PENGARUH TERPAAN IKLAN TELEVISI SUSU HILO GOLD VERSI KELAS TARI TERHADAP MINAT BELI DILIHAT DARI PERSPEKTIF MARKETING TO WOMEN ANNESYA FAULIZA BENEDIKTHA MANIK DAN EFFY ZALFIANA RUSFIAN Ilmu Administrasi Niaga, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia,
[email protected] Abstrak. Martha Barletta dalam bukunya yang berjudul Marketing to Women (2004) mengatakan bahwa beberapa orang tidak mau berubah dan tetap beranggapan bahwa laki-laki dan perempuan adalah sama. Ada juga yang mengakui bahwa perbedaan gender itu ada, tetapi tidak penting dalam pengambilan keputusan pemasaran. Orang dengan sudut pandang seperti ini meyakini bahwa program pemasaran yang ada saat ini, sama efektifnya baik untuk perempuan maupun lakilaki. Padahal, tidak demikian. Masing-masing gender memiliki sikap dan gaya komunikasi yang berbeda. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana terpaan iklan televisi mempengaruhi minat beli jika dilihat dari perspektif marketing to women. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan 100 responden wanita yang telah berusia 50 tahun yang berdomisili di Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terpaan iklan televisi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap minat beli. Kata kunci
: marketing to women; minat beli; terpaan iklan
The Effect of Television Advertising Exposure of HiLo Gold Dance Class Version towards Buying Intention in Marketing to Women Perspective Abstract. According to Martha Barletta in Marketing to Women (2004), some people are adamant that men and women are the same; others concede that gender differences exist but view them as immaterial to marketing decisions. People with these viewpoints would like to believe that their current marketing is as effective with women as it is with men. It is not. Gender-based differences in perceptions, attitudes, and communication styles. The objective of this research is to analyze how television advertising exposure can effect buying intention in terms of marketing to women perspective. This research applies quantitative approach and comprises 100 women of 50 years old in Jakarta. The result is television advertising exposure has a significant effect towards buying intention. Keywords 1.
: advertising exposure; buying intention; marketing to women
Pendahuluan / Latar Belakang Dewasa ini, pola pikir dan kesadaran masyarakat akan hidup sehat sudah
semakin meningkat. Hal ini disebabkan oleh bertambahnya rasa kepedulian terhadap
Pengaruh Terpaan..., Annesya fauliza Benediktha Manik, FISIP UI, 2013
kesehatan diri serta adanya trend gaya hidup sehat. Dengan bertambahnya rasa kepedulian terhadap kesehatan diri, secara umum, hal ini juga akan berdampak terhadap umur manusia yang semakin panjang. Seiring dengan dampak tersebut, maka jumlah penduduk lanjut usia pun semakin meningkat. Hasil Sensus Penduduk tahun 2010, Indonesia saat ini termasuk ke dalam lima besar negara dengan jumlah penduduk lanjut usia terbanyak di dunia yakni 18,1 juta jiwa atau 9,6% dari jumlah penduduk Indonesia. Sementara itu, berdasarkan proyeksi Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas), jumlah penduduk berusia 50 tahun atau lebih diperkirakan akan meningkat dari 18,1 juta pada taun 2010 menjadi 29,1 juta pada tahun 2020 dan 36 juta pada tahun 2025. (depkes.go.id). Bertambahnya jumlah penduduk lanjut usia menimbulkan kekhawatiran terhadap beberapa penyakit, diantaranya penyakit berhubungan dengan proses penuaan. Fenomena penurunan kemampuan dan fungsi tulang menjadi salah satu masalah yang ditakuti oleh kaum lanjut usia. Salah satu penyakit yang berhubungan dengan tulang adalah osteoporosis. Osteoporosis adalah peristiwa pengeroposan tulang yang terjadi pada manusia dan biasanya terjadi pada manusia yang sudah memiliki usia lanjut. Menurut data yang dilansir National Osteoporisis Foundation (2011) saat ini sebanyak 28 juta penduduk Amerika mengalami osteoporosis akibat kekurangan massa dan mineral, dimana jumlah wanita yang mengalami masalah tersebut cenderung lebih besar dari pria. Resiko wanita mengalami osteoporosis lebih besar dibandingkan dengan pria karena terdapat perbedaan mengenai hormon pada masing-masing gender. Menurut statistik dunia, rata-rata 1 dari 3 wanita dunia rentan terkena osteoporosis. Penyakit ini umumnya disebabkan oleh kekurangan hormon (khususnya wanita), bertambahnya usia serta penuaan, dan berbagai keadaan klinis tertentu atau penyakit lain. Di Indonesia sendiri, menurut data Perhimpunan Osteoporosis Indonesia (Perosi), pada tahun 2010 diprediksi 18,4 juta orang menderita penyakit osteoporosis atau sering disebut wabah “pembunuh rahasia”. Menurut Yayasan Osteoporosis Internasional pada tahun 2050, kasus cedera keretakan tulang panggul diseluruh dunia diperkirakan akan meningkat sebesar 310% pada pria dan 240% pada wanita. Wakil Ketua Perosi, Dr. Siti Anissa Nuhonni mengungkapkan sebanyak 23% wanita Indonesia sudah mengalami osteoporosis ketika memasuki usia 50 tahun. Jumlah tersebut naik menjadi 53% ketika wanita memasuki usia 70 tahun.
Pengaruh Terpaan..., Annesya fauliza Benediktha Manik, FISIP UI, 2013
Para produsen melihat fenomena osteoporosis yang terjadi di masyarakat merupakan suatu peluang untuk memperoleh keuntungan. Mengusung penyakit osteoporosis sebagai “pembunuh rahasia”, para produsen menciptakan program pencegahan untuk penyakit osteoporosis. Salah satunya dengan menciptakan produk susu yang mampu mencegah terjadinya osteoporosis. Sehingga osteoporosis menjadi alasan utama mengapa susu diperlukan sebagai asupan gizi untuk konsumen lanjut usia, dimana lebih dikhususkan kepada wanita sebagai individu yang lebih rentan terkena osteoporosis. Hal ini didukung oleh Schiffman dan Kanuk (2008) yang mengungkapkan bahwa kebutuhan dan keinginan para konsumen menjadi fokus utama perusahaan. Schiffman dan Kanuk (2008) juga mengatakan bahwa pengenalan konsumen terhadap kebutuhan atas suatu produk dapat dilakukan dengan usaha pemasaran, salah satunya dengan promosi. Salah satu bentuk promosi adalah dengan menciptakan komunikasi atau iklan antara produsen dengan konsumen dengan memanfaatkan unit media. Hal ini digunakan para pemasar untuk membujuk para konsumen agar terciptanya minat beli Salah satu produk susu yang mengusung masalah kesehatan tulang dan osteoporosis adalah HiLo. HiLo mengusung positioning sebagai susu kesehatan tulang dan sendi di mana produknya mengandung glucosamine dan chondrotin yang bermanfaat bukan hanya bagi kesehatan tulang, namun juga untuk kesehatan sendi. Tabel I berikut menunjukkan brand share susu bubuk dewasa berkalsium. HiLo berada pada urutan kedua dalam kelas susu bubuk dewasa berkalsium pada tahun 2009 dan 2010 dengan brand share 21,4%, dimana peringkat pertama ditempati oleh Anlene pada tahun 2009 dan 2010 dengan brand share sebesar 66,4%. Tentunya ada upaya dari produsen HiLo untuk menaikkan brand share dari susu HiLo agar dapat menyaingi Anlene, yaitu dengan menciptakan minat beli konsumen. Tabel I Brand Share Susu Bubuk Dewasa Berkalsium Peringka t
Peringkat Merek
2009
Brand Share
1
Anlene
1
66,4%
2
HiLo
2
21,4%
3
Produgen
3
3,5%
4
Calcimex
4
2,9%
2010
Sumber: Majalah SWA edisi Oktober 2010
Pengaruh Terpaan..., Annesya fauliza Benediktha Manik, FISIP UI, 2013
Kegiatan periklanan yang dilakukan oleh suatu perusahaan diharapkan dapat mengkomunikasikan atau menyampaikan informasi produknya kepada konsumen, dan juga dapat mengevaluasi hasil kegiatan komunikasi tersebut. Sehingga perusahaan dapat mengetahui apakah periklanan tersebut cukup efektif dalam menarik minat masyarakat untuk membeli produk yang dipasarkan tersebut atau tidak. Salah satu cara yang dilakukan oleh HiLo dalam menciptakan minat beli konsumen adalah dengan melalui iklan televisi. Wells, Brunett, dan Moriarty (2003) mengatakan bahwa elemen video dan audio merupakan dua elemen penting yang dapat dihubungkan dengan komponen terpaan iklan (hear, see, dan read). Elemen audio merupakan segala hal yang terdapat di televisi yang mampu ditangkap oleh indra penglihatan (mata). Elemen ini terbagi lagi menjadi komponen visual, yaitu segala sesuatu yang dapat dilihat (see), dan komponen verbal, yaitu segala sesuatu yang dapat dibaca (read). Komposisi visual umumnya lebih mendominasi karena mengkomunikasikan suatu ide, pesan, atau cerita, serta lebih menarik perhatian audiens. Sedangkan elemen audio merupakan segala sesuatu yang dapat ditangkap oleh indra pendengaran atau telinga (hear), yang terdiri dari musik, suara, dan sound effect atau kombinasi keseluruhan dari elemen tersebut. Berkesinambungan dengan rentannya penyakit osteoporosis menyerang wanita, khususnya untuk konsumen di atas 50 tahun ke atas, nampaknya spesifikasi program pemasaran untuk wanita
perlu dilakukan, yaitu dengan menggunakan
varian pemasaran marketing to women. Program pemasaran yang difokuskan untuk konsumen wanita ini berbeda dengan program pemasaran lainnya yang cenderung tidak membedakan progam pemasaran untuk segmen konsumen pria dan untuk segmen konsumen wanita. Menurut buku Marketing to Women karya Martha Barletta (2004), banyak dari perusahaan berpendapat bahwa program pemasaran untuk pria sama efektifnya dengan program pemasaran untuk wanita, tetapi nyatanya tidak demikian. Masing-masing gender memiliki sikap dan gaya komunikasi yang berbeda, dan hal ini menyebabkan respon yang berbeda dalam menentukan skala prioritas, pengambilan keputusan, dan pembelian. Dengan penentuan unit media yang tepat dapat
merangsang
respon
emosional
wanita,
menangkap
perhatian,
dan
menghasilkan dampak yang kuat sehingga dapat menciptakan minat beli dari pasar wanita. Salah satu cara yang dilakukan oleh HiLo adalah dengan melalui iklan televisi. Seperti yang diungkapkan oleh Barletta (2004) bahwa iklan yang dapat menarik
Pengaruh Terpaan..., Annesya fauliza Benediktha Manik, FISIP UI, 2013
perhatian wanita adalah iklan yang memiliki dampak dramatis. Iklan televisi dianggap efektif karena memiliki efek audio-visual dan efek dramatis bagi pasar wanita. Hal ini sejalan
dengan
Kasali
(1992)
yang
mengatakan
bahwa
televisi
dapat
mengkombinasikan gerakan, kecantikan, suara, warna, drama dan humor. Kasali (1992) juga mengatakan bahwa televisi memiliki pengaruh kuat untuk menarik target audiens karena kebanyakan masyarakat meluangkan waktunya dengan menonton televisi sebagai sumber berita, hiburan, dan sarana pendidikan. Sehingga calon pembeli lebih percaya pada perusahaan yang mengiklankan produknya di televisi dari pada yang tidak sama sekali. HiLo Gold yang menggunakan iklan televisi sebagai salah satu alat yang dianggap efektif untuk meraih perhatian audiens. HiLo Gold berharap terpaan iklan yang mereka berikan pada audiens dapat menciptakan minat beli. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Rossiter dan Percy (1998), bahwa minat beli adalah instruksi diri konsumen untuk melakukan pembelian atas suatu produk, melakukan perencanaan, mengambil tindakan-tindakan yang relevan seperti mengusulkan, merekomendasikan, memilih, dan akhirnya mengambil keputusan untuk melakukan pembelian. Konsumen dapat memperoleh informasi mengenai produk yang dapat memenuhi kebutuhan mereka melalui terpaan iklan. Pengertian terpaan (exposure) itu sendiri, menurut Shimp (2003), adalah kontak fisik seseorang (visual, audio, maupun audio-visual) dengan media periklanan dan pesan periklanan yang disampaikan. Terpaan terjadi ketika adanya stimulus yang datang dengan jangkauan yang dapat diterima oleh sensor seseorang (Hawkins, 2004). Terpaan juga terjadi ketika sebuah iklan ditempatkan sehingga pembeli prospektif dapat melihat (see), dengar (hear), atau baca (read) iklan tersebut (Rossiter dan Percy, 1997). Sedangkan definisi terpaan iklan adalah interaksi konsumen dengan pesan dari pemasar (Shimp, 2003). Levidge dan Stainer (2001) menyatakan bahwa terdapat tahapan sikap pada audiens setelah terkena terpaan iklan suatu produk, sampai pada saat dia memutuskan untuk membeli produk tersebut. Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa terpaan iklan televisi dapat mempengaruhi minat beli karena minat beli merupakan tahapan sebelum keputusan pembelian. HiLo Gold memiliki beberapa varian iklan, salah satunya versi Kelas Tari, dimana iklan tersebut menampilkan beberapa pasangan lanjut usia yang sedang melakukan aktivitas kelas tari dan pada saat melakukan aktivitas tersebut, salah satu di antara mereka mengalami serangan osteoporosis. Pada iklan, susu HiLo
Pengaruh Terpaan..., Annesya fauliza Benediktha Manik, FISIP UI, 2013
ditampilkan sebagai pencegah atau bahkan dapat mengatasi penyakit pengeroposan tulang tersebut yang umumnya menyerang individu usia lanjut, khususnya wanita. Media televisi yang dimanfaatkan sebagai unit media dalam penyampaian iklan HiLo Gold versi Kelas Tari tersebut, merupakan media audio-visual yang dinilai dapat memuat konteks dan kekayaan komunikasi sesuai dengan karakteristik iklan untuk wanita. Pada kondisi ideal ini, media televisi juga dinilai dapat lebih memberikan informasi bagi wanita serta memiliki dampak dramatis yang lebih besar dalam pengiklanan produk tersebut, sehingga diharapkan dapat menciptakan minat beli wanita atas susu HiLo Gold. Dalam penelitian yang berjudul Pengaruh Terpaan Iklan Televisi HiLo Gold Versi Kelas Tari Terhadap Minat Beli Dilihat Dari Perspektif Marketing to Women, peneliti ingin mengetahui mengenai dampak iklan televisi susu HiLo Gold terhadap minat beli konsumen wanita lanjut usia. 2.
Tinjauan Teoritis
Teori yang digunakan oleh penulis dalam melakukan penelitian di antara lain:
Marketing to Women Barletta (2004) mengungkapkan bahwa pengiklan disarankan untuk lebih
memperhatikan bagaimana menggapai pasar wanita melalui media yang digunakan. Wanita lebih mengharga i konteks dan kekayaan komunikasi dalam iklan, mereka tidak melihat frekuensi, melainkan dampak dramatis dari iklan tersebut. Sehingga pengiklan diharapkan dapat menentukan unit media untuk bisa sepenuhnya menangkap perhatian wanita, merangsang respon emosionalnya, dan menghasilkan dampak yang kuat. Tujuannya bukan frekuensi tampilan, tetapi dampak dramatis dari pesan yang disampaikan.
Terpaan Iklan Pengertian terpaan (exposure) adalah kontak fisik seseorang (visual, audio,
maupun audio visual) dengan media periklanan dan pesan periklanan yang disampaikan (Shimp, 2003). Sedangkan definisi dari terpaan iklan menurut Shimp adalah interksi konsumen dengan pesan dari pemasar. Terpaan terjadi ketika adanya stimulus yang datang dengan jangkauan yang dapat diterima oleh sensor seseorang (Hawkins, 2004). Terpaan terjadi ketika sebuah iklan ditempatkan sehingga pembeli prospektif dapat melihat (see), dengar (hear) atau baca (read) iklan tersebut (Rossiter & Larry Percy, 1997).
Pengaruh Terpaan..., Annesya fauliza Benediktha Manik, FISIP UI, 2013
Adanya persamaan dan perbedaan dari kedua penelitian mengenai efek komunikasi terpaan iklan yang dilakukan oleh Hu dan Chuang (2009), dan dasardasar dalam terpaan iklan yang dikemukakan oleh Belch & Belch (2001), penulis mengelaborasi menjadi tiga dimensi penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini. Elaborasi tersebut menghasilkan dimensi penelitian sebagai berikut: a.
Advertising Appeal (Daya Tarik Iklan) Daya tarik iklan dapat diklasifikasikan menjadi: daya tarik rasional (bagaimana
konsumen berpikir) dan daya tarik emosional (bagaimana konsumen merasa). Daya tarik rasional dilakukan untuk menimbulkan kepentingan diri audience yang menunjukkan bahwa produk tersebut akan menghasilkan manfaat sesuai dengan apa yang disampaikan pada iklan. Daya tarik emosional dilakukan untuk menimbulkan emosi positif (humor, cinta, dan kebahagiaan) atau negatif (rasa takut, rasa
bersalah,
dan
malu)
yang dalam
memotivasi
audience.
Iklan
yang
menggunakan daya tarik rasional cenderung menyampaikan pesan dengan langsung dan jelas untuk dilihat oleh audience. Sedangkan iklan yang menggunakan daya tarik emosional cenderung berisi informasi yang relatif sedikit tentang atribut merek. Tetapi kurangnya informasi tersebut tidak mencegah daya tarik iklan emosional dalam mempengaruhi memori konsumen. Sebaliknya, daya tarik iklan rasional dapat menyampaikan informasi yang jelas dan langsung, jika suatu iklan ditayangkan terlalu sering, maka audience akan relatif lebih mudah bosan. Barletta (2004) berpendapat, jika dilihat dari perspektif marketing to women, daya tarik emosional dapat dilakukan dengan membuat iklan yang menekankan kebersamaan. Hal ini dikarenakan bahwa wanita lebih menyukai kebersamaan daripada status hierarkis. Penting bagi pengiklan untuk dapat menciptakan rasa kebersamaan saling memiliki dan kedekataan antara satu sama lain. Pengiklan diharapkan dapat menentukan iklan yang seperti apa yang bisa sepenuhnya menangkap perhatian wanita, merangsang respon emosionalnya, dan menghasilkan dampak yang kuat. Wanita juga menginginkan kisah yang utuh dalam rangka mendapatkan “jawaban sempurna” dalam memberi solusi permasalahan yang mereka hadapi, mereka memerlukan banyak produk dan informasi agar bisa membandingkan dengan menggunakan kriteria yang sudah dibuatnya. Sedangkan daya tarik rasional dapat dilakukan dengan menunjukkan hal yang realistis bagi pasar wanita. Realistis di sini misalnya dengan memasang iklan yang berisikan tentang wanita yang akan menghadapi masa tua sehingga mereka perlu dirangkul
Pengaruh Terpaan..., Annesya fauliza Benediktha Manik, FISIP UI, 2013
melalui iklan dengan cara yang benar, dimana masa tua merupakan masa yang penting. Wanita juga cenderung memikirkan banyak hal yang akan dikerjakan karena wanita mengerjakan beberapa tugas secara serentak dan memiliki kegiatan keseharian yang beragam, seperti kegiatan di tempat kerja, di rumah, maupun di waktu senggang. Iklan yang ditujukan untuk wanita harus mementingkan dampak dramatis dari suatu iklan dibandingkan dengan panjangnya durasi iklan tersebut. b.
Source Oriented Thought Salah satu jenis tanggapan yang paling penting dalam source oriented
thought ini adalah sumber derogasi (source derogations) atau pikiran negatif tentang juru bicara (spokesperson) atau organisasi yang membuat pernyataan. Jika konsumen mendapatkan spokesperson yang tidak dapat dipercaya, mereka cenderung tidak menerima apa yang dikatakan oleh sumber tersebut. Source oriented thought tidak selalu negatif, penerima biasanya cenderung bereaksi positif jika mereka mendapatkan spokesperson yang dapat dipercaya. Pengiklan biasanya berupaya untuk menyewa spokesperson yang banyak diminati oleh audience agar hal ini dapat memberikan efek yang positif terhadap pesan yang ditayangkan. Menurut Barletta (2004), iklan untuk wanita lebih memfokuskan bahwa orang merupakan titik sentral dari iklan tersebut. Orang tersebut bisa sebagai pengguna produk dengan menyampaikan manfaat produk yang telah digunakan oleh orang yang ada pada iklan tersebut. Barletta (2004) juga mengungkapkan bahwa iklan untuk wanita lebih baik menonjolkan spokesperson, bukan spokeproduct karena wanita akan lebih tertarik dengan manfaat dan efek kesan dari produk yang diiklankan tersebut. Jika dilihat dari perspektif marketing to women, membentuk pikiran positf tentang spokesperson dari suatu iklan dapat dilakukan dengan iklan yang menampilkan orang, bukan menampilkan produk karena wanita lebih tertarik dengan manfaat atau efek kesan dari produk yang diiklankan tersebut. Wanita kemudian akan mencari tahu tentang produk yang diiklankan melalui pengalaman orang lain yang telah menggunakan produk tersebut. Referensi dari orang lain merupakan hal yang penting bagi kaum wanita sehingga pengiklan perlu menampilkan orang lain dalam visualisasi iklan. Barletta (2004) juga mengatakan pada saat memilih juru bicara dalam iklan untuk wanita, kunci dasarnya adalah empati. Sehingga harus diperhatikan bagi para pengiklan bahwa model peran wanita yang diinginkan adalah bukan wanita yang sempurna, melainkan model iklan yang mewakili kaum wanita pada umumnya. Mewakili kaum wanita pada umumnya di sini,
Pengaruh Terpaan..., Annesya fauliza Benediktha Manik, FISIP UI, 2013
dapat diartikan dengan memiliki kesamaan peran, kesamaan usia, ataupun kesamaan permasalahan kewanitaan. Selain itu, pengiklan juga perlu untuk memilih model iklan yang dikenal baik oleh masyarakat karena hal ini akan sangat membantu audience untuk lebih mengingat iklan tersebut. c.
Ad Execution Thought Kategori ketiga terpaan iklan adalah pikiran individu tentang iklan itu sendiri.
Pikiran yang ada pada benak audience ketika membaca atau melihat sebuah iklan, tidak ditekankan oleh pernyataan produk atau pesan langung. Pikiran ini termasuk reaksi terhadap faktor eksekusi iklan, seperti: kreativitas iklan, kualitas efek visual, warna, dan nada suara atau musik. Menurut Barletta (2004), jika dilihat dari perspektif marketing to women, para pengiklan harus meninggalkan asumsi bahwa iklan yang bisa memotivasi wanita adalah iklan yang memuat visual dan copy (teks) yang “bersih dan ringkas”. Iklan yang memotivasi wanita, justru iklan yang memiliki visualisasi warna yang sesuai. Dengan menunjukkan perhatian dan kepedulian pada iklan yang ditampilkan, hal ini akan memberikan kesan iklan yang lebih kuat dan lebih mudah diingat oleh wanita dibandingkan dengan presentasi aspek teknis yang kosong. Barletta (2004) juga mengungkapkan bahwa agar iklan mudah diingat oleh wanita, iklan yang ditampilkan harus memiliki suara yang jernih, visual dan cerita yang memiliki ikatan emosional.
Minat Beli Schiffman dan Kanuk (2001) menyatakan bahwa motivasi sebagai kekuatan
dorongan dari dalam diri individu yang memaksa mereka untuk melakukan tindakan. Jika seseorang mempunyai motivasi yang tinggi terhadap obyek tertentu, maka dia akan terdorong untuk berperilaku menguasai produk tersebut. Sebaliknya jika motivasinya rendah, maka dia akan mencoba untuk menghindari obyek tersebut. Implikasinya dalam pemasaran adalah untuk kemungkinan orang tersebut berminat untuk membeli produk atau jasa yang ditawarkan pemasar atau tidak. Indikator-indikator dari minat beli dijelaskan oleh komponen dari Schiffman dan Kanuk (2001) yang telah dielaborasi oleh konsep marketing to women yang diungkapkan oleh Barletta (2004). Komponen-komponen tersebut adalah: a.
Tertarik untuk mencari informasi mengenai produk. Menurut Barletta (2004), orientasi utama wanita terhadap orang/pribadi
membuat mereka tertarik untuk melihat permasalahan hidup dan memberi solusi tentang bagaimana solusi tersebut berdampak pada orang, informasi yang akurat
Pengaruh Terpaan..., Annesya fauliza Benediktha Manik, FISIP UI, 2013
dan detail menjadi hal penting berikutnya. Mereka hampir tidak terlalu peduli dengan dana selama satu, tiga, dan lima tahun. Selain itu, pastikan penekanan manfaat yang berpihak pada wanita dengan menerjemahkan informasi tentang gambaran produk ke dalam manfaat gaya hidup yang relevan dengan wanita. b.
Mempertimbangkan untuk membeli. Barletta (2004) mengatakan bahwa jawaban yang sempurna merupakan kunci
penting untuk memahami cara wanita membeli. Pada dasarnya, wanita memasang penghalang lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Oleh karena itu, pemasar harus bisa mengatasi halangan tersebut dengan cara yang tepat. Wanita tidak puas dengan kualitas produk yang dianggap “cukup baik”, mereka menginginkan “yang terbaik” menurutnya. c.
Tertarik untuk mencoba. Barletta (2004) mengatakan bahwa meskipun wanita tidak mencoba sesuatu
yang baru untuk mendapatkan kesenangan baru, namun mereka tetap menyambut tawaran produk dengan manfaat yang lebih baik. Namun, wanita sering kali memulai dengan latar belakang yang panjang dan membangun kesimpulan ringkasan. Bagi wanita, hal-hal yang detail merupakan bagian yang baik dalam membangun kepercayaan. Konteks, kisah-kisah, dan detail personal dalam pesan produk akan menark perhatian merempuan dan menjamin bahwa inti pesan tercatat dalam penglihatan dan memorinya, sehingga hal ini dapat membuat mereka tertarik untuk mencoba produk tersebut. d.
Ingin mengetahui produk. Menurut Barletta (2004), dalam pandangan wanita, hal-hal rinci tidak hanya
menambah kekayaan dan kedalaman informasi, tetapi penting untuk mendapatkan pemahaman yang lebih terhadap situasi. Wanita melihatnya sebagai pengintegrasian semua bahan yang penting untuk mendapatkan pemahaman komprehensif. Sesuatu yang kurang informasinya akan menjadi dangkal pengertiannya dan tidak punya arti. Tetapi dengan banyaknya informasi yang didapat, hal ini dapat menentukan apakah wanita memiliki minat untuk membeli suatu produk. e.
Ingin memiliki produk. Setelah semua tahap sudah dilalui dan kepercayaan dapat terbentuk, maka
wanita akan memasuki tahap terakhir, yaitu ingin memiliki produk. Menurut Barletta (2004), wanita memulai proses belanja dengan melihat-lihat sekelilingnya untuk mencari pilihan yang memberikan tawaran lebih menarik. Dengan kata lain, wanita
Pengaruh Terpaan..., Annesya fauliza Benediktha Manik, FISIP UI, 2013
mencalonkan beberapa kandidat produk dalam suatu daftar pendek. Perbedaan prioritas, proses, dan tanggapan pemasaran antara laki-laki dan wanita sering kali menghasilkan pilihan kepada merek yang berbeda. Produk tidak bisa menjual dirinya sendiri karena kecenderungan wanita mengarah pada orang dan hubungan, maka dia akan merasa condong untuk membeli dari penjual yang paling berhasil menciptakan sebuah hubungan baik. 3.
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif karena bertujuan untuk
menunjukan
hubungan
antar-variabel,
menguji
relevansi
suatu
teori
dan
mendapatkan suatu generalisasi yang mempunyai prediksi. Aspek-aspek dalam menentukan jenis penelitian berdasarkan tujuan penelitian ini termasuk ke dalam penelitian eksplanasi, berdasarkan dimensi waktu penelitian ini termasuk ke dalam cross sectional research, dan berdasarkan teknik pengumpulan data, penelitian ini menggunakan teknik penelitian survei. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan beberapa cara dimana data-data tersebut terdiri atas data primer dan sekunder. Data primer dapat diperoleh dari responden dengan melakukan penyebaran kuisioner. Responden yang dituju adalah yang belum pernah membeli susu HiLo Gold, sehingga dapat diketahui hal-hal apa saja yang mempengaruhi minat beli konsumen terhadap susu HiLo Gold. Sedangkan data sekunder pada penelitian ini mengambil beberapa data-data penelitian serupa yang relevan dan telah dipublikasikan. Target populasi dalam penelitian ini adalah wanita yang telah berusia 50 tahun yang bekerja di KPP Madya Jakarta Pusat. Pemilihan ini dikarenakan target pasar HiLo Gold merupakan konsumen yang berusia 50 tahun ke atas yang rentan terkena osteoporosis. Sedangkan sampel responden dalam penelitian ini adalah 100 orang wanita yang telah menonton iklan televisi susu HiLo Gold Versi Kelas Tari lebih dari tiga kali, belum pernah membeli susu HiLo Gold, dan yang berusia mulai dari 50 tahun. Jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 100 responden. Adapun penarikan sampel dilakukan dengan motode non-probability sampling yang mengandalkan penilaian pribadi peneliti daripada kesempatan untuk memilih elemen sampel (Malhotra, 2004) dengan teknik purposive, yaitu pemilihan sampel dilakukan berdasarkan kriteria tertentu yang ada pada responden (Sugiyono, 2005). Pre test dalam penelitian ini dilakukan dengan jumlah responden sebanyak 30 orang dengan pemilihan lokasi penelitian didasari oleh kesesuaian dengan penghitungan validitas dan reliabilitas instrumen penelitian. Pengukuran validitas
Pengaruh Terpaan..., Annesya fauliza Benediktha Manik, FISIP UI, 2013
dilakukan dengan analisa faktor kepada hasil pre test, untuk melihat nilai KaiserMeyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy, Bartlett’s Test of Sphericity, dan Antiimage Matrices. Selanjutnya dilakukan uji reliabilitas untuk melihat sejauh mana pengukuran memberikan hasil yang konsisten dnegan menggunakan Cronbach’s Alpha. Proses selanjutnya akan dilakukan dengan menggunakan program software SPSS (Statistical for Social Science) 17.0 for Windows Evaluation Version sebagai alat bantu dalam menganalisa statistik deskriptif dan statistik inferensial. 4.
Hasil Penelitian
Uji Validitas Dimensi Penelitian Berdasarkan hasil analisis data uji validitas masing-masing dimensi, untuk
pengukuran KMO Measures of Sampling Adequacy, nilai yang diharapkan adalah nilai di atas 0.500. Dalam penelitian ini, semua dimensi telah melebihi nilai standar yang diharapkan karena nilai masing-masing KMO Measures of Sampling Adequacy berada di atas 0.500. Nilai yang diharapkan untuk pengukuran Total Variance Explained adalah nilai yang berada di atas 60% dan dalam penelitian ini semua dimensi telah berada di atas angka 60%. Dengan demikian, seluruh dimensi memenuhi persyaratan overall fit sehingga dapat diproses lebih lanjut. Nilai signifikansi Bartlett’s Test of Sphericity yang diharapkan adalah nilai di bawah 0.05 dan dalam penelitian ini, semua dimensi telah melebihi nilai standar yang diharapkan karena masing-masing nilainya adalah 0.000. Hal tersebut menunjukkan bahwa kumpulan variabel dalam analisis faktor tersebut memang signifikan untuk diproses dan seluruh dimensi penelitian dapat dilanjutkan untuk dianalisis.
Uji Validitas Indikator Penelitian Berdasarkan hasil analisa data, nilai anti-image matrices tiap indikator
memenuhi syarat yaitu di atas 0.500. Tetapi terdapat satu indikator yang memiliki nilai anti-image matrices di bawah 0.500, yaitu “Iklan HiLo Gold menggunakan preferensi yang mampu membuat wanita percaya”. Nilai anti-image correlation matrix indikator tersebut hanya sebesar 0.449 dimana nilai tersebut berada di bawah standar anti-image correlation matrix yang sebesar 0.500. Maka pada penelitian yang
akan
dilakukan
berikutnya,
indikator
tersebut
dihilangkan.
Dengan
dihapuskannya satu indikator tersebut, penelitian ini memiliki 17 pertanyaan yang masing-masing valid karena nilai anti-image correlation matrix yang memenuhi nilai yang diharapkan. Sehingga operasional konsep dalam penelitian ini mengalami perubahan dikarenakan terdapat satu indikator yang tidak memenuhi persyaratan
Pengaruh Terpaan..., Annesya fauliza Benediktha Manik, FISIP UI, 2013
dan harus dihilangkan. Indikator tersebut adalah “Iklan HiLo Gold menggunakan preferensi yang mampu membuat wanita percaya” yang merupakan salah satu indikator dari dimensi Source Oriented Thought pada variabel terpaan iklan.
Uji Reliabilitas Hasil yang ditunjukkan pada hasil analisis data sudah cukup untuk memenuhi
nilai standar karena nilai telah berada di atas standar nilai Cronbach’s Alpha yang telah ditentukan, yaitu nilai berada di atas 0.600 sehingga semua dimensi ini bersifat reliable. 5.
Pembahasan
Pembahasan Statistik Deskriptif Penelitian Pengumpulan data dilakukan pada bulan November sampai Desember 2012
dengan menyebarkan kuesioner kepada 100 responden. Sesuai dengan metodologi penelitian, responden dalam penelitian ini adalah wanita yang telah berumur 50 tahun yang bekerja di KPP Madya Jakarta Timur, telah menonton iklan televisi susu HiLo Gold versi Kelas Tari sebanyak tiga kali, dan belum pernah membeli susu HiLo Gold. Pengumpulan data dilakukan pada bulan November sampai Desember 2012 dengan menyebarkan kuesioner kepada 100 responden. Sesuai dengan metodologi penelitian, responden dalam penelitian ini adalah wanita yang telah berumur 50 tahun yang bekerja di KPP Madya Jakarta Timur, telah menonton iklan televisi susu HiLo Gold versi Kelas Tari sebanyak tiga kali, dan belum pernah membeli susu HiLo Gold.
Pembahasan Statistik Deskriptif Karakteristik Responden Dilihat dari rentang usia responden, 69% responden berusia 50-54 tahun.
Keseluruhan responden pada penelitian ini didominasi oleh responden dengan pendidikan terakhir SLTA/sederajat (Sekolah Lanjutan Tingkat Atas) sebanyak 29%. Sedangkan
rata-rata
pengeluaran
responden
per
bulannya
sebesar
>Rp.2.250.000,00 dengan presentase sebesar 83%.
Pembahasan Statistik Deskriptif per Variabel
a.
Variabel Terpaan Iklan Hasil penelitian yang dilakukan, pada Grafik I berikut dapat terlihat
perbandingan dari setiap indikator dengan jumlah mean terbesar dan jumlah mean terendah dari variabel terpaan iklan. Mean tertinggi terdapat pada dimensi Source Oriented Thought dengan indikator pertama (SOT1) yang bernilai mean sebesar
Pengaruh Terpaan..., Annesya fauliza Benediktha Manik, FISIP UI, 2013
5.00. Indikator ini bersangkutan dengan peran nama “menampilkan manfaat susu” dan berada pada kategori tinggi. Penilaian responden yang sangat tinggi terhadap indikator ‘SOT1’ mengindikasikan bahwa iklan susu HiLo Gold versi Kelas Tari benar-benar menampilkan manfaat susu HiLo Gold untuk tulang yang kuat. Barletta dalam Marketing to Women (2004) mengatakan bahwa produk yang paling rasional pun, untuk mengkomunikasikannya kepada audiens, harus diterjemahkan dari segi manfaatnya. Iklan akan lebih menarik dengan menampilkan orang, bukan produk. Wanita akan lebih tertarik dengan manfaat dan efek kesan dari produk yang diiklankan tersebut. Oleh karena itu, dengan menampilkan orang maka iklan akan menarik bagi kaum wanita. Popcorn dan Marigold dalam jurnal How to Market to Women (2003) juga mengatakan bahwa perusahaan tidak lagi bisa menunggu kebutuhan dan keinginan yang sesuai dengan permintaan pelanggan, khususnya wanita. Sehingga perusahaan harus dapat memberikan nilai tambah pada produk atau jasa yang sebelumnya tidak dibutuhkan atau dipikirkan oleh pelanggan. Maksud dari produk yang tidak terpikirkan tersebut adalah susu HiLo Gold yang memiliki nilai tambah dimana susu ini tidak seperti susu biasa lainnya, tetapi susu HiLo Gold diciptakan untuk mencegah osteoporosis yang semakin marak menyerang individu lanjut usia. 6 5 4 3 5.00
4.89
4.94
4.94
4.84
4.77
4.66
4.59
AA1
AA2
AA3
AA4 SOT1 SOT2 SOT3 SOT4 AET1 AET2 AET3 AET4
2
4.68
4.77
4.70
4.74
1 0
Grafik I Mean Variabel Terpaan Iklan Sumber: Hasil pengolahan data menggunakan SPSS 17 for Windows Sedangkan mean terendah pada dimensi terpaan iklan ini berada pada indikator keempat dari dimensi Advertising Appeal (AA4) yang menyatakan bahwa iklan HiLo Gold versi Kelas Tari menunjukkan kegiatan wanita aktif. Indikator ini
Pengaruh Terpaan..., Annesya fauliza Benediktha Manik, FISIP UI, 2013
memiliki nilai mean sebesar 4.59, walaupun indikator ini merupakan indikator terendah tetapi nilai mean termasuk berada pada kategori tinggi. Peneliti menganalisa terdapat hal yang menyebabkan nilai mean untuk indikator ini merupakan mean terendah dibandingkan dengan indikator-indikator pada dimensi terpaan iklan lainnya, yaitu karena tidak semua wanita lanjut usia mengikuti kelas tari atau menyukai kelas tari, sehingga terdapat beberapa responden yang berpendapat bahwa kelas tari belum tentu merupakan salah satu kegiatan bagi wanita aktif. b.
Variabel Minat Beli Grafik II menunjukkan mean tertinggi pada variabel minat beli yang berada
pada indikator ketiga (MB3). Indikator yang berkenaan dengan nama “tertarik untuk mencoba susu HiLo Gold” ini memiliki nilai mean sebesar 3,82 dan berada pada kategori agak tinggi. Penilaian responden yang agak tinggi terhadap indikator MB3 mengindikasikan bahwa responden tertarik untuk mencoba susu HiLo Gold yang diiklankan. Hal ini sejalan dengan pernyataan Fill (1995) yang mengungkapkan bahwa memberi keyakinan kepada calon pembeli sangat penting, karena pembeli digiring ke posisi dimana mereka diyakinkan bahwa salah satu produk perusahaan harus dicoba pada kesempatan pertama. Ini artinya, responden telah diyakinkan oleh iklan susu HiLo Gold versi Kelas Tari bahwa iklan tersebut dapat memberikan kepercayaan kepada audiens untuk mencoba susu pencegah osteoporosis tersebut dengan cara menampilkan bintang iklan lanjut usia yang mampu mengikuti kelas tari di usianya. Dengan meminum susu HiLo Gold tersebut, maka tulang akan menjadi kuat sehingga bintang iklan lanjut usia mampu mengikuti kelas tari dengan baik. 4.50 4.00 3.50 3.00 2.50 2.00
3.69
3.78
3.82
3.77
3.70
MB1
MB2
MB3
MB4
MB5
1.50 1.00 0.50 0.00
Grafik II Mean Variabel Minat Beli Sumber: Hasil pengolahan data menggunakan SPSS 17 for Windows
Pengaruh Terpaan..., Annesya fauliza Benediktha Manik, FISIP UI, 2013
Sedangkan penilaian responden terendah pada variabel minat beli ini berada pada indikator ke-1 mengenai “tertarik mencari informasi”. Indikator ini memiliki nilai mean sebesar 3,69 dan berada pada kategori agak tinggi. Penilaian responden yang agak tinggi terhadap indikator MB1 ini mengindikasikan bahwa responden tertarik untuk mencari informasi mengenai susu HiLo Gold yang diiklankan. Menurut Fill (1995), kesadaran saja tidak cukup untuk menstimulasi aktivitas keinginan untuk membeli, tetapi pengetahuan tentang produk memang penting dan ini dapat dilakukan melalui ketersediaan informasi yang spesifik tentang atribut-atribut yang dimiliki oleh merek dari suatu produk. Hal ini sejalan dengan karakteristik wanita yang diungkapkan oleh Barletta (2004) dalam bukunya Marketing to Women, bahwa wanita mempunyai daftar kriteria yang panjang untuk menentukan suatu produk pilihannya. Apabila suatu produk dianggap memiliki informasi yang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan, maka wanita akan lebih loyal terhadap produk tersebut. Jurnal How to Market to Women (2003) yang ditulis oleh Popcorn dan Marigold juga mengatakan bahwa wanita lebih memperhatikan suatu hal hingga detail terkecil. Jadi responden pada penelitian ini beranggapan bahwa penting bagi mereka untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya akan susu HiLo Gold sebelum mereka memutuskan untuk membeli susu HiLo Gold tersebut.
Analisis Regresi Linear Tabel II ini menyajikan angka koefisiensi (R) dan angka koefisiensi
determinasi (R Square). Sehingga dari tabel ini dapat dilihat kekutaan hubungan melalui angka koefisien sebesar 0,541 yang menunjukkan kekuatan hubungan antarvariabel pada penelitian ini adalah kuat menuju sangat kuat. Angka koefisien tersebut bertanda positif yang memiliki arti bahwa hubungan antarvariabel adalah searah. Berarti, kekuatan hubungan terpaan iklan terhadap minat beli adalah kuat menuju sangat kuat dengan arah positif. Dengan demikian, hal ini menunjukkan bahwa semakin kuat nilai terpaan iklan maka semakin kuat pula nilai minat beli yang dihasilkan. Tabel II Model Summary Variabel Penelitian
Model 1
R .541a
R Square .292
Adjusted R
Std. Error of
Square
the Estimate
.270
.85418706
Sumber: Hasil pengolahan data menggunakan SPSS 17 for Windows
Pengaruh Terpaan..., Annesya fauliza Benediktha Manik, FISIP UI, 2013
R Square menunjukkan angka koefisiensi determinasi. Pada Tabel II di atas juga terlihat bahwa angka R Square atau koefisien determinasi menunjuk sebesar 0.292. Dengan demikian, 29,2% Minat Beli dipengaruhi oleh Terpaan Iklan televisi susu HiLo Gold versi kelas tari yang dilakukan. Ini artinya, terpaan iklan televisi susu HiLo Gold versi Kelas Tari memberikan pengaruh yang kecil terhadap minat beli dilihat dari perspektif marketing to women. Sedangkan presentase sisanya, yaitu sebesar 70,8% minat beli dipengaruhi oleh faktor lain di luar model regresi yang dilakukan dalam penelitian ini.
Pembahasan Hipotesis Utama Penelitian Pada uji ANOVA, batasan nilai signifikansi yang digunakan untuk menguji
hipotesis adalah 0.05. Jadi, apabila nilai signifikansi berada di bawah 0.05 maka Ho ditolak, sedangkan apabila nilai signifikansi berada di atas 0.05 maka Ho diterima. Berikut ini adalah hipotesis utama dalam penelitian ini adalah: Ho:
Tidak ada pengaruh signifikan antara terpaan iklan televisi susu HiLo Gold Versi Kelas Tari terhadap minat beli jika dilihat dari perspektif marketing to women.
Ha:
Ada pengaruh signifikan antara terpaan iklan televisi susu HiLo Gold Versi Kelas Tari terhadap minat jika dilihat dari perspektif marketing to women.
Tabel III ANOVA Sum of Model
Squares
Mean of Df
Square
1 Regression
28.955
3
9.652
Residual
70.45
96
.730
Total
99.000
99
F 13.228
Sig. .000a
Sumber: Hasil pengolahan data menggunakan SPSS 17 for Windows Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan SPSS 17 for Windows yang dapat dilihat pada Tabel III di atas, nilai signifikansi menunjukkan nilai 0.000 yang berarti Ho penelitian ini ditolak dan Ha diterima. Ini mengartikan bahwa terdapat pengaruh antara terpaan iklan terhadap minat beli. Seperti yang diungkapkan sebelumnya, Fill (1995) mengatakan bahwa setelah terterpa oleh komunikasi pemasaran iklan, konsumen akhirnya memutuskan suatu tindakan terhadap suatu
Pengaruh Terpaan..., Annesya fauliza Benediktha Manik, FISIP UI, 2013
produk. Hal ini menunjukkan proses saat iklan bekerja dan serangkaian tahapan yang harus dilalui oleh konsumen, dari mulai masih menjadi calon konsumen sampai menjadi pelanggan, yaitu dimulai dari ketidaksadaran akan merek suatu produk sampai pada tahap pembelian. Schiffman dan Kanuk (2008) mengatakan bahwa pengenalan konsumen terhadap kebutuhan atas suatu produk dapat dilakukan dengan usaha pemasaran, salah satunya dengan menciptakan komunikasi atau iklan antara produsen dengan konsumen dengan memanfaatkan unit media, salah satunya televisi. Hal ini digunakan para pemasar untuk membujuk para konsumen agar terciptanya minat beli.
Implikasi Manajerial Penelitian ini berimplikasi manajerial bahwa marketing manager harus
memiliki pemahaman yang baik terhadap respon iklan yang diberikan oleh audiens. Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti menganalisa apabila iklan yang ditayangkan dapat memiliki daya tarik iklan yang lebih, maka kemungkinan untuk mendapatkan prosentase pengaruh terhadap minat beli produk yang diiklankan akan menjadi semakin tinggi. Perlunya iklan yang memiliki daya tarik akan penjelasan dan pemberian solusi yang terperinci akan masalah osteoporosis untuk wanita lanjut usia sangat diperlukan, sehingga terciptanya kesadaran akan permasalahan yang dihadapi. Hasil penelitian yang dapat menjadi implikasi manajerial berikutnya adalah perihal tentang Source Oriented Thought, dimana orang atau produk yang ditampilkan dalam iklan tersebut dapat menjadi sumber informasi bagi audiens dalam menentukan pembelian sehingga iklan perlu menampilkan orang atau produk yang sesuai dengan target audiens yang dimiliki. Spokeperson atau spokeproduct yang memiliki citra baik di masyarakat dapat mewakilkan maksud dari suatu iklan, sehingga pemilihan juru bicara atau bintang iklan yang baik, dapat menimbulkan suatu kepercayaan di benak audiens untuk memiliki minat beli produk yang diiklankan tersebut. Misalnya iklan susu HiLo Gold yang menampilkan para lanjut usia dalam melakukan pencegahan osteoporosis, hal ini sejalan dengan target pasar susu HiLo Gold yaitu individu yang telah berumur 50 tahun ke atas. Selain itu, pemasar juga dapat ikut serta dalam program pemasaran yang melibatkan individu lanjut usia atau penyuluhan-penyuluhan tentang osteoporosis sehingga sesuai dengan tujuan dari susu HiLo Gold itu sendiri yaitu untuk mencegah dan mengurangi osteoporosis.
Pengaruh Terpaan..., Annesya fauliza Benediktha Manik, FISIP UI, 2013
Hasil penelitian terakhir yang dapat menjadi implikasi manajerial berikutnya adalah Ad Execution Thought yang merupakan pikiran yang ada pada benak audiens ketika melihat iklan tersebut. Hal ini tidak ditekankan pada pernyataan produk atau pesan langsung, tetapi reaksi terhadap faktor eksekusi iklan, seperti: kreativitas, kualitas efek visualisasi warna dan gerakan, dan nada suara yang ditampilkan. Konsep iklan yang ditampilkan pada iklan susu HiLo Gold, merupakan konsep visualisasi yang tidak memuat visual dan teks yang “bersih dan ringkas”, namun menampilkan kegiatan para usia lanjut yang aktif. Iklan yang tidak kosong semacam ini akan melekat dalam ingatan wanita dan akan menjadi faktor dalam terbentuknya minat beli. 6.
Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terpaan iklan televisi susu
HiLo Gold versi Kelas Tari terhadap minat beli dilihat dari perspektif marketing to women. Selanjutnya, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing dimensi terpaan iklan terhadap minat beli. Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada Bab 4, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat pengaruh terpaan iklan televisi susu HiLo Gold versi Kelas Tari terhadap minat beli dilihat dari perspektif marketing to women. 7.
Saran Berdasarkan simpulan yang didapat, maka peneliti mengajukan saran bahwa
HiLo Gold perlu melakukan optimalisasi daya tarik iklan dengan menampilkan kegiatan wanita aktif lanjut usia. Tampilan iklan yang seperti ini, diharapkan dapat menciptakan minat beli yang lebih tinggi terhadap audiens yang menyaksikan iklan HiLo Gold. 8.
Kepustakaan
Buku: Angipora, Marius P. 1999. Dasar-Dasar Pemasaran. Jakarta. Barletta, Martha. 2004. Marketing to Women: Mendongkrak Laba dari Konsumen Paling Kaya dalam Segmen Pasar Terbesar. Jakarta: Penerbit PPM. Belch, George E. dan Michael E. Belch. 2009. Advertising and Promotion: An Integrated Marketing Communication Perspective. New York: McGraw Hill. Fill, Chris. 1995. Marketing Communication: Frameworks, Theories, and Application. Great Britain: Prentica Hall.
Pengaruh Terpaan..., Annesya fauliza Benediktha Manik, FISIP UI, 2013
Hawkins, Del I. Best, Roger J. Coney, Kenneth A. 2004. Consumer Behavior. New York : The McGraw-Hill. Howard, John A. 1989. Consumer Behavior in Marketing Strategy. Prentice Hall Int. Malhotra, Naresh K. 2004. Riset Pemasaran: Pendekatan Terapan. (Soleh Rusyadi Maryam: Penerjemah). Jakarta: Indeks Kelompok Gramedia. Percy, Rositter. 1997. Advertising Ad International. In Norman Hart. Schiffman, Leon G. dan Leslie Lazar Kanuk. 2008. Perilaku Konsumen. Edisi ketujuh. Alih bahasa oleh Drs. Zoelkifli Kasip. Jakarta: PT INDEKS. Shimp, A. Terrance. 2003. Periklanan dan Promosi: Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu jilid 1. Alih bahasa oleh Revyani Syahrial dan Dyah Anikasari. Jakarta: Erlangga Jurnal: Ling Hu, Chao Chao Huang. 2009. The Effect of Frequent Commercial Exposure on Affective and Cognitive Response of Chinese-American Audience. Hsing Wu College. Moss, Gloria. Eve-olution: The Eight Truths of Marketing to Women. Journal of Brand Management, 2001 vol.1.
Pengaruh Terpaan..., Annesya fauliza Benediktha Manik, FISIP UI, 2013