AgronobiS, Vol. 1, No. 2, September 2009
ISSN: 1979 – 8245X
Pengaruh Waktu Pemangkasan Daun dan Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jangung (Zea mays L.) Oleh: Ardi Asro, Nurlaili dan Fahrulrozi Abstract Corn plays important role as food plant. It is on the second place after rice. Corn seeds can be used as foodstuff, woof and raw material for industry. Corn is cultivated not only as seed producer but also as verdant livestock food. Corn consumption always rises. The increasing of corn need is in accordance with population growth and the raising of livestock woof need, where 52,4% of woof is from corn. National production can not cover the demand in that we import 1,26 million ton. Key words: Corn, food, production, consumption
PENDAHULUAN Masih rendahnya produksi jagung nasional antara lain disebabkan belum meluasnya penggunaan varietas unggul, minimnya permodalan petani serta pemakaian pupuk dan cara bercocok tanam yang belum memenuhi anjuran. Untuk memenuhi kebuthan yang terus meningkat, upaya peningkatan produksi jagung perlu mendapat perhatian yang lebih besar hingga terwujudnya swasembada jagung (Suprapto dan Marzuki, 2002). Untuk mengatasi kesenjangan atara produksi dan konsumsi maka usaha-usaha peningkatan produksi jagung harus menerus dilakukan, terutama perbaikan teknik bercocok tanam. Bercocok tanam jagung adalah usaha turut campur tangan manusia di dalam pengelolaan tanaman jagung, sehingga kelak dapat diperoleh hasil yang diharapkan. Dalam usaha pengelolaan tanaman jagung perlu dipersiapkan beberapa hal yang dapat menunjukkan keberhasilan penanaman jagung. Pemberian jarak tanam penting dilakukan guna mendapatkan produksi yang maksimum. Pada jarak tanam tertentu tidak lagi dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi melainkan menurunkan hasil produksi tanaman (Jumin, 2005). Kerapatan jarak tanam yang tumbuh dan dipanen dalam satuan luas sangat mempengaruhi produksi tanaman. Tanaman jagung yang ditanam varietas unggul hendaknya ditanam dengan populasi yang rendah (Adisarwanto dan Widiastuti, 2004). Pemilihan jarak tanam sangat tergantung dengan kesuburan tanah, daya tumbuh beni, varietas yang ditanam dan ketersediaan benih. Pemberian jarak tanam yang jarang akan menyebabkan gulma mudah tumbuh diantara tanaman, bila benih banyak tidak tumbuh mengakibatkan jumlah tanaman semakin rendah sehingga tidak mendapatkan produksi yang optimal (Sumarno, 1987). Penanaman dengan jarak tanam bertujuan agar populasi tanaman mendapatkan bagian yang sama terhadap unsur hara yang diperlukan dan sinar matahari, sehingga didapatkan ruang pertumbuhan yang seragam dan memudahkan dalam pemeliharaan.
Alumni dan Dosen Tetap Prodi Agronomi FP Universitas Baturaja
Ardi Asro, Nurlaili dan Fahrulrozi, Hal; 25 - 40
25
AgronobiS, Vol. 1, No. 2, September 2009
ISSN: 1979 – 8245X
Berbagai pengaturan jarak tanam dilakukan guna mendapatkan produksi yang optimal dengan pengaturan jarak tanam 50 cm x 20 cm dengan satu tanaman per lubang (AAK, 2004) sedangkan Suprapto (1998) menyatakan bahwa jarak tanam yang baik digunakan pada tanaman jagung yaitu 50 cm x 40 cm dengan 1 tanaman dan Adisarwanto (2004) menyatakan jarak tanam yang idial untuk tanaman jagung yang berumur sedang yaitu 50 cm x 60 cm. Secara umum pemangkasan adalah pembuangan bagian tertentu dari tanaman untuk mendapatkan perubahan tertentu dari tanaman tersebut (Andriance dan Brison dalam Andrius, 1992). Tujuan dari pemangkasan suatu tanaman adalah untuk mengendalikan ukuran dan bentuk tanaman, mempercepat dan memperkuat pertumbuhan dan meningkatkan produksi baik kualitas maupun kuantitas (Janick, 1972). Daun merupakan organ utama untuk menyerap cahaya dan melakukan fotosintesis. Spesies tanaman budidaya yang efisien cenderung menginvestasikan sebagianbesar awal pertumbuhan dalam bentuk penembahan luas daun, yang berakibat pemanfaatan radiasi matahari (Gardner, 1991). Kemampuan fotosintesis daun jagung memperlihatkan bahwa potensial fotosintesis relatif sepertiga daun bagian atas hampir dua ali lebih besar dari seper tiga daun bagian tengah, dan lima kali lebih besar daripada sepertiga daun bagian bawah. Adisarwanto (2004), menyatakan pemangkasan daun tidak mengurangi produksi apabila dilakukan pemangkasan daun pada umur 50 hari setelah tanam. Sementera Mattobii (2004), menyebutkan bahwa pemangkasan daun dapat meningkatkan berat pipilan apabila dikakukan pemangkasan daun pada umur 75 hari setelah tanam. Banyaknya asimilat yang dihasilkan sangat tergantung pada kapasitas fotosintesis daun sebagai sumber penghasil asimilat, sedangkan asimilat yang tersedia kemudian didistribusikan ke berbagai organ pengguna yang terdapat pada tanaman. Pembagian asimilat di antara organorgan yang memakai dalam tanaman disebut partisi, dan dalam hal ini terdapat kompetisi di antara organ-organ pemakai dalam memperoleh asimilat yang ditranslokasikan (Taiz dan Zaiger,1991. dalam Mattobii 2004). Dalam upaya untuk meningkatkan akumulasi bahan kering ke biji, pemangkasan organorgan pengguna yang tidak lagi bermanfaat bagi tanaman diharapkan dapat menjadi salah satu cara untuk meningkatkan hasil jagung. Pemangkasan tersebut akan mengurangi pesaing biji dalam mendapatkan asimilat yang dihasilkan daun. Dari uraian di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh waktu pemangkasan daun dan jarak tanaman terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung hibrida bisi-2. BAHAN DAN PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Baturaja Jl. A. Yani Km.8. Baturaja Timur. Waktu pelaksanaannya dimulai pada bulan Mei sampai dengan bulan Agustus 2009. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih jagung varietas hibrida bisi-2, pupuk Urea, TSP, KCl, Fungisida dan Insektisida. Alat yang digunakan meliputi meteran, ajir, cangkul, spayer, pisau, tali, ember, dan alatalat tulis. Penelitian ini merupakan penelitian faktorial dalam rancangan acak kelompok (RAK) Faktorrial dengan faktor pertama adalah pemangkasan daun (D) dengan rincian sebagai berikut: D0 (tanpa pemangkasan daun), D1 (pemankasan pertama pada umur 50 hari setelah tanam), D2 (pemangkasan ke dua pada umur 75 hari setelah tanam). Faktor jarak tanam yang terdiri dari 3 taraf yaitu: J1 (50 x 20 cm), J2 (50 x 40 cm), J3 (50 x 60 cm). Semua Ardi Asro, Nurlaili dan Fahrulrozi, Hal; 25 - 40
26
AgronobiS, Vol. 1, No. 2, September 2009
ISSN: 1979 – 8245X
perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 27 satuan percobaan, setiap satuan percobaan terdir dari petakan ber ukuran 3 m x 4 m. Penanaman dilakukan dengan cara membuat lubang tugal sedalam 3 cm, Populasi yang digunakan sesuai dengan perlakuan, yaitu 20 cm x 50 cm, jarak tanam 40 cm x 50 cm, dan 60 x 50, pembuatan lubang tugal dilakukan dengan menggunakan mal yang masing-masing ukuran dengan jarak tanam dalam baris pada setiap perlakuan, benih dimasukkan ke dalam lubang tanam sebanyak 2 benih per lubang tanam. Setelah penanaman lubang tanam ditutup dengan tanah. Pemupukan tanaman jagung menggunakan pupuk Urea, SP36 dan KCl. Sedangkan pemupukan pertama dengan dosis Urea 100 kg/ha, SP36 100 kg/ha dan KCl 75 kg/ha diberikan pada saat tanam sebagai pupuk dasar. Pupuk susulan I dilakukan pada umur 21 hari setelah tanam dengan dosis 100 kg/ha Urea dan susulan II pada umur 42 hari setelah tanam dengan dosis 100 kg/ha. Setiap kali pemupukan dilakukan dengan cara di tugal dengan jarak tanam 7 cm setelah pemupukan dilakukan lubang ditutup dengan tanah untuk menghindari dari penguapan. Pemangkasan daun dilakukan sesuai dengan perlakuan, yaitu tanpa pemangkasan daun, pemangkasan daun pada umur 50 hari setelah tanam, pemangkasan daun pada umur 75 hari setelah tanam. Pemangkasan menggunakan guntimg tanaman. Daun dipangkas pada diatas lidah daun, daun yang dipangkas dimulai daun pertama sampai dengan daun ke empat. Panen jagung dilakukan setelah tanaman berumur 100 hari setelah tanam. Keadaan biji ditandai dengan warna kulit biji mengkilap dan terang, biji sudah keras dan kelobotpun sudah mengering. Peubah yang diamati terdiri dari 10 tanaman contoh yang diambil secara acak yang terletak pada bagian tengah masing-masing petakan atau plot satuan percobaan. Parameter yang diamati adalah Pengukuran tinggi tanaman (cm), Berat kering tanaman (gram), Berat basa tongk berkelobot (g), Berat kering biji (g), Berat Kering Empulur (g), Berat (100) biji (g), Indeks Hasil Panen. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil analisis sidik ragam dari perlakuan pengaruh waktu pemangkasan daun dan jarak tanam terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung (Zea mays L) di sajikan pada tabel 1 di bawah ini. Tabel 1. Hasil Analisis Sidik Ragam Terhadap Paremeter yang Diamati pada Waktu Pemangkasan Daun dan Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung
Tinggi tanaman
1.43 t n
Perlakuan J 0.29 t n
Berat kering tanaman Berat basah tongkol berkelobot Berat kering biji
1.15 t n
5.39 *
0.98 t n
2.28
%
5.66 * 1.76 t n
6.52 ** 1.23 t n
1.45 t n 0.47 t n
1.50 3.27
% %
Paremeter yang diamati
D
Nilai KK
I 0.08 t n
1.41
%
Ardi Asro, Nurlaili dan Fahrulrozi, Hal; 25 - 40
27
AgronobiS, Vol. 1, No. 2, September 2009
Berat kering empulur Berat 100 biji Indek hasil panen F Tabel 5 % 1%
ISSN: 1979 – 8245X
4.21 * 1.05 t n 0.57 tn 3.63 6.22
5.82 * 0.53 t n 0.07 tn 3.63 6.22
2.30 t n 3.87* 0.64 tn 3.01 4.77
0.22 1.78 3.74
% % %
Keterangan :* (Berpengaruh nyata), ** (Berpengaruh sangat nyata), tn (Berpengaruh tidak nyata), KK (Koefisien keragaman), D (Pemangkasan daun), J (Jarak tanam), I (Interaksi)
1. Tinggi Tanaman Pengaruh waktu pemangkasan daun dan jarak tanam terhadap tinggi tanam setelah dianalisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pemangkasan daun dan jarak tanam serta interaksinya berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman. Secara tabulasi interaksi perlakuan pemangkasan daun 50 hari setelah tanam pada jarak tanam 50 cm x 60 cm merupakan tinggi tanaman yang tertinggi yaitu 188,0 cm. Tetapi pada perlakuan tanpa pemangkasan daun di jarak tanam 50 cm x 60 cm lebih rendah dibandingkan dengan jarak tanam 50 cm x 40 cm, sedangkan yang terendah yaitu pada tanpa pemangkasan di jarak tanam 50 x 20 cm yaitu 159,8 cm yang ditampilkan pada Gambar 1.
Tinggi (cm)
J1 (50 x 20)
J2 (50 x40)
J3 (50 x40)
200 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0 D0
D1
D2
Waktu Pemangkasan Daun
Gambar 1. Grafik Interaksi Tinggi Tanaman Jagung Pada Berbagai Waktu Pemangkasan dan Jarak Tanam Tanaman Jagung
Tinggi (cm)
Dilihat dari faktor tunggal waktu menunjukkan bahwa pemangkasan daun pada umur 50 hari setelah tanam merupakan tinggi tanaman tertinggi yaitu 183,13 cm dan yang terendah pada perlakuan tanpa pemangkasan daun yaitu 167,47 cm, yang disajikan pada Gambar 2. 200 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0
167.47
D0
183.13
179.7
D1
D2
Waktu Pemangkasan daun
Gambar 2. Grafik Waktu Pemangkasan Daun pada Tinggi Tanaman
Ardi Asro, Nurlaili dan Fahrulrozi, Hal; 25 - 40
28
AgronobiS, Vol. 1, No. 2, September 2009
ISSN: 1979 – 8245X
Tinggi (cm)
Selanjutnya pada faktor tunggal jarak tanam menunjukkan tinggi tanaman tertinggi pada jarak tanam 50 cm x 60 cm (J3) yaitu 181,3 cm dan yang terendah pada jarak tanam 50 cm x 20 cm (J1) yaitu 173,1 cm. Yang disajikan pada Gambar 3. 200 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0
173.12
177.88
181.3
J1
J2
J3
Jarak Tanam
Gambar 3. Grafik Jarak Tanam pada Tinggi Tanaman
2. Berat Kering Tanaman Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa berpengaruh tidak nyata terhadap peningkatan berat kering tanaman. Tetapi pada faktor jarak tanam dari analisis sidik ragam menunjukkan berpengaruh nyata terhadap peningkatan berat kering tanaman. Peningkatan berat kering tanaman disajikan pada tabel 2. Pada interaksi kedua perlakuan dari analisis sidik ragam menunjukkan berpengaruh tidak nyata terhadap peningkatan berat kering tanaman. Tabel 2. Uji Duncan Berat Kering Tanaman Jagung Pada Berbagai Waktu Pemangkasan Daun dan Jarak Tanam Perlakuan
Rata-rata
J1 J2 J3
73.29 79.13 113.58
Uji Duncan P1: 3.48 P2:3.65 a b c
Dari uji lanjut rata-rata berat kering tanaman yang disajikan pada tabel 2 menunjukan dengan pemberian jarak tanam 50 cm x 60 cm (J3) menunjukkan pengaruh terbaik pada peningkatan berat kering tanaman jagung yaitu 113,58 g dibandingkan pada pemberian jarak tanam 50 cm x 20 cm dan 50 cm x 40 cm. Untuk melihat interaksi dari kedua perlakuan disajikan pada Gambar 4.
Ardi Asro, Nurlaili dan Fahrulrozi, Hal; 25 - 40
29
AgronobiS, Vol. 1, No. 2, September 2009
ISSN: 1979 – 8245X
Berat Kering (g)
140 120 100 80 60 40 20 0 D0
D1
D2
Waktu Pemangkasan Daun
Gambar 4. Grafik Interaksi Berat Kering Tanaman Jagung Pada Berbagai Waktu Pemangkasan dan Jarak Tanam Tanaman Jagung.
Dari Gambar interaksi berat kering tanaman menunjukkan tanpa pemangkasan daun pada jarak tanam 50 cm x 60 cm merupakan berat kering tanaman tertinggi yaitu 117,66 gram dibandingkan dengan kombinasi perlakuan yang lainnya dan berat kering yang terendah yaitu pada perlakuan tanpa pemangkasan daun pada jarak tanam 50 cm x 20 cm. Selanjutnya pada faktor tunggal waktu pemangkasan daun menunjukkan pemangkasan pada umur 50 hari setelah tanam merupakan berat kering tanaman tertinggi yaitu 101,95 gram yang disajikan pada gambar 5.
Berat Kering (g)
120 100
101.95 83.47
81.88
80 60 40 20 0 D0
D1
D2
Waktu Pemangkasan Daun
Gambar 5. Grafik Waktu Pemangkasan Daun pada Berat Kering Tanaman
3. Berat Basah Buah Berkelobot Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa waktu pemangkasan daun (D) menunjukkan berpengaruh nyata dan pada jarak tanam menunjukkan berpengaruh sangat nyata terhadap peningkatan barat basah buah berkelobot, tetapi pada interaksi kedua perlakuan ini justru menunjukkan berpengaruh tidak nyata terhadap peningkatan berat basah buah berkelobot. Hasil uji lanjut duncan pada pengaruh waktu pemangkasan daun dan jarak tanam terhadap berat basah buah berkelobot dilihat pada tabel 3.
Ardi Asro, Nurlaili dan Fahrulrozi, Hal; 25 - 40
30
AgronobiS, Vol. 1, No. 2, September 2009
ISSN: 1979 – 8245X
Tabel 3. Hasil Uji Duncan Berat Basah Buah Berkelobor pada Faktor Pemangkasan Daun Perlakuan
Rata-rata
D2 D0 D1
125.00 138.88 154.99
Uji Duncan P1: 3.48 P2:3.65 a b c
Selanjutnya dari tabel uji lanjut terlihat bahwa hasil uji rata-rata barat basah buah berkelobot menunjukkan perlakuan pemangkasan daun 50 hari setelah tanam (D1) menunjukkan berat basah buah berkelobot tertinggi dibanding pada perlakua pemangkasan daun 75 hari setelah tanam (D2) Tabel 4. Hasil Uji Duncan Berat Basah Buah Berkelobor pada Faktor Jarak Tanam Perlakuan
Rata-rata
J1 J2 J3
123.33 139.99 155.55
Uji Duncan P1: 3.48 P2:3.65 a a b
Sedangkan pada tabel 3 hasil uji lanjut rata-rata berat basah buah berkelobot menunjukkan perlakuan jarak tanam 50 cm x 60 cm (J3) menunjukkan berat basah buah berkelobot tertinggi tetapi pada perlakuan jarak tanam 50 cm x 20 cm (J1) lebih rendah dibandingkan dengan jarak tanam 50 cm x 40 cm (J2). J1 (50 x 20)
J2 (50 x40)
J3 (50 x 60)
Berat Basa (g)
200 150 100 50 0 D0
D1
D2
Waktu Pemangkas an Daun
Gambar 6. Grafik Interaksi berat basah buah berkelobot Tanaman Jagung Pada Berbagai Waktu Pemangkasan dan Jarak Tanam Tanaman Jagung
Dari Gambar 6 Grafik interaksi berat basah buah berkelobot tanaman menunjukkan pemangkasan 50 hari setelah tanam pada jarak tanam 50 cm x 60 cm merupakan berat kering tanaman tertinggi dibandingkan dengan kombinasi perlakuan yang lainnya yaitu 166,66 tetapi pemangkasan daun pada umur 75 hari setelah tanam pada jarak tanam 50 cm x 60 cm lebih rendah dibandingkan dengan kombinasi tanpa pemangkasan daun dan pemangkasan daun pada
Ardi Asro, Nurlaili dan Fahrulrozi, Hal; 25 - 40
31
AgronobiS, Vol. 1, No. 2, September 2009
ISSN: 1979 – 8245X
umur 50 hari setelah tanam. Sedangkan berat basah buah berkelobot terendah pada pada perlakuan tanpa pemangkasan daun pada jarak tanam 50 cm x 20 cm yaitu 106,66 g. 4. Berat Kering Biji Data hasil pengamatan dan pengelompokan data pengaruh waktu pemangkasan daun dan jarak tanam dapat di lihat pada lampiran 4a dan lampiran4b. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa faktor waktu pemangkasan daun dan faktor jarak tanam serta interaksi dari kedua perlakuan tersebut menunjukkan berpengaruh tidak nayata terhadap peningkatan berat kering biji disajikan pada lampiran 4c. Secara tabulasi interaksi perlakuan tanpa pemangkasan daun (D0) pada jarak tanam 50 cm x 60 cm memiliki berat kering biji tertinggi yaitu 52,25 g dan berat kering biji terendah yaitu 87,74 g pada perlakuan pemangkasan daun 75 hari setelah tanam pada jarak tanam 50 cm x 20 cm yang di tampilkan pada Gambar 4. J1 (50 X 20)
J2 (50 X 40)
J3 (50 X 60)
Berat Kering (g)
60
40
20
0
D0
D1
D2
Waktu Pemangkasan Daun
Gambar 7. Grafik Interaksi Berat Kering Biji Jagung Pada Berbagai Waktu Pemangkasan dan Jarak Tanam Tanaman Jagung.
Pada faktor tunggal waktu pemangkasan daun menunjukkan pada perlakuan tanpa pemangkasan mendapatkan berat kering tanaman tertinggi yaitu 127,74 g sedangkan yang terendah pada perlakuan pemangkasan daun pada umur 75 hari setelah tanam yaitu 99,41 g, disajikan pada gambar 8.
Berat Kering (g)
50
42.58
41.08
40
33.13
30 20 10 0 D0
D1
D2
Waktu Pemangkasan Daun
Gambar 8. Grafik Waktu Pemangkasan Daun pada Berat Kering Biji
Ardi Asro, Nurlaili dan Fahrulrozi, Hal; 25 - 40
32
AgronobiS, Vol. 1, No. 2, September 2009
ISSN: 1979 – 8245X
Selanjutnya pada faktor tunggal jarak tanam menunjukkan pada jarak tanam 50 cm x 60 cm mendapatkan berat kering tanaman tertinggi yaitu 130,79 g sedangkan yang terendah pada jarak tanam 50 cm x 20 cm (J1) yaitu 105,66 g, disajikan pada gambar 9.
Berat Kring (g)
50 40
43.78 37.98
35.22
30 20 10 0 J1
J2
J3
Jarak Tanam
Gambar 9. Grafik Jarak Tanam pada Berat Kering Biji
5. Berat Kering Empulur Data pengamatan dan pengelompokan data pengaruh waktu pemangkasan daun dan jarak tanam dapat di lihat pada lampiran5a dan lampiran 5b. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa faktor waktu pemangkasan daun dan jarak tanam menunjukkan berpengaruh nyata terhadap berat kering empulur, tetapi pada interaksi kedua perlakuan ini menunjukkan berpengaruh tidak nyata Table 5. Uji Duncan Berat Kering Empulur pada Faktor Waktu Pemangkasan Daun Perlakuan
Rata-rata
D2 D1 D0
16.06 20.33 21.06
Uji Duncan P1: 3.48 P2:3,65 a b c
Dari tabel di atas hasil uji lanjut Duncan pada perlakuan pemangkasan daun pada 75 hari setelah tanam menurunkan berat kering empulur dibandingkan dengan tanpa pemangkasan daun dan pemangkasan daun pada 75 hari setelah tanam. Jadi denngan melakukan pemangkasan daun justru menurunkan berat kering empulur. Tabel 6. Hasil Uji Duncan Berat Kering Empulur pada Faktor Jarak Tanam Perlakuan
Rata-rata
J1 J2 J3
17.22 17.41 22.81
Uji Duncan P1: 3.48 P2:3,65 a a b
Ardi Asro, Nurlaili dan Fahrulrozi, Hal; 25 - 40
33
AgronobiS, Vol. 1, No. 2, September 2009
ISSN: 1979 – 8245X
Pada perlakuan jarak tanam jarak tanam 50 cm x 60 cm menghasilkan berat kering empulur tertinggi dibandingkan dengan jarak tanam yang lainnya yaitu pada jarak tanam 50 cm x 40 dan 50 cm x 20 cm, pada jarak tanam 50 cm x 20 cm menghasilkan berat kering empulur terendah tetapi tidak berbedanyata dengan jarak tanam 50 cm x 40 cm tetapi berbeda nayat dengan jarak tanam 50 cm x 60 cm.
Berat Kering (g)
J1 (50 x 20)
J2 (50 x 40)
J3 (50 x60)
30 25 20 15 10 5 0 D0
D1
D2
Waktu Pemangkasan Daun
Gambar 10. Grafik Interaksi Berat Kering Empulur Jagung Pada Berbagai Waktu Pemangkasan dan Jarak Tanam Tanaman Jagung
Pada grafik interaksi berat kering empulur menunjukkan pada kombinasi perlakuan D0J3 menghasilkan berat kering empulur tertinggi yaitu 26,18 gram dibandingkan dengan kombinasi perlakuan yang lainnya. Tetapi pada pemangkasan daun 75 hari setelah tanam pada jarak tanam 50 x 20 cm menghasilkan berat kering empulur terrendah dibandingkan dengan kombinasi perlakuan lainnya. 6. Berat 100 Biji Hasil analisis sidik ragam pada berat 100 biji didapat dengan hasil yang menunjukkan pada interaksi memberikan pengaruh nyata terhadap berat kering 100 biji. Pada faktor tunggal pemangkasan daun menunjukkan hasil yang tidak berpengaruh nyata terhadap berat kering 100 biji demikian pula pada faktor tunggal jarak tanam juga tidak berpengaruh nyata yang disajikan pada table 7. Tabel 7. Uji Duncan Berat 100 Biji Tanaman Jagung Pada interaksi Waktu Pemangkasan Daun dan Jarak Tanam Tanaman Jagung Perlakuan D0J3 D2J2 D2J1 D0J2 D1J1 D0J1 D1J2 D1J3 D2J3
Rata-rata 9.64 10.73 11.84 12.12 12.23 12.92 13.85 14.79 14.96
Uji Duncan 3.48 3.65 3.74 3.82 3.87 3.90 3.93 3.95
Ardi Asro, Nurlaili dan Fahrulrozi, Hal; 25 - 40
Nilai Notasi a a a a a ab b b b
34
AgronobiS, Vol. 1, No. 2, September 2009
ISSN: 1979 – 8245X
Dari table diatas terlihat pada kombinasi perlakuan pemangkasan daun 75 hari setelah tanam dan jarak tanam 50 cm x 60 cm mendapatkan berat kering biji tertinggi yaitu 14.96. sedangkan kombinasi perlakuan jarak tanam 50 cm x 60 cm menghasilkan berat biji terendah dari semua kombinasi perlakuan, kombinasi perlakuan tanpa pemangkasan daun pada jarak tanam 50 cm x 60 cm merupakan kombinasi perlakuan yang terbaik dibandingkan dengan kombinasi perlakuan yang lainnya. Pada faktor tunggal waktu pemangkasan daun menunjukkan pada perlakuan tanpa pemangkasan mendapatkan berat kering 100 biji tertinggi yaitu 13,27 g sedangkan yang terendah pada perlakuan pemangkasan daun pada umur 50 hari setelah tanam yaitu 11,9 g, disajikan pada Gambar 13. 13.27
14
12.51
11.9
Berat (g)
12 10 8 6 4 2 0 D0
D1
D2
Waktu Pemangkas an Daun
Gambar 13. Grafik Waktu Pemangkasan Daun pada Berat 100 Biji
Selanjutnya pada faktor tunggal jarak tanam menunjukkan pada jarak tanam 50 cm x 60 cm mendapatkan berat kering tongkol tertinggi yaitu 13,13 g sedangkan yang terendah pada jarak tanam 50 cm x 40 cm (J2) yaitu 12,23 g, disajikan pada Gambar 14.
Berat Kering (g)
14
12.33
12.23
13.13
12 10 8 6 4 2 0 J1
J2
J3
Waktu Pemangkas an Daun
Gambar 14. Grafik Jarak Tanam pada Berat 100 Biji
7. Indek Hasil Panen Data pengamatan dan pengelompokan data indek hasil panen pada pengaruh waktu pemangkasan daun dan jarak tanam dapat di lihat pada lampiran 7a dan lampiran 7b. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa faktor waktu pemangkasan daun dan jarak tanam menunjukkan berpengaruh nyata terhadap berat indek hasil panen dan begitu juga pada interaksi kedua perlakuan ini menunjukkan berpengaruh tidak nyata terhadap peningkatan indek hasil panen yang disajikan pada lapiran 7c. interaksi garafik dapat dilihat pada Gambar 15.
Ardi Asro, Nurlaili dan Fahrulrozi, Hal; 25 - 40
35
AgronobiS, Vol. 1, No. 2, September 2009
ISSN: 1979 – 8245X
J1 (50 x 20)
J2 (50 x 40)
J3 (50 x 60)
Indek Hasil Panen (%)
20
10
0 D0
D1
D2
Waktu Pemangkasan Daun
Gambar 15. Grafik Interaksi Berat Kering Tongkol Jagung Pada Berbagai Waktu Pemangkasan dan Jarak Tanam Tanaman Jagung
Dari garfik interaksi indek hasil panen tanpa pemangkasan daun pada jarak tanam 50 cm x 20 cm menghasilkan indek hasil panen tertinggi 52,26 % dibandingkan dengan kombinasi perlakuan lainnya, tetapi pada pemangkasan 75 hari setelah tanam pada jarak tanam 50 cm x 20 cm menghasilkan indek hasil panen yang paling terendah yaitu 32,90 dibandingkan dengan kombinasi perlakuan lainnya. Pada faktor tunggal waktu pemangkasan daun menunjukkan pada perlakuan tanpa pemangkasan mendapatkan indek hasil panen tertinggi yaitu 44,28% sedangkan yang terendah pada perlakuan pemangkasan daun pada umur 75 hari setelah tanam yaitu 37,84% disajikan pada Gambar 16. Indek Hasil panen (%)
20 14.76
13.28
12.49
D1
D2
10
0 D0
Waktu Pemangkasan Daun
Gambar 16. Grafik Waktu Pemangkasan Daun pada Indek Hasil Panen
Selanjutnya pada faktor tunggal jarak tanam menunjukkan pada jarak tanam 50 cm x 20 cm mendapatkan indek hasil panen tertinggi yaitu 41,87% sedangkan yang terendah pada jarak tanam 50 cm x 60 cm (J3) yaitu 39,36% disajikan pada Gambar 17. Indek Hasil Panen (%)
15
13.95
13.46
13.11
J2
J3
10
5
0 J1
Jarak Tanam
Gambar 17. Grafik Jarak Tanam pada Indek Hasil Panen
Ardi Asro, Nurlaili dan Fahrulrozi, Hal; 25 - 40
36
AgronobiS, Vol. 1, No. 2, September 2009
ISSN: 1979 – 8245X
B. Pembahasan Berdasarkan analisis secara statistik pada penelitian ini didapatkan bahwa waktu pemangkasan daun tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan terlihat pada peubah pertumbuhan di parameter tinggi tanaman dan berat kering tanaman. Hal ini diduga dengan melakukan pemangkasan daun berarti mengurangi tempat terjadinya proses fotosintesis sehingga asimilat yang didapatkan dari hasil fotosintesis berkurang, dengan berkurangnya asimilat tanaman pertumbuhan tanaman akan terganggu. Gardner (1991), menyatakan fungsi utama daun ialah menghasilkan asimilat yang melalui proses fotosintesis dan semua daun aktif melakukan fotosintesis dan memproduksi asimilat yang akan dimanfaatkan oleh tanaman untuk pertumbuhan dan produksi tanaman. Sebagai mana kita ketahui bahwa jagung merupakan salah satu spesies tanaman C4 yang memiliki tingkat kejenuhan cahaya yang tinggi dan semua daun baik daun bagian atas maupun daun pada bagian bawah yang dapat menerima radiasi matahari dengan cukup selalu aktif melakukan fotosintesis dan memproduksi asimilat yang digunakan untuk pertumbuhan tanaman. Dengan melakukan tanpa pemangkasan daun berarti kegiatan fotosintesis daun akan tetap berjalan dengan sehingga asimilat akan dapat terpenuhi dengan cukup yang akan digunakan untuk pertumbuhan tanaman. Hal ini sependapat dengan (Gardner, 1991) yang menyatakan sebelum fase pengisisn biji semua daun masih aktif melakukan fotosintesis dan memproduksi asimilat dan sebagian asimilat disimpan pada organ tanaman dan juga pada bagian tertentu pada daun sebelum dimanfaatkan untuk pertumbuhan dan pengisian biji. Diduga dengan melakukan pemangkasan daun akan mengakibatkan asimilat yang tersimpan pada daun yang belum termobilisasi untuk pertumbuhan dan pengisian biji akan hilang bersamaan dengan pemangkasan daun. Sehingga akan mengakibatkan pertumbuhan tanaman akan mengalami gangguan dan produksi tanaman tidak tercapai dengan maksimal. Selanjutnya dari uji Duncan perlakuan pemberian jarak tanam 50 cm x 40 cm tidak dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman jagung dibandingkan dengan pemberian jarak tanam yang lebih jarang yaitu 50 cm x 60 cm yang memberikan pengaruh yang baik dalam pertumbuhan dan produksi tanamana jagung. Maka semangkin jarang pemberian jarak tanam pada penelitian ini memberikan pengaruh yang baik untuk peningkatkan produksi tanaman jagung. Hal ini diduga semangkin rapat jarak tanam yang diberikan maka perebutan unsur hara yang dibutuhkan tanaman dapat terjadi sehingga akan mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman jagung hal ini sependapat dengan (Sarwanto, 2004), menyatakan kerapatan tanaman yang tumbuh dan dipanen dalam satuan luas sangat mempengaruhi produksi tanaman jagung. Dari hasil penelitian ini pemberian jarak tanam 50 cm x 60 cm merupakan jarak tanam terbaik. Diduga pada jarak tanam tersebut persaingan untuk mendapatkan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah yang lebih banyak dapat terbagi dengan merantar sehingga kompetisi unsur hara antar tanaman tidak terjadi. Selain dari unsur hara yang dibutuhkan tanaman faktor penangkapan cahaya juga berperan penting dalam mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman. Diduga dengan jarak tanam 50 cm x 60 cm radiasi matahari yang dibutuhkan tanaman jagung dapat tercukupi dengan baik dan tidak terjadi saling menaungi antar daun-daun tanaman yang lainnya dengan penyinaran yang cuku maka proses fotosintesis akan berjalan dengan baik sehingga asimilat yang akan dibutuhkan dapat terpenuhi dengan cukup untuk melakukan pertumbuhan dan produksi tanaman jagung. Ardi Asro, Nurlaili dan Fahrulrozi, Hal; 25 - 40
37
AgronobiS, Vol. 1, No. 2, September 2009
ISSN: 1979 – 8245X
Hal ini sependapat dengan (Nelson dan Hofstar dalam Gardner, 1991) yang menyatakan dalam kondisi lingkungan yang baik untuk melakukan fotosintesis dapat menghasilkan 60 80% hasil asimilatnya ditranslokasikan kebagian tanaman yang lainnya termasuk pada organ produksi. Begitu juga (Sarwanto, 2004), menyatakan bahwa untuk mendapatkan pertumbuhan yang baik dan produksi yang optimum perlu diimbangi dengan pemeliharaan tanaman dan juga ketersediaan unsur hara yang sesuai dengan kebutuhan tanaman. Pertumbuhan dan produksi akan meningkat apabila didukung oleh faktor lingkungan seperti cahaya dan air. Tetapi pada saat penelitian ini kebutuhan air tidak dapat tercukupi karena pada saat penelitian ini dilaksanakan bertepatan dengan mulainya musim kering yang mana pada saat fase pertumbuhan tanaman sudah mengalami kekurangan air jadi pertumbuhan dan produksi tanaman tidak mendapatkan hasil dengan maksimal. Pada interaksi penelitian waktu pemangkasan daun dan jarak tanam. Pada perlakuan pemangkasan daun pada umur 50 hari setelah tanam dengan kombinasi jarak tanam 50 cm x 40 cm ternyata tidak dapat meningkatkan produksi tanaman jagung melainkan setelah dilakukan analisis data dan diuji lanjut dengan menggunakan uji Duncan ternyata kombinasi perlakuan tanpa pemangkasan daun dan jarak tanam 50 cm x 60 cm merupakan kombinasi perlakuan yang terbaik. Hal ini diduga tanpa melakukan pemanghkasan daun tempat fotosintesis tersedia cukup banyak. Dengan banyaknya tempat terjadinya proses fotosintesis diduga asimilat yang diperoleh melalui proses fotosintesis pada daun akan semakin besar didapatkan guna dimanfaatkan untuk pertumbuhan dan produksi tanaman. pada jarak tanam yang semakin jarang penangkapan cahaya matahari dapat terpenuhi sehingga meningkatkan laju kegiaatan proses fotosintesi dengan semakin meningkatnya proses fotosintesis pada daun asimilat yang didapatkan juga semangkin banyak dan dapat terpenuhi dalam kebutuhan tanaman jagung untuk melakukan pertumbuhan dan produksi tanaman jagung. Selain dari penyinaran, unsur hara juga berperan penting dalam pertumbuhan dan produksi tanaman jagung. Dengan jarak tanam 50 cm x 60 cm persaingan untuk mendapatkan unsur hara dapat terhindari kita ketahui persaingan untuk mendapatkan unsure hara bukan saja terjadi antar tanaman dengan gulma tetapi dapat juga terjadi pada antar sesama tanaman. Hal ini sependapat dengan (Jummin, 2005) yang menyatakan pada jarak tanam tertentu akan mengakibatkan persaingan yang sangat ketat yang mengakibatkan adanya penurunan produksi yang diakibatkan oleh persaingan dalam memperebutkan unsur hara. Selanjutnya pada interaksi perlakuan pemangkasan daun dan jarak tanam menunjukkan berpengaruh tidak nyata pada semua parameter yang di amati. Hal ini diduga perlakuan pemangkasan daun dan jarak tanam tidak menunjukkan interaksinya, karena perlakuan ini tidak bisa di kombinasikan atau dilakukan dengan bersamaan perlakuan ini haruslah dilakukan secara terpisah baik waktu pemangkasan daun maupun jarak tanam. Meskipun pengaruh interaksi waktu pemangkasan daun dan jarak tanam menunjukkan tidak berpengaruh nyata pada semua parameter. Tetapi pada jarak tanam tanpa melakukan pemangkasan daun justu meningkatkan produksi tanaman jagung hal ini mengindikasikan bahwa pemangkasan daun menurunkan kemampuan fotosintesis tanama. Menurunnya kemapuan fotosintesis tanaman berakibat menurunnya ketersediaan asimilat untuk perkembangan biji. Dalam hal ini daun-daun yang dipangkas masih berperan sebagai sumber penghasil asimilat. Disamping menurunnya kemampuan fotosintesis daun, pemangkasan lebih awal juga mengakibatkan berkurangnya cadangan asimilat yang dapat diremobilisasi untuk pengisisn biji. Ardi Asro, Nurlaili dan Fahrulrozi, Hal; 25 - 40
38
AgronobiS, Vol. 1, No. 2, September 2009
ISSN: 1979 – 8245X
Dari hasil secara tabulasi maka interaksi perlakuan tanpa pemangkasan daun pada jarak tanam 50 cm x 60 cm (D0J0) merupakan kombinasi perlakuan yang mampu meningkatkan produksi tanaman jagung. Diduga dengan perlakuan ini tempat terjadinya proses fotosintesis tersedia cukup banyak yaitu daun dan radiasi matahari yang diterima oleh daun dengan jarak tanam tersebut dapat diterima oleh semua daun mulai dari daun yang paling atas sampai dengan daun yang paling bawah dan juga akan menghindari terjadinya kompetisi unsur hara antar tanaman. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
1.
2.
3.
4.
Dari hasil yang diperoleh dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: Pemangkasan daun jagung pada umur 50 hari setelah tanam tidak meningkatkan hasil produksi tanaman jagung, melainkan tanpa pemangkasan daun (D0) berpengaruh terhadap peningkatan Produksi tanaman jagung, tetapi tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman jagung; Pemberian jarak tanam 50 x 40 tidak dapat meningkatkan hasil produksi tanaman jagung. Tetapi dengan pemberian jarak tanam yang semakin jarang dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman jagung. Pada jarak tanam 50 cm x 60 cm (J3) memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung; Interaksi jarak tanam 50 cm x 40 cm dengan kombinasi pemangkasan daun pada umur 50 hari setelah tanam ternyata tidak dapat meningkatkan hasil produksi tanaman jagung. Tetapi interaksi tanpa pemangkasan daun dan jarak tanam pada taraf 50 cm x 60 cm (D0J3) memberikan pengaruh terbaik terhadap produksi tanaman jagung, dan; perlakuan terbaik yaitu pada penelitian ini yaitu pada perlakuan tanpa pemangkasan daun dan jarak tanam 50 cm x 60 cm (D0J3) menghasilkan produksi tanaman yaitu 3.921,66 Kg/ha.
B. Saran Untuk mendapatkan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dan pada musim tanam yang berbeda dari penelitian ini. Untuk membudidayakan tanaman jagung pemberian jarak tanam yang lebih jarang dapat meningkatkan produksi tanaman jagung. DAFTAR PUSTAKA AAK. (Aksi Agraris Kanisius). 1993. Seri Budidaya Jagung. Yogyakarta: Kanisius Adisarwanto. T dan Y.E. Widiastuti 2004. Meningkatkan Jagung di Lahan Kering, Sawah dan Pasang Surut. Jakarta: Penebar Swadaya Anonim. 1977. Pedoman Bercocok Tanam Padi, Palawija dan Sayur-Sayuran. Jakarta: Badan Pengendalian Bimas Departemen Pertanian RI.
Ardi Asro, Nurlaili dan Fahrulrozi, Hal; 25 - 40
39
AgronobiS, Vol. 1, No. 2, September 2009
ISSN: 1979 – 8245X
Andrius. 1992. Pengaruh Pemangkasan Pucuk dan Takaran Pengapuran Terhadap Produksi Kacang Tanah (Arachis hypogea L.) Varietas Badak. Jakarta: Penebar Swadaya. Effendi. S dan Sulistiati. N. 1991. Bercocok Tanam Jagung. Jakarta: CV. Yasaguna Gardner, F. P., R. B. Pearce, dan R. L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Terjemahan oleh H. Susilo. Jakarta: Universitas Indonesia Hanafiah. K.A. 2004. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT. Grafindo Persada. Janick, J. 1972. Hortikultural Science. San Francisco: W.H. Freeman Company Jumin. H. B. 2005. Dasar- Dasar Agronomi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Lakitan. B. 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. Jakarta: PT. Grafindo Persada Mattobii. 2004. Pengaruh Pemangkasan Tassel dan Daun Terhadap Akumulasi Bahan Kering Biji dan Hasil Tanman Jagung (Zea mays L). Tesis Pasca Sarjana Universitas Andalas Padang Salisbury, F.B. dan C.W. Ross. 1985. Fisiologi Tumbuhan (Terjemahan): Bandung: ITB Sumarno, 1993. Status Kacang Tanah di Indonesia. dalam Kacang Tanah. Malang: Balitbang Pangan BPTP Malang. Monografi Balittan Malang No. 12 : 1-8 hal. Suprapto HS. 1998. Bertanam Jagung. Jakarta: Penebar Swadaya Sunihardi, Yunastri, dan S. Kurniasih. 1999. Diskripsi Varietas Unggul Padi dan Palawija 1993-1998. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Litbang Pertanian
Ardi Asro, Nurlaili dan Fahrulrozi, Hal; 25 - 40
40