PENGELOLAAN HUTAN BERBASIS BUDAYA LOKAL DI DUSUN PEJAM KABUPATEN BANGKA Tim Jarlit Kebudayaan Bappeda Prov.Kep.Bangka Belitung Jamilah Cholillah
Abstract Forests have an important and substantial significance for the survival of the Lom. Without the forest, Orang Lom can not guarantee his life well and prosperous. Prosperous here has two important meanings, namely the outer welfare that is; They live and work together with the forest, part of the forest, by cultivating, gardening, farming, and taking the raw materials to support life such as wood, rattan, honey, medicine and water supply as well as fruits, Fruits. In the context of the soul, the forest is a guarantee of spiritual welfare for the realm of belief that we call the natural theology of the Lom. The forest is the home of life, and also a place of freedom and sacred worship. Keywords; Forest, Local Knowledge,code of conduct
I.
PENDAHULUAN
kebijakan
I.1.
Latar Belakang
pertumbuhan penduduk, tekanan ekonomi
Di Provinsi Kepulauan Bangka
pasar
dan
pemerintah,
sebagainya.
tekanan
Kebijakan
Belitung, hutan merupakan kawasan luas
pemerintah yang menyebabkan alih fungsi
yang mencakup 40,03 % dari luas daratan
lahan
sebesar 1.642.214 hektar. berdasarkan
Peraturan Pemerintah
Undang-Undang No 41 tahun 1999 tentang
Pengusahaan Hutan (PP HPH), Hak
Kehutanan,
suatu
Pengusahaan Hutan Tanaman Industri
kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan
(HPHTI), pembukaan lahan perkebunan
berisi sumber daya alam hayati yang
dan pertambangan, begitu pula pengaruh
didominasi
dalam
pertambahan penduduk, kebutuhan akan
persekutuan dengan lingkungannya, yang
pemenuhan suplai pangan dan luas lahan
satu dengan lain tidak dapat dipisahkan.
produksi, dan perubahan paradigma dalam
hutan
jenis
merupakan
pepohonan
seperti
aturan-aturan
konsensi
Pemberian Hak
lokal
masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan,i
masyarakat dalam pengelolan hutan pada
dan permintaan pasar, semuanya menjadi
umumnya bersifat dinamis dan mengalami
faktor yang mempengaruhi dalam stategi
perubahan
adaptasi budaya dan pengetahuan lokal
Sistem
Banyak perubahan
pengetahuan
seiring faktor
perubahan yang
tersebut,
zaman.
mempengaruhi
misalnya
aturan
masyarakat setempat.
Meskipun secara umum, bentuk dan
pengetahuan
pengelolaan
hutan
dan
menunjang
masyarakat
yang
masih
budaya
kelompok sosial setempat.
mengalami evolusi perubahan, tidak jarang dijumpai
keberadaan
Pada Kepulauan
masyarakat Bangka
Belitung
terdapat
hutan
berbasis
menerapkan pengetahuan lokal dengan
sistem
prinsip seperti konservasi, manajemen, dan
pengetahuan lokal. Pengetahuan tersebut
eksploitasi sumber daya alam secara
terkait dengan pengelolaan lahan dan
berkelanjutan. Contoh-contoh pengelolaan
hutan dalam kegiatan mata pencaharian.
alam dan hutan terlihat pada masyarakat
Merunut catatan etnografi Belanda (1819 –
Baduy
Banten
1935), kegiatan ini telah ada sejak zaman
Selatan, masyarakat Wana di Sulawesi
dahulu, terlihat pada pola masyarakat
Tengah
sistem
dalam suatu wilayah dari sebuah kampung
tradisional terutama dalam berladang,
yang ditinggalkan (Verlaten Kampong),
dimana
ini
mereka meninggalkan daerah tersebut
menerapkan suatu pola siklus pertanian
dalam rangka mengusahakan perladangan
yang teratur dan tertib dengan seperangkat
baru (Horsfield, 1848). Dalam pandangan
aturan, pantangan, larangan adat. juga
teori
evolusi
sosialkultural,
terlihat
sesungguhnya
merupakan
di
gunung
yang
menerapkan
kelompok
pada
Halimun,
masyarakat
masyarakat
Dayak,
pengelolaan
provinsi
pola
ini
warisan
Kalimantan Timur yang mempraktekkan
kelompok sosial
bermata pencaharian
pola perladangan secara adat yang dikenal
bercocok tanam
(shifting cultivation),
Umaq
Pola
mereka berpindah dari lahan satu ke
pengelolaan hutan Kaliwo atau Kalego di
daerah lainnya secara berotasi dengan
Sumba Barat, Pelak di pergunungan
acuan sistem pengetahuan tradisional.
‘hutan
persediaan’.
Kerinci, Jambi. Contoh lainnya juga
Dewasa
ini,
dan
terkait
tampak pada kearifan tradisi suku Muyu,
dengan
Irian dalam hubungannya antar manusia
hutan di Kepulauan Bangka Belitung yang
dalam mengelola lahan dengan
dilakukan
cara
pemanfaatan
persoalan
masyarakat
pengelolaan
mengalami
menerapkan batasan dan pemilihan lahan
perubahan. Secara ekologis, menurut data
dan tanaman yang boleh dan tidak untuk
Dinas
ditebang dan dikembangkanii. Kesemua ini
Bangka Belitung, kondisi hutan di Propinsi
menunjukkan pengelolaan alam, hutan, air,
Kepulauan Bangka Belitung mengalami
tanah yang berbasis kearifan tradisi dan
kerusakan dan menjadi lahan kritis. Data
pengetahun lokal memiliki keberlanjutan
Dinas
bagi upaya kelestarian lingkungan alam
menunjukkan, luas lahan kritis di Provinsi
Kehutanan Provinsi
kehutanan
Kepulauan
tahun
2011
Kepulauan
telah
2. Bagaimana upaya pelestarian dan
mencapai 114.836 ha (kritis 88.212 ha dan
penerapan pengetahuan lokal terhadap
sangat
Bangka
kritis
Belitung ha)iii.
26.624
Menurut
pengelolaan hutan tersebut?
Permenhut p.36 2011 dinyatakan bahwa lahan
kritis
adalah
lahan
yang
I.3. Tujuan Penelitian
dikategorikan sangat kritis dan kritis yang
Penelitian ini mencoba memberi
berada di dalam dan di luar kawasan hutan
gambaran
yang telah menurun fungsinya sebagai
pengetahuan
lokal
unsur produksi dan media pengatur tata air
penerapannya
secara
DAS. Ini artinya pengetahuan tentang
masyarakat lokal, kasus di tiga tempat di
pengelolaan hutan sesungguhnya mulai
kepulauan
hilang dan mengalami degradasi dari
demikian, penelitian ini diharapkan dapat
memori kolektif masyarakat Kepulauan
memberi masukan terhadap stakeholder
Bangka Belitung.
yang berkepentingan dalam kaitannya
Dari uraian di atas, meskipun
pelestarian
tentang
Bangka
ragam
macam
dan
sistem
tradisional
Belitung.
pengetahuan
dari
Dengan
lokal
dan
secara umum pengetahuan lokal dalam
kelestarian hutan di Kepulauan Bangka
pengelolaan hutan mengalami perubahan,
Belitung.
masih dijumpai hutan yang dijaga dan dipelihara
oleh
kelompok
masyarakat
II.
tertentu yang berdasarkan pengetahuan
A.
TINJAUAN PUSTAKA Kebudayaan
lokal warisan nenek moyang. Berdasarkan;
Menurut Koentjaraningrat1, ada
hal tersebut, penelitian ini dilakukan untuk
tiga wujud kebudayaan, pertama wujud
mengetahui dan memberi gambaran bentuk
kebudayaan sebagai ide, gagasan, nilai,
pengelolaan
atau norma. Keberadaannya yang abstrak
hutan
berbasis
budaya
setempat.
tidak dapat dilihat. Wujud ini ada dalam alam pikiran masyarakat. Kedua, wujud
I.2. Rumusan Masalah Permasalahan dari penelitian ini
kebudayaan sebagai aktifitas atau pola tindakan
manusia
dalam
masyarakat.
dapat dirumuskan sebagai berikut :
Wujud ini dapat berupa sistem sosial
1. Bagaimana bentuk pengetahuan lokal
masyarakat. Sedangkan wujud kebudayaan
dalam pengelolaan hutan berdasarkan
yang ketiga adalah kebendaan
(wujud
budaya lokal?
fisik/material). Pada wujud ketiga ini, kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia, wujud ini bersifat kongkret
karena merupakan benda-benda dari segala pemula, tinggal di suatu wilayah tertentu,
hasil ciptaan, karya,
memperoleh penghidupan dari sumberdaya lokal. Mereka merupakan satu kesatuan tindakan, aktivitas, dari perbuatan manusia
bahasa, hukum, pola hidup yang diwarisi
dalam masyarakat. Terkait dengan pengelolaan hutan, kebudayaan sebagai produk hasil karya, rasa, cipta masyarakat maka sesungguhnya terdapat 3 wujud budaya yaitu pola kompleksitas nilai, gagasan, norma (wujud ideal), seperangkat aktivitas kelakukan berpola dari masyarakat (sistem sosial), dan terakhir adalah perwujudan kebendaan hasil dari karya manusia itu sendiri. Dalam konteks ini, pengelolaan hutan merupakan gambaran
berdasarkan kesamaan keturunan, adat,
budaya
lokal
dalam
memperlakukan hutan yang terlihat pada cara dan tindakan yang digunakan sebagai pedomanan masyarakat tersebut, pedoman tersebut menjadi acuan untuk melakukan
dari kearifan leluhurnya. Tidak selalu mengenal kepemimpinan struktural, tidak harus dipimpin oleh kepala adat, tidak selalu mengenal konsep pemerintahan adat. (Konvensi ILO No. 169, 27 Juni 1989,
dan adat istiadat setempat dalam mengatur dan memberi arah perbuatan pada masingmasing
kelompok
sosial
tersebut,
sehingga
tercipta
perbuatan
dari
cara
masyarakat lah
berfikir
pola dalam
memandang arti hutan dan membentuk
Pribumi
dan
pula di artikan sebagai penduduk yang masih memegang atau memiliki tradisi secara turun temurun dari satu genrasi ke generasi berikutnya dalam kurun waktu yang lama, ratusan hingga ribuan tahun, tinggal dan berinterkasi dengan lingkungan lokal secara terus menerus (Iskandar, 2013) Lebih jauh, Berkes, menyebutkan pengetahuan lokal dalam aspek ekologis dan juga pengetahuan lokal tentang sistem nafkah (mata pencaharian), sangat penting perannya pada konservasi biodiversity, dalam
arti
bahwa
dengan
sistem
pengetahuan tersebut akah diperoleh „.. suistainable use for human benefit without compromising the interests of future
lingkungannya. B. Masyarakat lokal dan pengetahuan
generation..‟, menurut Berkes kekuatan utama sistem pengetahuan lokal dalam
Lokal Masyarakat Komunitas
Bangsa
Masyarakat Adat). Masyarakat lokal dapat
interpretasi lingkungan yang dihadapinya. Ini menunjukkan kemampuan budaya ideal
tentang
yang
lokal leluhurnya
adalah dianggap
aspek ini adalah:
iii
Ehrlich, Paul R.1981. Ledakan Penduduk.Jakarta : Obor Indonesia iii Scott, James C. 1983. Moral Ekonomi Petani. Jakarta : LP3ES. iii Adimiharja, Kusnaka. 2008 Dinamika Budaya Lokal. Bandung. Pusat KAJIAN LBPB iii Dishut.Provbabel. 2011 1. self interest, dalam arti pengetahuan lokal menjadi kunci penting upaya konservasi, karena kekutannya datang
2. sistem pengetahuan yang akumulatif, dalam arti bahwa pengetahuan lokal akumulasi
atas
yang telah berlangsung berabad- abad. 3. pengetahuan sangat potensial untuk mendesain
upaya
konservasi sumber daya yang efektif, karena dukungan lokal dan tingkat adaptasi
serta
Keempat, pandangan hidup dan falsafah religius,
pertimbangan
practicability nya yang tinggiiii
kerangka tingkatan analisis pengetahuan lokal ke dalam beberapa kategori yang berkaitan
satu
sama
lainnya.
Pertama, pengetahuan mengenai lahan, beraneka macam flora dan fauna yang meliputi identifikasi, klasifikasi, siklus hidup, distribusi spesies, dan hubungan antara spesies dan lingkungan fisiknya. Kedua, lahan dan sistem pengelolaan sumber
daya
mencangkup
cara
pandang
dan
Kecenderungan utama yang terdapat dalam penduduk lokal bahwa mereka menganut cara pandang holistik terhadap alam, yaitu suatu pandangan yang menganut dirinya
mahluk binatang, tumbuhan, bentang alam dan manusia lainnya.iii Dengan
praktek,
peralatan, dan teknik. Ketiga, institusi
demikian
sistem
pengetahuan lokal merupakan gambaran nilai-nilai lokalitas atau teritorial tertentu baik yang didukung sistem pengetahuan yang bersifat asli maupun yang telah beradaptasi dengan nilai nilai luar, dengan tingkatan yang saling berkaitan antara satu dengan lainnya. C. Pengelolaan Hutan Hutan bagi sebagian masyarakat
Di sisi lain, Berkes membagi
saling
meliputi
pemberian makna terhadap lingkungannya.
pola
adaptasi ekologis komunitas lokal
membantu
norma, dan kebiasaan sosial dan budaya.
saling terkait satu sama lainnya antara
dari „dalam‟ bukan dari „luar‟.
merupakan
sosial, yang mencakup seperangkat aturan,
menjadi sumber kehidupan dan masa depan
keturunannya.
Spurriii,
mendefinisikan bahwa hutan merupakan sekumpulan pohon-pohon atau tumbuhan berkayu lainnya yang pada kerapatan dan luas tertentu mampu menciptakan iklim setempat serta keadaan ekologis berbeda dengan di luarnya. Dalam Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan berdasarkan kepemilikannya, hutan dibagi dalam dua kelompok, yaitu hutan negara
dan hutan hak (milik, guna usaha, pakai, ulayat,
adat).
Hutan
adalah
Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
kawasan hutan dan hutan yang tumbuh di
disebutkan pula, bahwa hutan negara dapat
atas tanah yang tidak dibebani hak milik,
pula berupa hutan adat. Hutan adat
adapun hutan hak ialah hutan yang tumbuh
tersebut ditetapkan sepanjang menurut
di atas tanah yang dibebani hak milik.
kenyataannya masyarakat hukum adat
Hutan
yang bersangkutan masih ada dan diakui
negara
negara
Dalam Undang–undang Kehutanan
kemudian
dibedakan
berdasarkan fungsi hutan tersebut, yaitu:
keberadaannya dengan berbagai syarat.
a. Hutan produksi, yaitu hutan yang
Pernyataan tersebut kemudian diperjelas
mampu menghasilkan kayu, rotan, dan
dalam
getah. Hasil ini dapat dimanfaatkan
Nomor
untuk bermacam-macam kebutuhan
“Hutan adat adalah hutan yang berada
seperti industri, perdagangan (sebagai
dalam wilayah masyarakat hukum adat.”
sumber
Berdasarkan keputusn MK, maka, hutan
devisa),
juga
digunakan
sebagai bahan bakar.
Putusan
Mahkamah
35/PUU-X/2012
Konstitusi menyatakan
berdasarkan statusnya dibedakan menjadi
b. Hutan lindung, yaitu hutan yang
dua yaitu hutan negara dan hutan hak.
dilindungi oleh pemerintah untuk
Adapun hutan hak dibedakan antara hutan
melestarikan hewan dan tumbuhan.
adat
Hutan ini juga membentuk humus
perseorangan/badan hukum. Ketiga status
yang
menambah
hutan
melindungi
tertinggi seluruhnya dikuasai oleh negara.
berarti
kesuburan
dapat
tanah,
dan
(hak
ulayat)
tersebut
pada
dan
tingkatan
hutan
yang
tanah dari erosi dan banjir, serta
Di masyarakat kepulauan Bangka
mengatur tata air. Pohon-pohon di
Belitung, hutan yang banyak dikelola
hutan lindung tidak boleh ditebang.
masyarakat
c. Hutan
konservasi,
yaitu
kawasan
berhubungan
yang dengan
berkaitan
dan
sistem
mata
hutan dengan ciri khas tertentu, yang
pencaharian dan tradisi selalu berada
mempunyai fungsi pokok pengawetan
dalam ruang hutan produksi. Akan banyak
keanekaragaman tumbuhan dan satwa
dijumpai berbagai ragam hutan yang
serta
Kawasan
dikelola masyarakat secara tradisional dan
konservasi melekat padanya kawasan
adat tradisi leluhur nenek moyang. Di
hutan suaka alam (cagar alam, suaka
kepulauan Bangka Belitung secara umum
margasatwa), kawasan hutan wisata
dikenal beberapa istilah seperti:
(taman wisata, dan taman buru).
ekosistemnya.
Rimbek
hutan belantara yang masih alami dan
III. METODELOGI PENELITIAN
lebat. Contoh Rimbek Mambang di
ini
adalah
deskriptif,
Hutan Lareng
mendiskripsikan secara terperinci tentang
yang
didalamnya
berlaku
yang
penelitian
Desa Dalil Kab. Bangka.
hutan
Penelitian
bertujuan
fenomena pengelolaan hutan adat di
peraturan adat pantang larang dalam
daerah
Kepulauan
pengolahan
Metode
penelitian
hutan
dan
sistem
untuk
Bangka ini
Belitung.
menggunakan
penebangan pohon dan kayu. Contoh
analisis kualitatif. Melalui pendekatan ini,
Hutan Adat Bukit Tabun di kawasan
akan
Benak Pejem Desa Gunung Pelawan
informasi, yaitu data tentang pengetahuan
Kab. Bangka. contoh hutan larangan
lokal dari segi bahasa, peralatan, mata
pun akan banyak dijumpai di daerah
pencharian, organisasi sosial, kesenian,
Bangka Selatan.
kepercayaan, pengetahuan tentang alam
Hutan Haminte / Hutan Cadangan
dan
hamparan hutan yang dimiliki oleh
komunitas
suatu kampung atau gabungan dari
menerapkan pengetahuan tersebut dalam
beberapa kampung. Contoh Hutan
pengelolaan hutan di daerah mereka
Bukit Tukak, Wek Kertik Bebar Akip,
sebagai mana adanya secara utuh. Dengan
Canon Rinti Abit / Bingak di Desa
demikian
Pangkalniur Kab. Bangka.
berbagai pengetahuan lokal, yang akan
Kelekak
memberi
Hutan yang hampir merata dapat
pengelolaan hutan masyarakat tersebut.
dijumpai
di
Selain
Belitung.
Adalah
kepulauan
Bangka
hutan
bekas
digali
sebanyak-banyaknya
tanaman,
dari
masyarakat
setempat,
akan
yang
dapat
bentuk-bentuk
pendekatan
menguraikan
tentang
ini
ragam
bentuk
pelestarian
ditinggalkan dan berubah menjadi
terhadap keberagamaan pengetahuan lokal
hutan
tersebut,
berbuah.
Contoh
kondisi
juga
pemukiman lama yang telah lama
tanaman
dan
tetap
teridentifikasi
gambaran
itu,
atau
baik
dari
perlindungan
komunitas
atau
Kelekak Lukok di Desa Kemuja,
masyarakat pelaku dan pemerintah daerah,
Kelekak
sehingga
Lubuk
Bunter
di
Desa
secara
Kimak, dan Kelekak Ketipeng di Desa
teridentifikasi
Pangkalniur.
eksistensi
keseluruhan
kondisi
hutan
dengan
terkini
akan dari
seperangkat
pengetahuan masyarakat pendukungnya.
Untuk mewujudkan perolehan data
Desa
Gunung
Pelawan
Kecamatan
tersebut penelitian ini menggunakan teknik
Belinyu. Pejam merupakan sebuah dusun
pengumpulan data melalui wawancara,
yang dihuni oleh mayoritas penduduk yang
yaitu
dan
disebut sebagai Orang Lom atau Orang
informasi tentang ragam pengetahuan lokal
Mapur. Orang Mapur atau Orang Lom
dalam pengelolaan hutan. Wawancara
merupakan komunitas tradisional yang
dilakukan kepada :
tinggal di wilayah dua kecamatan, yakni
a)
Tokoh masyarakat yaitu kepala
Belinyu dan Riau Silip. Di kecamatan
desa dan aparat desa yang mengetahui
Belinyu mereka tinggal di Desa Gunung
perkembangan kehidupan masyarakat.
Pelawan,
b)
Tokoh adat yaitu orang yang
Sementara di Kecamatan Riau Silip tinggal
memiliki otoritas adat atau memiliki peran
di Dusun Air Abik Desa Gunung Muda
penting di wilayah desa yang mampu
dan Dusun Tuing Desa Mapur. Di tiga
memengaruhi
wilayah
mengumpulkan
keterangan
masyarakat
dalam
mengambil suatu keputusan.
tepatnya
ini
membangun
di
Dusun
mereka
Pejem.
tinggal
kehidupan
dan
bersama
Data yang diperoleh selanjutnya
masyarakat di sekitarnya. Ada Orang Lom
dianalisa dengan tujuan menyederhanakan
yang tinggal di perkampungan seperti
data ke dalam bentuk yang lebih mudah
bentuk kampung biasa yang kita lihat di
dibaca
desa-desa pada umumnya. Tempat tinggal
dan
diinterpretasikan.
Dalam
penelitian ini berlandaskan pada analisa
orang
induktif.
umumnya
Analisis
ini
dilakukan
lom
dalam dengan
area
perladangan
bangunan
bersifat
berdasarkan pengamatan di lapangan atau
nonpermanen, dengan ragam nilai dan
pengalaman empiris berdasarkan data yang
pemaknaan. Sebagian lainnya tinggal di
diperoleh
ladang dan kebun yang mereka bangun
disusun
dari
wawancara
fakta-fakta
kemudian
lapangan
untuk
kemudian ditarik kesimpulan.
sebagai tempat untuk bercocok tanam dan membangun sistem perekonomian dan sistem mata pencaharian. Sebagian lainnya tinggal di pesisir pantai Tengkalat dan juga
IV. PEMBAHASAN A. Pengetahuan
Dan
Aspek
di tengah pedalaman hutan Benak yang
Pengelolaan Hutan; Kasus Dusun
berdekatan
dengan
lereng
Gunung
Pejam Kabupaten Bangka
Pelawan dan Gunung Cundong. Karakter
Pejam, merupakan sebuah dusun di
Orang Lom di tiga wilayah ini (Pejam, Air
ujung utara Belinyu yang masuk ke dalam
Abik, dan Tuing-Mapur) tidak sama,
begitu juga dengan koloni Orang Lom
asing.
yang tinggal di kampung-kampung dan
mempertahankan
pedalaman hutan.
kepercayaannya sebagai insan Lom yang
Orang Lom yang tinggal di wilayah pedalaman
memiliki
karakter
sangat
Di
sini,
mereka
cukup
tradisi
kuat dan
murni. Aturan pernikahan diatur oleh adat, begitu
juga
dengan
kelahiran
dan
tertutup dan kehidupannya bergantung
kematian. Tidak mudah di sini menemukan
dengan
alam.
Orang Lom yang berkonversi ke agama
dengan
urusannya
Waktunya
dihabiskan
bercocok
tanam,
Islam atas inisiatif sendiri dan juga tidak
membuka lahan, mencari ikan, dan jarang
terlalu terbuka dengan nilai-nilai dan
keluar hutan untuk kembali ke kampung
tradisi Islam. Kebanyakan pernikahan
atau desa. Di sini, Orang Lom cukup kuat
dilaksanakan dalam hukum adat dan juga
mempertahankan
dan
memilih pasangan yang berasal dari satu
Lom
etnis. Orang Lom yang tinggal di wilayah
murni. Sangat sulit bagi mereka untuk
Tuing-Mapur, memiliki karakteristik yang
mengizinkan
menikah
hampir sama dengan wilayah Dusun
dengan orang luar dan berbeda keyakinan.
Pejam. Lebih terbuka dan berasimilasi
Ladang dan kebun dikuasai oleh keluarga
dengan penduduk setempat dan juga kaum
besar
pendatang.
tradisi
kepercayaannya
sebagai
Orang
anak-anaknya
secara
turun-temurun.
Tingkat
pendidikan sangat rendah, begitu juga dengan taraf kehidupan
yang begitu
sederhana. Orang
Pengetahuan
(Code
of
Conduct
Mapur) dalam pengelolaan hutan di Dusun Pejam
Lom
di
Hutan memiliki arti penting dan
perkampungan seperti di Dusun Pejam,
substansial bagi keberlangsungan hidup
lebih
terhadap
Orang Lom. Tanpa hutan, Orang Lom
perubahan. Begitu juga dengan keyakinan,
tidak dapat menjamin hidupnya dengan
mereka
untuk
baik dan sejahtera. Sejahtera di sini
mengkonversikan keyakinannya ke agama
memiliki dua arti penting, yaitu sejahtera
Islam. Orang Lom yang tinggal di Dusun
secara lahiriah yaitu; mereka menjalani
Air Abik, justru sebaliknya, meskipun
aktivitas dan kehidupan bersama dengan
taraf kehidupan dan ekonomi lebih maju
hutan, bagian dari hutan, dengan bercocok
dari Dusun Pejam, Orang Lom Air Abik
tanam, berkebun, berladang (berumeh),
memiliki karakter tertutup dengan orang
dan
luar, pemerintah, organisasi, dan individu
menunjang kehidupan seperti kayu, rotan,
terbuka
dan
cukup
yang
tinggal
adaptif
banyak
mengambil
bahan
baku
untuk
madu, obat-obatan, dan cadangan air
mempunyai kurun waktu tertentu. Pada
bersih dan juga buah-buahan hutan. Di
masa awal mereka membangun ladang
hutan, mereka melakukan aktivitas berburu
(berumeh) dengan menanam padi darat,
untuk
hewan,
kemudian di sebelahnya mereka berkebun,
mengambil rotan untuk membuat peralatan
menanam umbi-umbian, kacang-kacangan,
beraktivitas dan wadah makanan dan alat-
sayuran seperti keladi, timun darat, dan
alat rumah tangga, juga madu serta
beberapa jenis cabe. Ada juga yang
tanaman obat-obatan untuk digunakan
menanam jenis tanaman keras seperti karet
sendiri,
dan
mendapatkan
sedikitnya
daging
dijual
untuk
mendapatkan uang. Dalam
lada.
Setelah
beberapa
tahun
difungsikan, lahan ini ditinggalkan dan
konteks
bathiniah,
hutan
merupakan jaminan kesejahteraan spiritual bagi ranah keyakinannya yang kita sebut
menjadi hutan kembali dengan komposisi baru yang lebih komunal. Dalam mengelola lahan dan hutan,
sebagai teologi natural Orang Lom. Hutan
masyarakat
adalah rumah kehidupan, dan juga tempat
mempraktekkan
peribadatan yang bebas dan sakral. Orang
hutan
Lom memercayai bahwa alam murni dan
Pengetahuan ini tentunya telah diperoleh
hutan merupakan tempat kekuatan ghaib
dan diwariskan secara turun menurun dari
bermukim dan hidup. Mereka menjaga
leluhur mereka. Ragam pemanfaatan dan
hutan, sumber air, gunung, pohon, kebun,
pengetahuan tentang jenis tanaman seperti
sungai, laut, batu, angin, rumah serta
pada tabel. 1 dibawah ini
kuburan.
Hutan
kesejahteraan
merupakan spiritual
sumber yang
menghubungkan mereka dengan Tuhan. Untuk itu, Orang Lom tidak sembarangan dalam
membabat
hutan
dan
juga
melakukan semua aktivitas di dalam hutan. Semua yang mereka lakukan sudah diatur oleh kode etik yang disebut dengan pantang larang Orang Lom/ Orang Mapur. Sistem pengelolaan hutan di Pejam, tepatnya di wilayah Benak difungsikan sebagai kebun dan ladang berpindah yang
lom
dengan
mengenal
dan
beberapa
pemanfaatan
jenis-jenis
tanamannya.
Tabel 1 Ragam pemanfaatan hutan dan pengetahuan tentang jenis tanaman Pemanfaatan Jenis tanaman /tumbuhan Sistem (berumeh
Berladang
• Padi darat • Umbi-umbian (mengalo, ubi jalar, keladi butir, kemilik, temu lawak) • Jagung • Timun darat sejenis Blewa • Kacang-kacangan • Cabe • Pucot (bahan baku alat-alat rumah tangga dan alas) • Purun (bahan baku alat-alat rumah tangga da alas)
• Durian • Binjai • Cempedak Hutan Keramat (Hutan • pohon primer Ijer dan Bukit Tabun • Tumbuhan rotan • Tanaman obat • Kulit kayu Sistem berkebun Sahang atau lada Karet Hutan Padang Sapu- Batang kayu untuk penopang sapu (hutan cadangan tanaman sahang atau lada alami) (kayu junjung), Tiang rumah kebun, Kayu bakar (Sumber: Toha; Sam; Deqy, wawancara, 28 Sistem Kelekak
september 2015)
Aktivitas
masyarakat
di
hutan
dan dapat dilakukan secara berkelompok. Bagi kelompok masyarakat yang membuka ladang baru diawali dengan menentukan luas lahan yang akan digarap. Aktivitas kemudian
menebangnya
dan
membakarnya. Setelah ditinggal beberapa waktu,
pohon-pohon
yang
ditebang
dikumpulkan ke titik tertentu. Setelah itu baru dilakukan proses nugal (menanam padi). Sistem perladangan Orang Lom adalah sistem ladang berpindah sesuai dengan lahan yang sudah ditentukan. Ladang
yang lama
ditinggalkan dan
menjadi hutan kembali setelah beberapa
sedangkan
pola
berkebun
dengan jenis tanaman keras merupakan sistem mata pencaharian yang membangun sistem perekonomian jangka panjang. Hutan, merupakan sebuah ranah yang membangun menjamin
sistem
spiritual
kesejahteraan dan
untuk
lahiriah
Gunung
dan
Pelawan
merupakan sumber kesejahteraan spiritual dan
juga
perekonomian
sumber dan
kesejahteraan
kehidupan.
Ketika
musim panen padi tiba, Orang Lom melaksanakan upacara Nujuh Jerami setiap bulan April atau Mei. Upacara tradisional ini merupakan perlambang rasa syukur kepada Sang Pencipta atas hasil padi yang mereka dapatkan. Upacara Nujuh Jerami dilaksanakan di tengah lapangan terbuka dan dilangsungkan dari dalam rumah adat yang mereka buat. Prosesi ritual acara ini dipimpin oleh seorang tokoh adat atau pemangku adat. Tradisi Nujuh Jerami merupakan salah satu kekayaan budaya Bangka yang berasal dari masyarakat tradisional Orang Lom. Ketersediaan lahan
waktu. Pola berkebun dengan jenis tanaman umbi-umbian dan sayuran merupakan sistem mata pencaharian yang membangun ekonomi jangka pendek. Pola berladang dengan
menengah,
bathiniah,
dilandasi dengan berbagai macam tujuan
kedua
membangun sistem perekonomian jangka
jenis
tanaman
padi
darat
merupakan sistem mata pencaharian yang
dan hutan merupakan jaminan bahwa tradisi ini akan terus ada dan hidup dan menjadi identitas budaya Bangka. Dari hasil wawancara dengan tokoh masyarakat, khususnya dalam melakukan pengelolaan lahan dan hutan, masyarakat Lom memiliki pengetahuan, kepercayaan
dan nenek moyang terhadap alam yang
1.
Tidak boleh ada aliran air disudut ladang yang mengumpul disatu titik
Pemelihara an Ladang (Field Maintenan ce)
Sumber tumbek (mata air) bagi makhlu k halus
Mendap atkan penyakit
2.
Tidak boleh ada pusek (gundukan tanah berbukit) di sudut ladang
Memberik an ruang bagi tanaman
Mendap atkan kemarah an makhluk halus
3.
Tidak boleh ada dua aliran air di tengah ladang
Cadangan air tidak habis dan tidak rusak
Tidak boleh ada pusek yang diambil setengah untuk ladang
Gundukan tanah seringkali ditempati hewan melata seperti ular dan tikus, jika dirusak sarang mereka akan menyebar kemanamana Menutup mata air dan titian hewan seperti monyet dan lutung (hama besar) bagi tanaman
Pemelih araan hubung an rumah manusia dan rumah makhlu k halus Jembata n makhlu k halus untuk berjalan menuju alam manusia Rumah makhlu k halus tidak boleh digangg u dan dibelah, akan bergent ayangan dan mengga nggu
Sebagai jembata n bagi makhlu k halus yang beralira n jahat dan perusak
Tanama
harus dipelihara dan dijaga. Nilai tersebut terwujud pada aturan pantangan dan larangan yang telah menjadi kesepakatan (Code of Conduct), dan harus dipatuhi semua warga komunitas Lom. Code of Conduct
mengatur
tiga
divisi
yang
berhubungan dengan pengelolaan hutan untuk berladang, yaitu: aturan membuka ladang, aturan memelihara ladang beserta tanamannya,
dan
aturan
memelihara
hewan dan memburunya. Kita dapat memahami secara cermat mengenai isi kode etik yang sudah diatur oleh hukum adat dalam ranah Orang Lom, bahwa
4.
aturan tradisional ini begitu kuat dalam hal bagaimana
caranya
mengelola
hutan
dengan baik, serta menghitung dampak ekologisnya
baik
terhadap
manusia,
tumbuhan, dan juga hewan di sekitarnya. Di bawah ini dijelaskan aturan membuka ladang yang diatur dalam code of conduct orang Lom/orang mapur (tabel. 2) Tabel 2 Aturan dalam membuka ladang dan hutan N o.
Code of Conduct Divisi Ladang (Field Division) (Local Significance )
Fungsi (Utility)
Makna Lokal
Sangsi (Sanctio n)
5.
Tidak boleh ada kayu tumbang yang mengarah ke sudut ladang
Tanama n
akan
berpenya kit
Manusia akan dilanda rasa takut dan gelisah (penyaki t bathin)
n
akan
dirusak dan padi tidak bernas (berkuali tas)
6.
Aliran air harus ada di tengah ladang dan membentuk huruf T terbalik
Distribusi cadangan air dan aliran air membantu menyeimb angkan pertumbuh an tanaman
Dua aliran makhlu k halus yang jahat dan baik tidak boleh berdam pingan
Mengga nggu jiwa peladang menjadi tidak stabil dan nasib tanaman tidak jelas (sumber : Toha; Sam;Aen; Deqy, wawancara, 28
1.
Tidak boleh bersiul malam hari di tengah ladang
Memeli hara ladang dari ganggu an ladang seperti angin
2.
Jika menanam tebu, tidak boleh dimakan sambil berjalan dan jangan membuang sisa tebu yang dimakan disepanjang jalan
Memeli hara tanama n dari hewan pengusi k
3.
Tanaman Betik atau Mentimun, tidak boleh dimakan sambil berjalan dan kulitnya dibuang di jalan
Memeli hara tanama n dari hewan pengusi k
september 2015)
Tidak
hanya
pemeliharaan
itu,
dalam
tanaman
proses
perladangan
masyarakat Lom pun tetap menjaga dan masih mengikuti aturan nenek moyang. Pantangan
dan
larangan,
dengan
separangkat sangksi, dimana sangksi yang diberikan lebih dari sekedar sifat sosial, melainkan sangksi dari kekuatan alam dan sekitarnya
yang
dapat
menyebabkan
kerugian akan hasil dari tanaman mereka tersebut. Di bawah ini dijelaskan aturan memelihara ladang dan tanaman yang diatur dalam code of conduct orang Lom/orang mapur. Tabel 3 Aturan memelihara ladang dan tanaman N o.
Code of Conduct Divisi Ladang (Field Division) dan Pemeliharaan Tanaman Ladang (Field Maintenance)
Fungsi (Utility )
Makna Lokal (Local Significa nce)
Sangsi (Sanctio n)
Bersiul akan memang gil angin ribut dan makhluk halus yang jahat. Dengan berdiam akan memberi kan ruang bagi tanaman untuk tenang dan tumbuh kembang Akan memunc ulkan jenis Kera‟ Sure (Kera besar di sore hari) yang ganas setelah dua jam Akan memunc ulkan jenis tikus hama yang ganas selang dua jam
Tanaman akan dirusak angin ribut
Akan merusak tanaman yang ditanam
Akan merusak tanaman yang ditanam
4.
5.
Tidak boleh melakukan Ani-ani (berdongeng) di tengah ladang, dengan menceritakan tentang perahu dan layanglayang atau ceritera pelayaran
Menyanyikan lagu ruh padi di tengah ladang (Sempayo, Sengkate, Serimbang, Timang Malang, Timang Bulan, Timang Mengkadung)
Memeli hara kearifa n lokal
Memeli hara unsur bathini ah tanama n
(Sumber : Toha; Sam;Aen;
Menjaga Padi nasib yang tanaman ditanam yang ataupun ditanam tanaman agar lainnya berhasil, akan tidak bernasib seperti seperti layangperahu layang dan yang layangakan layang, kandas hilang dan tidak dan seperti kandas perahu (padi yang pergi pergi dan jauh) hilang Lagu ini Padi mempun akan yai kerdil nuansa dan tidak magis bernas tertentu, jika mewakil nyanyian kan rasa seperti kesediha ini tidak n, dilaksana kesunyia kan n, kesepian, kerindua n, dan penghara pan. Seperti sebuah lament (ratapan) dari ladang, yang menghar apkan tanam tumbuh mereka berhasil dan berkah Deqy, wawancara, 28
september 2015)
Pengetahuan, kepercayaan dan teknik pengelolaan lahan dan hutan tersebut
diatas,
sesungguhnya
telah
menjadi
petunjuk dan pegangan bagi kelompok masyarakat
lom
memperlakukan
bahwa
alam
dalam
dan lingkungan
harus tetap memperhatikan keseimbangan alam
sekitarnya.
kepercayaan
tersebut,
bermanfaat,
tentunya
pemenuhan
kebutuhan
Pengetahuan, menjadi
sangat
juga
dalam
subsisten
dan
ekonomis mereka sehari-hari. Lebih dari itu, banyak ragam tanaman yang dapat mereka olah dan manfaatkan dari hutan. Hutan merupakan rumah alami yang menyediakan sumber bahan baku untuk kebutuhan mereka Di hutan Benak misalnya, banyak terdapat sumber bahan baku
yang
dapat
dimanfaatkan
untuk
kepentingan hidup manusia dan menunjang perekonomian
mereka,
di
antaranya
tumbuhan rotan, kulit kayu, pucot dan purun, serta daun-daunan untuk membuat atap seperti daun mengkuang. Ragam tanaman dan pemanfaatnya seperti tabel 4. Berikut :
Tabel 4
7.
kancil atau pelanduk, menjangan atau kijang, rusa, ayam hutan atau tugang
8.
pohon sapusapu tumbuhan yang komunal
Nama tanaman dan pemanfaatnya di hutan Benak No. 1.
Nama Jenis Rotan
Manfaat digunakan untuk membuat peralatan rumah tangga seperti suyak, kiding, penampi, keruntung, supit. Hasil anyaman ini juga dapat dijual ke pasar lokal sebagai bentuk kerajinan tangan Orang Lom.
2.
Daun Rumbia dan Daun Mengkuang
digunakan untuk membuat berbagai macam jenis tikar, seperti peliser (tikar halus), tikar belungkar atau kelipang (tikar kasar dengan anyaman besar), dan tikar geladak (tikar berukuran besar dan lebar).
3.
Kulit Kayu
digunakan sebagai bahan untuk dinding rumah, dapat juga dijual dengan harga yang cukup tinggi
4.
Madu Pelawan
merupakan hasil sumber daya hutan yang dapat diperoleh dari hutan Benak, juga seringkali dijual ke pasar lokal dengan harga yang kompetitif
5.
Kulat dan jamur
merupakan hasil alam musiman yang juga menjadi sumber kekayaan alami yang secara ekonomi mampu membantu masyarakat
6.
Kayu junjung untuk sahang atau ladauntuk perkebunan masyarakat.
Ketersediaan hutan alami merupakan harapan besar dan jaminan keberlangsungan kehidupan dan siklus ekonomi jangka panjang masyarakat. Seluruh masyarakat yang menanam sahang atau lada, mengambil kayu untuk junjung dari hutan yang ada. Pohon-pohon berukuran sedang ditebang dan dijadikan kayu penyanggah untuk tanaman lada.
merupakan salah satu kegiatan tradisional masyarakat untuk mencukupi kebutuhannya akan daging hewan. Selain berburu hewan mamalia, masyarakat juga melakukan aktivitas berburu di sungai untuk mendapatkan ikan sebuah kawasan yang menghasilkan kayu junjung untuk tanaman sahang atau lada merupakan sumber pengobatan tradisional yang mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit
9.
tumbuhan Kantung Semar (NepenthesNepenthaceae)
merupakan tumbuhan tropika yang unik dan langka. Tumbuhan ini masuk ke dalam tumbuhan yang dilindungi di dalam undang-undang tentang flora langka, yaitu UndangUndang Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Budaya Hayati dan Ekosistemnya serta Peraturan Pemerintah no.7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Dan hal ini sejalan dengan regulasi Convention on International Trade in Endangered Species (CITES), dari 103 spesies kantong Semar di dunia. Tumbuhan ini digolongkan ke dalam jenis tanaman karnivora karena ia memangsa serangga. Organ ini disebut Pitcher atau kantong. Dalam bahasa lokal disebut ketakong atau ketuyut yang seringkali batangnya disamakan dengan fungsi rotan untuk mengikat sesuatu dan dikeringkan menjadi tali temali. Kantong dari tanaman ini terdapat air murni yang seringkali diminum oleh masyarakat yang beraktivitas di hutan, dan terkadang airnya digunakan untuk obat mata yang sakit dan pandangan kabur. Ada tujuh jenis tumbuhan Nepenthes atau Kantung Semar di Hutan Benak, yaitu Nepenthes Tentaculata atau ketuyut terompet besar, Nepenthes Rafflesiana atau ketuyut babi, Nepenthes Maxima atau ketuyut besak, Nepenthes Mirabilis atau ketuyut terompet merah, Nepenthes Spectabilis Danser atau ketuyut bebulu, Nepenthes Tobaica Danser atau ketuyut kuros, Nepenthes Ampullaria atau ketuyut cangkir raja. Dari tujuh jenis tumbuhan Kantung Semar yang terdapat di Hutan Benak, perlu dilakukan pelestarian hutan dan pemantauan perkembangan spesies Nepenthes agar tidak punah. Jika spesies tumbuhan ini telah dilindungi oleh undang-undang, maka kawasan hutan yang menaunginya pun harus dilindungi oleh pemerintah.
dari hasil wawancara dengan informan, dinyatakan secara adat dan tradisi, dalam menjalankan tradisi dan ajaran leluhur di area hutan, terdapat beberapa wilayah yang harus dijaga salah satunya adalah wilayah Benak.
Wilayah
Benak,
merupakan
wilayah hutan yang memiliki potensi yang menjamin
keberlangsungan
kehidupan
Orang Lom. Hutan yang tersisa ini menjadi tempat mereka untuk bernaung dan menggantungkan harapan bagi mereka dan generasi berikutnya untuk tetap hidup dengan layak dan alami. Berdasarkan jenis-jenis tanah hutan dari pengolahan hutan dari masyarakat lom, maka wilayah benak
sesungguhnya
menjadi
Hutan
primer, bagi kepercayaan masyarakat lom hutan di area tersebut adalah sakral, yang diistimewakan dan harus dilindungi secara adat (Bukit Tabun dan Ijer,). Selain Ijer dan Bukit Tabun, ada wilayah sakral lainnya yang disebut dengan Rebang Telang dan Kasak Tade. Di wilayah ini terdapat air terjun yang berbentuk pintu gerbang berwarna putih yang dipercaya sebagai tempat seorang wali yang bertugas untuk menjaga wilayah ini. Oleh sebab itu, masyarakat lom sangat berhati-hati dan tidak sembarangan untuk menganggu dan merusak wilayah hutan-hutan tersebut. Potensi alam di sini sebetulnya dapat dikembangkan sebagai hutan wisata dan hutan sakral yang memberikan nilai tradisi
serta budaya yang patut dilestarikan. Jenis
Pemimpin Lanun masa itu. Di ujung
flora dan fauna di dalam hutan ini harus
Tuing,
dilestarikan dari kepunahan dan perburuan
terdapat empat situs megalitik Akek Antak
liar yang melanggar aturan adat. Di
yang menjadi situs sakral bagi masyarakat.
sekitarnya terdapat beberapa pemukiman
Empat situs megalitik tersebut adalah :
Orang Lom yang sangat khas dengan
batu telapak kaki Akek Antak, Batu Pare
arsitektur rumah panggung yang masih
Akek, Batu Sabek, dan Batu Gendang.
alami. Wilayah ini dapat diusulkan sebagai
Posisi keempat situs ini terletak di pesisir
kampung budaya Orang Lom beserta
pantai Tuing tepatnya di Tanjung Samak.
tepatnya
di
Tanjung
Samak,
tradisinya. Orang Lom di dalam hutan ini membuat
berbagai
macam
kerajinan
tangan yang terbuat dari rotan, tanaman pucot dan purun. Dalam
B. Aspek pengelolaan hutan di Dusun Pejam Hutan di wilayah Benak, Air Abik,
dan
Tuing, merupakan sebuah kawasan hutan
kepercayaan masyarakat lom, terdapat
yang menaungi kehidupan Orang Lom.
sebuah hutan yang meninggalkan jejak
Hutan merupakan elemen yang paling
sejarah leluhur dari masyarakat lom sendiri
mendasar dalam perikehidupan masyarakat
(gambar 4). Dari Di wilayah hutan sapu-
adat, dan ini sudah diatur dalam hukum
sapu terdapat sebuah peninggalan sejarah
adat orang Lom mengenai aturan-aturan
masa lalu tepatnya pada masa Lanun atau
dalam menggunakan dan memanfaatkan
Bajak Laut, yaitu terdapat sebuah sumur
hutan.
yang disebut dengan Perigi Musoh yang
berladang dan berkebun serta memelihara
berarti sumur musuh yang dibuat oleh para
tanaman.
Lanun. Di pedalaman hutan sapu-sapu ini
mengatur bagaimana cara membuka lahan,
terdapat sebuah wilayah yang disebut
menentukan
dengan Padeng Lanun yang bermakna
terhadap makhluk sekitarnya. Untuk itu,
rumahnya para Lanun yang bermukim di
hutan memerlukan perlindungan yang kuat
sini. Di ujung sungai ini, para Lanun
dari pihak pemerintah.
menambatkan
sebuah
legenda
kapal-kapalnya
Hukum
Dalam
titik
adat
mengatur
hukum
air,
dan
adat
cara
juga
perlakuan
dan
Sekarang ini masyarakat komunitas
melakukan aktivitasnya. Di sungai inilah,
lom mengalami kesulitan dalam memenuhi
terdapat sebuah cerita tentang Nipah
kebutuhan hidup dan mata pencaharian
Bolong yang menandakan letak makam
perladangan, serta dalam menjaga tradisi
Akek Ketiris yang dipercayai sebagai
kepercayaan hutan mereka. Salah satu
penyebabnya
adalah
hilang
dan
berkurangnya lahan leluhur yang dikelola
negara.
hutan
produksi
telah
menjadi
milik
perusahaan perkebunan sawit dan karet.
secara turun temurun, yang masuk dalam kawasan
Hutan
Dalam komunitas masyarakat lom
pemerintah
terdapat struktur (perangkat) adat yang
Kabupaten Bangka. Di daerah Dusun
berperan penting dalam melaksanakan
Pejam, Dusun Air Abik, dan Dusun Tuing-
tradisi adat dan menjaga kepercayaan
Mapur, hutan sudah semakin sedikit
turun temurun mereka. Para tokoh adat
karena perkebunan kelapa sawit dan karet
tradisional ini merupakan tokoh yang
yang dilakukan oleh perusahaan GPL
dipilih dan dipercayai masyarakat dan
(Gunung Pelawan Lestari), IKK (Istana
dianggap figur yang dapat memberi contoh
Kawi Kencana), PT.Indo Perhutani, dan
dan
lain-lain. Dengan keberadaan perusahaan
masyarakat lom itu sendiri. dengan adanya
kelapa sawit yang semakin hari semakin
tetua adat, dukun kampung, dukun berobat,
meluaskan perkebunannya.
dan kepatuhan masyarakat sendiri, maka
solusi
akan
permasalahan
dari
Dalam sistem kepercayaan wilayah
keteraturan dan eksitensi masyarakat lom
dan hutan pada Masyarakat lom, terdapat 3
tetap terpelihara dan terjaga. Tetua adat
konsep wilayah adat yang bernama Karang
berperan
Lintang, Terbentang dari simpang 3 dusun
harian dn dihormati masyarakat dusun.
Bubus- Pejam- Tuing- Mapur- Air Abik.
Tetua adat berperan dalam pernikahan,
Pada masing-masingnya terdapat area
pemakaman, memimpin doa, ritual adat
lahan dan hutan yang dijaga secara adat
tradisi, dan sebagainya. Dukun kampung
dan tradisi. Dengan masuknya perusahaan
memainkan peranan besar terkait dengan
tersebut, meyebabkan berkurang dan mulai
kegiatan atau hal berhubungan terhadap
tergerusnya sistem pengetahuan lahan dan
lahan dan hutan. Seorang warga lom yang
hutan dimasyarakat lom sendiri. Selain itu,
ingin mengambil hasil hutan, misalnya
wilayah
pemukiman
sebagai
pemimpin
kesehari-
mereka
yang
rotan, harus meminta izin dan petunjuk
belantara
hutan
dari dukun kampung. Hal ini bertujuan
ekpansi
untuk menghindari gangguan gaib dari
perkebunan sejak tahun 1990-an. Hutan
hutan, dan dukun kampung di anggap
telah
perusahaan
manpu melindungi warga lom tersebut.
perkebunan sawit dan karet. Sampai
Selain itu, dalam tradisi msyarakat lom
sekarang konflik lahan masih saja terjadi,
terdapat sebuah tradisi adat, dikenal
baik di lahan apl maupun kawasan hutan
dengan tradisi Upacara Nujuh Jerami.
terpencar-pencar terpaksa
di
ditinggalkan
menjadi
akibat
milik
Tradisi
ini
diadakan
tahun
dari orangtua. Mereka biasanya membagi-
dilaksanakan pada bulan April atau Mei.
bagi anggota keluarganya ke beberapa
Upacara
khas
lahan yang digarap, dan setiap lahan
kebudayaan Orang Lom tentang upacara
memiliki pondok kebun sederhana, kecuali
panen padi yang sudah turun temurun
rumah
dilaksanakan. Keberlangsungan kegiatan
berkumpul. Sistem penguasaan hutan dan
tradisional
kaitannya
lahan, dikuasai oleh keluarga yang terdiri
dengan keberadaan lahan perladangan
dari orangtua, anak, menantu, dan cucu.
yang mereka garap. Seorang tetua adat
Jarang sekali wilayah Benak dikuasai oleh
akan
dalam
orang di luar etnis ini, kecuali yang sudah
memimpin acara tradisi dimasyarakat lom
menjadi bagian anggota keluarga mereka
tersebut.
melalui konversi pernikahan dan agama.
ini
ini
merupakan
sangat
memainkan
Dalam
setiap
sistem
ciri
erat
peranan
pengolahan
kebun
utama
tempat
mereka
lahan
Ketika orang luar menjadi bagian keluarga
tradisional masyarakat lom di hutan Benak
mereka, yaitu menantu, secara otomatis
dan Gunung Cundong, dikenal beberapa
sang menantu akan diberikan bagian lahan
jenis kepemilikan lahan yang digarap
dan
dengan ciri seperti :
menggarapnya.
1.
2.
Mereka memiliki kebun utama
diberikan
kepercayaan
untuk
Mereka memiliki ladang utama
tanaman keras seperti cempedak, durian,
tempat mereka menanam padi (berume)
karet, dan lada. Sistem kebun ini digarap
yang dikerjakan oleh semua anggota
oleh kedua orangtua mereka dan anak
keluarga, terutama saat membuka lahan,
tertua yang usia lahan ini sudah tua dan
menebang
bersifat warisan, dengan kata lain lebih
membongkar tanah, menugal (menanam
mendekati kelekak yang fungsi dan ruang
padi) dan memanen.
lainnya ditanami tanaman baru untuk
3.
membuat tanah jadi lembut. Di sini mereka
tanaman ringan seperti ubi (mengalo),
membangun
utama
keladi butir, kemilik, temu lawak, kunyit,
berbentuk panggung yang cukup besar dan
lengkuas, jahe, kencur, sayuran seperti
mampu
anggota
terong, kacang, betik (mentimun), cabe,
keluarga
dan buah seperti semangka, jagung, dan
rumah
menampung
keluarga.
Setiap
kebun
banyak anggota
memiliki kebun sendiri dengan tanaman
pisang.
yang
4.
berbeda
dan
mereka
bertugas
mengurusnya dengan arahan dan pantauan
berusia
(nebas),
Anak-anak
Bagi
mereka
perempuan tua,
membakar,
mereka
menanam
yang
sudah
terkadang
memerhatikan tanaman selingan seperti
V. KESIMPULAN
jenis pucot dan purun (tanaman untuk
Pengetahuan masyarakat lokal di
bahan pembuat alat-alat rumah tangga
daerah
seperti sumpit (tempat nasi) dan juga
keanekaragaman tanaman, hewan, lahan
suyak. Hal ini sangat lazim dilakukan oleh
dan hutan masih cukup mendalam. Seperti
masyarakat tradisional. Setelah dipanen,
tanaman untuk pangan, pohon tahunan,
tanaman ini dikeringkan agar kuat dan
tanaman
dianyam menjadi berbagai macam bentuk
terpelihara
alat-alat rumah tangga.
ekosistem lokal dimana mereka berada.
5.
Untuk
membangun
bangka
belitung
sayuran,
tentang
pengobatan
berbungkus
yang
budaya
dan
pondok,
Meskipun demikian ancaman perubahan
mereka bergotong royong antar anggota
lingkungan merupakan hal serius dari
keluarga dan juga sesama penghuni ladang
keberadaan dan eksistensi hutan dan
dan kebun. Untuk pondok kebun atau
pengetahuan mereka tersebut. Target
pondok ladang yang hanya dihuni oleh 1-2
Kebijakan
adalah
orang, dibuat secara sederhana dan tidak
Mempertahankan hutan adat sebagai titik
terlalu besar (3 x 3,5 m). Setiap anggota
tolak pertumbuhan ekonomi masyarakat
keluarga yang sudah bisa dianggap bekerja
sekitar.
dengan rentang usia (15 tahun ke atas)
Hutan Adat meliputi pengembangan sektor
diberikan
industri dan atau perdagangan dengan
lahan
kepercayaan
dan
beberapa
berupa jenis
sebuah tanaman
permulaan. 6.
Sistem
Pertama,
menjadikan
Strategi
Pelestarian
hutan adat sebagai objek,
seperti industri pariwisata, Mereorientasi penguasaan
hutan
dan
masyarakat sekitar tentang fungsi ekonomi
lahan, dikuasai oleh koloni keluarga yang
dari
hutan
adat
berdasarkan
prinsip
terdiri dari orangtua, anak, menantu, cucu,
ekonomi
modern.
Kedua,
Strategi
dan keponakan. Setiap bidang perbukitan
Penekanan
seperti di area Gunung Cundong dan
meliputi Memperkenalkan variasi produk-
Gunung Pelawan, dikuasai oleh para
produk
orangtua yang memiliki hubungan darah
kehutanan bertitik tolak dari karakteristik
antar satu dengan yang lain. Daerah ini
hutan adat yang ada, Memberdayakan
kedua sisinya berbatasan langsung dengan
masyarakat
wilayah Benak dan Air Abik, sehingga
varietas
kedua sisi ini dikuasai oleh masyarakat
kehutanan. Ketiga, Strategi keseimbangan
Lom
pelestarian dan pertumbuhan ekonomi
Pertumbuhan
pertanian
dan
sekitar
produk
Ekonomi
atau
produk
berdasarkan
pertanian
dan
pada atau
meliputi
Memberdayakan
masyarakat
sekitar melalui pengembangan produksi hutan dengan sistem siklus cocok tanam. Pemberdayaan masyarakat sekitar dengan pada strategi pemasaran produk pertanian dari hutan lokal
Utari, Ayu Dewi. 2012. Penerapan strategi Hutan Rakyat. Cakrawala. Yogyakarta. Yasa. Fungsi Kelekak Dalam Layanan Ekologi, Sosial-Budaya Dan Ekonomi. Tesis.
DAFTAR PUSTAKA Adimiharja, Kusnaka. 2008 Dinamika Budaya Lokal. Bandung. Pusat KAJIAN LBPB Asiah. 2009. Pengetahuan Lokal Dalam Pengelolaan Hutan. Skripsi. IPB Dinas Kehutanan.2011. Kepulauan Bangka Belitung.
Sunaryo dan Laxman Joshi. 2003. Peranan Pengetahuan Ekologi Lokal Dalam Sistem Agroforestri. World Agroforestry Centre (ICRAF). Bogor
Provinsi
Elmira Safitri. 2009. Identivikasi Dan Inventarisasi Pengelolaan Hutan Rakyat Di Kecamatan Biru-Biru. Skripsi. USU Koenjaraningrat. 1990. Pengantar Antropologi. Jakarta: PT Rineka Cipta, Koentjaraningrat. 1992.Antropologi Sosial. Dian Rakyat. Jakarta.hal 48-64 Oding Affandi,S.Hut, Tinjauan Antropologi Pelibatan Masyarakat Lokal Dalam Pembangunan Kehutanan. Makalah. Universitas Sumatera Utara Permana, Sidik. 2015. Kampung Naga. Plantaxia. Yogyakarta Rahmawati, R.Et.Al. Pengetahuan Lokal Masyarakat Adat Kasepuhan. Jurnal Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi Dan Ekologi Manusia Vol.2 2008 Scott, James C. 1983. Moral Ekonomi Petani. Jakarta : LP3ES.