PENGELOLAAN TAMAN MELALUI KERJASAMA PEMERINTAH-SWASTA (Studi Kasus: Kota Bandung)
T 711.558 SAM
This study is trying to analyze public private partnership (P3) opportunities in urban park management. The problems to be solved through partnership approach are insufficiency of the budget and limitation of human resources of government agency. Impact of these problems are park less-attention and some difficult to control its usage and utilization. USA is one country that applies P3 approach successfully. This study focuses on goal and objective, object and coverage, partnership process, source of fund, and key factors of the partnership in eight parks of 8 cities in US. The key factors are include a) community and private appreciation, b) civil society, NGO and other non-profit organization which dedicated to public park, c) park commercial object such as tourism and recreation facilities, street market, or food and beverage market in the park area, d) government goodwill to public participation, and e) main stakeholders. Basic model the partnership is established from the infrastructure partnership. Modified model comes from combination the basic model and other partnership forms out of the eight case studies. Most of the partner in the park managements in US is nonprofit organizations, which is difference purely private sectors in the infrastructure partnership. Thus, the partnership should be redefined as a form of collaboration among various entity such as government, private entrepreneur, non-profit organization, civil society, and smallscale businesspersons. The implementation of the partnerships concept in Bandung would be the most progressive partnerships of each park sub-system. These partnerships comprise of two service contracts in Taman Ganesha and Taman Gasibu, and one lease contract in Taman Cilaki. These scenarios include cooperation framework, involving stakeholder, object and scope of work, coverage area, period options, and role and responsibility of the partners.
Fasilitas umum di perkotaan yang dikaji peluang kemitraannya dalam studi ini adalah taman. Permasalahan taman yang ingin dipecahkan melalui pendekatan kemitraan adalah kurangnya anggaran dan tenaga kerja pemerintah kota untuk mengelola dan memelihara. Dampak dan permasalahan ini adalah sejumlah taman yang terbengkalai dan beberapa diantaranya sulit untuk dikendalikan penggunaan atau pemanfaatannya. Permasalahan serupa pun dialami di berbagai negara. Salah satu negara dimana beberapa pemerintahan kota telah berhasil dalam menerapkan kemitraan adalah Amerika Serikat. Aspek yang dikaji meliputi maksud dan tujuan kerjasama, obyek dan lingkup kerjasama, proses kerjasama, sumber-sumber pendanaan, dan faktor kunci dari keberhasilan kerjasama di 8 taman di 8 kota di Amerika Serikat. Faktor-faktor kunci tersebut adalah a) apresiasi masyarakat dan sektor swasta terhadap taman, b) komunitas masyarakat, lembaga swadaya masyarakat pemerhati taman, atau organisasiorganisasi nonprofit lain yang berdedikasi untuk kepentingan taman, c) obyek komersial taman seperti obyek wisata, fasilitas rekreasi, street market, atau pusat-pusat penjualan makanan/minuman di dalam taman atau di sekitar kawasan taman, d) keterbukaan pemerintah kota untuk peranserta masyarakat dan sektor swasta, dan e) stakeholder utama. Pembentukan basis model kemitraan pemerintah-swasta menggunakan pendekatan model kemitraan di bidang infrastruktur. Hasil modifikasi model diperoleh dengan kombinasi basis model dengan bentuk-bentuk kemitraan di studi kasus. Sebagian besar mitra kerjasama dalam pengelolaan taman di Amerika Serikat merupakan organisasi nirlaba yang berbeda dengan sektor swasta murni yang dijumpai pada kemitraan di bidang infrastruktur umumnya. Oleh karenanya kemitraan pemerintah-swasta didefinisi ulang sebagai bentuk kolaborasi dan berbagai komponen sektor pemerintah, pengusaha swasta, organisasi nirlaba, masyarakat dan komunitasnya, serta pengusaha kecilmenengah. Kemungkinan penerapan kerjasama di Kota Bandung menghasilkan skenario kemitraan progresif di tiap sub-sistem taman. Dua berbentuk kontrak kelola di sub-sistem Taman Ganesha dan Gasibu, serta satu kontrak sewa di sub-sistem Taman Cilaki. Skenario ini terdiri dari kerangka kerjasama, stakeholder yang terlibat, pilihan obyek dan lingkup pekerjaan, lingkup area kerjasama, pilihan durasi/lama kontrak, serta hak dan kewajiban mitra kerjasama.