SKRIPSI
PENGARUH UPAH, PRODUKSI DAN MODAL KERJA TERHADAP KESEMPATAN KERJA PADA INDUSTRI MEUBEL DI KOTA MAKASSAR
BUMI ZULHENDRA HERMAN
JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2015
i
SKRIPSI PENGARUH UPAH, PRODUKSI DAN MODAL KERJA TERHADAP KESEMPATAN KERJA PADA INDUSTRI MEUBEL DI KOTA MAKASSAR Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun dan diajukan oleh
BUMI ZULHENDRA HERMAN A11111251
kepada
JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2015
ii
iii
iv
PERNYATAAN KEASLIAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Nama
: BUMI ZULHENDRA HERMAN
NIM
: A 11111 251
Jurusan / Program Studi
: ILMU EKONOMI / STRATA 1
Dengan ini menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi yang berjudul :
PENGARUH UPAH, PRODUKSI DAN MODAL KERJA TERHADAP KESEMPATAN KERJA PADA INDUSTRI MEUBEL DI KOTA MAKASSAR
Adalah karya ilmiah saya sendiri dan sepanjang pengetahuan saya di dalam naskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu perguruan tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka. Apabila dikemudian hari ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan Pasal 70).
Makassar, 29 November 2015 Pembuat Pernyataan,
BUMI ZULHENDRA HERMAN
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbil’alamin, Puji dan syukur hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena atas limpahan rahmat, karunia serta hidayah-Nya, sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh Upah, Produksi dan Modal Kerja Terhadap Kesempatan Kerja Pada Industri Meubel di Kota Makassar” dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa selama proses penulisan skripsi ini telah banyak menguras pikiran, dana dan waktu. Namun penulis pun menyadari sepenuhnya bahwa selama penyusunan skripsi ini telah banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis bermaksud menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1.
Allah Subhanahu wa Ta’ala Tuhan Yang Maha Esa.
2.
Kedua Orang Tua penulis, Ir. Yuherman dan Hikmah Mustakim, serta kakak penulis dr. Bumi Zulheri Herman juga keluarga besar yang juga senantiasa memberikan doa, motivasi, bimbingan moral dan materil bagi penulis.
3.
Bapak Prof. Dr. H. Gagaring Pagalung, SE., M.S., AK., C.A. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin, Ibu Prof. Khaerani, SE., M.Si. selaku Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin.
4.
Bapak Drs. Muhammad Yusri Zamhuri, MA., Ph.D. selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi.
5.
Bapak Drs. H. Baso Siswadarma, M.Si. selaku penasehat akademik yang senantiasa
memberikan
motivasi
menyelesaikan studi penulis.
vi
serta
mengingatkan
untuk
cepat
6.
Ibu Dr. Hj. Fatmawati, SE., M.Si. selaku dosen pembimbing I dan kepada Ibu Dr. Hj. Sri Undai Nurbayani, SE., M.Si. selaku dosen pembimbing II, terima kasih banyak atas bantuan, arahan, bimbingan, saran dan waktu yang telah diberikan kepada peneliti selama penyusunan skripsi ini.
7.
Bapak Dr. H. Madris, DPS., M.Si., Bapak Dr. Ir. Muhammad Jibril Tajibu, SE., M.Si., dan Bapak Drs. Hamrullah, M.Si. selaku dosen penguji penulis.
8.
Seluruh
dosen
Fakultas
Ekonomi
yang
telah
memberikan
ilmu
pengetahuan kepada penulis selama perkuliahan. 9.
Segenap Pegawai Akademik, Kemahasiswaan dan Perpustakaan Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin : Pak Akbar, Pak Parman, Pak Umar, Pak Hardin, Ibu Ida, Pak Safar, dll., yang senantiasa membantu dalam pengurusan administrasi.
10.
Teman-teman REGA11ANS yang tiga tahun terakhir telah turut mewarnai hari-hari peneliti selama menempuh studi di Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin. Kepada Nur Hidayat Ali, Ahmad Muqtadir, Muhammad Yusri, Richard Matias SE., Yuliati Greys SE., Akbar Mandela A. Yunus Zain, SE., Frengky Aryatama, Tauriatory, Andrianto, Andi Azhadi Tonang, Harimurty Rusli, Zuhal Zainal, Ardiansyah, Andi Septian, Syamsuriadi S., dan Emiliaty yang berjuang bersama pada hari yang sama ujian meja. Kepada semuanya yang tidak sempat disebutkan namanya terima kasih banyak teman-teman.
Serta seluruh pihak yang tak sempat kami sebutkan satu persatu yang telah banyak meluangkan tenaga, waktu dan pikiran selama penyusunan skripsi ini.
vii
viii
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu izinkanlah penulis menyampaikan permohonan maaf
yang sebesar-besarnya. Segala masukan, kritik serta saran dari pembaca yang bersifat membangun tentunya akan sangat diharapkan demi perbaikan kedepannya. Semoga karya yang sederhana ini dapat memberikan sedikit ilmu yang bermanfaat untuk kehidupan dunia dan akhirat kita.
Makassar, 29 November 2015
Penyusun
viii
ABSTRAK PENGARUH UPAH, PRODUKSI DAN MODAL KERJA TERHADAP KESEMPATAN KERJA PADA INDUSTRI MEUBEL DI KOTA MAKASSAR Bumi Zulhendra Herman Fatmawati Sri Undai Nurbayani e-mail :
[email protected] Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh upah, produksi dan modal kerja terhadap kesempatan kerja pada industri meubel di Kota Makassar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis regresi linier berganda. Dalam analisis ini digunakan untuk melihat pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa upah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kesempatan kerja, produksi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesempatan kerja, dan modal kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesempatan kerja. Kata kunci : upah, produksi, modal kerja, kesempatan kerja.
ix
ABSTRACT EFFECT OF WAGES, PRODUCTION AND WORKING CAPITAL ON EMPLOYMENT IN FURNITURE INDUSTRY IN MAKASSAR Bumi Zulhendra Herman Fatmawati Sri Undai Nurbayani e-mail :
[email protected] This research aims to know the effect of wages, production and working capital on employment in furniture industry in Makassar. The method used in this research is multiple linier regression analysis. In this analysis is used to observe the effect of independent variables on dependent variable. These results of this research indicated that wages has a negative and significant effect on employment, production has a positive and significant effect on employment and working capital has a positive and significant effect on employment. Keywords: wages, production, working capital, employment.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ..............................................................................
i
HALAMAN JUDUL .................................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN...................................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................
iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ....................................
v
KATA PENGANTAR ..............................................................................
vi
ABSTRAK ..............................................................................................
ix
ABSTRACT ...........................................................................................
x
DAFTAR ISI........................................................................
xi
DAFTAR TABEL ....................................................................................
xiv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................
xv
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................
1
1.1 Latar Belakang. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................
5
1.3 Tujuan Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
6
1.4 Manfaat Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
7
2.1 Konsep Ketenagakerjaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
7
2.1.1 Tenaga Kerja...................................................................
7
2.1.2 Angkatan kerja ................................................................
8
2.2 Produksi dan Fungsi Produksi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
8
2.3 Teori Permintaan Tenaga Kerja.....................................
9
2.4 Modal ......................................................................................
10
2.5 Upah .......................................................................................
11
2.6 Tinjauan Empiris .....................................................................
12
2.7 Kerangka Pikir Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
13
2.8 Hipotesis ..............................................................................
14
BAB III METODE PENELITIAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
15
3.1 Lokasi Penelitian .........................................................
15
xi
3.2 Metode Pengumpulan Data ..................................................
15
3.3 Jenis dan Sumber Data ........................................................
15
3.4 Populasi dan Sampel . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
16
3.5 Metode Analisis Data..............................................................
16
3.6 Definisi Operasional ................................................................
17
BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN ................................
19
4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian ......................................
19
4.1.1 Keadaan Geografis Kota Makassar ............................
19
4.1.2 Keadaan Penduduk Kota Makassar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
21
4.1.3 Perkembangan Ekonomi Daerah ....................................
22
4.2 Karateristik Responden .................................................
22
a. Jenis Kelamin .......................................................................
22
b. Umur Responden .................................................................
23
c. Tingkat pendidikan ...............................................................
24
d. Upah ....................................................................................
25
e. Sumber Modal ......................................................................
26
f. Jumlah Modal Kerja .............................................................
26
g. Jumlah Produksi...................................................................
27
h. Jumlah Hari Orang Kerja (HOK) ...........................................
28
4.3 Hasil Analisis ..........................................................................
28
4.3.1 Pengaruh Upah, Produksi dan Modal Kerja Terhadap Kesempatan Kerja Pada Industri Meubel di Kota Makassar .................
28
4.4 Uji Kesesuaian ........................................................................
30
4.4.1 Uji Koefisien Determinasi (R2) .........................................
30
4.4.2 Uji F ................................................................................
30
4.5 Pembahasan dan Interpretasi Hasil ........................................
31
4.5.1 Pengaruh Upah Terhadap Kesempatan Kerja .................
31
4.5.2 Pengaruh Produksi Terhadap Kesempatan Kerja ............
31
4.5.3 Pengaruh Modal Kerja Terhadap Kesempatan Kerja.......
32
BAB V PENUTUP ..................................................................................
34
5.1 Kesimpulan .............................................................................
34
5.2 Saran ......................................................................................
34
xii
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman 1.1
Jumlah industri Meubel dan Tenaga Kerja yang dipekerjakan Di Kota Makassar tahun 2010 – 2014..........................................
4
4.1
Distribusi Persentase Responden Industri Meubel di Kota Makassar Menurut Jenis Kelamin................................................
23
4.2
Distribusi Persentase Responden Industri Meubel di Kota Makassar Berdasarkan Umur......................................................
23
4.3
Distribusi Persentase Responden Industri Meubel di Kota Makassar Menurut Tingkat Pendidikan.......................................
25
4.4
Distribusi Persentase Responden Industri Meubel di Kota Makassar Menurut Upah.............................................................
25
4.5
Distribusi Persentase Responden Industri Meubel di Kota Makassar Menurut Sumber Modal..............................................
26
4.6
Distribusi Persentase Responden Industri Meubel di Kota Makassar Menurut Jumlah Modal Kerja......................................
27
4.7
Distribusi Persentase Responden Industri Meubel di Kota Makassar Menurut Jumlah Produksi...........................................
27
4.8
Distribusi Persentase Responden Industri Meubel di Kota Makassar Menurut Jumlah Hari Orang Kerja (HOK)...................
28
4.9
Hasil Analisis Regresi Pengaruh Upah, Produksi dan Modal Kerja Terhadap Kesempatan Kerja Pada Industri Meubel di Kota Makassar.............................................................................
29
xiv
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Halaman
Kerangka Pikir.....................................................................
xv
14
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Dalam ilmu ekonomi, kesempatan kerja berarti keadaan yang menunjukkan
tersediannya lapangan pekerjaan sehingga semua orang yang bersedia dan sanggup bekerja dalam proses produksi dapat memperoleh pekerjaan sesuai dengan keahlian, keterampilan dan bakatnya masing-masing. Dengan demikian kesempatan kerja dapat diartikan sebagai permintaan atas tenaga kerja. Meningkatnya angka pengangguran selama beberapa tahun terakhir ini disebabkan karena ketidakseimbangan pertumbuhan angkatan kerja dan penciptaan kesempatan kerja. Diantara mereka yang tidak tertampung disebabkan kurangnya pendidikan dan keterampilan kerja sehingga mereka terpaksa tertinggal dalam proses pembangunan (Irawan dan M. Suparmoko, 1995). Tingginya pasokan tenaga kerja di satu sisi dan lambannya penyerapan tenaga kerja di lain sisi merupakan masalah besar yang dihadapi hampir semua perekonomian negara sedang berkembang. Kesempatan kerja terbuka pada saat industri mulai berkembang, namun pada waktu yang sama teknologi yang hemat tenaga kerja mulai ditemukan sehingga banyak mengurangi kebutuhan akan tenaga kerja manusia (Todaro, 1997). Oleh sebab itu, pemerintah mulai mengarahkan pada perubahan struktur ekonomi, yakni menggeser dominasi sektor pertanian yang pernah berjaya dan digantikan oleh sektor industri sebagai suatu pra syarat bagi negara berkembang
1
2
untuk dapat menjadi negara maju. Pergeseran struktur ekonomi ini diharapkan akan dapat menyerap lebih banyak tenaga kerja dan memberikan pengaruh
2
terhadap sektor-sektor lainnya. Salah satu usaha pemerintah dalam mengembangkan sektor industri di Indonesia adalah yakni dengan adanya upaya pengembangan industri meubel di masyarakat yang ditujukan untuk memperbaiki kesenjangan dalam pembangunan. Meubel merupakan salah satu produk industri dan juga merupakan salah satu komoditi hasil kerajinan tangan yang mempunyai peran cukup penting dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Industri meubel merupakan salah satu pemberdayaan usaha mikro kecil menengah (UMKM). Industri meubel merupakan salah satu agenda pembangunan Indonesia dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pengembangan UMKM diharapkan dapat menyerap kesempatan kerja sekaligus meningkatkan pendapatan pelakunya (Wulandy, 2011). Industri meubel juga salah satu komoditi ekspor Indonesia yang cukup penting sebagai penghasil devisa negara serta memenuhi permintaan dari mancanegara. Selain peluang ekspor yang semakin terbuka, pasar industri meubel dalam negeri masih cukup besar meskipun belum digali secara maksimal seperti industri meubel yang ada di Kota Makassar. Makassar menjadi salah satu kota besar di Indonesia yang kini mulai menunjukkan kemajuan dan menjadi incaran para pencari kerja. Kota ini ramai dikunjungi oleh para urban desa yang beralih ke kota karena pola pikir masyarakat yang telah berubah. Mereka datang dari berbagai daerah, baik dari dalam pulau Sulawesi sendiri maupun dari luar pulau. Hal ini disebabkan karena Kota Makassar sebagai ibukota provinsi telah secara bertahap mulai menumbuhkan
kawasan-kawasan
industri-industri
dalam
pembangunan
daerahnya. Kondisi ini kemudian menjadikan kota Makassar sebagai salah satu
3
kota terpadat di Indonesia sekaligus sebagai kota dengan kemampuan perekonomian yang cukup baik. Salah satu industri yang potensial dikembangkan di kota Makassar adalah sektor industri meubel. Industri meubel menjadi penting untuk dipilih karena merupakan industri padat karya. Pengembangan industri padat karya dapat memacu penggunaan tenaga kerja yang berpendidikan dan berketerampilan rendah dan lambat laun ikut mengurangi jumlah pengangguran yang ada. Bukan hanya tenaga professional seperti yang sering dibutuhkan pada industri skala besar tetapi juga dapat menampung angkatan kerja dengan keterampilan yang minim. Kondisi ini merupakan bagian dari sifat industri meubel yang menjadi sektor informal dalam perekonomian. Masalah terjadi bila dilihat dari sisi modal khususnya modal kerja, perubahan besarnya modal kerja akan mempengaruhi permintaan tenaga kerja tergantung dari perlengkapan produksi seperti mesin yang digunakan dalam proses produksi bersifat subtitusi atau komplemen. Ketika produsen memakai modal bersifat komplemen terhadap tenaga kerja, maka akan dapat menambah kesempatan kerja atau permintaan tenaga kerja. Di sisi lain perubahan tingkat upah akan mempengaruhi tinggi rendahnya biaya produksi industri. Naiknya tingkat upah akan meningkatkan biaya produksi industri, yang selanjutnya akan meningkatkan pula harga per unit barang yang diproduksi. Biasanya para konsumen akan memberikan respon yang cepat apabila terjadi kenaikan harga barang, yaitu mengurangi konsumsi atau bahkan tidak lagi mau membeli barang yang bersangkutan. Akibatnya banyak barang yang tidak terjual, dan terpaksa produsen menurunkan jumlah produksinya. Turunnya target produksi, mengakibatkan berkurangnya tenaga kerja yang
4
dibutuhkan. Selain itu, naik turunnya permintaan pasar akan jumlah barang hasil produksi dari industri yang bersangkutan, akan berpengaruh apabila permintaan barang hasil produksi meningkat, maka produsen cenderung untuk menambah kapasitas produksinya. Untuk maksud tersebut produsen akan menambah permintaan tenaga kerjanya (Sumarsono, 2003). Dengan demikian permintaan tenaga kerja merupakan turunan dari permintaan output (McConnel, 1995). Sebagai data penunjang berikut ini akan disajikan data mengenai jumlah industri meubel di kota Makassar selama 5 tahun terakhir yakni dari tahun 2010 s/d tahun 2014 yang diperoleh dari Kantor Disperindag Kota Makassar, yang dapat dilihat melalui tabel berikut ini :
Tabel 1.1 : Jumlah Industri Meubel dan Tenaga Kerja yang dipekerjakan di Kota Makassar Tahun 2010 – 2014
Jumlah Industri Meubel
Jumlah Tenaga
(Unit)
Kerja
2010
9
38
2011
3
15
2012
4
71
2013
8
120
2014
5
22
Tahun
Sumber : Disperindag Kota Makassar, 2014
Dari data mengenai jumlah industri meubel dan tenaga kerja yang dipekerjakan di Kota Makassar selama 5 tahun terakhir, yakni dari tahun 2010 hingga tahun 2014 yang diperoleh dari Kantor Disperindag Kota Makassar,
5
dapat dilihat bahwa jumlah industri meubel dan penyerapan tenaga kerja yang terendah justru terjadi pada tahun 2011, dimana jumlahnya yaitu 3 unit industri meubel dan jumlah tenaga kerja mencapai 15 orang pekerja. Akan tetapi kembali meningkat seperti pada tahun 2013. Kemudian terjadi lagi penurunan jumlah unit industri meubel dan jumlah tenaga kerja pada tahun 2014. Di sisi lain, dengan sedikitnya jumlah industri meubel yang terdaftar, maka ditambahkan populasi industri meubel yang tidak terdaftar sehingga didapatkan jumlah totalnya sebanyak 30 unit industri meubel. Dengan kondisi penyerapan tenaga kerja pada industri kecil dan menengah yang cenderung fluktuatif, secara langsung juga berimbas pada permintaan tenaga kerja, yang berarti bahwa kemampuan industri kecil dan menengah dalam menyerap tenaga kerja adalah rendah, padahal industri kecil dan menengah khususnya meubel di Kota Makassar diharapkan dapat membantu permintaan tenaga kerja saat ini. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka menarik diteliti tentang pengaruh upah, produksi dan modal kerja terhadap kesempatan kerja pada industri meubel di Kota Makassar.
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi masalah pokok pada
penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
Apakah ada pengaruh upah terhadap kesempatan kerja pada industri meubel di Kota Makassar?
2.
Apakah ada pengaruh produksi terhadap kesempatan kerja pada industri meubel di Kota Makassar?
3.
Apakah ada pengaruh modal kerja terhadap kesempatan kerja pada
6
industri meubel di Kota Makassar?
1.3
Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui bagaimana pengaruh upah terhadap kesempatan kerja pada industri meubel di Kota Makassar.
2.
Untuk mengetahui bagaimana pengaruh produksi terhadap kesempatan kerja pada industri meubel di Kota Makassar.
3.
Untuk
mengetahui
bagaimana
pengaruh
modal
kerja
terhadap
kesempatan kerja pada industri meubel di Kota Makassar.
1.4
Manfaat Penelitian Peneltian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan kegunaan
kepada seluruh pihak, yaitu : 1.
Bagi penulis diharapkan dapat mengembangkan ilmu pengetahuan yang diperoleh serta sebagai proses belajar yang terus menerus untuk memperoleh ilmu yang lebih bermanfaat.
2.
Bagi Pemerintah, dapat dijadikan sebagai bahan informasi atau masukan dalam usaha pengembangan industri meubel
di Kota
Makassar pada masa yang akan datang. 3.
Dapat menjadi bahan referensi bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan permasalahan penyerapan tenaga kerja terhadap industri meubel di Kota Makassar.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Konsep Ketenagakerjaan
2.1.1 Tenaga Kerja Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang penting dan perlu diperhitungkan dalam proses produksi dalam jumlah yang cukup, bukan saja dilihat dari tersedianya tenaga kerja tetapi juga kualitas dan macam tenaga kerja juga perlu diperhatikan (Soekartawi, 2003). Apabila ditinjau secara umum pengertian tenaga kerja adalah menyangkut manusia yang mampu bekerja untuk mengkasilkan barang atau jasa dan mempunyai nilai ekonomis yang dapat berguna bagi kebutuhan masyarakat. Secara fisik kemampuan bekerja diukur dengan usia. Dengan kata lain orang dalam usia kerja dianggap mampu bekerja (Maharani, 2012). Menurut Suryana, (2000) tenaga kerja adalah penduduk yang berusia antara 15 sampai 64 tahun. Di dalam UU No. 13 tahun 2003 Pasal A1 ayat 3 tentang Ketenagakerjaan: “tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.” Sedangkan menurut pendapat Djojohadikusumo, (1987) mengenai arti tenaga kerja adalah semua orang yang bersedia dan sanggup bekerja, termasuk mereka yang mengaggur meskipun bersedia dan sanggup bekerja dan mereka yang menganggur terpaksa akibat tidak ada kesempatan kerja.
7
8
2.1.2
Angkatan Kerja Angkatan kerja (labor force) adalah penduduk yang bekerja dan penduduk
yang belum bekerja, namun siap untuk bekerja atau sedang mencari pekerjaan pada tingkat upah yang berlaku. Kemudian penduduk yang bekerja adalah mereka yang melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa untuk memperoleh penghasilan, baik bekerja penuh maupun tidak bekerja penuh. Tenaga kerja ini adalah penduduk yang berusia antara 15 sampai 64 tahun (Suryana, 2000). (Mankiw, 2006) medefinisikan angakatan kerja sebagai jumlah orang yang sedang bekerja dan orang yang menganggur dan tingkat pengangguran didefinisikan sebagai presentasi dari angkatan kerja yang tidak bekerja.
2.2
Produksi dan Fungsi Produksi Produksi adalah kegiatan untuk menghasilkan suatu output dengan
berbagai kombinasi input dan teknologi terbaik yang tersedia (Nicholson, 1999). Selain itu, menurut Koutsoyiannis (1977), metode produksi adalah proses atau aktivitas yang mengkombinasikan faktor input yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu unit output, yang biasanya satu komoditas dihasilkan dari berbagai macam kombinasi input dengan berfokus hanya pada metode yang efisien. Produksi adalah hasil akhir atau proses dari aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Naik turunnya permintaan pasar akan hasil produksi dari perusahaan yang bersangkutan, akan berpengaruh apabila permintaan hasil produksi barang perusahaan meningkat, maka produsen cenderung untuk menambah kapasitas produksinya. Untuk maksud
9
tersebut produsen akan menambah permintaan tenaga kerjanya (Sumarsono, 2003). Dengan demikian permintaan tenaga kerja merupakan turunan dari permintaan output (McConnel, 1995). Fungsi Produksi merupakan hubungan antara jumlah produk yang dihasilkan (output) dari proses produksi dengan faktor-faktor produksi yang digunakan (input) dalam proses atau kegiatan produksi. Dalam hal ini menyatakan bahwa hasil produksi ditentukan oleh jumlah tenaga kerja dan jumlah modal yang digunakan.
2.3
Teori Permintaan Tenaga Kerja Berdasarkan definisi yang diperoleh dari kamus besar bahasa
Indonesia kesempatan kerja adalah banyaknya orang yang tertampung untuk bekerja pada suatu perusahaan atau suatu instansi. Dengan kata lain, terjadinya kesempatan kerja disebabkan oleh adanya permintaan akan tenaga kerja. Oleh karena itu, kesempatan kerja dapat dikatakan sebagai permintaan tenaga kerja (Handoko 1985). Sudarsono (1998) menyatakan bahwa permintaan tenaga kerja berkaitan dengan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan atau instansi tertentu, permintaan tenaga kerja ini dipengaruhi oleh perubahan tingkat
upah
dan
perubahan
faktor-faktor
lain
yang
mempengaruhi
permintaan hasil produksi, antara lain : naik turunnya permintaan pasar akan hasil produksi dari perusahaan yang bersangkutan, tercermin melalui besarnya volume produksi dan harga barang modal, yaitu nilai mesin atau alat yang digunakan dalam proses produksi.
10
2.4
Modal Nugraha (2011) menyatakan bahwa “modal usaha adalah uang yang
dipakai sebagai pokok (induk) untuk berdagang, melepas uang, dan sebagainya; harta benda (uang, barang, dan sebagainya) yang dapat dipergunakan untuk menghasilkan sesuatu yang menambah kekayaan”. Modal dalam pengertian ini dapat diinterpretasikan sebagai sejumlah uang yang digunakan dalam menjalankan kegiatan-kegiatan bisnis. Banyak kalangan yang memandang bahwa modal uang bukanlah segala-galanya dalam sebuah bisnis. Namun perlu dipahami bahwa uang dalam sebuah usaha sangat diperlukan. Yang menjadi persoalan di sini bukanlah penting tidaknya modal, karena keberadaannya memang sangat diperlukan, akan tetapi bagaimana mengelola modal secara optimal sehingga bisnis yang dijalankan dapat berjalan lancar (Amirullah, 2005). Modal adalah barang atau uang yang bersama-sama faktor-faktor produksi lainnya digunakan untuk menghasilkan barang-barang baru, dalam hal ini adalah hasil produksi. Modal dibedakan menjadi dua macam, yaitu : (1) Modal tidak bergerak (modal tetap), merupakan biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi yang tidak habis dalam satu kali proses produksi. Modal tetap dapat berupa tanah, bangunan, dan mesin-mesin yang digunakan. (2) Modal bergerak (modal variabel), adalah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi dan habis dipakai dalam satu kali proses produksi. Modal bergerak dapat berupa biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku atau bahan-bahan penunjang produksi, atau biaya yang dibayarkan untuk gaji tenaga kerja (Mubyarto, 1986). Modal dapat diartikan sebagai pengeluaran yang dilakukan untuk
11
membeli
perlengkapan-perlengkapan
produksi
untuk
menambah
kemampuan memproduksi barang, dalam hal ini membutuhkan tenaga kerja untuk menggunakan perlengkapan-perlengkapan produksi sehingga dapat memproduksi barang (sebagai komplementer). (Sukirno,1997).
2.5
Upah Upah merupakan penerimaan sebagai imbalan dari pemberi kerja
kepada penerima kerja untuk pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan. Berfungsi sebagai penopang kelangsungan kehidupan yang layak bagi kemanusiaan dan produksi, dinyatakan atau dinilai dalam bentuk yang ditetapkan sesuai persetujuan, undang-undang dan peraturan, dan dibayar atas dasar suatu perjanjian kerja antara pemberi kerja dan penerima kerja (Istilah Ekonomi, Kompas 2 Mei 1998). Upah
pekerja
biasanya
terkait
dengan
struktur
kepegawaiannya.
Besarnya upah dan tunjangan tenaga kerja ditentukan oleh beberapa unsur misalnya lama kerja, jenis pekerjaan, jabatan dan status kepegawaiannya. Beberapa perusahaan menerapkan status kepegawaian berjenjang, mulai dari sebagai pekerja kontrak harian, kemudian menjadi pekerja harian tetap, hingga akhirnya menjadi pekerja bulanan tetap. Perubahan tingkatan tersebut mempengaruhi besar upah, fasilitas, dan/atau tunjangan yang diterima oleh pekerja. Bagi pekerja bulanan tetap, upah tidak terpengaruh oleh jumlah hari kehadiran/bekerja. Sedangkan pekerja harian lepas dan harian tetap akan dikenakan pemotongan upah apabila tidak masuk kerja (SMERU, 2003). Permintaan tenaga kerja dipengaruhi oleh perubahan tingkat upah dan perubahan faktor–faktor lain yang mempengaruhi permintaan hasil produksi (Ehrenberg, 1998).
12
Perubahan tingkat upah akan mempengaruhi tinggi rendahnya biaya produksi industri. Naiknya tingkat upah akan meningkatkan biaya produksi industri, yang selanjutnya akan meningkatkan pula harga per unit barang yang diproduksi. Biasanya para konsumen akan memberikan respon yang cepat apabila terjadi kenaikan harga barang, yaitu mengurangi konsumsi atau bahkan tidak lagi mau membeli barang yang bersangkutan. Akibatnya banyak barang yang tidak terjual, dan terpaksa produsen menurunkan jumlah produksinya. Turunnya target produksi, mengakibatkan berkurangnya tenaga kerja yang dibutuhkan.
2.6
Tinjauan Empiris Riky Eka Putra (2012) dalam penelitian tentang
pengaruh nilai
investasi, nilai upah dan nilai produksi terhadap penyerapan tenaga kerja pada Industri Meubel di Kecamatan Padurungan Kota Semarang, diperoleh hasil yaitu variabel nilai investasi, nilai upah dan nilai produksi berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri mebel. Rizal, Ahmad (2011) meneliti tentang penyerapan tenaga kerja pada industri meubel di Kota Solo. Hasil penelitian yang dilakukan diperoleh bahwa modal usaha dan tingkat pendidikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat penyerapan tenaga kerja pada industri tersebut. Zamrowi, M. (2007) meneliti tentang analisis penyerapan tenaga kerja pada industri meubel di Kota Semarang. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil yaitu variabel modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Sedangkan variabel upah, produktivitas dan non upah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja.
13
2.7
Kerangka Pikir Penelitian Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang digunakan dalam
melaksanakan
proses
produksi.
Dalam
proses
produksi,
tenaga
kerja
memperoleh pendapatan sebagai balas jasa dari usaha yang telah dilakukannya yakni upah. Maka pengertian permintaan tenaga kerja adalah tenaga kerja yang diminta oleh pengusaha pada berbagai tingkat upah (Boediono, 1982). Naiknya tingkat upah akan meningkatkan biaya produksi perusahaan, yang selanjutnya akan meningkatkan harga per unit barang yang diproduksi. Biasanya konsumen akan memberikan respon yang cepat apabila terjadi kenaikan harga barang, yaitu mengurangi konsumsi atau bahkan tidak lagi mau membeli barang yang bersangkutan. Akibatnya banyak produksi barang yang tidak terjual, sehingga
produsen
terpaksa
menurunkan
jumlah
produksinya
dan
mengakibatkan berkurangnya tenaga kerja yang dibutuhkan karena pengaruh turunnya skala produksi. Kemudian permintaan tenaga kerja timbul sebagai akibat dari permintaan konsumen atas barang hasil produksi. Selain itu modal juga dapat bersifat komplementer terhadap tenaga kerja, contohnya dalam penambahan mesinmesin baru diperlukan tenaga kerja untuk menggunakannya, sehingga modal dapat menambah permintaan tenaga kerja.
14
Berdasarkan uraian tersebut maka dapat digambarkan kerangka pikir penelitian sebagai berikut :
Upah (X1)
Produksi (X2)
Kesempatan Kerja (Y1)
Modal Kerja (X3)
Gambar 2.1 Kerangka Pikir 2.8
Hipotesis Berdasarkan masalah pokok serta tujuan penulisan, maka dirumuskan
hipotesis yaitu : 1. Diduga bahwa upah mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap kesempatan kerja. 2. Diduga bahwa produksi mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kesempatan kerja. 3. Diduga bahwa modal kerja mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kesempatan kerja.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Lokasi Penelitan Adapun yang menjadi lokasi penelitian ini dilakukan pada industri meubel
di Kota Makassar. Lokasi ini depilih karena tingkat penyerapan tenaga kerja khususnya pada industri meubel di Kota Makasar cenderung berfluktuatif.
3.2
Metode Pengumpulan Data Cara pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah,
Interview (wawancara) yaitu mengumpulkan informasi dengan mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan, untuk dijawab secara lisan pula. Secara sederhana
interview
diartikan
sebagai
alat
pengumpul
data
dengan
mempergunakan tanya jawab antara pencari informasi dengan sumber informasi (Nawawi, 2001). Adapun wawancara dilakukan pada pemilik industri mebel di Kota Makassar dengan dibantu oleh kuesioner yang telah dipersiapkan dengan mengambil sejumlah sampel, studi pustaka dari berbagai literatur, jurnal dan lain-lain.
3.3
Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan sekunder,
adapun penjelasannya sebagai berikut : Pengumpulan data primer dilakukan secara langsung di lapangan dengan melakukan wawancara dan membagikan kuisioner kepada responden mengenai
15
16
pengaruh upah, produksi dan modal kerja terhadap kesempatan kerja pada industri meubel di Kota Makassar. Data sekunder yaitu data dari sumber lain sehingga tidak bersifat autentik karena sudah diperoleh dari tangan kedua, ketiga dan selanjutnya. Dengan demikian data ini disebut data tidak asli (Nawawi, 2001). Data sekunder tersebut diperoleh dari Disperindag Kota Makassar dan lembaga-lembaga terkait.
3.4
Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah industri mebel yang berada di Kota
Makassar. Kemudian dalam penelitian ini pengambilan sampel dilakukan secara random, artinya semua populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel berdasarkan karateristik yang dimaksud. Dari beberapa industri mebel di Kota Makassar dipilih minimal 30 responden yang dianggap cukup
mewakili
dan
dipilih
secara
acak
(Random
Sampling)
dengan
pertimbangan bahwa syarat minimal sampel untuk di regresi minimal 30 sampel.
3.5
Metode Analisis Data Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier
berganda. Analisis ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh yang terjadi antara variabel bebas terhadap variabel terikat, dengan persamaan fungsi sebagai berikut :
Y = β0 + β1 X1 + β2 X 2 + β3 X3 + e ……..…......… (1) Keterangan : Y
= Kesempatan Kerja (HOK)
β0
= Konstan
17
β1 β2 β3
= Koefisien Regresi
X1
= Upah (Rupiah)
X2
= Produksi (Rupiah)
X3
= Modal Kerja (Rupiah)
e
= error
3.5.1
Uji validitas model (F) Untuk mengetahui apakah model regresi yang digunakan (R2) valid (layak) digunakan atau baik untuk dianalisis struktural maupun untuk model Forecasting (prediksi).
3.6
Definisi Operasional 1. Industri Meubel Kayu adalah industri yang menggunakan berbagai jenis kayu sebagai bahan baku/utama dalam proses produksinya untuk diolah menjadi barang jadi yang kemudian dijual ke konsumen. 2. Kesempatan Kerja adalah banyaknya tenaga kerja yang dibutuhkan pada industri meubel dalam memenuhi kebutuhan produksi diukur dengan rata-rata Hari Orang Kerja (HOK) per bulan. 3. Upah adalah jumlah yang diterima pekerja atau penghasilan rata-rata karyawan dalam satu usaha meubel selama sebulan, diukur dengan rupiah per bulan per tenaga kerja. 4. Produksi adalah keseluruhan permintaan jumlah barang hasil produksi dalam satu unit usaha meubel yang dijual ke tangan konsumen, (total unit barang hasil produksi dalam satu bulan dikalikan harga tiap barang) diukur dalam rupiah.
18
5. Modal
Kerja
adalah
rata-rata
pengeluaran
uang
yang
harus
dikeluarkan pemilik industri mebel dalam proses produksi bahan baku per bulan, diluar upah. Diukur dengan rupiah per bulan.
19
BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1
Gambaran Umum Daerah Penelitian Secara umum kota Makassar yang teramai di Kawasan Timur Indonesia.
Perkembangan kota Makassar yang begitu pesat disebabkan karena kota Makassar merupakan salah satu pusat perniagaan di Indonesia dan letaknya yang dapat dijangkau oleh berbagai daerah di Indonesia. Sebagai kota yang perkembangannya cukup pesat tersebut, maka layaklah kota Makassar disebut sebagai kota Metropolitan. Kota Makassar sebagai salah satu kota terbesar di Indonesia dan merupakan kota Metropolitan mempunyai prospek yang sangat bagus untuk mengembangkan usaha. Oleh sebab itu, banyak orang yang datang dari luar Kota Makassar baik dari daerah dalam provinsi Sulawesi Selatan, maupun luar provinsi Sulawesi Selatan. Tujuan mereka datang ke Kota Makassar sangat beragam, ada yang berusaha mencari pekerjaan dan ada juga yang berusaha membuka usaha sendiri.
4.1.1
Keadaan Geografis Kota Makassar Letak geografis Kota Makassar sangat strategis, dimana kota Makassar
merupakan salah satu pintu gerbang perniagaan. Dikatakan sebagai pintu gerbang perniagaan karena adanya sarana pelabuhan yang berskala besar yang mampu menampung kapal laut yang masuk ke Wilayah Kota Makassar dan juga adanya sarana Bandara Sultan Hasanudin yang merupakan sarana transportasi udara. Dengan adanya sarana yang dapat menghubungkan Kota Makassar dengan kota lainnya di seluruh Indonesia akan sangat mendorong peningkatan
20
21
perekonomian kota Makassar yang akan dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Kota Makassar juga merupakan salah satu daerah yang tingkat pertumbuhan ekonominya sangat baik, dimana Kota Makassar merupakan salah satu daerah tujuan dan persinggahan barang dari daerah lain yang ada di Indonesia maupun daerah luar negeri. Sebagai salah satu daerah tujuan dan persinggahan barang tentunya akan sangat mendukung usaha dalam bidang usaha perindustrian dan perdagangan yang akan menunjang pendapatan daerah Kota Makassar. Oleh sebab itu, penulis memilih lokasi penelitian di Kota Makassar sebagai tempat untuk mengumpulkan data. Berdasarkan letak astronomi kota Makasar yang secara administratif merupakan ibukota provinsi Sulawesi Selatan yang terletak di pantai barat pada koordinat 11924’17’38” dan 58’6’19” lintang selatan. Berdasarkan letak administratif, kota Makasar terletak di bagian barat pulau Sulawesi yang berbatasan antara : 1. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Gowa. 2. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Maros. 3. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Maros. 4. Sebelah barat berbatasan dengan Selat Makassar. Wilayah ini secara administratif terdiri dari 14 kecamatan yang meliputi 143 kelurahan dengan luas 175,77 km2. Secara morfologis kota Makassar terletak di daerah
pantai
yang
memanjang
pada
bagian
barat
dan
utara
kota
yang salah satunya berpotensi perikanan. Pada daratan rendah mulai dari tepi utara sebelah barat dan melebar ke arah timur sejauh lebih dari 20 km, memanjang dari selatan ke utara merupakan daerah-daerah pengembangan
22
pemukiman, pertokoan, perkantoran, pendidikan, dan bahan pengembangan kawasan industri. Kota Makassar merupakan kota pesisir yang keadaan wilayahnya datar.
4.1.2
Keadaan Penduduk Kota Makassar Kota Makassar merupakan salah satu kota yang padat penduduknya.
Kepadatan penduduk Kota Makassar disebabkan karena Kota Makassar merupakan salah satu pusat perdagangan di Kawasan Timur Indonesia, dan merupakan salah satu kota pendidikan, dimana setiap tahun banyak masyarakat dari daerah yang ada di Sulawesi Selatan yang akan melanjutkan pendidikannya di Kota Makassar. Keadaan Kota Makassar merupakan penduduk yang mejemuk, dimana penduduk Kota Makassar terdiri dari masyarakat berbagai suku bangsa yang ada di Indonesia. Sebagi penduduk yang terdiri dari berbagai suku bangsa, tentunya penduduk Kota Makassar terdiri dari berbagai karakter yang berbeda, namun demikian dengan adanya perbedaan tersebut akan sangat memperkuat perkembangan Kota Makassar. Penduduk Kota Makassar pada tahun 2013 tercatat sebanyak 1.408.072 jiwa tersebar pada 14 kecamatan. Daerah dengan jumlah penduduk terbanyak adalah kecamatan Biringkanaya, yaitu sebanyak 185.030 jiwa (13,14 persen). Kemudian kecamatan Tamalate yaitu sebanyak 183.039 jiwa (12,99 persen), diikuti kecamatan Rappocini 158.325 jiwa (11,24 persen). Besarnya jumlah penduduk di tiga kecamatan tersebut dimungkinkan karena wilayahnya luas dan juga merupakan wilayah pengembangan kota. Sebaliknya
kecamatan
dengan
jumlah
penduduk
terendah
adalah kecamatan Ujung Pandang 27.802 jiwa (1,97 persen). Kecilnya jumlah penduduk di kecamatan ini karena daya dukung wilayah hunian yang
23
sempit dan padat yang tidak memungkinkan pengembangan. Dan wilayah kecamatan tersebut adalah pusat pelayanan dan jasa serta berbagai bangunan infrastruktur pemerintah Kota Makassar.
4.1.3
Perkembangan Ekonomi Daerah Dengan semakin pesatnya jumlah penduduk di Kota Makassar, tentunya
akan mendukung perkembangan ekonomi daerah, sebab banyak pelaku ekonomi dari berbagai daerah yang melakukan kegiatan usaha di Kota Makassar karena melihat Kota Makassar merupakan kota yang sangat prospektif untuk mengembangkan usaha mereka. Dengan masuknya berbagai pengusaha di Kota Makassar akan sangat mendorong tingkat perkembangan ekonomi daerah. Selain masuknya berbagai investor di Kota Makassar yang menyebkan tingkat perkembangan perekonomian kota Makassar cukup pesat, juga didukung oleh jumlah penduduk Kota Makassar yang mengalami peningkatan tiap tahun. Kemudian dalam hal pertumbuhan ekonomi Kota Makassar pada tahun 2015 menembus angka 9,6 persen. Sehingga pertumbuhan ekonomi Kota Makassar
menjadi
penyumbang
terbesar
bagi
Provinsi
Sulsel
secara
keseluruhan. Dari sisi struktur ekonomi, Kota Makassar didominasi oleh sektor perdagangan, restoran dan hotel serta dari struktur industri serta jasa.
4.2
Karakteristik Responden Dari data primer yang telah diperoleh, maka memberikan gambaran
identitas responden sebagai berikut : a.
Jenis kelamin
24
Berdasarkan identifikasi menurut jenis kelamin, maka dapat dilihat pemilik industri meubel dalam kategori laki-laki dan perempuan, yang hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.1 : Distribusi Persentase Responden Industri Meubel di Kota Makassar Menurut Jenis Kelamin Jenis Kelamin
Frekuensi (Jiwa)
Persentase (%)
Laki-laki
26
86,67
Perempuan
4
13,33
Jumlah
30
100
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer, 2015 Dari
Tabel
4.1
menunjukkan
distribusi
responden
menurut
jenis
kelamin, dimana dari 30 responden yang diteliti maka jumlah responden yang terbesar dalam penelitian ini adalah laki-laki yakni sebanyak 26 orang atau 86,67 persen, kemudian perempuan sebanyak 4 orang atau 13,33 persen. Dari data tersebut memperlihatkan bahwa pengusaha yang melakukkan bisnis pada Industri Meubel di kota Makassar sebagian besar berjenis kelamin laki-laki jika dibandingkan dengan jenis kelamin perempuan. b.
Umur responden Umur responden dapat digolongkan antara umur 30 – 39 tahun, 40 – 49
tahun dan umur di atas dari 50 tahun. Untuk lebih jelasnya pengelompokkan umur responden dalam penelitian ini dapat dilihat melalui tabel berikut ini :
Tabel 4.2 : Distribusi Persentase Responden Industri Meubel di Kota Makassar Berdasarkan Umur Umur Responden
Frekuensi (Jiwa)
Persentase (%)
30-39
8
26,67
25
40-49
15
50
Diatas 50 tahun
7
23,33
Jumlah
30
100
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer, 2015 Berdasarkan Tabel 4.2 distribusi responden berdasarkan umur, tampak bahwa persentase terbesar umur responden berada pada usia antara 40 – 49 tahun yakni sebanyak 15 orang atau 50 persen, kemudian disusul umur responden antara 30 – 39 tahun yakni sebanyak 8 orang atau 26,67 persen. Sisanya diatas 50 tahun sebanyak 7 orang atau 23,33 persen. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata umur pengusaha yang berkecimpung pada Industri Meubel di Kota Makassar adalah berumur antara 40 – 49 tahun. c.
Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan akan berkaitan dengan pola pikir pekerja. Namun
demikian untuk kegiatan industri meubel tidak berdampak sangat signifikan. Tingkat pendidikan sendiri baru akan terlihat pada sistem manajemen pengolahan produksi yang mereka lakukan diikuti dengan pengalaman usaha yang mereka dapatkan. Di Kota Makassar umumnya yang menjadi pengusaha industri meubel adalah yang berpendidikan Sekolah Menengah Atas atau sederajat sebesar 18 responden, alasan utama mereka memasuki pekerjaan ini adalah karena semakin sempitnya lahan
pekerjaan dan sulitnya berkompetensi lapangan
usaha yang menuntut untuk memiliki keahlian dan tingkat pendidikan yang tinggi dalam bekerja. Sedangkan sisanya sebanyak 8 responden memiliki tingkat pedidikan S1. Sisanya sebanyak 4 responden berpendidikan SMP.
26
Tabel 4.3 : Distribusi Persentase Responden Industri Meubel di Kota Makassar Menurut Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan
Frekuensi
Persentase
SMP
4
13,33
SMA
18
60
S1
8
26,67
30
100
Jumlah
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer, 2015
d.
Upah Upah minimum Kota Makassar yaitu sebesar Rp. 2.075.000. Dari 30 orang
responden terdapat 25 orang pengusaha industri meubel yang memberi upah kepada karyawannya sebesar Rp. 800000 – Rp. 1000000 / bulan. Sedangkan pengusaha industri meubel yang memberi upah antara Rp. 1000001 – Rp. 2075000 / bulan berjumlah 5 orang responden. Dengan kata lain, semua pengusaha industri meubel memberikan upah kepada karyawannya dibawah upah minimum Kota Makassar. Tabel 4.4 : Distribusi Persentase Responden Industri Meubel di Kota Makassar Menurut Upah Upah (Rp)
Frekuensi
Persentase
800000 – 1000000
25
83,33
1000001 – 2075000
5
16,67
27
Su
≥ 2075000
0
0
Jumlah
30
100
mber : Hasil Pengolahan Data Primer, 2015
28
e.
Sumber Modal Peran modal dalam suatu usaha sangat penting karena sebagai alat
produksi suatu barang dan jasa. Suatu usaha tanpa adanya modal sebagai salah satu faktor produksinya berpengaruh pada tidak berjalannya suatu usaha. Demikian juga di usaha meubel, modal sangat besar pengaruhnya. Dalam menjalankan produksinya,
unit usaha menggunakan bantuan
pinjaman
modal dari berbagai pihak baik berasal dari modal sendiri, keluarga, maupun kredit. Untuk Kota Makassar, pengusaha meubel yang menggunakan modal usaha yang berasal dari modal sendiri (modal yg diperoleh sendiri) sebanyak 14 orang responden, untuk usaha yang sumber modalnya keluarga (modal yang diperoleh dari bantuan kerabat atau keluarga terdekat) yakni sebesar 6 orang responden. Sisanya sebesar 10 responden menggunakan pinjaman kredit dari bank. Tabel 4.5 : Distribusi Persentase Responden Industri Meubel di Kota Makassar menurut Sumber Modal
Sumber Modal
Frekuensi
Persentase
Modal Sendiri
14
46,67
Modal Keluarga
6
20
Modal Kredit
10
33,33
30
100
Jumlah
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer, 2015
f.
Jumlah Modal Kerja
29
Di Kota Makassar, dari 30 orang responden terdapat 18 orang yang menggunakan modal kerja sebesar Rp. 8.000.000 – Rp. 10.000.000 / bulan. Sedangkan pengusaha industri meubel yang menggunakan modal kerja antara Rp. 10.000.001 – Rp. 13.500.000 / bulan berjumlah 12 orang responden. Tabel 4.6 : Distribusi Persentase Responden Industri Meubel di Kota Makassar Menurut Jumlah Modal Kerja Jumlah Modal Kerja (Rp)
Frekuensi
Persentase
8000000 - 10000000
18
60
10000001 - 13500000
12
40
Jumlah
30
100
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer, 2015
g.
Jumlah Produksi Dari 30 responden, terdapat 16 orang atau sebesar 53,33 persen
pengusaha meubel di Kota Makassar yang memiliki jumlah produksi perbulan sebanyak Rp. 15.000.000 – Rp. 17.500.000. Sedangkan untuk pengusaha meubel yang memiliki jumlah produksi sebesar Rp. 17.500.001 – Rp. 20.000.000 sebanyak 11 responden atau sebesar 36,67 persen. Sementara yang memiliki jumlah produksi lebih dari Rp 20.000.001 sebanyak 3 orang atau sebesar 10 persen. Tabel 4.7 : Distribusi Persentase Responden Industri Meubel di Kota Makassar menurut Jumlah Produksi
Jumlah Produksi (Rp)
Frekuensi
Persentase
15000000 – 17500000
16
53,33
17500001 – 20000000
11
36,67
30
≥ 20000001
3
10
Jumlah
30
100
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer, 2015 h.
Jumlah Hari Orang Kerja (HOK) Dari 30 responden, terdapat 12 responden atau sebesar 40 persen yang
memiliki jumlah rata-rata Hari Orang Kerja (HOK) sebanyak 30 HOK. Hal ini dikarenakan usaha ini membutuhkan waktu produksi yang lama. Tabel 4.8 : Distribusi Persentase Responden Pengusaha Industri Meubel di Kota Makassar menurut Jumlah Hari Orang Kerja (HOK)
Jumlah rata-rata HOK (Hari)
Frekuensi
Persentase
24
11
36,67
27
7
23,33
30
12
40
Jumlah
30
100
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer, 2015
4.3
Hasil Analisis Hasil analisis pada penelitian ini diolah menggunakan software SPSS
versi 23.00. Berikut adalah hasil analisis penelitian.
4.3.1 Pengaruh Upah, Produksi dan Modal Kerja terhadap Kesempatan Kerja pada Industri Meubel di Kota Makassar Hasil analisis pengaruh upah, produksi dan modal kerja terhadap kesempatan
kerja
pada
industri
meubel
di
Kota
Makassar,
dengan
menggunakan program SPSS versi 23.0 diperoleh hasil regresi sebagai berikut :
31
Tabel 4.9 : Hasil Analisis Regresi Pengaruh Upah, Produksi dan Modal Kerja terhadap Kesempatan Kerja Pada Industri Meubel di Kota Makassar
Variabel Penelitian
Koefisien
t-hitung
Prob.
Constanta (c)
15,106
4,007
0,000
Upah (X1)
-0,367
-2,871
0,008
Produksi (X2)
0,412
2,425
0,028
Modal Kerja (X3)
0,696
3,227
0,003
F-hitung
37,832 Prob. F-hitung
R
0,902 N
R-Square
0,814
Adjusted R-Squared
0,792
0,000 30
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer, 2015
Pada Tabel 4.9 diperoleh persamaan regresi sebagai berikut : Y = 15,106 − 0,367 X1 + 0,412 X2 + 0,696 X3
Dari Tabel 4.9 di atas menunjukkan bahwa konstanta sebesar 15,106. Artinya jika upah, produksi dan modal kerja bernilai konstan, maka kesempatan kerja adalah sebesar 15,106 satuan. Dengan demikian, apabila upah, produksi dan modal kerja konstan, maka kesempatan kerja pada
32
industri meubel yaitu sebesar 15 HOK atau 15 orang, jika tidak ada pengaruh dari variabel-variabel terikat atau independen dalam penelitian ini.
4.4
Uji Kesesuaian
4.4.1
Uji Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan
model
dalam
menerangkan
variasi
variabel
dependen.
Nilai koesifien determinasi antara nol dan satu. Nilai R 2 yang terkecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Jika melihat Tabel 4.9 tentang pengaruh upah, produksi dan modal kerja terhadap kesempatan kerja, maka diperoleh R-Square sebesar 0,814. Hal ini berarti bahwa 81,4 persen variabel kesempatan kerja dapat dijelaskan oleh variabel upah, produksi dan modal kerja. Adapun sisanya 18,6 persen dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian. 4.4.2
Uji F Kriteria pengujian dalam uji F ini yaitu, H0 diterima jika nilai F hitung < F
tabel, dengan α = 5 %. Berdasarkan Tabel 4.11 maka diperoleh nilai F-Hitung sebesar 37,832, sementara F-Tabel sebesar 2,98. F hitung lebih besar daripada nilai F tabel maka H0 ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat
33
disimpulkan bahwa variabel upah, produksi dan modal kerja secara simultan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel kesempatan kerja.
4.5
Pembahasan dan Interpretasi Hasil
4.5.1 Pengaruh Upah Terhadap Kesempatan Kerja Berdasarkan hasil regresi pada Tabel 4.9, menunjukkan bahwa pengaruh upah terhadap kesempatan kerja pada industri meubel di Kota Makassar yaitu berpengaruh negatif dan signifikan. Hal ini tentu sesuai dengan hipotesis pada penelitian ini, yang menyatakan bahwa upah mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap kesempatan kerja. Pengaruh upah terhadap kesempatan kerja pada industri meubel di Kota Makassar dapat dilihat dari nilai koefisiennya sebesar -0,367. Artinya setiap kenaikan satu persen upah akan menurunkan 0,367 persen kesempatan kerja. Dengan demikian setiap kenaikan satu persen upah akan menurunkan kesempatan kerja sebesar 0,055 HOK atau 0,055 orang pada industri meubel di Kota Makassar. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa upah mempunyai pengaruh negatif dan signifikan, dapat dilihat dari nilai signifikan untuk upah sebesar 0,008. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh M. Zamrowi (2007) di Kota Semarang dimana hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa upah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat penyerapan tenaga kerja pada industri meubel.
34
4.5.2 Pengaruh Produksi Terhadap Kesempatan Kerja Berdasarkan hasil regresi pada Tabel 4.9, menunjukkan bahwa pengaruh produksi terhadap kesempatan kerja pada industri meubel di Kota Makassar yaitu berpengaruh positif dan signifikan. Hal ini tentu sesuai dengan hipotesis pada penelitian ini, yang menyatakan bahwa produksi mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kesempatan kerja. Pengaruh produksi terhadap kesempatan kerja pada industri meubel di Kota Makassar dapat dapat dilihat dari nilai koefisiennya sebesar 0,412. Artinya setiap kenaikan satu persen jumlah produksi akan meningkatkan 0,412 persen kesempatan kerja. Dengan demikian setiap kenaikan satu persen produksi akan meningkatkan kesempatan kerja sebesar 0,062 HOK atau 0,062 orang pada industri meubel di Kota Makassar. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa produksi mempunyai pengaruh positif dan signifikan, dapat dilihat dari nilai signifikan sebesar 0,023. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Riky Eka Putra (2012) di Kota Semarang dimana hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa total produksi berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat penyerapan tenaga kerja pada industri meubel.
4.5.3
Pengaruh Modal Kerja Terhadap Kesempatan Kerja Berdasarkan hasil regresi pada Tabel 4.9, menunjukkan bahwa pengaruh
modal kerja terhadap kesempatan kerja pada industri meubel di Kota Makassar yaitu berpengaruh positif dan signifikan. Hal ini tentu sesuai dengan hipotesis pada penelitian ini, yang menyatakan bahwa modal kerja mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kesempatan kerja.
35
Pengaruh modal kerja terhadap kesempatan kerja pada industri meubel di Kota Makassar dapat dapat dilihat dari nilai koefisiennya sebesar 0,696. Artinya setiap kenaikan satu persen modal kerja akan meningkatkan 0,696 persen kesempatan kerja. Dengan demikian setiap kenaikan satu persen modal kerja akan meningkatkan kesempatan kerja sebesar 0,105 HOK atau 0,105 orang pada industri meubel di Kota Makassar. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa modal kerja mempunyai pengaruh positif dan signifikan, dapat dilihat dari nilai signifikan untuk modal kerja sebesar 0,003. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Rizal (2011) di Kota Solo dimana hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat penyerapan tenaga kerja pada industri meubel.
36
BAB V PENUTUP
Kesimpulan Berdasarkan hasil dari penelitian maka dapat diambil kesimpulan terkait penelitian yang dilakukan di Kota Makassar sebagai berikut : 1.
Upah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kesempatan kerja. Dengan kata lain, semakin tinggi upah maka akan menurunkan kesempatan kerja pada industri meubel di Kota Makassar.
2.
Produksi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesempatan kerja. Dengan kata lain, semakin tinggi produksi maka akan meningkatkan kesempatan kerja pada industri meubel di Kota Makassar.
3.
Modal kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesempatan kerja. Dengan kata lain, semakin tinggi modal kerja maka akan meningkatkan kesempatan kerja pada industri meubel di Kota Makassar.
Saran 1.
Untuk meningkatkan kesempatan kerja pada industri meubel maka perlu ditunjang oleh adanya dukungan dari berbagai faktor-faktor produksi terutama modal kerja yang tinggi, karena faktor produksi ini yang signifikan dalam meningkatkan kesempatan kerja dibandingkan variabel lainnya.
2.
Sebaiknya dipertimbangkan untuk menggunakan teknologi terbaru untuk menambah kapasitas produksi.
37
DAFTAR PUSTAKA
Adrianto, R. 2013. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil (Studi Kasus Pada Industri Krupuk Rambak di Kelurahan Bangsal, Kecamatan Bangsal,Kabupaten Mojokerto). Jurnal Ilmiah. FEB. Universitas Brawijaya. Amirullah dan Imam Hardjanto. 2005. Pengantar Bisnis. Yogyakarta : Graha ilmu. Budiawan, A. 2013. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Terhadap Industri Kecil Pengolahan Ikan di Kabupaten Demak. Economics Development Analysis Journal. (1). Boediono. 1992. Teori Ekonomi Makro. Jogjakarta : BPFE UGM. Djojohadikusumo, S. 1987. Teori Ekonomi dan Kebijaksanaan Pembangunan. Jakarta : Gramedia. Ehrenberg, Ronald G. 1998. Modern Labour Economic, Scoot and Foresman Company. Fachmi. 2014. Analisis Produksi dan Pendapatan Industri Meubel di Kota Makassar. Universitas Hasanuddin. Handoko, Hani. 1985. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta : Liberty. Hidayat. A.A.A. 2007. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika. Indayanti, A., Mintarti, I., & Retno, J. 2010. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil Genteng (Studi Kasus Di Desa Baderan Kecamatan Geneng Kabupaten Ngawi). Jurnal Ekonomi. FE. Universitas Merdeka Madiun. Irawan, M. Suparmoko. 1995. Ekonomika Pembangunan, Edisi 5. Yogyakarta : BPFE Joesron dan Fathorrosi. 2003. Teori Ekonomi Mikro. Jakarta : Salemba Empat. Khadafi, M.F. 2013. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja pada Industri Konveksi Kota Malang. Universitas Brawijaya, 38
39
Malang. Koutsoyiannis. 1977 Modern Economics. The Macmillan Press ltd. London and Bassingstoke. Kuncoro, Haryo. 2001. Sistem Bagi Hasil dan Stabilitas Penyerapan Tenaga Kerja, Media Ekonomi, Volume 7, Nomor 2 hal 165-168. Kusumowindo, Sisdjiatmo. 1981. ”Angkatan Kerja” Dalam Dasar-Dasar Demografi, Lembaga Demografi. FE. Universitas Indonesia, Jakarta. Listyawan Ardi Nugraha. 2011. Pengaruh Modal Usaha, Tingkat Pendidikan, dan Sikap Kewirausahaan terhadap Pendapatan Usaha Pengusaha Industri Kerajinan Perak Di Desa Sodo Kecamatan Paliyan Kabupaten Gunung Kidul. Skripsi: Universitas Negeri Yogyakarta. Maharani, N. P. 2012. Analisis Penawaran Tenaga Kerja Wanita Menikah dan Faktor yang Mempengaruhinya di Kabupaten Brebes. Mankiw. 2006. Makroekonomi. Mankiw, N.Gregory. 2008. Makroekonomi. edisi enam. Jakarta : Erlangga. McConnel, C. R., and Brue, S. L. 1995. Tcontemporary Labor Economics. International Edition, 1995, MCGraw-Hill Companies Inc, Printed in Singapore. Mubyarto. 1986. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta. Nawawi, Hadari. 2001. Metodologi Penelitian Bidang Sosial. Jakarta : Idayu Press. 250 halaman. Nicholson. 1999. Teori Ekonomi Mikro: Prinsip Dasar dan Pengembangannya. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Putra, Riky E. 2012. Pengaruh Nilai Investasi, Nilai Upah Dan Nilai ProduksiTerhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Meubel di Kecamatan Padurungan Kota Semarang. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang, Semarang. Rahmat, Andi. 2009. Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja pada Industri Meubel di Kota Jepara. Universitas Indonesia, Jakarta.
40
Rizal, Ahmad. 2011. Analisis Penyerapan Tenaga Kerja pada Usaha Meubel di Kota Solo. Universitas Negeri Semarang, Semarang. Simanjuntak, Payaman J. 1985. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta: lembaga penerbit FE UI. Soekartawi. 2003. Teori Ekonomi Produksi Dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi Cobb Douglas. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sudarsono. 1998. Penetapan Sasaran Kesempatan Kerja dan Produktivitas Tenaga Kerja. PAU Study Ekonomi UGM, Yogyakarta. Sugiono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. CV. Alfabeta : Bandung. Sukirno, Sadono. 1997. Pengantar Teori Makroekonomi. Jakarta : Raja Grafindo Persada. _____________. 2000. Pengantar Teori Makroekonomi. Jakarta : Raja Grafindo Persada. _____________. 2004. Pengantar Teori Mikro Ekonomi. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Sumarsono, Sonny. 2003. Ekonomi Manajemen Sumberdaya Manusia dan Ketenagakerjaan. Yogyakarta : Graha Ilmu. Suryana. 2000. Ekonomi Pembangunan : Problematika dan Pendekatan (Edisi Pert.). Jakarta: Salemba Empat. Todaro, M.P. 1997. Pembanguan Ekonomi di Dunia Ke-tiga Edisi Keenam. Jakarta : Erlangga. Wulandy. 2011. Industri Meubel Dalam Perspektif Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), Salah Tiga : press tekhie. Zamrowi, Taufik. 2007. Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil. Tesis : Universitas Diponegoro.
41
Lampiran Hasil Regresi Regression Variables Entered/Removeda Variables
Variables
Entered
Removed
Model 1
Produksi, Upah,
Method . Enter
Modal Kerjab a. Dependent Variable: Hari Orang Kerja b. All requested variables entered.
Model Summary
Model
R ,902a
1
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
R Square ,814
,792
1,21728
a. Predictors: (Constant), Produksi, Upah, Modal Kerja
ANOVAa Model 1
Sum of Squares Regression Residual Total
Df
Mean Square
168,174
3
56,058
38,526
26
1,482
206,700
29
F
Sig. ,000b
37,832
a. Dependent Variable: Hari Orang Kerja b. Predictors: (Constant), Produksi, Upah, Modal Kerja
Coefficientsa Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant) Modal Kerja Upah Produksi
Std. Error
15,106
3,770
1,166E-6
,000
-1,050E-5 5,942E-7
a. Dependent Variable: Hari Orang Kerja
Coefficients Beta
t
Sig.
4,007
,000
,696
3,277
,003
,000
-,367
-2,871
,008
,000
,412
2,425
,023
42