PENGARUH VOLUME PERDAGANGAN SAHAM, INFLASI, DAN KURS RUPIAH TERHADAP VOLATILITAS HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN LQ45
Oleh: SYARAH MAULIDYA 133402560
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi Tasikmalaya Jalan Siliwangi No. 24 Kota Tasikmalaya Jawa Barat Email:
[email protected]
ABSTRACT The objective of this research was to know and analyze the influence of Stock Trading Volume, Inflation, and Rupiah Exchange Rate on Stock Price Volatility at LQ45 Companies on Indonesia Stock Exchange. The method of this research used a descriptive method and correlational method. To analyze the data, the researcher used multiple regression linear of panel data and determination coefficient. Partially, based on the result, Stock Trading Volume, Inflation, and Rupiah Exchange Rate had not significant effect on Stock Price Volatility at LQ45 Companies on Indonesia Stock Exchange. Simultaneously, there was not significant effect between Stock Trading Volume, Inflation, and Rupiah Exchange Rate on Stock Price Volatility at LQ45 Companies on Indonesia Stock Exchange. So, the Hypothesis was not Verified.
Keywords: stock trading volume, inflation, rupiah exchange rate, stock price volatility
ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Volume Perdagangan Saham, Inflasi, dan Kurs Rupiah Terhadap Volatilitas Harga
1
Saham pada Perusahaan LQ45. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dan metode korelasional. Alat analisis yang digunakan adalah Regresi Data Panel dan Koefisien Determinasi. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa secara parsial, Volume Perdagangan Saham, Inflasi, dan Kurs Rupiah berpengaruh tidak signifikan terhadap Volatilitas Harga Saham pada Perusahaan LQ45. Secara simultan Volume Perdagangan Saham, Inflasi, dan Kurs Rupiah berpengaruh tidak signifikan terhadap Volatilitas Harga Saham pada Perusahaan LQ45. Dengan demikian, hipotesis yang diajukan tidak dapat di verifikasi.
Kata kunci: volume perdagangan saham, inflasi, kurs rupiah, volatilitas harga saham.
PENDAHULUAN Perusahaan dalam membiayai kegiatan operasionalnya selalu membutuhkan dana, dana tersebut biasanya dapat diperoleh melalui beberapa sumber, pertama berasal dari dalam perusahaan, yakni modal pemilik, maupun laba ditahan (retained earning). Sedangkan sumber pembiayaan lainnya berasal dari luar, yakni dalam bentuk pinjaman/hutang dari pihak lain. Selain pinjaman, untuk beberapa perusahaan yang go public dalam upaya menambah dana kegiatan operasionalnya dapat diperoleh melalui penerbitan sekuritas di pasar modal. Dalam hal ini, pasar modal berfungsi sebagai perantara untuk mempertemukan pemilik modal (investor) dengan pihak-pihak yang berupaya memperoleh tambahan dana melalui penjualan sahamnya. Terdapat beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk menilai harga suatu saham. Pendekatan yang banyak digunakan diantaranya adalah pendekatan tradisional dan pendekatan portofolio modern. Untuk melakukan analisis dan memilih saham terdapat dua pendekatan dasar, yaitu Analisis Fundamental dan Analisis Teknikal. Secara tradisional analisis fundamental telah memperoleh perhatian yang cukup besar dari analisis sekuritas, dan perkembangan penelitian tentang konsep pasar yang efisien telah mempengaruhi analisis saham (Husnan, 2009: 307). Analisis teknikal merupakan suatu teknik analisis yang menggunakan
2
data atau catatan mengenai pasar itu sendiri untuk berusaha mengakses permintaan dan penawaran suatu saham tertentu maupun pasar secara keseluruhan. Pendekatan analisis ini menggunakan data pasar yang dipublikasikan seperti harga saham, volume perdagangan saham, indeks harga saham gabungan dan individu, serta faktor-faktor lain yang bersifat teknis. Analisis ini merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham (kondisi pasar) dengan mengamati perubahan harga saham tersebut (kondisi pasar) di waktu yang lalu. Berlainan dengan pendekatan fundamental, analisis teknikal tidak memperhatikan faktorfaktor fundamental (seperti kebijakansanaan pemerintah, pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan penjualan perusahaan, pertumbuhan laba, perkembangan tingkat bunga, dan sebagainya), yang mungkin mempengaruhi harga saham (kondisi pasar) (Husnan, 2009: 341). Penilaian harga saham ini sangat dipengaruhi oleh seberapa besar tingkat optimisme investor terhadap perusahaan (emiten). Pihak pembeli saham menghendaki kenaikan harga saham setelah pembelian saham dan pihak penjual saham menghendaki penurunan harga saham setelah penjualan saham. Tujuan yang berbeda dari pihak pembeli dan penjual ini melatarbelakangi re-evaluasi yang mengakibatkan fluktuasi harga saham. Fluktuasi atau naik turunnya harga saham dapat dilihat dengan volatilitas. Volatilitas adalah pengukuran statistik untuk fluktuasi harga selama periode tertentu (Firmansyah, 2006: 84). Bagi masyarakat umum, volatilitas seringkali disamakan dengan risiko. Semakin tinggi volatilitas, maka ketidakpastian dari return yang akan diperoleh juga akan semakin tinggi. Bila volatilitas hariannya sangat tinggi maka harga saham akan mengalami kenaikan dan penurunan yang tinggi sehingga memberikan ruang untuk melakukan perdagangan atau transaksi demi mendapatkan keuntungan dari adanya perbedaan (margin) dari harga awal dengan harga akhir pada saat dilakukan transaksi. Meski demikian, resiko yang dimilikinya juga sangat besar. Pada saham seperti ini akan berlaku “high risk high return”. Sedangkan, harga saham yang volatilitasnya rendah maka pergerakan harga sahamnya sangat rendah. Pada volatilitas rendah biasanya investor tidak bisa memperoleh
3
keuntungan tetapi harus memegang saham dalam jangka panjang agar memperoleh capital gain. Tinggi rendahnya volatilitas harga saham ini dapat dipengaruhi oleh faktor makro. Faktor makro adalah faktor-faktor yang mempengaruhi perekonomian secara keseluruhan, antara lain tingkat bunga yang tinggi, inflasi, tingkat produktivitas nasional, politik, dan lain-lain yang memiliki dampak penting pada potensi keuntungan perusahaan. Penelitian ini akan menggunakan saham-saham yang aktif sebagai sampel penelitian yaitu mengambil sampel dari perusahaan yang terdaftar dalam Indeks LQ 45 periode tahun 2014-2015. Alasan digunakannya saham aktif yang masuk dalam perhitungan LQ 45 adalah guna menghindari pengambilan sampel yang berpotensi mengikutsertakan saham tidak aktif dalam analisis serta karena saham perusahaan yang masuk perhitungan indeks LQ 45 merupakan saham-saham dengan kapitalisasi besar yang mencakup 75% kapitalisasi pasar sehingga dapat mewakili saham-saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.
LANDASAN TEORI Menurut Jones (2010:413), volume perdagangan merupakan bagian dari analisis teknikal. Volume perdagangan yang tinggi dianggap sejalan dengan kenaikan harga. Volume perdagangan saham ini merupakan informasi bagi para investor dalam melakukan trading di pasar sekuritas. Dimana informasi ini nantinya akan digunakan investor dalam mengambil keputusan untuk berinvestasi. Volume perdagangan saham mewakili jumlah total transaksi yang terjadi dalam hitungan periode waktu tertentu. Semakin tinggi volume perdagangan saham dalam suatu perusahaan menunjukan bahwa perusahaan tersebut memiliki kualitas yang tinggi. Akibatnya harga saham peusahaan tersebut akan cenderung meningkat, dan sebaliknya. Hal ini tentunya dapat menyebabkan fluktuasi harga saham di pasar sekuritas. Menurut Tandelilin (2010: 342), inflasi adalah kecenderungan terjadinya peningkatan harga produk-produk secara keseluruhan. Inflasi yang terlalu tinggi juga akan menyebabkan penurunan daya beli uang (purchasing
4
power of money). Disamping itu inflasi yang tinggi juga bisa mengurangi tingkat pendapatan riil yang diperoleh investor dari investasinya. Peningkatan tingkat inflasi ini akan menyebabkan kebijakan ekonomi yang ketat dan akan membuat efek negatif terhadap harga saham. Efek negatif yang diterima oleh harga saham ini tentunya akan mendorong investor untuk menjual saham yang dimiliki, sehingga akan berakibat meningkatnya volatilitas haga saham. Zan (2003) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa inflasi berpengaruh negatif terhadap volatilitas harga saham. Sedangkan penelitian Taqiyuddin (2011) menunjukkan bahwa inflasi secara parsial mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap fluktuasi harga saham. Kurs (exchange rate) adalah pertukaran antara dua mata uang yang berbeda, yaitu merupakan perbandingan nilai atau harga antara kedua mata uang tersebut. Perbandingan nilai inilah sering disebut dengan kurs (exchange rate) (Triyono, 2008: 157). Menurunnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing (dolar amerika) berdampak terhadap meningkatnya biaya impor bahan baku dan peralatan yang dibutuhkan perusahaan sehingga mengakibatkan meningkatnya biaya produksi, atau dengan kata lain melemahnya nilai tukar rupiah terhadap US Dollar memiliki pengaruh negatif pada terhadap ekonomi nasional yang pada akhirnya menurunkan kinerja saham di pasar saham.
METODE PENELITIAN Adapun metode penelitian yang penulis gunakan adalah metode deskriptif analisis dan metode korelasional. Metode deskriptif analisis yaitu metode penelitian yang menuturkan atau menggambarkan situasi yang terjadi pada masa sekarang, kemudian menganalisis serta menginterpretasikan data-data yang diperoleh dengan analisis tertentu. Menurut Nazir, Moh (2006: 63) bahwa, “Metode deskriptif analisis adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang”.Sedangkan metode korelasional adalah metode penelitian yang
5
dipergunakan untuk mengetahui pengaruh dua variabel atau lebih (Rus Efendi, 2003: 31).
PEMBAHASAN Analisis Regresi Data Panel Hasil penelitian pada analisis regresi data panel dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Dependent Variable: Y? Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects) Date: 03/29/17 Time: 08:05 Sample: 2011 2015 Included observations: 5 Cross-sections included: 10 Total pool (balanced) observations: 50 Swamy and Arora estimator of component variances Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C X1? X2? X3? Random Effects (Cross) _AALI—C _ASII—C _ASRI—C _CPIN—C _ICBP—C _INDF—C _KLBF—C _LPKR—C _UNVR—C _TLKM—C
2.101746 0.011080 3.526454 -0.203233
1.128300 0.009446 2.024269 0.126505
1.862755 1.173059 1.742088 -1.606519
0.0689 0.2468 0.0882 0.1150
0.016220 0.007670 -0.024987 0.025684 0.002685 -0.006574 0.004122 -0.018879 -0.011212 0.005272 Effects Specification S.D.
Cross-section random Idiosyncratic random
0.029346 0.106368
Rho 0.0707 0.9293
Weighted Statistics R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)
0.086778 0.027220 0.116407 1.457040 0.238631
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat
Unweighted Statistics
6
0.560521 0.118024 0.623324 2.011316
R-squared Sum squared resid
0.075422 0.662924
Mean dependent var Durbin-Watson stat
0.658600 1.891168
Berdasarkan uji Chow dan uji Hausman, terlihat bahwa model mengikuti random effect. Maka dari hasil estimasi dengan menggunakan model random effect dapat dibentuk persamaan sebagai berikut: Y = 2,1011746 + 0,011080X1 + 3,526454X2 – 0,203233X3 Nilai konstanta pada persamaan sebesar 2,1011746 menunjukkan bahwa apabila semua variabel independen (Volume perdagangan saham, inflasi, dan kurs rupiah) dianggap bernilai 0 maka besarnya volatilitas harga saham sebesar 2,1011746. Nilai koefisien regresi Volume Perdagangan Saham sebesar 0,011080 artinya apabila Volume Perdagangan Saham mengalami kenaikan sebesar 1 sedangkan variabel lainnya dianggap konstan, maka volatilitas harga saham mengalami kenaikan sebesar 0,011080. Nilai koefisien regresi Inflasi sebesar 3,526454 artinya apabila Inflasi mengalami kenaikan sebesar 1 sedangkan variabel lainnya dianggap konstan, maka volatilitas harga saham mengalami kenaikan sebesar 3,526454. Nilai koefisien regresi Kurs Rupiah sebesar -0,203233 mengalami penurunan sebesar 1 sedangkan variabel lainnya dianggap konstan, maka volatilitas harga saham mengalami penurunan sebesar -0,203233. Koefisien Determinasi (R2) Hasil determinasi dengan menggunakan Eviews 8 dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)
0.086778 0.027220 0.116407 1.457040 0.238631
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squ79ared resid Durbin-Watson stat
0.560521 0.118024 0.623324 2.011316
Unweighted Statistics R-squared Sum squared resid
7
0.075422 0.662924
Mean dependent var Durbin-Watson stat
0.658600 1.891168
Berdasarkan pada tabel diatas hasil penghitungan diperoleh angka R2 (R Square) sebesar 0.086778 atau 8,68%. Hal ini menunjukan bahwa persentase sumbangan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen sebesar 8,68% atau variasi variabel independen yang digunakan dalam model mampu menjelaskan sebesar 8,68% variasi variabel dependen, sedangkan sisanya sebesar 91,32% dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukan dalam penelitian ini. Jadi dapat disimpulkan bahwa volume perdagangan saham, inflasi, dan kurs rupiah memiliki pengaruh terhadap volatilitas harga saham sebesar 8,68% sedangkan 91,32% dipengaruhi oleh faktor lain.
Uji Hipotesis Uji F Hasil uji F ditampilkan dalam tabel sebagai berikut:
Hasil Uji Statistik Simultan (F-Test)
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)
0.086778 0.027220 0.116407 1.457040 0.238631
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squ79ared resid Durbin-Watson stat
0.560521 0.118024 0.623324 2.011316
Unweighted Statistics R-squared Sum squared resid
0.075422 0.662924
Mean dependent var Durbin-Watson stat
0.658600 1.891168
Berdasarkan hasil uji F pada Tabel 5.2 terlihat bahwa nilai F hitung sebesar 1,457040 dengan tingkat signifikansi 0,238631. Dengan menggunakan tingkat 𝛼 0,05 atau 5% maka Ha4 ditolak dan menerima H04. Penolakan Ha4 dibuktikan bahwa hasil perhitungan bahwa nilai sig (1,457040) > dari 𝛼 = 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa Volume Perdagangan Saham, Inflasi, dan Kurs Rupiah secara bersama-sama (simultan) berpengaruh tidak signifikan terhadap volatilitas harga
8
saham. Penelitian ini didukung oleh penelitian Lydianita, dkk (2013) yang memperlihatkan bahwa volume perdagangan saham, inflasi, dan nilai tukar rupiah secara simultan berpengaruh tidak signifikan terhadap volatilitas harga saham.
Uji t Berikut hasil pengujian signifikansi t yang diperoleh dari model ini: Hasil Uji Parsial (t-Test) Dependent Variable: Y? Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects) Date: 03/29/17 Time: 08:05 Sample: 2011 2015 Included observations: 5 Cross-sections included: 10 Total pool (balanced) observations: 50 Swamy and Arora estimator of component variances Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C X1? X2? X3?
2.101746 0.011080 3.526454 -0.203233
1.128300 0.009446 2.024269 0.126505
1.862755 1.173059 1.742088 -1.606519
0.0689 0.2468 0.0882 0.1150
Berdasarkan pada Tabel 5.1, pengujian variabel X1 (volume perdagangan saham) terhadap Y volatilitas harga saham menghasilkan tingkat signifikansi (pvalue) = 0,2468 (>0,05) maka Ha1 ditolak dan menerima H01. Nilai statistik t sebesar 1,173059 dengan tanda positif, yang berarti variabel X1 mempunyai hubungan yang searah dengan variabel Y. Simpulannya adalah variabel X1 berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap volatilitas harga saham. Kenaikan volume perdagangan akan semakin tinggi dengan semakin tingginya ketidakpastian diantara investor mengenai interpretasi mereka atas pengumuman tersebut. Namun demikian, perdagangan tidaklah secara otomatis mengimplikasikan adanya perbedaan interpretasi diantara investor, kenaikan volume perdagangan tetap bisa saja terjadi apabila investor mempunyai informasi yang berbeda-beda. Dalam penelitian ini volume perdagangan saham yang dihasilkan setiap perusahaan mengalami fluktuasi setiap tahunnya sehingga
9
menyebabkan pengaruh yang ditimbulkan oleh volume perdaganga saham terhadap volatilitas harga saham dalam penelitian ini bersifat positif. Hasil penelitian ini didukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Agustinus, dkk. (2013) yang memperlihatkan bahwa volume perdagangan saham berpengaruh tidak signifikan terhadap volatilitas harga saham. Pengujian variabel X2 (Inflasi) terhadap volatilitas harga saham menghasilkan nilai statistik t sebesar 1,742088 dengan tingkat signifikansi (p-value) = 0,0882 (>0,05). Oleh karena nilai p-value > 𝛼 (5%) maka dengan demikian Ha2 ditolak dan menerima H02 yang berarti bahwa Inflasi berpengaruh tidak signifikan dan positif terhadap volatilitas harga saham. Tingkat inflasi yang tinggi biasanya dikaitkan dengan kondisi ekonomi yang terlalu panas (overheated). Artinya kondisi ekonomi mengalami permintaan atas produk yang melebihi kapasitas penawaran produknya, sehingga harga-harga cenderung mengalami kenaikan. Inflasi yang terlalu tinggi akan menyebabkan penurunan daya beli uang (purchasing power of money) serta dapat mengurangi tingkat pendapatan riil yang diperoleh investor dari investasinya. Jadi inflasi yang tinggi menyebabkan menurunnya keuntungan perusahaan, sehingga efek ekuitas menjadi kurang kompetitif (Tandelilin, 2001: 345). Hasil penelitian ini didukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Taqiyudin (2011) yang memperlihatkan bahwa Inflasi berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap volatilitas harga saham. Pengujian variabel X3 (kurs rupiah) terhadap volatilitas harga saham menghasilkan tingkat signifikansi (p-value) = 0,1150 (> 0,05) maka Ha3 ditolak dan menerima H03. Nilai statistik t sebesar -1,606519 dengan tanda negatif, yang berarti variabel X3 mempunyai hubungan yang berlawan arah dengan variabel Y. Simpulannya adalah variabel X3 berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap volatilitas harga saham. Depresiasi mata uang negara membuat harga barang-barang domestik menjadi lebih murah bagi pihak luar negeri. Sedangkan apresiasi rupiah terhadap dolar AS adalah kenaikan rupiah terhadap dolar AS. Apresiasi mata uang suatu negara membuat harga barang-barang domestik menjadi lebih mahal bagi pihak
10
luar negeri (Triyono, 2008: 157). Perubahan nilai tukar valuta asing disebabkan karena adanya perubahan permintaan atau penawaran dalam bursa valuta asing (hukum penawaran dan permintaan). Hasil penelitian ini didukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Agustina (2014) yang memperlihatkan bahwa kurs rupiah berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap volatilitas harga saham.
PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka penulis menyimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1. Volume perdagangan saham pada 10 perusahaan LQ45 yang tercatat di BEI mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Rata-rata nilai minimum vlume perdagangan saham yaitu pada PT Astra Internasional Tbk. sedangkan nilai maksimum volume perdagngan saham pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. 2. Tingkat inflasi yang terjadi selama periode 2011-2015 cenderung mengalami penurunan. Tingkat inflasi terendah terjadi pada tahun 2012. dan sempat mengalami kenaikan yang signifikan dari tahun 2012 ke tahun 2013. 3. Kurs rupiah yang terjadi selama periode 2011-2015 terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Peningkatan yang signifikan terjadi pada tahun 2014 ke tahun 2015. Apresiasi mata uang suatu negara membuat harga barang-barang domestik menjadi lebih mahal bagi pihak luar negeri. Perubahan nilai tukar valuta asing disebabkan karena adanya perubahan permintaan atau penawaran dalam bursa valuta asing (hukum penawaran dan permintaan). 4. Volatilitas harga saham pada 10 perusahaan LQ45 yang tercatat di BEI dari tahun ke tahun mengalami perubahan secara fluktuatif. Rata-rata nilai minimum volatilitas harga saham yaitu pada PT Alam stera Realty Tbk. dan nilai maksimum pada PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk. Kenaikan atau penurunan tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor, yaitu faktor rasional
11
yang merupakan kinerja perusahaan, tingkat bunga, tingkat inflasi, tingkat pertumbuhan, kurs valuta asing, ataupun indeks harga saham negara lain, dan faktor irasional diantaranya rumor pasar, bisikan teman, atau permainan harga. 5. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa secara parsial, Volume Peragangan Saham berpengaruh positif tidak signifikan terhadap Volatilitas Harga Saham, Inflasi berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Volatilitas Harga Saham dan Kurs Rupiah berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Volatilitas Harga Saham 10 Perusahaan LQ45 di BEI periode 2011-2015. Sedangkan secara simultan tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Volume Perdagngan Saham, Inflasi dan Kurs Rupiah terhadap Volatilitas Harga Saham pada 10 perusahaan LQ45 di BEI periode 2011-2015.
SARAN Dengan melihat hasil penelitian sebagaimana dijelaskan pada bab sebelumnya, maka saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut: 1. Agar perusahaan mampu menjaga kestabilan penjualan sahamnya, dengan terus memperbaiki kinerja perusahaan agar para investor tertarik untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut. Volume perdagangan saham yang tinggi cenderung memberikan nilai positif bagi perusahaan. 2. Inflasi merupakan suatu variabel makro, yang ditetapkan sesuai dengan kebijakan pemerintah.Hal ini tidak dapat dihindari oleh setiap perusahaan, akan tetapi suatu perusahaan dapat mengkondisikan dan meminimilisir dampak dari inflasi yang tinggi. 3. Sama halnya dengan inflasi, kurs rupiah pun tidak dapat dihindari oleh setiap perusahaan. Akan tetapi perusahaan dapat mengkondisikan keadaan kurs rupiah tersebut seperti misalnya pada saat depresiasi maka perusahaan domestik sebaiknya meminimalkan kegiatan impor.
12
4. Perusahaan yang memiliki volatilitas harga saham yang tinggi harus mampu mempertahankannya, karena hal tersebut berarti bahwa perusahaan tersebut aktif dalam pasar saham, hal ini akan memberikan pandangan positif bagi investor. Dan perusahaan yang fluktuasinya cenderung rendah harus meningkatkan kinerja perusahaannya agar mampu bersaing di pasar saham dengan baik. 5. Kondisi pada 10 perusahaan LQ45 mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Dalam kondisi seperti ini, disarankan perusahaan untuk mampu meningkatkan kinerja perusahaannya, mengembangkan perusahaan dan tingkat keuntungan perusahaan untuk menarik perhatian investor. Perusahaan juga disarankan untuk memperhatikan faktor–faktor lain seperti perilaku pasar, situasi sosial dan politik dan kebijakan pemerintah. 6. Kepada peneliti yang bermaksud untuk melanjutkan penelitian serupa, penulis menyarankan agar menambah lebih banyak variabel independen, sebab dalam penelitian ini kontribusi Volume Perdagangan Saham, Inflasi dan Kurs Rupiah dapat dikatakan kecil dalam menjelaskan variasi pada Volatilitas Harga Saham. Penulis juga menyarankan agar memperpanjang periode pengamatan, agar hasilnya lebih representatif dan memungkinkan terjadinya pengaruh yang lebih signifikan.
DAFTAR PUSTAKA Chan, K. And Fong, W. 2000. Trade Size, Order Imbalance, and The Volatility Volume Relation. Journal of Financial Economics 57, 247-273. Danang, Sunyoto. 2011. Metodologi Penelitian Ekonomi. Yogyakarta: CAPS. Dritsaki, Melina, Chaido Dritsaki. 2003. Macroeconomic Determination of Stock Price Movement:An Empirical Investigation of the Greek Stock Market. University of Macedonia. Fahmi, Irham. 2015. Manajemen Investasi, edisi 2. Jakarta: Salemba Empat.
13
Firmansyah. 2006. Analisis Volatilitas Harga Kopi Internasional. Jakarta: Usahawaan. Firnanti. 2014. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol. 16. No. 2. Jogiyanto. 2000. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta: BPFEYogyakarta. Handayani. 2007. Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Nilai Kurs DollarAS, dan Tingkat Inflasi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) (Studi di Bursa Efek Jakarta), Tahun XVIX No. 1, Januari-Juni 2008. Hal. 55-67. Husnan, Suad. 2009. Dasar-Dasar Portofolio dan Analisis Sekuritas. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Lydianita, dkk. Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Volatiltas Harga Saham.2009. Mamoon, Dawood. Macro Economic Uncertainty of 1990s and Volatility at Karachi Stock Exchange. MPRA Paper No. 3219, periode 14. May 2007 Nazir, Moh. 2006. Desain Penelitian Cetakan Ke Dua. Jakarta: Erlangga. Pratiwi dan Hendrawan. 2014. Pengaruh Indeks Harga Saham Gabungan, Faktor Ekonomi Makro dan Indeks Dow Jones Industrial Average Terhaadap Indeks Harga Saham LQ45 Periode 2008-2012 Dalam Keputusan Investasi. Vol. 14, No. 1 April 2014. Rohmana, Yana. 2010. Ekonometrika Teori dan Aplikasi Eviews. Bandung: Laboratorium Ekonomi dan Koperasi. Samsul, Muhamad. 2006. Pasar Modal dan Manajemen Portofolio. Jakarta: Erlangga. Salim, Joko. 2008. Jejak Investasi. Jakarta: PT Setia Purna Inves. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, R&D). Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2013. Metodologi Penelitian Manajemen. Bandung: Alfabeta. Sujarweni, Wiratna. 2014. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Baru Press. Sumanto. 2014. Teori dan Aplikasi Metode Penelitian. Caps Publishing. 14
Sunariyah. 2006. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Tandelilin, Edwardus. Portofolio dan Investasi. Yogyakarta: Kanisius. Taqiyuddin, Muhamad dkk. Pengaruh Tingkat Inflasi, Suku Bunga SBI, dan Nilai Tukar Rupiah pada US Dollar Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan : Kajian Empiris pada Bursa Efek Indonesia Tahun 20072011. Jurnal Profit Volume 6 No. 2. Thobarry, Achmad. 2009. Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Suku Bunga, Laju Inflasi dan Pertumbuhan GDP Terhadap Indeks Harga Saham Sektor Properti (Kajian Empiris Pada BEI Periode 2000-2008). Semarang. Triyono. 2008. Analisis Perubahan Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika. Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol.9, No.2, Desember 2008, hal. 156-157. Zan, Song, Chiou Wei. 2003. The Macroeconomic Determinants of Stock Price Volatility:Evidence From Taiwan. South Korea, Singapore, and Hong Kong. Departmen of Managerial Economics and Institute of Economics Nan-Hua University.
15