PENGARUH THERAPI DZIKIR TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUD ABDUL WAHAB SYAHRANIE SAMARINDA Siti Khoiroh Muflihatin E-mail :
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini merupakan penelitian quasi experiment dengan desain pre test and post test control group yang bertujuan untuk mengetahui efektifitas terapi dzikir terhadap kadar glukosa darah pasien DM tipe 2. Jumlah sampel 20 orang yang di rawat di Rumah Sakit yang terbagi dalam 2 kelompok yaitu kelompok intervensi dan kelompok kontrol dengan kriteria inklusi tidak mengalami komplikasi akut DM, mendapatkan terapi insulin dan beragama Islam. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara kadar glukosa darah sebelum dan setelah intervensi pada masing-masing kelompok (p=0.000) dan rata-rata kadar glukosa darah setelah intervensi antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol (p=0.003), Selisih ratarata kadar glukosa darah sebelum dan setelah intervensi antar kelompok tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna (p= 0.133) akan tetapi jika dilihat dari selisih mean rata-rata kadar glukosa darah sebelum dan setelah intervensi yang paling besar adalah pada kelompok intervensi dibandingkan kelompok kontrol. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Terapi dzikir efektif dalam menurunkan kadar glukosa darah pada pasien DM tipe 2. Penelitian ini merekomendasikan agar terapi dzikir dapat diterapkan di pelayanan klinik sebagai terapi tambahan pada terapi standar untuk membantu menurunkan kadar glukosa darah pasien DM tipe 2. Kata Kunci : Terapi dzikir , Kadar glukosa darah
ABSTRACT This is quasi experiment study with pretest and posttest with control group. This study aimed to determine of Dhikr theraphy on Blood Glucose score on Diabetic Type 2 Patient. Total sample on this study were 20 Diabetic Type 2 Patients who were hospitalized, divided into 2 groups patients. First group consist of patients who were received both dhikr and second group received control. The inclusion criteria patients were not experience diabetic acute complication, received insulin therapy, and believe in Islam. The result shows there is significant different between blood sugar level before and after intervention on every groups (p=0.000) and significant different on the mean blood sugar level after intervention (p=0.003). The mean different of blood glucose level before and after intervention shows no significant different amongst groups (p= 0.133) but when seen from the difference between the average mean blood glucose levels before and after the intervention is greatest in the intervention group than the control group.. From the research it can be concluded that the Dhikr therapy is effective effective to decrease blood sugar level in patients with type 2 diabetes.. This study recommends to give Dhikr therapy as a complementary therapy to standard (insulin) therapy to maintain blood sugar on normal level on diabetic type 2 patients. Keywords : Dhikr Therapy, Blood Sugar Level
0 Siti Khoiroh Muflihatin
manajemen keperawatan yang tepat untuk
LATAR BELAKANG
mengatasi stres Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit
pada pasien selain terapi
medis sehingga glukosa darah pasien dapat
gangguan metabolisme menahun/kronik yang
terkontrol, salah satunya adalah dengan terapi
ditandai dengan peningkatan kadar glukosa
komplementer. Terapi komplementer yang
darah (hiperglikemi) yang disebabkan karena
sering digunakan pada pasien diabetes untuk
jumlah insulin yang kurang atau jumlah
membantu menurunkan kadar glukosa darah
insulin cukup bahkan kadang-kadang lebih
adalah Mind Body Medicine (Lorentz, 2006).
akan tetapi kurang efektif, kondisi ini disebut dengan resistensi insulin (Waspadji, 2012).
Bentuk Mind Body Medicine
Berbagai menunjukkan
yang dapat
penelitian
epidemiologi
digunakan untuk membantu menurunkan
adanya
kecenderungan
kadar glukosa darah diantaranya adalah
peningkatan angka insidensi dan prevalensi
dengan therapi dzikir.
DM di berbagai penjuru dunia termasuk juga
merupakan
di Indonesia (Perkeni, 2011). Meningkatnya
menyebut, mengerti, menjaga dalam bentuk
jumlah penderita DM dapat disebabkan oleh
ucapan lisan, gerakan lisan, gerakan hati atau
banyak faktor, diantaranya adalah faktor
gerakan anggota badan yang mengandung arti
keturunan/genetik, obesitas, perubahan gaya
pujian, rasa syukur dan doa dengan cara-cara
hidup, pola makan yang salah, obat-obatan
yang diajarkan oleh Allah dan Rosul-Nya,
yang mempengaruhi kadar glukosa darah,
agar hati dan pikiran lebih tenang, nyaman
kurangnya aktifitas fisik, proses menua,
dan rileks serta memberikan perasaan dekat
kehamilan, perokok dan stres (Soegondo,
dengan Tuhan (Suhaimie, 2005). Kondisi ini
Soewondo & Subekti, 2011).
mendukung
Pada penderita DM, stres fisiologi dan
dapat
karena
itu
reaktivitas
sistem
(HPA)
sehingga
menghambat
adrenalin dan kortisol yang akan memicu
mengganggu
serangkaian
glukosa dalam jaringan otot
Oleh
dan
produksi / kerja hormon-hormon stres seperti
perubahan
fisiologis
tubuh
seperti penurunan tekanan darah, pelambatan
serta lemak dengan cara melawan kerja insulin.
respon
adrenal
hormon ini akan meningkatkan produksi
penggunaan
glukosa darah melalui mekanisme
sympathoadrenal dan hipotalamus pituitary
kortisol dan hormon pertumbuhan. Hormon-
dan
kadar
aktivasi
stres yaitu glukagon, epinefrin, norepinefrin,
hati
pengontrolan
sistem saraf simpatis dengan menurunkan
akan terjadi peningkatan hormon-hormon
oleh
mengingat,
akan mengatur dan menurunkan aktifitas
menimbulkan
hiperglikemia. Sebagai respon terhadap stres
glukosa
untuk
perbuatan
relaksasi. Dengan relaksasi maka hipotalamus
emosional seperti keadaan sakit, infeksi dan pembedahan
suatu
Therapi dzikir
denyut jantung, terjadi pebaikan oksigenasi
diperlukan 1 Siti Khoiroh Muflihatin
dan metabolisme menurun (Smeltzer & bare,
HASIL PENELITIAN
2010; Anderson & Taylor, 2011).
Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia, dan Kadar Glukosa Darah Pasien di RSUD Abdul Wahab Syahranie Samarinda (n = 20)
METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian quasi
N
Variabel
eksperimen dengan desain pre test and post
o
test control group. Sampel pada penelitian ini
1 Usia (gabungan) - Intervensi - Kontrol 2 Glukosa darah pre test pukul 16.00 Wita (gabungan) - Intervensi - Kontrol 3 Glukosa darah pre test pukul 06.00 Wita (gabungan) - Intervensi - Kontrol 4 Rata-rata glukosa darah pre test (gabungan) - Intervensi - Kontrol
berjumlah 20 responden yang tebagi dalam 2 kelompok.
10
responden
merupakan
kelompok intervensi terapi dzikir dan 10 responden
merupakan
kelompok
kontrol
(diberikan
intervensi
PMR)
Tehnik
.
pengambilan sampel yang digunakan adalah purposif sampling. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh terapi dzikir terhadap kadar glukosa darah pasien DM tipe 2 di
Mean
SD
54.00 54.50 53.50
9.492 10.374 9.058
293.60 290.40 296.80
57.890 68.221 48.971
231.40 228.10 234.70
46.874 46.431 49.583
262.75 259.50 266.00
42.703 47.117 40.078
RSUD Abdul Wahab Syahranie Samarinda. Tabel 1 mennjukkan bahwa rata-rata usia Prosedur terapi dzikir dilakukan 2 kali sehari
responden adalah 54 tahun, Rata-rata glukosa
pada pagi dan sore hari selama 4 hari berturut
darah pre test pukul 16.00 Wita adalah 293.60
turut dengan waktu 15 menit. Kadar glukosa
mg/dl, rata-rata glukosa darah pre test pukul
darah kedua
kelompok diukur sebanyak 2
06.00 Wita adalah 231.40 mg/dl, sedangkan
kali sehari setelah intervensi yaitu pada pukul
nilai rata-rata glukosa darah pre test adalah
06.00 dan 16.00 Wita. Pemeriksaan kadar
262.75 mg/dl.
glukosa darah mulai dilakukan pada hari sebelum intervensi dimulai sampai setelah hari
ke-empat
intervensi
Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Berat Badan (IMT), Penyakit Penyerta dan Jenis Insulin di RSUD Abdul Wahab Syahranie Samarinda, (n = 20)
dengan
menggunakan glukometer. Analisis data dalam penelitian ini meliputi analisis
univariat dan
bivariat.
Variabel
Analisis
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Berat Badan (IMT) BB kurang BB normal BB lebih
bivariat yang digunakan adalah uji dependent t-test dan uji independent t- test.
2 Siti Khoiroh Muflihatin
Kel. Intervensi F %
Kel Kontrol F %
Total F
%
3 7
30 70
4 6
40 60
7 13
35 65
1 4 5
10 40 50
1 5 4
10 50 40
2 9 9
10 45 45
Penyakit penyerta Ulkus diabetikum Non ulkus diabetikum Tanpa penyakit penyerta Jenis insulin Insulin pandrial Insulin basal + pandrial
kelompok di dapatkan nilai P value 0.000 4 6 0
40 60 0
6 3 1
60 30 10
10 9 1
50 45 5
6 4
60 40
5 5
50 50
11 9
55 45
yang berati bahwa terdapat perbedaan yang signifikan kadar glukosa darah sebelum dan setelah
intervensi
pada
masing
masing
kelompok. Tabel 4
Pada tabel 2 menunjukkan bahwa jenis
Perbedaan Selisih Rata-Rata Kadar Glukosa Darah Sebelum dan Setelah Intervensi Antar Kelompok di RSUD Abdul Wahab Syahranie Samarinda
kelamin responden pada penelitian ini paling banyak adalah perempuan (65%), berdasarkan berat badan yang paling banyak adalah berat
Kelompok
badan normal (45%) dan berat badan lebih
Selisih Rata-Rata Kadar Glukosa Darah Mean
SD
SE
F
P Value
2.480
0.133
(45%) meskipun jika dilihat dai nilai rata rata
Intervensi 1
100.5
59.644
18.861
keseluruhan didapatkan nilai 23. 245 (berat
Intervensi 2
95.7
34.406
10.880
badan berlebih), sebagian besar responden
Pada tabel 4 didapatkan perbedaan selisih
dalam penelitian ini dirawat dengan penyakit
rata-rata kadar glukosa darah sebelum dan
penyerta dimana penyakit penyerta yang
setelah
terbanyak adalah ulkus kaki diabetik (50 %)
intervensi
antar
kelompok
menunjukkan nilai P value > 0,05, hal ini
sedangkan berdasarkan jenis insulin yang
berati bahwa tidak ada perbedaan yang
didapatkan sebagian besar responden hanya
signifikan selisih rata-rata kadar glukosa
mendapatkan insulin prandial saja (55%).
darah sebelum dan setelah intervensi antar kelompok. Namun jika dilihat dari nilai
Tabel 3
selisih rata-rata terlihat bahwa selisih rata-rata
Perbedaan Rata-rata Kadar Glukosa Darah Sebelum dan Setelah Intervensi Pada MasingMasing Kelompok di RSUD Abdul Wahab Syahranie Samarinda. N Kelompok o 1 Intervensi Sebelum Setelah 2 Kontrol Sebelum Setelah
Mean
SD
T
P Value
259.50 159.10
47.117 55.571
5.323
0.000*
266.00 170.30
40.078 16.385
8.796
0.000*
kadar glukosa darah paling banyak terdapat pada kelompok intervensi
(terapi dzikir)
dibandingkan kelompok kontrol (PMR).
Tabel 5 Perbedaan Rata-Rata Kadar Glukosa Darah Setelah Intervensi Antar Kelompok di RSUD Abdul Wahab Syahranie Samarinda.
*Bermakna pada α : 0.05
Kadar Glukosa Darah Setelah Intervensi
Kelompok
Pada tabel 3 terlihat perbedaan rata rata kadar
Intervensi Kontrol
glukosa darah sebelum dan setelah intervensi pada kedua kelompok dimana pada kedua 3 Siti Khoiroh Muflihatin
N 10 10
Mean 159.1 170.3
SD 55.571 16.385
F 12.101
P Value 0.003
Pada tabel 5 menunjukkan nilai rata-rata
kortisol,
kadar glukosa darah setelah intervensi antar
berdampak pada peningkatan kadar glukosa
kelompok dimana didapatkan nilai P Value
darah. Brown (1997) dalam Snyder &
0.003 (p<0,05) hal ini berarti bahwa terdapat
Lindquist (2010) menyebutkan bahwa respon
perbedaan yang signifikan rata-rata kadar
stres merupakan bagian dari jalur umpan balik
glukosa
yang tertutup antara otot-otot dan pikiran.
darah
setelah
intervensi
antar
kelompok.
glukagon
dan
ACTH
yang
Penilaian terhadap stressor mengakibatkan ketegangan otot yang mengirimkan stimulus
PEMBAHASAN
ke otak dan membuat jalur umpan balik.
Pada penelitian ini responden dibagi menjadi
Therapi
dua kelompok yaitu kelompok intervensi dan
tersebut dengan cara mengaktifasi kerja
kelompok kontrol. Pada kelompok intervensi
sistem saraf parasympatis dan memanipulasi
diberikan
hipotalamus melalui pemusatan pikiran untuk
terapi
kelompok
dzikir
kontrol
sementara
diberikan
pada
intervensi
dzikir
memperkuat
relaksasi otot progresif (PMR) dengan tujuan
rangsangan
untuk menerapkan prinsip adil pada kedua
berkurang.
akan
sikap stres
menghambat
positif terhadap
jalur
sehingga hipotalamus
kelompok responden dengan sama sama memberikan
intervensi,
Dzikir termasuk komponen dari doa yang
meskipun
dimaknai dengan mengingat kepada Allah
intervensinya berbeda.
SWT. Dzikir merupakan suatu perbuatan mengingat, menyebut, mengerti, menajaga
Hasil pada penelitian terlihat perbedaan rata
dalam bentuk ucapan-ucapan lisan, gerakan
rata kadar glukosa darah sebelum dan setelah
hati atau gerakan anggota tubuh yang
intervensi pada kedua kelompok dimana pada
mengandung arti pujian dan rasa syukur serta
kedua kelompok di dapatkan nilai P value
doa untuk mendapatkan ketentraman batin,
0.000 yang berati bahwa terdapat perbedaan
keselamatan
yang signifikan kadar glukosa darah sebelum
dan
dilakukan oleh umat Islam yang dapat
kelompok.
menimbulkan
darah
pada
pasien
panjang.
erat
Beberapa
penelitian
telah
positif, emosi ini pada gilirannya akan
Kondisi stres akan memicu peningkatan seperti
dan
dzikir dan doa akan menimbulkan emosi yang
pasien baik stres fisik maupun psikologis.
stres
relaksasi
menunjukkan bahwa praktik spiritual seperti
kaitannya dengan stres yang dialami oleh
hormon-hormon
respon
memberikan efek terhadap kesehatan jangka
Mekanisme therapi dzikir dalam menurunkan glukosa
Dzikir
merupakan salah satu ritual yang biasa
dan setelah intervensi pada masing masing
kadar
pertolongan.
membantu
epinefrin, 4
Siti Khoiroh Muflihatin
menurunkan stres seseorang
dengan cara mengaktifasi kerja sistem syaraf
membantu klien untuk selalu merasa sehat
parasympatis
(Zamry, 2012).
dengan
cara
menghambat
hormon hormon stres dan mengeluarkan endorphin yang pada akhirnya terjadi respon
Hasil pada kelompok kontrol juga didapatkan
relaksasi
pebedaan yang signifikan antara rata-rata gula
sehingga
dapat
membantu
menurunkan kadar glukosa darah.
darah sebelum dan setelah intervensi dengan nilai p value : 0.000. PMR dapat menurunkan
Doa merupakan komponen dari kebutuhan
kadar glukosa darah pasien DM dengan
spiritualitas yang telah menjadi bagian dari
memunculkan
keperawatan kesehatan sejak berabad-abad
penurunan
keperawatan kesehatan, ilmu pengetahuan
stres seperti epinefrin dan kortisol sehingga mencegah peningkatan kadar glukosa darah
terhadap agamnaya amat penting dalam terjangkitnya
yang
adalah dengan menekan produksi hormon
juga
menggarisbawahi bahwa komitmen seseorang
pencegahan
stres
Efek relaksasi terhadap kadar glukosa darah
(dzikir dan doa) tidaklah efektif. Selain itu (2012)
hormon-hormon
berpengaruh terhadap kadar glukosa darah.
tanpa kerohanian, keimanan dan keagamaan
Sanusi
Respon
kondisi stres tubuh yang diikuti dengan
dalam Sanusi (2012) menyatakan dalam
dalam
rileks.
relaksasi yang dicapai akan menurunkan
lamanya. Menurut Dr. Ralp Snyderman
Hawari
kondisi
(Smeltzer, et.al, 2009)
penyakit,
meningkatkan kemampuan dalam mengatasi
Hasil dari perbedaan selisih rata-rata kadar
penderitaan saat sakit serta mempercepat
glukosa darah sebelum dan setelah intervensi
penyembuhan
antara
selain
terapi
medis
yang
diberikan.
klompok
intervensi
(dzikir)
dan
kelompok kontrol (PMR) menunjukan tidak ada perbedaan yang signifikan (p>0.05), akan
Terapi dzikir lebih menekankan pada unsur
tetapi bila dilihat dari nilai mean rata-rata
keyakinan yang kuat pada Allah SWT sebagai
selisihnya didapatkan selisih rata rata kadar
sang pencipta yang akan selalu memberikan
glukosa darah sebelum dan setelah intervensi
perlindungan dan pertolongan serta bukan
lebih
hanya sebatas ketika proses relaksasi saja
(Dzikir)
akan tetapi sampai pada perwujutan dzikir itu
(PMR). Respon relaksasi yang didapatkan
sendiri kedalam segi kehidupan sehari hari.
pada kelompok intervensi (terapi dzikir) lebih
Terapi ini melibatkan unsur spiritualitas yaitu
besar dimana selain mendapatkan perasaan
keimanan dan keyakinan serta kedekatan pada
rileks
sang
melakukan dzikir juga mendapatkan perasaan
pencipta.
Energi
dari
spiritualitas
tinggi
pada
kelompok
dibandingkan
dari
tarik
intervensi
kelompok
nafas
dalam
kontrol
sebelum
rileks dari keyakinan dan kepasrahan diri 5 Siti Khoiroh Muflihatin
secara total terhadap Allah SWT sebagai dzat Terdapat perbedaan yang bermakna antara
yang memberikan pertolongan dan rasa
kadar glukosa darah sebelum dan setelah
nyaman serta ketenangan dan kesembuhan
diberikan intervensi pada masing-masing
penyakit melalui dzikir. Komitmen religius dan
spiritual
melalui
dzikir
dan
kelompok.
doa
menyediakan semacam “bantalan” melawan stressor
mayor
menggunakan
maupun jalur
minor
fisiologis
Selisih rata-rata kadar glukosa darah sebelum
dengan
dan setelah intervensi pada kedua kelompok
langsung.
menunjukkan tidak ada perbedaan yang
Praktik-praktik religius seperti doa dan dzikir akan
melawan
respon
stres
bermakna, akan tetapi berdasarkan hasil
melalui
selisih rata-rata kadar glukosa darahnya
mekanisme respon relaksasi. Pada respon
terlihat bahwa selisih terbanyak adalah pada
relaksasi terjadi peredaan ketegangan otot,
kelompok intervensi (dzikir) dibandingkan
penurunan tekanan darah, denyut jantung
kelomok kontrol (PMR).
melambat, pengurangan aktifitas sistem saraf simpatis, pengurangan aktifitas aksis hipofise-
Terdapat perbedaan yang bermakna rata-rata
korteks adrenal, dan perbaikan oksigenasi
kadar glukosa darah setelah intervensi antara
yang pada akhirnya akan memberikan efek
kelompok
penurunan kadar glukosa darah pada pasien
kontrol.
intervensi dengan kelompok
DM (Pasiak, 2012). Saran : Terapi dzikir
SIMPULAN DAN SARAN
dapat menjadi
tindakan
mandiri perawat pada pasien diabetes melitus
Kesimpulan
yang dapat dilakukan dengan mudah tanpa
Rata-rata usia responden adalah 54 tahun,
membutuhkan banyak biaya. Agar terapi ini
mayoritas responden adalah perempuan, rata-
dapat dilaksanakan, maka perlu adanya
rata IMT responden adalah 23.245 (berat
sosialisasi tentang therapi dzikir di pelayanan
badan lebih). Jenis insulin yang digunakan
ruang rawat rumah sakit sehingga semua
terbanyak adalah jenis insulin prandial dan
perawat
mayoritas responden dirawat dengan penyakit
dapat
mengaplikasikan
dalam
pemberian asuhan keperawatan pada pasien
penyerta, penyakit penyerta terbanyak adalah
DM. Selain itu therapi ini juga bisa diterapkan
ulkus kaki diabetikum.
pada
pasien
non
muslim
dengan
cara
mengganti terapi dzikir dengan doa/ritual
Secara umum therapi dzikir berpengaruh
yang sesuai dengan agama dan keyakinan
terhadap penrunan kadar glukosa darah pasien
masing-masing pasien.
diabetes melitus tipe 2 di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda 6
Siti Khoiroh Muflihatin
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan
untuk
peneliti
selanjutnya
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni). (2011). Konsensus pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia 2011. Jakarta: Author. Xviii
untuk
meneliti topik yang sama dengan jumlah sampel yang lebih besar dan memperhatikan faktor diit pasien sebagai faktor konfonding,
Sanusi, M. (2012). Berbagai terapi kesehatan melalui amalan-amalan ibadah. Jogjakarta: Najah.
serta dicoba untuk dilakukan pada jenis penyakit yang berbeda. Selain hal tesebut disarankan
untuk
penelitian
selanjutnya Smeltzer, S.C., Bare, B.G., Hinkle, J.L., & Cheever, K.H. (2010). Texbook of medical surgical nursing Brunner & Suddarth’s. (11th.ed.). Philadelphia: Lippincott William & Wilkins
dimana dalam mengukur kadar glukosa darah tidak
menggunakan
uji
klinis
dengan
glukometer akan tetapi dianjurkan untuk menggunakan pemeriksaan hasil laboratrium hematologi untuk mendapatkan hasil yang lebih
akurat.
Direkomendasikan
Snyder, M., & Lindquist, R. (2010), Complementary & Alternative terapies in nursing (6th-ed). New York: Springer Publishing Comphany.
pada
penelitian lebih lanjut disamping melihat sistem endokrin juga di telaah bagaimana perubahan di dalam sistem pernafasan dan
Soegondo, S., Soewondo, P., & Subekti, I. (2011). Penatalaksanaan diabetes melitus terpadu. (2th ed). Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
kardiovaskuler pasien. DAFTAR PUSTAKA Anderson, J.G., & Taylor, A.G. (2011). The metabolic sindrome and mind body terapies : A systematic review. Journal of Nutrition and Metabolism. 11. 1-8. Lorentz, M. (2006). Stress and psychoneuroimmunology revisited: Using mind body interventions to reduce stress. Alternative Journal of Nursing, 11, 1-11. Pasiak, T., (2012). Tuhan dalam otak manusia: Mewujudkan kesehatan spiritual berdasarkan neurosains, Bandung: Mizan.
Suhaimie, M.Y. (2005). Dzikir dan Doa. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang. Waspadji, S., Soebekti, I., Yunir, E.M., & Sukardji, K. (2012), Petunjuk praktis bagi penyandang diabetes tipe 2. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Zamry, A.M. (2012). Sehat tanpa obat : Cara Islami meraih kesehatan jasmani & ruhani. Bandung: Marja.
7 Siti Khoiroh Muflihatin