PENGARUH TINGKAT BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA BERJANGKA 1 BULAN TERHADAP INVESTASI DOMESTIK INDONESIA, 2001-2009 Pendahuluan Pada umumnya meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat merupakan salah satu tujuan pembangunan yang harus dicapai di suatu negara. Kemakmuran dan kesejahteraan di suatu negara tersebut dapat dilihat dari seberapa besar pertumbuhan perekonomiannya (Setyowati dan Fatimah, 2007). Dalam konteks perekonomian, merupakan salah satu variabel yang paling penting dalam mendukung pertumbuhan perekonomian suatu negara adalah investasi. Selain itu investasi juga mendorong pendapatan nasional (Nugroho, 2008). Dalam menentukan pertumbuhan ekonomi investasi tidak serta merta berdiri sendiri. Akan tetapi investasi memiliki beberapa faktor penentu. Salah satu faktor yang paling menentukan dalam pertumbuhan investasi adalah Suku Bunga. Besar kecilnya pertumbuhan investasi itu ditentukan oleh besar kecilnya suku bunga berdasarkan kebijakan suku bunga yang telah ditetapkan dalam pemerintah disuatu Negara (Nugroho, 2008). Pada berbagai penelitian sebelumnya menyimpulkan bahwa suku bunga berpengaruh negatif terhadap investasi baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang (Nugroho, 2008 di Indonesia; Setyowati dan Fatimah, 2007 di Indonesia). Hal tersebut sesuai dengan teori Keynes yang menyatakan ketika suku bunga tinggi maka investasi akan menurun,dan ketika suku bunga menurun maka investasi akan meningkat (Mankiw, 2007). Berdasarkan studi penelitian lain yang dilakukan oleh Larsen (2004) di Amerika Serikat menemukan bahwa tingkat suku bunga rendah berakibat pada meningkatnya pertumbuhan investasi di negara tersebut. Disisi lain menurut Lukas (2009) dan Novianto (2011) yang menggunakan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) sebagai variabel yang mempengaruhi Invetasi mengemukakan bahwa suku bunga atau Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah instrumen investasi yang diterbitkan oleh Bank Indonesia (BI) yang
1
bertujuan untuk menjaga stabilitas moneter Indonesia (Lukas 2009). Sedangkan menurut Novianto (2011) dalam penelitiannya tentang Analisis Pengaruh Nilai Tukar Dollar Amerika, Tingkat Suku Bunga SBI, Inflasi, Jumlah Uang yang beredar M2 terhadap IHSG di Bursa Efek Jakarta mengemukakan bahwa suku bunga SBI mempunyai pengaruh negatif terhadap Investasi di Indonesia karena tinggi rendahnya SBI mempengaruhi harga saham di Bursa Efek Jakarta. Sertifikat Bank Indonesia (SBI) terdiri dari SBI berjangka 1 bulan, SBI berjangka 3 Bulan dan SBI berjangka 6 Bulan. Pada penelitian ini akan menggunakan SBI berjangka 1 bulan serta investasi dalam negeri (PMDN). Dasar alasan peneliti menggunakan variabel suku bunga SBI berjangka 1 bulan dan Investasi dalam negeri karena suku bunga SBI berjangka 1 bulan dapat dijadikan ukuran makroekonomi khususnya menyangkut kebijakan moneter serta sebagai pedoman didalam menentukan tingkat investasi. Alasan lain yang lebih spesifik mengapa peneliti memilih suku bunga SBI 1 (satu) bulan adalah terdapatnya perbedaan hasil penelitian yang tidak konsisten dalam jangka panjang antara penelitian yang satu dengan yang lain. Perbedaan ketidakkonsitenan tersebut adalah bahwa suku bunga SBI 1 (satu) bulan yang dapat berpengaruh negatif terhadap investasi (Yusuf dan Widyastuti, 2008; Meynandors, 2004; Aquino dan Aloysius, 2011; Uslan, 2010; dan Ibrahim, 2008) dan dapat juga berpengaruh positif terhadap investasi (Setyowati dan Fatimah, 2007) dalam jangka panjang. Hal ini menjadi pertimbangan penelitian untuk mencoba menguji kembali dengan periode penelitian yang berbeda untuk dapat melihat bagaimana pengaruh SBI 1 terhadap investasi domestik di Indonesia, terutama dalam jangka panjang. Menurut Yusuf dan Widyastuti (2008) dalam penelitiannya di Indonesia memaparkan bahwa kenaikan suku bunga SBI 1 (satu) bulan dalam jangka panjang membuat penurunan pada neraca perdagangan non-migas Indonesia. Meynandors (2004) mengatakan bahwa investasi dipengaruhi oleh banyak faktor. Akan tetapi investasi banyak dipengaruhi oleh suku bunga riil. Suku bunga riil dipengaruhi oleh Suku Bunga SBI. Dalam penelitian tersebut mengatakan Suku Bunga SBI memiliki pengaruh pada investasi dalam negeri tahun 1989 hingga tahun 2003 di Indonesia. Pengaruh tidak langsung dari penelitian ini adalah mempengaruhi pertumbuhan
2
perekonomian dalam negeri yang disebabkan oleh adanya Suku bunga SBI yang yang dipakai sebagai acuan operasi pasar terbuka dalam menarik investor untuk menanamkan investasi dalam negeri. Sedangkan menurut hasil penelitian Yusuf dan Widyastuti (IPB, 2008) di Indonesia yang mengatakan bahwa suku bunga mempunyai pengaruh yang negatif terhadap pergerakan neraca perdagangan negara, artinya ketika suku bunga naik maka akan terjadi penurunan pada neraca perdangan di suatu negara. Akan tetapi perlu diketahui ada pandangan lain yang mengemukan bahwa suku bunga bisa berpengaruh negatif tetapi bisa juga suku bunga berpengaruh positif terhadap investasi dalam jangka panjang. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya hasil penelitian menurut (Uslan, 2010; Ibrahim, 2008)
yang
mengemukakan bahwa suku bunga berpengaruh positif terhadap investasi. Pandangan lain tersebut menurut hasil penelitian di Jawa Timur (Uslan, 2010) Suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) mempunyai pengaruh yang positif terhadap investasi di Jawa timur. Hal itu terjadi karena naiknya suku bunga SBI mempengaruhi suku bunga riil sehingga secara tidak langsung juga mempengaruhi investor untuk menanamkan modal dalam negeri. Begitu juga dengan hasil penelitian di Bursa Efek Indonesia oleh Ibrahim (2008) yang juga mengatakan bahwa suku bunga berpengaruh positif terhadap investasi. Namun berbeda dengan penelitian Setyowati dan Fatimah (2007) di Indonesia yang mengatakan bahwa suku bunga SBI juga bisa berpengaruh secara signifikansi dalam artian berpengaruh secara negatif terhadap investasi dalam jangka panjang. Jadi, berdasarkan hasil dari beberapa penelitian sebelumnya yang telah dipaparkan oleh peneliti diatas, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar hasil penelitian terdahulu menyimpulkan suku bunga berpengaruh secara negatif pada investasi dalam jangka pendek akan tetapi dari hasil penelitian lain mengatakan bahwa suku bunga bisa berpengaruh negatif bisa juga berpengaruh positif terhadap investasi dalam jangka panjang. Dari perbedaan inilah yang menjadi latar belakang peneliti mengapa penelitian ini dibuat karena untuk membahas pengaruh suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) terhadap investasi dalam negeri di Indonesia pada periode tahun 2001-2009 baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
3
Sehingga penelitian bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) terhadap investasi dalam negeri di Indonesia baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Bagi pemerintah, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi yang menarik dan menjadi salah satu masukan dalam mempertimbangkan menaikan atau menurunkan tingkat suku bunga. 2. Bagi akademisi dan peneliti di bidang keuangan di Indonesia, hasil studi ini dapat dijadikan sebagai masukan untuk mengetahui pengaruh suku bunga terhadap investasi. Tinjauan Literatur dan Pustaka Pengertian dan Hubungan Suku Bunga dan Investasi; Pengertian Suku Bunga Menurut teori Keynes definisi Suku bunga adalah balas jasa yang diterima seseorang karena orang tersebut mengorbankan liquidity preference-nya. Makin besar mengorbankan liquidity preference-nya maka makin besar pula suku bunga. Selain itu Keynes mengemukankan bahwa Suku bunga merupakan suatu fenomena moneter, yang artinya suku bunga ditentukan oleh penawaran dan permintaaan akan uang (Nopirin, 1992). Dalam penelitian ini Suku bunga yang dimaksud adalah Suku Bunga SBI. Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah Surat Berharga Bank Indonesia yang digunakan Bank Indonesia untuk mengontrol kestabilan nilai rupiah. Tingkat suku bunga yang berlaku pada setiap penjualan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) ditentukan berdasarkan mekanisme BI Rate, yaitu BI mengumumkan target suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang diinginkan untuk pelelangan pada masa periode tertentu. Sehingga, dengan adanya
Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
diharapkan Bank Indonesia dapat menjaga agar tingkat suku bunga perbankan di
4
Indonesia wajar dan stabil serta menjadi acuan bank – bank di Indonesia dalam menentukan suku bunga (www.bi.go.id). Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia dengan system diskonto. Sertifikat Bank Indonesia (SBI) diterbitkan dengan jangka waktu (tenor) 1 bulan sampai dengan 12 bulan dengan satuan unit terkecil sebesar Rp1 juta. Saat ini Bank Indonesia menerbitkan SBI dengan tenor 1 bulan dan 3 bulan.Penerbitan SBI tenor 1 bulan dilakukan secara mingguan sedangkan SBI tenor 3 bulan dilakukan secara triwulanan.
Pengertian Invetasi Investasi adalah barang-barang yang disimpan perusahaan di gudang, termasuk adalah salah satu komponen GDP yang mengaitkan masa kini dan masa depan. Peran investasi in mempunyai pengaruh besar dalam pertumbuan perekonomian, baik secara jangka panjang maupun jangka pendek. (Mankiw, 2007). Lebih lanjut, Investasi adalah tambahan bersih terhadap stock kapital yang ada (net additional to existing capital stock), (Nanga, 2001). Istilah lain yang sering dipakai untuk menjelaskan apakah investasi itu adalah akumulasi modal (capital accumulation) dan pembentukan modal (capital formation). Secara khusus, teori Keynes (Sukirno, 2005) mengemukakan secara keseluruhan investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran yang dilakukan oleh para pengusaha untuk membeli barang-barang modal. Dalam perhitungan pendapatan nasional, investasi meliputi seluruh nilai pembelian para pengusaha atas barangbarang modal dan perbelanjaan untuk mendirikan industri-industri, pengeluaran masyarakat untuk mendirikan rumah-rumah tempat tinggal, dan pertambahna nilai stok-stok barang perusahaan – berupa bahan mentah, barang yang belum selesai diproses dan barang jadi. Dari keseluruhan nilai investasi tersebut maka investasi
5
itu disebut dengan investasi agregate bruto atau pembentukan modal bruto. Sebab investasi bruto ini adalah seluruh jumlah investasi yang dilakukan sebelum dikurangi penyusutan nilai dari alat-alat modal yang berlaku dalam tahun tersebut. Artinya
pertambahan
jumlah
barang-barang
modal
yang
terjadi
dalam
perekonomian sebagai akibat dari investasi yang tidak sama besarnya dengan pertambahan yang ditimbulkan oleh invetasi baru yang dilakukan. Sedangkan yang disebut dengan investasi netto adalah pertambahan dari jumlah barang-barang modal yang sebenarnya terjadi adalah sama dengan pertambahan dari barangbarang modal yang ditimbulkan oleh investasi baru yang dilakukan dikurangi dengan penyusutan nilai atas barang- barang lama. Dalam penelitian ini investasi yang dimaksud adalah Investasi dalam negeri atau Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang dimaksud dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 1997 tentang Penanaman Modal adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri. Penanam modal dalam negeri adalah perseorangan warga negara Indonesia, badan usaha Indonesia, negara Republik Indonesia, atau daerah yang melakukan penanaman modal di wilayah negara Republik Indonesia, sedangkan modal dalam negeri adalah modal yang dimiliki oleh negara Republik Indonesia, perseorangan warga negara Indonesia, atau badan usaha yang berbentuk badan hukum atau tidak berbadan hukum (UU No.25 1997). Hubungan Suku Bunga dan Investasi dalam jangka pendek Hubungan suku bunga dan investasi dalam jangka pendek mempunyai pengaruh yang negatif, artinya penurunan suku bunga mempengaruhi peningkatan investasi. Hal tersebut dikarena investor melihat kondisi ekonomi pada suatu Negara. Kondisi yang dimaksud oleh adalah kondisi sarana dan prasarana yang baik, misalnya tersedianya transportasi dan tersedianya infrastruktur yang baik, serta mendukungnya kondisi kualitas Sumber Daya Manusia yang baik (Nugroho, 2008). Menurut hasil dari penelitian Hadiati (2010) tentang Analisis Vector Error
6
Corection Model pada Penyaluran Kredit, kapasitas Pasar Modal, dan Suku Bunga terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia mengatakan tingkat suku bunga berdampak pada perekonomian Indonesia yang salah satunya mempengaruhi penurunan investasi di Indonesia dalam jangka pendek. Artinya variabel suku bunga memberikan respon yang negatif terhadap investasi yang berdampak pertumbuhan perekonomian di Indonesia. Hal tersebut juga didukung olrh hasil penelitian lain dari Greene dan Villanueva, (1990) di negara-negara berkembang mengatakan bahwa secara umum suku bunga berpengaruh negatif terhadap investasi di Negara berkembang. Studi Penelitian yang dilakukan oleh Greene dan Villanueva (1990) ini menemukan bahwa suku bunga riil memiliki dampak negatif pada investasi. Selain itu naiknya suku bunga SBI berjangka 1 bulan yang ditentukan oleh BI yang kemudian diikuti oleh naiknya suku bunga lain, mengakibatkan SBI berjangka
1
bulan
mempunyai
pengaruh
pada
lambatnya
pertumbuhan
perekonomian Indonesia dan secara tidak langsung berdampak juga pada investasi dalam negeri. (Nasir, 2006). Sedangkan menurut Artikel KBS warta berita mengatakan bahwa meningkatnya suku bunga akan meningkatkan beban terhadap dunia usaha dan menurunkan investasi (KBS Warta Berita, 2004/11/01). Hubungan Suku Bunga dan Investasi dalam jangka panjang Suku Bunga dan Investasi dalam jangka panjang bisa mempunyai hubungan positif dan negatif. Dalam jangka Panjang, menurut Uslan (2010) mengemukan bahwa hasil penelitiannya di Jawa Timur tidak sesuai dengan teori Keynes yang mengatakan suku bunga berpengaruh negatif terhadap investasi, akan tetapi suku bunga berpengaruh secara positif terhadap investasi dalam negeri. Menurut peneliti hal tersebut disebabkan oleh penurunan tingkat suku bunga tidak serta merta diikuti kenaikkan suku bunga lain dan investasi karena pergerakan suku bunga mempengaruhi invetasi membutuhkan tenggang waktu atau rentang waktu.
7
Penelitian Uslan (2010) yang mengatakan suku bunga mempunyai pengaruh positif terhadap investasi didukung juga oleh Kusumawati (2008), Putra (2010), Hadiati (2010) dan Aquino dan Aloysius (2011). Menurut Kusumawati (2008) mengatakan suku bunga SBI berpengaruh positif terhadap kredit investasi karena naiknya suku bunga SBI mempunyai pengaruh terhadap menurunnya jumlah uang beredar sehingga berakibat pada menurunnya tingkat inflasi. Menurunan inflasi yang artinya menurunnya tingkat harga yang berakibat pada meningkatkan agregat demand sehingga mendorong investor untuk berinvestasi dan akan meningkatkan pula permintaan kredit investasi. Kemudian, menurut Putra (2010) tentang studinya Analisis Suku Bunga Kredit, PDB, Inflasi dan tingkat teknologi terhadap PMDN di Indonesia periode 1986-2008 mengatakan bahwa suku bunga mempunyai pengaruh positif terhadap PMDN. Penelitian tersebut juga didukung oleh Aquino dan Aloysius (2011) yang mengemukakan bawah suku bunga SBI mempunyai pengaruh secara negatif dan mempunyai peran didalam upaya meningkatkan pertumbuhan investasi dalam negeri pada tahun 1998-2010 di Indonesia. Selain itu menurut hasil penelitian Hadiati (2010) Analisis Vector Error Corection Model pada Penyaluran Kredit, kapasitas Pasar Modal, dan Suku Bunga terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, juga mengemukakan bahwa tidak selama suku bunga berpengaruh negative, tetapi hasil penelitiannya mengemukakan bahwa suku bunga juga berpengaruh positif terhadap investasi dalam meningkatkan pertumbuhan perekonomian di Indonesia. Akan tetapi, perlu diingat bahwa suku bunga juga bisa berpengaruh negatif terhadap investasi. Pengaruh negatif dalam hubungan suku bunga terhadap investasi dalam jangka panjang ini didukung oleh penelitian Setyowati dan Fatimah (2007) yang menyatakan bahwa suku bunga mempunyai pengaruh yang signifikan (berpengaruh negatif) terhadap investasi dalam jangka panjang. Dari pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan secara sementara bahwa secara garis besar penelitian terdahulu menjelaskan keterkaitan antara suku bunga terhadap investasi berdasarkan teori keynes. Menurut Keynes (Sadono
8
Sukirno, 2005) faktor yang mempengaruhi Investasi adalah Suku Bunga. Suku Bunga merupakan salah satu variabel yang paling berpengaruh terhadap investasi, karena ketika suku bunga turun, maka akan menyebabkan banyaknya investorinvestor yang melakukan investasi dalam negeri dan kemudian melakukan investasi. Besarnya Suku bunga yang ditetapkan menentukan seberapa besar investor melakukan investasi. Hipotesis Penelitian Berdasarkan pada teori dan hasil-hasil penelitian terdahulu yang telah dipaparkan oleh peneliti sebelumnya, maka peneliti menduga bahwa: 1. Suku Bunga SBI dalam jangka pendek berpengaruh secara signifikan negatif terhadap investasi . 2. Suku Bunga SBI dalam jangka panjang berpengaruh secara
signifikan
terhadap investasi. Hipotesis tersebut berdasarkan prediksi bahwa Suku Bunga berpengaruh negatif terhadap investasi baik dalam waktu jangka pendek tetapi dalam waktu jangka panjang dapat berpengaruh negative , bisa juga berpengaruh positif. Metodologi Penelitian Jenis dan Sumber Data Data penelitian ini, data yang digunakan berupa data kuantitaif dalam bentuk angka. Sedangkan menurut cara pengambilan data adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi, sudah dikumpulkan dan sudah diolah. Menurut waktu pengumpullannya, data yang digunakan termasuk times series data yaitu data yang nilai variabelnya berasal dari waktu ke waktu untuk memberi gambaran tentang perkembangan suatu kegiatan dengan waktu yang berurutan dalam interval (harian, mingguan, bulanan, setengah tahunan, tahunan, atau beberapa tahun). Dalam hal ini data times series yang digunakan adalah data tingkat suku bunga riil Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Sumber data dan informasi data dalam penelitian
9
ini adalah Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia (SEKI) yang diterbitkan oleh Bank Indonesia (BI) dan International Financial Statistic (IFS) yang diterbitkan oleh International Monetery Fund (IMF). Metode Pengumpulan Dalam penelititian ini, pengumpulan yang dilakukan dengan teknik Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengumpulkan data dan dokumen-dokumen yang sudah ada serta berhubungan dengan variabel penelitian. Metode pengumpulan data in juga menggunakan metode studi literatur yaitu studi atau teknik
yang pengumpulan datanya dengan cara
memperoleh dan
mengumpulkan data-data dari buku, karya ilmiah berupa skripsi, artikel, jurnal, internet, atau thesis dan sejenisnya. Selanjutnya, data-data yang telah didapat dari data Bank Indonesia, diolah dengan melakukan uji stasioner, uji derajat integrasi, kointegrasi test dan menganalisis variabel dengan VECM (Vector Error Correlation Model) dan dengan bantuan program eviews. Hasil dari analisis yang diperoleh dalam hal ini melihat pengaruh suku bunga terhadap investasi dari tahun 2001-2009 (Times Series).
Model Analisis Model analisis dalam penelitian ini adalah model yang dipergunakan untuk mengetahui pengaruh suku bunga (i), terhadap investasi (I). Model ini variabel terikat yaitu Investasi (I), dan variabel tidak terikat yaitu suku bunga (ir). Dalam model analisis ini adalah analisis VECM : Model VECM: Variabel Independen: (
)
(i)
Variabel dependen: (
)
10
(ii)
Dimana α adalah Koefisien Regresi Jangka panjang, β merupakan Koefisien RegresiJangka Pendek, λ adalah Paramater Koreksi Model, dan Persamaan tanda kurung merupakan kointegrasi diantara variabel I dan ir. Untuk Vector Error Corection model (VECM) adalah sebagai berikut: ∑
Sehingga, dalam penelitian ini menjadi: ∑
Varibabel Independent Variabel dependent
∑
∑
∑
Dimana: I = Investasi Ir= suku bunga SBI = Erorr term Dengan hipotesa: Ho: tidak adanya pengaruh suku bunga terhadap investasi Ha: adanya pengaruh suku bunga terhadap investasi Pembuatan model VECM ini betujuan meramalkan pengaruh suku bunga terhadap investasi sehingga nantinya model VECM ini berguna untuk melihat pengaruh suku bunga (ir) terhadap investasi (I) di Indonesia baik secara jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai pengaruh suku bunga Sertifikat Bank Indonesaia (SBI) 1 bulan terhadap investasi (PMDN) di Indonesia tahun 2001-2009. Analisis yang dilakukan pada penelitian ini meliputi beberapa tahap, yaitu: 1) Melakukan uji Stasioner / Unit Root Test. Uji stasioner data/ Unit Root Test adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui apakah data yang digunakan
11
stasioner atau tidak. Uji Unit Root Testdilakukan dengan menggunakan Augment Dickey Fuller (ADF) Test. Uji Stasioner adalah uji yang terpenting dalam menganalisis data. Uji tersebut dilakukan dengan menguji akar-akar unit pada setiap variabel yang akan diamati dalam analisis peneliti, apakah berada pada derajat yang sama atau berbeda. Untuk mengetahuinya, dapat dilihat pada nilai Augmented Dicky-Fuller (ADF) yang dibandingkan dengan nilai kritis McKinnon pada 1%, 5%, dan 10%. Jika nilai ADF > dari nilai kritis McKinnon maka dapat dikatakan data tersebut stasioner dan dapat diketahui juga pada derajat keberapa data/variabel tersebut stasioner. Apabila tidak maka data tersebut tidak mempunyai akar-akar unit dan tidak dapat digunakan dalam analisis data.Hipotesis yang digunakan dalam uji Stasioner ini, yaitu sebagai berikut : H0 :Data tidak Stasioner Ha : Data Stasioner Apabila
data
tidak
stasioner
maka
dilakukan
uji
untuk
menstasionerkan data tersebut yaitu dengan melakukan uji derajat integrasi. Uji ini digunakankan pada uji akar-akar unit dengan metode Augmented Dicky-Fuller (ADF) yaitu dengan derajat stasioner pada derajat tingkat 1st different, jika hasil ADF dari tingkat 1st Different dinyatakan tidak stasioner, maka data tersebut distasionerkan dengan cara dengan derajat tingkat 2nd Different dengan cara yang sama yaitu melihat nilai ADF dibandingkan dengan nilai kritis Mc-Kinnon ( nilai ADF > nilai kritis McKinnon ). Setelah diketahui bahwa data/ variabel yang akan dipakai dalam analisis bersifat stasioner maka data yang stasioner tersebut dapat digunakan untuk pengujian selanjutnya.
2) Melakukan uji kointegrasi, uji ini menggunakan metode Johansen Cointegration Test untuk mengetahui apakah variabel yang tidak stasioner mempunyai kointegrasi atau tidak, serta untuk mengetahui ada tidaknya hubungan jangka panjang antar variabel yang telah memenuhi persyaratan
12
dimana semua variabel telah stasioner pada derajat yang sama yaitu 1st Different. Menurut uji Johansen, variabel dapat dikatakan berkointegrasi satu dengan yang lain jika nilai trace statistic pada setiap variabel-variabel yang dilihat
nilainya lebih besar dari pada critical value-nya (trace
statistic>critical value),sehingga dapat dinyatakan variabel-variabel tersebut saling berkointegrasi atau mempunyai hubungan jangka panjang.
3) Langkah berikutnya adalah uji panjang lag / lag length criteria yang betujuan untuk mengetahui pada kuartal keberapa perubahan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) 1 bulan mempengaruhi Investasi (PMDN). Selanjutnya baru melakukan uji Granger Causality yang bertujuan untuk melihat apakah terdapat hubungan kausalitas atau tidak pada Sertifikat Bank Indonesaia (SBI) 1 bulan dan investasi (PMDN). Langkah paling penting yang harus dilakukan dalam menggunakan model VAR/VECM adalah dalam menentukan jumlah lag yang optimal yang digunakan dalam model. Dalam hal ini yang akan dibentuk terlebih dahulu adalah persamaan VAR, kemudian baru mendapatkan lag optimal. Pengujian lag ini mempunyai berfungsi untuk menghilangkan masalah autokorelasi dalam system VAR. Sehingga dengan menggunakan lag optimal ini
diharapkan tidak terjadi lagi masalah autokorelasi. Criteria
dalam penentuan lag optimal ini ditentukan berdasarkan lag terpendek dan standart Akaike Information Criterion (AIC) terkecil. Setelah mendapatkan lag optimal, lag tersebut digunakandalam model VECM-nya.
4) Langkah terakhir dalam pengujian data ini adalah melakukan estimasi model Vector Error Corection Model (VECM). Vector Error Corection Model (VECM) ini adalah kelanjutan dari Vector Auto Regression (VAR). Syarat dari uji VAR adalah semua variabel harus berada pada stasioner tingkat level, jika semua variabel tidak stasioner pada tingkat level maka tidak dapat menggunakan model VAR tetapi menggunakan model VECM.
13
Syarat model VECM itu sendiri adalah semua variabel harus berada pada tingkat stasioner yang sama dan berkointegrasi (Rosadi, 2011). VECM merupakan bentuk VAR yang terestriksi. Retriksi tambahan ini harus diberikan karena keberadaan bentuk data yang tidak stasioner namun terkointegrasi.VECM kemudian memanfaatkan informasi retriksi kointegrasi tersebut kedalam spesifikasinya.Karena itulah VECM sering disebut sebagai desain VAR bagi series non stasioner yang memiliki hubungan kointegrasi. Spesifikasi VECM meretriksi hubungan jangka panjang variabelvariabel endogen agar konvergen kedalam hubungan kointegrasinya, namun tetap membiarkan keberadaan dinamisasi jangka pendek. Istilah kointegrasi dikenal juga sebagai error, karena deviasi terhadap keseimbangan jangka panjang dikoreksi secara bertahap melalui series parsial penyesuaian jangka pendek. Dalam Model VECM ini, tentu mungkin terdapat keseimbangan (disequlibrium) antara kedua variabel, baik variabel independent ataupun variabel dependent. Berdasarkan teori yang disebut Granger Representation Theorem, variabel dependen dan independen bersifat kointegrasi, dan memiliki sifat hubungan jangka pendek diantara kedua Variabel. Sifat hubungan jangka pendek antara variabel dependent dan independent dapat dinyatakan dalam bentuk model Koreksi Kesalahan Vector Error Correction Model (VECM). Analisis Data Apabila data masih dikatakan belum Stasioner maka langkah selanjutnya adalah melakukan uji derajat integrasi. Tabel 1 Hasil Uji Stasioneritas Pada Level Variabel
Nilai ADF
PMDN (I)
-0.0893
Nilai Kritis Mc-Kinnon 1% 5% 10% -4.27328 -3.55776 -3.21236
14
Keterangan Tidak Stasioner Tingkat level
SBI (ir)
-3.4283
-4.28458
-3.56288
-3.21527
Stasioner Tingkat level
Pada Tabel 1 menunjukkan hasil dari pengujian akar unit pada tingkat level, dari semua variabel yang diuji hanya ada satu yang stasioner yaitu variabel suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang telah stasioner. Hal tersebut dtunjukkan nilai ADF (3.4283) lebih besar daripada derajat kepercayaan 10%, sedangkan variabel Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) belum bisa dikatakan stasioner pada tingkat kepercayaan 1%, 5%, dan 10% karena nilai ADF hitungnya (0.0893) lebih kecil dari nilai kritis Mc-Kinnon. Jadi, karena ada data yang belum stastioner maka perlu dilanjutkan ke uji derajat integrasi pada 1st Different.
Uji Derajat Integrasi: Tabel 2. Uji Derajat Integrasi
Variabel
Nilai ADF PMDN (I) -4.3698 -4.4891 SBI (ir)
Nilai Kritis Mc-Kinnon 1% 5% 10% -4.28458 -3.56288 -3.21527 -4.29673 -3.56838 -3.21838
Keterangan Stasioner1st Different Stasioner 1st Different
Table 2 menunjukkan bahwa pada derajat diferensi tingkat pertama atau first difference, nilai ADF pada semua variabel-variabel yang diamati lebih besar dari nilai kritis Mc-Kinnon baik pada derajat kepercayaan 1%, 5% dan10%. Hal ini berarti bahwa semua data dari variabel-variabel yang diamati sudah stasioner pada derajat yang sama. Sehingga dapat dinyatakan bahwa data-data tersebut yang dipergunakan pada tahap penelitian selanjutnya.
UJi Kointegrasi Johansen Cointegration Tabel 3 Uji Kointegrasi Trace Statistic
0.05 Critical Value
15
22.00928 4.6828
15.49471 3.841466
Dari hasil Tabel 3 diatas dapat dilihat bahwa hasil analisis menunjukkan nilai trace statistic dari semua variabel-variabel yang diamati lebih besar daripada nilai critical value-nya, maka dapat disimpulkan bahwa semua variabel saling berkointegrasi atau residual. Artinya, variabel Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) memiliki hubungan jangka panjang dan terkointegrasi dengan variabel Investasi (PMDN). Hal ini sama dengan hasil uji kointegrasi yang juga menunjukkan nilai trace statistic lebih besar dari critical value-nya. Artinya suku bunga SBI mempunyai hubungan jangka panjang dan terkointegrasi dengan investasi (Hadiati, 2010).
Pengujian Panjang Lag Langkah Hasil dari Uji panjang lag adalah seperti yang dibawah ini: Table 5 Uji Panjang Lag Lag 0 1 2 3 4 5
AIC 25.74389 25.65597 25.7597 25.67787 25.59806* 25.76261
Dari table 5 dapat terlihat bahwa lag optimal berada pada Lag ke-4. Sehingga dapat dikatakan, perubahan suku bunga mempengaruhi investasi pada rentang waktu 4 kuartal berikutnya. Perubahan dalam waktu 4 kuartal berikutnya adalah rentang waktu yang sedang, karena rata-rata perubahan rentang waktu untuk jangka pendek adalah 1 - 2 kuartal (lending Indikator Investasi Indonesia, Bank Indonesia).
Koreksi Kesalahan Vector Error Correction Model (VECM) Tabel 6.
16
Vector Error Correction Model (VECM) Variabel D(DSBI(-1)) D(DSBI(-2)) D(DSBI(-3)) D(DSBI(-4)) DSBI(-1)
Koefisien Jangka pendek -2720.973 -2315.956 -2382.4 -1300.808 Jangka Panjang -73572.18
T-Statistik -1.32714 -1.31648 -1.88768* -1.33464 -2.84150*
Berdasarkan tabel 6 hasil estimasi di atas menunjukkan nilai t-statistik lebih besar daripada t-Tabel dengan tingkat kepercayaan
10% yaitu 1,697.
Maka dalam jangka pendek dari table tersebut yang menujukkan t-statistik lebih besar daripada t-tabel adalah pada DSBI 3 diperoleh adalah pada DSBI 3 yang menunjukkan bahwa ada pengaruh antara SBI terhadap PMDN. Terdapatnya tanda negatif (-) didepan angka menunjukkan adanya pengaruh negatif terhadap PMDN. Jadi jika disimpulkan berdasarkan analisis data yang telah diolah peneliti bahwa dalam rentang waktu selama empat kuartal, suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) berpengaruh negatif terhadap investasi (PMDN) pada kuartal ke tiga (ke-3). Artinya dalam DSBI3 kenaikan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) sebesar 1 % dalam jangka pendek akan membuat penurunan pada investasi Penanaman modal dalam negeri sebesar 2382.4 milyar pada Investasi. Kondisi ini sesuai teori, sebab kenaikan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) diikuti penurunan pada investasi/ Penanaman modal dalam negeri. Sehingga untuk mendapatkan kembali investor yang menanamkan modal dalam negeri di Indonesia, maka SBI akan berusaha menurunkan tingkat suku bunganya untuk mendapatkan kembali kepercayaan investor dalam melakukan investasi dalam negeri. Hal ini perlu dipahami karena sesungguhnya investor telah memahami kondisi atau keadaan suatu Negara tersebut, sehingga kebijakan apapun yang dilakukan di negara tersebut berakibat pada penurunan investasi (Situmorang, 2011). Sedangkan dalam jangka panjang dapat dilihat dari tabel 6 dapat dijelaskan bahwa Setiap kenaikan suku bunga 1% maka terjadi penurunan sebesar 737572.18 milyar. Menurut Kusumawati (2008) mengatakan suku bunga SBI berpengaruh 17
positif terhadap kredit investasi karena naiknya suku bunga SBI mempunyai pengaruh terhadap menurunnya jumlah uang beredar sehingga berakibat pada menurunnya tingkat inflasi. Menurunan inflasi yang artinya menurunnya tingkat harga yang berakibat pada meningkatkan agregat demand sehingga mendorong investor untuk berinvestasi dan akan meningkatkan pula permintaan kredit investasi. Artinya secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa dalam jangka pendek suku bunga berpengaruh negatif terhadap investasi dan dalam jangka panjang suku bunga juga berpengaruh negatif terhadap Investasi. Secara garis besar hasil penelitian ini yang dilakukan oleh peneliti sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya ( Ibrahim, 2008; Aquino dan Aloysius, 2011; Meynandor, 2004) yang mengatakan bahwa suku bunga berpengaruh negatif terhadap investasi dalam jangka pendek. Jadi kebijakan yang harus dilakukan di dalam membantu meningkatkan invetasi dalam negeri adalah menurunkan tingkat suku bunga yang rendah sehingga menarik investor untuk melakukan investasi dalam negeri. Jadi penelitian ini tidak sesuai dengan penelitiannya sebelumnya (Uslan, 2010; Kusumawati, 2008, Hadiati, 2010) yang menyatakan bahwa suku bunga berpengaruh secara positif terhadap investasi. Akan tetapi, dalam jangka panjang suku bunga berpengaruh negatif terhadap investasi. Temuan ini mendukung dari penelitian dari Setyowati dan Fatimah (2007) yang mengatakan bahwa suku bunga mempunyai pengaruh negative terhadap investasi baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang.
Diskusi Kebijakan
Berdasarkan hasil analisis dalam penelitian ini yang menyatakan suku bunga SBI mempunyai pengaruh yang negatif terhadap investasi baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Dengan demikian, kebijakan yang harus dilakukan baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang oleh Bank Indonesia untuk mempengaruhi investasi adalah perlu adanya pencapaian target suku bunga pasar terlebih dahulu dalam mempengaruhi investasi. Pencapaian target
18
suku bunga pasar tersebut dipengaruhi oleh jumlah uang beredar. Artinya, naik turunnya suku bunga pasar dipengaruhi oleh jumlah uang beredar. Sebagai konsekuensinya, jumlah uang beredar harus dikendalikan untuk mencapai target suku bunga yang diharapkan. Cara yang paling tepat untuk mengendalikan jumlah uang beredar, sesuai dengan studi ini, adalah dengan menggunakan discount rate policy. Penjelasannya adalah sebagai berikut. Ketika suku bunga pasar naik, hal ini mengurangi investasi sektor bisnis. Oleh karena itu suku bunga pasar harus diturunkan untuk merangsang masyarakat berinvestasi. Cara menurunkan suku bunga pasar tersebut adalah dengan menambah jumlah uang beredar. Jumlah uang beredar akan bertambah jika Bank Sentral menurunkan suku bunga SBI 1 (satu) bulan. Ketika suku bunga SBI 1 (satu) bulan diturunkan, maka akan tidak menarik bagi masyarakat, dalam hal ini terlebih khusus bank komersial untuk tidak menyimpan dananya dalam bentuk SBI. Bank lebih tertarik untuk menyalurkan dananya kepada masyarakat. Akibatnya, jumlah uang beredar di masyarakat bertambah. Selanjutnya, bertambahnya jumlah uang beredar, akan mengakibatkan penurunan tingkat suku bunga SBI 1 (satu) bulan yang berpengaruh terhadap kenaikan investasi. Dengan demikian implikasi kebijakan dari studi ini adalah bahwa Bank Indonesia tidak boleh menetapkan suku bunga SBI 1 (satu) bulan terlalu tinggi. Sebab, ketika suku bunga SBI 1 (satu) bulan yang ditetapkan Bank Indonesia terlalu tinggi, maka hal tersebut akan mengurangi investasi baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang.
Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Dari hasil analisis yang telah dilakukan, penelitian ini menyimpulkan bahwa baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) 1 (satu) bulan mempunyai pengaruh yang negatif terhadap invetasi dalam negeri. Jadi jika terjadi perubahan sedikit kenaikan suku bunga SBI maka akan berdampak pada besarnya penurunan investasi yang terjadi
19
di Indonesia. Selain itu Bank Indonesia perlu menetapkan target suku bunga pasar dalam mempengaruhi jumlah uang beredar dengan melakukan discount rate policy untuk dapat mempengaruhi Investasi.
Saran dan Rekomendasi Saran hasil penelitian ini secara garis besar adalah hasil penelitian ini dapat
menjadi bahan pertimbangan Bank Indonesia didalam mengambil suatu kebijakan yaitu discount rate policy. Penjelasan lebih lanjut, Bank Indonesia tidak boleh menetapkan tingkat suku bunga SBI 1 (satu) bulan terlalu tinggi. Sebab hal tersebut berdampak pada investasi yaitu dapat menurunkan investasi dalam negeri. Selain itu saran peneliti untuk penelitian mendatang adalah menambahkan variabel-variabel dependen yang mendukung di dalam melihat pengaruh suku bunga terhadap investasi karena pada penelitian ini peneliti merasa kurang banyaknya variabel yang mendukung dalam penelitian ini karena hanya menggunakan satu variabel yang mempengaruhi investasi. Disamping itu, diharapkan penelitian mendatang menggunakan data time series bulanan untuk mengetahui lebih dalam pengaruh hubungan suku bunga terhadap investasi baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang disuatu Negara. Serta, diharapkan pula penelitian mendatang menjelaskna kontorvesi-kontorversi yang terjadi dengan SBI berjangka 3 bulan dan SBI berjangka 6 bulan sebab, penelitian ini belum membahas tentang kontroversi-kontroversi tersebut.
20
Daftar Pustaka Artikel Pandangan Investasi Indonesia 2012 menurut DR. Bernd Gutting Chief Invesment
Officer
Allianz
Invesment
Management-Asia
Pasific.
http://www.allianz.co.id/AZLIFE/Indonesian/Funds/FAQ/default.htm
Aquino, Benedictus dan Aloysius Deno Heryino. 2011. Pengaruh Suku Bunga SBI Terhadap Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) di Indonesia Periode Tahun 1998-2010. Program Studi Ekonomi Pembangunan. Fakultas Ekonomi Unika Atma Jaya. Bader, Majed dan Ahmad Ibrahim Malawi. 2010. Jurnal JKAU: Econ. & Adm, Volume 24. The Impact of Interest rate on Invesment in Jordan; A Cointegrasi Analyis. Department of Economics Mu’tah University: Jordan. Boediono.2008. Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No.2 Ekonomi Makro. BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta. Greene, J. and Villanueva, D. (1990) “Determinants of Private Investment in LDCs”, Finance and Development, December. Hadiati, Diah. 2010. Analisis Vector Error Corection Model pada Penyaluran Kredit, Kapasitas Pasar modal, dan Suku bunga terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Universitas Indonesia. Jakarta. Hadikusumah, Ismail. 2007.Analisis Efektifitas Penetapan Suku Bunga Srtifikat Bank Indonesia (SBI) Terhadap Penyaluran Kredit Serta Implikasinya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Nasional. Institut Pertanian Bogor. Ibrahim. Hadiasman. 2008. Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Obligasi, Ukuran Perusahaan dan Der terhadap Yield To Maturity Obligasi Korporasi di Bursa Efek Indonesia Periode tahun 2004-2006. Universitas Diponegoro. Kusumawati, Dwi Endah. 2008. Pengaruh perubahan Giro Wajib Minimum dan Infalsi Terhadap penyaluran kredit Investasi Serta Perannya Pada Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia. Departemen Ilmu Ekonomi. Institut Pertanian Bogor. Kusuma, Suryaningsih dan Siswanto. 2004. Leading Indikator Investasi. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbangkan, Maret 2004. Jakarta.
21
Kusumaningrum, Adhitya. 2007. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Investasi di DKI Jakarta. Departemen Ilmu EKonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Larsen, J.E. (2004) “The Impact of Loan Rates on Direct Real Estate Investment Holding Period Return", Financial Services Review. Mankiw. N. Greogory. 2007. Makro Ekonomi, Edisi Keenam. Erlangga. Jakarta. Mudara, I Made Yogatama Pande. 2011. Jurnal Pengaruh Produk Domestik Bruto, Suku Bunga, Upah Kerja, dan Nilai Total Eksport terhadap Investasi Asing Langsung di Indonesia (1990-2009). Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang. Nanga, Muana. 2001. Makroekonomi Teori,Masalah dan Kebijakan. PT. Raja grafindo Persada. Jakarta. Nasir, Muhammad. 2006. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Investasi Sebelum dan Sesudah krisis Ekonomi Indonesia. Jurnal Komunikasi Penelitian, Volume 6. 2006. Nugroho. 2008. Evaluasi Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Investasi di Indonesia dan Implikasi Kebijakannya. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Semarang Nugroho. 2008. Evaluasi terhadap Faktor-faktor yang Mempengaruhi Investasi di Indonesia dan Implikasi Kebijakannya. Riptek, Vol.2, No.1, Tahun 2008, hal.: 18-21. Peluang investasi pada saat BBM naik. Bisnis Keuangan. Kompas.7 Maret 2012. http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2012/03/07/10183462/Peluang.Investasi. di.Tengah.Kenaikan.Harga.BBM
Putra, Vio Achfuda. 2010. Analisis Pengaruh Suku Bunga Kredit, PDB, Inflasi, dan Tingkat Teknologi, Terhadap PMDN di Indonesia Periode 1986-2008. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang. Raharja, Sanitysa. 2011. Jurnal Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat suku bunga deposito bank umum di Indonesia Tahun 2007-2010. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang.
22
Rosadi. Dedi. 2011. Ekonometrika & Analisis Runtun Waktu Terapan. Andi. Yogyakarta. Setyowati, Eni dan Siti Fatimah NH. 2007. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi investasi dalam negeri di jawa tengah tahun 1980-2002. Fakultas Ekonomi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol.8, No.1 Juni 2007, hal 62-84. Statistika Ekonomi Keuangan Indonesia Desember 2002 Volume XII No. 12, Bank Indonesia. Statistika Ekonomi Keuangan Indonesia Desember 2003 Volume XII No. 12, Bank Indonesia. Statistika Ekonomi Keuangan Indonesia Desember 2004 Volume XII No. 12, Bank Indonesia. Statistika Ekonomi Keuangan Indonesia Desember 2005 Volume XII No. 12, Bank Indonesia. Statistika Ekonomi Keuangan Indonesia Desember 2006 Volume XII No. 12, Bank Indonesia. Statistika Ekonomi Keuangan Indonesia Desember 2007 Volume XII No. 12, Bank Indonesia. Statistika Ekonomi Keuangan Indonesia Desember 2008 Volume XII No. 12, Bank Indonesia. Statistika Ekonomi Keuangan Indonesia Desember 2009 Volume XII No. 12, Bank Indonesia. Statistika Ekonomi Keuangan Indonesia Desember 2010 Volume XII No. 12, Bank Indonesia. Sukirno, Sadono. 2005. Pengantar Teori Makroekonomi. Bina Grafika,Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Malaysia Sulong, Zunaidah dan D. Agus Hardjito. 2000. Linkages Between Foreign Direct Investment
and
Its
Determinants
in
Malaysia.
Jurnal
Ekonomi
Pembangunan, Volume 10: 1-11. Sundari. 2011. Media Keuangan Transparansi Informasi Kebijakan Fiskal. Sekretaris Jendaral Kementrian Keuangan. Jakarta.
23
Tim Studi Penelitian. 2008. Analisis Hubungan Kointegrasi dan Kausalitas serta Hubungan Dinamis antara Aliran Modal Asing, Perubahan Nilai Tukar dan Pergerakan IHSG di Pasar Modal Indonesia.Badan Pengawasa Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Departemen Keuangan Republik Indonesia. Tingginya suku bunga Cina dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan Korea Selatan. KBS Warta
berita.
1
November
2011.
http://rki.kbs.co.kr/indonesian/news/news_issue_detail.htm?No=3082&id=issue Undang-Undang
Nomor
25
Tahun
2007
tentang
Penanaman
Modal.http://perundangan.deptan.go.id/admin/uu/UU-25-07.pdf
Witjaksono, Ardian Agung. 2010. Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Harga Minyak Dunia, Harga Emas Dunia, Kurs Emas Dunia, Kurs Rupiah, Indeks Nikei 225, dan Indeks Dow jones terhadap IHSG (Studi Kasus pada IHSG di BEI selama periode 2000-2009), Universitas Diponegoro, Semarang. Yusuf dan Widyastutik. 2008. Analisis Komoditas Eksport Impot Pangan Utama dan Liberalisasi Perdagangan Terhadap Neraca perdagangan Indonesia. Institut Pertanian Bogor (IPB).
Zuhair. 2008. Metode Numerik, Modul Interpolasi dan Regresi. Universitas Mercu Buana. Jakarta
24