Pengelolaan Situs di Kawasan Kokas Kabupaten Fak-Fak Bau Mene, Balai Arkeologi Jayapura Abstrak
There's a large a mount of archaeological remains in Kokas region, such as rock painting, natural caves used as man the past for inhabit earthenware remains, and Kokas have a beautiful sight of nature, this region is very potential to make as a tourism area. In management activities cooperation between the government and the public who possess this culture heritage management this site must interesting of continous so can incoming benefit for this region. Key Words : Kokas, region, rock painting, management. PENDAHULUAN
Kabupaten Fak-fak adalah salah satu kabupaten yang berada di wilayah Papua Barat. Wilayah ini kaya akan tinggalan arkeologis, mulai dari jaman prasejarah hingga jaman Islam/ kolonial. Salah satu wilayah yang mempunyai tinggalan arkeologis adalah distrik Kokas. Berbagai potensi sumber daya arkeologi dimiliki kawasan ini diantaranya temuan seni cadas (rock art), gua-gua alam yang digunakan sebagai tempat hunian manusia pada jaman prasejarah hal ini dibuktikan dengan ditemukannya cangkang-cangkang kerang dan fragmen-fragmen gerabah. Selain itu kawasan ini merniliki panorama alam yang sangat indah terdapat pulaupulau karang dengan pantai dan pasir putih yang indah. Seni cadas yang terdapat pada dinding-dinding tebing dan ceruk-ceruk karang merupakan manifestasi rasa seni padajaman prasejarah yang merniliki nilai dan daya tarik wisata, gua-gua alam yang mengandung tinggalan arkeologis apabila dikelola dengan baik akan menjadi obyek wisata gua. Gua merupakan data arkeologi yang cukup kompleks dan akurat didalarnnya dijumpai sisa-sisa kehidupan yang bersifat fisik material seperti sisasisa makanan dan pera:latan hidup . Disamping itu keadaan lingkungan sekitar gua yang menampakkan keaslian menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjungi untuk mengunjungi tempat tersebut. Keaslian suatu kawasanl daerah seringkali menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung untuk mengunjungi ternpat tersebut. PENGELOLAAN SUMBERDAYA ARKEOLOGI KAWASAN KOKAS
Pengelolaan sumberdaya arkeologi meliputi upaya pelestarian dan pemanfaatan benda-benda arkeologi untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Kabupaten Kokas adalah salah satu kawasan yang kaya akan tinggalan arkeologis yang sangat beragam. Keberadaan tinggalan tersebut apabila dikelola dengan baik akan dapat menumbuhkan rasa kebanggaan terhadap warisan budaya masa lalu dan akan menjadi daya tarik wisata, sehingga dapat memacu tumbuhnya kegiatan ekonomi.
Papua Vol. 1 No. 1 I Juni 2009
71
Melihat potensi yang dimiliki wilayah ini sangat potensial apabila dikembangkan sebagai tempat wisata arkeologi. Wisata arkeologi yang dimaksud yaitu bepergian untuk mengunjungi situs-situs arkeologi ( Tanudirj o 2001). Dimana dalam kunjungan ini merujuk pada suasana santai atau meneari kesenangan, dengan demikian tempat tersebut selain berfungsi sebagai sarana rekreasi juga dapat menambah wawasan dan pengetahuan pengunjung akan sumberdaya arkeologi yang ada di wilayah tersebut sehingga mereka dapat mengetahui warisan budaya masa lalu. Warisan budaya masa lalu tersebut mengandung nilai-nilai luhur yang bermuatan pengetahuan yang sangat penting dikenal, diketahui dan dipahami oleh generasi sekarang dan generasi masa datang dalam rangka memperkuat jati diri bangsa. Disamping keindahan panorama alam, pemukiman penduduk yang betjejer di sepanjang pantai, hutan-hutan mangrove, pulau-pulau karang dan hamparan pasir p tihnya yang indah menambah keindahan kawasan ini. Sejauh ini situs-situs yang ada di kawasan Kokas belum dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat sekitar, disebabkan karena kurangnya pemahaman rnasyaraka tentang situs tersebut. Selain itu keadaan dan kondisi situs yang tidak terawa arena kurangnya perhatian pemerintah setempat ataupun instansi yang terkai sehingga diperlukan penganan untuk pelestarian situs tersebut. Pelestarian benda eagar budaya merupakan upaya pengelolaan melalaui kegiatan penelitian, perlindungan, pemeliharaan, pemanfaatan dan atau pengembangan seeara selektif untuk menjaga kesinambungan, keserasian dan daya dukungnya dalam menjawab dinamika jaman untuk membangun kehidupan bangsa yang lebih berkualitas. Pelestarian pada hakekatnya adalah upaya mempertahankan agar suatu sumberdaya budaya tetap berada pada konteks sistem atau dimasukkan kembali dalam konteks sistem agar dapat berfingsi aktif atau dimanfaatkan oleh masyarakat, agar tetap bertahan,sumberdaya budaya yang masih ada dalam konteks sistem mungkin saja harus dipakai ulang atau didaur ulang. Konteks sistem adalah lingkungan budaya yang masih bertahan (Tanuditjo, 2006). Dalam UU.RI No 5 tahun 1992 tentang benda eagar budaya, disebutkan bahwa benda eagar budaya merupakan kekayaan budaya bangsa yang penting artinya bagi pemahaman dan pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Disebutkan pula bahwa benda eagar budaya dikuasai oleh Negara dan pengelolaannya menjadi tanggung jawab pemerintah tetapi keberadaan situs menjadi tanggungjawab semua pihak. Terdapat nilai-nilai yang terkandung dalam sumberdaya budaya (tinggalan arkeologi) yaitu: (1) Nilai informatif produk yang dihasilkan oleh para ahli arkeologi adalah informasi tentang sumberdaya budaya yang perlu disampaikan kepada pemerintah maupun masyarakat (2) nilai estetika, tinggalan arkeologi mempunyai nilai estetika yang tinggi, baik dalam bentuk, jenis dan teknik pengetjaannya sehingga menimbulkan daya tarik tersendiri,
72
Papua Vol. 1 No. 1/ Juni 2009
Bau Mene, Pengelolaan Situs di Kawasan Kokas Kabupaten Fak-Fak
(3) nilai asosiatif/simbolis, tinggalan arkeologis merupakan bukti nyata yang dapat menghubungkan kita dengan masa lalu, tradisi megalitik yang masih hidup sampai saat ini di pulau Sumba dan Sabu di dukung oleh masyarakat penganut kepereayaan Merapu yang dalam tata upaearanya terlihat adanya simbolsimbol (4) nilai gotong royong tinggalan arkeologi mempunyai nilai gotong royong yang bersifat menggalang kesatuan dan persatuan (5) nilai ekonornis tinggalan arkeologi mempunyai daya tarik tersendiri sehingga menjadi obyek kunjungan wisata yang pada akhirnya akan mendatangkan devisa bagi negara (Suastika, 2001). Pengelolaan benda eagar budaya bertujuan untuk melestarikan sumberdaya tersebut untuk dapat dikembangkan dalam pereneanaan pembangunan daerah. Dalam pengelolaan sumberdaya budaya peranan masyarakat harus lebih ditingkatkan. Masyarakat harus dilibatkan agar mereka dapat menghargai masa lalunya, masyarakat merniliki hak azasi untuk m,enginterpretasikan, memelihara dan menge1ola sumberdaya yang mereka miliki karena mereka adalah pernilik sumberdaya tersebut. Dalam upaya pengelolaan tersebut harus memberikan manfaat dan keuntungan ekonorni kepada masyarakat setempat. Pengelolaan benda eagar budaya sebagai tempat wisata memerlukan penanganan yang berkelanjutan untuk menjaga agar tetap lestari. Dalam pengelolaan gua sebagai kawasan wisata haruslah memperhatikan keindahan, keunikan serta kelestariaannya tetapi tetap memperhatikan keadaan lingkungan sehingga tidak merusak keadaan lingkungan sekitar gua. Sebelum masyarakat diikut sertakan dalam pengelolaan benda eagar budaya sebaiknya mereka diperkenalkan apa sebenamya sumberdaya budaya tersebut dan bagaimana eara pengelolaannya sehingga dalam pengelolaannya nanti tidak teijadi pelanggaran yang tidak sesuai dengan kode etik pengelolaan benda eagar budaya yang akhimya dapat menganeam kelestarian benda eagar budaya yang akhimya dapat menganeam kelestarian benda eagar budaya tersebut. Pengenalan sumberdaya arkeologi tersebut dapat dilakukan dengan beberapa eara antara lain yaitu : (1) pendidikan, pendidikan ini dapat ditempuh melalui jalur formal dan informal. Jalur formal rnisalnya memberikan pengetahuan melalui sekolah-sekolah. Para murid diberi muatan lokal atau diberi kurikulum yang berisi pengetahuan tentang bendabenda eagar budaya yang ada di daerah tersebut dan arti pentingnya benda-benda peninggalan masa lampau dilestarikan untuk memperkuat jati diri bangsa. Sedangkan jalur informal dilakukan melalui seminar, penyuluhan dan sosialisasi. (2) publikasi melalui media eetak seperti surat kabar, majalah, buku, booklet, leaflet yang dapat dimanfaatkan masyarakat luas sehingga dapat menambah wawasan dan eakrawala tentang benda-benda eagar budaya (3) pembuatan dan pemutaran film dokumenter Masyarakat lokal sebagai pemukim yang bertempat tinggal di sekitar situs merniliki potensi sosial, budaya, politik, dan ekonorni yang dapat dikembangkan sehingga akan menunbuhkan ketergantungan yang saling menguntungkan diantara kedua belah pihak, yaitu situs arkeologis dan masyarakat lokal. Pertama masyarakat
Papua Vol. 1 No.1/ Juni 2009
73
Bau Mene, Pengelo/aan Situs di Kawasan Kokas Kabupaten Fak-Fak
lokal akan diuntungkan dengan adanya pemanfaatan situs arkeologis, rnisalnya situs sebagai tempat wisata akan mendatangkan pendapatan tambahan bagi masyarakat lokal. Kedua dengan tumbuhnya pemberdayaan dalam bidang sosial, budaya, politik dan ekonorni masyarakat lokal diharapkan akan muncul rasa merniliki akan situs arkeologis. Dampak positif dari tumbuhnya rasa merniliki semacam itu adalah kesadaran untuk "melindungi" dan "menjaga" situs arkeologis. Apabila masyarakat sudah dapat bertindak sebagai "pelindung" dan "penjaga" situs atau benda eagar budaya maka hal tersebut merupakan bentuk upaya perlindungan dan pelestarian benda eagar budaya yang paling efektif dan efisien (Prasojo, 2004). Selain memberdayakan masyarakat lokal dalam pengelolaan warisan b dzya per! adanya kerj a sama an tar instansi terkait yang berkepentingan diantaranya emerintab daerab setempat, dinas kebudayaan dan pariwisata serta masya.rakz ada . Dalam hal ini pemerintah dan instansi terkait bertindak sebagai fasili1.a or sehing~a dapat memberi masukan-masukan sesuai dengan keahlian dan pe getabuaa ya:1g dimiliki.
Kawasan Kokas kaya akan tinggalan arkeologis yang apabila dikelola de gan baik dapat dijadikan sebagai obyek wisata yang menghasilkan devisa bagi s daerah. Pengelolaan suatu situs sebagai kawasan wisata harus melibatkan masyarakat setempat sebagai pernilik tempat tersebut dan ketja sama antar instansi :erkait ang berkepentingan dalam hal ini yang bertindak sebagai fasilitator.
74
Papua Vol. 1 No. 1 I Juni 2009
Bau Mene, Pengelolaan Situs di Kawasan Kokas Kabupaten Fak-Fak
Daftar Pustaka
Prasojo, Tjahyono, 2006. "Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan Arkeologi", disampaikan dalam Pelatihan Pengelolaan Sumberdaya Sumberdaya Arkeologi pada tanggal 20-26 September 2006, di Yogyakarta. Tanudi.tjo, Daud AriS--.. 2006. "Pengelolaan Sumberdaya Arkeologi sebuah Pengantar" Disampaikan dalam pelatihan pengelolaan Sumberdaya Arkeologi, pada tanggal 20-26 September 2006, di Yogyakarta. ---------- 2001. " Wisata Arkeologi antara Ilmu dan Hiburan", dalam Memediasi Masa lalu. Makassar: Lembaga Penerbitan Universitas Hasanuddin. Suastika, I Made. 2001. " Tinggalan Arkeologi Sebagai Salah Satu Sumberdaya Budaya Daerah Nusa Tenggara Timur", EHP A Bedugul.
Papua Vol. 1 No.1/ Juni 2009
75