nipel ini mempunyai cup untuk
-
menangkap kelebihan air. Umumnya 12 ekor/nipel dengan laju aliran tinggi Nipel lambat yang beroperasi pasa 50 – 80 ml/min. Nipel ini tidak memunyai cup, tekanan
-
harus disesuaikan untuk memenuhi persyaratan broiler. Umunya 10 ekor/nipel dengan laju aliran air yang rendah. Misalkan dipakai nipel lambat -
Maka kebutuhan nipel = 20160 ekor/ (12 ekor/nipel) = 16080 nipel dengan kecepatan nipel 80 - 90 ml/min
Misalkan dipakai nipel cepat -
Maka kebutuhan Nipel = 20160 ekor/ (10 ekor/nipel) = 2016 nipel dengan kecepatan 50 – 80 ml/min Konsumsi air harus berkisar 1.6 – 2 kali dari berat pakan, tapi akan berfariasi tergantung
dengan suhu lingkungan, kualitas pakan, dan kesehatan ayam broiler. Berikut beberapa hubungan kenaikan temperature dengan kenaikan konsumsi air Tabel 3. Rasio Air Pakan
Suhu (
)
Air (liter) : Pakan (kg)
0–4
1.7 : 1
4 – 20
2:1
20 – 26
2.5 : 1
26 – 27
5:1
Lebih dari 27
5:1
Sumber: Singleton, 2004
5. Sistem Pemberian Pakan (Feeding System) Penyediaan tempat pakan sangat penting untuk pertumbuhan ayam broiler, jika tempat pakan terlalu sedikit maka pertumbuhan akan terhambat dan tidak seragam. Distribusi pakan yang bagus merupakan kunci agar konsumsi pakan sesuai dengan ketentuan. Semua sistem pakan harus dikalibrasi agar volume konsumsi pakan bisa cukup dan limbah pakan minimal. Berikut contoh sistem pemberian pakan yaitu:
6
Pan Pakan Otomatis (Automatic Pan Feeder) -
Diameter pan yang direkomendasikan sekitar 60-70 ekor per 33 cm
-
Memerlukan Overflow untuk memulai mengatur anak ayam
Pan pakan dianjurkan karena akan membuat pergerakan ayam terbatas, tingkat tumpahan pakan sagat rendah, dan meningkatkan konversi pakan. Pan feeder harus selalu dalam keadaan prima agar pan yang masuk dalam terisi penuh. Berikut adalah perbandingan lebar tempat (House Width) dengan perbandingan jumlah baris pan yang dianjurkan : Tabel 4. Jumlah Baris Pan Bersarkan Lebar Kandang
Lebar Kandang (m)
Jumlah Baris
Kurang 12.8
2
12.8 – 15
3
16 – 20
4
21 – 25
5
Sumber: Cobb Broiler, 2010 Misal 1 pan untuk 60 ekor -
Maka jumlah pan yang dibutuhkan 20160/60 = 336 pan
-
Jika lebarnya 12 m, maka 2 baris dengan 1 baris = 168 pan
6. Manajemen Litter Manajemen litter merupakan hal yang fundamental dalam menjaga lingkungan hidup, hal ini sangat berpengaruh pada kesehatan ayam broiler. Berikut akan dibahas mengenai pentingnya managemen litter, alternatif litter, evaluasi litter, kebutuhan litter minimum. a. Pentingnya Fungsi Litter Berikut beberapa fungsi penting litter -
Untuk menyerap kelembaban
-
Untuk meminimalkan kontak langsung antara ayam broiler dengan kotoran
-
Untuk memberikan isolasi dari suhu lantai yang dingin Kriteria minimal litter yang harus ditetapkan yaitu litter harus bisa menyerap air dengan baik,
ringan, murah, dan tidak beracun. b. Kebutuhan Litter Minimum Tabel 5. Tinggi Litter Berdasarkan Bahan Tipe Litter
Tinggi Litter (cm)
Serutan kayu
2.5
Serbuk Gerbaji
2.5
Gerami
2.5
Sekam Padi
5
Sekam Bunga
5
Sumber: Cobb Broiler, 2010
7
Misal sekam padi yang dipakai sebagai litter, maka tinggi litter sekitar 5 cm. hal ini membutuhan sekitar 600 karung sekam, dengan ukuran karung 50 kg untuk ukuran kandang 1440 .
7. Suhu dan RH Beberapa aktivitas ayam broiler yang harus diperhatikan di dalam kandang yaitu aktivitas makan, minum, bergerak, beristirahat, bersuara, dan berkerumun atau tidak, semua aktivitas ini tidak lepas dari pengaruh suhu dan RH. Berikut panduan suhu dan kelembaban berdasarkan umur: Tabel 6. Suhu dan RH Berdasarkan Umur
Umur (Hari)
Kelembaban (RH %)
0–6
30 – 50
34
7 – 13
40 – 60
31
14 – 20
40 – 60
27
21 – 27
40 – 60
24
28 – 35
50 – 70
21
36 – 42
50 – 70
19
Lebih 42
50 – 70
18
Suhu (
)
Sumber: Cobb Broiler, 2010
8. Pencahayaan Pencahayaan dirancang berdasarkan perububahan usia dan bervariasi tergantung dari berat akhir ayam broiler yang diminta oleh pasar. Pencahayaan yang dirancang untuk mencegah pertumbuhan yang berlebihan antara 7 sampai 21 hari telah terbukti menurunkan derajat kematian, kaki bermasalah, serta bisa meningkatkan kekebalan tubuh. Agar produk bisa seragam maka pencahayaan harus terdistribusi secara merata. Berikut adalah tiga tipe program pencahayaan yaitu: 1.
Program Pencahayaan Standard pilihan 1
Tipe program pencahayaan mempunyai ciri: -
Kepadatan stok lebih dari 18 ekor/
-
Rata-rata bobot harian kurang dari 50 g/hari
-
Bobot setelah disembelih kurang dari 2.0 kg
8
Tabel 7. Pencahayaan Standard 1 Berdasarkan Umur
Umur (Hari)
Lama Penggelapan (Jam)
0
0
1
1
100 – 160 gram
6
5 hari sebelum panen
5
4 hari sebelum panen
4
3 hari sebelum panen
3
2 hari sebelum panen
2
1 hari sebelum panen
1
Sumber: Cobb Broiler, 2010 2.
Program Pencahayaan Standard pilihan 2
Tipe program pencahayaan jenis ini mempunyai ciri : -
Kepadatan stok sekitar 14 – 18 ekor/
-
Rata-rata bobot harian 50 – 60 g/hari
-
Bobot setelah disembelih 2.0 – 3.0 kg Tabel 8. Pencahayaan Standard 2 Berdasarkan Umur
Umur (Hari)
Lama Penggelapan (Jam)
0
0
1
1
100 – 160 gram
9
22
8
23
7
24
6
5 hari sebelum panen
5
4 hari sebelum panen
4
3 hari sebelum panen
3
2 hari sebelum panen
2
1 hari sebelum panen
1
Sumber: Cobb Broiler, 2010
3. Program Pencahayaan Standard pilihan 3 Tipe pencahayaan ini mempunyai ciri -
Kepadatan stok kurang dari 14 ekor/
-
Rata-rata bobot harian lebih besar dari 60 g/hari
-
Bobot setelah disembelih lebih besar dari 3.0 kg
9
Tabel 9. Pencahayaan Standard 3 Berdasarkan Umur
Umur (Hari)
Lama Penggelapan (Jam)
0
0
1
1
100 – 160 gram
12
22
11
23
10
24
9
29
8
30
7
31
6
5 hari sebelum panen
5
4 hari sebelum panen
4
3 hari sebelum panen
3
2 hari sebelum panen
2
1 hari sebelum panen
1
Sumber: Cobb Broiler, 2010 Berikut keuntungan dengan penggunaan program pencahayaan ini : -
Periode gelap merupakan kebutuhan alami hewan khususnya ayam broiler
-
Adanya konversi energi selama istirahat menyebabkan kenaikan konversi pakan
-
Kematian dan cacat tulang berkurang
-
Periode terang/gelap meningkatkan produksi melatonim yang penting dalam meningkatkan sistem kekebalan tubuh
-
Keseragaman meningkat
-
Tingkat pertumbuhan bisa sama atau melebihi sistem pencahayaan kontinu
9. Ventilasi Tujuan utama dari Ventilasi yaitu untuk memberikan kualitas udara yang baik bagi ayam broiler. Sangat penting untuk ayam broiler untuk mendapatkan asupan Oksigen ( serta Karbon Dioksida (
), Karbon Monooksida (CO), dan Amonia (
sistem ventilasi dalam kandang buruk, maka akan meningkatkan jumlah kotoran atau debu. Tingkat kenaikan Amonia (
) yang cukup,
) yang minimal. Jika ,
, dan jumlah
) harus benar – benar bisa dievaluasi. Jika
) terlalu tinggi maka akan menyebabkan luka bakar pada mata, iritasi mata, iritasi kulit, dan
kebutaan.
10
Tabel 10. Kandungan Udara
Kandungan Udara Oksigen (
Batas > 19.6 %
) )
< 0.3 %
Karbon Monoksida (CO)
< 10 %
Karbon Dioksida (
Amunia (
< 10 %
)
45 – 65 %
Kelembaban/RH (%) Kotoran
< 3.4 mg/
Sumber: Cobb Broiler, 2010 Selain suhu yang baik, ventilasi merupakan hal penting dan harus diperhatikan. Ventilasi mendistribusikan udara ke seluruh ruangan kandang dan menjaga agar kualitas udara selalu baik. Contohnya jika kadar Amunia terlalu rendah di satu minggu terakhir akan menyebabkan penurunan berat badan. Ammonia harus sebesar 20% pada saat 1 minggu terkhir dan tingkat ammonia disimpan pada level 10 ppm. Berikut kecepatan udara maksimum berdasarkan usia ayam broiler: Tabel 11. Kecepatan Ventilasi Umur (Hari) 0 – 14 15 – 21 22 – 28 > 28 Sumber: Cob Broiler, 2010
Kecepatan (m/s) 0.3 0.5 0.875 1.75 – 2.5
- Penetuan Jumlah Fan Ventilasi minimum merupakan jumlah minimum ventilasi yang diperlukan untuk menunjukan potensi genetik penuh dengan memastikan kandungan oksigen yang cukup . Persyaratan minimal yang diperlukan meliputi: -
Pemberian oksigen sudah memenuhi kebutuhan metabolisme ayam broiler
-
kelembaban relatif dan suhu sudah sesuai
-
Pengkondisian limbah yang baik
Sistem ini harus independen dari sistem kontrol suhu, dan sangat baik jika dioperasikan dengan timer dengan mengesampingkan suhu. Umumnya siklus timer yang sering digunakan 5 menit, dan tidak lebih 10 menit. Waktu running minimal 20 % dari waktu total, jika waktu total 10 menit maka siklusnya 2 menit running dan 8 menit off, jika total waktu 5 menit maka siklusnya 1 menit running dan 4 menit off. Sistem ventilasi minimal ini dihitung dalam dua tahap, tahap pertama dan dan tahap kedua : a. Tahap pertama -
Fan harus dioperasikan pada siklus timer bukan pada thermostat
-
Fan harus pada volume tetap dan kecepatan tidak variable
-
Kapasitas fan harus mampu menampung udara total setiap 8 menit
-
Jumlah fan yang diperlukan untuk setiap putaran 8 menit yaitu:
11
Volume kandang (
) dibagi kapasitas fan yang tersedia (
/min)
Volume kandang (
) dibagi kapasitas fan yang tersedia (
/min)
Catatan : -
Volume kandang = Panjang x Lebar x tinggi rata - rata
-
Tinggi rata – rata = tinggi sisi dinding + ½ tinggi puncak
Contoh aplikasi sebagai berikut Panjang = 120 m, lebar = 12 m, dan tinggi rata – rata = 2.5 m Fan yang digunakan : -
900 mm dan kapasitas kerja 345
-
1200 mm dan kapasitas kerja 600
/min /min
Perhitungan : -
Volume kandang = 120 m x 12 m x 2.5 m = 3600
-
Kapasitas kerja fan diguanakan 900 mm = 345
-
Pertukaran udara kandang setiap 8 menit
-
3600
-
450 (
/ 8 menit = 450 /min) / 345 (
/min
/min
/min) = 1.03 fan atau 2 fan yang digunakan
b. Tahap kedua Pada ventilasi kedua ini minimal pertukaran udara setiap 5 menit dan dijalankan pada kontrol suhu saja, tidak menggunakan timer. Contoh perhitungan fan pada tahap kedua. -
Volume kandang = 120 m x 12 m x 2.5 m = 3600
-
Kapasitas kerja fan digunakan 900 mm = 345
-
Pertukaran udara kandang setiap 5 menit
-
3600
-
720 (
/ 5 menit = 720 /min) / 345 (
/min
/min
/min) = 2.08 fan atau 3 fan yang digunakan
Catatan : tingkat kandungan C
maksimal diudara adalah 3000 ppm, jika melebihi itu maka
ventilasi harus ditingkatkan. Disarankan memakai fan 900 mm dan langsung dioperisikan pada kapasitas 345
/min dan tekanan statik 50 pa.
10. Nutrisi/Pakan Ayam broiler tidak dapat membuat makanannya sendiri. Dalam ayam broiler terdapat rantai mikroorganisme yang hanya bisa mempertahankan rantai pendek saja. akibatnya ayam broiler harus mengambil semua kebutuhan nutrisinya dari luar. Untuk keperluan pertumbuhan dan keperluan hidupnya ayam broiler memerlukan protein, energi, vitamin, mineral, air, dan beberapa unsur lainnya. Semua unsur gizi ini saling terkait dan saling mempengaruhi. Kebutuhan unsur gizi ini ada batasnya jika terlalu sedikit atau terlalu banyak akan memberikan dampak tersendiri. Berikut akan dibahas peranan unsur – unsur gizi itu dan kebutuhannya untuk ayam broiler.
12
a. Protein dan Asam Amino Protein merupakan gabungan dari beberapa asam amino yang mengikutu aturan – aturan tertentu. Protein merupakan salah satu unsur utama bagi pertumbuhan ayam broiler, sehingga jika ayam kekurangan protein, maka pertumbuhannya akan terganggu. Berikut beberapa manfaat dari protein. -
Membangun dan membetuk jaringan tubuh
-
Membentuk enzim – enzim atau bagian dari enzim itu. Enzim ini terbentuk dalam pencernaan pakan, sehingga jika kekurangan enzim maka pencenaan makanan menjadi terganggu, selanjutnya mengganggu pertumbuhan dan daya tahan ayam.
-
Dalam keadaan kurang energi protein bisa dirubah dalam bentuk energi
-
Untuk kebutuhan reproduksi. Kebutuhan protein untuk ayam broiler ini dibagi menjadi dua bagian. Yaitu kebutuhan pada
Starter Periode (periode awal) dan Finisher Periode (periode akhir). Kebutuhan periode awal ini dalam kurun waktu 0 – 3 minggu, sedangkan kebutuhan untuk periode akhir dari 4 minggu hingga ayam broiler itu dipanen. Kebutuhan protein pada periode awal di daerah tropis sekitar 23%, sedangkam pada periode akhir sebesar 21%. Secara umum sumber protein dibagi menjadi 2 bagian, yaitu sumber protein nabati (tumbuh - tumbuhan) dan sumber protein hewani. Sumber protein nabati yang sering digunakan bungkil kedelai, bungkil kelapa, dan lain – lain. Sedangkan sumber protein hewani yang sering digunakan adalah tepung ikan, dan lain – lain.
b. Energi Semua aktivitas ayam broiler memerlukan energi sehingga energi merupakan unsur gizi utama disamping protein. Energi yang ada dalam makan tidak semua digunakan, tapi sebagian terbuang dalam tinja dan ada bagian yang diambil oleh alat pencernaan. Dari bagian yang dapat diambil tadi ada yang terbuang melalui urin dan sisanya dinamakan Energi Metabolisme (ME) yang sering digunakan sebagai tolak baku energi. Pada dasarnya kebutuhan energi selalu terikat dengan protein, artinya kadar protein yang masuk kedalam tubuh akan mempungaruhi kebutuhan energi tubuh. Berikut adalah nilai kebutuhan protein menurut Baehaqi 1998. Pada minggu 1 27 % ransum minggu 1 Pada minggu 2 22 % ransum minggu 2 Pada minggu 3 19 % ransum minggu 3 Pada minggu 4 – 5 17 % ransum minggu 4
Berikut merupakan tabel yang menyatakan standard kebutuhan pakan pada broiler jumbo 747 mulai dari 0 sampai 42 hari.
13
Tabel 12. Standard Kebutuhan Pakan (Broiler Jumbo 747 )
Hari Berat Badan (g) Jantan Betina Rata2 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
42 51 62 78 96 118 142 170 200 233 269 308 350 395 443 494 548 605 665 728 793 861 932 1005 1080 1157 1237 1318 1401 1486 1572 1660 1749 1839 1930 2022 2115 2208 2301 2395 2489 2583 2676
42 51 62 76 94 114 138 164 192 223 256 292 330 371 414 460 508 558 610 664 720 778 838 900 963 1028 1094 1162 1231 1301 1372 1444 1517 1591 1666 1741 1816 1892 1968 2044 2120 2196 2272
42 51 62 77 95 116 140 167 196 228 263 300 340 383 429 477 528 582 638 696 757 820 885 953 1022 1093 1166 1240 1316 1394 1472 1552 1633 1715 1798 1882 1966 2050 2135 2220 2305 2390 2474
Konsumsi Pakan Per Ekor (g) Jantan Betina Rata2 Harian Kum. Harian Kum. Harian Kum. 17 17 17 17 17 17 17 34 17 34 17 34 17 52 17 52 17 52 17 69 17 69 17 69 17 86 17 86 17 86 17 103 17 103 17 103 17 121 17 121 17 121 17 141 17 138 17 139 35 176 32 170 33 172 36 212 36 206 36 208 42 254 39 245 41 249 47 301 45 290 45 294 52 353 49 339 51 345 58 411 54 393 56 401 63 474 59 452 61 462 68 542 64 516 66 528 73 615 68 584 70 598 80 695 71 655 75 673 83 778 77 732 81 754 90 868 82 814 85 839 94 962 86 900 90 929 101 1063 91 991 95 1024 106 1169 96 1087 102 1126 115 1284 103 1190 109 1235 120 1404 108 1298 113 1348 126 1530 111 1409 119 1467 130 1660 116 1525 123 1590 136 1796 119 1644 127 1717 140 1936 123 1767 132 1849 145 2081 127 1894 136 1985 150 2231 130 2024 139 2124 154 2385 133 2157 144 2268 159 2544 136 2293 147 2415 162 2706 139 2432 150 2565 166 2872 141 2573 154 2719 171 3043 144 2717 158 2877 175 3218 147 2864 161 3038 179 3397 151 3015 164 3202 184 3581 152 3167 169 3371 187 3768 156 3323 171 3542 191 3959 157 3480 176 3718 195 4154 160 3640 177 3895 199 4353 162 3802 180 4075
Konversi Pakan Jantan Betina Rata2 0.88 0.88 0.88 0.88 0.88 0.88 0.88 0.88 0.91 0.94 0.97 1.00 1.03 1.06 1.09 1.12 1.15 1.18 1.21 1.24 1.27 1.29 1.32 1.34 1.36 1.38 1.40 1.42 1.44 1.46 1.48 1.49 1.51 1.53 1.54 1.56 1.58 1.59 1.61 1.63 1.64 1.66 1.68
0.88 0.88 0.88 0.88 0.88 0.88 0.88 0.88 0.91 0.94 0.97 1.01 1.04 1.07 1.11 1.14 1.17 1.20 1.23 1.26 1.29 1.32 1.34 1.37 1.39 1.41 1.44 1.46 1.48 1.50 1.52 1.54 1.56 1.58 1.60 1.62 1.64 1.66 1.68 1.70 1.72 1.75 1.77
0.88 0.88 0.88 0.88 0.88 0.88 0.88 0.88 0.91 0.94 0.97 1.00 1.03 1.07 1.10 1.13 1.16 1.19 1.22 1.25 1.28 1.30 1.33 1.35 1.38 1.40 1.42 1.44 1.46 1.48 1.50 1.52 1.54 1.55 1.57 1.60 1.61 1.63 1.65 1.67 1.68 1.70 1.72
14
11. Bio - Security Bio- security adalah istilah yang digunakan menggambarkan seluruh tindakan pencegahan agar ayam jauh dari akses penyakit baik yang bisa menular maupun tidak. Program bio-security yang komperenshif melibatkan tahapan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian. Berikut beberapa program kunci program bio-security. -
Membatasi para pengunjung yang masuk, pengunjung yang tidak memenuhi aturan dilarang masuk
-
Upayakan agar peralatan sebelum digunakan benar – benar dibersihkan
-
Semua kandang diusahakan untuk mempuyai kontrol hama termasuk untuk memantau aktivitas tikus
-
Dikandang harus terseduia pencuci tangan, toilet, baju ganti dan alas kaki
-
Ayam harus ditenpatkan pada usia dan status vaksinasi yang sama
-
Lakukan pengujian kandungan mikroba dan tingkat mineral pada waktu tertentu
12. Sanitasi Faktor utama untuk membuat unggas sehat yaitu dengan selalu menjaga kebersihan. Poin utama dari sanitasi ini yaitu bagaimana melakukan pembersihan dengan efektif. Berikut adalah poin kunci dari program sanitasi yang sukses -
Pada akhir panen pastikan kandang benar – benar bersih sebelum dingunakan untuk periode selanjutnya
-
Gunakan insektisida, sebaiknya digunakan setelah depopulasi dan sebelum peberian litter. Gunakan program kontrol hama, seperti tikus dan lain – lain
-
Bersihkan semua sampah, debu, dan kotoran yang berasal dari gudang, lubang – lubang, terowongan, kotak kipas, dan beberapa bagian yang lain.
-
Cuci peralatan kemudian keringkan sebelum digunakan kembali
-
Membuka lubang drainase dan jalur limpasan air, kemudian cuci dengan deterjen umum atau dengan bahan pencuci lain
-
Kandang harus dicuci dari ujung yang satu dengan ujung yang lain. Seharusnya kandang mempunyai sistem drainase yang baik agar tidak terdapat genangan air dalam kandang
-
Setiap bahan atau peralatan yang tidak dapat dibersihkan tidak bisa digunakan kembali
-
Peralatan dan bahan yang tidak terpakai harus dipindahkan dari daerah kandang.
13. Penyakit Penyakit berdasarkan bibit penyakit atau penyebabnya dibagi menjadi beberapa macam. Yaitu penyakit yang berasal dari bakteri, virus, protozoa, parasit, dan penyakit karena kelebihan atau kekurangan unsur gizi. Berikut beberapa penyakit yang sering terjadi pada ayam broiler.
a. Cronic Respiratory Disease (Ngorok) Penyakit ini menyerang ayam broiler pada masa pertumbuhan. Penyakit yang menyerang saluran pernafasan ini menyebabkan kematian, pertumbuhan terhambat, mutu karkas jelek, dan produksi telur akan menurun (Sofyadi, 2003).
15
Gambar 2. Contoh CRD Gejala : - Ayam terlihat diam dan tidak aktif - ayam sering bersin - ingus keluar lewat hidung - ngorok saat bernapas - diare Penyebab (Sofyadi 2003) : - karena infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh bakteri Mycoplasma gallisepticum - suhu lingkungan terlalu tinggi baik panas maupun dingin, terlalu padat, kurang ventilasi. pengendalian - Pengobatan : penyakit ini sangat sukar untuk disembuhkan, tapi disarnkan memakai bacitracin dan tylocin dengan disuntikan, air minum, atau pakan. - Pencegahan : pisahkan antara ayam yang terkena penyakit Ngorok dengan ayam yang tidak.
b. Newcastle Disease (Tetelo) Penyakit ini dinamakan Newcastle disease karena penyakit ini pertama kali ditemukan di daerah Newcastle pada tahun 1927. Biasanya jika ayam terkena penyakit ini akan dibarengi dengan penyakit yang lain seperti coryza, bronchitis, dan lain – lain. Di Indonesia penyakit ini terkenal ganas. Pada ayam broiler penyakit tatelo selain mengurangi produksi daging ayam akibat mati, juga mengurangi kualitas daging.
Gambar 3. Penyakit Newcastle Disease
16
Gejala : -
Ayam tidak aktif
-
Sayap terkulai
-
Mata ngatuk
-
Tortikolis (kepala yang mengarah kekanan, ke kiri, dan ke bawah dengan tidak menentu)
-
Nafsu makan turun
-
Kaki lumpuh
-
Diare
-
Sering berkumpul ditempat hangat
Penyebab : -
Virus yang sangat ganas famili Paramyxoviridae dengan genus Pneumovirus atau Paramyxovirus, dimana virus ini dapat menghemaglutinasi darah
Pengendalian penyakit : -
Pencegahan : Proses vaksinasi harus sesuai baik jenis vaksin dan dosisnya, serta upayakan agar lantai selalu dalam keadaan bersih dan kering. Pengobatan : Sampai saat ini, belum ada obat yang sesuai untuk menanggulangi penyakit Tatelo ini, upaya yang terbaik yaitu segera memisahkan ayam yang terkena penyakit Tatelo dengan ayam lain, karena mudah menular.
c. Infectious Bursal Disease (Gumboro) Penyakit ini termasuk penyakit yang baru yang dalam bahasa asingnya dikenal dengan Infectious Bursal Disease (IBD). Penyakit ini pertama kali ditemukan di Amerika serikat tahun 1962 di daerah Gumboro. Biasanya ketika ayam terkena penyakit ini maka akan diikuti oleh penyakit – penyakit yang lain seperti ND, penyakit jebgger biru, avian ence phalomyelitis.
Gambar 4. Gumboro Gejala :
-
hilangnya nafsu makan ayam bergerak tidak teratur terjadi peradangan disekitar dubur diare tubuh bergetar-getar bulu terlihat kotor
17
penyebab : - Penyakit ini disebabkan oleh virus IBD yang berasal dari famili (keluarga) virus Birnaviridae dan genus Avibirnavirus. Virus ini memiliki dua serotype yaitu I dan II. Hanya serotype I yang patogenik (menimbulkan sakit) pada ayam. Serotype II menyerang kalkun dan tidak patogenik pada ayam. Biasanya ayam terkena penyakit ini di minggu
ke 3 – 6. Pengendalian : - Pencegahan : pisahkan antara ayam terkena penyakit Gumboro dengan yang tidak, pemberian vaksin Gumboro pada saat ayam berumur 7 – 9 hari melalui air minum, dan jaga kebersihan kandang, alat – alat peternakan, dan pekerjanya. - Pengobatan : belum ada obat yang bisa menyembuhkan penyakit ini. Namun penyakit ikitannya bisa diobati dengan antibiotika, sulfanomides, dan nitrofurans.
d. Coccidiosis (Berak Darah) Penyakit ini popular pada peternakan ayam broiler. Biasanya pada saat ayam berumur 4 – 5 minggu.
Gambar 5. Berak Darah Gejala : - Tinja berdarah - diare - Nafsu makan kurang - Sayap terkulasi - Bulu kusam - menggigil kedinginan. Penyebab : -
Litter yang basah sehingga protozoa dengan kelas Coccodia bisa berkembang dengan baik. Coccodia yang menyebabkan warna merah pada tinja.
Pengendalian : -
Pencegahan : manajemen litter harus diperbaiki, seperti kebersihannya, kelembapannya
-
Pengobatan : dengan Tetra Chlorine Capsule diberikan melalui mulut, Noxal, Trisula Zuco tablet dilarutkan dalam air minum atau sulfaqui moxaline, cxaldayocox.
e. Coryza Coryza juga merupakan penyakit yang sering terjadi di peternakan ayam broiler. Coryza atau pilek bila menyerang kandang akan diikuti oleh penyakit – penyakit yang lain fowl pox, CRD, dan kekurangan vitamin A.
18
Gambar 6. Coryza
Gejala : -
Ayam menggigil
-
Mata sayu dan berair
-
Keluar cairan dari lubang hidung
-
Mengeluarkan bau spesifik dari mulut
Penyebab : -
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Haemophilus gallinarum. Bakteri ini tidapat hidup diluar tubuh induk semangnya dan mati dalam tempo 4 hari pada temperature
C.
Pengendalian : -
Pencegahan : cuci alat peternakan yang masuk kedalam kandang, atur perubahan temperature
Induk ayam broiler divaksinasi untuk mencegah terjadinya beberapa penyakit dan meningkatkan antibodi. Antibodi ini melindungi ayam pada awal fase pertumbuhan namun tidak melindungi pada semua fase. Sehingga memerlukan adanya vaksinasi baik pada tempat penetasan maupun di kandang untuk mencegah terjadinya penyakit – penyakit tertentu. Hal penting yang perru diperhatikan dari vaksinasi adalah: jenis vaksin yang digunakan (ND, IB, IBD, dll), teknik vaksinasi, dan penyebab kegagalan vaksinasi.
a. Teknik Vaksinasi Berikut teknik vaksinasi melalui tetes. Cara vaksinasi ini umumnya dilakukan pada ternak ayam yang masih berumur beberapa hari, misalnya 4 hari. -
peralatan pelarut dan botol penates
-
larutkan vaksin dalam pelarut yang dingin
-
jaga agar vaksin tetap dingin selama vaksinasi
-
keluarkan dahulu gelembung udara dengan cara membalikkan botol penetes sehingga akan keluar beberapa tetesan
-
bola mata harus terletak horizontal supaya tetesan vaksin tidak terlalu cepat mengalir
19
-
pada tetes hidung, salah satu lubang hidung harus ditutup sehingga vaksin dapat terhirup
-
setelah penetesan, biarkan tetesan menghilang ke dalam rongga mata atau hidung sebelum ayam dilepaskan
Teknik vaksinasi melalui air -
Vaksin harus dihabiskan dalam jangka waktu 1 – 2 jam
-
Vaksin disimpan dalan suhu yang sesuai
-
Vaksinasi awal pada pagi hari untuk mengurangi stres terutama pada cuaca panas
-
Hindari air dari logam – logam berat misanya tembaga dan besi
-
pH harus sekitar 5.5 – 7.5, jika pH terlalu basa maka air akan pahit
-
Siapkan vaksin dan bahan stabilizer dalam wadah yang bersih dan bebas dari bahan kimia
-
Saring air dengan air 72 jam sebelum vaksinasi dilakukan
-
Vaksinasi bisa dilakukan secara merata dengan menggunakan mediator
-
Campur 2.5 g susu skim bubuk
-
Siapakan susu skim 20 menit sebelum vaksin dicampur
-
Catat jenis produk vaksin, tanggal kadaluarsa, pada kertas grafik
-
Tuangkan vaksin, stabilizer, dan warna yang disiapkan ke tangki header
-
Pastikan bahwa vaksin telah bercampur dan berjalan secara seragam
-
Catat waktu konsumsi air vaksin dan rekomendasi buat vaksinasi selanjutnya
Teknik vaksinasi melalui spray aerosol -
Vakasinasi spray membutuhkan perhatian yang lebih disbanding vaksinasi air
-
Memastikan bahwa peralatan bisa berfungsi dengan baik sesuai dengan diharapkan, setidaknya 1 minggu sebelum vaksinasi dilakukan
-
Semprotkan vaksin setelah anak ayam berusia 1 hari, biasanya membutuhkan jenis spareyer tertentu
-
Gunakan spreyer hanya untuk vaksinasi saja, jangan pernah digunakan untuk bahan kimia lain
-
Lakukan vaksinasi dipagi hari untuk mengurangi terjadinya stres, terutama pada saat cuaca panas
-
Pastikan vaksin disimpan pada suhu yang sesuai, yaitu sekitar
-
Catat produk vaksin, tanggal kadaluarsa, nomer seri atau hal – hal lainnya
-
Siapkan vaksin dan stabilizer pada wadah yang steril
-
Gunakan air segar dan steril sebagai campuran
-
Bilas sperayer dengan air bersih
-
1 buah volume spreyer sekitar 15 – 30 L per 30.000 ayam broiler
-
Jarak antara vaksinator tidak boleh lebih 4 m dan spreyer harus sekitar 1 m diatas ketinggian ayam broiler.
-
Matikan kipas selama 20 menit setelah penyempropotan selesai, asalkan ayam broiler tidak merasa kepanasan
-
Setelah vaksinasi, bilas ayam broiler dengan air bersih dan biarkan mengering
20
b. Penyebab Kegagalan Vaksinasi -
kesalahan aplikasi vaksin baik hal teknis, jenis, maupun jadwal
-
kekurangan jumlah antigen dalam vaksin
-
kekebalan dari induk yang mengganggu/menghambat perbanyakan virus vaksin
-
segala bentuk infeksi yang terjadi menjelang vaksinasi
-
munculnya virus yang tidak terlindungi oleh vaksin
B. Basis Data Menurut Turban et a.l (2005) menyatakan data merupakan perihal/item tentang sesuatu, peristiwa, aktivitas, dan transaksi yang didokumentasikan, diklasifikasikan, dan disimpan tetapi tidak diorganisasikan menjadi suatu arti yang khusus. Item data dapat berupa angka, huruf, gambar, suara, atau gambar. Informasi adalah data yang sudah diorganisasikan sedemikian rupa yang memberi arti untuk penerima. Sedangkan pengetahuan adalah terdiri dari item data dan atau informasi yang diorganisasikan dan diproses untuk dimengerti, berupa pengalaman, pembelajaran terakumulasi, dan keahlian yang aplikatif, untuk suatu permasalahan dan aktivitas. Pengetahuan dapat menjadi aplikasi dari data dan informasi dalam pengambilan keputusan. Pengetahuan juga diartikan sebagai informasi yang kontekstual, relevan, dan actionable Gambar 3.
Gambar 7. Data, Informasi, dan Pengetahuan (Turban, 2005) Menurut Kusrini (2008) pengetahuan dikasifikasikan menjadi: 1. Pengetahuan prosedural (prosedural knowledge) : lebih menekankan pada bagaimana melakukan sesuatu. 2. Pengetahuan deklaratif (declarative knowledge) : menjawab pertanyaan apakan sesuatu bernilai salah atau benar. 3. Pengetahuan tacit (tacit knowledge) : pengetahuan yang tidak bisa diungkapkan dengan bahasa. Pengetahuan bisa dimasukkan secara manual, semi-otomatis, maupun otomatis. Secara manual pengetahuan berasal dari wawancara dan observasi. Semi-otomatis dilakukan dengan bantuan knowledge engineer dengan sumber dari pakar. Sedangkan secara otomatis pengetahuan dimasukan sedikit dari knowledge engineer dan dari pakar. Dalam membangun sebuah sistem manajemen budidaya ayam broiler berupa knowledge base perlu pembangunan basis data sebagai modal awal untuk mengembangkan sistem. Basis data terdiri dari dua kata yaitu basis dan data. Basis kurang lebih dapat diartikan sebagai markas atau gudang, tempat bersarang atau berkumpul. Sedangkan data adalah representasi fakta dunia nyata yang mewakili suatu objek seperti manusia, barang, hewan, tumbuhan, peristiwa, konsep, keadaan yang direkam dalam bentuk angka, huruf, simbol, teks, gambar, bunyi, atau kombinasinya (Fathansyah, 2004). Basis Data (Batabase) dapat dibayangkan sebagai sebuah lemari arsip yang menyimpan beberapa file yang dilakukan untuk mempermudah dan mempercepat pengambilan file itu saat
21
diperlukan. Basis data terdiri dari 2 kata, yaitu Basis dan Data. Basis kurang lebih dapat diartikan marka atau gudang. Sedangkan Data adalah representasi fakta dunia nyata yang memwakili suatu objek seperti manusia (pegawai, siswa, pembeli, pelanggan), barang, hewan, peristiwa, konsep, keadaan, dan sebagainya, yang direkam dalam bentuk angka, huruf, symbol, teks, gambar, bunyi, dan kombinasinya. Basis Data sendiri dapat didefinisikan dalam sejumlah sudut pandang seperti : 1. Kumpulan data yang saling berhubungan yang disimpan secara bersama sedemikian rupa dan tampa pengulangan (redudansasi) yang tidak perlu, untuk memenuhi berbagai kebutuhan. 2. Kumpulan file/table/arsip yang saling berhubungan yang disimpan dalam media penyimpanan elektronik 3. Himpunan kelompok data (arsip) yang saling berhubungan yang diorganisasi sedemikian rupa agar kelak dapat dapat dimanfaatkan kembali dengan cepat dan mudah. Pada dasarnya basis data dan lemari arsip sesungguhnya memiliki prinsip kerja dan tujuan yang sama. Prinsip utamanya adalah pengaturan data atau arsip. Dan tujuan utamnya adalah kemudahan dan kecepatan dalam pengambilan kembali data/arsip. Perbedaanya hanyalah terletah pada media yang digunakan. Jika lemari arsip menggunakan lemari dari besi atau kayu sebagai media penyimpanan, maka basis data menggunakan media penyimpanan elektronis. Hal ini merupakan konsekuensi yang logis karena lemari arsip langsung dikelola atau ditangani oleh manusia, sementara basis data dikelola oleh melalui perantara alat/mesin pintar elektronis (komputer). Perbedaan media ini yang akan menghasilkan perbedaan – perbedaan yang lain yang menyangkut jenis metoda/cara yang dapat digunakan dalam upaya penyimpanan.
Gambar 8. Gambar Perbedaan Lemari Arsip dengan Basis Data (Fathansyah, 2004) Tidak semua bentuk penyimpanan elektronis bisa disebut basis data. Karena pada basis data harus terdapat pengaturan/pemilihan/pengorganisasian data yang akan kita simpan sesuai dengan fungsi dan jenisnya. Pemilihan/pengelompokan/pengorganisasian ini dapat berbentuk sejumlah file/table terpisah atau bentuk pendifinisian kolom-kolom dalam setiap file table.
Secara lebih lengkap, pemanfaatan basis data dilakukan untuk memenuhi sejumlah tujuan (objektif) seperti beriku ini (Fathansyah, 2004) : Kecepatan dan Kemudahan (Speed) Pemanfaatan basis data memungkinkan kita untuk dapat menyimpan data atau melakukan perubahan/manipulasi terhadap data atau menampilkan kembali data tersebut dengan cepat dan
22
mudah. Dari pada menyimpan data secara manual atau elektronis tetapi tidak dalam bentuk penerapan basis data, misalnya dalam bentuk dokumen teks biasa. Efisiensi Ruang Penyimpanan (Space) Keterkaitan yang erat antara kelompok data, maka akan mengakibatkan terjadinya redudansi (pengulangan). Banyaknya redudansi ini akan mengurangi space memori yang ada dalam Komputer. Dengan adanya basis data, maka efisiensi/pengulangan penggunaan ruang penyimpanan dapat dilakukan, karena kita dapat melakukan penekanan jumlah redudansi data, baik dengan menerapkan pengkodean maupun membuat relasi – relasi antar kelompok data yang saling berhubungan. Keakuratan (Accuracy) Pemanfaatan pengkodean atau pembuatan relasi antar data bersama dengan penerapan aturan/batasan tipe data, domain data, keunikan data, dan sebagainya, yang secar ketat dapat diterapkan dalam sebuah basis data, sangat berguna untuk menekan ketidakakuratan pemasukan/penyimpanan data. Ketersediaan (Availability) Pertumbuhan data baik dari sisi jumlah maupun jenisnya, akan membutuhkan semakin banyak memori untuk ruang penyimpanan. Padahal tidak semua data itu kita butuhkan. Sehingga kita dapat memiilih data utama/master/referensi, data transaksi, data histori, hingga data kadaluarsa. Data yang sudah jarang dipakai dapat kita atur untuk dilepaskan dari sistem basis data yang sedang aktif (menjadi off-line) baik dengan cara penghapusan atau memindahkannya kemidia penyimpanan off-line. Disisi lain, karena kepentingan pemakaian data, sebuah basis data dapat memiliki data yang tersebar dibanyak lokasi geografis. Sehingga dengan pemnfaatan teknoliogi jaringan computer ini, data yang ada di suatau cabang/lokasi, dapat diakses menjadi data yang tersedia/available bagi cabang lain. Kelengkapan (Completeness) Lengkap atau tidanya data yang kita kelola dalam sebuah basis data bersifat relatif. Bila seorang pemakai menganggap bahwa data yang dipelihara sudah lengkap, maka pemakai yang lain belum tentu berpendapat sama. Atau yang sekarang dianggap lengkap, belum tentu dimasa yang akan datang juga demikian. Dalam sebuah basis data, kita juga harus menyimpan struktur, baik yang mendifinisikan objek-objek dalam basis data maupun definisi detail dari setiap objek seperti struktur file/ table/ indeks. Untuk memuhi kebutuhan data yang semakin berkembang, maka kita tidak hanya dapat menambah record-record data, tetapi juga dapat melakukan perubahan struktur dalam basis data, penambahan dalam bentuk struktur atau dengan penambahan field-field baru pada suatu table. Keamanan (Security) Untuk sistem yang besar dan serius, aspek keamanan dapat diterapkan dengan ketat. Dengan begitu kita dapat menentukan siapa-siapa yang boleh menggunakan basis data beserta objek-objek didalamnya dan menentukan jenis-jenis operasi apa saja yang boleh dilakukannya. Kebersamaan Pemakaian (Sharability) Pemakai basis data seringkali tidak terbatas pada satu pemakai saja, sehingga basis data yang dikelola oelh suatu sistem apalikasi harus multiuser, tetapi tetao menjaga/menghindari terhadap munculnya persoalan baru seperti inkonsistensi data (karena data yang sama diubah oleh banyak pemakai pada saat yang bersamaan) atau keondisi deadlock (kareana banyak pemakai yang saling menunggu untuk menggunakan data). Basis data yang sudah dibangun tentunya tidak dapat berdiri sendiri, dan tidak akan berguna apabila tidak ada pengelola/penggeraknya. Oleh karena itu diperlukan sebuah sistem pengelolah basis data berupa sebuah program/aplikasi (software) yang biasanya disebut database management system. Menurut Mata-Toledo (2007) Sistem manajemen basis data (Database management System) atau biasa disingkat DBMS merupakan software yang memungkinkan user untuk
23
mendefinisikan, membuat, dan memelihara database maupun menyediakan akses yang terontrol terhadap data.
C. Proses Perancangan Basis Data Proses perancangan basis data (database) merupakan salah satu bagian dari proses pengembangan sistem informasi. Terdapat empat tahapan penting dalam perancangan basis data, yaitu analisis kebutuhan, perancangan konseptual (conceptual design), perancangan logis (logical design), dan perancangan fisik (physical design). Berikut ini adalah uraiannya (Kadir A., 2009) : 1. Pengumpulan dan analisis kebutuhan Merupakan langkah awal untuk mengumpulkan segala informasi yang dibutuhkan oleh organisasi/perusahaan atau sistem yang akan dibangun. Penggalian informasi ini bisa dilakukan dengan cara melakukan wawancara, mengamati sistem yang sedang berjalan, penyebaran quisioner, mempelajari dokumen-dokumen yang tersedia, mengamati proses secara lanagsung. Sehingga data atau informasi yang diperoleh bisa akurat dan bisa teridentifikasi dengan baik 2. Perancangan konseptual (conseptual design) Setelah kebutuhan organisasi sudah dikumpulkan dan dianalisis, masuk tahapan perancangan konseptual. Perancangan konseptual diperlukan untuk menggambarkan hubungan antar data. Data yang dibutuhkan dikelompokkan menurut kriteria tertentu. Kemudian dibuatlah sebuah entitas (grup data) dan dihubungkan dengan relasi dengan entitas lain. Hubungan antara entitas bisa dijabarkan dengan menggunakan diagram E-R (Entity Relationship). Berikut ini adalah contoh diagram E-R.
Gambar 9. Contoh Diagram E-R (Fathansyah, 2004) Secara garis besar diagram E-R di atas menggambarkan hubungan antara mahasiswa yang mengambil matakuliah, banyak mahasiswa atau minimal tidak seorangpun mahasiswa mengambil banyak mata kuliah atau minimal nol. Selanjutnya adalah hubungan antara dosen yang memiliki hubungan membimbing mahasiswa dan mengajar matakuliah. Satu dosen membimbing banyak masasiswa atau minimal nol, dan satu dosen mengajar banyak matakuliah atau minimal satu mata kuliah. 3. Perancangan Logis (logical design) Perancangan logis merupakan tahapan yang digunakan untuk menentukan perancangan hasil konseptual ke dalam bentuk yang nantinya akan diimplementasikan dalam DBMS. Pada perancangan ini menjadi batas bahwa perancangan tergantung dengan DBMS dan tidak tergantung dengan DBMS. Pada tahap ini sudah memikirkan jenis DBMS yang akan digunakan, jika DBMS adalah jenis relasional, maka desain konseptual ditranformasikan ke bentuk relasi/tabel. Berikut ini adalah contoh pemetaan dari diagram E-R ke bentuk relasi/tabel yang terdapat pada Gambar 11.
24
Gambar 10. Contoh Merubah dari E-R ke Tabel (Fathansyah, 2004) Tranformasi dari diagram E-R ke bentuk relasi/tabel akan memudahkan memasukkan data ke dalam database yang akan digunakan, dan bisa dilihat dengan jelas akan seperti apa relasi antar tabel. Hasil dari perancangan logis adalah dihasilkannya relasi yang bersifat logis.
4. Perancangan Fisik (physical design) Merupakan langkah terakhir dalam perancangan database. Perancangan ini sangat spesifik terhadap DBMS yang akan digunakan, seperti jenis tipe data yang digunakan. Hasil dari perancangan fisik bisa berupa ERD (Entity Relationship Diagram), yang menunjukkan diagram hubungan entitas dalam sebuah database. Berikut ini adalah contoh perancangan fisik pada Gambar 12 diwah ini.
Gambar 11. Contoh Perancangan Fisik(Fathansyah, 2004) Pada tabel dibawah ini menjelaskan terkat fitur – fitur yang berada didalam tabel. Fitur yang sering dijumpai seperti nama entitas, relasi entitas, atribut, kunci primer, kunci asing, nama tabel, namakolom, tipe data kolom, dsb. Nama entitas dan relasi terdapat pada perancangan konseptual, pada perancangan logis sudah menambahkan fitur atribut, kunci primer, kunci asing, sedangkan pada perancangan fisik manambahkan fitur nama tabel, nama kolom, dan tipe data kolom. Menurut Kadir A (2009), berikut ini adalah penjelasan beberapa fitur di atas. Relasi adalah tabel yang terdiri dari tabel dan kolom, atribut adalah suatu nama untuk kolom yang terdapat pada sebuah relasi, kunci primer (primary key) merupakan kunci kandidat yang dipilih sebagai identitas untuk membedakan satu baris, dengan baris lain dalam suatu relasi, dan kunci asing (foreign key) adalah sebuah atribut (atau gabungan beberapa
25
atribut) dalam suatu relasi yang merujuk (mereferensi) ke kunci primer relasi lain. Dengan diketahuinya fitur-fitur itu bisa memudahkan dalam mendesain sebuah basis data.
Tabel 13. Fitur Dalam Tahap Perancangan (Annisa, 2011)
D. Pengembangan Basis Pengetahuan Dari basis data dapat direpresentasikan informasi, dan dari informasi akan bisa dihasilkan pengetahuan. Pengetahuan-pengetahuan ini akan di susun dalam basis pengetahuan. Basis pengetahuan (knowledge base) menyimpan, mengorganisasikan, serta merepresentasikan pengetahuan. Pengetahuan tersebut dapat bersifat dangkal atau deklaratif atau fakta yang berisi informasi tentang objek, peristiwa atau situasi. Selain itu pengetahuan dapat pulabersifat mendalam atau dinamik atau disebut juga prosedural seperti model dan kaidah (rule) yang 6 merupakan informasi tentang cara bagaimana membangkitkan fakta baru dari fakta yang sudah diketahui (Faihah et al, 1999). Pengetahuan diperoleh dari akuisisi pengetahuan (knowledge aquisition) yang dilakukan oleh knowledge engineer. Akuisisi pengetahuan merupakan proses penyerapan dan pengisian pengetahuan ke dalam sistem basis pengetahuan. Pengetahuan dapat diperoleh dari para pakar yang ahli di bidang domain tertentu, maupun melalui studi pustaka dari buku, jurnal, dan pustaka relevan yang menyajikan informasi pengetahuan pakar yang sudah dipublikasikan. Setelah melalui proses akuisisi pengetahuan proses selanjutnya adalah representasi pengetahuan (knowledge representation). Menurut Turban et al (2005) suatu aktivitas yang melibatkan persiapan dari pemetaan pengetahuan (knowledge mapping) dan pengkodean (encoding) pengetahuan dalam basis pengetahuan (knowledge base). Pengetahuan yang diperoleh kemudian dikodekan dalam rencana representasi untuk membangun basis pengetahuan. Knowledge engineer dapat berkolaborasi dengan para pakar atau menggunakan tes keadaam untuk verifikasi dan validasi basis pengetahuan. Berikut adalah beberapa teknik representasi pengetahuan: 1. Kaidah Produksi (Production Rules) Kaidah produksi merupakan teknik representasi pengetahuan yang paling populer. Pengetahuan direpresentasikan dalam bentuk pasangan kondisi-aksi. Menurut Marimin (1991) diacu dalam Marimin (2005), Pengetahuan yang dapat direpresentasikan dengan kaidah produksi adalah pengetahuan prosedural yang dapat distrukturisasi ke dalam bentuk sebagai berikut : Jika SUATU KEADAAN TERTENTU [kondisi] maka KEADAAN LAIN DAPAT TERJADI [aksi] dengan TINGKAT KEPASTIAN TERTENTU [Certainty Factor] Atau bisa juga berbentuk sebagai berikut : JIKA [antecedent] MAKA [konsekuen] JIKA [premis] MAKA [konklusi]
26
Bagian kondisi merupakan gabungan predikat yang digunakan untuk memeriksa keadaan sekarang, aksi menjadi bagian yang mengubah keadaan, dan certainty factor (c.f)merupakan nilai yang merepresentasikan tingkat kepastian terjadinya suatu aksi. Contoh kaidah : a. If the “traffic light” is green Then the action is go b. If the “traffic light” is red Then the action is stop c. If the leaves are dry, brittle and discoloured Then the plant has been attacted by red spider mite d. If the customer closes the account Then delete the customer from the database Kaidah-kaidah seperti contoh di atas akan digunakan untuk pengambilan keputusan. Menurut Ignizio (1991) metode berbasis kaidah merupakan suatu metode penalaran yang membangun sekumpulan kaidah yang mempresentasikan pengetahuan dan kaidah-kaidah tersebut digunakan untuk pengambilan keputusan. 2. Jaringan Semantik (Semantic Networks) Fokus pada hubungan antara perbedaan konsep. Merupakan penggambaran grafis pengetahuan yang terdiri atas titik (nodes) dan penghubung (arc) yang menunjukan hubungan hirarkis antara objek (Sowa (1997), Cox (2001), Russel dan Norvig (2002) diacu dalam Turban (2005)). Jaringan semantik digunakan untuk menggambarkan pengetahuan yang berbentuk struktur jaringan. Objek dan deskripsi suatu persoalan direpresentasikan sebagai simpul pada suatu grafis dan hubungan antara objek-objeknya dinyatakan dengan garis penghubung paralel. Objek bisa berupa objek fisik, atau kesatuan aksi, kejadian, dan sifat abstrak, sedangkan deskripsi merupakan informasi tambahan tentang objek (Marimin, 2005). Berikut contoh jaringan semantik yang tersaji pada Gambar dibawah ini.
Gambar 12. Representasi Pengetahuan dalam Jaringan Semantik (Marimin, 2005)
27
3.
Frames Teknik representasi pengetahuan frames merupakan pilihan yang bagus jika membutuhkan fokus pada sifat dari objek tertentu. Frames adalah struktur data yang termasuk semua pengetahuan tentang objek tertentu. Pengetahuan ini diorganisasikan dalam struktur hirarki spesial yang mengizinkan diagnosis dari pengetahuan independen (Turban et al, 2005). Menurut Marimin (2005) Frame mendeskripsikan suatu objek ke dalam bentuk “slot”. Slot dapat menyimpan termasuk nilai yang tidak absah, merupakan petunjuk ke frame lain dan 8 sekelompok aturan atau prosedur untuk mendapatkan nilai. Contoh representasi pengetahuan dalam metode frame tersaji pada Gambar dibawah ini.
Gambar 13. Contoh Representasi Pengetahuan pada Metode Frame (Turban et al, 2005) 4.
Formal Logic Merupakan variasi bentuk dari logika yang paling sederhana seperti proposisional kalkulus (propositional calculu)s dan predikat kalkulus (predicate calculus). Propositional calculus dibangun dari pernyataan sederhana yang disebut propositions merupakan pernytaan dengan nilai benar atau salah. Propositions digabung bersama ke bentuk pernyataan yang lebih kompleks oleh logical connectives. Pernyataan penghubung (connectives) yang digunakan seperti DAN, ATAU, TIDAK, IMPLISIT, EKIVALEN. Proposisional kalkulus menggunakan simbul seperti huruf dalam alfabet untuk merepresentasikan proposisional, premis, atau kesimpulan. Contoh sebagai berikut : “London is a city” adalah proposisional (Benar) “So is “ice is hot” (salah) Proposisional digabungkan bersama untuk bentuk pernyataan yang lebih klompek. Simbol standar untuk proposisional kalkulus:
˄ untuk “DAN” ˅ untuk “ATAU” ¬ untuk “TIDAK” ⇒untuk “JIKA...MAKA.....”
28
⇔untuk “JIKA DAN HANYA JIKA” R untuk “sekarang hujan”, G untuk “saya sudah membawa jas hujan” W untuk “saya akan basah” Pernyataannya R ˄ ¬ G ⇒W “Jika sekarang hujan dan saya tidak membawa jas hujan, maka saya akan basah.” Sedangkan predikat kalkulus merupakan perluasan dari proposisional kalkulus. Predikat kalkulus dapat membuat penyataan tentang objek, sifat objek dan hubungan antara objek. Memuat predikatpernyataan seperti: a (S) b (S,T) adik dari (Budi, Hasan) yang berarti Budi adalah adik dari Hasan. Budi dan Hasan merupakan objek, dan adik dari adalah predikat. 5. Pohon Keputusan (Decision Tress) Teknik representasi pengetahuan ini berbentuk diagram pohon yang digunakan untuk merepresentasikan pengetahuan dimana kesimpulan ditarik dari link-link node pada diagram pohon. Pohon keputusan dapat dengan mudah mengkonversi kaidah-kaidah. Konversi dapat dilakukan secara otomatis dengan program komputer. Berikut ini adalah contoh diagram pohon untuk diagnosa mobil yang tidak berfungsi tersaji pada Gambar.
Gambar 14. Contoh Diagram Pohon untuk Diagnosa Mobil yang Tidak Berfungsi (Turban, 2005) Rules 1: IF the car does not start THEN check if the starter motor turns Rules 2: IF the starter motor turns THEN check if there is fuel in the tank ELSE check that the healights work Rules 3: IF headlights do not work THEN battery is flat ELSE there is a starter motor problem.
29
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei 2012 sampai dengan Juli 2012. Perancangan dan pembangunan sistem dilaksanakan di Laboratorium Teknik Bioinformatika, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Institut Pertanian Bogor. Jadwal kegiatan dapat dilihat pada Lampiran 1.
B. Alat dan Bahan Alat-alat dan perlengkapan utama yang diperlukan untuk kegiatan penelitian ini meliputi peralatan perancangan dan pembangunan sistem berbasis komputer, yaitu diantaranya: 1. 2. 3. 4. 5.
Perangkat komputer/laptop Software WampServer version 2.1 sebagai server di localhost Di dalam WampServer secara default telah ter-install phpMyAdmin dan MySQL Software CorelDraw X3 sebagai program pengolah grafis untuk keperluan perancangan tampilan sistem Software Notepad++ dan Adobe Dreamweaver sebagai program pengolah script-script program yang akan dijalankan di dalam sistem Software Mozilla Firefox sebagai web browser untuk menampilkan sistem
C. Tahapan Penelitian Metode pembangunan basis pengetahuan yang digunakan dalam penelitian ini, mengacu pada tahapan pengembangan sistem pakar. Tahapan tersebut antara lain: 1. Identifikasi Masalah Tahap identifikasi masalah merupakan kegiatan mendefinisikan dan menganalisa permasalahan yang dihadapi. Dalam penelitian ini permasahan yang dihadapi mengenai system budidaya ayam broiler closed House. Harapan dari hasil tahap ini adalah diperoleh pengetahuan dasar mengenai cara budidaya ayam broiler di kandang tertutup 2. Pencarian Sumber Pengetahuan Pencarian sumber pengetahuan dilakukan berdasarkan dua jenis pengetahuan, yaitu pengetahuan tacit dan eksplisit. Pengetahuan eksplisit diperoleh melalui studi literatur yang bersumber dari buku, jurnal dan artikel yang berkaitan dengan pengetahuan seputar Budidaya broiler. Sedangkan, jenis pengetahuan tacit diperoleh melalui konsultasi langsung dengan pakar ayam broiler dari bapak Rudi Afnan, dosen Fakultas Pertanian Institut Pernian Bogor 3. Akuisisi Pengetahuan Akuisisi pengetahuan merupakan tahap pengumpulan pengetahuan dari sumber pengetahuan yang telah ditentukan pada tahap sebelumnya. Proses akuisisi pengetahuan dari pakar menggunakan metode manual wawancara dan/atau tracking the reasoning process. Submodel tersebut digunakan untuk mempermudah dalam proses akuisisi pengetahuan yang sumber informasinya memberikan akibat berupa sebuah keputusan sehingga memerlukan reasoning untuk mendukung keputusan tersebut. Jenis wawancara yang digunakan berupa wawancara terstruktur dan tidak terstruktur. Penggunaan dua jenis wawancara dipersiapkan untuk menghindari tidak tersampaikannya pengetahuan dari pakar ke knowledge engineer. Proses akuisisi pengetahuan yang dilakukan merujuk pada
30
tahap proses akuisisi pengetahuan yang dikemukakan oleh Turban (1988) dalam Marimin (2005) bahwa tahapan akuisisi pengetahuan terdiri atas lima tahap, yaitu tahap identifikasi, tahap konseptualisasi, tahap formalisasi, tahap implementasi dan tahap uji coba. Namun, untuk proses akuisisi pengetahuan tahap identifikasi, tahap konseptualisasi, dan tahap formulasi yang digunakan. Tahap implementasi dan tahap uji coba digunakan pada tahap implementasi basis pengetahuan dan tahap pengujian pada tahapan metode penelitian ini. 4.
5.
Representasi Pengetahuan Metode representasi pengetahuan yang akan digunakan adalah metode production rule dan decision tree. Kedua jenis metode tesebut dipilih dengan alasan kemudahan dalam merepresentasikan pengetahuan, terutama dalam proses identifikasi serangan hama dan penyakit. Penggunaan metode lainnya dapat juga digunakan apabila dalam pelaksanaan penelitian memerlukan metode tambahan dalam proses representasi pengetahuan dari pakar. Implementasi Basis Pengetahuan Implementasi pembangunan basis pengetahuan menggunakan pendekatan pembuatan prototipe (prototyping), karena dengan menggunakan pendekatan tersebut mempercepat dan menyederhanakan dalam proses pengembangan sistem. Pembuatan prototipe terdiri atas tahap sebagai berikut (O’Brien 2005): a. Penyelidikan Proses mengidentifikasi kebutuhan dan menilai kelayakan beberapa alternatif solusi sistem informasi. b. Analisis Proses menentukan informasi yang dibutuhkan oleh pengguna akhir yang menghasilkan persyaratan fungsional yang digunakan sebagai dasar untuk desain sistem baru. c. Desain Aktivitas yang menghasilkan spesifikasi sistem yang memenuhi persyaratan fungsional yang dikembangkan dalam proses analisis sistem. d. Implementasi/Pemeliharaan Setelah proses analisa kebutuhan dan desain sistem terpenuhi, selanjutnya adalah proses implementasi sistem. Implementasi sistem dibangun dengan menggunakan bahasa pemograman PHP sedangkan untuk penyimpanan data menggunakan DBMS PostgreSQL.
6.
Pengujian Basis pengetahuan yang dibangun agar memperoleh hasil yang benar dan dapat menyelesaikan permasalahan, maka perlu dilakukan pengujian terhadap basis pengetahuan tersebut yang terdiri atas verifikasi dan validasi. Verifikasi adalah proses yang bertujuan untuk menunujukkan bahwa sistem yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan (Meseguer dan Preece 1995). Verifikasi yang dilakukan terhadap basis pengetahuan mengacu pada Walker dan Sinclair (1995) dalam Russel et al (1999) berupa pemeriksaan terhadap konsistensi istilah yang digunakan, pengulangan, dan kontrakdiksi diantara pernyataan serta kelengkapan keseluruhan isi basis pegetahuan. Validasi adalah
31
proses memastikan apakah keluaran sistem benar dan hasil pengembangan sistem adalah yang pengguna inginkan dan perlukan. Validasi juga memastikan isi pengetahuan direpresentasikan dan disimulasikan dengan benar (El Korany et al 2000). Validasi basis pengetahuan dilakukan melalui uji kasus, hasil uji kasus tersebut dibandingkan dengan hasil keluaran yang diharapkan pakar.
Gambar 15. Tahapan Penelitian
32
IV. PEMBAHASAN
A. Pertanian Presisi Dalam Pengendalian Budidaya Broiler Closed House Pertanian presisi (precision farming/PF) merupakan informasi dan teknologi pada sistem pengelolaan pertanian untuk mengidentifikasi, menganalisa, dan mengelola informasi keragaman spasial dan temporal di dalam lahan untuk mendapatkan keuntungan optimum, berkelanjutan, dan menjaga lingkungan (McBratney A and Whelan BM, 1995). Pertanian presisi mencangkup presisi dalam hal lokasi, waktu, dan dosis. Berdasarkan tingkatan keberhasilannya, pertanian presisi dibagi menjadi tiga tingkatan. Tingkat 1 yaitu jika input / dosis yang diberikan lebih sedikit tapi hasil lebih besar, tingkat 2 yaitu jika input lebih sedikit hasil sama dengan sebelumnya, dan tingkat 3 yaitu jika input sama hasil yang diperoleh lebih besar. Budidaya Broiler Sistem Tertutup (Closed System) merupakan salah satu bentuk pertanian presisi untuk meningkatkan produktivitas hasil budidaya. Untuk melakukan budidaya Closed System dibutuhkan informasi yang gampang dan mudah untuk diakses yang mana pada penelitian ini disediakan informasi mengenai DOC (Day Old Chick), pengendalian lingkungan, pengendalian pakan dan air, serta pengendalian penyakit. Pertanian presisi menekankan pada tindakan yang sangat akurat dalam menetapkan maupun dalam pengambilan keputusan. Sehingga juga diperlukan informasi akurat, infromasi yang salah akan menyebabkan keputusan dan tidankan yang salah juga. Setelah semua informasi terkumpul maka akan dilakukan proses kodifikasi oleh program yang telah dibuat, dan terahir akan disajikan informasi tindakan yang tepat berdasarkan kondisi yang telah di input. Saat ini budidaya ayam broiler kebanyakan masih kurang presisi. Mulai dari pengetahuan peternak yang sangat minim mengenai budidaya broiler karana disebabkan sumber yang sulit untuk dijankau karena masih tersebar dibuku maupun dijurnal, atau masih hanya diketahui oleh pakar. Lemahnya pengetahuan ini menyebabkan tindakan budidaya yang berjalan kurang tepat, sehingga proses budidaya tidak produktif. Walaupun jika ada peternak yang budidayanya sudah bagus, hal ini tidak akan berkelanjutan karena pengetahuannya tidak tersimpan dalam satu basis pengetahuan. Pada penelitian ini secara umum terdapat tiga bagian yang termasuk parameter pertanian presisi yaitu manajemen pakan, lingkungan, dan penyakit. Pengetahuan mengenai tiga tahapan penting budidaya broiler ini harus benar – benar diketahui oleh para peternak. Sebab jika salah akan berakibat fatal. Contohnya pada bagian manajemen lingkungan, ketika ayam broiler berusia 5 hari suhu lingkungannya diatur pada hal suhu idealnya sekitar , maka ayam broiler akan kedinginan sehingga berkerumum di satu tempat dan konsumsi pakan menurun drastis. Hal inilah yang menyebabkan bobot broiler rendah dan tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh peternak. Pertanian presisi pada Budidaya Broiler Closed House tidak hanya membahas penyediaan informasi terkait lingkungan ideal saja, numun juga terkait informasi mengenai penyebab, tindakan yang harus diambil, serta persiapan yang harus dilakukan oleh peternak. Salah contoh, pada bagian penyakit. Informasi yang dibutuhkan oleh peternak bukan hanya nama penyakit berdasarkan gejala – gejala yang telah dipilih, tapi lebih luas dari itu. Peternak membutuhkan informasi terkait penyebab terjadinya penyakit agar pada budidaya selanjutnya penyakit yang serupa tidak terjadi lagi, setelah itu maka infomasi selanjutnya yang harus diberkan kepada peternak yaitu informasi mengenai tindakan yang mencangkup pencegahan dan pengobatannya. Dengan demikian
33
informasi yang diterima oleh peternak bukan hanya penambahan wawasannya saja, tapi sampai kepada tindakan apa yang harus dilakukan. Bagian budidaya broiler Closed House kedua yang termasuk parameter pertanian presisi yaitu bagian pakan. Dimana pakan merupakan bagian terpenting menentukan produktivitas ayam broiler, karena indikator utama ayam broiler produktif adalah bobotnya, sedangkan bobot yang bagus itu diperoleh dari manajemen pakan yang bagus. Pada bagian pakan ini informasi diberikan terkait kepadatan kandang berdasarkan berat panen yang diinginkan oleh peternak, dari kepadatan ini bisa ditentukan luas kandang yang seharusnya disiapkan oleh peternak. Bagian presisi yang kedua dari poin ini adalah sistem peminuman, pada bagian ini peternak bisa mengetahuai air dan nipple (tempat air) yang harus disiapkan oleh peternak. Selanjutnya peternak bisa mengetahui terkait pakan yang harus disiapkan oleh peternak, peternak bisa tahu berapa jumlah pakan per ekor yang harus disiapkan, jumlah pakan total, dan bobot broiler yang ideal. Bagian budidaya terahir yang termasuk parameter pertanian presisi adalah lingkungan. Bagian ini yang kebanyakan tidak tepat penanganannya dalam proses budidaya, padahal bisa berakibat fatal. Litter merupakan bagian pertama yang dibahas di poin lingkungan ini, dari bagian ini peternak bisa tau terkait litter apa yang cocok dan berapa tinggi idealnya. Bagian kedua peternak bisa mengetahui suhu dan RH yang optimal. Bagian ketiga ventilasi, pada bagian ventilasi ini diinformasikan terkait kecepatan udara dan batas kandungan udara yang optimal bagi pertumbuhan broiler, bagian terahir dari poin udara bagian penyinaran, pada bagian ini diinformasikan jenis pencahayan yang sesuai dan lama pencahayaan yang harus dilakukan.
B. Pengembangan Basis Pengetahuan Basis pengetahuan merupakan hal yang sangat penting dalam Precision Farming . Basis pengetahuan bukan hanya menyediakan informasi kepada para petani, namun juga bisa digunakan sebagai wadah untuk konsultasi sehingga bisa mendapat arahan dalam proses pengambilan keputusan sebelum melakukan tindakan lebih lanjut (Decision Support System). Basis Pengetahuan ini bisa di update tergantung kebutuhan dan perkembangan pengetahuan, basis data yang terdapat didalamnya bisa ditambah dan diperbaiki isinya jika terdapat kesalahan tampa merubah sistem sudah ada. Satu basis data bisa menghasilkan banyak sistem informasi yang bermanfaat bagi para petani, dengan syarat data yang dibutuhkan terdapat banyak kesamaan. Basis pengetahuan yang dibuat seperti yang telah dijelaskan dalam metode penelitian yang telah disebutkan diatas. Yaitu terdiri dari proses identifikasi masalah atau keadaan, proses akuisisi pengetahuan, dan proses representasi pengetahuan. Ketiga proses ini dalam proses basis pengetahuan budidaya broiler akan deterangkan lebih lanjut dibawah ini ; 1. Identifikasi masalah Sebelum melakukan proses akuisisi pengetahuan dibutuhkan tujuan yang jelas mengenai basis pengetahuan yang akan dibangun, tujuan bisa terarah dan tercapai dengan melakukan identifikasi terlebih dahulu. Tahap identifikasi merupakan proses pendefinisian dan pengumpulan kemungkinan sumber daya dan kegiatan mempertajam tujuan perancangan basis pengetahuan budidaya ayam broiler Closed House. Sumber daya dalam proses akuisisi pengetahuan adalah pakar budidaya ayam broiler dan literatur tertulis. Berdasarkan hasil identifikasi masalah yang telah dilakukan, baik dari literatur maupun dengan pakar. Maka dalam pengembangan basis pengetahuan budidaya broiler Closed House terdapat empat macam informasi pengtahuan yang dibutuhkan oleh para peternak, yaitu ;
34
1. 2. 3. 4.
Pengetahuan mengenai DOC (Day Old Chick) yang merupakan awal pengendalian yang harus dilakukan peternak Pengetahuan mengenai pakan yang mencangkup kebutuhan pakan, air, nipple, dan pan yang harus disiapkan oleh peternak berdasarkan jumlah Broilernya Pengetahuan mengenai lingkungan ideal yang harus di manajemen dalam kandang Closed House yang mencangkup litter, suhu dan RH, ventilasi, serta pencahayaannya. Pengetahuan terkait penyakit yang sering diderita oleh ayam broiler, pada umumnya semua penyakit ini berakibat fatal karena akan menular kea yam yang lainnya. Pembahasan bagian ini mencangkup gejala – gejala yang dialami oleh ayam sehingga bisa tau jenis penyakitnya, penyebab, pencegahan, dan pengobatannya.
2. Akuisisi pengetahuan Akusisi pengetahuan merupakan kegiatan penyerapan pengetahuan dari domain expert baik dari pakar maupun dari literatur – leiteratur terkait. Pada tahap ini ditentukan jenis pengetahuan apa saja yang akan disimpan dalam basis pengetahuan. Dimana jenis pengetahuan tersebut harus bisa mendukung dalam proses pengambilan kebutusan budidaya ayam broiler. Ada dua jenis sumber pengetahuan yang bisa mendukung dalam proses pengambilan keputusan, yaitu dari lteratur dan dari pakar. Studi literatur dilakukan dengan menggali pengetahuan dari buku, jurnal dan artikel – artikel ilmiah terkait dengan budidaya ayam Broiler. Sedangkan jenis pengetahuan yang bersal dari pakar dilakukan dengan wawancara tidak terstruktur dengan teknik teach-thtough, dimana menurut Turban tahun 2003 mengatakan bahwa teach-through merupakan wawancara tidak terstruktur dimana pakar bertindak sebagai instruktur dan knowledge engineer bertindak sebagai murid. Dari kedua proses akuisisi yang telah dilakukan maka diperoleh pengetahuan umum yang bisa dijadikan sebagai referensi (patokan) dalam berjalannya budidaya ayam broiler Closed House. Dari proses teach-thtough dan studi literatur maka diperoleh form pengetahuan tentang budidaya broiler yang akan dibahas dalam sistem yang dibuat. Berikut tabel mengenai form yang dimaksud : Tabel 14. Form Pengetahuan Budidaya Informasi DOC (Day Old Chick) Pakan
Lingkungan Ideal Penyakit
Pengertian Anak ayam yang masih berusia sekitar satu hari dan ukurannya kecil – kecil sekitar 37 – 42 gr/ekor. Material hewani, nabati, atau campurannya yang telah diolah sehingga bisa dikonsumsi sebagai sumber energi hewan peliharaan. Lingkungan yang optimal dan sangat mendukung pertumbuhan ayam broiler yang efektif Ganguan kesehatan ayam broiler yang disebabkan oleh virus, bakteri, turunan dari induk, lingkungan yang tidak sesuai, maupun tularan dari ayam yang lain.
Form pengetahuan pada tabel diatas merupakan dasar dari poin – poin yang akan dibahas serta metode atau cara budidaya ayam broiler Closed House secara umum. Tahap selanjutnya adalah tahap pengisian data dan informasi kepada empat bagian pengetahuan tersebut. Akuisisi
35
pengetahuan untuk pengisian informasi ini sama dengan akuisisi pengetahuan sebelumnya, yaitu dengan teknik teach-thtough dengan pakar dan pencarian lewat literatur tertulis baik dari buku, jurnal, serta web yang terpercaya seperti web Departemen Pertanian RI. Dari semua proses akuaisisi diperoleh dua poin pembahasan untuk DOC, tiga poin untuk pakan, empat poin untuk lingkungan ideal, serta terdapat lima serangan penyakit. Tabel berikut adalah contoh akuisisi form pengetahuan penyakit. Tabel 15. Contoh Hasil Akuisisi Penyakit Broiler Sub pengetahuan Nama Penyakit Gejala
Penyebab serangan Pencegahan
Pengobatan
Informasi Cronic Respiratory Disease (ngorok)
Tanaman menjadi kerdil Sering bersin Keluar suara keras (ngorok) Diare Keluar ingus terinfeksi oleh bakteri Mycoplasma gallisepticum, suhu terlalu ekstrim, dan kepadatan terlalu tinggi atur suhu dan kepadatan serta pisahkan ayam sudah terkena penyakit ini belum ditemukan obatnya, tapi disarankan memakai bacitracin dan tylocin
Input informasi eksplisit atau yang berasal dari pakar yaitu kebutuhan pakan broiler yang terdiri dari 43 data dan beberapa perhitungan, seprti perhitungan jumlah nipple, jumlah pan, dan jumlah litter yang harus disiapkan. Tabel dibawah ini adalah contoh tabel input informasi pengetahuan yang berasal dari pakar atau dari bapak Rudi Afnan. Tabel 16. Contoh Hasil Akuisisi Standard Pakan Broiler Sub Pengetahuan Umur Broiler Berat Broiler
Kebutuhan Pakan
Konversi Pakan
Informasi 7 Hari
Jantan = 170 gram
Berina = 164 gram Rata – rata = 167 gram
Jantan = 17 gram
Betina = 17 gram Rata – rata = 17 gram
Jantan = 0.88 Betina = 0.88
Rata – rata = 0.88
Sedangkan input informasi impilisit atau yang berasal dari buku, jurnal, artikel, dan hasil penelitian dari lembaga atau individu, sangat banyak sekitar 80 % dari total input informasi. Semua informasi implisit tetap dilakukan validasi dengan pakar, bagian mana yang harus dimasukan menjadi input informasi dan bagian mana yang hrus dibuang. Tabel dibawah ini adalah tabel contoh input informasi inplisit :
36
Tabel 17. Contoh Hasil Akuisisi Pencahayaan Broiler Sub pengetahuan Jenis Pencahayaan Ciri
Intensitas Cahaya Umur Lama Penggelapan
Informasi Standard 3 Kepadatan kurang dari 14 ekor/ Berat panen yang diinginkan lebih dari 3.0 kg Rata - rata berat harian lebih dari 60 gr/hari Sekitar 5 lux 31 hari 6 Jam
Pada tabel ke 14 diatas dijelaskan tentang pencahayaan yang dianjurkan oleh perusahaan Cobb Broiler Amerika Serikat. Bahwa jika kepadatan kurang dari 14 ekor/ dan berat panen yang diharapkab lebih dari 3 kg, maka dianjurkan memakai jenis pencahayaan standard 3. Pada jenis pencahayaan ini jika umur ayam sekitar 31 hari maka pencahaayaan dianjurkan untuk dihentikan selama 6 jam. Hal ini bertujuan agar pertumbuhan tidak berlebihan. 3. Representasi pengetahuan Representasi pengetahuan merupakan proses untuk merepresentasikan basis pengetahuan budidaya ayam Broiler Closed House yang diperoleh melalui proses akuisisi pengetahuan, baik secara implisit maupun eksplisit ke dalam suatu skema/diagram tertentu sehingga dapat diketahui relasi/keterhubungan antara suatu data dengan data yang lain sehingga data tersebut bisa dibaca oleh komputer. Skema yang digunakan dalam representasi pengetahuan seharusnya bukan hanya bisa dibaca oleh computer namun juga harus mudah dimengerti oleh manusia. Dalam basis pengetahuan yang dibangun ini, representasi penetahuan mencangkup semuanya yaitu mulai dari poin DOC, pakan, lingkungan ideal, dan penyakit. Pada basis pengetahuan budidaya ayam broiler ini ada dua jenis metode representasi pengetahuan yang dipakai yaitu production rule dan decition tree. Menurut marimin tahun 1991 mengatakan bahwa metode production rule merupakan metode yang paling popular dan paling sederhana. Sedangkan metode decition tree dipakai kerena metode ini dapat mudah mengkonversi kaidah – kaidah menjadi kesimpulan tindakan yang tepat serta mudah untuk dipahami dan diaplikasikan disetiap bagain basis pengetahuan ini. Komputer tidak bisa membaca kedua jenis metode representasi pengetahuan ini. Sehingga didalam basisdata (database) harus dirubah terlebih dahulu kedalam tabel keputusan (decition table) (Blockeel 2007). Decition table merupakan pengetahuan yang diatur dalam format lembar kerja atau spreadsheet yang menggunakan kolom dan baris. Input data kedalam metode decition table ini menggunakan postgress mySQl dan pgAdminIII sehingga dapat dipanggil ke dalam system basis pengetahuan yang dibuat. Berukut merupakan contoh representasi pengetahuan dengan menggunakan metode production rule, dimana metode representasi ini secara umum terdiri dari dua bagian. Bagian pertama menyatakan kondisi dan bagian kedua menyatakan kesimpulan atau aksi yang harus dilakukan. Beriku beberapa contoh representasi pengetahuan menggunakan production rule.
37
Contoh : 1. Jika umur ayam broiler 6 sampai 14 hari kondisi Maka suhu kandang harus diatur kesimpulan/aksi 2. Jika berat panen yang diinginkan lebih besar dari 3.2 kg kondisi Maka disarankan kepadatannya 10 – 11 ekor/ kesimpulan 3. Jika jerami yang digunakan sebagai litter kondisi Maka tinggi maksimal litter harus 2.5 cm kesimpulan 4. Jika umur ayam broiler 15 sampai 21 hari Maka kecepatan ventilasi dalam kandang diatur sampai 0.5 m/s aksi 5. Jika ayam broiler berusia 16 hari kondisi Maka seharusnya berat ayam 598 gram kesimpulan Sedangkan contoh imput informasi dengan decition tree bisa dilihat pada gambar dibawah ini. Gambar ini merupakan represi pengetahuan mengenai faktor utama yang harus dipertahatikan oleh peternak dalam memilih DOC. Gambar decition tree ini menunjukan ciri DOC yang baik, diman pemilihan DOC merupakan langkah awal dalam melakukan budidaya broiler Closed House. Jika DOC yang diperoleh kurang baik maka, peternak kemungkinan mendapatkan kesulitan dalam proses budidaya selanjutnya.
38
Gambar 16. Faktor Pemiliahn DOC dengan Menggunakan Decision Tree
Gambar skema decition tree diatas menunjukan faktor utama yang harus diperhatikan petenak broiler Closed House dalam pemilihan DOC. Terdapat 6 faktor utama yang terdiri dari kaki, bobot, bulu, mata, fisik, dan gerak. Dimana setiap masing – masing factor mempunyai indikator kualitas tertentu. Contoh bulu bisa dikatakan mempunyai kulitas bagus ketika bulu putih, kering, dan bersih. Setelah peternak mendapatkan DOC yang diharapkan maka hal yang harus diperhatikan selanjutnya yaitu bagaimana merawat DOC tersebut, karena DOC sangat rentan terhadap lingkungan ekstrim dan ganguan – gangguan lain. Contoh kedua imput data dengan representasi pengetahuan decition tree bisa diliat pada gambar dibawah ini. Gambar yang menjelaskan lingkungan yang ideal untuk pertumbuhan ayam broiler.
39
Gambar 17. Decision Tree Lingkungan Ideal Budidaya Broiler Dari gambar dicition tree diatas bisa kita ketahui bahwa terdapat empat indikator utama, yaitu suhu dan RH, ventilasi, lintter, dan pencahayaan. Dimana masing – masing indikator mempunyai ciri – ciri kualitas sendiri. Contohnya ventilasi bisa dikatakan bagus ketika kecepatan ventilasinya bagus dan komponen udaranya sesuai dengan batas minimal maupun batas maksimal.
C. Sistem Pembangunan Basis Data Agar proses akuisisi pengetahuan dan representasi pengetahuan bisa diaplikan dalam sistem informasi yang akan dibuat, maka data harus disimpan dalam penyimpanan data, bagian penyimpanan data ini sering disebut dengan basis data (database), sedangkan softwere yang dipakai untuk menyimpan data tersebut adalah PostgresSQL atau pgAdmin III. Data yang disimpan dalam database adalah data hasil akusisi sisi pengetahuan baik yang diperoleh secara implisit maupun yang diperoleh secara eksplisit. Sedangkan hasil representasi pengetahuan production rule dan decition tree harus dirubah ke dalam dicition table terlebih dahulu sebelum disimpan.
40
Menurut mannimu tahun 2001 dalam sebuah bukunya yang berjudul Database Application Development and Design menyebutkan bahwa pembangunan sistem basis data terdiri dari dua model, yaitu permodelan konseptual dan permudelan logik basis data. Permodelan konseptual meyatakan hubungan atau keterkaikan masing – masing baigian yang digambarkan dalam bentuk ERD (Entity Relation Diagram), sedangkan permodelan logik umumnya digambarkan dalam bentuk tabel. Gambar dibawah ini adalah gambar yang menunjukan ERD budidaya ayam broiler closed house.
Gambar 18. ERD Budidaya Broiler Closed House
41
Dari gambar konseptual diatas bisa diketahui bahwa dalam budidaya broiler terdapat empat bagian database yang terdiri dari pedoman DOC, pakan, manajemen lingkungan, dan penyakit. Tahap selanjutnya setelah tahap permodelan konseptual adalah tahap model konseptual logic, tahap model logic adalah tahap perbaikan dari tahap konseptual, atau perbaikan yang awalnya berupa ERD menjadi dalam bentuk tabel sehingga bisa dimengerti oleh DBMS (Database Manajemen System). Berikut adalah contoh konversi dari ERD menjadi desain tabel.
Gambar 19. Hubungan Antar Tabel Lingkungan Ideal Tahap selanjutnya, data yang sudah dalam bentuk tabel harus dilakukan normalisasi agat tidak terjadi redudansi. Proses normalisasi merupakan proses pengelompokan data elemen menjadi tabel yang menunjukkan entity dan relasinya (Kristanto, H., 1994). Secara umum terdapat tiga tujuan normalisasi yaitu Untuk menghilangkan kerangkapan data(redudance data), untuk mengurangi kompleksitas, ntuk mempermudah pemodifikasian data. Secara umum untuk memperoleh tabel yang efisien, terdapat 5 tahapan normalisasi, 1NF (Nurmal Front 1), 2NF, 3NF, 4NF, dan 5NF. Pada DBMS yang sedang dibangun ini sudah termasuk Normalisasi pertama (1NF), karena setiap field tidak mempunyai arti lebih dari 1 pengertian. Setiap field dibangun oleh 1 record, sehingga didalam tabel yang telah dibuat tidak ada penumpukan record. Gambar dibawah ini menunjukan bahwa tabel – tabel yang telah dibuat dalam DBMS budidaya ayam broiler closed house telah memenuhi persyaratan nurmalisasi pertama.
42
Gambar 20. Contoh 1NF
D. Imlpementasi Setelah melewati tahap pengembangan dan pembangunan basis pengetahuan, basis pengetahuan budidaya ayam broiler closed house yang telah dibuat dalam PosgreSQL dikoneksikan dengan web agar lebih aplikatif. Software yang digunakan untuk memanggil database yang berada dalam PosgreSQL yaitu bahasa pemprograman PHP (Personal Home Page). User bisa mengakses informasi yang berada dalam DBMS dengan mengklik menu utama yang berada dalam local host. Menu utama budidaya ayam broiler yaitu menu Home, DOC, pakan, lingkungan ideal, dan panyakit. Berikut adalah gambar yang menggambarkan menu utama pada DBMS yang dibangun.
Gambar 21. Menu Utama Web Menu pertama di web localhost ini adalah menu Home. Menu menjelaskan apa yang dimaksud dengan ayam broiler, latar belakang peningkatan produksi ayam broiler, dan sedikit penjelasan mengenai web budidaya broiler yang sedang dibuat. Berikut gambar dari menu utama Home
43
. Gambar 22. Bagian Home Pedoman DOC merupakan bagian kedua di web ini, pada bagian ini ada dua poin yang akan dijelaskan. Yaitu pedoman yang dijadikan faktor dalam pemilihan DOC dan manejemen awal yang harus dilakukan oleh peternak saat DOC baru sampai kedalam kandang. Berikut gambar menu utama pedoman DOC.
Gambar 23. Bagian Pedoman DOC Pada bagian pakan akan disajikan informasi mengenai kepadatan (Densitas), sistem pakan, sistem peminuman, dan kesimpulan. Kepadatan atau kapasitas kandang harus benar – benar efektif, tidak terlalu padat atau terlalu renggang karena akan menentukan berat panen dari ayam broiler tersebut, sehingga informasi yang dibutuhkan untuk menentukan kepadatan yang sesuai yaitu berat panen yang diinginkan oleh peternak, misalkan berat panen yang diinginkan sebesar 2.7 – 3.2 kg maka kepadatan yang dianjurkan 10 – 11 ekor/ . Sistem Peminuman akan penentukan jumlah nipple yang harus disiapkan oleh peternak, kapasitas nipple, dan jumlah air minimal yang harus dikonsumsi oleh broiler baik tiap ekor maupun keseluruhan dalam kandang. Sedangkan untuk sistem pakan, akan diinformasikan mengenai jumlah pakan yang harus diberikan kepada broiler baik untuk tiap ekor maupun untuk keseluruhan, jumlah pakan yang sesuai berdasarkan umur broiler. Jumlah pakan yang dibutuhkan broiler yang berumur 10 hari berbeda dengan
44
kebutuhan pakan broiler yang yang berumur 11 hari, sehingga tidak bisa disamakan. Berikut contoh gambar aplikasi pada sistem pakan.
Gambar 24. Bagian Pakan Keseluruhan
Gambar 25. Penentuan Suhu Pada Bagian Pakan
Gambar 26. Penentuan Jumlah Air Pada lingkungan ideal akan dibahas terkait litter, suhu dan kelembaban (RH), ventilasi, dan pencahayaan. Tiap jenis litter mempunyai fungsi dengan keunggulan masing – masing, untuk mengefektifkan fungsi litter tersebut dibutuhkan manejemn yang baik pula terutama pada tinggi
45
dan jumlah total litter yang harus disiapkan dalam kandang. Suhu dan RH yang diatur secara otomatis di dalam kandang Closed House diatur berdasarkan umur broiler. Ventilasi yang kurang baik akan meningkatkan kadar NH3 yang berakibat pada kebuntuan, luka bakar, dan iritasi pada broiler. Terdapat dua indikator utama agar ventilasi bisa sesuai dengan yang dibutuhkan oleh ayam broiler, yaitu kecepatan yang sesuai berdasarkan umur serta kandungan undara yang sesuai dengan batas. Pada bagian pencahayaan akan diinformasikan terkait tipe pencahayaan yang dipakai dan penggelapan yang dianjurkan oleh literatur.
Gambar 27. Bagian Keseluruhan Lingkungan Ideal
Gambar 28. Contoh Penentuan Suhu dan RH
46
Gambar 29. Contoh Ventilasi Baik Halaman utama terahir di web localhost yang sedang dibangun ini yaitu halaman penyakit. Pada halaman ini akan ditentukan nama panyakit yang diderita berdasarkan gejala – gejala yang timbul, penyebab terjadinya penyakit, pencegahan penyakit, dan pengobatan. Berikut adalah gambar beberapa aplikasi terkait halaman penyakit ini.
Gambar 30. Identifikasi Gejala Penyakit
47
Gambar 31. Contoh Hasil Penyakit
E. Validasi Validasi merupakan tindakan pembuktian dengan cara yang sesuai bahwa tiap bahan, proses, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan atau mekanisme yang digunakan dalam produksi maupun pengawasan mutu akan senantiasa mencapai hasil yang diinginkan (CPOB: 2006) Validasi dilakukan dengan tiga cara, validasi pengetahuan yang diperoleh melalui hasi akuisisi, validasi aplikasi contoh web local host yang dibuat, dan validasi lapang dengan peternak broiler closed house. Validasi pengetahuan dilakukan dengan mendatangi pakar secara langsung untuk mengecek kebenaran istilah, kebenaran proses, kebenaran perhitungan, serta masukan – masukan lain yang berguna untuk perbaikan DBMS. Setelah melewati proses akuisisi ini, maka akan dihasilkan pengetahuan yang akurat, validasi ini dilkukan dengan melakukan wawancara langsung dengan bapak Rudi Afnan Validasi sistem DBMS merupakan validasi dari tahap representasi pengetahuan baik dection tree maupun rule production, pengembangan basis data konseptual atau ERD, pengembangan basis data LOGIC atau tabel, proses nurmalisasi tabel, dan pengujian prototype sistem aplikasi yang dibuat. Pada validasi ini, tidak terlalu memperhatikan aplikasi yang telah dibuat, namun lebih difokuskan kepada pembangunan dan pengembangan basis datanya. Validasi sistem DBMS ini dilakukan dengan konsultasi langsung dengan bapak Kudang Boro Seminar. Validasi yang terkhir adalah validasi lapang yang merupakan validasi langsung dengan peternak broiler closed house. Validasi ini dilakukan dengan melihat langsung budidaya broiler closed house di Fakultas Peternakan IPB dan wawancara dengan penjaga kandang broiler closed house. Secara umum pengetahuan yang diperoleh dari literatur dan dari pakar sesuai dengan budidaya broiler closed house yang ada di Fakultas Peternakan, namun ada sedikit perbedaan di luas kandangnya. Menurut cobb broiler disarankan 12 x 120 , namun di kandang Closed House fakultas peternakan luasnya sekitar 12 x 120 .
48
V. SIMPULAN DAN SARAN
1. Kesipulan 1. 2. 3. 4. 5.
Basis pengetahuan atau DBMS (Database Management System) budidaya ayam broiler closed house telah selesai dibuat, serta diimplementasikan dalam web localhost DBMS yang telah selasai dibuat mendapatkan penerimaan yang sangat baik dari pakar dan user (Bapak Mulyadi) Basis Pengetahuan yang telah dibangun terdiri dari empat bagian inti, yaitu bagian pedoman DOC, bagian pakan, bagian lingkungan ideal, dan bagian penyakit Pembuatan DBMS terdiri dari tahap akuisisi pengetahuan, representasi pengetahuan, pemodelan konseptual, pemodelan formal logic, dan nurmalisasi tabel. Pengujian aplikasi DBMS yang telah dibuat melalui tiga proses validasi. Validasi basis pengetahuan dengan pakar ayam Broiler, validasi DBMS dengan pakar IT, dan validasi lapang dengan melihat langsung budidaya broiler closed house di kandang Closed House Fakultas Peternakan IPB dan wawancara dengan Bapak Mulyadi (User) penjaga kandang Closed House di Fakultas Peternakan IPB.
2. Saran 1. 2.
3.
4.
Perlu adanya penambahan isi informasi untuk memperkaya DBMS pengetahuan budidaya ayam broiler closed house sehingga mempermudah peternak dalam menjalankan usahanya Perlu dikembangkan Database Management System yang membahas tentang tahapan budidaya ayam broiler secara lebih spesifik tiap bagian tahapan, seperti DBMS management DOC secara khusus, DBMS manajemen lingkungan, dan lain – lain. Agar lebih bermanfaat dan lebih mudah diakses oleh user atau calon peternak, hendaknya DBMS yang dibuat bukan hanya dalam bentuk localhost saja namun juga dalam bentuk WAN (We Area Network) yang terbuka dan mudah diakses oleh pihak yang membutuhkan. Langkah yang harus dilakukan untuk membangun WAN yaitu mendaftarkan Domain DBMS yang telah dibuat, mengelola atau meng update isi DBMS, mempromosikan kepada user, dan menganalisa hasil WAN yang dibuat harus mempunyai batasan yang jelas seperti luasan kandang, jenis atau breeder broilernya.
49
Daftar Pustaka
Adeline RT. 2010. Teknik Nurmalisasi Dalam Perancangan Basis Data Relasional. Unsri. Palembang [Makalah] Alchalabi. 2001. Poultry International. http://siauwlielie.tripod.com/art_004_02.htm.[20 Januari 2012] Alimudin. 2011. Sistem Supervisori Kendali Parameter Lingkungan Suhu dan Kelembaban Pada Model Closed House Untuk Ayam Broiler [makalah]. Bogor : Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Amrullah, I. K. 2004. Nutrisi Ayam Boiler. Cet. ke-2. Lembaga Satu Gunung Budi, Bogor. Annisa. 2011. Database development process. Bahan Ajar Mata kuliah Basis Data, Departemen Ilmu komputer, Fakultas FMIPA, IPB. Cobb. 2010. Cobb Broiler Management Guide. Cobb Broiler, USA El-korany A, Rafea A, Baraka H, Eid S. 2000. A Structured Testing Methodology for KnowledgeBased Systems. Proceeding on 11th International Conference DEXA, September 4-8, 2000, London, UK. Ensminger, K. 1991. Animal Science. 11th Edition. Interstate Publisher, USA. Fathansyah. 2004. Buku Teks Komputer Basis Data”. Informatika, Bandung. Hardjoswaro dan Rukminasih . 2000. Tinjauan Pustaka Ayam Broiler http://repository.usu.ac.id/bitstream /123456789/17672/3/Chapter%20II.pdf [09 April 2012 ] Hubbard. Broiler Management Guide. Hubbard Breeders, USA Ignizio JP. 1990. Introduction to Expert Systems: The Development of Rule-Based Expert Systems. New York: McGraw-Hill Inc,. Kristanto, H. 1994. Normalisasi Basis Data. http://wahyuekosaputro5302411093.blogspot.com/2012_11_01_archive.html. [25 November 2012] Kusrini. 2008. Aplikasi Sistem Pakar : Menentukan Faktor Kepastian Pengguna dengan Metode Kuantifikasi Pertanyaan. Yogyakarta : ANDI. Kusumadewi, S. 2003. Artificial Inteligence (Teknik dan Aplikasinya). Graha ilmu, Yogyakarta Mannino Micahel V. 2001. DATABASE application development and design. New York: McGraw-Hill.Inc. Marimin. A. 2005. Teori dan Aplikasi Sistem Pakar dalam Metodologi Manajerial. IPB Press, Bogor. Marimin. B. 1992. Teori dan Aplikasi Sistem Pakar dalam Metodologi Manajerial. IPB Press, Bogor. Marimin. C. 2005. Teori dan Aplikasi Sistem Pakar dalam teknologi Manajerial. Bogor: IPB Press. Mata-Toledo RA, Cushman K. 2007. Dasar-dasar Database Relasional. Jakarta : Penerbit Erlangga.
50
McBratney A and Whelan BM. 1995. Precision Of Agriculture. Sydney: University Of Sydney Meseguer and Preece. 1995. Modern Database Systems Object SQL – A Language Design And Implementation Databse. Meseguer P, Preece AD. 1995. Verification and Validation of Knowledge-Based System with Formal Specifications. http://citeseerx.ist.psu.edu [10 Januari 2013]. O’brien JA. Introduction to Information Systems 12nded. New York: McGraw-Hill Irwin. Russel G, Muetzelfeldt RI, Taylor K, Terres JM. 1999. Development of crop knowledge base for Europe. Europe Journal of Agronomy 11(1999) 187-206. Supriyanto Deba. 2011. Sistem Konsultasi Online Agribisnis Cabai (Capsicum annum L.) [Tesis] Bogor: Institut Pertanian Bogor. Turban E, Aronson JE, Lung Ting-Peng. 2005. Decision Support Systems and Intelligent Systems 7th ed. New Jersey: Pearson Education International.
51
LAMPIRAN
52
Lamp iran 1. Bent uk Decision Table Lama Penggelapan
53
Lampiran 2. Flowcat Database Management System
54
Lampiran 3. Macam - Macam Tabel di Postgress
55
Lampiran 4. Hopper
56
Lampiran 5. Gambar Temtron
57
Lampiran 6. Gambar Blower
58
Lampiran 7. Gambar Cooling Pad
59