Jurnal Keperawatan Fikes UMJ 2015
PENGARUH TERAPI GENERALIS DEFISIT PERAWATAN DIRI TERHADAP KEMANDIRIAN PERAWATAN DIRI ANAK RETARDASI MENTAL DI SDLB-C TPA KABUPATEN JEMBER Hamidah Retno Wardani1, Awatiful Azza2, Komarudin3 Program S1Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jember
2.
1. Mahasiswa S1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jember
[email protected] Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jember
[email protected] 3. Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jember
[email protected]
ABSTRAK Introduksi.Anak retardasi mental memiliki ketidakmampuan dalam pemenuhan kebutuhan perawatan diri.Salah satu terapi yang dapat diberikan adalah terapi generalis defisit perawatan diri yang bertujuan untuk meningkatkan kemandirian perawatan diri anak retardasi mental.Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh terapi generalis defisit perawatan diri terhadap kemandirian perawatan diri anak retardasi mental. Metode.Menggunakan desain Pra Eksperiment dengan rancangan pre test and post test group design bertujuan untuk melakukan observasi pertama (pre test) yang memungkinkan peneliti dapat menguji perubahan-perubahan yang terjadi setelah eksperimen dilakukan (post test). Populasi penelitian ini adalah orang tua anak retardasi mental di SDLB-C TPA Kabupaten Jember sebanyak 43 responden dengan jumlah sampel 22 responden. Tehnik pengambilan sampel purposive sampling. Result. Hasil penelitian didapatkan kemandirian perawatan diri22 sampel (100%) mengalami peningkatan skor kemandirian perawatan diri (berpakaian)sebanyak18 sampel (81.8%). Adapun pengaruh terapi generalis defisit perawatan diri dengan uji Dependent-test (Paired T-test)(α = 0,05), didapatkan p value = 0,000. Kesimpulan penelitian ini bahwa terapi generalis defisit perawatan diri (berpakaian) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kemandirian perawatan diri (berpakaian)anak retardasi mental kategori sedang. Diskusi.Rekomendasi dari penelitian ini yaitu kepada orang tua dan pendidik anak berkebutuhan khusus agar terapi generalis deficit perawatan diri dapat dilakukan secara berulang-ulang dan dapat dimodifikasi dengan berbagai metode. Kata kunci: Terapi generalis defisit perawatan diri (berpakaian), kemandirian perawatan diri, anak retardasi mental kategori sedang.
1
Jurnal Keperawatan Fikes UMJ 2015
ABSTRAK Introduction.Mentally retarded children have an inability to meet the needs of self-care. One treatment that can be given is a generalist therapeutic self-care deficit which aims to increase the independence of self-care children with mental retardation. The purpose of this study was to determine the effect of self-care deficit generalist therapy against the independence of self-care children with mental retardation. Methode.Using Pre-experimental design with pre-test and post design test group design aims to observe the first (pre-test) which allows researchers can examine the changes that occurred after the experiments carried out (post-test). The population was parents of children with mental retardation in SDLB-C Jember landfill by 43 respondents with a sample of 22 respondents. Purposive sampling technique. Result.The result showed self-care independence 22 samples (100%) increased independence scores of self-care (dressing) of 18 samples (81.8%). The therapeutic effect of self-care deficit generalist with Dependent test t-test (paired T-test) (α = 0.05), obtained p value = 0.000. The conclusion of this study that the therapeutic self-care deficit generalist (dressing) have a significant influence on the independence of self-care (dressing) of children with mental retardation medium category. Discussion.Recommendations of this study is to parents and educators of children with special needs in order to self-care deficit generalist therapy can be carried out repeatedly and can be modified by various methods. Keywords: Therapeutic generalist self-care deficit (dressing), the independence of self-care, child mental retardation medium category Bibliography 27 (2004-2014)
retardasi mental (Sujarwanto, 2005 dalam
PENDAHULUAN
Selama proses pertumbuhan dan
Zakarya, 2013). Retardasi Mental ditandai dengan defisit
perkembangan
baik
selama
dalam
kandungan maupun yang telah terlahir, tidak
atau hendaya dengan fungsi adaptif, seperti bidang
komunikasi,
mengurus
dirinya
sendiri, home living, keterampilan sosial, semua anak mampu melalui tahapan secara optimal.
Beberapa
anak
mengalami
kegagalan atau gangguan tumbuh kembang.
interpersonal, dan keterampilan akademik. Tanda-tanda umum dari mental retardation adalah
kesulitan
dalam
berkomunikasi,
kesulitan dalam mengurus diri sendiri atau Dalam Zakarya (2013) beberapa kelompok anak
mengalami
gangguan
tumbuh
kembang, Salah satunya adalah anak dengan
rumah, kesulitan membina relasi sosial atau personal, rendahnya kemampuan akademis, kesehatan dan keselamatan (Pieter, Janiwarti
2
Jurnal Keperawatan Fikes UMJ 2015
dan Saragih, 2010).
keperawatan
generalis
dan
Untuk jenis penyandang cacat seperti
spesialis.Tindakan keperawatan generalis
retardasi mental akan dibedakan sesuai
yang dilakukan yaitu klien diajarkan dan
dengan tingkatannya, yaitu retardasi mental
dilatih
ringan, sedang, dan berat. Berdasarkan
perawatan diri yang meliputi, mandi berhias,
ketiga klasifikasi tersebut,
anak
makan dan minum dengan benar serta
memiliki
toileting (BAK dan BAB secara benar)
retardasi
mental
maka
sedang
untuk
memenuhi
ketrampilan merawat diri dan ketrampilan
(Rochmawati,
motorik yang terlambat (FKUI, 2010).
2008).Terapi generalis berupa stimulasi
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk
melakukan
Keliat,
kebutuhan
dan
Wardani,
tumbuh kembang remaja (Nurjannah, 2011).
aktivitas
Terapi generalis memuat 7 strategi
perawatan diri (mandi, berhias, makan,
pelaksanaan
toileting) (Nurjannah, 2004 dalam Deden
pelaksanaan dalam terapi generalis adalah
dan Dermawan, 2013).
startegi pelaksanaan (SP) defisit perawatan
Karena itu keperawatan sebagai bagian integral
dari
pelayanan
(SP).Salah
satu
strategi
diri.Berdasarkan hal-hal tersebut di atas
kesehatan
penelitian ini untuk mengetahui untuk
mempunyai kontribusi besar untuk turut
mengetahui pengaruh terapi generalis defisit
berupaya
perawatan
dalam
peingkatan
kesehatan
diri
terhadap
kemampuan
anak.Perawat jiwa khususnya di komunitas
perawatan diri anak dengan retardasi mental
memiliki kesempatan besar untuk berperan
di
meningkatkan kesehatan jiwa anak.Upaya
Diharapkan
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
didapatkan
dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan
mengembangkan kemampuan merawat diri
(Nurjannah, 2011). Tindakan keperawatan
pada anak retardasi mental sehingga kelak
yang tepat , di tatanan masyarakat sangat
ketika mereka dewasa dapat bertanggung
diperlukan dalam mengatasi masalah defisit
jawab terhadap diri mereka sendiri dan tidak
perawatan
tergantung kepada orang lain
diri
Berkebutuhan
khususnya Khusus
pada
(ABK)
Anak
perawatan
diri
dalam ini
mengatasi terdiri
TPA
Kabupaten
melalui
Jember.
penelitian
pengetahuan
untuk
ini dapat
seperti
retardasi mental. Tindakan yang sudah dikembangkan
SDLB-C
MATERIAL DAN METODE
defisit
Penelitian ini merupakan penelitian
tindakan
kuantitatif.Desain penelitian yang digunakan
3
Jurnal Keperawatan Fikes UMJ 2015
dalam
penelitian
eksperimental
ini
adalah
dengan
pra
sampling
menggunakan
sampling.
dengan
system
purposive
pendekatan pre test and post test group design. Pre test and post test group design merupakan suatu rancangan penelitian yang
ALAT PENGUMPULAN DATA Instrument
yang
digunakan
dalam
melakukan observasi pertama (pre test) yang
penelitian ini berupa kuesioner kemandirian
memungkinkan
menguji
perawatan diri memodifikasi instrument
perubahan-perubahan yang terjadi setelah
PEDI dan teori terapi generalis defisit
eksperimen
perawatan diri SP 2.Kemandirian yang
peneliti
dapat
dilakukan
(post
test)
(Notoatmodjo, 2010).
diukur adalah kemandirian perawatan diri pada
WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Tempat pengambilan data responden
anak
retardasi
langkah-langkah
mental
meliputi
berpakaian.Hasil
ukur
menggunakan total nilai 29-87.
penelitian ini adalah di SDLB-C TPA Kabupaten Jember.
ANALISA DATA Analisis univariat Analisis
POPULASI PENELITIAN Populasi dalam penelitian ini adalah orangtua
anak
retardasi
mental
yang
berjumlah 43 orang.
menjelaskan
univariat
bertujuan
karakteristik
tiap
untuk variable
penelitian yang terdiri dari umur, jenis kelamin,
dan
tingkatan
kelas
dan
kemandirian perawatan diri anak retardasi mental ditampilkan dengan nilai rerata
SAMPEL PENELITIAN Sampel dalam penelitian ini adalah orang tua dengan anak retardasi mental kategori sedang yang berada di SDLB-C
(mean), median, modus, standar deviasi Analisis bivariate Variabel yang akan dianalisis pada
TPA Kabupaten Jember yang berjumlah 22 penelitian kali ini adalah kemandirian dalam
orang.
perawatan diri (berpakaian) pre-test dan TEKNIK SAMPLING
post-test, dimana variabel tersebut termasuk
Teknik sampling yang digunakan pada penelitian
ini
adalah
non
probability
kedalam data rasio. Untuk menganalisis data
4
Jurnal Keperawatan Fikes UMJ 2015
peneliti menggunakan uji Dependent T-tes (Paired Test). HASIL PENELITIAN Analisa Data Umum Tabel1 Distribusi Frekuensi Karakteristik jenis kelamin anak dengan retardasi mental kategori sedang di SDLB-C TPA Kabupaten Jember Bulan April-Mei 2015 (n=22) Karakteristik Responden Laki-laki Perempuan Jumlah
Frekuensi 13 9 22
Persentase (%) 59.1 40.9 100
Sumber: Data Primer, 2015
No
Umur
Frekuensi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Jumlah
7th 8th 9th 10th 11th 12th 13th 14th 15th 18th 20th
1 5 2 2 1 2 2 1 3 2 1 22
Persentase (%) 4.5 22.7 9.1 9.1 4.5 9.1 9.1 4.5 13.6 9.1 4.5 100
Sumber: Data Primer, 2015
Distribusi menunjukkan
karakteristik bahwa
umur
rata-rata
umur
responden adalah 8 tahun (22.7%).
Distribusi Karakteristik jenis kelamin menunjukkan bahwa dari 22 responden yang
Analisa Data Khusus Tabel 3.Kemandirian Perawatan Diri Anak dengan Retardasi Mental Kategori
diteliti dapat diketahui bahwa jenis kelamin
Sedang
responden
Dilakukan Terapi Generalis Defisit
paling
banyak
adalah
laki-
dan
Sesudah
Perawatan Diri Bulan April-Mei
lakiberjumlah 13 anak (59.1 %). Tabel 2. Distribusi Frekuensi Karakteristik umur anak retardasi mental kategori sedang di SDLB-C TPA Kabupaten Jember Bulan April-Mei 2015 (n=22)
Sebelum
2015 (n=22) Pretest
Posttest
Jumlah
22
22
Mean
54.40
56.64
Median
54.40
56.00
43
37
14.744
15.026
Minimum
33
34
Maximum
78
80
Mode Std. Deviasi
Sumber: Data Primer, 2015
5
Jurnal Keperawatan Fikes UMJ 2015
Hasil analisis sebelum dilakukan terapi generalis
defisit
menunjukkan
bahwa
defisit perawatan diri terhadap kemandirian
perawatan
diri
perawatan diri (berpakaian) anak retardasi
kemandirian
anak
mental kategori sedang di SDLB-C TPA
retardasi mental dalam perawatan diri
Kabupaten Jember.
(berpakaian) berada pada rata-rata 54.50 dengan rentang nilai minimal 33 dan nilai
PEMBAHASAN
maksimal
78.Setelah
dilakukan
terapi
Hasil analisis kemandirian perawatan
generalis
defisit
perawatan
diri
diri anak retardasi mental sebelum dilakukan
kemandirian
anak
menunjukkan
bahwa
terapi generalis
defisit
perawatan diri
retardasi mental dalam perawatan diri
menunjukkan rata-rata 54.50 dengan standar
(berpakaian) meningkat pada rata-rata 56.64
deviasi sebesar 14.744 dengan nilai minimal
dengan rentang nilai minimal 34 dan nilai
33 dan maksimal 78. Kemandirian pada
maksimal 80.
anak terutama pada anak usia sekolah
Tabel 4.Pengaruh Terapi Generalis Defisit
berbeda dengan kemandirian remaja atau
Perawatan
Diri
Terhadap
Kemandirian
Perawatan
(berpakaian)
Anak
Diri
Retardasi
Mental Kategori Sedang (n=22)
orang dewasa. Kemandirian pada anak usia sekolah adalah
kemampuan yang terkait
dengan tugas perkembangannya. Menurut Hayati (2003) dalam Ramawati (2011) menyatakan bahwa kemandirian
Mean
SD
Std.
Lowe
Upp
Error
r
er
T
df
Sig.
mengurus atau menolong diri sendiri dalam
Mean Prete
-
st-
2.1
Postt
36
est
0
1.69 9
.362
perawatan diri adalah ketrampilan diri untuk
-
-
-
2.889
138
5.8
3
99
21
0.000
Sumber: Data Primer, 2015
Hasil analisis dengan uji Paired Sample
kehidupan
sehari-hari
sehingga
tidak
tergantung dengan orang lain. Anak-anak berkebutuhan
khusus
biasanya
kurang
mampu dalam melakukan perawatan dirinya karena
adanya
T-test didapatkan p value sebesar 0,000.
melakukan
Pengambilan keputusan dilakukan dengan
prilaku.
ketidakmampuan
interaksi,
komunikasi,
dalam dan
melihat derajat kemaknaan (α = 0,05) dan p
Keterbatasan dalam perawatan diri ini
value ≤ 0,05 berarti H1 diterima yang
juga disebabkan oleh keterbatasan dalam
artinya terdapat pengaruh terapi generalis
pengembangan motorik kasar dan motorik
6
Jurnal Keperawatan Fikes UMJ 2015
halus.Terbukti dari 22 responden yang
lagi
diteliti
mayoritas
kesulitan
gemuk.Keterbatasan fisik seperti kurangnya
dalam
hal
langkah-langkah
koordinasi, gerakan motorik halus dan kasar
berpakaian
mengalami
melakukan yang
terdiri
dari
memiliki
tubuh
pendek
dan
langkah
yang tidak optimal, kurangnya sensitivitas
memasang celana dalam, kaos dalam, celana
dan kelainan fisik pada tangan (gemuk dan
pendek, dan kemeja berkancing hingga
pendek).Keterbatasan
melakukan
kemampuan
langkah-langkah
pakaian.Terutama memasang
melepas
beradaptasi,
meliputi komunikasi,
langkah-langkah
keterampilan sosial, akademik, kesehatan,
melepas
keamanan, dan merawat diri (Schwart, 2004
dan
kancing.Kemandirian
mental
dalam
memasang
dalam Zakarya, 2013).
kancing membutuhkan kemampuan dan
Pada siswa SDLB-C TPA Kabupaten
koordinasi jari-jemari tangan yang termasuk
Jember yang sebagian besar terdiri dari anak
dalam kemampuan motorik halus.
retardasi mental yang memiliki keterbatasan
Hal ini sejalan dengan penelitian Sri R (1987)
dalam
Ramawati
(2011)
yang
dalam keterampilan perawatan diri.Saat melakukan intervensi, anak retardasi mental
menyatakan bahwa kemampuan motorik
yang
halus
memahami dan mempraktikkan langkah-
adalah
kesanggupan
untuk
berusia muda lebih sulit
menggunakan otot tangan dengan baik
langkah
trutama
lain
retardasi mental yang berusia lebih tua.Ini
tangan,
disebabkan oleh kondisi anak yang masih
menggerakkan jari kaki, menggenggam,
sulit untuk diarahkan dan masih belum
menjepit dengan ibu jari dan telunjuk.
memiliki kemandirian perawatan diri yang
Berbeda dengan anak normal, anak retardasi
baik jika dibandingkan dengan anak yang
mental sedang mengalami keterlambatan
berusia lebih tua.
jari-jari
menggerakkan
tangan
antara
pergelangan
koordinasi otot jari. Kemandirian
berpakaian
dibandingkan
untuk
anak
Hal ini sesuai dengan penelitian Ling perawatan
diri
(2008)
dalam
Ramawati
(2011)
yang
(berpakaian) pada anak retardasi mental
menyatakan ada hubungan yang signifikan
kemungkinan dipengaruhi oleh beberapa
antara
faktor.Salah satu faktor diantaranya adalah
perawatan
keterbatasan
fisik
dinyatakan oleh Tork et al. (2007) dalam
meliputi telapak tangan pendek, ditambah
Ramawati (2011) bahwa anak yang berusia
fisik.Keterbatasan
usia
anak diri.
dengan
Demikian
kemampuan pula
yang
7
Jurnal Keperawatan Fikes UMJ 2015
lebih tua mempunyai kemampuan perawatan
kemandirian perawatan dirinya. Hal ini
diri yang lebih baik dibandingkan anak yang
sejalan dengan Prasedio dalam Efendi
berusia lebih muda. Semiun (2006) dalam
(2006:105)
Ramawati juga menyatakan bahwa usia
menyatakan bahwa nilai terapi yang penting
yang
dalam perkembangan anak retardasi mental
berbeda
memilii
kemampuan
pemenuhan kebutuhan yang berbeda pula.
dalam
Nisa
(2010)
yang
yaitu salah satunya pembinaan pribadi, anak
Hasil analisis kemandirian perawatan
berlatih memperkuat kemauan, memusatkan
diri anak retardasi mental kategori sedang
perhatian, mengembangkan keuletan dan
setelah dilakukan terapi generalis defisit
percaya
perawatan diri menunjukkan rata-rata 56.64
(2006:14) dalam Nisa (2010) yang juga
dengan standar deviasi sebesar 15.026
menyatakan
dengan nilai minimal 34 dan nilai maksimal
terapi perilaku pada anak retardasi mental,
80. Terapi generalis defisit perawatan diri
seorang
yaitu tindakan untuk mengajarkan dan
sebagaimana yang dipersyaratkan dalam
melatih klien untuk memenuhi kebutuhan
pendidikan humanistic, yaitu penerimaan
perawatan diri yang meliputi mandi, berhias,
secara hangat, antusias tingi, ketulusan dan
makan dan minum dengan benar serta
kesungguhan, serta menaruh empati yang
toileting (BAK dan BAB secara benar).Hasil
tinggi terhadap kondisi anak retardasi
manajemen asuhan keperawatan spesialis
mental.
jiwa ini menunjukkan hasil yang signifikan dalam
mengubah
diri.
Diperkuat
bahwa
terapis
oleh
dalam
harus
Efendi
memberikan
memiliki
sikap
Salah satu strategi pelaksanaan (SP)
perilaku
maladaptif
yang terdapat pada terapi generalis defisit
dalam
pemenuhan
perawatan diri dalam Dermawan dan Rusdi
kebutuhan perawatan diri dan meningkatkan
(2013) adalah SP 2 yaitu percakapan saat
kemampuan
melatih
menjadi
adaptif
klien
dalam
memenuhi
klien
berdandan
yang
dalam
kebutuhan perawatan diri serta menurunkan
penelitian ini adalah berpakaian. Dengan
tanda dan gejala klien (Rochmawati, D. H.,
langkah-langkah yang dimulai dari fase
Keliat, B. A., Wardani, I.Y, 2008).
orientasi,
fase
kerja,
dan
fase
Terapi generalis defisit perawatan diri
terminasi.Terapi ini diberikan pada anak
selalu menyertakan pujian di setiap langkah
retardasi mental kategori sedang di SDLB-
terapi.Melalui pujian anak retardasi mental
CTPA Kabupaten Jember yang berjumlah
distimulasi
22 anak.Anak retardasi mental kategori
untuk
terus
meningkatkan
8
Jurnal Keperawatan Fikes UMJ 2015
sedang adalah anak yang tergolong salah
anak retardasi mental di SDLB-C TPA
satutunagrahita
Kabupaten Jember.
memiliki
tingkat
berkisar
30-50.
Terjadi peningkatan rata-rata dari 54.40
MenurutAAMD (Mumpuniarti, 2007: 13)
menjadi 56.64. Namun tetap pada kisaran
anak retardasi mental kategori sedang adalah
dibawah rata-rata 60 dengan standar eror
anak yangtingkat kecerdasan (IQ) berkisar
mean sebesar 0.362. Menunjukkan ada
antara
pengaruh terapi generalis defisit perawatan
kecerdasan
yang (IQ)
30-50,
melakukanketerampilan
mampu diri
diri terhadap kemandirian perawatan diri
sendiri (self-help), mampu mengadakan
anak retardasi mental namun masih dalam
adaptasisosial di lingkungan terdekat, dan
tahapan rata-rata kurang.Ini disebabkan
mampu
rutin
terapi generalis hanya diberikan sebanyak 8
yangperlu pengawasan atau bekerja di
kali pertemuan dengan durasi waktu 60
tempat
menit setiap pertemuan disertai kondisi anak
mengerjakan
kerja
mengurus
pekerjaan
terlindung
(sheltered
workshop).Mandey dan Wiles (Mohammad
retardasi mental yang kurang kooperatif.
Amin, 1995: 39) menyatakan bahwaanak retardasi mental kategori sedang dapat
KETERBATASAN PENELITIAN
mencapai umur kecerdasan yang sama
1. Keterbatasan Sampel
dengananak normal usia tujuh tahun. Berdasarkan uji Paired Sample T-test yang telah dilakukan untuk mengukur pengaruh terapi generalis defisit perawatan diri terhadap kemandirian perawatan diri (berpakaian) retardasi mental di SDLB-C TPA
Kabupate
Jember
mempunyai
pengaruh yang sangat bermakna karena derajat (p value) sebesar 0,000 dengan kesalahan (α=0,05) dan p value ≤ 0,05. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa pengaruh terapi generalis defisit perawatan
diri
memberikan
perubahan
kemandirian perawatan diri (berpakaian)
Peneliti
mengalami keterbatasan
sampel selama melakukan penelitian di SDLB-C
TPA
Kabupaten
Jember
disebabkan jumlah responden yang terbatas dan kondisi responden yang tidak kooperatif sehingga berdampak pada hasil yang kurang maksimal. 2. Keterbatasan Alat Ukur Pada penelitian ini menggunakan alat ukur PEDI (The Pediatric Evaluation of Disability
Inventory)
yang
telah
dimodifikasi oleh peneliti. Namun alat ukur dalam penelitian ini tidak melalui proses uji validitas dan reabilitas.
9
Jurnal Keperawatan Fikes UMJ 2015
Sebagai alat ukur yang digunakan untuk
SIMPULAN DAN SARAN
mendapatkan
Kesimpulan
data
kemandirian
perawatan diri anak retardasi mental
Kemandirian
perawatan
diri
seharusnya alat ukur dilakukan uji
(berpakaian) pada anak retardasi mental
validitas dan reabilitas.Hal ini tidak
kategori sedang sebelum dilakukan terapi
dilakukan karena keterbatasan peneliti
generalis defisit perawatan diri berada pada
dalam
melakukan
yaitu
rata-rata 54.5 dengan rentang nilai minimal
terkait
dengan waktu
jumlah
yaitu 33 dan maksimal 78.Setelah diberikan
penelitian dan
responden.
terapi generalis
defisit
perawatan diri
kemandirian perawatan diri anak retardasi mental mengalami peningkatan rata-rata
IMPLIKASI KEPERAWATAN Implikasi
keperawatan
yang
dapat
diambil dari hasil penelitian ini terhadap profesi generalis
keperawatan defisit
diantaranya
perawatan
diri
terapi dapat
dijadikan rujukan dalam memberikan asuhan keperawatan anak berkebutuhan khusus lainnya seperti autis. Pendekatan untuk anak retardasi mental yang hiperaktif dengan metode pendekatan orang tua dan anak atau guru dan anak tetap mendampingi selama proses pembelajaran. Cara berkomunikasi
sebesar 56.64 dengan rentang nilai minimal yaitu 34 dan nilai maksimal 80. Terdapat pengaruh terapi generalis defisit perawatan diri terhadap kemandirian perawatan diri (berpakaian) anak dengan retardasi mental kategori sedang di SDLB-C TPA Kabupaten Jember yang ditunjukkan dengan derajat kemaknaan (α = 0,05) dan p value ≤ 0,05 yaitu sebesar 0,000 dengan peningkatan rata-rata dari 54.50 menjadi 56.64.
perawat ke anak menggunakan bahasa yang sangat sederhana, ringkas, dan mudah dipahami.Perawat dengan
anak
dalam
retardasi
berkomunikasi mental
melibatkan verbal dan non-verbal.
selalu
Saran Saran yang dapat diberikan terkait dengan
hasil
dan
pembahasan
penelitiantersebut adalah: 1. Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) Bagi pengajar perlu mengembangkan program
pembelajaran
di
sekolah
mengenai perawatan diri anak retardasi
10
Jurnal Keperawatan Fikes UMJ 2015
mental yang bekerja sama dengan orang
4. Peneliti Selanjutnya
tua dan tenaga kesehatan sehingga anak
Hasil penelitian ini dapat digunakan
retardasi
mental
sebagai
bimbingan
dan
dibutuhkan
mendapatkan dukungan
terkait
tua/keluarga
untuk
melakukan
yang
penelitian lebih lanjut pada anak dengan
pemenuhan
retardasi mental khususnya kategori
kebutuhan perawatan diri. 2. Orang
data
sedang.Disarankan
dengan
anak
selanjutnya
dapat
pada
peneliti
meningkatkan
retardasi mental
penelitian
menggunakan
Orang tua anak retardasi mental perlu
penelitian quasi eksperimen dengan
terus meningkatkan pelatihan yang
sampel
konsisten terkait kondisi dan kebutuhan
kelompok
anak retardasi mental serta memberikan
penelitian yang lebih lama dengan
dukungan terhadap program-program
inovasi menggunakan berbagai metode
untuk meningkatkan kemandirian anak
yang menyenangkan.
kelompok
perlakuan
kontrol.Serta
desain
dan waktu
retardasi mental melalui penyuluhan, diskusi, atau pelatihan tentang usia yang
REFERENSI
tepat untuk mulai melatih anak retardasi
Dermawan, Deden dan Rusdi. (2013). Keperawatan Jiwa. Yogyakarta. Pustaka Baru
mental kemandirian perawatan diri khususnya
langkah
berpakaian dan
latihan peningkatan kekuatan motorik pada anak retardasi mental sehingga anak
mandiri
dalam
melakukan
perawatan diri
Fadli, Aulia. 2010. Buku Pintar Kesehatan Anak. Yogyakarta: Pustaka Anggrek
3. Profesi Keperawatan Perawat harus mampu menjadi edukator bagi orang tua dan guru melalui terapi generalis meningkatkan
untuk
membantu
kemampuan
dan
memenuhi kebutuhan anak retardasi mental.
Direktorat Pendidikan Luar Biasa. 2006. Informasi Pelayanan Pendidikan Bagi Anak Tunagrahita. http://www.ditplb.or.id/profile.php?id =45 [15 Januari 2015]
Herlina. (2013). Hubungan Pola Asuh Keluarga Dengan Kemandirian Perawatan Diri Anak Usia Sekoah Di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok. Jawa Barat. FIK UI Humris, W. Edith. (2010). Retardasi Mental. dalam Sylvia, D. Hadisukanto. Buku Ajar Psikiatri (pp. 411-415). Jakarta: FKUI
11
Jurnal Keperawatan Fikes UMJ 2015
Kasdu, D. (2004). Anak Cerdas. Jakarta: Puspa Swara
Rahayu, Esthi. (2012). Kemampuan Merawat Diri Pada Tunagrahita.
Kementrian Kesehatan RI, (2010). Pedoman Pelayanan Kesehatan Anak Di Sekolah Luar Biasa (SLB). Jakarta: Tidak Diterbitkan
Ramawati, Dian. (2011). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kemampuan Perawatan Diri Anak Tunagrahita Di Kabupaten Banyumas Jawa Tengah. Jawa Tengah: FIK UI
Mulyani, Dian Febri Adi. (2014). Perkembangan Kognitif Anak Retardasi Mental Pada Pemberian Media Playdough Di SLB C Yakut Purwokerto.Purwokerto. Universitas Jenderal Soedirman Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Dengan Klien Gangguan NANDA. (2013). Nursing Diagnoses: Definitions Dan Clasification 20122013. Notoatmodjo, S. (2010). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Nurjannah, Siti. (2011). Pengaruh Terapi Generalis Dan Latihan Keterampilan Sosial Terhadap Pencapaian Identitas Diri Remaja Panti Asuhan Di Kabupaten Banyumas. Jawa Tengah. FIK UI Nurmaini, Risa D. (2014). Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Kemampuan Personal Hygiene Pada Anak Retardasi Mental Di SDLB Kabupaten Jember. Jember. Universitas Muhammadiyah Jember. Nursalam, (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis: Jakarta. Salemba Medika Philadelphia. USA: NANDA International Pieter, Janiwarti, Saragih. (2010). Pengantar Psikopatologi Untuk Keperawatan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Potter & Perry. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC
Saptunar.(2012). Meningkatkan Keterampilan Menyetrika Pakaian Anak Tunagrahita Sedang. Panti Pasaman Schwart, M. William. 2004. Pedoman Klinis Pediatri. Jakarta: EGC Smart, Aqila. (2010). Anak Cacat Bukan Kiamat. Jakarta: Katahati Supartini, Y Ester. (2004). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC Zakarya, Yunus N. (2013). Pengaruh Pelatihan Cuci Tangan Bersih Dengan Metode Bermain Puzzle Terhadap Kemampuan Melakukan Cuci Tangan Anak Tuna Grahita Di SLB-C TPA Kabupaten Jember. Jember. Universitas Jember Rochmawati, D.H., Keliat, B.A., dan Wardani, I. Y. (2008). Manajemen Kasus Spesialis Jiwa Defisit Perawatan Diri Pada Klien Gangguan Jiwa Di RW 02 Dan RW 12 Kelurahan Baranangsiang Kecamatan Bogor Timur.Depok. Universitas Indonesia Nisa, Choirun. (2010). Gambar Anak Penderita Retardasi Mental: Studi Kasus Di SLB-C Yaspenlub Demak. Semarang. Universitas Negeri Semarang
12