PENGEMBANGAN APLIKASI AMMI DENGAN ANTARMUKA RAMAH PENGGUNA MENGGUNAKAN R
ACHI RINALDI
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakaan bahwa tesis Pengembangan Aplikasi AMMI dengan Antarmuka Ramah Pengguna menggunakan R adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Januari 2011 Achi Rinaldi NRP G151080071
ABSTRACT ACHI RINALDI. Performance The Development of AMMI Aplication with Userfriendly Interface using R. Under Direction of I MADE SUMERTAJAYA and AGUS M. SOLEH AMMI (Additive Main Effect Multiplicative Interaction) model for interactions in two-way table provide the major mean for studying stability and adaptability through genotype × environment interaction (GEI). This study aimed to build a “user friendly” program to analyze AMMI called AMMIR (Additive Main Effect Multiplicative Interaction in R). The data used in this study was from “Konsorsium Padi Nasional” research and “Balai Penelitian Kacang- kacangan dan Umbi-umbian (Balitkabi) Departemen Pertanian RI” research. AMMIR performed a good result compare to other programs such as SAS, IrriStat and GenStat. The result showed that output AMMIR such as biplot and analysis of variance are exactly the same as the other programs. Keywords : AMMI, GEI, AMMIR
RINGKASAN ACHI RINALDI. Pengembangan Aplikasi AMMI dengan Antarmuka Ramah Pengguna Menggunakan R. Dibimbing oleh I MADE SUMERTAJAYA dan AGUS M. SOLEH. Percobaan multilokasi merupakan percobaan yang sering dilakukan dalam penelitian pemuliaan tanaman khususnya mengkaji Interaksi Genotipe dan Lingkungan (IGL). IGL dapat dinyatakan sebagai perubahan keragaman dari beberapa genotipe pada beberapa lingkungan berbeda. Kajian ini penting dalam pemuliaan tanaman karena hasilnya dapat digunakan untuk menduga dan menyeleksi genotipe-genotipe yang berpenampilan stabil (stability of genotipe) pada berbagai lingkungan berbeda. AMMI adalah suatu teknik analisis percobaan dua faktor perlakuan dengan pengaruh utama perlakuan bersifat aditif sedangkan pengaruh interaksi dimodelkan dengan bilinier. Pengembangan model AMMI terus dilakukan terutama untuk memperoleh metode-metode untuk menentukan genotipe-genotipe yang stabil, khususnya oleh Tim Hibah Penelitian Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Namun sampai saat ini belum ada aplikasi analisis AMMI berbentuk program dengan antarmuka (interface) yang ramah pengguna (user friendly) sehingga para praktisi dapat menggunakan metode-metode yang telah dikembangkan tersebut. Tujuan Penelitian ini menyusun dan mengembangkan paket R untuk menganalisis AMMI secara khusus dengan antar muka yang ramah pengguna (user friendly). Metode yang digunakan dalam penelitian ini mengikuti kaidah rekayasa perangkat lunak dengan model air terjun (waterfall) yang terdiri dari lima tahap, yaitu: analisis dan identifikasi kebutuhan sistem, analisis perancangan sistem, implementasi dan pengujian unit, integrasi dan pengujian sistem, operasi dan pemeliharaan. Paket R yang dikembangkan diberi nama AMMIR (Additive Main Effect Multiplicative Interaction in R). AMMIR adalah paket R untuk analisis AMMI untuk para praktisi dari statistisi maupun nonstatistisi khususnya para peneliti dalam pemuliaan tanaman yang mengenal analisis AMMI. Paket ini terdiri dari fungsi-fungsi analisis AMMI yang metodenya telah berkembang, yaitu: AMMI dengan berbagai rancangan, AMMI model campuran, AMMI dengan respon ganda, GAMMI, AMMI Bayes, EM-AMMI, Bootstrap AMMI, dan Kestabilan Non Parametrik. Paket ini dibuat di lingkungan sistem operasi Windows XP dengan RAM 1.87 GB, memori 2.0 GHz, dan processor Intel Core™2 Duo. Pengembangan AMMIR ini menggunakan R versi 2.10.1 dengan beberapa paket tambahan, yaitu: tcltk, tcltk2, tkrplot, xlsReadWrite, ellipse, dan gnm. Penelitian ini menggunakan dua data sekunder. Data pertama diperoleh dari hasil penelitian Konsorsium Padi Nasional, yaitu penelitian interaksi antara genotipe dengan lingkungan pada galur harapan padi sawah. Respon yg diukur adalah hasil produksi padi (ton/ha) dari 14 galur padi yang ditanam di 20 lingkungan. Data kedua merupakan percobaan pengendalian terhadap hama daun pada galur kedelai tahan hasil persilangan oleh Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (Balitkabi) Departemen Pertanian RI di Malang, Jawa Timur.
Percobaan ini melibatkan empat galur/varietas kedelai tahan hasil persilangan (Wilis, IAC-100, IAC-80-596-2 dan W/80-2-4-20). Pengujian sistem AMMIR dilakukan mulai dari implementasi fungsi-fungsi AMMIR hingga pengujian secara menyeluruh. Pengujian dilakukan dengan membandingkan hasil AMMIR dengan hasil manual atau dengan perangkat lunak lainnya seperti SAS, Irristat dan Genstat. Hasil Analisis Ragam dengan AMMIR menunjukkan kesamaan yang nyata, perbedaan hanya terletak pada pembulatan desimal saja, sedangkan hasil berupa Biplot memperlihatkan kesamaan yang nyata untuk posisi relatif dari masing-masing genotipe maupun lokasi. Disamping itu hasil pengujian setiap fungsi dapat dikatakan bahwa AMMIR telah mampu menghasilkan hasil yang sesuai untuk perhitungan-perhitungan analisis AMMI yang dibuat baik berupa keluaran biplot maupun keluaran lainnya. Kata kunci : AMMI, IGL, AMMIR
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar bagi IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
PENGEMBANGAN APLIKASI AMMI DENGAN ANTARMUKA RAMAH PENGGUNA MENGGUNAKAN R
ACHI RINALDI
Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Statistika
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
Judul Tesis : Pengembangan Aplikasi AMMI dengan Antarmuka Ramah Pengguna Menggunakan R Nama
: Achi Rinaldi
NRP
: G151080071
Disetujui Komisi Pembimbing
Agus M Soleh, S.Si., MT. Anggota
Dr. Ir. I Made Sumertajaya, M.Si Ketua
Diketahui
Ketua Program Studi Statistika
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr.Ir. Erfiani, M.Si.
Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, M.S.
Tanggal Ujian: 22 Desember 2010
Tanggal Lulus:
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Ir. Aji Hamim Wigena, M.Sc
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Judul karya ilmiah ini adalah “ Pengembangan Aplikasi AMMI dengan Antarmuka Ramah Pengguna menggunakan R”. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. I Made Sumertajaya, M.Si selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Agus M. Soleh, S.Si., MT. selaku Anggota Komisi Pembimbing, terima kasih atas bimbingan, saran dan waktunya. Disamping itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Direktorat pendidikan tinggi yang mendanai hibah penelitian pasca sarjana “Pengembangan Model Aditif untuk Seleksi Adaptasi Tanaman”. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ibu, isteri, kakak-kakak, dan seluruh keluarga terima kasih atas do’a, dukungan dan kasih sayangnya. Terima kasih kepada teman-teman Statistika angkatan 2008 atas bantuan dan kebersamaannya. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.
Bogor, Januari 2011 Achi Rinaldi
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 4 Februari 1982 dari ayah Alm. Yurdin Naga Berisang dan ibu Hj. Nina Kirana. Penulis merupakan putra keenam dari enam bersaudara, Penulis menyelesaikan pendidikan SMU di SMUN 2 Bandar Lampung pada tahun 2000 dan melanjutkan perkuliahan di jurusan Statistika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Padjajaran. Penulis bekerja sebagai Staf Pengajar di Tadris Matematika Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Intan Lampung sejak tahun 2006 dan mengajar mata kuliah Statistika. Pada tahun 2008 penulis menikah dengan Nely Suryani Nopi, dan kini dikarunia Allah seorang puteri bernama Alisya Putri Rinaldi.
DAFTAR ISI Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiv PENDAHULUAN Latar Belakang ........................................................................................ Tujuan Penelitian ....................................................................................
1 2
TINJAUAN PUSTAKA Additive Main Effect Multiplicative Interaction (AMMI) ..................... Model Campuran AMMI (M-AMMI) .................................................... AMMI dengan Respon Ganda ................................................................ AMMI dengan Metode Bayes ................................................................ EM-AMMI.............................................................................................. Generalized Linear Model AMMI (GAMMI) ........................................ AMMI Bootstrap .................................................................................... Metode Kestabilan Nonparametrik ......................................................... Rekayasa Perangkat Lunak .....................................................................
3 5 6 8 9 10 11 12 15
DATA DAN METODE Data ........................................................................................................ 17 Metode Penelitian ................................................................................... 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Kebutuhan Sistem ................................................................................... Analisis Perancangan Sistem .................................................................. Implementasi Sistem............................................................................... A. Menu File ....................................................................................... B. Menu Data ...................................................................................... C. Menu AMMI ................................................................................ D. Menu Stat ....................................................................................... E. Menu Bantuan ................................................................................ Pengujian Sistem AMMIR ..................................................................... Batasan dan Pemasangan Sistem ............................................................ Kajian AMMI untuk Data padi set1 .......................................................
20 20 21 22 23 23 27 27 28 36 36
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ............................................................................................. 39 Saran ....................................................................................................... 39 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 40 LAMPIRAN .................................................................................................... 42
xi
DAFTAR TABEL Halaman
1 Kode Galur Harapan Padi Sawah ............................................................... 17 2 Kode Lokasi ............................................................................................... 17 3 Perbandingan hasil AMMIR dengan berbagai perangkat lunak .................. 28 4 Analisis Ragam Output SAS ....................................................................... 29 5 Analisis Ragam Output AMMIR ................................................................ 29 6 Analisis Ragam KUI Output SAS ............................................................... 30 7 Analisis Ragam KUI Output AMMIR ....................................................... 31 8 Analisis Ragam Data Padi Set1 ................................................................... 37 9 Analisis Ragam KUI Data Padi Set1 .......................................................... 37
xii
DAFTAR GAMBAR Halaman 1
Tahapan Pengembangan Program Model Air Terjun ............................. 18
2
Tampilan Menu AMMIR ........................................................................ 22
3
Output AMMIR Biplot AMMI2 untuk padi set 2 .................................. 32
4
Output IRRISTAT Biplot AMMI2 untuk padi set 2 .............................. 32
5
Output SAS Biplot AMMI2 untuk padi set 2 ......................................... 33
6
Output AMMIR Biplot AMMI dengan analisis faktor ........................... 34
7
Output SAS Biplot AMMI dengan analisis faktor ................................. 34
8
Output AMMIR Biplot GAMMI ............................................................ 35
9
Output GenStat Biplot GAMMI ............................................................. 35
10
Biplot AMMI2 data padi set1 ................................................................. 38
xiii
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1
Diagram alir metode AMMI Bayes ........................................................ 43
2
Diagram alir metode EM-AMMI ............................................................ 44
3
Diagram alir metode AMMI Bootstrap ................................................... 45
4
Diagram alir data level 0 ......................................................................... 46
5
Diagram alir data level 1 ......................................................................... 46
6
Diagram alir data level 2 proses 1.2 (AMMI) ......................................... 47
7
Diagram alir data level 2 proses 1.3 (AMMI Model Campuran)............ 47
8
Diagram alir data level 2 proses 1.4 ((AMMI Respon Ganda)).............. 48
9
Diagram alir data level 2 proses 1.5 (AMMI Bayes) .............................. 48
10
Diagram alir data level 2 proses 1.6 (EM-AMMI) ................................. 49
11
Diagram alir data level 2 proses 1.7 (GAMMI) ...................................... 49
12
Diagram alir data level 2 proses 1.8 (AMMI Bootstrap) ........................ 50
13
Diagram alir data level 2 proses 1.9 (Kestabilan Nonpar) ...................... 50
14
Tampilan fungsi AMMI .......................................................................... 51
15
Tampilan fungsi GAMMI ....................................................................... 51
16
Tampilan fungsi EM-AMMI ................................................................... 52
17
Tampilan fungsi AMMI Model Campuran ............................................. 52
18
Tampilan fungsi AMMI Respon Ganda.................................................. 53
19
Tampilan fungsi AMMI Bayes ............................................................... 53
20
Tampilan fungsi AMMI Bootstrap ......................................................... 54
21
Tampilan fungsi Kestabilan Non Parametrik .......................................... 54
22
Fungsi kestabilan nonparametrik Huehn ................................................. 55
23
Fungsi kestabilan nonparametrik Thennarasu ......................................... 56
24
Fungsi AMMI ......................................................................................... 56
25
Perbandingan hasil AMMIR terhadap berbagai perangkat lunak ........... 59
xiv
PENDAHULUAN
Latar Belakang Percobaan multilokasi merupakan percobaan yang sering dilakukan dalam penelitian pemuliaan tanaman khususnya mengkaji Interaksi Genotipe dan Lingkungan (IGL). IGL dapat dinyatakan sebagai perubahan keragaman dari beberapa genotipe pada beberapa lingkungan berbeda. Kajian ini penting dalam pemuliaan tanaman karena hasilnya dapat digunakan untuk menduga dan menyeleksi genotipe-genotipe yang berpenampilan stabil (stability of genotipe) pada berbagai lingkungan berbeda. Beberapa metode statistika untuk menilai stabilitas telah berkembang, diantaranya sembilan statistik kestabilan yang umum digunakan dalam menyeleksi genotipe-genotipe unggulan (Lin et al. 1986) yaitu: ragam genotipe pada berbagai lingkungan, koefisien variabilitas tiap genotipe Francis dan Kanenberg, rata-rata komponen ragam Plaisted dan Peterson, komponen ragam Plaisted, indeks stabilitas Wricke, ragam kestabilan Shukla, koefisien regresi Finlay dan Wilkinson, koefisien regresi Perkins dan Jinks, dan parameter simpangan Eberhart dan Russel. Selain itu metode yang dapat menyeleksi genotipe yang stabil adalah AMMI (Additive main effects and multiplicative interaction), AMMI adalah suatu teknik analisis percobaan dua faktor perlakuan dengan pengaruh utama perlakuan bersifat aditif sedangkan pengaruh interaksi dimodelkan dengan bilinier. Pada dasarnya analisis AMMI menggabungkan analisis ragam aditif bagi pengaruh utama perlakuan dengan analisis komponen utama ganda dengan pemodelan bilinier bagi pengaruh interaksi (Mattjik & Sumertajaya 2006). Pengembangan model AMMI terus dilakukan terutama untuk memperoleh metode yang dapat menentukan genotipe yang stabil, khususnya oleh Tim Hibah Penelitian Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Namun sampai saat ini belum ada aplikasi analisis AMMI dengan antarmuka (interface) yang ramah pengguna (user friendly) sehingga para praktisi belum dapat menggunakan metode-metode tersebut. Adapun pengertian dari user friendly yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada Dix et al. (2003) adalah familiar bagi para pengguna.
2
Perhitungan untuk analisis AMMI sulit dilakukan dengan alat konvensional, penggunaan komputer diperlukan untuk efisiensi perhitungan dan pembuatan grafik. Tetapi seiring dengan meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi maka perhitungan untuk AMMI dapat dilakukan dengan cepat dan mudah melalui perangkat lunak. Perangkat lunak yang tersedia saat ini belum ada yang mengakomodir analisis AMMI secara khusus. Dalam perangkat lunak SPSS dan Minitab bahkan tidak ditemui menu tersendiri untuk menganalisis AMMI, padahal kedua perangkat lunak tersebut dikenal user friendly. Begitu juga dengan SAS yang dikenal mampu melakukan analisis statistik secara luas tidak dijumpai prosedur khusus untuk AMMI, tetapi menggunakan prosedur GLM dan Analisis Komponen Utama secara terpisah. Untuk perangkat lunak Irristat sudah terdapat menu mengenai AMMI tetapi belum ada metode perkembangan AMMI lainnya. Semua perangkat lunak tersebut berharga relatif mahal sehingga diharapkan ada perangkat lunak yang dapat mengakomodir analisis AMMI secara khusus. Masalah tersebut dapat diatasi dengan program R yang merupakan implementasi dari bahasa pemrograman S dan Scheme (Mertz 2004). R merupakan perangkat lunak
yang didistribusikan secara luas dan dapat diunduh secara bebas oleh
siapapun. Akan tetapi pemakaian R masih dirasa sulit bahkan bagi para statistisi karena menggunakan pemrograman. Dalam lingkungan R tidak ditemui menu berupa toolbar seperti pada perangkat lunak Minitab dan SPSS, tetapi semua command harus ditulis berupa syntax, sehingga para pengguna R dituntut untuk dapat menguasai bahasa pemrograman S. Oleh karena itu, diperlukan pembuatan paket R dengan antarmuka yang ramah pengguna untuk memudahkan para pengguna yaitu para statistisi dan nonstatistisi untuk melakukan analisis statistika, khususnya AMMI. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah menyusun dan mengembangkan paket R untuk menganalisis AMMI secara khusus dengan antarmuka (interface) yang ramah pengguna (user friendly) bagi para praktisi, baik para statistisi maupun non statistisi.
TINJAUAN PUSTAKA Additive Main Effect Multiplicative Interaction (AMMI) Additive Main Effect Multiplicative Interaction (AMMI) adalah suatu teknik analisis data percobaan dua faktor perlakuan dengan pengaruh utama perlakuan bersifat aditif sedangkan pengaruh interaksi dimodelkan dengan model bilinier. Pada dasarnya AMMI menggabungkan analisis ragam aditif bagi pengaruh utama perlakuan dan analisis komponen utama dengan pemodelan bilinier bagi pengaruh interaksi (Mattjik & Sumertajaya 2006).
Model AMMI dengan genotipe dan lokasi dapat dituliskan sebagai
berikut:
untuk 1,2, , , 1,2, , , 1,2, ,
dengan adalah respon untuk genotipe ke- pada lokasi ke- , ulangan ke- ,
adalah rataan umum, adalah pengaruh genotip ke- , adalah pengaruh
lokasi ke- , adalah pengaruh interaksi genotipe ke- pada lokasi ke- dan
adalah galat acak.
Pengaruh komponen aditif dianalisis menggunakan ANOVA untuk
rancangan percobaan faktorial dengan dua faktor. Apabila interaksi antara GE berpengaruh nyata, maka dikatakan bahwa genotipe dan lingkungan berinteraksi. Interaksi antara genotipe dan lingkungan dapat diketahui dengan menggunakan penguraian nilai singular untuk matriks interaksi Z.
pengaruh interaksi genotipe ke- pada lokasi ke- diduga dengan
. " .. " .. ...
Penguraian matriks Z dilakukan dengan teknik SVD dan menggunakan konsep analisis komponen utama (AKU), sehingga analisis model AMMI dapat disajikan dalam grafik berdimensi dua atau disebut dengan biplot AMMI.
4
Penguraian nilai singular untuk matriks pengaruh interaksi Z adalah memodelkan matriks tersebut sebagai berikut:
#$%&
Dengan Z adalah matriks interaksi; $ adalah matriks diagonal nilai singular dari
&; $ '()*+ ,-.- , selanjutnya disebut nilai singular. % dan # adalah matriks ortonormal %′ % #′ # /. % merupakan matriks dari vektor singular yang
berpasangan dengan masing-masing nilai singularnya % 0 , 1 , , + 2′ adalah vektor ciri ′ sedangkan U diperoleh dengan # %$34 5
1 + , ,, 6 )* )*1 )*+
Dengan mendefinisikan $ (0 8 8 1) sebagai matriks diagonal yang elemen-
elemen diagonalnya adalah elemen-elemen matriks $ dipangkatkan dan matriks
$1" dengan 192 diperoleh
< : #$; <
> = #$43; >+
<+ <+
> >+
maka penguraian nilai singular tersebut dapat ditulis: :=′
Dengan demikian skor komponen untuk genotip adalah kolom-kolom matriks : sedangkan skor komponen untuk lingkungan adalah kolom-kolom matriks =, sehingga interaksi antara GE dapat dinyatakan sebagai: +
? @*A <A >A C AB
Dengan )*D nilai singular untuk komponen bilinier ke-n (*D adalah akar ciri &),
*1 E E *D ; <D adalah pengaruh ganda genotipe ke-g melalui komponen bilinier ke-n; >D adalah pengaruh ganda lingkungan ke-e melalui komponen bilinier ke-n.
Alat yang digunakan untuk menginterpretasi hasil dari model AMMI adalah biplot. Pada dasarnya metode ini adalah upaya untuk memberikan visual grafik
5
dari suatu matriks dalam suatu plot dengan menumpangtindihkan vektor-vektor dalam ruang berdimensi dua. Vektor-vektor yang dimaksud yaitu vektor yang mewakili nilai skor komponen genotipe dan lingkungan. Biplot pada analisis AMMI biasanya berupa biplot pada nilai komponen utama pertama (KU1) dengan rataan respon (Biplot AMMI1). Biplot antara komponen utama kedua dan nilai komponen utama pertama (Biplot AMMI2) bisa ditambahkan jika komponen utama kedua ini signifikan. Kestabilan genotipe diidentifikasi menggunakan selang kepercayaan pada biplot yang berbentuk ellips dengan pusat (0,0), dimana panjang jari-jari ellips diperoleh menggunakan rumus (Johnson & Winchern 2002): 2ID " 1J F G*F H K DID " 2J 1,+31ILJ
dengan M : panjang jari-jari, M = 1 untuk jari-jari panjang, M = 2 untuk jari-jari pendek; D merupakan banyaknya pengamatan (genotipe + lingkungan);
*M 2
adalah akar ciri ke-i dari matriks koragam (N) skor komponen genotipe
lingkungan. Menurut Jaya (2008), indeks stabilitas genotipe ditentukan oleh skor KUI yang dihasilkan dari model AMMI2, sehingga hanya menggunakan skor KUI1 dan skor KUI2. Indeks tersebut didefinisikan sebagai berikut: 2 λ1/2 2 1 ISA = 1/2 (SkorKUI1 ) + [SkorKUI2 ] λ2
Model Campuran AMMI (M-AMMI) Dalam uji lokasi ganda terkadang diharapkan lingkungan bersifat acak. Hal ini dmaksudkan agar cakupan kesimpulan yang diperoleh lebih luas, dimana genotipe yang diperoleh tidak terbatas pada lingkungan-lingkungan yang dicobakan saja tetapi lebih luas untuk seluruh lingkungan yang menjadi cakupan penelitian (Sumertajaya 2005). Model liniernya tidak berbeda dengan uji lokasi ganda pada model tetap, yaitu:
6
untuk 1,2, , , 1,2, , , 1,2, ,
dengan Yger : nilai pengamatan pada genotip ke-g, lingkungan ke-e dan ulangan
ke-r µ
: rataan umum
αg : pengaruh utama faktor tetap genotip ke-g βe : pengaruh utama faktor acak lingkungan ke-e γge : pengaruh acak interaksi antara faktor tetap genotip ke-g, factor acak lingkungan ke-e εger : pengaruh acak galat faktor tetap genotip ke-g, faktor acak lingkungan ke-e, ulangan ke-r.
Asumsi yang mendasari : 1) ∑ = 0
3) γge ~ PI0, Q2 J
2) βe ~ PI0, QR1 )
4) εger ~ PI0, Q2 J
Langkah pemodelan bilinier bagi pengaruh interaksi genotip dengan lingkungan pada model campuran adalah sebagai berikut: 1. Mengasumsikan suku acak pada matriks penduga interaksi sebagai pengaruh tetap, sehingga pengaruh interaksi terkoreksi menjadi:
VMT. " VM.. " V.T. V… X ∑1I VMT. " VM.. " V.T. V… J/
̂MT U
2. Langkah selanjutnya menyusun pengaruh interaksi dalam bentuk matriks dimana genotip (baris) x lingkungan (kolom), sehingga matriks ini berorde a x b 3. Selanjutnya dilakukan penguraian bilinier terhadap matriks pengaruh interaksi genotip dengan lingkungan Langkah selanjutnya sama dengan tahapan pada model tetap AMMI.
AMMI dengan Respon Ganda Pendekatan AMMI umumnya masih berbasis pada respon tunggal seperti tingkat daya hasil. Padahal kenyataannya tingkat adaptasi tanaman tidak hanya cukup dilihat dari daya hasil saja melainkan juga harus memperhatikan perkembangan morfologi tanaman maupun daya resistensi tanaman. Dengan demikian respon yang dihadapi dalam kasus ini adalah respon ganda. Sehingga
7
diperlukan
pendekatan
lain
yang
mampu
menarik
kesimpulan
secara
komprehensip dari berbagai respon yang diamati. Penggabungan respon merupakan salah satu strategi yang digunakan untuk menyederhanakan analisis untuk melihat daya adaptasi tanaman secara komprehensip. Respon gabungan yang diperoleh kelak akan disebut sebagai indeks penampilan tanaman (IPT). Ada 5 metode yang akan digunakan untuk menghitung IPT (Sumertajaya 2005), yaitu: 1. Penyamaan jangkauan (Range Equalisation) Tahapan yang digunakan untuk memperoleh nilai respon gabungan (IPT1) adalah sebagai berikut: Misal vektor peubah yang diamati adalah Y& = (Y1, Y2, …, Yp) a. Cari nilai SDII (sub dimension indicator index) untuk masing-masing peubah asal, yaitu: N'ZZF
[\] 3[\ ^\_
[\ ^`a 3[\ ^\_
dengan i = 1, 2, …, p dan j = 1, 2, …, n; p adalah banyaknya peubah asal dan n adalah banyaknya amatan
b. Carilah nilai IPT1 yaitu rata-rata dari seluruh SDII, yaitu: Zbc ∑gFB
deff\ g
2. Metode komponen utama pertama Tahapan yang digunakan untuk memperoleh respon gabungan (IPT2) adalah:
a. Cari vektor ciri dan akar ciri kemudian tata vektor ciri 1, …, p yang berpadanan dengan akar ciri –akar ciri λ1 > … >λp, dengan kendala i &i = 1 dan i&j = 0
b. Hitung IPT2, IPT2 = 1&Z = 11Z1 + 12Z2 + … + 1pZp, dimana Zi adalah peubah Yi yang sudah dibakukan
3. Metode pembobotan berdasarkan komponen utama Tahapannya adalah sebagai berikut: (kasus dua komponen utama) a. Hitung bobot dari :
Z1 = 11Y1 + 12Y2 + … + 1pYp
Z1 = a21Y1 + a22Y2 + … + a2pYp, yaitu: wi @ 21M /*1 22M /*2
8
b. Hitung respon gabungan (IPT3) IPT3 = w1Y1 + w2Y2 + wpYp 4. Metode jarak Hotelling Misal vektor peubah respon x& = (x1, …, xp), vektor rata-rata peubah respon jk & Ijk , … , jkg J dan matriks kovarian S maka pendekatan
Hotelling untuk objek ke-i dapat dirumuskan sebagai berikut: VJ l2M UjM " jX &N"1 IjM " j
Kemudian respon gabungan yang dimaksud adalah nilai d. 5. Metode Division by mean Tahapan yang dilakukan untuk memperoleh nilai respon gabungan (IPT4) adalah: a. Cari nilai SDII untuk masing-masing peubah asal, yaitu N'ZZF
FA Vm
dengan i = 1, 2, …, p dan j = 1, 2, …, n; p adalah banyaknya peubah asal dan n adalah banyaknya amatan b. Carilah nilai IPT5 yaitu rata-rata dari seluruh SDII g
Zbc5 ? FB
N'ZZF o
AMMI dengan Metode Bayes Metode statistika yang biasa digunakan untuk analisis kestabilan terhadap hasil percobaan multilokasi adalah AMMI. Data percobaan multilokasi ini dikumpulkan dari beberapa tahun di beberapa musim tanam. Namun, analisis dari data percobaan multilokasi ini masih dilakukan secara terpisah antara data tahun satu dengan tahun yang lainnya. Agar informasi dari data percobaan multilokasi dapat diperoleh secara lebih menyeluruh, maka perlu adanya suatu analisis yang menggabungkan informasi-informasi dalam beberapa tahun tersebut. Salah satu alternatif analisis yang dapat kita gunakan adalah pendekatan Bayes. Metode ini memanfaatkan informasi awal tentang parameter yang akan diduga dan informasi
9
dari contoh (Silvianti 2009). Algoritma dari AMMI Bayes dapat dilihat di Lampiran 1. Tahapan metode Bayes dalam pendugaan parameter model AMMI adalah sebagai berikut: 1. Mencari informasi prior 2. Data terbaru digunakan untuk
analisis AMMI dan mengevaluasi
kestabilan genotipe a. Duga parameter model AMMI ( µˆ ,τˆi , γˆ j , δˆij ) serta ragam (σ2) dengan MKT b. Gunakan dugaan MKT sebagai nilai awal untuk menghitung dugaan ~ parameter dengan metode Bayes µ~,τ~i , γ~ j , δ ij
(
)
c. Susun matriks interaksi , gunakan matriks interaksi untuk analisis AMMI d. Tentukan genotipe stabil dan genotipe spesifik berdasarkan metode AMMI
EM-AMMI EM-AMMI merupakan perluasan dari metode AMMI dengan proses pendugaan data hilang secara iteratif, dimana pada tahap awal menduga model dengan menggunakan data yang ada, kemudian membuat model AMMI lalu menduga data hilang tersebut dan memperbaiki nilai dugaannya. Hal ini dilakukan hingga dicapai keadaan yang konvergen dimana selisih dengan nilai dugaan sebelumnya yaitu < 0.00001 (Gauch 1992, diacu dalam Mattjik 2000). Ada dua tahap dasar dalam algoritma EM-AMMI (Silvianti 2005) yaitu: 1. Tahap E (Expectation) yaitu tahap menentukan nilai harapan dari data yang hilang. Pada tahap ini data yang hilang diduga dengan nilai rata-rata dari data yang tersedia. 2. Tahap M (Maximization) yaitu tahapan pembentukan model dari data yang ada. Pada tahap ini dilakukan pembuatan model AMMI lalu menduga data
10
yang hilang dari model dugaan AMMI dan memperbaiki nilai dugaannya, proses ini berlanjut hingga dicapai keadaan yang konvergen. Jika pada analisis AMMI biasanya skor KUI selalu tetap, maka pada algoritma EM-AMMI skor KUI berubah pada tiap-tiap iterasi. Hal ini disebabkan nilai dugaan mempengaruhi nilai parameter aditif maupun multiplikatifnya. Algoritma EM-AMMI dapat dilihat pada Lampiran 2.
Model AMMI Terampat (Generalized AMMI Model/GAMMI) Dalam suatu percobaan, respon yang diamati terkadang tidak berdistribusi normal, misalnya berupa data kategorik. Hal tersebut mengakibatkan pendekatan model AMMI menjadi tidak relevan sehingga perlu dilakukan analisis dengan menggunakan pendekatan lain. Untuk kasus ini, metode AMMI juga telah dikembangkan untuk menangani kasus-kasus yang lebih umum (Sumertajaya 2005). Model pendekatannya dikenal dengan nama model GAMMI. Model GAMMI dapat dituliskan sebagai berikut:
s
pMT q M T ? Qr rF CrA rB
Tahapan pendugaan parameter pada model GAMMI dapat dilakukan sebagai berikut: a. Menentukan nilai awal untuk pengaruh utama dan interaksi kolom -
fit model pengaruh utama sebagai berikut: pMT q M T t dari efek utama kolom simpan pendugaan T
tuT , untuk poros 1 sampai K (skor-skor ini tidak pilih skor kolom, C
harus
sama
semua,
dan
sebaiknya
telah
distandarisasi
diortonormalisasi;
tuT 0, ∑v C t2 ∑vT1 C T1 uT 1, untuk k =1, …, K tuT C tu&T 0, untuk k ≠ k’) ∑C
b. Pendugaan pengaruh utama dan interaksi baris
t dan luT C tuT , dan fitkan regresi baris Tentukan T T
dan
11 x
w w w M T ? uM luT pMT q u1
c. Pemusatan dan pengortogonalan pengaruh interaksi baris wuM 0, untuk k =1, …, K ∑ZM1 ∑ZM1 w
uM w
u&M 0, untuk k ≠ k’
d. Pendugaan efek utama dan interaksi kolom
w M dan cki = wuM , dan fitkan regresi kolom Tentukan M x
t ? uM CuT wMT q w M p T u1
e. Standarisasi dan pengortonormalan pengaruh interaksi kolom Standarisasi dan ortonormalisasi:
tuT 0, ∑v C t2 ∑vT1 C T1 uT 1, untuk k =1, …, K tuT C tu&T 0, untuk k ≠ k’ ∑C
t dan luT C tuT , Jika tidak terpenuhi maka lanjutkan prosesnya, T T
dan fitkan regresi baris,
x
wMT q w w M T ? uM luT p
t2uM Qr Pada saat konvergen maka ∑ZM1 C
u1
AMMI Bootstrap Secara
singkat
metode
Bootstrap
pada
AMMI digunakan
untuk
menghasilkan daerah kepercayaan untuk skor KUI1 dan KUI2. Saat ini penerapan metode Bootstrap banyak digunakan diberbagai disiplin ilmu dikarenakan semakin berkembangnya teknologi komputer (Chernick 2008). Metode Bootstrap biasanya membutuhkan data bangkitan Bootstrap atau resample (sample diperoleh dari pengacakan saling bebas dan dengan pemulihan dari distribusi empiris). Dari sample Bootstrap, diperoleh penduga Bootstrap dengan pendekatan Monte Carlo. Secara sederhana prosedurnya adalah sebagai berikut:
12
1. Membangkitkan sampel dengan pengacakan dari sebaran empiris (sample Bootstrap).
t yang diperoleh dengan menggunakan sample Bootstrap 2. Hitung z{ , nilai z
untuk menggantikan sample asli.
3. Lakukan langkah 1 dan 2 sebanyak k kali. Untuk menduga galat baku, nilai k disarankan minimal 100 kali. Dengan melakukan langkah 1 dan 2 sebanyak k kali akan diperoleh pendekatan sebaran
Monte Carlo z{. Simpangan baku sebaran Monte Carlo z{ merupakan pendekatan
t. Biasanya pendugaan ini Monte Carlo untuk galat baku penduga Bootstrap z
digunakan sebagai penduga Bootstrap dan semakin besar nilai k maka perbedaan
antara penduga Bootstrap dan pendekatan monte carlo akan semakin kecil (Novianti 2010).
t Ide dasar Bootstrap adalah keragaman dari z{ ( berdasarkan KD ) disekitar z
t (berdasarkan populasi dengan sebaran hampir mendekati keragaman z
KD
disekitar parameter parameter sebenarnya z. Cukup beralasan menyatakan bahwa
hal ini benar untuk data berukuran besar, karena n yang diperoleh semakin besar,
KD semakin mendekati K sehingga pengacakan dengan pemulihan dari KD hampir sama pengacakan dari K. Ide dasar ini berdasarkan sifat IID pengamatan dan
dipastikan sample berukuran besar. Dengan pendekatan Monte Carlo, Bootstrap dapat digunakan diberbagai permasalahan
seperti menduga parameter dalam
deret waktu, regresi, dan analisis ragam serta dapat juga mengatasi permasalahan data kecil. Bootstrap tidak membutuhkan rumus analitik untuk pendugaan. Bootsrap dapat digunakan selama masih ada metode komputasi untuk mendapatkan penduga. Hal ini berarti bahwa hanya dibutuhkan penggabungan perhitungan menggunakan iterasi untuk mendapatkan penduga parameter. Algoritma dari AMMI Bootstrap dapat dilihat di Lampiran 3. Metode Kestabilan Nonparametrik Metode yang mengukur kestabilan berdasarkan peringkat ini mempunyai kelebihan dibandingkan metode kestabilan parametrik, yaitu mereduksi bias yang berasal dari pencilan, tidak adanya asumsi yang diperlukan pada nilai
13
pengamatan, mudah digunakan dan diinterpretasikan, serta penambahan atau pengurangan satu atau beberapa genotipe tidak menyebabkan banyak variasi hasil. Beberapa formula dalam metode kestabilan nonparametrik yang telah dikembangkan (Zulhayana 2010) diantaranya : 1. Kestabilan Nonparametrik Huehn Untuk data dengan g genotipe dan l lingkungan, indeks kestabilan berdasarkan peringkat hasil genotipe dalam tiap lingkungan
dinyatakan
sebagai berikut (Huehn 1987, diacu dalam Zulhayana 2010): NM
I1J
NM
I2J
∑D′ 2 ∑D"1 | " MT′ | /}DID " 1J~ T T T 1 MT
∑DT1(MT " M. , /ID " 1J
NM 3 I J
NM
I6J
∑DT1IMT "M. J2
2
M.
∑DT1MT "M.
M.
Keterangan: i = 1, 2, …, g; j =1,2,…,l; VM. " j V.. J ; jMT : data genotipe ke-i dan lingkungan ke-j jMT { jMT " Ij
peringkat genotipe jMT {
rij
:
M.
: rataan peringkat jMT { lintas lingkungan untuk genotipe ke-i
2. Kestabilan Nonparametrik Rank-Sum Kang menyarankan kestabilan nonparametrik ini dimana hasil dan ragam kestabilan Shukla digunakan sebagai kriteria seleksi (Kang 1988, diacu dalam Zulhayana 2010). Ragam kestabilan Shukla dirumuskan dengan: VM. " j V.T j V.. J2 " QM 2 I"2JI"1J ∑T1IjMT " j
∑M1 ∑T1IjMT "jM. "j.T j.. J2 I"1JI"2JI"1J
Dimana g = banyak genotipe dan l = banyak lingkungan. Indeks Rank-Sum diperoleh dengan menjumlahkan peringkat hasil dan peringkat ragam kestabilan Shukla tiap genotipe.
14
3. Kestabilan Nonparametrik Fox Teknik peringkat berlapis dari Fox ini membagi tiap lingkungan menjadi tiga lapisan sama besar yaitu : TOP, MID dan LOW (Fox et al., diacu dalam Zulhayana 2010). Nilai TOP, MID dan LOW diperoleh dari persentase banyaknya suatu genotipe berada di dalam lapisan TOP, MID dan LOW lintas lingkungan. Genotipe yang persentase TOP terbesar merupakan genotipe yang paling stabil.
4. Kestabilan Nonparametrik Thennarasu Empat kestabilan nonparametrik Thennarasu yaitu (Thennarasu 1995, diacu dalam Zulhayana 2010): I1J PbM I2J PbM I3J PbM I4J PbM
D
1 ?{MT " {lM D T1
D
1 ?{MT " {lM /lM
D T1
@∑({MT " {M. , /D
M.
2
D"1
D
2 ? ? {MT " {MT′ /M. DID " 1J ′ T1 IT T 1J
Keterangan:
jMT {{ {MT V{M
{lM M.
lM
VM. jMT " j
: peringkat dari jMT {{
: rataan peringkat jMT {{
: median peringkat jMT {{
: rataan peringkat data asli : median peringkat data asli
15
Rekayasa Perangkat Lunak Rekayasa perangkat lunak adalah displin ilmu yang membahas semua aspek produksi perangkat lunak, mulai dari tahap awal sampai spesifikasi sistem sampai pemeliharaan sistem setelah digunakan (Sommerville 2003). Rekayasa ini mencakup masalah pemilihan metode paling sesuai untuk satu set keadaan dan pendekatan yang lebih kreatif, informal terhadap pengembangan yang mungkin efektif pada beberapa keadaan. Proses perangkat lunak adalah serangkaian kegiatan dan hasil-hasil relevannya yang menghasilkan perangkat lunak. Representasi abstrak yang
merupakan penyederhanaan dari proses perangkat
lunak disebut dengan model proses perangkat lunak. Dalam Sommerville (2003), terdapat empat jenis model proses perangkat lunak yaitu model air terjun (waterfall), pengembangan evolusioner, pengembangan sistem formal, dan pengembangan berdasarkan pemakaian ulang. Tahapan utama dalam pengembangan perangkat lunak model air terjun adalah: 1. Analisis dan definisi persyaratan Batasan dan tujuan sistem ditentukan melalui konsultasi dengan pengguna sistem. Persyaratan ini kemudian didefinisikan secara rinci dan berfungsi sebagai spesifikasi sistem. 2. Perancangan sistem dan perangkat lunak Proses perancangan sistem membagi persyaratan dalam sistem perangkat keras dan perangkat lunak. Kegiatan ini menentukan arsitektur sistem secara keseluruhan. Perancangan perangkat lunak melibatkan identifikasi dan deskripsi abstrak sistem perangkat lunak yang mendasar dan hubungan-hubungannya. 3. Implementasi dan pengujian unit Pada tahap ini perancangan perangkat lunak direalisasikan sebagai serangkaian program atau unit program. Pengujian unit melibatkan verifikasi bahwa setiap unit telah memenuhi spesifikasinya.
16
4. Integrasi dan pengujian sistem Unit program atau program individual diintegrasikan dan diuji sebagai sistem yang lengkap untuk menjamin bahwa persyaratan sistem telah dipenuhi. 5. Operasi dan pemeliharaan Tahapan ini merupakan fase siklus hidup yang paling lama. Sistem dipasang dan dipakai. Pemeliharaan mencakup koreksi dari berbagai kesalahan yang tidak ditemukan pada tahap-tahap sebelumnya, perbaikan atas implementasi unit sistem dan pengembangan pelayanan sistem, sementara persyaratan-persyaratan baru ditambahkan.
DATA DAN METODE
Data Penelitian ini menggunakan dua data sekunder, data pertama diperoleh dari hasil penelitian Konsorsium Padi Nasional, yaitu penelitian interaksi antara genotipe dengan lingkungan pada galur harapan padi sawah tahun 2008. Respons yg diukur adalah hasil produksi padi (ton/ha) dari 14 galur padi yang ditanam di 20 lingkungan yang masing-masing disajikan pada Tabel 1 dan Tabel 2. Data kedua merupakan percobaan pengendalian terhadap hama daun pada galur kedelai tahan hasil persilangan oleh Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (Balitkabi) Departemen Pertanian RI di Malang, Jawa Timur tahun 2005. Percobaan ini melibatkan empat galur/varietas kedelai tahan hasil persilangan (Wilis, IAC-100, IAC-80-596-2 dan W/80-2-4-20). Tabel 1 Kode Galur Harapan Padi Sawah Kode G1 G2 G3 G4 G5 G6 G7
Genotipe IPB-3(IPB102-F-2-1) BIO-8-AC-BLB/BLASS-05 B10531E-KN-14-3-0-L-R-B376-1 OBS 1735/PSJ BP11252-2-PN-12-2-2-2-1 BIO-8-AC-BLB-05 OBS 1740/PSJ
Kode G8 G9 G10 G11 G12 G13 G14
Genotipe IPB-6(IPB107-F-8-3) BP3300-2C-2-3 OBS 739/PSJ B10531E-KN-14-1-0-L-R-B375-12 CIHERANG INPARI-1 CIMELATI
Tabel 2 Kode lokasi Kode L1 L2 L3 L4 L5 L6 L7 L8 L9 L10
Lingkungan Bantaeng1 Narmada1 Bantul1 Purworejo1 Tabanan1 Ngawi1 Pusakanagar1 Pasar miring1 Asahan1 Bantul2
Kode L11 L12 L13 L14 L15 L16 L17 L18 L19 L20
Lingkungan Tabanan2 Ngawi2 Narmada2 Pesawaran2 Probolinggo2 Purworejo2 Pusakanagara2 Rangkasbitung2 Takalar2 Taman bogo2
18
Metode Penelitian Pembuatan paket R ini mengikuti kaidah rekayasa perangkat lunak dengan model air terjun (waterfall) yang terdapat dalam Sommerville (2003), tahapan pengembangan program model air terjun dapat dilihat pada Gambar 1.
Analisis dan identifikasi kebutuhan
Analisis perancangan sistem
Implementasi dan pengujian unit
Integrasi dan pengujian sistem
Operasi dan pemeliharaan
Gambar 1 Tahapan Pengembangan Program Model Air Terjun 1. Analisis dan identifikasi kebutuhan sistem. Pada tahap ini dilakukan analisis dan kebutuhan sistem yang bertujuan melihat kebutuhan pengguna meliputi batasan, tujuan, masukan, dan keluaran dari perangkat lunak. Tahapan ini dilakukan dengan menggali
19
informasi yang dibutuhkan dari beberapa penelitian hibah pasca yang sudah dilakukan. 2. Analisis perancangan sistem. Tahap kedua dilakukan analisis perancangan sistem yang bertujuan menentukan arsitektur sistem secara keseluruhan. Tahapan ini dilakukan dengan membuat diagram alir data, merancang antarmuka sistem yang meliputi desain input, desain proses, dan desain output bagi analisis AMMI dan yang lainnya. 3. Implementasi dan pengujian unit. Tahap selanjutnya merupakan realisasi rancangan sistem menjadi serangkaian perangkat lunak menggunakan bahasa pemrograman. Bahasa pemrograman yang digunakan adalah bahasa S dengan menggunakan perangkat lunak R beserta paket R tambahan lainnya. Pembuatan tampilan antarmuka menggunakan paket R bernama tcl/tk dan tcl/tk2. 4. Integrasi dan pengujian sistem. Tahapan ini dilakukan dengan menyatukan semua unit sistem menjadi suatu perangkat lunak yang utuh serta dilakukan pengujian terhadap perangkat lunak tersebut. Uji yang dilakukan mencakup keseluruhan fungsi dalam sistem, jika terdapat kegagalan uji maka dilakukan perbaikan tahap implementasi. Pengujian perangkat lunak juga dilakukan dengan membandingkan keluaran perangkat lunak yang dibuat dengan perangkat lunak yang sudah ada sebelumnya menggunakan data sekunder. 5. Operasi dan pemeliharaan Tahapan ini lebih mengutamakan pada dokumentasi dari sistem yang telah dibuat seperti spesifikasi perangkat lunak, deskripsi perangkat lunak, dan cara menggunakan perangkat lunak (User Manual).
HASIL DAN PEMBAHASAN Kebutuhan Sistem Paket R yang dikembangkan diberi nama AMMIR (Additive Main Effect Multiplicative Interaction in R). AMMIR adalah paket R untuk analisis AMMI dengan antarmuka ramah pengguna (user friendly) yang ditujukan untuk para praktisi dari statistisi maupun nonstatistisi. Paket ini terdiri dari fungsi-fungsi analisis AMMI yang metodenya telah berkembang, yaitu: AMMI dengan berbagai rancangan, AMMI model campuran, AMMI dengan respon ganda, GAMMI, AMMI Bayes, EM-AMMI, Bootstrap AMMI, dan Kestabilan Non Parametrik. Paket ini dibuat di lingkungan sistem operasi Windows XP dengan RAM 1.87 GB, memori 2.0 GHz, dan processor Intel Core™2 Duo. Pengembangan AMMIR ini menggunakan R versi 2.10.1 dengan beberapa paket tambahan. Paket tersebut antara lain: •
Paket tcltk dan tcltk2 digunakan untuk tampilan antar muka pengguna
•
Paket tkrplot digunakan untuk menampilkan grafik
•
Paket xlsReadWrite digunakan untuk mengimpor data dari file Excel 2003.
•
Paket ellipse digunakan untuk membuat ellips kepercayaan pada Biplot AMMI
•
Paket gnm digunakan untuk Generalized Linear Model AMMI
•
Paket nortest digunakan untuk menghitung uji kenormalan
Analisis Perancangan Sistem Tahap awal perancangan sistem adalah pembuatan diagram aliran data. Diagram aliran data adalah alat perancangan sistem yang berorientasi pada alur data dengan konsep dekomposisi yang dapat digunakan untuk penggambaran analisis maupun rancangan sistem yang mudah dikomunikasikan oleh profesional sistem kepada para pemakai maupun pembuat program. Diagram aliran data
21
dibuat mulai dari level yang paling rendah sampai dengan level terakhir sampai tidak bisa didekomposisi lagi. a. Diagram alir data level 0 AMMIR memungkinkan pengguna memasukkan data ke sistem dan menerima hasil pengolahan data tersebut yang ditampilkan ke monitor, disimpan dalam bentuk file, dan dicetak (Lampiran 4). b. Diagram alir data level 1 Diagram Aliran Data Level 1 merupakan diagram aliran data secara keseluruhan yang merupakan satu-kesatuan. Proses yang ada dalam AMMIR menjalankan analisis AMMI dengan berbagai metode yang telah dikembangkan beserta tambahan berupa kestabilan non parametrik. Proses analisis AMMI dimulai dari pengguna memasukkan data. Kemudian terdapat proses manajemen data sebelum masuk ke fungsi analisis AMMI yang kemudian ke fungsi cetak output (Lampiran 5). c. Diagram alir data level 2 Proses analisis AMMI didekomposisi lagi menjadi proses yang lebih rinci pada diagram aliran data level 2, yaitu proses AMMI, AMMI model campuran, AMMI respon ganda, EM-AMMI, GAMMI, AMMI Bayes, AMMI Bootstrap dan Kestabilan non parametrik yang disajikan pada Lampiran 6 sampai Lampiran 13. Implementasi Sistem Implementasi sistem menggunakan program R, paket tcltk dan tcltk2 untuk tampilan antarmukanya. Selain itu, dibutuhkan juga paket tambahan lainnya yang mendukung (ellipse, tkrplot, gnm, xlsReadWrite, dan nortest). AMMIR tersusun oleh pilihan menu di bagian atas dan jendela output di bawah menu untuk menampilkan keluaran. Menu AMMIR terdiri dari 5 menu utama yaitu Menu File, Menu Data, Menu AMMI, Menu Kenormalan, dan Menu Bantuan.
22
Gambar 2 Tampilan Menu AMMIR A. Menu File Menu file terdiri dari 5 fungsi utama yaitu: 1. Data Baru Fungsi ini digunakan untuk memasukkan data ke dalam sistem secara manual. Data akan tersimpan dalam data frame baru yang diberi nama “dataset”. AMMIR hanya mampu menggunakan satu set dataset aktif. 2. Buka Dataset Fungsi ini digunakan untuk membuka data dengan format .xls(Ms. Excel 2003) dan csv. File Ms. Excel 2003 yang akan dibuka telah berisi data pada Sheet1 dengan format nama peubah di baris pertama diikuti dengan data di baris berikutnya. 3. Simpan Dataset Fungsi ini digunakan untuk menyimpan data dengan format .xls dan .csv. 4. Simpan Hasil Fungsi ini digunakan untuk menyimpan hasil yang terdapat pada jendela hasil dalam bentuk teks dengan ekstensi .txt. 5. Keluar Fungsi ini digunakan untuk keluar dari AMMIR.
23
B. Menu Data Menu data merupakan menu untuk melihat, mencetak, dan mengedit dataset yang sudah dimasukkan oleh pengguna. Menu ini terdiri dari tiga fungsi, yaitu: 1. Lihat Dataset Fungsi ini digunakan untuk melihat data yang sudah dimasukkan baik melalui input manual atau impor data pada jendela baru. 2. Cetak Dataset Fungsi ini digunakan untuk mencetak data yang tersimpan pada jendela output. 3. Edit Dataset Fungsi ini digunakan untuk mengedit data yang sudah dimasukkan ke sistem atau menambahkan data pada dataset. C. Menu AMMI Menu AMMI merupakan menu utama dalam AMMIR yang berisi perhitungan-perhitungan analisis AMMI. Menu ini terdiri dari delapan submenu yaitu: menu AMMI, AMMI model campuran, GAMMI, EM-AMMI, AMMI respon ganda, AMMI Bayes, AMMI Bootstrap, dan Kestabilan non parametrik. 1. AMMI Fungsi ini digunakan untuk perhitungan analisis AMMI dengan metode AMMI standar yang disajikan dalam Lampiran 14. Dalam fungsi ini ada dua pilihan yang dapat diatur, yaitu: a. Biplot Dalam Biplot, pengguna dapat memilih keluaran Biplot AMMI1 atau AMMI2. Biplot AMMI1 merupakan plot antara komponen utama interaksi1 dengan rataan, sedangkan Biplot AMMI2 merupakan plot antara komponen utama interaksi1 dan komponen interaksi2. Sintaks R yang digunakan untuk menampilkan Biplot: biplot(x,
y,
col,
"Rataan", biplot(x,
y,
"KUI1",
cex
ylab =
col,
cex
ylab =
=
rep(par("cex"),
2),
xlab
=
"KUI 1", main="Biplot AMMI 1")) =
rep(par("cex"),
2),
xlab
"KUI 2", main="Biplot AMMI 2"))
=
24
b. Rancangan Untuk rancangan, pengguna dapat memilih tiga rancangan, yaitu: Rancangan Acak Lengkap, Rancangan Acak Kelompok, dan Rancangan Acak Kelompok dimana lokasi tersarang di ulangan. Sintaks rancangan untuk berbagai model: RAL <- lm(yield ~ envir + variety + envir:variety) RAK <- lm(yield ~ envir+ variety + block + envir:variety) RAKtersarang <- lm(yield ~ envir + block %in% envir + variety + envir:variety)
untuk tabel analisis ragam sintaksnya:
anova(RAL), anova(RAK),
dan
anova(RAKtersarang).
2. GAMMI Fungsi ini digunakan untuk melakukan perhitungan AMMI dimana data yang ada memiliki sebaran yang tidak normal. Ada delapan sebaran yang dapat dipilih, yaitu: Gaussian(Normal), Binomial, Gamma, Poisson, Inverse Gaussian, Quasi, Quasibinomial, Quasipoisson (Lampiran 15). Sintaks R untuk pendugaan parameter dalam fungsi GAMMI: treatment <- interaction(envir) mainEffects <- gnm(yield~variety+treatment,family=fam)
untuk penguraian nilai singular sintaksnya: svdStart <- residSVD(mainEffects, variety, treatment, 3).
3. EM-AMMI Fungsi ini digunakan untuk mengatasi masalah data hilang atau tidak lengkap dimana pendugaannya menggunakan algoritma EM(Expectation Maximation). Setelah diduga maka dilakukan analisis AMMI seperti biasa (Lampiran 16). 4. AMMI Model Campuran Fungsi ini digunakan untuk melakukan perhitungan AMMI dimana model yang digunakan adalah model campuran (Lampiran 17). Fungsi ini dibagi menjadi dua bagian yaitu: a. Model Campuran Dalam model ini pendugaan interaksi menggunakan metode kuadrat tengah.
25
Sintaks R yang digunakan untuk pendugaan interaksi: modelTables <- model.tables(add.anova, type = "effects", cterms = "envir:variety")
b. BLUP Pendugaan
interaksi
dalam
model
ini
menggunakan
metode
BLUP(Best Linear Unbiased Prediction). Sintaks R yang digunakan untuk metode BLUP: varint <- (KTint - KTG)/numblock f.shrinkage<-(numblock*varint)/(varG+(numblock*varint)) eff <- modelTables$tables$"envir:variety"
dimana KTG
KTint
adalah kuadrat tengah interaksi dari analisis ragam dan
adalah kuadrat tengah galat dari analisis ragam, sedangkan
numblock
adalah jumlah ulangan.
Untuk masing-masing bagian terdapat dua pilihan mengenai faktor mana yang acak, yaitu genotipe acak atau sebaliknya lokasi yang acak. Sedangkan untuk penguraian matrik interaksi menjadi biplot terdapat dua pilihan,
yaitu:
menggunakan
metode
SVD(Singular
Value
Decomposition) atau menggunakan Analisis Faktor. Sintaks R untuk penguraian nilai singular: svd(x, nu = min(n, p), nv = min(n, p))
sedangkan untuk Analisis Faktor sintaksnya: factanal(x,
factors,
subset,
scores
=
c("none",
"regression",
"Bartlett"), rotation = "varimax").
5. AMMI Respon Ganda Fungsi ini digunakan untuk mengatasi data respon ganda (Lampiran 18). Metode pengabungan respon yang digunakan ada empat pilihan, yaitu: a. IPT1(Range Equalization) Sintaks R untuk fungsi ini adalah: rangeequalisation <- function(x) { Yimin <- apply(x, 2, min) Yimax <- apply(x, 2, max) trans <- t(x) pemb <- trans - Yimin peny <- Yimax - Yimin pers <- pemb/peny SDIIi <- t(pers) IPT1 <- rowMeans(SDIIi) respon <- IPT1}
26
b. IPT2(Komponen Utama Pertama) Sintaks R untuk fungsi ini adalah: KU1 <- function(x) { rata <- colMeans(x) tr <- t(x) xminmiu <- tr - rata sigma <- sd(x) tz <- xminmiu/sigma z <- t(tz) egvec <- svd(x)$v KU1 <- egvec[, 1] aaksen1z <- KU1 * t(x) a1z <- t(aaksen1z) IPT2 <- rowSums(a1z) respon <- IPT2 }
c. IPT3(Pembobotan Komponen Utama) Sintaks R untuk fungsi ini adalah: bobpca <- function(x) { egvec <- svd(x)$v KU1 <- egvec[, 1] KU2 <- egvec[, 2] a1kuad <- KU1^2 a2kuad <- KU2^2 ac <- svd(x)$d ac1 <- ac[1] ac2 <- ac[2] komb1 <- a1kuad/ac1 komb2 <- a2kuad/ac2 komb <- komb1 + komb2 wi <- sqrt(komb) tipt <- wi * t(x) ipt <- t(tipt) IPT3 <- rowSums(ipt) respon <- IPT3 }
d. IPT4(Division by Mean) Sintaks R untuk fungsi ini adalah: DbM <- function(x) { trans <- t(x) Ybari <- colMeans(x) tr <- trans/Ybari SDIIi <- t(tr) IPT5 <- rowMeans(SDIIi) respon <- IPT5 }
27
6. AMMI Bayes Fungsi ini digunakan untuk perhitungan AMMI dimana pendugaan matrik interaksi menggunakan metode Bayes (Lampiran 19). Informasi Prior pada penelitian sebelumnya dapat dimasukkan ke dalam fungsi. Adapun metode yang digunakan adalah Gibbs sampling, dimana terdapat dua pilihan iterasi, yaitu: 1000 burn 100 dan 5000 burn 1000. 7. AMMI Bootstrap Fungsi ini digunakan untuk menduga selang kepercayaan AMMI dengan metode Bootstrap (Lampiran 20). Ada tiga pilihan untuk banyaknya iterasi, yaitu: 1.000, 5.000, dan 10.000. 8. Stabilitas Non Parametrik Fungsi ini digunakan untuk melihat kestabilan genotipe dengan metode non parametrik dan sebagai perbandingan dari analisis kestabilan genotipe menggunakan AMMI (Lampiran 21). Ada dua metode yang dipakai, yaitu: kestabilan non parametrik Huehn dan kestabilan non parametrik Thennarasu. Sintaks R untuk fungsi Huehn dapat dilihat pada Lampiran 22, sedangkan untuk fungsi Thennarasu dapat dilihat pada Lampiran 23. D. Menu Stat Menu ini digunakan untuk melihat statistik deskriptif, menguji kenormalan, menguji kehomogenan data dan juga dapat melakukan transformasi bila diperlukan. E. Menu Bantuan Menu ini digunakan untuk memberikan informasi terhadap penggunaan AMMIR. Menu ini terdiri dari tiga fungsi yaitu: 1. Bantuan AMMIR Fungsi ini berisi tentang dokumentasi penggunaan AMMIR. 2. Tentang AMMIR Fungsi ini berisi informasi tentang versi AMMIR dan pengembang AMMIR.
28
3. Kepustakaan AMMIR Fungsi ini berisi tentang teori dan kajian mengenai analisis AMMI berbagai metode. Pengujian Sistem AMMIR Pengujian AMMIR dilakukan mulai dari implementasi fungsi-fungsi AMMIR hingga pengujian AMMIR secara menyeluruh. Pengujian dilakukan dengan membandingkan hasil AMMIR dengan hasil manual atau dengan perangkat lunak lainnya seperti SAS, IRRISTAT dan Genstat yang dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Perbandingan hasil AMMIR dengan berbagai perangkat lunak Fungsi
Indikator
AMMIR
SAS
IRRISTAT
Genstat
R
AMMI
Analisis Ragam AMMI
Sama
Sama
Sama
-
Sama
Biplot AMMI
Posisi sama
Posisi sama
Posisi sama
-
Posisi sama
AMMI Mixed
Analisis Ragam AMMI
Sama
Sama
-
-
Sama
Biplot AMMI
Posisi sama
Posisi sama
-
-
Posisi sama
EM-AMMI
Analisis Ragam AMMI
Sama
-
-
-
Sama
Biplot AMMI
Posisi sama
-
-
-
Posisi sama
GAMMI
Analisis Ragam AMMI
Sama
-
-
Sama
Sama
Biplot AMMI
Posisi sama
-
-
Posisi sama
Posisi sama
AMMI Respon
Analisis Ragam AMMI
Sama
-
-
-
Sama
Ganda
Biplot AMMI
Posisi sama
-
-
-
Posisi sama
AMMI Bayes
Analisis Ragam AMMI
Sama
-
-
-
Sama
Biplot AMMI
Posisi sama
-
-
-
Posisi sama
AMMI
Analisis Ragam AMMI
Sama
-
-
-
Sama
Bootstrap
Biplot AMMI
Posisi sama
-
-
-
Posisi sama
Stabilitas
Statistik Huehn
Sama
Sama
-
-
Sama
Nonpar
Statistik Thennarasu
Sama
Sama
-
-
Sama
Analisis terhadap data padi dari hasil penelitian Konsorsium Padi Nasional menggunakan model AMMI diawali dengan analisis ragam terhadap respon yang diamati. Hasil analisis ragam dapat dilihat pada Tabel 4 dan Tabel 5. Dapat dilihat bahwa hasil keluaran dari SAS dan AMMIR sangat serupa, hanya berbeda dalam segi pembulatan dan tampilan. Untuk AMMIR tidak disajikan sumber Total, untuk nilai F-hitung pembulatan satu per sepuluh ribu sedangkan untuk SAS adalah satu per seratus, sedangkan untuk JK dan KT pada keluaran SAS pembulatannya sampai enam digit di belakang koma.
29
Sumber
Tabel 4 Analisis Ragam Output SAS db JK KT F-hitung
Nilai-p
Lingkungan
19 1541.173889
Blok(Lingkungan)
40
Genotipe
81.114389
66.74
<0.0001
48.611567
1.215289
6.92
<0.0001
13
102.594727
7.891902
44.93
<0.0001
Interaksi (G×L)
247
200.909578
0.813399
4.63
<0.0001
Galat
520
91.344697
0.175663
Total
839
1984.43
Tabel 5 Analisis Ragam Output AMMIR Sumber
db
JK
KT
F-hitung
Nilai-p
Lingkungan
19
1541.17
81.114
66.7449
<0.0001
Blok(Lingkungan)
40
48.61
1.215
6.9183
<0.0001
Genotipe
13
102.59
7.892
44.9263
<0.0001
Interaksi (G×L)
247
200.91
0.813
4.6304
<0.0001
Galat
520
91.34
0.176
Dapat dilihat bahwa pengaruh utama genotipe dan lingkungan menghasilkan F nilai-p kurang dari 0.001, sehingga hipotesis nol ditolak pada taraf α=0.05. Hal ini menunjukkan pengaruh utama genotipe maupun pengaruh utama lingkungan sangat nyata, yang berarti paling sedikit ada satu genotipe memberikan respon daya hasil yang berbeda dengan genotipe yang lainnya, dan berarti pula paling sedikit ada satu lingkungan yang memberikan respon daya hasil yang berbeda dengan lingkungan yang lainnya. Jika dilihat dari sumbangan keragaman yang diberikan oleh masing-masing pengaruh, yaitu berdasarkan jumlah kuadratnya, pengaruh lingkungan menyumbang keragaman yang terbesar dengan jumlah kuadrat lingkungan sebesar 1541.17. Kemudian diikuti oleh keragaman pengaruh interaksi genotipe × lingkungan yaitu 200.91. Sedangkan genotipe memberikan sumbangan keragaman terkecil dengan jumlah kuadrat hampir setengah dari jumlah kuadrat interaksi. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat daya hasil tanaman padi sangat bergantung pada keadaan lingkungan dimana padi tersebut ditanam.
30
Tabel 6 Analisis Ragam KUI Output SAS KUI
db
JK
KT
F-hitung
Nilai-p
KUI1
31
46.36
1.5
8.52
<0.0001
KUI2
29
43
1.48
8.45
<0.0001
KUI3
27
35.16
1.3
7.42
<0.0001
KUI4
25
19.88
0.8
4.53
<0.0001
KUI5
23
15.05
0.65
3.73
<0.0001
KUI6
21
12.12
0.58
3.29
<0.0001
KUI7
19
8.7
0.46
2.61
0.000
KUI8
17
6.36
0.37
2.13
0.005
KUI9
15
5.64
0.38
2.14
0.007
KUI10
13
4
0.31
1.75
0.048
KUI11
11
2.34
0.21
1.21
0.275
KUI12
9
1.7
0.19
1.08
0.377
KUI13
7
0.49
0.07
0.40
0.903
Untuk Analisis Ragam KUI Output SAS menghasilkan 10 KUI yang nyata pada taraf nyata 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa struktur interaksi genotype × lingkungan sangat kompleks, sehingga sulit untuk menyederhanakan interaksi tanpa banyak kehilangan informasi penting. Sedangkan untuk Analisis Ragam Output AMMIR menunjukkan hasil yang bisa dikatakan sama dengan Output SAS, perbedaan yang ada hanya terletak pada pembulatan dan banyaknya desimal saja. Untuk Output AMMIR juga menghasilkan 10 KUI yang nyata pada taraf nyata 0.05.
31
Tabel 7 Analisis Ragam KUI Output AMMIR KUI
db
JK
KT
F-hitung
Nilai-p
KUI1
31
46.435
1.497
8.527
<0.0001
KUI2
29
42.993
1.482
8.439
<0.0001
KUI3
27
35.162
1.302
7.413
<0.0001
KUI4
25
19.940
0.797
4.540
<0.0001
KUI5
23
15.022
0.653
3.718
<0.0001
KUI6
21
12.144
0.578
3.292
<0.0001
KUI7
19
8.677
0.456
2.600
0.000
KUI8
17
6.384
0.375
2.137
0.005
KUI9
15
5.652
0.376
2.145
0.007
KUI10
13
3.978
0.306
1.742
0.048
KUI11
11
2.342
0.212
1.212
0.275
KUI12
9
1.687
0.187
1.067
0.385
KUI13
7
0.485
0.069
0.394
0.905
Untuk menjelaskan struktur interaksi genotipe dengan lingkungan maka dibuat biplot AMMI. Biplot AMMI pada Gambar 3, Gambar 4 dan Gambar 5 menggunakan 2 KUI terbesar. Dapat terlihat bahwa untuk Gambar 3, Gambar 4 dan Gambar 5 memiliki posisi relatif dari konfigurasi genotipe dan lingkungan yang sama. Dari sisi genotipe, dapat dilihat bahwa G4, G3, G12 dan G14 terletak relatif dekat ke pusat sumbu, sehingga dapat dikatakan bahwa keempat genotipe tersebut relatif lebih stabil dibandingkan 10 genotipe yang lain, sedangkan G7 dan G2 relatif paling tidak stabil. Beberapa genotipe memiliki adaptasi spesifik dengan lingkungan antara lain G7 beradaptasi spesifik dengan L4, sedangkan untuk G13 beradaptasi spesifik dengan L18 dan L19.
32
Biplot AMMI 2 G6
G2
0.5
G8 L14 L20 L7 L11 L6 L3 L19 L12 L2
L5 G4
L1 L17 G3 L15 G9
0.0
KUI 2
L16
L8
G14 G12
L4 G1
G7
G10 -0.5
G5
L18
L9
G11 G13 L10 L13 -0.5
0.0
0.5
1.0
KUI 1
Gambar 3 Output AMMIR Biplot AMMI2 untuk padi set 2
Gambar 4 Output IRRISTAT Biplot AMMI2 untuk padi set 2
33
Gambar 5 Output SAS Biplot AMMI2 untuk padi set 2 Pada Gambar 6 dan Gambar 7 disajikan biplot faktor, menggunakan faktor 1 dan faktor 2. Dari biplot terlihat bahwa G3, G4, G12 dan G14 paling dekat dengan titik pusat sumbu, sehingga relatif paling stabil dibandingkan genotipe lain. Sementara G2 dan G7 paling jauh dari titik pusat, sehingga kedua genotipe tersebut relatif paling tidak stabil. Dapat juga dilihat bahwa L4, L10, dan L13 berada jauh dari titik pusat. Hal ini berarti bahwa keragaman genetik di ketiga lingkungan tersebut yang dapat dijelaskan oleh faktor 1 dan faktor 2 adalah yang terbesar.
34
Biplot AMMI Faktor (lokasi acak)
1.0
1.5
L13 L10
L9
0.5 -0.5
0.0
Faktor 2
L18
G13 L8 G11 G5 G10 L15 G12 G14G3 G9G1 G7L17 G4 L1 L2 L12 L5 L19 L3 G8 L6 L11G2 G6 L7 L16
L4
L20 L14 -0.5
0.0
0.5
1.0
1.5
2.0
Faktor 1
Gambar 6 Output AMMIR Biplot AMMI dengan Analisis Faktor
Gambar 7 Output SAS Biplot AMMI dengan Analisis Faktor
35
Biplot GAMMI Output AMMIR dan GenStat menyajikan informasi interaksi genotipe × hama. Genotipe W/80 tampak berpeluang untuk menjadi kandidat varietas yang relatif tahan terhadap semua jenis hama daun kecuali pada Emproasca, itupun hanya jika dibandigkan dengan varietas IAC-100 yang secara spesifik rentan terhadap Agromyza.
Biplot GAMMI
0.6
W/80
0.0
Lamprosema Bemissia
Agomyza
-0.4
-0.2
IAC-100
IAC-80 Wilis
-0.6
KUI 2
0.2
0.4
Emproosca
Longitarsaus -0.5
0.0
0.5 KUI 1
Gambar 8 Output AMMIR Biplot GAMMI
Gambar 9 Output GenStat Biplot GAMMI
36
Untuk seluruh pengujian fungsi dari AMMIR telah dilakukan dan menghasilkan output yang serupa dengan perangkat lunak yang lain. Sehingga bisa dikatakan fungsi-fungsi dalam AMMIR telah berjalan dengan baik. Batasan dan Pemasangan Sistem Sistem ini mempunyai batasan-batasan tertentu yaitu: - Tergantung pada program R dan beberapa paket R lainnya (tcltk, tcltk2, tkrplot, gnm, ellipse, xlsReadWrite, dan Nortest) - Hanya satu dataset yang dapat digunakan dalam analisis - Data hanya terbatas pada data berekstensi .xls dan .csv Pemasangan AMMIR didahului dengan pemasangan R dan paket-paket R yang menjadi kebutuhan AMMIR. Setelah itu, pasang AMMIR melalui menu “Packages > Install package(s) from local zip file …”, kemudian load AMMIR dengan mengetikkan: library(AMMIR) ammir()
pada perangkat lunak R. Kajian AMMI untuk Data padi set1 Analisis terhadap Data padi set1 menggunakan model AMMI diawali dengan analisis ragam terhadap data respon yang diamati. Hasil analisis ragam dapat dilihat pada Tabel 8. Dapat dilihat bahwa pengaruh utama genotipe dan lokasi menghasilkan nilai-p kurang dari 0.001, sehingga hipotesis nol ditolak pada taraf α=0.05. Hal ini menunjukkan pengaruh utama genotipe maupun pengaruh utama lokasi sangat nyata, yang berarti paling sedikit ada satu genotipe memberikan respon daya hasil yang berbeda dengan genotipe yang lainnya, dan berarti pula paling sedikit ada satu lokasi yang memberikan respon daya hasil yang berbeda dengan lokasi yang lainnya. Jika dilihat dari sumbangan keragaman yang diberikan oleh masing-masing pengaruh, yaitu berdasarkan jumlah kuadratnya, pengaruh lokasi menyumbang keragaman yang terbesar dengan jumlah kuadrat lokasi sebesar 232.8136. Kemudian diikuti oleh keragaman pengaruh genotipe 19.9678. Sedangkan pengaruh interaksi genotipe x lokasi memberikan sumbangan keragaman terkecil
37
dengan jumlah kuadrat sebesar 5.5027. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat daya hasil tanaman padi sangat bergantung pada keadaan lokasi dimana padi tersebut ditanam. Tabel 8 Analisis Ragam Data padi set1 Sumber
db
JK
KT
F-hitung
Nilai-p
Lokasi
19
892.38
46.967
232.8136
< 0.0001
Genotipe
13
52.37
4.028
19.9678
< 0.0001
Lokasi x Genotipe 247
274.20
1.110
5.5027
< 0.0001
Galat
112.97
0.202
560
Pada Tabel 7 juga dapat dilihat bahwa F-hitung untuk pengaruh interaksi genotipe × lingkungan nyata dengan nilai-p kurang dari 0.0001. Hal ini berarti bahwa paling sedikit ada satu genotipe yang baik jika ditanam pada lingkungan tertentu, tetapi tidak demikian halnya jika ditanam pada lingkungan yang lain. Karena pengaruh interaksi genotipe × lingkungan nyata, maka akan dilakukan penguraian pengaruh interaksi untuk mengetahui pola interaksi tersebut. Tabel 9 Analisis Ragam KUI Data padi set1 KUI
db
JK
KT
F-hitung
Nilai-p
KUI1
31
72.603
2.342
11.609
<0.0001
KUI2
29
59.209
2.044
10.134
<0.0001
KUI3
27
39.038
1.445
7.167
<0.0001
KUI4
25
24.434
0.977
4.844
<0.0001
KUI5
23
22.352
0.971
4.817
<0.0001
KUI6
21
18.175
0.865
4.290
<0.0001
KUI7
19
11.808
0.621
3.08
<0.0001
KUI8
17
9.619
0.565
2.804
<0.0001
KUI9
15
7.344
0.489
2.427
0.001
KUI10
13
3.417
0.262
1.303
0.206
KUI11
11
3.282
0.298
1.479
0.134
KUI12
9
2.20
0.244
1.212
0.284
KUI13
7
0.627
0.089
0.444
0.874
38
Analisis ragam terhadap komponen utama interaksi (KUI) menghasilkan 9 KUI yang nyata pada taraf nyata 0.05. Berdasarkan kriteria postdictive success yaitu banyaknya KUI yang nyata pada uji F analisis ragam, maka model AMMI terbaik adalah AMMI-9. Hal ini menunjukkan bahwa struktur interaksi genotipe × lokasi sangat kompleks, sehingga sulit untuk menyederhanakan interaksi tanpa banyak kehilangan informasi penting. Untuk menjelaskan struktur interaksi genotipe dengan lingkungan maka dibuat biplot AMMI. Biplot AMMI pada Gambar 10 menggunakan 2 KUI terbesar. Dapat terlihat bahwa G8 dan G12 terletak relatif dekat ke pusat sumbu, sehingga dapat dikatakan bahwa kedua genotipe tersebut relatif lebih stabil dibandingkan 12 genotipe yang lain, khusus untuk G8 terlihat bahwa genotipe tersebut masuk ke dalam elips kepercayaan sehingga dapat dikatakan genotipe tersebut adalah yang paling stabil, sedangkan G6 dan G13 relatif paling tidak stabil. Beberapa genotipe memiliki adaptasi spesifik dengan lingkungan antara lain G4 beradaptasi spesifik dengan L4, sedangkan untuk G3 beradaptasi spesifik dengan L13.
1.0
Biplot AMMI 2 L4 G6
0.5
G1 G14 L9G12 L17
L11
0.0 -0.5
G10 G2
G11
L7 L18
L8
L14 L20 L15L19 G8 L16 L3 L12 L2 G7 L5L10 L6
G5
G3
-1.0
KUI 2
G9
G4
L13 L1 G13 -1.0
-0.5
0.0
0.5
KUI 1
Gambar 10 Biplot AMMI2 Data padi set1
1.0
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Penelitian ini berhasil membangun paket R yang diberi nama AMMIR dengan tampilan antarmuka user friendly mencakup fungsi AMMI, AMMI model campuran, AMMI respon ganda, EM-AMMI, GAMMI, AMMI Bayes, AMMI Bootstrap dan Kestabilan non parametrik. AMMIR terdiri dari 5 menu utama yaitu Menu File, Menu Data, Menu AMMI, Menu Stat, dan Menu Bantuan. Pengujian yang dilakukan menunjukkan bahwa paket ini sudah mampu melakukan analisis AMMI yang telah ditentukan. Paket ini memudahkan pengguna untuk melakukan analisis AMMI secara mudah dan legal walaupun metode yang ada masih terbatas. Saran Tampilan output untuk hasil berupa grafik dari AMMIR memiliki bagian yang terpisah dari Jendela Output, sehinga perlu dikembangkan lagi bentuk tampilan Output Grafik yang menyatu pada Jendela Output serta perbaikan pada tampilantampilan antar muka lainnya.
DAFTAR PUSTAKA Chernick MR. 2008. Bootstrap Methods: a Guide for Practitioners and Researches, 2nd ed. New Jersey: John Wiley & Son, Inc. Dix AJ, Finlay JE, Abowd GD, Beale R. 2003. Human-Computer Interaction, 3rd ed. USA: Prentice Hall. Hadi AF. 2006. Model AMMI Terampat Untuk Data Berdistribusi Bukan Normal [Tesis]. Bogor: Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Jaya IGMN. 2008. Analisis interaksi genotipe x lingkungan menggunakan model persamaan struktural [Tesis]. Bogor: Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Johnson RA, Wichern DW. 2002. Applied Multivariate Statistical Analysis. ed. London: Prentice Hall International, Inc.
5th
Kang MS. 2002. Genotype-Environment Interaction: Progress and Prospects. Di dalam : Kang MS, Editor. Quantitative Genetics, Genomic and Plant Breeding. Florida: CRC Pr. Hlm .221-243. Lin CS, Binns MR, Lefkovitch LP. 1986. Stability Analysis: Where Do We Stand?. Crop Sci. 26: 894-900. Mattjik AA. 2000. Pendugaan Data Hilang dengan Algoritma EM-AMMI pada Percobaan Lokasi Ganda. Forum Statistika dan Komputasi, Vol. 5 No. 1. Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2006. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab Jilid I, Edisi 2. Bogor: IPB Press. Mertz D. 2004. Statistical programming with R: Part 1. Dabbling with a wealth of statistical facilities. http://www.ibm.com/developerworks/linux/library/lr1.html. [9 Januari 2011]. Novianti P. 2010. Pendugaan Daerah Kepercayaan dan Kestabilan Genotipe Pada Model AMMI Menggunakan Metode Resampling Bootstrap [Tesis]. Bogor: Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Sa’diyah H. 2010. Penerapan Model Campuran Pada Percobaan Multilokasi [Tesis]. Bogor: Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Silvianti P. 2005. Klasifikasi genotipe pada data tidak lengkap dengan pendekatan model AMMI [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Silvianti P. 2009. Pendekatan Bayes Untuk Pendugaan Pengaruh Interaksi Dalam Model AMMI [Tesis]. Bogor: Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.
41
Sommerville I. 2003. Software Engineering (Rekayasa Perangkat Lunak)/Edisi 6/Jilid I. Terjemahan Yuhilza Hanum. Erlangga, Jakarta. Sumertajaya IM. 2005. Kajian Pengaruh Inter Blok dan Interaksi Pada Uji Lokasi Ganda Dan Respon Ganda [Disertasi]. Bogor: Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Zulhayana S. 2010. Klasifikasi Genotipe Dengan Pendekatan Indeks Stabilitas Nonparametrik [Tesis]. Bogor: Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.
LAMPIRAN
43
Lampiran 1 Diagram Alir Metode AMMI Bayes
Data
Duga parameter model:
µˆ ,τˆi , γˆ j , δˆij menggunakan MKT
Duga parameter model:
µˆ ,τˆi , γˆ j , δˆij menggunakan gibbs sampling dengan dugaan MKT sebagai nilai awal
Matriks interaksi (bayes) ~ ~ δ11 δ12 ~ ~ δ δ 22 Θ = 21 M M ~ ~ δ m1 δ m 2
K K O K
~
δ1n ~ δ 2n
M ~ δ mn
44
Lampiran 2 Diagram Alir Metode EM-AMMI
Beri Nilai Dugaan Awal
Hitung Nilai Dugaan Parameter Aditif
Susun Matriks Dugaan Pengaruh Interaksi (Z)
Postdictive Success
Diperoleh Nilai Dugaan Terbaru
Menentukan KUI yang nyata
Pembentukan Model AMMI
Pemeriksaan Nilai Dugaan
Tidak Iterasi ke-i, i=1, 2, …, n
< 0.00001
Ya Nilai Dugaan Akhir
45
Lampiran 3 Diagram Alir Metode AMMI Bootstrap Mulai
Data Untuk k=1 to Untuk g=1 to a Untuk e=1 to b Resample pada genotype ke-g lingkungan ke-e sebanyak c kali Rata-ratakan hasil resampling
; 1, … ,
; 1, … , ; 1, … , Analisis AMMI untuk matriks , , SVD matriks
%& , '& , (& , 1 , 2
Untuk g=1 to a , , , daerah kepercayaan 1001
% untuk ("# )
Tidak 0,0 $ "#
Ya
Genotipe ke-g tidak stabil
Genotipe ke-g stabil " Stop
46
Lampiran 4 Diagram alir data level 0
Monitor
hasil
Pengguna
AMMIR
data
hasil
File/Disk
Lampiran 5 Diagram alir data level 1 hasil AMMI
2.0 AMMI
data
data
hasil AMMI Mixed
3.0 AMMI Mixed
4.0 AMMI Respon Ganda
hasil AMMI Respon Ganda
Monitor
data
Pengguna
data
5.0 AMMI Bayes
data
1.0 Manajemen Data
hasil AMMI Bayes
10.0 Cetak Output
hasil
data
6.0 EM-AMMI
data data
hasil EM-AMMI
data
File/Disk 7.0 GAMMI hasil GAMMI
9.0 Stabilitas Nonpar
hasul
8.0 AMMI Bootstrap
hasil Stabilitas Nonpar
hasil AMMI Bootstrap
47
Lampiran 6 Diagram alir data level 2 proses 2.0 (AMMI) 2.7 Hitung rataan lokasi
data
Manajemen Data
data
hasil rataan lokasi
data data
2.8 Hitung rataan interaksi
2.1 Tentukan rancangan (RAL, RAK, RAK tersarang
hasil rataan interaksi
2.9 Hitung rataan genotipe
d
rataan genotipe
Cetak output
data rancangan
2.2 Susun matriks data matriks interaksi
2.3 SVD matriks interaksi
data SVD
2.4 Biplot AMMI
data Biplot
2.4.1 Biplot AMMI1
hasil biplot
data Biplot
2.4.2 Biplot AMMI2
data matriks interaksi
2.5 Penentuan data KUI KUI
2.6 Analisis Ragam AMMI
hasil biplot
hasil Analisis Ragam AMMI
Lampiran 7 Diagram alir data level 2 proses 3.0 (AMMI Model Campuran) 3.8 Hitung rataan lokasi
data
Manajemen Data
data
hasil rataan lokasi
data data
3.9 Hitung rataan interaksi
3.1 Tentukan interaksi (BLUP, AMMI campuran)
hasil rataan interaksi
3.10 Hitung rataan genotipe
d
rataan genotipe
Cetak output
data interaksi 3.3.1 SVD
3.2 Susun matriks interaksi
matrik
3.3 Penguraian data uraian interaksi matriks interaksi
data SVD 3.3.3 Analisis Faktor
data KUI
hasil biplot
data faktor
data uraian interaksi
3.6 Penentuan KUI/Faktor
3.3.2 Biplot AMMI1
3.7 Analisis Ragam AMMI
3.3.4 Biplot AMMI2
hasil biplot
hasil Analisis Ragam AMMI
48
Lampiran 8 Diagram alir data level 2 proses 4.0 (AMMI Respon Ganda) data respon gabungan
Manajemen Data
4.7 Hitung rataan lokasi
data respon gabungan
hasil rataan lokasi
data respon gabungan
data
4.8 Hitung rataan interaksi
4.1 Tentukan metode penggabungan respon
hasil rataan interaksi
4.9 Hitung rataan genotipe
d
hasil rataan genotipe
Cetak output
data respon gabungan
4.2 Susun matriks interaksi
data matrik
4.3 SVD matriks interaksi
data SVD
4.4 Biplot AMMI
data biplot
4.4.1 Biplot AMMI1
hasil biplot
data biplot
4.4.2 Biplot AMMI2
data matriks interaksi
4.5 Penentuan KUI
data KUI
4.6 Analisis Ragam AMMI
hasil biplot
hasil Analisis Ragam AMMI
Lampiran 9 Diagram alir data level 2 proses 5.0 (AMMI Bayes) 5.7 Hitung rataan lokasi
data
Manajemen Data
data
hasil rataan lokasi
data data
5.8 Hitung rataan interaksi
5.1 Tentukan prior dan banyaknya iterasi
hasil rataan interaksi
5.9 Hitung rataan genotipe
d
hasil rataan genotipe
Cetak output
data prior
5.2 Duga matriks interaksi
data matriks
5.3 SVD matriks interaksi
data SVD
5.4 Biplot AMMI
data biplot
5.4.1 Biplot AMMI1
hasil biplot
data biplot data matriks interaksi
5.5 Penentuan data KUI KUI
5.6 Analisis Ragam AMMI
5.4.2 Biplot AMMI2
hasil biplot
hasil Analisis Ragam AMMI
49
Lampiran 10 Diagram alir data level 2 proses 6.0 (EM-AMMI) 6.7 Hitung rataan lokasi
data
Manajemen Data
data
hasil rataan lokasi
data data
6.8 Hitung rataan interaksi
6.1 Tentukan dugaan respon dengan EM
hasil rataan interaksi
6.9 Hitung rataan genotipe
d
hasil rataan genotipe
Cetak output
data respon dugaan
6.2 Susun matriks data matriks interaksi
6.3 SVD matriks interaksi
6.4 Biplot AMMI
data SVD
6.4.1 Biplot AMMI1
data biplot
hasil biplot
data biplot
6.4.2 Biplot AMMI2
data matiks interaksi
6.5 Penentuan KUI
6.6 Analisis Ragam AMMI
data KUI
hasil biplot
hasil Analisis Ragam AMMI
Lampiran 11 Diagram alir data level 2 proses 7.0 (GAMMI) 7.7 Hitung rataan lokasi
data
Manajemen Data
data
hasil rataan lokasi
data
7.8 Hitung rataan interaksi
data
7.1 Tentukan sebaran respon
hasil rataan interaksi
7.9 Hitung rataan genotipe hasil rataan genotipe
Cetak output
data sebaran
7.2 Fitting model GAMMI
data fitting
7.3 SVD matriks interaksi
7.4 Biplot GAMMI
data SVD
hasil biplot GAMMI
data SVD
7.5 Uji kesesuaian model
data kesesuaian
7.6 Analisis Devians
hasil Analisis Devians
50
Lampiran 12 Diagram alir data level 2 proses 8.0 (AMMI Bootstrap) 8.7 Hitung rataan lokasi
data
Manajemen Data
data
hasil rataan lokasi
data data
8.8 Hitung rataan interaksi
8.1 Tentukan iterasi untuk resampling Bootstrap
hasil rataan interaksi
8.9 Hitung rataan genotipe hasil rataan genotipe
Cetak output
data Bootstrap
8.2 Susun matriks data interaksi
matrik
8.3 SVD matriks interaksi
data SVD
8.4 dataBiplotdata AMMI
data Biplot
8.4.1 Biplot AMMI1
hasil biplot
data biplot
8.4.2 Biplot AMMI2
data matrik nteraksi
8.5 Penentuan KUI
8.6 Analisis Ragam AMMI
data KUI
hasil biplot
hasil Analisis Ragam AMMI
Lampiran 13 Diagram alir data level 2 proses 9.0 (Kestabilan Nonpar) Manajemen Data
9.2 Thennarasu data thennarasu
9.3 Hitung Npi
hasil Npi
9.5 Hitung zi
hasil Zi
9.6 Hitung *
hasil *
data
9.1 Tentukan metode kestabilan Nonpar
data metode
data Huehn
9.4 Huehn
Cetak Output
data Huehn
data Huehn
9.7 Hitung si
hasil Si
51
Lampiran 14 Tampilan Fungsi AMMI
Lampiran 15 Tampilan Fungsi GAMMI
52
Lampiran 16 Tampilan Fungsi EM-AMMI
Lampiran 17 Tampilan Fungsi AMMI Model Campuran
53
Lampiran 18 Tampilan Fungsi AMMI Respon Ganda
Lampiran 19 Tampilan Fungsi AMMI Bayes
54
Lampiran 20 Tampilan Fungsi AMMI Bootstrap
Lampiran 21 Tampilan Fungsi Kestabilan Non Parametrik
55
Lampiran 22 Fungsi kestabilan nonparametrik Huehn huehn <- function(envir, variety, block, yield) { overall.mean <- mean(yield) envir.mean <- tapply(yield, envir, mean) var.mean <- tapply(yield, variety, mean) int.mean <- tapply(yield, list(variety, envir), mean) gen <- levels(variety) dat <- data.frame(Genotipe = gen, int.mean) stab <- function(data) { row.names(data) <- data[, 1] data <- data[, -1] audpc <- as.matrix(data) rnames <- rownames(data) cnames <- colnames(data) n <- ncol(audpc) k <- nrow(audpc) lineas <- matrix(0, k) ldev <- matrix(0, k) s2 <- matrix(0, k) s1 <- matrix(0, k) mr <- matrix(0, k) ambientes <- matrix(0, 1, n) Maudpc <- mean(audpc) for (i in 1:k) { lineas[i] <- mean(audpc[i, ]) ldev[i] <- lineas[i] - Maudpc } cyld <- matrix(0, k, n) rcyld <- matrix(0, k, n) raudpc <- matrix(0, k, n) dimnames(raudpc) <- list(rnames, cnames) for (j in 1:n) ambientes[j] <- mean(audpc[, j]) for (i in 1:k) { for (j in 1:n) cyld[i, j] <- audpc[i, j] - ldev[i] } for (j in 1:n) { rcyld[, j] <- rank(cyld[, j]) raudpc[, j] <- rank(audpc[, j]) } nn = n * (n - 1)/2 for (i in 1:k) { sumq <- 0 for (j in 1:(n - 1)) for (jj in (j + 1):n) sumq <- sumq + abs(rcyld[i, j] - rcyld[i, jj]) s1[i] = sumq/nn } for (i in 1:k) { s2[i] <- var(rcyld[i, ]) } k2 <- k^2 es1 <- (k2 - 1)/(3 * k) es2 <- (k2 - 1)/12 vs1 <- k2 * ((k^2 - 4) * (n + 3) + 30)/(45 * k^2 * n * (n - 1)) vs2 <- (k2 - 1) * (2 * (k2 - 4) * (n - 1) + 5 * (k2 - 1))/(360 * n * (n - 1)) alphas <- 1 - 0.05/k chi.ind <- qchisq(alphas, 1) chi.sum <- qchisq(0.95, k) z1 <- (s1 - es1)^2/vs1 z2 <- (s2 - es2)^2/vs2 suma.z1 <- sum(z1) suma.z2 <- sum(z2) mr <- rank(lineas) stat1 <- data.frame(Mean = lineas, Rank = mr,
56
s1, z1, s2, z2) row.names(stat1) <- rnames stat2 <- data.frame(MEAN = Maudpc, es1, es2, vs1, vs2, chi.ind, chi.sum) list(Metode_Kestabilan_Non_Parametrik_Huehn = stat1, Jumlah_z1 = suma.z1, Jumlah_z2 = suma.z2, Nilai_Harapan_dan_Ragam = stat2) }
Lampiran 23 Fungsi kestabilan nonparametrik Thennarasu thenn <- function(envir, variety, block, yield) { overall.mean <- mean(yield) envir.mean <- tapply(yield, envir, mean) var.mean <- tapply(yield, variety, mean) int.mean <- tapply(yield, list(variety, envir), mean) envir.num <- length(envir.mean) var.num <- length(var.mean) xbari <- rep(var.mean, envir.num) attr(xbari, "dim") <- c(var.num, envir.num) g <- matrix(0, var.num, envir.num) gh <- int.mean - xbari for (i in 1:envir.num) { g[, i] <- rank(gh[, i]) } jh <- matrix(0, var.num, envir.num) for (i in 1:envir.num) { jh[, i] <- median(g[, i]) } xminmed <- abs(g - jh) Np1 <- rowMeans(xminmed) xminmedper <- abs(g - jh)/jh Np2 <- rowMeans(xminmedper) fh <- matrix(0, var.num, envir.num) for (i in 1:envir.num) { fh[, i] <- mean(g[, i]) } xmm <- (g - fh)^2 xm2 <- rowMeans(xmm) asli <- matrix(0, var.num, envir.num) for (i in 1:envir.num) { asli[, i] <- rank(int.mean[, i]) } rasli <- rowMeans(asli) rmm <- rowMeans(xmm) pemm <- sqrt(rmm) Np3 <- matrix(0, var.num) for (i in 1:var.num) { Np3[i] <- pemm[i]/rasli[i]} kuti <- data.frame(Np1 = Np1, Np2 = Np2, Np3 = Np3) rownames(kuti) <- levels(variety) list(Kestabilan_Non_Parametrik_Thennarasu = kuti) }
Lampiran 24 Fungsi AMMI AMMI <- function(envir, variety, block, yield, model=1, biplot = 2) { ## 1 – Statistik Deskriptif overall.mean <- mean(yield) envir.mean <- tapply(yield, envir, mean) var.mean <- tapply(yield, variety, mean) int.mean <- tapply(yield, list(variety,envir), mean) envir.num <- length(envir.mean) var.num <- length(var.mean) ## 2 - ANOVA variety <- factor(variety)
57
envir <- factor(envir) block <- factor(block) if(model == 1){ add.anova <- aov(yield ~ envir + variety + envir:variety) anova.table <- summary(add.anova) row.names(anova.table[[1]]) <- c("Lokasi", "Genotipe", "Lokasi x Genotipe", "Galat")} if(model == 2){ add.anova <- aov(yield ~ envir + variety + block + envir:variety) anova.table <- summary(add.anova) row.names(anova.table[[1]]) <- c("Lokasi", "Genotipe", "Kelompok","Lokasi x Genotipe", "Galat")} if(model == 3){ add.anova <- aov(yield ~ envir + block %in% envir + variety + envir:variety) anova.table <- anova(add.anova) anova.table[1,4] <- anova.table[1,4]/anova.table[3,4] row.names(anova.table[[1]]) <- c("Lokasi", "Genotipe", "Ulangan(Lokasi)","Lokasi x Genotipe", "Galat")} modelTables <- model.tables(add.anova, type = "effects", cterms = "envir:variety") int.eff <- modelTables$tables$"envir:variety" add.anova.residual.SS <- deviance(add.anova) add.anova.residual.DF <- add.anova$df.residual add.anova.residual.MS <- add.anova.residual.SS/add.anova.residual.DF ## 3 - SVD dec <- svd(int.eff) D <- diag(dec$d) E <- dec$u %*% sqrt(D) G <- dec$v %*% sqrt(D) minimo <- min(var.num, envir.num) Ecolnumb <- c(1:minimo) Ecolnames <- paste("KUI", Ecolnumb, sep = "") dimnames(E) <- list(levels(envir), Ecolnames) dimnames(G) <- list(levels(variety), Ecolnames) KUI<-rbind(G,E) KUI2<-KUI[,1:2] varkov<-matrix(0,2,2) varkov[1,1]<-var(KUI2[,1]) varkov[1,2]<-cov(KUI2[,1],KUI2[,2]) varkov[2,1]<-varkov[1,2] varkov[2,2]<-var(KUI2[,2]) jum<-envir.num+var.num rasiodb<-(2*(jum-1))/(jum*(jum-2)) akarcirivar<-svd(varkov)$d vektorcirivar<-svd(varkov)$u gntp<-levels(variety) lgkg<-levels(envir) gab<-c(gntp,lgkg) setengahjari2<-sqrt((akarcirivar[2])*rasiodb*(qf(0.95,2,(jum-2)))) setengahjari1<-sqrt((akarcirivar[1])*rasiodb*(qf(0.95,2,(jum-2)))) jari1<-(setengahjari1^2) jari2<-(setengahjari2^2) kestabilan<-matrix(0,jum,2) ly1<-c(0,1:jum) uy2<-c(0,1:jum) for (i in 1:jum) { laktus<-(((KUI2[i,1])^2)/setengahjari1^2)+(((KUI2[i,2])^2)/setengahjari2^2) kategori<-if (laktus<=1) "stabil" else "tidak stabil" kestabilan[i,1]<-gab[i] kestabilan[i,2]<-kategori } colnames(kestabilan) <- c("Faktor", "Kategori Kestabilan")
58
row.names(kestabilan)<-c(1:jum) stabilitas <- kestabilan[1:var.num,] ## 4 – Analisis Ragam KUI numblock <- length(levels(block)) int.SS <- (t(as.vector(int.eff)) %*% as.vector(int.eff))*numblock PC.SS <- (dec$d^2)*numblock PC.DF <- var.num + envir.num - 1 - 2*Ecolnumb MS <- PC.SS/PC.DF F <- MS/add.anova.residual.MS probab <- pf(F, PC.DF, add.anova.residual.DF, lower.tail = FALSE) percSS <- PC.SS/int.SS rowlab <- Ecolnames mult.anova <- data.frame(Effect = rowlab, SS = PC.SS, DF = PC.DF, MS = MS, F = F, Prob. = probab) ## 5 - Biplot if (biplot == 1) { plot(1, type = 'n', xlim = range(c(envir.mean, var.mean)), ylim = range(c(E[,1], G[,1])), xlab = "Rataan", ylab = "KUI 1", main="Biplot AMMI 1") points(envir.mean, E[,1], "n", col = "red", lwd = 5) text(envir.mean, E[,1], labels = row.names(envir.mean), adj = c(0.5, 0.5), col = "red") points(var.mean, G[,1], "n", col = "blue", lwd = 5) text(var.mean, G[,1], labels = row.names(var.mean), adj = c(0.5, 0.5), col = "blue") abline(h = 0, v = overall.mean, lty = 5) } else { require(ellipse) plot(ellipse(varkov, centre = c(0,0),level = 0.990, t=sqrt(rasiodb*(qf(0.990,2,(jum-2))))), xlim=range(KUI2[,1]), ylim=range(KUI2[,2]),type='l', xlab = "KUI 1", ylab = "KUI 2", main="Biplot AMMI 2") abline(h=0) abline(v=0) points(G[,1], G[,2], type="p", col="red") text(G[,1], G[,2], labels = row.names(G),adj = c(0.5,0.5),col = "red") lgkg<-paste(c("L"), 1:var.num, sep="") for (i in 1:envir.num) { x2<-E[,1] y2<-E[,2] x21<-c(0,x2[i]) y21<-c(0,y2[i]) points(x21, y21, type='l', col="blue") text(E[,1], E[,2], labels=row.names(E))} } ## 6 – Kumpulan Hasil list(Rataan_Genotipe = var.mean, Rataan_lokasi = envir.mean, Rataan_Interaksi = int.mean, ANOVA = anova.table, Interaksi_Ganda = mult.anova, Skor_Lokasi = E, Skor_Genotipe = G, Stabilitas_AMMI = stabilitas) }
59
Lampiran 25 Perbandingan hasil AMMIR terhadap berbagai perangkat lunak Komponen R SAS Analisis ragam 102.594727 102.59 - JK Genotipe 1541.17 1541.173889 - JK Lingkungan 200.909578 200.91 - JK Interaksi 91.34 91.344697 - JK Galat 46.36 46.435 - JK AMMI1 43 - JK AMMI2 42.993 35.16 35.162 - JK AMMI3 19.88 - JK AMMI4 19.940 7.891902 7.892 - KT Genotipe 81.114389 - KT Lingkungan 81.114 0.813 0.813399 - KT Interaksi 0.175663 0.176 - KT Galat 1.497 1.5 - KT AMMI1 1.48 1.482 - KT AMMI2 1.3 1.302 - KT AMMI3 0.8 - KT AMMI4 0.797 44.93 44.9263 - F-hitung Genotipe 66.74 - F-hitung Lingkungan 66.7449 4.63 4.6304 - F-hitung Interaksi 8.52 8.527 - F-hitung AMMI1 8.45 8.439 - F-hitung AMMI2 7.42 7.413 - F-hitung AMMI3 4.53 4.540 - F-hitung AMMI4 Skor Genotipe 0.701232 - G1 0.69872412 -0.700931 - G2 -0.70092373 0.165021 - G3 0.16481968 -0.143173 - G4 -0.14267546 - G5 -0.44106846 -0.441065 -0.21165378 -0.211707 - G6 1.15426547 1.153148 - G7 0.499196 - G8 0.49919206 0.46409799 0.459032 - G9 -0.720183 - G10 -0.72018317 -0.56400377 -0.557295 - G11 -0.142836 - G12 -0.14393519 0.04885058 0.047721 - G13 - G14 -0.10550636 -0.105443 Skor Lingkungan 0.401020 - L1 0.39393341 0.04502685 0.044941 - L2 0.209611 0.20971082 - L3 1.467897 - L4 1.47041672 -0.160137 -0.15917401 - L5 -0.203456 - L6 -0.20020264 -0.193475 -0.19536372 - L7 -0.34287528 -0.337563 - L8 0.140159 0.14014871 - L9 -0.33909647 -0.339100 - L10 -0.317011 -0.31653515 - L11 0.094872 - L12 0.09487159 -0.293423 -0.29330909 - L13 -0.467722 - L14 -0.46769662 0.308761 0.30932211 - L15 -0.46023472 -0.459971 - L16 0.480132 0.47977725 - L17 -0.09175734 -0.091684 - L18 0.191035 0.19073418 - L19 -0.470028 - L20 -0.46769662 * Perbedaan nilai terletak pada dua desimal ke bawah ** Perbedaan nilai terletak pada tiga desimal ke atas
Irristat
AMMIR
Keterangan
102.5946 1541.172 200.9097 91.3446 46.4355 42.9939 35.1627 19.94067 7.89189 81.1143 0.813399 0.17566 1.497924 1.482549 1.302324 0.797628 44.927 66.744 4.6305 8.52713 8.43923 7.41344 4.54021
102.59 1541.17 200.91 91.34 46.435 42.993 35.162 19.940 7.892 81.114 0.813 0.176 1.497 1.482 1.302 0.797 44.9263 66.7449 4.6304 8.527 8.439 7.413 4.540
** ** ** ** * * ** * ** ** ** ** * ** * ** * ** ** ** * * *
0.698724 -0.700921 0.164819 -0.142675 -0.441070 -0.211652 1.154264 0.499194 0.464098 -0.720184 -0.564006 -0.143935 0.048849 -0.105507
0.69872412 -0.70092373 0.16481968 -0.14267546 -0.44106846 -0.21165378 1.15426547 0.49919206 0.46409799 -0.72018317 -0.56400377 -0.14393519 0.04885058 -0.10550636
* ** ** ** ** ** ** ** * ** * ** ** **
0.393933 0.0450272 0.209711 1.470420 -0.159174 -0.200202 -0.195363 -0.342876 0.140148 -0.339099 -0.316535 0.0948721 -0.293312 -0.467695 0.309322 -0.460234 0.479777 -0.0917583 0.190735 -0.467695
0.39393341 0.04502685 0.20971082 1.47041672 -0.15917401 -0.20020264 -0.19536372 -0.34287528 0.14014871 -0.33909647 -0.31653515 0.09487159 -0.29330909 -0.46769662 0.30932211 -0.46023472 0.47977725 -0.09175734 0.19073418 -0.46769662
* ** ** * * ** ** * ** ** ** ** ** ** ** * * ** ** *