Noviyanti1*, Indria Astuti2, N.Melly Nilawati Hamdah3 Pengaruh Terapi Pijat Terhadap Pengurangan Nyeri Persalinan …
PENGARUH TERAPI PIJAT TERHADAP PENGURANGAN NYERI PERSALINAN KALA I FASE AKTIF PADA IBU BERSALIN (STUDI KASUS DI KOTA BANDUNG) THE INFLUENCE OF MASSAGE THERAPY TO REDUCE PAIN SCALE OF INPARTU WOMAN IN THE ACTIVE PHASE OF THE FIRST STAGE OF LABOUR (A CASE STUDY IN BANDUNG CITY) Noviyanti1*, Indria Astuti2, N.Melly Nilawati Hamdah3 1
Stikes Jend. A. Yani Cimahi, Jl. Terusan Jenderal Sudirman Cimahi, Kota Cimahi dan 40533, Indonesia Stikes Jend. A. Yani Cimahi, Jl. Terusan Jenderal Sudirman Cimahi, Kota Cimahi dan 40533, Indonesia 3 Rskia Kota Bandung,Jl. Astana Anyar Np. 224, Kota Bandung dan 40242, Indonesia 2
Informasi Artikel: Diterima: Oktober 2015 Disetujui: September 2016
Kata kunci: Birth pain, nyeri persalinan, pijat endorfin, skala nyeri, kala I fase aktif Key Words Endorphin massage therapy, pain scale, active phase of the first stage of labor
ABSTRAK Nyeri persalinan merupakan nyeri yang timbul karena adanya kontraksi otot-otot uterus, hipoksia dari otototot yang mengalami kontraksi, peregangan serviks pada waktu membuka, iskemia korpus uteri, dan peregangan segmen bawah rahim. Salah satu cara penatalaksanaan nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri persalinan adalah dengan endorphin-induced massage. Pijat ini merupakan teknik sentuhan serta pemijatan ringan yang dapat menormalkan denyut jantung dan tekanan darah, serta meningkatkan kondisi rileks dalam tubuh ibu hamil dengan memicu perasaan nyaman melalui permukaan kulit. Teknik ini dapat meningkatkan pelepasan zat oksitosin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh endorphin-induced massage terhadap nyeri persalinan kala I fase aktif pada ibu bersalin. Penelitian menggunakan Pre Experimental Design dengan One Group Pretest-Posttest. Sampel penelitian berjumlah 36 responden dengan teknik pengambilan sampling Accidental. Pengumpulan data adalah melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner. Analisis data menggunakan univariat dan bivariat uji tdependent. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebelum dilakukan endorphin-induced massage, 33 (91,7%) responden mengalami skala nyeri berat dan, setelah dilakukan endorphin-induced massage, sebagian besar responden atau 32 orang (88,9%) mengalami nyeri sedang. Hal ini menunjukkan bahwa pijat ini memiliki pengaruh terhadap nyeri persalinan kala I fase aktif dengan p-value <0,05. Endorphin-induced massage disarankan untuk memberikan sebagai intervensi dan asuhan kebidanan pada ibu selama persalinan kala I fase aktif. ABSTRACT Labor pain is pain that arises because of the contraction of the muscles of the uterus, hypoxia of the muscle contraction, stretching of the cervix at the time of dilation, ischemia of the uterine corpus, and stretching of the lower uterine segment. One way to reduce the non-pharmacological management of labor pain is endorphin-induced massage. This massage is done by touching or light massage technique that can normalize heart rate and blood pressure and increase the relaxed conditions in the pregnant woman’s body by triggering a feeling of comfort through the skin surface. This technique can increase the release of oxytocin substance. This study aimed to determine the effect of endorphin-induced massage at the active phase of the first stage of labor of delivering mothers. This research used Pre Experimental Design with one group pretest-posttest. The samples included 36 respondents with accidental sampling technique. The collection of data was through interviews using a questionnaire. Analysis of data used univariate and bivariate by t-dependent test. The results showed that prior to the endorphin-induced massage, 33 (91.7%) of respondents experienced severe pain scale and, after the massage, the majority of respondents or 32 people (88.9%) had moderate pain. This showed that this massage had an influence on labor pain of the active phase of the first stage with a p-value of <0.05. Endorphin-induced massage is suggested to be provided as interventions and midwifery care in the mother during the active phase of the first stage of labor.
1
The Southeast Asian Journal of Midwifery Vol. 2, No.1, Oktober 2016, Hal: 1-8 nyeri serta tidak menyebabkan efek samping pada ibu dan bayi (Hidayat, 2006). Salah satu cara penatalaksanaan nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri persalinan dengan endorphin-induced massage. Pijat tersebut merupakan sebuah terapi sentuhan/pijatan ringan yang cukup penting diberikan pada wanita hamil, saat menjelang hingga melahirkan. Terapi pijat endorphin berfokus pada pengurangan nyeri persalinan melalui terapi pijatan yang dapat merangsang tubuh untuk melepaskan senyawa endorfin. Endorfin adalah senyawa dalam tubuh yang merupakan pereda rasa sakit dan dapat menimbulkan perasaan nyaman (Kuswandi, 2011). Endorfin dalam tubuh bisa dipicu munculnya melalui berbagai kegiatan, seperti pernapasan yang dalam, relaksasi, atau meditasi. (Kuswandi, 2011). Seorang ahli kebidanan yang bernama Constance Palinsky tergerak untuk menggunakan endorfin untuk mengurangi atau meringankan rasa sakit pada ibu yang akan melahirkan. Endorphin-induced Massage dapat menormalkan denyut jantung dan tekanan darah, serta meningkatkan kondisi rileks dalam tubuh ibu hamil dengan memicu perasaan nyaman melalui permukaan kulit. Teknik ini dapat meningkatkan pelepasan zat oksitosin, sebuah hormon yang memfasilitasi persalinan. Pijatan dimulai pada lengan atas kemudian turun hingga pada lengan bawah. Pijatan bisa juga dilakukan pada daerah bahu, punggung, leher dan juga paha (Mongan, 2009). Menurut Danuatmaja & Meiliasari (2004), ibu yang dipijat dua puluh menit setiap jam selama persalinan akan lebih terbebas dari rasa sakit. Hal ini disebabkan karena pijatan merangsang tubuh untuk melepaskan senyawa endorfin yang merupakan pereda rasa sakit. Pijat secara lembut membantu ibu merasa lebih segar, rileks, dan nyaman dalam persalinan serta dapat membuat ibu merasa lebih dekat dengan orang yang merawatnya. Sentuhan seorang yang peduli dan ingin menolong merupakan sumber kekuatan saat ibu sakit, lelah dan takut. Berdasarkan studi pendahuluan diruang bersalin RSKIA Kota Bandung, dari 227 pasien, 24 pasien dilakukan tindakan SC, 4 pasien
PENDAHULUAN
Nyeri persalinan dirasakan sebagai radiasi yang melintasi uterus dari daerah fundus ke punggung. Walaupun kadarnya berbeda, setiap orang pernah mengalami rasa nyeri saat persalinan dengan reaksinya berbeda-beda. (Danuatmaja, 2008). Niven dan Gijsbern (1984) menyatakan bahwa nyeri persalinan melebihi nyeri saat keadaan seseoarang mengalami sebuah penyakit. Nyeri persalinan yang lama menyebabkan hiperventilasi dengan frekuensi pernafasan 60-70 kali per menit sehingga menurunkan kadar PaCO2 ibu dan peningkatan pH. Apabila kadar PaCO2 ibu rendah, maka kadar PaCO2 janin juga rendah, sehingga menyebabkan deselerasi lambat denyut jantung janin. Nyeri juga menyebabkan aktivitas uterus yang tidak terkoordinasi yang akan mengakibatkan persalinan lama, yang akhirnya dapat mengancam kehidupan janin dan ibu (Mander 2003). Nyeri yang lama dan tidak tertahankan akan menyebabkan meningkatnya tekanan sistol sehingga berpotensi terhadap adanya syok kardiogenik (Zulkarnain, 2003). Nyeri persalinan yang tidak tertahankan mendorong ibu bersalin untuk menggunakan obat penawar nyeri seperti analgetik dan sedatif (Ridolfi dan Franzen, 2001), sedangkan obat-obat tersebut memberikan efek samping yang merugikan, yang meliputi hipoksia janin, resiko depresi pernapasan neonatus, penurunan Heart Rate/central nervus system (CNS) dan peningkatan suhu tubuh ibu yang dapat menyebabkan perubahan pada janin (Mander, 2003). Saat ini banyak sekali cara yang digunakan dalam menghilangkan nyeri persalinan. Cara tersebut adalah dengan tindakan medis dan tindakan non medis. Tindakan non medis, antara lain, adalah relaksasi, teknik pemusatan pikiran dan imajinasi, teknik pernafasan, hidroterapi, masase atau sentuhan terapeutik, hipnosis, akupuntur dan lain-lain. Tindakan tersebut mempunyai tujuan untuk distraksi yang dapat menghambat otak untuk mengeluarkan sensasi
Korespondensi penulis:
[email protected]
Journal-aipkind.or.id
2
Noviyanti1*, Indria Astuti2, N.Melly Nilawati Hamdah3 Pengaruh Terapi Pijat Terhadap Pengurangan Nyeri Persalinan …
dilakukan vacum ekstraksi dan 15 pasien menjalani partus spontan dengan perpanjangan fase aktif, yang diantaranya dikarenakan sebagian pasien mengalami nyeri persalinan dan tidak ingin mengedan. Selain itu, 10 wanita inpartu menyatakan bahwa mereka belum pernah mendengar tentang metode pijat untuk mengurangi nyeri persalinan, sehingga penelitian ini ingin melihat bagaimanakah pengaruh terapi pijat Endorphin terhadap nyeri persalinan kala I fase aktif pada ibu bersalin di RSKIA Kota Bandung. Menurut Engel (1970), nyeri sebagai suatu dasar sensasi ketidaknyamanan yang berhubungan dengan tubuh dimanifestasikan sebagai penderitaan yang diakibatkan oleh persepsi jiwa yang nyata, ancaman atau fantasi luka. Nyeri dapat diekspresikan melalui menangis, pengutaraan, atau isyarat perilaku (Mc Caffrey & Beebe, 1989 dikutip dari Betz & Sowden, 2002). Nyeri merupakan hal yang kompleks. Banyak faktor mempengaruhi pengalaman seseorang terhadap nyeri, diantaranya usia, jenis kelamin, kebudayaan, budaya dan etnisistas, kecemasan, pengalaman masa lalu dengan nyeri, dukungan keluarga sosial, serta gaya koping (Potter & Perry, 2006 dalam Andarmoyo, 2013). Menurut Torrance & Serginson (1997), tiga jenis sel saraf mempengaruhi proses penghantaran nyeri, yaitu sel syaraf aferen atau neuron sensori, serabut konektor atau interneuron, dan sel saraf eferen atau neuron motorik. Sel-sel syaraf ini mempunyai reseptor pada ujungnya yang menyebabkan impuls nyeri untuk dihantarkan ke sum-sum tulang belakang dan otak. Smeltzer & Bare (2002) menyebutkan bahwa kornu dorsalis dari medula spinalis dapat dianggap sebagai tempat memproses sensori dan juga terjadinya interconection antara sistem neural desenden dan traktus sensori asenden. Interconection neuron dalam kornu dorsalis yang ketika diaktifkan menghambat atau memutuskan pemberian informasi yang menyakitkan atau yang menstimulasi nyeri dalam jaras asenden. Seringkali, area ini disebut “gerbang” (Smeltzer & Bare, 2002). Teori cara mengendalikan nyeri merupakan proses terjadinya interaksi antara stimulus nyeri dan sensasi lain dan stimulasi serabut yang
mengirim sensasi tidak nyeri memblok transmisi impuls nyeri melalui sirkuit gerbang penghambat. (Wall, 1978 dikutip dari Smeltzer & Bare, 2002). Nyeri selama persalinan adalah satu hal yang membuat wanita merasa cemas. Nyeri saat persalinan merupakan proses yang fisiologis, meskipun pada tipe nyeri yang lain selalu disebabkan oleh suatu kecelakaan atau penyakit. (Kinney, 2002). Nyeri persalinan merupakan pengalaman subjektif tentang sensasi fisik yang terkait dengan kontraksi uterus, dilatasi dan penipisan serviks, serta penurunan janin selama persalinan (Arifin, 2008). Nyeri persalinan ditandai dengan adanya kontraksi rahim, kontraksi sebenarnya telah terjadi pada minggu ke-30 kehamilan yang disebut kontraksi Braxton hicks (Gadysa, 2009). Bonica dan McDonald (1995) menyatakan bahwa faktor berikut mendukung teori tersebut: peregangan otot polos, intensitas dan waktu nyeri, dan dilatasi serviks yang cepat pada wanita yang tidak melahirkan; mereka mengalami nyeri serupa dengan yang dirasakan selama kontraksi uterus. Rangsangan persalinan kala I ditransmisikan dari serat eferen melalui pleksus hipogastrik superior, inferior, dan tengah, rantai simpatik torakal bawah, dan lumbal, ke ganglia akar saraf posterior pada T10 sampai L1. Nyeri dapat disebarkan dari area pelvis ke umbilikus, paha atas, dan area midsakral. Pada penurunan janin, biasanya pada kala II, rangsangan ditransmisikan melalui saraf pudendal melalui pleksus sakral ke ganglia akar saraf posterior pada S2 sampai S4 (Patree, 2007). Menurut Perry dan Potter (2006), tiga cara untuk mengkaji intensitas nyeri yang biasa digunakan adalah Skala Deskriptif, Skala Numerik, dan Skala Analog Visual. Penelitian ini menggunakan skala VAS yang dilakukan pada ibu bersalin
3
The Southeast Asian Journal of Midwifery Vol. 2, No.1, Oktober 2016, Hal: 1-8 a.
Skala intensitas nyeri deskritif
b.
Skala identitas nyeri numeric
c.
Skala analog visual
Skala 10: Nyeri sangat berat (pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul). Mengatasi nyeri selama persalinan dapat menggunakan metode farmakologis dan non farmakologis (Kinney, 2002). Metoda nonfarmakologi dibagi menjadi tiga komponen yang saling berinteraksi sehingga mempengaruhi respon terhadap nyeri Melzack dalam Gadysa, 2009. Metode non farmakologis tersebut yaitu: a. motivasi-afektif (interpretasi setral dari pesan yang berada diotak yang dipengaruhi oleh perasaan, memori, pengalaman dan kultur seseorang) b. kognitif-evaluatif (interpretasi dari pesan nyeri yang dipengaruhi oleh pengetahuan, perhatian seseorang, c. kognitif dan evaluasi kognitif dari situasi) dan sensori-dikriminatif (pemberitahuan informasi keotak menurut sensasi fisik).
Gambar 1. Skala Intensitas Nyeri (Potter dan Ferry, 2006)
Rentang intensitas nyeri dapat ditentukan dengan 4 cara, yaitu dengan menggunakan skala intensitas nyeri baik yang berupa skala intensitas nyeri diskriptif sederhana, skala intensitas nyeri numeric 0 sampai dengan 10, dengan skala analog visual dan dengan menggunakan kuesioner McGill. Penggunaan skala intensitas nyeri ini didasarkan pada pertimbangan bahwa individu merupakan penilai terbaik dari nyeri yang dialaminya dan karenanya individu diminta 14 untuk memverbalkan atau menunjukkan tingkat nyerinya. Skala intensitas nyeri numeric (Potter & Perry, 2006) yaitu:
Intervensi yang termasuk dalam pendekatan nonfarmakologi adalah analgesia psikologis yang dilakukan sejak awal kehamilan, relaksasi, massage, stimulasi kuteneus, aroma terapi, hipnotis, akupuntur dan yoga. (Gadysa, 2009). Massage adalah tindakan penekanan oleh tangan pada jaringan lunak, biasanya otot tendon atau ligamen, tanpa menyebabkan pergeseran atau perubahan posisi sendi guna menurunkan nyeri, menghasilkan relaksasi, dan/atau meningkatkan sirkulasi (Henderson, 2006). Sebuah penelitian menyebutkan bahwa ibu yang dipijat selama 20 menit setiap jam selama tahapan persalinan akan lebih bebas dari rasa sakit. Hal itu terjadi karena pijat merangsang tubuh melepaskan senyawa endorfin yang merupakan pereda sakit alami. Endorfin juga dapat menciptakan perasaan nyaman dan enak. Dalam persalinan, pijat juga membuat ibu merasa lebih dekat dengan orang yang merawatnya. Sentuhan seseorang yang peduli dan ingin menolong merupakan sumber kekuatan saat ibu sakit, lelah, dan kuat. Banyak bagian tubuh ibu bersalin dapat dipijat, seperti kepala, leher, punggung, dan tungkai. Saat memijat, pemijat harus memperhatikan respon ibu, apakah tekanan yang diberikan sudah tepat (Danuatmadja dan Meiliasari, 2004).
Skala 0: tidak nyeri. Skala 1-3: nyeri ringan (secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik). Skala 4-6: nyeri sedang (secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik). Skala 7-9: nyeri berat (secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi). Journal-aipkind.or.id
4
Noviyanti1*, Indria Astuti2, N.Melly Nilawati Hamdah3 Pengaruh Terapi Pijat Terhadap Pengurangan Nyeri Persalinan …
Pijatan pada leher, bahu, punggung, kaki, dan tangan dapat membuat nyaman. Usapan pelan pada perut juga akan terasa nyaman saat kontraksi. Rencana untuk menggunakan pijatan atau sentuhan yang disukai dalam persalinan dapat dipilih sebagai berikut: sentuhan pelan dengan ketukan yang berirama, usapan keras, pijatan untuk melemaskan otot-otot yang kaku, dan pijatan keras atau gosokan di punggung (Simkin., Walley.,dan Keppler, 2008).
HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1: Distribusi frekuensi skala nyeri responden sebelum dilakukan pijat endorphin pada ibu bersalin Kala I Fase Aktif Skala Nyeri Responden Sebelum Nyeri Sedang Nyeri Berat Total
Jumlah
Persentase
3 33 36
8,3 91,7 100
Sumber: data primer tahun 2014
METODE PENELITIAN Populasi dalam penelitian ini adalah semua Ibu yang bersalin di RSKIA Kota Bandung selama periode penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pre Experimental Design dengan bentuk rancangan One Group Pretest-Posttest. Dalam penelitian ini, observasi dilakukan sebanyak 2 kali yaitu sebelum eksperimen dan sesudah eksperimen (Arikunto, 2010). Sebelum memberikan terapi pijat, peneliti mengukur tingkat nyeri responden dengan skala nyeri numeric dengan visual analogue scale (VAS). Setelah itu, peneliti melakukan terapi pijat yang dapat merangsang pengeluaran endorphin. Teknik pijat yang dilakukan berfokus pada tulang punggung mulai dari leher sampai sampai ke punggung bawah. Mulai dari tulang triangular sakrum dan terus ke panggul, pantat dan paha. Setelah terapi pijat, peneliti mengukur kembali tingkat nyeri ibu bersalin.
Berdasarkan tabel 1, sebagian besar skala nyeri responden sebelum dilakukan endorphininduced massage adalah nyeri berat yang dialami oleh 33 responden atau 91,7% dari total responden. Tabel 2. Distribusi frekuensi skala nyeri responden sesudah dilakukan pijat endorphin pada ibu bersalin Kala I Fase Aktif Skala Nyeri Responden Sesudah Nyeri Ringan Nyeri Sedang Total
Jumlah
Persentase
4 32 36
11,1 88,9 100
Sumber: data primer tahun 2014 Berdasarkan tabel 2, sebagian besar skala nyeri responden sesudah dilakukan endorphininduced massage adalah nyeri sedang yang dialami oleh 32 atau 88,9% responden.
Tabel 3 Perbedaan skala nyeri sebelum dan sesudah dilakukan Pijat Endorphin pada ibu bersalin Kala I Fase Aktif Variabel
Mean
SD
SE
Skala Nyeri Sebelum dilakukan pijat endorphin
7,61
0,838
0,140
Sesudah dilakukan pijat endorphin
4,33
0,717
p Value
N
Perbedaan Mean
SD
0,0000
36
3,278
0,513
0,120
Sumber: data primer tahun 2014
5
The Southeast Asian Journal of Midwifery Vol. 2, No.1, Oktober 2016, Hal: 1-8 Dari hasil penelitian pada tabel 3, rata-rata skala nyeri persalinan pada ibu bersalin sebelum dilakukan endorphin-induced massage adalah 7,61 dengan standar devisiasi 0,838. Setelah pijat, ratarata skala nyeri responden adalah 4,33 dengan standar devisiasi 0,717. Nilai mean perbedaan antara skala nyeri persalinan sebelum dan sesudah pijat adalah 3,278 dengan standar devisiasi 0,513. Hasil uji statistik mendapatkan nilai p<0,05, yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan ratarata skala nyeri persalinan pada ibu bersalin kala I fase aktif sebelum dan sesudah pemberian endorphin-induced massage. Skala nyeri persalinan responden sebelum pijat menunjukan bahwa 33 (91.7%) responden mempunyai keluhan nyeri berat dan 3 (8,3%) responden mempunyai nyeri sedang. Rata-rata skala nyeri yang dikeluhkan responden sebelum dilakukan intervensi adalah 7,61 yang menggambarkan bahwa sebagian besar responden mengeluh nyeri berat. Menurut Perry dan Potter (2006), nyeri tidak dapat diukur secara objektif misalnya dengan XRay atau tes darah. Namun demikian, tipe nyeri yang muncul dapat diramalkan berdasarkan tanda dan gejalanya. Tipe nyeri tersebut berbeda pada setiap waktu. Gambaran skala nyeri merupakan makna yang lebih objektif yang dapat diukur. Gambaran skala nyeri tidak hanya berguna dalam mengkaji beratnya nyeri, tetapi juga dapat mengevaluasi perubahan kondisi klien. Rasa nyeri pada persalinan kala I disebabkan oleh munculnya kontraksi otot-otot uterus, hipoksia dari otot-otot yang mengalami kontraksi, peregangan serviks pada waktu membuka, iskemia korpus uteri, dan peregangan segmen bawah rahim. Selama kala I, kontraksi uterus menimbulkan dilatasi serviks dan iskemia uteri. Impuls nyeri selama kala I ditransmisikan oleh segmen saraf spinal dan asesoris torasik bawah simpatis lumbaris. Nervus ini berasal dari uterus dan serviks. Ketidaknyamanan dari perubahan serviks dan iskemia uterus adalah saat nyeri visceral yang berlokasi di bawah abdomen menyebar ke daerah lumbal belakang dan paha bagian dalam. Biasanya, wanita merasakan nyeri pada saat kontraksi saja dan bebas dari nyeri selama relaksasi. Nyeri bersifat lokal seperti Journal-aipkind.or.id
sensasi kram, sensasi sobek, dan sensasi panas, disebabkan oleh distensi dan laserasi serviks, vagina dan jaringan perineum. Selama fase aktif, seviks berdilatasi (Bobak, 2004). Skala nyeri persalinan responden sesudah dilakukan endorphin-induced massage menunjukkan penurunan skala nyeri yang dirasakan oleh responden, dengan sebagian besar responden yang menunjukkan penurunan skala nyeri menjadi sedang yaitu 32 (88,9%) responden dan 4 responden dengan nyeri ringan (11,1%). Hal ini menunjukan bahwa pijat ini berpengaruh secara positif terhadap penurunan skala nyeri persalinan. Manfaat dari endorphin-induced massage adalah mengatur produksi hormon pertumbuhan dan seks, mengendalikan rasa nyeri serta sakit yang menetap, mengendalikan perasaan stres, serta meningkatkan sistem kekebalan tubuh, sehingga endorfin dalam tubuh bisa dipicu munculnya melalui berbagai kegiatan, seperti pernapasan yang dalam dan relaksasi, serta meditasi yang bisa dilakukan pada ibu hamil dan bersalin (Kuswandi, 2011). Metode pengontrolan nyeri secara nonfarmakologi sangat penting karena tidak membahayakan bagi ibu maupun janin, tidak memperlambat persalinan jika diberikan kontrol nyeri yang kuat, dan tidak mempunyai efek alergi maupun efek obat. Metoda nonfarmakologi dibagi menjadi tiga komponen yang saling berinteraksi, sehingga mempengaruhi respon terhadap nyeri, yaitu strategi motivasi-afektif (interpretasi setral dari pesan yang berada diotak yang dipengaruhi oleh perasaan, memori, pengalaman dan kultur seseorang), kognitifevaluatif (interpretasi dari pesan nyeri yang dipengaruhi oleh pengetahuan, perhatian seseorang, penggunaan strategi kognitif dan evaluasi kognitif dari situasi) dan sensoridikriminatif (pemberitahuan informasi ke otak menurut sensasi fisik) (Gadysa, 2009). Persalinan umumnya disertai dengan adanya nyeri akibat kontraksi uterus. Intensitas nyeri selama persalinan dapat mempengaruhi proses persalinan, dan kesejahteraan janin (Sumarah, 2009). Nyeri persalinan dapat menimbulkan stres yang menyebabkan pelepasan hormon yang berlebihan seperti katekolamin dan steroid. 6
Noviyanti1*, Indria Astuti2, N.Melly Nilawati Hamdah3 Pengaruh Terapi Pijat Terhadap Pengurangan Nyeri Persalinan …
Hormon ini dapat menyebabkan terjadinya ketegangan otot polos dan vasokonstriksi pembuluh darah. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan kontraksi uterus, penurunan sirkulasi uteroplasenta, pengurangan aliran darah dan oksigen ke uterus, serta timbulnya iskemia uterus yang membuat impuls nyeri bertambah banyak. (Sumarah, 2009) Endorphin-induced massage merupakan salah satu cara untuk mengurangi nyeri persalinan. Hal ini sesuai dengan teori Perry & Potter (2005) bahwa serabut kecil mentransmisikan sensasi nyeri yang keras yang mempunyai reseptor berupa ujung ujung saraf bebas di kulit dan struktur dalam seperti tendon, otot dan alat-alat dalam. Serabut besar mentransmisikan sensasi sentuhan, getaran, suhu hangat dan tekanan halus. Sebelumnya, di Rumah Sakit Ibu dan Anak Siti Aisyah Surabaya, penelitian mengenai hubungan pijat endorphin terhadap nyeri kala I persalinan dilakukan terhadap 28 sampel ibu bersalin yang diberikan terapi endorphin-induced massage untuk mengurangi nyeri persalinan. Hasilnya menunjukkan bahwa pijat ini memiliki efek untuk meningkatkan serum endorfin dan menurunkan nyeri persalinan pada ibu bersalin primigravida Menurut Mongan (2009), endorfin dapat meningkatkan pelepasan zat oksitosin, sebuah hormon yang memfasilitasi persalinan sehingga dapat mengurangi rasa nyeri. Endorphine-induced massage dapat meningkatkan pelepasan zat oksitosin sehingga dapat merangsang penurunan nyeri. Menurut Brunner dan Suddarth (2002), endorfin adalah neurotransmitter yang menghambat pengiriman rangsang nyeri sehingga dapat menurunkan sensasi nyeri. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian di dua BPS di Demak pada tahun 2011 mengenai pengaruh Endorphin-induced Massage terhadap intensitas nyeri kala I persalinan normal ibu primipara. Hasilnya menunjukkan bahwa endorphin-induced massage memiliki pengaruh terhadap intensitas nyeri kala I persalinan normal ibu primipara (p value = 0,000 < 0,05 (Iin Nurazizah, 2011). Pada penelitia ini, rata-rata skala nyeri setelah endorphin-induced massage terjadi perubahan jika dilihat dari rata-rata skala nyeri
sebelum dan sesudah, yaitu dari 7,61 (nyeri berat) menjadi 4,33 (nyeri sedang). Perbedaan nilai mean skala nyeri responden sebelum dan sesudah intervensi diuji dengan menggunakan uji t dependen adalah 3,278 dengan nilai p value 0,0000. Oleh karena itu, hasil analisis tersebut dapat disimpulkan menunjukan perbedaan yang signifikan dalam skala nyeri persalinan responden sebelum dan sesudah endorphin-induced massage. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa endorphininduced massage mempunyai pengaruh terhadap nyeri persalinan kala I fase aktif pada ibu bersalin.
KESIMPULAN Berdasarkan skala nyeri responden sebelum dilakukan pijat endorphin, sebagian besar responden berada pada nyeri berat. Sesudah dilakukan endorphin-induced massage, sebagian besar responden berubah dari skala nyeri berat menjadi skala nyeri sedang.
DAFTAR PUSTAKA A. Tamsuri. (2007). Konsep Dan Penatalaksanaan Nyeri EGC, Jakarta Adriana,E.(2007). Melahirkan tanpa Rasa Sakit. Jakarta : PT Buana Ilmu Populer. Alloy Mary J, Kane John P. (2002). Agen yang digunakan dalam hiperlipidemia. Dalam : Katzung Bertram. Farmakologi dasar dan klinik. Edisi 8. Jakarta : Salemba Medika,.h. 421-2 Andarmoyo, S. (2013). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. AR-RUZZ Media. Yogyakarta Aprilia, Y. (2010). Hipnostetri. Rileks Nyaman dan Aman saat Hamil dan Melahirkan. Jakarta. Gagas Media Arifin, L. (2008). Teknik Akupresur pada Persalinan. Diambil 22 September 2010, dari http://keperawatanmaternitas Arikunto (2010) Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Rineka cipta .Jakarta, Batbual, B. (2010). Hypnosis Hypnobrithing Nyeri Persalinan dan Berbagai Metode Penanganannya. Gosyen Publishing. Yogyakarta. Bobak. (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas edisi 4. Jakarta : EGC.
7
The Southeast Asian Journal of Midwifery Vol. 2, No.1, Oktober 2016, Hal: 1-8 Bonica JJ, Loeser JD. History of pain concepts and therapies. In : Loeser JD, editor. The Management of Pain, 3rd 27. 2002 Bruno Bissonette,Bernard Dalens. Pediatric Anesthesia Principle and Practice. In: Pediatric Pain Management.ed 1th. Mc.Graw Hill.2002,p.268-9. Danuatmaja, B., dan Meiliasari, M. (2008). Persalinan Normal Tanpa Rasa Sakit. Jakarta : Puspa Swara Depkes RI (2008). Asuhan Persalinan Normal, JNPK-KR, Jakarta Gadysa, G. (2009). Persepsi Ibu Tentang Metode Masase. Diambil 27 September 2010, dari http://luluvikar.wordpress Hidayat, A. (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika. Hidayat, A., dan Hidayat, M. (2008). Keterampilan Dasar Praktik Klinik Untuk Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika Iin nurazizah, dkk (2011) dalam http:jurnal.unimus.ac.id Kuswandi (2011). Keajaiban hypno-birthing. Jakarta : Pustaka Bunda Mander, R. (2004). Nyeri Persalinan. Jakarta : EGC alloy Mary J, Kane John P. Agen yang digunakan dalam hiperlipidemia. Dalam : Katzung Bertram. Farmakologi dasar dan klinik. Edisi 8. Jakarta : Salemba Medika, 2002.h. 421-2 Mander, R, (2003). Nyeri Persalinan. Jakarta : EGC MC. Kinney, et al. (2002). Maternal child nursing. Philadelphia : WB. Saunders Co Meiliasari, dan Danuatmadja. (2004). Persalinan Normal Tanpa Rasa Sakit, Jakrta: Puspa Suara Mochtar, R. (2007). Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC. Patree, B., Walsh.v.l. (2008). Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC Potter, P. (2006). Fundamental Keperawatan, Konsep, Proses dan Praktik, Edisi 4, Volume 2. Jakarta : EGC Potter, P. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik.Edisi 4.Volume 2. Alih Bahasa : Renata Komalasari,dkk. Jakarta: EGC. Prawirohardjo, S. (2002). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Regina, N. (2011). Asuhan Keperawatan Maternitas. Ghalia Indonesia. Bogor Journal-aipkind.or.id
Notoadmodjo , s (2010). Metodologi penelitian kesehatan.Jakarta : Rineka cipta Riyanto, (2011). Pengolahan dan Analisis data kesehatan. Yogyakarta: Nuha medika Ridholfi. (2001). Shiatsu Untuk Wanita. Jakarta: Arcan. Simkin, P., Walley, J., dan Keppler, A. (2008). Panduan Praktis Bagi Calon Ibu: Kehamilan dan Persalinan. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer Smeltzer C. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC : Jakarta Sugiyono (2011) Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta cetakan ke 12 Zulkarnain. (2003). Pengaruh Pemberian Ketorolac Untuk Mengurangi Nyeri Pada Persalinan Kala I Fase Aktif ; Tesis. Bagian/SMF Obsgyn FK UGM RSUP Dr Sarjito. Prosedur: Yogyakarta..
8
Endah Puji Astuti1*, Ratna Prahesti 2, Ana Dwi Andriyani 3 Gambaran Tingkat Kejadian Anemia…
GAMBARAN TINGKAT KEJADIAN ANEMIA DAN PERKEMBANGAN BALITA USIA 6 - 60 BULAN An OVERVIEW of the DEVELOPMENT of TODDLERS ages 6 to 60 MONTHS and the INCIDENCE RATE of ANEMIA on the Group Endah Puji Astuti1*, Ratna Prahesti 2, Ana Dwi Andriyani 3 123
Stikes A. Yani Yogyakarta, Jln. Ringroad Barat Gamping Sleman Yogyakarta Kode Pos 552894 Indonesia
Informasi Artikel: Diterima: Mei 2016 Disetujui: Oktober 2016
Kata kunci: Balita, perkembangan balita, Anemia, anemia balita
ABSTRAK Di Indonesia lebih dari separuh anak bawah lima tahun (balita) mengalami masalah gizi kurang atau malnutrisi. Malnutrisi dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan, penurunan fungsi kognitif, psikomotor dan daya tahan tubuh anak, karena pada umumnya anak yang malnutrisi selain kekurangan energi dan protein juga mengalami kekurangan berbagai mikronutrien. Tujuan penelitaian untuk mengetahui gambaran perkembangan balita dan tingkat kejadian anemia pada kelompok tersebut. Jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah semua balita usia 6 bulan – 5 tahun sebanyak 603 balita. Sampel diambil dengan purposive sampling sebanyak 158 balita. Pengambilan data primer menggunakan penilaian Denver Development Screening Test (DDST) dan Digital Haemoglobin Test. Analisis yang digunakan adalah kendall’s tau. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 49,4% balita mengalami anemia ringan, dan 69,6% berada dalam perkembangan normal. Mayoritas balita yang mengalami anemia tetap memiliki perkembangan normal. ABSTRACT In Indonesia, there are more than half of under-five children suffer from malnutrition resulting in growth retardation, the decrease of cognitive function, psychomotor and the immune system of children. These problems occur because children suffering from malnutrition will experience lack of energy and protein as well as the shortage of some important micronutrients. The purpose of the research to know the description of the development of toddlers and the incidence rate of anemia on the group. This was an analyticalcorrelation research which involved a cross sectional approach. The population of the research included 603 toddlers aged 6 months-5 years old with research samples by 158 toddlers taken by purposive sampling. The primary data were collected using Denver Development Screening Test (DDST) dan Digital Haemoglobin Test. The analysis used Kendall’s tau. The result showed that 49,4% of toddlers suffered from mild anemia, and 69,6% of them had normal development. The majority of toddlers suffering from anemia also had normal development.
9
The Southeast Asian Journal of Midwifery Vol. 2, No.1, Oktober 2016, Hal: 9-12 PENDAHULUAN
METODE PENELITIAN Jenis penelitian deskriptifbdengan pendekatan cross sectional yaitu dalam waktu bersamaan balita diperiksa Hb dan perkembangannya menggunakan lembar DDST (Denver Development Screening Test). Populasi dalam penelitian adalah semua balita usia 6-60 bulan di salah satu desa di daerah Gamping Sleman Yogyakarta yang mengikuti posyandu. Jumlah sampel 158 balita yang diambil dengan metode purposive sampling. Hasil pengukuran anemia dikategorikan menjadi normal/tidak anemia, anemia ringan, sedang, dan berat (WHO, 2002). Pengukuran tingkat perkembangan balita menggunakan instrument Denver Development Screening Test (DDST)
Pembangunan nasional bertujuan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia secara berkesinambungan dan berkelanjutan. Kualitas sumberdaya manusia ditentukan oleh keberhasilan tumbuh kembang pada masa kanak-kanak (Depkes RI 2000). Investasi yang dimulai sejak dini (usia anak-anak) dianggap paling menguntungkan di dalam pembangunan SDM. Faktor utama yang mempengaruhi tumbuh kembang anak diantaranya adalah faktor gizi, kesehatan dan pengasuhan (caring) yang terkait satu sama lain. Anak kekurangan gizi memiliki IQ yang kurang, hal ini bukan hanya disebabkan oleh makanan saja, tetapi lebih disebabkan oleh kekurangan stimulus dari orang tua yang biasanya juga menderita kekurangan gizi. Umur anak di bawah 5 tahun merupakan periode yang menentukan kualitas hidupnya di masa yang akan datang. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan merupakan masalah yang sering dijumpai di masyarakat, tetapi terkadang kurang mendapatkan penanganan yang tepat. Banyak orangtua yang menunda penanganan keterlambatan perkembangan mengakibatkan prognosis yang kurang baik. Clark (2008) mengungkapkan bahwa malnutrisi dalam wujud anemia defisensi besi memberikan dampak yang luas termasuk menurunkan kapasitas kerja, menurunkan regulasi panas, disfungi imunitas, gangguan saluran cerna, dan menurunkan kemampuan kognitif. Olney, et al (2007) mengungkapkan bahwa anak yang kurang gizi mengalami hambatan dalam perkembangan motorik, demikian pula dengan anak yang anemia defisiensi besi. Sejalan dengan pedapat Sutaryo (2003), tingginya prevalensi anemia, terutama anemia akibat kekurangan besi, dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan, karena besi sangat diperlukan untuk pembelahan sel dan sintesis hemoglobin, juga beperan pada sintesis DNA, neurotransmiter dan sitokrom mitikodria. Jadi, kekurangan besi dapat menggangu sintesis DNA.
Journal-aipkind.or.id
HASIL DAN PEMBAHASAN Dibawah ini adalah karakteristik demografi balita yang menjadi sampel penelitian. Tabel 1: Karakteristik Balita Karakteristik Usia 6-24 bulan 25-48 bulan 49-60 bulan Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Pendidikan anak usia dini Ikut PAUD Tidak ikut PAUD Pemberian ASI ASI eksklusif Tidak ASI eksklusif (Sumber: Data Primer, 2015)
N
%
67 74 17
42,41 46,84 10,76
76 82
48,1 51,9
83 75
52,53 47,47
112 46
70,89 29,11
Tabel 1 menunjukkan bahwa mayoritas balita berumur 13-60 bulan (86,07%), berjenis kelamin perempuan (51,9%), mengikuti PAUD (52,53%) dan diberikan ASI eksklusif (70,89%). Perkembangan balita dideskripsikan dalam tabel sebagai berikut:
10
Endah Puji Astuti1*, Ratna Prahesti 2, Ana Dwi Andriyani 3 Gambaran Tingkat Kejadian Anemia…
lingkungan, yaitu tempat anak tersebut hidup yang berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak (provider). Hubungan anak dengan lingkungan berpengaruh misalnya dalam proses perkembangan bahasa pada anak yang jarang diberi stimulasi, atau jarang diajak bicara atau mendengar orang lain berbicara akan lebih lambat mempunyai ketrampilan berbicara. Kondisi psikologis dari lingkungan juga berpengaruh. Seorang anak yang tidak dikehendaki oleh orangtuanya atau anak yang selalu merasa tertekan dapat mengalami hambatan dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Pada pola asuh, interaksi ibuanak sangat memengaruhi tumbuh kembang anaknya. Perkembangan akan berbeda antara anak yang di asuh oleh ibu atau oleh pembantu ataupun nenek dari balita tersebut. Menurut Departemen kesehatan (2005), beberapa faktor mempengaruhi perkembangan, yaitu ras/etnik atau bangsa, keluarga, umur, jenis kelamin, genetik, asupan gizi, adanya infeksi, kelainan imunologi, faktor psikologis, lingkungan, sosial ekonomi, pola asuh, dan stimuasi. Perkembangan fisik, khususnya kemampuan motorik kasar, akan meningkat dengan sempurna dalam permainan yang aktif, bebas dan tidak terstruktur. Dalam penelitian ini, sebagian besar balita terbiasa bermain diluar rumah dengan teman-temannya seperti bermain bola, lari-lari, loncat-loncat dan lain sebagainya.
Tabel 2: Gambaran perkembangan Balita Perkembangan N % Normal 110 69,6 Suspect 48 30,4 Total 158 100 (Sumber: Data Primer, 2015) Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar balita mengalami perkembangan normal, yaitu 110 responden (69,6%). Anemia pada balita dideskripsikan dalam tabel sebagai berikut: Tabel 3 :
Gambaran kejadian anemia Pada Balita Klasifikasi Anemia N % Tidak anemia/Normal 62 39,2 Anemia ringan 78 49,4 Anemia sedang 14 8,9 Anemia berat 4 2,5 Total 158 100 (Sumber: Data Primer, 2015) Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar balita mengalami anemia ringan, yaitu 78 responden (49,4%).
Gambaran Perkembangan Balita Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diprediksikan. Sebagai hasil dari proses pematangan menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel -sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ, dan sistem organ yang berkembang sedemikaian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya termasuk juga perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungan. Hasil penelitian perkembangan ini menunjukkan bahwa paling banyak balita mengalami perkembangan normal, yaitu 69,6% dan suspect 30,4%. Faktor yang berperan terhadap terjadinya perkembangan balita yang normal maupun suspect adalah, contohnya, faktor
Gambaran tingkat kejadian Anemia pada Balita Sebagian besar mengalami anemia ringan, yaitu 49,4% dan hanya 2,5% yang mengalami anemia berat. Menurut Nursalam (2005), anemia defisiensi zat besi (Fe) merupakan anemia yang terjadi karena kekurangan zat besi yang merupakan salah satu bahan baku pembuat haemoglobin. Anemia difisiensi zat besi disebabkan asupan nutrisi yang tidak seimbang seperti kekurangan zat besi, vitamin B 12, asam folat, itamin C dan protein sel darah merah (eritrosit) Sudarti (2010). Balita yang tidak mengalami anemia (normal) adalah 39,2%, dan yang diberikan ASI eksklusif sampai usia 6 bulan adalah sebanyak 70,89%. Setelah usia 1 tahun, beberapa orangtua 11
The Southeast Asian Journal of Midwifery Vol. 2, No.1, Oktober 2016, Hal: 9-12 mengatakan bahwa anaknya mengalami susah makan, lebih suka makan snack dan minum susu formula dibandingkan memakan sayur, lauk dari hewani maupun buah-buahan. Banyak orangtua yang merasa tenang walaupun anaknya mengalami susah makan tapi mau minum susu formula setiap hari. Kebiasaan ini bisa menyebabkan anemia pada balita, yang sesuai pendapat Arisman (2004) bahwa anemia defisiensi zat besi pada balita biasanya terjadi pada anak yang terlalu banyak mengonsumsi susu sehingga enggan untuk menyantap makanan lain terutama sayuran hijau. Rendahnya konsumsi zat besi akan berpengaruh terhadap status gizi anak balita dan dapat terjadi kekurangan zat besi, sehingga mengakibatkan kadar hemoglobin (Hb) darah menurun dan menyebabkan anemia. Untuk mengatasi hal ini, selain diberikan suplementasi zat besi, anak harus pula diberi dan dibiasakan menyantap makanan yang mengandung zat besi antara lain umbi-umbian, sayuran, kacang, daging, ikan, unggas, dan lain-lain. Hal ini menunjukkan bahwa baik buruknya status gizi seseorang dapat dilihat salah satunya dari konsumsi makanannya. Kebanyakan anak balita mengalami susah makan, sehingga asupan makanannya berkurang, terutama zat besi, dan akhirnya pertumbuhan dan perkembangannya terhambat.
DAFTAR PUSTAKA Arisman. 2004. Gizi dalam kehidupan : buku ajar ilmu gizi. Buku kedokteran. EGC : Jakarta Clark, SF. 2008. Iron Deficiency Anemia. Nutrition in Clinical Practice, 23(2): 128-141 Departemen Kesehatan RI dan JICA. 2000. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta. DepKes RI. 2005. Manajemen laktasi buku panduan bagi bidan dan petugas kesehatan di puskesmas. http://www.depkes.go.id. Diakses 10 April 2015. Irianto, K dan Waluyo, K. 2004. Gizi dan pola hidup sehat. Yrama Widya : Bandung. Notoatmodjo, S. 2007. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Nursalam, dkk. 2005. Asuhan keperawatan bayi dan anak ( untuk perawat dan bidan) Edisi 1. Jakarta : Salemba Medika. Olney,DK., dkk. 2007. Young Zanzibar Children with Iron Deficiency, Iron Deficiency Anemia, Stunting, or Malaria HaveLower MotorActivity Scores and Spend Less Timein Locomotion. J. Nutr; 137:2756-62 Sutaryo. Aspek Klinis Anemia Defisiensi Besi. Dalam : Seminar Anemia Defisiensi Besi, Yogyakarta, April, 2003.
KESIMPULAN Pada penelitian ini, sebagaian besar balita mengalami perkembangan normal dan anemia ringan. Akan tetapi, anemia pada balita dalam penelitian ini tidak mempunyai hubungan dengan perkembangannya.
Journal-aipkind.or.id
Sudarti. 2010. Asuhan kebidanan neonatus, bayi dan anak balita. Yogyakarta ; Nuha Medika. Zulaikah S, Setyo P dan Listyani H. 2014. Anemia Terhadap Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak Malnutrisi. Jurnal Kesehatan Masyarakat Volume 2, Nomer 9 hal 106-114. http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kema s
12
The Southeast Asian Journal of Midwifery Vol. 2, No.1, Oktober 2016, Hal: 13-23
PERAN PUSAT INFORMASI DAN KONSELING (PIK-KRR) TERHADAP PERILAKU SEKSUAL BERISIKO PADA SMPN TERPILIH DI JAKARTA SELATAN TAHUN 2016 The ROLE of INFORMATION and COUNSELING CENTER (PIK-KRR) against RISKY SEXUAL BEHAVIOR on SMP in SOUTH JAKARTA, 2016
Putri Andriani18 1
Akademi Kebidanan Pelita Persada, Jakarta Indonesia
Informasi Artikel Diterima: Mei 2016 Disetujui: Oktober 2016 Kata kunci: Kesehatan Reproduksi Perilaku Seksual Berisiko PIK KRR Tingkat Pengetahuan Sikap
Keywords: Reproductive Health Risky Sexual Behavior PIK KRR Level of Knowledge, Teenage attitude
ABSTRAK Seksualitas adalah salah satu TRIAD kesehatan reproduksi remaja yang perlu penanganan yang serius agar remaja tidak terjerumus kedalam perilaku seksual yang berisiko. Salah satu cara untuk mencegah perilaku seksual berisiko adalah dengan meningkatkan pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi melalui pendidikan kesehatan reproduksi di sekolah. Penelitian ini adalah studi komparatif dengan menggunakan metode pendekatan cross sectional yang dilakukan di dua SMPN yang telah dan yang belum memiliki fasilitas PIK KRR dengan jumlah sampel 136 orang. Cara pengambilan sampel menggunakan simple random sampling sedangkan analisa data menggunakan uji non parametric Mann Whitneyy. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan rata-rata yang signifikan antara sikap terhadap perilaku seksual berisiko (p=0.000) dan tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi (p=0.000) antara sekolah yang telah memiliki dan belum memiliki fasilitas PIK KRR. Pada analisis bivariat, terdapat hubungan antara perilaku seksual dengan jenis kelamin, akses media pornografi, sikap pada jenis kelamin, sikap pada relijiusitas, sikap pada akses media pornografi, sikap pada pengaruh teman sebaya dan tingkat pengetahuan pada relijiusitas. Penelitian ini menyimpulkan bahwa tingkat pengetahuan memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku seksual berisiko di kalangan remaja di dua sekolah sebagai tempat penelitian ini.
ABSTRACT Sexuality among teenagers needs to be directed seriusly into behavior that does not bring any risks. One of the intervention given to adolescent reproductive health concerning sexuality is by providing reproductive education to schools. This was a comparative study using a cross sectional method in two junior high school which had and did not have the Information and Counseling Center of Reproductive Health (PIK-KRR) amounted to 136 samples. Data was analyzed with Mann Whitney test. This research showed that there was a significant difference in attitute in risky sexual behaviour (p=0.000) and knowledge level of health reproduction (p=0.000) between school which had and did not have PIK-KRR. In bivariate analysis, there was a significant difference in gender to risky sexual activity, porn media access to risky sexual activity, gender to attitude of risky sexual behaviour, religiousity to attitude, attitude to porn media access, attitude to peer affect (p=0.004) and religiousity to knowledge level of health reproduction. This study concluded that the level of knowledge had a significant relationship with risky sexual behavior among adolescents at the two study sites.
Journal-aipkind.or.id
13
Putri Andriyani Peran Pusat Informasi Dan Konseling (Pik-Krr) Terhadap …..
PENDAHULUAN
Penelitian Fenny Etrawati di Kabupaten Merauke pada tahun 2013 menunjukkan bahwa sebanyak 48.2% remaja telah melakukan perilaku seksual berisiko. Sementara itu di kota Tasikmalaya, penelitian yang dilakukan oleh Bulqini pada tahun 2013 menyebutkan bahwa sebanyak 11.5% dari responden telah melakukan hubungan seksual dengan usia termuda pertama kali melakukan hubungan seksual yaitu 12 tahun. Laporan tahunan PKBI mencatat bahwa prevalensi remaja yang melakukan hubungan seksual di kota-kota besar seperti Jakarta dan Bandung mencapai 21-30%. Dari tahun ke tahun, perilaku seksual berisiko mulai bergeser ke arah usia remaja yang lebih awal. Segala bentuk permasalahan yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja sebenarnya masih dapat dicegah. Salah satunya adalah dengan meningkatkan pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi melalui pendidikan kesehatan reproduksi yang dibawa ke dalam instistusi yang paling dekat dengan remaja, yaitu sekolah. Salah satu program pendidikan kesehatan reproduksi yang tersedia untuk remaja adalah PIKKRR (Pusat Informasi Konseling – Kesehatan Reproduksi Remaja) yang diluncurkan oleh BKKBN. PIK-KRR adalah salah satu wadah dari dan untuk remaja dalam rangka meningkatkan ketahanan remaja dari TRIAD masalah kesehatan reproduksi remaja. Data Badan Pemberdayaan, Masyarakat, Perempuan dan Keluarga Berencana (BPMPKB) Jakarta Tahun 2013 menyebutkan bahwa BKKBN telah membentuk PIK-KRR di beberapa sekolah dan universitas di Jakarta. Berdasarkan data yang didapatkan dari BKKBN Jakarta Selatan, dari total 308 SMP baik swasta dan negeri yang terdaftar di Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta, hanya sekitar 28 SMP memiliki fasilitas Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja. Angka ini tentunya masih sangat jauh dari harapan bahwa setiap sekolah layaknya memiliki fasilitas PIK KRR. Program PIK KRR diharapkan mampu untuk merubah atau menekan faktor-faktor yang dapat menyebabkan perilaku seksual yang berisiko di kalangan remaja melalui pemberian informasi dan edukasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan TRIAD KRR, yaitu dampak negatif perilaku seksual remaja, aborsi yang tidak aman,
Kualitas kehidupan remaja tidak dapat terlepas dari kualitas kesehatan, terutama kesehatan reproduksinya sebagai calon penerus bangsa. Remaja dihadapkan pada beberapa risiko masalah kesehatan yang terangkum dalam TRIAD KRR, yaitu risiko yang berhubungan dengan seksualitas (Kehamilan Tidak Diinginkan, Infeksi Menular Seksual dan Aborsi), penyalahgunaan NAPZA dan HIV/AIDS. Seksualitas dan remaja memang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Hal ini disebabkan karena pada fase remaja terjadi perubahan-perubahan hormonal yang sangat cepat. Perubahan ini yang kemudian dapat memicu masalah-masalah yang berkaitan dengan perilaku seksual berisiko. Perilaku seksual berisiko didefinisikan sebagai aktivitas seksual yang dilakukan dengan pasangan dengan aktivitas seksual tersebut yang mengarah kepada dorongan seksual, misalnya berpelukan, berciuman, saling meraba sampai dengan berhubungan seksual. Secara global, perilaku seksual berisiko pada remaja terjadi di banyak negara di dunia. Di Indonesia, berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Tahun 2012 terdapat peningkatan prosentase remaja yang mulai berpacaran sebelum usia 15 tahun, yaitu sebanyak 19% pada remaja pria dan 24% pada remaja perempuan pada tahun 2007, yang meningkat menjadi 28% pada remaja pria dan 27% pada remaja perempuan pada tahun 2012. Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia pada tahun 2007 juga menyebutkan bahwa pengalaman berpacaran remaja di Indonesia cenderung semakin berani dan terbuka. Hal ini diperkuat dengan data bahwa sebanyak 41.2% remaja laki-laki dan sebanyak 29,3% remaja perempuan pernah berciuman dan sebanyak 26,5% remaja laki-laki dan 9,1% remaja perempuan pernah meraba/merangsang pasangan. Beberapa penelitian di kota-kota besar lainnya di Indonesia juga memberikan gambaran bahwa perilaku seksual berisiko pada remaja sudah menjadi hal yang wajar pada masa remaja.
14
The Southeast Asian Journal of Midwifery Vol. 2, No.1, Oktober 2016, Hal: 13-23 kehamilan remaja, infeksi menular seksual dan HIV/AIDS serta penggunaan NAPZA. Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mendapatkan informasi mengenai distribusi frekuensi perilaku seksual berisiko pada siswa siswi di SMPN terpilih 2. Untuk mendapatkan informasi apakah terdapat perbedaan variabel dependen (sikap, tingkat pengetahuan dan perilaku seksual berisiko) antara sekolah yang telah menerapkan PIK KRR (SMPN X) dan yang belum menerapkan PIK KRR (SMPN Y) di DKI Jakarta 3. Untuk mendapatkan informasi apakah terdapat perbedaan antara variabel independen (jenis kelamin, sikap, tingkat pengetahuan, akses media pornografi, pengaruh teman dan komunikasi dengan orang tua terhadap perilaku seksual berisiko.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis data dari 136 responden mengenai perilaku seksual menunjukkan skor ratarata untuk perilaku seksual siswa/I SMPN X sebanyak 86.75 dengan nilai minimum 36 dan nilai maksimum 100. Untuk perilaku seksual siswa/i SMPN Y, skor rata-rata adalah 84.22 dengan nilai minimum 36 dan nilai maksimum 100. Pada variabel tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, nilai rata-rata atau mean dari siswa/I SMPN X adalah 81.4 dan SMPN Y adalah 66. Skor untuk variabel tingkat pengetahuan SMPN X adalah 15.4 poin lebih tinggi dibandingkan dengan skor SMPN Y. Pada variabel sikap mengenai perilaku seksual berisiko, skor rata-rata untuk siswa/I SMPN X adalah 93.09 dan untuk SMPN Y adalah 88.12. Tabel 1: Statistik Deskriptif , Perilaku, Sikap dan Tingkat Pengetahuan
METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang menggunakaan metode analitik dengan rancangan cross sectional komparatif yang membandingkan dua sampel. Penelitian ini menggunakan data primer dalam bentuk angket/kuesioner yang disebar ke responden penelitian. Populasi pada penelitian ini adalah siswa/i SMPN terpilih di dua sekolah, yang telah memiliki Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja dan yang belum memiliki fasilitas tersebut. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 136 siswa/i dari dua sekolah. Pengambilan sampel menggunakan metode simple random sampling sedangkan analisa data menggunakan uji Mann Whitney.
Journal-aipkind.or.id
SKOR
15
SMPN X
SMPN Y
TOTAL
Perilaku Seksual Berisiko Mean Median Modus Minimun Maximum
86.75 90.91 100 36 100
84.22 91.00 100 18 100
85.49 91.00 100 18 100
Tingkat Pengetahuan Mean Median Modus Minimal Maksimal
81.4 84 95 26 100
66 68 89 15 100
73.82 79 89 15 100
Sikap Mean Median Modus Minimal Maksimal
93.09 94 96 76 100
88.12 90 86 58 100
90.65 92.00 92.00 58 100
Putri Andriyani Peran Pusat Informasi Dan Konseling (Pik-Krr) Terhadap ….. Tabel 2: Statistik Deskriptif Variabel Independen SMPN X dan SMPN Y variabel
jenis kelamin laki-laki perempuan relijiusitas kurang baik akses media pornografi rendah tinggi pengaruh teman sebaya rendah tinggi komunikasi dengan orangtua rendah tinggi
smpn x n %
smpn y n %
19 49 68
27.9 72.1
19 49 68
27.9 72.1
18 50 68
26.5 73.5
26 42 68
38.2 61.8
45 23 68
66.2 33.8
23 45 68
33.8 66.2
31 37 68
22 46 68
45.6 54.4
32.4 67.6
45 23 68
30 38 68
Tabel 4: Gambaran Sikap Terhadap Perilaku Seksual Berisiko
total n
136
100
136
100
136
sub variabel sikap terhadap perilaku seksual berisiko pendidikan kesehatan reproduksi membuat remaja ingin melakukan perilaku seksual keperawanan harus dijaga sampai pernikahan melakukan hubungan seksual di luar nikah adalah hal memalukan keperawanan dan keperjakaan bukan hal yang penting lagi di zaman modern seperti saat ini hubungan seks di luar nikah tidak masalah asalkan suka sama suka berpelukan dan berciuman adalah bukti kasih saying kepada pacar tegas menolak jika pacar meminta untuk berhubungan seksual remaja perlu pengalaman seksual agar tidak canggung setelah menikah pendidikan kesehatan reproduksi perlu diberikan kepada remaja keperjakaan harus dijaga sampai pernikahan
%
100
66.2 33.8 136
100
44.1 55.9 136
100
Pada perilaku seksual berisiko berciuman bibir, terdapat 1 orang di SMPN X dan 1 orang di SMPN Y, sedangkan untuk perilaku meraba/diraba daerah sensitif oleh pasangan, terdapat 1 orang di SMPN Y Tabel 3: Gambaran Perilaku Seksual di SMPN X dan Y SUB VARIABEL PERILAKU SEKSUAL Jalan / makan berdua Mengobrol berdua Menonton bioskop berdua Berpegangan tangan Berpelukan Cium kening Berciuman bibir Meraba / diraba di daerah semsitif oleh pasangan Saling menempelkan kelamin Berhubungan seksual Melakukan masturbasi/onani
SMPN X n %
SMPN Y n %
21
30.9
26
38.2
0.369
38
55.9
39
57.4
0.863
15
22.1
16
23.5
0.839
15 3 3 1
22.1 4.4 4.4 1.5
20 1 2 1
29.4 1.5 2.9 1.5
0.329 0.312 0.650 1.000
0
0
1
1.5
0.317
0
0
0
0
1.000
0
0
0
0
1.000
5
7.4
13
19.1
0.044*
P
sikap positif smpn x smpn y n % n % 47 69.1 30 44.1
0.000*
65
95.6
61
89.7
0.183
65
95.6
58
85.3
0.049*
53
77.9
47
69.1
0.222
56
82.4
43
63.2
0.007*
60
88.2
49
72.1
0.388
60
88.2
43
63.2
0.000*
51
75
55
80.9
0.418
37
54.4
56
82.3
0.077
61
89.7
51
75
0.021*
p
Jika dilihat pada Tabel 4, sikap positif dengan nilai tertinggi adalah pada item keperawanan harus dijaga sampai ke pernikahan dan untuk item dengan nilai terendah adalah pada pendidikan kesehatan reproduksi remaja yang membuat remaja ingin melakukan aktivitas seksual.
16
The Southeast Asian Journal of Midwifery Vol. 2, No.1, Oktober 2016, Hal: 13-23 Tabel 5: Gambaran Tingkat Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi SUB VARIABEL PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI Mimpi basah adalah cirri pubertas lakilaki Dada bidang adalah cirri pubertas perempuan Organ yang memproduksi sperma Fungsi testis Masa subur perempuan Kehamilan bisa terjadi meski hanya satu kali berhubungan intim Kehamilan bisa dicegah dengan mencuci kemaluan setelah berhubungan intim Penyebab penyakit menular seksual Keluar cairan seperti nanah dari kemaluan adalah tanda gejala terkena penyakit menular seksual pada laki-laki Rasa nyeri dan panas seperti terbakar pada saat buang air kecil adalah tanda gejala terkena penyakit menular seksual pada laki-laki Rasa gatal pada kemaluan adalah salah satu tanda gejala terkena penyakit menular seksual pada laki-laki Rasa gatal pada kemaluan adalah salah satu tanda gejala terkena penyakit menular seksual pada perempuan Penyakit menular seksual dapat diobati sendiri Kondom dapat mencegah penularan penyakit menular seksual dan HIV/AIDS HIV/AIDS dapat dicegah dengan meminum antibiotic Penyakit Menular Seksual dapat menyebabkan kemandulan Penyakit Menular Seksual dapat meningkatkan kanker leher rahim pada perempuan Aborsi dapat menyebabkan infeksi pada alat reproduksi perempuan Aborsi dapat menyebabkan kemandulan
JAWABAN BENAR SMPN X SMPN Y n % n %
P
68
100
68
100
1.000
57
83.8
56
82.4
0.020*
53
77.9
49
72.1
0.043*
59 39
86.8 67.4
48 30
70.6 44.1
0.022* 0.124
64
94.1
56
82.4
0.034*
60
88.2
56
82.4
0.033*
68
100
64
94.1
0.043*
64
94.1
40
58.8
0.000*
61
89.7
35
51.5
0.000*
53
77.94
27
39.7
0.000*
48
70.6
30
44.1
0.002*
61
89.7
52
76.5
0.040*
38
55.9
38
55.9
1.000
56
80.9
45
66.2
0.053
49
72.1
37
54.4
0.033*
61
89.7
46
67.6
0.002*
57
83.8
48
70.6
0.067
40
58.8
31
45.6
0.124
Journal-aipkind.or.id
Terkait tingkat pengetahuan, Terdapat 19 pertanyaan yang berkaitan dengan perilaku seksual, diantaranya ciri-ciri pubertas, fungsi organ reproduksi, penyakit menular seksual, HIV/AIDS dan aborsi. Jawaban benar terbanyak adalah pada pertanyaan tentang ciri pubertas pada laki-laki sedangkan jawaban benar paling rendah adalah pada pertanyaan masa subur seorang perempuan Untuk mengetahui perbedaan perilaku seksual pada siswa/i SMPN X yang telah memiliki Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja ( PIK-KRR) dan SMPN Y yang belum memiliki fasilitas tersebut, digunakan uji non parametric Mann Whitney. Tabel 6: Perilaku Seksual SMPN X dan Y Kelompok Sekolah n Nilai Nilai p Ratarata 68 86.75 SMPN X ( dengan PIK-KRR) 0.355 68 82.40 SMPN Y ( Tanpa PIK-KRR)
Berdasarkan tabel di atas, nilai rata-rata perilaku seksual pada siswa/i SMPN X yang telah memiliki Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR) adalah 86.75, sedangkan nlai rata-rata perilaku seksual pada siswa/i SMPN Y yang belum memiliki Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja ( PIK-KRR) adalah sebesar 82.40. Berdasarkan uji Mann Whitney, nilai p yang didapat adalah sebesar 0.355 atau hipotesis ditolak. Oleh karena itu, tidak ada perbedaan perilaku seksual berisiko pada siswa/I SMPN X yang telah memiliki fasilitas Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR) dan siswa/i SMPN Y yang belum memiliki fasilitas tersebut.
17
Putri Andriyani Peran Pusat Informasi Dan Konseling (Pik-Krr) Terhadap ….. Tabel 7: Rata-rata Skor Perilaku Seksual Pada Jenis Kelamin Jenis N Nilai Nilai P Kelamin RataRata 38 52.25 Laki-Laki 0.002 98 74.80 Perempuan
pornografi tinggi adalah sebesar 60.65. Rata-rata skor perilaku seksual pada kelompok akses media pornografi rendah adalah lebih besar 15.7 poin dibandingkan rata-rata skor perilaku seksual pada kelompok akses media pornografi tinggi. Berdasarkan uji Mann Whitney, nilai P yang didapatkan adalah 0.016 atau hipotesis diterima, sehingga terdapat perbedaan yang signifikan pada skor perilaku seksual antara kelompok akses media pornografi rendah dan akses media pornografi tinggi.
Rata-rata skor perilaku seksual pada jenis kelamin laki-laki sebesar 52.25 dan jenis kelamin perempuan adalah sebesar 74.80. Rata-rata skor perilaku pada perempuan adalah lebih tinggi 22.55 poin dibandingkan dengan rata-rata skor perilaku jenis kelamin laki-laki. Berdasarkan uji Mann Whitney, nilai p yang didapatkan adalah 0.002 atau hipotesis diterima, sehingga terdapat perbedaan yang signifikan skor perilaku seksual antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan.
Tabel 10: Rata-Rata Skor Perilaku Seksual Pada Pengaruh Teman Sebaya PENGARUH N NILAI NILAI P TEMAN RATASEBAYA RATA 99 69.38 Rendah 0.658 37 66.15 Tinggi
Rata-rata skor perilaku seksual pada kelompok pengaruh teman sebaya rendah adalah sebesar 69.38 dan pengaruh teman sebaya tinggi adalah sebesar 66.15. Rata-rata skor perilaku pada kelompok pengaruh teman sebaya rendah adalah lebih tinggi 3.23 poin dibandingkan dengan kelompok pengaruh teman sebaya tinggi. Berdasarkan uji Mann Whitney, nilai P yang didapatkan adalah 0.658 atau hipotesis ditolak, sehingga tidak ada perbedaan yang signifikan pada skor perilaku seksual antara kelompok pengaruh teman sebaya rendah dan kelompok pengaruh teman sebaya tinggi
Tabel 8: Rata-rata Skor Perilaku Seksual Pada Relijiusitas Relijiusitas N Nilai RataNilai P Rata 44 64.93 Kurang 0.447 92 70.21 Baik
Rata-rata skor perilaku seksual pada kelompok relijiusitas kurang adalah sebesar 64.93 dan relijiusitas baik adalah sebesar 70.21. Rata-rata skor perilaku pada kelompok relijiusitas baik adalah lebih tinggi 5.28 poin dibandingkan dengan kelompok relijiusitas rendah. Berdasarkan uji Mann Whitney, nilai P yang didapatkan adalah 0.447 atau hipotesis ditolak, sehingga tidak ada perbedaan yang signifikan pada skor perilaku seksual antara kelompok relijiusitas rendah dan kelompok relijiusitas tinggi.
Tabel 11: Rata-rata Skor Perilaku Seksual Pada Komunikasi Dengan Orang Tua Tentang Kesehatan Reproduksi Komunikasi Dengan OrangTua
Tabel 9: Rata-rata Skor Perilaku Seksual Pada Akses Media Pornografi Akses Media N Nilai RataNilai P Pornografi Rata 68 76.35 Rendah 0.016 68 60.65 Tinggi
N
NILAI RATARATA
Kurang
58
70.59
Baik
77
66.05
NILAI P
0.486
Rata-rata skor perilaku seksual pada kelompok komunikai terhadap orangtua tentang kesehatan reproduksi remaja yang kurang adalah justru lebih tinggi 4.54 poin dibandingkan rata-
Rata-rata skor perilaku seksual pada kelompok akses media pornografi rendah adalah sebesar 76.35 dan pada kelompok akses media 18
The Southeast Asian Journal of Midwifery Vol. 2, No.1, Oktober 2016, Hal: 13-23 rata skor perilaku seksual pada kelompok remaja yang komunikasi dengan orangtuanya baik. Berdasarkan uji Mann Whitney, nilai P yang didapatkan adalah 0.486 atau hipotesis ditolak, sehingga tidak ada perbedaan yang signifikan pada skor perilaku seksual antara kelompok remaja yang komunikasi dengan orang tuanya tinggi dan rendah. 1. Sikap Terhadap Perilaku Seksual Berisiko Untuk mengetahui perbedaan sikap pada siswa/i SMPN X yang telah memiliki Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja ( PIK-KRR) dan SMPN Y yang belum memiliki fasilitas tersebut, uji non parametric Mann Whitney digunakan. Tabel 12: Rata-rata Skor Sikap SMPN X dan SMPN Y Kelompok Sekolah N Nilai Nilai Ratap rata 68 82.03 Smpn X ( Dengan Pik-Krr) 0.000 68 54.97 Smpn Y ( Tanpa Pik-Krr)
Rata-rata skor sikap terhadap perilaku seksual berisiko pada jenis kelamin laki-laki adalah sebesar 54.57 dan jenis kelamin perempuan sebesar 73.90. Rata-rata skor sikap terhadap perilaku seksual berisiko pada perempuan adalah lebih tinggi 19.33 poin dibandingkan dengan jenis kelamin laki-laki. Berdasarkan uji Mann Whitney, nilai P yang didapatkan adalah 0.012 atau hipotesis diterima sehingga terdapat perbedaan yang signifikan antara skor sikap terhadap perilaku seksual berisiko antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Tabel 14: Rata-Rata Skor Sikap Pada Relijiusitas Relijiusitas N Nilai rataNilai p rata 44 54.18 Kurang 0.003 92 75.35 Baik
Rata-rata skor sikap terhadap perilaku seksual berisiko pada kelompok relijiusitas kurang adalah sebesar 54.18 dan relijiusitas baik adalah sebesar 75.35. Rata-rata skor sikap terhadap perilaku seksual berisiko pada kelompok relijiusitas baik adalah lebih tinggi 21.17 poin dibandingkan dengan kelompok relijiusitas rendah. Berdasarkan uji Mann Whitney, nilai P yang didapatkan adalah 0.003 atau hipotesis diterima. sehingga terdapat perbedaan yang signifikan pada skor sikap terhadap perilaku seksual berisiko antara kelompok relijiusitas rendah dan kelompok relijiusitas tinggi.
Berdasarkan tabel di atas, nilai rata-rata sikap pada siswa/i SMPN X yang telah memiliki Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR) adalah 82.03, sedangkan nilai rata-rata sikap pada siswa/I SMPN Y yang belum memiliki Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR) adalah sebesar 54.97. Nilai rata-rata SMPN X adalah lebih tinggi 27.06. Berdasarkan uji Mann Whitney, nilai p yang didapatkan adalah sebesar 0.000 atau hipotesis diterima, sehingga terdapat perbedaan sikap yang signifikan pada siswa/I SMPN X yang telah memiliki fasilitas Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR) dan siswa/i SMPN Y yang belum memiliki fasilitas tersebut.
Tabel 15: Rata-rata Skor Sikap Pada Akses Media Pornografi Akses media N Nilai rataNilai p pornografi rata 68 78.14 Rendah 0.004 68 58.86 Tinggi
Rata-rata skor sikap terhadap perilaku seksual berisiko pada kelompok akses media pornografi rendah adalah sebesar 78.14 dan pada kelompok akses media pornografi tinggi adalah sebesar 58.86. Rata-rata skor perilaku seksual pada kelompok akses media pornografi rendah adalah lebih tinggi 19.28 poin dibandingkan pada kelompok akses media
Tabel 13: Rata-rata Skor Sikap Pada Jenis Kelamin Jenis Kelamin N Nilai Nilai P RataRata 38 54.57 Laki-laki 0.012 98 73.90 Perempuan
Journal-aipkind.or.id
19
Putri Andriyani Peran Pusat Informasi Dan Konseling (Pik-Krr) Terhadap …..
pornografi tinggi. Berdasarkan uji Mann Whitney, nilai P yang didapatkan adalah 0.004 atau hipotesis diterima, sehingga terdapat perbedaan yang signifikan pada skor skor sikap terhadap perilaku seksual berisiko antara kelompok akses media pornografi rendah dan akses media pornografi tinggi.
0.306 atau hipotesis ditolak, sehingga tidak ada perbedaan yang signifikan pada skor sikap seksual antara kelompok komunikasi dengan orang tua yang kurang dan baik. 2. Tingkat Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi Untuk mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada siswa/I SMPN X yang telah memiliki Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja ( PIK-KRR) dan SMPN Y yang belum memiliki fasilitas tersebut digunakan uji non parametric Mann Whitney.
Tabel 16: Rata-rata Skor Sikap Pada Pengaruh Teman Sebaya PENGARUH N NILAI NILAI TEMAN RATAP SEBAYA RATA 99 74.62 Rendah 0.004 37 52.14 Tinggi
Tabel 18: Tingkat Pengetahuan SMPN X Dan SMPN Y Kelompok sekolah N Nilai Nilai p ratarata 68 82.40 Smpn x ( dengan pik-krr) 0.000 68 54.60 Smpn y ( tanpa pik-krr)
Rata-rata skor sikap terhadap perilaku seksual berisiko pada kelompok pengaruh teman sebaya rendah adalah sebesar 74.62 dan pengaruh teman sebaya tinggi adalah sebesar 52.14. Rata-rata skor sikap terhadap perilaku seksual berisiko pada kelompok pengaruh teman sebaya rendah adalah lebih tinggi 22.48 poin dibandingkan dengan kelompok pengaruh teman sebaya tinggi. Berdasarkan uji Mann Whitney, nilai P yang didapatkan adalah 0.004 atau hipotesis diterima, sehingga terdapat perbedaan yang signifikan pada skor sikap terhadap perilaku seksual berisiko antara kelompok pengaruh teman sebaya rendah dan kelompok pengaruh teman sebaya tinggi.
Berdasarkan tabel di atas, nilai rata-rata tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada siswa/I SMPN X yang telah memiliki Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja ( PIK-KRR) adalah 82.40, sedangkan nlai rata-rata tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada siswa/I SMPN Y yang belum memiliki Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja ( PIK-KRR) adalah sebesar 54.60. Nilai rata-rata SMPN X adalah lebih tinggi 27.80. Berdasarkan uji Mann Whitney, nilai p yang didapatkan adalah sebesar 0.000 atau hipotesis diterima, sehingga terdapat perbedaan tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi yang signifikan pada siswa/I SMPN X yang telah memiliki fasilitas Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja ( PIK-KRR) dan siswa/i SMPN Y yang belum memiliki fasilitas tersebut.
Tabel 17: Rata-rata Skor Sikap Pada Komunikasi Dengan Orang Tua Komunikasi N Nilai Nilai p dengan orang ratatua rata 58 64.52 Kurang 0.306 78 71.46 Baik
Rata-rata skor sikap pada kelompok komunikasi dengan orang tua tentang kesehatan reproduksi yang kurang adalah sebesar 64.52 dan skor sikap pada kelompok komunikasi dengan orang tua tentang kesehatan reproduksi yang baik adalah sebesar 71.46. Rata-rata skor sikap pada kelompok komunikasi yang baik adalah lebih besar 6.94 poin Berdasarkan uji Mann Whitney, nilai P yang didapatkan adalah 20
The Southeast Asian Journal of Midwifery Vol. 2, No.1, Oktober 2016, Hal: 13-23 Tabel 19: Rata-rata Skor Tingkat Pengetahuan Pada Jenis Kelamin JENIS N NILAI NILAI KELAMIN RATAP RATA 38 77.72 Laki-laki 0.088 98 64.92 Perempuan
Tabel 21: Rata-Rata Skor Tingkat Pengetahuan Pada Akses Media Pornografi AKSES MEDIA N NILAI NILAI P PORNOGRAFI RATARATA 68 69.86 Rendah 0.686 68 67.14 Tinggi
Rata-rata skor tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada jenis kelamin lakilaki adalah sebesar 77.72 dan jenis kelamin perempuan adalah sebesar 64.92. Rata-rata skor tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada jenis kelamin laki-laki adalah lebih tinggi 12.80 poin dibandingkan dengan jenis kelamin perempuan. Berdasarkan uji Mann Whitney, nilai P yang didapatkan adalah 0.088 atau hipotesis ditolak, sehingga tidak ada perbedaan skor tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi yang signifikan antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan.
Rata-rata skor tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada kelompok akses media pornografi rendah adalah sebesar 69.86 dan pada kelompok akses media pornografi tinggi adalah sebesar 67.14. Rata-rata skor perilaku seksual pada kelompok akses media pornografi rendah adalah lebih tinggi 2.72 poin dibandingkan pada kelompok akses media pornografi tinggi. Berdasarkan uji Mann Whitney, nilai P yang didapatkan adalah 0.686 atau hipotesis ditolak, sehingga tidak ada perbedaan yang signifikan pada skor tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi antara kelompok akses media pornografi rendah dan akses media pornografi tinggi.
Tabel 20: Rata-Rata Skor Tingkat Pengetahuan Pada Relijiusitas RELIJIUSITAS N NILAI NILAI RATAP RATA 44 55.73 Kurang 0.009 92 74.61 Baik
Tabel 22: Rata-Rata Skor Tingkat Pengetahuan Pada Pengaruh Teman Sebaya PENGARUH N NILAI NILAI P TEMAN RATASEBAYA RATA 99 70.01 Rendah 0.464 37 64.47 Tinggi
Rata-rata skor tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada kelompok relijiusitas kurang adalah sebesar 54.73 dan relijiusitas baik adalah sebesar 7.61. Rata-rata skor skor tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada kelompok relijiusitas baik adalah lebih tinggi 18.88 poin dibandingkan dengan kelompok relijiusitas rendah. Berdasarkan uji Mann Whitney, nilai P yang didapatkan adalah 0.009 atau hipotesis diterima, sehingga terdapat perbedaan yang signifikan pada skor tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi antara kelompok relijiusitas rendah dan kelompok relijiusitas tinggi.
Journal-aipkind.or.id
Rata-rata skor tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada kelompok pengaruh teman sebaya rendah adalah sebesar 70.01 dan pengaruh teman sebaya tinggi adalah sebesar 64.47. Ratarata skor perilaku pada kelompok pengaruh teman sebaya rendah adalah lebih tinggi 5.54 poin dibandingkan dengan kelompok pengaruh teman sebaya tinggi. Berdasarkan uji Mann Whitney, nilai P yang didapatkan adalah 0.464 atau hipotesis ditolak, sehingga tidak ada perbedaan yang signifikan pada skor tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi antara kelompok pengaruh 21
Putri Andriyani Peran Pusat Informasi Dan Konseling (Pik-Krr) Terhadap …..
teman sebaya rendah dan kelompok pengaruh teman sebaya tinggi.
pada akses media pornografi (p=0.016), sikap pada jenis kelamin (p=0.012), sikap pada relijiusitas (p=0.003),sikap pada akses media pornografi (p=0.004), sikap pada pengarh teman sebaya (p=0.004) dan tingkat pengetahuan pada relijiusitas (p=0.009) serta tingkat pengetahuan pada komunikasi dengan orang tua ( p=0.025)
Tabel 23: Rata-rata Skor Tingkat Pengetahuan Pada Komunikasi Dengan Orang Tua PENGARUH N NILAI NILAI P TEMAN RATASEBAYA RATA 58 59.97 Kurang 0.025 78 74.99 Baik
Rata-rata skor tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada kelompok pengaruh komunikasi dengan orang tua yang baik adalah sebesar 74.99 poin dan kelompok komunikasi dengan orang tua yang kurang adalah sebesar 59.97 atau lebih rendah 15.22 poin. Berdasarkan uji Mann Whitney, nilai P yang didapatkan adalah 0.025 atau hipotesis diterima, sehingga terdapat perbedaan yang signifikan pada skor tingkat pengetahuan antara kelompok dengan komunikasi orang tua yang baik dan kurang.
DAFTAR PUSTAKA Adjie, J.M Seno. (2013). Kesehatan Reproduksi Remaja Dalam Aspek Sosial [online]. http://idai.or.id/publicarticles/seputar-kesehatan-anak/kesehatan-reproduksiremaja-dalam-aspek-sosial.html [ Unduh : Juni 2015 ] Aktivitas Seksual Remaja. 2014 [Online]. http://www.bkkbn.go.id/ViewBerita.aspx?BeritaID=177 0. [ Diakses tanggal 18 Juni 2015 ] Anwar, Mudassir, et al. (2006). Awareness of school students on sexually transmitted infections (STIs) and their sexual behavior: a cross-sectional study conducted in Pulau Pinang, Malaysia; BMC Public Health. [Online]. http://www.biomedcentral.com/14712458/10/47 [diakses tanggal 22 Spetember 2015 ] Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Basuki, Pratiwi N.L. 2010. Analisis Hubungan Seks Pertama Kali Tidak Aman Pada Remaja Usia 15-24 Tahun dan Kesehatan Reproduksi. Buletin Sistem Kesehatan hlm 309 – 320
KESIMPULAN 1.
2.
3.
Suatu
Hasil analisa data dari 136 responden siswa SMPN mengenai perilaku seksual memiliki skor rata-rata 85.49 dengan nilai minimum 18 dan nilai maksimum 100, sedangkan untuk tingkat pengetahuan memiliki rata-rata 73.82 dengan nilai minimum 15 dan nilai maksimum 100. Pada variabel sikap, nilai rata-rata adalah 90.65 dengan nilai minimum 58 dan maksium 100. Terdapat perbedaan rata-rata yang signifikan antara sikap terhadap perilaku seksual berisiko (p=0.000) dan tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi (p=0.000) antara sekolah yang telah memiliki fasilitas Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK KRR) dan yang belum memiliki fasilitas tersebut. Pada analisis bivariat, terdapat perbedaan yang signifikan antara perilaku seksual pada jenis kelamin (p=0.002), perilaku seksual
Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Kementrian Kesehatan (Kemenkes) dan ICF International. (2013). Indonesia demographic and Health Survey 2012. Jakarta, Indonesia : BPS, BKKBN, Kemenkes and ICF International. BKKBN, UNFPA. (2005). Keluarga Berencana, Kesehatan Reproduksi, Gender dan Pembangunan Kependudukan. Buku Sumber untuk advokasi. Penyunting Ismarawati dan Ratna Dewi. Jakarta, Indonesia (2008). Kurikulum dan Modul Pelatihan Pemberian Informasi Kesehatan Reproduksi Remaja Oleh Pendidik Sebaya, Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak-hak Reproduksi. Jakarta, Indonesia (2009). Panduan Pengelolaan Pusat Informasi dan Konseling Remaja dan Perlindungan Hak-hak Reproduksi. Jakarta, Indonesia (2011). Remaja Genre dan Perkawinan Dini. Jakarta, Indonesia.
22
The Southeast Asian Journal of Midwifery Vol. 2, No.1, Oktober 2016, Hal: 13-23 Chandra, Budiman. 1995. Pengantar Statistik Kesehatan. Jakarta : EGC
Sarlito W, Sarwono. 2012. Psikologi Remaja. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Center For Disease Control ( CDC ). [Tanpa Tahun]. Sexual Risk Behaviour : HIV, STD and Teen Pregnancy Prevention. [Online]. http://www.cdc.gov/healthyyouth/sexualbehaviors/ [diakses tanggal 21 September 2015]
Soetjiningsih. (2004). Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta : Sagung Seto
Data
UNFPA. 2012. Preventing Early Pregnancies and Poor Reproductive Outcomes Among Adolescent in Developing Countries, What the Evidence Says. Diakses melalui http://www.who.int/immunization/hpv/target/preventi ng_early_pregnancy_and_poor_reproductive_outcom es_who_2006.pdf tanggal 22 September 2015.
SMP, SMA dan SMK di DKI Jakarta. Http://data.go.id/dataset/data-smp. (diakses tanggal 21 November 2015)
Depkes. (2003). Modul Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja. Ditkesga, Jakarta
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta
(2000). Materi Pelatihan Bimbingan Dan Penyuluhan Kesehatan Reproduksi Remaja Bagi Petugas Kesehatan. Ditkesga Jakarta Etrawati, Fenny. ( 2013). Determinan Psikososial Perilaku Seksual Berisiko Pada Siswa SMA/Sederajat di Kabupaten Merauke Tahun 2013. (Tesis). Depok : Program Magister FKM Universitas Indonesia. Kementrian Hukum dan HAM Republik Indonesia.2008. Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2008 Tentang Pornografi. Lembaran Negara Republik Indonesia No.181 (online). www.bpkp.go.id/uu/download/2/33/151.bpkp Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengendalian penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2014.Laporan Perkembangan HIVAIDS Triwulan IV Tahun 2014. Kusmiran, Eny. 2012. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta : Salemba Media Kusumawati, Intan. ( 2014). Perilaku Seksual Remaja Dan Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengannya Pada Siswa Kelas XI Sekolah Menengah Atas Sederajat Di Kota Jambi Tahun 2014. (Tesis). Depok : Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan masyarakt Universitas Indonesia. Notoadmodjo, Soekidjo. (2003). Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta Pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja [tanpa tahun]. [Online]. https://www.k4health.org/toolkits/indonesia/pelayan an-kesehatan-reproduksi-remaja [diakses tanggal 18 Juni 2015 ] PKBI. (2009). Annual Report 2009, Back To Family Planning Services : “In Responsibility The Community Family Planning Needs Post Decentralization. PKBI : Jakarta. Robi’ie, Ahmad. [2013]. Determinan Perilaku Seksual Berisiko Pada Remaja di Indonesia tahun 2010-2012 ( Analisa Data Survey Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Remaja BKKBN Tahun 2010 – 2012 ). (Skripsi). Depok : Program Sarjana FKM UI
Journal-aipkind.or.id
23
Sugeng Triyani1, Fatimah2, Aisyah3 Pengaruh Hypnosis Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu Hamil Nullipara …..
PENGARUH HYPNOSIS TERHADAP TINGKAT KECEMASAN IBU HAMIL NULLIPARA TRIWULAN III DALAM PERSIAPAN MENGHADAPI PERSALINAN THE INFLUENCE OF HYPNOSIS AGAINST NULLIPAROUS WOMEN’S ANXIETY LEVEL IN THE THIRD QUARTER IN PREPARATION FOR CHILDBIRTH Sugeng Triyani1, Fatimah2, Aisyah3 12,3
Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Jakarta III, Jakarta, Indonesia
Informasi Artikel
ABSTRAK
Diterima: Oktober 2016 Disetujui: Oktober 2016 Kata kunci: Kata kunci: Kecemasan, hypnobirting, persiapan persalinan, nullipara
Kemampuan adaptasi ibu hamil terhadap persiapan persalinan sangat penting. Jika ibu tidak dapat beradaptasi maka selama proses persalinan biasanya ibu akan mengalami kecemasan dan akan memberikan respon melawan atau menghindar (fight or flight) yang dipicu oleh melimpahnya hormon katekolamin serta dipicu oleh adanya ketakutan dan bentuk distres lainnya. Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen dengan rancangan non randomized pretest potest equivalent group design, tanpa intervensi pada kelompok pembanding. Angket kecemasan HARS (Hamilton Ancienty Rating Scale) digunakan untuk mengukur tingkat kecemasan antara ibu hamil yang diberi terapi hypnosis dengan ibu hamil yang tidak diberi terapi hypnosis. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan yang bermakna antara rata-rata tingkat kecemasan pada sampel kasus dengan tingkat kecemasan dengan sampel kontrol (Standar Deviasi sebesar 6,004). Terdapat pengaruh yang bermakna pada kelompok yang menggunakan terapi hypnosis dengan rata-rata penurunan kecemasan sebesar 21,550 poin dengan nilai p value < 0,001. Oleh karena itu, hipnosis berpengaruh dalam menurunkan tingkat kecemasan ibu nullipara di triwulan III ABSTRACT Adaptability of pregnant women toward labor preparation is very important. If the mother cannot adapt during the process of labor, usually she will experience anxiety and will give a response of fight or flight triggered by the abundance of Catecholamines hormones and by the presence of fear and other forms of distress. This research used a quasi experiment method with non randomized pretest potest equivalent group design, without intervention on the comparison group. The quetionnaire of Hamilton Ancienty Rating Scale was used to measure the level of anxiety among pregnant women given hypnosis therapy with pregnant women not given the hypnosis therapy. The results showed that there was a significant difference in the mean level of anxiety between cases and controls (SD of 6,004). There was a significant influence on the group that used hypnosis therapy with a mean decrease in anxiety by 21.550 poin with a p value of < 0.001. Therefore, hypnosis is effective in reducing anxiety among nulliparous women in the third quarter of pregnancy.
24
The Southeast Asian Journal of Midwifery Vol. 2, No.1, Oktober 2016, Hal: 24 - 32
PENDAHULUAN Ibu yang sedang hamil mudah mengalami kecemasan, kemurungan, kegusaran dan mudah menangis. Kecemasan ibu hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan otak janinnya. Disadari atau tidak, emosi apapun yang dirasakan oleh seorang ibu akan dirasakan sang janin. Banyak penelitian membuktikan bahwa emosi negatif yang berkepanjangan pada ibu hamil akan berpengaruh pada mentalitas dan karakter anak dikehidupannya kelak. Perubahan psikologis pada masa kehamilan yang tidak dapat ditangani oleh ibu yang sedang hamil umumnya akan menyebabkan terjadinya stres. Menurut Handayani dari bagian Psikologis Klinis Anak Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, stres pada ibu hamil dapat terjadi pada tiga tahapan, yaitu tahapan pertama pada trimester awal, tahap kedua pada trimester dua dan tahap ketiga pada trimester akhir (Apriani, 2005). Pada kehamilan trimester III, ibu hamil selalu dihinggapi perasaan takut yang lebih dibandingkan sebelumnya. Hal ini dikarenakan ketakutan ibu dalam menghadapi persalinannya. Apabila keadaan tersebut tidak dapat diatasi oleh ibu, maka pada saat menjelang dan selama proses persalinan, biasanya ibu akan mengalami kecemasan dan akan memberikan respons melawan atau menghindar (fight or flight) yang dipicu oleh melimpahnya hormon katekolamin serta dipicu oleh adanya ketakutan dan bentuk distres lainnya (Simkin dan Ancheta, 2005 dalam Aprillia, 2010). Informasi tentang pengalaman persalinan yang menakutkan dan tidak utuh juga menambah kecemasan pada ibu hamil (Andriana, 2007). Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan pada ibu hamil diantaranya adalah kurangnya informasi mengenai penyakit, dukungan keluarga, kecukupan keuangan (Lexshimi, dkk; 2007), stres dari lingkungan (Cury & Menezes, 2007), frekuensi mual dan muntah
Alamat E-mail: tulis alamat email disini
Journal-aipkind.or.id
yang tinggi (faktor kesehatan fisik ibu hamil) (Swallow, dkk.,2004), sikap terhadap kehamilan (Gurung, Schetter, Collins, & Hobel,2005), kemampuan penguasaan kehamilan (Gurung, dkk., 2005), proses penyesuaian diri terhadap kehamilan (Bibring, dalam Stotland & Stewart, 2001) baik secara fisik (Andriana, 2007) maupun psikososial (Gross dan Helen, 2007), serta informasi tentang pengalaman persalinan yang menakutkan (Andiana, 2007). Meskipun wajar terjadi pada ibu hamil, jika berlebihan kecemasan dapat membawa dampak buruk baik bagi ibu hamil maupun bagi perkembangan janin, misalnya menyebabkan rendahnya skor APGAR bayi ketika lahir (Berle, dkk., 2005), meningkatnya kemungkinan ibu mengalami depresi postpartum (Skouteris, dkk., 2008), dan dapat mempengaruhi kesehatan fisik dan mental ibu dan janin (Ferti, dkk., 2009) misalnya melalui turunnya fungsi plasenta ibu (Glover, Bergman, Sarkar, & O’Connor, 2008) yang kemudian dapat mempengaruhi kesehatan fisik dan mental janin, serta terhambatnya pertumbuhan organ dan fungsi fisiologis serta perkembangan psikologis bayi (Monk, 2001). Salah satu intervensi yang telah terbukti efektif untuk mengurangi kecemasan dan telah sering digunakan adalah metode hypnobirthing yang salah satunya terdapat teknik relaksasi. Beech dkk (dalam Subandi, 2002) menyebutkan bahwa ketegangan merupakan kontraksi serabut otot skeletal, sedangkan relaksasi merupakan perpanjangan serabut otot tersebut. Pada waktu orang mengalami ketegangan dan kecemasan yang bekerja adalah sistem syaraf simpatetis, sedangkan pada waktu rileks yang bekerja adalah sistem syaraf parasimpatetis. Relaksasi berusaha mengaktifkan kerja syaraf parasimpatetis (Bellack & Hersen, serta Prawitasari dalam Subandi, 2002). Keadaan rileks menurunkan aktivitas amygdala, mengendurkan otot, dan melatih individu mengaktifkan kerja sistem syaraf parasimpatetis sebagai counter aktivitas sistem syaraf simpatetis (Kalat, 2007). Relaksasi untuk mengatasi kecemasan ibu hamil juga sudah banyak dibuktikan keberhasilannya (Chambers, 2007; Teixeira, dkk., 2005; Saisto, Toivanen, Aro, & 25
Sugeng Triyani1, Fatimah2, Aisyah3 Pengaruh Hypnosis Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu Hamil Nullipara …..
Halmesmaki., 2006). Beberapa penelitian di Indonesia juga telah membuktikan efektivitas teknik relaksasi dalam metode hypnobirthing untuk menurunkan tingkat kecemasan ibu hamil (Reni Ilmiasih, 2009; Siti Malicha, 2011; Yuyun Puspitasari, 2011). Hypnobirthing banyak memberikan manfaat karena melatih ibu hamil untuk selalu rileks, bersikap tenang, dan menstabilkan emosi. Hypnobirthing bertujuan agar ibu dapat melahirkan dengan nyaman dan menghilangkan rasa sakit melahirkan tanpa bantuan obat bius apapun (Andriana, 2007). Metode ini juga lebih menekankan melahirkan dengan cara positif, lembut, aman dan bagaimana mencapainya dengan mudah. Menurut Andriana (2007), pada metode hypnobirthing ibu akan dilatih untuk menanamkan pikiran positif dan melakukan hipnosis diri. Para ahli kejiwaan berpendapat bahwa relaksasi yang mendalam, pemusatan perhatian (fokus), dan hipnosis berguna untuk lebih banyak mengistirahatkan alam sadar dan memasukkan pemahaman kepada alam bawah sadar sehingga tindakan akan lebih banyak dipengaruhi oleh alam bawah sadar dibandingkan dengan alam sadar. Dalam Journal of Counselling and Clinical Psychology (1990), sebuah penelitian mengenai hypnobirthing dilakukan pada dua kelompok ibu hamil. Kelompok pertama diberi latihan pernafasan dan relaksasi, kelompok kedua diberi metode hypnobirthing dan hasilnya kelompok kedua lebih bisa mengatasi nyeri, dan terlihat tenang ketika persalinan dan bayi yang dilahirkan memiliki Apgar score tinggi dan juga mengurangi terjadinya depresi pada masa postpartum (http://www.healthwisemag.com) Belakangan ini di Indonesia telah banyak sarana pelayanan kesehatan yang memasukkan metode hypnobirthing ke dalam pelayanan asuhan kehamilan dan persalinan tetapi beberapa sarana kesehatan belum menjadikan program ini ke dalam pelayanannya. Fenomena yang peneliti temui di beberapa lahan praktik pelayanan kesehatan yang belum menggunakan metode hypnobirthing adalah tidak sedikit ibu bersalin yang berteriak-teriak dan merasa kebingungan dalam menghadapi proses persalinan yang sedang dialaminya, dan umumnya
para petugas kesehatan lebih menganggap hal tersebut sebagai hal yang lumrah dirasakan oleh setiap ibu bersalin. Bidan sebagai tenaga pelayanan kesehatan, khususnya dalam bidang kesehatan ibu dan anak, juga harus menjadi pelaku inovasi dengan menggunakan metode-metode terbaru untuk melakukan asuhan kebidanan, salah satunya adalah metode hypnobirthing. Metode hypnobirthing dapat membantu membuat rileks otot-otot sehingga ibu terhindar dari kecemasan dan dapat membantu ibu lebih tenang dalam menghadapi persalinan. Selain itu, hypnobirthing mampu melancarkan air susu ibu (ASI) bagi ibu setelah melahirkan, menjaga agar baby blues tidak terjadi, menjadikan bayi yang sehat secara fisik dan psikologi, mengontrol emosi ibu agar terhindar dari stres, serta menjaga diri ibu dari ketakutan dalam kehidupan sehari-hari agar terhindar dari depresi. Semua itu didasari dengan pengendalian fikiran negatif yang dapat membuat tubuh menjadi sakit tetapi lebih mengembangkan fikiran yang positif (Pro-Vclinic, 2008). Penelitian yang dilakukan oleh Ilmiasih (2010) menunjukkan bahwa tingkat kecemasan ibu hamil sesudah melaksanakan latihan relaksasi hypnobirthing adalah 56% tidak cemas dan 38% tingkat kecemasan ringan. Puskesmas Kecamatan Cengkareng telah menerapkan metode hypnobirthing kepada ibu hamil dan bersalin sejak tahun 2009. Berdasarkan pengamatan peneliti kepada 5 orang ibu yang sedang dalam proses persalinannya dan mendapat latihan hypnobirthing, para ibu tersebut tampak tenang dan tidak cemas serta dapat mengendalikan diri terhadap rasa nyeri persalinan. Namun, bagi 10 ibu hamil trimester III yang berkunjung untuk ANC pada periode Januari 2012 dan tidak mendapatkan pelatihan hypnobirthing, 75% mengalami kecemasan dan menyatakan rasa takut dengan kehamilan dan proses persalinan yang akan berlangsung pada ibu hamil nullipara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode relaksasi hypnobirthing terhadap tingkat kecemasan ibu hamil nullipara triwulan 3 pada masa persiapan menghadapi persalinan di Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat Periode Juni - Oktober Tahun 2012. 26
The Southeast Asian Journal of Midwifery Vol. 2, No.1, Oktober 2016, Hal: 24 - 32 .
METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian quasi eksperiment dengan desain penelitian the untreated control group design with dependent pretest and posttest samples (Shadish, dkk., 2002). Rancangan penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki ada tidaknya pengaruh sebab akibat serta seberapa besar pengaruhnya metode hypnosis terhadap tingkat kecemasan ibu hamil menghadapi persalinan. Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer. Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah informed consent, quesioner tingkat kecemasan HARS (Hamilton Ancienty Rating Scale) yang sudah diukur validitas dan reliabilitasnya, modul untuk fasilitator, booklet materi pelatihan untuk peserta, lembar kerja peserta, CD panduan latihan, lembar observasi pelatihan, dan lembar evaluasi pelatihan. Jumlah sampel adalah sebanyak 20 orang pada kelompok kasus dan 20 orang pada kelompok control. Tehnik pengumpulan data dengan cara membagikan kuesioner tingkat kecemasan sebelum dilaksanakan latihan dan pendampingan teknik hypnobirthing. Pendampingan dilaksanakan sebanyak 4 kali kunjungan dengan selang waktu masing-masing kunjungan adalah 2 minggu dan peserta diberikan kartu frekuensi latihan sendiri di rumah sebanyak minimal 3 kali dalam satu minggu. Pada pendampingan yang keempat dilakukan evaluasi dengan membagikan kuesioner tingkat kecemasan. Alat yang digunakan dalam penelitian adalah kaset dan CD musik atau lagu kesayangan yang memiliki nada atau irama berulang-ulang, tenang, serta lembut untuk menimbulkan respons tubuh terbaik. Alur pelatihan mengacu pada alur pelatihan relaksasi ibu hamil yang disusun oleh Marie F Mongan (2002), Yesie Aprillia (2010), dan Lanny Kuswandi (2011). Sesi-sesi pelatihan dilaksanakan dalam 4 kali pertemuan. Dalam dua minggu dilaksanakan satu pertemuan yang masing-masing Journal-aipkind.or.id
berdurasi 2 – 2,5 jam. Sesi-sesi utamanya terdiri atas 3 sesi, yaitu materi pengantar (materi kecemasan kehamilan dan cara mengatasinya, materi perjalanan kehamilan hingga persalinan, materi pengenalan teknik relaksasi dengan hypnobirthing) yang disajikan melalui teknik ceramah dan audiovisual, sesi praktik relaksasi dengan hypnobirthing (konsentrasi fikiran, relaksasi pernafasan, komunikasi dengan janin) yang diberikan melalui teknik simulasi, sesi diskusi pengalaman kehamilan dan pengalaman praktik di rumah yang diberikan melalui teknik diskusi, serta penugasan praktik relaksasi dengan hypnobirthing di rumah 3 kali dalam satu minggu. Tekhnik hypnosis yang digunakan adalah: a. Posisi relaksasi (the mongan methods) b. Konsentrasi pikiran (tekhnik pendulum, teknik bola energy, menggerakkan lengan c. Relaksasi pernafasan d. Relaksasi visualisasi e. Komunikasi dengan janin
HASIL DAN PEMBAHASAN Salah satu syarat analisis uji T adalah data terdistribusi normal, dan hal ini dapat dilihat dari uji normalitas (tests of normality) dan hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut : Tabel 1: Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova
Shapiro-Wilk
Statistic Df
Sig.
Statis tic
Df
Sig.
Tingkat kecemasan sebelum hypnobirthing
.192
20
.052
.944
20
.288
Tingkat kecemasan sesudah hypnobirthing
.209
20
.022
.913
20
.072
a. Lilliefors Significance Correction
Untuk melihat normalitas dari tabel nomor 1, digunakan Shapiro Wilk karena jumlah sampel kurang dari atau sama dengan 50 sampel. Data dikatakan terdistribusi normal jika nilai 27
Sugeng Triyani1, Fatimah2, Aisyah3 Pengaruh Hypnosis Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu Hamil Nullipara …..
signifikansinya lebih dari 0,05. Dari tabel diperoleh hasil signifikansi 0,288 dan 0,072, yang berarti bahwa data terdistribusi normal maka analisis dengan menggunakan uji T dapat dilanjutkan.
Tabel 2 Rata-rata Tingkat Kecemasan Sebelum dan Sesudah Hypnobirthing Variabel Mean SD
SE mean
N
Pra
24,10
9,095 2,034
20
Post
2,55
1,986 0,444
20
Dari tabel 2 dapat diketahui bahwa dari 20 sampel yang diamati terlihat bahwa rata-rata tingkat kecemasan sebelum hypnobirthing adalah 24,10 dan rata-rata tingkat kecemasan sesudah hypnobirting adalah 2,55.
Table 3 : Uji T Berpasangan Tingkat Kecemasan Sebelum dan Sesudah Hypnobirthing Paired Samples Test Paired Differences Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
T
Lower
Pair 1
Tingkat kecemasan sebelum hypnobirthing - Tingkat 21.550 kecemasan sesudah hypnobirthing
8.793
1.966
Dari uji-t berpasangan pada tabel 3 dapat diketahui bahwa rata-rata perbedaaan antara tingkat kecemasan sebelum hypnobirthing dengan tingkat kecemasan sesudah hypnobirthing adalah sebesar 21,550. Artinya, dalam perhitungan ini terdapat penurunan tingkat kecemasan sesudah intervensi dengan rata-rata penurunan 21,550 poin. Hasil uji statistik menunjukkan nilai p 0,000. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang bermakna antara rata-rata tingkat kecemasan sebelum dan sesudah intervensi hypnotbirthing.
df
95% Confidence Interval of the Difference
17.435
Sig. (2tailed)
Upper
25.665
10.961
Tabel 4: Distribusi Kecemasan Sebelum Hypnobirthing
19
.000
Rata-rata Tingkat dan Sesudah
Variabel Mean SD SE mean Kasus 2,55 1,986 0,444 Kontrol 9,60 6,004 1,342
N 20 20
Dari tabel 4 dapat diketahui bahwa dari 40 sampel yang diamati terlihat bahwa rata-rata tingkat kecemasan pada sampel kasus adalah 2,55 dan rata-rata tingkat kecemasan pada sampel control adalah 9,60.
28
The Southeast Asian Journal of Midwifery Vol. 2, No.1, Oktober 2016, Hal: 24 - 32
Tabel 5: Uji T Tidak Berpasangan Tingkat Kecemasan pada Sampel Kasus dan Kontrol Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances F
Sig.
t-test for Equality of Means
T
df
Sig. (2Mean tailed) Differenc e
Std. Error Difference
95% Confidence Interval of the Difference Lower
Tktcemas
Equal variances 22.812 .000 assumed Equal variances not assumed
38 .000 4.986 23.11 .000 4.986 0
Dari hasil uji-t pada tabel 9 tidak berpasangan tersebut terlihat bahwa rata-rata perbedaaan antara tingkat kecemasan pada sampel “kasus” dengan tingkat kecemasan adalah 2,55 dengan standar deviasi 1,986, sedangkan rata-rata tingkat kecemasan pada sampel “kontrol” adalah sebesar 9,60 dengan standar deviasi 6,004. Hasil uji statistik menunjukkan nilai p value 0,000, yang berarti bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara rata-rata tingkat kecemasan pada sampel “kasus” dan “kontrol” Hipotesis dalam penelitian ini terbukti, yaitu pelatihan relaksasi dengan metode hypnobirthing secara bermakna dapat mengurangi kecemasan subjek dalam menghadapi kehamilan nullipara dalam persiapan menghadapi persalinan. Hal ini terlihat dari hasil Uji T-Paired Corelation Sampel Test dengan perbedaan yang bermakna antara ratarata tingkat kecemasan pada sampel kasus dengan tingkat kecemasan 2,55 dan Standar Deviasi 1,986 dan sampel kontrol sebesar 9,60 dan Standar Deviasi sebesar 6,004. Dalam penelitian ini terdapat pengaruh yang bermakna antara intervensi hypnobirthing dengan penurunan tingkat kecemasan, dengan perbedaan rata-rata tingkat kecemasan sebelum dan sesudah intervensi hypnotbirthing. Hasil penelitian yang bermakna ini mendukung beberapa penelitian sebelumnya Journal-aipkind.or.id
Upper
-7.050
1.414
-9.912
-4.188
-7.050
1.414
-9.974
-4.126
yang menyatakan bahwa hypnobirthing dapat mengatasi kecemasan ibu hamil (Ilmiasih, 2009; Malicha, 2011). Penelitian ini dapat membuktikan bahwa metode hypnobirthing dapat membantu mengurangi kecemasan pada ibu hamil nullipara yang rentan karena belum berpengalaman. Adanya fikiran-fikiran seperti melahirkan yang akan selalu diikuti dengan nyeri akan menyebabkan peningkatan kerja sistem syaraf simpatetik. Dalam situasi ini, sistem endokrin, yang terdiri dari kelenjar-kelenjar, seperti adrenal, tiroid, dan pituitary (pusat pengendalian kelenjar), melepaskan pengeluaran hormon masing-masing ke aliran darah dalam rangka mempersiapkan badan pada situasi darurat. Akibatnya, system syaraf otonom mengaktifkan kelenjar adrenal yang mempengaruhi sistem pada hormon epinefrin. Peningkatan hormon adrenalin dan noradrenalin atau epinefrin dan norepinefrin menimbulkan disregulasi biokimia tubuh, sehingga muncul ketegangan fisik pada diri ibu hamil. Dampak dari proses fisiologis ini dapat timbul pada perilaku sehari-hari. Ibu hamil menjadi mudah marah atau tersinggung, gelisah, tidak mampu memusatkan perhatian, ragu-ragu, bahkan kemungkinan ingin lari dari kenyataan hidup (Dariyo, 1997 dalam Aprillia.2010). Kondisi ini dapat menyebabkan kecemasan dan ketegangan lebih lanjut sehingga membentuk suatu siklus umpan balik yang dapat meningkatkan 29
Sugeng Triyani1, Fatimah2, Aisyah3 Pengaruh Hypnosis Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu Hamil Nullipara …..
intensitas emosional secara keseluruhan. Adanya pengaruh latihan relaksasi terhadap tingkat kecemasan dapat dijelaskan dengan teori dan cara kerja hipnobirthing.
pelatihan dengan metode hypnobirthing dapat menurunkan kecemasan ibu hamil nullipara dalam menghadapi persalinan.
Metode hypnobirthing membantu memusatkan perhatian berdasarkan pada keyakinan bahwa perempuan dapat mengalami persalinan melalui insting untuk melahirkan secara alami dengan tenang, nyaman, percaya diri. Latihan ini mengajarkan ibu hamil menjalankan teknik relaksasi yang alami, sehingga tubuh dapat bekerja dengan seluruh syaraf secara harmonis dan dengan kerjasama penuh. Rangkaian teknik relaksasi mulai dari relaksasi otot, relaksasi pernafasan, relaksasi pikiran dan penanaman kalimat positif, komunikasi dengan janin yang dilakukan secara teratur dan konsentrasi akan menyebabkan kondisi rileks pada tubuh sehingga tubuh memberikan respons untuk mengeluarkan hormon endorfin yang membuat ibu menjadi rileks dan menurunkan rasa nyeri terutama ketika otak mencapai gelombang alfa atau saat istirahat. Pada kondisi ini, tubuh mengeluarkan hormon serotonin dan endorfin sehingga manusia dalam kondisi rileks tanpa ketegangan dan kecemasan (workbook pelatihan basic hypnosis and hypnobirthing, 2010). Pemberian latihan relaksasi hypnobirthing berpengaruh terhadap tingkat kecemasan ibu hamil. Penurunan tingkat kecemasan ini dikarenakan teknik relaksasi hypnobirthing ini mempunyai cara kerja dengan membawa kerja otak pada gelombang alfa, yaitu gelombang yang memiliki frekuensi14-30 HZ. Pada kondisi ini, otak dalam keadaan relaks, santai, antara sadar dan tidak dan nyaris tertidur, saat tubuh mulai mengeluarkan hormon serotonin dan endorfin sehingga ibu hamil menjadi rileks dan menghilangkan kecemasan atau paling tidak kecemasan menurun (Evarini, 2007).
DAFTAR PUSTAKA Andriana, Evarini. (2007). Melahirkan Tanpa Rasa Sakit (dengan Metode Relaksasi hypnoBirthing). Edisi Revisi. Jakarta: Penerbit PT. Bhuana Ilmu Populer. Annatagia, L. (2010). Relaksasi Bumil Sehat untuk Menurunkan Kecemasan Ibu Hamil Risiko Tinggi. Tesis. Yogyakarta: Fakultas PsikologiUniversitas Gadjah Mada. Adewuya, A. O., Ola, B. A., Aloba, O. O., & Mapayi, B. M. (2006). Anxiety Disorders Among Nigerian Women In Late Pregnancy: A Controlled Study. Archives of Women’s Mental Health. Aprillia S.Si.T, Mkes. 2010. Hipnostetri, Rileks, Nyaman, dan Aman Saat Hamil & melahirkan, Jakarta : gagas Media Andriana, Hypnobirthing. Jakarta:Grasindo. 2008 Barbara. C, Long.( 1999). Psikiatri. Jakarta EGC Barlow, D. H. 2002. Anxiety and Its Disorders: The Nature and Treatment of Anxiety and Panic, Second Edition. New York: The Guilford Press. Berle, J. O., Mykletun, A., Daltveit, A. K., Rasmussen, S., Holsten, F., & Dahl, A. A. (2005). Neonatal Outcomes In Offspring Of Women With Anxiety And Depression During Pregnancy. Archives of Women’s Mental Health. Cury, A. F. & Menezes, P. R. (2007). Prevalence of anxiety and depression during pregnancy in a private setting sample. Archives Womens Mental Health. Chambers, A. S. (2007). Relaxation During Pregnancy to Reduce Stress And Anxiety and Their Associated Complications.. Arizona: Department Of Psychology, The University Of Arizona. Davis, M., Eshelman, E. R., & McKay, M. (1995). Panduan Relaksasi dan Reduksi Stres (Terjemahan), Edisi III. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Davison, G. C., Neale, J. M., & Kring, A. M. (2004). Psikologi Abnormal Edisi Ke-9 (Terjemahan). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
KESIMPULAN
F.Gary Cunningham, et al. 2005.Williams Obstetrics 22nd Edition. New York:McGraw-Hill Companies.
Skor kecemasan pretest dan posttest menunjukkan perbedaan selisih serta perbedaaan yang bermakna terjadi antara tingkat kecemasan pada kelompok kasus dengan kelompok kontrol. Oleh karena itu,
Gurung, R. A. R., Schetter, C. D., Collins, N., Rini, C., & Hobel, C. J. (2005). Psychosocial Predictors Of 30
The Southeast Asian Journal of Midwifery Vol. 2, No.1, Oktober 2016, Hal: 24 - 32 Prenatal Anxiety. Journal of Social and Clinical Psychology. Glover, V., Bergman, K., Sarkar, P., & O’Connor, T. G. (2008). Association Between Maternal and Amniotic Fluid Cortisol is Moderated by Maternal Anxiety. Journal of Psychoneuroendocrinology. Gross, H. & Helen, P. (2007). Researching Pregnancy: Psychological Perspective. New York: Routledge. Halgin, R. P. & Whitbourne, S. K. (2005). Abnormal Psychology: Clinical Perspective on Psychological Disorders. Fourth Edition. New York: McGraw Hill Companies, Inc. Hamilton M. 1959. The assessment of anxiety stress by rating. Br J Med Psycol. Kalat, J. W. (2007). Biological Psychology. California: Thomson Learning, Inc. Kuswandy, Lanny.(2003 ). Terapi Hynobirthing: melahirkan tanpa rasa sakitpersalinan . http:// group. Yahoo.com/ group/ kelg-islami/ massage/ 15921. Diakses tanggal 10 April 2009. Lawrence, S. M., & McNeil, D. W. (2002). Relaxation Training. Ensyclopedia of Psychotherapy. American Psychiatric Association. Lexshimi, R. R. G., Ho, S. E., Hamidah, H., Rohani, M., & Syed, Z. S. Z. (2007). A Study On Anxiety And Depression Level Among High Risk Inpatient Pregnant Women In An Obstetric Ward. Journal of Medical and Health, 2. Lovarini, M. (2007). At Least 9 H Of Supervised Relaxation Training May Reduce State Anxiety And Improve Heart Rate Variability, Prognosis And Return To Work For People With Ischaemic Heart Disease. Journal compilation Australian Association of Occupational Therapists. Laazulva, I. (2003). Promosi Kesehatan Melalui Pelatihan Relaksasi Otot Sebagai Upaya Menurunkan Kecemasan dan Keluhan Fisik pada Remaja yang Mengalami Kehamilan Tidak Dikehendaki (KTD) di Yogyakarta. Tesis. Yogyakarta: Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada. Marie F Mongan, M. Ed., M.Hy.2007. Hypnobirthing The Mongan Methode, Metode Melahirkan Secara Aman, Mudah, dan Nyaman, Alih Bahasa : Brahm Udumbara, Penerbit PT Bhuana Ilmu Populer Mead, G E., Greig, C. A., Cunningham, I., Lewis, S. J., Dinan, S., Saunders, D.H., Fitzsimons, C., & Young, A. (2007). Stroke: A Randomized Trial of Exercise or Relaxation. Journal Compilation, The American Geriatrics Society.
Monat & Lazzarus R )(1977). Kecemasan and coping and anthrology. Colombia University Press. New York. Moebito. (2000). Srtess dan Manajemennya. Makalah disampaikan pada PelatihanKepemimpinan dan Manajemen keperawatan bagi Kepala Ruangan (Angk. II) di Bapelkes Munajati Tanggal 6 s/d 12 Agustus. Lawang. Myles, MF. 1975. Textbook For Midwives with Modern Concepts of Obstetric nd Neonatal Care. London: Churshill Livingstone Nadhiroh, Zumrotin. (2004). Pengaruh pemberian pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu Primigravida dalam Menghadapi Rasa Nyeri Persalinan diPuskesmas Dinoyo Malang. Karya Tulis Ilmiah Program Diploma III Keperawatan Universitas Muhammadiyah Malang. Nasuhah, R. (2005). Hubungan Latihan Relaksasi Senam Hamil Terhadap Tingkat Kecemasan pada Ibu Hamil. Skripsi. Malang: Universitas Muhamadiyah Malang. Nenti
Ningrum, Y. W. (2009). Pelatihan Relaksasi Easybirthing untuk Menurunkan Kecemasan Persalinan pada Ibu Hamil Pertama Trimester III. Tesis. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Nolan, M. 2003. Kehamilan (terjemahan). Jakarta: Arcan
dan
Melahirkan
Nursalam. 2003. Pendekatan Praktik Metodelogi Riset Keperawatan. Jakarta.Infomedika.Philip Sloane PD, Benedict S.( 2001). Petunjuk lengkap kehamilan. Jakarta: Penerbit Mitra Utama. Prawitasari, J. E. dalam Subandi, M. A. (ed). (2002). Psikoterapi: Pendekatan konvensional dan Kontemporer. Yogyakarta: Pustaka Pelajar dan Unit Publikasi Fakultas Psikologi UGM. Rathus, S. A., & Nevid, J. S. (1991). Abnormal Psychology. New Jersey: Prentice Hall. Rout, U. R., & Rout, J. K. (2002). Stress Management For Primary Health Care Proffessionals. New York: Kluwer Academic Publishers.
Mochtar, Rustam, dkk. (2006) Sinopsis obstetri, obstetric operatif dan social: jilid II. Jakarta: EGC. Journal-aipkind.or.id
Mardyaningsih , (2012) Keefektifan Hypnobirthing untuk Mengurangi Kecemasan IbuHamil. Under Graduates thesis, Universitas Negeri Semarang.
31
Sugeng Triyani1, Fatimah2, Aisyah3 Pengaruh Hypnosis Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu Hamil Nullipara ….. Ray. 2010. Kematian Ibu di Indonesia Tertinggi seAsia Tenggara. http://www.satudunia.net/content/kematian-ibu-diindonesia-tertinggise- asia-tenggara
Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Wulandari, P. Y. (2006). Efektivitas Senam Hamil sebagai Pelayanan Prenatal dalam Menurunkan Kecemasan Menghadapi Persalinan Pertama. INSAN 8.
Shadish, W. R., Cook, T. D., & Campbell, D. T. (2002). Experimental and Quasi- Experimentation Designs For Generalized Causal Inference. Boston: Hoghton Mifflin Company.
Http:// www.anxiety and pregnancy. com. Diakses tanggal 10 April 2012. Hypnobirthing, Kurangi Sakit Waktu Persalinan.2008. Available from URL: http://www.hypnobirthing.web.id/?p=455.Diakses tanggal 20 April 2012
Saisto, T., Toivanen, R., Aro, K. S., & Halmesmaki, E. (2006). Therapeutic Group Psychoeducation And Relaxation In Treating Fear Of Childbirth. Acta Obstetricia et Gynecologica. Sarafino, E. P. (1998). Health Psychology. Third Edition. Danver: John Willey and Sons Sari, W. S. (2010). Purelax (Pregnancy Auto-Induced Relaxation) untuk Menurunkan Tingkat Stres Kehamilan Pada Ibu Hamil Primipara Trimester III. Tesis. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Schafer, W. (2000). Stress Management for Wellness. Belmont: Thomson Learning Inc. Shadish, W. R., Cook, T. D., & Campbell, D. T. (2002). Experimental and Quasi- Experimentation Designs For Generalized Causal Inference. Boston: Hoghton Mifflin Company. Skouteris, H., Wertheim, E. H., Rallis, S., Milgrom, J., & Paxton, S. J. (2008).Depression and Anxiety Through Pregnancy and The Early Postpartum: An Examination of Prospective Relationships. Journal of Affective Disorders. Stotland, N. L., & Stewart, D. E. (2001). Psychological Aspects Of Women’s Health Care (The Interface Between Psychiatry And Obstetrics And Gynecology), Second Edition. Washington, Dc: American Psychiatric Press, Inc. Stuart dan Sudden.(1995 ) .Buku saku keperaawatan jiwa (edisi 3)”. Terjemahan oleh Achir Yani S Hamid, 1998, Jakarta: EGC. Swallow, B. L., Lindow, S. W., Masson, E. A., & Hay, D. M. (2004). Psychological Health In Early Pregnancy: Relationship With Nausea And Vomiting. Journal of Obstetrics and Gynaecology. Teixeira, J., Martin, D., Prendiville, O., & Glover, V. (2005). The Effects Of Acute Relaxation On Indices Of Anxiety During Pregnancy. Journal of Psychosomatic Obstetrics & Gynecology. Wulandari, P. Y. (2003). Efektivitas Senam Hamil Sebagai Pelayanan Prenatal dalam Menurunkan Kecemasan Menghadapi Persalinan Pertama. Tesis. 32
Nita Farida Determinan Pemanfaatan Buku Kesehatan Ibu Dan Anak (Kia) …
DETERMINAN PEMANFAATAN BUKU KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) OLEH IBU HAMIL DI PUSKESMAS WANAKERTA KABUPATEN KARAWANG TAHUN 2015 THE DETERMINANTS OF THE MCH HANDBOOK UTILIZATION BY PREGNANT WOMEN AT WANAKERTA HEALTH CENTER OF KARAWANG REGENCY IN 2015 Nita Farida1* 1
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kharisma, Jln. Pangkal Perjuangan Km. 1 By.Pass Karawang, 41316 Karawang. Indonesia
Informasi Artikel: Diterima: maret 2016 Disetujui: Oktober 2016
Kata kunci: Birth pain, nyeri persalinan, pijat endorfin, skala nyeri, kala I fase aktif Key Words Endorphin massage therapy, pain scale, active phase of the first stage of labor
ABSTRAK Buku KIA diharapkan dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam mengontrol kesehatan ibu. Hasil capaian cakupan buku KIA sampai bulan Desember 2014 dari Dinkes Karawang menunjukkan bahwa cakupan Buku KIA yang sebesar 63,49% dan cakupan K1 yang sebesar 93,37% menunjukkan perbedaan yang seharusnya adalah sama karena buku KIA diberikan pertama kali saat ibu periksa hamil. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran pemanfaatan Buku KIA oleh ibu hamil dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan Buku KIA pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Wanakerta, Kabupaten Karawang tahun 2015. Rancangan penelitian ini adalah Cross Sectional. Populasi pada penelitian ini adalah ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya ke Puskesmas Wanakerta dan sampelnya adalah sebagian ibu hamil yang sudah mempunyai buku KIA, dan datang memeriksakan kehamilannya di Puskesmas Wanakerta pada bulan Juni 2015. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan dengan pemanfaatan buku KIA dalam penelitian ini adalah pendidikan, sikap, dukungan tenaga kesehatan, dukungan kader kesehatan, dan dukungan keluarga. Sementara itu, umur, paritas, dan sosial ekonomi tidak berhubungan dengan pemanfaatan buku KIA oleh ibu hamil. ABSTRACT MCH handbook is expected to increase community participation in controlling maternal health. Results of the coverage achievement of this handbook until December 2014 from Kerawang Health Office amounted to 63.49% and the coverage of V1 was 93.37% and this indicates a difference in which in fact both coverages should be the same as the MCH handbook is given when mothers check their pregnancy for the first time. This study aimed to obtain the utilization of MCH Handbook by pregnant women and factors associated with the utilization of MCH handbook in pregnant women in Wanakerta health center, Karawang regency in 2015. The study design was cross-sectional. The population in this study were all pregnant women at Wanakerta health center who did checkups and the sample was part of pregnant women who already had the MCH handbook, and came to checkups at Wanakerta health center in June 2015. The results of this study showed that the variables associated with the use of MCH handbook in this study were education, attitudes, support for health personnel, health cadre support, and family support. Meanwhile, age, parity, and socioeconomy were not related to the utilization of MCH handbook by pregnant women. .
33
The Southeast Asian Journal of Midwifery Vol. 2, No.1, Oktober 2016, Hal: 33-41
PENDAHULUAN
Indikator derajat kesehatan masyarakat berhubungan erat dengan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Menurut SDKI 2012, AKI di Indonesia adalah 359 per 100.000 Kelahiran Hidup. Target AKI secara nasional pada tahun 2015 adalah 102 per 100.000 kelahiran hidup sebagai bentuk komitmen yang dibangun dari Millenium Development Goals/MDGs (Kemenkes RI, 2012). Pada survei pendahuluan, buku KIA telah didistribusikan pada seluruh Puskesmas yang ada diwilayah Kabupaten Karawang (50 Puskesmas), tetapi hasil cakupan buku KIA di Puskesmas Wanakerta masih di bawah cakupan kunjungan ibu hamil pertama kali (K1). Hasil capaian cakupan buku KIA sampai bulan Desember 2014 adalah sebesar 63,49% dan cakupan K1 adalah sebesar 93,37%. Pada dasarnya, cakupan buku KIA dan cakupan K1 seharusnya adalah sama, karena buku KIA diberikan pertama kali saat ibu periksa hamil (Dinkes Karawang, 2014). Walaupun demikian, menurut fenomena yang terjadi di masyarakat, pemeriksaan kehamilan yang pertama ini (K1) hanya dilakukan untuk mengecek apakah positif hamil atau tidak, formalitas cek keadaan janin dan menganggap bahwa Buku KIA hanya buku Bidan yang harus dibawa sewaktu pemeriksaan karena bidan akan mencatat hasil pemeriksaan dalam buku tersebut.
Akan tetapi, pada kenyataanya mereka tidak paham bahwa buku KIA adalah buku pegangan ibu. Hal ini dibuktikan dengan tingginya angka kejadian IUFD dan kematian ibu di RSUD Karawang karena keterlambatan dari deteksi dini komplikasi. Selain itu, dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, materi penyuluhan yang termuat dalam buku KIA belum dijadikan acuan baku dalam penyuluhan. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan ibu hamil di puskesmas yang berbeda, penyuluhan tidak diberikan secara rinci karena ibu-ibu disuruh membacanya sendiri di rumah, kecuali jika terdapat informasi yang tidak dimengerti, para ibu boleh bertanya pada petugas KIA saat kunjungan. METODE Penelitian ini menggunakan rancangan Cross Sectional. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang datang memeriksakan diri ke Puskesmas Wanakerta dan sampelnya adalah 124 ibu hamil yang sudah mempunyai buku KIA, dan datang memeriksakan kehamilannya. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 58,9% ibu hamil telah memanfaatkan buku KIA dan 41,1% tidak memanfaatkan Buku KIA.
Korespondensi penulis:
[email protected]
Journal-aipkind.or.id
34
Nita Farida Determinan Pemanfaatan Buku Kesehatan Ibu Dan Anak (Kia) …
1. Tabel Distribusi karakteristik ibu hamil terhadap pemanfaatan buku KIA di Puskesmas Wanakerta Tahun 20015 VARIABEL
Frek uensi
Perse ntase 100%
16 108
12,9 87,1
21 103
16,9 83,1
26 98
21,0 79,0
21 103
16,9 83,1
56 68
45,2 54,8
87 37
70,2 29,8
29 95
23,4 76,6
32 92
25,8 74,2
51 73
41,1 58,9
Usia responden lebih banyak pada kategori usia 20-35 tahun, yaitu 108 orang (87,1%), sedangkan usia <20 dan >35 tahun berjumlah 16 orang (12,9%). Dari hasil ini diperoleh usia minimal responden yaitu 16 tahun, dan usia maksimal yaitu 40 tahun, dengan usia rata-rata yaitu 26 tahun. Berdasarkan distribusi pendidikan responden, mayoritas responden berpendidikan tinggi (SMA-PT) sebanyak 103 orang (83,1%) sedangkan responden dengan pendidikan SD-SMP adalah sebanyak 21 orang (16,9%). Berdasarkan distribusi pengetahuan responden, mayoritas responden mempunyai pengetahuan tinggi yaitu sebanyak 98 orang (79,0%), sedangkan responden berpengetahuan rendah adalah 26 orang (21%). Berdasarkan distribusi sikap responden, mayoritas responden bersikap positif sebanyak 103 orang (83,1%) dan responden yang bersikap negatif adalah sebanyak 21 orang (16,9). Berdasarkan distribusi paritas, 68 responden merupakan multigravida dan 56 responden merupakan primigravida. Berdasarkan dukungan keluarga, sebanyak 73 orang (58,9%) mendapatkan dukungan tinggi dan 51 orang (41,1) mendapatkan dukungan rendah dari keluarga.
Umur < 20 tahun - >35 tahun 20 tahun – 35 tahun
Tingkat pendidikan Rendah (SD, SMP) Tinggi (SMA, PT)
Pengetahuan Rendah Tinggi
Sikap Negatif Positif
Paritas Primigravida Multigravida
Sosial Ekonomi Rendah Tinggi Dukungan Tenaga Kesehatan Rendah Tinggi Peran kader kesehatan Rendah Tinggi Dukungan keluarga Rendah Tinggi
35
The Southeast Asian Journal of Midwifery Vol. 2, No.1, Oktober 2016, Hal: 33-41
2.
Tabel Distribusi Ibu hamil menurut karakteristik ibu, dukungan tenaga kesehatan, dukungan keluarga dukungan kader dan pemanfaatan buku KIA di Puskesmas Wanakerta, Karawang tahun 2015 pendidikan tinggi memiliki peluang 3,56 Variabel
Umur Pendidikan Paritas Sosial Ekonomi Pengetahuan Sikap Dukungan Nakes Dukungan Kader Dukungan keluarga
<20->35 tahun 20 –35 tahun Rendah Tinggi Primigravida Multigravida Rendah Tinggi Rendah Tinggi Negatif Positif Rendah Tinggi Rendah Tinggi Rendah Tinggi
Pemanfaatan Buku KIA Tidak Ya N % N % 6 37,5 10 62,5 45 41,7 63 58,3 14 66,7 7 33,3 37 35,9 66 64,1 22 39,3 34 60,7 29 42,6 39 57,4 34 39,1 53 60,9 17 45,9 20 54,1 16 61,5 10 38,5 35 35,7 63 64,3 14 66,7 7 33,3 37 35,9 66 64,1 18 33,3 11 20,1 33 34,7 62 65,3 19 59,4 13 40,6 32 34,8 60 65,2 27 52,9 24 47,1 24 32,9 49 671
0,965 0,018 0,845 0,609 0,031 0,018 0,016 0,026 0,040
OR (95 % CI) 1,190 (0,403 -3,513) 3,568 (1,322-9,626) 0,870 (0,424-1,788) 0,755 (0,347-1,641) 2,880 (1,181-7,024) 3,568 (1,322-9,626) 3,074 (1,300-7,271) 2,324 (1,300-7,271) 2,297 (1,101-4,792)
kali memanfaatkan buku KIA dibandingkan ibu hamil yang berpendidikan rendah. Hasil uji statistik untuk paritas diperoleh nilai p=0,845, yang berarti bahwa tidak ada hubungan antara paritas dengan perilaku pemanfaatan buku KIA. Hasil uji statistik untuk pendapatan diperoleh nilai p=0,609, yang berarti bahwa tidak terdapat hubungan antara sosial ekonomi ibu hamil dengan perilaku pemanfaatan buku KIA. Sebanyak 64,3% ibu hamil yang mempunyai pengetahuan tinggi memanfaatkan buku KIA. Hasil uji statistik diperoleh nilai p= 0,031 dan nilai OR=2,88, yang artinya bahwa ibu hamil dengan pengetahuan tinggi memiliki
Hubungan antara umur dengan pemanfaatan Buku KIA menunjukkan bahwa 58,3% ibu hamil dengan usia 2035 dan 62,5% usia <20->35 tahun memanfaatkan buku KIA. Hasil uji statistik diperoleh nilai p= 0,965, yang artinya bahwa tidak ada hubungan antara umur dengan perilaku pemanfaatan buku KIA. Pendidikan dengan pemanfaatan Buku KIA menunjukkan bahwa sebanyak 64,1% berpendidikan tinggi. Hasil uji statistik diperoleh nilai p= 0,018 sehingga terdapat hubungan antara pendidikan dengan perilaku pemanfaatan buku KIA. Nilai OR=3,56 berarti bahwa ibu hamil dengan Journal-aipkind.or.id
P Value
36
Nita Farida Determinan Pemanfaatan Buku Kesehatan Ibu Dan Anak (Kia) …
peluang 2,88 kali untuk memanfaatkan buku KIA dibandingkan ibu hamil dengan pengetahuan rendah. Sikap dengan pemanfaatan Buku KIA menunjukkan bahwa sebanyak 64,1% ibu hamil mempunyai sikap positif. Hasil uji statistik diperoleh nilai p= 0,018, sehingga terdapat hubungan antara sikap dengan perilaku pemanfaatan buku KIA. Nilai OR=3,56 berarti bahwa ibu hamil yang bersikap positif memiliki peluang 3,56 kali memanfaatkan buku KIA dibandingkan ibu hamil yang bersikap negatif. Sebanyak 65,3% ibu hamil mendapatkan dukungan tinggi dari tenaga kesehatan terhadap pemanfaatan buku KIA. Nilai p= 0,016 berarti bahwa terdapat hubungan antara dukungan dari tenaga kesehatan dengan perilaku pemanfaatan buku KIA. Hasil analisis nilai OR=3,07 berarti bahwa ibu hamil yang mendapatkan dukungan tinggi dari tenaga kesehatan memiliki peluang 3,07 kali memanfaatkan buku KIA. Sebanyak 65,2% ibu hamil mendapatkan dukungan tinggi dari kader kesehatan
terhadap pemanfaatan buku KIA dengan nilai p= 0,026, yang berarti bahwa terdapat hubungan antara dukungan dari kader kesehatan dengan perilaku pemanfaatan buku KIA. Nilai OR=2,32 berarti bahwa ibu hamil yang mendapatkan dukungan tinggi dari kader kesehatan memiliki peluang 2,32 kali untuk memanfaatkan buku KIA. Sebanyak 67,1% ibu hamil mendapatkan dukungan tinggi dari keluarga terhadap pemanfaatan buku KIA. Hasil uji statistik menunjukkan nilai p= 0,040, yang berarti bahwa terdapat hubungan antara dukungan dari keluarga dengan perilaku pemanfaatan buku KIA. Dari hasil analisis, nilai OR yang diperoleh adalah 2,29, yang artinya bahwa ibu hamil yang mendapatkan dukungan tinggi dari keluarga memiliki peluang 2,29 kali untuk memanfaatkan buku KIA dibandingkan ibu hamil yang mendapatkan dukungan rendah keluarga.
3. Tabel Model akhir Analisis Multivariat Regresi Logistik Ganda 95% C.I for OR Variabel SE Wald Sig OR Lower Upper Dukungan Keluarga 0,842 4,685 0,030 2,320 1,083 4,972 Pengetahuan 0,676 0,407 0,524 1,539 0,409 5,786 Sikap 0,867 0,243 0,622 1,533 0,280 8,378 Dukungan Nakes 0,695 0,702 0,402 1,791 0,458 7,000
Variabel yang berhubungan adalah Dukungan Keluarga dengan p value 0,030 dan OR 2,320 setelah dikontrol oleh variabel dukungan nakes, sikap, dan pengetahuan.
Variabel pengetahuan, sikap dan dukungan tenaga kesehatan adalah confounding variables
37
The Southeast Asian Journal of Midwifery Vol. 2, No.1, Oktober 2016, Hal: 33-41
Proporsi ibu dengan paritas yang memanfaatkan buku KIA berbeda sedikit, yaitu 60,7% lebih dengan paritas primigravida dan 57,4% pada paritas multigravida. Dalam penelitian ini, ibu hamil dengan paritas primigravida mungkin sedang berusaha memahami betul fungsi dan manfaat dari buku KIA, karena bila ibu hamil tersebut yakin terhadap manfaat dari buku KIA maka, dia akan memilih untuk selalu membawa buku tersebut ketika pemeriksaan, berusaha membaca dan memahami isi bukunya dan selalu menjaganya.
PEMBAHASAN Salah satu tujuan Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah meningkatkan kemandirian keluarga dalam memelihara kesehatan ibu dan anak. Dalam keluarga, ibu dan anak merupakan kelompok yang paling rentan terhadap berbagai masalah kesehatan seperti kesakitan dan gangguan gizi yang seringkali berakhir dengan kecacatan atau kematian (Depkes RI dan JICA, 2009) Untuk mewujudkan kemandirian keluarga dalam memelihara kesehatan ibu dan anak, salah satu upaya program adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keluarga melalui penggunaan Buku Kesehatan Ibu dan Anak (Buku KIA). Dari 124 responden, sebagian besar responden telah memanfaatkan Buku Kesehatan Ibu dan Anak (58,9%). Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian sistriani (2014) dengan sebagian besar responden (52%) yang memiliki kualitas baik dalam penggunaan buku KIA. Hal ini dilihat dari kepatuhan ibu membawa buku KIA serta kelengkapan isi buku KIA.
Proporsinya ibu hamil yang lebih banyak memanfaatkan buku KIA adalah ibu hamil dengan pendapatan keluarga yang rendah sebesar 72,6% sedangkan ibu hamil dengan pendapatan keluarga yang tinggi adalah sebesar 27,4%. Hasil ini berbeda dengan penelitian Sistriani (2012) yang menyatakan bahwa catatan buku KIA lengkap lebih banyak didapatkan pada ibu dengan tingkat ekonomi tinggi sedangkan ibu dengan tingkat ekonomi rendah cenderung jarang memanfaatkan layanan posyandu. Ibu yang mempunyai tingkat ekonomi tinggi merupakan ibu bekerja yang juga tergolong mempunyai tingkat pendidikan menengah.
Madris dalam Wanda (1998) menyatakan bahwa usia merupakan aspek demografis yang penting untuk diamati. Usia dianggap penting karena dapat mencerminkan beberapa nilai seperti pengalaman, pengetahuan, kematangan berpikir dan kemampuan akan beberapa nilai tertentu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu hamil dengan pengetahuan tinggi yang telah memanfaatkan buku KIA adalah sebesar 86,3% dan pengetahuan rendah adalah sebesar 13,7%. Dari pertanyaan yang diajukan ke ibu hamil didapatkan bahwa 96,7% ibu hamil sudah mengetahui dengan baik bahwa buku KIA adalah buku kesehatan ibu dan anak. Hasil uji statistik diperoleh nilai p value 0,031 sehingga ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku pemanfaatan buku KIA. Hasil penelitian ini sejalan dengan Sistriani (2014) dengan ibu yang pengetahuan tinggi lebih besar sebanyak 56% dibandingkan
Pendidikan seseorang mempengaruhi cara berfikir dalam menghadapi pekerjaan. De Partie Santis (1996) dikutip oleh Laurenta (2001) membuktikan bahwa pendidikan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi pendapatan dan cara kerja seseorang. Sebanyak 83,1% ibu hamil sudah memiliki pendidikan tinggi dan 16,9% mempunyai pendidikan rendah.
Journal-aipkind.or.id
38
Nita Farida Determinan Pemanfaatan Buku Kesehatan Ibu Dan Anak (Kia) …
dengan pengetahuan yang rendah sebanyak 44%. DAFTAR PUSTAKA Sebanyak 85,2% ibu hamil menyatakan bahwa buku KIA perlu didiskusikan dengan petugas kesehatan dan keluarga. Hasil uji statistik memperoleh nilai p value 0,018 sehingga terdapat perbedaan yang signifikan pada proporsi antara ibu hamil yang bersikap positif dan ibu hamil dengan sikap negatif terhadap perilaku pemanfaatan buku KIA. Oleh karena itu, sikap mempunyai hubungan dengan perilaku pemanfaatan buku KIA. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Fatimah dkk (2009) yang menyatakan bahwa sikap ibu hamil mendukung pemanfaatan buku KIA.
Arikunto S. Prosedur penelitian, suatu pendekatan praktik, Jakarta: Rineka Cipta; 2010 h,203; 279 Azwar, S 1995. Sikap manusia, teori dan pengukurannya, Yogjakarta, pustaka pelajar. Bhulyan SU, Nakamura Y, Qureshi NA, Studi On development And Assesment Of Maternal and Child Health (MCH) Handbook in Bangladesh. Journal of public Health and Development, 2006 ; 4(2) : 45-60 Colti S dan Elviera G. 2012. Analisis Pencapaian Indikator KIA di Puskesmas Kalibangor. Jurnal Kesmas Indonesia, 4(6) : 120-95 Colti Sistriani, Elviera Gamelia, Dyah Umiyarni Purnama Sari, 2012 Fungsi Pemanfaatan Buku KIA terhadap Pengetahuan Kesehatan Ibu dan Anak Pada Ibu. Artikel penelitian Unsoed hal 353-356 Colti Sistriani, Elviera Gamelia, Bambang Hariyadi 2014. Analisis Kuallitas Penggunaan Buku Kesehatan Ibu Anak. Jurnal Kesehatan. Kemas 10 (1) (2014) 14-20. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Buku Kesehatan Ibu dan Anak dan JICA. Jakarta ; Depkes RI; 2009. H1-64 Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Umum manajemen Penerapan Buku KIA. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia : 2010 Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang. Profil Kesehatan Kabupaten Karawang Tahun 2014 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 Dora D, Faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat pemahaman ibu hamil terhadap pesan antenatal care yang terdapat didalam buku KIA (Tesis). Semarang Fakultas Kedokteran; 2010
Hasil analisis berdasarkan nilai OR tentang ibu hamil yang mendapat dukungan dari petugas kesehatan menunjukkan bahwa dukungan petugas akan mendorong ibu untuk memanfaatkan buku KIA sebesar 2,522 kali dbandingkan dengan ibu hamil yang tidak mendapat dorongan dari petugas kesehatan. Hal ini membuktikan bahwa dukungan petugas adalah sangat penting dalam keberhasilan ibu untuk memanfaatkan buku KIA. Buku KIA merupakan buku wajib untuk dibaca oleh ibu hamil dan keluarga karena berisi informasi penting dan berguna bagi kesehatan ibu dan anak. Penggunaan buku KIA secara baik tidak terlepas dari penyuluhan oleh bidan dan tenaga kesehatan lain pada setiap kunjungan ibu hamil. KESIMPULAN Variabel yang berhubungan dengan pemanfaatan buku KIA dalam penelitian ini adalah pendidikan, pendidikan, sikap, dukungan tenaga kesehatan, dukungan kader kesehatan, dan dukungan keluarga. Sementara itu, umur, paritas, dan sosial ekonomi tidak berhubungan dengan pemanfaatan buku KIA oleh ibu hamil. 39
The Southeast Asian Journal of Midwifery Vol. 2, No.1, Oktober 2016, Hal: 33-41
Ernoviana M.H, 2005. Pemanfaatan Buku Kesehatan Ibu dan Anak di Dinas Kesehatan Kota Sawahlunto (Edisi 2005) Green, Health Education Palnning A Diagnostic Approach The Join Hopkins, 1980 Hagiwara, A; Ueyema, M; Ramlawi, A; Sawada’ Y 2012. Is Maternal and Child Health (MCH) Handbook Effective In Improving Health Related Behaviour ? Evidence From Palestine. Pubmed, 34 (1): 34-35 Hasanbasri dan Ernoviana 2006. Pemanfaatan Buku Kesehatan Ibu dan Anak di Dinas Kesehatan Kota Sawahlunto. (Edisi 2006, Diakses tanggal 3 April 2014). Heru AS, Kader kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC 2005 Hornby, A.S (2000). Oxford Adavanced
kerja Puskesmas Rangkah Surabaya, Embrio Jurnal Kebidanan, 2012 Nakamura, Yasuhide, 2010. Maternal and Child Helath Handbook In Japan. JMAJ 53 (4): 259-265 Nasril (2000). Faktor – faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Ibu Hamil Membawa “ Buku KIA” Di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Sago Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2000, Depok. Notoatmodjo Soekidjo (2007), Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Jakarta Rineka Cipta : Hal 178 Notoatmodjo Soekidjo (2010), Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta Rineka Cipta : Hal 178 Osaki K, Hattori T, Kosen S, Singgih B. Investment In Home-Based Maternal, NewBorn and Child Health Record improves Immunization Coverage in Indonesia. Transaction of the Royal society of Toppical Medicine and Hygiene (Serial of internet). Sabri L Dan Hastono S (2009). Statistik Kesehatan Jakarta: Rajawali Pers Satoko Yanagisawa, Ayako Soyano, Hisato Igarashi, Midori Ura and Yasuhide Nakamura 2015. Effect of a Maternal and Child Health Handbook on Maternal Kowledge and Behaviour : a Communitybased Controlled trial in rural Cambodia. Health policy and planning 2015: 1-9 Widaningrum D, Wirawan, Hasanbasri M, Implementasi Buku Kesehatan Ibu dan Anak di Kabupaten Mimika, Papua. Yogyakarta : Working Paper Series No. 16 April 2007, First Darft KMPK UGM Widagdo L Dan Husodo (2009). Pemanfaatan Buku KIA Oleh Kader Posyandu : Studi pada kader Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungadem Kabupaten Bojonegoro, Semarang : Makara, Kesehatan Vol.13 No.1 Juni 2009 :39-47 Wirawan, Suparyono 2007. Hubungan Antara tingkat pengetahuan Ibu dan Efektifitas Buku KIA dengan Pengetahuan Ibu Balita di wilayah Puskesmas Cakranegara, Mataram. Jurnal kesehatan Prima 1:8493
Learning’s Dictionary of current English, 6thed.,Oxford University Press Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Tahun 2012. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2012 Laksmono W, Besar Tahun 2006. Pemanfaatan Buku KIA oleh Kader Posyandu. Studi pada Kader Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Kedung Adem Kabupaten Bojonegoro Jurnal Makara Kesehatan 2006; 13(1); 47-49 Laurenta, 2001 studi deskriftif dan analisis faktor yang berpengaruh dalam tingkat pengetahuan KIA pada ibu dan anak di Puskesmas Cakranegara Mataram. Jurnal Kesehatan Prima 2007. Muhammad AM, Tety R. 2012. Peran Kader Kesehatan Dalam Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi pada Ibu hamil di Posyandu Di Kota Mojokerto, Provinsi Jawa Timur. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, 15 (4): 358360 Nadia, 2000, Hubungan antara kepemilikan buku KIA dengan pengetahuan, sikap, dan praktik perawatan kehamilan diwilayah Journal-aipkind.or.id
40
Nita Farida Determinan Pemanfaatan Buku Kesehatan Ibu Dan Anak (Kia) …
Zulkifli (2003). Posyandu dan Kader Kesehatan digital Library FKM – USU
41
Aryunani1, Pipit Festi Wilianarti2 Perbedaan Perkembangan Motorik Bayi Pasca …..
PERBEDAAN PERKEMBANGAN MOTORIK BAYI PASCA PEMBERIAN STIMULASI PIJATAN DAN BERENANG The DIFFERENCE in the DEVELOPMENT of the INFANT'S MOTOR after GRANTING STIMULATION MASSAGE and SWIMMING
Aryunani1*, Pipit Festi Wilianarti2 1,2
Universitas Muhammadiyah Surabaya,Jl. Sutorejo no 59,Surabaya, 60113, Indonesia
Informasi Artikel:
ABSTRAK
Diterima: Oktober 2015
Gangguan pertumbuhan perkembangan pada balita akan berakibat pada penurunan pembentukan sikap dan perilaku anak pada masa selanjutnya. Gangguan ini dapat dicegah dengan memberikan stimulasi perkembangan. Desain penelitian ini adalah Quasy Eksperimental Design dengan jenis rancangan Non Equivalent Control Group. Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan di Bidan Praktik Mandiri di Kelurahan Sidotopo Kec Semampir Surabaya Utara dengan sampel bayi usia 6 sampai 12 bulan. Teknik Pengambilan sampel menggunakan consecutive sampling Pengumpulan data dilakukan melalui observasi dengan menggunakan lembar observasi. Teknik analisis data menggunakan uji Wilcoxon test untuk melihat perbedaan motorik kasar sebelum dan sesudah perlakuan. Hasil penelitian menemukan bahwa 40% bayi mengalami peningkatan 1-2 segmen perkembangan motorik dan 60% bayi mengalami peningkatan perkembangan 3-4 segmen.
Disetujui: Kata kunci: Metode Swimming and Message Perkembangan motorik
Keyword: Massage, swimming, motor development
ABSTRACT Developmental growth disorders in children under five will result in a decrease in the formation of attitudes and behavior of children in the future. These disorders can be prevented by stimulating development. This study used a quasy experimental design. This research was carried out for 4 months in Privately Practising Midwives in Sidotopo village of Semampir sub-district of North Surabaya with a sample of infants aged 6 to 12 months. Data sampling used consecutive sampling collected through observation using the observation sheet. Data were analyzed using Wilcoxon test to see the difference in gross motor before and after treatment in the treatment group. In the treatment group 40% infant experienced an increase of 1-2 segment of motor development and 60% had an increase of 3-4 segments.
PENDAHULUAN
menganggap bahwa selama anak tidak sakit, hal ini berarti bahwa anak tidak mengalami masalah. Perkembangan fisik sangat berkaitan erat dengan perkembangan motorik anak. Masalah gangguan perkembangan motorik dapat dicegah dengan memberikan stimulasi motorik sejak usia dini. Salah satu stimulasi yang dapat dikembangkan adalah dengan melakukan massage and swimming method. Data kesehatan bayi yang mengalami gangguan pekembangan adalah 8,45% (Dinas Kesehatan Provinsi Jatim, 2013) Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengidentifikasi pemberian massage and swimming method pada bayi 6-12 bulan, (2) mengidentifikasi tingkat perkembangan motorik pada bayi sebelum dan sesudah diberikan metode swimming dan message pada bayi 6-12
Pemberian stimulasi untuk merangsang anak mencapai tumbuh kembang optimla pada masa anak merupakan suatu hal yang sangat penting, yang sering diabaikan oleh orang tua. Biasanya penanganan lebih banyak difokuskan pada mengatasi penyakitnya, sementara tumbuh kembangnya diabaikan. Setelah anak sembuh dari sakitnya, yang sering terjadi adalah justru timbulnya masalah yang berkaitan dengan tumbuh kembangnya, misalnya, anak mengalami kemunduran dalam kemampuan otonominya. Situasi ini sangat berbeda dengan pendapayan sebagian besar orang tua yang
Korespondensi penulis.
[email protected]
42
The Southeast Asian Journal of Midwifery Vol. 2, No.1, Oktober 2016, Hal: 42 -44
Berenang merupakan sebuah kegiatan yang popular, dimana dari bayi nol tahun sudah dapat melakukannya. Bagi bayi sendiri, berenang merupakan olah raga yang menggunakan hampir seluruh bagian otot yang ada pada tubuh mereka. Olah raga ini cocok bagi semua usia, dari bayi hingga lansia, karena berenang memberikan pengaruh rasa nyaman bagi yang melakukannya. Olah raga didalam air ini memberikan sensasi tersendiri karena karena membuat seseorang menjadi rileks dan bugar. Pijatan adalah sentuhan tertentu yang memiliki efek terapi dan stimulasi. Pijatan pada bayi yang dilakukan secara rutin oleh orang tua akan membawa efek positif melancarkan tekanan darah dan meningkatkan kualitas komunikasi (bounding antara ibu dan bayi). METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental. Sampel penelitian ini adalah bayi usia 6-12 bulan. Data penelitian adalah data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari hasil observasi terhadap responden (bayi usia 6-12 bulan) sebanyak 30 bayi. Pengambilan sampel menggunakan tehnik probability sampling dengan cara Consecutive Sampling. Pengambilan data dilakukan di salah satu bidan praktik mandiri di Kelurahan Sidotopo Kec. Semampir Surabaya yang dilakukan selama 4 bulan. Pengambilan data menggunakan teknik observasional, dan kemudian dianalisis secara deskriptif dan analitik.
HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1: Usia Bayi dalam bulan Usia Bayi 6-8 9-11 Total
N 22 8 30
(%) 73.3 26.7 100
Berdasarkan data pada tabel 1, bayi usia 6-8 bulan adalah sebanyak 73.3%, sedangkan sebagian kecil berusia 9-11 bulan Journal-aipkind.or.id
Tabel 2: Perbandingan Perkembangan Motorik Sebelum dan Sesudah Massage and Swimming Methods pada kelompok perlakuan Perkembangan Motorik Sesuai Peningkatan 1-2 Peningkatan Kelompok Perkembang Segmen 3-4 segmen an perkembangan Perkembangan n % n % n % Sebelum 12 80 3 20 0 Sesudah 0 6 40 9 60 Wilcoxon α =0,05 p= 0,00
Berdasarkan Tabel 2, perkembangan motorik bayi sebelum dilakukan pemijatan dan latihan renang adalah bahwa 12 bayi (80%) berkembang sesuai dengan usianya, sedangkan 3 bayi (20%) mempunyai perkembangan motorik yang meningkat sebanyak 1-2 segmen. Enam bayi (40%) mempunyai perkembangan motorik dengan peningkatan 1-2 segmen, dan 9 bayi (60%) mengalami peningkatan 3-4 segmen dalam sektor perkembangan motorik. Perlakuan massage dan swimming dilakukan 8x dengan interval waktu 2 minggu selama 4 bulan, dan evaluasi pada bayi dilakukan pada 2 minggu setelah diberikan tindakan. Berdasarkan uji Wilcoxon didapatkan hasil α =0,05 p= 0,00, yang berarti bahwa pemberian stimulasi massage dan swimming mempunyai pengaruh terhadap perkembangan motorik pada bayi usia 6-12 bulan. Dalam penelitian ini dapat diketahui bahwa pengaruh yang signifikan stimulasi Metode Swimming and Massage terhadap perkembangan motorik optimal bayi usia 6-12 bulan. Hasil penelitian ini dapat digunakan para orang tua untuk melakukan stimulasi dini dalam mencegah gangguan pertumbuhan dan perkembangan bayi, terutama dalam perkembangan motorik bayi. Sering terjadinya sakit akan menggangu perkembangan bayi. Berdasarkan Wenche (2010) dijelaskan bahwa pengetahuan ibu yang kurang tentang stimulasi dini memiliki risiko bayi yang lebih tinggi untuk terjadi keterlambatan perkembangan motorik dibandingkan dengan kelompok anak dengan pengetahuan ibu yang baik. Gangguan 43
Aryunani1, Pipit Festi Wilianarti2 Perbedaan Perkembangan Motorik Bayi Pasca …..
sentuhan ibu atau keluarga terhadap bayinya akan menyebabkan penurunan enzim ODC (ornithine decarboxylase) dan peningkatan pengeluaran neurochemical betha-endorphine, sehingga akan mempengaruhi perkembangan bayi. Dalam penelitian tersebut disebutkan bahwa renang pada bayi akan menurunkan risiko terjadinya infeksi saluran pernafasan. Infeksi saluran pernafasan adalah penyakit yang sering terjadi pada bayi yang dapat mempengaruhi perkembangan bayi tersebut. Pada masa bayi, anak mengalami masa keemasan (the golden years) yang merupakan tahap saat anak mulai peka dan sensitif untuk menerima berbagai rangsangan. Pada masa peka inilah, bayi mulai matang secara fisik dan psikisnya, sehingga siap merespons stimulasi yang diberikan oleh lingkungan. Pengetahuan ibu tentang stimulasi dini bayi sangat penting untuk perkembangan motorik optimal, karena dengan sentuhan, bayi akan merasa nyaman dan hal ini akan menjalin ikatan emosional yang tercipta secara alami. Selain sentuhan pijat, berenang juga dapat merangsang saraf-saraf motorik bayi agar tumbuh kembangnya optimal.
Syaukani Aulia, 2015. Pijat, Senam dan Yoga Sehat untuk Bayi. yogyakarta. araska. Halimah A. 2012. Pengaruh Stimulasi Bayi terhadap Perkembangan Motorik Kasar pada bayi usia 3 – 8 Bulan. Media Kesehatan. Vol V no 1. Wenche Nystad1, Siri E. Håberg1, Stephanie J London2, Per Nafstad1,3, and Per Magnus1. 2010. Baby swimming and respiratory health. PMC. 14 September. 9
KESIMPULAN Dengan stimulasi swimming dan massage dilakukan pada bayi usia 6-12 bulan, kelompok kontrol menunjukkan peningkatan 1-2 segmen perkembangan motorik dan kelompok perlakuan mengalami peningkatan perkembangan motorik 34 segmen perkembangan.
DAFTAR PUSTAKA Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. 2013. Nirmala, dkk.2010. Fisiologi dan Patologi.Jakarta. EGC Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Pedoman Skripsi, Tesis Dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta. Sugiyono. 2004. Metodologi penelitian administratif. Bandung: Alfabeta 44
R. Nety Rustikayanti1*, Ira Kartika2, Yanti Herawati3 Perubahan Psikologis pada Ibu Hamil …
PERUBAHAN PSIKOLOGIS PADA IBU HAMIL TRIMESTER III ADAPTATION OF PSYCHOLOGICAL CHANGES IN THE THIRD SEMESTER OF PREGNANT WOMEN 1*
2
R. Nety Rustikayanti , Ira Kartika , Yanti Herawati 1,2,3
3
STIKes Dharma Husada Bandung, Jln. Terusan Jakarta no.75, Bandung 40291, Indonesia
Informasi Artikel: Diterima: April 2016 Disetujui: Oktober 2016
Kata kunci: Perubahan psikologis ibu hamil Tingkat kepuasan suami Kata kunci 1 Perubahan psikologis ibu hamil Kata kunci 2 Tingkat kepuasan suami
ABSTRAK Seorang wanita pada periode kehamilan akan mengalami perubahan baik fisik maupun psikologis. Perubahan ini berdampak terhadap pemenuhan kebutuhan dasar termasuk seksualitas. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan perubahan psikologis ibu hamil. Penelitian menggunakan rancangan cross sectional dengan populasi ibu hamil trimester 3 yang memeriksakan kehamilannya di bulan Mei 2015 sebanyak 183 pasangan. Teknik sampling menggunakan accidental sampling dan jumlah sampel terpilih adalah 46 pasangan. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner Perubahan Psikologis dan Index of Sexual Satisfaction (ISS). Analisis data menggunakan Chi-square test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 54.3% responden mengalami perubahan psikologis positif
ABSTRACT A woman on the gestation period will experience both physical and psychological changes. These changes have an impact on the fulfillment of basic needs, including sexuality. Changes in pregnant women’s perceived psychology can result in decreased sexual desire of the women. This study aimed to describe the relationship of psychological changes of pregnant women with the husband’s sexual satisfaction level. The study used cross sectional design with a population of third trimester pregnant women who did checkups in May 2015 as many as 183 couples. Sampling technique used accidental sampling and sample size was 46 couples. The instrument used was a questionnaire and Psychological Changes Index of Sexual Satisfaction (ISS). Data analysis used Chi-square test. The results showed that as many as 54.3% of respondents experienced a positive psychological change. Conclusion of the study is that the more positive physiological changes in pregnant women will result in higher sexual satisfaction of her husband.
PENDAHULUAN
lelah. Indra penciuman juga menjadi sangat peka, dan oleh karena itu, tak jarang kita melihat ibu hamil muda yang tampak begitu tegang dan mudah emosi. Hal itu biasanya kita temui di trimester pertama. Pada masa kehamilan trimester kedua, ibu hamil merasakan perubahan bentuk tubuhnya, terutama pada wajah, perut, dan dada. Dalam fasie ini, beberapa ibu hamil merasa cemas karena takut akan bertambahnya berat badan. Di trimester ketiga, ibu hamil sering mengeluhkan mudah lelah dan kurang tidur (Tari & Romania, 2011). Kehamilan mengakibatkan banyak perubahan dan adaptasi pada ibu hamil dan pasangan. Trimester pertama sering dianggap sebagai periode
Kehamilan merupakan suatu peristiwa penting dalam kehidupan seorang perempuan. Proses yang diawali dari konsepsi hingga pengeluaran bayi dari dalam rahim menuntut adaptasi dari ibu hamil dan orang-orang terdekat. Kehamilan bagi pasangan suami istri adalah suatu perkembangan keluarga dengan hadirnya anggota keluarga baru, perubahan hubungan, dan peran dalam keluarga (Hapsari & Sudarmiati, 2011). Ibu hamil akan mengalami perubahan fisik seperti keluhan mual, muntah, pusing, dan mudah
45
The Southeast Asian Journal of Midwifery Vol. 2, No.1, Oktober 2016, Hal: 45 - 49 penyesuaian dengan ambivalensi (dua perasaan yang bertentangan) yang terkadang timbul. Beberapa ketidaknyamaan akan timbul pada ibu hamil, yang salah satunya berhubungan dengan ketidaknyamanan fisik dan perasaan. Berhubungan dengan hasrat seksual, setiap wanita memiliki hasrat seksual yang berbeda-beda di trimester pertama, karena banyak ibu hamil merasakan kebutuhan kasih sayang besar dan cinta tanpa seks. Trimester kedua sering dikenal dengan periode kesehatan yang baik, yakni ketika ibu hamil merasa nyaman dan bebas dari segala ketidaknyamanan. Di trimester kedua ini, sebagian ibu hamil akan mengalami kemajuan dalam hubungan seksual. Hal itu disebabkan di trimester kedua, ibu hamil relatif terbebas dari segala ketidaknyamanan fisik, kecemasan, kekhawatiran yang sebelumnya menimbulkan ambivalensi pada ibu hamil kini mulai mereda dan menuntut kasih sayang dari pasangan maupun dari keluarganya (Ramadani & Sudarmiati, 2013). Kehamilan pada trimester ketiga sering disebut sebagai fase penantian yang penuh dengan kewaspadaan. Pada periode ini, ibu hamil mulai menyadari kehadiran bayi sebagai makhluk yang terpisah sehingga dia menjadi tidak sabar dengan kehadiran bayinya tersebut. Ibu hamil merasakan kembali ketidaknyamanan fisik karena merasa canggung atau merasa dirinya tidak menarik lagi, sehingga dukungan dari pasangan sangat dia butuhkan. Peningkatan hasrat seksual yang pada trimester kedua menjadi menurun karena abdomen yang semakin membesar yang rmenjadi halangan dalam berhubungan seks (Ramadani & Sudarmiati, 2013).
seksual dan kuesioner perubahan psikologis ibu hamil. Kuesioner tingkat kepuasan seksual bersifat pertanyaan tertutup dan diukur dengan mengugunakan alat ukur ISS (index of sexual satisfaction) berdasarkan internatonal journal of psychology and psychology therapy (ISS). Untuk mengetahui kondisi psikologis ibu hamil, peneliti menggunakan kuesioner perubahan psikologis ibu hamil dengan kuesioner yang sudah diuji validitas dan reliabilitasnya. Metode analisis data yang digunakan adalah chi square test.
HASIL DAN PEMBAHASAN Kehamilan mengakibatkan banyaknya perubahan pada ibu hamil, baik perubahan secara fisik dan psikologis. Hal itu di dipengaruhi juga oleh perubahan hormon pada ibu hamil, sehingga muncul keinginan untuk banyak istirahat dan perasaan yang ambivalensi. Perubahan bentuk tubuh juga dapat mempengaruhi respon emosional pada ibu hamil, seperti perubahan bentuk citra tubuh, dan perasaan takut dan cemas terhadap kehamilan. Tabel 1. Distribusi Frekuensi Perubahan Psikologis Ibu Hamil Trimester 3 Perubahan psikologis ibu hamil
Persentase (%)
Perubahan psikologis positif
25
54,3
Perubahan psikologis negatif
21
45,7
Total
46
100
Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa perubahan psikologis ibu hamil trimester 3 yang terbanyak adalah mengalami perubahan psikologis positif sebanyak 25 orang (54,3%). Dalam penelitian ini, ibu hamil mengalami perubahan psikologis seperti merasa khawatir dengan perubahan bentuk tubuh yang dialami di masa kehamilan. Kekhwatiran juga muncul dikarenakan terhadap janin yang bisa saja lahir dengan kondisi tidak normal. Biasanya,
METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil trimester 3 yang memeriksakan kehamilannya di bulan Mei tahun 2015 di UPT Puskesmas Arcamanik kota Bandung sebanyak 183 orang. Sampel penelitian diambil dengan metode accidental sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara berdasarkan kuesioner tentang tingkat kepuasan Journal-aipkind.or.id
Jumlah (n)
46
R. Nety Rustikayanti1*, Ira Kartika2, Yanti Herawati3 Perubahan Psikologis pada Ibu Hamil …
perubahan-perubahan psikologis negatif dialami oleh ibu hamil dengan kehamilan pertama kali. Di awal kehamilan, ibu hamil selalu memperhatikan setiap perubahan-perubahan yang dialaminya, baik perubahan fisik maupun psikologis. Terjadinya perubahan fisik seperti mual, muntah, perut yang semakin membesar, cepat lelah dan nyeri payudara dapat mempengaruhi psikologis ibu pada saat hamil, namun ada beberapa ibu hamil tidak mengalami perubahan psikologis yang tampak atau mengalami perubahan psikologis yang positif. Hal ini senada dengan hasil penelitian lain bahwa perubahan psikologis yang positif akan sering dialami ibu hamil yang telah memiliki pengalaman dengan kehamilan sebelumnya, sementara perubahan yang negatif sering muncul pada ibu hamil yang belum punya pengalaman hamil sebelumnya atau hamil pertama kali (Sandy & Sari, 2012). Kehamilan merupakan kondisi yang penuh dengan stres yang berdampak terhadap status psikis pada perempuan hamil (Bjelica A dan Kapor-Stanulović N, 2004). Fokus utama perempuan hamil adalah persepsi terhadap hilangnya daya tarik mereka. Persepsi ini berkorelasi terhadap aktivitas koitus dan kesenangan seksual terhadap pasangan (Perkins dalam Brown, C dan Bradford, J, 2008). Penelitian Judicibous dan McCabe (2002) menunjukkan adanya penurunan seksualitas selama kehamilan.
kehamilan merupakan hal yang sudah jelas untuk wanita, kita terkadang melupakan bahwa bagaimana pengalaman ini juga mempengaruhi pasangan suami. Selama kehamilan, istri mengalami perubahan dan adaptasi baik secara fisik maupun psikologis. Beberapa perubahan psikologis tersebut dapat berpengaruh terhadap aktivitas seksual pasangan dan mempengaruhi psikologis pasangan untuk melakukan aktifitas seksual dimasa kehamilan. Kekhawatiran membahayakan janin, keguguran, dan penurunan gairah seksual dapat membuat pasangan suami istri untuk tidak berhubungan seksual di masa kehamilan. Perubahan dorongan seksual umumnya berfluktuasi selama masa kehamilan. Dorongan seksual biasanya menurun pada trimester dan meningkat di trimester dua, tetapi di sepanjang trimester ketiga dorongan seksual dapat kembali menurun dengan semakin membesarnya perut dan semakin fokusnya perhatian untuk persiapan melahirkan (Salma, 2012). Perubahan hasrat atau keinginan istri yang berubah-ubah pada tiap trimester ternyata tidak sebanding dengan hasrat atau keinginan suami pada saat istri hamil. Di dalam sebuah jurnal ( Hapsari, 2015), hasrat atau gairah ibu hamil dalam melakukan seksual selama masa kehamilan berbeda dengan apa yang dirasakan suami. Hal ini tentunya berpengaruh terhadap psikologis ibu hamil dan tingkat kepuasan seksual suami pada masa kehamilan istri.
Kehamilan merupakan satu langkah dalam perkembangan hubungan seksualitas antara dua individu. Pasangan mungkin menghadapi masalahmasalah seksualitas selama kehamilan. Ketertarikan dalam aktifitas seksual umumnya ditolak selama kehamilan (Brown, C, Bradford, J, et al, 2008). Hubungan seksual bukanlah hanya bertemunya secara keadaan fisik antara seorang pria dan wanita, tetapi bertemunya keadaan psikologis dari kedua individu tersebut. Semua curahan hatinya, curahan perasaannya dinyatakan pada waktu berhubungan seksual. Bicara soal gairah seks dan kehamilan, ternyata bukan hanya wanita saja yang merasakan penurunan libido, pria juga ternyata bisa mengalami hal serupa. Hal itu disebabkan karena
KESIMPULAN Terdapat perubahan psikologis ibu hamil yang dapat berdampak pada gairah seksual sang istri. Oleh karena itu, pemberian penyuluhan serta informasi tentang perubahan fisik dan psikologis dalam masa kehamilan yang mungkin berpengaruh terhadap hubungan seksual suami dan ibu hamil perlu diberikan.
47
The Southeast Asian Journal of Midwifery Vol. 2, No.1, Oktober 2016, Hal: 45 - 49 Glade B. Curtis. 2009. Kehamilan diatas usia 30. Jakarta. Arcan
DAFTAR PUSTAKA Alek
A . (2010). Kehamilan.
Cara
Menikmati
Masa Hapsari & Sudarmiati. Sexual experience in pregnant woman at pondok aren tangerang health center. 2011;76-85.
http://www.tribunpontianak.co.id/read/artikel.
Di akses pada tanggal 23/03/2015.
http://journal.unair.ac.id/article_4847_media37_ category3.html. Di akses pada tanggal
Allen J, (2014). Timing of sexual intercourse in relation to ovulation.
21/02/2015.
http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJM199 512073332301. Di akses pada tanggal
Mulhall. 210. The juornal of sexual medicene.
27/02/2015.
http://onlinelibrary.wiley.com/journal/10.1111/(I SSN)1743-6109/issues?activeYear=2010. Di
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta, PT.Rineka Cipta.
akses pada tanggal 25/03/2015 Murkoff Heidi, Eisenberg, Hathaway 2006. kehamilan apa yang anda hadapi bulan per bulan. Jakarta : Arcan.
Bjelica, A. Kapor-Stanulović N. 2004. Pregnancy as Psychological Event. Med Pregl. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/154 62597. pada tanggal 20/10/2015. BKKBN, 2006. Deteksi kehamilan. Jakarta.
dini
Notoatmodjo. 2010. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta; Rineka Cipta. Pablo Santos PS, dkk. Indice de satisfaccion sexual (ISS): un es tudio sobre su fiabilidady validez. International juonal psychology. 2009; 9, 2, 259-273.
komplikasi
Brown, C, Bradford, J et al. 2008. Sex and Sexuality in Pregnancy. The Global Library of Women’s,Medicine. http://www.glowm.com/section_view/head.i ng/Sex%20and%20Sexuality%20in%20Pre gnancy/item/111. Pada tanggal 20/10/2015.
https://www.google.co.id/search?q=iss+hudson &oq=iss&aqs=chrome.2.69i57j69i60j69i59j0l3. 3246j0j7&sourceid=chrome&es_sm=122&ie=U TF-8. Pada tanggal 25/03/2015.
Polomeno, V. 2000. Sex and Pregnancy: A perinatal educator's guide. The Journal of Perinatal Education. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/P MC1595041/. Pada tanggal 10/10/2015.
Chandranita, Fajar & Bagus Gde. 2009. Repoduksi wanita. Jakarta : EGC Christine Dunkel Schetter dan Lynlee.2015. Anxiety, depression and stress in pregnancy: implications for mothers, children, research, and practice. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/P MC4447112/. Di akses pada tanggal 03/06/2015. De
Potter, P. A. & Perry, A G. (2005) Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Proses Konsep, dan Praktik, Edisi 4. Jakarta. EGC. Purwaningsih W, Fatmawati S. 2010. Asuhan keperawatan maternitas.
Judicibus, M.A., McCabe, M.P. 2002. Psychological Factors and The Sexuality of Pregnant and Postpartum Women. The Journal of Sex Research. http://www.jstor.org/stable/3813191?seq=1# page_scan_tab_contents. Pada 20/10/2015
Ramadani & Sudarmiati. Perbedaan tingkat kepuasan seksual pada pasangan suami istri dimasa kehamilan. http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JKMat/articl e/view/992. Di akses pada tanggal
03/02/2015.
Giovani Cedli. L . 2012. Fungsi Seksual Pasangan Selama Kehamilan. Skripsi ini tidak diterbitkan. Universitas Indonesia. Online. Di akses pada tanggal 05/03/2015.\
Journal-aipkind.or.id
Sandy
& Sari.(2012). Gambaran tentang penegtahuan ibu hamil trimester III tentang hubungan seksual selama hamil. https://www.google.co.id/search?q=iss+hudson
48
R. Nety Rustikayanti1*, Ira Kartika2, Yanti Herawati3 Perubahan Psikologis pada Ibu Hamil … &oq=iss&aqs=chrome.2.69i57j69i60j69i59j0l3. 3246j0j7&sourceid=chrome&es_sm=122&ie=U TF8#newwindow=1&q=Gambaran+tentang+penget ahuan+ibu+hamil+trimester+III+tentang+hubun gan+seksual+selama+hamil&spell=1. Di akses
pada tanggal 15/03/2015. Saputra andi.( 2011).Tingkat perceraian di Indonesia meningkat. http://news.detik.com/read/2011/08/04/124446/1 696402/10/tingkat-perceraian-di-indonesiameningkat. Diakses pada tanggal 04/04/2015
Simkin, Whalley & Kepper. 2009. Panduan lengkap kehamilan, melahirkan & bayi. Jakarta : Arcan. Sugiyono. 2011. Metode penelitian pendidikan. Bandung; Alfabeta Sylvia D. 2006. Disfungsi seksual pada perempuan. https://www.google.co.id/search?q=Disfungsi+s eksual+pada+perempuan&oq=Disfungsi+seksua l+pada+perempuan&aqs=chrome..69i57j0l5.825 2j0j4&sourceid=chrome&es_sm=122&ie=UTF8. Di akses pada tanggal 11/03/2015.
49