PENGELOLAAN WAKAF PRODUKTIF DI YAYASAN PERGURUAN TINGGI NAHDLATUL ULAMA’ SURAKARTA SKRIPSI
Disusun untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam (S.H.I)
Oleh: MULYANI NIM 21108015
JURUSAN SYARI’AH PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSYIYYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2012 i
ii
KEMENTERIAN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar 02 Telp (0298) 323706 Fax 323433 Kode Pos 50721 Salatiga http//www.stainsalatiga.ac.id e-mail:
[email protected] Tri Wahyu Hidayati, M.Ag Dosen STAIN Salatiga PERSETUJUAN PEMBIMBING Lamp : 4 (empat) eksemplar Hal : Pengajuan Naskah Skripsi Saudara Mulyani Kepada Yth, Ketua STAIN Salatiga di Salatiga Assalamu’alaikum Wr.Wb Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini kami kirimkan naskah skripsi saudara: Nama
: Mulyani
NIM
: 21108015
Jurusan
: Syari‟ah
Program studi
: Ahwal Al-Syakhsiyyah
Judul
: PENGELOLAAN WAKAF PRODUKTIF DI YAYASAN PERGURUAN
TINGGI
NAHDLATUL
ULAMA‟
SURAKARTA. Dengan ini kami mohon skripsi saudara tersebut di atas supaya segera dimunaqosyahkan. Demikian agar menjadi perhatian. Wassalamu’alaikum Wr.Wb. Salatiga, 8 Juni 2012 Pembimbing,
Tri Wahyu Hidayati, M.Ag NIP. 197411232000032002 iii
SKRIPSI PENGELOLAAN WAKAF PRODUKTIF DI YAYASAN PERGURUAN TINGGI NAHDLATUL ULAMA’ SURAKARTA
DISUSUN OLEH MULYANI NIM: 21108015 Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Syari‟ah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal 28 Juni 2012 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana S1 Hukum Islam Susunan Panitia Penguji Ketua Penguji
: Drs. Mubasirun, M.Ag
__________________
Sekretaris Penguji : Dra. Zumrotun, M.Ag
__________________
Penguji I
: Prof. Dr. H. Muh Zuhri, MA
__________________
Penguji II
: Heni Satar Nurhaida, SH,. M.Si __________________
Penguji III
: Tri Wahyu Hidayati, M.Ag
__________________
Salatiga, 28 Juni 2012 Ketua STAIN Salatiga
Dr. Imam Sutomo, M.Ag NIP. 19580827 198303 1002
iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Mulyani
NIM
: 21108015
Jurusan
: Syari‟ah
Program Studi : Ahwal Al-Syakhsiyyah Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 30 Juni 2012 Yang Menyatakan,
Mulyani
v
MOTTO
“Seseorang dengan tujuan yang jelas akan membuat kemajuan walaupun melewati jalan yang sulit. Dan seseorang yang tanpa tujuan tidak akan membuat kemajuan walaupun ia berada di jalan yang mulus. (Thomas Carlyle)
vi
PERSEMBAHAN
Bismillahirrohmanirrohim... Kupersembahkan karyaku ini kepada Allah Swt dan Rosul-Nya yang telah menunjukkan sebuah jalan menuju ridho-Nya melalui ridho orang tua. Dan dengan ketulusan hati dan iringan do’a skripsi ini kupersembahkan kepada orang-orang yang selalu dekat di hati. Ayahanda Isroni dan Ibundaku Khosiatun tercinta: darinya ku peroleh arti sebuah perjuangan, ketulusan, dan keteguhan hati. Kasih sayang dan do’a-do’a suci yang selalu tertanam dalam sanubari (semoga ananda menjadi seperti yang engkauharapkan). Kakak-kakakku beserta keluarga (Mz Anwar, Mbak Mahmudah, Mz Hadi, Mb Wi2k, Mz Nur, Mb Eli ) dan ponakan ponakan kecilku. serta teman-temanku yang selalu aku rindukan, yang senantiasa tiada henti memberikan semangat disetiap langkahku. Juga kepada seseorang yang memberikan dorongan dan dukungan serta kasih sayangnya dengan setulus hati dan selalu mendo’akan dan melengkapi kebahagiaanku serta menjadi motivasiku untuk menuntut ilmu. Ucapan terimakasih yang tak terhingga kepada kalian semua, smoga skripsi ini dapat berarti dan bermanfaat nantinya. (amin...)
vii
ABSTRAK
Mulyani. 2012. Pengelolaan Wakaf Produktif Di Yayasan Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama‟ Surakarta. Skripsi. Jurusan Syari‟ah. Program Studi Ahwal Al-Syakhsyiyyah. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Pembimbing: Tri Wahyu Hidayati, M.Ag. Kata kunci: Pengelolaan Wakaf Produktif Di Yayasan Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama‟ Surakarta. Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui pengelolaan wakaf produktif di Yayasan Perguruan tinggi Nahdatul Ulama Surakarta. Pertanyaan utama yang ingin dijawab dari judul tersebut adalah: (1). Bagaimana pengelolaan wakaf produktif di Yapertinus, dan (2). Bagaimana pemanfaatan hasil dari wakaf produktif di Yapertinus. Temuan dalam penetian ini adalah adanya percontohan wakaf produktif yang dilakukan oleh Badan Wakaf Indonesia (BWI) di Surakarta yaitu di Yayasan Perguruan Tinggi Nahdatul Ulama (Yapertinus). Wakaf di Yapertinus ini pada mulanya merupakan wakaf tunai dari banyak orang sebesar 2 milyar, kemudian uang itu dibelikan tanah seluas 1,5 Ha. Rencana semula diatas tanah tersebut akan dibangun sekolah dan kampus 2 Universitas Nahdlatul Ulama‟(UNU),yaitu universitas yang berhasil didirikan oleh Yapertinus. Namun karena masalah pendanaan atas rekomendasi KH. Abdurrahman Wahid yang saat itu menjabat sebagai presiden maka pada tahun 2008 tanah tersebut dibangun proyek percontohan wakaf produktif oleh Kementerian Agama dengan biaya pendanaan dari BWI, kemudian di atas tanah bangun sebuah gedung serba guna, 2 kios. Dan 23 ruko. Wakaf produktif di Yapertinus ini merupakan investasi jangka panjang yang mulai dioperasikan pada tahun 2009. Berdasarkan pencarian fakta di lapangan diperoleh bahwa, wakaf produktif di Yapertinus ini ternyata belum bisa dimanfaatkan hasilnya. Selain karena wakaf tersebut berbentuk wakaf jangka panjang dimana baru akan di petik hasilnya nanti pada tahun 2015, banyak kendala pengelolaan yang dihadapi Yayasan tersebut.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis haturkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya,
sehingga
Penulis
dapat
menyelesaikan
skripsi
dengan
judul
:
“PENGELOLAAN WAKAF PRODUKTIF DI YAYASAN PERGURUAN TINGGI NAHDLATUL ULAMA’ SURAKARTA (YAPERTINUS)”. Penulisan skripsi ini merupakan tugas akhir sebagai syarat untuk menyelesaikan program studi ahwal al syahsyiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga skripsi ini disadari oleh Penulis masih jauh dari harapan dan masih banyak kekurangannya. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang menbangun daripembaca. Dalam kesempatan ini, Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu Penulis dalam penulisan skripsi ini, antara lain : 1.
Bapak Drs. Imam Sutomo M.Ag Selaku rektor Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga.
2.
Bapak Ilyya Muhsin M.Si, selaku Ketua Program Studi Ahwal Al Syahsyiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga.
3.
Tri Wahyu Hidayati, M.Ag selaku dosen pembimbing yang dengan sabar memberikan
bimbingan dan arahan, sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 4.
Seluruh anggota Tim penguji skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk menilai kelayakan dan menguji skripsi dalam rangka menyelesaikan studi Ahwal Al Syahsyiyah Di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga.
5.
Seluruh staf program studi yang telah membantu Penulis dalam menyelesaikan administrasi-administrasi selama perkuliahan.
ix
6.
Ayahanda dan ibundaku (Isroni & Khosiatun), Kakak-kakakku beserta keluarga (Mz Anwar, Mbak Mahmudah, Mz Hadi, Mb Wi2k, Mz Nur, Mb Eli ) dan ponakan ponakan kecilku serta Seseorang yang selalu setia mendampingi aku.
7.
Semua Dosen-dosen Syari‟ah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga.
8.
Semua teman-teman angkatan 2008 yang tidak dapat aku sebutkan satu persatu yang selalu membantuku.
Semoga skripsi ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi para Pembaca.
Salatiga, 30 Juni 2012 Penulis
Mulyani
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................................i HALAMAN BERLOGO.....................................................................................................ii PERSETUJUAN PEMBIMBING........... ……………......................................................iii PENGESAHAN KELULUSAN........................................................................................iv PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN..........................................................................v HALAMAN MOTTO………………………….................................................................vi HALAMAN PERSEMBAHAN……...…………….........................................................vii ABSTRAK………………………………………….........................................................viii KATA PENGANTAR..............……………………...........................................................ix DAFTAR ISI..…………………………….........................................................................xi BAB I
PENDAHULUAN............................................................................................1 A. Latar Belakang.............................................................................................1 B. Fokus Penelitian...........................................................................................7 C. Tujuan Penelitian..........................................................................................8 D. Kegunaan Penelitian.....................................................................................8 E. Telaah Pustaka..............................................................................................9 F. Metode Penelitian........................................................................................10 G. Penegasan Istilah..........................................................................................12 H. Sistematika Penulisan...................................................................................17
BAB II
KAJIAN PUSTAKA.........................................................................................20 A. Perwakafan Dalam Perspektif Fiqh..............................................................20 1. Pengertian Wakaf..................................................................................20 2. Dasar Hukum Wakaf.............................................................................23
xi
3. Rukun dan Syarat Wakaf.....................................................................26 4. Macam-macam Wakaf.........................................................................32 5. Tata Cara Perwakafan..........................................................................33 B. Perwakafan Dalam Perspektif Undang-undang Nomor 41Tahun 2004.....42 1. Pengertian Wakaf................................................................................42 2. Dasar Hukum Wakaf...........................................................................43 3. Rukun dan Syarat Wakaf....................................................................44 4. Macam-macam Wakaf........................................................................45 5. Pendaftaran dan Pengumuman harta benda wakaf.............................47 C. Konsep Wakaf Produktif............................................................................48 1. Pengertian Wakaf Produktif................................................................48 2. Macam – Macam Wakaf Produktif.....................................................48 3. Tujuan Kepengurusan Wakaf Produktif..............................................51 4. Strategi Pengelolaan Wakaf Produktif................................................52 5. Program Pengelolaan Wakaf Produtif.................................................53 6. Pemberdayaan tanah wakaf produktif................................................54 D. Teori Ekonomi Manajerial..........................................................................54 BAB III
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN..................................57 A. Profil
Yayasan
Perguruan
Tinggi
Nahdlatul
Ulama‟
Surakarta
(Yapertinus)...............................................................................................57 1. Lokasi Penelitian................................................................................57 2. Sejarah Berdirinya Yapertinus...........................................................57 3. Administrasi di Yapertinus................................................................60
xii
B. Gambaran Umum Pengelolaan Wakaf Produktif di Yayasan Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama‟ Surakarta (Yapertinus).....................................64 1. Latar Belakang...................................................................................64 2. Pengelolaan Wakaf Produktif di Yapertinus.....................................66 C. Pemanfaatan Hasil Wakaf Produktif di Yapertinus.................................72 BAB IV
ANALISIS DATA.........................................................................................74 A. Analisis Pengelolaan Wakaf Produktif Produktif di Yapertinus...............74 B. Analisis Terhadap Pengelolaan Wakaf Produktif di Yapertinus................77
BAB V PENUTUP...........................................................................................................80 A.
Kesimpulan..........................................................................................80
B.
Saran....................................................................................................81
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………..................................…83 LAMPIRAN
xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Di tengah problem sosial masyarakat Indonesia dan tuntutan akan kesejahteraan ekonomi akhir-akhir ini, keberadaan lembaga wakaf manjadi sangat strategis. Disamping sebagai salah satu aspek ajaran Islam yang berdimensi spiritual, wakaf juga merupakan ajaran yang menekankan pentingnya kesejahteraan ekonomi (dimensi sosial). Wakaf dalam sejarah telah berperan penting dalam membantu kesejahteraan umat. Di Indonesia sendiri model distribusi wakaf selama ini cenderung sangat konsumtif sehingga belum dapat dikembangkan untuk mencapai hasil yang lebih baik, terutama untuk kepentingan kesejahteraan umat islam. Sejak terjadinya krisis multi dimensi dalam kehidupan bangsa kita dipacu oleh krisis ekonomi, peran wakaf menjadi sangat penting sebagai salah satu instrumen untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Secara umum tidak terdapat dalil yang menjadi dasar disyariatkannya ibadah wakaf dalam Al-Quran yang menerangkan konsep wakaf secara jelas. Oleh karena wakaf termasuk infaq fi sabilillah, maka dasar yang digunakan para ulama dalam menerangkan konsep wakaf ini didasarkan pada keumuman ayat-ayat al-Quran yang menjelaskan tentang infaq fi sabilillah. Di antara ayat-ayat tersebut antara lain dalam Q.S Ali Imran ayat 92 yang berbunyi :
1
Artinya:“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. dan apa saja yang kamu nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya.”(Q.S Ali Imran:92) Dalil lain yang berkaitan dengan ibadah wakaf yaitu Q.S. Al-Baqarah ayat 261:
Artinya:“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang dia kehendaki. Dan Allah Maha luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.”( Q.S. Al-Baqarah:261) Pengertian Menafkahkan harta dijalan Allah meliputi belanja untuk kepentingan jihad, pembangunan perguruan tinggi, rumah sakit, usaha penyelidikan ilmiah dan lain-lain. Adapun Hadist yang menjadi dasar dari wakaf yaitu hadits Nabi yang menceritakan tentang kisah Umar bin Khatthab ketika menerima tanah di Khaibar.
َس عِىْدٌِ مِىْهُ فَمَب تَأْ ُمرُ ثِهِ قَبل َ َصتْ مَبلًب قَّطُ أَ ْوف ِ ُإِوٍِ أَصَ ْجتُ َأرْضًب ثِخَُْ َجرَ َلمْ أ ستَ أَصْلَهَب وَتَصَدَ ْقتَ ثِهَب قَبلَ فَتَصَدَقَ ثِهَب عُ َمرُ أَوَهُ لَب َُجَبعُ وَلَب ْ َِإنْ شِ ْئتَ حَج َُِى َهتُ وَلَب َُى َرثُ وَتَصَدَقَ ثِهَب فٍِ ا ْل ُف َقرَاءِ وَفٍِ ا ْل ُقرْثًَ وَفٍِ الرِقَبةِ وَفٍِ سَجُِل
2
ِح عَلًَ َمهْ وَلَُِهَب َأنْ َأْكُلَ مِىْهَب ثِبلْمَ ْعرُوف َ اللَهِ وَا ْثهِ السَجُِلِ وَالّضَ ُْفِ لَب جُىَب وََُطْ ِع َم غَ ُْرَ مُتَمَىِل Artinya : Saya mendapat bagian tanah di Khaibar. Tidaklah kami memiliki harta yang lebih aku senangi daripada tanah ini. Lalu apa yang engkau perintahkan kepadaku, wahai Nabi? Beliau menjawab,”Jika engkau menghendaki, engkau wakafkan tanahnya, dan engkau shadaqohkan hasilnya.” Dia berkata : Lalu Umar mewakafkan tanahnya, bahwa tanahnya tidak dijual, tidak dihibahkan, tidak diwariskan. Lalu Umar menyedekahkan hasilnya untuk diberikan kepada kaum fakir, untuk kerabat, untuk memerdekakan budak, untuk kepentingan jalan Allah, untuk orang yang terputus bekal bepergiannya, dan untuk menjamu tamu. Yang mengurusinya tidak mengapa bila dia makan sebagian hasilnya dan memberi makan yang lain, asalkan bukan menimbun harta.([HR Bukhari)
Dalam literatur fiqih, pengertian wakaf yaitu menyerahkan suatu hak milik yang tahan lama dzatnya kepada seseorang atau nadhir (pemelihara atau pengurus wakaf) atau kepada suatu badan pengelola, dengan ketentuan bahwa hasil atau manfaatnya dipergunakan sesuai dengan ajaran Islam. Benda yang diwakafkan tidak lagi menjadi hak milik yang mewakafkan, dan bukan pula milik tempat menyerahkan (nadzir), tetapi menjadi milik Allah (hak umat). (Halim, 2005:7) Sedangkan menurut Undang-undang wakaf Nomor 41 tahun 2004 definisi wakaf adalah perbuatan hukum waqif untuk memisahkan dan atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya, untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai kepentingannya guna keperluan ibadah dan atau kesejahteraan umum menurut syariah. (Wadjdy & Mursyid, 2007:180)
3
Dilihat dari segi peruntukannya, wakaf dibagi menjadi dua yaitu konsumtif dan produktif. Wakaf konsumtif yaitu harta benda atau pokok tetapnya wakaf dipergunakan langsung untuk kepentingan umat. Pada umumnya wakaf di Indonesia digunakan untuk pembangunan masjid, mushalla, sekolahan, rumah yatim piatu, makam. Selama ini pemanfataan wakaf dilihat dari segi sosial, khususnya untuk kepentingan peribadatan memang cukup efektif. Akan tetapi dampaknya kurang berpengaruh positif dalam kehidupan ekonomi masyarakat apabila peruntukan wakaf hanya terbatas pada hal-hal di atas. Tanpa diimbangi dengan wakaf yang dikelola secara produktif, maka kesejahteraan ekonomi masyarakat yang diharapkan dari lembaga wakaf tidak akan dapat terealisasi secara optimal. Sedangkan wakaf produktif adalah harta benda atau pokok tetapnya wakaf tidak secara langsung digunakan untuk mencapai tujuannya, tapi dikembangkan terlebih dahulu untuk menghasilkan sesuatu (produktif) dan hasilnya di salurkan sesuai dengan tujuan wakaf. Seperti wakaf tanah untuk digunakan bercocok tanam, Mata air untuk dijual airnya dan lain – lain. (Qahar, 2005:5) Wakaf produktif juga dapat didefinisikan sebagai harta yang digunakan untuk kepentingan produksi baik dibidang pertanian, Perindustrian, perdagangan dan jasa yang manfaatnya bukan pada benda wakaf secara langsung, tetapi dari keuntungan bersih dari hasil pengembangan wakaf yang diberikan kepada orangorang yang berhak sesuai dangan tujuan wakaf. Pada zaman penjajahan belanda wakaf diatur dalam Bijblaad 1905:6195, yang isinya memerintahkan kepada bupati untuk membuat daftar rumah ibadah umat Islam dalam wilayahnya. Kemudian dalam Bijblaad 1931:125/3 menyatakan bahwa apabila seseorang hendak mewakafkan hartanya harus seizin bupati.( Ali, 1988:78)
4
Setelah Indonesia merdeka, pembenahan terus dilakukan terhadap hukum perwakafan di Indonesia. Tahun 1953, Departemen Agama membuat petunjuk mengenai pelaksanaan wakaf yang disempurnakan pada tahun 1956 tentang prosedur perwakafan. Perwakafan makin mendapat tempat dalam peraturan perundangan dengan adanya Undang-Undang Pokok Agraria no.5 tahun 1960. Pasal 49 UU ini menyatakan bahwa perwakafan tanah milik diatur oleh Peraturan Pemerintah tujuh belas tahun berikutnya, PP yang dimaksud yaitu PP no.28 tahun 1977. PP ini kemudian diikuti dengan seperangkat peraturan pelaksanaannya oleh Departemen Agama dan Departemen Dalam Negeri dan beberapa instruksi Gubernur. Wakaf telah mengakar dalam kehidupan masyarakat Islam, dan menjadi penunjang utama perkembangan kehidupan masyarakat. Hal ini bisa dilihat pada kenyataan bahwa hampir semua rumah ibadah, perguruan Islam dan lembaga-lembaga keagamaan Islam dibangun diatas tanah wakaf. Dan satu kemajuan yang sangat signifikan bagi umat Islam, ketika dikeluarkannya Undang-Undang Perwakafan yaitu UU no.41 tahun 2004. (Hidayati, 2010:125) Setelah di resmikannya UU No.41 Tahun 2004, kemudian diteruskan dengan dibentuknya Badan Wakaf Indonesia ( BWI ) sebagai lembaga independen yang secara kusus mengelola dana wakaf dan beroperasi secara nasional. Tugas dari lembaga ini adalah untuk memajukan dan mengembangkan perwakafan nasional di Indonesia. BWI ini berkedudukan di ibukota negara dan dapat membentuk perwakilan di provinsi atau kabupaten atau kota sesuai dengan kebutuhan. (Usman, 2009:132) BWI pada perkembangannya melebarkan sayap dengan mengadakan proyek percontohan wakaf produktif dibawah pengawasan Kementerian Agama Republik Indonesia yang di laksanakan di kota-kota besar di Indonesia. Di Jawa Tengah proyek tersebut bertempat dikota Semarang, Pekalongan, dan Surakarta. Tangan panjang dari
5
BWI dalam proyek percontohan wakaf produktif yang berada di Surakarta salah satunya yaitu Yayasan Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama‟ Surakarta (Yapertinus). Beranjak dari fenomena tersebut maka penulis merasa tertarik meneliti lebih lanjut mengenai pengelolaaan wakaf produktif di Yapertinus dengan mengangkat judul yaitu “Pengelolaan Wakaf Produktif di Yayasan Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama’ Surakarta (Yapertinus).” Tema yang diangkat tentunya sangat menarik untuk diteliti mengingat hal tersebut masih sulit ditemukan.
B. Fokus Penelitian Sebagai Basic Question atau pokok permasalahan yang berangkat dari latar belakang masalah, maka penulis mengambil beberapa hal yang dijadikan sebagai fokus dalam penelitian, adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pengelolaan wakaf produktif di Yapertinus? 2. Bagaimana pemanfaatan hasil dari pengelolaan wakaf produktif di Yapertinus?
C. Tujuan Penelitian 1. Bagi peneliti Dalam penelitian ini peneliti mempunyai tujuan sebagai berikut: a. Mengetahui pengelolaan wakaf produktif di Yapertinus. b. Mengetahui pemanfaatan hasil dari pengelolaan wakaf produktif di Yapertinus. 2. Bagi STAIN Salatiga a. Sebagai sumbangan ilmu bagi jurusan Syari'ah pada khususnya dan seluruh mahasiswa pada umumnya yang berkaitan dengan wakaf produktif. 6
b. Sebagai bahan pustaka bagi adik-adik angkatan Hukum Perdata Islam di STAIN Salatiga.
D. Kegunaan Penelitian
Merujuk pada tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini sekurangkurangnya diharapkan dapat memberikan dua kegunaan, yaitu : 1. Manfaat teoritis, dapat memperkaya konsep atau teori yang menyokong perkembangan ilmu pengetahuan Hukum Perdata Islam ( Ahwal Al Syahsyiyah ), khususnya yang terkait dengan wakaf produktif. 2. Manfaat praktis, dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan bagi STAIN SALATIGA dan adik adik angkatan. 3. Untuk memenuhi salah satu persyaratan guna meraih gelar sarjana muda (S-1) dalam bidang hukum perdata islam (Ahwal Al Syahsyiyah) AS STAIN Salatiga.
E. Penegasan Istilah Sebelum memulai dalam penyusunan skripsi ini, perlu penulis kemukakan bahwa judul skripsi ini adalah: Pengelolaan Wakaf Produktif di Yayasan Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama’ Surakarta. Untuk menghindari kekeliruan penafsiran dan kesalahpahaman serta pengertian yang simpang siur, maka penulis kemukakan pengertian dan penegasan judul skripsi ini sebagai berikut:
a. Pengelolaan adalah suatu proses memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan tertentu. (Em Zul Fajr & Ratu Aprilia Senja, 2005:444) 7
b. Wakaf produktif adalah proses pengelolaan harta benda wakaf dengan tidak secara langsung digunakan untuk mencapai tujuannya, tapi dikembangkan terlebih dahulu untuk menghasilkan sesuatu (produktif) dan hasilnya di salurkan sesuai dengan tujuan wakaf. c. Yapertinus (Yayasan perguruan tinggi Nahdlatul Ulama‟ Surakarta) adalah Yayasan swasta yang didirikan oleh ulama‟-ulama‟ NU dengan misi mendirikan pendidikan yang berasaskan Nahdlatul Ulama‟, yang sekarang dikenal dengan Universitas Nahdlatul Ulama‟ (UNU).
F. Telaah Pustaka Penelitian-penelitian yang berkenaan dengan wakaf cukup banyak. Seperti penelitian yang diteliti oleh Muhyar Fanani dengan judul Kelanggengan Wujud Fisik Versus Kelangganan Manfaat:Kunci sukses Manajemen Wakaf Produktif Pondok Modern Darussalam Gontor, penelitian ini menjelaskan bahwa Gontor telah membuktikan dirinya sebagai lembaga pendidikan yang menggantungkan hidupnya pada pengelolaan aset-aset wakaf secara produktif. Kunci sukses dari perwakafan di Gontor adalah manajemen. Manajemen Wakaf di Gontor berpegang pada tiga hal, yaitu pembiayaan dalam bingkai proyek, kesejahteraan nadzir, dan transparansi serta akuntabilitas publik. Dengan tiga hal ini dalam jangka waktu 82 tahun aset wakaf Gontor tumbuh berlipat-lipat. (Fanani, 2010:1-23) Peneliti yang lain yaitu Lukman fauroni meneliti tentang Wakaf Untuk Produktivitas Ekonomi Umat. penelitian ini menitik beratkan pada model-model pengembangan wakaf. Peneliti berusaha memberikan pemahaman baru berkaitan dengan kekhawatiran hilangnya harta wakaf jika di investasikan sebagai wakaf produktif. Ada tiga alternatif untuk menginvestasikan harta wakaf agar dapat
8
dikembangkan bagi kesejahteraan umat menurut peneliti yaitu melalui investasi bisnis yang minim
resiko,
melalui
kerjasama
kemitraan
dengan
lembaga
yang
berpengalaman, dan lembaga-lemba keuangan syariah.(Fauroni, 2010:25-38) Skripsi Khusnur Rofiq yang meneliti tentang Wakaf Kolektif di PPTI Al-falah Sidomukti Salatiga. Penelitian ini memfokuskan pada pengelolaan wakaf kolektif dalam hal benda bergerak berupa uang di PPTI Al-Falah Sidomukti Salatiga. Wakaf benda bergerak tersebut diwakafkan melalui lembaga keuangan syariah. Di PPTI AlFalah Sidomukti Salatiga termasuk dalam wakaf bersyarat karena penggunaannya hanya dibolehkan untuk membeli tanah. Dalam pengelolaan wakaf ini terjadi penyimpangan, seharusnya yang mengelola harta wakaf adalah yayasan, tapi pada prakteknya pengelolaan dilakukan oleh pengasuh yang sebenarnya tidak ada pelimpahan wewenang dari yayasan kepada pengasuh. (Rofiq, 2006:47) Skripsi Siti Hanifah dengan judul Pelaksanaan Perwakafan Tanah Milik di Desa Sruwen Kec. Tengaran. Penelitian ini menjelaskan tentang banyaknya tanah wakaf yang belum bersertifikat di daerah tersebut, sejumlah 17 lokasi. Belum bersertifikat dikarenakan sikap ikhlas dalam pelaksanaan wakaf yang tidak diimbangi dengan pentingnya administrasi. Kelalaian nadzir belum memenuhi kewajiban tertib administrasi yang berkaitan dengan pengelolaan tanah wakaf untuk dilaporkan kepada kepala KUA Kec. Tengaran. (Hanifah, 2003:63)
Dari telaah pustaka yang di peroleh penulis, maka permasalahan mengenai Pengelolaan dan pemberdayaan Wakaf produktif di Yapertinus sangat menarik untuk dikaji, dan memang belum secara khusus dibahas dalam referensi-referensi tersebut.
G. Metode Penelitian
9
1. Pendekatan dan jenis penelitian Dalam penelitian ini jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian field research (penelitian lapangan) yaitu peneliti terjun langsung ke lapangan guna mengadakan penelitian pada objek yang dibahas yaitu bagaimana pengelolaan wakaf produktif di Yapertinus, selain itu penelitian ini termasuk penelitian kualitatif, karena dalam penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan fakta secara menyeluruh melalui pengumpulan data di lapangan dan memanfaatkan diri peneliti sebagai instrumen kunci. Penelitian Kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistic, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. (Moleong, 2009:6)
2. Kehadiran peneliti Dalam penelitian ini kehadiran peneliti merupakan hal yang utama dan penting karena seorang peneliti secara langsung mengumpulkan data yang ada di lapangan. Sedangkan status peneliti dalam hal mengumpulkan data diketahui oleh informan secara jelas guna menghindari kesalahpahaman diantara peneliti dengan informan. 3. Lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan di Yayasan Perguruan Tinggi Nahdatul Ulama Surakarta dan di jln. Tambora no.1 A Mojosongo surakarta. Peneliti memilih lokasi ini karena di lokasi tersebut terdapat proyek percontohan wakaf produktif
10
oleh Kementerian Agama dimana proyek itu baru ada di beberapa kota besar di Jawa Tengah yang bertempat dikota Semarang, Pekalongan, dan Surakarta. 4. Sumber data Data yang penulis pergunakan dalam penulisan skripsi ini meliputi: a. Data primer yang merupakan data yang pokok atau utama yang digunakan dalam penulisan skripsi. Dalam hal ini data diperoleh dari pengurus dan staf pegawai dari Yapertinus. b. Data sekunder merupakan data tambahan atau data yang digunakan untuk melengkapi data primer. Data sekunder biasanya berwujud data dokumentasi atau data laporan yang tersedia. Dalam hal ini peneliti menggunakan majalah dan bukubuku dari Yapertinus sebagai sumber data resmi serta buku-buku fiqh dan juga buku-buku lain yang berkaitan dengan penelitian ini.
5. Prosedur pengumpulan data Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Pengumpulan data tidak lain dari suatu proses pengadaan data primer untuk keperluan penelitian. (Nazir, 1988: 211) Dalam pengumpulan data disini, peneliti menggunakan beberapa metode, yaitu: a. Metode observasi atau pengamatan Langsung Pengumpulan data dengan observasi langsung atau dengan pengamatan langsung adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut. (Nazir, 1988: 212) Metode ini penulis gunakan sebagai langkah awal untuk mengetahui situasi serta kondisi mengenai objek penelitian. b. Metode wawancara Metode wawancara atau metode interview, mencakup cara yang digunakan kalau seseorang, untuk tujuan suatu tugas tertentu, mencoba
11
mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari seorang responden, dengan bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang itu.(Koentjaraningrat, 1986:129) Wawancara merupakan kegiatan atau metode pengumpulan data yang dilakukan dengan bertatapan langsung dengan responden, sama seperti penggunaan daftar pertanyaan. (Daniel, 2002: 143) Adapun metode wawancara yang dilakukan dengan tanya jawab secara lisan mengenai masalah-masalah yang ada dengan berpedoman pada daftar pertanyaan sebagai rujukan yang telah dirumuskan sebelumnya. Wawancara dilakukan dengan pengurus dan staf pegawai dari Yapertinus. c. Metode dokumentasi Metode ini dapat berbentuk gambar atau foto-foto dan rekaman hasil wawancara yang diperoleh peneliti dilapangan.
6. Analisis data Data mentah yang telah dikumpulkan oleh peneliti tidak akan ada gunanya jika tidak dianalisa. Analisa data merupakan bagian yang amat penting dalam metode ilmiah, karena dengan analisalah, data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian. (Nazir, 1988: 405) Dalam
analisis
ini
penulis
menggunakan
analisis
deskriptif
yang
mendeskripsikan tentang tinjauan dalam kitab-kitab fiqh yang bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Hadist.
7. Pengecekan keabsahan data Untuk mengecek keabsahan data, disini penulis menggunakan triangulasi sebagai teknik. Dimana pengertiannya adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
12
memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian. (Moleong, 2009: 330) Dalam
pengecekan
keabsahan
data
disini
dilakukan
dengan
cara
membandingkan observasi atau pengamatan langsung dengan wawancara terhadap para informan. Pengecekan keabsahan data dilakukan karena dikhawatirkan masih adanya kesalahan atau kekeliruan yang terlewati oleh peneliti.
8. Tahap-tahap penelitian Dalam penelitian ini dilakukan dengan berbagai tahap. Pertama pra lapangan, dimana peneliti menentukan topik penelitian, mencari informasi tentang ada tidaknya wakaf produktif di daerah tersebut. Tahap selanjutnya peneliti terjun langsung ke lapangan atau lokasi penelitian untuk mencari data informan dan pelaku serta melakukan observasi, dokumentasi dan wawancara terhadap informan. Tahap akhir yaitu penyusunan laporan atau penelitian dengan cara menganalisis data atau temuan dari penelitian kemudian memaparkannya dengan narasi deskriptif.
H. Sistematika Penulisan Untuk memudahkan dalam pembahasan dan pemahaman yang lebih lanjut dan jelas dalam membaca penelitian ini, maka disusunlah sistematika penulisan skripsi. Skripsi ini secara garis besar terdiri dari 3 bagian yaitu : bagian muka, bagian isi dan bagian akhir.
1. Bagian muka
Bagian muka berisi halaman sampul, lembar berlogo, halaman judul, halaman persetujuan pembimbing, halaman pengesahan kelulusan, pernyataan
13
keaslian tulisan, halaman motto, halaman persembahan, halaman abstrak, halaman kata pengantar, dan halaman daftar isi. 2. Bagian isi
Bagian isi terdiri dari V Bab yaitu Bab I Pendahuluan, Bab II Kajian Pustaka, Bab III Pelaksanaan Penelitian, Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, Bab V Penutup. Dari kelima bab tersebut dapat dirinci sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan, yang didalamnya menguraikan tentang; latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, metode penelitian yang berisi tentang pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan data, tahap-tahap penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II
Merupakan bagian dari isi skripsi, dimana akan dijelaskan tentang
penelitian terdahulu dan konsep wakaf yang terdiri atas : a) Perwakafan dalam
perspektif Fiqh, meliputi : Pengertian wakaf, dasar hukum wakaf, syarat wakaf, rukun wakaf, dan tata cara perwakafan, b) Perwakafan dalam perspektif Undang-undang No. 41 tahun 2004, meliputi : Pengertian wakaf, dasar hukum wakaf, syarat wakaf, rukun wakaf, dan tata cara perwakafan, c) Konsep Wakaf produktif d) Teori ekonomi Manajemen. Karena bab ini merupakan bab kajian pustaka sehingga bab ini keseluruhan menjelaskan tentang teori-teori yang berkaitan tentang penelitian ini. Bab III menguraikan tentang: hasil penelitian yaitu Profil Yayasan perguruan tinggi Nahdlatul Ulama’ Surakarta(Yapertinus), Gambaran umum pengelolaan wakaf
14
produktif di Yayasan perguruan tinggi Nahdlatul Ulama’ Surakarta dan pemanfaatan hasil wakaf produktif di Yayasan perguruan tinggi Nahdlatul Ulama’ Surakarta.
Bab IV Menguraikan tentang analisa pengelolaan wakaf produktif di Yapertinus dalam perspektif fiqh dan hukum positif.
Bab V Penutup berisi hasil pembahasan yang dirangkum dalam kesimpulan serta saran penulis. 3. Bagian akhir
Bagian akhir berisi daftar pustaka, daftar riwayat hidup dan lampiranlampiran.
15
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. PERWAKAFAN DALAM PERSPKTIF FIQH 1. Pengertian Wakaf Secara bahasa wakaf berasal dari kata “waqafa” atau “habasa” yang bisa diartikan dengan menahan. Ia merupakan kata yang berbentuk masdar yang pada dasarnya berarti menahan, berhenti, atau diam. Apabila kata tersebut dihubungkan dengan harta seperti tanah, binatang dan yang lain, ia berarti pembekuan hak milik untuk faedah tertentu. (Sabiq, 1987:153) Kata al-Waqf dalam bahasa Arab mengandung pengertian yaitu :
الىقف ثمعىً التحجُس والتسجُل Artinya : Menahan, menahan harta untuk diwakafkan, tidak dipindah milikkan. (Depag, 2007:1) Secara istilah, wakaf dapat dikemukakan dengan beberapa pengertian sebagai berikut :
ي حجس المبل وصرف مىفعخ فً سجُل اهلل
حجس االء صل وتسجُل الثمرح: وفً الشرع
Artinya: Wakaf menurut syara` yaitu menahan benda (barang) dan mempergunakan
hasilnya,
yakni
menahan
benda
dan
mempergunakan
manfaatnya di jalan Allah (fisabilillah). Maka wakaf menurut syara` berarti penahanan hak milik atas materi benda (al-„ain) untuk tujuan menyedekahkan manfaat atau faedahnya (almanfa„ah) di jalan Allah. Yang dimaksud dengan menahan dzat (asal) benda 16
adalah menahan barang yang diwakafkan agar tidak diwariskan, digunakan dalam bentuk dijual, dihibahkan, digadaikan, disewakan, dipinjamkan, dan sejenisnya. (Mughniyah, 1996:383) Sedangkan dalam buku-buku fiqh, para ulama berbeda pendapat dalam memberi pengertian wakaf. Perbedaan tersebut membawa akibat yang berbeda pada hukum yang ditimbulkan. Definisi wakaf menurut ahli fiqh adalah sebagai berikut : 1. Imam Abu Hanifah mengartikan wakaf sebagai menahan suatu benda yang menurut hukum tetap milik si waqif dalam rangka mempergunakan manfaatnya untuk kebajikan. Definisi wakaf tersebut menjelaskan bahwa kedudukan harta wakaf masih tetap tertahan atau terhenti di tangan waqif itu sendiri. Dengan artian, waqif masih menjadi pemilik harta yang diwakafkannya, bahkan diperbolehkan menarik kembali dan menjualnya. Si waqif apabila meninggal maka harta wakaf menjadi harta warisan bagi ahli warisnya, jadi yang timbul dari wakaf tersebut hanyalah “menyumbangkan manfaat”. 2. Madzhab Maliki berpendapat, wakaf itu tidak melepaskan harta yang diwakafkan dari kepemilikan waqif, akan tetapi wakaf tersebut mencegah waqif melakukan tindakan yang dapat melepaskan kepemilikannya atas harta tersebut kepada yang lain dan waqif berkewajiban menyedekahkan manfaatnya serta tidak boleh menarik kembali wakafnya. Maka dalam hal ini wakaf tersebut mencegah waqif menggunakan harta wakafnya selama masa tertentu sesuai dengan keinginan waqif ketika mengucapkan akad (sighat). Jadi pada dasarnya perwakafan ini berlaku untuk suatu masa
17
tertentu, dan karenanya tidak boleh disyaratkan sebagai wakaf kekal (selamanya). 3. Syafi„iyah dan Ahmad bin Hambal berpendapat bahwa wakaf adalah melepaskan harta yang diwakafkan dari kepemilikan waqif, setelah sempurna prosedur perwakafan. (Depag, 2003:2) Maka dalam hal ini wakaf secara otomatis memutuskan hak pengelolaan yang dimiliki oleh waqif untuk diserahkan kepada nadzir yang dibolehkan oleh syariah, dimana selanjutnya harta wakaf itu menjadi milik Allah. Dari beberapa definisi wakaf tersebut, dapat disimpulkan bahwa wakaf bertujuan untuk memberikan manfaat atau faedah harta yang diwakafkan kepada orang yang berhak dan dipergunakan sesuai dengan ajaran syariah Islam. Hal ini sesuai dengan fungsi wakaf yang disebutkan pasal 5 UU no. 41 tahun 2004 yang menyatakan bahwa wakaf berfungsi mewujudkan potensi dan manfaat ekonomis harta benda wakaf untuk kepentingan ibadah dan untuk memajukan kesejahteraan umum.
2. Dasar Hukum Wakaf Dalam Al-Qur‟an, kata wakaf sendiri tidak secara eksplisit disebutkan, akan tetapi keberadaannya diilhami oleh ayat-ayat Al-Qur`an dan contoh dari Rasulullah saw serta tradisi para sahabat. Dasar hukum wakaf tersebut adalah sebagai berikut: a. Al-Qur`an
Beberapa ayat yang telah mengilhami dan dapat digunakan sebagai pedoman atau dasar seseorang untuk melakukan ibadah wakaf, dan menjadikannya sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Ayatayat tersebut antara lain sebagai berikut: 18
1) Surat Ali Imran ayat 92 Artinya: Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. dan
apa
saja
yang
kamu
nafkahkan
Maka
Sesungguhnya
Allah
mengetahuinya.( Q.S ali ‘imran:92)
2)
Surat Al-Baqarah ayat 261
Artinya: Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang dia kehendaki. Dan Allah Maha luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.(Q.S :Al-Baqarah : 261)
3)
Surat Al-Baqarah ayat 267
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami
19
keluarkan dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu memilih yang burukburuk lalu kamu menafkahkan daripadanya, Padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji. (Q.S Al-Baqarah:267). b. Al-Hadits Adapun Hadis yang menjadi dasar dari wakaf yaitu:
صَدَ َق ٍة جَارِ َيةٍَاوْعِلْن يٌَْتَفَ ُع: ث ٍ َي ثَال ْ ِعوَُل َُ اِالَّ ه َ ت ابْى ادَ َم اًِْقَطَ َع َ اِذَا هَا )عوْ َل َُ (رواٍ هسلن ُ ْح يَد ٍ ِِب َِ َاوْ وَلَ ِد صَال Artinya:“Apabila anak Adam meninggal dunia maka terputuslah semua amalnya, kecuali tiga (macam), yaitu sedekah jariyah (yang mengalir terus), ilmu yang dimanfaatkan, atau anak shaleh yang mendoakannya.” (HR Muslim) (Muslim ibn Al-Hajjaj, 1992:1255) Hadist wakaf yang lain:
لٌا عي ًصار
: وروي عي عور بي شبه عي عور بي سعد بي هعاد قال سالم فقال الوهاجروى صدقة عور وقال ا
اول حبس فً ا
صدقة رسىل اهلل صلى اهلل عليه وسلن Artinya: Dan diriwayatkan dari Umar bin Syabah, dari Umar bin sa‟ad bin Muad berkata: “Kami bertanya tentang mula-mula wakaf dalam Islam? Orang Muhajirin mengatakan adalah wakaf Umar, sedangkan orangorang Ansor mengatakan adalah wakaf Rosulullah SAW.” 3. Rukun dan Syarat Wakaf
Wakaf dinyatakan sah apabila telah terpenuhi rukun dan syaratnya. Berikut ini akan dijelaskan mengenai rukun dan syarat yang ada dalam wakaf. 20
a. Rukun Wakaf
Dalam istilah fikih, rukun merupakan penyempurna sesuatu dan bagian dari sesuatu itu sendiri. Sedangkan menurut bahasa, rukun diterjemahkan dengan sisi yang terkuat atau sisi dari sesuatu yang menjadi tempat bertumpu. (Muhammad Abid Abdullah Al-Kabisi, 2004:87) Menurut para ulama, rukun wakaf atau unsur wakaf ada empat, yaitu: 1. Waqif (pihak yang mewakafkan hartanya). 2. Mauquf‟alaih (pihak yang diberi wakaf / peruntukan wakaf). 3. Mauquf bih (barang atau harta yang diwakafkan). 4. Shighat atau ikrar (pernyataan atau ikrar waqif sebagai suatu kehendak untuk mewakafkan sebagian harta bendanya). (Juhaya S. Praja, 1997:27) b. Syarat Wakaf
Dari rukun-rukun wakaf yang telah disebutkan diatas, masingmasing mempunyai syarat tersendiri yang harus dilakukan demi sahnya pelaksanaan wakaf, syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut : 1. Waqif (orang yang mewakafkan). Dalam hal ini syarat waqif adalah merdeka, berakal sehat, baligh (dewasa), tidak berada di bawah pengampuan. Karena waqif adalah pemilik sempurna harta yang diwakafkan, maka wakaf hanya bisa dilakukan jika tanahnya adalah milik sempurna waqif tersebut. 2. Mauquf bih (barang atau harta yang diwakafkan). Dalam perwakafan, agar dianggap sah maka harus memenuhi beberapa syarat sebagai berikut : a) Harta wakaf itu memiliki nilai (ada harganya). Maksudnya adalah dalam praktiknya harta tersebut dapat bernilai apabila telah dimiliki oleh seseorang, dan dapat dimanfaatkan dalam kondisi bagaimanapun.
21
b) Harta wakaf itu jelas bentuknya. Artinya diketahui dengan yakin ketika benda
tersebut
diwakafkan,
sehingga
tidak
akan
menimbulkan
persengketaan. c) Harta wakaf itu merupakan hak milik dari waqif. d) Harta wakaf itu berupa benda yang tidak bergerak, seperti tanah, atau benda yang disesuaikan dengan wakaf yang ada. 3. Maukuf ‘alaih (peruntukan wakaf). Wakaf harus dimanfaatkan dalam batasbatas yang diperbolehkan oleh Syariat Islam, karena pada dasarnya wakaf merupakan amal yang bertujuan mendekatkan manusia pada Tuhan. Untuk menghindari penyalahgunaan wakaf, maka waqif perlu menegaskan tujuan wakafnya. Apakah harta yang diwakafkan itu untuk menolong keluarganya sendiri sebagai wakaf keluarga, atau untuk fakir miskin, dan lain-lain, atau untuk kepentingan umum yang jelas tujuannya untuk kebaikan. 4. Shighat (ikrar wakaf). Pernyataan atau ikrar wakaf itu harus dinyatakan secara tegas baik lisan maupun tertulis, dengan redaksi “aku mewakafkan” atau kalimat yang semakna dengannya. Namun shighat wakaf cukup dengan ijab saja dari waqif dan tidak perlu qabul dari maukuf ‘alaih. Ikrar ini penting karena membawa implikasi gugurnya hak kepemilikan wakaf dan harta wakaf menjadi milik Allah atau milik umum yang dimanfaatkan sesuai dengan tujuan wakaf itu sendiri. Secara garis besar, syarat sahnya shighat ijab, baik lisan maupun tulisan ialah :
a) Shighat harus munjazah (terjadi seketika/selesai). Maksudnya ialah shighat tersebut menunjukan terjadi dan terlaksananya wakaf seketika setelah shighat ijab diucapkan atau ditulis.
22
b) Shighat tidak diikuti syarat batil (palsu). Maksudnya ialah syarat yang menodai atau mencederai dasar wakaf atau meniadakan hukumnya, yakni kelaziman dan keabadian.
c) Shighat tidak diikuti pembatasan waktu tertentu dengan kata lain bahwa wakaf tersebut untuk selamanya. Wakaf adalah shadaqah yang disyari’atkan untuk selamanya, jika dibatasi waktu berarti bertentangan dengan syari’at, oleh karena itu hukumnya tidak sah.
d) Tidak mengandung suatu pengertian untuk mencabut kembali wakaf yang sudah dilakukan. Selain syarat dan rukun harus dipenuhi, dalam perwakafan sebagaimana disebutkan di atas, kehadiran nadzir sebagai pihak yang diberi kepercayaan mengelola harta wakaf sangatlah penting. Walaupun para mujtahid tidak menjadikan nadzir sebagain salah satu rukun wakaf, namun para ulama sepakat bahwa waqif harus menunjuk nadzir wakaf, baik yang bersifat perseorangan maupun kelembagaan. Pengangkatan nadzir wakaf ini bertujuan agar harta wakaf tetap terjaga dan terurus, sehingga harta wakaf tidak sia-sia. Nadzir sebagai pihak yang bertugas untuk memelihara dan mengurusi wakaf mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam perwakafan. Sedemikian pentingnya kedudukan nadzir dalam perwakafan, sehingga berfungsi tidaknya benda wakaf tergantung pada nadzir itu sendiri. Untuk itu, sebagai instrumen penting dalam perwakafan, nadzir harus memenuhi syarat-syarat yang memungkinkan, agar wakaf dapat diberdayakan sebagaimana mestinya. Untuk lebih jelasnya persyaratan Nadzir wakaf itu dapat diungkapkan sebagai berikut :
a. Syarat moral
23
1) Paham tentang hukum wakaf dan ZIS, baik dalam tinjauan syari’ah maupun perundang-undangan RI. 2) Jujur, amanah dan adil sehingga dapat dipercaya dalam proses pengelolaan dan tepat sasaran kepada tujuan wakaf. 3) Tahan godaan terutama menyangkut perkembangan usaha. 4) Pilihan, sungguh-sungguh dan suka tantangan. 5) Punya kecerdasan, baik emosional maupun spiritual.
b. Syarat manajemen 1) Mempunyai kapasitas dan kapabilitas yang baik dalam leadership. 2) Visioner. 3) Mempunyai kecerdasan yang baik secara intelektual yang baik secara intelektual, sosial dan pemberdayaan. 4) Profesional dalam pengelolaan harta.
c. Syarat bisnis 1) Mempunyai keinginan. 2) Mempunyai pengalaman dan atau siap untuk dimagangkan. 3) Punya ketajaman melihat peluang usaha sebagaimana layaknya entrepreneur. Dari persyaratan yang telah dikemukakan diatas menunjukan bahwa nadzir menempati pada pos yang sangat sentral dalam pola pengelolaan harta wakaf. Ditinjau dari segi tugas nadzir, dimana dia berkewajiban untuk menjaga, mengembangkan dan melestarikan manfaat dari harta yang diwakafkan bagi orang-orang yang berhak menerimanya, jadi jelas berfungsi atau tidaknya wakaf bergantung pada peran nadzir. (Depag, 2007:49-52)
4. Macam-macam Wakaf
24
Bila ditinjau dari segi peruntukkan ditunjukkan kepada siapa wakaf itu, maka wakaf dapat dibagi menjadi dua macam: 1. Wakaf Ahli Yaitu Wakaf yang ditunjukkan kepada orang-orang tertentu, seseorang atau lebih, keluarga si waqif atau bukan. Wakaf seperti ini juga disebut Wakaf Dzurri. Apabila ada seseorang yang mewakafkan sebidang tanah kepada anaknya, lalu kepada cucunya, wakafnya sah dan yang berhak yang mengambil manfaatnya adalah mereka yang ditunjuk dalam pernyataan wakaf. Dalam satu segi, wakaf dzurri ini baik sekali, karena si waqif akan mendapat dua kebaikan dari amal ibadah wakafnya, juga kebaikan dari silaturahmi terhadap keluarga yang diberikan harta wakaf. 2. Wakaf Khairi Yaitu, Wakaf yang secara tegas untuk kepentingan keagaman atau kemasyarakatan (kebajikan umum), seperti wakaf yang diserahkan untuk keperluan pembangunan masjid, sekolah, jembatan, rumah sakit, panti asuhan anak yatim dan lain sebagainya. (Muhammad Daud Ali, 1988: 89-90)
B. PERWAKAFAN DALAM PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004
Dalam kaitannya dengan permasalahan yang peneliti angkat, maka Undangundang No.41 Tahun 2004 Tentang Wakaf sebagai undang-undang terbaru perlu untuk sebagai tambahan wawasan karena dibandingkan dengan undang-undang sebelumnya, undang-undang ini lebih lengkap, pasal-pasal yang berkaitan dengan permasalahan penelitian ini antara lain sebagai berikut: 1. Pengertian Wakaf
25
Pengertian dari wakaf dan beberapa istilah yang berkaitan dengan bidang perwakafan tercantum dalam pasal 1 yang bunyinya sebagai berikut: a) Wakaf adalah perbuatan hukum waqif untuk memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya
atau
untuk
jangka
waktu
tertentu
sesuai
dengan
kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut syariah. b) Waqif adalah pihak yang mewakafkan harta benda miliknya. c) Ikrar Wakaf adalah pernyataan kehendak waqif yang diucapkan secara lisan dan/atau tulisan kepada Nadzir untuk mewakafkan harta benda miliknya. d) Nadzir adalah pihak yang menerima harta benda wakaf dari Waqif untuk dikelola dan dikembangkan sesuai dengan peruntukannya. e) Harta Benda Wakaf adalah harta benda yang memiliki daya tahan lama dan atau manfaat jangka panjang serta mempunyai nilai ekonomi menurut syariah yang diwakafkan oleh Waqif. f) Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf, selanjutnya disingkat PPAIW, adalah pejabat berwenang yang ditetapkan oleh Menteri untuk membuat akta ikrar wakaf. g) Badan
Wakaf
Indonesia
adalah
lembaga
independen
untuk
mengembangkan perwakafan di Indonesia. h) Pemerintah adalah perangkat Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas Presiden beserta para menteri. i) Menteri adalah menteri yang bertanggung jawab di bidang agama. 2. Dasar Hukum Wakaf
26
Dasar hukum wakaf dalam Undang-undang RI Nomor 41 tahun 2004 terdapat pada : a. Pasal 2, bahwa Wakaf sah apabila dilaksanakan menurut syariah. b. Pasal 3, berbunyi bahwa Wakaf yang telah diikrarkan tidak dapat dibatalkan. 3. Unsur dan Syarat Wakaf Menurut Undang-undang RI Nomor 41 tahun 2004, unsur dan syarat yang harus dipenuhi dalam wakaf adalah : Unsur wakaf dalam pasal 6, yaitu sebagai berikut: a. Waqif; b. Nadzir; c. Harta Benda Wakaf; d. Ikrar Wakaf; e. peruntukan harta benda wakaf; f. jangka waktu wakaf. Sedangkan yang bertindak sebagai waqif dalam pasal 7 meliputi : a. Perseorangan; Waqif perseorangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf a hanya dapat melakukan wakaf apabila memenuhi persyaratan: 1. dewasa; 2. berakal sehat; 3. tidak terhalang melakukan perbuatan hukum; dan 4. pemilik sah harta benda wakaf. b. Organisasi;
27
Waqif organisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf b hanya dapat melakukan wakaf apabila memenuhi ketentuan organisasi untuk mewakafkan harta benda wakaf milik organisasi sesuai dengan anggaran dasar organisasi yang bersangkutan. c. Badan hukum. Waqif badan hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf c hanya dapat melakukan. wakaf apabila memenuhi ketentuan badan hukum untuk mewakafkan harta benda wakaf milik badan hukum sesuai dengan anggaran dasar badan hukum yang bersangkutan. Sedangkan untuk syarat dari harta benda wakaf tercantum dalam pasal 15 yang berbunyi : Harta benda wakaf hanya dapat diwakafkan apabila dimiliki dan dikuasai oleh Waqif secara sah. 4. Macam-macam Wakaf Macam-macam wakaf disebutkan dalam pasal 16 ayat 1, yaitu : 1) Harta benda wakaf terdiri dari: a. Benda tidak bergerak; dan b. Benda bergerak. Dalam pasal 16 ayat 2 dan 3 disebutkan macam benda bergerak dan benda tidak bergerak yaitu : 1. Benda tidak bergerak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. Hak atas tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan yang berlaku baik yang sudah maupun yang belum terdaftar; b. Bangunan atau bagian bangunan yang berdiri di atas tanah sebagaimana dimaksud pada huruf a;
28
c. tanaman dan benda lain yang berkaitan dengan tanah; d. hak milik atas satuan rumah susun sesuai dengan ketentuan peraturan perundang.undangan yang berlaku; e. benda tidak bergerak lain sesuai dengan ketentuan syariah dan peraturan perundang.undangan yang berlaku. 2. Benda bergerak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b adalah harta
benda yang tidak bisa habis karena dikonsumsi, meliputi: a. Uang; b. Logam mulia; c. Surat berharga; d. kendaraan; e. Hak atas kekayaan intelektual; f. Hak sewa; dan g. Benda bergerak lain sesuai dengan ketentuan syariah dan h. Peraturan perundang.undangan yang berlaku. 5. Pendaftaran dan Pengumuman Harta Benda Wakaf Tata cara pendaftaran wakaf dalam Undang-undang wakaf Nomor 41 Tahun 2004 : 1. Pasal 32 : PPAIW atas nama Nadzir mendaftarkan harta benda wakaf kepada Instansi yang berwenang paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak akta ikrar wakaf ditandatangani. 2. Pasal 33 : Dalam pendaftaran harta benda wakaf sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32, PPAIW menyerahkan : Salinan akta ikrar wakaf; surat-surat dan/atau bukti-bukti kepemilikan dan dokumen terkait lainnya. 29
3. Pasal 34 : Instansi yang berwenang menerbitkan bukti pendaftaran harta benda wakaf. 4. Pasal 35 : Bukti pendaftaran harta benda wakaf sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 disampaikan oleh PPAIW kepada Nadzir. 5. Pasal 36 : Dalam hal harta benda wakaf ditukar atau diubah peruntukannya, Nadzir melalui PPAIW mendaftarkan kembali kepada Instansi yang berwenang dan Badan Wakaf Indonesia atas harta benda wakaf yang ditukar atau diubah peruntukannya itu sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam tata cara pendaftaran harta benda wakaf. 6. Pasal 37 : Menteri dan Badan Wakaf Indonesia mengadministrasikan pendaftaran harta benda wakaf. 7. Pasal 38 : Menteri dan Badan Wakaf Indonesia mengumumkan kepada masyarakat harta benda wakaf yang telah terdaftar.
C. KONSEP WAKAF PRODUKTIF 1. Pengertian Wakaf Produktif Wakaf produktif adalah harta benda atau pokok tetap yang diwakafkan untuk dipergunakan dalam kegiatan produksi dan hasilnya di salurkan sesuai dengan tujuan wakaf. seperti
wakaf tanah untuk digunakan bercocok tanam,
Mata air untuk dijual airnya dan lain – lain. 2. Macam – Macam Wakaf Produktif 1) Wakaf Uang
30
Wakaf uang dalam bentuknya, dipandang sebagai salah satu solusi yang dapat membuat wakaf menjadi lebih produktif, Karena uang disini tidak lagi dijadikan alat tukar menukar saja. Wakaf uang dipandang dapat memunculkan suatu hasil yang lebih banyak. Mazhab Hanafi dan Maliki mengemukakan tentang kebolehan wakaf uang, sebagaimana yang disebut Al –Mawardi :
عه اةٌ ثى روي الشب فعً فً جىازوقفهب اي الد وب والد رهم Artinya : “Abu Tsaur meriwayatkan dari imam syafi‟I tentang kebolehan wakaf dinar dan dirham.” Dari Wahbah az- Zuhaily, dalam kitab Al- fiqh islamy wa adilatuhu menyebutkan bahwa mazhab Hanafi membolehkan wakaf uang karena uang yang menjadi modal usaha itu, dapat bertahan lama dan banyak manfaatnya untuk kemaslahatan umat. Secara umum definisi wakaf tunai adalah penyerahan asset wakaf berupa uang tunai yang tidak dapat dipindah tangankan dan dibekukan untuk selain kepentingan umum yang tidak mengurangi ataupun jumlah pokoknya. Di Indonesia wakaf uang tunai relatif baru dikenal. Munculnya gagasan wakaf tunai memang mengejutkan, karena berlawanan dengan persepsi umat Islam yang terbentuk bertahun-tahgun lamanya. Wakaf tunai bukan merupakan asset tetap yang berbentuk benda tak bergerak seperti tanah, melainkan aset lancar. (Depag, 2007:34) Wakaf uang tunai adalah objek wakaf selain tanah maupun bangunan yang merupakan harta tak bergerak. Wakaf dalam bentuk uang tunai dibolehkan, dan dalam prakteknya sudah dilaksanakan oleh umat islam. 2) Wakaf Saham 31
Saham sebagai barang yang bergerak juga dipandang mampu menstimulus hasil – hasil yang dapat didedikasikan untuk umat, Bahkan dengan modal yang besar, Saham malah justru akan memberi kontribusi yang cukup besar dibandingkan jenis perdagangan yang lain. 3. Tujuan Kepengurusan Wakaf Produktif Kepengurusan wakaf adalah kepengurusan yang memberikan pembinaan dan pelayanan terhadap sejumlah harta yang dikhususkan untuk merealisasikan tujuan tertentu. Tujuan merealisasikan tersebut sebesar mungkin perolehan manfaat untuk tujuan yang telah ditentukan pada harta tersebut. Untuk itu tujuan kepengurusan wakaf dapat disimpulkan sebagai berikut: a) Meningkatkan kelayakan produksi harta wakaf, sehingga mencapai target ideal untuk memberi manfaat sebesar mungkin. b) Melindungi pokok – pokok harta wakaf dengan mengadakan pemeliharaan dan penjagaan yang baik dalam menginvestasikan harta wakaf. c) Melaksanakan tugas distribusi hasil wakaf dengan baik kepada tujun wakaf yang telah ditentukan. d) Berpegang teguh pada syarat - syarat wakaf. e) Memberi penjelasan kepada para dermawan dan mendorong mereka untuk melakukan wakaf baru. 4. Strategi Pengelolaan Wakaf Produktif a) Peraturan perundangan perwakafan Sebelum lahir UU No. 41 tahun 2004 tentang wakaf. Perwakafan di Indonesia diatur dalam PP No. 28 tahun 1977 tentang perwakafan tanah milik
32
dan sedikit tercover dalam UU No. 5 tahun 1960 tentang peraturan pokok agrarian. b) Pembentukan badan wakaf Indonesia Untuk konteks Indonesia, lembaga wakaf yang secara khusus akan mengelola dana wakaf dan beroperasi secara nasional itu berupa Badan Wakaf Indonesia ( BWI ). Tugas dari lembaga ini adalah mengkoordinir nadzir – nadzir ( membina ) yang sudah ada atau mengelola secara mandiri terhadap harta wakaf yang dipercayakan kepadanya, khususnya wakaf tunai. c) Pembentukan kemitraan usaha Untuk mendukung keberhasilan pengembangan aspek produktif dari dana wakaf tunai, perlu diarahkan model pemanfaatan dana tersebut kepada sektor usaha yang produktif dan lembaga usaha yang memiliki reputasi yang baik. Salah satunya dengan membentuk dan menjalin kerjasama dengan perusahaan modal ventura. d) Penerbitan sertifikat wakaf tunai Manfaat lain dari sertifikat wakaf tunai ialah dapat mengubah kebiasaan lama, dimana kesempatan wakaf itu seolah – olah hanya untuk orang kaya saja. Karena sertifikat wakaf tunai seperti yang diterbitkan oleh Bank dibuat dalam denominasi sekitar US$21. maka sertifikat tersebut dapat dibeli oleh sebagian masyarakat muslim. Dipandang dari sisi lain, maka penerbitan sertifikat wakaf tunai dapat diharapkan menjadi sarana bagi rekontruksi sosial dan pembangunan, dimana mayoritas penduduk dapat ikut berpartisipasi. 5. Program Pengelolaan Wakaf Produktif 1. Program jangka pendek 33
Dalam rangka mengembangkan tanah wakaf secara produktif, satu hal yang dilakukan olah pemerintah dalam program jangka pendek adalah membentuk Badan Wakaf Indonesia (BWI). Keberadaan badan wakaf Indonesia mempunyai posisi yang sangat strategis dalam memperdayakan wakaf secara produktif. Pembentukan BWI bertujuan untuk menyelenggarakan koordinasi dengan nadzir dan Pembina manajemen wakaf secara nasional maupun internasional. 2. Program jangka menengah dan panjang Dengan mengembangkan lembaga – lembaga nadzir yang sudah ada agar lebih profesional dan amanah. Dalam rangka upaya tersebut, badan wakaf Indonesia yang berfungsi sebagai pengkoordinir lembaga perwakafan harus memberikan dukungan manajemen bagi pelaksanaan pengelolaan tanah – tanah produktif. Seperti : a. Dukungan sumber daya manusia b. Dukungan advokasi c. Dukungan keuangan d. Dukungan pengawasan 6. Pemberdayaan tanah wakaf produktif Tanah – tanah wakaf produktif yang sudah inventarisir oleh departemen agama RI yang meliputi seluruh Indonesia dapat diberdayakan secara maksimal dalam bentuk : a. Aset wakaf yang menghasilkan produk barang atau jasa. b. Aset wakaf yang berbentuk investasi usaha. 34
D. TEORI EKONOMI MANAJEMEN Ketika berbicara mengenai stratifikasi dalam sistem ekonomi dapat diketahui bahwa ada 3 strata ekonomi, pertama adalah pemilik modal yang oleh Weber disebut sebagai kapitalis. Lapisan kedua adalah pemuka dunia usaha, pedagang, pengrajin, dan kelas menengah yang terdiri dari orang-orang bisnis. Dan ketiga, pegawai atau karyawan dalam perusahaan-perusahaan modern. Suatu sistem manajemen atau sistem sosial yang baik adalah suatu sistem, dimana setiap anggota masyarakat atau suatu organisasi (termasuk perusahaan) dapat menjalankan kegiatannya masing-masing atas dasar kesadaran pengetahuan dan pengertian yang dapat mereka ketahui dari sistem hukum dan peraturan yang berlaku, tanpa banyak tekanan, paksaan atau pengawasan. (Raharjo, 1990:72) Dari sistem manajemen diatas diketahui bahwa fungsi manajemen adalah elemenelemen dasar yang akan selalu ada dan melekat di dalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan. Fungsi manajemen pertama kali diperkenalkan oleh seorang industrialis Perancis bernama Henry Fayol pada awal abad ke-20. Ketika itu, ia menyebutkan lima fungsi manajemen, yaitu merancang, mengorganisir, memerintah, mengordinasi, dan mengendalikan. Namun saat ini, kelima fungsi tersebut telah diringkas menjadi tiga, yaitu: 1. Perencanaan (planning) adalah memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan sumber yang dimiliki. Perencanaan dilakukan untuk menentukan tujuan perusahaan secara keseluruhan dan cara terbaik untuk memenuhi tujuan itu. Manajer mengevaluasi berbagai rencana alternatif sebelum mengambil tindakan dan kemudian melihat apakah rencana yang dipilih cocok dan dapat digunakan untuk memenuhi tujuan perusahaan. Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan, fungsi-fungsi lainnya tak dapat berjalan.
35
2. Pengorganisasian (organizing) dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil. Pengorganisasian mempermudah manajer dalam melakukan pengawasan dan menentukan orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas yang telah dibagi-bagi tersebut. Pengorganisasian dapat dilakukan dengan cara menentukan tugas apa yang harus dikerjakan, siapa yang harus mengerjakannya, bagaimana tugas-tugas tersebut dikelompokkan, siapa yang bertanggung jawab atas tugas tersebut, pada tingkatan mana keputusan harus diambil. 3. Pengarahan (directing) adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan perencanaan manajerial dan usaha.
36
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Profil Yayasan Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama’ Surakarta (Yapertinus) 1. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di dua tempat, yaitu di kantor yayasan perguruan tinggi Nahdlatul Ulama’ yang berada 1 lokasi dengan kampus 1 UNU yaitu di Jl. Dr. Wahidin 05/VI Penumping Laweyan Surakarta 57141, Telp./Fax (0271) 717954, dan di kampus 2 UNU yang berada di jln. Tambora no.1 A Mojosongo Surakarta. 2. Sejarah Berdirinya Yayasan Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama’ Surakarta (Yapertinus) Yayasan perguruan tinggi Nahdlatul Ulama’ berdiri atas inisiatif para pendiri Ulama’ NU yang ada di Surakarta. Hal ini timbul karena adanya keprihatinan ulama’ NU dengan bermunculannya berbagai macam aliran yang melenceng jauh dari Agama Islam. Yayasan ini didirikan dengan tujuan mendirikan Perguruan Tinggi Islam yang berasaskan Nahdlatul Ulama’. Pendirian perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama’ diawali dengan dibentuknya panitia pendiri perguruan tinggi. Pada tanggal 2 Maret 1958, panitia pendiri perguruan tinggi tersebut terbentuk. Susunan kepanitiaan terdiri atas : I.
Ketua : KH.R Chasbullah (Jakarta)
II.
Wakil Ketua : KRM Dimyati al-Karim (Surakarta)
III.
Sekretaris : R Suprapto (Surakarta)
IV.
Wakil Sekretaris : A Sarnadi (Surakarta)
V.
Bendahara : KM Muhtar Rosidi (Surakarta)
VI.
Wakil Bendahara : KH A Mudzakir (Surakarta), dan
VII.
Pembantu kepanitiaan ada dua orang. Yaitu Ruhani (Surakarta) dan H Mustahal Ahmad BA (Surakarta).
37
Pada mulanya, perguruan tinggi itu bernama Universitas Nahdhatul Ulama dengan kepanjangan UNNU. UNNU Surakarta diresmikan oleh Presiden RI pertama Soekarno, pada 2 Oktober 1958. Keinginan mewujudkan UNNU Surakarta ternyata mendapat sambutan hangat dari tokoh nasional saat itu. Panitia berkonsultasi ke Jakarta pada tanggal 13 – 14 Mei 1958. Sejumlah pejabat dan tokoh berhasil ditemui. Seperti Menteri Agama saat itu, KH Maskur, Wakil Perdana Menteri II, Dr KH Idahm Cholid, KH Syefuddin Zuhri (sekjen PBNU kala itu), Ketua PB LP Maa’rif Abdul Azis Diyar, dan KH Abdul Wahab Chabullah selaku rais aam. Selain itu, Hamid Widjaya, Imron Rosjadi dan lain-lain menyambut dengan suka cita atas rencana pendirian UNNU tersebut. Mereka mendukung dengan pemikiran dan harta benda yang tidak sedikit. Enam tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1964, UNNU Surakarta mendapat status diakui (ijazahnya sama dengan ijazah negeri). Pengakuan status diakui itu ditandai dengan keluarnya SK Menteri Agama RI Nomor 38 tahun 1964. Kemudian, mengingat kondisi Universitas NU Surakarta yang sejak tahun 1991 berubah menjadi IAINU Surakarta, belum bisa memenuhi isi keputusan Menag RI Nomor 53 tahun 1994, maka namanya berubah menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdhatul Ulama (STAINU) Surakarta. Perubahan itu melalui keputusan Yayasan Perguruan Tinggi Islam Nahdhatul Ulama Surakarta Nomor : 001/YAP/SK-1/III/1994 tanggal 22 Maret 1994. Dalam sejarahnya, UNNU pernah memberi gelar Doktor Honoris Causa dalam Ilmu Hukum Islam (Syariah). Doktor honoris causa itu diberikan kepada dua guru besar Universitas al-Azhar Cairo, Mesir. Yakni, Prof Dr Mas’ud dan Prof Dr Basrowi. Selain
itu,
perguruan
tinggi
tersebut
juga
pernah
mengirimkan
mahasiswanya untuk belajar ke Timur Tengah. Mahasiswa yang dikirimkan itu mendapat
38
beasiswa untuk belajar ke Mesir, Madinah dan Makkah. Sejumlah nama mahasiswa UNNU yang pernah dikirim ke Timur Tengah saat ini menjadi dosen tetap dan dosen tidak tetap di UNU. Mereka antara lain Hj Aminatun, M. Imam Syuhuri MA, KH Mahdi Salam, Lc dan Drs H Ma’mun, Muhamad Murai LML. Selain itu, ada almarhum KH Irfan Zidni MA yang pernah menjabat sebagai salah satu pengurus PBNU. 3. Administrasi Yayasan Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama’ Surakarta (Yapertinus) Universitas Nahdlatul Ulama Surakarta yang diselenggarakan oleh Yayasan Perguruan Tinggi Islam Nahdlatul Ulama Surakarta berdasarkan Akte Notaris R. Soegondo Notodisoerjo dengan Akte Notaris Nomor : 02 Tanggal 2 Agustus 1960. Alamat Yayasan di Jl. Dr. Wahidin 5/VI Penumping Laweyan Surakarta 57141, Telp./Fax (0271) 717954. Dengan Rekening Bank BNI 1946 Cabang Klewer No. Rek. 227.008015017.901 Untuk pertama kali susunan pengurus Yayasan Perguruan Tinggi Islam Nahdlatul Ulama Surakarta berdasarkan Akte Notaris tersebut, pasal VI ayat (4) adalah sebagai berikut : Tabel I: Susunan Pengurus Yapertinus Tahun 1960 1.
Ketua
Kjai Muchtar Rosjidi
2.
Sekretaris
H. Mustahal Achmad
3.
Bendahara
Sarnadi Imam Mursidi
4.
Anggota
1. Kjai Mohammad Al Karim 2. Kjai Sadjadi
Kemudian pembaharuan Akte Notaris dihadapan Notaris Soehartinah Ramli, S.H. dengan Akte Notaris Nomor 63 tanggal 23 April 1985, maka susunan 39
pengurus Yayasan Perguruan Tinggi Islam Nahdlatul Ulama Surakarta berdasarkan akte Notaris tersebut sebagai berikut :
Tabel II: Susunan Pengurus Yapertinus Tahun 1985 1.
Ketua
Wail Haris Sugiyanto, S.H
2.
Wakil Ketua I
H. Muh. Husnun
3.
Wakil Ketua II
H. Moh. Mahmudi Shiddiq
4.
Sekretaris
H. Machsun Musyafa’, BA
5.
Wakil Sekretaris
Drs. H. Luqman Suryani
6.
Bendahara
H. Muthohar
7.
Wk. Bendahara I
H. Abdul Wahab Siddiq, Lc.
8.
Wk. Bendahara II
H. Salamun Thohir
9.
Pembantu Umum
Abdurrahman Yusuf
Untuk periode 1994-2000 UNU Surakarta dipegang KH Abdul Wahab Shiddiq Lc. Pembantu Ketua Bidang Akademik dipercayakan kepada Drs. A Dardiri Hasyim SH, Pembantu Ketua Bidang Administrasi dan Keuangan dipercayakan kepada Drs A Mufrod Teguh Mulyo, dan Pembantu Ketua Bidang Alumni dan Kemahasiswaan di pegang Drs Suyono & M. Musyafa. Jabatan Rektor UNU periode 2000-2010 dipercayakan kepada KH Mahfudz Ridhwan MA. Dan untuk rektor periode 2010-2014 dipegang Dr KH Ahmad Mufrod Teguh Mulyo MH. Kini universitas yang diresmikan Presiden Soekarno pada 2 Oktober 1958 itu terus berbenah dan melengkapi sejumlah sarana dan prasarana. Hingga awal
40
tahun 2012 ini, UNU Surakarta telah meluluskan 2. 565 sarjana dan sarjana muda serta 368 magister. Untuk periode sekarang ini yang menjabat sebagai pengurus Yayasan Perguruan Tinggi Islam Nahdlatul Ulama Surakarta adalah :
a) Ketua: DR. H. SUPARMAN IBRAHIM ABDULLAH, MSC b) Sekretaris: DRS. H.M. IDRIS PURWANTO, MM c) Bendahara: H. HUSSEIN SYIFA',SE d) Dewan pendiri : KH. Drs. Abdul Rozaq Shofawi e) Dewan Pengawas : KH. Machsun Musyafa‟, BA.
Sedangkan Kepengurusan UNU Surakarta sekarang ini adalah :
a) Rektor/Ketua/Direktur: MUFROD TEGUH MULYO, M.H. b) Pembantu/Wakil I: MUHAMMAD YASIN, M.Pd c) Pembantu/Wakil II: LINTANG PAMUGAR MUKTI AJI, S.E. d) Pembantu/Wakil III: AGUS SRIYANTO, M.Si e) Pembantu/Wakil IV: -
Visi Perguruan Tinggi: Menjadi Perguruan Tinggi Islam terbaik di Indonesia yang berwawasan kebangsaan dan mampu mencetak kader-kader ilmuwan yang menguasai IPTEK dengan berlandaskan IMTAQ (iman dan taqwa) , sehingga bisa beramal dan berilmu amaliyah.
Misi Perguruan Tinggi:
41
Mengembangkan suatu masyarakat belajar yang Islami, berorientasi kebangsaan serta mengembangkan potensi tertentu (sebagai a alearning and a competency base university). Mendidik calon sarjana muslim berakhlakul karimah dabn berkemampuan memahami Islam serta ber-IPTEK seiring dengan perkembangan zaman dengan tetap berpegang teguh kepada akhlakul karimah.
UNU Surakarta sebagai perguruan tinggi Islam yang berwawasan kebangsaan mempunyai 4 tujuan, yaitu :
1. Mencetak kader ilmuwan, 2. Menghasilkan intelektual Muslim, 3. Memiliki keunggulan kompetitif, dan 4. Mampu memanfaatkan serta mengembangkan ilmu pengetahuan.
Dalam perkembangannya, pada tahun 2000 STAINU Surakarta statusnya kembali berubah menjadi Universitas Nahdhatul Ulama (UNU) Surakarta. Berdasarkan SK Mendiknas RI Nomor 180/D/0/2000 UNU Surakarta membuka beberapa fakultas dan program studi baru, diantaranya :
1. Fakultas Agama Islam a.
Jurusan Ahwal Al Syakhsyiyah (S.1)
b.
Jurusan Pendidikan Agama Islam (S.1)
2. Fakultas Teknik a.
Program Studi Teknik Mesin (S.1)
b.
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota (S.1)
3. Fakultas MIPA
42
a.
Program Studi Statistika (S.1)
4. Ilmu Hukum a.
Program Studi Ilmu Hukum (S.1)
5. Fakultas Ekonomi a.
Program Studi Manajemen (S.1)
b.
Program Studi Manajemen Pemasaran (D.3)
c.
Program Studi Akuntansi (D.3)
6. Prog. Pascasarjana Magister Pendidikan Islam (MPI)
B. Gambaran Umum Pengelolaan Wakaf Produktif di Yayasan Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama’ Surakarta (Yapertinus). 1. Latar Belakang Berdirinya wakaf produktif di bumi Mojosongo ini bermula dari adanya wakaf uang atau wakaf tunai dari seorang Nasrani yang bernama Robby Semampo. Pada tahun 1999 dia tertarik dengan konsep wakaf dan mengeluarkan wakaf sebesar 200 juta, kemudian disusul PT Sritek dan PT Sari Warna yang masing-masing juga mengeluarkan wakaf 200 juta. Terakhir di tambah oleh Sofyan Wanandi sebesar 1, 4 Milyar sehingga dana wakaf tunai yang terkumpul waktu itu sebesar 2 Milyar. Wakaf tunai sebesar 2 Milyar tadi oleh Yapertinus dipergunakan untuk membeli tanah di jln. Tambora no.1 A Mojosongo Surakarta seluas 1, 5 Ha. Rencananya atas saran dari KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) akan di bangun sekolah atau perguruan tinggi. Untuk dana pembangunannya Sofyan Wanandi menyanggupi akan mengucurkan dana sebesar 35 Milyar, dengan syarat Yapertinus harus punya uang 2 Milyar untuk membuat maket gedung perguruan tinggi yang akan dibangun dan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) di atas tanah tersebut.
43
Pada tahun 2000 karena suatu sebab Sofyan Wanandi batal mengucurkan dana pembangunan gedung perguruan tinggi. Atas rekomendasi Gus Dur yang ketika itu menjabat sebagai Presiden RI, Yapertinus mendapatkan dana pembangunan diatas tanah wakaf tersebut dari Badan Wakaf Indonesia (BWI) sebagai salah satu proyek percontohan yang diadakan oleh Kementerian Agama pada waktu itu. Setelah diadakan rapat Yayasan disepakati diatas tanah wakaf tersebut akan di bangun sebuah gedung serba guna dan 2 ruko yang nantinya akan disewakan, hal tersebut di setujui oleh BWI dan Kementerian Agama. Namun pembangunan gedung ini baru dapat direalisasikan pada tahun 2008 dan selesai tahun 2009. Kementerian Agama mengadakan proyek percontohan wakaf produktif dengan tujuan untuk memberikan contoh kepada Nadzir-Nadzir dalam mengelola harta wakaf agar lebih produktif, bernilai ekonomis, dan berkelanjutan sehingga lebih bermanfaat bagi umat. Proyek ini disebar di beberapa kota di Indonesia, yaitu di Pekalongan, Semarang dan Surakarta. Rencananya Kementerian Agama akan meresmikan gedung ini bersamaan dengan peresmian proyek percontohan wakaf produktif yang ada di Pekalongan dan Semarang, namun sampai sekarang peresmian gedung tersebut belum juga dilaksanakan. 2. Pengelolaan Wakaf Produktif di Yayasan Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama’ Surakarta (Yapertinus) Pada tahun 2009 meskipun belum diresmikan sewa gedung dan ruko sudah mulai di operasionalkan. Yang bertindak sebagai Pengelola/ Penanggung jawab wakaf produktif di Mojosongo adalah KH. Machsun Musyafa’, BA. Di Yayasan beliau menjabat sebagai Dewan Pengawas. Dalam pengelolaannya beliau dibantu beberapa staf diantaranya :
44
Tabel III: Susunan Pengurus Wakaf Produktif Yapertinus Tahun 2012 1.
Pengelola/Bendahara
KH. Machsun Musyafa’, BA
2.
Sekretaris
Agus Najib Fahmi
3.
Sie. Keamanan
Hariyanto
4.
Sie. Kebersihan
Sugeng
Sumber : Wawancara dengan Pengelola
Untuk gedung serba guna disewakan 2 juta persekali pakai, sedangkan untuk ruko disewakan seharga 5 juta pertahun. Ruko ditentukan masa sewa minimal 2 tahun dan maksimal 5 tahun, setelah 5 tahun sewa ruko tersebut dapat diperpanjang dengan akad baru dan harga sewa yang ditentukan mengikuti harga sewa ruko pada umumnya. Pada tahun pertama sewa ruko hanya 2 juta pertahun dikarenakan bangunan ruko belum sempurna dan si penyewa harus menyempurnakan sendiri bangunan tersebut. Yang menyewa ruko percontohan wakaf produktif, yaitu : a. Penny (Toko baju) b. Tukiman Hadi Suwito (Warung Sate) Pada tahun 2010, pengelola mengadakan pengembangan. Hasil rapat Yayasan menginginkan tanah wakaf tersebut untuk dipagari, karena di atas tanah tersebut semakin banyak didirikan lapak-lapak liar oleh warga setempat tanpa izin dari pengelola. Oleh pengelola orang-orang yang menempati lapak-lapak liar tersebut di
45
undang dalam suatu pertemuan untuk diberikan penjelasan tentang wakaf produkrif dan ditawarkan untuk membangun kios permanen. Para pemakai kios hanya harus membayar 15 juta untuk membangun kios permanen, dan oleh pengelola akan diberikan kompensasi gratis sewa selama 5 tahun dengan syarat setelah 5 tahun kios tersebut diwakafkan kepada Yapertinus. Setelah diadakan pertemuan kurang lebih lima kali para pemilik kios sepakat dengan penawaran pengelola dan mulai dibangunlah kios-kios tersebut sebanyak 23 kios. Perjanjian kontrak sewa kios ini ditanda tangani pada tanggal 1 Juli 2010 dan akan berakhir pada tanggal 1 Juli 2015. Setelah perjanjian sewa kios ini berakhir maka kios tersebut dikembalikan kepada Yapertinus atau di perpanjang dengan harga sewa yang ditentukan mengikuti harga sewa ruko pada umumnya. Yang menempati kios-kios tersebut adalah : 1) Hendar Krisdiantoro
13) Rusmanto (Ragil)
2) Jangkung Suprapto
14) Sri Rahayu
3) Hamid Lukito
15) Sri Moelyani
4) Alif Akbar Iksanto
16) Donny Gunawan
5) Suwarno
17) Sinto
6) Sri Hartono
18) Sukini
7) Erma Dwiyanti
19) Hery Isnanto
8) Wahyu Hermawan
20) Ismu Haryanto. Drs
9) Marimin Hadi Pramono
21) Paimin
10) Drs. Taryono P. Kusumo M. M
22) H. Sumino
11) Handono Sudjianto S. H
23) Supriyani
12) Suharno
46
Selain gedung serba guna, 2 Ruko dan 23 kios, diatas tanah seluas 1, 5 Ha tersebut lahan yang masih kosong dimanfaatkan dengan ditanami 500 pohon jati, pohon Mahoni, pohon Sengon, pohon pisang dan kolam ikan. Untuk pemasukan sekarang ini selain hasil dari sewa gedung dan ruko, halaman gedung juga di sewa untuk senam pagi dengan harga sewa perbulan empat puluh ribu, dan untuk latihan Kempo/ bela diri Silat perbulan Rp. 150.000, 00. Sedangkan untuk lantai 2 gedung tersebut ada 2 ruangan yang di sewa dengan harga sewa Rp.5.500.000,00 pertahun oleh Muhammad Suroso S. Sos yang menyewakan peralatan pesta dan pernikahan. Untuk biaya operasional yang harus dikeluarkan tiap bulan yaitu :
Tabel IV: Pengeluaran Pengelolaan Wakaf Produktif No.
Jenis Pengeluaran
Dana yang dikeluarkan
1.
Lampu dan Air
Rp. 500. 000, 00
2.
Tukang Sapu
Rp. 500. 000, 00
3.
Jaga Malam
Rp. 500. 000, 00
4.
Sekretariat
Rp. 600. 000, 00
5
Pengelola
Rp. 750. 000, 00
Jumlah
Rp. 2. 850.000. 00
47
Sumber : Wawancara dengan Pengelola
Sampai tahun 2012 kas wakaf produktif di Yapertinus baru ada Rp. 10.000. 000, 00. Hal ini di karenakan sewa gedung yang tidak tetap setiap bulannya sehingga kadang mengalami devisit. Menurut pengelola dulu di tahun-tahun awal pendirian badan percontohan wakaf ini pada tiga bulan awal karena belum ada pemasukan tetap, untuk menutup biaya operasional tersebut pengelola dipijami oleh UNU yang samasama berada dibawah Yapertinus. Pengelola wakaf produktif Yapertinus wajib menyetorkan laporan keuangannya secara bulanan dan triwulan kepada Yayasan juga Kementerian Agama. Di bawah ini adalah laporan pengelolaan wakaf produktif di Yapertinus pada bulan maret 2012:
Tabel V: Laporan bulanan wakaf produktif di Yapertinus bulan Maret 2012 N
Tanggal
Uraian
Debet
o.
48
Kredit
Saldo
1.
01 Maret 2012
Saldo
2.420.507
2.
03 Maret 2012
DP TK IT 27 Mei 2012 200.000 (sewa gedung) PDAM
3.
20 Maret 2012
2.420.507
2.620.507 355.300
2.265.207
260.300
2.004.907
1.553.000
451.907
Listrik 4.
21 Maret 2012
5.
27 Maret 2012
Pembangunan toilet tahap III Sewa tanggal 25 Maret 2012 6.
27 Maret 2012
7.
31 Maret 2012
8.
31 Maret 2012
Honor bulan Maret 2012 Honor bulan Maret 2012 Honor bulan Maret 2012 9.
2.451.907
2.000.000
31 Maret 2012
500.000
1.951.507
500.000
1.451.907
600.000
851.907
750.000
101.907
Honor bulan Maret 2012 10 31 Maret 2012 . 4.620.507
4.518.600
101.907
Di bawah ini laporan laba rugi gedung serbaguna dan 2 ruko wakaf produktif Yapertinus periode Januari 2012 sampai Maret 2012 Pendapatan a. Pendapatan usaha
:Rp.
7.050.000,00
b. Pendapatan lainnya
:Rp.
2.050.000,00
Total pendapatan
:Rp.
9.100.000,00
Beban a. Beban gaji b. Beban operasional
:Rp.
7.050.000,00
:Rp.
2.166.061.00
c. Beban lainnya Total beban
:Rp.
9.216.061.00
49
Rugi
:Rp.
Pajak
:Rp.
Rugi bersih
:Rp.
(116.061,00) (116.061,00)
Dari hasil laporan laba rugi pertiga bulan ini ternyata wakaf produtif di Yapertinus mengalami kerugian Rp. 116.061,00. Kerugian ini akan ditutup kas Rp. 10.000.000,00. Jadi sisa kas wakaf produktif di Yapertinus sampai bulan April 2012 menjadi Rp. 9.883.939,00.
C. Pemanfaatan Hasil Wakaf Produktif di Yayasan Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama’ Surakarta (Yapertinus) Sejak awal pengelolaan wakaf produktif di Mojosongo selain sebagai proyek percontohan wakaf produktif juga ditujukan untuk kemandirian pendidikan. Diharapkan nantinya hasil dari wakaf produktif dapat menunjang pendidikan bagi anak yang kurang mampu sehingga bisa meneruskan pendidikannya dengan memberikan beasiswa atau mendirikan sekolah gratis. Namun tampaknya hal itu belum bisa direalisasikan saat ini. Pengelolaan wakaf produktif di Mojosongo sampai sekarang, belum bisa memberikan sumbangsih bagi umat khususnya bagi kemajuan pendidikan sebagaiman tujuan wakaf produktif tersebut. Menurut pengelola KH. Machsun Musyafa’, BA hasil pengelolaan wakaf produktif di Mojosongo saat ini baru sebatas untuk menutup biaya operasional. Karena sifatnya saat ini baru investasi dan baru akan di petik hasilnya tahun 2015, Setelah sewa ruko sebanyak 23 dikembalikan ke wakaf produktif Yapertinus dan mulai dibayar penuh, juga pohonpohon yang di tanam sudah bisa dijual. Prediksi sementara tahun 2012 saja sewa ruko pada umumnya di daerah Mojosongo sudah mencapai 4 juta pertahun, bisa diperkirakan tahun 2015 sewa ruko bisa
50
mencapai 6 juta- 8 juta pertahun dikalikan 23 ruko, 2 kios, dan ditambah sewa gedung yang tentunya juga akan naik nantinya. Tampaknya hal inilah yang melatarbelakangi mengapa wakaf produktif setelah sekian lama dikelola, namun belum dapat di manfaatkan hasilnya.
51
BAB 1V ANALISIS DATA
A. Analisis Pengelolaan Wakaf Produktif di Yayasan Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama’ Surakarta (Yapertinus)
Dalam perkembangannya wakaf produktif dewasa ini semakin mendapatkan tempat, hal ini dikarenakan kemudahan yang didapatkan melalui wakaf produktif dibanding wakaf klasik. Wakaf produktif atau wakaf uang termasuk salah satu persoalan fiqh yang diperselisihkan oleh para ulama klasik, akan tetapi persoalan fiqh merupakan persoalan yang senantiasa berkembang dari waktu ke waktu dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah mengeluarkan fatwa tentang dibolehkannya wakaf uang dengan syarat nilai pokok wakaf uang tersebut terjaga kelestariannya, tidak boleh dijual, dihibahkan atau diwariskan. Sebagaimana yang terjadi di Yayasan Perguruan Tinggi Nahdatul Ulama Surakarta (Yapertinus), dimana awal mula pendirian wakaf produktifnya merupakan wakaf uang (tunai) dari banyak orang yang terkumpul sebesar 2 milyar. Kemudian wakaf tunai ini oleh pengelola di belikan tanah seluas 1.5 Ha, yang kemudian diatas tanah tersebut dikembangkan oleh BWI menjadi wakaf produktif. Selanjutnya dalam pengelolaan wakaf produktif di Yapertinus ini yang merupakan proyek percontohan dari Kementerian agama dan BWI untuk mensosialisasikan konsep wakaf produktif. Diatas tanah wakaf seluas 1.5 Ha tadi di bangun sebuah gedung serba guna, 2 kios dan 23 Ruko, dan sisanya ditanami pohon-pohon serta kolam ikan. Dari hasil penelitian dilapangan pengelolaan wakaf produktif di Yapertinus ini, sejak berdirinya sampai sekarang baru sekedar mencukupi biaya operasional, bahkan sempat
52
mengalami kerugian, hal tersebut masih akan berlangsung sampai tahun 2014. Pada tahun 2015 wakaf produktif ini baru akan mulai bisa dirasakan manfaatnya. Melihat fakta diatas tentunya yang bertanggung jawab dalam sukses tidaknya pengelolaan wakaf produktif di yapertinus ini adalah pengelola. Dimana dia berperan dalam upaya pengelolaan wakaf tersebut sehingga benar-benar bisa produktif sebagai mana tujuan wakaf dan hasilnya dapat disalurkan sebagaimana peruntukan wakaf yang dimaksud. Seorang nadzir/pengelola yang berperan penting dalam pengelolaan wakaf produktif ini seharusnya adalah seseorang yang benar-benar kompeten, Mempunyai kemampuan manajerial, dan seorang entrepreneur sejati. Mengenai kriteria seorang nadzir wakaf seharusnya memahami betul lima fungsi manajemen,
yaitu
merancang,
mengorganisir,
memerintah,
mengordinasi,
dan
mengendalikan. Dari kelima fungsi tersebut ada 2 fungsi manajemen yang menjadi penunjang dalam pengelolaan wakaf produktif yang menurut penulis belum diperhatikan, yaitu: 1. Perencanaan (planning) adalah memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan sumber yang dimiliki. Disini harusnya antara nadzir dan BWI bersama-sama memaksimalkan pengelolaan tanah wakaf yang masih tersisa sehingga benar-benar dapat produktif dan bernilai ekonomis,dan berkelanjutan. 2. Pengorganisasian (organizing) dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil. Hal ini penting dimana melalui pengorganisasian yang jelas yaitu yang berperan disini adalah BWI dapat menjadi balance terhadap kinerja nadzir, sehingga nadzir bisa amanah dalam melaksanakan tugasnya. Berdasarkan analisis diatas menurut peneliti yang menjadi faktor penghambat selain memang karena faktor lokasi adalah Badan wakaf Indonesia (BWI) sendiri. BWI yang seharusnya berperan aktif bekerjasama dengan para nadzir untuk mewujudkan tujuan awal
53
proyek percontohan wakaf produktif ini justru terkesan lepas tangan. BWI kurang ikut berperan dalam usaha pengelolaan dan pengembangan wakaf produktif ini. Menurut peneliti Seharusnya BWI sebagai lembaga yang bertanggung jawab langsung terhadap proyek percontohan wakaf ini dapat memaksimalkan peranannya dengan membereskan permasalahan pendanaan terlebih dahulu, seperti untuk biaya pembangunan ruko-ruko dan memberikan pengawasan kepada Nadzir yang bersangkutan dalam melaksakan tugasnya sehingga lebih amanah dan profesional. Dengan cara tersebut bukan hal yang tidakmungkin wakaf produktif di Yapertinus ini lebih cepat dirasakan manfaatnya sehingga hasilnya dapat dipergunakan sesuai tujuan wakaf dan tanpa perlu mengalami kerugian.
B. Analisis Terhadap Pemanfaatan Hasil Pengelolaan Wakaf Produktif di Yayasan Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama’ (Yapertinus)
Peran lembaga-lembaga wakaf tentunya sangat diperlukan saat ini. Lembaga pengelola wakaf (Nadzir) di Indonesia terhitung cukup banyak, mulai dari nadzir tradisional sampai nadzir yang sudah mulai mengarah pada pengelolaan profesional. Nadzir wakaf yang cukup menonjol diperhitungkan dalam kancah pengelolaan wakaf di Indonesia seperti pesantren As-Salam, Gontor Ponorogo, Yayasan Wakaf UII Yogyakarta, Universitas Sultan Agung Semarang, UMI Makasar, UISU Medan dan lain-lain.
Belum
lagi
lembaga-lembaga
wakaf
di
bawah
naungan
NU,
Muhammadiyah, Al-Irsyad.
Dalam pelaksanaan pengelolaan wakaf produktif tentunya tidak lepas dari berbagai tantangan dan hambatan yang dihadapi oleh pengelolanya. Hambatan ini tentunya juga dirasakan pada pengelolaan proyek percontohan wakaf produktif di 54
Yapertinus. Karena kenyataannya sampai tahun 2012 ini wakaf produktif yang dikelola oleh Yapertinus belum bisa memberikan sumbangan untuk meningkatkan kesejahteraan umat, terutama bagi kemandirian pendidikan sebagaimana tujuan atau peruntukan wakaf produktif ini sejak awal. Apa yang didapat Yapertinus sebagai hasil dari wakafnya baru bisa sebatas mencukupi biaya operasional wakaf, seperti biaya perawatan, biaya listrik, gaji karyawan dan biaya-biaya lain yang terkait dengan pengelolaan wakaf produktif tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian lapangan dapat disimpulkan mengapa wakaf produktif di Yapertinus tersebut belum bisa berfungsi sebagaimana mestinya, alasan tersebut antara lain: 1. Faktor Sumber Daya Manusia Faktor ini merupakan faktor utama dalam menentukan sukses tidaknya proyek percontohan wakaf produktif ini, namun tampaknya hal ini kurang begitu diperhatikan, sehingga temuan dilapangan bukannya menghasilkan justru pengelolaan wakaf ini mengalami kerugian. 2. Faktor lokasi Faktor lokasi menjadi hal yang cukup penting dalam pengelolaan suatu wakaf produktif. Lokasi wakaf produktif Yapertinus berada di jln Tambora no.1 A Mojosongo Surakarta yang merupakan lokasi yang tidak terlalu ramai, lokasi ini masuk dalam daerah pinggiran, tidak di kota tetapi juga tidak berada di desa. Hal itu karena pada rencana semula memang diatas tanah ini akan dibangun sekolah dan perguruan tinggi, sehingga untuk dibuat lahan usaha kurang menjanjikan.
2. Faktor Keuangan
55
Dalam upaya pengembangan yang ingin dicapai oleh nadzir kurang dukungan finansial. Sehingga pengelola mengajak warga sekitar untuk melakukan wakaf bangunan yang baru akan diserahkan pada tahun 2015, Hal ini tentunya juga sangat menghambat kinerja pengelola.
Berdasarkan analisis diatas menurut peneliti Badan Wakaf Indonesia (BWI) disini yang paling di tuntut peranannya. BWI yang merupakan lembaga pengelola wakaf di Indonesia seharusnya lebih memaksimalkan perannya dengan mengadakan pelatihan terhadap Nadzir-nadzir di seluruh Indonesia mengenai pengelolaan wakaf secara produktif, dan lebih serius dalam menangani proyek percontohan wakaf produktif. Sehingga diharapkan nantinya dapat memotivasi para Nadzir dalam mengelola harta benda wakaf secara maksimal.
Disamping itu dalam upaya tersebut, badan wakaf Indonesia yang berfungsi sebagai pengkoordinir lembaga perwakafan harusnya memberikan dukungan manajemen bagi pelaksanaan proyek percontohan wakaf produktif. Seperti : a. Dukungan sumber daya manusia. b. Dukungan advokasi. c. Dukungan keuangan. d. Dukungan pengawasan.
56
BAB V KESIMPULAN
A. Kesimpulan 1. Pengelolaan wakaf produktif di Yayasan perguruan tinggi Nahdatul Ulama Surakarta yang dimulai dioperasikan pada tahun 2009 ini merupakan proyek percontohan wakaf produktif dari Kementerian Agama dan BWI. Wakaf produktif di Yapertinus ini dengan luas tanah wakaf seluas 1,5 Ha dimanfaatkan dengan perincian antara lain, sebuah gedung serbaguna, 2 ruko, dan ditambah 23 kios. Selain pemanfaatan dalam bentuk bangunan, tanah yang masih kosong agar dapat memberikan hasil maka ditanami pohon jati, mahoni, dan sengon, serta dibuat kolam ikan. 2. Pemanfaatan hasil wakaf produktif di Yayasan perguruan tinggi Nahdatul Ulama Surakarta (Yapertinus) selain tujuan utamanya sebagai proyek percontohan, ada tujuan lain yang ingin dicapai oleh Yapertinus yaitu ditujukan untuk kemajuan pendidikan. Namun tampaknya sampai tahun 2012 hal itu belum bisa direalisasikan. Pengelolaan wakaf produktif di Yapertinus sampai sekarang, belum bisa memberikan sumbangsih bagi umat khususnya bagi kemajuan pendidikan. Hasil pengelolaan wakaf produktif di Mojosongo saat ini baru sebatas untuk menutup biaya operasional. Karena sifatnya saat ini baru investasi dan baru akan di petik hasilnya tahun 2015, Setelah sewa ruko sebanyak 23 dikembalikan ke wakaf produktif Yapertinus dan mulai dibayar penuh, juga pohon-pohon yang di tanam sudah bisa dijual. Dikarenakan ruko-ruko yang dibangun diatas tanah wakaf tersebut merupakan wakaf bangunan waraga sekitar yang baru akan diserahkan nanti pada tahun 2015.
B. Saran
57
1. Dalam pengelolaan wakaf pihak yang paling memegang peranan penting dan strategis ialah Nadzir. BWI, yang keberadaannya telah diakui oleh undang-undang ini, kiranya perlu segera direalisasikan dengan program-program nyata yang strategis. Misalnya dengan mengadakan pelatihan mengenai pengelolaan wakaf produktif kepada Nadzirnadzir di Indonesia. Hal ini dimaksudkan agar Nadzir benar-benar orang yang berkualitas, punya kemampuan manajerial dan mempunyai kualifikasi khusus yang dipersyaratkan oleh Badan Wakaf Indonesia. Pada prinsipnya yang perlu segera di wujudkan adalah fungsi BWI secara nyata dan maksimal.
2. Masyarakat disekitar perlu dilibatkan untuk ikut mengawasi dan mengontrol pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf, baik terhadap aspek administrasi maupun keuangan, pengawasan dari masyarakat ini dapat lebih efektif, karena bersifat lokal.
3. Penerapan sanksi tentang penyalahgunaan harta wakaf, seharusnya lebih bersifat tegas, agar pengelolaan wakaf dapat berjalan sebagaimana mestinya.
58
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad Daud. 1988. Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf. Jakarta:UIP. Al Hajjaj, Muslim ibn. Shahih Muslim Kitab Juz II. Dar Ihya‟ Al- Kutb Al- Arabiyah Indonesia. Daniel, Mochtar. 2002. Metode Penelitian Sosial Ekonomi. Jakarta: Bumi Aksara Departemen Agama, 2003. Fiqh Wakaf. Jakarta:Direktorat Pemberdayaan Wakaf Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama RI. Departemen Agama, 2007. Paradigma Baru Wakaf di Indonesia. Jakarta: Direktorat Pemberdayaan
Wakaf
Direktorat
Jendral
Bimbingan
Masyarakat
Islam
Departemen Agama RI. Departemen Agama, 2007. Panduan Pemberdayaan Tanah Wakaf Produktif Strategis Di Indonesia. Jakarta:Direktorat Pemberdayaan Wakaf Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama RI. Departemen Agama, 2007. Pedoman Pengelolaan Wakaf Tunai. Jakarta:Direktorat Pemberdayaan
Wakaf
Direktorat
Jendral
Bimbingan
Masyarakat
Islam
Departemen Agama RI. Departemen Agama, 2007. Strategi Pengembangan Wakaf Tunai Di Indonesia. Jakarta:Direktorat Pemberdayaan Wakaf Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama RI. Drs. Abdul Halim, M.A. 2005. Hukum Perwakafan di Indonesia. Ciputat:Ciputat Press. Fanani, Muhyar. 2008. Kelanggengan Wujud Fisik Versus Kelanggengan Manfaat:Kunci Sukses Manajemen Wakaf Produktif Pondok Modern Gontor, Jurnal Wacana Hukum Islam dan Kemanusiaan Ijtihad. Salatiga: STAIN.
59
Fauroni, Lukman. 2008. Wakaf Untuk Produktivitas Ekonomi Umat, Jurnal Wacana Hukum Islam dan Kemanusiaan Ijtihad. Salatiga: STAIN. Hidayati, Tri Wahyu. 2010. Problematika Pengelolaan Wakaf di Indonesia, Jurnal Ekonomi dan Perbankan Muqtasid. Salatiga:Progdi Perbankan Syariah STAIN. Hanifah, Siti. Pelaksanaan Perwakafan Tanah Milik di Desa Sruwen, Kecamatan Tengaran. 2003. Skripsi guna meraih gelar S-1 pada Progdi Perdata Islam STAIN Salatiga. Jawad Mughniyah, Muhammad. 1996. Fiqh Lima Mazhab: Edisi Lengkap. Jakarta : PT Lentera Basritama. Koentjaraningrat. 1994. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Moleong, Lexy J. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Nazir, Moh. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia Rofiq, Khusnur. Wakaf Kolektif di PPTI al-Falah Sidomukti Salatiga. 2006. Skripsi guna meraih gelar S-1 pada Progdi Perdata Islam STAIN Salatiga. Rofiq, Ahmad. 2004.
Fiqh Kontekstual
Dari
Normatif Ke Pemaknaan Sosial.
Semarang:Pustaka Pelajar S. Praja, Juhaya. 1997. Perwakafan Di Indonesia. Bandung:Yayasan Piara. Syalthut, Mahmud. 2000. Fiqih Tujuh Madzhab. Bandung:Pustaka Setia Sabiq, Sayyid. 1987. Fikih Sunnah jilid XIV. Bandung:PT Alma‟arif. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. 2008. Pedoman Penulisan Skripsi dan Tugas Akhir. Salatiga: STAIN Salatiga. Usman, Rachmadi. 2009. Hukum Perwakafan di Indonesia. Jakarta:Sinar Grafika. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf. Wadjdy,
Drs.
H.
Farid
dan
Mursyid.
Umat.Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
60
2007.
Wakaf
dan
Kesejahteraan
Zul fajr, Em & Aprilia Senja, Ratu. 2005. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta: Diva publisher. Rahardjo, M. Dawam. 1990. Etika Ekonomi Dan Manajemen. Yogyakarta:PT Tiara Wacana Jogja.
61
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama
: Mulyani
TTL
: Kab. Semarang, 26 April 1988
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat Rumah
: Krenceng RT 39/007 Desa Kedungringin Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang 50776 Jawa Tengah Indonesia.
Pendidikan
: 1. MIM Ngunut
(Lulus Tahun 2000)
3. MTS Tajul Ulum Grobogan (Lulus Tahun 2003)
Organisasi
4. MA Tajul Ulum Grobogan
(Lulus Tahun 2006)
5. STAIN Salatiga
(Lulus Tahun 2012)
: -
62