ISBN: 978-602-19161-0-0
PROSIDING SEMINAR NASIONAl HARlllNGKUNGAN HIDUP 2011
PENGELOLAAN SUMBERDAYAALAM DAN LINGI
KERJASAMA: PPlH - lPPM UNSOED DENGAN IKATAN AHlI lINGKUNGAN HIDUP INDONESIA
PUSAT PENELITIAN LlNGKUNGAN HIDUP LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT Pusat Penelitian Lingkungan Hidup-LPPM Universitas Jenderal Soedirman
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
e-mail: [email protected] l hHp:/lpplh.unsoed.oc.id
2011
PROSIDING SEMINAR NASIONAL HARI LINGKUNGAN HIDUP 2011 │ ISBN 978-602-19161-0-0
KATA PENGANTAR Syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas karunia dan hidayah_Nya dapat menyelesaikan Prosiding Seminar Nasional tentang “Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup berbasis Kearifan Lokal”. Seminar tersebut sengaja diselenggarakan dalam upaya memperingati Hari Lingkungan Hidup tahun 2011. Oleh karena itu makalah-makalah yang ada dalam prosiding ini adalah makalah yang terkait dengan pemecahan masalah-masalah dalam lingkungan hidup baik yang terkait dengan lingkungan hidup strategis, konservasi maupun pemberdayaan masyarakatnya. Prosiding ini adalah kumpulan makalah yang telah mengalami penyaringan serta teah dipresentasikan dalam seminar dimaksud di atas. Hasil presentasi dan diskusi dalam seminar telah dimasukan sebagai perbaikan terhadap makalah-makalah tersebut disamping itu, makalah-makalah tersebut telah direview oleh reviewer yang sebidang. Dengan demikian, prosiding ini diharapakan akan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan serta dapat memberikan manfaat dalam pengembangan keilmuan maupun dalam tataran implementasi kebijakan pengelolaan, pengembangan maupun konservasi sumberdaya alam. Dengan selesainya Prosiding ini, kami atas nama Panitia mengucapkan terimakasih yang sebesar besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu, memotivasi maupun mendukung kesuksesan pelaksanakan seminar dan penyusunan Prosiding ini. Demikian juga kepada seluruh pemakalah yang telah menyumbangkan pemikirannya dalam pelaksanaa seminar dan penyusunan Prosiding ini kami mengucapkan terima kasih. Semoga amal baik yang telah Bapak/Ibu berikan kami mendapat imbalan yang berlipat ganda dari Allah SWT.
Purwokerto, November 2011 Ketua Panitia,
Dr. Eming Sudiana, M.Si
PROSIDING SEMINAR NASIONAL HARI LINGKUNGAN HIDUP 2011 │ ISBN 978-602-19161-0-0
POSTER PROTOTIPE SISTEM PENDINGIN AIR TANPA FREON UNTUK SISTEM IRIGASI HIDROPONIK Agus Margiwiyatno dan Arief Sudarmaji ............................................................................................. 2 VARIASI KOMUNITAS MAKROINVERTEBRATA PADA WILAYAH BERBATU DI SUNGAI KARST, SULAWESI SELATAN Lukman, D. S. Said, Triyanto, dan H. Solihah ........................................................................................ 6 PENGARUH PEMBERIAN KOMPOS KULIT BUAH KOPI TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KOPI ARABIKA (COFFEA ARABICA L.) KULTIVAR ANDUNGSARI Merry Antralina, Endang Kantikowati , Tien Turmuktini dan Dewi Mayasari ..................................... 14 PENGARUH CENDAWAN MIKORIZA ARBUKSULA (CMA) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KOPI ARABIKA (Coffea arabica l.) KULTIVAR ANDUNGSARI Merry Antralina, Endang Kantikowati, Tien Turmuktini dan Guruh Mahardika .................................. 19 STUDI PENDAHULUAN PENGGUNAAN ARTEMISIA VULGARIS (ASTERACEAE) SEBAGAI INSEKTISIDA NABATI TERHADAP ULAT HEORTIA VITESSOIDES MOORE. R.S. Purwantoro.................................................................................................................................. 24 JENIS-JENIS MYRTACEAE (JAMBU-JAMBUAN) BERDAUN WANGI KOLEKSI KEBUN RAYA BOGOR Sri Hartini .......................................................................................................................................... 30 KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT KABUPATEN KATINGAN, PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DALAM MELESTARIKAN BUAH-BUAHAN LOKAL KALIMANTAN DI KEBUN RAYA KATINGAN Sudarmono ........................................................................................................................................ 36 EVALUASI KONDISI LINGKUNGAN WILAYAH PESISIR DAN MUARA UNTUK KEGIATAN BUDIDAYA KRUSTASE DAN IKAN DI KABUPATEN BANGKA DAN BELITUNG Sulastri , Sri Juwana dan Rahmi Dina................................................................................................... 45 APLIKASI MOL RUMEN KAMBING PADA TANAMAN JAGUNG DI DESA PANDANSARI LOR KECAMATAN JABUNG KAB. MALANG Ahmad Yusuf, Budi Prasetya dan Lily Agustina .................................................................................... 54 APLIKASI MOL BONGGOL PISANG PADA PERTUMBUHAN PADI INPARI 6 Suyadi, Yogi Sugito, Husni Tamrin Sebayang, dan Lily Agustina ........................................................... 55 APLIKASI PUPUK HAYATI DAN PENGURANGAN DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERSEDIAAN AIR DAN PRODUKSI KEDELAI DI TANAH ULTISOL Begananda ........................................................................................................................................ 56 PENGELOLAAN EKONOMI SUMBERDAYA LAUT DALAM RANGKA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Hamiyati .......................................................................................................................................... 57
PROSIDING SEMINAR NASIONAL HARI LINGKUNGAN HIDUP 2011 │ ISBN 978-602-19161-0-0
POSTER
Poster
1 dari 61
PROSIDING SEMINAR NASIONAL HARI LINGKUNGAN HIDUP 2011 │ ISBN 978-602-19161-0-0
Jenis-Jenis Myrtaceae (Jambu-Jambuan) Berdaun Wangi Koleksi Kebun Raya Bogor Sri Hartini Pusat Konservasi Tumbuhan-Kebun Raya Bogor, LIPI Jl. Ir. H. Juanda 13 P.O. BOX 309 Bogor 16003 [email protected] ABSTRAK Diantara jenis-jenis dari suku Myrtaceae (Jambu-jambuan) ada yang dimanfaatkan manusia karena kandungan minyak atsirinya. Pada umumnya jenis-jenis yang mengandung minyak atsiri dicirikan oleh bau wangi pada bagian yang mengandung minyak tersebut misal daun, buah, bunga, atau kulit batangnya. Pengmatan terhadap jenis-jenis Myrtaceae yang berdaun wangi telah dilakukan terhadap koleksi Myrtaceae di Kebun Raya Bogor. Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa koleksi Myrtaceae di Kebun Raya Bogor yang berdaun wangi ada 6 jenis, yaitu Backhousia citriodora F. Muell (lemon myrtle), Pimenta dioica (L.) Merr. (allspice), Syzygium polyanthum (Wight) Walpers (salam), Syzygium aromaticum (L.) Merrill & Perry (cengkih), Melaleuca cajuputi Powell (kayu putih) dan Syzygium sp. Berdasarkan tingkat kewangiannya, daun Backhousia citriodora memiliki tingkat kewangian paling tinggi, sedang daun Syzygium polyanthum memiliki tingkat kewangian paling rendah. Hampir semua jenis-jenis tersebut kecuali Syzygium sp. ternyata telah banyak dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari karena nilai ekonominya yang tinggi. Pengetahuan botani dari masing-masing jenis akan diuraikan dalam makalah ini. Kata kunci : Myrtaceae, daun, wangi, Kebun Raya Bogor PENDAHULUAN Suku jambu-jambuan atau Myrtaceae merupakan kelompok besar tumbuh-tumbuhan yang anggotanya banyak dikenal dan dimanfaatkan manusia. Di dalamnya termasuk sejumlah jenis yang memiliki nilai ekonomi penting dan mempengaruhi sejarah manusia seperti tanaman buah-buahan, tanaman hias, tanaman obat, serta tanaman industri (Anonim, 2010). Suku jambu-jambuan atau Myrtaceae merupakan suku tumbuhan yang kebanyakan berbentuk pohon, berkayu, mengandung minyak atsiri dan menjadi salah satu penghasil buah-buahan tropika penting. Anggotanya yang berbentuk pohon mudah dikenal dari kulit luar batangnya yang seperti kulit mengering tipis dan terlepas-lepas. Satu karakter penting dari suku ini adalah bahwa floem terletak di kedua sisi xilem, bukan hanya di luar seperti pada tumbuhan yang lain. Daunnya selalu berwarna hijau, dengan kedudukan bersilang dan kebanyakan berhadapan, sederhana dan biasanya dengan urat-urat daun yang menyatu di bagian tepi daun dan membentuk garis di sepanjang tepi daun. Suku jambujambuan dicirikan dengan bunganya yang memiliki banyak kelopak dengan cacah dasar lima dan banyak benang sari. Benang sari biasanya sangat mencolok dan berwarna cerah. Bakal buahnya juga memiliki banyak bakal biji (Anonim, 2010). Myrtaceae atau suku jambu-jambuan termasuk tumbuhan dikotil dan tergabung dalam ordo atau bangsa Myrtales. Estimasi terbaru menyebutkan bahwa Myrtaceae memiliki lebih dari 5650 jenis dari 130-150 marga. Suku ini memiliki distribusi yang luas baik di daerah tropis maupun subtropis dan umum terdapat di banyak hotspot keanekaragaman hayati dunia. Marga-marga dengan bentuk buah bulat seperti Eucalyptus, Corymbia, Angophora, Leptospermum, Melaleuca, Metrosideros tidak terdapat di Amerika, kecuali marga monotipik Tepualia yang terdapat di Chili dan Argentina. Marga-marga dengan buah-buah berdaging sebagian besar terdapat di Australia timur dan Malesia (ecozone Australasia), serta Neotropik. Eucalyptus adalah marga yang dominan hampir di sebagian besar Australia dan meluas secara sporadis sampai Filipina. Eucalyptus regnans adalah tumbuhan berbunga tertinggi di dunia. Marga penting lain yang terdapat di Australia adalah Callistemon (bottlebrushes), Syzygium dan Melaleuca (paperbarks). Marga Osbornia yang merupakan tumbuhan asli Australasia adalah tumbuhan mangrove. Eugenia, Myrcia dan Calyptranthes adalah marga-marga besar di kawasan neotropik (Govaerts et al, 2008).
Poster
30 dari 61
PROSIDING SEMINAR NASIONAL HARI LINGKUNGAN HIDUP 2011 │ ISBN 978-602-19161-0-0
Diantara jenis-jenis Myrtaceae yang ada di dunia, terdapat beberapa jenis yang memiliki daun beraroma wangi bila diremas. Jenis-jenis yang berdaun wangi ini ternyata karena mengandung minyak atsiri. Dan biasanya jenis-jenis tersebut memiliki manfaat yang besar dalam kehidupan manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis Myrtaceae koleksi Kebun Raya Bogor yang memiliki daun berbau wangi. Hasil penelitian diharapkan dapat diketahui kegunaan jenis-jenis tersebut dalam kehidupan sehari-hari. METODE PENELITIAN Penelitian difokuskan pada jenis-jenis anggota suku Myrtaceae yang terdapat di Kebun Raya Bogor. Sebagian besar koleksi Myrtaceae Kebun Raya ditanam di Vak IV.F, V.A, V.B dan V.C. Untuk mengetahui jenis-jenis yang berdaun wangi, diambil sample daun dari tiap-tiap jenis yang diamati, baik yang masih muda maupun yang telah tua. Daun kemudian diremas-remas dan dicium baunya. Penelusuran pustaka dilakukan guna mengetahui informasi lain dari jenis-jenis yang diketahui memiliki daun yang wangi. Informasi yang dicari antara lain tentang kegunaan, daerah penyebaran, habitat alami, serta kandungan kimia dalam daunnya. Untuk mengetahui data kebunnya dilakukan penelusuran di bagian Registrasi koleksi, antara lain tentang asal koleksi, kolektor, waktu ditanam di kebun, serta nomor vak di kebun. HASIL DAN PEMBAHASAN Kebun Raya Bogor sebagai area konservasi ex-situ telah lama mengoleksi berbagai jenis dari suku Myrtaceae ini. Sekarang ini setidaknya terdapat 84 jenis dari 20 marga terkoleksi di kebun ini (Sari et al, 2010). Berdasarkan hasil pengamatan diantara koleksi-koleksi tersebut terdapat setidaknya 6 jenis yang memiliki daun beraroma wangi, yaitu Backhousia citriodora F. Muell, Pimenta dioica (L.) Merr., Syzygium polyanthum (Wight) Walpers, Syzygium aromaticum (L.) Merrill & Perry, Melaleuca cajuputi Powell dan Syzygium sp. Dari keenam jenis tersebut, daun Backhousia citriodora memiliki daun paling wangi dibanding jenis lainnya. Berikut ini adalah uraian tentang pengetahuan botani dari masing-masing jenis tersebut. Backhousia citriodora F. Muell. Jenis ini lebih dikenal dengan nama Lemon ironwood, lemon myrtle, lemon-scented myrtle, sweet verbena tree, sweet verbena myrtle, lemon scented verbena, and lemon scented backhousia (BRAIN. 2007; Wikipedia, 2011). Lemon myrtle adalah tumbuhan asli Australia dan tumbuh endemik di hutan hujan subtropis Queensland tengah dan tenggara, Australia, dengan distribusi alaminya dari Mackay ke Brisbane (Wikipedia. 2011). Jenis ini tumbuh di hutan pada tanah vulkanik dengan curah hujan tinggi. Tumbuhan ini sangat sensitif terhadap kondisi yang ekstrim dan tidak dapat mentolerir salju (Rainforest Remedies, 2011). B. citriodora merupakan pohon kecil sampai sedang yang di habitat alaminya tingginya dapat mencapai 20 m, sedang kalau dibudidayakan tingginya hanya 4-6 m dengan kanopi lebat selebar 3-5 m, tumbuh tegak dengan daun-daun hampir menyentuh tanah. Daun berbentuk lanset, panjang 5-12 cm, lebar 1,5-2,5 cm, bagian ujung runcing, bagian pangkal membulat, bagian tepi bergerigi kecil-kecil, permukaan atas berwarna hijau tua mengkilat, permukaan bawah hijau muda. Daun-daun muda berwarna kemerahan; tunas muda dan permukaan bawah daun sering berbulu. Apabila daun ini diremas maka akan mengeluarkan aroma jeruk atau sereh yang sangat menyengat. Aromanya bahkan lebih kuat dan lebih tahan lama dari aroma jeruk atau sereh. Bunganya berwarna krem-putih, diameter 5-7 mm, tersusun dalam payung di ujung cabang yang muncul sebanyak-banyaknya di musim panas hingga musim gugur (Desember sampai Maret). Dalam perkembangannya daun mahkota akan luruh, sedang daun-daun kelopaknya tidak. Buah merupakan buah kapsul, berwarna kecoklatan, dengan daun kelopak yang tetap menempel. Jenis ini setidaknya memiliki kandungan dua bentuk minyak atsiri yang masing-masing memberikan aroma dan rasa yang baik, yaitu bentuk citral dan sitronelal. Kandungan citralnya sangat menonjol dan telah dibudidayakan di Australia untuk aroma dan minyak atsiri. Bentuk ini adalah yang dipilih dan ditanam untuk parfum dan rasa. Penduduk asli Australia telah lama menggunakan lemon myrtle baik dalam masakan maupun sebagai tanaman obat. Lemon myrtle adalah salah satu pemberi
Poster
31 dari 61
PROSIDING SEMINAR NASIONAL HARI LINGKUNGAN HIDUP 2011 │ ISBN 978-602-19161-0-0
rasa makanan terkenal. Biasanya digunakan dalam pembuatan roti, pasta, ikan panggang, dibuat menjadi teh, termasuk sebagai campuran teh. Daun dan bunganya digunakan dalam masakan manis dan gurih atau sebagai teh yang menyegarkan, manis dan gurih atau sebagai teh yang menyegarkan. Daundaun ini ditambahkan ke dalam masakan pada akhir dari proses memasak. Daun yang digunakan adalah daun yang telah tua yang teksturnya lebih keras dari daun yang masih muda. Minyak lemon myrtle dapat digunakan sebagai obat kulit yang disebabkan oleh virus Moluskum kontagiosum (MCV), yaitu suatu penyakit yang menyerang anak-anak (Oyen and Dung, 1999). Pimenta dioica (L.) Merr. Jenis ini lebih dikenal dengan nama Allspice, merica Jamaika, kurundu, merica melati, pimenta, cengkih atau newspice. Allspice adalah bumbu yang merupakan buah mentah kering dari tanaman Pimenta dioica. Nama "allspice" diciptakan oleh orang Inggris, yang merupakan gabungan rasa antara beberapa rempah-rempah aromatik, seperti kayu manis, pala, dan cengkeh (Stobart, 2008). Pimenta dioica (allspice) merupakan tumbuhan asli dari Greater Antilles, Meksiko Selatan dan Amerika Tengah yang sekarang telah dibudidayakan di banyak negara di dunia. Daunnya yang segar dari tumbuhan ini dapat digunakan untuk memasak seperti halnya daun salam. Namun daun ini tidak seperti daun salam yaitu akan kehilangan banyak rasa saat dikeringkan dan disimpan. Daun dan kayunya juga sering digunakan dalam pembuatan rokok. Allspice juga dapat ditemukan dalam bentuk minyak atsiri. Minyak ini sangat penting artinya dalam produksi industri sosis. Buah tumbuhan ini mengandung 2 - 5% minyak atsiri. Di Amerika buah tumbuhan ini telah lama digunakan sebagai bumbu penyedap. Allspice adalah stimulan aromatik dan karminatif untuk saluran pencernaan yang aksinya menyerupai cengkeh. Biasanya digunakan sebagai bantuan dalam memerangi kolik, diare, dispepsia, perut kembung, gangguan pencernaan, rasa sakit, nyeri dan rematik. Konstituen utama allspice adalah minyak atsiri yang terdapat dalam biji dan eugenol fenol (yang tak diragukan lagi memberi bau cengkeh). Beberapa unsur lain termasuk minyak tetap (bonastre), tanin, gum, resin, asam malat, galik dan lignin. Allspice adalah sumber alami beta-karoten, vitamin B-1, B-2 dan C dan nutrisi penting lainnya yang bertindak sebagai antioksidan, antijamur dan anti-inflamasi (Viable Herbal, 20110) Allspice sebenarnya adalah buah kering dari tanaman Pimenta dioica. Buah ini dipetik saat hijau dan masih muda dan secara tradisional buah dikeringkan di bawah sinar matahari. Setelah kering buah akan menyerupai coklat dan merica cokelat berukuran besar. Buah allspice mengandung 2-5% minyak esensial. Komponen utamanya adalah eugenol, eugenol metil eter dan terpene (myrcene, 1,8-sineol dan α-phellandrene). Dalam buah allspice yang berasal dari Jamaika, kandungan eugenolnya mencapai 65% 90%) sebagai konstituen utamanya; metil eugenolnya 10% dan myrcene 1%. Allspice dari México didominasi oleh metil eugenol 50-60%, myrcene 15% dan eugenol 10%. Pimenta dioica merupakan pohon kecil yang dapat tumbuh hingga tinggi 12.2 m. Daun tersusun berhadapan, berbentuk oblong, bagian pangkal dan ujung membulat, panjang 4-8 cm, lebar 2-4 cm, tebal, berwarna hijau, beraroma sangat wangi bila diremas. Kayunya terlihat putih karena kulit batangnya yang mengelupas. Bunga-bunganya berwarna putih dengan diameter sekitar 0,6 cm tersusun dalam malai yang muncil dari ketiak daun di bagian ujung. Buah berbentuk bulat lonjong, berwarna cokelat, panjang sekitar 0,6 cm, berisi satu atau dua biji. Daun, kulit kayu dan buahnya mengandung aroma allspice yaitu berbau seperti kombinasi antara cengkeh, lada hitam, pala, dan kayu manis. Syzygium polyanthum (Wight.) Walp. Syzygium polyanthum (Wight.) Walp. memiliki sinonim Eugenia polyantha Wight. dan Eugenia lucidula Miq. Jenis ini dikenal dengan beberapa nama daerah seperti gowok (Sunda), manting (Jawa), kastolam (Kangean); meselangan, ubar serai (Melayu). Sedang nama umumnya adalah salam. Salam merupakan pohon yang tingginya dapat mencapai 25 m, berbatang bulat, permukaan batang licin, bertajuk rimbun dan berakar tunggang. Daunnya tunggal, terletak saling berhadapan, panjang tangkai daun 0,5-1 cm. Helaian daun berbentuk lonjong sampai elips atau bundar telur sungsang, ujung meruncing, pangkal runcing, tepi rata, pertulangan menyirip, permukaan atas licin berwarna hijau tua, permukaan bawah berwarna hijau muda, panjang 5-15 cm, lebar 3-8 cm, jika diremas berbau wangi. Bunga majemuk, tersusun dalam bentuk malai yang keluar dari ujung ranting, berwarna putih, baunya wangi. Buahnya buah buni, bulat, diameter 8-9 mm, buah muda berwarna
Poster
32 dari 61
PROSIDING SEMINAR NASIONAL HARI LINGKUNGAN HIDUP 2011 │ ISBN 978-602-19161-0-0
hijau, setelah masak menjadi merah gelap, rasanya manis agak sepat. Biji bulat, diameter sekitar 1 cm, berwarna coklat. Daun salam digunakan terutama sebagai rempah pewangi masakan di sejumlah negeri di Asia Tenggara, baik untuk masakan daging, ikan, sayur mayur, maupun nasi. Daun ini dicampurkan dalam keadaan utuh, kering ataupun segar, dan turut dimasak hingga makanan tersebut matang. Rempah ini memberikan aroma herba yang khas namun tidak keras. Di pasar dan di dapur, salam kerap dipasangkan dengan laos alias lengkuas. Kayunya berwarna coklat jingga kemerahan dan berkualitas menengah. Kayu yang tergolong ke dalam kayu kelat (nama perdagangan) ini dapat dipergunakan sebagai bahan bangunan dan perabot rumah tangga. Kulit batangnya mengandung tanin, kerap dimanfaatkan sebagai ubar (untuk mewarnai dan mengawetkan) jala, bahan anyaman dari bambu dan lain-lain. Kulit batang dan daun salam biasa digunakan sebagai bahan ramuan tradisional untuk menyembuhkan sakit perut. Buah salam juga dapat dimakan, rasanya manis sepat. Secara tradisional, daun salam digunakan sebagai obat sakit perut. Daun salam juga dapat digunakan untuk menghentikan buang air besar yang berlebihan. Pohon salam bisa juga dimanfaatkan untuk mengatasi asam urat, stroke, kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi (Hipertensi), melancarkan peredaran darah, radang lambung/maag (gastritis), diare, gatal-gatal, kencing manis (Diabetes mellitus), dan lainlain. Penggunaan daun salam sebagai obat di atas disebabkan oleh kandungannya yakni pada daun salam kering terdapat sekitar 0,17% minyak esensial, dengan komponen penting eugenol dan metil kavikol (methyl chavicol) di dalamnya. Ekstrak etanol dari daun menunjukkan efek antijamur dan antibakteri, sedangkan ekstrak metanolnya merupakan anticacing, khususnya pada nematoda kayu pinus Bursaphelenchus xylophilus. Kandungan kimia yang dikandung tumbuhan ini adalah minyak atsiri, tannin, dan flavonoida. Bagian pohon yang bisa dimanfaatkan sebagai obat adalah daun, kulit batang, akar, dan buah. Ekstrak daun salam 3x250 mg/hari menunjukkan kecenderungan dapat menurunkan kadar gula darah puasa dan 2 jam setelah makan terutama pada kadar gula darah di bawah 200 mg/dL walaupun secara statistik perbedaannya tidak signifikan. Salam tersebar di Asia Tenggara, mulai dari Burma, Indocina, Thailand, Semenanjung Malaya, Sumatra, Kalimantan dan Jawa. Jenis ini ditemukan tumbuh liar di hutan-hutan primer dan sekunder, mulai dari tepi pantai hingga ketinggian 1.000 m (di Jawa), 1.200 m (di Sabah) dan 1.300 m dpl (di Thailand); kebanyakan merupakan pohon penyusun tajuk bawah. Disamping itu salam ditanam di kebun-kebun, pekarangan dan lahan-lahan yang lain, terutama untuk diambil daunnya. Daun salam liar hampir tak pernah dipergunakan dalam masakan, selain karena baunya sedikit berbeda dan kurang wangi, salam liar juga menimbulkan rasa agak pahit. Syzygium aromaticum (Linn.) Merr. Cengkeh juga dikenal dengan nama daerah Wunga Lawang (Bali), Cangkih (Lampung), Sake (Nias); Bungeu lawang (Gayo), Cengke (Bugis), Sinke (Flores); Canke (Ujung Pandang), Gomode (Halmahera, Tidore). Jenis ini memiliki sinonim antara lain Eugenia caryophyllata Thumberg., E.caryophyllus Sprengel., Caryophyllus aromaticus Linn., serta Jambos carryhophyllus Spreng. Cengkeh termasuk jenis tumbuhan perdu yang dapat memiliki batang pohon besar dan berkayu keras, dan mampu bertahan hidup hingga puluhan bahkan sampai ratusan tahun. Tingginya dapat mencapai 20-30 m dengan cabang-cabang yang cukup lebat, pada umumnya panjang dan dipenuhi oleh ranting-ranting kecil yang mudah patah. Tajuk pohon cengkeh biasanya berbentuk kerucut. Daun cengkeh berwarna hijau, berbentuk bulat telur memanjang dengan bagian ujung dan panggkalnya meruncing, rata-rata mempunyai ukuran panjang 7,5-12,5 cm dan lebar 2-3 cm. Bunga dan buah muncul di ujung ranting dengan bentuk tandan dan bertangkai pendek. Pada saat masih muda bunga cengkeh berwarna keunguan, kemudian berubah menjadi kuning kehijau-hijauan dan berubah lagi menjadi merah muda apabila sudah tua. Sedang bunga cengkeh kering akan berwarna coklat kehitaman dan berasa pedas sebab mengandung minyak atsiri. Umumnya cengkeh pertama kali berbuah pada umur 4-7 tahun. Tumbuhan cengkeh akan tumbuh dengan baik apabila cukup air dan mendapat sinar matahari langsung. Cengkeh adalah tanaman asli Indonesia. Tumbuhan ini adalah flora identitas Provinsi Maluku Utara. Cengkeh ditanam terutama di Indonesia (Kepulauan Banda) dan Madagaskar; selain itu juga dibudidayakan di Zanzibar, India, dan Sri
Poster
33 dari 61
PROSIDING SEMINAR NASIONAL HARI LINGKUNGAN HIDUP 2011 │ ISBN 978-602-19161-0-0
Lanka. Di Indonesia, cengkeh cocok ditanam di daratan rendah dekat pantai maupun di pegunungan pada ketinggian 900 m dpl. Bunga cengkeh selain mengandung minyak atsiri, juga mengandung senyawa kimia yang disebut eugenol, asam oleanolat, asam galotanat, fenilin, karyofilin, resin dan gom (IPTEKnet, 2005). Cengkeh dapat digunakan sebagai bumbu, baik dalam bentuknya yang utuh maupun sebagai bubuk. Bumbu ini digunakan di Eropa dan Asia. Khususnya di Indonesia, cengkeh digunakan sebagai bahan rokok kretek. Cengkeh juga digunakan sebagai bahan dupa di Republik Rakyat Cina dan Jepang. Minyak cengkeh digunakan di aromaterapi dan juga untuk mengobati sakit gigi. Daun cengkeh kering yang ditumbuk halus dapat digunakan sebagai pestisida nabati dan efektif untuk mengendalikan penyakit busuk batang Fusarium dengan memberikan 50-100 gram daun cengkeh kering per tanaman (Anonim, 2011). Melaleuca cajuputi Powell Jenis ini oleh orang Indonesia dikenal sebagai tumbuhan kayu putih, dimana ekstrak daunnya bisa digunakan sebagai bahan dasar pembuatan minyak kayu putih yang berkashiat untuk obat (Apsari, 2007). Namun ada hal yang perlu diperhatikan yaitu apabila dipergunakan sebagai obat dalam harus jangan dalam dosis banyak karena dapat menyebabkan iritasi. Kayu putih dapat tumbuh di tanah tandus, tahan panas dan dapat bertunas kembali meskipun setelah terjadi kebakaran (Ahira, 2010). Tumbuhan ini dapat ditemukan dari dataran rendah sampai 400 m dpi., dapat tumbuh di dekat pantai di belakang hutan bakau, di tanah berawa atau membentuk hutan kecil di tanah kering sampai basah. Jenis ini tumbuh baik terutama di Indonesia bagian timur dan Australia bagian utara, namun dapat pula diusahakan di daerah-daerah lain yang memiliki musim kemarau yang jelas. Perbanyakannya dengan biji atau tunas akar (IPTEKnet, 2005). Melaleuca cajuputi Roxb. memiliki beberapa sinonim antar lain M. cumingiana et lancifolia Turcz., M. minor Sm., M. saligna Bl., M. viridifolia Gaertn., Myrtus leucadendra, Linn., M. saligna Gmel. Jenis ini dikenal juga dengan nama-nama daerah seperti gelam (Sunda, Jawa), ghelam (Madura), inggolom (Batak); gelam, kayu gelang, kayu putih (Melayu), bru galang; waru gelang (Sulawesi). Pohon kayu putih mempunyai tinggi berkisar antara 10-20 m, kulit batangnya berlapis-lapis, berwarna putih keabu-abuan dengan permukaan kulit yang terkelupas tidak beraturan. Batang pohonnya tidak terlalu besar, dengan percabangan yang menggantung ke bawah. Daunnya tunggal, agak tebal seperti kulit, bertangkai pendek, letak berseling. Helaian daun berbentuk jorong atau lanset, dengan panjang 4,5-15 cm, lebar 0,75-4 cm, ujung dan pangkal daun runcing, tepi rata dan tulang daun hampir sejajar. Permukaan daun berambut, warna hijau kelabu sampai hijau kecoklatan. Daun ini bila diremas atau dimemarkan berbau minyak kayu putih. Perbungaan majemuk bentuk bulir, bunga berbentuk seperti lonceng, daun mahkota warna putih, kepala putik putih kekuningan, keluar di ujung percabangan. Buah panjang 2,5-3 mm, lebar 3-4 mm, warnanya coklat muda sampai coklat tua. Ada beberapa varietas pohon kayu putih. Ada yang kayunya berwarna merah, dan ada yang kayunya berwarna putih. Rumphius membedakan kayu putih dalam varietas daun besar dan varietas daun kecil. Varietas yang berdaun kecil, yang digunakan untuk membuat minyak kayu putih. Daunnya melalui proses penyulingan akan menghasilkan minyak atsiri yang disebut minyak kayu putih yang warnanya kekuning-kuningan sampai kehijau-hijauan. Kandungan kimia Melaleuca cajuputi adalah pada kulit pohon mengandung lignin dan melaleucin. Sedang daunnya mengandung minyak atsiri, terdiri dari sineol 50%-65%, alfa-terpineol, valeraldehida dan benzaldehida. Penyakit yang dapat diobati dengan minyak kayu putih antar lain reumatik, radang usus, diare, radang kulit, batuk, demam, flu, sakit kepala, sakit gigi, ekzema, nyeri pada tulang dan saraf, lemah tidak bersemangat (neurasthenia), susah tidur, asma. Sulingan minyak dari daun dan ranting dinamakan minyak kayu putih (cajeput oil), yang berkhasiat sebagai obat gosok pada bagian tubuh yang sakit atau nyeri, seperti sakit gigi, sakil telinga, sakit kepala, pegal-pegal dan encok, kejang pada kaki atau menghilangkan perut kembung, gatal digigit serangga, luka baru, luka bakar, kadang sebagai obat batuk. Minyak kayu putih yang murni bila dikocok didalam botol maka gelembung-gelembung yang terbentuk dipermukaan akan cepat menghilang. Bila minyak kayu putih dipalsukan, yaitu dicampur dengan minyak tanah atau bensin maka gelembunggelembung yang terbentuk setelah dikocok tidak akan cepat hilang.
Poster
34 dari 61
PROSIDING SEMINAR NASIONAL HARI LINGKUNGAN HIDUP 2011 │ ISBN 978-602-19161-0-0
Syzygium sp. Jenis ini belum diketahui nama lengkapnya. Berasal dari kawasan hutan di Pulau Belitung, Sumatra. Sekilas tumbuhan ini sangat mirip dengan pohon salam, terutama dari bentuk daunnya. Bila tidak meremas daunnya tampak persis seperti daun salam, namun begitu diremas daunnya akan keluar aroma yang sangat wangi. Aromanya sangat mirip dengan aroma remasan daun Backhousia citriodora, namun tingkat kewangiannya masih dibawahnya. Aroma khas daun sereh atau daun lemonnya sangat kental, sehingga kemungkinan daun ini juga dapat dimanfaatkan sebagai bumbu masakan seperti halnya daun Backhousia citriodora. Kajian lebih mendalam akan kandungan minyak atsirinya perlu dilakukan. Barangkali tidak hanya dapat digunakan sebagai bumbu masakan, namun juga sebagai obat atau kegunaan lainnya. KESIMPULAN Enam jenis anggota suku Myrtaceae di Kebun Raya Bogor memiliki daun yang wangi. Jenis Backhousia citriodora memiliki aroma paling kuat dibanding 5 jenis lainnya. Kekuatan aroma daun berhubungan dengan tingkat kandungan minyak atsirinya.
Anonim,
PUSTAKA 2011. Cengkih Syzygium aromaticum (L.) http://id.wikipedia.org/wiki/Cengkih. Diakses 16 Februari 2011
Merrill
&
Perry.
Anonim. 2010. Myrtaceae. http://id.wikipedia.org/wiki/Myrtaceae. Diakses 16 Februari 2011. Apsari, F.W. 2007. Melaleuca cajuputi. Tanaman Obat Indonesia. http://toiusd.multiply.com/journal/item/204/Melaleuca_cajuputi. Diakses 22 Februari 2011 BRAIN. 2007. Backhousia citriodora (Myrtaceae); Lemon ironwood, lemon myrtle, lemon-scented myrtle, sweet verbena tree. Brisbane Rainforest Action & Information Network. Govaerts, R. et al. (12 additional authors). 2008. World Checklist of Myrtaceae. Royal Botanic Gardens, Kew. xv + 455 pp. IPTEKnet. 2005. Tanaman Obat Indonesia. http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?id=9. Diakses 16 Februari 11 Oyen, L.P.A. and N.X. Dung (Editors). 1999. Essential- Oil Plants. Plant Resources of South East Asia 19. Bogor. Indonesia. Rainforest Remedies, 2011. Lemon Myrtle — a Rainforest Plant, Grown Organically. http://www.rainforestremedies.com.au/faqs.shtml. Diakses 12 Januari 2011. Sari, R., Ruspandi and S.R. Ariati (Editors). 2010. An Alphabetical List of Plants Species Cultivated in The Bogor Botanic Gardens. Republik of Indonesia. Indonesian Institute of Sciences. Bogor Botanic Gardens. Stobart,
T. 2008. The Aromatic Allspice Tree: Pimenta dioica, http://www.thewisegardener.com/index.php?page=articles&aid=193 Diakses 25 Januari 2011.
Viable Herbal. 2010. Allspice. http://www.viable-herbal.com/singles/herbs/s723.htm Diakses 25 Januari 2011. Wikipedia. 2011. Backhousia citriodora. Diakses 12 Januari 2011.
Poster
http://www.righthealth.com/topic/Backhousia_citriodora.
35 dari 61