PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA
Oleh : RIDHO DWIANTO A34204013
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
Judul
: Pengelolaan Lanskap Jalur Hijau Kota Jalan Jenderal Sudirman Jakarta pada Dinas Pertamanan DKI Jakarta
Nama Mahasiswa
: Ridho Dwianto
NRP
: A 342 04013
Program Studi
: Arsitektur Lanskap
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Prof. Dr. Ir Hadi Susilo Arifin, MS NIP 131 430 805
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr Ir. Didy Sopandie, MAgr. NIP 131 124 019
Tanggal disetujui:
PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Ridho Dwianto A34204013
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
RINGKASAN RIDHO DWIANTO. Pengelolaan Lanskap Jalur Hijau Kota Jalan Jenderal Sudirman Jakarta pada Dinas Pertamanan DKI Jakarta (Di bawah bimbingan HADI SUSILO ARIFIN). Kota merupakan suatu lingkungan sebagai pusat aktivitas penduduk, seperti industri, perdagangan, pendidikan, dan jasa, yang keadaannya dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, ekonomi, budaya, kelembagaan, adat istiadat, politik, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Jumlah penduduk yang relatif besar dan jenis aktivitas yang beragam menuntut tersedianya sarana
dan prasarana yang
memadai. Kota Hijau merupakan kota yang ramah lingkungan dan berkelanjutan dalam segala aspek kehidupan dan penunjang bagi warganya, maupun unsur lainnya baik tumbuhan, tanaman, hewan, tanah, air, dan udara. Semuanya saling terkait sehingga memberikan fungsi-fungsi kenyamanan, keamanan, dan keindahan. Untuk keseimbangan perkembangan pembangunan kota Jakarta yang begitu pesat agar tetap nyaman dan aman dari polusi yang terjadi serta pemanasan kota, perlu disediakan suatu ruang terbuka hijau dengan komponen yang dominan yaitu vegetasi atau tanaman. Ruang terbuka hijau yang dapat dibuat antara lain taman kota, hutan kota, area rekreasi kota, lapangan olah raga, jalur hijau dan lainnya. Salah satu bentuk ruang terbuka hijau kota adalah jalur hijau kota, baik jalur hijau jalan maupun jalur hijau tepian air yang banyak terdapat tanaman yang dapat meningkatkan kenyamanan, keamanan, dan keindahan kota. Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman Jakarta merupakan salah satu ruang terbuka hijau kota yang cukup luas dan dapat dimanfaatkan untuk menjaga kelestarian ekosistem lingkungan kota, meningkatkan keindahan kota dan dapat mengurangi polusi kota. Untuk itu perlu dilakukan kegiatan pemeliharaan yang maksimal dan dengan rencana pengelolaan yang baik dan teratur untuk menjaga keindahan dan kelestariannya sehingga dapat berfungsi dengan baik untuk menjaga kenyamanan dan keamanan lingkungan kota. Tujuan umum yang ingin dicapai dalam kegiatan magang ini adalah untuk meningkatkan wawasan dan pengalaman keprofesian di bidang arsitektur lanskap.
Sedangkan secara khusus tujuan dari kegiatan magang ini antara lain mempelajari dan mengevaluasi suatu kasus jalur hijau jalan sebagai ruang terbuka hijau kota dalam aspek pengelolaan, mengevaluasi dan menganalisis permasalahanpermasalahan di lapangan, dan memberikan berbagai alternatif praktis untuk mengatasinya. Ruang lingkup kegiatan magang ini meliputi aspek teknik administrasi (studio) dan teknik lapangan. Teknik administrasi mencakup pengenalan atas struktur organisasi Dinas Pertamanan, peraturan dan sistem pembagian kerja yang ada di dalam Dinas Pertamanan, serta pekerjaan yang dilakukan di studio. Teknik lapangan mencakup bentuk-bentuk pekerjaan pengelolaan serta pembagian kerja di lapangan. Kota Jakarta merupakan kota terbesar di Indonesia dan merupakan Ibu Kota Negara Indonesia. Dengan tingkat pertumbuhan kota yang begitu pesat, ditambah dengan pengaruh sektor ekonomi dan perdagangan yang begitu kuat, sehingga pertumbuhan kota mengikuti pertumbuhan sektor-sektor tersebut. Jalan Jenderal Sudirman merupakan salah satu jalan protokol di DKI Jakarta dengan wilayah jalur yang cukup luas dan merupakan salah satu jalur jalan terpanjang di Jakarta. Begitu juga dengan jalur hijau jalan tersebut menjadi salah satu ruang terbuka hijau kota yang dapat mengurangi tingkat pencemaran polusi udara di mana kota menjadi tidak nyaman. Dinas Pertamanan adalah salah satu unit kerja pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang mempunyai tugas dan wewenang untuk membangun dan mengelola ruang terbuka hijau kota. Dinas Pertamanan ini terbentuk pada tahun 1970 melalui Keputusan Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor Cd3.1/1/1970 dan semenjak itu tugas dan wewenang Dinas Pertamanan resmi dijalankan. Subdinas Jalur Hijau merupakan salah satu bagian dari Dinas Pertamanan Jakarta. Subdinas Jalur Hijau terdiri dari Seksi Jalur Hijau Jalan, Seksi Jalur Hijau Tepian Air, Seksi Jalur Hijau Penyempurna, dan Seksi Perencanaan Jalur Hijau. Sub-dinas Jalur Hijau bertugas untuk melaksanakan pemantauan, perencanaan, pemeliharaan, pengendalian, dan pemanfaatan jalur hijau kota, jalur hijau jalan, jalur hijau tepian air, dan jalur hijau penyempurna.
Pemeliharaan fisik dilakukan untuk
mempertahankan kondisi elemen
lanskap agar tetap menampilkan sifat fisiknya seperti keadaan awal sehingga aspek estetika dan fungsi elemen tetap seperti semula. Secara umum, pemeliharaan fisik lanskap adalah pemeliharaan elemen lunak (soft material) seperti tanaman dan elemen keras (hard material) seperti paving, kolam air mancur, dan pagar jalan busway. Pemeliharaan fisik elemen lunak tanaman yang dilakukan
terdiri
dari
pembabatan
rumput,
pengetrikan
rumput,
penyapuan/pembersihan sampah atau rumput, penyiraman rumput, pohon, tanaman hias, dan tanaman perdu, pendangiran pohon, tanaman hias dan tanaman perdu, pemangkasan tanaman perdu, pengangkutan dan pembuangan sampah, serta pengendalian hama dan penyakit tanaman. Pemeliharaan elemen keras biasanya ada yang bersifat nonperiodik atau bersifat insidential yaitu jika terdapat beberapa elemen yang rusak pada jalur hijau jalan tersebut seperti pergantian bola lampu yang putus, pagar yang rusak dan lain sebagainya. Selain itu pemeliharaan ini ada juga yang terjadwal baik itu bulanan, semesteran dan tahunan seperti pengecetan ulang kanstin, pembersihan kolam air mancur, patung, dan pengecetan ulang pagar. Penampilan yang baik, bersih pada elemen keras akan menambah nilai keindahan jalur hijau jalan tersebut. Efektivitas kerja pemeliharaan sangat ditentukan oleh beberapa hal berikut: motivasi kerja dan tingkat keterampilan yang dimiliki operator/pekerja pemeliharaan, sistematika jadwal perencanaan pemeliharaan, ketersedian alat dan bahan yang sesuai dengan kebutuhan, tingkat pengawasan pekerjaan di lapang, kelancaran komunikasi antara pimpinan dan para pengawas lapang, dan antara pengawas lapang dan operator/pekerja pemeliharaan di lapangan. Upaya Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta untuk mengurangi kemacetan dan tingkat polusi udara, tidak henti-hentinya dilakukan. Salah satu program yakni Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) atau free car day yang dilaksanakan oleh Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) di ruas Jalan Jenderal Sudirman dan MH Thamrin telah dimulai sejak Desember 2007 dan masih berlanjut hingga sekarang. Berbagai kegiatan yang menonjolkan betapa pentingnya hidup sehat dapat kita lihat mulai dari lomba senam poco-poco,
bersepeda santai hingga balap sepeda, jogging, jalan santai, foto-foto yang diselingi dengan beraneka macam hiburan. Persepsi pengguna jalan terhadap Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman yang didapatkan dari hasil wawancara kuisioner sangat berperan dalam mempengaruhi perkembangan jalur hijau jalan tersebut untuk ke depannya. Wawancara dilakukan terhadap 30 responden yang melewati Jalan Jenderal Sudirman. Wawancara yang dilakukan mengenai keadaan umum Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman seperti keindahan, kenyamanan, keamanan, kebersihan, jenis tananam yang disukai, pengelolaan dan pemeliharaan yang dilakukan oleh Dinas Pertamanan dan lain sebagainya. Wawancara kuisioner ini berfungsi untuk mengetahui pendapat pengguna jalan mengenai Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman yang selanjutnya dapat memberikan masukan dan bermanfaat bagi pihak pengelola jalur hijau jalan tersebut untuk meningkatkan kegiatan pengelolaan dan pemeliharaan yang dilakukan sehingga dapat meningkatkan fungsi dan kualitas keindahan di Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman. Rencana pengelolaan lanskap merupakan suatu usaha yang dilakukan secara berkelanjutan untuk menjaga kualitas estetika dan fungsional lanskap. Untuk menjaga kualitas estetika dan fungsional lanskap maka pengelolaan yang dilakukan harus terencana dengan baik dan teratur, baik itu struktur organisasi, tenaga kerja, penjadwalan kegiatan pengelolaan, alat-alat yang digunakan, dan rencana anggaran biaya.
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga laporan magang dengan judul Pengelolaan Lanskap Jalur Hijau Kota Jalan Jenderal Sudirman Jakarta pada Dinas Pertamanan DKI Jakarta ini dapat terselesaikan. Laporan yang dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor ini merupakan hasil kegiatan magang yang dilaksanakan pada tanggal 18 Februari 2008 sampai dengan 13 Juni 2008 di Dinas Pertamanan DKI Jakarta. Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada 1. Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, MS selaku dosen pembimbing skripsi 2. Dinas Pertamanan DKI Jakarta atas kesempatan yang telah diberikan 3. Kepala Dinas Pertamanan, Kepala Sub-dinas Jalur Hijau, dan Kepala Seksi Jalur Hijau Jalan atas kesempatan dan bimbingan yang telah diberikan 4. Bapak Sukriah, selaku pengawas lapang Jalur Hijau Jalan Jendral Sudirman atas bantuannya selama pelaksanaan magang 5. seluruh rekan-rekan Arsitektur Lanskap-41 atas semua keceriaan dan kebersamaan selama ini 6. seluruh sahabat mahasiswa/mahasiswi dari Kabupaten Kuantan Singingi atas doa dan kebersamaannya selama ini 7. semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan namanya satu persatu 8. ketiga saudara/saudari penulis tercinta Dedi Marta Mujiana, Siska Aryanti, dan Rahmat Kurniawan serta seluruh keluarga, atas doa, kasih sayang, kebahagiaan, dan kebersamaannya 9. kedua orang tua tercinta, atas doa dan kasih sayang yang selalu diberikan Penulis berharap laporan magang ini dapat memberikan manfaat bagi yang memerlukannya. Bogor, Agustus 2008 Penulis
RIWAYAT HIDUP Penulis yang dilahirkan di Baserah, Kecamatan Kuantan Hilir, Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau pada tanggal 31 Maret 1986 merupakan anak ke dua dari empat bersaudara pasangan keluarga Bapak Hamyanis Mukminin dan Rosmanidar. Penulis mengawali pendidikan di Taman Kanak-Kanak Pertiwi Kuantan Hilir, kemudian melanjutkan ke sekolah dasar di SDN 12 Pasar Usang Baserah, Kecamatan Kuantan Hilir pada tahun 1992. Pada tahun 1998, penulis menamatkan sekolah dasar dan meneruskan ke jenjang sekolah menengah pertama di SLTPN 1 Kuantan Hilir. Setelah menamatkan sekolah menengah pertamanya, penulis meneruskan ke jenjang Sekolah Menegah Umum Negeri (SMUN) 1 Kuantan Hilir dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun 2004 penulis diterima di Program Studi Arsitektur Lanskap, Jurusan Budi Daya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL ..............................................................................
iv
DAFTAR GAMBAR .........................................................................
v
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................
vii
BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................
1
1.1 Latar Belakang ....................................................................
1
1.2 Tujuan Magang ...................................................................
2
1.3 Kegunaan Magang ..............................................................
3
1.4 Kerangka Pikir ....................................................................
3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................
5
2.1 Lanskap dan Lanskap Kota .................................................
5
2.2 Ruang Terbuka Hijau ..........................................................
5
2.3 Jalur Hijau Jalan ..................................................................
7
2.4 Pengelolaan Lanskap ...........................................................
8
2.5 Pemeliharaan .......................................................................
9
2.5 Pemeliharaan Ideal ..............................................................
9
2.6 Pemeliharaan Fisik ..............................................................
11
BAB III. METODOLOGI ...................................................................
12
3.1 Lokasi dan Waktu Magang .................................................
12
3.2 Alat dan Bahan ...................................................................
13
3.3 Metode Pelaksanaan ...........................................................
13
3.4 Pengumpulan Data ..............................................................
13
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN............................................
15
4.1. Kondisi Umum DKI Jakarta ..............................................
15
4.1.1. Letak Geografis dan Administrati .......................
15
4.1.2. Iklim ....................................................................
16
4.1.3. Geologi dan Tanah ..............................................
16
4.1.4. Tata Guna Lahan .................................................
17
4.1.5. Topografi ............................................................
18
4.1.6. Kualitas Udara .....................................................
18
.
4.1.7. Vegetasi ...............................................................
19
4.1.8. Sosial Ekonomi dan Demografi ..........................
21
4.2. Organisasi Dinas Pertamanan DKI Jakarta ........................
22
4.2.1. Tugas Pokok ........................................................
23
4.2.2. Fungsi ..................................................................
23
4.2.3. Visi ......................................................................
23
4.2.4. Misi.......................................................................
23
4.2.5. Sasaran Program ..................................................
24
4.2.6. Program Unggulan ...............................................
24
4.3. Subdinas Jalur Hijau Dinas Pertamanan ...........................
24
4.4. Zona Pemeliharaan ........................ ....................................
26
4.5. Sistem Pemeliharaan Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman
27
4.6. Pengelolaan Jadwal Pemeliharaan ......................................
28
4.7. Pengelolaan Tenaga Kerja ..................................................
29
4.8. Pengelolaan Biaya Pemeliharaan ........................................
30
4.9. Pengelolaan Peralatan dan Bahan .... ..................................
32
4.10. Pengelolaan Administrasi .................. ..............................
33
4.11. Pemeliharaan Fisik Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman .
34
4.11.1. Pemeliharaan Elemen Lunak (Soft Material) ....
34
4.11.1.1. Pembabatan/Pemangkasan Rumput ....
34
4.11.1.2. Pengetrikan Rumput ............................
36
4.11.1.3. Penyapuan/Pembersihan Sampah atau Rumput ...............................................
36
4.11.1.4. Pemangkasan Nonrumput ..................
37
4.11.1.5. Pemeliharaan Pohon Pelindung ..........
39
4.11.1.6. Penyiraman Tanaman ..........................
41
4.11.1.7. Pemupukan ..........................................
43
4.11.1.8. Pendangiran dan Penyiangan Gulma ...
46
4.11.1.9. Penyulaman dan Penggantian Tanaman
47
4.11.1.10. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman.............................................
48
4.11.2. Pemeliharaan Elemen Keras (Hard Material)....
50
4.12. Efektivitas Kegiatan Pemeliharaan ...................................
51
4.13. Hari Bebas Kendaraan Bermotor .....................................
52
4.14. Wawancara Pengguna Jalan .............................................
53
4.15. Rencana Pengelolaan Lanskap .........................................
61
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ...................................................
64
5.1. Simpulan .............................................................................
64
5.2. Saran ...................................................................................
64
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................
66
LAMPIRAN .........................................................................................
67
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Jenis dan luas ruang terbuka hijau DKI Jakarta ....................
17
Tabel 2. Jenis tanaman di Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman ..........
19
Tabel 3. Jumlah Penduduk DKI Jakarta Januari 2008 .........................
21
Tabel 4. Jadwal kegiatan pemeliharaan Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman ................................................................................
29
Tabel 5. Uraian kegiatan pekerjaan dan jumlah tenaga kerja .............
30
Tabel 6. Jenis, jumlah, kondisi, dan masa efektif peralatan pemeliharan ............................................................................
33
Tabel 7. Jenis kegiatan, frekuensi, alat, dan jumlah tenaga kerja ........
34
Tabel 8. Perbandingan kapasitas kerja kegiatan pemeliharaan ............
52
iv
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Kerangka pikir magang ......................................................
4
Gambar 2. Peta lokasi Jalan Jenderal Sudirman……………………....
12
Gambar 3. Jalur hijau median, jalur separator Jalan Jenderal Sudirman dari arah patung Sudirman ke arah Jalan Semanggi ............................................................................
15
Gambar 4. Struktur organisasi pengelolaan Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman ............................................................................
26
Gambar 5. Zonasi kegiatan pemeliharaan, (a) Jalan sekitar Air Mancur Patung Pemuda, (b) Jalur Jalan Jenderal Sudirman, (c) Pulau Jalan depan BNI 45, (d) Pulau Jalan sekitar FO. Karet, (e) pulau Jalan segitiga ex Bakin ......................
27
Gambar 6. Kegiatan pemangkasan rumput pada jalur separator Jalan Jenderal Sudirman ...............................................................
35
Gambar 7. Hasil kegiatan pengetrikan rumput, (a) pinggir kanstin, (b) pinggir tanaman di Jalan sekitar Air Mancur Patung Pemuda ...............................................................................
36
Gambar 8. Kegiatan pembersihan sampah diarea rumput di jalur separotor Jalan Jenderal Sudirman .....................................
38
Gambar 9. Hasil pemangkasan tanaman semak di Jalan sekitar Air Mancur Patung Pemuda......................................................
39
Gambar 10. Pohon Pelindung jalur separator Jalan Jenderal Sudirman.
41
Gambar 11. Sprinkel untuk penyiraman tanaman rumput di jalur separator Jalan Jenderal Sudirman......................................
43
Gambar 12. Kegiatan Pendangiran dan penyiangan gulma tanaman semak pada jalur median Jalan Jenderal Sudirman.............
47
Gambar 13. (a) Perkerasan/paving yang rusak di Jalan sekitar Air Mancur Patung Pemuda, (b) kanstin yang rusak dan cat yang terkelupas di jalur median Jalan Jenderal Sudirman.
51
Gambar 14. Aktifitas pada Hari Bebas Kendaraan Bermotor, (a) aktifitas jogging, (b) kegiatan bersepeda pada jalur (b) cepat Jalan Jenderal Sudirman ....................................
53
Gambar 15. Diagram fungsi Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman untuk kenyamanan ...........................................................
56
Gambar 16. Diagram fungsi Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman untuk keamanan ..........................................................................
56
v
Gambar 17. Diagram fungsi Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman untuk keindahan .........................................................................
56
Gambar 18. Diagram fungsi Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman untuk kebersihan ........................................................................
57
Gambar 19. Diagram tingkat kesukaan terhadap tanaman semak, perdu, herba, tanaman rumput pada Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman ........................................................................... 58 Gambar 20. Diagram penggunaan tanaman semak, tanaman perdu, tanaman herba, dan rumput yang disukai pada Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman .........................................
59
Gambar 21. Diagram mengenai fasilitas yang perlu ditambahkan pada Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman.................................
59
Gambar 22. Diagram kondisi perkerasan pada Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman ............................................................
60
Gambar 23. Diagram kualitas pengelolaan pemeliharaan pada Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman .........................................
61
vi
DAFTAR LAMPIRAN Halaman
Lampiran 1. Data iklim DKI Jakarta tahun 2007…………………………….
68
Lampiran 2. Struktur organisasi Dinas Pertamanan ………………………....
69
Lampiran 3. Kondisi pegawai Dinas Pertamanan Provinsi DKI Jakarta Tahun 2007 Menurut Golongan Dan Tingkat Pendidikan ..........
70
Lampiran 4. Bagan pembagian tugas personil/karyawan Subdinas Jalur Hijau Seksi Jalur Hijau Jalan tahun 2008 …................................
71
Lampiran 5. Gambar bagian-bagian jalan dan jalur hijau Jalan Jenderal Sudirman .....................................................................................
72
Lampiran 6. Surat Perjanjian Kontrak Induk Pemeliharaan Sarana/Prasarana Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman Tahap I …………… ........
73
Lampiran 7. Surat Perjanjian Kontrak Induk Pemeliharaan Sarana/Prasarana Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman tahap II ……………..…....
92
Lampiran 8. Lembar Kuisioner ………………………………………………
114
vii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota merupakan suatu lingkungan sebagai pusat aktivitas penduduk seperti industri, perdagangan, pendidikan, dan jasa, yang keadaannya dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, ekonomi, budaya, kelembagaan, adat istiadat, politik, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Jumlah penduduk yang relatif besar dan jenis aktivitas yang beragam menuntut tersedianya sarana dan prasarana yang memadai. Menurut UU Republik Indonesia No. 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang, kawasan perkotaan merupakan wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Kota Hijau merupakan kota yang ramah lingkungan dan berkelanjutan dalam segala aspek kehidupan dan penunjang bagi warganya, serta unsur lainnya baik tumbuhan, tanaman, hewan, tanah, air, dan udara. Semuanya saling terkait sehingga memberikan fungsi-fungsi kenyamanan, keamanan, dan keindahan. Untuk itu segala aspek yang saling terkait pelu dijaga dan dipelihara agar tetap terjaga fungsinya, saling bermanfaat dan tetap terjaga kelestariannya secara berkelanjutan. Jakarta merupakan kota yang pembangunannya semakin meningkat setiap tahun sehingga ruang terbuka hijau yang tersedia semakin sedikit. Pembangunan dan penggunaan sumber polusi yang semakin meningkat menyebabkan keamanan, kenyamanan dan keindahan kota semakin berkurang. Untuk keseimbangan perkembangan pembangunan kota Jakarta yang begitu pesat agar tetap nyaman dan aman dari polusi yang terjadi serta pemanasan kota, perlu disediakan suatu ruang terbuka hijau dengan komponen yang dominan yaitu vegetasi atau tanaman. Ruang terbuka hijau yang dapat dibuat antara lain taman kota, hutan kota, area rekreasi kota, lapangan olah raga, jalur hijau dan lainnya. Salah satu bentuk ruang terbuka hijau kota adalah jalur hijau kota, baik jalur hijau jalan maupun jalur hijau tepian air yang banyak terdapat tanaman yang
dapat meningkatkan kenyamanan, keamanan, dan keindahan kota. Begitu juga kota Jakarta yang juga memiliki jalur hijau kota yang cukup luas sebagai ruang terbuka hijau yang dapat meningkatkan keamanan, kenyamanan dan keindahan kota. Jalur hijau jalan kota merupakan salah satu ruang terbuka hijau yang cukup luas di Jakarta sehingga perlu dilakukan pengelolaan dan pemeliharaan yang baik agar tetap terjaga kelestariannya. Jalur hijau jalan Jakarta dapat berfungsi untuk keindahan kota yang dapat dinikmati oleh pengguna jalan yang melewati jalur tersebut, baik yang menggunakan kendaraan maupun pejalan kaki. Jalur hijau jalan yang indah dapat digunakan pengguna jalan sebagai sarana untuk menghilangkan stres, rasa jenuh setelah bekerja, dan rasa lelah dengan menikmati keindahan jalur hijau jalan ketika melewatinya. Selain itu secara fungsional, jalur hijau jalan kota Jakarta dapat mengurangi polusi kota, memberikan kenyamanan bagi pengguna jalan, dan memperbaiki ekosistem lingkungan kota. Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman Jakarta merupakan salah satu ruang terbuka hijau kota yang cukup luas dan dapat dimanfaatkan untuk menjaga kelestarian ekosistem lingkungan kota, meningkatkan keindahan kota dan dapat mengurangi polusi kota. Untuk itu perlu dilakukan kegiatan pemeliharaan yang maksimal dan dengan rencana pengelolaan yang baik dan teratur untuk menjaga keindahan dan kelestariannya sehingga dapat berfungsi dengan baik untuk menjaga kenyamanan dan keamanan lingkungan kota. Selain itu, Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman juga dapat dimanfaat sebagai sarana rekreasi bagi pengguna jalan seperti menghilangkan stres, rasa jenuh dan lelah setelah bekerja dengan menikmati keindahan jalur hijau tersebut.
1.2 Tujuan Magang Tujuan umum yang ingin dicapai dalam kegiatan magang ini adalah untuk meningkatkan wawasan dan pengalaman keprofesian di bidang arsitektur lanskap. Secara khusus tujuan dari kegiatan magang adalah : 1) mempelajari dan mengevaluasi suatu kasus jalur hijau jalan sebagai ruang terbuka hijau kota dalam aspek pengelolaan, mengenal dan meningkatkan
2
keterampilan dalam menyelesaikan permasalahan dan kendala, dan pemanfaatan potensi yang ada. 2) menganalisis permasalahan-permasalahan di lapangan, baik yang bersifat umum maupun yang khusus serta memberikan berbagai alternatif praktis untuk mengatasinya.
1.3 Kegunaan Magang Kegunaan magang di Dinas Pertamanan DKI Jakarta adalah : 1) peningkatan pemantapan sikap akademik mahasiswa dalam menghadapi persoalan dan tantangan di lapangan. 2) pengembangan sikap profesionalisme mahasiswa dalam menghadapi kondisi lapangan kerja sesungguhnya.
1.4. Kerangka Pikir Proses magang dilakukan di Jalur Hijau Kota Jalan Jenderal Sudirman di bawah Dinas Pertamanan DKI Jakarta. Proses magang ini meliputi aspek pengelolaan lanskap. Seluruh hasil analisis dan sintesis yang diperoleh kemudian dirangkum secara deskriptif dan menghasilkan produk berupa rencana pengelolaan lanskap jalur hijau kota yang berkelanjutan untuk menjaga kualitas estetika dan fungsonal Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman (Gambar 1).
3
Jalur Hijau Kota Jalan Jendral Sudirman Jakarta
Jalur Hijau Kota yang Tetap Terjaga Secara Estetik dan Fungsional
Proses Magang Evaluasi
Pengelolaan Lanskap dan Pemeliharaan
Biofisik
Sosial Ekonomi Budaya
Ideal
Fisik
Analisis
Permasalahan
Potensi
Solusi
Rekomendasi
Rencana Pengelolaan Lanskap Jalur Hijau Kota yang Berkelanjutan untuk Menjaga Kualitas Estetika dan Fungsional
Gambar 1. Kerangka Pikir Magang
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap dan Lanskap Kota Lanskap adalah suatu bagian dari muka bumi dengan berbagai karakter lahan/tapak dan dengan segala sesuatu dengan apa yang ada di dalamnya baik bersifat alami maupun buatan manusia, yang merupakan total dari bagian hidup manusia beserta makhluk hidup lainnya, sejauh mata memandang, sejauh indera dapat menangkap dan sejauh imajinasi dapat membayangkan yang memiliki keindahan secara estetika dan berdaya guna secara fungsional. Lanskap adalah suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia (Simonds dan Starke, 2006). Ada bentukan-bentukan elemen lanskap yang dapat diubah dan tidak dapat diubah. Elemen-elemen lanskap alami yang dapat diubah yaitu bukit-bukit, semak belukar dan lainnya. Sedangkan elemen-elemen lanskap yang tidak dapat diubah antara lain bentukan topografi seperti gunung, lembah, sungai, pantai dan lain sebagainya. Lanskap kota merupakan lanskap buatan manusia sebagai akibat dari aktivitas manusia dalam mengelolah lingkungan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Simonds dan Starke, 2006). Lanskap kota terjadi karena adanya pengorganisasian ruang yang mencerminkan kegiatan masyarakat setiap hari. Lanskap kota merupakan wajah bentang alam kota, tidak semata-mata lingkungan pertamanan dalam arti sempit, tetapi mencakup segala hal ruang luar (exterior, out door) baik yang alami maupun yang buatan dengan segala elemennya, baik yang keras (hardscape) maupun yang lunak (softscape).
2.2 Ruang Terbuka Hijau Ruang terbuka mencakup keseluruhan lanskap, perkerasan, taman dan tempat rekreasi di dalam kota. Elemen-elemennya meliputi taman-taman, ruang terbuka hijau kota, tumbuh-tumbuhan dan lainnya. Ruang terbuka dapat membentuk man-made atau natural, yang pada dasarnya adalah total kesatuan
yang terbentuk dalam kota yang digunakan sebagai wadah untuk istirahat dan tempat kegiatan yang memiliki keterkaitan, diantaranya sebagai sistem orientasi. Ruang terbuka kota adalah ruang kota yang tidak terbangun, yang berfungsi untuk menunjang tuntutan kenyamanan, kesejahteraan, keamanan, peningkatan kualitas lingkungan, dan pelestarian alam. Ruang terbuka terdiri dari ruang pergerakan linear dan ruang pulau sebagai tempat pemberhentian. Ruang Terbuka Hijau adalah suatu lapang yang ditumbuhi berbagai tetumbuhan, pada berbagai strata, mulai dari penutup tanah, semak, perdu dan pohon (tanaman tinggi berkayu). Ruang Terbuka Hijau merupakan sebentang lahan terbuka tanpa bangunan yang mempunyai ukuran, bentuk dan batas geografis tertentu dengan status penguasaan hijau berkayu dan tahunan sebagai tumbuhan penciri utama dan tumbuhan lainnya (perdu, semak, rerumputan, dan tumbuhan penutup tanah lainnya), sebagai tumbuhan pelengkap, serta penunjang fungsi RTH yang bersangkutan. Menurut UU Republik Indonesia No. 26 Tahun 2007 tentang tata ruang, ruang terbuka hijau adalah area memanjang atau mengelompok yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh alamiah maupun yang sengaja ditanam. Untuk proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 30 persen dari luas wilayah kota. Sementara menurut Simonds dan Starke (2006), bahwa ruang terbuka dapat berupa waterfront (kawasan pantai, tepian danau, maupun tepian lairan sungai), blueways (aliran sungai, aliran air lainnya, serta hamparan banjir, greenways (jalan bebas hambatan, jalan-jalan di taman, koridor transportasi, jalanjalan setapak, jalan sepeda, serta jogging track), taman-taman kota serta areal rekreasi, serta ruang terbuka penunjang lainnya (hutan kota, reservoir, lapangan golf, kolam renang, lapangan tennis, anstalasi militer dan lainnya). Ruang terbuka suatu ruang yang tidak ditutupi bagian atas lahannya dengan berbagai tutupan dan mempunyai fungsi alami yang dominan. Bentuk ruang terbuka tersebut antara lain pertamanan, ruang terbuka hijau, sungai, plaza kota dan lainnya. Adapun peran ruang terbuka dalam suatu perkotaan, yaitu : 1) Merupakan unsur keindahan disebabkan menciptakan harmoni tata lingkungan perkotaan,
6
2) Menyediakan ruang terbuka hijau yaitu berupa tanaman yang dapat mengurangi pencemaran, 3) Memberikan ruang gerak bagi segenap masyarakat yang membutuhkanya. Selain itu berdasarkan fungsi dan luasan, ruang terbuka hijau dibedakan atas: 1) Ruang terbuka makro, mencakup daerah pertanian, perikanan, hutan lindung, hutan kota, dan pengaman di ujung landasan Bandar Udara. 2) Ruang terbuka medium, mencakup pertamanan kota, lapangan olah raga, Tempat Pemakaman Umum (TPU). 3) Ruang terbuka mikro, mencakup taman bermain (playground) dan taman lingkungan (community park). Fungsi dari ruang terbuka hijau antara lain fungsi arsitektural, fungsi teknik, fungsi kenyamanan, fungsi ekologi dan fungsi sosial ekonomi. Fungsi arsitektural seperti membingkai ruang, menciptakan batasan-batasan dan lainnya. Fungsi teknik seperti mengatasi bahaya erosi, memperbaiki struktur tanah dan lainnya. Fungsi kenyamanan seperti menurunkan suhu kota, menyediakan udara segar dan lainnya. Fungsi ekologis yaitu fungsi yang berkaitan dengan kemampuan vegetasi meningkatkan kualitas ekosistem kota. Fungsi sosial ekonomi seperti sebagai wadah kegiatan sosial bagi masyarakat kota, sebagai wadah kegiatan ekonomi dan lainnya. Manfaat dari ruang terbuka hijau adalah kesan estetis, orologis, protektif, higinis dan manfaat edukatif. Manfaat estetika di mana ruang terbuka hijau dapat meningkatkan keindahan suatu lanskap. Manfaat orologis di mana ruang terbuka hijau bermanfaat untuk mencegah terjadinya erosi, banjir. Manfaat protektif di mana ruang terbuka hijau bermanfaat sebagai pelindung seperti sinar matahari, angin kencang dan juga menyerap debu. Manfaat higinis di mana ruang terbuka hijau menghasilkan Oksigen yang dibutuhkan manusia dan menyerap CO2 yang berbahaya bagi manusia. Manfaat edukatif di mana ruang terbuka hijau dapat bermanfaat sebagai sarana untuk belajar mengenal tanaman. 2.3 Jalur Hijau Jalan Jalur hijau jalan merupakan suatu area di sepanjang jalan yang ditanami oleh berbagai tanaman dengan tujuan untuk peneduh, membantu mengurangi
7
polusi, peresapan air, serta tujuan estetika. Di sepanjang tepian jalan dapat ditanami tanaman sesuai dengan luas dan lebar jalur yang digunakan. Adapun Jalur hijau jalan tersebut antara lain jalur hijau jalan raya, jalan tol, jalan protocol, jalur rel kereta api dan lainnya. Jalur hijau dan lingkungan alami banyak dibutuhkan di area kota dan pinggiran kota. Jalur hijau banyak dimanfaatkan penduduk kota untuk rekreasi, transportasi, dan pendidikan alam. Jalur hijau di daerah kota memiliki potensi untuk menyediakan suatu kombinasi yang unik dari segi ekologis dan sosial untuk wilayah metropolitan. Keuntungan ekologis dari jalur hijau ini antara lain sebagai kualitas arus dan perlindungan lahan basah, perlindungan erosi dan banjir, habitat dan plasma nutfah flora dan fauna, serta kualitas udara dan perbaikan iklim mikro. Keuntungan sosial dari jalur hijau ini antara lain sebagai rekreasi, pendidikan alam, kesempatan-kesempatan untuk berapresiasi penduduk kota, rute transportasi non-konstrumtif seperti berjalan dan bersepeda, serta menyatukan bagian-bagian yang terpisah dari wilayah metropolitan yang luas.
2.4 Pengelolaan Lanskap Pengelolaan
merupakan
upaya
manusia
untuk
mendayagunakan,
memelihara dan melestarikan lanskap/lingkungan agar memperoleh manfaat yang maksimal dengan mengusahakan kontinyuitas kelestariannya. Pengelolaan lanskap adalah upaya terpadu dalam penataan dan pemanfaatan, pemeliharaan, pelestarian, pengendalian dan pengembangan lingkungan hidup sehingga tercipta lanskap yang bermanfaat bagi manusia dan makhluk hidup lainnya (Arifin dan Arifin, 2005). Menurut Arifin dan Arifin (2005) lagi, pemeliharaan lanskap dimaksudkan untuk merawat dan menjaga areal lanskap dengan segala fasilitas yang ada didalamnya agar kondisinya tetap baik atau sedapat mungkin mempertahankan pada keadaan yang sesuai dengan tujuan rancang atau disain semula. Menurut Corder (1996), Pekerjaan pemeliharaan terdiri atas pemeliharaan terencana dan pemeliharaan tidak terencana. Pemeliharaan terencana terdiri dari
8
aktivitas pencegahan, sedangkan pemeliharaan yang tidak terencana merupakan pemeliharaan yang bersifat insidential. Menurut Sternloff dan Warren (1984), terdapat tiga tipe organisasi pemeliharaan, yaitu: 1) Sistem pemelihaan Unit (Unit Maintenance) yaitu pemeliharaan yang didasarkan pada unit-unit taman yang ada, sehingga setiap unit taman mempunyai tim pemeliharaan sendiri 2) Sistem Tim Pemeliharaan Khusus (Specialized Maintenance Crew), yaitu pemeliharaan didasarkan pada keahlian tertentu dari pegawainya, seperti pegawai khusus potong rumput atau pekerja khusus lainnya, pegawai berdasarkan jadwal pindah dari unit satu ke unit lainnya. 3) Sistem Pemeliharaan secara Kontrak (Maintenance by Contract), yaitu pemeliharaan diserahkan pada kontraktor, sehingga seluruh pekerjaan pemeliharaan dikerjakan oleh kontraktor. Menurut Sternloff dan Warren (1984), tujuan kegiatan pemeliharaan adalah untuk menjaga tapak beserta fasilitasnya supaya tetap dalam keadaan awal atau desain semula. Untuk mencapai hasil yang diinginkan, perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut: 1) Menetapkan prinsip-prinsip operasi 2) Memelihara fasilitas dengan standar yang telah ditentukan 3) Melakukan pengawasa dan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan
2.5. Pemeliharaan Pemeliharaan merupakan suatu usaha untuk menjaga dan merawat areal lanskap dengan segala fasilitas yang ada di dalamnya agar kondisi tetap baik atau sedapat mungkin mempertahankan pada keadaan yang sesuai dengan tujuan dan fungsi awal. Selain itu kegiatan pemeliharaan ini bertujuan agar suatu areal lanskap memiliki suatu keindahan secara estetika serta nyaman dan aman.
2.6. Pemeliharaan Ideal Pemeliharaan ideal merupakan kegiatan pemeliharaan elemen-elemen lanskap baik soft material maupun hard material sehingga sesuai dengan tujuan
9
dan fungsi semula. Dalam kegiatan pemeliharaan ini diharapkan jalur hijau jalan ini memberikan keindahan dan kenyamanan bagi pengguna jalan dengan tetap mempertahankan disain awal yang telah dibentuk. Untuk
mempertahankan
agar
tujuan
dan
fungsi
semula
dalam
pemeliharaan ideal tetap terjaga maka usaha yang dilakukan untuk menunjang pemeliharaan fisik antara lain : 1) Pembuatan jadwal pemeliharaan fisik elemen-elemen tanaman dan elemen keras 2) Pada renovasi tata hijau penggunaan tanaman lokal dilakukan untuk memudahkan penggantian/penyulaman. Pemeliharaan dapat dikurangi jika didukung oleh upaya-upaya sebagai berikut (Carpenter et al.,1975) : 1) Perencanaan dan perancangan taman dengan pola yang sederhana sehingga memudahkan untuk melakukan pemeliharaan 2) Pemilihan elemen tanaman merupakan salah satu pertimbangan terpenting, karena
biasanya
semakin
eksotis
suatu
tanaman
semakin
sulit
pemeliharaannya. 3) Perancangan dengan pendekatan terhadap alam. Sedangkan menurut
Sulistyantara
(2006),
beberapa upaya untuk
mempermudah ataupun mendukung pemeliharaan ideal antara lain: 1) Merencanakan taman dengan pola-pola yang sederhana sehingga pemeliharaan fisik mudah dilakukan. 2) Membuat pola lalu lintas atau sirkulasi yang jelas dan rasional sehingga alur kegiatan di dalamnya akan selalu lancar. 3) Memilih sistem struktur yang kuat dan awet serta memilih bahan-bahan perkerasan yang sesuai. 4) Melengkapi taman dengan fasilitas yang memadai, misalnya lampu penerangan, jaringan utilitas dan lain sebagainya. Kriteria tanaman untuk ruang terbuka hijau kota seperti di jalur hijau jalan adalah mampu beradaptasi dengan lingkungan, toleran terhadap stres lingkungan, tahan terhadap hama dan penyakit dan memiliki sifat fisik yang memenuhi kebutuhan disain.
10
2.7. Pemeliharaan Fisik Pemeliharaan fisik adalah kegiatan pemeliharaan terhadap elemen-elemen lanskap baik hard material maupun soft material. Adapun yang termasuk ke dalam elemen hard material misalnya perkerasan/paving, bangku, shelter, lampu jalan, dan lainnya, dan yang termasuk ke dalam elemen soft material yaitu tanaman. Kegiatan pemeliharaan fisik ini bertujuan untuk menjaga kondisi fisik baik elemen hard material maupun soft material tetap berfungsi dengan baik, indah, dan berkelanjutan.
11
BAB III METODOLOGI
3.1 Lokasi dan Waktu Magang Lokasi kegiatan magang bertempat di Dinas Pertamanan DKI Jakarta di bawah Subdinas Jalur Hijau bagian Seksi Jalur Hijau Jalan yang terletak di Jakarta Pusat. Kegiatan magang ini mengambil lokasi di jalan Jenderal Sudirman yaitu mengenai pengelolaan jalur hijau kota di jalan tersebut. Kegiatan magang berlangsung selama 4 bulan, dimulai dari bulan Februari sampai dengan bulan Juni 2008.
U
(Tanpa skala) Gambar 2. Peta lokasi Jalan Jenderal Sudirman
3.2 Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam kegiatan magang antara lain: Peta, kamera, alat tulis dan peralatan teknis lainnya. Sedangkan bahan yang digunakan berupa kuisioner pengamatan langsung ke lapangan dan survei serta studi pustaka.
3.3 Metode Magang Ruang lingkup yang telah dilaksanakan pada kegiatan magang ini meliputi aspek teknik administrasi (studio) dan teknik lapangan. Teknik administrasi mencakup pengenalan atas struktur organisasi Dinas, peraturan dan sistem pembagian kerja yang ada di dalam Dinas serta pekerjaan yang dilakukan di studio. Teknik lapangan mencakup bentuk-bentuk pekerjaan pengelolaan serta pembagian kerja di lapangan. Kegiatan magang yang telah dilaksanakan menggunakan metode survei, wawancara, partisipasi aktif baik di studio maupun di lapangan, dan mencari berbagai sumber pustaka. Untuk metode survei dan wawancara digunakan angket untuk menanyakan kepada responden apakah jalur hijau jalan ini telah sesuai dengan fungsinya dan bernilai estetika. Adapun responden yang akan ditanya yaitu pengguna jalur hijau jalan tersebut seperti pejalan kaki, pengendara kendaraan bermotor di jalur hijau tersebut. Pada kegiatan magang yang telah dilaksanakan, aspek pengelolaan jalur hijau jalan kota menjadi kasus yang diminati secara khusus untuk dipelajari dan dibahas. Sedangkan sebagai kegiatan pendukung atau partisipasi yang merupakan bagian dari kegiatan magang secara keseluruhan untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman kerja praktis, dan dikaitkan dengan pengelolaan dilaksanakan di studio dan di lapangan.
3.4 Pengumpulan Data Pengambilan data dan imformasi dilakukan melalui pengamatan langsung di lapangan, survei, wawancara dan studi pustaka. Data dan informasi yang diperlukan meliputi data fisik, sosial ekonomi dan kelembagaan. Adapun data yang dibutuhkan antara lain: 1) Sumberdaya a. Peta penggunaan lahan.
13
2) Konsep dan Pelaksanaan Pengelolaan Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman a. Tujuan umum kegiatan pengelolaan, b. Kegiatan pengelolaan ideal dan fisik, c. Indikator dan standar kegiatan pengelolaan, d. Kegiatan pengelolaan untuk menciptakan keseimbangan ekologis. 3) Pemeliharaan Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman Jakarta a. Inventarisasi fasilitas dan peralatan untuk kegiatan pemeliharaan, b. Rencana jadwal dan cara pemeliharaan c. Jadwal tanggung jawab penugasan untuk setiap pekerjaan (perorangan, kelompok, atau penyerahan tugas pada kontraktor), d. Anggaran
biaya
kegiatan
pengelolaan,
digunakan
untuk
menganalisis : 1. Jenis kegiatan, 2. Biaya pembeliaan / penyewaan peralatan dan bahan, 3. Luas area yang dikelola, 4. Jumlah tenaga kerja, 5. Upah tenaga kerja, 6. Kapasitas kerja, 7. Frekuensi kegiatan pemeliharaan (harian, mingguan, bulanan, triwulan, semesteran, tahunan insidential). e. Kegiatan pemeliharaan Jalar Hijau Jalan Jenderal Sudirman Jakarta 1. Pemupukan (pohon, semak, penutup tanah dan rumput), 2. Pemangkasan (pohon, semak, penutup tanah dan rumput), 3. Penyiraman (pohon, semak, penutup tanah dan rumput), 4. Penyiangan gulma, 5. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman 6. Penyulaman dan pemindahan tanaman serta pengadaan bibit tanaman. 4) Lembaga Pengelola a. Struktur Organisasi, b. Jumlah pegawai Pemeliharaan.
14
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Kondisi Umum DKI Jakarta Kota Jakarta merupakan kota terbesar di Indonesia dan merupakan Ibu Kota Negara Indonesia. Dengan tingkat pertumbuhan kota yang begitu pesat, ditambah dengan pengaruh sektor ekonomi dan perdagangan yang begitu kuat, sehingga pertumbuhan kota mengikuti pertumbuhan sektor-sektor tersebut. Jalan Jenderal Sudirman merupakan salah satu jalan protokol di DKI Jakarta dengan wilayah jalur yang cukup luas dan merupakan salah satu jalur jalan terpanjang di Jakarta. Begitu juga dengan jalur hijau jalan tersebut menjadi salah satu ruang terbuka hijau kota yang dapat mengurangi tingkat pencemaran polusi udara di mana kota menjadi tidak nyaman. Selain untuk mengurangi tingkat polusi kota Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman juga dapat menambah dan meningkatkan keindahan kota. Untuk itu perlu diperhatikan pengelolaan pemeliharaan yang baik terhadap jalur hijau jalan tersebut sehingga keindahan jalur tersebut dapat dipertahankan (Gambar 3).
Gambar 3: Jalur hijau median, jalur separator Jalan Jenderal Sudirman dari arah patung Sudirman ke arah Jalan Semanggi
4.1.1. Letak Geografis dan Administratif Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta terdiri atas daratan dan lautan, sesuai SK Gubernur DKI Jakarta No. 1227 tahun 1989 di mana luas daratan 664,12 km2 dengan tidak kurang dari 110 buah pulau yang tersebar di Kepulauan Seribu, dan luas lautan. DKI Jakarta terletak pada posisi 605’ LS – 6023’ LS dan 106041’ BT –
106058’ BT dengan ketinggian rata-rata kurang lebih 7 m di atas permukaan laut. Batas administrasi DKI Jakarta adalah sebagai berikut: Sebelah Utara
: Laut Jawa,
Sebelah Selatan dan Timur
: Provinsi Jawa Barat,
Sebelah Barat
: Provinsi Banten.
DKI Jakarta terbagi atas lima wilayah kota yang berkedudukan sebagai daerah tingkat dua di bawah pengawasan kantor Gubernur. Kelima walayah ini masing-masing dipimpin oleh walikota. Kelima kota tersebut yaitu kota Jakarta Pusat (50,4 km2), kota Jakarta Utara (154,01 km2), kota Jakarta Selatan (145,73 km2), kota Jakarta Barat (126,25 km2), dan kota Jakarta Timur (187,73 km2). Lokasi magang adalah pada Jalan Jenderal Sudirman Jakarta yang terdapat di Jakarta Pusat dengan panjang 3,05 km. Jalan Jenderal Sudirman yang merupakan salah satu jalan protokol di wilayah Jakarta dan juga sebagai ruang terbuka hijau kota sehingga perlu dijaga dan dilakukan pemeliharaan yang baik dan teratur. Luas jalur hijau pada Jalan Jenderal Sudirman Jakarta adalah 184.595,89 m2.
4.1.2. Iklim Untuk data iklim DKI Jakarta diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) wilayah DKI Jakarta. Data iklim yang dipakai adalah data iklim tahun 2007 dan dapat dilihat pada Lampiran 1. Berdasarkan data iklim tahun 2007, Jakarta beriklim cukup panas di mana suhu rata-rata dalam 1 tahun 28,50C, dengan suhu rata-rata maksimum kota Jakarta adalah 290C terjadi pada bulan Oktober dan suhu rata-rata minimum 27,50C pada bulan Februari. Kelembaban udara rata-rata dalam satu tahun sebesar 73,9%, kecepatan angin rata-rata 3,0 knot dan curah hujan rata-rata 11,1 mm/hari dalam satu tahun.
4.1.3. Geologi dan Tanah Jenis tanah di DKI Jakarta termasuk tanah mediteran merah sampai kuning jenis grumosol dari batu endapan berkapur pada daerah berbukit dan sebagian lagi jenis latosol, podzolik merah kuning dari batu endapan bekuan. Apabila dilihat
16
dari bentuk fisiografinya, wilayah DKI Jakarta terdiri dari dataran alluvial, jalur aliran dataran, dan perbukitan. Pada umumnya keadaan tanah di DKI Jakarta banyak yang telah mengalami penggalian dan penimbunan (cut and fill). Begitu juga pada jalur hijau jalan kota Jakarta sebagian besar tanahnya telah mengalami penggalian dan penimbunan. Jenis tanah yang ada di lokasi magang Jalan Jenderal Sudirman merupakan tanah urugan tanah latosol merah.
4.1.4. Tata Guna Lahan Akibat pertumbuhan dan perkembangan aktivitas sosial yang sangat pesat sedangkan lahan yang tersedia di Jakarta terbatas, sehingga perlu penggunaan lahan yang efisien. Selain itu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat kota terhadap ruang terbuka hijau kota maka pemerintah menetapkan rencana Tata Ruang Wilayah Jakarta tahun 2010. Selain itu Dinas Pertamanan memiliki rencana strategis program-program unggulan tiap tahunnya seperti peningkatan kuantitas taman, peningkatan kualitas taman, peningkatan kualitas jalur hijau, dan lainnya. Penggunaan ruang terbuka hijau pertamanan di seluruh DKI Jakarta adalah untuk taman kota, jalur hijau jalan, taman bangunan umum, jalur tepian air, dan taman rekreasi (Tabel 1). Taman kota merupakan taman umum pada skala kota yang diperuntukan sebagai fasilitas untuk rekreasi, olah raga dan sosialisasi masyarakat dikota yang bersangkutan. Tabel 1. Jenis dan luas ruang terbuka hijau DKI Jakarta No. Variabel 1. Taman kota 2. Jalur hijau jalan 3. Taman bangunan umum 4. Jalur tepian air 5. Taman rekreasi Luas Total Sumber: Dinas Pertamanan DKI Jakarta (2008)
Kondisi/Unit 2..149.935 m2 5.626.313 m2 3.690.346 m2 571.385 m2 8.723.170 m2 20.761.151 m2
Jalur hijau kota adalah ruang terbuka hijau untuk keserasian lingkungan dengan tujuan konservasi tanah, lingkungan, penyerapan air dan penyegaran udara. Jalur tepian air adalah bagian dari ruang terbuka hijau yang ditentukan sebagai daerah pengaman, terdapat di sepanjang batas badan air kerah darat seperti badan sungai dan danau. Taman rekreasi adalah bagian dari ruang terbuka
17
hijau kota yang dapat digunakan untuk kegiatan rekreasi. Taman bangunan adalah taman yang terletak dalam kavling bangunan yang terdiri dari vegetasi atau unsurunsur estetis lainnya yang ditata dengan serasi dengan tetap memperhatikan fungsi bangunan dan ruang terbukanya.
4.1.5. Topografi Wilayah DKI Jakarta memiliki Luas 65.000 Ha. Ketinggian rata-rata wilayah DKI Jakarta berada 7 m di atas permukaan laut, dan sekitar 40% (24.00 Ha) wilayah DKI Jakarta merupakan dataran rendah di bawah laut pasang yaitu 1 m sampai dengan 1,5 m, sehingga ketika terjadi air pasang dataran tersebut tergenang air atau banjir. Selain itu akibat pembangunan lahan yang terus terjadi menyebabkan area resapan semakin sedikit ketika terjadi air laut pasang.
4.1.6. Kualitas Udara Kota yang padat penduduknya, pembangunan permukiman semakin banyak, sumber polusi yang semakin meningkat pula sedangkan ruang terbuka hijau kota yang semakin berkurang menyebabkan kualitas udara semakin menurun. Kualitas udara yang berkurang akibat polusi yang terjadi menyebabkan berkurangnya kenyamanan dan keamanan kota terhadap penduduk kota yang tinggal dan beraktivitas pada kota tersebut, seperti terjadinya gangguan kesehatan sehingga menimbulkan penyakit pada manusia. Selain itu kualitas udara yang tidak nyaman dapat mengganggu manusia ketika melakukan aktivitas. Begitu juga untuk kualitas udara di kota Jakarta, di mana penduduknya yang semakin padat, pembangunan semakin meningkat, sehingga terjadi penurunan kualitas udara akibat kurangnya kawasan ruang terbuka hijau kota sedangkan sumber polusi seperti kendaraan bermotor, pabrik industri semakin banyak dan meningkat. Jumlah kendaraan bermotor di Jakarta tahun 2008 lebih kuran 5,7 juta unit kendaraan, dengan jumlah mobil 2,2 juta unit dan jumlah sepeda motor 2,5 juta unit. Jumlah kendaraan di Jakarta cukup banyak sehingga zat-zat polusi yang dikeluarkan juga banyak yang menyebabkan keamanan dan kenyamanan kota semakin berkurang. Zat-zat yang dikeluarkan oleh sumber pencemar ini antara lain Nitrogen Oksida (NOX), Sulfur Dioksida (SO2), debu
18
serta kandungan Timah Hitam (Pb) dalam debu. Zat-zat ini dapat menyebabkan lapisan ozon menjadi rusak, mengganggu atau menurunkan jarak pandang dan juga dapat mengganggu kesehatan tubuh manusia. Untuk itu sangat penting keberadaan ruang terbuka hijau di kota Jakarta baik itu taman kota, hutan kota, jalur hijau kota untuk mengurangi polusi udara yang terjadi akibat zat-zat yang dikeluarkan oleh sumber pencemaran tersebut. Dengan semakin meningkatnya ruang terbuka hijau suatu kota akan dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas udara kota Jakarta.
4.1.7. Vegetasi Jalur hijau jalan kota Jakarta memiliki beragam vegetasi yang ditanam di sepanjang jalan seperti pohon, palem, perdu, semak, herba, rumput-rumputan dan tanaman merabat. Vegetasi tersebut ditanam dan ditata sedemikan rupa dan juga pemeliharaan yang dilakukan dengan baik dan maksimal sehingga menambah kenyamanan, keamanan, dan keindahan kota. Pada Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman juga memiliki bermacam-macam tanaman yang ditanam dan ditata dengan baik dan teratur, dengan kondisi yang cukup baik, sehingga dapat meningkatkan kenyamanan, keamanan dan keindahan kota umumnya dan jalur hijau tersebut khususnya. Beberapa jenis tanaman khususnya pada Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman Jakarta dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini. Tabel 2. Jenis tanaman di Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman Nama Latin Pohon Cassia multijuga Delonix regia Swietenia mahagonii Plumeria spp. Pterocarpus indicus Pithecolobium dulce Cerbera odollam Cordia sebestana Polyalthia longifolia Ficus benyamina Manilkara kauki Lagerstroemia indica Bignoniaceae
Nama Lokal
Kondisi
Kasia Flamboyan Mahoni Kamboja Angsana Lamtoro Bintaro Jati mas Glodogan tiang Beringin Sawo kecik Bungur Tabe buya
Baik Baik Tidak semua baik Baik Baik Baik Baik Baik Tidak semua baik Baik Baik Baik Baik
19
Tabel 2. Lanjutan Pohon Teminalia catappa Mimusops elengi Samanea saman Albizia falcataria
Ketapang Tanjung Kihujan Sengon
Baik Baik Baik Baik
Palem Roystonea regia Chrysalidocarpus lutescens Rhapis excelsa Elaeis guinensis
Palem raja Palem kuning Palem wregu Kelapa Sawit
Baik Baik Baik Baik
Perdu Adenium cutanium Cordyline terminalis Jantropa sp.
Kamboja jepang Hanjuang merah Batavia
Baik Baik Baik
Semak Ixora javanica Rora sp. Mussaendah sp. Neoregelia sp. Iresine herbstii Bougenvillea sp. Arachis pintoii Codeaum variegatum Allium tuberosum Adiantum cuneatum Dracaena sp. Pandanus pygmaeus Hibiscus rosasinensis
Soka Mawar Nusa Indah Nanas hias Bayam merah Bugenvil Kacang-kacangan Puring Kucai Suplir Drasena Pandan variegata Kembang sepatu
Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
Herba Hyppeastrum sp. Canna indica Zephyranthes candida Chlorophytum comosum
bakung kana merah Bawang-bawangan Lili paris
Baik Baik Baik Baik
Grasses/Rumput-rumputan Zoysia matrella Axonopus compressus
Rumput Peking Rumput gajah
Baik Baik
Merambat Ipomoea batatas Scindapsus aureus
Telo-telo Sirih belanda
Baik Baik
20
4.1.8. Sosial Ekonomi dan Demografi Kota Jakarta yang merupakan sebagai Ibukota Republik Indonesia menjadikan kota ini menjadi pusat dari segala aktivitas. Banyaknya masyarakat Indonesia baik itu dari pulau jawa, sumatera, kalimantan, sulawasi, hingga Indonesia bagian timur yang tergiur untuk datang dan bekerja karena banyaknya lapangan kerja yang tersedia baik itu dalam pemerintahan, perdagangan, industri dan lain sebagainya. Berdasarkan sensus penduduk yang dilakukan dari tahun ke tahun, menunjukan hasil bahwa penduduk Jakarta terus mengalami peningkatan sehingga dapat mengakibatkan berbagai masalah di berbagai bidang seperti permukiman, pendidikan, kesehatan, dan juga ketenagakerjaan. Dengan meningkatnya jumlah penduduk sehingga terjadi pembangunan permukiman, sarana dan prasarana umum, fasilitas pendidikan, kesehatan dan lainnya yang menyebabkan ruang terbuka hijau kota yang berfungsi sebagai paru-paru kota semakin sempit dan berkurang yang mengakibatkan menurunnya kualitas lingkungan kota Jakarta. Berdasarkan data bulan Januari 2008 jumlah penduduk Jakarta adalah 8.489.910 jiwa. Jumlah penduduk ini terbagi atas lima wilayah kota dan satu kabupaten yang terdiri atas warga negara Indonesia dan warga negara asing (Tabel 3). Untuk sosial ekonomi masyarakat Jakarta khususnya pengguna Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman bermacam ragam mulai dari pelajar, mahasiswa, pedagang, tukang ojek, karyawan perkantoran dan perbankan, pegawai negeri dan lain sebagainya. Tabel 3. Jumlah Penduduk DKI Jakarta Januari 2008 No Wilayah Jumlah (Jiwa) WNI WNA 1. Jakarta Pusat 930.674 831 2. Jakarta Utara 1.420.388 884 3. Jakarta Selatan 1.885.302 1.163 4. Jakarta Barat 1.634.781 586 5. Jakarta Timur 2.592.940 922 6. Kepulauan Seribu 21.425 14 Total 8.485.510 4.400 Sumber:
Total 931.505 1.421.272 1.886.465 1.635.367 2.593.862 21.439 8.489.910
Suku Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kotamadya (http://www.kependudukancipil.go.id/index.php/statistik/pendudukdki-jakarta/42-statistik/4-jumlah-penduduk-provinsi-dki-jakarta)
21
4.2. Organisasi Dinas Pertamanan DKI Jakarta Dinas Pertamanan adalah salah satu unit kerja pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang mempunyai tugas dan wewenang untuk membangun dan mengelola ruang terbuka hijau kota. Dinas Pertamanan ini terbentuk pada tahun 1970 melalui Keputusan Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor Cd3.1/1/1970 dan semenjak itu tugas dan wewenang Dinas Pertamanan resmi dijalankan. Dinas Pertamanan awalnya diprakarsai oleh DPRD Provinsi Jakarta pada tahun 1961 yang merekomendasikan perlunya penataan pertamanan kota Jakarta agar dapat setara dengan Ibukota negara lain di dunia. Pada tahun 1962 Pemerintah DKI Jakarta mendirikan Akademi Pertamanan (AKAP) yang para lulusannya dapat langsung bekerja di Seksi Pertamanan, Dinas Pekerjaan Umum Provinsi DKI Jakarta. Pada awal keberadaannya, Dinas Pertamanan memberikan perubahan yang cukup signifikan terhadap wajah kota Jakarta. Wajah Jakarta yang dulunya gersang telah berubah menjadi kota yang hijau. Hingga tahun 2005 peran Dinas Pertamanan Provinsi DKI Jakarta dalam meningkatkan kualitas visual dan lingkungan kota Jakarta telah berkembang dengan ditanganinya beberapa program baru seperti penataan koridor jalur busway, penambahan ruang terbuka hijau di kawasan pemukiman kumuh padat, peningkatan kuantitas dan kualitas ornamen ruang kota dan penataan jalur pedestrian pada koridor-koridor utama kota. Struktur Organisasi Dinas Pertamanan Provinsi DKI Jakarta ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Nomor 8 Tahun 2002 mengenai Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pertamanan Provinsi DKI Jakarta. Dinas Pertamanan Provinsi DKI Jakarta dikepalai oleh satu Kepala Dinas, yang membawahi satu bagian Tata Usaha, empat Subbagian, enam Subdinas, dua puluh satu Seksi, lima Suku Dinas, lima Subbagian Tata Usaha, tiga puluh Seksi Suku Dinas dan empat puluh tiga Seksi Dinas Pertamanan Kecamatan (Lampiran 2). Berdasarkan data tahun 2007 Dinas Pertamanan Provinsi DKI Jakarta memiliki 253 orang pegawai yang terdiri dari Pegawai Negeri Sipil (PNS), Pegawai Tidak Tetap menurut SK Gubernur DKI Jakarta dan Pegawai Tidak Tetap Non SK Gubernur DKI Jakarta (Lampiran 3).
22
4.2.1. Tugas Pokok Adapun
tugas
pokok
Dinas
Pertamanan
DKI
Jakarta
adalah
menyelenggarakan penataan dan pengelolaan ruang terbuka hijau, ruang terbuka kota, keindahan dan tata hias kota serta penyelenggaraan pelayanan di bidang pertamanan.
4.2.2. Fungsi Adapun fungsi Dinas Pertamanan DKI Jakarta antara lain : 1) Perumusan kebijakan teknis di bidang pertamanan dan keindahan kota 2) Pemberian perizinan atau rekomendasi, legalisasi, dan sertifikasi di bidang pertamanan dan keindahan kota 3) Pemungutan retribusi di bidang pertamanan dan keindahan kota 4) Pemeliharaan, pengelolaan, dan pengamanan di bidang pertamanan dan keindahan kota 5) Pemberdayaan usaha dan peran serta masyarakat di bidang pertamanan dan keindahan kota 6) Pelayanan perencanaan teknis pertamanan dan keindahan kota 7) Pelayanan dan penyediaan taman/tanaman untuk masyarakat 8) Pengelolaan dukungan teknis dan administratif 9) Pembinaan teknis pelaksanaan kegiatan Subdinas 4.2.3. Visi Visi dari Dinas Pertamanan DKI Jakarta adalah mewujudkan tertatanya ruang terbuka hijau dan keindahan Kota Jakarta.
4.2.4. Misi Adapun misi dari Dinas Pertamanan DKI Jakarta antara lain: 1) Membangun ruang terbuka hijau sesuai kebutuhan kota Jakarta 2) Melaksanakan penghijauan di seluruh ruang terbuka kota Jakarta 3) Meningkatkan keindahan kota melalui penataan elemen sarana dan ornamen kota 4) Menggalang peran serta aktif masyarakat di bidang Pertamanan dan Keindahan kota
23
4.2.5. Sasaran Program Sasaran program Dinas Pertamanan DKI Jakarta antara lain: 1) Meningkatkan kuantitas dan kualitas RTH Kota melalui : a. Pembangunan taman kota dan jalur hijau kota b. Penanaman/penghijauan pohon c. Pengembalian fungsi taman dan jalur hijau 2) Meningkatkan keindahan kota, melalui penataan elemen sarana dan ornamen kota 3) Menyediakan panduan yang berkaitan dengan ruang terbuka hijau pertamanan 4) Menyediakan bibit tanaman dan melakukan pembesaran tanaman 5) Meningkatkan peran serta masyarakat di bidang pertamanan dan keindahan kota.
4.2.6. Program Unggulan Selain sasaran program, Dinas Pertamanan DKI Jakarta mempunyai program unggulan, yaitu: 1) Penyediaan taman RTH di kawasan padat penduduk 2) Penataan koridor jalur transportasi busway, monorail dan kanal 3) Pengembalian fungsi taman dan jalur hijau dari penggunaan di luar peruntukannya 4) Peningkatan fungsi dan penampilan taman kota 5) Peningkatan kuantitas dan kualitas fasilitas ruang publik seperti penyediaan pedestrian dan pembangunan ornamen kota 6) Penyediaan bibit tanaman pelindung bagi masyarakat untuk percepatan penghijauan kota 7) Peningkatan kualitas jalur hijau tepian air dan penyempurna
4.3. Subdinas Jalur Hijau Dinas Pertamanan Subdinas Jalur Hijau merupakan salah satu bagian dari Dinas Pertamanan Jakarta. Subdinas Jalur Hijau terdiri dari Seksi Jalur Hijau Jalan, Seksi Jalur Hijau Tepian Air, Seksi Jalur Hijau Penyempurna, dan Seksi Perencanaan Jalur Hijau.
24
Subdinas Jalur Hijau bertugas untuk melaksanakan pemantauan, perencanaan, pemeliharaan, pengendalian dan pemanfaatan jalur hijau kota, jalur hijau jalan, jalur hijau tepian air, dan jalur hijau penyempurna. Dalam kegiatan magang yang dilakukan di Dinas Pertamanan, Mahasiswa berada di bawah Subdinas Jalur Hijau pada bagian Seksi Jalur Hijau Jalan. Subdinas Jalur Hijau memiliki tugas yaitu : 1) Perencanaan, pemeliharaan, pengendalian, pengelolaan jalur hijau yang meliputi jalur hijau jalan, tepian air, hijau penyempurna, dan jalur hijau lainnya. 2) Pembinaan dan konsultasi terhadap seluruh kegiatan jalur hijau kota. 3) Inventarisasi dan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan jalur hijau kota 4) Pelaksanaan penghijauan pada seluruh jalur hijau kota Jalur hijau jalan yang merupakan salah satu bentuk jalur hijau yang dikelola oleh Seksi Jalur Hijau Jalan yang berada di bawah Subdinas Jalur Hijau. Seksi Jalur Hijau Jalan memiliki 35 pegawai yang terdiri atas seorang Kepala Seksi, 4 orang staf teknis dan administrasi, dan 30 orang pengawas lapangan (Lampiran 4). Seksi Jalur Hijau Jalan ini memiliki tugas sebagai berikut : 1) Menyusun dan melaksanakan rencana kerja seksi jalur hijau jalan 2) Melakukan pendataan, monitoring, dan inventarisasi jalur hijau jalan. 3) Melakukan pembangunan, penataan, dan pembinaan jalur hijau jalan 4) Melaksanakan pengelolaan, pengembangan dan pemekaran jalur hijau jalan 5) Melaksanakan koordinasi penghijauan, dan pengindahan di areal jalur hijau jalan. 6) Melakukan pengelolaan jalur hijau jalan Struktur oganisasi pengelolaan Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman terdiri atas pengawas lapang dan tenaga pemeliharaan yang bertanggung jawab kepada kepala Seksi Jalur Hijau. Pengawas lapangan bertugas untuk mengawasi dan mengontrol kegiatan pemeliharaan di lapangan. Tenaga pemeliharaan bertugas dalam melakukan dan melaksanakan kegiatan pemeliharaan di lapangan (Gambar 4). Tenaga pemeliharaan bertugas dan bertanggung jawab dalam melaksanakan pekerjaan yang telah diberikan dan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.
25
Kepala Dinas Pertamanan Kepala Subdinas Jalur Hijau Kepala Seksi Jalur Hijau Jalan Pengawas lapang
Pemeliharaan Jalur Hijau
Tenaga pemeliharaan tanaman
Tenaga Pemeliharaan Areal Jalur Hijau
Gambar 4. Struktur organisasi pengelolaan Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman
4.4. Zonasi Pemeliharaan Pemda DKI Jakarta melalui Dinas Pertamanan DKI Jakarta membagi Jalur hijau jalan ke dalam 8 zonasi atau blok berdasarkan letaknya di masing-masing wilayah di lima wilayah Kota, yaitu kota Jakarta Pusat, kota Jakarta Utara, kota Jakarta Selatan, kota Jakarta Timur dan kota Jakarta Barat. Seksi Jalur Hijau Jalan juga melakukan kegiatan pemeliharaan di 8 zonasi atau blok tersebut. Dalam kegiatan magang yang telah dilakukan pengelolaan pemeliharaan jalur hijau jalan ini mengambil zona atau bagian di Jalan Jenderal Sudirman Jakarta yang merupakan area/zona Blok V. Pada area/zona Blok V ini kegiatan pemeliharaan yang dilakukan dibagi ke dalam 5 bagian, yaitu sekitar Air Mancur Patung Pemuda, Pulau Jalan sekitar FO.Karet, Jalur Jalan Jenderal Sudirman, Pulau Jalan depan BNI 45, Pulau Jalan Segitiga ex Bakin (Gambar 5). Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman terbagi atas bagian median jalan, bagian separator, taman air mancur patung pemuda, dan taman pulau jalan yang dapat menambah nilai estetika lanskap jalan yang juga mempunyai fungsi dengan tujuan untuk melestarikan lingkungan. Bagian median jalan merupakan jalur hijau
26
jalan yang berada pada bagian tengah jalan yang memisahkan dua jalur jalan yang berlawanan arah. Jalur separator merupakan bagian jalur hijau jalan yang memisahkan jalur cepat dan jalur lambat (Lampiran 5).
(a)
(b)
(d) Gambar 5:
(c)
(e)
Zonasi Kegiatan Pemeliharaan, (a) Jalan sekitar Air Mancur Patung Pemuda, (b) Jalur Jalan Jenderal Sudirman, (c) Pulau Jalan depan BNI 45, (d) Pulau Jalan sekitar F.O Karet, (e) Pulau Jalan segita ex Bakin
4.5. Sistem Pemeliharaan Jalur Hijau Jalan Jendral Sudirman Sistem pemeliharaan pada Dinas Pertamanan Provinsi DKI Jakarta mengalami perubahan dari sistem swakelola menjadi sistem pemeliharaan oleh kontraktor. Hal ini berdasarkan Keppres No. 80 Tahun 2003 mengenai Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Instansi Pemerintah. Pemilihan kontraktor untuk kegiatan pemeliharaan jalur hijau dilakukan dengan sistem tender atau dilelang terlebih dahulu. Setelah dilakukan proses pelelangan pihak Dinas Pertamanan melakukan penunjukan langsung kontraktor mana
yang akan melakukan kegiatan
pemeliharaan tersebut. Setelah kontraktor dipilih, pihak Dinas membuat suatu surat perjanjian kontrak yang ditanda tangani oleh kedua belah pihak sebelum kegiatan pemeliharaan dilaksanakan. Surat perjanjian kontrak berisi tentang kontraktor pelaksana kegiatan pemeliharaan, peraturan-peraturan pelaksanaan kegiatan pemeliharaan, lingkup tugas dan pemeliharaan, jangka waktu pemeliharaan, anggaran biaya pemeliharaan, sanksi, jaminan pelaksanaan, serah
27
terima pekerjaan dan lain sebagainya yang disetujui kedua belah pihak sebelum tanda tangan surat perjanjian kontrak dilakukan (Lampiran 6 dan Lampiran 7). Pada masa pelaksanaan magang untuk kegiatan pemeliharaan Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman untuk tahun 2008/2009 dibagi dalam dua tahap pelaksanaan. Kegiatan pemeliharaan tahap I dimulai dari bulan Januari sampai dengan Maret 2008. Kontraktor pelaksana pemeliharaan tahap I Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman dilaksanakan oleh PT. RASA TAMA WULANPERSADA (Lampiran 6). Setelah pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan tahap I selesai, dilakukan proses tender atau pelelangan kembali oleh pihak Dinas Pertamanan untuk memilih kontraktor pelaksana kegiatan pemeliharaan Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman tahap kedua. Proses pelelangan berlangsung selama satu bulan yaitu pada bulan April sehingga selama proses pelelangan tersebut terjadi kekosongan pelaksana kegiatan pemeliharaan di Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman. Pemeliharaan Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman untuk tahap II terjadi pergantian kontraktor pemeliharaan. Kontraktor pelaksana kegiatan pemeliharaan Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman tahap II adalah PT. LANGGENG SADAM PURNAMA. Waktu pelaksanaan kegiatan pemeliharaan tahap II dimulai dari bulan Mei 2008 sampai dengan bulan Mei 2009 (Lampiran 7).
4.6. Pengelolaan Jadwal Pemeliharaan Setiap pekerjaan pemeliharaan harus mengikuti jadwal yang telah ditentukan. Jenis pekerjaan pemeliharaan yang dijadwalkan adalah pemeliharaan yang rutin dilakukan, yaitu pemangkasan, penyiraman, pendangiran, pengetrikan, pembersihan/penyapuan dan lain sebagainya (Tabel 4). Kegiatan pemeliharaan yang teratur akan dapat menghasilkan suatu pemeliharaan yang baik, rapi, dan bersih sehingga dapat meningkatkan kenyamanan dan keindahan jalur hijau jalan tersebut. Kegiatan pemeliharaan tahap I dimulai 2 Januari 2008 sampai dengan 31 Maret 2008. Untuk kegiatan pemeliharaan tahap kedua dimulai 12 Mei 2008 sampai dengan 12 Mei 2009. Jenis kegiatan dan frekuensi kegiatan pemeliharaan baik pemeliharaan tahap I maupun kegiatan pemeliharaan tahap II tidak ada perbedaan.
28
Tabel 4. Jadwal kegiatan pemeliharaan Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman No
Uraian Pekerjaan 1 Pemangkasan rumput 2 Pengetrikan rumput 3 Penyapuan/pembersihan sampah/rumput 4 Penyiraman rumput 5 Penyiraman pohon 6 Pendangiran Pohon 7 Pemangkasan tanaman hias 8 Penyiraman tanaman hias 9 Pendangiran tanaman hias 10 Pendangiran tanaman perdu 11 Pemangkasan ringan tanaman perdu 12 Penyiraman tanaman perdu 13 Angkutan truk sampah Sumber: Dinas Pertamanan DKI Jakarta (2008)
Frekuensi (1 bulan) 1 kali 1 kali 10 kali 10 kali 10 kali 1 kali 1 kali 10 kali 1 kali 1 kali 1 kali 10 kali 1 kali
4.7. Pengelolaan Tenaga Kerja Tenaga kerja merupakan sumberdaya manusia yang dibutuhkan dalam melakukan suatu pekerjaan. Kualitas suatu pekerjaan akan dipengaruhi oleh tenaga kerja yang digunakan. Terdapat beberapa kriteria yang diperlukan terhadap tenaga kerja agar pekerjaan dapat dilakukan dengan baik. Kriteria tersebut berhubungan dengan pendidikan, pengalaman, keterampilan para pekerja terhadap jenis pekerjaan yang dilakukan, terutama yang berhubungan dengan tanaman. Selain itu tenaga kerja yang digunakan juga harus memiliki jiwa yang mau bekerja keras, rajin, disiplin sehingga menghasilkan suatu pekerjaan yang maksimal. Untuk tenaga kerja di Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman berjumlah 21 orang dan dibagi ke dalam dua bagian kelompok kerja yaitu tenaga ahli taman, dan pekerja pemeliharaan. Untuk tenaga ahli taman terdiri dari 1 orang, dan sebagai pekerja terdiri dari 20 orang. Untuk Jumlah tenaga kerja pemeliharaan Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman serta uraian kegiatan dapat dilihat pada Tabel 5. Dalam kegiatan pemeliharaan Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman ini terdapat pihak-pihak yang terlibat langsung dalam pekerjaan tersebut. Adapun pihak-pihak yang terlibat langsung antara lain Kepala Subdinas Jalur Hijau Jalan,
29
Kepala Seksi Jalur Hijau Jalan, Kontraktor, Pengawas lapang, Tenaga Harian Lepas (THL). Tabel 5. Uraian kegiatan pekerjaan dan jumlah tenaga kerja No
Uraian kegiatan
Kebutuhan personil
1
Tenaga Ahli Taman
1 orang
2
Pekerja Kegiatan Pemeliharaan
20 orang
Sumber: Dinas Pertamanan DKI Jakarta (2008) Untuk kehadiran, waktu masuk serta pulang para pekerja, dan kegiatan pekerja setiap harinya dikontrol oleh pengawas lapangan. Untuk jam masuk kerja dimulai dari pukul 08.00 WIB dan waktu kerja sampai pukul 16.00 WIB dengan jam istirahat antara pukul 12.00-13.00 WIB. Agar kegiatan pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja berjalan dengan baik dan dengan hasil yang maksimal diperlukan pengawasan yang intensif oleh pengawas lapang terhadap tenaga kerja, komunikasi yang baik antara pengawas lapang dengan tenaga kerja seperti dengan memberi motivasi serta membagi ilmu pengetahuan tentang cara pemeliharaan yang baik di saat pekerja melakukan pekerjaan pemeliharaan.
4.8. Pengelolaan Biaya Pemeliharaan Dalam pembiayaan untuk Dinas Pertamanan DKI Jakarta keuangan dibebankan kepada Anggaran Pendapatan Daerah dengan sumber dana yang sah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Perda no.8 tahun 2002). Besar kecilnya anggaran tergantung dari besarnya pendapat asli daerah. Anggaran biaya ini merupakan faktor pembatas yang sangat penting dalam pelaksanaan kegiatan pemeliharaan baik kegiatan pemeliharaan intensif maupun pemeliharaan ekstensif (Carpenter et al., 1975). Dalam menyusun suatu anggaran biaya pemeliharaan perlu dilakukan secara rinci dan teliti sehingga dapat menghasilkan pemeliharaan yang maksimal. Penyusunan anggaran biaya tersebut disusun berdasarkan luas arael jalur hijau jalan yang dipelihara, standar biaya tenaga kerja, kelengkapan dan efektivitas peralatan pemeliharaan, serta bahan habis pakai. Karena sumber anggaran biaya pemeliharaan berdasarkan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah sehingga jumlahnya terbatas maka kegiatan pemeliharaan
yang
dilakukan
tidak
mencukupi
standar
dan
frekuensi
30
pemeliharaan sehingga masih banyak kekurangan-kekurangan dalam pelaksanaan kegiatan pemeliharaan dan hasil yang dicapai tidak maksimal dan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Anggaran biaya pemeliharaan jalur hijau jalan ini disusun berdasarkan biaya anggaran pemeliharaan yang sudah ditetapkan terlebih dahulu. Perencanaan anggaran biaya pemeliharaan Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman dibuat oleh seksi jalur hijau jalan dengan diketahui oleh Kepala Subdinas Jalur Hijau dan selanjutnya disetujui oleh Kepala Dinas Pertamanan. Untuk anggaran biaya pemeliharaan di Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman untuk periode tahun 2008 dibagi dalam dua tahap, tahap I dimulai dari bulan Januari 2008 sampai bulan Maret 2008, dan tahap II dimulai dari bulan Mei 2008 sampai dengan bulan Mei 2009. Harga dasar pemeliharaan dalam satu bulan untuk tahap pertama dan tahap kedua berbeda, hal ini disebabkan karena besar anggaran biaya yang didapat melalui APBD untuk pemeliharaan tahap pertama dan kedua sangat terbatas, begitu juga besaran atau luas area pemeliharaan antara pemeliharaan tahap I dan tahap II juga berbeda hal ini juga disebabkan karena keterbatasan dana. Anggaran biaya pemeliharaan dibuat berdasarkan hasil perhitungan harga satuan, besaran satuan, dan frekuensi masing-masing kegiatan pemeliharaan yang kemudian dijumlahkan secara total, ditambah PPn 10%. Anggaran biaya pemeliharaan pada tahap I berjumlah sebesar Rp 282.816.900,00 setelah ditambah PPn sebesar 10% untuk kontrak kegiatan selama 3 bulan. Harga dasar pemeliharaan setiap bulannya sebesar Rp 85.702.000,00. Pembayaran dilakukan secara berkala setiap bulan selama kontrak kegiatan pemeliharaan sebesar Rp 84.593.900,00. Untuk anggaran biaya pemeliharaan tahap II berjumlah sebesar Rp 772.822.500,00 setelah ditambah PPn sebesar 10% untuk kontrak selama satu tahun. Harga dasar pemeliharaan dalam satu bulan sebesar Rp 58.359.100,00. Pembayaran dilakukan secara berkala setiap bulannya selama masa kontrak, tetapi besar pembayaran setiap bulannya berbeda sesuai dalam surat perjanjian kontrak. Untuk angsuran pembayaran tahap I yaitu pada bulan Mei 2008 sebesar Rp 41.751.900,00. Untuk angsuran pembayaran tahap II sampai tahap XII dari bulan Juni 2008 sampai dengan bulan April 2009 dengan rata-rata pembayaran setiap bulan sebesar Rp 64.384.050,00 dan angsuran
31
pembayaran tahap XIII pada bulan Mei 2009 sebesar Rp 22.845.950,00. Adapun rincian anggaran biaya pemeliharanan Jalur Hijau Jalan Jendral Sudirman untuk tahap pertama dari bulan Januari 2008 sampai dengan Maret 2008 serta pemeliharaan tahap kedua dari bulan Mei 2008 sampai dengan bulan Mei 2009 dalam satu tahun dapat dilihat dalam surat perjanjian kontrak pada Lampiran 6 dan Lampiran 7. Untuk upah tenaga kerja sudah termasuk ke dalam anggaran biaya pemeliharaan. Biaya tenaga kerja dihitung perhari kerja di mana besar upah tenaga kerja masing-masing tenaga kerja Rp31.500,00/hari. Upah tenaga kerja dibayar tiap awal bulan kepada tenaga kerja dan dibayarkan langsung oleh pengawas lapang.
4.9. Pengelolaan Peralatan dan Bahan Dalam kegiatan pemeliharaan Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman diperlukan peralatan dan bahan sebagai penunjang kegiatan dan untuk kelancaran kegiatan pemeliharaan. Dengan jumlah alat dan bahan yang memadai akan sangat membantu kelancaran kegiatan pekerjaan pemeliharaan. Menurut Arifin dan Arifin (2005) efisiensi dan efektivitas kegiatan pemeliharaan dipengaruhi oleh penguasaan teknik pemeliharaan yang baik dan peralatan yang memadai. Oleh karena itu, pemelihara atau pekerja hendaknya mengetahui jenis peralatan yang digunakan, fungsi dan cara kerjanya. Setiap alat yang digunakan memiliki masa pakai atau jangka waktu pemakaian sehingga sangat diperlukan pengelolaan dan pemeliharaan peralatan agar pekerjaan yang dilakukan dapat terus berlangsung tanpa kendala. Untuk itu sebelum melakukan kegiatan pemeliharaan peralatan yang digunakan perlu di periksa terlebih dahulu apakah kondisinya masih bagus dan layak untuk dipakai. Adapun peralatan yang digunakan dalam kegiatan pemeliharaan ini terdiri dari truk tangki air, mobil kijang bak, mesin pemotong rumput gendong, sapu lidi, truk sampah, pacul, gunting stek dan gunting rumput, golok, parang, seragam pekerja pemeliharaan, dan lain sebaginya. Untuk mengetahui peralatan kegiatan pekerjaan pemeliharaan, jumlah, kondisi dan masa efektif peralatan yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 6.
32
Kondisi peralatan kegiatan pemeliharaan pada Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman cukup baik untuk digunakan. Peralatan yang digunakan dalam pekerjaan pemeliharaan sangat mempengaruhi hasil pekerjaan tersebut. Kadangkadang peralatan yang digunakan dalam pekerjaan terbatas atau mengalami kerusakan sehingga mengakibatkan kurangnya efektivitas kerja yang dilakukan dalam kegiatan pemeliharaan. Untuk itu perlu dilakukan pemeliharaan peralatan dengan baik dan pergantian peralatan yang digunakan jika masa pakainya telah habis atau rusak agar pekerjaan yang dilakukan efektif dan juga efisien dalam penggunaan peralatan. Tabel 6. Jenis, jumlah, kondisi, dan masa efektif peralatan pemeliharaan No. Jenis Peralatan Jumlah1) 1. Mesin Pemotong Rumput Gendong 3 2. Sapu Lidi 5 3. Cangkul, pacul 3 4. Gunting stek 4 5. Koret 6 6. Gunting Pangkas semak 3 7. Truk Pengangkut Sampah 1 8. Mobil Tanki air 2 9. Seragam pekerja pemeliharaan 20 10. Golok, parang untuk pemangkasan 2
Kondisi2) Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
Masa Efektif 3) 3 tahun 1 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan 5 tahun 4 tahun 6 bulan 6 bulan
Sumber: Dinas Pertamanan DKI Jakarta (2008)1), Pengamatan Langsung (2008)2) Arifin dan Arifin (2005)3) 4.10. Pengelolaan Administrasi Untuk kegiatan administrasi yang berkaitan dengan jalur hijau jalan dilakukan oleh staf teknis dan administrasi. Pada Seksi Jalur Hijau Jalan staf tehnik dan administrasi berjumlah 4 orang, 3 orang staf administrasi yang bertugas membuat laporan kegiatan pemeliharaan jalur hijau jalan seperti surat perintah tugas, surat pertanggu jawaban, laporan inventarisasi kondisi alat, serta laporan keuangan biaya pemeliharaan, absensi pengawas lapangan dan karyawan jalur hijau jalan, dan dokumentasi untuk kegiatan pelaksanaan pemeliharaan serta membuat rencana kegiatan pemeliharaan jalur hijau jalan bersama seksi jalur hijau jalan dan pengawas lapangan. Sedangkan 1 orang staf teknis bertugas membuat gambar jalur hijau jalan, perencanaan jalur hijau jalan dan desain ulang jalur hijau jalan yang ada di DKI Jakarta.
33
4.11. Pemeliharaan Fisik Jalur Hijau Jalan Jendral Sudirman Pemeliharaan fisik dilakukan untuk
mempertahankan kondisi elemen
lanskap agar tetap menampilkan sifat fisiknya seperti keadaan awal, sehingga aspek estetika dan fungsi elemen tetap seperti semula. Secara umum, pemeliharaan fisik lanskap adalah pemeliharaan elemen lunak (soft material) seperti tanaman dan elemen keras (hard material) seperti paving, kolam air mancur, pagar dan lain sebagainya.
4.11.1. Pemeliharaan Elemen Lunak (Soft material) Pemeliharaan fisik Elemen Lunak (soft material ) tanaman yang dilakukan terdiri dari pembabatan rumput, pengetrikan rumput, penyapuan/pembersihan sampah atau rumput, penyiraman rumput, pohon, tanaman hias, dan tanaman perdu, pendangiran pohon, tanaman hias dan tanaman perdu, pemangkasan tanaman perdu, pengangkutan dan pembuangan sampah (Tabel 7). Tabel 7. Jenis kegiatan, frekuensi, alat, dan jumlah tenaga kerja No. Uraian Pekerjaan
Frekuensi1)
1. 2. 3.
1 kali 1 kali 10 kali
Jumlah Tenaga2) Kerja MPR 2 Koret,cangkul 3 Sapu lidi,karung 6
10 kali 10 kali 10 kali 10 kali 1 kali 1 kali 1 kali 1 kali 1 kali 1 kali
Sprinkler, Mobil tanki Sprinkler , Mobil tanki Sprinkler, Mobil tanki Sprinkler, Mobil tanki Koret,cangkul Gunting pangkas Koret,cangkul Koret, cangkul Golok,guntingpangkas Truk sampah
4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Pemangkasan rumput Pengetrikan rumput Penyapuan/pembersihan sampah/rumput Penyiraman rumput Penyiraman pohon Penyiraman tanaman hias Penyiraman tanaman perdu Pendangiran Pohon Pemangkasan tanaman hias Pendangiran tanaman hias Pendangiran tanaman perdu Pemangkasan tanaman perdu Angkutan sampah
Alat1)
2 2 2 2 6 4 6 6 4 2
Sumber: 1)Dinas pertamanan DKI Jakarta (2008), 2)Pengamatan langsung (2008)
4.11.1.1.Pembabatan/Pemangkasan Rumput Kegiatan pekerjaan pembabatan rumput pada Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman dilakukan 1 kali dalam 1 bulan selama masa kontrak pekerjaan pemeliharaan, Jumlah tenaga kerja 2 orang, dan alat yang digunakan adalah mesin pemotong rumput. Pekerjaan ini sudah maksimal dan sudah sesuai dengan
34
kebutuhan pemeliharaan di mana kegiatan pemangkasan rumput frekuensi pemeliharaannya dilakukan secara bulanan (Arifin dan Arifin 2005). Kegiatan pemangkasan yang dilakukan juga sudah efektif dan sudah sesuai dengan kapasitas kerja lanskap. Hal ini disebabkan oleh tenaga kerja yang sudah terampil mengerjakannya, pekerja yang cukup rajin dan disiplin, dan juga kondisi mesin pemotong rumput yang cukup baik Penggunaan mesin pangkas gendong ini sudah tepat untuk kegiatan pekerjaan karena kondisi jalur hijau jalan yang cukup luas. Selain itu juga disain jalur yang tidak terlalu rumit dan topografi yang datar pada jalur median dan separator Jalan Jenderal Sudirman sehingga tidak mempersulit pekerja dalam melakukan pekerjaan. Pembabatan rumput yang dilakukan di Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman bertujuan untuk mengendalikan pertumbuhan rumput agar tetap indah dan rapi. Ukuran tanaman rumput yang baik adalah 3 – 5 cm agar tidak kelihatan terlalu panjang dan rimbun serta tidak menutupi kanstin pembatas jalan. Kondisi jalur hijau jalan baik dibagian separator jalan maupun median jalan yang berbatu sedikit mempersulit pekerja dalam melakukan pembabatan rumput. Kondisi tersebut juga dapat berbahaya bagi pekerja maupun pengguna jalan yang melewati jalur hijau tersebut karena batu yang terdapat di jalur tersebut dapat mengenai pekerja dan kendaraan pengguna jalan. Oleh sebab itu perlu kehati-hatian dalam mengerjakan kegiatan pemangkasan rumput untuk menjaga keselamatan pengguna jalan selama melakukan kegiatan pemangkasan (Gambar 6).
Gambar 6. Kegiatan pemangkasan rumput pada jalur separator Jalan Jenderal Sudirman
35
4.11.1.2. Pengetrikan Rumput Selain kegiatan pembabatan/pemangkasan rumput terdapat juga kegiatan pengetrikan rumput. Kegiatan ini dilakukan di pinggir tanaman, sekeliling tanaman hias, dan kanstin. Kegiatan pengetrikan dilakukan 1 kali dalam satu bulan selama masa kontrak pekerjaan pemeliharaan, dengan jumlah tenaga kerja 3 orang dan alat yang digunakan adalah cangkul kecil, dan koret. Untuk kegiatan pengetrikan hasilnya sudah cukup baik dan maksimal. Untuk efektifitas kegiatan pengetrikan masih kurang efektif hal ini disebabkan oleh tenaga kerja yang kurang disiplin seperti cepat istirahat, dan faktor usia di mana terdapat tenaga kerja yang usianya sudah cukup tua, tapi untuk hasil kegiatan pengetrikan rumput sudah cukup baik karena tenaga kerja sudah memiliki pengalaman dalam melakukan pekerjaan. Hasil pengetrikan rumput dapat dilihat di salah satu contoh pekerjaan pengetrikan yang dilakukan disekitar air mancur patung pemuda di mana hasil pengerjaan yang dilakukan sudah cukup rapi dan teratur (Gambar 7). Kegiatan pengetrikan dilakukan untuk mengendalikan pertumbuhan rumput yang berada di pinggir kanstin jalan agar kelihatan lebih rapi. Keterlambatan pengetrikan rumput dapat tumbuh dan menjalar melewati kanstin sehingga memberikan kesan tidak terawat pada jalur hijau jalan tersebut, untuk itu perlu diperhatikan jadwal pengetrikan rumput agar sesuai dengan jadwal yang ditetapkan.
(a)
(b)
Gambar 7. Hasil kegiatan pengetrikan rumput, (a) pinggir kanstin, (b) pinggir tanaman di Jalan sekitar Air Mancur Patung Pemuda 4.11.1.3. Penyapuan/Pembersihan Sampah atau Rumput Pembersihan/penyapuan sampah atau rumput ini dibagi dua yaitu penyapuan rumput dilakukan terhadap hasil pemangkasan rumput dan penyapuan
36
sampah yaitu pembersihan sampah lainnya seperti daun, kertas, plastik dan lain sebagainya yang berada di area Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman. Untuk penyapuan sampah rumput dilakukan ketika ada kegiatan pemangkasan rumput dengan membersihkan hasil pemangkasan rumputnya. Kegiatan penyapuan sampah lainnya seperti kertas, plastik, dan daun dilakukan 10 kali dalam 1 bulan sesuai dengan jadwal pekerjaan selama masa kontrak pekerjaan pemeliharaan, tenaga kerja berjumlah 6 orang. Setelah sampah disapu, kemudian dimasukan ke dalam karung sampah untuk selanjutnya diangkut dengan truk sampah. Alat yang digunakan untuk kegiatan penyapuan adalah sapu lidi dan karung tempat sampah. Kegiatan penyapuan/pembersihan ini masih kurang maksimal dan frekuensi kegiatan masih kurang dari kebutuhan pemeliharaan di mana untuk pembersihan/penyapuan area seharusnya lebih baik dilakukan secara harian agar kebersihan tetap terjaga (Arifin dan Arifin, 2005). Untuk efektifitas kegiatan yang dilakukan masih kurang efektif, hal ini disebabkan karena tenaga kerja yang lambat dalam melakukan kegiatan, dan sering beristirahat. Untuk pengangkutan sampah yang telah dikumpulkan di dalam karung dilakukan pada malam hari dengan menggunakan truk sampah dan kemudian dibuang ke tempat pembuangan sampah. Hal ini dilakukan ketika arus lalu lintas sudah mulai sepi sehingga tidak mengganggu selama kegiatan pengangkutan sampah dilakukan. Untuk kegiatan penyapuan sampah di sepanjang jalur hijau jalan dapat dilihat pada Gambar 8. Kebersihan area Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman merupakan salah satu tujuan kegiatan pemeliharaan. Jalur hijau yang bersih akan menambah keindahan sehingga menjadi daya tarik bagi pengguna jalan yang melewati jalan tersebut. Selain itu juga dapat menghilangkan kejenuhan, lelah setelah bekerja bagi pengguna jalan ketika melewati jalur hijau jalan yang bersih dan indah.
4.11.1.4. Pemangkasan Nonrumput Kegiatan pemangkasan nonrumput pada Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman dilakukan 1 kali dalam satu bulan selama masa kontrak kegiatan pemeliharaan, jumlah tenaga kerja 4 orang, alat yang digunakan adalah gunting
37
pangkas, golok, gunting stek. Untuk frekuensi kegiatan yang dilakukan sudah maksimal dan sudah sesuai dengan kebutuhan pemeliharaan lanskap. Untuk pemangkasan semak dan perdu sebaiknya dilakukan sekali dalam satu bulan (Sulistyantara, 2006). Untuk efektifitas kerja ada yang sudah efektif dan masih ada yang kurang efektif. Kegiatan yang sudah cukup efektif adalah pemangkasan perdu, tetapi untuk pemangkasan semak masih kurang efektif. Hal ini disebabkan karena pekerja yang agak lambat dalam melakukan pekerjaan, cepat lelah dan sering beristirahat.
Gambar 8. Kegiatan pembersihan sampah di area rumput di jalur separotor Jalan Jenderal Sudirman Pemangkasan nonrumput adalah kegiatan pemangkasan terhadap tanaman hias seperti semak, dan tanaman perdu. Kegiatan pemangkasan ini bertujuan untuk mengontrol pertumbuhan tanaman sesuai dengan kebutuhan agar memberikan penampilan tenaman tersebut secara estetis (keindahan) dan memberikan kenyamanan terhadap pengguna jalan. Selain itu pemangkasan ini juga dilakukan untuk menjaga kesehatan tanaman yang biasanya dilakukan pada cabang, dahan, ranting yang retak, patah, mati, dan berpenyakit (Arifin dan Arifin, 2005). Menurut Sulistyantara (2006), pemangkasan tanaman dilakukan untuk memperbaiki lingkungan pertumbuhan tanaman, yaitu mengatur penerimaan sinar matahari, temperatur dan kelembaban. Sebelum melakukan pemangkasan ada beberapa cara pemangkasan yang baik dan benar sehingga hasil yang dicapai bagus, tanaman kelihatan rapi dan indah. Adapun beberapa cara pemangkasan tanaman perdu dan semak adalah sebagai berikut :
38
1) Dilakukan miring (450) dan rata agar air hujan tidak tergenang dan dapat mengakibatkan pembusukan batang. 2) Arah memangkas dari bawah ke atas, dan setelah tanaman dipangkas sebaiknya dilakukan pemupukan agar tunas yang baru dapat terbentuk kembali.
Gambar 9. Hasil pemangkasan tanaman semak di Jalan sekitar Air Mancur Patung Pemuda 4.11.1.5. Pemeliharaan Pohon Pelindung Kegiatan pemeliharaan pohon pelindung pada Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman seperti pemangkasan bertujuan agar jalur hijau jalan tetap aman, nyaman, mempertahankan ukuran dari pertumbuhan yang berlebihan, dan memiliki keindahan secara visual. Kegiatan pemangkasan pohon pada Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman dilakukan sekali dalam satu tahun. Alat yang digunakan untuk pemangkasan pohon adalah gergaji dan golok. Berdasarkan hasil pengamatan pemangkasan pohon pelindung di Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman masih kurang tepat dan tidak sesuai dengan aturan yang sebenarnya. Masih terdapat cara pemangkasan dengan langsung memotong cabang dari atas ke bawah secara langsung, tidak membuang/memotong bekas percabangan pohon yang dipangkas dan bekas luka pada pohon hasil pemangkasan juga tidak di semprot atau diolesi desinfektan. Bekas luka pada tanaman yang tidak diolesi desinfektan dapat menjadi penyebab utama kematian pada tanaman tersebut karena sangat rentan terhadap serangan hama dan jamur. Menurut Carpenter et al., (1975), pemangkasan tanaman bertujuan untuk mengurangi
ukuran
tanaman
dari
pertumbuhan
yang
berlebihan
dan
mempertahankan bentuk tajuk yang diinginkan serta merangsang pertumbuhan
39
baru yang lebih baik. Pemangkasan pohon pelindung biasanya dilakukan terhadap pohon yang percabangannya telah mengganggu fasilitas umum seperti lampu jalan, telepon dan lainnya serta percabangannya yang telah mengganggu keamanan bagi pengguna jalan. Untuk Jalan mobil, minimal 4,5-5 meter dari permukaan tanah harus bebas dari cabang dan dahan pohon (Arifin dan Arifin, 2005). Selain itu untuk pemangkasan pohon lebih baik dilakukan sekali enam bulan untuk menjaga pertumbuhan ranting pohon tetap teratur dan tidak mengganggu pengguna jalan (Arifin dan Arifin, 2005). Untuk cabang yang mempunyai diameter lebih dari 2,5 cm sebaiknya dipangkas dengan menggunakan Double cut Method untuk mencegah terjadinya kerusakan kayu dan mempercepat pertumbuhan (Carpenter et al., 1975). Cara pemangkasan tersebut dapat dilakukan sebagai berikut: 1) Pemotongan pertama dilakukan pada cabang pohon bagian bawah, 15 cm dan batang pohon utama. 2) Pemotongan kedua dilakukan pada cabang pohon bagian atas, 17,5-20 cm dari batang pohon utama. Setelah cabang pohon tersebut berhasil dipotong, sisa cabang yang belum terpotong dipotong melingkar dengan menggunakan pisau tajam sampai bersih rata. Selain itu menurut Arifin dan Arifin (2005) pemangkasan pohon secara umum dapat dilakukan dengan tahap-tahap berikut ini: 1) Potong dahan dari atas ke bawah, untuk menghindari kerusakan kulit batang, bagian bawah lebih dahulu dipotong sebagian. 2) Potong sisa dahan hingga bersih dan rata, cara ini dapat mempercepat penyembuhan dan mencegah kerusakan kayu. 3) Bersihkan dan potong secara melingkar bekas potongan/luka yang menonjol dengan pisau yang tajam. 4) Semprot atau olesi semua bagian yang luka dengan desinfektan untuk mencegah serangan jamur dan hama. Namun pada prakteknya hanya pada luka yang berdiameter besar atau sama dengan 5 cm yang disemprot dengan bahan pengaman.
40
Gambar 10: Pohon Pelindung jalur separator Jalan Jenderal Sudirman 4.11.1.6. Penyiraman Tanaman Salah satu faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah air. Kegiatan penyiraman terhadap tanaman di Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman sangat penting dilakukan agar pertumbuhan tanaman tetap terjaga dengan baik. Hal ini dilakukan karena salah satu faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah air sehingga tanaman tersebut tidak mati kekeringan. Untuk kegiatan penyiraman di Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman dilakukan dengan menggunakan sprinkler dan mobil tanki air. Untuk penyiraman dengan menggunakan sprinkler sangat baik dilakukan karena Jalan Jenderal Sudirman merupakan jalan protokol di mana kendaraan yang melewati jalan tersebut sangat padat dan dengan kecepatan yang cukup kencang sehingga lebih mudah dilakukan dari pada dengan menggunakan mobil tangki air yang dapat mengganggu dan menghambat arus lalu lintas khususnya di area jalur median dan jalur separator. Selain itu dengan menggunakan sprinkler kegiatan penyiraman tidak membutuhkan tenaga kerja yang terlalu banyak sehingga dapat dialokasikan pada kegiatan pemeliharaan lainnya. Penyiraman yang dilakukan menggunakan sistem sprinkler di area Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman yaitu jalur median dan separator jalan. Sprinkler dapat secara otomatis menyala dan menyiram tanaman berdasarkan mekanisme tekanan air. Penyiraman dengan sprinkler sudah di program untuk menyala pada pagi hari pukul 07.00 WIB dan sore hari pukul 16.00 WIB setiap harinya. Lama
41
waktu penyiraman dengan menggunakan sprinkler 15 menit dan menyala secara bergantian di area yang berbeda. Jenis sprinkler yang dipakai di Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman adalah sprinkler yang ditanam di permukaan tanah secara permanen. Kondisi sprinkler untuk penyiraman cukup baik walaupun ada beberapa yang tidak berfungsi, sehingga perlu dilakukan perbaikan agar waktu penyiraman semua tanaman tersiram semua dengan baik dan merata. Untuk penyiraman dengan mobil tanki bermuatan air sebanyak 5000 Liter dilakukan di area Jalan sekitar Air Mancur Patung Pemuda, Pulau Jalan depan BNI 45, Pulau Jalan dekat F.0 Karet, dan Pulau Jalan Segitiga ex Bakin. Pada area ini tidak menggunakan sprinkler dan penyiraman di area ini tidak terlalu mengganggu arus kendaraan dengan menggunakan mobil tanki. Kegiatan penyiraman dilakukan dua kali yaitu pada pagi hari jam 07.00WIB dan sore hari pada pukul 16.00 WIB setiap harinya. Karena selama kegiatan magang terjadi musim hujan dan hampir setiap hari hujan sehingga area jalur hijau tersebut cukup basah maka jarang dilakukan kegiatan penyiraman baik dengan menggunakan sprinkler maupun dengan mobil tanki air. Hal ini dapat dilihat selama melakukan kegiatan magang dan pengamatan di jalur tersebut jarang dilakukan kegiatan penyiraman. Frekuensi kegiatannya penyiraman tanaman tergantung pada musim yang terjadi, pada waktu musim hujan penyiraman jarang dilakukan, sedangkan pada musim kemarau penyiraman dilakukan setiap hari. Menururt Nasrullah (2008), hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyiraman tanaman adalah: 1) Penyiraman sebaiknya dilakukan pada pagi hari atau sore hari 2) Penyiraman pada daerah berkelembaban tinggi dilakukan pagi hari untuk menghindari perkembangan jamur atau cendawan 3) Intensitas penyiraman disesuaikan dengan porousitas media tanam 4) Banyaknya air siraman tidak melebihi kemampuan maksimal penyerapan dan meminimalkan pengikisan 5) Jika menggunakan air ledeng untuk penyiraman, air sebaiknya diendapkan terlebih dahulu selama semalam. Tujuan agar kandungan Cl-nya berkurang dan airnya bersuhu kamar.
42
Gambar 11. Sprinkel untuk penyiraman tanaman rumput di jalur separator Jalan Jenderal Sudirman 4.11.1.7. Pemupukan Sebagian besar tanah yang digunakan untuk pertamanan di Jakarta baik itu untuk taman maupun untuk jalur hijau telah mengalami penggalian dan penimbunan (cut and fill), sehingga tidak lagi memiliki top soil dan bahan organik yang diperlukan oleh tanaman untuk pertumbuhan. Kadang tingkat kesuburan dan kandungan bahan organik top soil dari tempat yang berbeda juga sangat beragam, sehingga diperlukan pupuk untuk memperbaiki keadaan tersebut. Begitu juga tanah yang terdapat di Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman di mana di sepanjang area jalur hijau ini juga mengalami penggalian dan penimbunan (cut and fill) sehingga perlu juga diperhatikan pemupukan untuk menjaga kondisi tanah tersebut. Tanah yang digunakan di sepanjang jalur hijau jalan ini adalah jenis tanah latosol merah, sebelum ditimbun dengan tanah latosol merah tanah di jalur hijau tersebut digali terlebih dahulu untuk membuang bagian tanah yang kurang baik dan subur kemudian ditimbun dengan tanah latosol merah. Adapun kegiatan pemupukan tanaman yang biasa sering dilakukan adalah: 1) Pada pemeliharaan pasca tanam untuk mempercepat pertumbuhan akar dan pertumbuhan vegetatif seperti daun/ dahan. 2) Pada pemeliharaan rutin untuk : a. Menambah kesuburan tanah dengan memberi tambahan pupuk organik dan anorganik b. Memperbaiki keadaan fisika tanah antara lain kedalaman efektif tanah yaitu dalamnya lapisan tanah di mana perakaran tanaman
43
dapat berkembang dengan bebas, tekstur, kelembab, dan tata udara tanah. c. Memperbaiki keadaan kimia tanah antara lain melakukan pemupukan, mengamati reaksi tanah dan tersedianya unsur hara bagi pertumbuhan tanaman dan untuk memperbaiki pH tanah sehingga mencapai pH sekitar 6,5 (pH netral). d. Memperbaiki keadaan biologi tanah yaitu keadaan mikrobia tanah sebagai bahan organik tanah, humifikasi, mineralisasi, dan pengikatan nitrosin udara. Menurut Nasrullah (2008), hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian pupuk adalah: 1) Pupuk mudah menguap pada siang hari atau cuaca panas 2) Malam hari tanaman juga mampu menyerap hara 3) Bunga mekar, tunas daun, dan kuncup bunga akan mudah rusak jika terkena pupuk 4) Kekurangan atau kelebihan dosis pupuk akan mengakibatkan pertumbuhan yang abnormal pada tanaman 5) Pemupukan umumnya dilakukan 3 minggu setelah penanaman dan dilakukan 2 sampai 3 bulan sekali secara teratur 6) Jenis pupuk disesuaikan dengan kebutuhan dan fase pertumbuhan tanaman 7) Pemberian pupuk pada daun, akar, dan batang sebaiknya dilakukan pada pukul 8 sampai 10 pagi atau sore hari 8) Waktu, dosis, dan cara pemakaian pupuk pada kemasan sebaiknya diperhatikan Berdasarkan keterangan yang didapatkan, pemupukan tanaman pada Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman dilakukan dengan menggunakan pupuk organik (pupuk kandang) dan pupuk anorganik (NPK). Pupuk kandang biasanya digunakan pada awal tanam atau tanaman yang baru ditanam, jika terjadi pergantian tanaman di jalur hijau tersebut. Pupuk kandang yang diberikan untuk tanaman dengan dosis 5 kg/m2 untuk tanaman semak dan perdu. Pemberian pupuk kandang untuk tanaman yang akan ditanam dilakukan dengan cara ditaburkan ke dalam lubang tanam kemudian di campurkan dengan tanah penimbun lubang
44
tanam tersebut. Untuk tanaman yang sudah ditanam pemupukan pupuk kandang dilakukan tiga bulan sekali. Pemupukan dengan menggunakan NPK 15-15-15 dilakukan setiap tiga bulan sekali terhadap tanaman hias dan rumput. Sedangkan untuk pohon pemberian pupuk NPK 15-15-15 dilakukan enam bulan sekali dengan dosis 25 gram/pohon. Untuk pemupukan rumput dilakukan dengan cara ditebar di permukaan tanaman secara merata dengan dosis 10 g/m2. Pemupukan rumput ini cukup hanya dengan memberikan pupu N saja, karena hanya dibutuhkan untuk menyuburkan dan menghijaukan daun (Arifin dan Arifin, 2005). Menurut Arifin dan Arifin (2005), cara pemupukan tanaman rumput dapat dilakukan dengan disebar dipermukaan tanaman atau dilarutkan terlebih dahulu dengan air dan kemudian disiramkan pada tanaman rumput. Untuk cara ditebar pada tanaman dapat menyebabkan tanaman rumput berubah warna walaupun nanti akan menjadi hijau kembali setelah beberapa waktu. Cara melarutkan pupuk terlebih dahulu ke dalam air lebih baik dilakukan dari pada dengan cara ditaburkan pada tanaman karena tidak menyebabkan tanaman rumput berubah warna, kering atau gosong. Untuk pemupukan tanaman hias seperti semak dan juga tanaman perdu pemupukan dilakukan dengan pemberian dosis 10g/m2. Tanaman semak atau perdu yang ditanam secara massal dilakukan dengan cara membuat paritan (trenching), kemudian pupuk ditebar ke dalam parit tersebut dan ditimbun kembali dengan tanah. Untuk pemupukan tanaman semak atau perdu yang ditanam secara tunggal dilakukan dengan sistem bokoran, yaitu pupuk diberikan secara melingkar disekitar batang dengan radius yang hapir sama dengan radius tajuknya. Menurut Arifin dan Arifin (2005) pemupukan tanaman secara massal dilakukan dengan cara membuat paritan (treching) disekitar pinggir tanaman agar dapat dimanfaatkan tanaman dengan baik. Sedangkan untuk penanaman tunggal seperti tanaman perdu dilakukan dengan cara sistem bokoran. Kegiatan pemupukan yang dilakukan pada Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman sudah cukup bagus dan sesuai dengan tata cara pemupukan, namum untuk pelaksanaan pemupukan di lapangan pada kenyataannya kegiatan pemupukan tidak sesuai dengan yang direncanakan seperti tidak dilakukan pemupukan tiga bulan sekali. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan dan
45
keterlambatan dana yang dikeluarkan oleh pihak Dinas Pertamanan sehingga pelaksanaan kegiatan pemupukan juga menjadi terhambat dan tidak sesuai dengan yang direncanakan.
4.11.1.8. Pendangiran dan Penyiangan Gulma Kegiatan pendangiran dan penyiangan gulma yang dilakukan pada Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman dilakukan 1 kali dalam satu bulan selama masa kontak, alat yang digunakan adalah koret, cangkul dengan jumlah tenaga kerja di lapangan 6 orang. Untuk kegiatan pendangiran kebutuhan pemeliharaannya sudah cukup baik dan hasil pemeliharaan juga baik tetapi masih kurang efektif dalam melakukan pekerjaan. Hal ini disebabkan oleh pekerja yang agak lambat dalam melakukan pekerjaan, area yang sedikit sulit karena berada di bawah tanaman sehingga perlu berhati-hati dalam melakukan pekerjaan agar tanaman tidak diinjak. Untuk kegiatan dan hasil pendangiran dan penyiangan gulma pada tanaman dapat dilihat pada Gambar 11. Kegiatan pendangiraan merupakan kegiatan penggemburan, membalik dan merapikan tanah dengan menggunakan alat cangkul besar, cangkul kecil, arit, koret dan lainnya. Kegiatan pendangiran dan penyiangan gulma ini dilakukan untuk memperbaiki granulasi tanah, aerasi tanah, keadaan air tanah dan untuk meminimalkan gangguan dari tanaman gulma yang menjadi pesaing tanaman utama. Penyiangan gulma dapat dilakukan dengan manual yaitu dicabut, baik menggunakan tangan maupun alat dan biasanya dilakukan apabila ukuran lahannya tidak terlalu luas. Selain itu juga dapat dilakukan dengan dengan herbisida atau bahan kimia dan biasanya dilakukan apabila ukuran lahan tersebut cukup luas. Menurut Arifin dan Arifin (2005), Kegiatan pendangiran dan penyiangan gulma sebaiknya jangan dilakukan pada musim kemarau atau ketika panas terik matahari, dan juga jangan sampai merusak perakaran karena dapat menyebabkan mempercepat laju evaporasi sehingga menyebabkan tanaman menjadi stres. Terdapat beberapa cara pendangiran dan penyiangan gulma agar hasil yang dicapai maksimal, adapun caranya adalah sebagai berikut :
46
1) Tanaman liar harus dicabut sampai ke perakarannya dan penggemburan tanahnya harus dilaksanakan sedemikian rupa agar tidak merusak perakaran tanaman. 2) Pendangiran dan penyiangan dilakukan minimal 1 bulan sekali. 3) Pekerjaan ini tidak perlu dilakukan apabila: Tanaman mempunyai perakaran dalam, terutama jenis pohon, pada lokasi yang curam (lereng) karena pekerjaan tersebut dapat menyebabkan terjadinya erosi/longsor. Untuk tanaman pohon pendangiran dilakukan dengan membuat bongkaran dengan radius 50 cm disekeliling pangkal pohon, tergantung ukuran pangkal pohon. Selain tanaman pohon pendangiran dengan pembuatan bongkaran ini juga dilakukan terhadap tanaman perdu tunggal, sedangkan untuk tanaman perdu yang ditanam secara massal dan tanaman hias dilakukan dengan cara membuat bedeng. Saat pendangiran selain menggemburkan tanah juga dilakukan pembersihan dan membuang
kotoran
sampah,
rumput
liar,
dan
semak
liar
(guma).
Penyiangan/pencabutan gulma dilakukan secara manual dengan menggunakan tangan, pacul, sekop kecil dan menggunakan kape sebagai alat bantu. Penyiangan gulma dimaksudkan agar tanaman terhindar dari gangguan gulma dalam berkompetisi memanfaatkan faktor-faktor lingkungan.
Gambar 12. Kegiatan Pendangiran dan penyiangan gulma tanaman semak pada jalur median Jalan Jenderal Sudirman 4.11.1.9. Penyulaman dan Penggantian Tanaman Penyulaman dan penggantian tanaman pada Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman dilakukan terhadap semua jenis tanaman. Kegiatan penyulaman ini bersifat nonperiodik dan dilakukan pada waktu tertentu yang disebabkan jika suatu tanaman mati, rusak, dan diserang hama penyakit. Ada beberapa hal yang
47
perlu diperhatikan ketika melakukan penyulaman tanaman (Arifin dan Arifin, 2005), yaitu : 1) Tersedianya tanaman pengganti yang kondisinya harus lebih baik dari pada tanaman yang digunakan. 2) Tanaman rusak atau mati seharusnya dicabut terlebih dahulu dengan tidak mengganggu tanaman lain yang masih baik dan sehat. 3) Persiapkan kembali lubang tanaman bekas tanaman yang mati untuk dapat ditanami kembali, dan pastikan lubang tersebut bebas dari gangguan patogen yang ada dalam tanah. 4) Lubang tanam tersebut dibiarkan beberapa saat dan diberi pupuk kandang (jika diperlukan). 5) Tanaman baru dilepaskan dari kontainernya (pot, karung, polibag), dan kemudian ditanam. 6) Penyiraman dilakukan secara rutin
4.11.1.10. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Pengendalian hama dan penyakit tanaman pada Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman dilakukan dengan cara mekanik dan kimiawi. Pengendalian secara mekanik dilakukan dengan cara membuang bagian yang terserang hama agar tidak menyebar ke bagian lain tanaman yang diserang. Pengendalian secara kimiawi yaitu pengendalian yang dilakukan dengan menggunakan bahan kimia seperti pestisida. Jika tanaman yang diserang penyakit sudah terlalu parah maka tanaman tersebut dicabut atau dibuang dan digantikan dengan tanaman yang baru. Jenis hama yang menyerang tanaman pada Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman adalah serangga, ulat dan rayap. Hama serangga dan ulat biasanya menyerang daun tanaman, sedangkan rayap biasanya menyerang sistem perakaran tanaman. Pengendalian hama dan penyakit tanaman dilakukan secara kimawi pada Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman dengan menggunakan dithane M-45, basudin dan bayrusil. Alat yang digunakan untuk pengendalian hama yaitu alat semprot hand sprayer. Dithane M-45 digunakan untuk megendalikan hama seperti rayap pada tanaman, sedangkan basudin dan bayrusil digunakan untuk mengendalikan ulat dan serangga yang menyerang tanaman. Untuk dosis yang digunakan, dithane
48
M-45 memakai dosis 2 gram/liter air, sedangkan basudin dengan dosis 2 cc/liter air. Dosis yang digunakan untuk pengendalian hama dan penyakit tanaman ini sudah baik dan sesuai dengan ketentuan dosis yang biasa digunakan. Pengendalian hama dan penyakit tanaman yang dilakukan pada jalur hijau ini kurang baik, karena pekerjan yang dilakukan kurang teratur dan tidak sesuai dengan jadwal yang ditentukan. Menurut Arifin dan Arifin (2005), pengendalian hama dan penyakit tanaman ini biasanya dilakukan secara bulanan. Namun pada Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman ini sangat jarang dilakukan pengendalian hama dan pengendalian penyakit tanaman, hal ini disebabkan oleh dana yang tersedia terbatas dan juga dikeluarkan Dinas Pertamanan tidak tepat waktu yang direncanakan. Pengendalian hama dan penyakit tanaman yang tidak teratur dan tidak sesuai dengan waktu pemeliharaan menyebabkan tanaman makin lama semakin rusak dan mati diserang hama dan penyakit tanaman. Menurut Arifin dan Arifin (2005) pengendalian hama dan penyakit tanaman dapat dilakukan dengan cara karantina, mekanis dan fisik, teknik budidaya, biologi, dan kimiawi dengan menggunakan pestisida. Pengendalian secara karantina dilakukan dengan cara mencegah keluar-masuknya hama dan penyakit yang sangat berbahaya dari suatu tempat ke tempat lain. Pengendalian secara budidaya yaitu dengan cara menggemburkan tanah dan pengolahan tanah yang baik. Pengendalian secara mekanik dilakukan dengan cara mengambil hama yang menyerang tanaman dan kemudian dibunuh dengan menggunakan tangan atau alat tertentu. Pengendalian secara fisik merupakan cara dengan memanipulasi faktor fisik (suhu, kelembaban, cahaya). Pengendalian secara biologis merupakan cara yang paling baik dilakukan dalam usaha pengendalian hama dan penyakit tanaman. Cara ini agak sulit diterapkan secara buatan, tetapi pada ekosistem yang relatif stabil hal ini terjadi secara alami. Pengendalian secara kimiawi dilakukan dengan cara penyemprotan dengan menggunakan pestisida. Pengendalian ini dapat dilakukan dengan cara penyemprotan, penginjeksian, dan penaburan pestisida. Untuk kegiatan penyemprotan harus memperhatikan arah angin karena sangat berpengaruh terhadap jatuhnya semprotan pada tanaman dan juga keselamatan pekerja. Untuk itu tenaga kerja perlu menggunakan alat pengaman
49
selama kegiatan penyemprotan seperti masker, sarung tangan dan perlengkapan lainnya.
4.11.2. Pemeliharaan Elemen Keras (Hard Material) Pemeliharaan elemen keras pada jalur hijau jalan juga salah satu kegiatan yang dilakukan oleh Dinas Pertamanan, baik Seksi Jalur Hijau Jalan maupun Seksi Ornamen kota di mana saling keterkaitan untuk menciptakan suatu lanskap jalan yang fungsional dan estetis. Pemeliharaan elemen keras ini sangat penting dilakukan untuk menunjang fungsi dan nilai estetika jalur hijau jalan. Beberapa elemen keras yang terdapat di jalur tersebut seperti paving, pagar busway, patung Jenderal Sudirman, Patung Air Mancur Pemuda, lampu jalan dan lain sebagainya yang menambah keindahan kota sehingga sangat penting diperhatikan pemeliharaan yang teratur sehingga dapat menjaga dan mempertahankan keindahannya. Pemeliharaan elemen keras biasanya ada yang bersifat nonperiodik atau bersifat insidential yaitu jika tedapat beberapa elemen yang rusak pada jalur hijau jalan tersebut seperti pegantian bola lampu yang putus, pagar yang rusak, halte yang rusak, dan juga pedestrian yang rusak. Ada kegiatan pemeliharaan elemen keras yang terjadwal bulanan, semesteran dan tahunan seperti pengecetan ulang kanstin, pembersihan patung, pengecetan pagar busway, pengecetan halte, pembersihan patung Jenderal Sudirman, pembersihan kolam air mancur, dan pembersihan pedestrian. Pengecetan ulang kanstin jalan, halte dan pagar busway dilakukan satu kali dalam setahun. Pembersihan pedestrian jalan dilakukan secara harian untuk menjaga kebersihan area pedestrian jalan tersebut. Pembersihan patung Jenderal Sudirman dan kolam air mancur patung pemuda dilakukan sekali dalam satu bulan. Penampilan elemen keras yang baik, bersih serta berfungsi dengan baik pada Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman akan menambah nilai keindahan, kenyamanan dan keamanan jalur hijau jalan tersebut. Kegiatan pemeliharaan di sepanjang Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman yang dilakukan oleh Seksi Ornamen Kota dilakukan dengan kurang teratur, pelaksanaan yang tidak sesuai dengan jadwal. Dapat dilihat masih terdapat beberapa elemen keras yang terabaikan dari kegiatan pemeliharaan, seperti
50
disekitar Air Mancur Pemuda di mana perkerasannya mengalami kerusakan seperti paving yang sudah pecah tetapi belum dilakukan pergantian perkerasan yang baru. Selain itu juga pagar pembatas busway yang bengkok, sudah terkelupas catnya namun belum dilakukan penggantian atau pengecetan ulang sehingga mengurangi keindahan jalan tersebut. Belum adanya tindakan yang dilakukan untuk memperbaiki kerusakan ini disebabkan dana yang tersedia atau disetujui dan dikeluarkan oleh pihak Dinas Pertamanan tidak tepat waktu sehingga kegiatan pemeliharaan elemen keras tidak bisa dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan (Gambar 13).
(a)
(b)
Gambar 13. (a) Perkerasan/paving yang rusak di Jalan sekitar Air Mancur Patung Pemuda, (b) kanstin yang rusak dan cat yang terkelupas di jalur median Jalan Jendral Sudirman 4.12. Efektivitas Kegiatan Pemeliharaan Efektivitas kerja para operator atau pekerja yang dilakukan pada suatu taman akan menentukan efisiensi biaya pemeliharaan yang dilakukan. Efektivitas kerja pemeliharaan sangat ditentukan oleh beberapa hal berikut: 1) Motivasi kerja dan tingkat keterampilan yang dimiliki operator/pekerja 2) Sistematika jadwal perencanaan pemeliharaan 3) Ketersedian alat dan bahan yang sesuai dengan kebutuhan 4) Tingkat pengawasan pekerjaan di lapang 5) Kelancaran komunikasi antara pimpinan dengan para mandor dan antara mandor dengan operator/pekerja pemeliharaan di lapangan Waktu efektif adalah waktu yang dipergunakan pekerja untuk melakukan pekerjaan pemeliharaan secara produktif. Waktu kerja yang telah ditetapkan untuk melakukan pekerjaan pemeliharaan dimulai dari pukul 08.00 – 16.00 WIB dengan
51
jam istirahat pukul 12.00 – 13.00 WIB. Waktu efektif pekerja pemeliharaan tersebut berkisar 6 – 7 jam setiap harinya. Biasanya mulai dari jam 13.00 – 15.00 WIB pekerja sudah mulai tidak efektif lagi, hal ini disebabkan karena kondisi Jakarta yang sangat panas pada siang hari sehingga para pekerja sudah mulai merasa lelah dan bermalas-malasan untuk melakukan pekerjaan. Kapasitas kerja kegiatan pemeliaharaan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Luas Area (m2) 2
Kapasitas Kerja (m /jam) = Jumlah Tenaga Kerja (Orang) x Waktu (Jam) Tabel 8 merupakan perbandingan kapasitas kerja beberapa hasil pengamatan kegiatan pemeliharaan di Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman dengan standar kapasitas kerja Arifin dan Arifin (2005). Untuk peningkatan kinerja dan efektifitas pekerja perlu diperhatikan faktor-faktor seperti ketersediaan jadwal dengan baik, komitmen pekerja, keterampilan dalam melakukan pekerjaan. Tabel 8. Perbandingan kapasitas kerja kegiatan pemeliharaan Kapasitas Kerja 1 di lapangan/jam 1. Penyapuan/pembersihan sampah 325 m 2 2. Pemangkasan rumput dengan mesin gendong 250 m2 3. Pemangkasan semak dengan gunting pangkas 7,5 m2 4. Pemangkasan perdu dengan gunting pangkas 5 pohon 5. Pendangiran dan penyiangan gulma dengan koret 24 m 2 6. Pengetrikan rumput 30 m2
No. Jenis Pemeliharaan
KapasitasPemeliharaan2 Lanskap/jam 400 m2 250 m2 10 m 2 5 pohon 40 m2 -
Sumber: Pengamatan langsung1, Arifin dan Arifin2 (2005) 4.13. Hari Bebas Kendraan Bermotor (Free Car Day) Upaya Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta untuk mengurangi kemacetan dan tingkat polusi udara, tidak henti-hentinya dilakukan. Salah satu program yakni Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) atau free car day yang dilaksanakan oleh Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) di ruas Jalan Jenderal Sudirman dan MH Thamrin yang telah dimulai sejak 30 September 2007. Program ini dilaksanakan terkait dengan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2005 tentang pengendalian pencemaran udara. Namun program tersebut sempat terhenti karena permasalahan-permasalahan yang ditimbulkan seperti jalur lambat yang tetap digunakan oleh kendaraan dan juga waktu yang kurang tepat dan terlalu lama yaitu dari pukul 06.00 WIB sampai pukul 18.00 WIB. Program Hari Bebas Kendaraan Bermotor dilanjutkan kembali pada bulan
52
Desember 2007 dan waktu pelaksanaannya dikurangi mulai dari pukul 06.00 WIB sampai dengan pukul 14.00 WIB. Hari Bebas Kendaraan Bermotor dilaksanakan setiap minggu keempat atau akhir bulan satu kali dalam satu bulan, dan biasanya dilaksanakan setiap hari minggu. Hari Bebas Kendaraan Bermotor di Jalur Jalan Jenderal Sudirman - MH Thamrin ini dilakukan khususnya di jalur cepat, yang biasanya disesaki kendaraan dan waktu pelaksanaan HBKB beralih fungsi dengan berbagai kegiatan yang menonjolkan betapa pentingnya hidup sehat seperti kegiatan lomba senam poco-poco, bersepeda santai hingga balap sepeda, jogging, jalan santai, berfoto yang diselingi dengan beraneka macam hiburan (Gambar 14).
(a)
(b)
Gambar 14: Aktifitas pada Hari Bebas Kendraan Bermotor, (a) aktifitas jogging, (b) kegiatan bersepeda pada jalur cepat Jalan Jenderal Sudirman Menurut Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Jakarta, kegiatan HBKB ini sebagai upaya untuk mengendalikan polusi udara di Jakarta dan mengubah perilaku masyarakat dalam bertransportasi, yaitu dengan beralih menggunakan kendaraan umum. Dengan diadakanya hari bebas kendaraan bermotor ini dapat menigkatkan hari baik atau tingkat polusi rendah dapat meningkat. Meski ditentang oleh sebagian warga Jakarta yang menilai HBKB ini hanya mengalihkan lokasi kemacetan saja, BPLHD Jakarta tetap berencana akan meneruskan program ini pada setiap pekan ke empat setiap bulannya. Bahkan, pelaksanaan HBKB ini akan diperluas di seluruh Kotamadya di DKI Jakarta.
4.14. Wawancara Pengguna Jalan Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman merupakan salah satu jalan yang padat dilewati kendaraan setiap harinya. Selain itu di sepanjang Jalur Jalan Jenderal Sudirman terdapat area perkantoran dan perbankan sehingga padat
53
dilewati orang setiap harinya yang bekerja di Perkantoran dan Perbankan tersebut. Persepsi pengguna jalan terhadap Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman yang didapatkan dari hasil wawancara kuisioner sangat berperan dalam mempengaruhi perkembangan jalur hijau jalan tersebut untuk ke depannya (Lampiran 7). Wawancara yang dilakukan mengenai keadaan umum Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman seperti keindahan, kenyamanan, keamanan, kebersihan, jenis tananam yang disukai, pengelolaan dan pemeliharaan yang dilakukan oleh Dinas Pertamanan dan lain sebagainya. Wawancara kuisioner ini berfungsi untuk mengetahui pendapat pengguna jalan mengenai Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman yang selanjutnya dapat memberikan masukan dan bermanfaat bagi pihak pengelola jalur hijau jalan tersebut untuk meningkatkan kegiatan pengelolaan dan pemeliharaan yang dilakukan sehingga dapat meningkatkan fungsi dan kualitas keindahan di Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman. Wawancara dilakukuan terhadap 30 orang responden pengguna jalur hijau jalan tersebut. Hasil wawancara kuisioner yang dilakukan dapat diketahui bahwa pengguna jalan yang melewati Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman yang menjadi responden berusia 13-19 tahun berjumlah 3,3 % (2 orang), berusia 20-24 tahun sebanyak 56,7 % (17 orang), dan usia 25-55 tahun berjumlah 36,7 % (11 orang) dengan pendidikan terakhir SMA dan sederajat sebanyak 56,7 %(17 orang), lulusan perguruan tinggi 40 % (12 orang) dan lulusan SD 3,3 % (1 orang). Sebagian besar pengguna jalan yang diwawancarai adalah karyawan yang bekerja di area Jalan Jenderal Sudirman, mahasiswa, pedagang yang berdagang di sepanjang Jalan Jendral Sudirman, dan tukang ojek yang bekerja di sekitar area Jalan Jenderal Sudirman. Sebagian besar responden yang diwawancarai bertempat tinggal di Jakarta walaupun ada beberapa responden yang berasal dari Bogor, Depok, Bekasi dan lainnya di sekitar Jakarta. 1) Keadaan Umum Jalur Hijau Jalan tentang kenyamanan, keamanan, keindahan dan kebersihan Hasil wawancara kuisioner terhadap 30 orang responden/pengguna jalan mengenai fungsi jalur hijau untuk kenyamanan di Jalan Jenderal Sudirman, di mana 60 % responden (18 orang) menjawab cukup baik, 20 % responden (6 orang) menjawab sangat baik dan 20 % (6 orang) responden menjawab kurang
54
baik. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dapat diketahui bahwa kondisi Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman nyaman ketika melewatinya, responden beralasan bahwa jalur hijau tersebut cukup rindang dengan pohon peneduhnya sehingga terhindar dari panas matahari ketika melewati jalur hijau jalan (Gambar 15). Hasil wawancara yang dilakukan terhadap 30 responden/pengguna jalan mengenai fungsi jalur hijau untuk keamanan, 16,7 % responden (5 orang) menjawab sangat baik, 63,3 % responden (19 0rang) menjawab cukup baik, 16,7 % responden (5 orang) menjawab kurang baik dan 3,3 % responden (1 orang) menjawab tidak baik. Berdasarkan hasil wawancara dapat diperoleh bahwa sebagian responden menjawab Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman sudah aman ketika melewatinya. Responden yang mengatakan kurang aman beralasan bahwa kadangkadang batu yang berada di area rumput ketika melakukan kegiatan pemangkasan mengenai mobil dan pengendara lainnya yang melewati jalur hijau jalan tersebut sehingga perlu berhati-hati ketika melakukan kegiatan pekerjaan pemangkasan rumput (Gambar 16). Hasil wawancara yang dilakukan terhadap 30 responden/pengguna jalan mengenai fungsi jalur hijau untuk keindahan 56,7 % responden (17 orang) menjawab sangat baik, 36,7 % responden (11 orang) menjawab cukup baik dan 6,6 % responden (2 orang) menjawab kurang baik. Berdasarkan hasil wawancara dapat diperoleh bahwa responden menjawab bahwa kondisi Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman cukup indah, mereka beralasan dengan pohon yang hijau dan rindang, tanaman hias yang tertata sehingga jalur hijau jalan tersebut kelihatan indah (Gambar 17). Hasil wawancara yang dilakukan terhadap 30 responden/pengguna jalan mengenai fungsi jalur hijau untuk kebersihan, 80 % responden (24 orang) menjawab cukup baik dan 20 % responden (6 orang) menjawab kurang baik Untuk 80 % responden yang menjawab cukup baik beberapa orang memberi alasan bahwa jalu hijau tersebut sudah cukup bersih karena selalu dibersihkan oleh pekerja jalur tersebut dengan cukup baik. Untuk 20 % responden yang menjawa kurang baik, beberapa memberi alasan walaupun sudah dibersihkan,
55
tetapi masih kurang bersih dan masih terdapat beberapa sampah di area jalur hijau tersebut (Gambar 18). 70 60 50 %
40 30 20 10 0 a
b
c
d
Persepsi
Keterangan : a. Sangat baik b. Cukup baik
c. Kurang baik
d. Tidak baik
Gambar 15. Diagram fungsi Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman untuk kenyamanan 70 60 50 %
40 30 20 10 0 a
b
c
d
Persepsi
Keterangan : a. Sangat baik
b. Cukup baik
c. Kurang baik
d. Tidak baik
Gambar 16. Diagram fungsi Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman untuk keamanan 60 50
%
40 30 20 10 0 a
b
c
d
Perse psi
Keterangan : a. Sangat baik
b. Cukup baik
c. Kurang baik
d. Kurang Baik
Gambar17 . Diagram fungsi Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman untuk keindahan 2) Tingkat kesukaan terhadap tanaman semak, tanaman perdu, tanaman herba, tanaman rumput pada Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman Hasil wawancara yang dilakukan terhadap 30 responden/pengguna jalan tentang tingkat kesukaan terhadap penggunaan tanaman semak, tanaman perdu, tanaman herba, dan tanaman rumput. Untuk tingkat kesukaan terhadap
56
penggunaan tanaman semak 43,4 % responden (13 orang) menjawab sangat menyukai tanaman semak, 33,3 % responden (10 orang) menjawab cukup menyukai tanaman semak, dan 23,3 % responden (7 orang) menjawab kurang meyukai tanaman semak. Untuk tingkat kesukaan terhadap penggunaan tanaman perdu 20 % responden (6 orang) menjawab sangat menyukai tanaman perdu, 65,7 % responden (20 orang) menjawab cukup menyukai tanaman perdu, dan 13,3 % responden (4 orang) menjawab kurang meyukai tanaman perdu pada jalur hijau tersebut. Untuk tingkat kesukaan terhadap penggunaan tanaman herba 6,7 % responden (2 orang) menjawab sangat menyukai tanaman herba, 53,3 % responden (16 orang) menjawab cukup menyukai tanaman herba, 36,7 % responden (11 orang) menjawab kurang meyukai tanaman herba, dan 3,3 % responden (1 orang) tidak menyukai tanaman herba pada jalur hijau tersebut. Untuk tingkat kesukaan terhadap penggunaan tanaman rumput 53,3 % responden (16 orang) menjawab sangat menyukai penggunaan tanaman rumput pada jalur hijau jalan, 33,3 % responden (10 orang) menjawab cukup menyukai tanaman rumput, dan 13,3 % responden (4 orang) menjawab kurang meyukai penggunaan tanaman rumput pada jalur hijau (Gambar 19). 100 80 %
60 40 20 0 a
b
c
d
Persepsi
Keterangan : a. Sangat baik
b. Cukup baik
c. Kurang baik
d. Tidak baik
Gambar 18. Diagram fungsi Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman untuk kebersihan 3) Penggunaan tanaman semak, tanaman perdu, tanaman herba, dan rumput yang disukai pada Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman Hasil wawancara yang dilakukan terhadap 30 responden/pengguna jalan, untuk penggunaan tanaman semak yang disukai pada jalur hijau, 90 % responden (27 orang) menjawab penggunaan tanaman semak lebih baik dipangkas teratur dan rapi agar kelihatan indah, 10 % responden (3 orang) menjawab penggunaan tanaman semak lebih baik ada yang alami dan ada yang dipangkas teratur dan rapi, sedangkan responden tidak ada yang menjawab penggunaan tanaman semak
57
pada jalur hijau dibiarkan seperti alami. Dari sebagian besar jawaban responden lebih menyukai tanaman semak di jalur hijau jalan tersebut lebih baik dipangkas rapi dan teratur. 80 70 60 %
50 40 30 20 10 0 a
b
c
d
a
b
c
d
a
b
c
d
a
b
c
d
Persepsi
Keterangan:
Semak
Perdu
Herba
a. Sangat menyukai
b. Cukup menyukai
c. Menyukai
d. Kurang menyukai
Rumput
Gambar 19: Diagram tingkat kesukaan terhadap tanaman semak, perdu, herba, dan tanaman rumput pada Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman Untuk penggunaan tanaman perdu yang disukai pada jalur hijau, 83,3 % responden (25 orang) menjawab penggunaan tanaman perdu lebih baik dipangkas teratur dan rapi agar kelihatan indah, 16,7 % responden (5 orang) menjawab penggunaan tanaman perdu lebih baik ada yang alami dan ada yang dipangkas teratur dan rapi, sedangkan responden tidak ada yang menjawab penggunaan tanaman perdu pada jalur hijau dibiarkan seperti alami. Dari sebagian besar jawaban responden dapat disimpulkan bahwa tanaman perdu di jalur hijau tersebut lebih baik dipangkas rapi dan teratur agar kelihatan indah. Untuk penggunaan tanaman herba yang disukai pada jalur hijau, 13,3 % responden (4 orang) menjawab penggunaan tanaman herba lebih baik dipangkas teratur dan rapi agar kelihatan indah, 53,3 % responden (16 orang) menjawab penggunaan tanaman herba lebih baik ada yang alami dan ada yang dipangkas teratur dan rapi, sedangkan 33,4 % responden (10 orang) menjawab penggunaan tanaman herba pada jalur hijau dibiarkan seperti alami saja. Untuk penggunaan tanaman rumput yang disukai 6,7 % responden (2 orang) menjawab tanaman rumput dibiarkan saja seperti alami agar kelihatan tumbuh subur dan hijau, 90 % responden menjawab tanaman rumput lebih baik dipangkas rapi dan teratur agar
58
kelihatan indah, dan 3,3 % responden (1 orang) menjawab bahwa tanaman rumput ada yang alami dan ada yang dipangkas teratur dan rapi (Gambar 20).
%
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 a
b
c
a
b
c
a
b
c
a
b
c
Persepsi
Keterangan :
Semak
Perdu
a. Dibiarkan seperti alami
Herba
Rumput
b. Dipangkas rapi dan teratur
c. Ada alami dan dipangkas rapi dan teratur Gambar 20: Diagram penggunaan tanaman semak, tanaman perdu, tanaman herba, dan tanaman rumput yang disukai pada Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman 4) Sarana dan Prasarana Berdasarkan
hasil
wawancara
yang
dilakukan
terhadap
30
responden/pengguna jalan tentang fasilitas yang perlu ditambahkan pada Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman, 53,3 % responden (16 orang) menjawab yang perlu ditambahkan adalah tempat sampah, 33,4 % responden (10 orang) menjawab yang perlu ditambahkan adalah toilet, dan 13,3 % responden (4 orang) menjawab yang perlu ditambahkan adalah halte (Gambar 21). 60 50 %
40 30 20 10 0 a
b
c
d
e
f
g
Pe rs e ps i
Keterangan: a. Tempat duduk e. Lampu jalan
b. Halte
c. Shelter
f. Tempat sampah
d. Toilet g. Lainnya
Gambar 21: Diagram persepsi mengenai fasilitas yang perlu ditambahkan pada Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman
59
5) Kondisi perkerasan, dan kualitas pengelolaan Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman Berdasarkan
hasil
wawancara
yang
dilakukan
terhadap
30
responden/pengguna jalan tentang kondisi perkerasan di Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman, 3,4 % responden (1 orang) menjawab kondisi perkerasan pada jalur hijau tersebut sangat baik, 83,3 % responden (25 orang) menjawab kondisi perkerasan pada jalur hijau cukup baik, dan 13,3 % responden (4 orang) menjawab kondisi perkerasan pada jalur hijau tersebut kurang baik, dan tidak ada satu responden pun yang menjawab kondisi perkerasan pada jalur hijau tidak baik (Gambar
22).
Untuk
hasil
wawancara
yang
dilakukan
terhadap
30
responden/pengguna jalan tentang Pengelolaan yang dilakukan oleh Dinas Pertamanan pada Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman, 10 % responden (3 orang) menjawab bahwa pengelolaan yang dilakukan Dinas Pertamanan sudah sangat baik, 70 % responden (21 orang) menjawab pengelolaan yang dilakukan oleh pihak Dinas Pertamanan sudah cukup baik, 16,7 % responden (5 orang) menjawab pengelolaan yang dilakukan kurang baik, dan 3,3 % responden mejawab pengelolaan yang dilakukan oleh dinas pertamanan tidak baik (Gambar 23). 90 80 70
%
60 50 40 30 20 10 0 a
b
c
d
Persepsi
Keterangan : a. Sangat baik
b. Cukup baik
c. Kurang baik
d. Tidak baik
Gambar 22: Diagram kondisi perkerasan pada Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap pengguna Jalan Jenderal Sudirman, pengelolaan dan pemeliharaan lanskap yang dilakukan terhadap jalur hijau jalan sudah cukup baik dan maksimal walaupun masih terdapat beberapa kekurangan. Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman sudah berfungsi cukup baik untuk kenyamanan dan keamanan pengguna jalan, memiliki keindahan sehingga pengguna jalan dapat menikmati keindahan jalan ketika
60
melewati jalur hijau jalan tersebut. Untuk itu perlu diperhatikan dan ditingkatkan pengelolaan dan pemeliharaan Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman oleh Dinas Pertamanan agar keamanan, kenyamanan dan keindahan tetap terjaga dengan baik dan berkelanjutan. 80 70 60
%
50 40 30 20 10 0 a
b
c
d
Persepsi
Keterangan : a. Sangat baik
b. Cukup baik
c. Kurang baik
d. Tidak baik
Gambar 23: Diagram kualitas pengelolaan pemeliharaan pada Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman
4.15. Rencana Pengelolaan Lanskap Rencana pengelolaan lanskap merupakan suatu usaha yang dilakukan secara berkelanjutan untuk menjaga kualitas estetika dan fungsional lanskap. Untuk menjaga kualitas estetika dan fungsional lanskap maka pengelolaan yang dilakukan harus terencana dengan baik dan teratur, baik itu struktur organisasi, tenaga kerja, penjadwalan kegiatan pengelolaan, alat-alat yang digunakan, dan rencana anggaran biaya. Begitu juga rencana pengelolaan lanskap jalur hijau jalan khususnya Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman yang dilakukan oleh Dinas Pertamanan harus terencana dan berfungsi dengan baik. Struktur organisasi yang baik, tenaga kerja yang cukup dan terampil, jadwal kegiatan yang teratur, alat-alat yang digunakan berfungsi dengan baik dan anggaran biaya yang cukup kegiatan pengelolaan dan kegiatan pemeliharaan dapat dilakukan dengan baik dan hasil yang maksimal dan pemeliharan ideal juga dapat dilakukan dengan baik. Untuk struktur organisasi pengelolaan lanskap Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman pada Dinas Pertamanan DKI Jakarta sudah baik dan fungsional. Setiap pihak yang ada di dalamnya sudah memiliki dan menjalankan tugas dengan baik dan saling berhubungan satu sama lainnya. Pengawas lapang bertugas sesuai
61
dengan tugasnya untuk mengawasi kegiatan pemeliharaan yang dilakukan pada Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman, kemudian bertanggung jawab untuk memberikan laporan hasil kegiatan kepada Kepala Seksi Jalur Hijau Jalan. Kepala Seksi Jalur Hijau Jalan bertanggung jawab kepada Kepala Subdinas Jalur Hijau dengan melaporkan hasil kegiatan pemeliharaan, dan kemudian Kepala Subdinas memberikan laporan hasil kegiatan kepada Kepala Dinas Pertamanan. Untuk tenaga kerja pemeliharaan Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman Jakarta masih terdapat beberapa kekurangan, seperti jumlah tenaga kerja yang masih terlalu sedikit, jenis kelamin di mana terdapat tenaga kerja wanita, dan faktor usia tenaga kerja yang dipakai. Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman yang cukup luas membutuhkan tenaga kerja yang banyak pula, namun pada kenyataannya jumlah tenaga kerja yang digunakan masih sedikit sehingga kegiatan pemeliharaan yang dilakukan menjadi kurang efektif. Jumlah tenaga kerja yang digunakan berjumlah 20 orang, masih sedikit untuk jalur hijau yang cukup luas sehingga dalam pembagian pekerjaan dan pelaksanaannya mengalami kesulitan. Untuk tenaga kerja pemeliharaannya lebih baik ditambah 20 orang tenaga kerja lagi dari jumlah tenaga kerja awal sehingga berjumlah 40 orang, dengan jumlah yang cukup banyak pembagian tenaga kerja untuk melakukan setiap pekerjaan dengan jumlah yang cukup pula dan kegiatan pekerjaan pemeliharaan dapat dilakukan dengan baik dan efektif. Untuk jadwal kegiatan pemeliharaan jalur hijau yang dibuat juga masih kurang baik dan teratur. Masih terdapat frekuensi pemeliharaan yang masih kurang maksimal seperti kegiatan penyiraman dan penyapuan/pembersihan sampah/rumput. Untuk itu perlu dibuat jadwal kegiatan yang lebih baik lagi dan frekuensi yang sesuai seperti penyiraman tanaman dan penyapuan sampah/rumput di mana jadwal yang dibuat oleh pihak Dinas 10 kali dalam 1 bulan harus dibuat kembali secara harian atau setiap hari sesuai dengan standar frekuensi kegiatan pemeliharaan sehingga dapat mencapai hasil yang maksimal. Untuk peralatan dan bahan yang digunakan dalam kegiatan pemeliharaan jalur hijau sudah baik karena peralatan dan bahan yang digunakan sesuai dengan surat perjanjian kontrak adalah peralatan yang masih baru. Untuk jumlah peralatan karena disesuaikan dengan jumlah tenaga kerja sehingga jumlah peralatannya
62
sudah cukup. Peralatan yang sudah baik dalam pemeliharaan lanskap jalur hijau ini perlu dipertahankan keberlanjutannya oleh pihak Dinas untuk pemeliharaan Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman. Anggaran biaya pemeliharaan merupakan salah satu faktor pembatas utama dalam kegiatan pemeliharaan. Anggaran biaya pemeliharaan Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman berasal dari APBD provinsi DKI Jakarta sehingga besar anggaran yang dikeluarkan untuk kegiatan pemeliharaan tergantung besar APBD. Basar anggaran biaya pemeliharaan Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman masih kurang dan terbatas, hal ini menyebabkan kegiatan pemeliharaan yang dilakukan seperti jadwal kegiatan yang tidak teratur, frekuensi kegiatan yang tidak sesuai dengan standar kegiatan pemeliharaan, luas area pemeliharaan yang dibatasi sehingga hasil kegiatan menjadi kurang maksimal dan efektif. Untuk itu pihak Dinas Pertamanan agar lebih memperhatikan lagi agar anggaran biaya yang tersedia karena sangat penting untuk keberlanjutan kegiatan pemeliharaan yang baik serta pemeliharaan ideal dapat terlaksana dengan baik pula.
63
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Kegiatan magang yang dilakukan pada Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman di bawah pengawasan Dinas
Pertamanan telah memberikan
pengetahuan, pengalaman tetang pengelolaan lanskap jalur hijau jalan. Kegiatan magang yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari permasalahan dan potensi pengelolaan lanskap yang dilakukan Dinas Pertamanan dan memberikan solusi atau masukan kepada pihak Dinas bagaimana sistem pengelolaan lanskap yang harus dilaksanakan. Sistem pengelolaan lanskap pada jalur ini mencakup pengorganisasian pemeliharaan jalur hijau dan kebersihan di sepanjang areal Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman, penjadwalan kegiatan, rencana anggaran biaya, peralatan, dan jumlah tenaga kerja, serta kegiatan pemeliharaan dan pengawasan dalam kegiatan di lapangan. Pengelolaan lanskap di Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman oleh Dinas Pertamanan sudah dilakukan dengan cukup baik, akan tetapi masih terdapat beberapa kekurangan dalam kegiatan pemeliharaan seperti prinsip pengelolaan serta tenaga kerja yang terlalu sedikit untuk areal seluas jalur hijau jalan tersebut. Selain itu faktor yang masih menghambat kegiatan pengelolaan ini adalah keterbatasan dana yang tersedia sehingga kegiatan pemeliharaan yang dilakukan disesuaikan dengan jumlah dana tersebut, walaupun hasilnya cukup baik tapi kegiatan pemeliharaan yang dilakukan masih kurang efektif dan efisien. 5. 2 Saran Adapun saran yang dapat diberikan kepada pihak pengelola yaitu Dinas Pertamanan DKI Jakarta dan khususnya Subdinas Jalur Hijau pada Seksi Jalur Hijau Jalan adalah: 1) Meningkatkan Kegiatan pengelolaan pemeliharaan jalur hijau jalan yang efektif dan efisien 2) Pelatihan kepada pekerja di lapang, peningkatan disiplin kerja sehingga kapasitas dan kualitas kerja mereka semakin baik.
3) Menjaga keamanan bagi pengguna jalan ketika melakukan kegiatan pekerjaan pemeliharaan.
65
DAFTAR PUSTAKA Arifin, H.S., 2008. Diktat Kuliah Pengelolaan Lanskap. Institut Pertanian Bogor. 151 hal. Arifin, H.S. dan N.H.S. Arifin. 2005. Pemeliharaan Taman. Cetakan VIII Edisi Revisi. Penebar Swadaya, Jakarta. 169 hal. Arifin, H.S., A. Munandar, N.H.S.Arifin, Pramukanto.Q, dan V.D. Damayanti. 2007. Sampoerna Hijau Kotaku Hijau: Buku Panduan Penataan Taman Umum, Penanaman Tanaman, Penanganan Sampah dan Pemberdayaan Masyarakat. 188 hal. Carpenter, P.L., T.D. Walker, and F.O. Lanphear. 1975. Plant in The Landscape. W.H. Freemann And Company. San Fransisco. 468 p. Corder, A. S. Teknik Manajemen Pemeliharaan (Terjemahan). Penerbit Erlangga. Jakarta Gubernur Propinsi DKI Jakarta. 2002. Keputusan Gubernur Propinsi DKI Jakarta No.8. 22 hal. Luymes, DT and K. Tamminga. 1995. Ingrating Public Safeti and Use into Planning Urban Greenways. Landscape and Urban Planning 33: 391-400. ______. 1986. Pengantar Kepada Arsitektur Pertamanan (terjemahan). Penerbit Intermatra. Bandung. 134 hal. Nasrullah, N. 2008. Tanaman Hias Lanskap. Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta. 281 hal. Pirone, P. P. 1972. Tree Maintenance. Oxford University Press. New York. 574 p. Sternloff, R. E. and R. Warren. 1984. Park and Recreation Maintenance Management (Second edition). John Wiley and Sons Inc. New York. 326 p. Suku Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kotamadya. Jumlah Penduduk DKI Jakarta.http://www.kependudukancipil.go.id/index.php/statistic/pendudukdki-jakarta/42-statistik/4-jumlah penduduk-provinsi-dki-jakarta. Diakses tanggal 2 Juli 2008. Sulistyantara, B. 2006. Taman Rumah Tinggal. Cetakan XIV Edisi Revisi. Penebar Swadaya, Jakarta. 187 hal. Simonds, J.O dan B.W. Starke. 2006. Landscape Architecture. Mc Graw-Hill Book Co. New York. 396.
67
LAMPIRAN
Lampiran 1. Data iklim DKI Jakarta tahun 2007 Bulan Suhu (C0) Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember Jumlah Rata-Rata
28,0 27,5 28,1 28,7 28,9 28,7 28,6 28,5 28,9 29 28,8 28 28,5
Curah Hujan mm/hari 14,5 19,6 12,6 13,2 9,1 8,2 9,7 7,3 6,8 9,8 7,6 14,4 132,8 11,1
Rata-rata Penyinaran Matahari (%) 40,4 37,4 46,5 61,1 65,9 73,3 77,4 84,8 81,2 68,0 52,0 28,7 59,7
Kelembaban Udara (%) 77,0 80,8 77,3 76,0 74,6 72,5 70,3 68,9 68,2 70,9 73,5 77,4 73,9
Kecepatan Angin ms-1 3,4 2,5 3,5 3,0 2,8 2,7 2,7 2,8 3,5 2,8 2,8 3,4 3,0
Sumber: Badan Meteorologi dan Geofisika (2008)
68
Lampiran 2. Struktur organisasi Dinas Pertamanan DKI Jakarta
Keterangan:
Sud-dinas tempat mahasiswa magang pada Dinas Pertamanan DKI Jakarta
69
Lampiran 3. Kondisi Pegawai Dinas Pertamanan Provinsi DKI Jakarta Tahun 2007 Menurut Golongan Dan Tingkat Pendidikan No
Sub Unit
Jumlah Jenis Pegawai PNS (gol) I
II
1
Dinas Pertamanan
2
Sudin Pertamanan Kotamadya Jakarta Pusat 2
16
3
Sudin Pertamanan Kotamadya Jakarta Barat 1
III
PTT SK Gub PTT Non SK Gub Total
IV PNS SLTA/D3 S1
SLTA/D3
S1
9
200
25
-
-
28
253
23
1
42
2
-
-
5
49
33
20
2
56
1
-
-
18
75
4
Sudin Pertamanan Kotamadya Jakarta Utara 1
14
18
1
34
3
-
-
5
42
5
Sudin Pertamanan Kotamadya Jakarta Selatan 1
37
29
1
68
1
-
-
9
78
6
Sudin Pertamanan Kotamadya Jakarta Timur
15
36
1
52
4
-
-
6
62
7
Kepulauan Seribu
2
3
1
6
6
12
77
571
Total Sumber:
9 101 81
Total
14 218 210 16
458
36
0
0
Dinas Pertamanan DKI Jakarta (2008)
70
Lampiran 4. Bagan pembagian tugas personil/karyawan Sub-dinas Jalur Hijau Seksi Jalur Hijau Jalan tahun 2008
KEPALA SUB DINAS JALUR HIJAU Penanggung Jawab Kegiatan Ir. DWI BINTARTO S STAF TEKNIS DAN ADMINISTRASI
KEPALA SEKSI JALUR HIJAU JALAN Pelaksana Kegiatan
1. Drs. Didin Nurudin 2. Nurul Prasetyo 3. Rudi Nurmawan 4. Aris Setiani
Ir. SUZI MARSITAWATI, MSi
LOKASI KEGIATAN BLOK I
LOKASI KEGIATAN B L O K II
Jalur Jl. MT. Haryono (Ciliwung s/d Pancoran), Pulau Jl.
LOKASI KEGIATAN B L O K III
Sekitar Viaduct Pejompongan, sekitar FO. Slipi depan
Sekitar FO. Pancoran, Pulau Jl. Sekitar FO. Tegal Parang,
Prabu Motor, Jalur Jl. Depan Manggala Wanabhakti,
Jalur Jl. Satrio, Jalur Jl. Casablanca, Pulau Jl. Sekitar
Jalur Jl. Gatot Subroto (Pancoran s/d Kuningan) ,
Jalur Jl. Lapangan Tembak, Pulau Jl. Sekitar FO. Taman
FO. Saharjo, Jalur Jl. Lapangan Rose dan Pulau Jl.
Jalur Jl. HR. Rasuna Said, Jalur Jl. HR. Rasuna Said
Ria, Jalur Jl. Gatot Subroto (Kuningan s/d Slipi), Jalur Jl.
Sekitar FO. Tebet (105.469 m2).
(lanjutan) dan Jalur Jl. Besakih (140.007 m2)
Gerbang Pemuda dan Jalur Jl. Asia Afrika (150.240 m2).
KEGIATAN - Pembabatan dan pengetrikan rumput. - Pembersihan tunas & perantingan pohon pembentukan phn dan pemberantasan tumbuhan pengganggu tanaman. - Penyapuan / pembersihan areal s/d pengangkutan sampah. - Pendangiran dan penyiangan pohon. - Pencucian sarana/kelengkapan Jalur PETUGAS LAPANGAN
KEGIATAN - Pembabatan dan pengetrikan rumput. - Pembersihan tunas & perantingan pohon pembentukan phn dan pemberantasan tumbuhan pengganggu tanaman. - Penyapuan / pembersihan areal s/d pengangkutan sampah. - Pendangiran dan penyiangan pohon. - Pencucian sarana/kelengkapan Jalur PETUGAS LAPANGAN
KEGIATAN - Pembabatan dan pengetrikan rumput. - Pembersihan tunas & perantingan pohon pembentukan phn dan pemberantasan tumbuhan pengganggu tanaman. - Penyapuan / pembersihan areal s/d pengangkutan sampah. - Pendangiran dan penyiangan pohon. - Pencucian sarana/kelengkapan Jalur PETUGAS LAPANGAN
1. Supriyanto
1. Muchrihadi
1. Supriyo H
LOKASI KEGIATAN B L O K IV
LOKASI KEGIATAN BLOK V
LOKASI KEGIATAN B L O K VI
Jalur Jl. Teuku Umar, sekitar Air Mancur Teuku Umar, Pulau Jl. Teuku Umar, Pulau Jl. Tanjung, Jalur Jl. Cut
Sekitar Air Mancur Patung Pemuda, Pulau Jl. Sekitar FO. Karet, Jalur Jl. Jend. Sudirman dan Pulau Jl.
Jalur Jl. MH. Thamrin, sekitar Bunderan Hotel Indonesia, sekitar segitiga Kedutaan Jerman, sekitar segitiga Teluk
Mutiah, Pulau Jl. Segitiga depan Bappindo, Jalur Taman
Depan BNI '46 dan Pulau jalan segitiga ex Bakin
Betung, Jalur Taman Tanjung Karang, Jalur Jl. Medan
Patung Tani, Jalur terpadu pinggir Kali Ciliwung, Jalur Jl.
(184.595,89 m2)
Merdeka Barat, Jalur Jl. Medan Merdeka Utara, Jalur Jl.
Kebon Sirih, Jalur Jl. Medan Merdeka Selatan, Jalur Jl.
LOKASI KEGIATAN B L O K VII Jalur Taman Semanggi dan Jalur Jl. Daan Mogot (109.888 m2)
LOKASI KEGIATAN B L O K VIII
LOKASI KEGIATAN B L O K IX
Jalur Jl. Gajah Mada, Jalur Jl. Hayam Wuruk, Jalur Jl. Pintu Besar Selatan, Jalur Jl. Ir. H. Juanda, Jalur Jl. Veteran/Veteran I, Pulau Jalan ujung Jl. Juanda,
Majapahit dan Pulau Jl. Depan MBAD (84.916 m2)
Jalur Jl. Pintu Air, Jalur Jl. Dr. Sutomo, Pulau Jl. Pasar
Jalur Hijau Bunderan depan Universitas Indonesia
Baru, Jalur Jl. Pos/Kesenian, Jalur Jl. sekitar Lapangan
Jakarta Selatan (69.255 m2)
Medan Merdeka Timur/Timur Laut dan Pulau Jl. depan
Banteng, Jalur Jl. Kathedral, Pulau Jl. Kathedral, Pulau
Kostrad (77.466 m2).
Jl. sekitar Hotel Borobudur, Jalur Jl. Perwira, Pulau Jalan ujung Jl. Perwira, Jalur Jl. Pejambon dan Pulau Jl. depan Departemen Keuangan (85.222 m2).
KEGIATAN - Pembabatan dan pengetrikan rumput. - Pembersihan tunas & perantingan pohon pembentukan phn dan pemberantasan tumbuhan pengganggu tanaman. - Penyapuan / pembersihan areal s/d pengangkutan sampah. - Pendangiran dan penyiangan pohon. - Pencucian sarana/kelengkapan Jalur PETUGAS LAPANGAN
KEGIATAN - Pembabatan dan pengetrikan rumput. - Pembersihan tunas & perantingan pohon pembentukan phn dan pemberantasan tumbuhan pengganggu tanaman. - Penyapuan / pembersihan areal s/d pengangkutan sampah. - Pendangiran dan penyiangan pohon. - Pencucian sarana/kelengkapan Jalur PETUGAS LAPANGAN
KEGIATAN - Pembabatan dan pengetrikan rumput. - Pembersihan tunas & perantingan pohon pembentukan phn dan pemberantasan tumbuhan pengganggu tanaman. - Penyapuan / pembersihan areal s/d pengangkutan sampah. - Pendangiran dan penyiangan pohon. - Pencucian sarana/kelengkapan Jalur PETUGAS LAPANGAN
KEGIATAN - Pembabatan dan pengetrikan rumput. - Pembersihan tunas & perantingan pohon pembentukan phn dan pemberantasan tumbuhan pengganggu tanaman. - Penyapuan / pembersihan areal s/d pengangkutan sampah. - Pendangiran dan penyiangan pohon. - Pencucian sarana/kelengkapan Jalur PETUGAS LAPANGAN
KEGIATAN - Pembabatan dan pengetrikan rumput. - Pembersihan tunas & perantingan pohon pembentukan phn dan pemberantasan tumbuhan pengganggu tanaman. - Penyapuan / pembersihan areal s/d pengangkutan sampah. - Pendangiran dan penyiangan pohon. - Pencucian sarana/kelengkapan Jalur PETUGAS LAPANGAN
KEGIATAN - Pembabatan dan pengetrikan rumput. - Pembersihan tunas & perantingan pohon pembentukan phn dan pemberantasan tumbuhan pengganggu tanaman. - Penyapuan / pembersihan areal s/d pengangkutan sampah. - Pendangiran dan penyiangan pohon. - Pencucian sarana/kelengkapan Jalur PETUGAS LAPANGAN
1. M a r y a d i
1. Sukriya
1. P a r i m a n
1. P a r y a n t o
1. S a r n i
1. A. Kastolani
LOKASI KEGIATAN BLOK X Jalur Hijau Jl. Imam Bonjol, Jalur Jl. Diponegoro dan Jalur Jl. Ahmad Yani (15.768 m2)
Mengetahui KEPALA SUB DINAS JALUR HIJAU
LOKASI KEGIATAN B L O K XI
KEGIATAN - Pembabatan dan pengetrikan rumput. - Pembersihan tunas & perantingan pohon pembentukan phn dan pemberantasan tumbuhan pengganggu tanaman. - Penyapuan / pembersihan areal s/d pengangkutan sampah. - Pendangiran dan penyiangan pohon. - Pencucian sarana/kelengkapan Jalur
KEGIATAN - Penyapuan / pembersihan areal s/d pengangkutan sampah. - Pendangiran dan penyiangan pohon. - Pencucian sarana/kelengkapan Jalur (Pedestrian)
PETUGAS LAPANGAN Bahrul Alam
PETUGAS LAPANGAN Jojo Sutarjo
KEGIATAN
Jakarta,
Ir. DWI BINTARTO S NIP 470048955
Keterangan:
PENGAWAS LAPANGAN
Pedestrian Jl. Medan Merdeka Selatan depan Balaikota, Pedestrian Jl. M.H. Thamrin (sisi barat dan sisi timur) dan Pedestrian Jl. M.H. Thamrin (sekitar Bunderan HI) (20.120 m2)
PETUGAS LAPANGAN 1. Suhartono 8. Sarimin 15. Ibrahim 2. Mariyo 9. Casmad 16.Parjono 3. Legimin 10. Maman 17. Bedjo 4. Sutikno 11. Janata 18.R. Sugeng 5. Rahadi 12. Makmur 19. Wito 6. Agus S 13. Rojali 7. Januri B.S 14. Edi S
Januari 2008
KEPALA SEKSI JALUR HIJAU JALAN
Ir. SUZI MARSITAWATI, Msi NIP 470058805
Lokasi Mahasiswa magang di blok V Jalur Hijau Jalan Jendral Sudrman 71
Lampiran 6. Surat Perjanjian Kontrak Induk Pemeliharaan Sarana/Prasarana Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman Tahap I Nomor
: 05/SDJH/-1.795.221
Tanggal
:02 Januari 2008
Pada hari ini, Rabu tanggal Dua bulan Januari tahun 2008 (02-01-2008) bertempat di Jakarta, yang bertanda tangan di bawah ini setuju mengadakan perjanjian antara pihak-pihak: PIHAK PERTAMA Nama
: Ir. PRIYO PRASETYO
Jabatan
: Plh. Kepala Sub-dinas Jalur Hijau selaku pejabat pembuat komitmen berdasarkan surat keputusan Kepala Dinas Pertamanan Propinsi DKI Jakarta Nomor 10/Tahun 2008 tentang penetapan pejabat pembuat komitmen di lingkungan Dinas Pertamanan Propinsi DKI Jakarta Tahun 2008 PIHAK KEDUA
Nama
: MUGNI
Jabatan
: Direktur
Nama Perusahaan
: PT. RASA TAMA WULAN PERSADA
Selanjutnya dalam perjanjian ini disebut PIHAK KEDUA. Dengan ini kedua belah pihah sepakat untuk mengadakan perjanjian pemborongan pekerjaan berdasarkan ketentuan-ketentuan sebagaimana tercantum dalam pasal-pasal di bawah ini: BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 PENGERTIAN ISTILAH Dalam surat perjanjian/kontrak ini terkandung beberapa istilah, diantaranya sebagai berikut: 1. Pengguna anggaran adalah Kepala Dinas Pertamanan DKI Jakarta 2. Pejabat pembuat komitmen adalah Kepala Su-dinas Jalur Hijau Dinas Pertamanan DKI Jakarta 3. Bendahara pengeluaran adalah setiap orang yang ditunjuk dan diserahi tugas melakukan kegiatan kebendaharaan dalam rangka pelaksana APBD di Dinas Pertamanan DKI Jakarta
Kontrak No. 05/SDHJ/-1.795.221 Tgl 02 Januari 2008-08 Sekretariat PPK-SDHJ 2008
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
Lampiran 7. Surat Perjanjian Kontrak Induk Pemeliharaan Sarana/Prasarana Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman tahap II Nomor
: 2766/SDJH/-1.795.221
Tanggal
: 12 Mei 2008 2008
Pada hari ini, Senin tanggal Dua belas bulan Mei tahun Dua ribu delapan(02-012008) bertempat di Jakarta, yang bertanda tangan di bawah ini setuju mengadakan perjanjian antara pihak-pihak: PIHAK PERTAMA Nama
: Ir. DWI BINTARTO
Jabatan
: Plh. Kepala Sub-dinas Jalur Hijau selaku pejabat pembuat komitmen
berdasarkan
surat
keputusan
Kepala
Dinas
Pertamanan Propinsi DKI Jakarta Nomor 10/Tahun 2008 tentang penetapan pejabat pembuat komitmen di lingkungan Dinas Pertamanan Propinsi DKI Jakarta Tahun 2008 PIHAK KEDUA Nama
: SARPANI
Jabatan
: Direktur
Nama Perusahaan
: PT. LANGGENG SADAM PURNAMA
Selanjutnya dalam perjanjian ini disebut PIHAK KEDUA. Dengan ini kedua belah pihah sepakat untuk mengadakan perjanjian pemborongan pekerjaan berdasarkan ketentuan-ketentuan sebagaimana tercantum dalam pasal-pasal di bawah ini: BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 PENGERTIAN ISTILAH Dalam surat perjanjian/kontrak ini terkandung beberapa istilah, diantaranya sebagai berikut: 1. Pengguna anggaran adalah Kepala Dinas Pertamanan DKI Jakarta Kontrak No. 05/SDHJ/-1.795.221 Tgl 02 Januari 2008-08 Sekretariat PPK-SDHJ 2008
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
Lampiran 8. Lembar Kuisioner
Pengelolaan Lanskap Jalur Hijau Kota Jalan Jendral Sudirman Jakarta pada Dinas Pertamanan DKI Jakarta Yth. Responden, nama saya Ridho Dwianto. Saat ini saya sedang melakukan kegiatan magang mengenai Pengelolaan Lanskap dan Pemeliharaan Jalur Hijau Kota Jalan Jendral Sudirman Jakarta. Saya berharap Bapak/ Ibu/ Saudara bisa membantu saya mendapatkan data yang diperlukan. Data yang anda berikan dijamin kerahasiaannya. Panduan wawancara ini adalah upaya mahasiswa untuk mengetahui keinginan dan harapan masyarakat terhadap rencana pengelolaan Jalur Hijau Kota Jalan Jendral Sudirman Jakarta.
No. Kuisioner
:
Tanggal Interview
:
Alamat Responden
:
Lokasi Interview
: Jalan Jendral Sudirman Jakarta
Identitas Responden 1. Jenis kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan 2. Usia : a. 7-12 tahun b. 13-14 tahun c. 20-24 tahun d. 25-55 tahun e. > 55 tahun
113
3. Pendidikan terakhir : a. Tidak sekolah b. SD dan sederajat c. SMP dan sederajat d. SMA dan sederajat e. Akademi/Perguruan Tinggi f. Lainnya :…………………. 4. Pengeluaran per bulan termasuk PAM, listrik, telepon, belanja sehari-hari, tetapi tidak termasuk asuransi, pajak, cicilan, dan tabungan : a. < Rp 750.000 b. Rp 750.000-Rp 1.500.000 c. Rp 1.500.000-Rp 3.000.000 d. Rp 3.000.000-Rp 6.000.000 e. > Rp 6.000.000
Silangilah yang menjadi pilihan Anda, pilihan boleh lebih dari satu 1. Kapan biasanya Anda melewati Jalan Jendral Sudirman : a. Hari Sabtu b. Hari Minggu c. Lainnya, sebutkan :…………………….. 2. Dalam satu bulan, berapa kali Anda melewati jalan Jendral Sudirman : a. 1 kali
c. 3 kali
e. Jarang/tidak tentu
b. 2 kali
d. 4 kali
f. Lainnya, sebutkan………
3. Menurut Anda, Apakah fungsi Jalur Hijau Jalan Jendral Sudirman untuk kenyamanan sudah baik : a. Sangat baik b. Cukup baik c. Kurang baik d. Tidak baik
114
4. Menurut Anda, Apakah fungsi Jalur Hijau Jalan Jendral Sudirman untuk keamanan sudah baik : a. Sangat baik b. Cukup baik c. Kurang baik d. Tidak baik 5. Menurut Anda, Apakah fungsi Jalur Hijau Jalan Jendral Sudirman untuk keindahan sudah baik : a. Sangat baik b. Cukup baik c. Kurang baik d. Tidak baik 6. Menurut Anda, Apakah fungsi Jalur Hijau Jalan Jendral Sudirman untuk kebersihan sudah baik : a. Sangat baik b. Cukup baik c. Kurang baik d. Tidak baik 7. Setiap tanaman mempunyai kegunaan masing-masing, maka tanaman yang perlu ditambahkan pada Jalur Hijau Jalan Jendral Sudirman adalah untuk : a. Keindahan b. Pembatas c. Peneduh d. Penghambat kebisingan e. Untuk menutupi pemandangan yang tidak diinginkan f. Tidak perlu ditambah 8. Ukuran tinggi tanaman/pohon yang disukai : a. Tanaman/pohon rendah ukuran 5 - 10 m b. Tanaman/pohon tinggi ukuran >10m
115
9. Apakah Anda menyukai semak (tinggi 1-3 m) sebagai pelengkap Jalur Hijau Jalan Jendral Sudirman : a. Sangat menyukai b. Cukup menyukai c. Kurang menyukai d. Tidak menyukai 10. Jika Anda menyukai tanaman semak, maka jenis semak yang Anda sukai adalah : a. Tanaman jenis berbunga indah b. Tanaman sedikit berbunga c. Tanaman tidak berbunga tetapi warna daun menarik d. Tanaman yang tidak berbunga dan berdaun hijau 11. Penggunaan tanaman semak yang disukai : a. Dibiarkan seperti alami b. Dipangkas teratur dan rapi c. Ada yang alami dan ada yang dipangkas rapi 12. Apakah Anda menyukai tanaman perdu (tinggi 1-3 m) sebagai pelengkap Jalur Hijau Jalan Jendral Sudirman : a. Sangat menyukai b. Cukup menyukai c. Kurang menyukai d. Tidak menyukai 13. Jika Anda menyukai tanaman perdu, maka jenis perdu yang Anda sukai adalah : a. Tanaman jenis berbunga indah b. Tanaman sedikit berbunga c. Tanaman tidak berbunga tetapi warna daun menarik d. Tanaman yang tidak berbunga dan berdaun hijau 14. Penggunaan tanaman perdu yang disukai : a. Dibiarkan seperti alami b. Dipangkas teratur dan rapi c. Ada yang alami dan ada yang dipangkas rapi
116
15. Apakah Anda menyukai tanaman herba sebagai pelengkap Jalur Hijau Jalan Jendral Sudirman : a. Sangat menyukai b. Cukup menyukai c. Kurang menyukai d. Tidak menyukai 16. Jika Anda menyukai tanaman herba, maka jenis herba yang Anda sukai adalah : a. Herba berbunga indah b. Herba sedikit berbunga c. Herba tidak berbunga tetapi warna daun menarik d. Herba yang tidak berbunga dan berdaun hijau 17. Penggunaan tanaman yang Anda disukai : a. Dibiarkan seperti alami b. Dipangkas teratur dan rapi c. Ada yang alami dan ada yang dipangkas rapi 18. Apakah Anda menyukai tanaman rumput sebagai pelengkap Taman Kota : a. Sangat Menyukai b. Cukup menyukai c. Kurang menyukai d. Tidak menyukai 19. Penggunaan tanaman rumput yang Anda disukai : a. Dibiarkan seperti alami b. Dipangkas teratur dan rapi c. Ada yang alami dan ada yang dipangkas rapi 20. Fasilitas apa saja yang perlu ditambah di Jalur Hijau Jalan Jendral Sudirman : a. tempat duduk
d. Toilet
b. Halte
e. Lampu Jalan
c. Shelter
f. Tempat sampah
g. Lainnya (sebutkan.)
117
21. Apakah kondisi paving atau perkerasan di sepanjang Jalur Hijau Jendral Sudirman sudah baik dan memadai : a. Sangat baik b. Cukup baik c. Kurang baik d. Tidak baik 22. Apakah pengelolaan yang dilakukan oleh Dinas Pertamanan telah dilakukan dengan baik? a. Sangat baik b. Cukup baik c. Kurang baik d. Tidak baik 23. Apa saran yang dapat Anda berikan demi kebaikan Jalur Hijau Kota Jalan Jendral Sudirman Jakarta di masa yang akan datang : ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………
118