PENGARUH UKURAN BENIH TERHADAP PERKECAMBAHAN BENIH KAYU AFRIKA (Maesopsis eminii Engl.) Tri Bekti Winarni* dan Eliya Suita** (*Mahasiwa IPB ** Peneliti Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Bogor) RINGKASAN Ukuran benih umumnya berkorelasi dengan viabilitas dan vigor benih, dimana benih yang relatif berat cenderung mempunyai vigor yang lebih baik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ukuran benih terbaik dalam meningkatkan perkecambahan benih Kayu Afrika (M. eminii). Penentuan ukuran benih Kayu Afrika dilakukan berdasarkan berat (gram) (U1= berat ≥ 1,50 gram, U2= sedang 1,250 gram – 1,50 gram, U3= ringan ≤ 1,25 gram). Hasil dari pemelitian menyatakan bahwa ukuran benih tidak mempengaruhi daya berkecambah dan kecepatan tumbuh benih Kayu Afrika. Dengan demikian semua ukuran benih Kayu Afrika dapat dipergunakan untuk bahan perbanyakan tanaman sehingga tidak perlu dilakukan seleksi berdasarkan berat benih. Kata kunci : daya berkecambah, kayu afrika, kecepatan berkecambah, ukuran benih
I. PENDAHULUAN Latar Belakang Kayu Afrika (Maesopsis eminii Engl.) merupakan jenis tanaman kehutanan yang termasuk dalam kelas biji berkeping dua dari famili Rhamnaceae. Jenis ini tumbuh tersebar secara alami di daerah tropika Afrika Timur, diintroduksi pertama kali di daerah Jawa Barat (Zulhanif 2000). Kayu Afrika termasuk jenis tanaman eksotik dan cepat tumbuh (fast growing species). Kayu Afrika mempunyai kegunaan yang luas, kegunaan utamanya adalah untuk konstruksi ringan, peti kemas, box dan bahkan sudah digunakan untuk ply wood (Sandrasegaran 1996, NAS 1977, diacu dalam Rozi 2003). Dilihat dari potensi yang dimilikinya, Kayu Afrika mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan dalam pembangunan hutan tanaman, apalagi tanaman ini merupakan jenis cepat tumbuh. Dalam rangka kegiatan penanaman jenis tersebut diperlukan benih yang bermutu tinggi dan memiliki daya berkecambah dan vigor yang tinggi. Benih merupakan faktor yang sangat penting untuk menunjang terlaksananya program penanaman. Permasalahan yang terkadang muncul dalam rangka pengadaan benih adalah menentukan cara seleksi benih yang efektip untuk memilih benih-benih bermutu fisiologis tinggi. Menurut Schmidt (2002), ukuran benih berkorelasi dengan viabilitas dan vigor benih, dimana benih yang relatif berat cenderung mempunyai vigor yang lebih baik. Sorensen dan Campbell (1993) menyatakan benih dengan berat dan ukuran lebih besar lebih banyak dipilih karena umumnya berhubungan dengan kecepatan
1
berkecambah dan perkembangan semai yang lebih baik. Begitu juga menurut (Suseno 1975, diacu dalam Riskendarsyah 1986), untuk spesies tertentu benih besar mempunyai kualitas yang lebih baik daripada benih kecil. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui ukuran benih terbaik dalam meningkatkan perkecambahan benih Kayu Afrika (M. eminii).
II. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan November 2008 di rumah kaca Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor dan laboratorium Balai Penelitian Teknologi Perbenihan (BPTP) Bogor. B. Alat dan Bahan Penelitian Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini di antaranya: oven, timbangan analitik, desikator, cawan porselen, kamera, label, kantong plastik, papan dan plastik transparan. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan yaitu: benih Kayu Afrika (M. eminii Engl.) yang berasal dari Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi, Jawa Barat, media perkecambahan (campuran pasir dan tanah 1:1). C. Metode Penelitian Pengunduhan buah Kayu Afrika dilakukan tanggal 8 Agustus 2008. Pengunduhan buah Kayu Afrika dilakukan dengan metode pengumpulan dilantai hutan. Buah Kayu Afrika yang dikumpulkan adalah benih yang telah mencapai masak fisiologis yaitu yang berwarna ungu kehitaman. Benih yang sudah diunduh kemudian diektraksi untuk mengeluarkan benih masak dari buahnya. Cara ektraksi untuk benih Kayu Afrika yaitu dengan merendam buah dalam air selama ± 1 jam dan membersihkan daging buahnya secara manual. Sisa daging buah yang menempel pada kulit benih dibersihkan dengan sikat dan paranet untuk mencegah serangan jamur. Kemudian benih dikeringanginkan selama 2 hari. D. Seleksi benih berdasarkan berat benih Penentuan ukuran benih Kayu Afrika dilakukan berdasarkan berat (gram). Pengukuran berat benih dilakukan dengan menggunakan timbangan analitik (OHauss). Data diolah dengan program SPSS (Analisis Frequencies) untuk menentukan kelas ukuran benih, yaitu : U1 = berat ≥ 1,50 gram U2 = sedang 1,250 gram – 1,50 gram U3 = ringan ≤ 1,25 gram Setelah diperoleh kelas ukuran benih, kemudian dilakukan penimbangan benih dan dikelompokkan sesuai dengan kelas ukuran benih yang telah ditentukan.
2
E. Perkecambahan benih Benih disimpan di ruang DCS (Dry Cold Storage) selama 4 minggu karena menunggu persiapan bahan dan media supaya viabilitas benih tidak menurun, kemudian dikecambahkan pada bedeng tabur dengan menggunakan media campuran tanah dan pasir (1:1). Penyiraman dilakukan 2 kali sehari yaitu pagi dan sore hari atau tergantung kondisi cuaca. F. Pengamatan dan perolehan data Pengamatan perkecambahan dilakukan setiap hari dengan mencatat jumlah kecambah normal yang tumbuh. Pengamatan dilakukan selama 50 hari. Setelah pengamatan selesai dilakukan penghitungan jumlah kecambah normal yang tumbuh kemudian dihitung daya berkecambah, kecepatan tumbuh dan nilai perkecambahan. 1. Daya berkecambah (DB) Pengujian daya berkecambah bertujuan untuk mendapatkan gambaran nilai pertumbuhan benih di lapangan dan hasilnya dapat digunakan sebagai pembanding dari beberapa kelompok benih. Nilai daya kecambah merupakan nilai rata-rata dari persentase kecambah normal yang terdapat pada setiap ulangan. Daya berkecambah dihitung dengan rumus sebagai berikut (Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan 2002): Jumlah Kecambah Normal Daya berkecambah (%)
=
x 100% Jumlah Benih Ditabur
2. Kecepatan tumbuh (Kct) Pengamatan kecepatan tumbuh dilakukan setiap hari terhadap persentase kecambah normal dalam satuan waktu tertentu (etmal atau 24 jam). Kecepatan tumbuh diperhitungkan sebagai akumulasi kecepatan tumbuh setiap hari dalam unit tolak ukur persentase per hari. Benih vigor menunjukkan nilai kecepatan tumbuh yang tinggi, karena benih itu berarti berkecambah cepat pada waktu yang relatif lebih singkat. Benih yang kurang vigor akan berkecambah normal untuk jangka waktu yang lebih lama. Penghitungan kecepatan tumbuh ini berdasarkan rumus Thronebery dan Smith (Sadjad 1999) : t
n
Kct = 0
Keterangan : Kct = N = t = tn =
N t
kecepatan tumbuh (% KN/etmal) persentase kecambah normal (% KN) waktu pengamatan (etmal) waktu akhir pengamatan
Rancangan percobaan
3
Percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 1 faktor, yaitu ukuran benih. Faktor tersebut terdiri dari 3 taraf yaitu : U1 = berat ≥ 1,50 gram U2 = sedang 1,25 gram – 1,50 gram U3 = ringan ≤ 1,25 gram Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 9 unit percobaan, setiap unit percobaan menggunakan 50 butir benih. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan yang diberikan terhadap peubah yang diamati, dilakukan sidik ragam. Apabila perlakuan menunjukkan pengaruh yang nyata, kemudian dilakukan uji beda Duncan.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil 1. Daya berkecambah (%) DAYA BERKEC AMBAH BENIH KAYU AFRIKA (%)
Rata-rata Daya Berkecambah (%)
U1
92 91 90 89 88 87 86 85
U3 U2
Berat Benih
Gambar 1. Histogram pengaruh berat benih terhadap daya berkecambah benih Kayu Afrika. Keterangan : U1= benih berat (≥ 1,50 gram) U2= benih sedang ( 1,25-1,50 gram) U3= benih ringan (≤ 1,25 gram)
Histogram pengaruh berat benih terhadap daya berkecambah benih Kayu Afrika disajikan pada Gambar 1. Pada gambar tersebut diketahui bahwa pengaruh berat benih yang memiliki daya berkecambah tertinggi terdapat pada benih berat (U1) yaitu sebesar 91,33% dan daya berkecambah terendah terdapat pada benih sedang (U2) yaitu sebesar 87,33%. Sidik ragam pengaruh berat benih terhadap daya berkecambah benih Kayu Afrika dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Sidik ragam pengaruh berat benih terhadap daya berkecambah benih Kayu Afrika Sumber Keragaman Berat benih Galat Total
db 2 6 8
Jumlah Kuadrat 24 184 208
Kuadrat Tengah 12 30,667
F hit
Sig.
0,391tn
0,692
4
Keterangan : tn Tidak berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95%
Pada Tabel 1 di atas diketahui bahwa berat benih tidak berpengaruh nyata terhadap daya berkecambah benih Kayu Afrika. 2. Kecepatan tumbuh (Kct) Histogram pengaruh berat benih terhadap kecepatan tumbuh benih Kayu Afrika disajikan pada Gambar 2. Pada gambar tersebut diketahui bahwa pengaruh berat benih yang memiliki kecepatan tumbuh tertinggi terdapat pada benih sedang (U2) yaitu sebesar 3,07%KN/etmal dan kecepatan tumbuh terendah terdapat pada benih ringan (U3) yaitu sebesar 3,02%KN/etmal. Sidik ragam pengaruh berat benih terhadap kecepatan tumbuh benih Kayu Afrika dapat dilihat pada Tabel 2. KECEPATAN TUMBUH BENIH KAYU AFRIKA (%KN/etmal)
Rata-rata Kecepatan Tumbuh (%KN/etmal)
U2 U1
3.08 3.06
U3
3.04 3.02 3 2.98 Berat Benih
Gambar 2
Histogram pengaruh berat benih terhadap kecepatan tumbuh benih Kayu Afrika.
Keterangan : U1= benih berat (≥ 1,50 gram) U2= benih sedang ( 1,25-1,50 gram) U3= benih ringan (≤ 1,25 gram)
Tabel 2 Sidik ragam pengaruh berat benih terhadap kecepatan tumbuh benih Kayu Afrika Sumber Keragaman
db
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
Berat benih
2
0,004
0,002
Galat Total
6 8
0,255 0,259
0,42
F hit 0,46 tn
Sig. 0,955
Keterangan : tn Tidak berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95%
Pada Tabel 2 di atas diketahui bahwa berat benih tidak berpengaruh nyata terhadap kecepatan tumbuh benih Kayu Afrika. B. Pembahasan Ukuran benih berdasarkan berat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perkecambahan benih. Schmidt (2000) menjelaskan bahwa pengkelasan benih menurut ukuran dapat berguna untuk meyakinkan perkecambahan yang lebih seragam kecepatan dan pertumbuhannya dalam setiap kelas. Secara umum hanya benih-benih yang paling berat yang digunakan untuk tanaman di persemaian dan ternyata hal ini dapat mengeliminasi sebagian besar variasi genetik di dalam lot benih. Ukuran benih berkorelasi dengan vigor. Benih 5
yang relatif berat perkecambahan.
lebih dipilih karena umumnya berhubungan dengan
Gambar 3. Ukuran benih Kayu Afrika berdasarkan berat benih (berat, sedang dan ringan).
Hasil sidik ragam terlihat bahwa pengaruh berat benih terhadap perkecambahan benih Kayu Afrika dengan tolok ukur daya berkecambah, kecepatan tumbuh dan nilai perkecambahan tidak berpengaruh nyata. Walaupun pada penelitian ini nilai yang ada menunjukkan bahwa untuk tolok ukur daya berkecambah, kecepatan tumbuh dan nilai perkecambahan benih yang berukuran berat dan ringan memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan benih yang berukuran sedang. Hasil di atas sama dengan hasil penelitian Kartikasari (1999), untuk jenis Jambu Mente (Anacardium occidentale L.) dimana ukuran benih tidak memberikan pengaruh yang nyata pada tolok ukur daya berkecambah, kecepatan tumbuh dan keserempakan tumbuh. Dari hasil kedua penelitian tersebut, diduga hal ini terjadi karena energi yang dibutuhkan untuk perkecambahan masih dapat disediakan dengan cukup oleh kotiledon, sekalipun oleh benih yang berukuran ringan. Menurut Mayer dan Mayber (1975), biji yang normal mengandung bahan makanan yang cukup untuk menyediakan kebutuhan energi disaat perkecambahan. Sehingga dengan demikian semua benih untuk jenis Kayu Afrika tidak perlu dilakukan seleksi benih untuk perkecambahannya. Pada Gambar 1, dapat dilihat bahwa pengaruh berat benih yang memiliki daya berkecambah tertinggi terdapat pada benih berat (U1) sebesar 91,33% dan daya berkecambah terendah terdapat pada benih sedang (U2) sebesar 87,33%. Sedangkan untuk tolok ukur kecepatan tumbuh (Gambar 2) yang memiliki nilai tertinggi terdapat pada benih sedang (U2) sebesar 3,07%KN/etmal dan kecepatan tumbuh terendah terdapat pada benih ringan (U3) yaitu sebesar 3,02%KN/etmal, meskipun secara statistic tidak berbeda nyata. Sadjad (1999) menyatakan benih vigor menunjukkan nilai kecepatan tumbuh yang tinggi, karena benih itu berarti berkecambah cepat pada waktu yang relatif lebih singkat sedangkan benih yang kurang vigor akan berkecambah normal untuk jangka waktu yang lebih lama. Benih Kayu Afrika yang berukuran sedang (U2) dan benih yang berukuran ringan (U3) berkecambah lebih cepat yaitu pada hari ke-20 sedangkan benih yang berukuran berat (U1) berkecambah pada hari ke-21. Pertumbuhan menjadi kecambah normal dicapai selama ± 4-5 hari dari saat benih pecah dan keluarnya radikula serta pemunculan sepasang daun pertama. Puncak tertinggi tumbuhnya kecambah diperoleh antara hari ke-23 sampai dengan hari ke-25, sedangkan
6
tumbuh menjadi kecambah normal dicapai pada hari ke-27 sampai dengan hari ke30. Dikatakan pula bahwa berat benih berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan dan produksi, karena berat benih menentukan besarnya kecambah pada saat permulaan dan berat tanaman pada saat dipanen (Blackman 1999, diacu dalam Sutopo 2004). Penelitian yang sama untuk benih Diospyros celebica dimana benih D. celebica yang berukuran besar (1,83-2,24 gram) memiliki daya berkecambah tertinggi dibandingkan dengan benih berukuran sedang (1,41-1,82 gram) dan benih berukuran kecil (0,99-1,4 gram). Daya berkecambah benih D. celebica yang berukuran besar yaitu sebesar 87%, benih berukuran sedang sebesar 72% dan benih berukuran kecil sebesar 70% (Heriyanto & Sutiyono 2001). Begitupun untuk benih Kemiri (Aleurites mollucana) dimana benih yang berukuran besar (33,1-37,0 mm) dan sedang (30,1-33,0 mm) lebih cepat berkecambah dan memiliki daya berkecambah tertinggi dibandingkan dengan benih berukuran kecil (25,5-30,0). Kecepatan berkecambah benih Kemiri yang berukuran besar sebesar 0,0469%/hari, berukuran sedang sebesar 0,5853%/hari dan yang berukuran kecil sebesar 0,0251%/hari. Untuk daya berkecambah benih Kemiri yang berukuran besar yaitu sebesar 20%, berukuran sedang sebesar 37,335% dan yang berukuran kecil sebesar 12 % (Suita et al. 2006).
IV. KESIMPULAN Ukuran benih tidak mempengaruhi daya berkecambah dan kecepatan tumbuh benih Kayu Afrika. Dengan demikian semua ukuran benih Kayu Afrika dapat dipergunakan untuk bahan perbanyakan tanaman sehingga tidak perlu dilakukan seleksi berdasarkan berat benih.
V. DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan. 2002. Petunjuk Teknis Pengujian Mutu Fisik-Fisiologi Benih. Jakarta: Depertemen Kehutanan Heriyanto NM., Sutiyono. 2001. Keragaman Ukuran Biji Diospyros celebica Bakh dan Pengaruhnya terhadap Perkecambahan. Penelitian Kehutanan. 626:2334. Kartikasari, DSI. 1999. Pengaruh Ukuran Benih terhadap Viabilitas Potensial dan Vigor pada Tiga Nomor Benih Jambu Mente (Anacardium occidentale L.). [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Mayer, AM, AP Mayber. 1975. The Germination of Seeds. Second Edition. New York: Pergamon Press. 315 p. Riskendarsyah, A. 1986. Pengaruh Ukuran dan Saat Perekahan Buah dalam Proses Ekstraksi Terhadap Viabilitas Benih Mahoni (Swietenia macrophylla
7
King). LUC No. 8. Bogor: Departemen Kehutanan, Direktorat Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan. Rozi, F. 2003. Pengaruh Perlakuan Pendahuluan dengan peretakkan, Perendaman Air (H2O), Asam Sulfat (H2SO4) dan Hormon Giberelin (GA3) terhadap Viabilitas Benih Kayu Afrika (Maesopsis eminii Engl.). [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Sadjad S, E Muniarti, S Ilyas.1999. Parameter Pengujian Vigor Benih Komparatif ke Simulatif. Jakarta : PT. Grasindo. Schmidt, L. 2000. Pedoman Penanganan Benih Tanaman Hutan Tropis dan Subtropis. Mohammad N, Anto R, Bambang S, Didik P, Rina LH, Budi L, Noak K, M. Charomaini, Tajudin EK, Bintoro, Citra BP, penerjemah. Jakarta: Departemen Kehutanan. Terjemahan dari: Guide to Handling of Tropical and Subtropical Forest Seed. Sorensen, F.C. and Campbell, R.K. 1993. Seed Weight-Seedling Size Correlation in Coastal Douglas Fir: Genetic and Enviromental Component. Canadian Jurnal of Forest Research. 23:2, 275-285. Suita, E, Naning Y, Rina K. 2006. Pengaruh Ukuran Benih Terhadap Daya Berkecambah dan Kecepatan Berkecambah Benih Kemiri (Aleurite moluccana Willd.). Prosiding Seminar Benih untuk Rakyat : Menghasilkan dan Menggunakan Benih Bermutu Secara Mandiri; Bogor, 4 Desember. Bogor: Departemen Kehutanan. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. hlm 141-146. Sutopo L. 2004. Teknologi Benih. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Fakultas Pertanian. UNBRAW. Zulhanif. 2000. Pertumbuhan Awal Uji Eksotik Khaya antoteca, Ptrigota alata, dan Maesopsis eminii Di Kebun Benih Rumpin Bogor. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
8