Journal of Tropical Fisheries (2013) 9 (2) : 721-726
Pitjont Tomatala : Pengaruh Ulva sp. .....
HASIL PENELITIAN
PENGARUH ULVA sp. TERHADAP PERTUMBUHAN YUWANA ABALONE (Haliotis asinina) YANG DIPELIHARA DI PERAIRAN SATHEAN MALUKU TENGGARA Influence of Ulva sp. On Abalone Haliotis asinine Juvenile Growth Reared In Sathean Sea, South East Mollucas Pitjont Tomatala Teknologi Budidaya Perairan, Politeknik Perikanan Negeri Tual Email:
[email protected] (Diterima/Received : 05 Agustus 2013, Disetujui/Accepted: 25 November 2013)
ABSTRAK Abalon H.asinina merupakan hewan laut yang memiliki nilai ekonomis dan harga abalon kering di Kabupaten Maluku Tenggara berkisar Rp. 300.000 – Rp. 600.000 /kg. Saat ini, hasil tangkapan abalon di perairan mengalami penurunan jumlah dan ukuran. Kegiatan budidaya dipandang sebagai upaya terbaik untuk mengatasi permasalahan ini. Dalam budidaya, pakan merupakan faktor yang menentukan keberhasilan usaha tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh makroalga Ulva sp. terhadap pertumbuhan dan sintasan yuwana abalon. Sampel abalon yang digunakan sebanyak 80 ekor dengan ukuran cangkang 1,5 – 2 cm. Abalon dipelihara selama 8 minggu dan diberikan pakan Ulav sp secara adlibitum. Pengukuran pertumbuhan dilakukan setiap 2 minggu. Abalon yang dipelihara mengalami pertumbuhan panjang cangkang 0,943 cm dengan kisaran 0,4 – 1,5 cm dan laju pertumbuhan harian panjang cangkang 0,058 – 0,249 mm/hari dengan rerata 0,142 mm/hari. Selain itu bobot tubuh juga mengalami peningkatan sebesar 0,409 g dengan kisaran 0,129 – 0,669 g dan laju pertumbuhan harian bobot tubuh 3,06 dengan rerata 2,62 – 3,81 mg/hari. Sintasan yang diperoleh dari penelitian sebesar 76,45%. Kata kunci : Pertumbuhan, Abalon,Ulva sp.
ABSTRACT Abalone, Haliotis asinina is a sea organism which has value economical and dry price in Regency South East Mollucas ranging from Rp. 300.000 – Rp. 600.000/kg. Recently, result catch of abalone from the sea decrease in number and size. Aquaculture activity is considered as the best effort for solving the problem. In aquaculture, feed is the factor that determines to success it effort. This research purpose was to investigate the effect of macro algae Ulva sp. on growth and survival rate of juvenile abalone. The abalone samples used were 80 individuals with shell length 1,5 – 2 cm. The abalone was reared during 8 weeks and provided fed macro algae Ulva sp in a ad libitum. Measuring of growth was conducted every two weeks. Abalone experienced growth of shell length 0,943 cm with range 0,4 – 1,5 cm and daily growth rate of shell length was about 0,058 – 0,249 mm/day with average 0,142 mm/day. Moreover, the muscle weight experienced growth about 0,409 g with average 0,129 – 0,669 g and daily growth rate of muscle weight was 3,06 mg/days with average 2,62 – 3,81 mg/days. The survival from this research was 76,45%. Keyword : Growth, Abalone, Ulva sp
Jurusan Perikanan, Faperta-UNPAR
- 721 -
ISSN: 1907-736X
Journal of Tropical Fisheries (2013) 9 (2) : 721-726
Pitjont Tomatala : Pengaruh Ulva sp. .....
Sathean, Kabupaten Maluku Tenggara dan Laboratorium Politeknik Perikanan Negeri Tual. Yuwana abalon yang digunakan berukuran 1,5 cm – 2 cm dan merupakan hasil tangkapan di alam. Yuwana abalon ditempatkan pada botol aqua 600 ml yang dipotong kedua ujungnya dan kedua ujung tersebut diikat dengan waring dan karet gelang. Padat tebar yuwana abalon yaitu 1 individu/botol. Botol aqua berisi yuwana kemudian ditagging dan dimasukkan ke dalam kerangjang plastik dan digantung pada rakit dengan kedalaman 4 meter. Yuwana diberikan Ulva sp secara adlibitum dan setiap tiga hari dilakukan pengontrolan dan pergantian pakan.
PENDAHULUAN Abalon merupakan hewan laut yang tergolong pada kelas gastropoda, family holotidae. Hewan ini termasuk biota konsumsi dengan tujuan eksport terbesar yaitu pada Negara Cina, Jepang dan Taiwan. Dewasa ini, permintaan dunia akan abalon meningkat sejalan dengan meningkatnya kebutuhan akan variasi sumber protein serta perkembangan industri makanan. Selain sebagai sumber protein, abalon termanfaatkan sebagai bahan hiasan karena cangkangnya memiliki warna yang menarik (Rahmawati dkk, 2009) Jenis abalon di alam diperkirakan lebih dari 100 jenis dan di Indonesia ada dua jenis abalon yang diperdagangkan yaitu Haliotis asinina dan Haliotis squamata. H. asinina merupakan abalon yang ditemukan hidup dan berkembangbiak di perairan Maluku Tenggara dan telah dieksploitasi oleh masyarakat setempat. Harga jual abalon ini mencapai Rp. 350.000 hingga Rp. 500.000/kg kering menyebabkan aktivitas penangkapan abalon di Maluku Tenggara semakin meningkat. Penangkapan secara kontinyu mengakibatkan populasi abalon mengalami penurunan baik ukuran maupun jumlah. Selain itu, habitat abalon yaitu karang mengalami kerusakan. Kenyataan tersebut mendorong untuk dilakukannya pemanfaatan yang terkendali dengan tetap mempertahankan kelangsungan sumberdaya tersebut dalam jangka panjang. Upaya budidaya abalon mulai digalakan namun terkendala ketersediaan pakan. Abalon biasanya dipelihara dengan memberikan makro alga seperti Gracilaria verrucosa, Ulva sp. atau pellet (Bambang dkk, 2010). Permasalahannya, Gracilaria verrucosa tidak ditemukan hidup di perairan Maluku Tenggara, sedangkan pellet untuk abalon tersedia namun dengan harga yang mahal. Salah satu makro alga yang tersedia di perairan Maluku Tenggara yaitu Ulva sp. dan dapat dijadikan pakan abalon namun seberapa pengaruhnya terhadap pertumbuhan yuwana abalon belum diketahui. Walaupun penelitian mengenai pemanfaatan Ulva sp. sebagai pakan abalon sudah pernah dilakukan di daerah lain namun perbedaan karakteristik suatu perairan mempengaruhi kondisi biota yang hidup di dalamnya.
(a) Gambar
Yuwana dalam wadah pengontrolan pakan (b)
(a)
dan
Variabel dan Metode Pengukuran. Yuwana abalon dipelihara selama 8 minggu dan selama kurun waktu tersebut dilakukan penimbangan panjang cangkan dan bobot tubuh 2 minggu sekali. Pengukuran panjang cangkang menggunakan kaliper berketelitian 0,01 mm sedangkan penimbangan bobot tubuh menggunakan timbangan elektrik berketelitian 0.01 gr. Sebagai data penunjang dilakukan pengukuran kualitas air seperti salinitas, suhu, pH, oksigen terlarut dan kecepatan arus. Pengukuran kualitas air dilaksanakan setiap tiga hari sekali. Untuk mengetahui nilai nutrisi dari Ulva sp. sebagai pakan yuwana, maka dilakukan analisis proksimat di Laboratorium Uji Mutu Politeknik Perikanan Negeri Tual. Analisis Data Data pengukuran dianalisi untuk mengetahui pertumbuhan mutlak dihitung dengan mengacu pada rumus Viera et al (2010). Lm = Lt – L 0 Keterangan : Lm = Pertumbuhan mutlak (cm) Lt = Panjang rata-rata akhir penelitian (cm) = Panjang rata-rata awal penelitian (cm) L0
METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga April 2013 dan bertempat di perairan desa
Jurusan Perikanan, Faperta-UNPAR
1.
(b)
Laju pertumbuhan harian yuwana berdasarkan persamaan Zhu et al (2002)
- 722 -
dihitung
ISSN: 1907-736X
Journal of Tropical Fisheries (2013) 9 (2) : 721-726
bahwa pertumbuhan cangkang abalon tergolong cukup lambat. Pertumbuhan cangkang dipengaruhi oleh seberapa banyak kalsium yang dikonsumsi. Tan et al (2001) menjelaskan bahwa kalsium diperlukan untuk pertumbuhan cangkang dan tulang. Cangkang moluska termasuk abalon 95 – 99% terbentuk dari kalsium karbonat (Zhang and Zhang, 2006). Sehingga semakin banyak kandungan kalsium yang terkandung dalam bahan makanan yang dikonsumsi oleh abalon akan semakin baik untuk pertumbuhan cangkang. Hasil analisis laju pertumbuhan harian cangkang yuwana abalon H. asinina diketahui 0,058 – 0,249 mm/hari dengan rerata 0,142 mm/hari. Alcantara and Doro (2006) melaporkan pertumbuhan cangkang abalon H.diversicolor hingga mencapai ukuran dewasa dapat mencapai 0,21 mm/hari. Menurut Rusdi dkk (2009) laju pertumbuhan harian panjang cangkang yuwana abalon H.diversicolor berkisar 0,06 – 0,12 mm/hari. Mengacu pada pernyataan penelitian sebelumnya maka hasil yang diperoleh masih dalam kisaran normal. Hasil laju pertumbuhan harian pajang cangkang yang berbeda antara setiap peneliti lebih banyak disebabkan karena adanya perbedaan spesis, umur, jenis pakan dan kondisi perairan. Susanto dkk (2007) menjelaskan bahwa tingkat pertumbuhan abalon bervariasi. Pemeliharaan yuwana H. asinina selama 8 minggu diperoleh hasil pertumbuhan mutlak bobot tubuh berkisar 0,129 – 0,669 gr dengan rerata 0,409 gr sedangkan laju pertumbuhan harian bobot tubuh 2,62 – 3,81 mg/hari dengan rerata 3,06 mg/hari. Singhagraiwan and Masanori (1993) menjelaskan bahwa pertumbuhan mutlak yuwana abalon H. asinina yang diperoleh selama 100 hari pemeliharaan sebesar 1,60 – 1,72 gr. Menurut Bambang dkk (2010) pemeliharaan yuwana H. squamata selama 4 bulan dengan perlakuan pakan yang berbeda diperoleh pertumbuhan bobot tubuh yang berbeda yaitu 0,05 gr – 1,50 gr. Jika dibandingkan dengan kedua hasil penelitian tersebut maka hasil yang diperoleh tergolong rendah. Diasumsikan kejadian ini terjadi karena lamanya waktu pemeliharaan dan komposisi pakan yang diberikan. Selama pemeliharaan, yuwana hanya diberikan Ulva sp. sedangkan Singhagraiwan and Masanori (1993) dan Bambang dkk (2010) mengkombinasikan beberapa jenis pakan dan diberikan ke yuwana abalon. Kombinasi pakan dengan nilai komposisi yang berbeda akan saling melengkapi dan memiliki pengaruh yang lebih baik terhadap pertumbuhan jika dibandingkan dengan satu jenis pakan dengan komposisi yang terbatas. Viera et al (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan abalon yang optimum akan tercapai bila terjadi keseimbangan nutrisi dan serat sesuai kebutuhan. Hasil uji proksimat diketahui komposisi Ulva sp. seperti tertera pada tabel berikut.
x 100
SGR = Keterangan : SGR Wt W0 t
Pitjont Tomatala : Pengaruh Ulva sp. .....
= Laju pertumbuhan harian (%) = Bobot setelah t hari pemeliharaan (gr) = Bobot awal tanam (gr) = Lama waktu pemeliharaan (hari)
Sintasan dihitung berdasarkan persamaan Effendie (1997).
S
x 100
Dimana : S : Sintasan (%) Nt : Jumlah individu akhir percobaan No : Jumlah individu awal percobaan
HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan Pertumbuhan yaitu pertambahan ukuran panjang atau berat dalam selang waktu tertentu. Pertumbuhan moluska termasuk gastropoda meliputi dua aspek yaitu pertumbuhan organ tubuh dan pertumbuhan cangkang (Tomatala, 2013). Hasil pertumbuhan panjang cangkang dan bobot tubuh yuwana abalon selama pemeliharaan ditampilkan pada tabel 1. Tabel 1. Pertumbuhan yuwana abalone
Kisaran
PM Panjang cangkang (mm) 0,4 – 1,5
LPH Panjang cangkang (mm/hari) 0,058 – 0,249
Rerata
0,943
0,142
Ket : PM LPH
PM Bobot tubuh (g) 0,129 – 0,669 0,409
LPH Bobot tubuh (mg/hari) 2,62 – 3,81 3,06
: Pertumbuhan mutlak : Laju pertumbuhan harian
Pertumbuhan mutlak panjang cangkang yang diperoleh dari pemeliharaan yuwana selama 8 minggu berkisar antara 0,4 – 1,5 cm dengan rerata 0,943 cm dari awal pemeliharaan. Sofyan dkk (2004) melaporkan bahwa anakan abalon H. asinina dengan cangkang berukuran 1 – 2 cm memperoleh penambahan panjang cangkang setiap 2 bulan sebesar 0,54 – 1,04 cm. Hasil ini sesuai dengan yang diperoleh selama penelitian. Pertumbuhan mutlak yang diperoleh (0,4 – 1,5 cm) mengindikasikan
Jurusan Perikanan, Faperta-UNPAR
- 723 -
ISSN: 1907-736X
Journal of Tropical Fisheries (2013) 9 (2) : 721-726
Pitjont Tomatala : Pengaruh Ulva sp. .....
Tabel 2. Kondungan Nutrien Pada Ulva sp. Kandungan Nutrien Karbohidrat Protein Lemak Abu Kalsium (g) (g) (g) (g) (mg) Ulva sp.
64,2
14,2
1,2
10,5
1096
Phosfat (mg) 86
Kandungan pakan yang berbeda turut mempengaruhi laju pertumbuhan harian bobot tubuh. Pemeliharaan yuwana abalon H. asinina oleh Irwan (2006) yang diberikan pakan Gracilari ternyata memperoleh laju pertumbuhan harian bobot tubuh sebesar 7,01 mg/hari. Rusdi dkk (2009) memperoleh laju pertumbuhan yang berbeda antara yuwana abalon yang diberi kombinasi pakan yakni sebesar 6,083 mg/hari sedangkan yuwana abalon yang diberi pakan tunggal (pellet) yakni 1,05 mg/hari.
Kualitas Air Kualitas air media pemeliharaan terdiri dari peubah fisik dan kimia yang berperan penting dalam kehidupan yuwana abalon yang dipelihara. Berdasarkan hasil pengukuran kualitas air selama delapan minggu massa pemeliharaan ditampilkan pada tabel berikut : Tabel 1. Parameter kualitas air selama pemeliharaan No Parameter Kisaran 1 Suhu (°C) 29,5 – 30,2 2 Salinitas (ppt) 32,6 – 33 3 pH 7,8 – 8,1 4 Oksigen terlarut 7,3 – 7,8 (ppm) 5 Kecepatan arus 18 – 21 (cm/detik)
Sintasan Sintasan adalah jumlah yang tetap hidup menurut satuan waktu atau persentase individu yang hidup terhadap jumlah total individu (Tomatala, 2013). Hasil perhitungan sintasan yuwana abalon selama penelitian ditampilkan pada gambar berikut.
Suhu merupakan faktor penting bagi kehidupan organisme laut karena suhu berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap aktivitas biofisiologi organisme laut. Pada suhu tertentu akan meningkatkan metabolisme tubuh sehingga nafsu makan akan meningkat, namun bila suhu terus mengalami peningkatan dapat menyebabkan kematian (Sofyan dkk, 2004). Irwan (2006) menjelaskan bahwa suhu yang optimal untuk pertumbuhan abalon H. asinina yaitu berkisar antara 24°C - 30°C. Apabila kondisi perairan dengan suhu di atas 30 dan berlangsung dalam kurun waktu yang lama akan mempengaruhi kondisi abalon. Pada tabel terlihat bahwa suhu perairan di lokasi penelitian 29,5oC – 29,7oC dan hasil ini tergolong optimum untuk\pertumbuhan yuwana abalon. Kecilnya fluktuasi suhu dikarenakan kondisi cuaca pada saat penelitian berlangsung relatif cerah. Silinatas (kadar garam) tergolong faktor penting dalam kegiatan budidaya abalon. Rusdi dkk (2010) mengemukan bahwa abalon tropis hidup pada perairan dengan tingkat salintas tinggi. Perubahan salinitas secara drastis berpegaruh terahadap fisiologi abalon. Salinitas perairan yang optimal untuk kelangsungan hidup abalon berkisar antara 32,6 - 35 ppt (Rahmawati dkk, 2010) menandakan bahwa hasil
Gambar 1. Grafik Sintasan Pada gambar di atas terlihat bahwa selama pemeliharaan berlangsung, sintasan yang dihasilkan sebesar 76,45 %. Hasil ini termasuk optimum bila dibandingkan dengan yang diperoleh oleh Bambang dkk (2010) sebesar 53 – 81,33%. Keberhasilan tersebut diasumsikan terjadi karena Ulva sp. yang digunakan selama pemeliharaan memiliki kontruksi yang halus/lembut sehingga memudahkan yuwana abalon untuk memotong dan mencerna secara optimal. Bahan makanan yang tercerna akan terurai secara kimia melalui proses metabolisme menjadi energi yang dimanfaatkan oleh organisme. Kordi (2008) menyatakan bahwa energi hasil metabolisme digunakan untuk mempertahankan hidup, pertumbuhan dan reproduksi. Energi yang dihasilkan pertama-tama digunakan untuk kelangsungan hidup sehingga persentase sintasan yang diperoleh maksimal. Tingginya persentase sintasan disebabkan pula karena tidak ditemukan kehadiran predator pada
Jurusan Perikanan, Faperta-UNPAR
wadah pemeliharaan. Metode yang digunakan dan pengontrolan secara kontinyu memberikan garansi kenyamanan bagi yuwana abalon sehingga menutup peluang kehadiran predator yang mengganggu dan memangsa yuwana abalon. Predator yang sering menyerang yuwana abalon yaitu kepiting kecil, udang kecil, cacing dan ikan karang. Selain itu, rendahnya kepadatan tebar hewan uji dimana hanya ditempatkan seekor yuwana pada suatu wadah pemeliharaan menyebabkan tidak terjadi kompetisi ruang dan makanan yang bisa berdampak pada kematian yuwana abalon.
- 724 -
ISSN: 1907-736X
Journal of Tropical Fisheries (2013) 9 (2) : 721-726
Pitjont Tomatala : Pengaruh Ulva sp. .....
yang diperoleh merupakan kisaran salinitas yang optimum untuk menunjang aktivitas abalon. Darajat keasaman (pH) mempengaruhi produktifitas suatu perairan yang berdampak pada pertumbuhan organisme perairan. Perairan bersifat basa dan netral cenderung lebih produktif dibandingkan dengan air yang bersifat asam sehingga kehidupan hewan-hewan akuatik akan terganggu apabila pH air jauh dari titik normal (pH7) Rusdi dkk (2009) melaporkan bahwa kisaran pH yang baik untuk pertumbuhan yuwana abalone yaitu 7,8 – 8,5 sehingga dengan demikian pH yang diperoleh tergolong ideal. Oksigen terlarut (DO) merupakan salah satu faktor pembatas bagi organisme perairan. Rusdi dkk (2011) menjelaskan bahwa oksigen terlarut yang baik untuk pertumbuhan yuwana abalon yaitu lebih dari 5 ppm. Ini berarti oksigen terlarut selama pemeliharaan (7,3 - 7,8) masih dalam kisaran normal untuk yuwana abalon. Arus adalah gerakan air yang mengakibatkan perpindahan horizontal massa air. Sofyan dkk (2004) menyatakan bahwa Haliotis asinina menyenangi perairan berarus kuat. Biota perairan dapat dibudidayakan pada perairan dengan kecepatan arus 15 – 30 cm/detik (Kordi, 2008) sehingga kecepatan arus pada lokasi penelitian (18 – 21 cm/detik) tergolong dalam kisaran yang baik untuk pemeliharaan abalon.
DAFTAR PUSTAKA Alcantara L.B and T. Noro. 2006. Growth of the Abalone Haliotis diversicoler (Reeve) Fed With Macroalgae in Floating Net Cage and Plastic Tank. Aquaculture Research. 37. 708 – 717. Bambang S., Ibnu R., Suko Ismi dan R. Rahmawati. 2010. Pemeliharaan Yuwana Abalon (Haliotis squamata) Turunan F-1 Secara Terkontrol Dengan Jenis Pakan Berbeda. Jurnal Riset Akuakultur Vol. 5 No.2. 199 – 209 Efendi, M.I. (1997). Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta. 161 hal Kordi M. Ghufron H. 2008. Budidaya Perairan, Buku kesatu. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung. 444 hal. Rahmawati R., Rusdi I., Susanto B dan Suko Ismi. 2009. Produksi masal benih abalon Haliotis squamata (Reeve, 1846). Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur. Badan Riset Kelautan dan Perikanan. Jakarta. 85 – 92 hal. Rusdi Ibnu., B. Susanto dan Rahmawati R. 2009. Sintasan dan Pertumbuhan Yuwana Abalon, Haliotis diversicolor Asal Pembenihan Dengan Pemberian Jenis Pakan Berbeda. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur. Badan Riset Kelautan dan Perikanan. Jakarta. 59 – 64 hal.
KESIMPULAN Abalon yang dipelihara mengalami pertumbuhan panjang cangkang 0,943 cm dengan kisaran 0,4 – 1,5 cm dan laju pertumbuhan harian panjang cangkang 0,058 – 0,249 mm/hari dengan rerata 0,142 mm/hari. Selain itu bobot tubuh juga mengalami peningkatan sebesar 0,409 g dengan kisaran 0,129 – 0,669 g dan laju pertumbuhan harian bobot tubuh 3,06 dengan rerata 2,62 – 3,81 mg/hari.
Rusdi Ibnu., R. Rahmawati., B. Susanto dan I Nyoman A.G. 2010. Pematangan Gonad Induk Abalon Haliotis squamata Melalui Pengelolaan Pakan. Jurnal Riset Akuakultur Vol. 5 No.3. 383 – 391 Rusdi Ibnu., B. Susanto dan Rahmawati R dan Nyoman A.G. 2011. Petunjuk Teknis Pembenihan Abalon Haliotis squamata. Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol. 37 hal.
UCAPAN TERIMA KASIH Diucapkan terima kasih kepada Teknisi Laboratorium Program Studi Teknologi Budidaya Perikanan, Politeknik Perikanan Negeri Tual yang telah membantu melakukan pengambilan data selama penelitian ini berlangsung sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik.
Singhagraiwan Tanin and Masanori Doi. 1993. Seed Production And Culture of a Tropical Abalone, Haliotis asinine Linne. The Research Project of Fishery Resource Development In The Kingdom of Thailand. 32 pp Sofyan Y., Irwansyah B., Sukriadi., Yana A dan Dadan K.W. 2004. Pembenihan Abalon (Haliotis asinina) Di Balai Budidaya Laut Lombok. Departeman Kelautan dan Perikanan. Jakarta. 30 hal
Jurusan Perikanan, Faperta-UNPAR
- 725 -
ISSN: 1907-736X
Journal of Tropical Fisheries (2013) 9 (2) : 721-726
Pitjont Tomatala : Pengaruh Ulva sp. .....
Susanto B., Hanafi A., Zafran dan Ismi S. 2007. Pematangan Gonad Induk dan Perbaikan Kualitas Benih Abalon (Haliotis squmata). Laporan Teknis BBRPBL-Gondol. Bali.17 hal Tan B., Kangsen M and Zhigou L. 2001. Respone of Juvenile Abalone, Haliotis Discus Hannai To Dietary Calcium, Phosphorus and Calcium/Phosphorus Ratio. Aquaculture 198. 141– 158 pp.
Jurusan Perikanan, Faperta-UNPAR
- 726 -
ISSN: 1907-736X