PENGELOLAAN WISATA ALAM AIR PANAS CANGAR DI KOTA BATU Hanik Fikri Maulida, Sutrisno Anggoro, Indah Susilowati
Program Pascasarjana Magister Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro, Semarang Jl. Imam Barjo SH. No. 5, Semarang 50241, Telp. 024-8453635
ABSTRAK Obyek Wisata Alam Air Panas Cangar merupakan salah satu obyek wisata yang memiliki kekhasan dan daya tarik berupa air panas yang mengandung belerang dari Gunung Welirang. Tujuan penelitian ini untuk mengidentiikasi potensi ekowisata dan merumuskan strategi pengelolaan Wisata Alam Air Panas Cangar yang berkelanjutan. Metode pengambilan data melalui observasi, kuesioner, in-depth interview dan studi kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi ekowisata meliputi: air panas untuk pengobatan, menikmati pemandangan alam dan satwa, fotograi, berkemah, pendidikan dan pelatihan, serta lintas alam. Sedangkan prioritas strategi pengelolaan wisata yang berkelanjutan dengan alat AHP adalah meningkatkan kepuasan pengunjung melalui upaya meningkatkan atraksi wisata dengan menjaga kealamian dan kualitas lingkungan serta peningkatan kualitas pelayanan. Kata Kunci: pengelolaan, wisata alam, air panas Cangar.
Pendahuluan Indonesia memiliki kekayaan sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya yang terdiri atas sumberdaya alam hewani, sumberdaya alam nabati beserta ekosistemnya ataupun gejala keunikan alam dan/atau keindahan alam lainnya sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa (Premono dan Adi, 2008; Purnomo 2011). Potensi tersebut perlu dikembangkan dan dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui upaya konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya, sehingga tercapai keseimbangan antara perlindungan, pengawetan, dan pemanfaatan secara lestari (Lindsay, et al. 2008; Alaeddinoglu and Can, 2010). Salah satu upaya konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya melalui penetapan sebagian kawasan huEmail :
[email protected]
tan menjadi taman hutan raya yang salah satu fungsi pemanfaatannya sebagai obyek dan daya tarik wisata alam untuk dijadikan pusat pariwisata dan kunjungan wisata alam (Nugroho, 2012). Taman hutan raya memiliki keunikan, keindahan alam, vegetasi, dan satwa yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai obyek dan daya tarik wisata alam di samping sebagai wahana penelitian, pendidikan, dan pengembangan ilmu pengetahuan (Wahyuni, dkk. 2009). Hal ini sejalan dengan pengertian ekowisata, yaitu suatu bentuk wisata yang bertanggung jawab terhadap kelestarian area yang masih alami (natural area), memberi manfaat secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan budaya masyarakat setempat. Peranan pariwisata di Indonesia semakin menguat setelah melemahnya peranan minyak dan gas, sekalipun nilai nominalnya dalam dolar berluktuasi. Industri pariwisata terus berkembang dan menjadi
Jurnal EKOSAINS | Vol. IV | No. 3 | November 2012
11
Pengelolaan Wisata Alam Air Panas Cangar Di Kota Batu
Hanik Fikri Maulida, Sutrisno Anggoro, Indah Susilowati
sebuah fenomena global pada abad 21 ini (Nugroho, 2012). Pembangunan pariwisata berperanan dalam aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan (Buckley, 2010). Dinamika perkembangan wilayah Kota Batu saat ini lebih mengarah pada perkembangan Kota Batu ke depan sebagai sentra pertanian, sentra wisata dan sentra pendidikan (Sukmana, 2009). Pengembangan Kota Batu khususnya diarahkan sesuai karakteristik Kota Batu, yaitu dalam bidang pengembangan pertanian, pariwisata dan karajinan, sehingga menuntut paradigma baru dalam pembuatan kebijakan pembangunan daerahnya, yaitu pembangunan yang berwawasan lingkungan. Seiring dengan meningkatnya pengetahuan, teknologi dan pesatnya pembangunan di Kota Batu, timbul isu tentang penurunan kualitas lingkungan hidup. Dengan adanya fenomena yang berkembang selama ini nampak bahwa setiap kegiatan pada dasarnya menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup, sehingga perlu adanya upaya penanganan sejak dini sebagai perwujudan pembangunan yang berwawasan lingkungan. Hal tersebut disebabkan oleh berbagai macam faktor, antara lain karena suhu udara yang semakin meningkat, cadangan air tanah yang semakin menipis, berkurangnya kawasan bervegetasi, serta rusak dan punahnya berbagai habitat yang diikuti oleh penurunan keanekaragaman lora dan fauna (Parianom, 2012; Susilo, 2011). Kemudian, masih ditambah pula dengan semakin berkembangnya daerah industri dan meningkatnya penggunaan sarana transportasi darat, yang memungkinkan timbulnya berbagai macam polusi atau pencemaran. Kegiatan pariwisata umumnya lebih mengutamakan pada upaya untuk meningkatkan jumlah pengunjung secara optimal yang berorientasi pada peningkatan pendapatan pembangunan. Selama ini pengembangan produk wisata alam yang ditawarkan oleh pengelola cenderung mengarah 12
pada pengembangan pariwisata massal (mass tourist). Apabila hal ini dibiarkan, pengembangan wisata alam cenderung kurang memperhatikan aspek ekologi bahkan dapat mengakibatkan eksploitatif terhadap sumberdaya alam (Purnamasari, dkk. 2005). Tujuan dilakukannya penelitian tentang Pengelolaan Wisata Alam Air Panas Cangar di Desa Sumberbrantas Kecamatan Bumiaji Kota Batu Provinsi Jawa Timur adalah: Mengidentiikasi potensi ekowisata Obyek Wisata Alam Air Panas Cangar di Desa Sumberbrantas Kecamatan Bumiaji Kota Batu Provinsi Jawa Timur Merumuskan strategi keberkelanjutan Wisata Alam Air Panas Cangar di Desa Sumberbrantas Kecamatan Bumiaji Kota Batu Provinsi Jawa Timur. Metode Penelitian Data primer diperoleh melalui kegiatan sebagai berikut: Pengamatan lapangan Wawancara dengan masyarakat Desa Sumberbrantas (10 orang) Wawancara dan pengisian kuesioner oleh pengunjung (100 orang) Wawancara mendalam dengan staf Pengelola, aparat Pemda, akademisi, pelaku usaha, LSM, dan pengunjung untuk mengidentiikasi faktor-faktor yang mempunyai nilai pengaruh penting (strategis) terhadap pengembangan pengelolaan Wisata Alam Air Panas Cangar berbasis ekowisata. Pengisian kuesioner oleh Pakar Terpilih (8 orang) dengan tujuan mendapatkan pertimbangan secara profesional dari kepakaran para responden dalam menentukan tingkat kepentingan dari beberapa variabel dalam merumuskan prioritas pengembangan pengelolaan Wisata Alam Air Panas Cangar berbasis ekowisata. Sedangkan data sekunder diperoleh dari beberapa sumber, antara lain dokumen perencanaan, laporan, statistik, dan dokumen lain yang berisi tentang pengelolaan
Jurnal EKOSAINS | Vol. IV | No. 3 | November 2012
Pengelolaan Wisata Alam Air Panas Cangar Di Kota Batu
Wisata Alam Air Panas Cangar. Hasil dan Pembahasan Obyek Wisata Alam Air Panas Cangar secara administrasi pemerintahan terletak di Desa Sumberbrantas, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Propinsi Jawa Timur (Monograi Desa, 2010). OWA Air Panas Cangar merupakan bagian dari Tahura R. Soerjo yang secara geograis terletak pada 7° 40’ 10” - 7° 49’ 31” LS dan 112° 22’ 13” - 112° 46’ 30” BT. Tahura R. Soerjo secara keseluruhan memiliki konigurasi bervariasi antara datar, berbukit dan gunung-gunung dengan ketinggian antara 1.000-3.000 m dpl. Menurut klasiikasi iklim Schmid dan Ferguson Tahura R. Soerjo termasuk tipe iklim C dan D dengan curah hujan rata-rata 2.500-4.500 mm per tahun. Suhu udara pada malam hari berkisar antara 50°C–100°C dan pada musim kemarau mencapai 40°C. Kelembaban udara cukup tinggi yaitu berkisar antara 42–45 % terendah dan tertinggi dapat mencapai 90– 97%, sedangkan tekanan udara berkisar antara 1.007–1017,5 mm Hg. Jenis tanah yang ada termasuk regosol yang berasal dari abu vulkanis intermedia dengan warna coklat kekuningan dan bersifat sangat peka terhadap erosi (Proil Tahura R. Soerjo, 2010).
Hanik Fikri Maulida, Sutrisno Anggoro, Indah Susilowati
Selama ini telah dilakukan kegiatan pengembangan wisata alam di Obyek Wisata Alam Air Panas Cangar, mulai dari perencanaan seperti penyusunan siteplan Pemandian Air Panas Cangar, penataan camping ground, kegiatan promosi dan publikasi melalui pencetakan bahan-bahan promosi berupa lealet dan buklet, pemasangan peta penunjuk Obyek Daya Tarik Wisata (ODTW), pembangunan pondok wisata, aula, pendopo, kolam renang dan kolam berendam air panas, jogging track, serta penyelenggaraan lomba birdwatching pada tanggal 20-21 Oktober 2012. Beberapa fasilitas pendukung kegiatan wisata alam di Wisata Alam Air Panas Cangar meliputi: jalan masuk, pos jaga, kolam berendam, kolam renang, pondok wisata, jogging track, pendopo, pusat informasi, kantor pengelola, pondok kerja, MCK, lahan parkir dan jalan setapak. Kelestarian Taman Hutan Raya salah satunya ditentukan oleh keberadaan masyarakat yang berada di sekitar kawasan. Oleh karena itu, keberadaan masyarakat tersebut harus diperhatikan. Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan adalah melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat merupakan segala upaya yang dilakukan oleh
Gambar 1. Graik Jumlah Pengunjung Wisata Alam Air Panas Cangar Tahun 2008-2011
Jurnal EKOSAINS | Vol. IV | No. 3 | November 2012
13
Pengelolaan Wisata Alam Air Panas Cangar Di Kota Batu
Hanik Fikri Maulida, Sutrisno Anggoro, Indah Susilowati
sekelompok masyarakat, dengan atau tanpa dukungan pihak luar, agar mampu terus mengembangkan daya atau potensi yang dimiliki, demi perbaikan mutu hidupnya secara berkelanjutan. Sedangkan pengertian pemberdayaan masyarakat di sekitar kawasan konservasi adalah segala upaya yang bertujuan meningkatkan keberdayaan masyarakat untuk memperbaiki kesejahteraannya dan meningkatkan partisipasinya dalam segala kegiatan konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya secara berkelanjutan. Tujuannya antara lain: 1) menjamin keseimbangan ekologis, ekonomi, maupun sosial budaya dan kelestarian kawasan konservasi, 2) meningkatkan kemandirian masyarakat sebagai pendukung utama dalam pembangunan kehutanan melalui peningkatan ekonomi kerakyatan di sekitar kawasan konservasi, dan 3) mengaktualisasikan akses timbal balik peran masyarakat dan fungsi konservasi terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan pengertian dan tujuan pemberdayaan masyarakat, dalam hal ini UPT Tahura R. Soerjo telah melakukan upaya dalam rangka memberdayakan masyarakat yang berdiam di sekitar kawasan, diantaranya dengan melibatkan masyarakat dalam upaya pengamanan hutan dari kebakaran dan penjarahan, kegiatan reboisasi yang rutin dilaksanakan setiap tahunnya, peningkatan pengetahuan dan kapasitas masyarakat melalui pendidikan dan pelatihan mengenai kehutanan, dan melibatkan masyarakat untuk ikut aktif menyediakan kebutuhan pengunjung dengan berjualan makanan dan suvenir di sekitar kawasan. Sejak tahun 2011 mulai dirintis pembentukan kelompok sadar wisata (Pokdarwis) Desa Sumberbrantas oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Batu yang beranggotakan masyarakat setempat. Kegiatan yang telah dilakukan oleh kelompok ini adalah menyediakan akomodasi berupa homestay dan makanan lokal, menjadi pe14
mandu bagi pengunjung yang akan melakukan terapi kesehatan mandi berendam air panas ataupun yang melakukan kegiatan pendakian gunung Welirang-Arjuna. Selain itu, kelompok juga mengembangkan wisata petik sayuran sehingga pengunjung dapat merasakan sendiri bagaimana memanen sayuran dari lahannya. Pengembangan pariwisata alam berbasis masyarakat berdampak positif dalam hal meredam konlik yang bisa muncul mengenai pengelolaan sumberdaya alam. Masyarakat lebih menerima, karena menjadi pelaku pariwisata, dalam hal jasa transportasi (ojek), pemandu wisata, penginapan, dan jasa kuliner. Di dalam suatu masyarakat biasanya terbentuk kelompok ekowisata yang akan mengatur mengenai peran dan tugas anggota dalam melakukan pelayanan terhadap wisatawan. Diharapkan dengan adanya kelompok ini, semua anggota masyarakat mempunyai kesempatan yang sama dalam hal melayani pengunjung, sehingga terjadi pemerataan pendapatan di antara anggota masyarakat tersebut. Dalam rangka mengembangkan pariwisata alam di Obyek Wisata Alam Air Panas Cangar dilakukan beberapa pendekatan, yaitu: 1) pendekatan konservasi, dimana dalam pengelolaan dan pengembangan ekowisata dengan memegang prinsip-prinsip konservasi, di antaranya dengan tidak melakukan perubahan terhadap bentang alam ataupun dengan menjaga kealamian obyek wisatanya, dan 2) pendekatan pemberdayaan masyarakat setempat melalui Kelompok Tani Tahura dan Pokdarwis Desa Sumberbrantas. Pada tahap awal pengembangan wisata alam berbasis masyarakat, perlu dilakukan upaya pendampingan yang cukup intensif, yakni melalui pembentukan kelompok yang beranggotakan masyarakat setempat, pendidikan dan pelatihan mengenai Kehutanan oleh UPT Tahura R. Soerjo dan Kepariwisataan oleh Disparbud.
Jurnal EKOSAINS | Vol. IV | No. 3 | November 2012
Pengelolaan Wisata Alam Air Panas Cangar Di Kota Batu
Selanjutnya untuk menggali potensi wisata yang ada, dilakukan survey potensi wisata, meliputi sejarah dusun dan potensi alami yang ada. Beberapa kegiatan wisata alam yang dapat dilakukan diantaranya: berjalan kaki lintas alam, menikmati pemandangan alam pegunungan, berkemah, mandi air panas, berkemah, fotograi, piknik, bersantai, mengamati satwa, outbond, bird watching dan lying fox. Strategi pengelolaan wisata alam air panas Cangar dirumuskan berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan tokoh kunci dan hasil analisis AHP (Analytic Hierarchy Process). Tujuan, kriteria dan alternatif pengelolaan yang digunakan dalam AHP dirumuskan dari hasil diskusi dengan tokoh kunci yang berkompeten terhadap pengelolaan wisata alam di Kota Batu. Tokoh kunci yang dilibatkan dalam penelitian ini berjumlah 8 orang, terdiri atas: a. UPT Tahura R. Soerjo Dinas Kehutanan b. Provinsi Jawa Timur selaku pengelola c. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Batu d. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Batu e. Yayasan Pusaka f. Akademisi (Dosen) g. Pelaku usaha h. Pengunjung i. Tokoh Masyarakat (Pak Kamituwo Dusun JurangKwali Desa Sumberbrantas)
Hanik Fikri Maulida, Sutrisno Anggoro, Indah Susilowati
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan beberapa tokoh kunci yang memiliki kompetensi di bidangnya, strategi pengelolaan wisata alam air panas Cangar berkaitan dengan tiga aspek, yaitu: ekonomi, sosial budaya dan ekologi. Keterangan: A1 = Peningkatan kepuasan pengunjung obyek wisata alam air panas Cangar A2 = Peningkatan belanja wisata di Kota Batu A3 = Penciptaan kesempatan kerja bagi masyarakat Desa Sumberbrantas A4 = Menghargai kearifan/kebudayaan lokal A5 = Pelibatan stakeholder dalam perencanaan, implementasi dan monitoring A6 = Peningkatan kemampuan masyarakat Desa Sumberbrantas dalam pengelolaan jasa-jasa wisata A 7= Konservasi sumberdaya alam A8 = Penentuan dan konsistensi pada daya dukung lingkungan A9 = Pengelolaan limbah *ditentukan melalui wawancara mendalam dengan tokoh kunci yang kompeten, 2012 Sumber: Saaty (1993); Sudantoko (2010) dengan modiikasi
Gambar 2. Kerangka Hirarki Proses Pengambilan Keputusan Jurnal EKOSAINS | Vol. IV | No. 3 | November 2012
15
Pengelolaan Wisata Alam Air Panas Cangar Di Kota Batu
Hanik Fikri Maulida, Sutrisno Anggoro, Indah Susilowati
19/10/2012 9:50:02
Page 1 of 1
Model Name: 19okt12 Synthesis: Summary
S y n t h e s is
w ith
r e s p e c t t o : G o a l : P e n g e l o la a n
W isa ta
O v e ra l l I n c o n s is t e n c y KP KS D A KL BW D D L PL KK M PS KM L
,2 ,1 ,1 ,1 ,0 ,0 ,0 ,0 ,0
A la m
A ir P a n a s C a n g a r B e r k e l
= ,0 5
1 9 74 38 1 8 83 79 77 74 38
Gambar 3. Prioritas Kriteria dan Alternatif Pengelolaan Wisata Alam Air Panas Cangar Berkelanjutan Hasil analisis keseluruhan skala prioritas kriteria dan alternatif pengelolaan wisata alam dengan AHP tersaji dalam Gambar 3. memperlihatkan hasil sebagai berikut: Peningkatan Kepuasan Pengunjung (bobot 0,219) Peningkatan Belanja Wisata di Desa Sumberbrantas (bobot 0,118) Penciptaan Kesempatan Kerja Bagi Masyarakat Desa Sumberbrantas (bobot 0,077) Menghargai kearifan/kebudayaan lokal (bobot 0,138) Pelibatan stakeholder dalam perencanaan, implementasi dan monitoring (bobot 0,074) Peningkatan kemampuan masyarakat lokal dalam pengelolaan jasa-jasa wisata (bobot 0,038) Konservasi sumberdaya alam (bobot 0,174) Penentuan dan konsistensi pada daya dukung lingkungan (bobot 0,083) Pengelolaan limbah (bobot 0,079) Rasio inkonsistensi (0,05 < 0,1) artinya responden memberikan jawaban yang cukup konsisten dan kriteria serta alternatif strategi pengelolaan wisata alam air panas Cangar dapat diterima. Peningkatan kepuasan pengunjung merupakan strategi utama, karena untuk pengembangan ekowisata, diharapkan dapat memberikan pengalaman dan edukasi 16
bagi pengunjung di samping memberikan perasaan nyaman dan relaks. Hal ini dapat ditempuh melalui upaya menjaga kealamian dan kualitas lingkungan. Konservasi lingkungan merupakan salah satu cara untuk menjaga kualitas lingkungan, sesuai dengan fungsi dari kawasan Taman Hutan Raya R. Soerjo dimana pemanfaatan jasa lingkungan sebagai obyek wisata merupakan salah satu fungsi pemanfaatan yang optimal. Dengan pengembangan blok pemanfaatan intensif sebagai daerah wisata alam yang keberlanjutannya sangat tergantung akan keindahan alam dan terjaganya kondisi ekosistem yang ada, diharapkan strategi ekologi dapat diterapkan. Pemerintah dan stakeholder sebaiknya memilih beberapa indikator dan bukan sebanyak mungkin indikator, yang bisa menjadi kriteria kunci dalam penetapan target dari implementasi Pemasaran Pariwisata yang bertanggung jawab. Beberapa indikator yang bisa dipilih adalah peningkatan citra destinasi (yaitu sesuai dengan prinsip keberlanjutan), tingkat kepuasan wisatawan, tingkat kunjungan ulang, dan tercapainya proil wisatawan sesuai dengan yang diinginkan (yaitu wisatawan yang mempunyai upaya untuk mendukung perlindungan lingkungan dan budaya). Kesimpulan Obyek Wisata Alam Air Panas Cangar memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi ekowisata dengan potensi alam
Jurnal EKOSAINS | Vol. IV | No. 3 | November 2012
Pengelolaan Wisata Alam Air Panas Cangar Di Kota Batu
berupa air panas, areal berkemah, jalur lintas alam, pondok wisata, gua Jepang, satwa endemik, aula serta pendopo untuk kegiatan pendidikan dan pelatihan. Strategi pengelolaan Obyek Wisata Alam Air Panas Cangar adalah dengan meningkatkan kepuasan pengunjung melalui peningkatan pelayanan jasa, penambahan sarana dan prasarana penunjang, kemudahan aksesibilitas, dan menjaga kualitas lingkungan alami. Kota Batu memiliki potensi alami berupa gunung, hutan, dan air dengan iklim sejuk yang telah dikenal sejak zaman penjajahan Belanda sebagai daerah tetirah. Untuk menjamin keberlangsungannya, diharapkan pembangunan berbagai sektor di Kota Batu tetap memperhatikan kualitas lingkungan alaminya. Diharapkan, adanya peningkatan kapasitas SDM pengelola obyek wisata dan masyarakat di bidang pariwisata, baik melalui pelatihan, studi banding, atau magang pada destinasi ekowisata yang lebih berkembang. Selain itu perencanaan pariwisata perlu lebih dikuatkan lagi masterplan, detailplan, maupun perencanaan pendukung lainnya. Ucapan Terimakasih Penulis menyampaikan terima kasih kepada Kepala Pusat Pembinaan Pendidikan dan Pelatihan Perencana-Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Pusbindiklatren-Bappenas) dan Pemerintah Kota Batu, atas beasiswa dan kesempatan belajar yang diberikan. Daftar Pustaka Alaeddinoglu, Faruk and Can, Ali Selcuk. 2010. ‘Identiication and Classiication of Nature-Based Tourism Resources: Western Lake Van Basin, Turkey’. Procesia Social and Behavioral Science. 19: 198-207. Buckley, Ralf. 2010. Conservation Tourism. CABI. Oxfordshire. United Kindom.
Hanik Fikri Maulida, Sutrisno Anggoro, Indah Susilowati
Lindsay, Karen, Craig, John and Low, Matthew. 2008. ‘Tourism and Conservation: The Effects of Track Proximity on Avian Reproductive Success and Nest Selection in An Open Sanctuary’. Tourism Management. 29: 730-739. Nugroho, Iwan. 2011. Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Parianom, Bambang. 2012. Jejak-jejak Advokasi Ekologi Revitalisasi Hulu Brantas. Yayasan Pusaka. Batu. Pitana, I Gde dan Gayatri, Putu G. 2005. Sosiologi Pariwisata. Andi. Yogyakarta. Premono, B. Tejo dan Kunarso, Adi. 2008. ‘Pengaruh Perilaku Pengunjung Terhadap Jumlah Kunjungan di Taman Wisata Alam Punti Kayu Palembang’. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam V (5): 423-433. Purnamasari, Qurie, Indrawan, Andry dan Muntasib, EKS Harini. 2005. ‘Kajian Pengembangan Produk Wisata Alam Berbasis Ekologi di Wilayah Wana Wisata Curug Cilember (WWCC), Kabupaten Bogor’. Jurnal Manajemen Hutan Tropika XI (1): 14-30. Purnomo, Henry. 2011. ‘Pengaruh Faktor Individual Wisatawan dan Kinerja Bauran Pemasaran Terhadap Nilai Jasa Pariwisata Alam’. JMHT XVII (1): 10-16. Saaty, Thomas L. 2008. ‘Decision Making With The Analytic Hierarchy Process’. Int. J. Services Sciences 1(1): 83-98. Saaty, Thomas L. 1993. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin. PT. Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta. Sukmana, Oman. 2008. ‘Model Pengembangan Lingkungan Kota Ekowisata: Studi di Wilayah Kota Batu’.
Jurnal EKOSAINS | Vol. IV | No. 3 | November 2012
17
Pengelolaan Wisata Alam Air Panas Cangar Di Kota Batu
Hanik Fikri Maulida, Sutrisno Anggoro, Indah Susilowati
Lembaga Penelitian UMM. Malang. UPT Tahura R. Soerjo. 2010. Proil Taman Hutan Raya R. Soerjo. UPT Tahura R. Soerjo Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur. Malang.
18
UPT Tahura R. Soerjo. 2012. Data Pengunjung Obyek Wisata Alam Air Panas Cangar Tahura R. Soerjo Tahun 2007-2011. Laporan Tidak Dipublikasikan. Malang. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan.
Jurnal EKOSAINS | Vol. IV | No. 3 | November 2012