PENGARUH SISTEM JARAK TANAM DAN METODE PENGENDALIAN GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAGUNG (Zea mays L.) VARIETAS DK3
SKRIPSI
OLEH : DIANA PIMA NASUTION 040301017 BDP – AGR
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 Diana Pima Nasution : Pengaruh Sistem Jarak Tanam Dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3, 2009. USU Repository © 2009
PENGARUH SISTEM JARAK TANAM DAN METODE PENGENDALIAN GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAGUNG (Zea mays L.) VARIETAS DK3
SKRIPSI
Oleh DIANA PIMA NASUTION 040301017 BDP – AGR
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 Diana Pima Nasution : Pengaruh Sistem Jarak Tanam Dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3, 2009. USU Repository © 2009
Judul Skripsi
: Pengaruh Sistem Jarak Tanam dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3
Nama
: Diana Pima Nasution
NIM
: 040301017
Departemen
: Budidaya Pertanian
Program Studi
: Agronomi
Disetujui Oleh Komisi Pembimbing
Disetujui Oleh :
Disetujui Oleh :
(Ir. Edison Purba, Ph.D) Ketua Komisi Pembimbing NIP. 131 570 441
(Ir. Sabar Ginting, MS) Anggota Komisi Pembimbing NIP. 130 535 855
Mengetahui,
(Ir. Edison Purba, Ph.D) Ketua Departemen NIP. 131 570 441 Diana Pima Nasution : Pengaruh Sistem Jarak Tanam Dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3, 2009. USU Repository © 2009
ABSTRACT
This research is proposed to find out the influenced of row space system and method of weeding on growth and production of maize (Zea mays L.), DK3 variety. The research was held in Namo Rambe Village, started from Juni 2008 until September 2008. The design use Separated Design Frame with 2 aspects. The first aspect as a mainframe is row space system consist of three stages, those are single row (25 cm x 60 cm), double row (25 cm x 25 cm x 60 cm) and triangle row ( 25 cm x 25 cm x 25 cm). The second factor as subordinate frame is the method of weeding consist of five (5) method , without weeding, clean weeding, manual weeding, chemist weeding with glifosat and chemist weeding with paraquat. Row space system perform real effects to plant height 8 MST, production per plant, percentage of plant with two ears per plot, and production per hectare, but not gave any influenced to plan height 2, 4, and 6 MST, amount of chlorofil, 100 grain weight, harvest indeks, percentage of maize damage, and percentage of maize heal. The method of weeding really influenced on plant height 4, 6 and 8 MST old, age of tasseling, 100 grain weight, production per plant, percentage of plant with two ears per plot, and production perhectare, but not influenced on plant height 2 MST, amount of chlorofil, harvest indeks, percentage of maize damage and percentage of maize heal. The interaction between row space system with method of weeding give real effect on percentage of plant with two ears per plot and production per plant, but do not give real effect on plant height 2, 4, 6 and 8 MST, amount of chlorofil, age of tasseling, 100 grain weight, production per plant, production per hectare, harvest index, percentage of maize damage and percentage of maize heal. Keywords: row space system, method of weeding, maize..
i Diana Pima Nasution : Pengaruh Sistem Jarak Tanam Dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3, 2009. USU Repository © 2009
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sistem jarak tanam dan Metode pengendalian gulma terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung (Zea mays L.) varietas DK3. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Namo Rambe, dimulai pada bulan Juni 2008 dan selesai pada bulan September 2008. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Petak Terpisah faktorial dengan 2 faktor perlakuan. Faktor pertama sebagai petak utama adalah sistem jarak tanam terdiri dari 3 taraf yaitu satu baris (25 cm x 60 cm), dua baris (25 cm x 25 cm x 60 cm) dan baris segitiga (25 cm x 25 cm x 25 cm). Faktor kedua sebagai anak petak adalah metode pengendalian gulma terdiri dari 5 taraf, yaitu tanpa penyiangan, bebas gulma, pengendalian manual, pengendalian kimia dengan disemprot paraquat, dan pengendalian kimia dengan disemprot glifosat. Sistem Jarak tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 8 MST, produksi per tanaman, persentase jumlah tanaman bertongkol dua per tanaman, dan produksi per hektar, tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman 2, 4, dan 6 MST, jumlah klorofil, umur berbunga, bobot 100 biji, nilai indeks panen, persentase kerusakan tanaman jagung dan persentase pemulihan tanaman jagung. Metode pengendalian gulma berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 4, 6, dan 8 MST, umur berbunga, bobot 100 biji, produksi per tanaman, persentase jumlah tanaman bertongkol dua per plot, dan produksi per hektar, tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman 2 MST, jumlah klorofil, nilai indeks panen, persentase kerusakan tanaman jagung dan persentase pemulihan tanaman jagung. Interaksi antara sistem jarak tanam dengan metode pengendalian gulma berpengaruh nyata terhadap persentase jumlah tanaman bertongkol dua per plot dan produksi per hektar, tetapi tidak nyata terhadap tinggi tanaman 2, 4, 6 dan 8 MST, jumlah klorofil, umur berbunga, bobot 100 biji, produksi per tanaman, persentase kerusakan tanaman jagung dan persentase pemulihan tanaman jagung. Kata kunci : sistem jarak tanam, metode pengendalian gulma, jagung.
ii Diana Pima Nasution : Pengaruh Sistem Jarak Tanam Dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3, 2009. USU Repository © 2009
RIWAYAT HIDUP
Diana Pima Nasution, lahir pada tanggal 18 September 1986 di Medan, Kelurahan Pangkalan Mashur, Kecamatan Medan Johor, Kotamadya Medan, Provinsi Sumatera Utara, anak ke-2 dari 5 bersaudara, puteri dari ayahanda Pijor Nasution dan ibunda Duma Sari Rambe. Adapun pendidikan yang pernah ditempuh hingga saat ini adalah Pendidikan Dasar di SD Swasta Al-Azhar Medan lulus tahun 1998, Pendidikan Menengah Pertama di SLTP Swasta Al-Azhar Medan lulus tahun 2001, Pendidikan Menengah Atas di SMU Negeri 1 Medan lulus tahun 2004 dan terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan pada tahun 2004 melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada Departemen Budidaya Pertanian Program Studi Agronomi. Melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) periode Juni 2007 sampai Juli 2007 di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir,
Kabupaten
Simalungun.
iii Diana Pima Nasution : Pengaruh Sistem Jarak Tanam Dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3, 2009. USU Repository © 2009
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi ini. Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang berjudul “Pengaruh
Sistem Jarak Tanam dan Pengendalian Gulma Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian dan skripsi ini tidak akan selesai dengan baik tanpa adaya bantuan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Kedua orang tua penulis yang telah memberi dukungan serta motivasi baik materil maupun spiritual. Kepada ayah dan mama penulis menyampaikan rasa sayang yang terdalam atas semua perjuangan yang diberikan. 2. Bapak Ir. Edison Purba, Ph.D sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Ibu Hj. Ir. Sabar Ginting, MS sebagai Anggota Komisi Pembimbing yang telah memberi banyak saran, petunjuk, bimbingan, arahan serta kepercayaan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi ini. iv Diana Pima Nasution : Pengaruh Sistem Jarak Tanam Dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3, 2009. USU Repository © 2009
3. Kepada Kakak Timah, Andi, Efrida, dan Dewi serta Danil dan Susi yang telah memberikan semangat, bantuan, kritik, saran dan menampung keluh kesah penulis selama melaksanakan penelitian serta menyelesaikan skripsi ini. 4. Kepada teman-teman: Ophi, Sylvia, Toto, Gugun, Benget, Dinan, Papao, Wulan, Imong, Ati, Ani, Lia, Mono, Sony, Penger, Mamang, Difa, Eko dan seluruh keluarga besar HIMADITA atas semangat, doa, motivasi, dan rasa kekeluargaan yang telah membantu penulis selama perkuliahan, penelitian dan penyusunan skripsi ini
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, Februari 2009
Penulis
v Diana Pima Nasution : Pengaruh Sistem Jarak Tanam Dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3, 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR ISI
ABSTRACT ..............................................................................................i ABSTRAK ................................................................................................ii RIWAYAT HIDUP...................................................................................iii KATA PENGANTAR ..............................................................................iv DAFTAR ISI .............................................................................................vi DAFTAR TABEL .....................................................................................viii DAFTAR GAMBAR ................................................................................ix DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. PENDAHULUAN Latar Belakang ..............................................................................1 Tujuan Percobaan..........................................................................2 Hipotesa Percobaan .......................................................................3 Kegunaan Percobaan .....................................................................3 TINJAUAN PUSTAKA Sistem Jarak Tanam ......................................................................4 Kompetisi .....................................................................................6 Pengendalian Gulma .....................................................................8 Herbisida.......................................................................................10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan .......................................................13 Bahan dan Alat..............................................................................13 vi Diana Pima Nasution : Pengaruh Sistem Jarak Tanam Dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3, 2009. USU Repository © 2009
Metode Percobaan .........................................................................13 PELAKSANAAN PERCOBAAN Persiapan Lahan ............................................................................16 Penanaman ....................................................................................16 Pemeliharaan.................................................................................17 Penyulaman ..........................................................................17 Pemupukan...........................................................................17 Penyiraman ..........................................................................17 Pengendalian Gulma .............................................................17 Pengendalian Hama dan Penyakit .........................................18 Panen .............................................................................................18 Pengeringan dan Pemipilan...................................................18 Pengamatan Parameter ..................................................................18 Tinggi Tanaman ...................................................................18 Jumlah Klorofil Daun Jagung ...............................................19 Umur Berbunga ....................................................................19 Persentase Jumlah Tanaman Bertongkol Dua Perplot............19 Bobot 100 Biji ......................................................................19 Nilai Indeks Panen................................................................19 Produksi per Tanaman ..........................................................19 Produksi per Hektar ..............................................................20 Persentase Kerusakan Tanaman Jagung ................................20 Persentase Pemulihan Tanaman Jagung ................................20 Gulma dalam Barisan ...........................................................21 Gulma antar Barisan .............................................................21 Bobot Kering Gulma dalam Barisan .....................................21 Bobot Kering Gulma antar Barisan .......................................22 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil .............................................................................................23 Pembahasan ..................................................................................48 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ...................................................................................55 Saran.............................................................................................55 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
vii Diana Pima Nasution : Pengaruh Sistem Jarak Tanam Dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3, 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR TABEL
NO
JUDUL TABEL
HALAMAN
1
Rataan Pengaruh Sistem Jarak Tanam dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Tinggi Tanaman Jagung umur 2, 4, 6 dan 8 MST…………………………………. 23
2
Rataan Pengaruh Sistem Jarak Tanam dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Jumlah Klorofil………… 25
3
Rataan Pengaruh Sistem Jarak Tanam dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Umur Berbunga………... 26
4
Rataan Pengaruh Sistem Jarak Tanam dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Bobot 100 Biji…………. 27
5
Rataan Pengaruh Sistem Jarak Tanam dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Produksi Pertanaman…... 28
6
Rataan Pengaruh Sistem Jarak Tanam dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Persentase Jumlah Tanaman bertongkol dua perplot………………………… 30
7
Rataan Pengaruh Sistem Jarak Tanam dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Produksi Perhektar……... 32
8
Rataan Pengaruh Sistem Jarak Tanam dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Nilai Indeks Panen…….. 34 viii
Diana Pima Nasution : Pengaruh Sistem Jarak Tanam Dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3, 2009. USU Repository © 2009
9
Rataan Pengaruh Sistem Jarak Tanam dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Persentase Kerusakan Tanaman Jagung…………………………………………. 35
10
Rataan Pengaruh Sistem Jarak Tanam dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Persentase Pemulihan Tanaman Jagung…………………………………………. 35
11
Data Identifikasi Gulma Dalam Barisan Sebelum Perlakuan………………………………………………… 36
12
Data Identifikasi Gulma Dalam Barisan Saat Panen…….
13
Data Suksesi Identifikasi Gulma Dalam Barisan Sebelum Perlakuan dan Saat Panen………………………….......... 39
14
Data Identifikasi Gulma Antar Barisan Sebelum Perlakuan………………………………………………… 40
15
Data Identifikasi Gulma Antar Barisan Saat Panen……...
16
Data Suksesi Identifikasi Gulma Antar Barisan Sebelum Perlakuan dan Saat Panen……………………………….. 44
17
Data Bobot Kering Gulma Dalam Barisan………………. 45
18
Data Bobot Kering Gulma Antar Barisan………………
37
42
47
ix Diana Pima Nasution : Pengaruh Sistem Jarak Tanam Dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3, 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR GAMBAR
NO
JUDUL GAMBAR
HALAMAN
1
Bagan Sistem Jarak Tanam………………………………...
16
2
Pengaruh Sistem Jarak Tanam Terhadap Tinggi Tanaman 8 MST…………………………………………………… 24
3
Pengaruh Metode Pengendalian Gulma Terhadap Tinggi Tanaman umur 8 MST………………………………….. 25
4
Pengaruh Metode Pengendalian Gulma Terhadap Umur Berbunga………………………………………………… 26
5
Pengaruh Metode Pengendalian Gulma Terhadap Bobot 100 Biji…………………………………………………... 28
6
Pengaruh Sistem Jarak Tanam Terhadap Produksi Per Tanaman…………………………………………………… 29
7
Pengaruh Metode Pengendalian Gulma Terhadap Produksi Per Tanaman………………………………………………. 29
8
Pengaruh Sistem Jarak Tanam Terhadap Persentase Jumlah Tanaman Jagung Bertongkol dua perplot………… 30 x
Diana Pima Nasution : Pengaruh Sistem Jarak Tanam Dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3, 2009. USU Repository © 2009
9
Pengaruh Metode Pengendalian Gulma Terhadap Persentase Jumlah Tanaman Jagung Bertongkol dua perplot……………………………………………………… 31
10
Pengaruh Interaksi Sistem Jarak Tanam dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Persetase Jumlah Tanaman Bertongkol Dua Per Plot…………………………………... 32
11
Pengaruh Sistem Jarak Tanam Terhadap Produksi Perhektar…………………………………………………… 33
12
Pengaruh Metode Pengendalian Gulma Terhadap Produksi Per Hektar………………………………………………….. 33
13
Pengaruh Sistem Jarak Tanam dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Produksi perhektar………………………. 34
DAFTAR LAMPIRAN
NO 1
JUDUL LAMPIRAN Data Pengamatan Tinggi Tanaman 2 MST………………
HALAMAN 59
2
Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 2 MST……………
59
3
Data Pengamatan Tinggi Tanaman 4 MST………………
60
4
Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 4 MST……………
60
5
Data Pengamatan Tinggi Tanaman 6 MST………………
61
6
Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 6 MST……………
61
7
Data Pengamatan Tinggi Tanaman 8 MST………………
62
8
Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 8 MST……………
62
9
Data Pengamatan Jumlah Klorofil……………………….
63
10
Daftar Sidik Ragam Jumlah Klorofil…………………….
63
xi Diana Pima Nasution : Pengaruh Sistem Jarak Tanam Dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3, 2009. USU Repository © 2009
11
Data Pengamatan Umur Berbunga……………………….
64
12
Daftar Sidik Ragam Umur Berbunga…………………….
64
13
Data Pengamatan Bobot 100 Biji………………………...
65
14
Daftar Sidik Ragam Bobot 100 Biji……………………...
65
15
Data Pengamatan Produksi Per Tanaman………………..
66
16
Daftar Sidik Ragam Produksi Per Tanaman……………..
66
17
Data Pengamatan Jumlah Tanaman Jagung Bertongkol dua perplot……………………………………………….. 67
18
Daftar Sidik Ragam Jumlah Tanaman Jagung Bertongkol dua perplot……………………………………………….. 67
19
Data Pengamatan Produksi Per Hektar…………………..
68
20
Daftar Sidik Ragam Produksi Per Hektar………………..
68
21
Data Pengamatan Nilai Indeks Panen……………………
69
22
Daftar Sidik Ragam Nilai Indeks Panen…………………
69
23
Data Pengamatan Persentase Kerusakan Tanaman Jagung
70
24
Daftar Sidik Ragam Persentase Kerusakan Tanaman Jagung……………………………………………………. 70
25
Data Pengamatan Persentase Pemulihan Tanaman Jagung
26
Daftar Sidik Ragam Persentase Pemulihan Tanaman Jagung……………………………………………………. 71
27
Data Pengamatan Gulma Dalam Barisan (Sebelum 72 Perlakuan)…………………………………………………
28
Data Pengamatan Gulma Dalam Barisan (Setelah Perlakuan)…………………………………………………. 73
29
Data Suksesi gulma Dalam Barisan Sebelum dan Sesudah Perlakuan…………………………………………………… 74
30
Data Pengamatan Gulma Antar Barisan (Sebelum Perlakuan)…………………………………………………. 75
71
xii Diana Pima Nasution : Pengaruh Sistem Jarak Tanam Dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3, 2009. USU Repository © 2009
31
Data Pengamatan Gulma Antar Barisan (Setelah Perlakuan)…………………………………………………. 76
32
Data Suksesi gulma Antar Barisan Sebelum dan Sesudah Perlakuan…………………………………………………… 77
33
Data Pengamatan Bobot Kering Gulma Dalam Barisan…..
78
34
Data Pengamatan Bobot Kering Gulma Antar Barisan……
79
35
Rangkuman Rataan Sistem Jarak Tanam dan Metode Pengendalian Gulma……………………………………… 80
36
Deskripsi Tanaman Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3…
81
37
Analisis Tanah Lahan Penelitian………………………….
82
38
Data Cuaca BMG…………………………………………
83
39
Bagan Plot Penelitian……………………………………...
84
40
Bagan Sistem Jarak Tanam Dalam Plot…………………...
85
41
Jadwal Kegiatan Mingguan………………………………..
86
42
Model Sidik Ragam………………………………………..
87
43
Foto Hasil Tongkol Tanaman Jagung Penelitian………….
88
44
Foto Biji Pipilan Kering…………………………………...
90
45
Foto Brangkasan Kering Tanaman Jagung………………..
91
46
Foto Tanaman Yang Rusak Akibat Perlakuan Herbisida….
92
47
Foto Plot Penelitian……………………………………….
93
xiii Diana Pima Nasution : Pengaruh Sistem Jarak Tanam Dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3, 2009. USU Repository © 2009
xiv Diana Pima Nasution : Pengaruh Sistem Jarak Tanam Dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3, 2009. USU Repository © 2009
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Di Indonesia jagung merupakan bahan pangan kedua setelah padi. Selain itu, jagung juga digunakan sebagai bahan baku industri pakan dan industri lainnya. Seiring pertambahan penduduk, mengakibatkan permintaan jagung di dalam negeri terus meningkat dari tahun ke tahun. Untuk memenuhinya, diperlukan langkah peningkatan produksi jagung. Menurut Badan Pusat Statistik (2008), produksi jagung di Indonesia tahun 2007 sebesar 13.279.794 ton pipilan kering atau naik sebesar 14,38% dibandingkan dengan produksi tahun 2006. Kenaikan produksi jagung terutama disebabkan oleh adanya perubahan varietas yang ditanam petani dari varietas lokal ke varietas hibrida. Banyak jagung hibrida yang telah dikeluarkan dan salah satunya jagung hibrida Dekalb varietas DK3 oleh perusahaan Monsanto. Diharapkan, kehadiran varietas ini bisa membawa dampak positif terhadap peningkatan hasil panen petani jagung. Sesuai dengan hasil yang diperlihatkan dari demplot di Keltan Pantai Camin, yang mampu meningkatkan hasil panen dari 6 ton perhektar pada benih lokal menjadi 10,3 ton perhektar (Yun, 2008). Selain penggunaan varietas hibrida, altenatif lain yang dapat digunakan untuk meningkatkan produksi jagung adalah dengan peningkatan populasi melalui sistem jarak tanam. Sistem jarak tanam yang umum digunakan adalah satu baris, dan seiring peningkatan permintaan jagung maka mulai diterapkan pertanaman dua baris karena mampu memberikan hasil yang lebih besar (Stalcup, 2008). Baris segitiga juga menjadi perhatian petani untuk meningkatkan produksi per satuan lahan.
2
Populasi yang lebih banyak pada baris segitiga meningkatkan produksi berkisar 8,98% dibandingkan satu baris dan 4,59% dengan dua baris (Cox et al, 2006) Pemakaian varietas hibrida serta penambahan populasi tidak akan memberikan hasil yang optimal tanpa disertai pengendalian tanaman pengganggu (gulma). Keberadaan gulma merupakan masalah yang terus menghadang dalam budidaya jagung. Kehadiran gulma dapat secara nyata menekan pertumbuhan dan produksi karena menjadi pesaing dalam memperebutkan unsur hara serta cahaya matahari, sehingga mampu menurunkan produksi sebesar 48 % (Tanveer et al, 1999). Untuk mengatasinya telah dilakukan berbagai metode pengendalian seperti secara mekanis dengan mencabut ataupun membabat, membakar, menggenangi, memakai mulsa, musuh alami, rotasi tanaman dan penyemprotan herbisida (Fadhly dan Tabri, 2007). Masing-masing metode tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan, namun yang sering dilakukan para petani jagung adalah dengan mekanis serta penggunaan herbisida. Akan tetapi, tidak diketahui secara pasti metode yang mampu memberikan produksi lebih optimal. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik melakukan penelitian yang berjudul pengaruh sistem jarak tanam dan metode pengendalian gulma terhadap pertumbuhan dan produksi jagung (Zea mays L.) varietas DK3. Tujuan Penelitian Penelitian bertujuan untuk mengevaluasi sistem jarak tanam dan metode pengendalian
gulma
yang
optimal
jagung (Zea mays L.) varietas DK3.
terhadap
pertumbuhan
dan
produksi
3
Hipotesis Penelitian 1. Ada pengaruh sistem jarak tanam tanam terhadap pertumbuhan dan produksi jagung (Zea mays L.) varietas DK3 2. Ada pengaruh metode pengendalian gulma terhadap pertumbuhan dan produksi jagung (Zea mays L.) varietas DK3 3. Interaksi
sistem
gulma
berpengaruh
jarak
tanam
terhadap
tanam
dan
pertumbuhan
metode dan
pengendalian
produksi
tanaman
jagung (Zea mays L.) varietas DK3 Kegunaan Penelitian Untuk mendapatkan informasi tentang jarak tanam dan metode pengendalian gulma yang mampu memberikan pertumbuhan dan produksi jagung yang optimal agar dapat diterapkan oleh masyarakat.
4
TINJAUAN PUSTAKA
Sistem Jarak Tanam Produsen jagung terus mencari metode yang dapat meningkatkan hasil lahan, mengurangi biaya, ataupun kombinasi keduanya. Jumlah tanaman pada lahan, sebagai akibat kerapatan tanaman ataupun jarak tanam masih menjadi perhatian selama beberapa dekade. Dengan penambahan kerapatan, maka jarak tanam menjadi lebih dekat dan meningkatkan persaingan antar tanaman
(Farnham, 1999).
Tajuk tanaman, perakaran serta kondisi tanah menentukan jarak antar tanaman. Hal ini berkaitan dengan penyerapan sinar matahari dan penyerapan unsur hara oleh tanaman, sehingga akan mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman. Tanaman dengan jarak yang lebih sempit mendapatkan sinar matahari dan unsur hara yang cukup karena persaingan antar tanaman lebih kecil. Seperti yang didapatkan oleh Barbieri, et al (2000) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa jarak yang lebih sempit mampu meningkatkan produksi secara nyata. Namun, hasil yang berbeda didapatkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Pedersen and Lauer (2003) bahwa jarak yang lebih sempit menurunkan produksi hingga 11 % dibandingkan dengan jarak yang lebih lebar. Penyebab perbedaan hasil dari pengaruh jarak tanam terhadap pertumbuhan dan produksi jagung belum diketahui secara pasti. Menurut Barbieri et al (2000), faktor iklim mempengaruhi produksi jagung pada jarak tanam yang berbeda. Dengan curah hujan yang lebih banyak akan menghasilkan produksi jagung lebih tinggi pada jarak yang lebih sempit. Namun, berbeda halnya oleh Westgate (1997)
5
yaitu jarak tanam tidak memberikan pengaruh pada produksi jagung karena tergantung pada intersepsi radiasi sinar matahari. Dengan jarak tanam yang lebih sempit akan meningkatkan kerapatan populasi jagung yang diharapkan mampu meningkatkan produksi per satuan luas lahan. Kerapatan tanam harus diatur dengan jarak tanam sehingga tidak terjadi persaingan antar tanaman, mudah memeliharanya dan mengurangi biaya. Kerapatan tanaman mempengaruhi penampilan dan produksi tanaman, terutama karena koefisien penggunaan cahaya. Tanaman memberikan respon dengan mengurangi ukuran baik pada seluruh tanaman maupun pada bagian-bagian tertentu (Setyati, 1983). Sehingga perlu diperhatikan ada kemungkinan akan terjadi penurunan hasil karena produksi per tanaman akan menurun. Jumlah populasi tanaman per hektar merupakan faktor penting untuk mendapatkan hasil maksimal. Produksi maksimal dicapai bila menggunakan jarak tanam yang sesuai. Semakin tinggi tingkat kerapatan suatu pertanaman mengakibatkan semakin tinggi tingkat persaingan antar tanaman dalam hal mendapatkan unsur hara dan cahaya. Liu et al (2004) menyatakan jika peningkatan populasi masih di bawah peningkatan kompetisi maka peningkatan produksi akan tercapai pada populasi yang lebih padat. Sistem jarak tanam mempengaruhi cahaya, CO2,, angin dan unsur hara yang diperoleh tanaman sehingga akan berpengaruh pada proses fotosintesa yang pada akhirnya memberikan pengaruh yang berbeda pada parameter pertumbuhan dan produksi jagung (Barri, 2003). Jarak yang lebih sempit mampu meningkatkan produksi per luas lahan dan jumlah biji namun menurunkan bobot biji (Maddonni et al, 2006). Sedangkan menurut Liu et al (2004) variasi jarak tanam berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun, tinggi tanaman, indeks luas daun , indeks panen serta jumlah tongkol namun berpengaruh nyata terhadap produksi per
6
ha. Peningkatan produksi akibat pengurangan jarak juga didapatkan oleh Andrade et al (2002) yaitu ketika jarak antar tanaman berkurang, persentase peningkatan produksi per lahan secara nyata ditentukan oleh persentase peningkatan intersepsi cahaya matahari. Dari hasil penelitian yang dilakukan Simamora (2007), perlakuan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap hasil jagung perplot. Jarak tanam 60 cm x 25 cm (3512,86 g) memberikan hasil lebih besar dibandingkan 75 cm x 25 cm (2853,33 g) dan 90 cm x 25 cm (2474,67 g). Jarak tanam yang semakin renggang akan menyebabkan penurunan hasil sebesar 15% pada jarak tanam 75 cm x 25 cm dan 29% pada jarak tanam 90 cm x 25 cm. Besarnya produksi dipengaruhi oleh jumlah populasi tanaman. Untuk meningkatkan hasil biji tanaman jagung salah satunya adalah dapat dilakukan dengan penambahan tingkat kerapatan tanaman persatuan luas. Jarak tanam yang lebih renggang menghasilkan hasil yang lebih besar per tanaman, namun pada jarak tanam yang lebih sempit sampai batas tertentu akan menghasilkan hasil
lebih besar. Perlakuan 60 cm x 25 cm belum menimbulkan
persaingan yang nyata antar tanaman jagung sehingga hasilnya lebih besar dibandingkan dengan perlakuan jarak tanam 75 cm x 25 cm dan 90 cm x 25 cm. Kompetisi Kompetisi berasal dari kata competere yang berarti mencari atau mengejar sesuatu yang secara bersamaan dibutuhkan oleh lebih dari satu pencari. Persaingan (kompetisi) timbul dari reaksi tanaman pada faktor fisik dan pengaruh faktor yang dimodifikasikan pada pesaing-pesaingnya. Dua tanaman meskipun tumbuh berdekatan, tidak akan saling bersaing bila bahan yang diperebutkan jumlahnya berlebihan. Kehadiran gulma di sekitar tanaman budidaya tidak dapat di elakkan,
7
terutama bila lahan pertanaman tersebut tidak dikendalikan. Sebagai tumbuhan, gulma juga memerlukan persyaratan tumbuh seperti halnya tanaman lain, membutuhkan cahaya, nutrisi, air, gas CO2 dan gas lainnya serta ruang. Persyaratan tumbuh yang sama atau hampir sama bagi gulma dan tanaman dapat mengakibatkan terjadinya asosiasi gulma di sekitar tanaman budidaya. Gulma yang berasosiasi akan saling memperebutkan bahan-bahan yang dibutuhkannya, bila jumlahnya sangat terbatas bagi kedua tanaman (Moenandir, 1993). Gulma dan tanaman saling bersaing dalam menyerap unsur hara terutama nitrogen, dan karena nitrogen dibutuhkan dalam jumlah yang banyak, maka unsur ini lebih cepat habis terpakai. Gulma menyerap lebih banyak unsur hara daripada pertanaman. Pada bobot kering yang sama, gulma mengandung kadar nitrogen dua kali lebih banyak daripada jagung; fosfat 1,5 kali lebih banyak; kalium 3,5 kali lebih banyak; kalsium 7,5 kali lebih banyak dan magnesium lebih dari 3 kali (http://fp.uns.ac.id/~hamasains/dasarperlintan-4.htm, 2006). Tingkat persaingan antara tanaman dan gulma bergantung pada empat faktor yaitu stadia pertumbuhan tanaman, kepadatan gulma, tingkat cekaman air dan hara serta spesies gulma. Jika dibiarkan, gulma berdaun lebar dan dan rumputan dapat secara nyata menekan pertumbuhan dan perkembangan jagung. Gulma menyaingi tanaman terutama dalam memperoleh air, hara dan cahaya. Tanaman jagung sangat peka terhadap tiga faktor ini selama periode kritis antara stadia V3 dan V8, yaitu stadia pertumbuhan jagung di mana daun ke-3 dan ke-8 telah terbentuk. Sebelum stadia V3, gulma hanya menganggu tanaman jagung jika gulma tersebut lebih besar dari tanaman jagung atau pada saat tanaman mengalami cekaman kekeringan. Antara stadia V3-V8, tanaman jagung membutuhkan periode yang tidak tertekan oleh gulma. Setelah V8 hingga matang, tanaman telah cukup besar sehingga
8
menaungi dan menekan pertumbuhan gulma. Pada stadia lanjut, gulma dapat mengakibatkan kerugian jika terjadi cekaman air dan hara, atau gulma tumbuh pesat dan menaungi tanaman (Lafitte, 1994). Pengendalian Gulma Tanaman memerlukan penyiangan sempurna untuk mencegah pertumbuhan gulma. Penyiangan yang tepat dilakukan sebelum gulma menghambat penyerapan zat-zat makanan dari tanah. Penundaan penyiangan sampai gulma berbunga menyebabkan pembongkaran akar gulma tidak maksimum dan gagal mencegah tumbuhnya biji-biji gulma yang viabel sehingga memberi kesempatan untuk perkembangbiakan dan penyebarannya. Kompetisi (Sukman dan Yakup, 1995). Hal ini diperlihatkan oleh Tanveer et al (1999) yaitu waktu kompetisi berpengaruh nyata terhadap jumlah biji per tongkol, bobot 1000 biji jagung serta produksi per ha tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah tanaman bertongkol dua. Pengendalian gulma pada saat jagung masih muda
(20 hari setelah tanam) memberikan hasil
terbaik pada semua parameter tersebut. Dalam pertumbuhan tanaman terdapat selang waktu tertentu dimana tanaman sangat peka terhadap persaingan gulma. Keberadaan atau munculnya gulma pada periode waktu tertentu dengan kepadatan yang tinggi yaitu tingkat ambang kritis akan menyebabkan penurunan hasil secara nyata. Periode waktu dimana tanaman peka terhadap persaingan dengan gulma dikenal sebagai periode kritis. Dalam periode kritis, adanya gulma yang tumbuh di sekitar tanaman harus dikendalikan agar tidak menimbulkan pengaruh negatif terhadap pertumbuhan dan hasil akhir tanaman. Persaingan gulma terhadap pertanaman terjadi dan nyata 25 – 33 %
9
pertama
pada
siklus
hidupnya
atau
¼
-
1/3
dari umur
pertanaman.
(http://fp.uns.ac.id/~hamasains/dasarperlintan-4.htm, 2006). Berbagai metode pengendalian gulma dilakukan untuk mengurangi penurunan produksi jagung akibat persaingan dengan gulma. Chikoye et al (2005) melakukan penelitian dengan menggunakan metode jarak tanam serta peyemprotan glifosat dalam mengendalikan gulma. Dan hasilnya metode jarak tanam serta peyemprotan glifosat berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan produksi jagung per luas lahan. Jarak tanam yang lebih dekat memberi tinggi tanaman dan produksi yang lebih besar dibandingkan jarak yang lebih lebar. Dan penyemprotan glifosat mampu menekan keberadaan gulma pada pertanaman jagung sehingga tinggi tanaman serta produksi jagung lebih besar dibandingkan pertanaman jagung tanpa penyemprotan glifosat. Respon yang diberikan jagung terhadap metode pengendalian gulma yang diuji oleh Chikoye et al (2005) disebabkan oleh tanggapan gulma pada pertanaman tersebut. Pada jarak tanam yang lebih sempit didapatkan biomassa gulma lebih kecil dibandingkan biomassa pada jarak tanam yang lebih lebar. Hal yang sama juga diperlihatkan pada penyemprotan glifosat yang ternyata mampu menekan biomassa gulma hingga mencapai 18.7%. Tanveer et al (1999) mendapatkan hasil yang berbeda yaitu jarak tanam berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering gulma. Dalam penelitiannya, waktu pengendalian gulma yang mampu memberi pengaruh nyata terhadap bobot kering gulma. Karena secara umum, bobot kering gulma akan mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan waktu kompetisi antara gulma dengan tanaman. Penelitian oleh Donald (1997-1998), tentang berbagai metode pengendalian gulma pada lahan kacang kedelai, dilakukan beberapa metode yaitu pembabatan
10
gulma antar barisan, pembabatan gulma secara keseluruhan, gulma dibiarkan tumbuh serta dengan aplikasi herbisida pada barisan. Didapatkan hasil tanaman lebih baik pada pembabatan gulma antar barisan dibandingkan metode lainnya. Keuntungan pembabatan antara lain karena mampu mencegah erosi akibat hujan. Penggunaan herbisida pada barisan juga memberikan hasil yang baik terhadap pengendalian gulma. Dengan herbisida gulma tahunan yang masih kecil dapat dikendalikan, tidak seperti metode pembabatan. Pengaplikasian herbisida pada barisan juga mampu mengurangi penggunaan herbisida mejadi 50 %. Dari hasil identifikasi gulma, didapatkan lebih banyak gulma yang tumbuh di antara barisan dibandingkan di dalam barisan. Karena dengan adanya cahaya yang mencapai tanah mampu mendukung perkecambahan bibit gulma. Karena dengan semakin lebarnya kanopi kedelai mampu menekan pertumbuhan gulma di bawahnya (Donald, 2000). Herbisida Pengendalian gulma dengan menggunakan senyawa kimia sangat diminati, terutama untuk lahan pertanian yang cukup luas. Senyawa kimia yang digunakan sebagai pengendalian gulma dikenal dengan nama herbisida. Penggunaan herbisida diupayakan agar tidak memberi pengaruh negatif pada itulah diupayakan mencari senyawa-senyawa
tanaman budidaya, karena
yang bersifat selektif dan cara serta
waktu pengaplikasian yang tepat (Sukman dan Yakup, 1995). Herbisida kontak adalah herbisida yang dikenal karena mengakibatkan efek seperti terbakar yang langsung dapat dilihat beberapa jam setelah aplikasi, terutama pada penggunaan dengan kadar tinggi, seperti asam sulfat 70 %, besi sulfat 30 %, tembaga sulfat 40 %. Paraquat, sebagai herbisida kontak, molekulnya dapat menghasilkan hydrogen peroksida radikal yang dapat memecah membran sel yang
11
menyebabkan seluruh sel rusak. Herbisida kontak merusak bagian tumbuhan yang terkena langsung dan tidak ditranslokasi ke bagian lain ( Moenandir, 1988 ). Herbisida bersifat kontak; berarti herbisida ini hanya mematikan bagian hijau tumbuhan yang terkena semprotan. Herbisida ini cocok untuk mengendalikan gulma setahun karena bila terkena akan menyebabkan mati keseluruhan. Sedangkan gulma tahunan bila terkena herbisida ini hanya seperti dibabat bagian atasnya karena perakarannya tidak mati contoh : herbisida Paraquat ( Gromoxone ). Kerjanya mengahambat proses photosystem I pada fotosintesis. Herbisida kontak ada 2 yaitu : herbisida kontak selektif dan hebisida kontak non selektif. Bersifat sistemik; berarti herbisida yang diberikan pada tumbuhan ( gulma ) setelah diserap oleh jaringan daun kemudian ditranslokasikan keseluruh bagian tumbuhan tersebut misalnya titik tumbuh, akar, rimpang dan lain-lain sehingga tumbuhan / gulma tersebut akan mengalami kematian total. Contoh: Glyphosate ( Roundup ). Cara kerjanya menghambat sintesa protein dan metabolisme asam amino ( Triharso, 1995 ). Herbisida berbahan aktif glifosat, paraquat, dan 2,4-D banyak digunakan petani, sehingga banyak formulasi yang menggunakan bahan aktif tersebut. Glifosat yangdisemprotkan ke daun efektif mengendalikan gulma rumputan tahunan dan gulma berdaun lebar tahunan, gulma rumput setahun, dan gulma berdaun lebar. Senyawa glifosat sangat mobil, ditranslokasikan ke seluruh bagian tanaman ketika diaplikasi pada daun, dan cepat terurai dalam tanah. Gejala keracuna berkembang lambat dan terlihat 1-3 minggu setelah aplikasi (Klingman, 1975). Herbisida
pascatumbuh
yang
cukup
luas
penggunaannya
untuk
mengendalikan gulma pada pertanaman jagung adalah paraquat (1,1 dimethyl-4,4 bypiridinium) yang merupakan herbisida kontak nonselektif. Setelah penetrasi ke dalam daun atau bagian lain yang hijau, bila terkena sinar matahari, molekul
12
herbisida ini bereaksi menghasilkan hidrogen peroksida yang merusak membran sel dan seluruh organ tanaman, sehingga tanaman seperti terbakar. Herbisida ini baik digunakan untuk mengedalikan gulma golongan rumputan dan berdaun lebar. Paraquat merupakan herbisida kontak dan menjadi tidak aktif bila bersentuha dengan tanah. Paraquat tidal ditranslokasikan ke titik tumbuh, residunya tidak tertimbun
dalam
tanah
(Tjitrosoedirdjo, 1984).
dan
tidak
diserap
oleh
akar
tanaman
13
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan di desa Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang pada tanah dengan kandungan unsur hara Nitrogen (0.22 %), Posfor (39.15 ppm), Kalium (0.69 %), bahan organik (1.99 %) serta pH (6.10). Sebelum dilakukan penelitian, lahan tersebut digunakan sebagai peternakan ayam, lalu ditanami kedondong yang ditumpangsarikan dengan jagung manis. Penelitian dimulai akhir Juni 2008 sampai awal Oktober 2008 dengan kondisi curah hujan yang cukup tinggi (Lampiran 37 dan 38). Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih
jagung
varietas DK3, glifosat (Round-Up), paraquat (Gromoxoe), Nitrogen (Urea), Posfor (SP-36), Kalium (KCl), insektisida (Decis 2,5 EC).
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah traktor, cangkul, sabit kecil, knapsack, meteran, beaker glass, timbangan analitik, tugal, pacak sampel, label, tali plastik, ember, pisau, plakat nama, alat tulis dan kalkulator serta peralatan lain yang
mendukung pelaksanaan penelitian ini. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Petak Terpisah faktorial dengan dua faktor perlakuan, yaitu :
14
Faktor I
: Sistem Jarak Tanam (J) sebagai main plot dengan 3 perlakuan : J1 = Sistem satu baris (60 cm x 25 cm) J2 = Sistem dua baris (25 cm x 25 cm, jarak Baris berikutnya 60 cm) J2 = Sistem baris segitiga ( 25 cm x 25 cmx 25 cm, jarak dengan baris segitiga berikutnya 60 cm)
Faktor II
: Metode pengendalian gulma (G) sebagai sub plot dengan 5 perlakuan yaitu : G1 = tanpa pengendalian gulma (kontrol TP) G2 = bebas gulma sepanjang musim tanam (kontrol BG) G3 = pengendalian gulma secara manual umur 2 MST (manual) G4 = disemprot dengan glifosat umur 4 MST (glifosat) G5 = disemprot dengan paraquat umur 4 MST (paraquat)
Sehingga diperoleh kombinasi perlakuan yaitu : J1G1
J1G2
J1G3
J1G4
J1G5
J2 G1
J2G2
J2G3
J2G4
J2G5
J3G1
J3G2
J2G3
J2G4
J2G5
Jumlah ulangan
: 3 ulangan
Jumlah plot utama
: 9 plot
Jumlah sub plot
: 45 plot
Ukuran plot utama
: 275 cm x 1375 cm
Ukuran sub plot
: 275 cm x 275 cm
Jarak antar plot utama
: 70 cm
Jarak antar sub plot
: 50 cm
Jarak antar blok
: 100 cm
15
Jumlah tanaman sampel per plot
: 10 tanaman
Data hasil penelitian dianalisis dengan sidik ragam berdasarkan model linier yaitu: Yijk
= μ + ρi + αj + dij + βk + (αβ)jk + εijk
Yijk
= Hasil pengamatan pada blok ke-i akibat sistem jarak tanam perlakuan ke-j dan metode pengendalian gulma perlakuan ke -k
μ
= Nilai tengah
ρi
= Pengaruh blok Ke-i
αj
= Pengaruh sistem jarak tanam perlakuan ke-j
dij
= Galat pengaruh sistem jarak tanam perlakuan ke-j
βk
= Pengaruh metode pengendalian gulma perlakuan ke -k
αβ)jk
= Pengaruh interaksi sistem jarak tanam perlakuan ke-j dengan metode pengendalian gulma perlakuan ke -k
εijk
= Galat percobaan pengaruh metode pengendalian gulma perlakuan ke-k
Hasil sidik ragam nyata diuji dengan uji beda rataan berdasarkan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) dengan taraf 5%.
16
PELAKSANAAN PENELITIAN
Persiapan Lahan Lahan yang digunakan untuk penelitian diolah dengan menggunakan traktor kecil dengan kedalaman olah tanah 15-25 cm. Pengolahan dilakukan hingga tanah menjadi gembur, rata dan bersih dari sisa-sisa gulma dan perakaran. Dibuat plot-plot percobaan dengan ukuran 275 cm x 275 cm dengan jarak antar plot 70 cm.
Penanaman Penanaman dilakukan dengan menugal sedalam 3 – 5 cm. Jarak antar lubang ditentukan sesuai dengan perlakuan pola tanam. Pada sistem satu baris menggunakan jarak tanam 60 cm x 25 cm, sistem dua baris menggunakan jarak 25 cm x 25 cm, sedangkan pada sistem baris segitiga berjarak 25 cm x 25 x 25 cm (Gambar 1). Setiap lubang ditanam satu biji jagung lalu ditutup dengan tanah. Jagung ditanam dengan barisan tegak lurus dengan arah matahari terbit.
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x x
x x
x
x x
x x
x
x x
x x
x
x x
x
x
x x
x
x
x
x x
x x
x x
x
x
x
x x
x
x
x x
x
x
x x
x
x
x
x x
x x
x
x
x
x
x
x x
x
x x
x x
x x
x
a b c Gambar 1. Bagan Sistem Jarak Tanam: a. Satu baris, b. Dua baris, c. Baris segitiga (ket: {= 25 cm, = 60 cm)
x
17
Pemeliharaan Tanaman Penyulaman Penyulaman dilakukan saat tanaman berumur 1 MST. Penyulaman dilakukan
dengan menanam benih jagung pada lubang tanam yang tanamannya tidak tumbuh atau pertumbuhanya tidak baik. Pemupukan
Pupuk yang diberikan yaitu 135 Kg N/Ha, 36 Kg P2O5 /Ha dan 25 Kg K2O/Ha (Warisno, 1998). Dosis pemupukan dikonversikan dalam 300 Kg Urea/Ha, 100 Kg SP-36/ Ha dan 50 Kg KCl. Pemberian Nitrogen dibagi atas tiga tahap, dimana diberikan 1/3 bagian dari dosis pada masing-masing tahap berturut-turut pada saat tanam, umur 4 MST dan 8 MST. Sedangkan pupuk P dan K diberikan seluruhnya pada saat tanam. Pemupukan dilakukan dengan cara menabur pada lubang yang dibuat sedalam 5 cm dengan jarak 5 cm dari lubang tanam lalu ditutup dengan tanah.
Penyiraman Selama penelitian tidak dilakukan penyiraman karena curah hujan yang cukup tinggi. Pengendalian Gulma Pengendalian gulma dilakukan dengan beberapa metode. Metode yang digunakan adalah tanpa pengendalian gulma (kontrol), bebas gulma sepanjang musim (kontrol), secara manual dengan menggunakan sabit pada tanaman umur 2 MST, disemprot dengan glifosat (2 L Round-up/ha) saat umur tanaman 4 MST, dan disemprot paraquat (3 L Gromoxone/ ha) saat tanaman umur 4 MST. Pengendalian kimia dengan alat semprot punggung.
18
Pengendalian Hama dan Penyakit Pengendalian hama dilakukan dengan penyemprotan insektisida
Decis
2,5 EC dosis 0,5 cc/liter air saat malai tanaman jagung mulai mekar karena ada serangan kutu pada malai. Selama penelitian tidak terjadi serangan penyakit sehingga tidak dilakukan penyemprotan fungisida. Panen
Jagung dipanen pada umur 14 MST saat warna kelobot telah berubah warna menjadi kuning dan biji telah keras. Cara panen jagung adalah dengan mematahkan tangkai tongkol jagung. Pengeringan dan Pemipilan Setelah panen, dilakukan pengeringan brangkasan dan tongkol jagung selama tiga hari di bawah sinar matahari langsung. Penjemuran dilakukan di atas seng yang dihamparkan di bawah sinar matahari. Kemudian dilakukan pemipilan tongkol dengan tangan. Parameter Tinggi Tanaman Tinggi tanaman diukur mulai dari leher akar hingga ujung daun tertinggi dengan menggunakan meteran. Pengukuran pertama dilakukan umur 2 MST dengan interval dua minggu sekali hingga muncul bunga jantan sebanyak 75 %. Jumlah Klorofil Daun Jagung Jumlah klorofil daun jagung dihitung dengan menggunakan alat pengukur klorofil (merek Minolta). Daun yang dihitung jumlah klorofilnya adalah daun yang
19
paling tengah. Pengukuran dilakuan pada bagian pangkal, tengah dan ujung daun lalu diratakan. Pengukuran dilaksanakan pada saat tanaman mulai berbunga (7 MST). Umur berbunga Umur berbunga ditentukan pada saat bunga jantan setiap tanaman muncul. Dicatat umur berbunga setiap hari dimulai sejak bunga pertama keluar sampai dengan tanaman per plot berbunga sebanyak 75 %. Persentase Jumlah Tanaman Bertongkol dua per plot Tanaman yang dihitung adalah tanaman keseluruhan dalam plot kecuali tanaman pada barisan terluar. Tanaman yang dihitung adalah tanaman yang mengeluarkan dua tongkol.
Bobot 100 Biji per plot Biji dikeringkan dan dipipil lalu secara acak diambil 100 biji per plot dan ditimbang. Nilai Indeks Panen Nilai indeks panen dihitung dengan membagikan bobot biji pipilan kering per tanaman dengan bobot brangkasan kering per tanaman. Produksi Per Tanaman Biji dipipil setelah dikeringkan. Produksi pipilan kering per tanaman dihitung dengan menimbang biji pipilan masing-masing tanaman. Produksi Per Hektar Produksi pipilan kering per hektar merupakan proyeksi dari produksi pipilan kering per tanaman yaitu dengan mengalikan produksi per tanaman dengan populasi tanaman jagung per hektar dengan ketentuan: - Populasi tanaman per hektar pada sistem tanam J1 = 60.000 tanaman
20
- Populasi tanaman per hektar pada sistem tanam J2 = 93.600 tanaman - Populasi tanaman per hektar pada sistem tanam J3 = 97.478 tanaman Persentase Kerusakan Jagung
Gejala pengamatan berupa adanya bercak kecoklatan seperti terbakar dan daun kekuningan. Gejala yang muncul diamati untuk mengetahui sejauh mana herbisida dapat mempengaruhi tanaman jagung. Pengamatan dilakukan sebanyak dua tahap dan disesuaikan dengan jenis herbisida yang diaplikasikan. Tahap I, pengamatan satu minggu setelah penyemprotan untuk perlakuan paraquat dan dua minggu setelah penyemprotan untuk perlakuan glifosat. Tahap II,
pengamatan
dilakukan dua minggu setelah penyemprotan untuk paraquat sedangkan untuk glifosat dilakukan pengamatan pada tiga minggu setelah penyemprotan. Persentase kerusakan dihitung dengan membagi jumlah daun yang rusak dengan jumlah seluruh daun tanaman tersebut lalu dikali 100 % seperti rumus berikut :
% Kerusakan =
daun yang rusak × 100% jumlah seluruh daun
Persentase PemulihanTanaman Jagung (%) Pemulihan tanaman dari kerusakan akibat herbisida diamati pada setiap tanaman. Pengamatan akibat paraquat dilakukan dua minggu setelah penyemprotan sedangkan pengamatan pemulihan dari kerusakan akibat glifosat dilakukan 3 minggu setelah penyemprotan. Persentase pemulihan dihitung dengan pengurangan persentase
kerusakan tahap I dengan persentase kerusakan tahap II. Gulma dalam Barisan Jenis gulma dalam barisan diidentifikasi dengan membuat petak contoh pada setiap plot ukuran 25 cm x 50 cm pada area dalam barisan tersebut. Pengamatan
21
dilakukan sebelum penyiangan dan bersamaan dengan panen. Jenis dan populasi gulma diidentifikasi lalu dihitung Nilai Jumlah Dominasi (NJD) dengan rumus sebagai berikut
SDR =
KN + FN + BK 3
Keterangan: KN = Kerapatan Nisbi, diperoleh dengan membagikan Kerapatan Mutlak terhadap jumlah semua spesies dikali 100% FN = Frekwensi Nisbi, diperoleh dengan membagikan Frekwensi Nisbi mutlak terhadap jumlah Nilai Frekwensi Mutlak semua jenis spesies dikali 100 % BK= Bobot kering gulma Gulma antar Barisan Jenis gulma antar barisan diidentifikasi dengan membuat petak contoh pada setiap plot ukuran 25 cm x 50 cm pada area antar barisan tersebut.
Pengamatan
dilakukan sebelum penyiangan dan bersamaan dengan panen. Jenis dan populasi gulma diidentifikasi dihitung Sum Dominan Ratio (SDR). Bobot kering Gulma dalam Barisan Jenis gulma diidentifikasi dengan membuat petak dalam barisan pada setiap plot dengan ukuran 25 cm x 50 cm (Gambar 1) kemudian dipotong pangkal batang gulma yang tumbuh pada petak tersebut. Kemudian gulma dikeringkan dan ditimbang tiap jenisnya. Pengamatan dilakukan pada saat tanaman jagung dipanen. Bobot kering Gulma antar Barisan (g) Jenis gulma diidentifikasi dengan membuat petak antar barisan pada setiap plot dengan ukuran 25 cm x 50 cm (Gambar 2) kemudian dipotong pangkal batang gulma yang tumbuh pada petak tersebut. Kemudian gulma dikeringkan dan ditimbang tiap jenisnya. Pengamatan dilakukan pada saat tanaman jagung dipanen.
22
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Tinggi Tanaman Tinggi tanaman jagung umur 2, 4, 6, dan 8 MST pada sistem jarak tanam dan pengendalian gulma yang berbeda ditampilkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Rataan Tinggi Tanaman Jagung umur 2, 4, 6 dan 8 MST Waktu Peng. Jarak Tanam Rataan Pengamatan Gulma Satu baris Dua baris Baris segitiga ---------------------------------cm--------------------------Kontrol TP 54.96 54.43 55.05 54.81 Kontrol BG 55.04 55.85 55.25 55.38 2 MST Manual 54.99 56.67 54.37 55.34 Glifosat 54.14 55.25 54.13 54.51 Paraquat 54.68 55.57 55.86 55.37 Rataan 54.76 55.56 54.93 Kontrol TP 108.09 106.88 107.00 107.32 Kontrol BG 112.25 109.98 110.27 110.83 4 MST Manual 109.65 107.97 108.50 108.71 Glifosat 108.32 106.98 106.29 107.20 Paraquat 108.40 106.35 106.15 106.97 Rataan 109.34 107.63 107.64 Kontrol TP 173.07 172.00 173.00 172.69 Kontrol BG 186.63 186.43 186.03 186.37 6 MST Manual 186.47 185.40 185.90 185.92 Glifosat 185.87 184.03 184.07 184.66 Paraquat 185.30 183.77 183.63 184.23 Rataan 183.47 182.33 182.53 Kontrol TP 262.26 259.43 259.6 260.43 Kontrol BG 269.80 262.36 262.13 264.76 8 MST Manual 269.73 261.90 261.63 264.42 Glifosat 267.80 261.60 260.30 263.23 Paraquat 267.23 261.90 259.70 262.94 Rataan 267.36 a 261.44 b 260.67 b Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang tidak sama pada kolom dan kelompok perlakuan yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% menurut Uji Beda Nyata Terkecil (BNT)
b a ab b b b a a a a b a a ab ab
23
Sistem jarak tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman jagung pada pengamatan 8 MST tetapi tidak berbeda nyata pada umur 2, 4 dan 6 MST. Berbeda halnya dengan pengendalian gulma yang berpengaruh nyata terhadap tinggi jagung sejak umur 4, 6, hingga 8 MST. Pada Tabel 1 diperlihatkan bahwa tidak ada interaksi antara sistem jarak tanam dengan metode pengendalian gulma terhadap tinggi jagung. Sistem jarak tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi jagung 8 MST. Tinggi tanaman tertinggi dijumpai pada perlakuan satu baris (60 cm x 25 cm) sebesar 267,36 cm yang berbeda nyata dengan sistem dua baris serta baris segitiga. Tidak ada perbedaan signifikan tinggi tanaman pada dua baris dengan baris segitiga. Tinggi tanaman pada kedua sistem jarak tanam tersebut berkisar antara 260.7 cm – 261.4 cm. Pengaruh sistem jarak tanam terhadap tinggi jagung umur 8 MST
Tinggi Tanaman (cm)
ditampilkan pada Gambar 2.
270
267.36
265
261.44
260.67
Dua baris
Baris segitiga
260 255 250 Satu baris
Sistem Jarak Tanam
Gambar 3. Pengaruh Sistem Jarak Tanam Terhadap Tinggi Tanaman 8 MST Pengendalian gulma berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman baik pada umur jagung 2, 4, 6 hingga 8 MST jika dibandingkan dengan tinggi tanaman tanpa pengendalian gulma. Pengaruh sistem jarak tanam dan metode pengendalian gulma ditampilkan pada Gambar 3.
Tinggi Tanaman (cm)
24
270 265
264.76
264.42
263.23
262.94
Glifosat
Paraquat
260.43
260 255 250 Kontrol TP Kontrol BG
Manual
Metode Pengendalian Gulma
Gambar 3. Pengaruh Metode Pengendalian Gulma Terhadap Tinggi Tanaman 8 MST Masing-masing metode pengendalian memperlihatkan tinggi tanaman yang tidak berbeda nyata. Tinggi tanaman pada pengendalian manual, disemprot glifosat dan disemprot paraquat memberikan peningkatan tinggi tanaman berkisar 1.49 cm 3.99 cm jika dibandingkan dengan tinggi tanaman yang bebas gulma sepanjang musim. Jumlah Klorofil Daun Jagung Jumlah klorofil daun jagung pada sistem jarak tanam dan pengendalian gulma yang berbeda ditampilkan pada Tabel 2.
Tabel 2. Rataan Jumlah klorofil daun jagung Peng. Jarak Tanam Rataan Gulma Satu baris Dua baris Baris segitiga --------------------------------unit/mm3--------------------------------Kontrol TP 50.09 54.93 51.09 52.04 Kontrol BG 49.51 48.95 41.61 46.69 Manual 53.37 51.31 48.77 51.15 Glifosat 51.74 52.70 55.53 53.32 Paraquat 49.85 47.55 48.79 48.73 Rataan 50.91 51.09 49.16 Sistem jarak tanam, metode pengedalian gulma serta interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah klorofil daun jagung.
25
Umur Berbunga Umur berbunga pada sistem jarak tanam dan pengendalian gulma yang berbeda ditampilkan pada Tabel 3.
Tabel 3. Rataan Umur Berbunga Jagung Peng. Jarak Tanam Rataan Gulma Satu baris Dua baris Baris segitiga ---------------------------HST---------------------------Kontrol TP 50.50 50.33 49.73 50.19 Kontrol BG 49.83 49.17 49.93 49.64 Manual 49.83 48.70 49.27 49.27 Glifosat 50.03 49.43 49.97 49.81 Paraquat 50.03 49.03 49.77 49.61 Rataan 50.05 49.33 49.73 Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang tidak sama pada kolom dan
c ab a bc ab
kelompok perlakuan yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% menurut Uji Beda Nyata Terkecil (BNT)
Sistem jarak tanam berpengaruh tidak nyata terhadap umur berbunga. Namun, pengendalian gulma memberikan pengaruh yang nyata terhadap umur berbunga jagung. Metode pengendalian manual memberikan umur berbunga tercepat ( 49.27 HST) tetapi tidak berbeda nyata dengan metode disemprot paraquat (49.61 HST). Sedangkan umur berbunga terlama pada metode disemprot glifosat (49.81 HST). Pengaruh metode pengendalian gulma terhadap umur berbunga
Umur Berbunga (HST)
ditampilkan pada Gambar 4.
50.5 49.75
50.19 49.64
49.81 49.27
49.61
49 48.25
0 47.5
Kontrol TP Kontrol BG Manual Glifosat Metode Pengendalian Gulma
Paraquat
Gambar 4. Pengaruh Metode Pengendalian Gulma Terhadap Umur Berbunga
26
Metode pengendalian manual dan disemprot paraquat memberikan umur berbunga yang tidak berbeda dengan umur berbunga pada jagung bebas gulma, namun berbeda dengan umur berbunga jagung tanpapengendalian gulma. Bobot 100 Biji Perplot Bobot 100 biji pada sistem jarak tanam dan pengendalian gulma yang berbeda ditampilkan pada Tabel 4.
Tabel 4. Rataan Bobot 100 Biji Rataan Peng. Jarak Tanam Gulma Satu baris Dua baris Baris segitiga ----------------------------------g-----------------------------------Kontrol TP 24.88 24.51 24.88 24.51 b Kontrol BG 27.07 25.74 27.07 25.74 a Manual 26.76 25.80 26.76 25.80 a Glifosat 26.47 25.09 26.47 25.09 a Paraquat 25.80 25.78 25.80 25.78 a Rataan 26.20 25.38 26.20 25.38 Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang tidak sama pada kolom dan kelompok perlakuan yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% menurut Uji Beda Nyata Terkecil (BNT)
Sistem jarak tanam berpengaruh tidak nyata terhadap bobot 100 biji, namun pengendalian gulma berpengaruh nyata terhadap parameter ini. Bobot 100 biji pada masing-masing metode pengendalian berbeda tidak nyata terhadap bobot 100 biji perlakuan bebas gulma. Bobot 100 biji pada tanaman yang dilakukan pengendalian gulma berkisar 25.09 g – 25.80 g. Sedangkan bobot 100 biji pada jagung tanpa pengendalian gulma sebesar 24.51 g. Pengaruh metode pengendalian gulma terhadap bobot 100 biji ditampilkan pada Gambar 5.
27
Bobot 100 Biji (g)
26.5
26.18
26.1
25.75 25
25.55
25.68
Glifosat
Paraquat
24.67
24.25 23.5
0
Kontrol TP Kontrol BG Manual
Metode Pengendalian Gulma
Gambar 5. Pengaruh Metode Pengendalian Gulma Terhadap Bobot 100 Biji Produksi Per Tanaman Pengaruh sistem jarak tanam dan metode pegendalian gulma terhadap produksi per tanaman ditampilkan pada Tabel 5. Tabel 5. Rataan Produksi Pertanaman Peng. Jarak Tanam Rataan Gulma Satu baris Dua baris Baris segitiga --------------------------g----------------------Kontrol TP 200.20 190.65 192.42 194.42 c Kontrol BG 235.80 220.27 225.19 227.09 a Manual 230.75 210.46 220.31 220.51 a Glifosat 223.12 187.00 216.58 208.90 b Paraquat 214.72 182.43 215.90 204.35 b Rataan 220.92 a 198.16 b 214.08 a Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang tidak sama pada kolom dan kelompok perlakuan yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% menurut Uji Beda Nyata Terkecil (BNT)
Sistem jarak tanam berpengaruh nyata terhadap produksi per tanaman. Produksi per tanaman pada satu baris (220.92 g) dan baris segitiga (214.08 g) berbeda nyata dengan dua baris (198.16 g). Pengaruh sistem jarak tanam terhadap produksi per tanaman jagung ditampilkan pada Gambar 6.
.
Produksi per tanaman (g)
28 230
220.92
214.08
218 206
198.16
194
0 182
Satu baris
Dua baris Baris segitiga Sistem Jarak Tanam
Gambar 6. Pengaruh Sistem Jarak Tanam Terhadap Produksi Per Tanaman Metode pengendalian gulma berpengaruh nyata terhadap produksi per tanaman. Metode pengendalian manual memberikan produksi per tanaman tertinggi (220.51 g) sedangkan penyemprotan glifosat dan paraquat memberikan produksi yang lebih rendah yaitu berkisar 204.35 g - 208.90 g. Keberadaan gulma sepanjang musim tanam mampu menurunkan produksi sebesar 14.38 %. Pengendalian gulma dengan metode manual, disemprot glifosat dan disemprot paraquat mampu menaikkan produksi per tanaman berturut-turut sebesar 11.83 %, 6.56% dan 4.86%. Pengaruh metode pengendalian gulma terhadap produksi per tanaman dapat
Produksi pertanaman (g)
dilihat pada Gambar 7.
0
227.09
230
208.90
215 200
220.51 204.35
194.42
185 170 Kontrol TPKontrol BG Manual Glifosat Paraquat Metode Pengendalian Gulma
Gambar 7. Pengaruh Metode Pengendalian Gulma Terhadap Produksi Per Tanaman Persentase Jumlah Tanaman Bertongkol Dua Per Plot Persentase jumlah tanaman bertongkol dua per plot pada sistem jarak tanam dan metode pengendalian yang berbeda ditampilkan pada Tabel 6.
29
Tabel 6. Rataan Persentase Jumlah Tanaman bertongkol dua perplot Peng. Jarak Tanam Rataan Gulma Satu baris Dua Baris Baris segitiga -------------------------------------%-----------------------------------Kontrol TP 3.70 cx(EF) 0.74 by(G) 0.64 cz(G) 1.70 Kontrol BG 18.52 ax(A) 6.67 ay(D) 10.26 az(BC) 11.81 Manual 17.28 ax(A) 6.67 ay(D) 5.77 bz(DE) 9.91 Glifosat 9.88 bx(C) 2.22 by(FG) 3.85 bcz(EF) 5.31 Paraquat 12.35 bx(B) 3.70 aby(EF) 5.77 bz(DE) 7.27 Rataan 12.35 a 4.00 b 5.26 b Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang tidak sama pada kolom dan kelompok perlakuan yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% menurut Uji Beda Nyata Terkecil (BNT). Huruf diiukuti x,y, atau z dibandingkan pada main plot masing-masing. Huruf di dalam kurung dibandigkan secara umum.
Persentase jumlah tanaman bertongkol dua per plot tertinggi dijumpai pada perlakuan satu baris (12.35 %) dan berbeda nyata dengan perlakuan dua baris (4.00%) dan baris segitiga (5.26%). Pengaruh sistem jarak tanam terhadap persentase jumlah tanaman bertongkol
% Jumlah Tanaman Jagung Bertongkol dua perplot
dua per plot ditampilkan pada Gambar 8. 16
12.35
12 8 4
4
5.26
0 Satu baris
Dua baris Baris segitiga Sistem Jarak Tanam
Gambar 8. Pengaruh Sistem Jarak Tanam Terhadap Persentase Jumlah Tanaman Jagung Bertongkol dua perplot Metode pengendalian gulma berpengaruh nyata terhadap persentase jumlah tanaman bertongkol dua per plot. Persentase tertinggi pada pengendalian manual (9.91 %) yang berbeda tidak nyata dengan bebas gulma (11.81 %). Sedangkan penyemprotan glifosat dan paraquat memberikan persentase yang lebih rendah
c a a b b
30
namun masih memberikan persentase yang lebih tinggi dibandingkan pada perlakuan tanpa pengendalian gulma yaitu berkisar 67.98% - 76.61%. Pengaruh metode pengendalian gulma terhadap persentase jumlah tanaman
% Jumlah Tanaman Jagung Bertongkol dua perplot
bertongkol dua per plot ditampilkan pada Gambar 9.
16 11.81
12 8 4
9.91 5.31
7.27
1.7
0 Kontrol TP Kontrol BG Manual Glifosat Metode Pengendalian Gulma
Paraquat
Gambar 9. Pengaruh Metode Pengendalian Gulma Terhadap Persentase Jumlah Tanaman Jagung Bertongkol dua perplot Interaksi sistem jarak tanam dan metode pengendalian gulma berpengaruh nyata terhadap persentase jumlah tanaman bertongkol dua per plot. Dalam sistem satu baris pengendalian manual memberikan persentase tertinggi sedangkan terendah diberikan perlakuan glifosat serta paraquat yang berbeda tidak nyata. Pada sistem dua baris, pengendalian manual memberikan persentase yang berbeda tidak nyata dengan pengendalian paraquat sedangkan perlakuan glifosat memberikan persentase terendah. Sedangkan pada sistem baris segitiga, pengendalian manual, glifosat dan paraquat memberikan persentase yang berbeda tidak nyata satu sama lain. Dan kombinasi perlakuan yang memberikan persentase jumlah tanaman bertongkol dua tertinggi pada perlakuan J1G2 (18.52 %) dan terendah pada perlakuan J3G1 (0.64 %). Pengaruh interaksi sistem jarak tanam dan metode pengendalian gulma terhadap persentase jumlah tanaman bertongkol dua per plot ditampilkan pada Gambar 10.
Persetase JUmlah Tanaman Bertongkol dua Per Plot (%)
31
20 15 10
Satu baris
5
Dua baris Baris segitiga
0 Kontrol TP
Kontrol BG
Manual
Glifosat
Paraquat
Metode Pengendalian Gulma
Gambar 10. Pengaruh Interaksi Sistem Jarak Tanam dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Persentase Jumlah Tanaman Bertongkol Dua Per Plot Produksi Per Hektar Produksi per hektar pada sistem jarak tanam dan pengendalian gulma yang berbeda ditampilkan pada Tabel 7.
Tabel 7. Rataan Produksi Perhektar Peng. Jarak Tanam Rataan Gulma Satu baris Dua Baris Baris segitiga -----------------------------------------ton----------------------------------------Kontrol TP 10.35 Cx(G) 15.04 by(D) 15.83 bz(CD) 13.74 Kontrol BG 12.72 ax(EF) 17.81 ay(AB) 19.03 az(A) 16.52 Manual 12.38 abx(F) 16.89 ay(BC) 18.55 az(A) 15.94 Glifosat 11.87 abx(FG) 14.69 by(D) 18.19 az(AB) 14.92 Paraquat 11.31 bcx(FG) 14.27 by(DE) 18.12 az(AB) 14.57 Rataan 11.73 c 15.74 b 17.94 a Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang tidak sama pada kolom dan kelompok perlakuan yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% menurut Uji Beda Nyata Terkecil (BNT). Huruf diiukuti x,y, atau z dibandingkan pada main plot masing-masing. Huruf di dalam kurung dibandigkan secara umum.
Produksi per hektar tertinggi dijumpai pada perlakuan sistem baris segitiga (17.94 ton) dan terendah pada sistem satu baris (11.73 ton) Pengaruh sistem jarak tanam terhadap produksi per hektar ditampilkan pada Gambar 11.
c a a b b
32
Produksi perhektar
20
17.94
15.74
15
11.73
10 5 0 Satu baris
Dua baris Baris segitiga Sistem Jarak Tanam
Gambar 11. Pengaruh Sistem Jarak Tanam Terhadap Produksi Perhektar Metode pengendalian gulma berpengaruh nyata terhadap produksi per hektar. Pengendalian manual memberikan produksi tertinggi (15.94 ton) dan berbeda tidak nyata dibandingkan produksi per ton kontrol bebas gulma. Penyemprotan glifosat dan paraquat berbeda tidak nyata serta menghasilkan produksi per hektar yang lebih rendah namun masih memberikan peningkatan hasil berkisar 6% - 8.5% dibandingkan kontrol tanpa pengendalian gulma. Pengaruh metode pengendalian gulma terhadap produksi per hektar
produksi perhektar
ditampilkan pada Gambar 12. 20 15
13.74
16.52
15.94
14.92
14.57
Glifosat
Paraquat
10 5 0 Kontrol TP Kontrol BG Manual
Metode Pengendalian Gulma
Gambar 12. Pengaruh Metode Pengendalian Gulma Terhadap Produksi Per Hektar Interaksi kedua perlakuan berpengaruh nyata terhadap produksi per hektar. Pada sistem satu baris, ketiga metode pengendalian memberikan produksi per hektar yang berbeda tidak. Pada sistem dua baris, produksi per hektar tertinggi didapat pada pengendalian manual (16.89 ton) yang tidak berbeda nyata dengan kontrol
33
bebas gulma sedangkan penyemprotan glifosat dan paraquat belum mampu memberikan produksi per hektar lebih tinggi daripada control tanpa pengenndalian gulma. Berbeda halnya dengan sistem baris segitiga, ketiga perlakuan memberikan produksi per hektar yang berbeda tidak nyata dengan kontrol bebas gulma sehingga ketiganya mampu mecegah kehilangan produksi per hektar berkisar 14.46 ton – 17.18 %. Pengaruh interaksi sistem jarak tanam dan metode pengendalian gulma terhadap produksi per hektar ditampilkan pada Gambar 13.
produksi perhektar (ton)
20 15 10
Satu baris
5
Dua baris
0
Baris segitiga Kontrol TP Kontrol BG
Manual
Glifosat
Paraquat
Metode Pengendalian Gulma
Gambar 13. Pengaruh Sistem Jarak Tanam dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Produksi perhektar Nilai Indeks Panen Nilai indeks panen pada sistem jarak tanam dan metode pengendalian gulma yang berbeda ditampilkan pada Tabel 8.
Tabel 8. Rataan Nilai Indeks Panen Peng. Jarak Tanam Gulma Satu baris Dua baris Kontrol TP 0.86 1.01 Kontrol BG 1.01 0.83 Manual 1.32 0.97 Glifosat 0.80 0.76 Paraquat 0.81 0.90 Rataan 0.96 0.89
Baris segitiga 0.87 0.95 0.91 0.73 0.77 0.85
Rataan 0.92 0.93 1.07 0.77 0.83
34
Sistem jarak tanam dan metode pengendalia gulma berpegaruh tidak nyata terhadap nilai indeks panen jagung. Persentase Kerusakan Jagung Pengaruh sistem jarak tanam dan metode pengendalian gulma terhadap persentase kerusakan tanaman jagung ditampilkan pada tabel 9. Tabel 9. Rataan Persentase Kerusakan Tanaman Jagung Peng. Jarak Tanam (J) Rataan Gulma (G) Satu baris Dua baris Baris segitiga -----------------------------------%-----------------------------Glifosat 49.03 34.34 32.68 38.69 Paraquat 49.21 48.80 51.44 49.82 Rataan 49.12 41.58 42.06
Dari tabel 10 dapat dilihat bahwa sistem jarak tanam, metode pengendalian gulma serta interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata persentase kerusakan jagung Persentase Pemulihan Jagung Pengaruh sistem jarak tanam dan metode pengedalian gulma terhadap persentase pemulihan tanaman jagung ditampilkan pada Tabel 10. Tabel 10. Rataan Persentase Pemulihan Tanaman Jagung Peng. Jarak Tanam (J) Gulma (G) Satu baris Dua baris Baris segitiga -------------------%----------------Glifosat 38.63 18.35 18.62 Paraquat 32.77 32.57 34.41 Rataan 35.70 25.46 26.52
Rataan 25.20 33.25
Sistem jarak tanam, metode pegendalian gulma serta iteraksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap persentase pemulihan jagung.
35
Gulma Dalam Barisan Data gulma dalam barisan sebelum perlakuan dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Data Idetifikasi Gulma Dalam Barisan Sebelum Perlakuan Ipomoea triloba Euphorbia prunifolia Cleome rutidospermae Cyperus sp
Blok 1 0 0 20 0
2 2 37 0 0
3 2 4 7 49
Cyperus sp Echinochloa colonum Lantana camara Cleome rutidospermae Ipomoea triloba Euphorbia prunifolia asam-asaman Boreria latifolia Boreria laevis
7 4 0 3 1 23 0 32 7
4 13 1 7 3 12 0 43 21
26 34 9 6 1 18 1 0 0
Lantana camara Cleome rutidospermae euphorbia prunifolia Ipomoea triloba Boreria latifolia Echinochloa colonum Cyperus sp Amaranthus spinosus Axonopus compressus
11 6 6 2 5 19 2 4 1
2 3 7 2 61 2 0 0 0
10 9 8 1 3 17 6 0 0
Cyperus sp Euphorbia prunifolia Cleome rutidospermae
8 12 0
31 13 12
52 12 1
Euphorbia prunifolia Cleome rutidospermae Ipomoea triloba Lantana camara Boreria latifolia Echinochloa colonum Phillanthus niruri Axonopus compressus Cyperus sp Asam-asaman
7 1 0 2 32 17 4 0 26 0
1 7 2 4 42 23 0 0 0 0
18 3 3 4 14 8 1 1 8 1
Euphorbia prunifolia Boreria latifolia Echinochloa colonum Axonopus compressus Ageratum conyzoides Cleome rutidospermae Ipomoea triloba Cyperus sp Lantana camara Asam-asaman
7 7 12 6 4 3 10 1 1 1
7 3 7 0 0 6 8 0 12 0
26 2 5 0 0 3 3 66 2 0
Euphorbia prunifolia Cleome rutidospermae Cyperus sp
6 10 5
0 0 103
5 2 31
Euphorbia prunifolia Boreria latifolia Cyperus sp Phillanthus niruri Cleome rutidospermae Lantana camara Ipomoea triloba Asam-asaman Echinochloa colonum Clidemia hirta
37 1 21 0 0 0 0 0 9 0
19 3 13 1 14 8 1 1 0 0
14 8 0 2 1 9 4 0 22 8
Cyperus sp Cleome rutidospermae Boreria latifolia Euphorbia prunifolia Lantana camara Echinochloa colonum
12 0 39 26 1 0
65 6 0 0 0 0
48 17 6 15 7 1
Perlakuan
Jenis Gulma
J1G3 Total
J1G4
Total
J1G5
Total J2G3 Total
J2G4
Total
J2G5
Total J3G3 Total
J3G4
Total
J3G5
Total
KM
FM
KR (%)
FR (%)
SDR (%)
4 41 27 49 121 37 51 10 16 5 53 1 75 28 276 23 18 21 5 69 38 8 4 1 187 91 37 13 141 26 11 5 10 88 48 5 1 34 1 229 40 12 24 6 4 12 21 67 15 1 202 11 12 139 162 70 12 34 3 15 17 5 1 31 8 196 125 23 45 41 8 1 243
2 2 2 1 7 3 3 2 3 3 3 1 2 2 22 3 3 2 3 3 3 2 1 1 21 3 3 2 8 3 3 2 3 3 3 2 1 2 1 23 3 3 3 1 1 3 3 2 3 1 23 2 2 3 7 3 3 2 2 2 2 2 1 2 1 20 3 2 2 2 2 1 12
3.31 33.88 22.31 40.50 100 13.41 18.48 3.62 5.80 1.81 19.20 0.36 27.17 10.14 100 12.30 9.63 11.23 2.67 36.90 20.32 4.28 2.14 0.53 100 64.54 26.24 9.22 100 11.35 4.80 2.18 4.37 38.43 20.96 2.18 0.44 14.85 0.44 100 19.80 5.94 11.88 2.97 1.98 5.94 10.40 33.17 7.43 0.50 100 6.79 7.41 85.80 100 35.71 6.12 17.35 1.53 7.65 8.67 2.55 0.51 15.82 4.08 100 51.44 9.47 18.52 16.87 3.29 0.41 100
28.57 28.57 28.57 14.29 100 13.64 13.64 9.09 13.64 13.64 13.64 4.55 9.09 9.09 100 14.29 14.29 9.52 14.29 14.29 14.29 9.52 4.76 4.76 100 37.50 37.50 25.00 100 13.04 13.04 8.70 13.04 13.04 13.04 8.70 4.35 8.70 4.35 100 13.04 13.04 13.04 4.35 4.35 13.04 13.04 8.70 13.04 4.35 100 28.57 28.57 42.86 100 15.00 15.00 10.00 10.00 10.00 10.00 10.00 5.00 10.00 5.00 100 25.00 16.67 16.67 16.67 16.67 8.33 100
15.94 31.23 25.44 27.39 100 13.52 16.06 6.36 9.72 7.72 16.42 2.45 18.13 9.62 100 13.29 11.96 10.38 8.48 25.59 17.30 6.90 3.45 2.65 100 51.02 31.87 17.11 100 12.20 8.92 5.44 8.71 25.74 17.00 5.44 2.39 11.77 2.39 100 16.42 9.49 12.46 3.66 3.16 9.49 11.72 20.93 10.23 2.42 100 17.68 17.99 64.33 100 25.36 10.56 13.67 5.77 8.83 9.34 6.28 2.76 12.91 4.54 100 38.22 13.07 17.59 16.77 9.98 4.37 100
36
Dari Tabel 11, terdapat 14 spesies gulma, yang terdiri dari 10 spesies dari golongan berdaun lebar, 3 spesies dari golongan berdaun sempit dan 1 spesies golongan teki. Jumlah gulma dalam barisan sebelum perlakuan tertinggi pada perlakuan J1G4 (276 gulma) dengan didominasi Boreria latifolia. Jumlah gulma dalam barisan sebelum perlakuan terendah pada perlakuan J1G3 sebanyak 121 gulma dengan didominasi Cyperus sp. Gulma yang dominan adalah Cyperus sp (SDR = 64.33 %), Euphorbia prunifolia (SDR = 31.87 %) dan Boreria latifolia (SDR = 25.74 %). Identifikasi gulma dalam barisan setelah perlakuan dilihat pada tabel 12. Tabel 12. Data Identifikasi Gulma Dalam Barisan Saat Panen Boreria latifolia Ipomoea triloba Echinochloa colonum
Blok 1 1 5 3
2 3 7 2
3 9 1 0
Boreria laevis Erechtites sanchifolia Cyperus sp Echinochloa colonum
6 3 4 5
2 0 6 0
5 0 0 0
Setaria plicata Ipomoea triloba Boreria latifolia Euphorbia prunifolia
2 4 6 1
0 6 3 1
0 2 1 2
Echinochloa colonum Axonopus compressus Centotheca lappacaea Boreria laevis
25 3 1 5
4 0 0 7
2 0 0 9
Boreria laevis Euphorbia prunifolia Echinochloa colonum
9 3 3
6 7 3
4 3 0
Boreria laevis Echinochloa colonum Boreria latifolia Setaria plicata
7 3 1 3
5 2 3 0
11 0 2 0
Boreria latifolia Echinochloa colonum Ipomoea triloba
19 5 1
8 7 4
7 0 9
Ipomoea triloba Euphorbia prunifolia Boreria latifolia Asysatasia intrusa Mimosa invisa
6 2 1 4 0
4 0 0 3 1
7 3 2 0 0
Ipomoea triloba Euphorbia prunifolia Boreria latifolia Asysatasia intrusa Mimosa invisa
6 2 3 3 0
4 4 6 2 2
4 2 3 0 0
Perlakuan
Jenis Gulma
J1G3 Total J1G4 Total J1G5 Total J2G3 Total J2G4 Total J2G5 Total J3G3 Total
J3G4
Total
J3G5
Total
KM
FM
KR (%)
FR (%)
SDR (%)
13 13 5 31 13 3 10 5 31 2 12 10 4 28 31 3 1 21 56 19 13 6 38 23 5 6 3 37 34 12 14 60 17 5 3 7 1 33 14 8 12 5 2 41
3 3 2 8 3 1 2 1 7 1 3 3 3 10 3 1 1 3 8 3 3 2 8 3 2 3 1 9 2 2 3 7 3 2 2 2 1 10 3 3 3 2 1 12
41.94 41.94 16.13 100 41.94 9.68 32.26 16.13 100 7.14 42.86 35.71 14.29 100 55.36 5.36 1.79 37.50 100 50.00 34.21 15.79 100 62.16 13.51 16.22 8.11 100 56.67 20.00 23.33 100 51.52 15.15 9.09 21.21 3.03 100 34.15 19.51 29.27 12.20 4.88 100
37.50 37.50 25.00 100 42.86 14.29 28.57 14.29 100 10.00 30.00 30.00 30.00 100 37.50 12.50 12.50 37.50 100 37.50 37.50 25.00 100 33.33 22.22 33.33 11.11 100 28.57 28.57 42.86 100 30.00 20.00 20.00 20.00 10.00 100 25.00 25.00 25.00 16.67 8.33 100
39.72 39.72 20.56 100 42.40 11.98 30.41 15.21 100 8.57 36.43 32.86 22.14 100 46.43 8.93 7.14 37.50 100 43.75 35.86 20.39 100 47.75 17.87 24.77 9.61 100 42.62 24.29 33.10 100 40.76 17.58 14.55 20.61 6.52 100 29.57 22.26 27.13 14.43 6.61 100
37
Berdasarkan hasil identifikasi yang dilakukan setelah perlakuan terdapat 13 spesies gulma, yang terdiri dari 9 spesies dari golongan berdaun lebar, 3 spesies dari golongan berdaun sempit dan 1 spesies dari golongan teki. Jumlah gulma dalam barisan saat panen tertinggi pada perlakuan J3G3 sebanyak 60 individu dengan didominasi gulma Boreria latifolia. Jumlah gulma dalam barisan terendah pada perlakuan J1G5 sebanyak 28 individu dengan didominasi gulma
Ipomoea
triloba. Dari tabel 12 dapat diketahui bahwa gulma yang paling dominan adalah Boreria laevis (SDR = 47.75 %), Echinochloa colonum (SDR = 46.43 %) dan Boreria latifolia (SDR = 42.62 %). data suksesi dgulma dalam barisan terbesar dapada kombinasi J1G4 sebesar 18.24 % dan data suksesi terendah pada perlakuan J3G3 sebesar 0 %, seperti yang ditampilkan pada tabel 13.
Tabel 13. Data Identifikasi Gulma Dalam Barisan Sebelum Perlakuan Perlakuan
Jenis Gulma
J1G3
Ipomoea triloba Euphorbia prunifolia Cleome rutidospermae Boreria latifolia Echinochloa colonum Cyperus sp
Total
J1G4
Cyperus sp Echinochloa colonum Lantana camara Cleome rutidospermae Ipomoea triloba Euphorbia prunifolia asam-asaman Boreria latifolia Erechtites sanchifolia Boreria laevis
Total
J1G5
Lantana camara Cleome rutidospermae Euphorbia prunifolia Ipomoea triloba Boreria latifolia Echinochloa colonum Cyperus sp Amaranthus spinosus Setaria plicata Axonopus compressus
Total
J2G3
Cyperus sp Echinochloa colonum Euphorbia prunifolia Axonopus compressus Centotheca lappacaea Boreria laevis Cleome rutidospermae
Total
J2G4
Euphorbia prunifolia Cleome rutidospermae Ipomoea triloba Lantana camara Boreria latifolia Echinochloa colonum Phillanthus niruri Axonopus compressus Boreria laevis Cyperus sp Asam-asaman
Total
J2G5
Euphorbia prunifolia Boreria latifolia Echinochloa colonum Axonopus compressus Ageratum conyzoides Cleome rutidospermae Ipomoea triloba Cyperus sp Boreria laevis Lantana camara Setaria plicata Asam-asaman
Total
J3G3
Boreria latifolia Echinochloa colonum Ipomoea triloba Euphorbia prunifolia Cleome rutidospermae Cyperus sp
Total
J3G4
Euphorbia prunifolia Boreria latifolia Cyperus sp Phillanthus niruri Cleome rutidospermae Lantana camara Ipomoea triloba Asam-asaman Echinochloa colonum Asysatasia intrusa Mimosa invisa Clidemia hirta
Total
J3G5
Total
Cyperus sp Cleome rutidospermae Boreria latifolia Euphorbia prunifolia Ipomoea triloba Lantana camara Asysatasia intrusa Mimosa invisa Echinochloa colonum
Sebelum KM 4 41 27 0 0 49 121 37 51 10 16 5 53 1 75 0 28 276 23 18 21 5 69 38
187 91 0 37 0 0 0 13 141 26 11 5 10 88 48 5 1 0 34 1 229
Sesudah KM 13 0 0 13 5 0 31 10 5 0 0 0 0 0 0 3 13 31 0 0 4 12 10 0 0 0 2 0 28 0 31 0 3 1 21 0 56 13 0 0 0 0 6 0 0 19 0 0 38
40 12 24 6 4 12 21 67 0 15 0 1 202 0 0 0 11 12 139 162 70 12 34 3 15 17 5 1 31 0 0 8 196 125 23 45 41 0 8 0 0 1 243
0 6 5 0 0 0 0 0 23 0 3 0 37 34 12 14 0 0 0 60 5 3 0 0 0 0 17 0 0 7 1 0 33 0 0 12 8 14 0 5 2 0 41
8 4 0 1
C (%) 5.26
18.24
17.67
0
14.23
9.21
0
11.35
14.08
38
39
Gulma Antar Barisan Identifikasi gulma antar barisan tanaman jagung sebelum perlakuan dapat dilihat pada tabel 14. Tabel 14. Data Identifikasi Gulma Antar Barisan Sebelum Perlakuan Ipomoea triloba Cyperus sp Cleome rutidospermae Ageratum conyzoides Asystasia intrusa Axonopus compressus Euphorbia prunifolia
Blok 1 5 2 5 2 1 2 13
2 2 5 5 0 0 0 27
3 0 15 0 0 0 0 57
Lantana camara Ipomoea triloba Cleome rutidospermae Cyperus sp Euphorbia prunifolia Boreria latifolia Echinochloa colonum Asam-asaman
18 2 17 13 53 2 1 1
3 2 14 2 15 51 14 0
1 0 9 3 25 27 0 0
Boreria latifolia Ipomoea triloba Cleome rutidospermae Euphorbia prunifolia
38 0 8 24
47 4 4 1
12 2 0 31
Cyperus sp Setaria plicata Euphorbia prunifolia Cleome rutidospermae Ipomoea triloba Ageratum conyzoides
120 0 38 0 7 0
15 6 25 7 0 0
83 0 0 1 0 1
Ipomoea triloba Boreria latifolia Cleome rutidospermae Echinochloa colonum Euphorbia prunifolia Lantana camara Asam-asaman Cyperus sp
1 17 6 0 15 0 0 33
2 29 12 13 3 7 1 0
4 8 3 0 7 2 1 17
Ipomoea triloba Cyperus sp Euphorbia prunifolia Cleome rutidospermae Boreria latifolia Echinochloa colonum Lantana camara Phillanthus niruri
2 48 27 0 0 0 0 3
4 1 5 7 18 5 2 1
4 42 21 7 4 2 2 0
Cyperus sp Cleome rutidospermae Echinochloa colonum Ipomoea triloba Euphorbia prunifolia
15 0 7 0 20
50 0 1 0 7
34 30 2 6 0
Ipomoea triloba Cyperus sp Cleome rutidospermae Clidemia hirta Boreria latifolia Echinochloa colonum Lantana camara Euphorbia prunifolia Phillanthus niruri
3 48 7 0 29 3 0 13 0
5 9 15 0 1 7 13 8 2
8 1 10 5 33 13 9 15 0
Ipomoea triloba Euphorbia prunifolia Lantana camara Boreria latifolia Cleome rutidospermae Cyperus sp Echiochloa colonum Asam-asaman
3 36 0 4 0 21 9 0
9 6 1 7 2 0 16 1
2 26 10 5 16 26 26 3
Perlakuan
Jenis Gulma
J1G3
Total
J1G4
Total J1G5 Total
J2G3
Total
J2G4
Total
J2G5
Total
J3G3
Total
J3G4
Total
J3G5
Total
KM
FM
KR (%)
FR (%)
SDR (%)
7 22 10 2 1 2 97 141 22 4 40 18 93 80 15 1 273 97 6 12 56 171 218 6 63 8 7 1 303 7 54 21 13 25 9 2 50 181 10 91 53 14 22 7 4 4 205 99 30 10 6 27 172 16 58 32 5 63 23 22 36 2 257 14 68 11 16 18 47 51 4 229
2 3 2 1 1 1 3 13 3 2 3 3 3 3 2 1 20 3 2 2 3 10 3 1 2 2 1 1 10 3 3 3 1 3 2 2 2 19 3 3 3 2 2 2 2 2 19 3 1 3 1 2 10 3 3 3 1 3 3 2 3 2 23 3 3 2 3 2 2 3 2 20
4.96 15.60 7.09 1.42 0.71 1.42 68.79 100 8.06 1.47 14.65 6.59 34.07 29.30 5.49 0.37 100 56.73 3.51 7.02 32.75 100 71.94719 1.98 20.79 2.64 2.31 0.33 5.280528 3.87 29.83 11.60 7.18 13.81 4.97 1.10 27.62 100 4.88 44.39 25.85 6.83 10.73 3.41 1.95 1.95 100 57.56 17.44 5.81 3.49 15.70 100 6.23 22.57 12.45 1.95 24.51 8.95 8.56 14.01 0.78 100 6.11 29.69 4.80 6.99 7.86 20.52 22.27 1.75 100
15.38 23.08 15.38 7.69 7.69 7.69 23.08 100 15.00 10.00 15.00 15.00 15.00 15.00 10.00 5.00 100 30.00 20.00 20.00 30.00 100 30.00 10.00 20.00 20.00 10.00 10.00 40 15.79 15.79 15.79 5.26 15.79 10.53 10.53 10.53 100 15.79 15.79 15.79 10.53 10.53 10.53 10.53 10.53 100 30.00 10.00 30.00 10.00 20.00 100 13.04 13.04 13.04 4.35 13.04 13.04 8.70 13.04 8.70 100 15.00 15.00 10.00 15.00 10.00 10.00 15.00 10.00 100
10.17 19.34 11.24 4.56 4.20 4.56 45.94 100 11.53 5.73 14.83 10.80 24.53 22.15 7.75 2.68 100 43.36 11.75 13.51 31.37 100 50.97 5.99 20.40 11.32 6.16 5.17 100.00 9.83 22.81 13.70 6.22 14.80 7.75 5.82 19.08 100 10.33 30.09 20.82 8.68 10.63 6.97 6.24 6.24 100 43.78 13.72 17.91 6.74 17.85 100 9.63 17.81 12.75 3.15 18.78 11.00 8.63 13.53 4.74 100 10.56 22.35 7.40 10.99 8.93 15.26 18.64 5.87 100
40
Berdasarkan hasil identifikasi yang dilakukan sebelum penyiangan terdapat 14 spesies gulma, yang terdiri dari 9 spesies dari golongan berdaun lebar, 4 spesies dari golongan berdaun sempit dan 1 spesies dari golongan teki. Jumlah gulma antar barisan sebelum perlakuan tertinggi pada perlakuan J2G3 sebanyak 303 individu dengan didominasi gulma Cyperus sp.
Jumlah gulma antar barisan sebelum
perlakuan terendah pada perlakuan J1G3 sebanyak 141 individu dengan didominasi gulma Euphorbia prunifolia. Dari tabel 14 dapat diketahui bahwa gulma yang paling dominan adalah Cyperus sp (SDR = 50.97 %), Euphorbia prunifolia (SDR = 45.94 %) dan Boreria latifolia (SDR = 43.36 %). Identifikasi gulma antar barisan tanaman jagung sebelum perlakuan dapat dilihat pada tabel 15. Tabel 15. Data Identifikasi Gulma Antar Barisan Saat Panen Perlakuan
J1G3
nis Gulma
Blok
Asystasia intrusa Boreria latifolia Ipomoea triloba Ageratum conyzoides
1 6 3 3 1
2 4 7 5 0
3 7 2 8 0
Ipomoea triloba Asystasia intrusa Echinochloa colonum Boreria latifolia Euphorbia prunifolia
6 2 2 1 5
7 4 1 4 3
4 4 0 2 6
Boreria latifolia Ipomoea triloba Echinochloa colonum Boreria laevis
17 1 10 6
25 0 0 2
3 9 5 3
Echinochloa colonum Erechtites sanchifolia Boreria latifolia Euphorbia prunifolia
29 3 4 1
12 0 8 7
0 0 19 5
Boreria laevis Asystasia intrusa Echinochloa colonum
8 0 6
32 0 11
0 9 0
Boreria laevis Sida rombifolia Cyperus sp Ipomoea triloba Echinochloa colonum
12 1 1 0 4
5 0 8 0 14
7 0 0 7 0
Ipomoea triloba Erechtites sachifolia Echinochloa colonum Euphorbia prunifolia Boreria latifolia
2 3 2 2 8
2 0 5 0 3
4 0 0 7 6
Ipomoea triloba Euphorbia prunifolia Boreria latifolia Asysatasia intrusa
6 3 8 3
4 0 5 2
6 1 5 1
Ipomoea triloba Euphorbia prunifolia Boreria latifolia Asysatasia intrusa
6 6 7 3
9 4 5 5
4 0 4 2
Total
J1G4
Total J1G5 Total J2G3 Total J2G4 Total
J2G5
Total
J3G3
Total J3G4 Total J3G5 Total
KM
FM
KR (%)
17 12 16 1 46 17 10 3 7 14 51 45 10 15 11 81 41 3 31 13 88 40 9 17 66 24 1 9 7 18 59 8 3 7 9 17 44 16 4 18 6 44 19 10 16 10 55
3 3 3 1 10 3 3 2 3 3 14 3 2 2 3 10 2 1 3 3 9 2 1 2 5 3 1 2 1 2 9 3 1 2 2 3 11 3 2 3 3 11 3 2 3 3 11
36.96 26.09 34.78 2.17 100 33.33 19.61 5.88 13.73 27.45 100 55.56 12.35 18.52 13.58 100 46.59091 3.41 35.23 14.77 100 60.61 13.64 25.76 100 40.68 1.69 15.25 11.86 30.51 100 18.18 6.82 15.91 20.45 38.64 100 36.36 9.09 40.91 13.64 100 34.55 18.18 29.09 18.18 100
FR (%) 30.00 30.00 30.00 10.00 100 21.43 21.43 14.29 21.43 21.43 100 30.00 20.00 20.00 30.00 100 22.22 11.11 33.33 33.33 100 40.00 20.00 40.00 100 33.33 11.11 22.22 11.11 22.22 100 27.27 9.09 18.18 18.18 27.27 100 27.27 18.18 27.27 27.27 100 27.27 18.18 27.27 27.27 100
SDR (%) 33.48 28.04 32.39 6.09 100 27.38 20.52 10.08 17.58 24.44 100 42.78 16.17 19.26 21.79 100 34.41 7.26 34.28 24.05 100 50.30 16.82 32.88 100 37.01 6.40 18.74 11.49 26.37 100 22.73 7.95 17.05 19.32 32.95 100 31.82 13.64 34.09 20.45 100 30.91 18.18 28.18 22.73 100
41
Berdasarkan hasil identifikasi yang dilakukan saat panen terdapat 10 spesies gulma, yang terdiri dari 8 spesies dari golongan berdaun lebar, 1 spesies dari golongan berdaun sempit dan 1 spesies dari golongan teki. Jumlah gulma antar barisan saat panen tertinggi pada perlakuan J2G3 sebanyak 88 individu dengan didominasi gulma Echinochloa colonum. Jumlah gulma antar barisan terendah pada perlakuan J3G4 dan J3G5 sebanyak 44 individu dengan didominasi Boreria latifolia. Dari tabel 15 dapat diketahui bahwa gulma yang paling dominan adalah Boreria laevis (SDR = 50.30 %), Boreria latifolia (SDR = 42.78 %) dan Echinochloa colonum (SDR = 34.41 %). Suksesi gulma antar barisan terbesar pada perlakuan J1G5 sebesar 40.48 % dan suksesi terendah pada perlakuan J2G3 sebesar 6.65 % seperti yang ditampilkan pada Tabel 16.
42
Tabel 16. Data Suksesi Gulma Antar Barisan Sebelum Perlakuan dan Saat Panen Perlakuan
Jenis Gulma
J1G3
Ipomoea triloba Cyperus sp Cleome rutidospermae Ageratum conyzoides Asystasia intrusa Axonopus compressus Boreria latifolia Euphorbia prunifolia
Total
J1G4
Lantana camara Ipomoea triloba Cleome rutidospermae Cyperus sp Euphorbia prunifolia Boreria latifolia Echinochloa colonum Asam-asaman Asystasia intrusa
Total
J1G5
Boreria latifolia Ipomoea triloba Cleome rutidospermae Euphorbia prunifolia Echinochloa colonum Boreria laevis
Total
J2G3
Cyperus sp Setaria plicata Euphorbia prunifolia Cleome rutidospermae Ipomoea triloba Erechtites sachifolia Ageratum conyzoides Boreria latifolia Echinochloa colonum
Total
J2G4
Ipomoea triloba Boreria latifolia Cleome rutidospermae Echinochloa colonum Euphorbia prunifolia Lantana camara Asam-asaman Cyperus sp Boreria laevis Asystasia intrusa
Total
J2G5
Ipomoea triloba Cyperus sp Euphorbia prunifolia Cleome rutidospermae Boreria latifolia Echinochloa colonum Lantana camara Phillanthus niruri Boreria laevis Sida rombifolia
Total
J3G3
Total J3G4
Total J3G5
Total
Cyperus sp Cleome rutidospermae Echinochloa colonum Ipomoea triloba Euphorbia prunifolia Boreria latifolia Erechtites sachifolia Ipomoea triloba Cyperus sp Cleome rutidospermae Clidemia hirta Boreria latifolia Echinochloa colonum Lantana camara Euphorbia prunifolia Phillanthus niruri Asystasia intrusa Ipomoea triloba Euphorbia prunifolia Lantana camara Boreria latifolia Cleome rutidospermae Cyperus sp Echiochloa colonum Asam-asaman Asystasia intrusa
Sebelum KM 7 22 10 2 1 2 0 97 141 22 4 40 18 93 80 15 1 0 273 97 6 12 56 0 0 171 218 6 63 8 7 0 1 0 0 303 7 54 21 13 25 9 2 50 0 0 181 10 91 53 14 22 7 4 4 0 0 205 99 30 10 6 27 0 0 172 16 58 32 5 63 23 22 36 2 0 257 14 68 11 16 18 47 51 4 0 229
Sesudah KM 16 0 0 1 17 0 12 0 46 0 17 0 0 14 7 3 0 10 51 45 10 0 0 15 11 81 0 0 13 0 0 3 0 31 41 88 0 0 0 17 0 0 0 0 40 9 66 7 9 0 0 0 18 0 0 24 1 59 0 0 7 8 9 17 3 44 16 0 0 0 18 0 0 4 0 6 44 19 10 0 16 0 0 0 0 10 55
C (%) 9.63
17.28
40.48
6.65
10.53
17.42
20.37
29.24
28.17
43
Bobot Kering Gulma Dalam Barisan Bobot kering gulma dalam barisan setelah perlakuan pada sistem jarak tanam dan metode pengendalian yang berbeda ditampilkan pada Tabel 17. Tabel 17. Rataan bobot kering gulma dalam barisan Perlakuan
Jenis Gulma
J1G1
Euphorbia prunifolia Asystasia intrusa Boreria laevis
Blok 1 10.11 50.37 7.56
2 8.07 153.36 0.00
3 0.00 177.25 0.00
Boreria Latifolia Ageratum conyzoides
6.73 3.45
6.94 2.37
9.23 0.00
Boreria latifolia Ipomoea triloba Echinochloa colonum
3.98 9.34 3.98
13.75 20.15 5.56
34.56 5.19 0.00
Boreria laevis Erechtites sanchifolia Cyperus sp Echinochloa colonum
19.46 7.85 3.94 12.05
3.83 0.00 6.25 0.00
19.34 0.00 0.00 0.00
Setaria plicata Ipomoea triloba Boreria latifolia Euphorbia prunifolia
11.01 10.21 13.00 4.41
0.00 17.34 9.23 3.56
0.00 6.20 8.25 3.33
Echinochloa colonum Boreria latifolia Sida rombifolia
10.01 36.34 0.00
8.67 33.09 5.57
0.00 30.77 0.00
Boreria latifolia Cyperus sp
4.14 1.84
5.30 0.00
3.58 3.01
Echinochloa colonum Axonopus compressus Centotheca lappacaea Boreria laevis
12.83 4.89 4.81 6.53
2.59 0.00 0.00 7.84
1.59 0.00 0.00 14.25
Boreria laevis Euphorbia prunifolia Echinochloa colonum
25.44 7.20 4.93
23.74 4.69 3.73
17.36 5.25 0.00
Boreria laevis Echinochloa colonum Boreria latifolia Setaria plicata
15.78 5.21 7.96 8.66
17.58 1.71 13.34 0.00
24.36 0.00 12.38 0.00
Ipomoea triloba Sida rombifolia Boreria laevis Euphorbia prunifolia Eleusine indica Echinochloa colonum
10.16 9.22 16.61 4.89 13.69 4.14
16.45 0.00 15.38 0.00 0.00 0.00
13.32 0.00 24.33 2.05 0.00 0.00
Boreria latifolia Mimosa pudica
3.37 5.78
4.04 0.00
3.77 0.00
Boreria latifolia Echinochloa colonum Ipomoea triloba
4.63 4.40 4.65
3.47 5.32 3.75
7.25 0.00 3.76
Ipomoea triloba Euphorbia prunifolia Boreria latifolia Asysatasia intrusa Mimosa invisa
5.23 6.28 5.34 10.56 0.00
8.36 0.00 0.00 4.23 6.70
4.47 7.56 4.47 0.00 0.00
Ipomoea triloba Euphorbia prunifolia Boreria latifolia Asysatasia intrusa Mimosa invisa
4.26 4.50 4.56 6.46 0.00
5.32 1.89 2.69 7.15 5.64
2.58 3.08 3.56 0.00 0.00
Total J1G2 Total J1G3 Total J1G4 Total J1G5 Total J2G1 Total J2G2 Total J2G3 Total J2G4 Total J2G5 Total
J3G1
Total J3G2 Total J3G3 Total
J3G4
Total
J3G5
Total
Rataan
Total
18.18 380.98 7.56 406.72 22.90 5.82 28.72 52.29 34.68 9.54 96.51 42.63 7.85 10.19 12.05 72.72 11.01 33.75 30.48 11.30 86.54 18.68 100.20 5.57 124.45 13.02 4.85 17.87 17.01 4.89 4.81 28.62 55.33 66.54 17.14 8.66 92.34 57.72 6.92 33.68 8.66 106.98 39.93 9.22 56.32 6.94 13.69 4.14 130.24 11.18 5.78 16.96 15.35 9.72 12.16 37.23 18.06 13.84 9.81 14.79 6.70 63.20 12.16 9.47 10.81 13.61 5.64 51.69
6.06 126.99 2.52 135.57 7.63 1.94 9.57 17.43 11.56 3.18 32.17 14.21 2.62 3.40 4.02 24.24 3.67 11.25 10.16 3.77 28.85 6.23 33.40 1.86 41.48 4.34 1.62 5.96 5.67 1.63 1.60 9.54 18.44 22.18 5.71 2.89 30.78 19.24 2.31 11.23 2.89 35.66 13.31 3.07 18.77 2.31 4.56 1.38 43.41 3.73 1.93 5.65 5.12 3.24 4.05 12.41 6.02 4.61 3.27 4.93 2.23 21.07 4.05 3.16 3.60 4.54 1.88 17.23
44
Rataan bobot gulma kering tertinggi pada perlakuan JIG1 sebesar 135.57 g dengan didominasi gulma Asystasia intrusa (126.99 g) dan rataan bobot kering gulma terendah pada perlakuan J3G2 sebesar 5.65 g yang didominasi gulma Boreria latifolia (3.73 g). Bobot Kering Gulma Antar Barisan Rataan bobot gulma kering tertinggi pada perlakuan JIG1 sebesar 87.09 g dengan didominasi gulma Asystasia intrusa (47.13 g) dan rataan bobot kering gulma terendah pada perlakuan J2G2 sebesar 11.29 g yang didominasi gulma Boreria latifolia (6.97 g). Bobot kering gulma antar barisan saat panen pada sistem jarak tanam dan metode pengendalian yang berbeda ditampilkan pada Tabel 18.
45
Tabel 18. Rataan bobot kering gulma antar barisan Asystasia intrusa Ipomoea triloba Setaria plicata
Blok 1.00 60.03 22.43 10.81
2.00 45.87 36.94 0.00
3.00 35.48 49.72 0.00
Asystasia intrusa Boreria latifolia
8.65 14.54
0.00 6.57
0.00 9.56
Asystasia intrusa Boreria latifolia Ipomoea triloba Ageratum conyzoides
9.15 11.93 6.23 8.26
6.30 24.59 11.49 0.00
15.73 13.56 24.20 0.00
Ipomoea triloba Asystasia intrusa Echinochloa colonum Boreria latifolia Euphorbia prunifolia
8.56 9.98 5.05 6.10 7.15
16.34 16.45 4.67 14.54 6.71
5.78 20.93 0.00 5.87 4.37
Boreria latifolia Ipomoea triloba Echinochloa colonum Boreria laevis
33.52 5.45 7.66 10.89
56.98 0.00 0.00 5.98
4.76 25.34 9.04 3.87
Boreria latifolia Setaria plicata Echinochloa colonum
30.48 20.96 8.14
25.87 0.00 8.56
27.45 2.78 24.43
Asystasia intrusa Boreria latifolia
8.56 5.32
4.39 7.84
0.00 7.76
Echinochloa colonum Erechtites sanchifolia Boreria latifolia Euphorbia prunifolia
22.18 5.78 9.45 5.86
14.47 0.00 14.53 6.42
0.00 0.00 18.54 9.43
Boreria laevis Asystasia intrusa Echinochloa colonum
17.97 0.00 14.81
16.67 0.00 14.34
0.00 32.45 0.00
Boreria laevis Sida rombifolia Cyperus sp Ipomoea triloba Echinochloa colonum
12.12 6.34 5.69 0.00 8.16
5.34 0.00 14.41 0.00 23.98
9.58 0.00 0.00 5.07 0.00
Boreria latifolia Echinochloa colonum Euphorbia prunifolia Ipomoea triloba Erechtites sanchifolia Asystasia intrusa
9.78 8.57 7.97 7.27 9.64 10.39
6.93 65.45 5.45 4.65 0.00 8.36
4.34 7.05 0.00 9.49 0.00 14.34
Asystasia intrusa Boreria latifolia
14.86 7.39
10.48 7.34
7.34 0.00
Ipomoea triloba Erechtites sachifolia Echinochloa colonum Euphorbia prunifolia Boreria latifolia
8.73 7.97 6.88 6.49 22.73
6.49 0.00 9.58 0.00 6.37
3.32 0.00 0.00 25.34 11.05
Ipomoea triloba Euphorbia prunifolia Boreria latifolia Asysatasia intrusa
5.95 7.43 12.04 8.94
6.78 0.00 13.75 8.49
3.86 3.96 10.20 5.29
Ipomoea triloba Euphorbia prunifolia Boreria latifolia Asysatasia intrusa
9.54 14.52 12.54 4.76
5.43 5.49 7.02 9.54
7.93 0.00 5.87 4.92
Perlakuan
Jenis Gulma
J1G1 Total J1G2 Total J1G3 Total
J1G4
Total J1G5 Total J2G1 Total J2G2 Total J2G3 Total J2G4 Total
J2G5
Total
J3G1
Total J3G2 Total
J3G3
Total J3G4 Total J3G5 Total
KM
FM
141.38 109.09 10.81 261.28 8.65 30.67 39.32 31.18 50.08 41.92 8.26 131.44 30.68 47.36 9.72 26.51 18.23 132.50 95.26 30.79 16.70 20.74 163.49 83.80 23.74 41.13 148.67 12.95 20.92 33.87 36.65 5.78 42.52 21.71 106.66 34.64 32.45 29.15 96.24 27.04 6.34 20.10 5.07 32.14 90.69 21.05 81.07 13.42 21.41 9.64 33.09 179.68 32.68 14.73 47.41 18.54 7.97 16.46 31.83 40.15 114.95 16.59 11.39 35.99 22.72 86.69 22.90 20.01 25.43 19.22 87.56
47.13 36.36 3.60 87.09 2.88 10.22 13.11 10.39 16.69 13.97 2.75 43.81 10.23 15.79 3.24 8.84 6.08 44.17 31.75 10.26 5.57 6.91 54.50 27.93 7.91 13.71 49.56 4.32 6.97 11.29 12.22 1.93 14.17 7.24 35.55 11.55 10.82 9.72 32.08 9.01 2.11 6.70 1.69 10.71 30.23 7.02 27.02 4.47 7.14 3.21 11.03 59.89 10.89 4.91 15.80 6.18 2.66 5.49 10.61 13.38 38.32 5.53 3.80 12.00 7.57 28.90 7.63 6.67 8.48 6.41 29.19
46
Pembahasan Pengaruh Sistem Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Jagung Varietas DK3 Jarak tanam yang lebih sempit meningkatkan persaingan antar jagung. Sistem satu baris memiliki persaingan yang lebih rendah sehingga mampu memberikan pertumbuhan yang lebih baik. Hal ini dapat kita lihat pada sistem satu baris yang dapat memberikan tinggi jagung tertinggi dibandingkan dua baris dan baris segitiga. Sedangkan antara sistem dua baris dan baris segitiga memperlihatkan tinggi tanaman yang tidak berbeda jauh karena populasi kedua sistem sistem jarak tanam tersebut hampir sama sehingga tingkat persaingan antar tanaman yang terjadi tidak jauh berbeda pula. Produksi per tanaman pada satu baris tidak berbeda nyata dengan baris segitiga padahal tinggi tanaman antara kedua sistem tersebut berbeda nyata. Hal ini mungkin karena tanaman pada baris segitiga mampu memberikan hasil assimilat yang maksimal. Produksi ini mungkin disebabkan karena hasil assimilat lebih sedikit yang dipergunakan untuk pembentukan batang sehingga menambah produksi. Seperti yang dinyatakan oleh Barri (2003) bahwa sistem jarak tanam mempengaruhi cahaya, angin serta unsur hara yang diperoleh tanaman yang pada akhirnya memberikan pengaruh yang berbeda pada parameter pertumbuhan dan produksi jagung. Hal ini diperlihatkan pada tinggi tanaman dan persentase jumlah tanaman bertongkol dua per plot, dimana persetase tertinggi diperlihatkan pada perlakuan satu baris. Penyebab yang mungkin terjadi karena tanaman mendapatkan cahaya serta unsur hara yang cukup sehingga mampu tumbuh dan melakukan proses
47
assimilasi dengan lebih baik yang pada akhirnya mampu membuat tanaman jagung mengeluarkan tongkol kedua walaupun hasil tongkol kedua tidak ada. Jarak tanam yang lebih sempit akan meningkatkan populasi yang bertujuan agar memberikan produksi per hektar yang lebih besar. Sistem baris segitiga memiliki populasi yang lebih besar dibandingkan satu baris serta dua baris. Walaupun produksi per tanaman lebih besar pada sistem satu baris, ternyata dengan populasi yang lebih banyak lebih mampu memberikan produksi per ha yang lebih maksimal. Hal ini juga diperlihatkan oleh Maddonni et al (2006) dimana jarak yang lebih sempit mampu meningkatkan produksi per ha yang lebih besar. Pada sistem baris segitiga mempunyai kepadatan populasi yang lebih besar dibandingkan sistem dua baris. Namun ternyata memberikan bobot 100 biji, produksi per tanaman serta persentase jumlah tanaman bertongkol dua per plot yang lebih besar dibandingkan sistem dua baris. Diduga hal ini berkaitan dengan efisiensi cahaya matahari yang diterima pada jagung untuk kedua sistem jarak tanam tersebut. Dengan sistem dua baris, daun jagung yang berdekatan akan lebih banyak yang tumpang tindih sehingga penyerapan cahaya matahari lebih sedikit dibandingkan sistem baris segitiga. Karena pada baris segitiga, posisi jagung akan memberikan ruang yang lebih sehingga daun yang tunpang tindih lebih sedikit. Pengaruh Metode Pengendalian Gulma Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Jagung Varietas DK3 Pertanaman tanpa pengendalian menurunkan pertumbuhan tanaman seperti tinggi. Tanaman tanpa pengendalian gulma memberikan penurunan sebesar 1.6% dibandingkan tanaman bebas gulma. Pengendalian mekanik, penyemprotan glifosat serta paraquat masing-masing memberikan tinggi tanaman yang tidak berbeda dengan tinggi tanaman bebas gulma. Hal ini mungkin disebabkan karena keberadaan
48
gulma tidak sampai memberikan pengaruh yang besar pada kemampuan tanaman dalam pertumbuhan batang. Umur berbunga dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara, air serta cahaya matahari. Didapatkan umur berbunga yang berbeda pada pengendalian gulma yag berbeda pula. Pengendalian mekanik memberikan umur berbunga tercepat dibandingkan penyemprotan glifosat. Sedangkan penyemprotan paraquat walaupun tidak berbeda nyata dengan glifosat tetap lebih mampu memberikan umur berbunga yang lebih cepat. Hal ini mungkin disebabkan karena waktu bereaksi tanaman akibat paraquat lebih cepat sehingga pemulihannya juga lebih cepat yang akhirnya tanaman dapat kembali melakukan metabolismenya. Pengendalian gulma berpengaruh nyata terhadap bobot 100 biji. Tetapi metode pengendalian yang diuji tidak memberikan perbedaan yang nyata satu sama lain bahkan dibandingkan dengan bobot 100 biji tanaman bebas gulma. Namun hasil yang berbeda didapatkan pada produksi per tanaman dimana hanya pengendalian mekanik memberikan produksi per tanaman tertinggi dan berbeda tidak nyata dengan produksi per tanaman bebas gulma. Hal ini mungkin disebabkan karena pengendalian mekanik memberikan jumlah biji yang lebih banyak sehingga produksi per tanamannya lebih besar dibandingkan penyemprotan glifosat dan paraquat. Hasil yang sama juga diperlihatkan pada parameter persentase jumlah tanaman bertongkol dua per plot dan produksi per hektar dimana pengendalian mekanik memberikan nilai tertinggi dan berbeda tidak nyata dengan yang didapatkan tanaman bebas gulma. Pengendalian mekanik yang dilakukan pada saat tanaman berumur MST sehingga periode kompetisi antara tanaman dengan gulma lebih cepat dibandingkan penyemprotan glifosat dan paraquat yang dilakukan saat
49
tanaman berumur 4 MST. Hasil seperti ini sama seperti yang didapatkan oleh Tanveer et al (1999) yaitu pengendalian gulma saat tanaman berumur 20 MST memberikan hasil terbaik pada parameter produksi. Pengaruh Sistem Jarak Tanam dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Produksi Jagung Varietas DK3 Sistem jarak tanam selain bertujuan dalam mempengaruhi kerapatan populasi tetapi juga menjadi metode pengendalian gulma yang dapat diterapkan. Secara umum kombinasi kedua perlakuan yang memberikan persentase jumlah tanaman bertongkol dua per plot tertinggi adalah sistem satu baris dengan pengendalian mekanik (J1G3). Bila dibandingkan dalam masing-masing sistem jarak tanam ternyata metode pengendalian memberikan persentase jumlah tanaman bertongkol dua yang berbeda-beda. Pada sistem satu baris, pengendalian mekanik adalah yang tertinggi dan berbeda nyata dengan glifosat serta paraquat. Pada sistem dua baris, pegendalian mekanik memberikan persentase yang lebih besar namun tidak berbeda nyata dengan penyemprotan paraquat. Lain halnya dengan sistem baris segitiga yang ternyata ketiga pengendalian gulma memberikan persentase yang berbeda tidak nyata satu sama lain. Berkebalikan dari persentase jumlah tanaman bertongkol dua, nilai tertinggi untuk parameter produksi per hekatar diperlihatkan pada jarak tanam yang lebih sempit yaitu kombinasi sistem baris segitiga dengan pengendalian mekanik (J3G3). Sedangkan metode pengendalian gulma pada masig-masing sistem jarak tanam memberikan hasil yang tidak berbeda dari persentase jumlah tanaman bertongkol dua per plot.
50
Gulma Pada Tanaman Jagung Gulma dalam barisan sebelum perlakuan didominasi oleh Cyperus sp (SDR = 64,33 %), Euphorbia prunifolia (SDR = 31,87 %) dan Boreria latifolia (SDR = 25,74
%)
sedangkan
setelah
perlakuan didominasi oleh Boreria
laevis
(SDR = 47,75 %), Echinochloa colonum (SDR = 46,43 %) dan Boreria latifolia (SDR = 42,62 %). Gulma antar barisan sebelum perlakuan didominasi oleh Cyperus sp (SDR = 50,97 %), Euphorbia prunifolia (SDR = 45,94 %) dan
Boreria latifolia
(SDR = 43,36 %) sedangkan setelah perlakuan didominasi oleh Boreria laevis (SDR = 50,30 %), Boreria latifolia (SDR = 42,78 %) dan Echinochloa colonum (SDR = 34,41 %). Sebelum perlakuan, gulma dominan berupa teki-tekian dan setelah perlakuan terjadi pergeseran menjadi gulma berdaun lebar. Perubahan ini terjadi akibat tanaman jagung sudah tumbuh lebih besar dan menaungi gulma di bawahnya. Jumlah gulma dalam barisan sebelum perlakuan tertinggi pada perlakuan J1G4 sebanyak 276 individu dengan didominasi gulma Boreria latifolia sedangkan setelah perlakuan, tertinggi pada perlakuan J3G3 sebanyak 60 individu dengan didominasi gulma Boreria latifolia.
Dengan metode pengendalian gulma yang
digunakan ternyata gulma Boreria latifolia masih dapat terus mendominasi karena batangnya akan membentuk akar dan tumbuh manjadi tanaman baru jika bersentuhan dengan tanah sehingga penyebarannya menjadi cepat. Gulma membutuhkan cahaya untuk berkecambah dan tumbuh. Terjadi perbedaan jumlah gulma yang tumbuh di dalam barisan dengan yang berada di antara barisan. Jumlah gulma dalam barisan tertinggi sebelum perlakuan pada perlakuan J1G4 sebanyak 276 individu sedangkan gulma antar barisan sebelum perlakuan tertinggi pada perlakuan J2G3 sebanyak 303 individu. Lebih banyak gulma yang tumbuh di antara barisan dibandingkan yang tumbuh di dalam barisan,
51
karena naungan dari tanaman jagung lebih banyak di dalam barisan dibandingkan di antara barisan. Dari tabel 14 didapatkan data suksesi terbesar pada perlakuan J1G4 yaitu Sebesar 18,24 % dan data suksesi terendah pada perlakuan J3G3 sebesar 0 %. Hasil suksesi memberi gambaran pergeseran populasi gulma yang dominan sebelum dengan sesudah perlakuan. Pada perlakuan didapatkan suksesi 18.24 % yang menggambarkan populasi yang tumbuh akibat perlakuan penyemprotan glifosat mengalami pergeseran sebesar 81,76%. Bila dibandingkan dengan perlakuan dicabut yang mengalami pergeseran 100%, didapatkan bahwa perlakuan glifosat tidak efektif dalam upaya mencegah gulma tidak tumbuh kembali. Herbisida glifosat adalah herbisida yang mobil dan ditranslokasikan ke seluruh tubuh tanaman. Ketidakefektifan ini dapat
disebabkan oleh kurangnya keakuratan dalam
penyemprotan sehingga larutan herbisida tidak mengenai daun gulma. Data suksesi terbesar gulma antar baris pada perlakuan J1G5 yaitu 40,48 % dan terendah pada perlakuan J2G3 sebesar 6,65 %. Dari hasil penelitian, pergeseran populasi gulma yang tumbuh pada perlakuan J1G5 sebesar 59.52%. Penyemprotan paraquat ternyata tidak efektif untuk mencegah gulma untuk tumbuh kembali terutama untuk gulma yang dapat menyebar dengan organ vegetatifnya. Sedangkan perlakuan dicabut mampu memberikan pergeseran sebesar 93.35%. Dengan metode pencabutan, gulma dikendalikan mulai dari akar hingga pucuk terakhir sehingga gulma tersebut tidak tumbuh kembali kecuali yang berasal dari seedbank yang berada di dalam tanah. Rataan bobot kering gulma dalam baris tertinggi pada perlakuan JIG1 sebesar 135.57 g yang didominasi gulma Asystasia intrusa (126.99 g) dan rataan bobot kering gulma terendah pada perlakuan J3G2 sebesar 5.65 g yang didominasi
52
gulma Boreria latifolia (3.73 g). Perlakuan J1G1 memiliki jarak tanam yang renggang dengan tanpa ada pengendalian gulma sepanjang tanam, hal ini tentu saja memberi bobot kering gulma terbesar dari semua perlakuan yang diberikan. Perlakuan J3G2 memberikan bobot kering gulma terendah karena sistem jarak tanam segiitga yang diterapkan memberikan ruang yang lebih baik untuk tanaman jagung untuk mendapat cahaya namun memberikan naungan yang lebih banyak untuk gulma yang berada di bawahnya dan didukung oleh pengendalian bebas gulma sepanjang musim tanam sehingga pada saat panen gulma yang tumbuh lebih sedikit. Rataan bobot gulma kering antar baris tertinggi pada perlakuan JIG1 sebesar 87.03 g yang didominasi gulma Asystasia intrusa (47.13 g) dan rataan bobot kering gulma terendah pada perlakuan J2G2 sebesar 11.29 g yang didominasi gulma Boreria latifolia (6.97 g). Keberadaan gulma Asystasia intrusa serta Boreria latifolia merupakan gulma yang paling dominan karena pertumbuhan dan penyebarannya yang cepat sehingga kemampuannya untuk menyerap unsur hara lebih kompetitif dibandingkan gulma lain di sekitarnya.
53
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan 1.
Sistem jarak tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 8 MST, produksi per tanaman, persentase jumlah tanaman bertongkol dua per tanaman, dan produksi per hektar, tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman 2, 4, dan 6 MST, jumlah klorofil, umur berbunga, bobot 100 biji, nilai indeks panen, persentase kerusakan tanaman jagung dan persentase pemulihan tanaman jagung.
2.
Metode pengendalian gulma berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 4, 6, dan 8 MST, umur berbunga, bobot 100 biji, produksi per tanaman, persentase jumlah tanaman bertongkol dua per plot, dan produksi per hektar, tetapi berpengaruh tidak nyata pada tinggi tanaman 2 MST, jumlah klorofil, nilai indeks panen, persentase kerusakan tanaman jagung dan persentase pemulihan tanaman jagung.
3.
Interaksi kedua perlakuan hanya berpengaruh nyata terhadap persentase jumlah tanaman bertongkol dua per plot dan produksi per hektar
4.
Peningkatan produksi per hektar pada sistem jarak tanam segitiga sebesar 52.9 % dan sistem dua baris sebesar 34.1 % bila dibandingkan dengan sistem satu baris.
5.
Pengendalian manual umur
2 MST mampu menekan keberadaan gulma
sehingga mampu meningkatkan pertumbuhan dan produksi jagung mendekati jagung bebas gulma. 6.
Kombinasi perlakuan yang memberikan produksi per hektar tertinggi adalah jarak tanam segitiga dengan pengendalian mekanik (J3G3) sebesar 18.55 ton.
54
7.
Kerusakan
dan
pemulihan
pada
tanaman
jagung
yang
diakibatkan
penyemprotan glifosat dan paraquat tidak berbeda nyata. 8.
Terjadi perubahan perubahan populasi gulma antara sebelum dengan sesudah perlakuan pada pengendalian manual, sedangkan perlakuan herbisida tidak memberikan perubahan populasi yang besar. Saran Sebaiknya dalam budidaya jagung diterapkan kombinasi perlakuan jarak
tanam segitiga dan pengendalian manual umur 2 MST (J3G3) karena mampu memberikan produksi per hektar tertinggi.
55
DAFTAR PUSTAKA
Andrade, F.H., P.Calvino, A. Cirilo and P. Barbieri. 2002. Yield Responses to Narrow Rows Depend on Increased Radiation Interception. Agron. J. 94:975980 Badan Pusat Statistika, 2008. Harvested Area, Yield Rate and Production of Maize by Province, 2006-2007. www.bps.go.id . Dikutip 28 Februari 2008. Barbieri, P.A., H.R.S. Rozas, F.H. Andrade and H.E. Echeverria. 2000. Soil Management; Row Spacing Effects at Different Levels of Nitrogen Availability in Maize. Agron. J. 92:283-288 Barri, N. L. 2003. Peremajaan Kelapa Berbasis Usahatani Polikultur Penopang Pendapatan Petani Berkelanjutan. Makalah falsafah Sains (PPs 702) Program Pasca Sarjana/S3. Institut Pertanian Bogor. Desember 2003. Diakses 15 Mei 2008. Barus, E. 2003. Pengendalian Gulma di Perkebunan; Efektifitas dan Efisiensi Aplikasi Herbisida. Kanisius, Yogyakarta. Bangun, M.K., 1991. Rancangan Percobaan. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara, Medan. Chikoye, D., U.E. Udensi and S. Ogunyemi. 2005. Integrated Management of Cogongrass (Imperata cyliandrica L. Rauesch) in Corn Using Tillage, Glyphosate, Row Spacing, Cultivar, and Cover Cropping. Agron. J. 97:11641171. Cox, W.J., D.R. Cherney and J.J. Hanchar. 2006. Row Spacing, hybrid, and Plant Density Effects on Corn Silage Yield and Quality. J. Prod. Agric. 11:128-134. In Row Spacing, Plant Density and Hybrids Effects on Corn Grain Yield and Moisture. 2001. Agron. J. 93:1049-1053. Donald, W.W. 2000. Timing and Frequency of Between-Row Mowing and Band Applied Herbicide for Annual Weed Control in Soybean. Agron. J. 92:1013-1019. Farnhamm, D.E. 2001. Row Spacing, Plant Density, and Hybrid Effects on Corn Grain Yield and Moisture. Agron J. 93:1049-1053. Fadhly, A.F., dan F. Tabri. 2007. Pengendalian Gulma Pada Pertanaman Jagung. http://balit.litbang.co.id.bukujagung.pdf. 2 januari 2009. http://fp.uns.ac.id/~hamasains/dasarperlintan-4.htm. Tanaman. Hal. 11
2006.
Dasar
Perlindungan
56
Irfan, M. 1999. Respon Tanaman Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pengolahan Tanah dan Kerapatan Tanam Pada Tanah Andisol dan Ultisol. Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, Medan. Hal. 7, 13. Klingman, G.C., F.M. Ashton and L.J. Noordhoff. 1975. Weed Science: Principles and Practices. John Wiley & Sons, New York, 431p. Lafitte, H.R. 1994. Identifying Productio Problems in Tropical Maize: a Field Giude. CIMMYT, Mexico. Liu, W., M. Tollenaar, G. Stewart and W. Deen. 2004. Within-Row Plat Spacing Variability Does Not Effect Corn Yield. Agron. J. 96:275-280. Maddonni, G.A., A.G. Cirilo and M.E. Otegui. 2006. Row Width and Maize Grain Yield. Agron. J. 98:1532-1543 Moenandir, H. J., 1993. Pengantar Ilmu dan Pengendalian Gulma. Rajawali Pers, Jakarta. Hal. 83 Moenandir, H. J., 1988. Fisiologi Herbisida. Rajawali Pers. Jakarta. Pederson, P. and J.G. Lauer. 2003. Corn and Soybean Response to Rotation Sequence, Row Spacing and Tillage System. Agron. J. 95:965-971. Setyati, S. 1983. Pengantar Agronomi. Gramedia, Jakarta. Hal. 168-169. Simamora, T.J. 2007. Pengaruh waktu penyiangan dan jarak tanam Terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Stalcup, L. 2008. Twin Rows Help Boost Yields: Stil, The Jury’s Out on Whether Twin Rows are Always Profitable. Corn and Soybean Digest; Jan 2008; 68,1; ABI/Inform Trade and Industry. Pg. 6. Sukman, Y. dan Yakup, 1995. Gulma dan Tehnik Pengendaliannya. RajaGrafindo Persada, Jakarta.
Tanveer, A., M. Ayub, A.A.R. Ahmad. 1999. Weed-Crop Competition in Maize Relation to Row Spacing and Duration. Pakistan Journal of Biological Sci. 2(2):363-364. Tjitrosoedirdjo, S., I.H. Utomo, dan J. Wiroatmodjo. 1984. Pengelolaa Gulma di Perkebunan. Badan Penerbit Kerjasama Biotrop Bogor dan Gramedia, Bogor. Triharso. 1995. Dasar – Dasar Perlindungan Tanaman. Universitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta.
57
Westgate, M.E., F. Forcella, D.C. Reicosky and J. Somsen. 1997. Rapid Canopy Closure for Maize Production in the Northern U.S. Corn Belt: Radiation-use Efficiency and Grain Yield. Field Crops Res. 49:249-258. Yun. 2008. Angkat Pertanian, Keltan Diminta Produktif. Padang Ekspres. 24 Maret 2008. www.posmetropadang.com. Diakses 23 Juli 2008.
58
Lampiran 1. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 2 MST (cm) Pengendalian Blok Jarak Tanam Gulma 1 2 G1 49.12 56.75 G2 52.63 55.60 J1 G3 52.70 57.31 G4 50.11 54.73 G5 55.25 56.15 Total 259.81 280.54 G1 54.96 53.33 G2 55.75 55.93 J2 G3 59.01 56.21 G4 52.27 55.90 G5 54.90 56.74 Total 276.89 278.11 G1 53.33 54.23 G2 55.25 55.28 J3 G3 54.12 54.40 G4 56.26 51.58 G5 55.33 55.60 Total 274.29 271.09 Total Blok 810.99 829.74
3 59.01 56.90 54.95 57.58 52.65 281.09 55.00 55.87 54.80 57.58 55.08 278.33 57.60 55.22 54.59 54.56 56.65 278.62 838.04
Jumlah
Rataan
164.88 165.13 164.96 162.42 164.05 821.44 163.29 167.55 170.02 165.75 166.72 833.33 165.16 165.75 163.11 162.40 167.58 824.00 2478.77
54.96 55.04 54.99 54.14 54.68 54.76 54.43 55.85 56.67 55.25 55.57 55.56 55.05 55.25 54.37 54.13 55.86 54.93 55.08
tn tn tn tn -
F.Tabel 0.05 6.94 6.94 2.76 2.36 -
Lampiran 2. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 2 MST SK
dB
JK
KT
F.Hit
Blok Jarak Tanam (J) Galat Jarak Tanam Peng. Gulma (G) Interaksi (JxG) Galat Peng. Gulma Total
2 2 4 4 8 24 44
25.60 5.22 39.21 5.79 9.78 94.39 179.99
12.80 2.61 9.80 1.45 1.22 3.93
1.31 0.27 0.37 0.31 -
Ket:
KKJ KKG * tn
= = = =
5.68 3.60 Nyata Tidak Nyata
59
Lampiran 3. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 4 MST (cm) Pengendalian Blok Jarak Tanam Gulma 1 2 G1 107.38 104.84 G2 111.8 115.01 J1 G3 109.95 109.55 G4 108.95 107.56 G5 107.59 110.85 Total 545.67 547.81 G1 106.44 104.98 G2 108.29 106.4 J2 G3 111.55 104.95 G4 107.51 104.59 G5 105.27 101.24 Total 539.06 522.16 G1 110.41 102.78 G2 113.2 107.57 J3 G3 112.2 104.99 G4 108.28 104.11 G5 106.22 102.99 Total 550.31 522.44 Total Blok 1635.04 1592.41
3 112.05 109.94 109.46 108.46 106.76 546.67 109.22 115.26 107.41 108.83 112.54 553.26 107.8 110.03 108.31 106.48 109.24 541.86 1641.79
Jumlah
Rataan
324.27 336.75 328.96 324.97 325.20 1640.15 320.64 329.95 323.91 320.93 319.05 1614.48 320.99 330.80 325.50 318.87 318.45 1614.61 4869.24
108.09 112.25 109.65 108.32 108.40 109.34 106.88 109.98 107.97 106.98 106.35 107.63 107.00 110.27 108.50 106.29 106.15 107.64 108.21
tn tn * tn -
F.Tabel 0.05 6.94 6.94 2.76 2.36 -
Lampiran 4. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 4 MST SK
dB
JK
KT
F.Hit
Blok Jarak Tanam (J) Galat Jarak Tanam Peng. Gulma (G) Interaksi (JxG) Galat Peng. Gulma Total
2 2 4 4 8 24 44
95.58 29.14 83.52 94.41 2.85 121.71 427.22
47.79 14.57 20.88 23.60 0.36 5.07
2.29 0.70 4.65 0.07 -
Ket:
KKJ KKG * tn
= = = =
4.22 2.08 Nyata Tidak Nyata
60
Lampiran 5. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 6 MST (cm) Pengendalian Blok Jarak Tanam Gulma 1 2 G1 171.5 167.8 G2 187.7 179.6 J1 G3 185.2 180.6 G4 181.1 189.2 G5 187.9 185.4 Total 913.40 902.60 G1 171.6 169.6 G2 186.8 182.1 J2 G3 186.1 182.3 G4 183.7 178.7 G5 183.7 179.9 Total 911.90 892.60 G1 173.6 171.2 G2 185.7 181.3 J3 G3 185.2 182.8 G4 180.6 188 G5 179.2 187.9 Total 904.30 911.20 Total Blok 2729.60 2706.40
3 179.9 192.6 193.6 187.3 182.6 936.00 174.8 190.4 187.8 189.7 187.7 930.40 174.2 191.1 189.7 183.6 183.8 922.40 2788.80
Jumlah
Rataan
519.20 559.90 559.40 557.60 555.90 2752.00 516.00 559.30 556.20 552.10 551.30 2734.90 519.00 558.10 557.70 552.20 550.90 2737.90 8224.80
173.07 186.63 186.47 185.87 185.30 183.47 172.00 186.43 185.40 184.03 183.77 182.33 173.00 186.03 185.90 184.07 183.63 182.53 182.77
* tn * tn -
F.Tabel 0.05 6.94 6.94 2.76 2.36 -
Lampiran 6. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 6 MST SK
dB
JK
KT
F.Hit
Blok Jarak Tanam (J) Galat Jarak Tanam Peng. Gulma (G) Interaksi (JxG) Galat Peng. Gulma Total
2 2 4 4 8 24 44
240.73 11.12 51.75 1171.78 5.04 306.19 1786.61
120.36 5.56 12.94 292.95 0.63 12.76
9.30 0.43 22.96 0.05 -
Ket:
KKJ KKG * tn
= = = =
1.97 1.95 Nyata Tidak Nyata
61
Lampiran 7. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 8 MST (cm) Pengendalian Blok Jarak Tanam Gulma 1 2 G1 259.4 264.7 G2 270.1 269.4 J1 G3 272.9 266.7 G4 267.4 271.3 G5 264.2 267.5 Total 1334.00 1339.60 G1 259.3 261.8 G2 262.2 266.1 J2 G3 258.4 262.5 G4 264.5 261.1 G5 255.8 266.6 Total 1300.20 1318.10 G1 258.3 259.4 G2 260.1 262.2 J3 G3 256 262.4 G4 255.8 260.8 G5 254.1 258.8 Total 1284.30 1303.60 Total Blok 3918.50 3961.30
3 262.7 269.9 269.6 264.7 270 1336.90 257.2 258.8 264.8 259.2 263.3 1303.30 261.1 264.1 266.5 264.3 266.2 1322.20 3962.40
Jumlah
Rataan
786.80 809.40 809.20 803.40 801.70 4010.50 778.30 787.10 785.70 784.80 785.70 3921.60 778.80 786.40 784.90 780.90 779.10 3910.10 11842.20
262.27 269.80 269.73 267.80 267.23 267.37 259.43 262.37 261.90 261.60 261.90 261.44 259.60 262.13 261.63 260.30 259.70 260.67 263.16
tn * * tn -
F.Tabel 0.05 6.94 6.94 2.76 2.36 -
Lampiran 8. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 8 MST SK
dB
JK
KT
F.Hit
Blok Jarak Tanam (J) Galat Jarak Tanam Peng. Gulma (G) Interaksi (JxG) Galat Peng. Gulma Total
2 2 4 4 8 24 44
83.56 402.57 99.84 104.95 40.14 202.29 933.35
41.78 201.28 24.96 26.24 5.02 8.43
1.67 8.06 3.11 0.60 -
Ket:
KKJ KKG * tn
= = = =
1.90 1.10 Nyata Tidak Nyata
62
Lampiran 9. Data Pengamatan Jumlah Klorofil Pengendalian Blok Jarak Tanam Gulma 1 G1 51.76 G2 48.14 J1 G3 53.52 G4 53.52 G5 54.85 Total 261.79 G1 56.5 G2 47.64 J2 G3 54.32 G4 52.3 G5 48.74 Total 259.50 G1 46.24 G2 49.32 J3 G3 51.48 G4 47.78 G5 51.34 Total 246.16 Total Blok 767.45
2 46.7 51.1 58.8 51.9 45.5 254.00 54.5 52.4 51.8 51.5 46.1 256.30 36.1 54.9 45.7 46 53.7 236.40 746.70
3 51.8 49.3 47.8 49.8 49.2 247.90 53.8 46.8 47.8 54.3 47.8 250.50 42.5 42.1 69.4 52.6 42.2 248.80 747.20
Jumlah
Rataan
150.26 148.54 160.12 155.22 149.55 763.69 164.80 146.84 153.92 158.10 142.64 766.30 124.84 146.32 166.58 146.38 147.24 731.36 2261.35
50.09 49.51 53.37 51.74 49.85 50.91 54.93 48.95 51.31 52.70 47.55 51.09 41.61 48.77 55.53 48.79 49.08 48.76 50.25
tn tn tn tn -
F.Tabel 0.05 6.94 6.94 2.76 2.36 -
Lampiran 10. Daftar Sidik Ragam Jumlah Klorofil SK
dB
JK
KT
F.Hit
Blok Jarak Tanam (J) Galat Jarak Tanam Peng. Gulma (G) Interaksi (JxG) Galat Peng. Gulma Total
2 2 4 4 8 24 44
18.69 50.51 26.09 143.17 282.93 677.71 1199.10
9.34 25.25 6.52 35.79 35.37 28.24
1.43 3.87 1.27 1.25 -
Ket :
KKJ KKG * tn
= = = =
5.08 10.57 Nyata Tidak Nyata
63
Lampiran 11. Data Pengamatan Umur Berbunga (HST) Pengendalian Blok Jarak Tanam Gulma 1 2 G1 51.2 51.1 G2 49.4 50.2 J1 G3 49.3 50 G4 49.4 50.9 G5 49.7 51.1 Total 249.00 253.30 G1 49.2 51.1 G2 49.4 49.4 J2 G3 48.4 48.8 G4 49.4 49.6 G5 48.1 49.4 Total 244.50 248.30 G1 49.9 49.7 G2 49.7 50 J3 G3 49.2 49.2 G4 49.8 49.8 G5 49.3 50.1 Total 247.90 248.80 Total Blok 741.40 750.40
3 49.2 49.9 50.2 49.8 49.3 248.40 50.7 48.7 48.9 49.3 49.6 247.20 49.6 50.1 49.4 50.3 49.9 249.30 744.90
Jumlah
Rataan
151.50 149.50 149.50 150.10 150.10 750.70 151.00 147.50 146.10 148.30 147.10 740.00 149.20 149.80 147.80 149.90 149.30 746.00 2236.70
50.50 49.83 49.83 50.03 50.03 50.05 50.33 49.17 48.70 49.43 49.03 49.33 49.73 49.93 49.27 49.97 49.77 49.73 49.70
tn tn * tn -
F.Tabel 0.05 6.94 6.94 2.76 2.36 -
Lampiran 12. Daftar Sidik Ragam Umur Berbunga SK
dB
JK
KT
F.Hit
Blok Jarak Tanam (J) Galat Jarak Tanam Peng. Gulma (G) Interaksi (JxG) Galat Peng. Gulma Total
2 2 4 4 8 24 44
2.74 3.84 1.84 4.05 2.37 6.24 21.08
1.37 1.92 0.46 1.01 0.30 0.26
2.98 4.16 3.90 1.14 -
Ket :
KKJ KKG * tn
= = = =
1.37 1.03 Nyata Tidak Nyata
64
Lampiran 13. Data Pengamatan Bobot 100 Biji (g) Pengendalian Blok Jarak Tanam Gulma 1 G1 24.56 G2 26.5 J1 G3 27.54 G4 26.01 G5 26.15 Total 130.76 G1 24.71 G2 26.03 J2 G3 25.37 G4 24.05 G5 26.02 Total 126.18 G1 25.04 G2 25.74 J3 G3 25.2 G4 24.59 G5 25.68 Total 126.25 Total Blok 383.19
2 24.7 27.24 26.04 27.24 26.65 131.87 24.43 25.68 26.87 27.14 25.42 129.54 24.31 25.37 25.23 25.07 24.28 124.26 385.67
3 25.39 27.48 26.69 26.15 24.59 130.30 24.39 25.5 25.16 24.08 25.9 125.03 24.52 26.09 26.82 25.62 26.45 129.50 384.83
Jumlah
Rataan
74.65 81.22 80.27 79.40 77.39 392.93 73.53 77.21 77.40 75.27 77.34 380.75 73.87 77.20 77.25 75.28 76.41 380.01 1153.69
24.88 27.07 26.76 26.47 25.80 26.20 24.51 25.74 25.80 25.09 25.78 25.38 24.62 25.73 25.75 25.09 25.47 25.33 25.64
tn tn * tn -
F.Tabel 0.05 6.94 6.94 2.76 2.36 -
Lampiran 14. Daftar Sidik Ragam Bobot 100 Biji SK
dB
JK
KT
F.Hit
Blok Jarak Tanam (J) Galat Jarak Tanam Peng. Gulma (G) Interaksi (JxG) Galat Peng. Gulma Total
2 2 4 4 8 24 44
0.21 7.02 5.04 13.08 2.70 13.67 41.72
0.11 3.51 1.26 3.27 0.34 0.57
0.08 2.78 5.74 0.59 -
Ket:
KKJ KKG * tn
= = = =
4.38 2.94 Nyata Tidak Nyata
65
Lampiran 15. Data Pengamatan Produksi Per Tanaman (g) Pengendalian Blok Jarak Tanam Gulma 1 2 G1 206.84 189.23 G2 222.79 239.99 J1 G3 243.48 214.30 G4 227.55 220.17 G5 211.93 211.90 Total 1112.58 1075.58 G1 181.38 196.43 G2 200.75 210.30 J2 G3 212.65 211.94 G4 183.69 192.67 G5 182.67 180.64 Total 961.13 992.00 G1 194.08 191.28 G2 224.21 225.22 J3 G3 222.38 217.75 G4 221.90 218.20 G5 217.20 227.14 Total 1079.76 1079.59 Total Blok 3153.47 3147.16
3 204.53 244.63 234.47 221.65 220.35 1125.62 194.14 249.77 206.80 184.63 183.99 1019.33 191.90 226.15 220.82 209.64 203.37 1051.86 3196.81
Jumlah
Rataan
600.60 707.40 692.24 669.36 644.17 3313.77 571.95 660.82 631.39 560.99 547.30 2972.45 577.26 675.57 660.94 649.73 647.71 3211.21 9497.44
200.20 235.80 230.75 223.12 214.72 220.92 190.65 220.27 210.46 187.00 182.43 198.16 192.42 225.19 220.31 216.58 215.90 214.08 211.05
tn * * tn -
F.Tabel 0.05 6.94 6.94 2.76 2.36 -
Lampiran 16. Daftar Sidik Ragam Produksi Per Tanaman SK
dB
JK
KT
F.Hit
Blok Jarak Tanam (J) Galat Jarak Tanam Peng. Gulma (G) Interaksi (JxG) Galat Peng. Gulma Total
2 2 4 4 8 24 44
97.43 4089.46 614.49 6053.93 1447.49 2199.47 14502.28
48.71 2044.73 153.62 1513.48 180.94 91.64
0.32 13.31 16.51 1.97 -
Ket:
KKJ KKG * tn
= = = =
5.87 4.54 Nyata Tidak Nyata
66
Lampiran 17. Data Pengamatan Persentase Jumlah Tanaman Jagung Bertongkol dua perplot (%) Pengendalian Blok Jarak Tanam Jumlah Rataan Gulma 1 2 3 G1 7.41 0.00 3.70 11.11 3.70 G2 22.22 18.52 14.81 55.56 18.52 J1 G3 18.52 14.81 18.52 51.85 17.28 G4 11.11 11.11 7.41 29.63 9.88 G5 14.81 11.11 11.11 37.04 12.35 Total 74.07 55.56 55.56 185.19 12.35 G1 0.00 2.22 0.00 2.22 0.74 G2 8.89 6.67 4.44 20.00 6.67 J2 G3 8.89 6.67 4.44 20.00 6.67 G4 4.44 0.00 2.22 6.67 2.22 G5 4.44 0.00 6.67 11.11 3.70 Total 26.67 15.56 17.78 60.00 4.00 G1 1.92 0.00 0.00 1.92 0.64 G2 13.46 7.69 9.62 30.77 10.26 J3 G3 7.69 5.77 3.85 17.31 5.77 G4 5.77 3.85 1.92 11.54 3.85 G5 7.69 3.85 5.77 17.31 5.77 Total 36.54 21.15 21.15 78.85 5.26 Total Blok 137.28 92.26 94.49 324.03 7.20
Lampiran 18. Daftar Sidik Ragam Jumlah Tanaman Jagung Bertogkol dua perplot SK
dB
JK
KT
F.Hit
Blok Jarak Tanam (J) Galat Jarak Tanam Peng. Gulma (G) Interaksi (JxG) Galat Peng. Gulma Total
2 2 4 4 8 24 44
85.83 607.43 5.28 562.28 98.26 89.07 1448.16
42.92 303.72 1.32 140.57 12.28 3.71
32.51 230.11 37.87 3.31 -
Ket:
KKJ KKG * tn
= = = =
15.95 26.75 Nyata Tidak Nyata
* * * * -
F.Tabel 0.05 6.94 6.94 2.76 2.36 -
67
Lampiran 19. Data Pengamatan Produksi Per Hektar (ton) Pengendalian Blok Jarak Tanam Gulma 1 2 G1 10.79 9.62 G2 11.85 13.00 J1 G3 13.23 11.29 G4 12.17 11.68 G5 11.13 11.13 Total 59.17 56.70 G1 14.17 15.58 G2 15.98 16.88 J2 G3 17.10 17.03 G4 14.39 15.23 G5 14.29 14.10 Total 75.92 78.81 G1 15.99 15.72 G2 18.93 19.03 J3 G3 18.75 18.30 G4 18.71 18.35 G5 18.25 19.22 Total 90.63 90.61 Total Blok 225.72 226.13
3 10.64 13.31 12.63 11.78 11.69 60.04 15.36 20.57 16.55 14.47 14.41 81.37 15.78 19.12 18.60 17.51 16.90 87.91 229.32
Jumlah
Rataan
31.04 38.16 37.15 35.62 33.94 175.92 45.11 53.43 50.67 44.08 42.80 236.10 47.50 57.08 55.65 54.56 54.36 269.16 681.18
10.35 12.72 12.38 11.87 11.31 11.73 15.04 17.81 16.89 14.69 14.27 15.74 15.83 19.03 18.55 18.19 18.12 17.94 15.14
tn * * * -
F.Tabel 0.05 6.94 6.94 2.76 2.36 -
Lampiran 20. Daftar Sidik Ragam Produksi Per Hektar SK
dB
JK
KT
F.Hit
Blok Jarak Tanam (J) Galat Jarak Tanam Peng. Gulma (G) Interaksi (JxG) Galat Peng. Gulma Total
2 2 4 4 8 24 44
0.52 297.97 4.63 43.96 12.95 16.44 376.47
0.26 148.99 1.16 10.99 1.62 0.69
0.22 128.66 16.04 2.36 -
Ket:
KKJ KKG * tn
= = = =
7.11 5.47 Nyata Tidak Nyata
68
Lampiran 21. Data Pengamatan Nilai Indeks Panen Pengendalian Blok Jarak Tanam Gulma 1 G1 0.91 G2 0.92 J1 G3 0.97 G4 0.78 G5 0.77 Total 4.35 G1 0.89 G2 0.63 J2 G3 0.55 G4 0.80 G5 0.73 Total 3.60 G1 0.97 G2 0.85 J3 G3 0.92 G4 0.83 G5 0.96 Total 4.53 Total Blok 12.48
2 0.89 1.02 0.94 0.83 0.89 4.57 0.78 0.70 1.42 0.79 0.82 4.51 0.91 0.97 1.02 0.72 0.74 4.36 13.44
3 0.79 1.10 2.06 0.80 0.78 5.53 1.37 1.16 0.94 0.69 1.14 5.30 0.74 1.04 0.79 0.65 0.60 3.82 14.65
Jumlah
Rataan
2.59 3.04 3.97 2.41 2.44 14.45 3.04 2.49 2.91 2.28 2.69 13.41 2.62 2.86 2.73 2.20 2.30 12.71 40.57
0.86 1.01 1.32 0.80 0.81 0.96 1.01 0.83 0.97 0.76 0.90 0.89 0.87 0.95 0.91 0.73 0.77 0.85 0.90
tn tn tn tn -
F.Tabel 0.05 6.94 6.94 2.76 2.36 -
Lampiran 22. Daftar Sidik Ragam Nilai Indeks Panen SK
dB
JK
KT
F.Hit
Blok Jarak Tanam (J) Galat Jarak Tanam Peng. Gulma (G) Interaksi (JxG) Galat Peng. Gulma Total
2 2 4 4 8 24 44
0.16 0.10 0.34 0.48 0.33 1.35 2.75
0.08 0.05 0.09 0.12 0.04 0.06
0.92 0.59 2.13 0.72 -
Ket:
KKJ KKG * tn
= = = =
32.54 26.27 Nyata Tidak nyata
69
Lampiran 23. Data Pengamatan Persentase Kerusakan Tanaman Jagung (%) Pengendalian Blok Jarak Tanam Jumlah Gulma 1 2 3 G4 68.49 39.42 39.19 147.10 J1 G5 41.48 58.36 47.8 147.64 Total 109.97 97.78 86.99 294.74 G4 33.27 33.14 36.62 103.03 J2 G5 47.94 54.32 44.16 146.42 Total 81.21 87.46 80.78 249.45 G4 27.2 37.47 33.37 98.04 J3 G5 64.41 48.05 41.87 154.33 Total 91.61 85.52 75.24 252.37 Total Blok 282.79 270.76 243.01 796.56
Rataan 49.03 49.21 49.12 34.34 48.81 41.58 32.68 51.44 42.06 44.25
Lampiran 24. Daftar Sidik Ragam Persentase Kerusakan Tanaman Jagung SK
dB
JK
KT
F.Hit
Blok Jarak Tanam (J) Galat Jarak Tanam Peng. Gulma (G) Interaksi (JxG) Galat Peng. Gulma Total
2 2 4 1 2 6 17
138.74 214.16 75.88 558.00 283.92 883.98 2154.69
69.37 107.08 18.97 558.00 141.96 147.33
3.66 5.64 3.79 0.96 -
Ket:
KKJ KKG * tn
= = = =
9.84 27.43 Nyata Tidak Nyata
tn tn tn tn -
F.Tabel 0.05 6.94 6.94 5.99 5.14 -
70
Lampiran 25. Data Pengamatan Persentase Pemulihan Tanaman Jagung (%) Jarak Tanam J1
Pengendalian Gulma G4 G5
Total J2
G4 G5
Total J3
G4 G5
Total Total Blok
Blok 1 56.55 27.38 83.93 16.43 34.45 50.88 14.58 41.61 56.19 191.00
2 19.69 39.21 58.90 14.99 38.25 53.24 23.98 34.29 58.27 170.41
3 39.65 31.73 71.38 23.63 25.01 48.64 17.3 27.34 44.64 164.66
Jumlah Rataan 115.89 98.32 214.21 55.05 97.71 152.76 55.86 103.24 159.10 526.07
38.63 32.77 35.70 18.35 32.57 25.46 18.62 34.41 26.52 29.23
Lampiran 26. Daftar Sidik Ragam Persentase Pemulihan Tanaman Jagung SK
dB
JK
KT
F.Hit
Blok Jarak Tanam (J) Galat Jarak Tanam Peng. Gulma (G) Interaksi (JxG) Galat Peng. Gulma Total
2 2 4 1 2 6 17
63.93 380.75 151.90 291.77 437.14 821.10 2146.59
31.97 190.37 37.98 291.77 218.57 136.85
0.84 5.01 2.13 1.60 -
Ket:
KKJ KKG * tn
= = = =
21.09 40.03 Nyata Tidak Nyata
tn tn tn tn -
F.Tabel 0.05 6.94 6.94 5.99 5.14 -
71
Lampiran 27. Data Pengamatan Gulma Dalam Barisan (Sebelum Perlakuan) Perlakuan
Jenis Gulma
J1G3
Ipomoea triloba Euphorbia prunifolia Cleome rutidospermae Cyperus sp
Blok 1 0 0 20 0
2 2 37 0 0
3 2 4 7 49
Cyperus sp Echinochloa colonum Lantana camara Cleome rutidospermae Ipomoea triloba Euphorbia prunifolia asam-asaman Boreria latifolia Boreria laevis
7 4 0 3 1 23 0 32 7
4 13 1 7 3 12 0 43 21
26 34 9 6 1 18 1 0 0
Lantana camara Cleome rutidospermae euphorbia prunifolia Ipomoea triloba Boreria latifolia Echinochloa colonum Cyperus sp Amaranthus spinosus Axonopus compressus
11 6 6 2 5 19 2 4 1
2 3 7 2 61 2 0 0 0
10 9 8 1 3 17 6 0 0
Cyperus sp Euphorbia prunifolia Cleome rutidospermae
8 12 0
31 13 12
52 12 1
Euphorbia prunifolia Cleome rutidospermae Ipomoea triloba Lantana camara Boreria latifolia Echinochloa colonum Phillanthus niruri Axonopus compressus Cyperus sp Asam-asaman
7 1 0 2 32 17 4 0 26 0
1 7 2 4 42 23 0 0 0 0
18 3 3 4 14 8 1 1 8 1
Euphorbia prunifolia Boreria latifolia Echinochloa colonum Axonopus compressus Ageratum conyzoides Cleome rutidospermae Ipomoea triloba Cyperus sp Lantana camara Asam-asaman
7 7 12 6 4 3 10 1 1 1
7 3 7 0 0 6 8 0 12 0
26 2 5 0 0 3 3 66 2 0
Euphorbia prunifolia Cleome rutidospermae Cyperus sp
6 10 5
0 0 103
5 2 31
Euphorbia prunifolia Boreria latifolia Cyperus sp Phillanthus niruri Cleome rutidospermae Lantana camara Ipomoea triloba Asam-asaman Echinochloa colonum Clidemia hirta
37 1 21 0 0 0 0 0 9 0
19 3 13 1 14 8 1 1 0 0
14 8 0 2 1 9 4 0 22 8
Cyperus sp Cleome rutidospermae Boreria latifolia Euphorbia prunifolia Lantana camara Echinochloa colonum
12 0 39 26 1 0
65 6 0 0 0 0
48 17 6 15 7 1
Total
J1G4
Total
J1G5
Total J2G3 Total
J2G4
Total
J2G5
Total J3G3 Total
J3G4
Total
J3G5
Total
KM
FM
KR (%)
FR (%)
SDR (%)
4 41 27 49 121 37 51 10 16 5 53 1 75 28 276 23 18 21 5 69 38 8 4 1 187 91 37 13 141 26 11 5 10 88 48 5 1 34 1 229
2 2 2 1 7 3 3 2 3 3 3 1 2 2 22 3 3 2 3 3 3 2 1 1 21 3 3 2 8 3 3 2 3 3 3 2 1 2 1 23
3.31 33.88 22.31 40.50 100 13.41 18.48 3.62 5.80 1.81 19.20 0.36 27.17 10.14 100 12.30 9.63 11.23 2.67 36.90 20.32 4.28 2.14 0.53 100 64.54 26.24 9.22 100 11.35 4.80 2.18 4.37 38.43 20.96 2.18 0.44 14.85 0.44 100
28.57 28.57 28.57 14.29 100 13.64 13.64 9.09 13.64 13.64 13.64 4.55 9.09 9.09 100 14.29 14.29 9.52 14.29 14.29 14.29 9.52 4.76 4.76 100 37.50 37.50 25.00 100 13.04 13.04 8.70 13.04 13.04 13.04 8.70 4.35 8.70 4.35 100
15.94 31.23 25.44 27.39 100 13.52 16.06 6.36 9.72 7.72 16.42 2.45 18.13 9.62 100 13.29 11.96 10.38 8.48 25.59 17.30 6.90 3.45 2.65 100 51.02 31.87 17.11 100 12.20 8.92 5.44 8.71 25.74 17.00 5.44 2.39 11.77 2.39 100
40 12 24 6 4 12 21 67 15 1 202 11 12 139 162 70 12 34 3 15 17 5 1 31 8 196 125 23 45 41 8 1 243
3 3 3 1 1 3 3 2 3 1 23 2 2 3 7 3 3 2 2 2 2 2 1 2 1 20 3 2 2 2 2 1 12
19.80 5.94 11.88 2.97 1.98 5.94 10.40 33.17 7.43 0.50 100 6.79 7.41 85.80 100 35.71 6.12 17.35 1.53 7.65 8.67 2.55 0.51 15.82 4.08 100 51.44 9.47 18.52 16.87 3.29 0.41 100
13.04 13.04 13.04 4.35 4.35 13.04 13.04 8.70 13.04 4.35 100 28.57 28.57 42.86 100 15.00 15.00 10.00 10.00 10.00 10.00 10.00 5.00 10.00 5.00 100 25.00 16.67 16.67 16.67 16.67 8.33 100
16.42 9.49 12.46 3.66 3.16 9.49 11.72 20.93 10.23 2.42 100 17.68 17.99 64.33 100 25.36 10.56 13.67 5.77 8.83 9.34 6.28 2.76 12.91 4.54 100 38.22 13.07 17.59 16.77 9.98 4.37 100
72
Lampiran 28. Data Pengamatan Gulma Dalam Barisan (Setelah Perlakuan) Perlakuan
Jenis Gulma
J1G3
Boreria latifolia Ipomoea triloba Echinochloa colonum
Blok 1 1 5 3
2 3 7 2
3 9 1 0
Boreria laevis Erechtites sanchifolia Cyperus sp Echinochloa colonum
6 3 4 5
2 0 6 0
5 0 0 0
Setaria plicata Ipomoea triloba Boreria latifolia Euphorbia prunifolia
2 4 6 1
0 6 3 1
0 2 1 2
Echinochloa colonum Axonopus compressus Centotheca lappacaea Boreria laevis
25 3 1 5
4 0 0 7
2 0 0 9
Boreria laevis Euphorbia prunifolia Echinochloa colonum
9 3 3
6 7 3
4 3 0
Boreria laevis Echinochloa colonum Boreria latifolia Setaria plicata
7 3 1 3
5 2 3 0
11 0 2 0
Boreria latifolia Echinochloa colonum Ipomoea triloba
19 5 1
8 7 4
7 0 9
Ipomoea triloba Euphorbia prunifolia Boreria latifolia Asysatasia intrusa Mimosa invisa
6 2 1 4 0
4 0 0 3 1
7 3 2 0 0
Ipomoea triloba Euphorbia prunifolia Boreria latifolia Asysatasia intrusa Mimosa invisa
6 2 3 3 0
4 4 6 2 2
4 2 3 0 0
Total J1G4 Total J1G5 Total J2G3 Total J2G4 Total J2G5 Total J3G3 Total
J3G4
Total
J3G5
Total
KM
FM
KR (%)
FR (%)
SDR (%)
13 13 5 31 13 3 10 5 31 2 12 10 4 28 31 3 1 21 56 19 13 6 38 23 5 6 3 37 34 12 14 60 17 5 3 7 1 33 14 8 12 5 2 41
3 3 2 8 3 1 2 1 7 1 3 3 3 10 3 1 1 3 8 3 3 2 8 3 2 3 1 9 2 2 3 7 3 2 2 2 1 10 3 3 3 2 1 12
41.94 41.94 16.13 100 41.94 9.68 32.26 16.13 100 7.14 42.86 35.71 14.29 100 55.36 5.36 1.79 37.50 100 50.00 34.21 15.79 100 62.16 13.51 16.22 8.11 100 56.67 20.00 23.33 100 51.52 15.15 9.09 21.21 3.03 100 34.15 19.51 29.27 12.20 4.88 100
37.50 37.50 25.00 100 42.86 14.29 28.57 14.29 100 10.00 30.00 30.00 30.00 100 37.50 12.50 12.50 37.50 100 37.50 37.50 25.00 100 33.33 22.22 33.33 11.11 100 28.57 28.57 42.86 100 30.00 20.00 20.00 20.00 10.00 100 25.00 25.00 25.00 16.67 8.33 100
39.72 39.72 20.56 100 42.40 11.98 30.41 15.21 100 8.57 36.43 32.86 22.14 100 46.43 8.93 7.14 37.50 100 43.75 35.86 20.39 100 47.75 17.87 24.77 9.61 100 42.62 24.29 33.10 100 40.76 17.58 14.55 20.61 6.52 100 29.57 22.26 27.13 14.43 6.61 100
73
Lampiran 29. Data Suksesi Gulma Dalam Barisan Sebelum dan Sesudah Perlakuan Perlakuan
Jenis Gulma
J1G3
Ipomoea triloba Euphorbia prunifolia Cleome rutidospermae Boreria latifolia Echinochloa colonum Cyperus sp
Total
J1G4
Cyperus sp Echinochloa colonum Lantana camara Cleome rutidospermae Ipomoea triloba Euphorbia prunifolia asam-asaman Boreria latifolia Erechtites sanchifolia Boreria laevis
Total
J1G5
Lantana camara Cleome rutidospermae Euphorbia prunifolia Ipomoea triloba Boreria latifolia Echinochloa colonum Axonopus compressus
Total
J2G3
Cyperus sp Echinochloa colonum Euphorbia prunifolia Axonopus compressus Centotheca lappacaea Boreria laevis Cleome rutidospermae
Total
J2G4
Euphorbia prunifolia Cleome rutidospermae Ipomoea triloba Lantana camara Boreria latifolia Echinochloa colonum Boreria laevis Cyperus sp Asam-asaman
Total
J2G5
Euphorbia prunifolia Boreria latifolia Echinochloa colonum Axonopus compressus Ageratum conyzoides Cleome rutidospermae Ipomoea triloba Cyperus sp Boreria laevis Lantana camara Setaria plicata Asam-asaman
Total
J3G3
Boreria latifolia Echinochloa colonum Ipomoea triloba Euphorbia prunifolia Cleome rutidospermae Cyperus sp
Total
J3G4
Euphorbia prunifolia Boreria latifolia Cyperus sp Phillanthus niruri Cleome rutidospermae Lantana camara Ipomoea triloba Asam-asaman Echinochloa colonum Clidemia hirta
Total
J3G5
Total
Cyperus sp Cleome rutidospermae Boreria latifolia Euphorbia prunifolia Ipomoea triloba Lantana camara Asysatasia intrusa
Sebelum KM 4 41 27 0 0 49 121 37 51 10 16 5 53 1 75 0 28 276 23 18 21 5 69 38 1 187 91 0 37 0 0 0 13 141 26 11 5 10 88 48 0 34 1 229 40 12 24 6 4 12 21 67 0 15 0 1 202 0 0 0 11 12 139 162 70 12 34 3 15 17 5 1 31 8 196 125 23 45 41 0 8 0 243
Sesudah KM 13 0 0 13 5 0 31 10 5 0 0 0 0 0 0 3 13 31 0 0 4 12 10 0 0 28 0 31 0 3 1 21 0 56 13 0 0 0 0 6 19 0 0 38 0 6 5 0 0 0 0 0 23 0 3 0 37 34 12 14 0 0 0 60 5 3 0 0 0 0 17 0 0 0 33 0 0 12 8 14 0 5 41
C (%) 5.26
18.24
17.67
0
14.23
9.21
0
11.35
14.08
74
Lampiran 30. Data Pengamatan Gulma Antar Barisan (Sebelum Perlakuan) Ipomoea triloba Cyperus sp Cleome rutidospermae Ageratum conyzoides Asystasia intrusa Axonopus compressus Euphorbia prunifolia
Blok 1 5 2 5 2 1 2 13
2 2 5 5 0 0 0 27
3 0 15 0 0 0 0 57
Lantana camara Ipomoea triloba Cleome rutidospermae Cyperus sp Euphorbia prunifolia Boreria latifolia Echinochloa colonum Asam-asaman
18 2 17 13 53 2 1 1
3 2 14 2 15 51 14 0
1 0 9 3 25 27 0 0
Boreria latifolia Ipomoea triloba Cleome rutidospermae Euphorbia prunifolia
38 0 8 24
47 4 4 1
12 2 0 31
Cyperus sp Setaria plicata Euphorbia prunifolia Cleome rutidospermae Ipomoea triloba Ageratum conyzoides
120 0 38 0 7 0
15 6 25 7 0 0
83 0 0 1 0 1
Ipomoea triloba Boreria latifolia Cleome rutidospermae Echinochloa colonum Euphorbia prunifolia Lantana camara Asam-asaman Cyperus sp
1 17 6 0 15 0 0 33
2 29 12 13 3 7 1 0
4 8 3 0 7 2 1 17
Ipomoea triloba Cyperus sp Euphorbia prunifolia Cleome rutidospermae Boreria latifolia Echinochloa colonum Lantana camara Phillanthus niruri
2 48 27 0 0 0 0 3
4 1 5 7 18 5 2 1
4 42 21 7 4 2 2 0
Cyperus sp Cleome rutidospermae Echinochloa colonum Ipomoea triloba Euphorbia prunifolia
15 0 7 0 20
50 0 1 0 7
34 30 2 6 0
Ipomoea triloba Cyperus sp Cleome rutidospermae Clidemia hirta Boreria latifolia Echinochloa colonum Lantana camara Euphorbia prunifolia Phillanthus niruri
3 48 7 0 29 3 0 13 0
5 9 15 0 1 7 13 8 2
8 1 10 5 33 13 9 15 0
Ipomoea triloba Euphorbia prunifolia Lantana camara Boreria latifolia Cleome rutidospermae Cyperus sp Echiochloa colonum Asam-asaman
3 36 0 4 0 21 9 0
9 6 1 7 2 0 16 1
2 26 10 5 16 26 26 3
Perlakuan
Jenis Gulma
J1G3
Total
J1G4
Total J1G5 Total
J2G3
Total
J2G4
Total
J2G5
Total
J3G3
Total
J3G4
Total
J3G5
Total
KM
FM
KR (%)
FR (%)
SDR (%)
7 22 10 2 1 2 97 141 22 4 40 18 93 80 15 1 273 97 6 12 56 171 218 6 63 8 7 1 303 7 54 21 13 25 9 2 50 181 10 91 53 14 22 7 4 4 205 99 30 10 6 27 172 16 58 32 5 63 23 22 36 2 257 14 68 11 16 18 47 51 4 229
2 3 2 1 1 1 3 13 3 2 3 3 3 3 2 1 20 3 2 2 3 10 3 1 2 2 1 1 10 3 3 3 1 3 2 2 2 19 3 3 3 2 2 2 2 2 19 3 1 3 1 2 10 3 3 3 1 3 3 2 3 2 23 3 3 2 3 2 2 3 2 20
4.96 15.60 7.09 1.42 0.71 1.42 68.79 100 8.06 1.47 14.65 6.59 34.07 29.30 5.49 0.37 100 56.73 3.51 7.02 32.75 100 71.94719 1.98 20.79 2.64 2.31 0.33 5.280528 3.87 29.83 11.60 7.18 13.81 4.97 1.10 27.62 100 4.88 44.39 25.85 6.83 10.73 3.41 1.95 1.95 100 57.56 17.44 5.81 3.49 15.70 100 6.23 22.57 12.45 1.95 24.51 8.95 8.56 14.01 0.78 100 6.11 29.69 4.80 6.99 7.86 20.52 22.27 1.75 100
15.38 23.08 15.38 7.69 7.69 7.69 23.08 100 15.00 10.00 15.00 15.00 15.00 15.00 10.00 5.00 100 30.00 20.00 20.00 30.00 100 30.00 10.00 20.00 20.00 10.00 10.00 40 15.79 15.79 15.79 5.26 15.79 10.53 10.53 10.53 100 15.79 15.79 15.79 10.53 10.53 10.53 10.53 10.53 100 30.00 10.00 30.00 10.00 20.00 100 13.04 13.04 13.04 4.35 13.04 13.04 8.70 13.04 8.70 100 15.00 15.00 10.00 15.00 10.00 10.00 15.00 10.00 100
10.17 19.34 11.24 4.56 4.20 4.56 45.94 100 11.53 5.73 14.83 10.80 24.53 22.15 7.75 2.68 100 43.36 11.75 13.51 31.37 100 50.97 5.99 20.40 11.32 6.16 5.17 100.00 9.83 22.81 13.70 6.22 14.80 7.75 5.82 19.08 100 10.33 30.09 20.82 8.68 10.63 6.97 6.24 6.24 100 43.78 13.72 17.91 6.74 17.85 100 9.63 17.81 12.75 3.15 18.78 11.00 8.63 13.53 4.74 100 10.56 22.35 7.40 10.99 8.93 15.26 18.64 5.87 100
75
Lampiran 31. Data Pengamatan Gulma Antar Barisan (Setelah Perlakuan) Asystasia intrusa Boreria latifolia Ipomoea triloba Ageratum conyzoides
Blok 1 6 3 3 1
2 4 7 5 0
3 7 2 8 0
Ipomoea triloba Asystasia intrusa Echinochloa colonum Boreria latifolia Euphorbia prunifolia
6 2 2 1 5
7 4 1 4 3
4 4 0 2 6
Boreria latifolia Ipomoea triloba Echinochloa colonum Boreria laevis
17 1 10 6
25 0 0 2
3 9 5 3
Echinochloa colonum Erechtites sanchifolia Boreria latifolia Euphorbia prunifolia
29 3 4 1
12 0 8 7
0 0 19 5
Boreria laevis Asystasia intrusa Echinochloa colonum
8 0 6
32 0 11
0 9 0
Boreria laevis Sida rombifolia Cyperus sp Ipomoea triloba Echinochloa colonum
12 1 1 0 4
5 0 8 0 14
7 0 0 7 0
Ipomoea triloba Erechtites sachifolia Echinochloa colonum Euphorbia prunifolia Boreria latifolia
2 3 2 2 8
2 0 5 0 3
4 0 0 7 6
Ipomoea triloba Euphorbia prunifolia Boreria latifolia Asysatasia intrusa
6 3 8 3
4 0 5 2
6 1 5 1
Ipomoea triloba Euphorbia prunifolia Boreria latifolia Asysatasia intrusa
6 6 7 3
9 4 5 5
4 0 4 2
Perlakuan
Jenis Gulma
J1G3 Total
J1G4
Total J1G5 Total J2G3 Total J2G4 Total
J2G5
Total
J3G3
Total J3G4 Total J3G5 Total
KM
FM
KR (%)
FR (%)
SDR (%)
17 12 16 1 46 17 10 3 7 14 51 45 10 15 11 81 41 3 31 13 88 40 9 17 66 24 1 9 7 18 59 8 3 7 9 17 44 16 4 18 6 44 19 10 16 10 55
3 3 3 1 10 3 3 2 3 3 14 3 2 2 3 10 2 1 3 3 9 2 1 2 5 3 1 2 1 2 9 3 1 2 2 3 11 3 2 3 3 11 3 2 3 3 11
36.96 26.09 34.78 2.17 100 33.33 19.61 5.88 13.73 27.45 100 55.56 12.35 18.52 13.58 100 46.59091 3.41 35.23 14.77 100 60.61 13.64 25.76 100 40.68 1.69 15.25 11.86 30.51 100 18.18 6.82 15.91 20.45 38.64 100 36.36 9.09 40.91 13.64 100 34.55 18.18 29.09 18.18 100
30.00 30.00 30.00 10.00 100 21.43 21.43 14.29 21.43 21.43 100 30.00 20.00 20.00 30.00 100 22.22 11.11 33.33 33.33 100 40.00 20.00 40.00 100 33.33 11.11 22.22 11.11 22.22 100 27.27 9.09 18.18 18.18 27.27 100 27.27 18.18 27.27 27.27 100 27.27 18.18 27.27 27.27 100
33.48 28.04 32.39 6.09 100 27.38 20.52 10.08 17.58 24.44 100 42.78 16.17 19.26 21.79 100 34.41 7.26 34.28 24.05 100 50.30 16.82 32.88 100 37.01 6.40 18.74 11.49 26.37 100 22.73 7.95 17.05 19.32 32.95 100 31.82 13.64 34.09 20.45 100 30.91 18.18 28.18 22.73 100
76
Lampiran 32. Data Suksesi Gulma Antar Barisan Sebelum dan Sesudah Perlakuan Perlakuan
Jenis Gulma
J1G3
Ipomoea triloba Cyperus sp Cleome rutidospermae Ageratum conyzoides Asystasia intrusa Axonopus compressus Boreria latifolia Euphorbia prunifolia
Total
J1G4
Lantana camara Ipomoea triloba Cleome rutidospermae Cyperus sp Euphorbia prunifolia Boreria latifolia Echinochloa colonum Asam-asaman Asystasia intrusa
Total
J1G5
Boreria latifolia Ipomoea triloba Cleome rutidospermae Euphorbia prunifolia Echinochloa colonum Boreria laevis
Total
J2G3
Cyperus sp Setaria plicata Euphorbia prunifolia Cleome rutidospermae Ipomoea triloba Erechtites sachifolia Ageratum conyzoides Boreria latifolia Echinochloa colonum
Total
J2G4
Ipomoea triloba Boreria latifolia Cleome rutidospermae Echinochloa colonum Euphorbia prunifolia Lantana camara Asam-asaman Cyperus sp Boreria laevis Asystasia intrusa
Total
J2G5
Ipomoea triloba Cyperus sp Euphorbia prunifolia Cleome rutidospermae Boreria latifolia Echinochloa colonum Lantana camara Phillanthus niruri Boreria laevis Sida rombifolia
Total
J3G3
Total J3G4
Total J3G5
Total
Cyperus sp Cleome rutidospermae Echinochloa colonum Ipomoea triloba Euphorbia prunifolia Boreria latifolia Erechtites sachifolia Ipomoea triloba Cyperus sp Cleome rutidospermae Clidemia hirta Boreria latifolia Echinochloa colonum Lantana camara Euphorbia prunifolia Phillanthus niruri Asystasia intrusa Ipomoea triloba Euphorbia prunifolia Lantana camara Boreria latifolia Cleome rutidospermae Cyperus sp Echiochloa colonum Asam-asaman Asystasia intrusa
Sebelum KM 7 22 10 2 1 2 0 97 141 22 4 40 18 93 80 15 1 0 273 97 6 12 56 0 0 171 218 6 63 8 7 0 1 0 0 303 7 54 21 13 25 9 2 50 0 0 181 10 91 53 14 22 7 4 4 0 0 205 99 30 10 6 27 0 0 172 16 58 32 5 63 23 22 36 2 0 257 14 68 11 16 18 47 51 4 0 229
Sesudah KM 16 0 0 1 17 0 12 0 46 0 17 0 0 14 7 3 0 10 51 45 10 0 0 15 11 81 0 0 13 0 0 3 0 31 41 88 0 0 0 17 0 0 0 0 40 9 66 7 9 0 0 0 18 0 0 24 1 59 0 0 7 8 9 17 3 44 16 0 0 0 18 0 0 4 0 6 44 19 10 0 16 0 0 0 0 10 55
C (%) 9.63
17.28
40.48
6.65
10.53
17.42
20.37
29.24
28.17
77
Lampiran 33. Data Pengamatan Bobot Kering Gulma Dalam Barisan Setelah Perlakuan (g) Euphorbia prunifolia Asystasia intrusa Boreria laevis
Blok 1 10.11 50.37 7.56
2 8.07 153.36 0.00
3 0.00 177.25 0.00
Boreria Latifolia Ageratum conyzoides
6.73 3.45
6.94 2.37
9.23 0.00
Boreria latifolia Ipomoea triloba Echinochloa colonum
3.98 9.34 3.98
13.75 20.15 5.56
34.56 5.19 0.00
Boreria laevis Erechtites sanchifolia Cyperus sp Echinochloa colonum
19.46 7.85 3.94 12.05
3.83 0.00 6.25 0.00
19.34 0.00 0.00 0.00
Setaria plicata Ipomoea triloba Boreria latifolia Euphorbia prunifolia
11.01 10.21 13.00 4.41
0.00 17.34 9.23 3.56
0.00 6.20 8.25 3.33
Echinochloa colonum Boreria latifolia Sida rombifolia
10.01 36.34 0.00
8.67 33.09 5.57
0.00 30.77 0.00
Boreria latifolia Cyperus sp
4.14 1.84
5.30 0.00
3.58 3.01
Echinochloa colonum Axonopus compressus Centotheca lappacaea Boreria laevis
12.83 4.89 4.81 6.53
2.59 0.00 0.00 7.84
1.59 0.00 0.00 14.25
Boreria laevis Euphorbia prunifolia Echinochloa colonum
25.44 7.20 4.93
23.74 4.69 3.73
17.36 5.25 0.00
Boreria laevis Echinochloa colonum Boreria latifolia Setaria plicata
15.78 5.21 7.96 8.66
17.58 1.71 13.34 0.00
24.36 0.00 12.38 0.00
Ipomoea triloba Sida rombifolia Boreria laevis Euphorbia prunifolia Eleusine indica Echinochloa colonum
10.16 9.22 16.61 4.89 13.69 4.14
16.45 0.00 15.38 0.00 0.00 0.00
13.32 0.00 24.33 2.05 0.00 0.00
Boreria latifolia Mimosa pudica
3.37 5.78
4.04 0.00
3.77 0.00
Boreria latifolia Echinochloa colonum Ipomoea triloba
4.63 4.40 4.65
3.47 5.32 3.75
7.25 0.00 3.76
Ipomoea triloba Euphorbia prunifolia Boreria latifolia Asysatasia intrusa Mimosa invisa
5.23 6.28 5.34 10.56 0.00
8.36 0.00 0.00 4.23 6.70
4.47 7.56 4.47 0.00 0.00
Ipomoea triloba Euphorbia prunifolia Boreria latifolia Asysatasia intrusa Mimosa invisa
4.26 4.50 4.56 6.46 0.00
5.32 1.89 2.69 7.15 5.64
2.58 3.08 3.56 0.00 0.00
Perlakuan
Jenis Gulma
J1G1 Total J1G2 Total J1G3 Total J1G4 Total J1G5 Total J2G1 Total J2G2 Total J2G3 Total J2G4 Total J2G5 Total
J3G1
Total J3G2 Total J3G3 Total
J3G4
Total
J3G5
Total
Rataan
Total
18.18 380.98 7.56 406.72 22.90 5.82 28.72 52.29 34.68 9.54 96.51 42.63 7.85 10.19 12.05 72.72 11.01 33.75 30.48 11.30 86.54 18.68 100.20 5.57 124.45 13.02 4.85 17.87 17.01 4.89 4.81 28.62 55.33 66.54 17.14 8.66 92.34 57.72 6.92 33.68 8.66 106.98 39.93 9.22 56.32 6.94 13.69 4.14 130.24 11.18 5.78 16.96 15.35 9.72 12.16 37.23 18.06 13.84 9.81 14.79 6.70 63.20 12.16 9.47 10.81 13.61 5.64 51.69
6.06 126.99 2.52 135.57 7.63 1.94 9.57 17.43 11.56 3.18 32.17 14.21 2.62 3.40 4.02 24.24 3.67 11.25 10.16 3.77 28.85 6.23 33.40 1.86 41.48 4.34 1.62 5.96 5.67 1.63 1.60 9.54 18.44 22.18 5.71 2.89 30.78 19.24 2.31 11.23 2.89 35.66 13.31 3.07 18.77 2.31 4.56 1.38 43.41 3.73 1.93 5.65 5.12 3.24 4.05 12.41 6.02 4.61 3.27 4.93 2.23 21.07 4.05 3.16 3.60 4.54 1.88 17.23
78
Lampiran 34. Data Pengamatan Bobot Kering Gulma Antar Barisan Setelah Perlakuan (g) Asystasia intrusa Ipomoea triloba Setaria plicata
Blok 1.00 60.03 22.43 10.81
2.00 45.87 36.94 0.00
3.00 35.48 49.72 0.00
Asystasia intrusa Boreria latifolia
8.65 14.54
0.00 6.57
0.00 9.56
Asystasia intrusa Boreria latifolia Ipomoea triloba Ageratum conyzoides
9.15 11.93 6.23 8.26
6.30 24.59 11.49 0.00
15.73 13.56 24.20 0.00
Ipomoea triloba Asystasia intrusa Echinochloa colonum Boreria latifolia Euphorbia prunifolia
8.56 9.98 5.05 6.10 7.15
16.34 16.45 4.67 14.54 6.71
5.78 20.93 0.00 5.87 4.37
Boreria latifolia Ipomoea triloba Echinochloa colonum Boreria laevis
33.52 5.45 7.66 10.89
56.98 0.00 0.00 5.98
4.76 25.34 9.04 3.87
Boreria latifolia Setaria plicata Echinochloa colonum
30.48 20.96 8.14
25.87 0.00 8.56
27.45 2.78 24.43
Asystasia intrusa Boreria latifolia
8.56 5.32
4.39 7.84
0.00 7.76
Echinochloa colonum Erechtites sanchifolia Boreria latifolia Euphorbia prunifolia
22.18 5.78 9.45 5.86
14.47 0.00 14.53 6.42
0.00 0.00 18.54 9.43
Boreria laevis Asystasia intrusa Echinochloa colonum
17.97 0.00 14.81
16.67 0.00 14.34
0.00 32.45 0.00
Boreria laevis Sida rombifolia Cyperus sp Ipomoea triloba Echinochloa colonum
12.12 6.34 5.69 0.00 8.16
5.34 0.00 14.41 0.00 23.98
9.58 0.00 0.00 5.07 0.00
Boreria latifolia Echinochloa colonum Euphorbia prunifolia Ipomoea triloba Erechtites sanchifolia Asystasia intrusa
9.78 8.57 7.97 7.27 9.64 10.39
6.93 65.45 5.45 4.65 0.00 8.36
4.34 7.05 0.00 9.49 0.00 14.34
Asystasia intrusa Boreria latifolia
14.86 7.39
10.48 7.34
7.34 0.00
Ipomoea triloba Erechtites sachifolia Echinochloa colonum Euphorbia prunifolia Boreria latifolia
8.73 7.97 6.88 6.49 22.73
6.49 0.00 9.58 0.00 6.37
3.32 0.00 0.00 25.34 11.05
Ipomoea triloba Euphorbia prunifolia Boreria latifolia Asysatasia intrusa
5.95 7.43 12.04 8.94
6.78 0.00 13.75 8.49
3.86 3.96 10.20 5.29
Ipomoea triloba Euphorbia prunifolia Boreria latifolia Asysatasia intrusa
9.54 14.52 12.54 4.76
5.43 5.49 7.02 9.54
7.93 0.00 5.87 4.92
Perlakuan
Jenis Gulma
J1G1 Total J1G2 Total J1G3 Total
J1G4
Total J1G5 Total J2G1 Total J2G2 Total J2G3 Total J2G4 Total
J2G5
Total
J3G1
Total J3G2 Total
J3G3
Total J3G4 Total J3G5 Total
KM
FM
141.38 109.09 10.81 261.28 8.65 30.67 39.32 31.18 50.08 41.92 8.26 131.44 30.68 47.36 9.72 26.51 18.23 132.50 95.26 30.79 16.70 20.74 163.49 83.80 23.74 41.13 148.67 12.95 20.92 33.87 36.65 5.78 42.52 21.71 106.66 34.64 32.45 29.15 96.24
47.13 36.36 3.60 87.09 2.88 10.22 13.11 10.39 16.69 13.97 2.75 43.81 10.23 15.79 3.24 8.84 6.08 44.17 31.75 10.26 5.57 6.91 54.50 27.93 7.91 13.71 49.56 4.32 6.97 11.29 12.22 1.93 14.17 7.24 35.55 11.55 10.82 9.72 32.08
27.04 6.34 20.10 5.07 32.14 90.69 21.05 81.07 13.42 21.41 9.64 33.09 179.68 32.68 14.73 47.41 18.54 7.97 16.46 31.83 40.15 114.95 16.59 11.39 35.99 22.72 86.69 22.90 20.01 25.43 19.22 87.56
9.01 2.11 6.70 1.69 10.71 30.23 7.02 27.02 4.47 7.14 3.21 11.03 59.89 10.89 4.91 15.80 6.18 2.66 5.49 10.61 13.38 38.32 5.53 3.80 12.00 7.57 28.90 7.63 6.67 8.48 6.41 29.19
79
Lampiran 35. Tabel Rangkuman Uji Beda Rataan Parameter Pertumbuhan dan Produksi Jagung Akibat Sistem Jarak Tanam dan Metode Pengendalian Gulma yang Berbeda Parameter Perlakuan Jarak Tanam J1 J2 J3 Peng. Gulma G1 G2 G3 G4 G5 Interaksi (JxG) J1G1 J1G2 J1G3 J1G4 J1G5 J2G1 J1G2 J2G3 J2G4 J2G5 J3G1 J3G2 J3G3 J3G4 J3G5
1
2
3
2 MST
4 MST
6 MST
8 MST
54.76 55.56 54.93
109.34 107.63 107.64
183.47 182.33 182.53
267.37 261.44 260.67
a b b
50.91 51.09 49.16
50.05 49.33 49.73
54.81 55.38 55.34 54.51 55.37
107.32 110.83 108.71 107.20 106.97
260.43 264.77 264.42 263.23 262.94
b a a ab ab
52.04 46.69 51.15 53.32 48.73
50.19 49.64 49.27 49.81 49.61
50.09 49.51 53.37 51.74 49.85 54.93 48.95 51.31 52.70 47.55 51.09 41.61 48.77 55.53 48.79
50.50 49.83 49.83 50.03 50.03 50.33 49.17 48.70 49.43 49.03 49.73 49.93 49.27 49.97 49.77
54.96 55.04 54.99 54.14 54.68 54.43 55.85 56.67 55.25 55.57 55.05 55.25 54.37 54.13 55.86
108.09 112.25 109.65 108.32 108.40 106.88 109.98 107.97 106.98 106.35 107.00 110.27 108.50 106.29 106.15
b a ab b b
172.69 186.37 185.92 184.66 184.23 173.07 186.63 186.47 185.87 185.30 172.00 186.43 185.40 184.03 183.77 173.00 186.03 185.90 184.07 183.63
b a a a a
262.27 269.80 269.73 267.80 267.23 259.43 262.37 261.90 261.60 261.90 259.60 262.13 261.63 260.30 259.70
a bc c ab bc
Ket : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada uji BNT taraf 5%. Huruf diiukuti
umum. Keterangan : 1 = tinggi tanaman 2 = jumlah klorofil daun jagung 3 = umur berbunga 4 = bobot 100 biji 5 = persentase jumlah tanama bertongkol dua per plot 6 = produksi per tanaman 7 = produksi per hektar 8 = nilai indeks panen 9 = persentase kerusaka jagung 10= persentase pemulihan jagung 11= gulma dalam barisan 12= gulma antar barisan 13= bobot kering gulma dalam barisan 14= bobot kering gulma antar barisan
4
5
26.20 25.38 25.33
220.92 198.16 214.08
a b a
12.35 4.00 5.26
a b b
11.73 15.74 17.94
c b a
194.42 227.09 220.51 208.90 204.35
c a a b b
89.76 100.97 98.63 94.75 93.22
c a a b b
13.74 16.52 15.94 14.92 14.57
c a a b b
3.70 18.52 17.28 9.88 12.35 0.74 6.67 6.67 2.22 3.70 0.64 10.26 5.77 3.85 5.77
cx/EF ax/A ax/A bx/c bx/B by/G ay/D ay/D by/FG aby/EF cz/G az/BC bz/DE bcz/EF bz/DE
10.35 12.72 12.38 11.87 11.31 15.04 17.81 16.89 14.69 14.27 15.83 19.03 18.55 18.19 18.12
cx/G ax/EF abx/F abx/FG bcx/FG by/D ay/AB ay/BC by/D by/DE bz/CD az/A az/A az/AB az/AB
24.67 26.18 26.10 25.55 25.68 24.88 27.07 26.76 26.47 25.80 24.51 25.74 25.80 25.09 25.78 24.62 25.73 25.75 25.09 25.47
b a a a a
200.20 235.80 230.75 223.12 214.72 190.65 220.27 210.46 187.00 182.43 192.42 225.19 220.31 216.58 215.90
6
7
8 0.9633 0.894 0.8473 0.9167 0.9322 1.0678 0.7656 0.8256 0.86 1.01 1.32 0.80 0.81 1.01 0.83 0.97 0.76 0.90 0.87 0.95 0.91 0.73 0.77
9
10
49.12 41.58 42.06
35.70 25.46 26.52
38.69 49.82
25.20 33.25
49.03 49.21 34.34 48.81 32.68 51.44
x,y, atau z dibandingkan pada main plot masing-masing. Huruf di dalam kurung dibandigkan secara
38.63 32.77 18.35 32.57 18.62 34.41
80 Lampiran 36. Deskripsi Jagung DK3
Asal
: Jagung hibrida Monsanto TB 9001 adalah persilangan ganda tetua betia (TB840134FF/TB840134MF) dan jantan TB840134FM/TB840134MM) Galur-galur TB840134FM, TB840134MM, TB840134FF, TB840134MF berasal dari populasi yang berbeda. Galur ini dikembangkan oleh Departemen Penelitian Perbenihan Monsanto, Thailand.
Golongan
: Persilangan ganda
Umur tanaman
: - 50% keluar rambut ± 58 hari - Masak fisiologi: ± 98 hari
Tinggi tanaman
: 195 cm
Keragaman tanaman
: Baik
Batang
: Besar dan kokoh
Warna Batang
: Hijau
Kerebahan
: Tahan rebah
Warna Daun
: Hijau
Warna malai
: Ungu
Warna sekam (glume)
: Hijau
Warna benangsari (Anther)
: Merah muda
Warna tongkol
: Putih
Perakaran
: Baik
Tongkol
: Besar
Tinggi tongkol
: Sedang (103 cm)
Kelobot
: Menutup tongkol dengan baik
Baris biji
: Lurus dan rapat
Jumlah baris/tongkol
: 14 - 16
Bentuk biji
: Semi mutiara
Warna biji
: Kuning oranye
Tip filling
: Baik
Bobot 1000 butir
: 300 gram
Rata-rata hasil
: 9,25 ton/ha pipilan kering
Potensi hasil
: 11,94 ton/ha pipilan kering
Adaptasi
: Dataran rendah sampai dataran tinggi
Ketahanan penyakit
: Tahan terhadap karat, toleran bulai
Keunggulan lain
: Tahan terhadap kekeringan (stress air); tahan rebah sesuai untuk daerah yang sering terjadi angin dengan kecepatan yang tinggi seperti di Langkat (Sumut).
Pengusul
: PT. Monagro Kimia (Monsanto Indonesia)
81 Lampiran 37. Analisis Tanah Lahan Penelitian
PT. TORGANDA RESEARCH CENTER Jl. Raya Medan-Lubuk Pakam Km 24,5 Tanjung Morawa 20362 Telp. (061)7945861 Fax.(061)7945869
Anaisis tanah : Nitrogen K (total) P tersedia C/N C Organik pH Tekstur
: 0,21% : 1278 ppm : 65 ppm :6 : 1,34 % : 5.61 :pasir (29.6%), liat (36.4%) dan debu (34%)
82 Lampiran 38. Data cuaca di Namo Rambe dan sekitarnya (BMG)
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA Nomor : 24 tahun 2008 Tanggal : 10 Maret 2008
PELAYANAN JASA INFORMASI DATA KLIMATOLOGI BULANAN DAERAH NAMO RAMBE DAN SEKITARNYA TAHUN 2008 Unsur RR T RH SS
Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun 163.4 134.5 188.2 214.5 224.0 118.5 26.1 25.8 25.5 26.3 26.5 26.2 88 86 88 86 86 88 54.8 43.3 40.7 45.9 58.1 30.5
Keterangan: 1. RR 2. T 3. RH 4. SS
Jul Ags Sep Okt 153.7 179.0 538.2 275.0 26.1 26.1 25.7 26.0 88 88 90 90 51.0 55.1 46.4 47.3
: Curah hujan dalam milimeter (mm) : Suhu udara dalam derajat celcius (0C) : Kelembaban udara dalam persen (%) : Penyinaran matahari dalam persen (%)
Nop 141.7 25.8 87 40.3
83
Lampiran 39. Bagan Plot Penelitian 275 cm
J2G4
Blok 1
J1G2
70 cm
J3G1
J2G5
J1G3
J3G2
J2G2
J1G5
J3G3
Blok 2
100 cm
J1G5
275 cm
J2G5
Blok 3
J3G5
J3G1
J2G4
J1G2 U
J1G1
J2G4
J1G3
J2G2
J3G1
J3G5
J2G5
J1G4
J3G3
J2G2
J1G3
J3G4 50 cm J2G1
J1G1
J3G4
J1G2
J2G3
J3G3
J3G2
J2G1
J1G5
J2G3
J1G4
J3G5
J1G4
J2G1
J3G2
J3G4
J2G2
J1G1
S
84
Lampiran 40. Bagan Sistem Jarak Tanam Dalam Plot
60 cm 25 cm
60 cm
60 cm 25 cm
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
25 cm
25 cm
X X
X X
X X
X
X X
X X
X X
X
X 25 cm
X X
X
X X
X
X
X
X
X X
X X
X X
X
X
X
X
X
X
X
X X
X X
X X
X
X
X
X
X
X
X
X X
X X
X X
X X
X
X
X
X
X
X
X X
X X
X X
X
X
X
X
X
X X
X X
X X
X
X
X
X
X
X
X
X X
X X
X X
X
X
X
X
X
X
X
X X
X X
X X
X
X
X
X
X
X
X
X X
X X
X X
X
X
X
X
X
X
X
X X
X X
X X
X
X
X
X = Tanaman sampel. Pengambilan tanaman sampel dilakukan secara acak tanpa mengikutsertakan tanaman pada barisan terluar plot
X X
X
X X
X X
X X
X
X X
X X
X
X X
X
X
X Sistem dua baris (J2)
X
X
X
X X
X
X
Sistem satu baris (J1)
X
X
X
X X
X
X X
X
X
X
X X
X
X
X X
X
X
X
X
X
X
X
X X
X X
X
X X
X
Sistem baris segitiga (J3)
X
85 Lampiran 41. Jadwal Kegiatan Mingguan Minggu keJenis Kegiatan Persiapan Lahan Penanaman
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
X X
Penjarangan
X
Aplikasi Pupuk -N
X
-P
X
-K
X
X
Penyiraman
X
Disesuaikan Dengan Kondisi di Lapangan
Peng Gulma
X
Peng H dan P
X Disesuaikan Dengan Kondisi di Lapangan
Panen Pengeringan dan Pemipilan Pengamatan Parameter Tinggi Tanaman
X X
X
X
X
X
Jumlah Klorofil
X
Umur Berbunga
X
Bobot 100 Biji
X
Produksi per tanaman Persentase jumlah tanaman bertogkol dua per plot
X
X
Produksi per hektar
X
Nilai Indeks Panen Persentase kerusakan tanaman jagung Persentase pemulihan tanaman jagung Gulma yang Tumbuh Dalam Barisan Gulma yang Tumbuh Antar Barisan Bobot Kering Gulma Dalam Barisan Bobot Kering Antar Gulma
X X
X X
X
X
X
X
X X X
86 Lampiran 42. Model Sidik Ragam Sidik ragam Sumber Blok Pola Tanam (J) Error (a) Pengendalia n Gulma (G) Interaksi GxJ Error (b) Total
db r – 1= 2
JK JK B
KT JK B / 2
Fh KT B / KT E(a)
J – 1= 2 (r-1)(J-1)= 4
JK J JK E(a)
JK J / 2 JK E(a) / 4
KT J/ KT E(a) -
G – 1= 4 (J – 1) (G – 1) = 8 J(G – 1) (r – 1)= 24 JGr – 1= 44
JK G JK J x G JK E(b) JK T
JK G / 4 JK J x G / 8 -
KT G / KT E(b) KT J x G / KT E(b) -
Bila : Fh > F.05 Fh < F.05
Nyata (*) Tidak nyata (tn)
F.0 5
87 Lampiran 43. Foto Hasil Tongkol Tanaman Jagung Per Plot
J1G1
JIG2
J1G3
JIG4
J1G5
J2G1
J2G2
J2G3
88
J2G4
J2G5
J3G1
J3G2
J3G3
J3G4
J3G5
89 Lampiran 44. Foto Biji Pipilan Kering
90
91 Lampiran 45. Foto Brangkasan Kering Tanaman Jagung Beserta Tongkol
92 Lampiran 46. Foto Tanaman Yang Rusak Akibat Perlakuan Herbisida
93 Lampiran 47. Foto Plot Penelitian
Plot J1G2
Plot J2G4
94
Plot J3G1